BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu aktivitas yang penting bagi perusahaan, karena setiap perusahaan ingin bertahan dan terus berkembang. Tetapi sering sekali masyarakat awam berpendapat bahwa pemasaran memiliki pengertian yang sama dengan penjualan. Pandangan seperti ini perlu dirubah, karena penjualan merupakan bagian dari pemasaran. Pemasaran berusaha mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen pasar sasarannya, serta bagaimana memuaskan mereka. Menurut George E. Belch dan Michael A. Belch, dalam buku Advertising & Promotion: an IMC Perspective, (2007:8) mengemukakan definisi konsep pemasaran sebagai berikut: Fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk kreasi, komunikasi dan penyampaian nilai kepada para pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan yang memberikan manfaat bagi organisasi dan para pemangku kepentingan (stakeholders) yang memiliki hubungan erat dengan organisasi . Sedangkan pengertian pemasaran menurut AMA (American Marketing Association) yang terdapat di dalam buku manajemen pemasaran Kotler dan Keller (2008:5) sebagai berikut: Suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya . Pengertian pemasaran menurut Philip Kotler dan Amstrong (2007:18) adalah: Pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain . Dari ketiga pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran itu mencerminkan suatu pertukaran yang diwujudkan dalam bentuk barang dan jasa di pasar melalui aliran barang dan jasa tersebut untuk didistribusikan kepada konsumen dalam rangka memenuhi kebutuhannya. 2.1.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran memegang peranan penting dalam perusahaan, karena manajemen pemasaran mengatur semua kegiatan pemasaran. Pengertian Manajemen Pemasaran menurut Philip William J. Shultz yang di kutip oleh H.Buchari Alma (2005:130) adalah: Manajemen pemasaran adalah merencanakan, pengarahan, dan pengawasan seluruh kegiatan pemasaran perusahaan ataupun bagian dari perusahaan . Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2008:5) manajemen pemasaran adalah: Manajemen Pemasaran adalah sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul . Pengertian manajemen pemasaran menurut Lupiyoadi (2006:6) adalah: Manajemen pemasaran adalah suatu analisis, perencanaan, pelaksanaan serta kontrol program-program yang telah direncanakan dalam hubungannya dengan pertukaran-pertukaran yang diinginkan terhadap konsumen yang dituju untuk memperoleh keuntungan pribadi maupun bersama . Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa manajemen pemasaran sebagai proses yang mencakup analisis perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, juga produk atau jasa yang berdasarkan pertukaran dan bertujuan untuk menghasilkan kepuasan kepada pihak pihak yang terlibat di dalamnya. 2.2 Daya Saing 2.2.1 Pengertian Daya saing Daya saing merupakan motivasi pada diri seseorang untuk dapat memenangi suatu kompetisi, lebih berprestasi, berupaya lebih baik dari orang lain di sekitarnya. Seseorang yang memiliki daya saing tinggi, akan selalu berupaya bekerja lebih baik, tahan menghadapi berbagai kondisi, hambatan dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan bekerjanya. Menurut Sumihardjo (2008) menyatakan bahwa : Istilah daya saing sama dengan competitiveness atau competitive. Sedangkan istilah keunggulan bersaing sama dengan competitive advantage. Selanjutnya, istilah daya saing gabungan dari kata daya dalam kalimat daya saing bermakna kekuatan, dan kata saing berarti mencapai lebih dari yang lain, atau berbeda dengan yang lain dari segi mutu, atau memiliki keunggulan tertentu. Artinya, daya saing dapat bermakna kekuatan untuk berusaha menjadi unggul dalam hal tertentu yang dilakukan seseorang, kelompok atau institusi tertentu . Secara umum dapat dikatakan bahwa daya saing merupakan bagian dari motivasi intrinsik pada diri seseorang untuk bekerja lebih baik, lebih cepat dan lebih berprestasi dari anggota kelompoknya. Daya saing tinggi seseorang dapat merupakan upaya seoptimal mungkin, untuk meraih lebih baik dan lebih cepat apabila dibandingkan dengan teman sebaya pada suatu organisasi atau kelompoknya. Keunggulan bersaing merupakan kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh seseorang, institusi, organisasi atau perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan orang, institusi dan organisasi lain atau pesaingnya. Kata unggul , berdasarkan pendapat Sumihardjo (2008), merupakan posisi relatif organisasi terhadap organisasi lainnya atau posisi relatif seseorang terhadap orang lain. Hal senada dikemukakan Agus Rahayu (2008) yang menyatakan, bahwa keunggulan merupakan posisi relatif dari suatu organisasi terhadap organisasi lainnya, baik terhadap satu organisasi, sebagian organisasi atau keseluruhan organisasi dalam suatu industri atau posisi relatif seseorang sebagai pemimpin terhadap pemimpin lain. Pada perspektif pasar, posisi relatif tersebut pada umumnya berkaitan dengan nilai pelanggan (customervalue). Sedangkan dalam perspektif organisasi, posisi relatif tersebut pada umumnya berkaitan dengan kinerja organisasi yang lebih baik atau lebih tinggi. Pendapat tersebut menggambarkan, bahwa pimpinan suatu organisasi termasuk kepala sekolah, akan memiliki keunggulan bersaing atau memiliki potensi untuk bersaing apabila dapat menciptakan dan menawarkan nilai pelanggan yang lebih atau kinerjanya lebih baik dibandingkan dengan organisasi lainnya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, menyatakan bahwa: daya saing adalah kemampuan untuk menunjukan hasil lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna .Kemampuan yang dimaksud dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tersebut, diperjelas oleh Sumihardjo (2008), meliputi: (1) kemampuan memperkokoh posisi pasarnya, (2) kemampuan menghubungkan dengan lingkungannya, (3) kemampuan meningkatkan kinerja tanpa henti, dan (4) kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan. Menurut Olson (1990) bahwa persaingan atau kompetisi adalah usaha untuk mengalahkan lawan atau berusaha melawan standar eksternal dan internal dalam mencapai tujuan. Lebih lanjut Pettgrew (1993) mengemukakan bahwa persaingan pada dasarnya merupakan kemampuan untuk menyesuaikan perubahan yang terjadi di lingkungannya. Perubahan dalam hal ini adalah adanya proses kemajuan yang terjadi di lingkungan masyarakat atau suatu bangsa sehingga pendidikan menjadi suatu kebutuhan bagi setiap orang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Stephane (2003) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan dan peningkatan pengetahuan bagi seorang pekerja merupakan dasar dalam persaingan. Seseorang dikatakan memiliki daya saing tinggi, apabila ia memiliki proaktivitas yang tinggi menanggapi suatu peristiwa. Menanggapi suatu peristiwa, masing-masing orang memiliki respon yang berbeda satu dengan yang lain. Orang yang memiliki kecerdasan mental yang tinggi dan berpikir logis akan dengan cepat dapat merespon setiap kejadian yang terjadi.Demikian juga ketika menanggapi suatu masalah ia dengan cepat melihat keseluruhan masalah, memiliki keterampilan analitis yang ditandai dengan bagaimana pertimbangan diberikan.Tingkat daya saing seseorang dapat diindikasikan bagaimana ia memahami masalah, menilainya, mengajukan argumentasi, memberikan pertimbangan serta memberikan solusi sesuai dengan nalar dan logika. Keunggulan seseorang atau pemimpin memberikan peluang untuk keberhasilan mencapai tujuan pribadi atau tujuan organisasi.Salah satu faktor keunggulan tersebut dapat dicapai melalui pendidikan dan tingkat keterampilan yang dimiliki seseorang atau pemimpin (Callon, 1996). Artinya, daya saing seseorang ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dimiliki. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dan penjelasan Permendiknas Nomor 41 tahun 2007, maka dapat simpulkan bahwa yang dimaksud dengan daya saing adalah 1) kemampuan seseorang/organisasi/institusi untuk menunjukkan keunggulan dalam hal tertentu, dengan cara memperlihatkan situasi dan kondisi yang paling menguntungkan, hasil kerja yang lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna dibandingkan dengan seseorang, organisasi, atau institusi lainnya, baik terhadap satu organisasi, sebagian organisasi atau keseluruhan organisasi dalam suatu industri. 2) daya saing kepala sekolah dipahami sebagai kesanggupan kepala sekolah dalam berkompetisi dengan kepala sekolah lain dalam lingkungan kelompoknya, dengan indikator adanya pengetahuan dan berwawasan luas, memiliki kemandirian, memiliki daya inovasi dan berani menghadapi perubahan. Upaya mencapai suatu tataran organisasi atau sekolah yang unggul, maka organisasi atau sekolah tersebut harus didukung oleh pemimpin/kepala sekolah yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, keahlian, komunikasi dan kemampuan mengadaptasi perubahan teknologi yang tinggi. Individu atau pemimpin/kepala sekolah juga dituntut memiliki kemampuan mewujudkan nilai-nilai baku dalam kehidupan organisasi seperti kejujuran, kebenaran, keterbukaan,dan bertanggung jawab. Di samping itu individu dimaksud harus memiliki kepedulian dan kepekaan yang tinggi pada nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal, seperti individualitas, sosialitas dan moralitas. Constantine (2003), mengemukakan bahwa daya saing organisasi dibentuk melalui 6 (enam) dimensi sebagai berikut : 1. Lingkungan Kerja Lingkungan kerja adalah kondisi fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja dimana para karyawan perusahaan beraktivitas dan menghasilkan produktivitas sehari-harinya. 2. Desain Pekerjaan Desain pekerjaan adalah fungsi penetapan kegiatan-kegiatan kerja seorang individu atau kelompok karayawan secara organisasional. Tujuannya adalah untuk mengatur penugasan-penugasan kerja yang memenuhi kebutuhan organisasi, teknologi dan keperilakuan. 3. Inovasi Pengembangan dan implementasi ide baru yang mempunyai dampak pada teori, praktek, produk, ataupun perbaikan proses kerja sehari-hari dan desain kerja. Makin besar ukuran suatu organisasi makin cepat menerima inovasi. 4. Manajemen Teknologi Manajemen teknologi adalah ilmu manajemen yang menggabungkan bidang bisnis dengan teknologi pengambilan keputusan pada jenjang manapun dalam suatu perusahaan.Tujuan dari manajemen teknologi sendiri adalah untuk menciptakan dan/atau menambah nilai bagi perusahaan melalui teknologi, baik diciptakan sendiri atau adaptasi dari luar. 5. Manajemen Kualitas Manajemen kualitas merupakan bagaimana organisasi memastikan bahwa barang atau jasa yang dihasilkannya memenuhi kebutuhan konsumen dan memenuhi peraturan terkait dengan barang atau jasa tersebut. 6. Indikator Kualitas Pada dasarnya terdapat tiga orientasi pengukuran kualitas yang seharusnya konsisten satu sama lain yaitu, persepsi konsumen, produk/jasa, dan proses. Untuk yang berwujud barang, ketiga orientasi ini hampir selalu dapat dibedakan dengan jelas. Tetapi untuk sebuah jasa, produk dan proses mungkin tidak dapat dibedakan dengan jelas karena produk jasa bisa jadi merupakan proses itu sendiri. 2.3 Pengertian Manajerial Manajerial berasal dari kata manager yang berarti pimpinan. Manajerial merupakan kegiatan pimpinan suatu organisasi menjalankan berbagai aktivitas di dalamnya. Fattah (1999) menjelaskan bahwa praktek manajerial adalah kegiatan yang di lakukan oleh manajer. Untuk menjalankan manajerial, pimpinan mempersyaratkan keterampilan (skill). Menurut Siagian (1996) mengemukakan bahwa Manajerial skill adalah keahlian menggerakan orang lain untuk bekerja dengan baik. Kemampuan manajerial sangat berkaitan erat dengan manajemen kepemimpinan yang efektif, karena sebenarnya manajemen pada hakekatnya adalah masalah interaksi antara manusia baik secara vertikal maupun horizontal oleh karena itu kepemimpinan dapat dikatakan sebagai perilaku memotivasi orang lain untuk bekerja kearah pencapaian tujuan tertentu. Sifat-sifat manajerial yang dimiliki seseorang, khususnya kepala sekolah akan sangat membantu untuk mengelola pendidikan. Hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Keberhasilan kepala sekolah mengelola pendidikan sangat dipengaruhi oleh berbagai variabel, di antaranya adalah pengetahuan manajemen kepala sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Handoko (1996) bahwa apabila seorang manajer mempunyai pengetahuan dasar manajemen dan mengetahui cara menerapkannya pada situasi yang ada, dia akan dapat melakukan fungsi-fungsi manajerial dengan efisien dan efektif. Fungsi manajerial dapat terlaksana dengan efisien dan efektif apabila semua aspek manajemen dapat terlaksana dengan baik. Beberapa pakar manajemen seperti Steers, Ungson, dan Mowday (1985), Bartol and Martin (1994), Moorhead and Griffin (1995), Robbins and Coulter(1996),menyatakan bahwa manajemen adalah proses pencapaian tujuan organisasi dengan melakukan lima fungsi utama dari manajeman yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, kepemimpinan dan pengawasan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan manajerial adalah kemampuan untuk menggerakan orang lain dalam memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif. Ukuran seberapa efisien dan efektifnya seorang manajer adalah seberapa baik dia menetapkan rencana dalam mencapai tujuan yang memadai, kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi. Fungsi-fungsi manajerial tersebut dijabarkan sebagai berikut. 2.3.1 Perencanaan Perencanaan (planning) adalah fungsi manajemen yang melibatkan, menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana cara terbaik untuk mencapainya. Fungsi ini juga termasuk mengingat apa yang harus dilakukan oleh seorang kepala sekolah untuk mendorong tingkat perubahan yang diperlukan dan berinovasi. Hal ini seperti yang diyatakan oleh Steers,Ungson dan Mowday (1985) planning is the process by managers define goals and take necessary steps to ensure that goals are achieved. Perencanaan muncul dari pengenalan intervensi yang dibutuhkan untuk membawa perubahan dari masa sekarang menuju keinginan masa datang. Menurut Cunningham (1982) perencanaan dibagi menjadi dua yaitu: perencanaan strategis dan perencanaan operasional. Perencanaan strategis sebagai doing the right things , sedangkan perencanaan oprasional disebutkan sebagai doing things right . Untuk itulah dalam perencanaan strategis dituntut melakukan sesuatu yang benar misalnya, menentukan misi, tujuan, perubahan dan pengembangan. Menurut Manullang (1992) dan Syamsi (1994) suatu perencanaan yang baik mengandung unsur-unsur yakni : 1) What (apa), apa yang akan dilakukan sehingga perlu direncanakan, 2) Why (mengapa), apa alasan hal tersebut direncanakan, 3) Who (siapa), siapa pelaksananya, 4) Where (dimana): dimana tempat pelaksanaan kegiatan tersebut, 5) When (kapan); bilamana kegiatan tersebut dilaksanakan, 6) How (bagaimana); bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan.Di dalam perencanaan dituntut kerjasama yang baik. Kerjasama yang baik diperlukan untuk rencana dilaksanakan. Jadi, perencanaan harus memiliki dukungan dari pemimpin tertinggi, yang bertanggung jawab untuk menciptakan struktur yang kondusif mendukung implementasi perencanaan; Selanjutnya ada beberapa karakteristik perencanaan menurut Steers, Ungson dan Mowday (1985) yaitu: 1) Perencanaan adalah sebuah proses. Perencanaan yang efektif secara alami tidak mempunyai titik akhir dan secara terus-menerus dimonitor.Sebagai sebuah proses, perencanaan meliputi sistem analisis dari perubahan lingkungan dan mencakup sebuah pernyataan tentang kegiatan dan tujuan masa datang serta mekanisme perencanaan implementasi bagi pencapaian tujuan; 2) Perencanaan adalah suatu hal yang mendahului atau berorientasi pada masa yang akan datang. Perencanaan dibuat untuk mengantisipasi kecenderungan atau peristiwa yang akan datang. Jika ingin memastikan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang maka sangat perlu mendapatkan sumber-sumber yang pas sebagai tempat informasi; 3) Perencanaan meliputi satu set keputusan yang interdependen(saling ketergantungan). Masalah yang kompleks sering dihasilkan oleh keputusan interdependen. Beberapa keputusan interdependen ini dapat menyebabkan masalah. Hal ini penting, karena itu perencanaan yang dilakukan pada bagian-bagian interdependen ini untuk memenuhi tujuan organisasi untuk meminimalisir konflik; 4) Perencanaan melibatkan banyak orang. Untuk rencana yang berhasil, tim perencanaan harus bekerja secara efektif. Program perencanaan yang buruk sering disebabkan oleh komunikasi yang buruk antara orang-orang, ketidak-percayaan yang sangat tinggi di antara anggota organisasi, dan konflik yang mengganggu antara pihak-pihak yang terlibat; 5) Perencanaan melibatkan tindakan yang mengarah pada masa yang akan datang, tidak akan terjadi apabila tidak ada rencana yang dibuat. Selama bertahun-tahun orang memiliki rencana yang salah dimana lebih sering berpusat pada data atau informasi masa lalu. Asumsi data atau informasi masa lalu tersebut lebih sering tidak relevan untukjangka panjang. Perencanaan yang baik melibatkan tindakan atau intervensi yang mengarah kepada harapan yang diinginkan sesuai dengan standar yang diharapkan. Berdasarkan karakteristik tersebut, dapat disimpulkan bahwa perencanaan (planning) yang baik adalah sebuah proses antisipasi, atau suatu hal yang berorientasi pada masa depan, khususnya dalam pendidikansuatu perencanaan harus menghasilkan suatu perbaikan, peningkatan dan pengembangan kehidupan, dan yang melibatkan banyak pihak dalam pengambilan keputusan interdependen, serta tindakan yang mengarah pada masa yang akan datang, dengan kemungkinan dapat terjadi atau tidak akan terjadi. 2.3.2 Pengorganisasian Pengorganisasian (organizing) adalah fungsi manajemen yang berfokus pada mengalokasikan dan mengatur sumber daya, sehingga rencana dapat dilakukan dengan sukses. Melalui fungsi ini kepala sekolah sebagai seorang manajer disekolah menentukan tugas-tugas yang harus dilakukan. Bagaimana tugas dan pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik secara bekerjasama, dan bagaimana pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi berbagai unit yang membentuk struktur organisasi. Susunan pekerjaan dengan individu yang berhasil dapat melaksanakan rencana juga merupakan bagian dari fungsi pengorganisasian. Hadari (2000) menyatakan bahwa organisasi sebagai salah satu fungsi manajemen mewujudkan, memelihara/mempertahankan, mengembangkan dan meningkatkan kerjasama antar personal/anggota yang mewakili peranan unit/satuan kerja masing-masing dan kerjasama yang dilakukan dengan saling memberi informasi/data, keterangan, tukar pikiran, pendapat, pengalaman, penyampaian saran dan kritik yang sehat, rapat, diskusi, dan lain-lain dalam usaha melaksanakan tugas pokok organisasi agar berlangsung efektif dan efisien. Berdasarkan pendapat diatas dapat dikatakan bahwa pengorganisasian yang baik dan benar adalah dengan 1) mengelompokkan setiap tugas pekerjaan kedalam unit-unit kerja, 2) memberi tanggungjawab kepada anggota/personal sesuai dengan kemampuan masing-masing,dan 3) saling memberi informasi dan menjalin kerjasama antar unit kerja sehingga hasil yang diharapkan dapat terjadi secara efektif dan efisien. 2.3.3 Pelaksanaan program kegiatan Rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Pelaksanaan atau penggerakan adalah fungsi manajemen yang melibatkan sejumlah orang, sebagai pelaksana dari perencanaan yang telah disusun sesuai dengan kebutuhan unit/satuan kerja yang dibentuk (Hadari, 2000). Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Dalam hal ini, Terry (1999) mengemukakan bahwa pelaksanaan (actuating) merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaransasaran tersebut. Berbagai kegiatan dalam pelaksanaan manajerial seperti pengarahan (commanding),bimbingan (directing), komunikasi (communication) dan koordinasi (coordination). Pelaksanaan atau pergerakkan meliputi: a) Pengarahan, yaitu usaha memberi perintah, saran dan instruksi agar tugas dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diharapkan; b) Membimbing yaitu usaha memberikan panduan dan pengarahan atas tugas yang diberikan; c) Koordinasi adalah sebuah upaya menyatu padukan dan menyelaraskan dalam melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokkan sehingga semua tugas pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Pelaksanaan tugas pokok sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan dengan memperhatikan setiap arahan dan bimbingan agar dapat berjalan efektif, efisien dan terarah pada pencapaian tujuan organisasi. Pengarahan dan bimbingan harus diberikan secara terus-menerus oleh pimpinan/manajer. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah sebagai pimpinan/manajer di sekolah, dalam tugasnya selaku pelaksana atau penggerak yang baik harus mampu memberikan pengarahan dan bimbingan yang terus-menerus kepada bawahannya untuk menghasilkan kegiatan belajar-mengajar yang baik dan produk lulusan yang berkualitas/bermutu serta mampu berdaya saing.