Untitled

advertisement
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
:
Ummi Habibah
NIM
:
1112102000055
Tanda Tangan
:
Tanggal
:
Juli 2016
iii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
: Ummi Habibah
: Farmasi
: Analisis Cemaran Bakteri Coliform dan Identifikasi
Escherichia coli pada Air Minum Isi Ulang (AMIU) Depot di
Kelurahan Pondok Cabe Ilir Kota Tangerang Selatan Tahun
2016
Air minum merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, akan tetapi
ketersediaan air bersih kini sulit didapatkan, oleh karena itu masyarakat beralih
mengonsumsi Air Minum Isi Ulang (AMIU). Tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mengetahui kualitas mikrobiologi Air Minum Isi Ulang (AMIU) yang
diperoleh dari depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir. Sampel tersebut dianalisis
kualitas
mikrobiologinya
berdasarkan
Permenkes
RI
No.
492/Menkes/Per/IV/2010. Kualitas mikrobiologi ini terdiri dari total Coliform dan
Escherichia coli, Air Minum Isi Ulang tidak diperbolehkan mengandung aspek
tersebut lebih dari 0/100 mL. Metode yang digunakan untuk mengetahui total
Coliform pada sampel yaitu metode Angka Paling Mungkin (APM) yang
dilakukan berdasarkan SNI 01-2897-1992 dan identifikasi Escherichia coli
menggunakan uji IMViC, uji Triple Sugar Iron, uji produksi H2S, dan uji
motilitas. Satu dari 5 sampel mengandung bakteri Coliform dengan nilai 4
Coliform/mL sampel dan 1 dari 5 sampel mengandung bakteri Escherichia coli.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu 1 dari 5 sampel mengandung Colifrom dan
Escherichia coli melebihi batas yang dipersyaratkan Permenkes RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010.
Kata Kunci
: E.coli, Coliform, Air Minum Isi Ulang, Angka Paling Mungkin
(APM)
vi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
Name
: Ummi Habibah
Program Study : Pharmacy
Title
: Analysis of Coliform Bacteria Contamination and
Identification of Escherichia coli in Refilled Drinking Water
(AMIU) Stations in Pondok Cabe Ilir South Tangerang City
2016
Water is basic necessity for human life, but nowadays clean water is
getting hard to get, so people prefer to consume refilled drinking water. The aim
of this study is to investigate the microbial quality of refilled drinking water from
stations in Pondok Cabe Ilir based on Permenkes RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010. The microbial quality consist of total Coliform and
Escherichia coli. Refilled drinking water is not allowed to contain both of these
aspects more than 0/100 mL. Method that use to determined total Coliform based
on SNI 01-2897-1992 is Most Probable Number (MPN) method and IMViC test,
Triple Sugar Iron test, H2S production test, and motility test for Escherichia coli
identification. One of 5 samples was contains Coliform bacteria (4 Coliform/mL)
and 1 of 5 samples contains Escherichia coli. The conclusion is one of five
samples of refilled drinking water contains Coliform bacteria above the limit
number according to Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010.
Keywords
: E.coli, Coliform, refilled drinking water, Most Probable
Number (MPN)
vii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan hingga pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Puteri Amelia M.Farm., Apt selaku pembimbing pertama dan Ofa Suzanti
Betha M.Si., Apt selaku pembimbing kedua yang telah memberikan ilmu,
waktu, tenaga, nasihat, serta arahan sejak proposal skripsi, penelitian
hingga penulisan skripsi. Semoga segala bantuan dan bimbingan ibu
mendapat imbalan dari Nya, Aamiin
2. Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Dr. Nurmeilis M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi dan Ibu
Nelly Suryani, PhD., Apt selaku Sekretaris Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Supandi, M.Si., Apt selaku Dosen Penasihat Akademik
5. Bapak dan Ibu staf pengajar dan karyawan yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan selama penulis menempuh pendidikan di Program
Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Teman-teman program Studi Farmasi angkatan 2012 terutama kelas AC
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
viii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7. Nur Aeni Hidayah, MMSI selaku kepala PLT UIN Jakarta yang telah
memberikan izin penelitian dan Chris Adhiyanto, M.Biomed., Ph.D selaku
kepala STP labotarorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Laboran Laboratorium Mikrobiologi PLT UIN, mbak Puji, kak Amal,
mbak Festy yang bersedia dengan senang hati membantu penulis pada
masa penelitian
9. Kepada pemilik usaha dan karyawan Depot Air Minum Isi Ulang yang
telah memberikan izin penelitian dan membantu penulis dalam
menyelesaikan tugasnya
10. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Suroso, S.Pd, ibunda Tri Murdani
yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil
11. Adik tercinta, Ahmad Nurodin yang telah memberikan semangat
12. Thomas Alfa yang selalu menemani penulis sejak penulisan proposal
hingga skripsi
13. Sahabat tersayang Addina, Fika, dan Santi serta Laila partner Coliform
yang telah memberikan semangat dan selalu membantu penulis sejak
proposal hingga skripsi
14. Sahabat SMA yang berkuliah di berbagai Universitas namun tetap
memberikan semangatnya, Fitri, Nur, Mia, Dede, Rinta, Ratna, Sita, Ninis,
Anna.
15. Semua pihak yang telah membantu penulis selama proposal, penelitian,
hingga penulisan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah
SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini, oleh karenanya kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Ciputat, Juli 2016
Penulis
ix
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
:
Ummi Habibah
NIM
:
1112102000055
Program Studi
:
Farmasi
Fakultas
:
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis karya
:
Skripsi
demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya,
dengan judul :
Analisis Cemaran Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada
Air Minum Isi Ulang (AMIU) Depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir Kota
Tangerang Selatan Tahun 2016
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : Juli 2016
Yang menyatakan,
(Ummi Habibah)
x
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. III
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ERROR! BOOKMARK NOT
DEFINED.
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................V
ABSTRAK .............................................................................................................V
ABSTRACT ........................................................................................................ VII
KATA PENGANTAR ...................................................................................... VIII
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..........................X
DAFTAR ISI........................................................................................................XI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1.Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) ............................................................. 4
1.1.1. Syarat Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) .............................................. 4
1.1.2. Definisi Air Minum Isi Ulang (AMIU) ......................................................... 4
1.1.3. Syarat Air Minum Isi Ulang (AMIU) ............................................................ 5
1.2. Bakteri Coliform .............................................................................................. 5
1.3. Escherichia coli ............................................................................................... 7
1.4. Media Pertumbuhan ......................................................................................... 8
1.4.1. Media Lactose Broth (LB) ............................................................................. 9
1.4.2. Media Brilliant Green Lactose Bile Broth 2% (BGLB 2%) ......................... 9
1.4.3. Media Escherichia coli Broth (E.C Broth) .................................................... 9
1.4.4. Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) ............................................... 10
1.4.5. Media Nutrient Agar (NA) .......................................................................... 10
1.4.6. Media Sulfide-Indole-Motility (SIM)........................................................... 10
1.4.7. Media Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP) ........................................... 11
1.4.8. Media Simon Sitrat ...................................................................................... 11
1.4.9. Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) ........................................................ 11
1.5. Analisis Mikrobiologi Air .............................................................................. 12
1.5.1. Metode Angka Paling Mungkin (APM) ...................................................... 12
1.5.1.1.Uji Sangkaan ............................................................................................. 13
1.5.1.2.Uji Penegasan (Confirmed Test) ............................................................... 13
1.5.2. Identifikasi Bakteri Escherichia coli ........................................................... 14
BAB III METODE PENELITIAN
2.1.Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................... 20
xi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2. Alat dan Bahan ............................................................................................... 20
2.2.1. Alat .............................................................................................................. 20
2.2.2. Bahan ........................................................................................................... 20
2.3. Prosedur Kerja ............................................................................................... 20
2.3.1. Pengambilan Sampel ................................................................................... 20
2.3.2. Metode Sangkaan (SNI 01-2897-1992) ....................................................... 21
2.3.3. Uji Penegesan (Confirmed Test) (SNI 01-2897-1992) ................................ 21
2.3.4. Identifikasi Bakteri Escherichia coli (SNI 01-2897-1992) ......................... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Sampel Dan Pengamatan Depot Air Minum Isi Ulang ........... 24
4.2. Hasil Uji Sangkaan ........................................................................................ 30
4.3. Hasil Uji Penegasan ....................................................................................... 32
4.4. Hasil Uji Identifikasi Escherichia coli ........................................................... 36
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan......................................................................................................51
5.2 Saran................................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 52
LAMPIRAN ......................................................................................................... 59
xii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Escherichia coli.............................................................................
Gambar 2.2 Metode MPN/ APM......................................................................
Gambar 2.3 Metode Streak plate......................................................................
Gambar 2.4 Koloni Escherichia coli pada media EMBA................................
Gambar 4.1 Peta lokasi sampling air minum isi ulang.....................................
Gambar 4.2 Hasil uji penegasan.......................................................................
Gambar 4.3 Hasil uji identifikasi pada media E.C broth.................................
Gambar 4.4 Hasil uji identifikasi pada media Eosin Methylene Blue Agar.....
Gambar 4.5 Hasil pewarnaan Gram ................................................................
Gambar 4.6 Hasil uji indol...............................................................................
Gambar 4.7 Reaksi oksidasi triptofan..............................................................
Gambar 4.8 Hasil uji merah metil.....................................................................
Gambar 4.9 Hasil uji voges proskauer............................................................
Gambar 4.10 Hasil uji sitrat..............................................................................
Gambar 4.11 Hasil uji TSI................................................................................
Gambar 4.12Hasil uji produksi H2S.................................................................
9
13
15
16
24
33
37
37
38
40
40
41
42
43
44
46
xiii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Distribusi genus coliform..............................................................
7
Tabel 2.2 Hasil Uji Triple Sugar Iron dan Interpretasinya ...........................
20
Tabel 3.1 Hasil Uji Positif Escherichia coli ..................................................
24
Tabel 4.1 Pengamatan DAMIU......................................................................
25
Tabel 4.2 Hasil uji sangkaan masa inkubasi 24 jam......................................
30
Tabel 4.3 Hasil uji sangkaan masa inkubasi 48 jam......................................
31
Tabel 4.4 Nilai APM/mL setiap sampel air minum isi ulang ........................
33
Tabel 4.5 Hasil Uji IMViC Sampel D2..........................................................
39
Tabel 4.6 Uji keseluruhan sampel.................................................................
47
xiv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Sertifikat analisis.......................................................................
Lampiran 2 Bagan alur penelitian..................................................................
Lampiran 3 Pembuatan media pertumbuhan..................................................
Lampiran 4 Bagan prosedur kerja uji sangkaan............................................
Lampiran 5 Bagan prosedur kerja uji penegasan...........................................
Lampiran 6 Bagan prosedur kerja uji identifikasi..........................................
Lampiran 7 Bagan pewarnaan Gram.............................................................
Lampiran 8 Bagan uji IMViC........................................................................
Lampiran 9 Bagan prosedur kerja uji TSI.......................................................
Lampiran 10 Tabel APM menggunakan 3 tabung..........................................
Lampiran 11 Hasil uji sangkaan...................................................................
Lampiran 12 Persyaratan kualitas air minum..................................................
59
61
64
65
66
68
69
70
71
72
73
74
xv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Permintaan air
dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi, urbanisasi, peraturan jaminan makanan,
dan proses ekonomi seperti perdagangan global dan perubahan pola konsumsi
(UNESCO, 2015). Menurut Permendagri standar kebutuhan pokok air minum
Nomor 23 Tahun 2006 yaitu sebanyak 10 m3 per kepala keluarga per bulan atau
60 L per orang per hari. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah
penduduk maka semakin besar permintaan terhadap air.
Air harus mampu tersedia dalam jumlah yang cukup dan aman untuk
semua penduduk. Akan tetapi pada kenyataannya, menurut WHO tahun 2000,
sebanyak 2,5 milyar penduduk dunia tidak memiliki akses untuk memperoleh
sanitasi. Sanitasi, perilaku kebersihan yang buruk dan air minum yang tidak aman
mengakibatkan 88% kematian pada anak-anak karena diare di seluruh dunia.
Lebih dari 1,5 juta anak-anak meninggal setiap tahunnya dikarenakan diare
Kematian yang disebabkan karena penyakit yang ditimbulkan karena air yaitu
lebih dari 5 juta orang per tahun dan 5%-nya merupakan infeksi mikroba saluran
pencernaan (WHO, 2000). Sedangkan di Indonesia, diare menjadi penyebab 31%
kematian anak usia 1 bulan hingga 1 tahun dan 25% kematian pada anak usia 1
hingga 4 tahun (Kemenkes RI, 2008) dan lima provinsi dengan angka insiden
diare tertinggi salah satunya yaitu Banten sebesar 8,0% (Kemenkes RI, 2013).
Menurut data 10 kasus penyakit terbanyak pasien rawat inap di RSU Kota
Tangerang Selatan, diare menempati peringkat 9 dengan jumlah kasus 92 (BPS
Kota Tangerang Selatan, 2015).
Pada umumnya, risiko terbesar mikroba yang berhubungan dengan
konsumsi air yaitu kontaminasi dengan feses manusia ataupun hewan. Mikroba
yang menyebabkan diare merupakan masalah kesehatan yang besar di negara
berkembang. Masalah ini biasa terjadi pada daerah dengan tingkat kepadatan
penduduk yang tinggi. Banyak rumah yang sumber air bersihnya hanya
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
memiliki jarak 10 m dari septik tank. Apabila septik tank jarang disedot maka
kotoran akan merembes ke tanah dan air tanah di sekitarnya.
Depot air minum isi ulang telah banyak beredar di Kota Tangerang Selatan
yaitu sebanyak 283 unit di tahun 2012 akan tetapi hadirnya depot kurang
diimbangi dengan perizinan, pembinaan, pengawasan, dan peredarannya yang
kemudian menyebabkan rendahnya jaminan kualitas air minum karena dapat
terjadi kontaminasi mikroba patogen akibat penanganan dan pengolahan yang
kurang baik (Dinkes Kota Tangerang Selatan, 2013; Mirza, 2014; Radji et al.,
2008). Hal ini terbukti pada bulan Juli 2013 telah dilaporkan bahwa sekitar 40%
dari depot air minum isi ulang yang berada di wilayah Jabodetabek tercemar
bakteri (Tempo.com, 2013). Kasus lain di tahun 2014 terjadi di Desa Durian,
Kabupaten Serdang dimana 4 orang tewas dan 100 warga lainnya mengalami
muntah dan diare akibat mengonsumsi air minum isi ulang yang diduga tercemar
Escherichia coli (Tempo.co.id, 2015).
Penelitian sebelumnya telah dilakukan dengan menganalisis cemaran
Coliform dan Escherichia coli pada air isi ulang depot di Manado dan hasilnya
menunjukkan bahwa air minum isi ulang tersebut tidak memenuhi syarat karena
positif mengandung Coliform dan beberapa sampel mengandung E.coli
(Bambang, Adrian G et al. 2014). Selain itu, penelitian serupa juga dilakukan
dengan menganalisis bakteri Coliform (fekal dan non fekal) sebagai indikator
sungai Gajah Wong di Daerah Istimewa Yogyakarta dan hasilnya ditemukan
bakteri Coliform salah satunya yaitu Escherichia coli yang terdapat di daerah
hulu, tengah, dan hilir sungai (Aqielatunnisa’, 2015).
Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan analisis cemaran
Coliform dan Escherichia coli pada Air Isi Ulang (AMIU) depot di Kelurahan
Pondok Cabe Ilir, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah Air Minum Isi Ulang (AMIU) depot yang dijual di Kelurahan
Pondok Cabe Ilir Kota Tangerang Selatan tahun 2016 tercemar bakteri Coliform
dan Escherichia coli?
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui cemaran bakteri Coliform dan Escherichia coli pada Air
Minum Isi Ulang Depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir Kota Tangerang Selatan
Tahun 2016.
1.4. Manfaat Penelitian
1.
Sebagai bahan evaluasi bagi pengusaha depot Air Minum Isi Ulang
(AMIU) dan bagi Dinas Kesehatan setempat
2.
Mendorong Dinas Kesehatan agar tegas mewajibkan sertifikasi pada
depot Air Minum Isi Ulang (AMIU) agar air minum yang dijual layak
untuk dikonsumsi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 651/MPP/Kep/10/2004, depot air minum merupakan suatu
usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum
dan menjualnya secara langsung kepada masyarakat (Merindag, 2004).
1.1.1. Syarat Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 tentang persyaratan teknis depot air
minum dan perdagangannya depot air minum isi ulang memiliki syarat sebagai
berikut (Indirawati, 2009):
1. Memiliki ruang proses pengolahan, ruang tempat penyimpanan, ruang tempat
pembagian/tempat penyediaan, dan ruang tunggu pengunjung;
2. Lantai dan dinding bangunan depot harus terbuat dari bahan kedap air,
permukaan rata, halus tapi tidak licin, tidak menyerap debu, mudah
dibersihkan, bersih dan tidak berdebu, dan untuk dinding bangunan harus
terang dan cerah serta tidak ada pakaian tergantung;
3. Atap bangunan menutup seluruh bangunan depot, bahan atap tahan terhadap air
dan tidak bocor, konstruksi atap dan langit-langit dibuat anti tikus, bahan atap
harus kuat, tahan lama dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap debu;
4. Tinggi ruangan minimal 3 meter dari lantai, mempunyai ventilasi udara, dan
mengatur posisi ventilasi udara;
5. Proses pencucian dan desinfeksi botol disediakan oleh pengusaha DAMIU.
Setiap wadah yang telah diisi ditutup dengan penutup wadah yang steril.
1.1.2. Definisi Air Minum Isi Ulang (AMIU)
Air minum isi ulang adalah air baku yang telah mengalami proses
pengolahan dan pembersihan kandungan airnya dari mikroorganisme patogen
sehingga air minum yang dihasilkan tidak perlu dimasak dan dapat langsung
diminum (Deperindag dalam Prihatini, 2012). Sumber air baku yang dipakai depot
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5
air minum isi ulang yaitu air permukaan, air sumur dalam, mata air, dan air dari
Perusahaan Daerah Air Minum/ PDAM (BPOM, 2003).
1.1.3. Syarat Air Minum Isi Ulang (AMIU)
Pengawasan
kualitas
air
minum
menurut
Permenkes
RI
No.
736/Menkes/Per/IV/2010 yaitu:
a. Inspeksi sanitasi dilakukan dengan cara pengamatan dan penilaian kualitas
fisik air minum dan faktor risikonya;
b. Pengambilan sampel air minum dilakukan berdasarkan hasil inspeksi sanitasi;
c. Pengujian kualitas air minum dilakukan di laboratorium terakreditasi;
d. Analisis hasil pengujian laboratorium;
e. Rekomendasi untuk pelaksanaan tindak lanjut;
f. Pemantauan pelaksanaan tindak lanjut.
Syarat yang harus dipenuhi oleh air minum isi ulang harus sesuai dengan
Permenkes RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum. Parameter yang dipersyaratkan terdiri dari 2 parameter, parameter wajib
dan tambahan. Pada parameter wajib tercantum parameter yang berhubungan
langsung dengan kesehatan yang didalamnya terdapat syarat parameter
mikrobiologi yaitu Escherichia coli dan total bakteri Coliform dengan kadar
maksimum yang diperbolehkan yaitu 0/100 mL sampel (Menkes, 2010). Menurut
Farmakope Indonesia IV, bakteri yang perlu dilakukan uji batas mikroba yaitu
Staphylococcus
aureus,
Pseudomonas
aeruginosa,
Salmonella
sp,
dan
Escherichia coli (Depkes RI, 2010).
1.2. Bakteri Coliform
Bakteri Coliform merupakan mikroorganisme yang bersifat patogen
terhadap manusia dan tumbuh pada saluran pencernaan. Bakteri Coliform
ditransmisi melalui air sebagai hasil dari polusi feses manusia atau pun hewan.
Total Coliform, fekal Coliform dan fekal streptococcus merupakan bakteri
indikator polusi (Lin, 1974; Pepper dan Gerba, 2004).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6
Bakteri indikator polusi fekal harus memenuhi kriteria sebagai berikut
(Cabral, 2010):
1. Terdapat pada saluran pencernaan manusia dan feses dalam jumlah yang
banyak;
2. Tidak patogenik terhadap manusia;
3. Dapat dideteksi dengan mudah, murah, dan dapat dipercaya;
4. Bakteri indikator harus ada dalam jumlah yang besar daripada bakteri patogen;
5. Bakteri indikator sebaiknya memiliki perilaku die-off seperti bakteri patogen
Bakteri Coliform dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu Coliform fekal seperti
Escherichia coli dan Coliform non fekal seperti Enterobacter aerogenes
(Widyanti dan Ristiati, 2004). Coliform fekal terdapat pada feses manusia dan
hewan berdarah panas dalam jumlah yang besar (Stevens, 2003) sedangkan
Coliform non fekal ditemukan pada hewan atau tumbuhan yang telah mati
(Ferdiaz, 1993 dalam Widyanti dan Ristiati, 2004). Ketiadaan Coliform secara
umum dapat dikatakan bahwa air minum tersebut aman dari bakteri patogen,
seperti Vibrio cholerae, S.typhi, dan Salmonella. Oleh karena itu, Coliform
dijadikan sebagai bakteri indikator kualitas air (Lund, et al., 2000).
Kontaminasi Coliform dapat disebabkan karena pencemaran pada air baku,
jenis peralatan yang digunakan, sanitasi prosedur produksi (GMP) yang buruk,
kurangnya pengetahuan tentang higienitas dan sanitasi, hilangnya pelindung
wadah bersegel sehingga terjadi kontaminasi setelah air minum diproduksi,
lamanya waktu penyimpanan air dalam tempat penampungan, adanya kontaminasi
selama memasukkan air ke dalam tangki pengangkutan, tempat penampungan
kurang bersih, kontaminasi dari galon yang tidak disterilisasi, dan tidak
dilakukannya uji secara berkala untuk memeriksakan kelayakan produksi air
minum isi ulang (Indirawati, 2009; Lund, et al., 2000; Natalia et al., 2014).
Anggota kelompok Coliform memiliki ciri sebagai berikut:
1. Aerob dan anaerob fakultatif, Gram negatif, tidak membentuk spora, berbentuk
batang yang memfermentasi laktosa dengan pembentukan gas dan asam setelah
48 jam pada suhu 35ºC atau
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7
2. Aerob dan anaerob fakultatif, Gram negatif, tidak membentuk spora, berbentuk
batang yang berkembang membentuk koloni berwarna merah dengan kilap
seperti logam setelah 24 jam pada suhu 35ºC dalam medium yang mengandung
laktosa (Rompre, et al., 2002).
Tabel 2.1 Distribusi genus Coliform pada feses hewan dan manusia
% Total Coliform
Sampel
Escherichia
coli
Klebsiella spp.
96,8
Feses
manusia
1,5
94,1
94
Feses
hewan
Enterobacter/
Citrobacter spp
1,7
5,9
2
92,6
Referensi
4
7,4
Dofour (1977)
Allen and Edberg
(1995)
Dofour (1977)
Allen and Edberg
(1995)
Sumber: Review of Coliforms as Microbial Indicators of Drinking Water Quality
Genus yang paling umum menjadi perhatian di dalam kelompok Coliform
yaitu Enterobacter, Klebsiella, Citrobacter, dan Escherichia terutama Escherichia
coli, Hafnia alvei, Buttiauxella, Leclercia, Pantoea, Serratia, Yersinia (Stevens.
2003).
1.3. Escherichia coli
Taksonomi (Migula, 1985 dalam itis)
Kingdom
: Bacteria
Subkingdom
: Negibacteria
Divisi
: Proteobacteria
Kelas
: Gammaproteobacteria
Ordo
: Enterobacteriales
Famili
: Enterobacteriaceae
Genus
: Escherichia
Spesies
: Escherichia coli
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang,
berukuran 1 hingga 3 mikron namun umumnya berukuran 0,5 mikron, tidak
membentuk spora, kebanyakan bersifat motil dengan menggunakan flagela akan
tetapi ada pula yang tidak motil, ada yang mempunyai kapsul tetapi biasanya tidak
berkapsul, memfermentasi glukosa dan laktosa dengan memproduksi asam dan
gas dalam waktu 48 jam, tidak mampu memanfaatkan asam urat sebagai sumber
nitrogen, tidak memanfaatkan asam sitrat dan garam asam sitrat sebagai sumber
karbon, ada beberapa strain yang menghasilkan H2S, dan tidak memproduksi
asetilmetilkarbinol (Breed et al., 1957; Pelczar dan Chan, 2005)
Transmisi melalui rute fekal oral dimana makanan atau air terkontaminasi.
Escherichia coli adalah bakteri kolon manusia yang merupakan flora normal.
Akan tetapi, serotype patogen dapat menginduksi diare dengan berbagai cara,
seperti Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC) yang dapat menyebabkan
penyakit traveler’s diarrhea dan Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC) yang
berperan dalam penyakit diare pada bayi. Escherichia coli merupakan bakteri
penyebab infeksi saluran kemih paling umum dan sekitar 90% infeksi saluran
kemih pertama pada wanita muda (Pommerville, 2010; Jawetz, 2013).
Gambar 2.1 Escherichia coli perbesaran 1000x
Sumber: Dokumen pribadi
1.4. Media Pertumbuhan
Media pertumbuhan adalah suatu campuran yang terdiri dari zat makanan
atau nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9
berkembangbiak (Hidayat dan Sutarma, 1999). Zat-zat makanan atau nutrisi yang
dibutuhkan untuk tumbuh dibedakan menjadi 2 macam, yaitu makroelemen dan
mikroelemen.
Makroelemen merupakan nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
dalam jumlah yang besar, seperti karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen
(N), sulfur (S), fosfor (P) yang diperlukan untuk membentuk karbohidrat, lemak,
protein, dan asam nukleat, kalium (K), magnesium (Mg), kalsium (Ca) berperan
sebagai kation dalam sel dan besi (Fe). Mikroelemen merupakan nutrisi yang
dibutuhkan dalam jumlah kecil, seperti mangan (Mn), zinc (Zn), kobalt (Co),
molibdenum (Mo), nikel (Ni), dan tembaga (Cu) (Pratiwi, 2008).
1.4.1. Media Lactose Broth (LB)
Media Lactose Broth (LB) merupakan medium yang direkomendasikan
untuk digunakan dalam prosedur kualitatif dalam mendeteksi Coliform pada air,
makanan, dan produk susu. Komposisi media Lactose Broth yaitu bubuk LabLemco, pepton, dan laktosa dengan pH akhir 6,9 ± 0,2 pada suhu 25ºC (Oxoid,
2015).
1.4.2. Media Brilliant Green Lactose Bile Broth 2% (BGLB 2%)
Media Brilliant Green Lactose Bile Broth 2% (BGLB 2%) merupakan
media selektif untuk mendapatkan bakteri dari kelompok coli-aerogenes.
Komposisi media Brilliant Green Lactose Bile Broth 2% (BGLB 2%)
yaitu
pepton, laktosa, empedu, dan brilliant green. Media ini mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Gram positif karena adanya empedu dan brilliant green.
Laktosa pada media ini akan difermentasi oleh bakeri kelompok coli-aerogenes
yang kemudian membentuk gas. Untuk mendeteksi adanya Escherichia coli,
media diinkubasi pada suhu 44±1ºC selama 48 jam (Oxoid, 2015).
1.4.3. Media Escherichia coli Broth (E.C Broth)
Media Escherichia coli Broth (E.C Broth) merupakan media yang
digunakan untuk mendeteksi bakteri Coliform ketika diinkubasi pada suhu 37ºC
dan Escherichia coli ketika diinkubasi pada suhu 44,5ºC-45,5ºC. Media ini terdiri
dari kaldu laktosa dengan penambahan 0,15% garam empedu. Laktosa dalam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10
media ini berfungsi sebagai sumber karbon, garam empedu berfungsi sebagai
agen selektif menghambat bakteri gram positif, terutama streptococcus fekal dan
basilus (Acumedia, 2015).
1.4.4. Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) merupakan media selektif
yang digunakan untuk mengisolasi bakteri Gram negatif yang berbentuk batang
pada beragam jenis spesimen. Komposisi media Eosin Methylene Blue Agar yaitu
pepton, laktosa, kalium hidrogen fosfat, eosin Y, methylene blue, dan agar dengan
pH akhir 6,8 ± 0,2 pada suhu 25ºC (Oxoid, 2015). Eosin Y dan methylene blue
menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan dalam suasana asam juga
memproduksi kompleks ungu tua yang biasanya disertai dengan kilap logam
berawarna hijau. Kilap logam bewarna hijau merupakan indikator telah terjadinya
fermentasi laktosa dan/ atau sukrosa oleh Coliform fekal (Leboffe dan Pierce,
2010).
1.4.5. Media Nutrient Agar (NA)
Media Nutrient Agar merupakan media dasar yang digunakan untuk
memanen berbagai jenis bakteri dan untuk enumerasi organisme yang terdapat
pada sampel air, limbah, feses, dan bahan lain. Komposisi media Nutrient Agar
yaitu pepton, natrium klorida, ekstrak ragi, ekstrak daging sapi, dan agar dengan
pH akhir 7,4 ± 0,2 pada suhu 25ºC (Atlas, 2010).
1.4.6. Media Sulfide-Indole-Motility (SIM)
Media Sulfide-Indole-Motility (SIM) merupakan media yang digunakan
untuk membedakan anggota Enterobacteriaceae berdasarkan kemampuannya
dalam memproduksi H2S, indol, dan berdasarkan pergerakan atau motilitas. Media
SIM merupakan media semi solid yang terdiri dari kasein dan jaringan hewan
sebagai sumber asam amino, komponen yang mengandung besi, dan sulfur.
Komposisi media Sulfide-Indole-Motility (SIM) yaitu pepton, glukosa, dan dapar
fosfat. Pepton merupakan sumber protein, glukosa sebagai sumber karbohidarat
yang dapat difermentasi, dan dapar fosfat mencegah perubahan pH medium yaitu
7,3 ± 0,2 pada suhu 25ºC. (Acumedia, 2010; Leboffe dan Pierce, 2010).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11
1.4.7. Media Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP)
Media Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP) merupakan media yang
dikenal juga dengan nama Glucose Phophate Broth. Media ini digunakan untuk
membedakan bakteri yang didasarkan pada produksi asam pada uji metil merah
dan produksi asetoin pada uji Voges Proskauer (Atlas, 2010). Komposisi media
Metil Red-Voges Proskauer (MR-VP) yaitu glukosa, pepton, dan dapar fosfat
dengan pH akhir 6,9 ± 0,2 pada suhu 25ºC (Atlas, 2010; Leboffe dan Pierce,
2010).
1.4.8. Media Simon Sitrat
Media Simon Sitrat merupakan media yang digunakan untuk membedakan
bakteri Enterobacteriaceae. Komposisi media Simon Sitrat yaitu natrium sitrat
sebagai sumber karbon dan amonium fosfat sebagai sumber nitrogen, dengan pH
akhir 6,8 ± 0,2 pada suhu 25ºC (Atlas, 2010; Himedia, 2011).
1.4.9. Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Komposisi Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) yaitu bubuk Lab-Lemco,
ekstrak ragi, pepton, natrium klorida, laktosa, sukrosa, glukosa, besi sitrat,
natrium tiosulfat, fenol merah, dan agar (Oxoid, 2015). Ekstrak ragi dan pepton
merupakan sumber karbon dan nitrogen, natrium tiosulfat sebagai sumber untuk
reduksi sulfur, fenol red sebagai pH indikator, dan besi sitrat sebagai indikator
H2S (Leboffe dan Pierce, 2010). Media ini terdiri dari 3 karbohidrat yaitu laktosa,
sukrosa, dan glukosa yang bertujuan untuk meningkatkan sensitivitas medium
dengan memfasilitasi deteksi bakteri yang memfermentasi sukrosa sebaik
mendeteksi laktosa dan atau dekstrosa/ glukosa (Difco).
Media ini digunakan untuk membedakan bakteri Gram negatif berbentuk
batang berdasarkan kemampuannya memfermentasi karbohidrat seperti laktosa,
sukrosa, glukosa dan produksi H2S hasil dari reduksi sulfur. Bakteri yang
memfermentasi karbohidrat ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna
medium karena pH indikator yaitu fenol merah dari merah menjadi kuning dan
produksi H2S terlihat dengan terbentuknya endapan berwarna hitam pada dasar
tabung. Media yang berubah warna menjadi kuning menandakan bahwa suasana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12
dalam keadaan asam dan sebaliknya apabila media berwarna merah menandakan
bahwa suasana basa. Produksi gas mengindikasikan bahwa telah terjadi
pemecahan medium oleh bakteri.
1.5. Analisis Mikrobiologi Air
1.5.1. Metode Angka Paling Mungkin (APM)
Metode Angka Paling Mungkin (APM) atau Most Probable Number
(MPN) atau dalam Farmakope IV disebut sebagai metode tabung ganda
merupakan metode yang digunakan untuk memperkirakan mikroorganisme dalam
jumlah yang sedikit, konsentrasi kecil, atau untuk bakteri yang tidak mampu
tumbuh dengan baik pada media padat. Sampelnya dapat berupa susu, makanan,
air, dan tanah. Perhitungan APM ini tidak memperhatikan jenis bakteri di dalam
kelompok tersebut apakah termasuk ke dalam Coliform fekal atau pun Coliform
non fekal (Suriwawiria. 2003).
Kelebihan metode Angka Paling Mungkin (Jay, 2000):
1. Sederhana;
2. Kelompok organisme yang spesifik dapat ditentukan dengan menggunakan
media selektif dan diferensial yang cocok;
3. Metode ini merupakan pilihan untuk menentukan populasi Coliform fekal.
Kekurangan metode Angka Paling Mungkin (Suriawiria, 2003):
1. Hanya dapat menggunakan sedikit sampel air dalam satu kali analisis;
2. Untuk mendapatkan biakan yang baik dibutuhkan waktu beberapa hari;
3. Hanya didapatkan perkiraan jumlah Coliform secara kasar;
4. Membutuhkan banyak alat dan bahan;
5. Tidak dapat dilakukan di lokasi pengambilan sampel sehingga dibutuhkan
sistem pengangkutan tertentu agar tidak terjadi perubahan jumlah bakteri pada
sampel.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13
Pengenceran
100
Pengenceran
10-1
Pengenceran
10-2
Pengenceran
10-3
Dilakukan
secara 3
replikasi atau
5 replikasi
atau 10
replikasi
Dilakukan
secara 3
replikasi atau
5 replikasi
atau 10
replikasi
Dilakukan
secara 3
replikasi atau
5 replikasi
atau 10
replikasi
Hasil dari 3 tabung atau 5 tabung atau 10 tabung
secara statistik dianalisis tabel APM
Gambar 2.2 Metode APM
1.5.1.1. Uji Sangkaan
Uji sangkaan merupakan tes pandahuluan untuk melihat ada tidaknya
kehadiran bakteri Coliform pada suatu sampel berdasarkan terbentuknya asam dan
gas yang disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri kelompok Coliform.
Uji ini dilakukan dengan cara menumbuhkan bakteri dalam media Lactose Broth
(LB) dan diinkubasi selama hingga 48 jam. Hasil positif dan negatif didasarkan
pada kekeruhan media dan terbentuk atau tidaknya gelembung pada tabung
durham. Apabila media menjadi keruh dan terbentuk gelembung sebanyak paling
tidak 10% dari volume tabung durham maka hasil positif dan sebaliknya apabila
media tetap jernih dan tidak terbentuk gelembung maka hasilnya negatif (SNI,
1992; Widyanti dan Ristiati, 2014).
1.5.1.2. Uji Penegasan (Confirmed Test)
Konfirmasi hasil uji sangkaan perlu dilakukan karena pada uji sangkaan
mungkin terdeteksi bakteri non Coliform yang bukan merupakan bakteri indikator
polusi fekal (Kiiyukia, 2003). Tabung yang positif terbentuk asam dan gas pada
uji sangkaan diinokulasi pada media Brilliant Green Lactose Bile Broth 2%
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14
15
35ºC selama 18-24 jam kemudian lakukan pewarnaan Gram (Leboffe dan Pierce,
2011; SNI, 1992).
Gambar 2.4 Koloni Escherichia coli pada media EMBA berwarna
kilap logam kehijauan
Sumber: Dokumen pribadi
Pada suasana asam, Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) akan
membentuk kompleks yang akan mengendapkan bakteri Coliform dan membentuk
koloni berwarna kehijauan dengan bintik hitam di tengah koloni dan kilap logam.
Reaksi ini merupakan karakteristik Escherichia coli (Kiiyukia, 2003). Kilap
logam kehijauan ini sebagai indikator bakteri Coliform fekal yang memfermentasi
laktosa dan/ atau sukrosa. Akan tetapi, pada beberapa strain Escherichia coli
menunjukkan koloni berwarna hitam (Leboffe dan Pierce, 2011).
1.5.2.1. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram merupakan metode yang dilakukan untuk membedakan
spesies bakteri menjadi 2 kelompok besar yaitu bakteri Gram negatif dan Gram
positif. Pewarnaan Gram dilakukan berdasarkan pada sifat fisika kimia dinding
selnya.
Prosedur pewarnaan Gram yaitu diambil sebanyak 1 ose biakan bakteri
dalam media Nutrient Agar (NA) pada gelas objek kemudian difiksasi dengan
cara melewatkan sediaan di atas api bunsen. Sediaan ditetesi beberapa larutan
kristal violet dibiarkan selama 1 menit. Kemudian dicuci dengan air mengalir dan
dikering anginkan. Sediaan ditetesi beberapa tetes lugol lalu dibiarkan selama 1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16
menit. Dicuci kembali menggunakan air mengalir dan dikering anginkan. Sediaan
dicuci dengan alkohol 96% selama 30 detik. Dicuci dengan air mengalir dan
dikering anginkan. Sediaan diberi beberapa tetes safranin lalu biarkan selama 1030 detik. Dicuci menggunakan air mengalir setelah itu dikering anginkan dan
diserap dengan kertas saring kemudian diamati di bawah mikroskop (SNI, 1992).
Kemampuan untuk mencegah penghilangan warna bukan berdasarkan
pada konstruksi dinding sel antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif.
Dinding sel bakteri Gram negatif memiliki kandungan lipid yang lebih banyak
dan memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis daripada dinding sel bakteri
Gram positif (Leboffe dan Pierce, 2010).
Muatan positif kristal violet melewati dinding sel dan membran sel
kemudian berikatan dengan komponen di dalam sel yang bermuatan negatif.
Lugol ditambahkan untuk meningkatkan pewarnaan kristal violet dengan
membentuk kompleks kristal violet-lugol. Kemudian dilakukan penghilangan
warna dengan menggunakan alkohol. Pada bakteri Gram negatif, alkohol
melarutkan lipid yang terdapat pada membran terluar bakteri Gram negatif dan
meluruhkan kompleks kristal violet-lugol dari sel. Sedangkan pada bakteri Gram
positif terjadi dehidrasi karena penetesan alkohol dan menyebabkan tertutupnya
porus selama dehidrasi. Kompleks kristal violet-lugol akan terperangkap dalam
lapisan peptidoglikan dan tidak terjadi penghapusan warna. Bakteri Gram negatif
akan mengalami penghilangan warna sedangkan bakteri Gram positif tidak. Lalu
dilakukan penetesan safranin yang menyebabkan bakteri Gram negatif akan
menunjukkan warna merah sedangkan Gram positif akan berwarna ungu (Leboffe
dan Pierce, 2010).
1.5.2.2. Uji Lanjutan
Untuk mengetahui lebih jauh mengetahui jenis bakteri dari golongan yang
didapat, harus dilakukan uji lanjutan dengan IMViC (Indol, Merah metil, Voges
Proskauer, Sitrat) dan uji Triple Sugar Iron. Uji ini penting untuk membedakan
bakteri dalam kelompok Coliform.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17
a. Uji Indol
Uji
indol
dilakukan
untuk
membedakan
bakteri
dari
famili
Enterobacteriaceae berdasarkan kemampuannya mendegradasi asam amino
triptofan dan produksi indol. Mikroorganisme uji diinokulasi pada Triptofan Broth
yang mengandung triptofan yang merupakan asam amino esensial. Oleh beberapa
bakteri, triptofan akan dioksidasi yang kemudian akan membentuk indol, asam
piruvat, dan ammonia. Indol ini akan dideteksi dengan penambahan reagen
KOVAC yang akan membentuk cincin merah (Hemraj et al., 2013).
Media yang digunakan selain Triptofan Broth yaitu Sulfide-Indole-Motility
(SIM) dan Motility-Indole-Ornithine (MIO). Reagen Ehrlich dapat digunakan
sebagai
alternatif
reagen
KOVAC.
Reagen
ini
juga
mengandung
P-dimetilaminobenzaldehid (DMAB) yang akan bereaksi dengan indol dan
mengahasilkan cincin berwarna merah. Reagen Ehrlich ini lebih sensitif daripada
reagen KOVAC akan tetapi mengandung zat toksik atau pelarut yang mudah
terbakar. Reagen Ehrlich direkomendasikan untuk mendeteksi kelompok bakteri
yang memproduksi sedikit indol seperti basilus nonfermentative atau anaerob.
Sedangkan reagen KOVAC lebih stabil dan tidak mengandung ekstraksi organik
sehingga formulasi KOVAC lebih cocok digunakan oleh mahasiswa peneliti di
laboratorium (Hemraj et al., 2013).
b. Uji Merah Metil
Uji merah metil dilakukan bertujuan untuk membedakan bakteri Gram
negatif yang berbentuk batang dari famili Enterobacteriaceae. Prinsipnya yaitu
mengukur keasaman akhir dari kultur bakteri pada media Methyl Red-Voges
Proskauer (MR-VP) broth yang mengandung glukosa, pepton, dan dapar fosfat.
Pada tahap awal fermentasi glukosa Escherichia coli dan Klabsiella auragens
akan menghasilkan asam sehingga menyebabkan perubahan warna indikator
merah metil menjadi orange dan merah tapi ketika diinkubasi lebih lanjut
Klabsiella auragens akan memecah asam piruvat dan asam lain yang kemudian
akan merubah warna merah metil menjadi kuning (Hemraj et al., 2013).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18
c. Uji Voges Proskauer
Uji Voges Proskauer dilakukan berdasarkan pada pencernaan glukosa
menjadi asetilmetilkarbinol. Jika glukosa dipecah akan bereaksi dengan α-Naftol
dan KOH yang kemudian membentuk warna merah. Untuk Escherichia coli
hasilnya akan negatif, yaitu terbentuk warna kuning coklat (Hemraj et al., 2013).
d. Uji Sitrat
Uji sitrat dilakukan untuk membedakan bakteri enterik berdasarkan
kemampuannya untuk memanfaatkan sumber karbon. Pemanfaatan sitrat
bergantung pada enzim sitrat permease. Media yang digunakan dalam uji ini yaitu
Simon Sitrat. Media ini mengandung natrium sitrat yang merupakan satu-satunya
sumber karbon dan energi bagi bakteri. Indikator juga diperlukan dalam uji ini,
yaitu bromotimol blue. Ketika asam sitrat dimetabolisme dan menghasilkan
karbon dioksida, kombinasi natrium dan air membentuk natrium karbonat yang
merupakan produk yang bersifat alkali/ basa yang kemudian akan mengubah
warna dari hijau menjadi biru. Jika perubahan terjadi maka hasilnya positif.
Sedangkan untuk Escherichia coli akan menunjukkan hasil negatif.
e. Uji Triple Sugar Iron
Uji triple sugar iron dilakukan untuk membedakan bakteri dari famili
Enterobacteriaceae berdasarkan kemampuannya memfermentasi laktosa, sukrosa,
glukosa, dan produksi H2S (Raghavan, 2015). Fermentasi laktosa, sukosa, dan
glukosa dideteksi dengan perubahan warna pH indikator yaitu merah fenol dari
merah menjadi kuning sedangkan produksi H2S dideteksi dari perubahan warna
media menjadi hitam.
Prosedurnya yaitu diambil sebanyak 1 ose bakteri dari media Nutrient
Agar (NA) kemudian diinokulasi dalam media Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
lalu diinkubasi pada suhu 37ºC selama 18-24 jam untuk melihat fermentasi
karbohidrat dan hingga 48 jam untuk melihat produksi H2S (Leboffe dan Pierce,
2010). Apabila bakteri yang diinokulasi merupakan bakteri yang hanya
memfermentasi glukosa maka akan terbentuk asam yang menurunkan pH dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19
menyebabkan perubahan warna medium menjadi kuning dalam 24 jam sedangkan
bakteri yang memfermentasi glukosa dan laktosa akan menunjukkan perubahan
warna medium menjadi kuning dalam waktu lebih dari 24 jam dan jika laktosa
atau sukrosa difermentasi maka akan terbentuk asam dalam jumlah besar yang
mengakibatkan permukaan media dan bagian dasar media berubah menjadi
kuning (Atlas, 2010; Jawetz et al., 2013). Bakteri Escherichia coli akan
menunjukkan hasil A/A,G dimana permukaan kuning dan bagian dasar kuning
karena terjadi fermentasi glukosa dan laktosa dan/atau sukrosa dengan akumulasi
asam pada bagian permukaan dan dasar media dengan agar pecah atau terangkat
karena produksi gas (Leboffe dan Pierce, 2010).
Tabel 2.2 Hasil Uji Triple Sugar Iron dan Interpretasinya
Hasil
Interpretasi
Kode
Permukaan kuning/ bagian
Fermentasi glukosa dan laktosa dan/atau sukrosa
A/A
dasar kuning
dengan akumulasi asam pada bagian permukaan
dan dasar
Permukaan merah/ bagian
Fermentasi glukosa dengan memproduksi asam.
dasar kuning
Protein dikatabolisme secara aerob (pada bagian
K/A
permukaan) dengan memproduksi basa
Permukaan merah/ bagian
Tidak terjadi fermentasi. Pepton dikatabolisme
dasar merah
secara aerob dan anaerob dengan menghasilkan
K/K
basa. Bukan dari Enterobacteriaceae
Permukaan merah/ bagian
Tidak terjadi fermentasi. Pepton dikatabolisme
dasar tidak ada perubahan
secara aerob dan menghasilkan basa. Bukan dari
K/NC
Enterobacteriaceae
Permukaan
tidak
perubahan/bagian
ada
dasar
Organisme tumbuh secara lambat atau tidak
NC/NC
tumbuh. Bukan dari Enterobacteriaceae
tidak ada perubahan
Endapan hitam
Reduksi sulfur (pada kondisi asam yang dihasilkan
H2S
dari fermentasi glukosa atau laktosa dan/atau
sukrosa akan
membentuk warna kuning pada
bagian dasar akan tetapi akan disamarkan dengan
oleh endapan hitam)
Agar pecah atau terangkat
Produksi gas
G
Sumber: A Photogpraphic Atlas for the Microbiology Laboratory 4th Edition
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III
METODE PENELITIAN
2.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Pengambilan sampel dan pengamatan dilakukan di depot isi ulang
Kelurahan Pondok Cabe Ilir Kota Tangerang Selatan pada bulan April-Mei 2016
dan penelitian dilakukan di Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada bulan April-Mei 2016.
2.2. Alat dan Bahan
2.2.1. Alat
Alat gelas (Iwaki), mikropipet, inkubator (Memmert), autoklaf (ALP,
TOMY), vorteks, hotplate (Heidolph), timbangan analitik (Explorer Pro)
2.2.2. Bahan
Sampel air minum isi ulang depot, Lactose Broth (Oxoid), Brilliant Green
Lactose Bile Broth 2% (Oxoid), Eosin Methylene Blue Agar (Oxoid), E.C Broth
(Oxoid), Nutrient Agar (Oxoid), MR-VP broth (Merck), Simon sitrat (Merck),
Triple Sugar Iron Agar (Oxoid), reagen KOVAC, Barritt A, Barritt B, merah
metil
2.3. Prosedur Kerja
2.3.1. Pengambilan Sampel
Sampel air minum isi ulang berasal dari 5 depot di Kelurahan Pondok
Cabe Ilir, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Sampel diambil
sebanyak 800 mL ditampung dalam botol steril kemudian disimpan pada suhu
25-30ºC, dan tidak lebih dari 24 jam dibawa ke laboratorium untuk diuji.
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.2. Metode Sangkaan (SNI 01-2897-1992)
Uji sangkaan dilakukan dengan metode Angka Paling Mungkin (APM)
seri tabung 3-3-3. Prosedurnya yaitu sampel dikocok sebanyak 25 kali kemudian
diencerkan dengan menggunakan larutan pengencer yaitu Peptone Water sesuai
dengan tingkat pengencerannya. Dipipet sebanyak 1 mL sampel dengan
pengenceran 10-1 pada 3 seri tabung pertama yang berisi Lactose Broth (LB)
sebanyak 5 mL yang telah terdapat tabung durham didalamnya. Untuk 3 seri
tabung berikutnya dipipet sebanyak 1 mL sampel dengan pengenceran 10-2 dan
untuk 3 seri tabung selanjutnya dipipet sebanyak 1 mL sampel dengan
pengenceran 10-3. Setelah itu, tabung diinkubasi pada suhu 36±1ºC selama 24 dan
48 jam lalu dicatat jumlah tabung yang membentuk gas.
2.3.3. Uji Penegesan (Confirmed Test) (SNI 01-2897-1992)
Tabung yang positif pada uji sangkaan kemudian dilakukan uji penegasan.
Prosedurnya yaitu diambil sebanyak 1 ose biakan dan diinokulasi pada media
Brilliant Green Lactose Bile Broth 2% (BGLB 2%) sebanyak 10 mL yang
terdapat pada tabung reaksi yang telah berisi tabung durham. Setelah itu, tabung
diinkubasi pada suhu 36±1ºC selama 24-48 jam kemudian dihitung jumlah tabung
yang menghasilkan gas dan dihitung jumlah bakteri/mL.
2.3.4. Identifikasi Bakteri Escherichia coli (SNI 01-2897-1992)
Diambil sebanyak 1 ose dari tabung reaksi yang positif pada uji sangkaan
ke dalam tabung rekasi yang berisi Escherichia coli broth dan tabung durham.
Setelah itu, tabung diinkubasi pada suhu 44-45ºC selama 24-48 jam dan dicatat
tabung yang positif.
Tabung yang membentuk gas kemudian diinokulasi pada media Eosin
Methylene Blue Agar (EMBA) dan diinkubasi pada suhu 35ºC selama 18-24 jam.
Dipilih koloni berwarna kilap logam yang kemudian diinokulasi pada media agar
miring Nutrient Agar (NA) dan diinkubasi suhu 35°C selama 24 jam.
2.3.4.1. Pewarnaan Gram (SNI 01-2897-1992)
Prosedur pewarnaan Gram yaitu diambil sebanyak 1 ose biakan bakteri
dalam media Nutrient Agar (NA) pada gelas objek kemudian difiksasi dengan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
cara melewatkan sediaan di atas api bunsen. Sediaan ditetesi beberapa tetes
larutan kristal violet dibiarkan selama 1 menit. Setelah itu, dicuci dengan air
mengalir dan dikering anginkan. Sediaan ditetesi beberapa tetes lugol lalu
dibiarkan selama 1 menit. Dicuci kembali menggunakan air mengalir dan dikering
anginkan. Sediaan dicuci dengan alkohol 96% selama 30 detik. Dicuci dengan air
mengalir dan dikering anginkan. Sediaan diberi beberapa tetes safranin lalu
biarkan selama 10-30 detik. Dicuci menggunakan air mengalir setelah itu dikering
anginkan dan diserap dengan kertas saring kemudian diamati di bawah
mikroskop.
2.3.4.2. Uji IMViC (SNI 01-2897-1992 dengan modifikasi)
a. Uji Indol
Biakan dari media Nutrient Agar (NA) diinokulasi pada media SulfideIndole-Motility (SIM) dan diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam. Setelah
diinkubasi, ditambahkan reagen KOVAC sebanyak 0,5 mL lalu didiamkan selama
10 menit. Apabila positif Escherichia coli akan menunjukkan lapisan warna
merah pada permukaan biakan.
b. Uji Merah Metil
Biakan dari media Nutrient Agar (NA) diinokulasi pada Methyl Red-Voges
Proskauer (MR-VP) dan diinkubasi pada suhu 35ºC selama 48 jam. Setelah
diinkubasi, biakan diambil sebanyak 5 mL ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan merah metil sebagai indikator sebanyak 5 tetes dan dikocok. Apabila
positif Escherichia coli akan berwarna merah.
c. Uji Voges Proskauer
Biakan dari media Nutrient Agar (NA) diinokulasi pada pada media
Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP) dan diinkubasi pada suhu 36±1ºC selama
48 jam. Biakan bakteri kemudian diambil sebanyak 1 mL dan ditambahkan
0,6 mL α-Naftol serta 0,2 mL KOH kemudian dikocok dan didiamkan selama 2-4
jam. Apabila positif Escherichia coli akan terbentuk warna kuning coklat.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Uji Sitrat
Biakan dari media Nutrient Agar (NA) diinokulasi pada media agar miring
Simmon Sitrat dan diinkubasi pada suhu 35ºC selama 48-96 jam. Apabila positif
Escherichia coli tidak terjadi perubahan warna pada media.
2.3.4.3. Uji Triple Sugar Iron
Diambil sebanyak 1 ose bakteri dari media Nutrient Agar (NA) kemudian
diinokulasi dalam media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) dengan cara menggores
bagian miringnya dan menusuk bagian tegaknya kemudian diinkubasi pada suhu
37ºC selama 20-48 jam. Apabila positif Escherichia coli terjadi perubahan warna
pada media uji yaitu permukaan agar berwarna kuning dan bagian dasar kuning,
agar pecah atau terangkat karena produksi gas.
Tabel 3.1 Hasil Uji Positif Escherichia coli
Uji
Hasil positif Escherichia coli
Uji Indol
Terbentuk lapisan warna merah pada permukaan biakan.
Uji Merah Metil
Berwarna merah
Uji Voges Proskauer
Kuning coklat
Uji Sitrat
Media tidak berubah menjadi biru
Uji Triple Sugar Iron
Permukaan agar berwarna kuning dan bagian dasar kuning, agar
pecah atau terangkat karena produksi gas
Sumber: Leboffe dan Pierce, 2010; SNI, 1992
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengumpulan Sampel dan Pengamatan Depot Air Minum Isi Ulang
Pengumpulan sampel dan pengamatan kondisi Depot Air Minum Isi
Ulang (DAMIU) dari depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir, Kota Tangerang
Selatan, Banten dilakukan pada bulan April hingga Mei 2016. Sampel yang
diperoleh yaitu sebanyak 5 sampel air minum isi ulang pada 5 lokasi yang berbeda
(Gambar 4.1) dan pengamatan kondisi depot disajikan pada Tabel 4.1.
Gambar 4.1 Peta Lokasi Sampling Air Minum Isi Ulang
Keterangan
: Lokasi pengambilan sampel
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25
Tabel 4.1 Pengamatan Depot Air Minum Isi Ulang di Kelurahan Pondok Cabe Ilir
No
Aspek
1
Lantai
2
Dinding
3
4
5
Kondisi langitlangit
Penyimpanan
penutup galon
Asal air baku
D1
D2
D3
D4
D5
Keramik berwarna
Keramik berwarna
Keramik berwarna
Keramik berwarna putih
Keramik berwarna
putih dan bersih
putih dan bersih
putih dan bersih
dan bersih
putih dan bersih
Dari triplek
Tembok berwarna putih
Plafon berlubang
Tidak berplafon
Diletakan di ruang UV
Diletakan di ruang
pengisian air minum
Tembok berwarna
putih
Tembok berwarna putih
Berplafon
Berplafon
Diletakan di ruang UV
Diletakan di ruang UV
Tembok berwarna
putih
Berplafon
Diletakan di ruang
UV
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
3 kali per minggu
1 kali per 2-3 minggu
2-3 kali per minggu
1 kali per minggu
-
Pemukiman penduduk
Pemukiman penduduk
UV
Frekuensi
6
kedatangan air
baku
7
8
Kondisi sekitar
Sungai dan
depot
pemukiman penduduk
Alat sterilisasi
UV
Tidak tahu
UV
UV
6 bulan sekali
1 bulan sekali
1 minggu sekali
3 bulan sekali
Pemukiman penduduk
Pemukiman penduduk,
bengkel
Frekuensi
9
pencucian bak
penampung air
Belum pernah
dibersihkan
baku
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26
(Lanjutan)
No
10
11
Aspek
Cara pencucian
galon
Lokasi alat
pencucian galon
D1
D2
D3
D4
D5
Air
Air
Air
Air
Air
Berada di luar depot
Berada di luar depot
Berada di luar depot
Berada di dalam depot
Berada di luar depot
Persyaratan teknis Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) telah ditetapkan oleh mentri perindustrian dan perdagangan melalui
Keputusan Mentri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 651/MPP/Kep/10/2004. Sehingga kondisi depot di
Kelurahan Pondok Cabe Ilir dibandingkan kesesuaiannya dengan peraturan tersebut.
Berdasarkan tabel 4.1, kondisi bangunan depot D1 yaitu lantai terbuat dari keramik berwarna putih dan bersih, dinding terbuat dari
triplek, kondisi plafon atau langit-langit berlubang, penyimpanan penutup galon di ruang pengisian air yang ber-UV, asal air baku yaitu
dari Bogor dengan frekuensi kedatangan 3 kali dalam seminggu, di sekitar depot terdapat sungai dan pemukiman penduduk, alat
sterilisasinya yaitu UV, pencucian bak penampung air baku dilakukan 6 bulan sekali, pencucian galon menggunakan air tanpa deterjen, dan
alat pencucian galon berada di luar bangunan depot.
Berdasarkan tabel 4.1, kondisi bangunan depot D2 yaitu lantai terbuat dari keramik berwarna putih dan bersih, dinding terbuat dari
tembok dengan cat berwarna putih, tidak berplafon, penyimpanan penutup galon di ruang pengisian air, asal air baku yaitu dari Bogor
dengan frekuensi kedatangan 1 kali dalam 2 hingga 3 minggu, di sekitar depot terdapat pemukiman penduduk, alat sterilisasinya tidak
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27
diketahui, pencucian bak penampung air baku dilakukan 1 bulan sekali, pencucian
galon menggunakan air tanpa deterjen, dan alat pencucian galon berada di luar
bangunan depot.
Berdasarkan tabel 4.1, kondisi bangunan depot D3 yaitu lantai terbuat dari
keramik berwarna putih dan bersih, dinding terbuat dari tembok dengan cat
berwarna putih, kondisi plafon atau langit-langit baik, penyimpanan penutup
galon di ruang pengisian air yang ber-UV, asal air baku yaitu dari Bogor dengan
frekuensi kedatangan 2 hingga 3 kali dalam seminggu, di sekitar depot terdapat
pemukiman penduduk dan bengkel, alat sterilisasinya yaitu UV, pencucian bak
penampung air baku dilakukan 1 minggu sekali, pencucian galon menggunakan
air tanpa deterjen, dan alat pencucian galon berada di luar bangunan depot.
Berdasarkan tabel 4.1, kondisi bangunan depot D4 yaitu lantai terbuat dari
keramik berwarna putih dan bersih, dinding terbuat dari tembok dengan cat
berwarna putih, kondisi plafon atau langit-langit baik, penyimpanan penutup
galon di ruang pengisian air yang ber-UV, asal air baku yaitu dari Bogor dengan
frekuensi kedatangan 1 kali dalam seminggu, di sekitar depot terdapat pemukiman
penduduk, alat sterilisasinya yaitu UV, pencucian bak penampung air baku
dilakukan 3 bulan sekali, pencucian galon menggunakan air tanpa deterjen, dan
alat pencucian galon berada di dalam bangunan depot.
Berdasarkan tabel 4.1, kondisi bangunan depot D5 yaitu lantai terbuat dari
keramik berwarna putih dan bersih, dinding terbuat dari tembok dengan cat
berwarna putih, kondisi plafon atau langit-langit baik, penyimpanan penutup
galon di ruang pengisian air yang ber-UV, asal air baku yaitu dari Bogor dengan
frekuensi kedatangan belum ditentukan karena depot D5 merupakan depot baru,
di sekitar depot terdapat pemukiman penduduk, alat sterilisasinya yaitu UV,
pencucian bak penampung air baku belum pernah dilakukan, pencucian galon
menggunakan air tanpa deterjen, dan alat pencucian galon berada di luar
bangunan depot.
Konstruksi lantai, dinding dan plafon area produksi harus baik dan selalu
bersih, begitupula dinding ruang pengisian harus dibuat dari bahan yang licin,
berwarna terang dan tidak menyerap sehingga mudah dibersihkan. Untuk syarat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28
kondisi lantai, semua depot memenuhi persyaratan sedangkan syarat dinding tidak
demikian. Dinding semua depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir tidak terbuat dari
bahan yang licin akan tetapi dinding berwarna terang dan bersih. Syarat kondisi
atap dan langit-langit bangunan depot yaitu harus sempurna tertutup, tidak ada
yang bocor, permukaan rata, berwarna terang, dan mudah dibersihkan (Suprihatin
dan Adriyani, 2008). Sebagian besar kondisi langit-langit depot sudah memenuhi
syarat kecuali pada depot D1 yang berlubang dan depot D2 yang tidak berplafon
sehingga sangat rawan binatang masuk ke area depot.
Mesin dan peralatan yang berhubungan langsung dengan air baku atau
produk akhir harus dibersihkan dan dilakukan sanitasi secara teratur. Pada depot
D2 pencucian bak penampung air baku dilakukan sebulan sekali, kegiatan ini
sudah baik karena seharusnya 6 bulan sekali akan tetapi air baku tersimpan cukup
lama dalam bak penampung karena air baku datang setiap 2-3 minggu sekali
sehingga meningkatkan risiko tercemarnya mikroba (Rahayu et al., 2013).
Sedangkan untuk depot D1, D3, D4, dan D5 perputaran air baku pada bak
penampung lebih cepat dibandingkan dengan depot D2 dan frekuensi
pembersihan bak penampung air juga memenuhi syarat.
Sanitasi lingkungan berpengaruh terhadap adanya cemaran bakteri
Coliform pada air minum isi ulang terlihat pada kondisi depot yang tidak
berplafon dan kotor, alat sterilisasi yang tidak diketahui oleh petugas dan hal ini
menunjukkan bahwa alat sterilisasi tidak pernah dirawat sehingga petugas tidak
tahu jenisnya, dan juga lamanya air baku tersimpan dalam bak penampung air
(Suprihatin et al., 2008). Pada depot air minum isi ulang biasanya terdapat lampu
indikator bahwa UV masih bekerja dengan baik sedangkan pada depot D2 tidak
adanya indikator tersebut sehingga kemungkinan lampu UV perlu diganti (Rahayu
et al., 2013).
Pencucian galon harus dilakukan dengan menggunakan deterjen tara
pangan dan air bersih dengan suhu 60-85°C, kemudian dibilas dengan air minum
atau air produk (Deperindag, 2004). Semua depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir
tidak menerapkan aturan tersebut, semua depot hanya mencuci wadah galon
konsumen dengan hanya menggunakan air kemudian disikat dan dibilas ditambah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29
lagi pada depot D1, D2, D3, dan D5 alat pembersih galon yang letaknya di luar
bangunan depot sehingga semakin tinggi risiko tercemar mikroba.
Empat dari 5 kondisi lokasi semua depot sudah memenuhi syarat yaitu
bangunan depot berada di lokasi yang bebas dari pencemaran, seperti tempat
pembuangan kotoran dan sampah, penumpukan barang bekas atau bahan
berbahaya yang beracun, bengkel, perusahaan cat, las, kapur (Deperindag, 2004).
Hanya depot D3 berada di lokasi yang berdekatan dengan bengkel.
Berdasarkan pengamatan pada kondisi depot air minum isi ulang yang
telah disajikan dalam tabel 4.1 terlihat bahwa depot D2 yang kurang menjaga
kondisi depotnya yang seharusnya bangunan dan bagian-bagiannya harus
dipelihara dan dilakukan sanitasi secara teratur dan berkala, hal ini dilakukan
untuk mencegah masuknya tikus, serangga, dan binatang kecil lainnya ke dalam
bangunan bangunan proses produksi atau pun tempat pengisian (Indirawati,
2009).
Kontaminasi pada air minum isi ulang dapat disebabkan karena tingginya
kandungan cemaran mikroba pada air baku, adanya kontaminasi selama
memasukkan air ke dalam tangki pengangkutan, bak penampungan kurang bersih,
lamanya waktu penyimpanan air dalam bak penampungan, pengusaha depot
belum mengetahui peralatan depot yang baik dan cara memeliharanya sehingga
kurang memperhatikan dan tidak rutin membersihkan peralatan depot, proses
filtrasi kurang memadai, peralatan depot air minum yang tidak dilengkapi alat
sterilisasi atau daya bunuhnya rendah terhadap bakteri, kurang memperhatikan
pentingnya sanitasi lingkungan, adanya kontaminasi dari galon yang tidak
disterilisasi, tidak dilakukannya uji rutin untuk memeriksakan kelayakan produksi
air minum isi ulang (Natalia et al, 2004; Radji, 2008; Walangitan et al, 2016).
Untuk menghindari kontaminasi produk air minum isi ulang, pemilik
DAMIU harus secara rutin dan berkala melakukan pemeliharaan sarana produksi
dan program sanitasi, mencegah masuknya tikus, serangga, binatang kecil lainnya
ke dalam bangunan dan tempat pengisian, hati-hati dalam menggunakan
desinfektan dan insektisida untuk membasmi mikroorganisme, serangga, dan
tikus. Selain itu, wadah yang dibawa konsumen harus disanitasi dan diperiksa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30
sebelum diisi dan proses pengisian air hingga penutupan wadah dilakukan di
ruang yang higienis (Purnawijayanti 2001; Purwaningsih, 2009).
4.2. Hasil Uji Sangkaan
Hasil uji sangkaan dari 5 sampel air minum isi ulang dari depot di
Kelurahan Pondok Cabe Ilir dibandingkan dengan kontrol negatif dapat dilihat
pada tabel 4.2. dan 4.3. Hanya sampel D2 pengenceran 10-1 replikasi tabung ke-2
yang menunjukkan hasil positif dimana terbentuk gelembung dan terjadi
kekeruhan media Lactose broth, sedangkan sampel D1, D3, D4, dan D5 hanya
menunjukkan produksi asam yang ditandai dengan kekeruhan pada media Lactose
broth dan pada blangko akuades steril pengenceran 10-1, 10-2, 10-3, dan media
tidak menujukkan kekeruhan media atau pun gelembung pada tabung durham.
Tabel 4.2 Hasil uji sangkaan air minum isi ulang (AMIU) depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir
pada masa inkubasi 24 jam dengan metode Angka Paling Mungkin (APM) seri 3 tabung
Tabung positif pada masa inkubasi 24 jam
Replikasi
Sampel
Replikasi
Replikasi
Pengenceran 10
-1
-2
Pengenceran 10
Pengenceran 10-3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
D1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
D2
-
+
-
-
-
-
-
-
-
D3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
D4
-
-
-
-
-
-
-
-
-
D5
-
-
-
-
-
-
-
-
-
BM
-
-
-
-
-
-
-
-
-
B10-1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
B10-2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
B10-3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan:
1= Replikasi tabung 1; 2= Replikasi tabung 2; 3= Replikasi tabung 3; BM = Blangko media;
B10-1= Blangko pengenceran 10-1 ; B10-2= Blangko pengenceran 10-2 ; B10-3= Blangko
pengenceran 10-3; - Tidak terbentuk gelembung pada tabung durham; + Terbentuk gelembung
pada tabung durham.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
31
Tabel 4.3 Hasil uji sangkaan air minum isi ulang (AMIU) depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir
pada masa inkubasi 48 jam dengan metode Angka Paling Mungkin (APM) seri 3 tabung
Tabung positif pada masa inkubasi 48 jam
Replikasi
Sampel
Replikasi
Pengenceran 10
-1
1
2
D1
-
D2
Replikasi
Pengenceran 10
-2
Pengenceran 10-3
3
1
2
3
1
2
3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
D3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
D4
-
-
-
-
-
-
-
-
-
D5
-
-
-
-
-
-
-
-
-
BM
-
-
-
-
-
-
-
-
-
B10-1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
B10-2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
B10-3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan:
1=Tabung 1; 2= Tabung 2; 3= Tabung 3; BM = Blangko media; B10 -1= Blangko pengenceran 10-1
; B10-2= Blangko pengenceran 10-2 ; B10-3= Blangko pengenceran 10-3; - Tidak terbentuk
gelembung pada tabung durham; + Terbentuk gelembung pada tabung durham.
Kelompok
Enterobacteriaceae,
Coliform
terdiri
diantaranya
Klabsiella, Salmonella, Shigella
dari
beberapa
Escherichia,
genus
Citrobacter,
(APHA, 1992;
Baylis
dari
famili
Enterobacter,
et
al., 2011).
Enterobacteriaceae merupakan organisme indikator yang digunakan untuk melihat
apakah suatu makanan atau minuman memiliki higienitas yang buruk, proses
pengolahan yang kurang baik, atau pun kontaminasi setelah suatu makanan
diproses. Untuk mendeteksi Enterobacteriaceae, ada beberapa prinsip yang perlu
dilakukan yaitu membedakan suatu bakteri berdasarkan kemampuannya dalam
memfermentasikan laktosa, yaitu bakteri memfermentasi laktosa secara anaerob
dalam 48 jam dan bakteri jarang memfermentasi laktosa secara anaerob.
Pengelompokan bakteri Coliform didasarkan pada kemampuan fermentasinya.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
32
Ketika tabung menunjukkan terbentuknya gelembung gas pada tabung
durham dan asam yang ditandai dengan kekeruhan media Lactose broth,
kemungkinan besar bahwa bakteri yang terkandung di dalamnya merupakan
bakteri Enterobacteriaceae karena dapat memfermentasi gula melalui fermentasi
campuran asam dan butandiol (Müller, 2001). Perubahan gula menjadi piruvat
melalui proses glikolisis dan oleh beberapa bakteri akan diubah menjadi asam,
CO2, dan H2. Media yang digunakan pada uji sangkaan mengandung gula yaitu
laktosa dan akan menjadi sumber energi bagi bakteri. Secara sederhana, reaksi
yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut:
Gula → Piruvat → Asam + CO2 + H2
4.3. Hasil Uji Penegasan
Tahap selanjutnya yaitu uji penegasan yang dilakukan untuk menghitung
jumlah total Coliform serta untuk meyakinkan bakteri yang terkandung dalam
sampel merupakan bakteri kelompok Coliform karena pada uji sangkaan hasil
positif tidak selalu disebabkan oleh bakteri Coliform, seperti bakteri lain yang
mampu memfermentasi laktosa yang kemudian memproduksi gas dan asam
seperti bakteri asam laktat atau oleh bakteri yang bersifat sinergis sehingga dapat
menguraikan karbohidrat dan membentuk gas (APHA, 1992; Radji, 2008). Hanya
sampel D2 replikasi tabung ke-2 pengenceran 10-1 yang dilanjutkan ke uji
penegasan karena pada sampel D1, D3, D4, D5 menunjukkan hasil negatif pada
uji sangkaan. Sampel D2 yang menunjukkan hasil positif pada uji sangkaan
diinokulasi dalam media Brilliant Green Lactose Bile broth 2% (BGLB 2%)
kemudian diinkubasi pada suhu 36±1ºC selama 24-48 jam.
Pada uji penegasan sampel D2 replikasi tabung ke-2 pengenceran 10-1
masa inkubasi 24 jam terbentuk gelembung gas pada tabung durham namun
sangat kecil yaitu <10% sehingga diputuskan untuk dilanjutkan inkubasinya
hingga 48 jam (Gambar 4.2). Pada masa inkubasi 48 jam terlihat terbentuk
gelembung yang semakin besar dan >10%. Hasil yang diperoleh dari uji
penegasan ini kemudian dapat digunakan untuk menghitung nilai APM/mL
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
33
dengan menggunakan tabel Hopkins yang tercantum dalam SNI 01-2897-1992
(Tabel 4.4).
A
B
Gambar 4.2 Hasil uji penegasan pada masa inkubasi 24 jam terbentuk gelembung gas <10%
(A) dan pada masa inkubasi 48 jam gelembung yang terbentuk gelembung gas semakin
besar yaitu >10% (B)
Tabel 4.4 Nilai APM/mL setiap sampel air minum isi ulang
Sampel
Kombinasi tabung yang positif
Nilai APM/mL
D1
0-0-0
<3
D2
1-0-0
4
D3
0-0-0
<3
D4
0-0-0
<3
D5
0-0-0
<3
Berdasarkan tabel 4.4, nilai APM/mL pada sampel D1, D3, D4, dan D5
yaitu <3/mL yang berarti bahwa jumlah bakteri Coliform pada sampel tidak
terdeteksi dan dianggap negatif (El-Hadedy dan El-Nour, 2012) sedangkan sampel
D2 bernilai 4/mL. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri Coliform, semakin
tinggi risiko adanya bakteri patogen lain (Suprihatin, 2003) serta semakin sedikit
kandungan bakteri Coliform pada air minum, maka semakin baik kualitas air
minum tersebut, dan sebaliknya semakin banyak jumlah bakteri Coliform dalam
air minum, maka semakin buruk kualitas air minum tersebut (Pracoyo, 2006). Air
minum akan menyebabkan penyakit gastroenteritis jika pada 100 mL air minum
terdapat 500 bakteri Coliform sedangkan jumlah bakteri Coliform pada sampel D2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
34
tidak mencapai 500/100 mL jadi kemungkinan jika masyarakat mengonsumsi air
minum tersebut tidak menyebabkan penyakit gastroenteritis meskipun air minum
sampel D2 tidak layak konsumsi (Suriawiria, 2003).
Pada penelitian terdahulu mengenai analisis cemaran bakteri Coliform dan
Escherichia coli pada air minum isi ulang yang dilakukan di Sisingaraja, Bali
seluruh sampel yaitu sebanyak 3 air minum isi ulang memenuhi syarat kualitas
mikrobiologi (Widiyanti dan Ristanti, 2004). Penelitian lain, 7 dari 32 sampel
tercemar Coliform di kota Surabaya (Keman, 2005). Pemeriksaan air minum isi
ulang di Bogor dari 2 sampel yang tidak memenuhi syarat yaitu mengandung
bakteri Coliform sebanyak 7/100 mL (Pratiwi, 2007). Penelitian di daerah Lenteng
Agung dan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan terdapat 13 dari 13 sampel
mengandung bakteri Coliform (Radji, 2008). Penelitian yang dilakukan di wilayah
Kabupaten Bogor, 3 dari 88 sampel air minum isi ulang tidak memenuhi syarat
mikrobiologi Kepmenkes RI No.492/Menkes/Per/IV2010 (Prihatini, 2012).
Kajian kualitas bakteriologis air minum isi ulang di kabupaten Blora
menunjukkan 1 sampel terkontaminasi bakteri Coliform dari total sampel 24
(Natalia et al., 2014). Penelitian lain yang dilakukan oleh Natalia et al (2014) di
Blora, Jawa Tengah, sebanyak 24 dari 25 air minum isi ulang depot tidak
terkontaminasi bakteri Coliform. Penelitian yang dilakukan di Kota Manado,
ditemukan 9 sampel air minum isi ulang yang tercemar bakteri Coliform
(Bambang et al., 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Raharja (2015) di
Kelurahan Pisangan dan Cirendeu Kota Tangerang Selatan diperoleh hasil bahwa
8 dari 9 sampel tercemar bakteri Coliform. Pemeriksaan air minum di Kabupaten
Bandung Barat, terdapat 6 air minum isi ulang yang mengandung Coliform dari 8
sampel dengan nilai 3/100 mL untuk 5 sampel dan 4/100 mL untuk 1 sampel
(Anies, 2015). Penelitian yang dilakukan Walangitan et al (2016) 3 dari 8 sampel
air minum isi ulang mengandung bakteri Coliform dengan nilai 2 depot
mengandung 13/100 mL dan 1 depot >240/100 mL. Adanya perbedaan hasil ini
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kontaminasi air minum isi ulang saat
proses pengolahan, sanitasi, dan higien (Eulis et al., 2008; Raharja, 2015).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
35
Hasil penelitian menunjukkan 1 dari 5 sampel air minum isi ulang di
Kelurahan Pondok Cabe Ilir tercemar bakteri Coliform. Hasil tersebut hampir
sama dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu ada
beberapa sampel air minum isi ulang yang tercemar bakteri Coliform.
Bakteri Coliform tidak menyebabkan penyakit akan tetapi dapat digunakan
sebagai salah satu indikator hadirnya bakteri patogen yang dapat mengakibatkan
berbagai macam penyakit (Khoeriyah dan Anies, 2015). Hadirnya bakteri
Coliform yang terdapat pada sampel D2 menunjukan kemungkinan adanya
mikroba yang bersifat enteropatogenik dan toksigenik yang berbahaya bagi
kesehatan seperti Salmonella, Shigella dan Staphylococcus (Bambang et al.,
2014), seperti yang terjadi di Charsadda, Pakistan penduduk menderita penyakit
gastoentritis, kolera, disentri, diare, dan hepatitis karena mengonsumsi air yang
tercemar bakteri Coliform (Shahnaz et al., 2012 dalam Khoeriyah dan Anies,
2015). Higienitas dan sanitasi berpengaruh terhadap ada tidaknya cemaran bakteri
Coliform dalam air minum isi ulang (Natalia, et al., 2014). Tercemarnya sampel
D2 oleh bakteri Coliform dapat disebabkan karena air baku tercemar, sistem
transportasi pengangkutan air baku ke depot, penanganan wadah air, pemeliharaan
bangunan dan peralatan, kondisi depot yang tidak memenuhi syarat (Walingitan et
al., 2016). Jumlah bakteri Coliform akan meningkat dengan meningkatnya waktu
penyimpanan, pada depot D2 air baku tersimpan cukup lama dalam bak
penampung karena air baku hanya datang setiap 2-3 minggu sekali sehingga
meningkatkan risiko tercemarnya mikroba (Rahayu et al., 2013; Violita et al.,
2010).
Media Brilliant Green Lactose Bile broth 2% (BGLB 2%) digunakan
untuk uji penegasan karena adanya brilliant green mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif selain Coliform dan
adanya garam empedu mampu menghambat pertumbuhan bakteri yang tidak
hidup dalam gastrointestinal manusia. Kandungan ini yang menjadi pembeda
dengan media Lactose Broth (LB). Media ini juga mengandung laktosa sehingga
indikatornya sama seperti uji sangkaan dimana jika positif Coliform maka akan
terbentuk gas (Bambang et al., 2014; Oxoid, 2015; Radji, 2008).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
36
4.4. Hasil Uji Identifikasi Escherichia coli
Uji identifikasi Escherichia coli merupakan uji lanjutan dari uji sangkaan
dan uji penegasan. Pada uji sangkaan dan uji penegasan didapatkan kesimpulan
bahwa bakteri yang terkandung dalam sampel merupakan bakteri kelompok
Coliform.
Mengacu
pada
Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.492/MENKES/Per/IV/2010, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan yaitu
mengidentifikasi bakteri Coliform yang terkandung pada sampel D2 apakah
merupakan bakteri Escherichia coli atau bukan. Escherichia coli dianggap sebagai
indikator kontaminasi fekal terbaik pada air minum (Edberg, 2000). Pada uji
identifikasi terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan, yaitu inkubasi
sampel D2 pada media E.C Broth, media Eosin Methylene Blue Agar, pewarnaan
Gram, uji IMViC, uji Triple Sugar Iron, uji motilitas, dan uji produksi H2S.
4.4.1. Hasil Uji pada Media Escherichia coli Broth (E.C Broth)
Sampel D2 replikasi tabung ke-2 pengenceran 10-1 yang menunjukkan
hasil positif pada uji sangkaan dilanjutkan ke uji identifikasi. Hasil uji sangkaan
dibiakkan pada media Escherichia coli Broth (E.C broth). Pada masa inkubasi 24
jam, tabung hanya menunjukkan kekeruhan pada media sehingga diputuskan
untuk diinkubasi kembali hingga 48 jam. Pada masa inkubasi 48 jam, tabung
menunjukkan hasil positif karena terbentuk gelembung pada tabung durham dan
kekeruhan pada media. Hasil seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.3. Hasil
positif pada uji ini dianggap positif Escherichia coli (APHA, 1992).
Media E.C Broth merupakan media yang digunakan untuk mendeteksi
bakteri Escherichia coli ketika diinkubasi pada suhu 44ºC-45,5ºC. Komposisi
yang membedakannya dengan media Brilliant Green Lactose Bile broth 2%
(BGLB 2%) dan Lactose Broth (LB) yaitu kandungan laktosa broth dengan
penambahan 0,15% garam empedu. Sama halnya dengan media BGLB dan LB,
laktosa akan digunakan oleh bakteri untuk mendapatkan energi yang kemudian
menghasilkan asam dan gas yang akan terlihat pada perubahan media. Garam
empedu berfungsi untuk menghambat bakteri Gram positif secara selektif,
terutama streptococcus fekal dan basilus (Acumedia, 2015).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37
A
B
Gambar 4.3 Media E.C broth yang telah diinokulasi bakteri sebelum diinkubasi (A),
hasil uji identifikasi pada media E.C broth pada masa inkubasi 48 jam terlihat terbentuk
gelembung gas pada tabung durham dan terjadi kekeruhan media (B)
4.4.2. Hasil Uji pada Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
Sampel D2 replikasi tabung ke-2 pengenceran 10-1 yang telah
menunjukkan hasil positif pada media E.C broth kemudian diinokulasi pada
media Eosin Methylene Blue Agar. Hasilnya yaitu terdapat koloni kilap logam
berwarna hijau dan membentuk koloni tunggal yang merupakan spesifik
Escherichia coli (Gambar 4.4).
Gambar 4.4 Hasil uji identifikasi pada media Eosin Methylene Blue Agar masa inkubasi 24
jam terbentuk koloni berwarna hijau kilap logam
Uji identifikasi pada media Eosin Methylene Blue Agar dilakukan
bertujuan untuk memastikan bahwa benar bakteri tersebut adalah Escherichia coli.
Media ini secara selektif mengisolasi bakteri Gram negatif yang berbentuk batang.
Eosin Y dan methylene blue yang terkandung di dalamnya mampu menghambat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
38
pertumbuhan bakteri Gram positif dan dalam suasana asam akan memproduksi
kompleks ungu tua yang biasanya disertai dengan kilap logam berwarna hijau.
Kilap logam berwarna hijau merupakan indikator telah terjadinya fermentasi
laktosa dan/ atau sukrosa oleh fekal Coliform yakni Escherichia coli (Leboffe dan
Pierce, 2010).
4.4.3. Hasil Pewarnaan Gram
Bakteri yang telah diremajakan pada media Nutrient Agar (NA)
kemudian dilakukan pewarnaan Gram. Pewarnaan Gram pada penelitian ini
dilakukan untuk mengamati morfologi sel bakteri yang terkandung pada sampel
D2. Pada gambar 4.5 terlihat hasil pewarnaan Gram yang diamati di bawah
mikroskop dengan perbesaran 100x terlihat bakteri berwarna merah dan berbentuk
batang pendek.
Prinsip dari pewarnaan Gram yaitu berdasarkan struktur lapisan dinding
bakteri. Dinding sel bakteri Gram negatif memiliki kandungan lipid yang lebih
banyak dan memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis daripada dinding sel
bakteri Gram positif (Leboffe dan Pierce, 2010).
A
B
C
Gambar 4.5 Hasil pewarnaan Gram sampel D2 yang dilihat di bawah mikroskop perbesaran
100x (A dan B), dan hasil pewarnaan Gram Escherichia coli kontrol perbesaran 1000x (C).
Muatan positif kristal violet melewati dinding sel dan membran sel
kemudian berikatan dengan komponen di dalam sel yang bermuatan negatif. Iodin
ditambahkan untuk meningkatkan pewarnaan kristal violet dengan membentuk
kompleks kristal violet-lugol. Langkah berikutnya yaitu dilakukan penghilangan
warna dengan menggunakan alkohol. Pada bakteri Gram negatif, alkohol dapat
meningkatkan porositas dinding sel dengan melarutkan lipid pada lapisan
membran terluar dan meluluhkan kompleks kristal violet-lugol dari sel sehingga
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
39
akan terjadi penghilangan warna. Ketika diteteskan safranin, sel bakteri Gram
negatif menyerap pewarna tandingan yang menyebabkan bakteri Gram negatif
akan menunjukkan warna merah (Bambang et al, 2014; Leboffe dan Pierce,
2010).
4.4.4. Hasil Uji IMViC
Uji IMViC dilakukan untuk mengidentifikasi kelompok bakteri yang
meliputi Klebsiella, Enterobacter, dan Escherichia coli (Zahera et al., 2011). Uji
IMViC terdiri dari uji indol, uji metil merah, uji voges proskauer dan uji sitrat.
Pada uji indol, setelah masa inkubasi 24 jam pada suhu 37°C biakan bakteri
diteteskan reagen KOVAC dan menghasilkan cincin berwarna merah. Pada uji
merah metil, setelah masa inkubasi 48 jam pada suhu 37°C biakan bakteri
diteteskan merah metil dan mengubah warna biakan menjadi merah. Pada uji
voges proskauer, setelah masa inkubasi 48 jam pada suhu 35°C biakan bakteri
diteteskan reagen Barritt A dan Barritt B kemudian dikocok dan menghasilkan
warna coklat tua. Pada uji sitrat, pada masa inkubasi 48 hingga 96 jam pada suhu
35°C diamati setiap harinya dan hasilnya yaitu media tidak berubah warna
menjadi biru. Hasil Uji IMViC disajikan pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Uji IMViC Sampel D2 Pengenceran 10-1
Uji Indol
Uji Merah Metil
Positif memproduksi
Positif menghasilkan
indol
asam
Uji Voges Proskauer
Uji Sitrat
Negatif
Negatif
menghasilkan asetil
membentuk
metilkarbinol
natrium karbonat
4.4.4.1. Hasil Uji Indol
Hasil uji sampel D2 menunjukkan bahwa bakteri tersebut memproduksi
indol dengan ditandai terbentuknya cincin warna merah ketika diteteskan reagen
KOVAC (Gambar 4.6).
Uji
Indol
dilakukan
untuk
membedakan
bakteri
dari
famili
Enterobacteriaceae berdasarkan kemampuannya mendegradasi asam amino
triptofan dan produksi indol. Mikroorganisme uji diinokulasi pada media yang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
40
41
Warna merah menunjukkan bahwa media bersuasana asam karena produk
fermentasi glukosa yaitu asam campuran.
A
B
Gambar 4.8 Gambar A media MR-VP yang telah diinokulasi bakteri sebelum diinkubasi dan
gambar B media MR-VP yang telah diinokulasi bakteri setelah masa inkubasi 48 jam
dan ditetesi merah metil kemudian terjadi perubahan warna mediakultur menjadi merah.
Uji merah metil dilakukan membedakan bakteri Gram negatif yang
berbentuk batang dari famili Enterobacteriaceae. Prinsipnya yaitu mengukur
keasaman dari kultur bakteri pada medium MR-VP broth yang mengandung
glukosa, pepton, dan dapar fosfat (Hemraj et al., 2013). Escherichia coli mampu
memfermentasi glukosa dengan fermentasi asam campuran dimana glukosa
dikonversi melalui proses glikolisis. Genus Escherichia memfermentasi glukosa
menjadi campuran asam yaitu asetat, laktat, dan asam format; CO2 dan etanol tapi
bukan butadienol. Terbentuknya asam akan menurunkan pH hingga 5 atau lebih
rendah. Produk campuran asam akan dideteksi oleh indikator merah metil sebagai
warna merah. Merah metil akan memberikan warna merah pada pH 4,4 dan warna
kuning pada pH 6,2 (Bambang et al., 2014; Müller, 2011).
4.4.4.3. Hasil Uji Voges Proskauer
Pengujian pada sampel D2 menunjukkan hasil negatif karena ketika
biakan diteteskan reagen Barrit A yang mengandung α-Naftol dan Barritt B yang
mengandung 40% KOH, media berubah warna menjadi coklat tua (Gambar 4.9).
Hasil pada sampel D2 mengarah pada Escherichia coli.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
42
A
B
Gambar 4.9 Gambar A media MR-VP yang telah diinokulasi sebelum diinkubasi dan
gambar B media MR-VP yang telah diinokulasi setelah masa inkubasi 48 jam dan ditetesi reagen
Barritt A dan Baritt B terjadi perubahan warna media biakan menjadi coklat.
Dasar dari uji Voges Proskauer yaitu fermentasi glukosa menjadi asetil
metilkarbinol atau asetoin. Bakteri Escherichia coli dapat memfermentasi glukosa
menjadi campuran asam, karbon dioksida, dan etanol sedangkan bakteri
Enterobacter aerogenes memfermentasi glukosa dan menghasilkan asam dengan
jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan Escherichia coli dan
menghasilkan butandiol dan karbon dioksida dalam jumlah yang besar. Hal ini
yang menjadi dasar pembeda Escherichia coli dengan Enterobacter aerogenes
(Müller, 2001).
Asetilmetil karbinol atau asetoin terbentuk dari proses fermentasi glukosa
akan dioksidasi pada penambahan KOH dan karena adanya pepton yang
terkandung dalam media MR-VP yang kemudian mengubah warna media menjadi
seperti eosin yaitu merah. Untuk Escherichia coli hasilnya akan negatif, yaitu
terbentuk warna kuning coklat (Hemraj, et al., 2013; Werkman, 1930). Secara
sederhana, reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut:
C16H12O6 → CH3COCHOHCH3 + KOH → CH3COCOCH3 + pepton →
Perubahan warna media menjadi seperti eosin (Werkman, 1930)
4.4.4.4. Hasil Uji Sitrat
Pengujian pada sampel D2 dengan masa inkubasi 48-96 jam media
simmon sitrat tidak berubah warna (Gambar 4.10). Tidak adanya perubahan warna
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
43
media menjadi biru menunjukkan bahwa bakteri yang dibiakan dalam media
tersebut bukan merupakan bakteri yang mampu menggunakan sitrat sebagai
sumber karbon dan energi. Hasil ini semakin menguatkan bahwa bakteri yang
terdapat dalam sampel D2 yaitu Escherichia coli.
A
B
Gambar 4.10 Gambar A mediaSimmon sitrat yang telah diinokulasi bakteri sebelum diinkubasi
dan gambar B media Simmon sitrat yang telah diinokulasi bakteri setelah masa inkubasi 96 jam
dan tidak terjadi perubahan warna media.
Uji sitrat dilakukan untuk membedakan bakteri enterik berdasarkan
kemampuannya untuk memanfaatkan sumber karbon. Bakteri enterik yang
dimaksud yaitu Enterobacter aerogenes dan Escherichia coli (MacWilliams,
2013). Media yang digunakan dalam uji ini yaitu simmon sitrat dimana natrium
sitrat merupakan satu-satunya sumber karbon dan energi bagi bakteri. Media ini
merupakan media yang baik bagi bakteri Enterobacter akan tetapi media yang
buruk bagi Escherichia coli karena bakteri ini tidak mampu menggunakan sitrat
sebagai sumber karbon dan energi. Pada media ini juga terdapat indikator yaitu
bromothymol blue dimana memiliki trayek pH 6 (kuning) -7,6 (biru). Oleh bakteri
Enterobacter, asam sitrat akan dimetabolisme dan menghasilkan oksaloasetat dan
asetat. Oksaloasetat kemudian akan terpecah menjadi piruvat dan karbon dioksida.
Karbon dioksida, air, dan ion Na akan bereaksi membentuk natrium karbonat
yang bersifat alkali/ basa yang kemudian akan mengubah warna media dari hijau
menjadi biru (Hemraj, 2013; MacWilliams, 2013).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
44
4.4.5. Hasil Uji Triple Sugar Iron
Pada pengujian lanjut sampel D2 pengenceran 10-1 didapatkan hasil pada
permukaan media berwarna kuning, pada bagian dasar media terbentuk endapan
berwarna hitam, dan media terangkat (Gambar 4.11). Permukaan berwarna kuning
menunjukkan bahwa pH pada media bersifat asam. Asam ini dihasilkan dari
fermentasi gula yang terkandung dalam media, yaitu laktosa, sukrosa, dan
glukosa. Bakteri yang memfermentasi glukosa dan laktosa akan menunjukkan
perubahan warna medium menjadi kuning dalam waktu lebih dari 24 jam dan jika
laktosa atau sukrosa difermentasi maka akan terbentuk asam dalam jumlah besar
yang mengakibatkan permukaan media dan bagian dasar media berubah menjadi
kuning. Terangkatnya media menunjukkan bahwa telah terbentuk gas. Gas ini
merupakan hasil dari fermentasi gula selain asam. Bagian dasar yang berwarna
hitam menunjukkan bahwa bakteri tersebut memproduksi H2S yang merupakan
hasil dari reduksi tiosulfat (Atlas, 2010; Jawetz et al., 2013).
A
B
Gambar 4.11 Gambar A media TSIA yang telah diinokulasi bakteri sebelum diinkubasi dan
gambar B media TSIA yang telah diinokulasi bakteri setelah masa inkubasi 48 jam dan
terjadi perubahan warna media menjadi kuning pada permukaan agar, hitam pada dasar
agar, dan agar sedikit terangkat.
Uji Triple Sugar Iron dilakukan untuk membedakan bakteri dari famili
Enterobacteriaceae berdasarkan kemampuannya memfermentasi laktosa, sukrosa,
glukosa, dan produksi H2S (Raghavan, 2015). Fermentasi laktosa, sukosa, dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
45
glukosa dideteksi dengan perubahan warna pH indikator yaitu fenol red dari
merah menjadi kuning sedangkan produksi H2S dideteksi dari perubahan warna
media menjadi hitam.
Bakteri Escherichia coli akan menunjukkan hasil A/A,G dimana
permukaan media kuning dan bagian dasar kuning, pecah atau terangkat karena
produksi gas akan tetapi pada beberapa strain bakteri Escherichia coli mampu
mereduksi sulfur yang kemudian menghasilkan H2S. Pada sebuah penelitian,
tedapat 12 strain Escherichia coli yang menunjukkan perubahan warna menjadi
kuning pada bagian permukaan media dan bagian dasar, 5 strain yang
menunjukkan warna merah pada permukaan media dan warna kuning pada bagian
dasar media, dan 17 strain positif menghasilkan H2S pada bagian dasar media.
Menurut Darland dan Davis (1973), lebih dari 200 isolat yang memproduksi H2S
merupakan Escherichia coli (Layne et al., 1971; Leboffe dan Pierce, 2010; Maker
dan Washington II, 1974; Park HE et al., 2015).
4.4.6. Hasil Uji Produksi H2S
Media yang digunakan pada uji indol yaitu media Sulfide-Indole-Motility
(SIM) yang merupakan media multi test. Pada pengujian sampel D2, media SIM
berubah warna menjadi hitam (Gambar 4.12), hal ini menunjukkan bahwa bakteri
menghasilkan H2S. Meskipun Escherichia coli tidak khas memproduksi H2S
namun strain Escherichia coli yang memproduksi H2S sudah banyak diteliti
secara luas. Salah satu strain yang memproduksi H2S yaitu diisolasi dari
seseorang yang mengalami infeksi saluran kemih, selain itu juga ditemukan pada
feses babi. Lebih dari 200 isolat yang memproduksi H2S telah diidentifikasi
sebagai Escherichia coli (Darland dan Davis, 1973; Jones et al., 1978; Layne et
al., 1971; Maker dan Washington II, 1974; Park HE et al., 2015).
Media SIM mengandung pepton dan tiosulfat yang merupakan sumber
sulfur dan garam logam berat yaitu besi amonium sulfat yang berfungsi sebagai
indikator H2S. H2S diproduksi melalui reduksi sulfur anorganik seperti tiosulfat
ataupun sulfur organik seperti sistein. Hasil reduksi tersebut kemudian akan
bereaksi dengan besi amonium sulfat membentuk endapan berwarna hitam yang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
46
tidak larut yang akan terlihat secara makroskopis setelah 18-24 jam. Perubahan
media seluruhnya menjadi hitam juga menunjukkan bahwa bakteri tersebut
bergerak seperti sifat Escherichia coli (Haque dan Sao, 2013; Jones et al., 1978;
Layne et al., 1971; Maker dan Washington II, 1974; Park HE et al., 2015).
A
B
D
C
Gambar 4.12 Gambar A merupakan media SIM yang telah diinokulasi bakteri sebelum
diinkubasi dan Gambar B media SIM yang telah diinokulasi bakteri dan diinkubasi selama 24
jam yang kemudian terjadi perubahan warna media menjadi hitam, Gambar C merupakan media
TSIA yang telah diinokulasi bakteri sebelum diinkubasi dan Gambar D media TSIA yang telah
diinokulasi bakteri dan diinkubasi selama 48 jam yang kemudian terjadi perubahan warna media
menjadi hitam pada dasar tabung.
4.4.7. Hasil Uji Motilitas
Hasil uji motilitas yang dilakukan pada sampel D2 menunjukkan bahwa
bakteri tersebut bersifat motil karena pada masa inkubasi 24 jam media berubah
menjadi keruh. Media yang digunakan pada uji ini yaitu media SIM (SulfideIndole-Motility). Media ini digunakan karena merupakan media semisolid yang
dirancang untuk mendeteksi motilitas bakteri. Media semi solid mengandung agar
dengan konsentrasi 1,5%-0,4% yang dianggap mampu menjaga bentuknya ketika
ada pergerakan bakteri. Apabila suatu bakteri bersifat motil atau dapat bergerak
ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan pada area tusukan yang ditandai dengan
perubahan media menjadi lebih keruh (Leboffe dan Pierce, 2011).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
47
Berikut ini merupakan hasil uji secara keseluruhan semua sampel air
minum isi ulang dan hasil uji IMViC Escherichia coli menurut SNI 01-2897-1992:
Tabel 4.6 Uji keseluruhan sampel air minum isi ulang depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir
dan hasil uji Escherichia coli menurut SNI 01-2897-1992
D1
D2
D3
D4
D5
Uji sangkaan
0-0-0
1-0-0
0-0-0
0-0-0
0-0-0
Uji
Tidak
1-0-0
Tidak
Tidak
Tidak
konfirmasi
dilakukan
dilakukan
dilakukan
dilakukan
APM/mL
<3
4
<3
<3
<3
Tidak
Terbentuk
Tidak
Tidak
Tidak
dilakukan
gelembung
dilakukan
dilakukan
dilakukan
Tidak
Koloni
Tidak
Tidak
Tidak
dilakukan
berwarna
dilakukan
dilakukan
dilakukan
Uji
pada
media
Tipikal
Atipikal
E.Coli
E.Coli
+
-
+
+
-
-
-
-
Escherichia
coli broth
Uji
pada
media Eosin
Methylene
hijau kilap
Blue Agar
logam
Pewarnaan
Tidak
Berwarna
Tidak
Tidak
Tidak
Gram
dilakukan
merah,
dilakukan
dilakukan
dilakukan
Tidak
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
dilakukan
Tidak
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
dilakukan
Tidak
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
dilakukan
Tidak
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
dilakukan
bentuk
batang
Indol
Merah metil
Tidak
+
dilakukan
Tidak
+
dilakukan
Voges
Tidak
Proskauer
dilakukan
Sitrat
Tidak
-
-
dilakukan
Triple Sugar
Tidak
A/A, G,
Tidak
Tidak
Tidak
Iron
dilakukan
H2S
dilakukan
dilakukan
dilakukan
Motilitas
Tidak
+
Tidak
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
dilakukan
dilakukan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
48
(Lanjutan)
D1
D2
D3
D4
D5
Produksi
Tidak
+
Tidak
Tidak
Tidak
H2S
dilakukan
dilakukan
dilakukan
dilakukan
Tipikal
Atipikal
E.Coli
E.Coli
Keterangan:
Indol (+)
:
Terbentuk cincin merah
Merah metil (+)
:
Media biakan berwarna merah
Voges proskauer (-)
:
Media biakan berwarna coklat
Sitrat (-)
:
Tidak terjadi perubahan warna media
A/A, G, H2S
:
Permukaan dan bagian dasar berwarna kuning, agar terangkat,
terbentuk endapan hitam
Motilitas (+)
:
Terjadi pertumbuhan di daerah tusukan
Produksi H2S (+)
:
Media SIM dan TSIA berubah menjadi hitam
Berdasarkan hasil uji IMViC sampel D2 dibandingkan dengan hasil uji
IMViC Escherichia coli menurut SNI 01-2897-1992, bakteri yang terdapat dalam
sampel D2 merupakan tipikal Escherichia coli dan diperkuat dengan uji lainnya
seperti uji Triple sugar iron, motilitas, produksi H2S yang memperkuat bahwa
bakteri yang terkandung dalam sampel D2 adalah Escherichia coli.
Escherichia coli digunakan sebagai indikator kontaminasi fekal pada
makanan maupun air (Zahera et al., 2011). Pemeriksaan terhadap 27 air minum isi
ulang di Kota Bogor terdapat 1 sampel yang mengandung Escherichia coli dengan
nilai 3/100 mL (Pratiwi, 2007). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Radji et
al (2008) pada 13 sampel air minum isi ulang di daerah Lenteng Agung dan
Srengseng Sawah, Jakarta Selatan yang diuji tidak ada satu pun yang mengandung
bakteri Escherichia coli. Penelitian yang dilakukan di Kota Manado terhadap 9
sampel air minum isi ulang terdapat 7 sampel tercemar Escherichia coli
(Bambang et al., 2014). Pada tahun 2015 telah dilakukan penelitian serupa di
Kelurahan Pisangan dan Cirendeu kota Tangerang Selatan dan hasilnya yaitu 5
sampel mengandung Escherichia coli dari 9 sampel air minum isi ulang yang diuji
(Raharja, 2015). Pemeriksaan pada 8 air minum isi ulang di Kelurahan Ranotana-
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
49
Weru dan Karombasan Selatan tercemar Escherichia coli dengan jumlah 240/200
mL (Walangitan et al., 2016).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan satu sampel air
minum isi ulang di Kelurahan Pondok Cabe Ilir yang tercemar bakteri Escherichia
coli. Hasil yang didapat tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian-penelitian
yang dilakukan sebelumnya, yaitu sebagian besar penelitian menemukan air
minum isi ulang yang tercemar bakteri Escherichia coli pada beberapa sampel.
Faktor lain yang memengaruh ada tidaknya cemaran bakteri Coliform
maupun Escherichia coli yaitu asal air baku. Air baku pada semua depot air
minum isi ulang berasal dari Bogor yaitu dari mata air pegunungan. Menurut
Rahayu et al (2013), air baku yang bersumber dari mata air mempunyai kualitas
baik (57,5%) dibandingkan dengan air baku yang bersumber dari PAM (25%) dan
sumur (20%). Hal ini seperti kondisi sebagian besar air minum isi ulang di
Kelurahan Pondok Cabe Ilir dimana 4 dari 5 depot memenuhi syarat mikrobiologi
dan hanya 1 yang tidak memenuhi syarat.
Diare adalah salah satu penyakit yang disebabkan karena minuman
(waterborne diseases). Diperkirakan 842.000 kematian terjadi tiap tahun di
seluruh dunia akibat diare (WHO, 2014). Serotype Escherichia coli yang dapat
menyebabkan diare pada manusia yaitu Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC).
Diare yang ditimbulkan dapat menyebabkan kematian pada bayi, terutama bayi
yang tidak terjaga kebersihannya atau pun bayi yang kekurangan gizi di negara
berkembang.
Patogenesis Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC) melibatkan 2
tahapan, yaitu:
1. Kolonisasi Escherichia coli pada saluran pencernaan yang diikuti pelepasan
enterotoksin yang bersifat diaregenik. Enterotoksin yang stabil panas (heatstable enterotoxin/ ST) dapat menstimulasi guanilat siklase intestinal yaitu
enzim yang mengkonversi guanosine 5′-triphosphate (GTP) menjadi cyclic
guanosine 5′-monophosphate (cGMP). Peningkatan cGMP intraselular
mengakibatkan sekresi cairan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
50
2. Enterotoksin
yang
tidak
stabil
panas
(Heat-labile
enterotoxin/
LT
(enterotroksin labil pemanasan) terdiri dari 2 subunit, yaitu subunit A dan
subunit B. Subunit A akan diaktivasi dengan pembelahan ikatan peptida
kemudian mengkatalisasi ADP-ribosilasi dari subunit membran yang terikat
adenilat siklase yaitu enzim yang mengubah ATP menjadi cAMP. Setelah itu
akan teraktivasi adenilat siklas yang kemudian diproduksi cAMP intraseluler
yang berlebih yang akan menyebabkan hipersekresi air dan elektrolit pada usus
besar.
Apabila seseorang meminum air yang tercemar bakteri Escherichia coli,
tidak selalu akan menimbulkan diare karena tubuh memiliki pertahanan untuk
melawan Escherichia coli melalui asam lambung, motilitas usus halus, dan
populasi flora normal pada usus besar (Evans dan Evans, 1996).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Satu dari 5 sampel Air Minum Isi Ulang (AMIU) dari depot di
Kelurahan Pondok Cabe Ilir yang telah diuji dengan menggunakan metode
Angka Paling Mungkin (APM) tercemar bakteri Coliform dengan nilai 4
Coliform/mL dan 4 sampel lainnya bernilai 3 Coliform/mL dan dianggap
negatif. Satu dari 5 sampel Air Minum Isi Ulang (AMIU) dari depot di
Kelurahan Pondok Cabe Ilir yang telah diuji tercemar Escherichia coli.
5.2 Saran
 Masyarakat sebaiknya lebih selektif dalam mengonsumsi air minum isi
ulang depot
 Diharapkan instansi terkait dapat mengawasi lebih ketat kualitas air
minum isi ulang depot
 Diharapkan kepada pemilik usaha air minum isi ulang untuk mematuhi
peraturan yang berlaku
 Untuk
penelitian
selanjutnya
analisis
cemaran
mikroba
dapat
menggunakan PCR
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
52
DAFTAR PUSTAKA
Anies dan Khoeriyah, Ari. 2015. Aspek Kualitas Bakteriologis Depot Air Minum
Isi Ulang (DAMIU) di Kabupaten Bandung Barat. eISSN: 2338-6223;
http://dx.doi.org/10.15395/mkb.v47n3.594 2015
Anonim. 2012. Manual of Methods of Analysis of Foods, Microbiological Testing.
New Delhi: Food safety and standards authority of India ministry of health
and family welfare government of India
Anonim. Microbiological Testing of Foods, Beverages, Drinking Water and
Pharmaceuticals. Sartorius
APHA. 1992. Methods for the Examination of Water and Wastewater, 18th
Edition. American Public Health Association: Washington DC
Aqielatunnisa’, Afifah. 2015. Analisis Coliform (Fekal dan Non Fekal) sebagai
Indikator Kualitas Perairan Sungai Gajah Wong, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga: Yogyakarta
Atlas, Ronald M. 2010. Handbook of Microbiological Media, 4th Edition. CRC
Press: Washington, DC
Badan Standardisasi Nasional. 1992. SNI 01-2897-1992. BSN: Jakarta
Bambang, Andrian G, Fatimawali, dan Kojong, Novel S. 2014. Analisis Cemaran
Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada Air Isi Ulang dari
Depot di Kota Manado. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi–UNSRAT Vol.
3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 – 2493
Baylis, Chris et al. 2011. The Enterobacteriaceae and Their Significance to the
Food Industry. ILSI Europe: Belgia
BPOM RI. 2008. Info POM: Pengujian Mikrobiologi Pangan Vol. 9 ISSN 18299334
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
53
BPOM. 2003. Kemanan Pangan. Buletin POM 04/Tahun II/2003
Breed, Robert S., Murray, E G D., dan Smith, Nathan R. 1957. Bargey’s Manual
of Determinative Bacteriology Seventh Edition. Baltimore The Williams &
Wilkins Company: United States
Cabral, João P. S. 2010. Review: Water Microbiology Bacterial Pathogens and
Water. International Journal of Environmental Research and Public Health
ISSN 1660-4601
Clarke, Patricia H. 1955. Methods for Determining the Biochemical Activities of
Micro-organisms as applied to Classification. J. Gen, Microbiol Vol. 12,
halaman 337-343
Darland, Gary dan Davis, Betty R. 1973. Biochemical and Serological
Characterization of Hydrogen Sulfide-Positive Variants of Escherichia coli.
Applied Microbiology January, 1974 halaman 54-58
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Farmakope Indonesia. Edisi
IV. Depkes RI: Jakarta
E, H Park et al. 2015. Virulence Factors, Antimicrobial Resistance Patterns, and
Genetic Characteristics of Hydrogen Sulfide-Producing Escherichia coli
Isolated from Swine. Korean Medical Citation Index
Edberg, S.C., Rice, E.W., Karlin, R.J., dan Allen, M.J. 2000. Escherichia coli: the
best biological drinking water indicator for public health protection. Journal
of Applied Microbiology, 88, 106S-116S
El-Hadedy, Doaa dan El-Nour, Salwa Abu. 2012. Identification of Staphylococcus
aureus and Escherichia coli Isolated from Egyptian Food by Conventional
and Molecular Methods. Journal of Genetic Engineering and Biotechnology
halaman 129-135
Evans, Doyle J. Jr. dan Evans, Dolores G. 1996. Medical Microbiology 4th
Edition, Chapter 25 Escherichia coli in Diarrheal Disease. University of
Texas Medical Branch at Galveston
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
54
Febrianto, Vicki. “40 persen Depo Isi Ulang Air Mineral Terkontaminasi
Bakteri”. 8 Desember 2015. http://www.antaranews.com/berita/387369/40persen-depo-isi-ulang-air-mineral-terkontaminasi-bakteri
Goldman, Emanuel dan H.Green, Lorrence. 2009. Practical Handbook of
Microbiology second edition. CRC Press: London
Hemraj, Vashist et al,. 2013. A Review on Commonly Used Biochemical Test for
Bacteria. Innovare Journal of Life Science: India
Indirawati, Sri Malem. 2009. Analisis Higiene Sanitasi dan Kualitas Air Minum
Isi Ulang (AMIU) Berdasarkan Sumber Air Baku pada Depot Air Minum di
Kota Medan. Tesis. Sekolah Pascasarjanana Universitas Sumatera Utara:
Medan
Jawetz, Melnick, Adelberg’s. 2013. Medical Microbiology 26th Edition. Mc Graw
Hill Lange: United States
Keman, Soedjaja. 2005. Quality Refilled Drinking Water in Surabaya City. Folia
Medica Indonesiana Vol. 41 No. 1 January – March 2005
Kementrian Kesehatan RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan,
Republik Indonesia: Jakarta
_________. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia:
Jakarta
Kiiyukia, Ciira. 2003. Laboratory Manual of Food Microbiology for Ethiopian
Health and Nutririon Reseacrh Institute
Layne, Porter et al. 1971. Extrachromosomal Nature of Hydrogen Sulfide
Production in Escherichia coli. Journal of Bacteriology Vol. 106 No.3
halaman 1029-1030
Leboffe, Michael J., Pierce, Burton E. 2010. A Photographic Atlas for the
Microbiology Laboratory,4th Edition. Morton: Colorado Maker, Mayron D
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
55
dan Washington II, John A. 1974. Hydrogen Sulfide-Producing Variants of
Escherichia coli. Applied Microbiology Vol. 28 No.2, Aug 1974 halaman
303-306
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. 2003. Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor:
705/MPP/Kep/11/2003 Tentang Persyaratan Teknis Industri Air Minum
Dalam Kemasan dan Perdangannnya
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. 2004. Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia
Nomor :
651/Mpp /Kep/10/2004 Tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan
Perdagangannya
Mirza, Muhammad Navis. 2014. Hygiene Sanitasi dan Jumlah Coliform Air
Minum. Jurnal Kesehatan Masyarakat, KEMAS (9) (2014) 167-173
Müller, Volker. 2001. Bacterial Fermentation. Encyclopedia of life sciences.
Nature publishing group: Jerman
Murray, EGD et al. 1957. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology, 7th
ed. The Williams & Wilkins Company: USA
Natalia, Lidya Ayu et al. 2014. Kajian Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi
Ulang di Kabupaten Blora. Unnes Journal of Life Science ISSN 2252-6277
Natalia, Lidya Ayu. 2014. Kajian Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di
Kabupaten Blora Melalui Metode Most Probable Number. Skripsi. Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Semarang: Semarang
Pelczar MJJr dan Chan, ECS. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta
Pepper, I.L., Gerba, C.P. 2004. Environmental Microbiology A Laboratory
Manual, Second Edition. Elsevier Academic Press: USA
Pommerville, Jeffrey C. 2011. Alcamo’s Fundamentals of Microbiology Ninth
Edition. Jones and Bartlett Publishers, LLC: Sudburry
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
56
Pratiwi, Astri Wulandari. 2007. Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di
Wilayah Kota Bogor. KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
Vol. 2, No. 2, Oktober 2007
Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Penerbit Erlangga: Jakarta
Prihatini, Rohmania. 2012. Kualitas Air Minum Isi Ulang pada Depot Air Minum
di Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Program Sudi Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia
Radji M. 2006. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi. Edisi 2. Departemen
Farmasi FMIPA UI: Depok
Radji, Maksum., Oktavia, Heria., Suryadi, Herman. 2008. Pemeriksaan
Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di Beberapa Depo Air Minum Isi Ulang
di Daerah Lenteng Agung dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Majalah
Ilmu Kefarmasian Vol V No.2 ISSN: 1693-9883
Raghavan, Remmia. 2015. Studies of Pathogens in Orthopedic Injuries in a
Tertiary Care Hospital and Parasitic Indec in School Children academy of
Medical Science, Pariyaram, Kannur, Kerala. ISSN 2231-5063 Volume 4
Issue 12
Rahayu, Cecilia Sri., Setiani, Onny., dan Nurjazuli. 2013. Faktor Risiko
Pencemaran Mikrobiologi pada Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Tegal.
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia (12)
Ramadhan, Bilal dan Sri Handayani, Lilis. “Waduh, Puluhan Depot Isi Ulang Air
Minum
Mengandung
Bakteri!”.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/03/20/n2qeij-waduhpuluhan-depot-isi-ulang-air-minum-mengandung-bakteri 8 Desember 2015
Rompre, Annie et al. 2002. Detection and Enumeration of Coliforms in Drinking
Water:
Current
Methods
and
Emerging
Aprroaches.
Journal
of
Microbiological Methods 49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
57
Seksi Penyehatan Lingkungan dan Makanan Minuman Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan. Sehatkah Air Minum Isi Ulang yang Anda Konsumsi?”.
http://dinkes.tangerangselatankota.go.id/informasi-dinas-kesehatan/201303-12-07-48-58/info-kesehatan-lingkungan/item/169-sehatkah-air-minumisi-ulang-yang-anda-konsumsi 5 Desember 2015
Simatupang, Sahat. “4 Tewas Setelah Minum Air Isi Ulang di Deli Serdang”.
http://m/tempo.co/read/news/2015/03/28/173653578/4-tewas-setelahminum-isi-ulang-di-deli-serdang 17 Maret 2016
Stevens, Ashbolt Nicholas, dan Cunliffe David. 2003. Review of Coliforms: As
Microbial Indicators of Drinking Water Quality. National Health and
Medical Research Council: Canbera
Suprihatin, Bambang dan Andriyani, Retno. 2008. Higiene sanitasi Depot Air
Minum Isi Ulang di Kecmatan Tanjung redep Kabupaten Berau Kalimantan
Timur. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 4 No.2, Januari 2008: 81-88
Suriawiria, Unus. 2003. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengelolaan
Buangan secara Biologis. Penerbit P.T Alumni: Bandung
Tendeken, Felix. “Ditemukan Air Minum Isi Ulang Mengandung Bakteri E.Coli
di Manado, 20 Depot Tutup”.
http://manado.tribunnews.com/2016/01/30/ditemukan-air-minum-isi-ulangmengandung-bakteri-e-coli-di-manado-20-depot-tutup 17 Maret 2016
UNESCO. 2015. Water for Sustainable World
Violita, Maria Asumpta Agustini., Hastuti, Susanti P., dan Dewi Lusiawati. 2010.
Kajian Kualitas air Minum Isi Ulang (AMIU) yang Ada di Daerah Salatiga
dan Sekitarnya. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains
UKSW
Walangitan, Maria R et al. 2016. Gambaran Kualitas Air Minum dari Depot Air
Minum Isi Ulang di Kelurahan Ranotana-Weru dan Kelurahan Karombasan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
58
Selatan Menurut Parameter Mikrobiologi. Jurnal Kedokteran Komunitas
dan Tropik Vol IV No. 1 Februari 2016
Warner, Nathaniel R, et al. 2007. Drinking water quality in Nepal’s Kathmandu
Valley: a survey and assessment of selected controlling site characteristic.
Hydrogeology Journal (2008) 16: 321–334
Werkman, C.H. 1930. An Improved Technic for the Voges-Proskauer Test.
Bacteriology Section, Iowa Agricultural Experiment Station, Ames
WHO. http://www.who.int/water_sanitation_health/diseases/en/. Diakses tanggal
2 Juni 2016
Widiyanti, Ni Luh Putu Manik dan Ristiati, Ni Putu. 2004. Analisis Kualitatif
Bakteri Koliform pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali.
Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol 3 No 1, April 2004: 64 – 73l
Zahera, Manaal et al., 2011. Isolation, Identification and Characterization of
Escherichia Coli from Urine Samples and their Antibiotic Sensitivity
Pattern. European Journal of Experimental Biology, 2011, 1 (2):118-124
ISSN: 2248 –9215
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
59
LAMPIRAN
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
60
Lampiran 1. Sertifikat Analisis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
61
(Lanjutan)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
62
(Lanjutan)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
63
64
65
Lampiran 2. Bagan Alur Penelitian
Survey Depot Air Minum Isi
Ulang (DAMIU) di
Keluarahan Pondok Cabe Ilir
Perizinan pengambilan sampel
di seluruh depot
Pengambilan sampel,
wawancara, dan pengamatan
kondisi depot
Sampel dibawa ke
laboratorium tidak lebih dari
24 jam untuk dianalisis
Uji sangkaan
Uji Konfirmasi
Uji Identifikasi
Escherichia coli
Pewarnaan
Gram
Uji IMViC
Uji indol
Uji triple
sugar iron
Uji merah
metil
Uji oges
proskauer
Uji sitrat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
66
Lampiran 3. Pembuatan Media Pertumbuhan
1.
Media Lactose Broth (LB)
Sebanyak 13 gram agar dilarutkan dalam 1 liter akuades kemudian
dipanaskan dengan menggunakan hot plate dan dihomogenkan dengan magnetic
stirrer. Sebanyak 5 mL media dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah
berisi tabung durham dan ditutup dengan sumbat. Lalu media disterilisasi dengan
menggunakan autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit.
2.
Media Brilliant Green Lactose Bile Broth 2% (BGLB 2%)
Sebanyak 40 gram agar dilarutkan dalam 1 liter akuades kemudian
dipanaskan dengan menggunakan hot plate dan dihomogenkan dengan magnetic
stirrer. Sebanyak 10 mL media dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah
berisi tabung durham dan ditutup dengan sumbat. Lalu media disterilisasi dengan
menggunakan autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit.
3.
Media Escherichia coli Broth (EC Broth)
Sebanyak 37 gram agar dilarutkan dalam 1 liter akuades kemudian
dipanaskan dengan menggunakan hot plate dan dihomogenkan dengan magnetic
stirrer. Setelah itu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi tabung
durham dan ditutup dengan sumbat. Lalu media disterilisasi dengan menggunakan
autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit.
4.
Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
Sebanyak 37,5 gram agar dilarutkan dalam 1 liter akuades kemudian
dipanaskan dengan menggunakan hot plate dan dihomogenkan dengan magnetic
stirrer. Lalu media disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121ºC
selama 15 menit.
5.
Media Nutrient Agar (NA)
Sebanyak 20 gram agar dilarutkan dalam 1 liter akuades kemudian
didihkan menggunakan hot plate dan dihomogenkan menggunakan magnetic
stirrer lalu media dimasukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing sebanyak 5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
67
mL kemudian disterilisasi dengan autoklaf pada 121ºC selama 15 menit. Setelah
disterilisasi media segera dikeluarkan dan dimiringkan kemudian ditunggu hingga
membeku.
6.
Media Sulfide-Indole-Motility (SIM)
Sebanayak 30 gram agar dilarutkan dalam 1 liter akuades kemudian
dipanaskan menggunakan hot plate dan dihomogenkan menggunakan magnetic
stirrer lalu disterilisasi dengan autoklaf pada 121ºC selama 15 menit.
7.
Media Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP)
Sebanyak 17 gram agar dilarutkan dalam 1 liter akuades kemudian
dipanaskan menggunakan hot plate dan dihomogenkan menggunakan magnetic
stirrer lalu disterilisasi dengan autoklaf pada 121ºC selama 15 menit.
8.
Media Simon sitrat
Sebanyak 24,2 gram agar dilarutkan dalam 1 liter akuades kemudian
dipanaskan menggunakan hot plate dan dihomogenkan menggunakan magnetic
stirrer lalu disterilisasi dengan autoklaf pada 121ºC selama 15 menit.
9.
Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Sebanyak 65 gram agar dilarutkan dalam 1 liter akuades kemudian
dipanaskan menggunakan hot plate dan dihomogenkan menggunakan magnetic
stirrer lalu media dimasukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing sebanyak
sekitar 5 ml kemudian disterilisasi dengan autoklaf pada 121ºC selama 15 menit.
Setelah disterilisasi media segera dikeluarkan dan dimiringkan dengan syarat
bagian bawah media harus dalam sehingga tercipta lingkungan yang aerob dan
anaerob, kemudian ditunggu hingga membeku.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
68
Lampiran 4. Bagan Prosedur Kerja Uji Sangkaan
Sampel
10-1
Diambil
1 mL
10-2
Diambil 1 mL
10-3
Diambil 1 mL
1 mL 1 mL 1 mL
1 mL 1 mL 1 mL
1 mL 1 mL 1 mL
5 mL Lactose Broth
dan tabung durham
5 mL Lactose Broth
dan tabung durham
5 mL Lactose Broth
dan tabung durham
Inkubasi selama 24 -48 jam pada suhu 36ºC±1ºC dan dicatat jumlah
tabung yang menghasilkan gelembung pada tabung durham dan
kekeruhan pada media.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
69
Lampiran 5. Bagan Prosedur Kerja Uji Penegasan
Tabung
positif
Diambil 1 ose
10 mL media
Brilliant Green
Lactose Bile
Broth 2%
Inkubasi selama 24-48 jam
pada suhu 36ºC±1ºC dan
dicatat jumlah tabung yang
positif
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
70
Lampiran 6. Bagan Prosedur Kerja Uji Identifikasi Escherichia coli
Tabung positif dari uji sangkaan
Diambil 1 ose
Media E.C Broth
Inkubasi pada waterbath suhu 44-45ºC selama
24-48 jam dan dicatat tabung yang positif
Tabung positif dalam media E.C Broth
Diambil 1 ose
Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
Inkubasi pada suhu 35ºC selama 24 jam dan
dipilih koloni kilap logam berwarna hijau
Diambil 1 ose
Media miring Nutrient Agar (NA)
Inkubasi pada suhu 35ºC selama 18-24 jam dan dilanjutkan
pewarnaan Gram, uji IMViC, dan triple sugar iron
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
71
Lampiran 7. Bagan Pewarnaan Gram
Dibuat apusan
bakteri pada kaca
objek
Ditetesi larutan
kristal violet
dibiarkan selama 1
menit
Dicuci air mengalir
dan dikering
anginkan
Ditetesi beberapa
tetes Lugol lalu
dibiarkan selama 1
menit
Dicuci air mengalir
dan dikering
anginkan
Dicuci dengan
alkohol 96% selama
30 detik
Dicuci dengan air
mengalir dan
dikering anginkan
Ditetesi beberapa
tetes safranin lalu
biarkan selama 1030 detik
Dicuci air mengalir
dan dikering
anginkan
Diamati di bawah
mikroskop
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
72
Lampiran 8. Bagan Uji IMViC
 Uji Indol
Diambil
1 ose
Agar
miring NA
Inkubasi pada
suhu 37ºC
selama 24 jam
0,5 mL reagen
KOVAC
Media
SIM
 Uji Merah Metil
Diambil
1 ose
Agar
miring NA

Inkubasi pada
suhu 35ºC
selama 48 jam
Media
MR-VP
Uji Voges Proskauer
Diambil
1 ose
Agar
miring NA

5 mL biakan
+
5 tetes metil
merah
Dikocok
Inkubasi pada
suhu 36±1ºC
selama 48 jam
Media
MR-VP
1 mL biakan
+
0,6 mL α-Naftol
+
0,2 mL KOH
Dikocok, didiamkan
2-4 jam
Uji Sitrat
Inkubasi pada
suhu 35ºC
selama 48-96
jam
Diambil
1 ose
Agar
miring NA
Media
Simmon
Sitrat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
73
Lampiran 9. Bagan Prosedur Kerja Uji Triple Sugar Iron
Diambil
1 ose
Agar
miring NA
Inkubasi pada
suhu 37ºC
selama 20-48
jam
Diambil
1 ose
Media
TSIA
Agar
miring NA
Media
TSIA
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
74
Lampiran 10. Tabel Angka Paling Mungkin (APM) Menggunakan 3 Tabung
Kombinasi Tabung yang Positif
APM per gram atau
1:10
1:100
1:1000
per mL
0
0
0
<3
0
0
1
3
0
1
0
3
1
0
0
4
1
0
1
7
1
1
0
7
1
1
1
11
1
2
0
11
2
0
0
9
2
0
1
14
2
1
0
15
2
1
1
20
2
2
0
21
2
2
1
28
3
0
0
23
3
0
1
39
3
0
2
64
3
1
0
43
3
1
1
75
3
1
2
120
3
2
0
93
3
2
1
150
3
2
2
210
3
3
0
240
3
3
1
460
3
3
2
1100
3
3
3
>2400
Sumber: SNI 01-2897-1992
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
75
Lampiran 11. Hasil Uji Sangkaan
Sampel
D1
D2
10-1
10-2
10-3
24 jam
24 jam
24 jam
48 jam
48 jam
48 jam
24 jam
24 jam
24 jam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
76
D3
48 jam
48 jam
48 jam
24 jam
24 jam
24 jam
48 jam
48 jam
48 jam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
77
D4
24 jam
24 jam
24 jam
48 jam
48 jam
48 jam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
78
D5
24 jam
24 jam
24 jam
48 jam
48 jam
48 jam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
79
Blangko
24 jam
(D1 dan
D2)
48 jam
Blangko
24 jam
2
(D3,D4,
D5)
48 jam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
80
Lampiran 12. Persyaratan Kualitas Air Minum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
81
(Lanjutan)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
82
(Lanjutan )
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
83
(Lanjutan)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Download