BAB II TINJAUAN PENDIDIKAN SEKS BAGI ANAK A. Pengertian Pendidikan Seks Pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan secara keseluruhan, sehingga pengertian pendidikan seks erat hubungannya dengan pengertian pendidikan pada umumnya. Pengertian pendidikan seks dapat diperhatikan dari kata yang membentuk istilah tersebut yaitu pendidikan dan seks.1 Dalam undang-undang No.1 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab 1 pasal 1 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.2 Pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh Philip H. Phoenik yang dikutip oleh Abdul Latief, pendidikan adalah sebagai suatu process of engendring essential meaning, proses pemunculan makna-makna yang esensial, enam pola 1 Suraji dan Sofia Rahmawatie, Pendidikan Seks bagi Anak Panduan Kelaurga Muslim, (Yokyakarta: Putaka Fahima 2008), hal. 53 2 Tim Redaksi FokusMedia,Undang-Undang no 20 tahun 2003 SISDIKNAS Sistem pendidikan nasional ( Bandung: FokusMedia 2006), hal. 2 26 27 yang dimaksud olehnya adalah simbolik, empirik, estetik, sinoetik, etik, dan siniptik, yang masing- masing memiliki bidang tersendiri.3 Definisi pendidikan secara alternatif atau luas terbatas adalah suatu usaha sadar oleh keluarga, masyarakat, dan pemeritah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. 4 Pendidikan menurut Redja Mudyahardjo yang dikutip oleh Binti Maunah secara luas pendidikan adalah “hidup”. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi individu. Sedangkan secara sempit, pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.5 Istilah pedidikan atau paedagogi berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan dalam arti mental.6 Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai usaha untuk membantu seseorang yang pada umumnya belum dewasa untuk mencapai kedewasaan melalui suatu proses, suatu interaksi antar manusia yang berlangsung pada suatu 3 Abdul Latief, Pendidikan Berbasis Kemasyarakatan, (Bandung:Refika Aditama 2007), hal. 7 Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta:RajaGarfindo Persada 2008), hal. 11 5 Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Tulungagung: Diktat Tidak Diterbitkan, 2003), hal. 1 6 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada 2008), hal. 1 4 28 kancah hubungan antara manusia, atau bisa disebut sabagai pergaulan.7 Baik disengaja atau tidak, pendidikan selalu berlangsung, apa pun yang menjadi tujuan hidup manusia adalah tujuan pendidikan itu sendiri. Antara kehidupan manusia dan pendidikan bereksistensi bagaikan hubungan tak terpisahkan antara ruh dan badan manusia.8 Dalam kamus Bahasa Indonesia kata seks, yaitu yang berkenaan dengan jenis kelamin (laki-laki atau perempuan); yang berkenaan dengan perkara percampuran antara laki-laki dan perempuan.9 Seks, dari bahasa Inggris sex, dalam Bahasa Indonesia memiliki dua makna: 1. Jenis kelamin, kelas-kelas dalam dimorfisme seksual (sexual dimorphism) akibat adanya sistem penentuan kelamin pada organisme. 2. Kegiatan yang berkaitan dengan manipulasi organ kelamin, khususnya hubungan seksual; namun dapat juga sesuatu yang mengarah pada hal tersebut (seperti masturbasi dan petting).10 Seks sendiri pengertian aslinya segala sesuatu yang berkaitan dengan pengungkapan seksualitas di sini pengertian seksualitas sendiri adalah hubungan kita dengan diri kita sendiri termasuk bagaimana kita merasakan tentang diri kita sebagai manusia, sebagai makhluk seksual, sebagai laki-laki dan perempuan, dan 7 Saifullah, Muhammad Quthb dan Sistem Pendidikan Non Dikotomik, (Yokyakarta: Suluh Press 2005), hal. 43 8 Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, (Yokyakarta: Ar-Ruzz Media 2009), hal. 84 9 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 2002), hal. 1014-1015 10 http://id.wikipedia.org/wiki/Seks diakses 16 agustus 2010 29 bagaimana kita merasa tentang tubuh kita dan bagaimana kita merasakan aktivitas dan perilaku seksual.11 Definisi seks dapat dikelompokan menurut beberapa dimensi diantaranya dimensi biologi seks adalah: proses penggabungan dan pencampuran sifat-sifat genetik, sering mengakibatkan organisme spesialisasi dalam berbagai laki-laki atau perempuan (dikenal sebagai jenis kelamin). Reproduksi seksual meliputi penggabungan sel-sel khusus (gamet) untuk membentuk keturunan yang mewarisi sifat-sifat dari kedua orang tua. Gamet dapat identik dalam bentuk dan fungsi (dikenal sebagai isogametes), tapi dalam banyak kasus asimetri yang telah berkembang seperti yang dua jenis seks-khusus gamet (heterogametes) ada: gamet laki-laki kecil, motil, dan dioptimalkan untuk mengangkut informasi genetik mereka jarak jauh, sementara gamet betina yang besar, non-motil dan mengandung nutrisi yang diperlukan untuk pengembangan awal dari organisme muda.12 Dimensi Psikologis Seks berkaitan dengan bagaimana kita menjalankan fungsi kita sebagai mahluk seksual dan identitas peran jenis. Dimensi Medis adalah pengetahuan mengenai penyakit yang di oleh hubungan seks, Dimensi Sosial Seks berkaitan dengan hubungan interpersonal (hubungan antar sesama manusia). Seringkali, hambatan interaksi ditimbulkan oleh kesenjangan peran 11 12 http://en.wikipedia.org/wiki/Human_sexuality diakses 7 juli 2010 http://www.wikipedia.org/ diakses 16 agustus 2010 30 jenis antara laki-laki dan perempuan. Hal ini dipepgaruhi oleb faktor budaya dan idola asuh yang lebih memprioritaskan posisi laki-laki.13 Seks manusia tidak hanya dikenakan oleh naluri atau stereotip melakukan, seperti yang terjadi pada hewan, tetapi lebih dipengaruhi baik oleh aktivitas mental superior dan dengan karakteristik sosial, budaya, pendidikan, dan normatif dari tempat-tempat di mana subyek tumbuh dan kepribadian mereka berkembang . Akibatnya, analisis lingkup seksual harus didasarkan pada beberapa baris konvergensi pembangunan seperti efektivitas, emosi, dan hubungan.14 Seks adalah aspek penting dalam kehidupan yang menekankan pada aspek fisik, sosial, emosi, spiritual, dan etnis, yang dialami manusia. Seks merupakan bagian integral dalam kehidupan manusia. Tidak hanya berhubungan dengan reproduksi seks juga berkaitan dengan masalah kebiasaan/ adat istiadat, agama, seni, moral dan hukum. Setelah dua istilah tersebut digabungkan menjadi satu, maka kedua istilah tersebut membentuk suatu pengertian yang lebih mendalam. Jadi, Pendidikan seks adalah sebuah proses transfer ilmu dan sikap tentang seks.15 Menurut pendapat lain Pendidikan seks adalah upaya mengajarkan, penyadaran dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak, sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri dan perkawinan. Sehingga, 13 http://abahjack.com/tag/definisi-seksual diakses 16 agustus 2010 http://en.wikipedia.org/wiki/Human_sexuality diakses 7 juli 2010 15 Alimatul Qibtiyah, Paradigma Pendidikan Sekualitas, Perspektif Isalm: Teori dan Praktek, (Yokyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2006), hal. 1 14 31 jika anak telah tumbuh menjadi remaja, dan dapat memahami urusan-urusan kehidupan, ia telah mengetahui masalah-masalah yang diharamkan dan dihalalkan.16 Penulis menggunakan istilah pendidikan seks dan bukan pendidikan seks dikarenakan cakupan seks itu lebih luas dan perilaku seksual lainnya tetapi juga membahas aspek seks lain. Orang tua perlu mengajarkan beberapa hal diantaranya: 1. Mengenalkan organ seks dan perkembangannya 2. Mengendalikan fungsi dan resiko penyalah gunaan organ seks 3. Langkah pencegahan dengan memberikan bekal agama.17 Dalam pengertian lain pendidikan seks adalah merupakan upaya menindak lanjuti kecenderungan insting manusia. Laki-laki dengan dasar naluri insting sehatnya akan mencintai perempuan, dan jika mereka “mencintai selain perempuan” (min duni al-nisa) maka ia termasuk kelompok yang memiliki nafsu seksual menyimpang seperti kaum Luth (homo) yang dilaknat Tuhan (Q.S. alA’raf ,dan al-Naml. dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan 16 Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil-Islam, (Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam) terj. Saifullah Kamalie dan Hery Noer Ali, (Semarang: Asy-Syafa 1981), hal. 572 17 http://thewordiswhite.wordpress.com/2009/02/24/pendidikan-seksualitas-sejak-dini/ diakses 1 April 2010 32 faahisyah18 itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?" (Q.S. al-A’raf [7]: 80 Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)".(Q.S al-Naml [27]: 50) Pendidikan ini berusaha untuk mengenal penciptaan manusia dari jenis lakilaki dan perempuan. Saling mengenal menuju ketakwaan kepada Tuhan sebagaimana firman Allah SWT . Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (al-Hujarat [49]: 13). B. Masa Pertumbuhan dan Perkembangan Seks bagi Anak 1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Seks Anak Dalam kehidupan anak, ada dua jenis proses yang berorientasi secara terus menerus yaitu pertumbuhan dan perkembangan, dimana kedua proses tersebut berlangsung secara interdependi. 18 Perbuatan faahisyah di sini Ialah: homoseksual 33 Individu (manusia) sebagai mahluk hidup mengalami proses perkembangan, perkembangan developmen adalah proses perkembangan atau tahapan pertumbuhan ke arah lebih maju. Makna pertumbuhan growth berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran dalam arti pentingnya pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan.19 Menurut Kartini Kartono perkembangan adalah perubahan-perubahan psikologis fisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada anak, di tunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam pasage waktu tertentu, menuju kedewasaan. Perkembangan dapat diartikan pula sebagai proses transmisi dari konstitusi psiko-fisis yang hereditet di rangsang oleh faktor-faktor lingkungan yang menguntungkan dalam perwujudan proses aktif menjadi secara kontinyu.20 Perkembangan anak tidak berlangsung secara mekanis otomatis sebab perkembangan tersebut sangat bergantung pada beberapa faktor secara simultan yaitu: a. Faktor hereditet (warisan sejak lahir bawaan) b. Faktor lingkungan yang menguntungkan atau merugikan c. Kematangan fungsi-fungsi organis dan fungsi-fungsi psikis. 19 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada 2005), hal. 36 20 Kartini Kartono, Psikologi Anak, Psikolgi Perkembanga (Bandung: Mandar Maju 1995), hal. 21 34 d. Aktifitas anak sebagai subyek bebas yang berkemampuan-kemampuan seleksi bisa menolak atau menyetujui, mempunyai emosi, serta usaha membangun diri sendiri.21 Sedangkan pertumbuhan menurut pandanngan para ahli biologi ialah pertumbuhan diartikan sebagai suatu penambahan dalam ukuran bentuk berat atau ukuran dimensif tubuh dan bagian-bagiannya.22 Menurut Samsul Munir Amin dalam bukunya Menyiapkan Masa Depan Anak Secara Islami, Pertumbuhan diartikan sebagai perubahan ukuran karena sel betambah jumlah maupun besarnya.23 Menurut Kartini Kartono pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak sehat dalam passage (peredaran waktu tertentu).24 Jadi pertumbuhan dapat diukur, sedangkan perkembangan hanya dapat diamati dengan memperhatikan perubahan-perubahan dalam bentuk-bentuk tingkah laku pada saat telah tecapai kematangan.25 Dalam setiap bidang perkembangan senantiasa mengacu pada hukumhukum bertahan dan berkembang sendiri, hukum tempo perkembangan, hukum 21 Ibid., hal. 21 Elfi Yuliana Rohmah, Psikologi Perkembangan (Ponorogo: STAIN Ponorogo di bantu oleh Teras 2005), hal. 21 23 Samsul Munir Amin, Menyiapkan Masa Depan Anak secara Islami, (Jakarta: Amzah 2007), hal. 83 24 Kartini Kartono, Psikologi Anak...,hal. 18 25 Elfi Yuliana Rohmah, Psikologi Perkembangan..., hal. 22 22 35 konfergensi, hukum perkembangan seksual anak akan senantiasa dipengaruhi hukum tempo irama. Munculnya ciri-ciri badaniah yang nampak dari luar dan kelenjar-kelenjar indoktrin berkaitan dengan seks. Ciri-ciri badaniah tersebut akan membedakan antara jenis seks laki-laki dengan perempuan sedangkan kelenjar-kelenjar indoktrin akan mempengaruhi seks anak. Dengan demikian yang dimaksud dengan pertumbuhan seksual anak adalah sesuatu perubahan sosiologis pada diri anak sebagai akibat dari adanya proses pematangan fungsi-fungsi seksnya. Dalam siklus waktu tertentu istilah pertumbuhan seksual anak meliputi perubahan-perubahan yang bersifat badaniah seperti mulai bekerjanya hormon-hormon seksual anak yang mempengaruhi perubahan fisiknya.26 Sedangkan perkembangan seksual anak dapat dilihat pada saat mulai timbulnya dorongan-dorongan seksual yang muncul dari jiwanya dan mulai timbul keinginan untuk memuaskan dorongan tersebut dari masa yang satu kemasa yang lain selalu mengambil corak yang berbeda-beda. Satu hal yang perlu dilihat dalam bahwa dalam memuaskan libido tersebut tidak mesti dengan aktifitas-aktifitas yang bersifat seksual, tetapi bisa juga berupa aktifitas aktifitas lainya sepeti; bermain, olahraga, dan lain-lain sebagaimana yang terjadi ketika anak memasuki masa laten. 27 26 Suraji dan Sofia Rahmawatie, pendidikan Seks..., hal. 11-13 Ibid., hal. 12 27 36 2. Proses Perkembangan Seks Anak. Secara umum proses berarti tahapan-tahapan kegiatan. Dalam konteks perkembangan, proses berarti tahapan-tahapan perubahan yang dialami seseorang baik yang bersifat jasmaniah maupun ruhaniah. Menurut Hurlock (1980), manusia tidak statis atau mandek, karena perubahan-perubahan senantiasa terjadi dalam dirinya dalam berbagai kapasitas (kemampuan) baik yang bersifat biologis maupun psikologis. Secara umum proses perkembangan individu sampai menjadi “person” (dirinya sendiri) berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu: Pertama: Tahapan proses konsep (pembuahan sel ovum ibu oleh sel sperma ayah). Kedua; tahapan proses kelahiran (lahirnya bayi dari rahim atau perut ibu ke dunia bebas). Ketiga; tahapan proses perkembangan individu bayi menjadi seseorang pribadi yang khas (development of selfhood). Di dalam konsep Islam, tahap konsepsi (sebelum kelahiran) sudah melalui sekurang-kurangnya tiga tahapan pula, yaitu nutfah (mani),’alqah (darah), dan mudghah (segumpal daging). Proses dari nutfah ke ‘alaqahiga membutuhkan waktu 40 hari demikian juga dari algah ke mudhah. Setelah tiga tahap itu dilalui, tahap berikutnya sama dengan yang telah disebutkan di atas. Tentang proses kejadian manusia, AlQur’an telah secara tegas menyebutkan.28 28 Tohirin, Psikologi Pembelajaran..., hal. 39 37 Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Q.S. Al-Hajj [22]: 5). Sesungguhnya para ahli masih berbeda pendapat tentang proses atau tahapantahapan perkembangan individu. Selain ada yang membagi dalam tiga tahapan secara garis besar seperti disebutkan di atas. Ada juga yang membaginya dalam enam tahapan dan ada pula yang membagi dalam sepuluh tahapan.29 Sedangkan para psikoanalism percaya bahwa emotional interest kecendrungan perasaan anak pada dasarnya bersifat seksual (libido) kecendrungan memunculkan dorongan-dorongan seksual yang harus dipenuhi atau disalurkan 29 Ibid., hal. 39 38 dalam pemenuhan libido tersebut mengambil aktifitas yang berbeda-beda. Freud membagi perkembangan nafsu anak ke dalam tiga tahapan, yaitu masa narcisistic, massa oedipus dan masa seksual dewasa.30 Kegiatan seksual seseorang dimulai sejal awal kehidupannya demikian pendapat seorang seksuolog. Malahan Kinsey membuktikan bahwa kegiatan manstrubasi sudah bisa terjadi pada seorang bayi yang berumur 7 bulan atau seorang gadis berusia 3 tahun bisa memproleh dengan manstrubasi. Rene Spitz mengadakan penelitaian terhadap 170 bayi yang berumur 1 hari-15 bulan dimana ternyata 104 orang melakukan manstrubasi. Menurut para ahli perkembangan psikoseksual melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:31 a. Fase Erotik Oral (0,0-1) Freud dan Karl Abraham mengajarkan bahwa fase terdiri kehidupan dorongan erotis mengalami kesenangan dan kepuasan melalui mulut. Dengan demkian memproleh makanan merasak kepuasan dorongan erotik oral. Dalam memenuhi kebutuhan biologis viceral terselip segi emosianal yang sukar terlihat. Anak bayi mengadakan komunikasi dengan dunia luar menggunakan mulut pada pertama kali. Dengan mulutnya dia merasakan kehangatan dan kelembutan tubuh ibu, rasa aman,dan segar,kehilangan rasa tegang. Si bayi men-erotiser situasi pemberian makan itu dan memproleh kepuasan somatis. Kalau bayi tidak mendapat kepuasan ini maka pada suatu saat akan terjadi memasukkan empu jari, 30 Simanjuntak, Pengantar Psikologi Perkembangan,(Tarsito: Bandung).hal, 188 Ibid., hal. 188 31 39 benda lain ke dalam mulutnya.32 Dorongan primitip ini meletakkan dasar tanggapan introjeksi dalam mengenal dunia luar. Fungsi rokhaniah dasarnya terletak pada fase infatil dari erotik oral telah jelas, menjangkau dan memasukan dalam mulut berkembang menjadi memusatkan fikiran (konsentrasi) dan memahamkan. b. Fase Erotik Anal (01-03) Pada fase ini anak memproleh kenikmatan melalui fungsi excreatoris (buang air besar) atau inplus taktil tubuh didaerah usus. Manifestasi dari erogene zone anal ini ialah dengan senang duduk lama di pis-pot, menahan-nahan fesesnya. Hal ini merupakan faktor terpenting dari dorongan erotiks anal dalam menyesuaikan diri dengan sekeliling di dalam kehidupan anak. Pendidikan kebersihan membantu perkembangan penyesuaian diri dengan lingkungan.33 c. Fase Phallis (3,0-5.0) Pada fase ini erogene zone berada pada alat kelamin. Dia memproleh kenikmatan dengan menggosok alat kelamin. Ketika si anak memberi perhatian kepada daerah genital tidak saja perhatiaannya tertuju kepada dirinya juga memberi perhatian juga kepada orang lain mengenai daerah tersebut. Gejala Oedipus compleks mulai timbul.34 Dalam masa ini anak memusatkan perasaan kasih sayang orang tuanya yang berlawanan seksnya dan menaruh cemburu terhadap orang tua yang bersamaan seksnya. Sianak mengalami pertentangan 32 Ibid., hal. 189 Ibid., hal. 189 34 Ibid., hal. 190 33 40 hebat. Disatu pihak kebutuhan emosional yang kuat yang akan di proleh dari hubungan emosional normal dengan orang tua bila diproleh membuat dia bahagia. Di lain pihak nafsu seksual mendorong dari dalam tetapi ditahan karena norma tidak membenarkan.35 d. Fase Laten (6,0-12,0) Si anak belum menampakkan perhatian terhadap jenis kelamin lain. Sianak terlihat pada masalah identifikasi yang kuat. Anak seolah-olah berusaha “meminjam watak” dari orang yang dikagumi. Dia belum memiliki watak yang kuat, yang nantinya terbentuk pada masa pubertas. e. Fase Genitikal (pubertas 15,0-sampai tua) Fase aktifitas rangsang hormon seks dibarengi usaha mencari teman hidup. Pada saat ini telah terbentuk perhatian terhadap jenis kelamin lain. Dalam perkembangan psikoseksual didapati gejala penyimpangan karena tidak berkembang sempurna, antara lain gangguan pekerjaan hormon hipohise.36 3. Perkembangan Objek Seksual Dalam menuju terbentuknya tingkat hetero seks perlu melului fase. a. Fase Auto Erotiks Dalam masalah ini objek pemuasan ialah tubuh sendiri. Anak merasa kepuasan bila badannya di raba-raba. 35 Ibid., hal. 190 Ibid., hal. 190 36 41 b. Fase Narsistis Pada saat ini perawatan jiwa menjadi pemuasan libido. Freud tahun 1910 mengambarkan istilah ini terhadap sifat homoseksual dari laki-laki yang mengidentifiser dirinya dengan seorang wanita (biasanya ibunya), sehingga dia mencintai tubuhnya sendiri. c. Fase Incestieus Dalam fase ini terbentuk pemuasan objek libido kepada ibunya (bagi laki-laki) dan bapaknya (bagi anak wanita). Kalau tidak kepada tadak kepada oarang tu bisa meluas kepada anggota keluarga yang masih ada hubungan darah terdekat. d. Fase Bebas Pada waktu ini objek libido tertuju kepada orang yang berbeda jenis kelamin saat ini merupakan tibanya saat hetero seksual. Dan apabila anak sudah berada pada posisi ini berarti anak telah berada pada dalam perkembangan psikoseksual yang normal.37 C. Perkembangan Seks Anak Ditinjau dari Segi Biolgis dan Psikologis 1. Perkembangan Seks Anak Ditinjau dari Biologis Anak dilahirkan di dunia dalam kondisi kurang lengkap sebab semua naluri, fungsi jasmaniah serta rokhaniahnya belum berkembang dengan sempurna. Oleh karena itulah anak manusia mempunyai kemungkinan panjang untuk bebas 37 Ibid., hal. 191 42 berkembang yaitu untuk “survive” mempertahankan hidup dan untuk menyesuaikan diri dalam lingkungannya. Bahkan anak manusia bisa meningkat pada taraf perkembangan tertinggi pada usia kedewasanya.38 Terdapat hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antara pertumbuhan fisik dengan perkembangan psikisnya. Anak-anak yang sehat dan segar tumbuhnya. Yang hidup dalam lingkungan yang teratur dan sempurna menunjukkan hasil-hasil pelajaran dan pekerjaan yang lebih baik dari pada anaknya yang kurang sehat. Penelitian-penelitian sekitar masalah pertumbuhan fisik menunjukkan bahwa: a. Laju pertumbuhan tinggi badan lebih cepat bila dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Dan pada wanita hal ini terjadi lebih awal dari pada laki-laki, karena datangnya masa remaja itu lebih cepat anak-anak wanita. Oleh karena dapat dilihat dengan jelas bahwa usia 12,13 dan 14 tahun anak-anak wanita lebih tinggi dari pada anak laki-laki b. Perubahan-perubahan dalam proporsi tubuh mula-mula lengan dan kaki tubuh dengan cepat kemudian diikuti oleh batang tubuh dengan cepat. Tangan, kaki dan hidung merupakan bagian-bagian terpenting dalam perkembangan anak. Pada usia 13 dan14 tahun tangan dan kaki mereka 38 Kartini Kartono, Psikologi Anak Psikologi Perkembangan (Bandung: Mandar Maju 1995), hal. 107 43 mencapai prosentasi yang cukup besar dalam keseluruhan perkembangan kearah kematangan 39 Menurut pendapat Kretschemer mambagi perkembangan fisik anak menjadi empat fase: a. Fullung priode I umur 0:0-3,0 tahun, pada masa ini dala keadaan pendek, gemuk bersikap terbuka mudah mudah bergaul dan mudah didekati. b. Streckung priode I umur 3,0-7,0 tahun, kondisi badan anak tampak langsing (tidak begitu gemuk) biasanya sikap anak tertutup sukar bergaul juga sukar didekati. c. Fullungs priode II Umur 7,0-13,0 tahun, keadan fisik anak kembali gemuk. d. Streckung priode II, umur 13,0 tahun keadaan fisik anak kembali langsing.40 2. Perkembangan fisik anak menyangkut masalah seks Perubahan yang sangat penting mempunyai arti bagi permulaan adolesen adalah perubahan kelenjar kelamin (sex glands).41 Pubertas (puberty) ialah suatu priode dimana kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada akhir masa anak. Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan-perubahan yang terjadi pada masa akhir masa anak yang ditandai 39 Oemar Hamalik, Psikologi Remaja Dimensi-dimensi Perkembangan, (Bandung: Mandar Maju 1995), hal. 24 40 Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikogi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta 2005), hal. 72 41 Oemar Hamalik, Psikologi Remaja Dimensi-Dimensi…, hal. 25 44 dengan perubahan pada ciri-ciri seks primer primary sex carakteritick dan ciri-ciri seks skunder sekondari sex carakteristics. Meskipun perkembangan ini biasanya mengikuti suatu urutan tertentu, namun urutan dari kematangan seksual tidak sama pada setiap anak dan terdapat perbedaan individual dalam umur dari perubahan-perubahan tersebut. a. Perubahan Ciri-Ciri Seks Primer Ciri-ciri seks primer menunjuk pada organ tubuh yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri-ciri seks primer ini berbeda antara anak laki-laki dan anak perempuan. Bagi anak laki-laki ciri-ciri seks primer yang sangat penting ditunjukan dengan pertumbuhan yang cepat dari batang kemaluan (penis) dan kantung kemaluan (scrotum),yang mulai terjadi pada usia sekitar 12 tahun dan berlangsung sekitar 5 tahun untuk penis dan 7 tahun untuk skrotum. Pada skortum, terdapat dua buah testis. Testis ini sebenarnya telah ada sejak kelahiran, namun baru sekitar 10% dari ukuran matang. Testis mencapai kematangan penuh pada usia 20 atau 21 tahun.42 Perubahan-perubahan pada ciri-ciri seks primer pada pria ini sangat terpengaruhi oleh hormon, terutama hormon perangsang yang diproduksi oleh kelenjar bawah otak (pituitary gland). Hormon perangsang pria ini merangsang testis, sehinga testis menghasilkan hormon testosteron dan androgendan spermatozoa. Sperma yang dihasilkan dalam testis selama masa remaja ini, memungkinkan untuk mengadakan reproduksi untuk pertama kalinya. Karena itu, 42 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya 2005), hal. 193 45 kadang-kadang sekitar usia 12 tahun, anak laki-laki kemungkinan mengalami penyemburan air mani mereka pertama kali atau yang dikenal dengan istilah “mimpi basah” Sementara itu pada anak perempuan, perubahan-perubahan ciri-ciri dengan menarche, yaitu menstruasi yang pertama kali dialami oleh seorang gadis. Terjadinya menstruasi pertama ini memberi petunjuk bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan telah matang, sehingga memungkinkan mereka mengandung dan melahirkan anak. Munculnya mentruasi pada perempuan ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan induk telur (ovarium). Ovarium terletak dalam rongga perut wanita bagian bawah, di dekat uterus, yang berfungsi berfungsi memproduksi sel-sel (ovum) dan hormon-hormon estrogen dan progesteron. Hormon progesteron bertugas untuk mematangkan dan mempersiapkan sel telur sehingga siap untuk dibuahi. Sedangkan hormon estrogen adalah hormon yang mempengaruhi pertumbuhan sifat-sifat kewanitan pada tubuh seseorang (pembesaran payudara dan pinggul, suara halus, dan lainlain) hormon ini mengatur siklus haid.43 b. Perubahan Ciri-Ciri Seks Sekuder Ciri-ciri seks sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Tanda-tanda jasmaniah ini muncul sebagai konsekuensi dari berfungsinya yang terlihat pada laki-laki adalah tumbuh 43 Ibid., hal 194 46 kumis dan jakun , bahu dan dada melebar, suara berat, tumbuh bulu ketiak, di dada, di kaki dan lengan, dan disekitar kemaluan, serta otot-otot menjadi kuat. Sedangkan pada perempuan terlihat payudara dan pinggul yang membesar suara menjadi halus,dan tumbuh bulu disektar ketiak serta kemaluan.44 Sebetulnya hormon-hormon pria dihasilkan pula dalam diri wanita dan demikian juga sebaliknya, sehingga kadang-kadang dijumpai pada diri wanita terdapat ciri-ciri kelaki-lakian (misalnya tumbuh kumis ) atau pada diri anak lakilaki ditemukan ciri-ciri kewanitaan (misalnya:suara dan kulitnya halus),akan tetapi pada umumnya salah satu jenis hormon akan lebih dominan (berpengaruh) sesuai dengan jenis kelaminnya. Sebagai penjelasan di atas, sejak anak menginjak remaja, anak mulai mengalami perubahan-perubahan fisiknya yang akan diikuti adanya perubahanperubahan dalam sikap,minat dan pandangan hidup. Biasanya dalam menghadapi perubahan tersebut anak akan menjadi canggung menarik diri dan cendrung menutup-nutupi perubahan yang terjadi pada dirinya agar lingkungannya tidak memperhatikan perubahan-perubahan tersebut. Oleh karena itu hendaknya kedua orang tua baik ayah maupun ibu memperhatikan kondisi anak dan menciptakan suasana santai dan terbuka, agar anak tidak malu untuk bertanya mengenai perubahan-perubahan dalam dirinya. Jika anak itu wanita, hendaknya seorang ibu menceritakan pengalamanpengalamannya sewaktu remaja, jika anak itu adalah laki-laki maka seorang ayah 44 Ibid., hal. 194 47 hendaknya juga memberikan pengalaman-pengalamannya di waktu menginjak masa remaja. Agar anak merasa bahwa apa yang dialaminya pernah juga dialami oleh orang lain sehingga anak mampu membuka diri menanyakan apa saja yang dilakukan dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut. 3. Perkembangan Seks Anak Ditinjau dari Segi Psikologis a. Perkembangan Jiwa Anak Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah fisik maupun psikis. Walaupun demikian dalam keadaan yang demikian, ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten. Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang menetap, lebih-lebih pada usia dini. Sesuai dengan pertumbuhan, seorang anak menjadi dewasa memerlukan bibingan sesuai dengan prinsip yang dimilikinya.45 Menurut H.Ismed Yusuf, dalam perkembangan jiwa anak, ada tiga faktor yang berperan yaitu: 1) pembawaan anak, terutama dalam hal kesempunaan fisiknya, seperti panca indra karena dengan panca indra berkembang dengan naluri yang dibawa dari faktor psikologis orang tua. 2) Stimulasi yang berkesinambungan, pada umumnya berasal dari lingkungan keluarga, sekolah/institusi dan masyarakat terutama teman-teman sebanya 3) Peran aktif dari anak tersebut, alam mengolah masukan-masukan yang diterima dari lingkungannya. Peran ini merupakan motivasi dari anak dalam hal belajar, untuk memproleh sesuatu yang mendukung perkembangnnya. 45 Jalaluddin, Psikologi Agama (jakarta: Raja Grafindo Persada 2005), hal. 63 48 Faktor- Faktor yang mempengaruhi perkembangan jiwa menurut dr Rahayu Prihartini Sp.Kj 1) Nature : Genetic, konstitusi, organ otak 2) Nurture : Lingkungan seperti: ibu, pengasuh, keluarga, tetangga, sekolah, masyarakat 3) Lingkungan fisik : cuaca dll 4) Internal Psikologik: keberhasilan/kegagalan anak dalam tugas perkembangan sebelumnya.46 Dalam pertumbuhan dan perkembangn jiwa anak terdapat banyak hambatan, misalnya: 1) Hambatan yang berasal dari gangguan yang berasal dari cacat badan. Hal ini akan membuat anak merasa malu dan patah semangat, anak akan tertekan jiwanya sehingga perilakunya tertutup dan sering dihantui oleh perasanperasan negatif. 2) Hambatan yang berasal dari lingkungan keluarga, seperti hubungan antara orang tua yang tidak harmonis, adanya anggota keluarga yang cacat, campur tangan orang tua mendidik anak, kurang perhatian orang tua dan lain-lain. Agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik diperlukan kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya. Secara psikis, fisik ataupun sosial, keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat sehingga komunikasi dalam keluarga 46 http://caripdf.com/download/index.php?name=erick%20erickson%20perkembangan%20jiw a%20anak&file=www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Ilmu_Kedokteran_Jiwa/PERKE MBANGAN%20JIWA%20ANAK%20[Compa diakses 1 april 2010 49 sangat diperlukan dalam pertumbuhan jiwa anak. Oleh karena itu, agar anak memiliki kepribadian yang baik, janganlah anak dibiarkan berkembang secara alamiah namun juga perlu didik adanya komunikasi yang baik dalam keluarga.47 Perkembangan jiwa anak pada usia tertentu, akan membantu dalam pengajaran materi yang cocok dengan umur anak, serta akan membantu pula dalam penggunaan metode yang dapat menarik minat anak dan tepat bagi umur yang sedang dilaluinya.48 Anak belajar dan diajar oleh lingkungan mengenai bagaimana ia harus bertingkah laku yang bagaimana dikatakan salah atau tidak baik. Lingkungn ini dapat berarti orangtua, saudara-saudara teman-teman guru dan sebagainya. Namun karena pada tahun-tahun pertama kehidupan seorang anak sepenuhnya bergantung pada orang lain, yaitu orang tuanya, maka disinilah pentingnya peranan orang tua sebagai orang pertama yang dikenal anak dalam hidupnya untuk memperkembangkan kehidupan moral anaknya. Menurut J.Pieget dan L.Kihlberg mengatakan bahwa “Perkembangan moral seorang anak sejalan dengan perkembangan aspek kognitifnya. Dengan makin bertambahnya tingkat pengertian anak, makin banyak pula nilai-nilai moral yang dapat ditangkap dan dimengerti oleh anak. 1) Tahap usia 0-3 tahun Pada masa ini, anak melihat orang tua sebagai otoritas yang mutlak dan tidak dapat diganggu gugat juga apa yang ditentukan oleh orang tua Suraji dan Sofia Rahmawati, Pendidikan seks…, hal. 35 Zakiah Darajad, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta:Bulan Bintang 2003), hal. 123 47 48 50 harus dituruti oleh anak. Dengan adanya konsistensi dalam tinggkah laku dan sikap orang tua terhadap apa yang mendatangkan pujian atau hukuman (keadan yang tidak menyenangkan) bagi anak cendrung membuat anak berusaha menghindari diri dari berbuat sesuatu yang dapat mendatangkan hukuman atau keadaan yang tidak enak tersebut. Dan sebaliknya anak berusaha untuk mengulangi perbuatan-perbuatan yang mendatangkan pujian atau rasa senang. Apabila pada anak telah di tanamkan disiplin yang teratur maka pada usia 3 tahun anak akan mengetahui perbuatan apa yang di perbolehkan karena itu benar dan perbuatan apa yang tidak disetujui karena itu salah. 2) Tahap usia 3-4 tahun Pada masa ini anak sudah memiliki dasar-dasar dari sikap-sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya kalau sebelumnya anak selalu diajarkan tentang apa benar dan apa yang salah, maka pada masa ini anak harus bertingkah laku. Anak haus dapat merasakan akibat yang menyenangkan dari tingkah lakunya yang sesuai dengan harapan kelompok sosial, demikian pula akibat yang tidak menyenagkan apabila ia tidak berlaku demikian. Anak juga dapat mengenal suatu tindakan itu baik, dari hadiah yang dijanjikan oleh orang lain. Artinya anak tahu bahwa tindakannya itu benar jika dengan tindakannya itu kebutuhannya terpuaskan. 51 3) Tahap usia 6- Remaja Pada masa ini, anak sudah memasuki sekolah yang berarti bahwa lingkungan kehidupan anak juga bertambah luas. Anak mulai mengenal adanya kelompok sosial yang lain disamping keluarga. Baik anak laki-laki maupun perempuan, belajar untuk bertingkah laku sesuai dengan apa yang diharapkan aleh kelompoknya.49 Dalam Perkembangan mental intelektual ketika mulai masuk sekolah, minat dan pengalamannya bertambah sehingga ia dapat lebih memahami orang-orang, obyek-obyek dan situasi-situasi di sekitarnya. Perkembangan yang diproleh anak pada masa ini antara lain: 1) Pekembangan sifat sosial anak Sebenarnya sifat ini sifat kodrati yang dibawa anak sejak lahir, mula-mula berkembang terbatas dalam keluarga, yang makin lama bertambah luas. Dengan masa menentang I, anak mulai kurang puas hanya bergaul dengan anggota masyarakat tedekat. Ia mulai mencari teman-teman sebaya untuk berkelompok untuk permainan bersama, makin lama lingkup pergaulanya semakin luas. 2) Pekembangan perasaan anak Anak yang semula hanya merasakan senang sedih, semakin lama perasaaan itu samakin terdiferensiasi menjadi perasaan-perasaan iba/kasihan, menyesal, 49 Singgih D Gunarsa dan Ny.y Singgih D Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja cet ke 5 ( Jakarta: Gunung Mulia 1989), hlm. 66-69 52 marah, jengkel, simpati, merasa bersalah dan lain-lain yang ditimbulkan dari pengalamannya yang makin meluas. Semakin luas pergaulan anak makin kayalah anak variasi dalam tingakah lakunya. Untuk itu orang tua para pemimpin pemuda dapat membantu perkembangan perasaan anak itu dengan: a) Melatih mereka bekerjasama; b) belajar dalam kelompok; c) Bermain/ bekerja dan bersaing secara sportif d) saling memberi dan menerima e) Saling membutuhkan pertolongan dan sebagainya sehingga terbina rasa persatuan f) Perkembangan motorik Perkembangan motorik inilah yang memungkinkan anak dapat melakukan segala sesuatu, yang tergantung dalam jiwanya, dengan sewajarnya. Dengan perkembangan motorik itu anak makin kaya dalam bertingkah laku, sehingga memungkinkan anak memindahkan aktifitas bermainya, kreatifitas belajar dan bekerja memungkin anak dapat melakukan kewajiban tugas-tugas, bahkan keinganan-keinginannya. g) Perkembangan bahasa Dengan makin luasnya pergaulan anak di luar keluarga, di dalam permainan dalam kelompok memberi kesempatan kepada anak untuk memperkaya pembedaharan bahasa, baik secara pasif, yaitu menerima 53 espresi jiwa orang lain, maupun secara aktif, ia menyampaikan isi jiwanya kepada orang lain. Oleh karena itu keluarga atau teman kanakkanak yang baik akan berusaha agar anak mengalami perkembangan bahanya dengan baik pula. h) Perkembangan pikiran Pada masa ini anak baru berda pada tingkat pikiran kongkrit.Artinya pikiran masih erat hubungannya dengan benda atau keadan-keadan nyata. Ia akan mengatakan: hari akan hujan jika melihat dilangit ada mendung. Ia akan menolak memaksakan sesuatu makanan bila ia pernah mengalami sakit perut sesudah makan makanan sejenisnya. i) Perkembangan pengamatan Sebelum para ahli psikologi di Jerman mengadakan esperimenesperimen di laboratoriumnya orang menyangkal bahwa perkembangan pengamatan ini berlangsung keseluruhan yang banyak misalnya seorang bayi, mengenal ibunya mulai dengan hidungnya , kemudian mulutnya, kemudian matanya, pipinya dan seterusnya. Pendapat seperti itu ternyata tidak dibenarka oleh para ahli ilmu jiwa Global, Mereka berpendapat perkembangan pengamatan anak bukan melalui proses-proses dari sederhana ke yang banyak dan kompleks melainkan dari mulai keseluruhan yang kabur ke makin yang lama makin jelas karena adanya bagian-bagian integral dalam keseluruhan itu. 54 j) Perkembangan kesusilaan dan agama Perkembangan kesusilaan dan agama, sanagat bergantung kepada penghayatan keluarga terhadap keluarga norma-norma kesusilaan dan agama keluarga anak itu sendiri. Artinya bukan akan mengalami perkembangan kesusilaan dan agama seperti yang diharapkan, dianjurkan atua diperintahkan oleh orang tuanya, melainkkan anak akan mengalami perkembangan itu menurut bagaimana keluarga berbuat tentang norma-norma kesusilaan dan agama itu.50 k) Perkembangan tanggapan Dari hasil pengamatannya ke dunia luar anak mendapatkan tanggapantanggapan yang bermacam-macam yang bersosilisasi secara mekanis sehingga akan menghasilkan tanggapan yang bersifat kompleks emosional. Suatu kekompleksan tanggapan yang didalamnya emosi yang ikut campur. Deferensiasi dari Gestalt struktur baru mulai bila anak sudah muali bersekolah, karena mulai berfungsinya daya menganalisis pada jiwa ank. l) Perkembangan fantasi Di dalam dunia fantasinya yang baru ini yang berlainan dengan dunia fantasinya di waktu kecil, ia seakan-akan ingin melakukan sendiri apa yang dilakukan orang-orang dalam cerita-cerita itu. 50 Agus Sujianto, Psikologi Perkembangan Edisi revisi (jakarta:Rineka Cipta 1996), hlm. 68- 75 55 m) Perkembangan dalam mengambil keputusan Jika masa kecil anak hanya dapat mengambil keputusan sederhana seperti panas-dingin makin lama anak dapat mambedakan sesuatu atas beberapa keputusan. Hal ini membedakan adanya kemampuan untuk mengadakan deferensiasi pula dalam mengambil keputusan. Dari berbagai penelitian bahwa kemampuan mengambil keputusan berhubungan erat dengan daya abstraksi anak. Artinya makin kongkret, anak akan makin mudah mengambil keputusan dan makin abstrak sesuatu yang dipecahkan oleh anak. n) Perkembangan perhatian Salah satu bukti bahwa ada perkembanngan dalam perhatian ialah bahwa pada anak kecil baru dapat berinstropeksi, belum dapat menginstropeksi sedang orang dewasa sudah dapat kedua-duanya. o) Perkembangan estetika Estetika adalah suatu kemampuan jiwa yang dipergunakan untuk menentukan sesuatu dengan ukuran bagus/tidak bagus atau indah/tidak indah. Kemampuan ini juga merupakan kemampuan kodrat. Perkembanganjuga di tentukan oleh faktor endogen dan faktor eksogen Hal yang amat menentukan perkembangan kepribadian anak ialah sejauh mana ia memproleh kasih sayang di rumah, sejauh mana ia diterima oleh orang lain, sejauh mana ia mampu melakukan tugas-tugas perkembangannya, dan 56 bagaimana pretasinya disekolah. Kesulitan pada anak dapat anak apabila kebutuhan anak akan kasih sayang, penerimaan dan prestasi belum terpenuhi. 4. Perkembangan Psikis Anak yang Menyangkut Masalah Seks. Keluarga memberi kepada pengaruh besar dalam perkembangan emosi. Demikian halnya dengan perkembangan perasaan cinta yang ada pada diri anakanak yang tidak mendapatkan kasih sayang (terutama dalam keluarganya), akan mengalami hambatan-hambatan dalam mengembangkan cintanya kemudian setelah berkeluarga, ia tidak tahu bagaimana memberi kasih dan cinta sejati. Hal tersebut dapat dimaklumi, sebab pada dasarnya seseorang yang tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman tidak akan mampu memberikan suatu pengtahuan atau pengalaman kepada orang lain. Begitu juga dengan perasaan cinta, bagi mereka yang belum mengenalnya, tidak mungkin mampu mengungkapkan dan memberikan pada orang lain. Dalam perkembangan seksual anak perasan kasih dan sayang ia tampakkan sebagai akibat adanya perasan cinta akan ditunjukan pada orang-orang terdekat terutama pada ibunya bila anak tersebut laki-laki, dan pada ayahnya jika anak itu perempuan. Perasaan cinta ini mulai timbul ketika anak memasuki usia ketiga kemudian semakin bertambahnya usia, mereka menyadari bahwa kasih sayang bukan hanya diperuntukkan untuk orang tua yang berlainan jenis saja tetapi termasuk kepada orang disekitarnya. Memasuki usia tahap laten dari perkembangan seksualnya, prilaku-prilaku yang condong pada seks tidak terlihat 57 Pendapat demikian kurang dapat diterima sebab kenyatannya usia latent merupakan usia yang amat penting dalam mempersiapkan perkembangan seksual anak memasuki usia remaja. Mulai usia latent anak berusaha mencari-cari informasi yang mencakup masalah-masalah seks (khususnya mengenai sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan jenis kelaminnya) dan berusaha menerapkan informasi yang didapatkannya agar dapat diterima oleh kelompok bermainnya. Mulai usia 10 tahun mengalami perubahan-perubahan psikologis, seperti adanya perubahan minat, pandangan hidup memori dan perubahan sikap. Pergaulan anak semakin luas sehingga meminta tanggung jawab dari anak yang lebih besar pula. Memasuki usia itu anak anak mengalami krisis dan gejolak jiwa, kondisi emosinya labil yang menyebabakan anak susah menyesuikan diri dengan lingkungannya ia nampak asing dan canggung karena belum siap menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya. Anak bingung dalam mengatasi dorongan-dorongan seksual yang dialami ketegangan-ketegangan tidak terarah dan ketiadaan kontak dengan sesamanya (anak-anak lainya) akan menyebabkan mereka melakukan onani. 51 Memasuki usia remaja anak belum memiliki kontak yang intim dengan orang lain. Apabila kontak tersebut telah dimulai, sebatas kontak dengan temanteman dari jenis kelaminnya dan dari jenis lain sebagai teman biasa. Sedangkan perasaan yang lebih mendalam hampir-hampir seluruhnya ditunjukkan kepada orang-orang yang lebih tua dari jenis kelaminnya. Anak laki-laki cendrung Agus Sujanto, Psikolgi Perkembangan…, hal. 75-81 51 58 memiliki minat pada para tokoh-tokoh pria yang terkenal, olahragawan, agamawan dan lain-lain. Sedangkan anak perempuan lebih condong kepada gurugurunya, tokoh-tokoh wanita, artis, model dan lain-lain.52 Sehingga anak yang memasuki remaja rentang akan bahaya-bahaya yang dapat merusak akhalaknya, karena pada usia ini lebih dominan pada teman-teman bermainya sebagai orang tua sebaiknya memperhatikan teman bermainya antara yang baik serta teman yang memiliki ahklak yang kurang baik sehingga dapat mempengaruhi akhlak si anak . Rasulullah saw pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban: Jauhilah Olehmu sahabat yang buruk. Sebab, engkau akan dikenal dengannya” (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban) Hal ini bukan berarti membeda-bedakan antara teman yang satu dengan yang lain tetapi hal yang harus ditanamkan pada diri anak adalah menjaga jarak antara teman yang dapat menyesatkan dan teman yang dapat membawa kebaikan untuk dirinya. Disamping itu untuk menghindarkan meredam motif seksual anak dengan berolahraga yang dapat mengalihkan energi yang dimiliki dan emlemahkan motif seksualnya, anak dapat diajarkan dengan berpuasa hal ini akanmenyebabkan kadar gizi yang dikonsumsi sesorang menjadi berkurang, hal ini otomatis akan menyebabkan nafsu seksual melemah.53 Suraji dan sofia Rahmawatie,Pendidikan Seks…, hal. 51 Muhammad Utsman Najadi, Al-Hadits an-Nabawi Ilm an Nafs (Psikologi Nabi) Terj: Heri Fajar (Bandung: Pustaka Hidayah 2005), hal. 55 52 53 59 Sebagaimana sudah dijelaskan bahwa peningkan aktifitas seksual pada anak dan sempurnanya pertumbuhan organ-organ khusus yag berkenaan dengannya dianggap perubahan dinamis paling nyatayang menjadi nyata yang menjadikan individu muslim siap untuk menjalankan peran baru dalam proses pertumbuhan kejiwaannya. Tetapi syariat Islam menetapkan kadar kekuatan perubahan baru ini dan ukuran pengaruhnya. Karena itu, Islam menetapkan ketentuan umum yang memlihara aktivitas potensi seks sebelum dan sesudah beraktivitas, sehingga pengendalian dan penataanya dengan jalan terwujudnya kesehatan jiwa individu muslim. Penataan tersebut di dasarkan atas pilar-pilar yang kukuh. Mengakui bahwa seks merupakan daya kehidupan penting yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya demi kelanjutan hidup kemanusiaan adalah pilar pertama. Melalui pengakuan ini, individu muslim akan berinteraksi dengan dorongan fitrah (dorongan instingnya). Yang harus dipenuhi, membebaskannya dari belenggu dan kekangan, serta menjauhkannya dari sifat kasar dan noda perilaku seksual dengan berlandaskan aturan-aturan dalam Islam.54 D. Tujuan Pendidikan Seks bagi Anak Dalam hal ini penulis membagi tujuan pendidikan seks menjadi 2 yaitu tujuan pendidikan seks secara umum serta tujuan pendidikan seks dalam pendidikan agama Islam. 54 Yusuf Madam, Al-Tarbiyah Al-Jinsiyyah Li Al-Athafa wa Al-Balighin, (Sex Edukation 4 Teens Pendidikan Seks Remaja dalam Islam), Terj: Ija Suntana, (Jakarta: Hikmah 1995), hlm. 9 60 Tujuan pendidikan akan sama dengan gambaran manusia terbaik menurut orang tertentu. Mungkin saja seseorang tidak mampu melukiskan dengan katakata tentang bagaimana manusia yang baik yang dimaksud. Sekalipun demikian tetap saja ia menginginkan tujuan pendidikan itu adalah manusia terbaik. Tujuan pendidikan sama dengan tujuan manusia. Manusia menginginkan semua manusia, termasuk anak keturunannya, menjadi manusia terbaik. Sampai di sini tidaklah ada perbedaan antara seseorang dengan orang lain. Perbedaan akan muncul tatkala merumuskan ciri-ciri manusia yang baik itu.55 Tujuan pendidikan menurut gambaran tentang nilai-nilai yang baik luhur, pantas benar dan indah untuk kehidupan, karena tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin di capai oleh segenap kegiatan pendidikan.56 Dengan kata lain, tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Tujuan dapat membatasi ruang gerak usaha agar, kegiatan dapat berfokus pada apa yang dicita-citakan dan terpenting lagi dapat memberi penilaian atau evaluasi pada kegiatan-kegiatan dari usaha pendidikan.57 Langeveis membagi tujuan pendidikan kepada enam jenis yaitu: Tujuan umum (tujuan yang total atau sempurna), tujuan Khusus, Tujuan insendental, 55 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu Memanusiakan Manusia, (Bandung: Remaja Rosdakarya 2006), hal. 76 56 Binti Maunah, Ilmu Pendidikan..., hal 27 57 Muhammad Muntahibun , Ilmu Pendidikan Islam (Tulungagung: Diktat Tidak diterbitkan 2006), hal. 29 61 tujuan sementara, tujuan belum sempurna, tujuan intermedier. Setelah tujuan pendidikan metode apa yang hendak dipilih akan segera ditemukan. Dalam pemilihan jenis materi dan metode harus slalu menyesuaikan pada jenis tujuan yang telah ditetapkan.58 Pendidikan seks sebagai bagian dari pendidikan secara keseluruhan mempunyai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan seks secara umum adalah menyiapkan dan membentuk manusia dewasa yang dapat menjalankan kehidupan yang bahagia dan bertanggun jawab terhadap seksnya baik dari segi individu, sosial maupan agama,. Dengan kata lain, tujuan pendidikan seksual adalah membentuk manusia yan mempunyai kemapuan menyesuaikan dirinya dengan patnernya, dengan masyarakat, dan lingkungan, serta mampu menjalin hubungan yang harmonis dan tidak menimbulkan efek yang merupakan bagi dirinya, patnernya, dan masyarakat dalam menjalankan kehidupan seksualnya.59 Tujuan lain dari pendidikan seks tidak hanya mencegah dampak negatif dari perilaku seksual diusia dini sebagaimana dipikirkan oleh banyak orang tetapi yang lebih penting menekankan pada kebutuhan informasi yang benar dan luas tentang perilaku seksual serta berusaha memahami seks manusia sebagai bagian penting dari kepribadian yang menyeluruh. Tujuan penting lainnya adalah untuk menghindari seks yang tidak sehat, prematur, hubungan seksual yang tidak aman kekerasan, pelecehan seksual dan 58 Suraji dan Sofia Rahmawtie, Pendidikan Seks..., hal. 63 Ibid., hal. 73 59 62 juga mensosialisasikan pandangan positif tentang seksualiatas. Memahami seksualitas secara positif bukan berarti mengiginkan untuk melakukan hubungan seksual tetapi lebih pada bagaimana mempunyai pemahaman dan sikap positif terhadap seks diri kita sendiri.60 Menurut Prof Muhammad Alamudin yang diterjemahkan oleh Muhammadiyah Ja’far dalam Islam tujuan pendidikan seks adalah “Pendidikan seks dalam pengertiannya yang umum, bertujuan mendidik kedua jenis manusia pria dan wanita dalam tatacara pergaulan dengan lainnya di dalam lingkungan dengn pergaulan yang serasi dan harmonis; karena wanita dalam lingkungan keluarga kecil sebagai anak atau kakak, atau sebagai ibu, tante atau bibi ataupun sebagai istri yang merupakan patner dalam membantu keluarga (rumah tangga) yang baru, sedangkan ke dalam keluarga besar akan terjun sebagai anggota masyarakat.61 Menurut Suraji dan Sofia Rahmawatie serta Moh Roqib bahwa pendidikan seks diberikan kepada anak secara umum mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut: 1. Menjadikan anak bangga dengan jenis kelaminnya. 2. Membantu anak merasakan bahawa seluruh anggota jasmani dan tahaptahap pertumbuhannya sesuaikan dengan yang diharapkan. 3. Mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan terjadi pada dirinya. 4. Anak mengerti masalah proses berketurunan. 5. Menciptakan kesadaran pada diri anak bahwa masalah seks 60 Alimatul Qibtiyah, Paradigma Pendidikan....,hal 6-7 Muhammadiyah Ja’far, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas 1981), hal. 61 119-120 63 6. 7. Memperkenalkan etika yang berlaku dalam masyarat.62 Membantu anak mengetahui topik-topik biologis seperti pertumbuhan, masa puber, dan kehamilan; 8. Mencegah anak-anak dari tindak kekerasan; 9. Mengurangi rasa bersalah, rasa malu, dan kecemasan akibat tindakan seksual; 10. Mencegah remaja perempuan di bawah umur dari kehamilan; 11. Mencegah remaja di bawah umur terlibat dalam hubungan seksual (sexual intercourse); 12. Membantu anak muda yang bertanya tentang peran laki-laki dan perempuan di masyarakat.63 Sedangkan tujuan pendidikan seks yang diberikan kepada anak-anak sebagai generasi penerus meliputi beberapa hal: 1. Membantu anak merasakan bahwa seluruh anggota jasmaninya dan tahaptahap pertumbuhanya adalah sesuai yang diharapkan dan mempunyai tujuan tertentu, kendatipun anak harus tidak memikirkan salah satu angota tubuhnya atau fungsinya tertentu namun ia hendaknya tahu dan bebicara hal itu secara tebuka. 2. Menjadikan si anak mengerti dengan jelas tentang proses berketurunan. 62 Suraji dan Sofia Rahmawatie Pendidikan Seks…, hal. 118-119 Moh. Roqib, Jurnal Alternatif Pendidikan, Pendidikan Seks pada Anak Usia Dini (Purwokerto: STAIN Purwokerto bekerjasama dengan Insania 2008), hal. 5 63 64 3. memepersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan terjadi akibat pertumbuhannya maka bagi laki-laki harus mengerti tentang air mani dan perempuan tahu tentang haid. 4. Menjadikan anak bangga dengan jenis kelaminya dan memandang lawan jenisnya dengan penghargaan terhadap kelebihan dan keistimewaannya 5. Untuk membantu mereka mengetahui bahwa perbuatan seks harus didasarkan atas penghargaan yang tulus terhadap kepentingan orang lain. 6. Menciptakan kesadaran bahwa masalah seks adalah salah satu sisi positif kontruktif dan terhormat dalam kehidupan masyarakat. 7. Mempersiapkan anak agar mamapu membina keluarga dan menjadi orang tua yangbertanggung jawab. Tujuan-tujuan tersebut ditetapkan berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut: 1. Anak mempunyai kecendrungan ingin mengetahui segala sesuatu, lebihlebih apabila sesuatu tersebut dirahasikan oleh orang-orang dewasa. Adanya kecendrungan tesebut menjadi anak ingin slalu berusaha untuk mendapatkan informasi tersebut. 2. Anak akan mengetahui perubahan-perubahan fisiknya menginjak usia puber. Dalam menghadapi adanya perubahan-perubahan tersebut mereka perlu persiapan lahir dan batin agar dalam menghadapi kenyataan tersebut mereka tidak terkejut lagi 3. Anak cendrung meniru segala sesuatu yang ada dalam lingkungannya, telebih apabila sesuatu yang aneh atau unik. Bukanlah hal yang aneh 65 apabila anak akan coba-coba dan meniru seperti mereka melihat di televisi, film, iklan, dan sebagainya. 4. Mulai umur sembilan tahun, antara anak laki-laki dan perempuan telah mulai merasa bahwa mereka berbeda, maka mereka memiliki perasaan malu terhadap lawan jenisnya. 5. Semua tindakan tesebut dilakukan dalam rangka ingin memperoleh perhatian dari lawan jenisnya64 E. Tujuan Pendidikan Seks bagi Anak dalam Persepektif Islam Tujuan dari pendidikan seks dalam persepektif Islam adalah mempersiapkan seorang muslim yang mampu membangun keluarga yang sakinah mawadah warrahmah, senantiasa diridhoi Allah sehingga menjadi manusia yang bahagia hidupnya di dunia dan di akhirat. Tujuan pendidikan seks dalam pendidikan agama Islam sebagaimana tersebut di atas dapat dilihat dari beberapa pendapat yang diutarakan oleh para pemikir Islam sebagai berikut: Tujuan pendidikan seks menurut Ali Akbar yang dikutip suraji dan Sofia Rahmawatie menjelaskan bahwa: Pendidikan seks dilaksanakan dengan tujuan mengarahkan dorongan seksual kepada keimanan, kepatuhan pada Allah dan Rasul-Nya, yaitu dengan menjalankan perintahnya, dan menjauhi larangannya. Inti dari pendidikan seks adalah penanaman keyakinan pada diri seseorang sejak dini. Dengan adanya akidah yang kuat dalam hati, menjadikan seseorang senantiasa terdorong untuk menjalankan perintah dan menjauhi segala larangannya karena ia yakin bahwa Allah akan selalu mengawasinya dimanapun ia berada. 64 Suraji dan Sofia Rahmawati, Pendidikan Seks...,hal 73-75 66 Iman merupakan kunci segala perbuatan manusia, bila iman telah bersarang dalam hati, maka segala godaan-godaan yang hendak menjerumuskan kepada kekafiran dapat ditangkal. Menurut Fauzil Adzim tujuan pendidikan Seks adalah: “Meletakkan kepedulian anak agar mereka memahami dimensi spiritual dari tanda-tanda seksual tersebut kearah akhlaq yang baik dan benar”. Dengan demikian, pendidik berkewajiban memberikan sentuh akal dan rohani tentang hakekat dari tanda-tanda yang mereka alami, menunjukkan signifikasi pesan pandangan dunia tauhid yang berkaitan dengan tanda-tanda tersebut serta makna dari tanda-tanda tersebut, terhadap peran mereka sebagai manusia. Penjelasan tentang kehadiran ikhtilam dan haidh, merupakan tanda yang diberikan Allah bahwa mereka sudah mulai dikenal tanggung jawab merupakan bagian dari pendidikan seks.65 Manusia yang telah menerima kehadiran tanda-tanda seksual harus harus memiliki kualifikasi moral dan tindakan-tindakan sosial yang maslahat sesuai dengan tugas dasar manusia sebagai mkolifatul fil ardh dan abdullah. Dalam konteks pemahaman Islam terhadap tabiat manusia dan kebutuhankebutuhan nalurinya tersebut secara seimbang, Islam menggap naluri seks sebagai salah satu kekuatan alami dalam kejadian manusia yang harus diarahkan dan dimanfaatkan pada batas-batas tertentu melaluli peraturan-peraturan khusus sebagaimana naluri-naluri lainnya, sehingga faktor kenikmatan bukan tujuan satusatunya dalam penyaluran naluri seks. 65 Suraji dan Sofia Rahmawatie, Pendidikan Seks…,hal. 120-121 67 Sebelum membahas lebih jauh mengenai tujuan pendidikan seksualiatas bagi anak terlebih dahulu penulis ingin menyinggung tentang prihal pernikahan sebagai penyaluran naluri seks serta pencegahan terhadap perbuatan zina. Di bawah ini Islam menetapkan beberapa tujuan yang harus dipenuhi dalam penyaluran naluri seks, yaitu:66 a. Menjalin ikatan kasih sayang antara pria dan wanita sehingga tercapainya kenikmatan jasmani dan rohani bagi manusia Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.(Q.S. Ar Ruum [30] :21) Itulah yang akan dialami pasangaan suami istri yang memiliki keimanan. Keduanya saling melengkapi, memberikan rasa aman, tentram, dan sayang sehingga keduanya benar-benar merasakan hikmah dari pernikahan.67 b. Mendirikan keluarga tempat menetap dan istirahat, dimana seorang lakilaki sebagai pemimpin rumah tangga dan bertanggung jawab terhadap 66 Ibid ., hal. 122 Ibid., hal 59 67 68 angota keluarganya, sedangkan wanita adalah pemimpin yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. seorang suami menjadi pemimpin di dalam keluarga dan bertanggung jawab tehadap yang dipimpimnya, seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab tehadap yang dipimpinya.”(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim) c. Demi kesinambungan eksisitensi manusia dan lebih dari itu adalah sarana untuk mendapatkan keturunan yang baik serta membangun kehidupan keluarga yang baik, masing-masing memberikan haknya, mendidik anak dengan baik dan benar, dan melindungi rumah tangga dengan lapang dada.68 d. Pernikahan yang sah dan sesuai dengan syariat bukan karena telah terjadinya zina akan menyalakan semangat kasih sayang dari orang tua kepada anaknya. Tidak hanya itu, pernikahan yang sah akan mengerahkan seluruh tenaga orangtua untuk menanamkan perasaan sayang di hati anaknya. Oleh karena itu, hasil dari kasih sayang yang diberikan kedua orangtua akan mamapu mempengaruhi hati dan kelembutan anaknya.69 Jika menyadari, sudah menjadi hal yang umum bahwa pernikahan dalam Islam memiliki manfaat yang banyak. Pernikahan dalam Islam tidak hanya demi kepuasan seks semata, tetapi juga dilakukan demi kemaslahtan hidup masyarakat.70 68 Ibid., hal. 67 Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyah al-Aulaa Fi al-Islam, (Mencintai dan Mendidik Anak Secara Islam), Terj Rohinah M. Nor, ( Yokyakarta: Darul Hikmah 2009), hal. 61 70 Ibid., hal. 54 69 69 Dari beberapa pendapat di atas, dapatlah disimpulkan bahwa tujuan pendidikan seks dalam persepektif Islam adalah mempersiapkan seseorang memahami secara utuh fungsi-fungsi organ seksualnya dan dapat menjauhkan mereka dari rangsangan-rangsangan seksual yang merusak akhlak sehingga dapat mengantarkannya kedalam kehidupan yang sakinah, mawadah dan warohmah dalam kehidupan pribadinya, seksualnya maupun yang diridoi Allah. Dari uraian di atas terlihat bahwa Islam mempunyai kaidah-kaidah yang sempurna dalam mengatur naluri seksual dan menjadikan dorongan seksual sebagai dorongan seksual sebagai dorongan yang suci yang harus di junjung tinggi sehinnga Islam menyuruh manusia untuk melangsungkan kehidupan seksualnya secara sah dengan jalan menikah.71 Untuk itu, bagi seseorang yang ingin menikah, maka keduanya saling memahami, mencintai, dan mengasihi. Artinya, sebelum melangsungkan pernikahan, atau pada masa lamaran, pihak laki-laki maupun wanita, harus saling mengutarakan visi dan misinya, sehingga kedua belah pihak saling memahami dan mengerti.72 Dan melarang segala usaha untuk meninggalkan sama sekali kehidupan seksualnya, baik dengan jalan hidup membujang maupun mengibiri alat kelaminnya. Dengan penyaluran naluri seksual secara baik dan benar melalui perkawinan, diharapkan nafsu kelamin menjadi tenang, tentram, dan dapat dikendalikan dengan baik, sehingga selamat dari kejahatan-kejahatan yang ditimbulkan oleh nafsu kelamin. Dan sementara itu Suraji dan Sofia Rahmawatie, Pendidikan Seks…,hal 126 Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyah al-Aulaa …,hal 63 71 72 70 nafsu kelamin tetap dapat dapat berfungsi dengan baik sebagai alat untuk mengembangbiakkan jenis kelaminnya. Dalam melakukan hubungan suami istri, Islam menetapka aturan-atuaran agar hubungan mereka benar-benar menimbulkan perasaan tenang dan tentram. Adapun tujuaan pendidikan seks yang diberikan kepada anak usia tujuh tahun sampai dengan 12 tahun dalam pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut: 1. Mepersiapkan anak menghadapi perubahan-perubahan pada diri anak saat mereka memasuki usia puber. Mereka harus mengerti haidh dan ikhtilam sebelum mereka benar-benar mengalaminya. 2. Melatih anak menjaga kebersihan khususnya kebersihan kelamin agar mereka terhindar dari sikap yang ceroboh terhadap alat kelaminnya sehingga pada anak perlu diajarkan cara istinjak’, wudhu’ dan mandi serta dijelaskan manfaat-manfaat khitan. 3. Anak memahami proses penciptaan dan perkembangan biakan manusia, yang tercipta dari diri yang satu menjadi berbangsa-bangas dan bersukusuku. 4. Menjadikan anak bangga dengan jenis kelaminnya dan berkepribadian sesuai dengan jenis seksualnya. 5. Anak mampu memahami dan menyadari tentang eksistensi perbedaan antara laki-laki dan perempuan. 71 6. Meperkenalkan norma-norma dan etika Islam agar anak menyadari bahwa dalam Islam terdapat norma-norma yang harus diikuti agar selamat dan bahagia hidupnya. 7. Menghindarkan anak dari pengaruh-pengaruh luar yang dapat merusak perkembangan seksualnya.73 Terkait dengan persoalan di atas yang perlu diingat di sini Manusia diciptakan sebagai mahluk-makhluk Allah lainnya. Dianugrahkan pada diri kepadanya insting untuk mempertahankan keturunan sebagai konsekuensi kemulianya itu. Ini berarti manusia harus memperkembangkan keturunan dengan alat yang telah diperlengkapkan Tuhan kepadanya. Di antara perlengkapan ini adalah alat kelamin dan nafsu syahwat untuk saling bercinta. Dari percintaan inilah akan timbul nafsu seks sebagai naluri manusia sejak lahir.74 Dengan demikian janganlah naluri seks manusia, sebagai anugrah Tuhan ini diselewengkan menurut hawa nafsu. Kalau ini terjadi, tentu insting manusia untuk mempertahankan kelangsungan keturunan tidak akan berhasil, bahkan sebaliknya akan punah. Untuk menghindari hal-hal seperti itu perlu sekali diterapkan moral agama dalam seks. Moral berarti ajaran mengenai baik dan buruknya tingkah laku manusia. Kalau moral Islam diterapkan dalam seks, niscaya agama akan membimbing tingkah laku hubungan seks yang baik. Seks yang berjalan sesuai dengan sesuai dengan moral Islam, pasti akan berjalan dengan baik, wajar tanpa Suraji dan Sofia Rahmawatie, Pendidikan seks …, hal. 127-128 Bukhori M, Islam dan Adab Seksual, (Solo: Amzah 2001), hal. 1 73 74 72 menodai harkat dan martabat manusia. Disinilah letak kepentingan pendidikan seks yang sesuai dan sejalan dengan tuntunan agama Islam. Disini orang tua wajib membekali diri dengan ilmu dalam mendidik anak.Yang paling mendasar adalah masalah aqidah atau keimanan. Ia harus benar-benar menjadi orang tua yang sadar bahwa kehidupan pernikahannya adalah ibadah pada Allah SWT. Sehingga sang ayah akan mengerti peran strategisnya sebagai pimpinan keluarga, adalah membentuk rekan atau partner yang juga mengerti bahwa visi kehidupan adalah meraih surga Allah SWT, dengan misi mengemban hukum-hukum atau aturan Allah dimana pun mereka berada. Jelas ia tidak pernah abai sedetik pun dengan pendidikan Islam pada istrinya, karena ia mengerti benar bahwa istrinya lah yang akan lebih dekat dengan anak-anaknya dalam pergaulan dan interaksi di rumah, juga pada anakanaknya. Karena itu pula ia tidak pernah abai untuk selalu tholabul ’ilmi. Penting pula bagi orang tua untuk menciptakan suasana komunikatif, selain ia selalu memberi ’reward’ dan dan berwenang memberikan ’punishment’ dalam mendidik. Suasana yang tidak komunikatif atau satu arah saja, akan membuat orang tua kesulitan dalam menggali permasalahan anak-anaknya, sehingga ia akan kehilangan momen penting dalam hidupnya, yaitu sebagai tempat curahan pikiran dan perasaan buah hatinya. Tujuan dari semuanya ini adalah meyatukan standar kebahagiaan dalam keluarganya yaitu teraihnya ridho Allah SWT, dan standar perilaku yang benar yaitu halal haram menurut aturan Allah SWT.