1 KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SINGLE PARENT DALAM

advertisement
1
KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SINGLE PARENT DALAM MEMBENTUK KONSEP
DIRI POSITIF ANAK DESA DETE KECAMATAN TOMIA TIMUR
*Yani** La Ode Jumaidin ***Saidin
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Halu Oleo, 085397364206
[email protected]
ABSTRAK
YANI (CIDI12 016)” komunikasi antar pribadi single perent dalam membentuk konsep
diri positif anak di desa dete kecamatan tomia timur”. Dibawah bimbingan La Ode
Jumaidin,S.Sos.,M.Si selaku pembimbing I dan Saidin, S.Ip., M.Si. selaku pembimbing II.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana komunikasi antar
pribadi single perent dalam proses pembentukkan konsep diri positif anak?. 2. Faktor – faktor
yang mempengaruhi konsep diri positif anak ?. tujuan utama dalam penelitian ini yakni untuk
mengetahui bagaimana komunikasi antar pribadi single perent dalam proses pembentukan
konsep diri positif anak dan untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi konsep diri
positif anak.
Penelitian ini berlokasi di kecamatan tomia timur desa dete. Subjek dalam penelitian ini
adalah para orang tua single perent yang mempunyai kapasitas untuk membentuk konsep diri
positif anak kepada anaknya. Penulis hanya menggambarkan secara umum berdasarkan jenis
kelamin,usia atau umur, pendidikan, agama dan pekerjaan dimana jumlah informan berdasarkan
jenis kelamin perempuan 7 orang berdasarkan hasil olahan data primer agustus 2016. Kisaran
umur informan menurut tingkst usia, 25-35 berjumlah 3 orang dan tingkatan umur 35- 45
berjumlah 4 orang dengan latar belakang pendidikan S1 satu orang atas nama Nurmawati S.Pd
(35 tahun), SMP 2 orang dengan jenis pekerjaan informan yaitu 2 orang bekerja sebagai PNS, 4
orang bekerja sebagai wirasuasta SMA 4 orang atas nama Irawati (39 tahun), Tuni (37 tahun),
Lisnawati (28 tahun), Wa Hida (30 tahun), Nahni (41 tahun), dan 1 orang bekerja sebagai IRT
(ibu rumah tangga) yaitu Nurma (34 tahun).
Hasil wawancara dengan informan kita dapat mengambil kesimpulan bahwa semua anak sangat
terbuka kepada orang tua dan orang tua berpendapat bahwa dengan keterbukaan mereka lebih
muda memahami kepribadian anak atau konsep diri anak yang dimilikinya.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi keluarga merupakan kesiapan membicarakan dengan terbuka setiap hal
dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap
menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam
kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan. Masalah-masalah yang sering muncul di Desa Dete
Kecamatan Tomia Timur dalam sebuah keluarga adalalah kenakalan anak-anak.
2
Wanita yang berstatus single parent harus mencari uang untuk menafkahi keluarganya,
juga harus memenuhi kebutuhan kasih sayang keluarganya dan memiliki perencanaan yang
matang dalam kegiatan melanjutkan keluarganya. Single parent (ibu) harus mampu beradaptasi
dengan situasi baru dalam mengasuh dan membesarkan anak sendiri tanpa ada bantuan dari
pasangannya. Pada tahap awal memulai kehidupan sebagai seorang single parent (ibu), kondisi
emosionalnya berubah, yakni kekecewaan, penyesalan dan kesepian karena terpisah atau
kehilangan pasangannya. Hal ini dapat menghambat komunikasi seorang ibu dalam membentuk
konsep diri positif anak.
Siapa pun pasti tidak pernah menginginkan atau berharap menjadi orang tua tunggal
(single parent). Keluarga yang lengkap dan utuh merupakan idaman setiap orang. Namun,
adakalanya nasib berkata lain. Menjadi single parent dalam sebuah rumah tangga tentu saja tidak
mudah. Terlebih lagi, bagi seorang isteri yang ditinggalkan suaminya, karena meninggal atau
bercerai. Paling tidak,dibutuhkan perjuangan berat untuk membesarkan si buah hati, termasuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
Munculnya gejala-gejala komunikasi yang kurang baik menimbulkan masalah-masalah
atau kegoncangan dalam hidup keluarga, salah satunya “kenakalan” pada anak-anak yang di
sebabkan minimnya waktu berkomunikasiantara anak dengan ibu dalam membangun konsep diri
positif anak. Komunikasi antar pribadi berpengaruh dalam kelurga dengan cara memberikan
contoh yang baik dan didikan yang menanamkan nilai-nilai agama, sosial dan budaya, karena
perilaku yang menyimpang ditentukan oleh komunikasi, konsep diri positif bukan pembawaan
dari lahir tapi terbentuk oleh pengetahuan dan pengalaman.
Konsep diri positif memiliki peranan yang besar terhadap masa depan anak, maka
sebagai single parent harus berusaha menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi dan merencanakan masa depan anak sedini mungkin, agar mereka tidak
Menyesal dikemudian hari. Masa anak-anak merupakan masa transisi dan kelanjutan dalam
menuju tingkat kematangan sebagai persiapan untuk mencapai keremajaan.
Melihat fenomena tersebut single parent harus memberikan pemahaman yang baik dalam
membentuk konsep diri positif anak agar dapat menghasilkan yang lebih baik sehinnga
diperlukan adanya penelitian. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengkaji mengkaji
lebih jauh tentang komunikasi antar pribadi single parent dalam membentuk kosep diri positif
anak di Desa Dete Kecamatan Tomia Timur.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan
masalah dalam
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana komunikasi antar pribadi single parent dalam proses pembenetuk konsep diri
positif anak?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan batasan dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai
berikut :
1. Adapun penelitian ini yakni untuk mengetahui bagaimana komunikasi antar pribadi
single parent dalam proses membentuk konsep diri positif anak?
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis, diharap penilitian ini dapat berkontribusi terhadap pengembangan konsepkonsep dan sosial terutama yang berkaitan dengan komunikasi antar pribadi single parent
dalam membentuk konsep diri positif anak.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran terhadap
pemecahaan masalah yang berkaitan dengan masalah pembentukan kosep diri positif dan
komunikasi yang tepat.
3. Secara metodologis, dapat dijadikan bahan informasi tambahan bagi penelitian
selanjutnya dalam rangka memperkaya hasil penelitian khususnya komunikasi antar
pribadi single parent dalam membentuk konsep diri positif anak.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Komunikasi
Mulyana (2004) mengatakan bahwa, komunikasi yang dalam bahasa inggris disebut
Communication berasal dari kata Latin Communis yang berarti “sama”, Communico,
Communicare yang berarti “membuat sama”(to make common). Istilah ini yang paling yang
sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi yang merupakan akar dari kata-kata Latin
lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu
pesan dianut secara sama.
4
Komunikasi adalah salah satu syara tbagi berlangsungnya hubungan antar manusia atau
interaksi sosial diantara sesama manusia. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk social yang
harus selalu berkomunikasi dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, komunikasi merupakan hal
yang biasa terjadi di dalam kehidupan manusia. Seseorang melakukan komunikasi karena ingin
mengadakan hubungan denganl ingkungannya.
Hal ini sesuai dengan fungsi komunikasi sebagai fungsisosial, yang menurut Deddy
Mulyana “Komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk
kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan,
antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang
lain. (Mulyana, 2001)”.
Beberapa pakar komunikasi memberikan defines komunikasi diantaranya dikuti poleh
Effendi sebagai berikut, Carl I.Hovland dalam Effendi (1986) mendefinisikan komunikasi
sebagai “Suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang,
biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata untuk merubah tingkah laku orang lain
(komunikan)”. Jadi, hakikat komunikasi merupakan proses pernyataan antarmanusia. Yang
berhubungan dengan pikiran, atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
bahasa sebagai alat penyalurnya.
Menurut Lewis Caroll, Komunikasi merupakan suatu proses memindahkan, mengoperkan
atau menyampaikan sesuatu secara teliti dari jiwa yang satu kepada jiwa yang lain, dan hal itu
adalah tepat seperti pekerjaan yang harus kita ulangi dan ulangi lagi (Praktikto,1983). Untuk
mencapai komunikasi yang efektif dan efisien tidak semudah seperti yang dibayangkan orang.
Banyak hal-hal yang harus diperhatikan agar pesan atau pernyataan yang disampaikan kepada
orang lain bias dimengerti serta dipahami.
Komunikasi akan dapat berhasil baik apabila timbul saling pengertian, yaitu jika kedua
belah pihak, sipengirim dan penerima informasi memahami. Tirman Sirait mengemukakan
pendapatnya tentang pengertian komunikasi sebagai berikut, “Komunikasi adalah suatu tingkah
laku perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang yang mengandung
arti atau makna-makna informasi dari seseorang kepada oranglain, atau lebih jelasnya suatu
pemindahan
atau
pengoperan
perasaan”.(Tirman,1982).
informasi
mengenai
pikiran
dan
perasaan-
5
B.
Komunikasi Antarpribadi
Menurut Devito (1976) bahwa komunikasi antarpribadi adalah pengiriman pesan dari
seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung. Seluruh
kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Oleh karena itu, semua kegiatan
yang dilakukan manusia secarap otensial tidak dapat terlepas dari komunikasi. Komunikasi,
menurut bentuknya, dapat dikelompokkan menjadi komunikasi antarpribadi, komunikasi
kelompok, dan komunikasi massa. Secara teoritis, komunikasi antarpribadi adalah komunikasi
antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis
ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (facetoface) bias juga melalui sebuah medium,
seperti telepon. Ciri khas komunikasi antarpribadi ini adalah sifatnya yang dua arah atau timbal
balik (Effendy,1986).
C.
Ciri-ciri Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses social di mana orang-orang
yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang dinyatakan oleh DeVito
(dalam Aloliliweri 1997) bahwa komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan
dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan
balik yang langsung.
Menurut Everet M.Rogers ada beberapa cirri komunikasi yang menggunakan saluran
komunikasi antarpribadi (Liliweri,1997):
a) Arus pesan yang cenderung dua arah
b) Konteks komunikasinya dua arah
c) Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi
d) Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi
e) Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relative lambat
f) Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap
Aloliliweri dalam bukunya Komunikasi Antarpribadi menyimpulkan ciri-ciri komunikasi
antarpribadi (Liliweri,1997) adalah:
a) Komunikasi antarpribadi biasanya terjadi secara spontan dan sambil lalu.
b) Komunikasi antarpribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu, meskipun bias saja
terjadi komunikasi antarpribadi yang direncanakan.
c) Komunikasi antarpribadi terjadi secara kebetulan.
6
d) Komunikasi antarpribadi sering kali berbalas-balasan. Komunikator dengan komunikan
dalam suatu percakapan memberi dan menerima informasi secara bergantian.
e) Komunikasi
antarpribadi
menghendaki
paling
sedikit
melibatkan hubungan dua
orang dengan suasana bebas, bervariasi dan adanya keterpengaruhan. Hanya dalam suasana
bebas, terbuka tanpa ada hambatan psikologis antara dua orang yang terlibat dalam
komunikasi antarpribadi bias merasa bebas menyatakan pikiran, perasaan dan prilaku.
f)
Komunikasi antarpribadi tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil.
g) Komunikasi antarpribadi menggunakan lambing-lambang bermakna.
D.
Fungsi-fungsi Komunikasi Antarpribadi
Adapun fungsi komunikasi antarpribadi menurut Allo Liliweri terdiri atas:
1.
Fungsi sosial
Komunikasi antarpribadi secara otomatis mempunyai fungsi social karena proses
komunikasi beroperasi dalam konteks social yang orang-orangnya berinteraksi satu sama lain.
Dalam keadaan demikian, maka fungsi sosial komunikasi antarpribadi mengandung aspekaspek:
1) Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan biologis dan psikologis
2) Manusia berkomunikasi untuk memenuhi kewajiban sosial.
3) Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbal balik.
4) Manusia berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu diri sendiri.
5) Manusia berkomunikasi untuk menangani konflik.
2.
Fungsi pengambilan keputusan
Seperti yang telah diketahui bersama bahwa manusia adalah makhluk yang dikaruniai akal
sebagai sarana berpikir yang tidak dimiliki oleh semua makhluk di muka bumi. Karenanya ia
mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan dalam setiap hal yang harus dilaluinya.
Pengambilan keputusan meliputi penggunaan informasi dan pengaruh yang kuat dari orang lain.
Ada dua aspek dari fungsi pengambilan keputusan jika dikaitkan dengan komunikasi yaitu:
1) Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi.
2) Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain.
E.
Komunikasi keluarga
Ciri-ciri Komunikasi Keluarga
Menurut Kumar wijaya (1987) ciri-ciri komunikasi keluarga adalah sebagai berikut:
7
1) Keterbukaan (openes)
Keterbukaan adalah sejauh mana individu memiliki keingginan untuk terbuka
dengan orang lain dalam berinteraksi. Keterbukaan yang terjadi dalam berkomunikasi
memungkinkan prilaku dapat memberikan tangapan secara jelas terhadap segala pikiran
dan perasaan yang diungkapkannya.
2) Empati (empathy)
Empati adalah suatu perasaan individu yang mersakan sama seperti yang dirasakan
orang lain, tetapi harus secara nyata terlibat dalam persaan ataupun tanggapan orang
tersebut.
3) Dukungan
`
Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih semangat dalam melakukan
aktivitas serta meraih tujuan yang diingginkan. Dukungan ini diharapkan dari orang
yang terdekat yaitu keluarga.
4) Perasaan Positif (positiveness )
Perasaan yaitu ungkapan hati yang sudah dikatakan orang lain terhadap diriny
5) Kesamaan (equality)
Kesamaan ini dimaksudkan individu memiliki kesamaan dengan orang lain dalam
hal berbicara dan mendengarkan.
F.
Single parent
Menurut Dwiyani (dalam bukunya Jika Aku harus Mengasuh Anakku sendiri.2009), ibu
single parent (orang tua tunggal) merupakan ibu yang mengasuh anak-anaknya sendirian tanpa
didampingi oleh suami atau pasangan hidup yang disebabkan oleh perceraian, kematian
pasangan hidup, terpisah tempattinggal, kehamilan diluar pernikahan dan memutuskan untuk
mengadopsi anak dan diasuh sendiri tanpa proses pernikahan. Sedangkan Qaimi (2003)
mengartikan single parent sebagai ibu yang memilih untuk hidup sendiri tanpa pendamping
dikarenakan perpisahan atau perceraian.
Sementara itu, Sager, dkk (dalam Duvall & Miller, 1985) menyatakan bahwa orang tua
tunggal (single parent) adalah orang tua yang secara sendirian membesarkan anak-anaknya
tanpa kehadiran, dukungan, dan tanggung jawab pasangannya. Berdasarkan berbagai definisi
diatas, dapat disimpulkan bahwa keluarga dengan orang tua tunggal (single parent) adalah
keluarga yang hanya terdiri dari satu orang tua yang dimana mereka secara sendirian
8
membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan, tanggung jawab pasangannya dan
hidup bersama dengan anak-anaknya dalam satu rumah.
G.
Konsep Diri Positif Anak
Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri.Kualitas ini lebih mengarah
kekerendahan hati dan kekedermawanan dari pada keangkuhan dan keegoisan. Orang yang
mengenal dirinya dengan baik merupakan orang yang mempunyai konsep diri yang positif.
Individu yang memiliki konsep diri positif akan bersikap optimis, percaya diri sendiri dan
selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialami.
Kegagalan tidak dipandang sebagai akhir segalanya, namun dijadikan sebagai penemuan dan
pelajaran berharga untuk melangkah kedepan Individu yang memiliki konsep diri positif akan
mampu menghargai dirinya sendiri dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi
keberhasilan di masa yang akan datang. (Burns,1993).
METODE PENELITIAN
A.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Desa Dete Kecamatan Tomia Timur Kabupaten
Wakatobi. Data yang di dapat di desa dete dalam keseluruhan yaitu 32 singgel parent, di Desa
Dete komunikasi single parent belum optimal dilakukan dalam membentuk konsep diri positif
anak, anak-anak single parent sering terlibat dalam kenakalan anak-anak. Seperti sering
melakukan tawuran, mengambil barang milik orang lain, sering mengeluarkan kata kasar, tidak
menghargai yang lebih tua, cepat marah, bahkan tidak mau mendengar nasehat, tidak sopan
kepada orang tua, banyak mengahabiskan waktunya untuk bermain sepanjang hari, bolos sekolah
dan lain-lain.
B.
Subyek dan InformanPenelitian
Subyek penelitian ini adalah single parent (ibu) yang secara aktif berperan penting
dalam proses pembentukan konsep diri positif anak, jumlah keseluruhan single parent (ibu)
yaitu 25 KK
Informan penelitian ini adalah keluaraga yang tidak memiliki pasangan (suami) baik
ditinggal cerai atau meninggal dunia sebanyak 7 KK yang memiliki anak usia 8 sampai 15
9
tahun. Sehingga dengan beberapa informan yang ada, maka peneliti dapat melakukan
penelitian lebih mendalam terhadap masalah yang di maksud.
C Teknik Penentuan informan
Teknik penentuan informan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik
purposive sampling yaitu memilih informan dengan sengaja dengan pertimbangan bahwa
informan yang bersanggkutan merupakan keluarga single parent (ibu). Sehingga dengan
menggunakan purposive sampling, di harapkan kriterial informan yang diperoleh benar-benar
sesui dengan penelitian yang di lakukan.
D. Jenis Dan Sumber Data
Jenis data
1. Data kualitatif merupakan data yang diperoleh berdasarkan penjelasan-penjelasan,
uraian-uraian yang dideskripsikan oleh objek yang diteliti.
2. Data kuantitatif merupakan data yang diperoleh pada lokasi penelitian yang telah
tersedia dalam bentuk angka atau jumlah, misalnya data tentang jumlah penduduk
dan jumlah kepala keluarga (KK) di Desa Dete
Sumber Data
a. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
informan
penelitian.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepusatakaan, literature, buku,
artikel serta data dari internet.
E. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian makna tehnik pengumpulan data yang
berkaitan dengan informasi penelitian diperoleh dengan menggunakan tehnik tehnik sebagai
berikut:
1. Penelitian kepustakan (Library Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari literature serta
sumber-sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian ini dilakukan dengan
menghimpun serta bahan dari internet berkaitan dengan masalah yang di bahas.
2. Penelitian lapangan (Field Research)
Yaitu penelian untuk mengumpulkan data di lapangan yang meliputi kegiatan survey di
lokasi penelitian yang meliputi:
10
a. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan ini dimaksudkan untuk melihat atau mengamati secara langsung ojek
penelitian terhadap aktivitas masyarakat.
b. Wawancara (interview)
Tehnik yang digunakan untuk memberikan pertanyaan secara langsung kepada
pedeman wawancara (guide interview).
F. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteode kualitatif
deskriptif, yaitu mendeskripsikan serta menganalisis data yang telah diperoleh dan selanjutnya
dijabarkan dalam bentuk penjelasan.
Dengan menggunakan analisis data kualitatif model interaktif, berdasarkan pendapat
Matthew B. Milles dan A Michael Huberman (1992) sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi data adalah
bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penyajian data
adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan
adanya penarikan kesimpulan.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penarikan
kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2.1. Komunikasi Antarpribadi Single Parent dalam Membentuk Konsep Diri Posif Anak
Keluarga, khususnya paraibu, memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap pembentukan
sisi kemanusiaan anak. Dengan kata
lain keluarga
berada
pada posisiutama dalam
memanusiakan manusia. Kebaikan dan keburukan individu berasal dari keluarga mana ia
11
dibesarkan. Pengaruh keluarga dalam hal perbuatan dan perilaku individu bersifat seumur hidup.
Pengajaran dan pengarahan kedua orangtua kepada sang anak, khususnnya para ibu, merupakan
petunjuk yang paling penting dan berkesan. Oleh karena itu, komunikasi antara anak dan orang
tua harus harmonis.
Berdasarkan hasil penelitian dapat mengaetahui bahwa komunikasi antar pribadi single
parent dalam membentuk konsep diri positif anak telah dilakukan pada anak mereka. Mereka
selalu membangun komunikasi yang baik kepada anak-anak mereka dalam membentuk konsep
diri positif anak dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri positif
anak tentang lingkungan dan reaksi orang lain terhadap diri mereka, khususnya pembentukan
konsep diri positif anak yaitu merasa disayangi dan merasa dihargai, para single parent berperan
aktif dalam pembentukan konsep diri positif anak. Kita dapat melihatnya bahwa single parent
melakukan peran ganda sebagai kepala keluarga tapi juga dapat disebut pendidik atau seorang
guru dalam berumah tangga.
Dimata orang tua anak merupakan mutiara hati yang dititipakan Allah kepada mereka
yang harus dijaga, dilindungi, di sayangi dan dihargai dan di ajarkan agar kelak nanti dapat
berguna untuk bangsa dan Negara. Berdasarkan hasil penelitian orang tua dapat membentuk
sikap anaknya dari tidak tau menjadi tau melalui pembentukan konsep diri positif anak, pada
hakekatnya single parent bukan hanya menjadi kepala keluarga tetapisebagi perubah sikap anak.
Menurut Devito (1997) menyatakan bahwa keberhasilan dalam menyampaikan informasi sangat
ditentukan oleh sifat dan mutu hubungan di antara pribadi yang terlibat dan mengandung lima
kualitas umum yang dipertimbangkan yakni: keterbukan (openness), empati (empathy), sikap
mendukung (suportiveness), sikap positif (positivennes) dan kesetaraan (equality).
Keterbukaan (openness) dimana jika seorang anak terbuka pada single parent maka
single parent akan merespon masalah-masalah yang dihadapinya dan berusaha memberikan
solusi yang baik sehingga proses komunikasi berjalan efektif.
Empati (empathy) Dimana seorang anak dapat memahami keadaan single paren dan
keluarganya. Para single parent mengharapkan anak mereka memiliki sikap empati yang tinggi
sebagai bekal dalam kehidupannya. Orang yang empati akan cepat menciptakan suatu perubahan
perilaku.
12
sikap mendukung (suportiveness) dimana single parent selalu memberkan dukungan
kepada anaknya dalam hal pembentukan konsep diri positif anak, dengan dukungan single parent
para anak akan lebih semangat dalam membentuk konsep diri positif anak. Dukungan single
parent merupakan sport yang terbaik dan menjadi pedoman anak dalam membentuk konsep diri
positifnya.
Sikap positif (positivennes) dimana sikap yang ditunjukan seorang anak ketika single
parent membentuk konsep diri anaknya, jika anak menerima dengan sikap yang positif maka
single parent akan merasa senang, ini menunjukan bahwa proses komunikasi antara single
parent dan anak berjalan dengan efektif begitupun sebaliknya, jika pesan-pesan di sampaikan
oleh single parent kepada anaknya bisa diterima dengan baik maka tidak menutup kemungkinan
akan tercipta perubahan prilaku sang anak.
Kesetaraan (equality) dimana orang tua dituntut untuk berlaku adil antara yang satu
dengan yang lainya. Memberikan hak-hak yang sama dengan anggota keluraga lainya tanpa
membeda-bedakannya. Komunikasi akan berjalan efektif jika dalam lingkungan kelurga tercipta
suasana yang baik sehingga tercipta hubungan emosional yang baik yang dapat menghasilkan
suatu perubahan perilaku yang diharapkan single parent.
4.2.3. Konsep diri positif anak
1. Merasa disayangi
Para single parent melakukan komunikasi dengan anaknya dalam membentuk konsep diri
positif anak hususnya tentang merasa disayangi bahwa single parent telah berusaha dalam
membentuk konsep diri positif anaknya di tengah kesibukan dan tentunya berusaha memberikan
yang terbaik pada anaknya kasih sayang yang mereka berikan membuat anaknya merasa
disayangi walapun sudah tidak memiliki seorang ayah.
2. Merasa dihargai
Para single parent melakukan komunikasi dengan anaknya dalam membentuk konsep diri
positif anak tentang merasa dihargai sebagi bekal mereka untuk beranjak remaja, single parent
selalu berusaha membentuk konsep diri positif pada anak tentunya anak akan menerapkan dalam
kehidupannya. Memberikan pembentukan konsep diri pada anak-anak mereka dirumah, hal ini
menandakan pembentukan konsep diri positif pada anak sangat penting diberikan kepada anakanak sejak dini agar anak-anak memiliki konsep diri positif yang lebih baik.
13
Dari uraian diatas single parent telah melakukan kewajibannya sebagi pendidik dirumah
mereka berusaha membentuk konsep diri positif pada anak-anak mereka sebaik-baiknya dengan
pengetahuan seadanya.Dapat diketahui bahwa anak mendapat pembentukan konsep diri positif
dengan baik dan proses penyampaian pesannya dilakukan dengan baik dan sunguh-sungguh
maka secara spontan sikap serta perubahan anak akan timbul dengan sendirinya.
Sedangkan dari data yang diperoleh penulis anak-anak mereka adalah anak-anak yang
benar-benar diharapkan oleh mereka sebagai bekal mereka untuk beranjak remaja, hal ini berarti
setelah single parent membentuk konsep diri positif pada anak tentunya anak akan menerapkan
dalam kehidupannya.
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa single parent di Desa
Dete sudah baik dalam memberikan pembentukan konsep diri pada anak-anak mereka dirumah,
hal ini menandakan pembentukan konsep diri positif pada anak sangat penting diberikan kepada
anak-anak sejak dini agar anak-anak memiliki konsep diri positif yang lebih baik.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian komunikasi antar pribadi single parent dalam membentuk
konsep diri positif anak di Desa Dete Kecamatan Tomia Timur, maka kesimpulan yang dapat
ditarik dari penelitian ini adalah informasi sangat ditentukan oleh sifat dan hubungan antara
pribadi yang terlibat mengandung lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu:
keterbukaan (openness) bahwa suatu kemauan untuk saling membuka diri, menceritakan
semaua keadaan atau masalah-masalah dari tiap diri pelaku komunikasi dan tidak tertutup
dengan masalah-masalah yang dihadapi dirumah ataupun masalah-masalah yang dihadapi
diluar rumah. Hal ini tidak berarti bahwa anak harus membuka riwayat tentang hidupnya
namun harus ada kesedian untuk mengungkapkan informasi yang biasannya disembunyikan,
asalpengungkap diri ini patut. Dalam komunikasi keluarga keterbukaan anak sangat dituntut
oleh orang tua. Keterbukaan anatara orang tua dan anak akan membangun stimulus dan respon
serta tangapan yang akan mengarah kearah komunikasi yang efektif. empati (empathy) Empati
merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang di alami orang lain pada
sesuatu tertentu, dari sudut pandang orang lain itu. Orang yang empati dapat memahami
14
motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan
mereka dimasa dimasa mendatang. Setiap single parent mengharapkan anaknya agar dapat
memahami sesama oranglain yang ada disekitarnya terutama dalam lingkungan pergaulannya.
Perasan saling memahami dapat dilihat dari cara dia bergaul, terutama cara mencari teman
yang cocok yang dianggap bisa memahami dirinya, dapat juga memahami dirinya dan dapat
juga
memahami
orang
lain.
sikap
mendukung
(supportiveness),
sikap
positif
(positiveness,)dimana sikap yang ditunjukan seorang anak ketika single parent membentuk
konsep diri anaknya, jika anak menerima dengan sikap yang positif maka single parent akan
merasa senang, ini menunjukan bahwa proses komunikasi antara single parentdan anak
berjalan dengan efektif begitupun sebaliknya, jika pesan-pesan di sampaikan oleh single
parent kepada anaknya bisa diterima dengan baik maka tidak menutup kemungkinan akan
tercipta perubahan prilaku sang anak.,
kesetaraan ( equality ) sehingga komunikasi antar
pribadi single parent dan anak-anakya sudah terlaksana serta factor-faktor yang
mempengaruhi konsep diri positif anak sangat dipengaruhui oleh lingkungan yang baik serta
reaksi orang terhadap dirinya baik dan konsep diri positif anak yaitu merasa disayangi dan
merasa dihargai juga sudah dimiliki anak-anak single parent sehingga berdasarkan hasil
penelitian komunikasi anatar pribadi single parent dalam membentuk kosep diri positif anak di
Desa Dete Kecamatan Tomia Timur sudah terlaksana dengan baik.
15
DAFTAR PUSTAKA
Astrid S Susanto.1999. Komunikasi Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Bina Cipta
Burns, R. B. (1993). Konsep Diri Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku. Jakarta:
Arcan.
Cangara, Hafied, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Devito, Joseph, A. (1997). Human Communication. New York: Harper Collinc Colege Publisher.
th
Duvall, E & Miller, C. M. (1985).Marriage and Family Development 6 ed.. New York: Harper
& Row Publisher.
Effendi, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.
Kurniadi, .(2001). “ Pengaruh Komunikasi keluarga Terhadap Prestasi Belajar Anank” ,
Mediator, Vol.2, No. 2, 267-290.
Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: P.T Citra Aditya Bakti
Milles, Matthew B. dan A.Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Diterjemahkan
oleh Tjetjep Rohendi. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komuniasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Pudjijogyanti, Clara R. (1995). Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta Arcan.
Qaimi, A. 2003. Single Parent: Peran Ganda Ibu dalam Mendidik Anak. Bogor: Cahaya.
Rakhmat, Jalaluddin. 1986. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remadja Karya CV.
Rogers, Everett M., D. Lawrence Kincaid. 1981. Communication Networks: Toward a New
Paradigm for research. New York: The Free Press.
Spokc, Benyamin. 1998 .Menghadapi anak disaat sulit, Jakarta: Pustaka Delapratasa
SUMBER INTERNET
Rosaria Octavianty diakses pada rabu,09 januari 2013
http://caraakumendidikanakku.blogspot.com/2013/01/pembentukan-konsep-diri-yangpositif.html
Rusman Nurjaman diakses pada Thursday, 13 September 2012
http://intisari-online.com/read/konsep-diri-anak-tergantung-peran-orangtua.
(SQ for Kids: Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Sejak Dini)
Download