HASIL KAJIAN DAN REKOMENDASI ASPEK BIOFISIK HUTAN KOTA LANSKAP PERKOTAAN KAJIAN PERAN FAKTOR DEMOGRAFI DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENGEMBANGAN HUTAN KOTA Kajian Peran Faktor Demografi dalam Hubungannya Dengan Pengembangan Hutan Kota Hasil Kajian dan Rekomendasi Aspek Biofisik Hutan Kota Lanskap Perkotaan Page 119 Program Koordinator RPI : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan : Laporan Pengembangan Hutan Kota/Lanskap Perkotaan : Dr. Ir. Ismayadi Samsoedin, M.Sc Judul Kegiatan : Pengembangan Hutan Kota Sub Judul Kegiatan : Kajian Faktor Demografi dalam Hubungannya dengan Pengembangan Hutan Kota : Edwin Martin, S.Hut., M.Si. Bondan Winarno, S.Hut.,MT.,MMG. Judul RPI Pelaksana Kegiatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi hubungan faktor demografi dengan perkembangan hutan kota di kota-kota Sumatera Bagian Selatan dalam rangka menyediakan strategi kebijakan pengembangan hutan kota. Penelitian dilakukan di Kota Pangkal Pinang Provinsi Bangka Belitung, Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu, dan Kota Jambi Provinsi Jambi. Secara umum penelitian ini menggunakan metode survei. Data dikumpulkan di setiap kota terpilih dengan cara dokumentasi, observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan dan luas hutan kota di Kota Jambi, Bengkulu dan Pangkalpinang tidak berhubungan dengan faktor demografi kota, yaitu luas wilayah dan jumlah penduduk. Akan tetapi berdasarkan hasil analisis antara karakteristik individu dengan jumlah pohon yang ditanam di lahan pekarangan, diketahui bahwa jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan luas lahan pekarangan memiliki hubungan atau korelasi dengan jumlah pohon di pekarangan yang ditujukan untuk menghijaukan lingkungan. Persepsi masyarakat akan nilai pentingnya pepohonan di sekitar lingkungan tempat tinggal cukup tinggi, lebih dari 95% responden setuju apabila setiap rumah menanam pohon di lahan pekarangan dan meraka sangat mendukung penanaman pohon di sepanjang jalan. Lebih lanjut, tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pelestarian lingkungan cukup baik, karena 64% dari responden berencana untuk menanam pohon di lahan pekarangan dan 50% dari mereka sudah pernah menanam pohon di luar pekarangan. Kata Kunci : Hutan kota, demografi, persepsi dan tingkat partisipasi A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk serta pembangunan infrastruktur untuk mendukung kegiatan ekonomi di perkotaan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan ekosistem perkotaan. Hilangnya ruang terbuka hijau, rusaknya fungsi resapan air, polusi udara dan air adalah dampak dari perubahan ekosistem perkotaan. Guna mewujudkan ruang kota yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan, Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan agar setiap kota menyediakan paling sedikit 30 (tiga puluh) Hasil Kajian dan Rekomendasi Aspek Biofisik Hutan Kota Lanskap Perkotaan Page 120 persen dari luas wilayah kota sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH). RTH dapat berbentuk taman, kebun raya, sabuk hijau, sempadan sungai dan danau, lapangan olahraga, hutan kota, dan lain-lain. Khusus untuk hutan kota, Peraturan Pemerintah (PP) No. 63 tahun 2002 tentang hutan kota memberi arahan bahwa persentase luas hutan kota adalah paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari wilayah perkotaan. Hutan kota, menurut PP ini, adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Pada kenyataannya, kota-kota di Indonesia menghadapi kendala dalam mengadopsi ketetapan target minimal luas hutan kota 10 persen dan RTH kota sebesar 30 persen ke dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW). Menurut beberapa hasil penelitian, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah dalam pengembangan RTH, antara lain harga tanah yang mahal, lahan yang tersedia sangat sempit, dana yang tersedia sangat terbatas, lemahnya lembaga pengelolaa RTH, lemahnya peran stakeholders, serta rendahnya komitmen pemerintah untuk menjaga kelestarian hutan kota dan pesatnya perkembangan wilayah dan demografi di wilayah tersebut. B. Tujuan dan Sasaran Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi hubungan faktor demografi dengan perkembangan hutan kota di kota-kota Sumatera Bagian Selatan dalam rangka menyediakan strategi kebijakan pengembangan hutan kota. Sasaran penelitian yang akan dicapai adalah tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan hutan kota berbasis demografi. C. Metode Penelitian Secara umum penelitian ini menggunakan metode survei. Data dikumpulkan di setiap kota terpilih dengan cara dokumentasi, observasi dan wawancara. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data kualitas hutan kota yang dikategorisasi menjadi beberapa kelas, yaitu terlantar, dikelola minimal dan terkelola. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan hutan kota dan persepsi masyarakat terhadap nilai penting hutan kota. Tingkat partisipasi masyarakat dinilai dari partisipasi dalam pembangunan, partisipasi dalam pemanfaatan dan partisipasi dalam pelestarian hutan kota. Responden penelitian persepsi ditentukan secara acak setelah ditentukan lokasi penelitian secara purposive. Enumerator akan mewawancarai minimal 30 (tiga puluh) orang yang tinggal di setiap lokasi terpilih, sehingga akan diperoleh persepsi minimal 90 (sembilan puluh) warga masyarakat di setiap kota. Hasil Kajian dan Rekomendasi Aspek Biofisik Hutan Kota Lanskap Perkotaan Page 121 Analisis data penelitian dilakukan guna menjawab pertanyaan penelitian (rumusan masalah) dan tujuan penelitian. Data yang terkumpul dikelompokkan menjadi data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yang bersifat kategori diberikan rating dengan nilai tertentu yang bersifat ordinal. Data kuantitatif ditabulasi dan ditampilkan secara deskriptif komparatif dalam bentuk gambar grafik dan persentase. Hubungan antara variabel demografi kota dengan perkembangan hutan kota diuji melalui korelasi peringkat Spearman. D. Hasil yang Dicapai Survei dan wawancara dalam kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Kota Jambi, Bengkulu, dan Pangkalpinang. Jumlah total responden adalah 455 orang, yaitu 138 orang dari Jambi, 139 orang dari Bengkulu, dan 178 orang dari Pangkalpinang. 1. Karakteristik responden Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan umur dan pekerjaan utama Variabel Hasil tabulasi data Umur responden Minimal : 19 tahun Rata-rata : 46 tahun Maksimal : 87 tahun Pekerjaan utama Petani : 3,52% Buruh : 10,55% Jasa : 12,53% Karyawan swasta : 14,95% Pedagang dan usaha : 18,90% PNS : 15,16% Pensiunan : 5,71% Ibu rumah tangga : 16,04 Pelajar : 2,64% Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa umur responden berkisar antara 19 sampai 87 tahun dengan umur rata-rata 46 tahun. Lebih lanjut, berdasarkan jenis pekerjaan utamanya, responden didominasi oleh pedagang dan usaha, yaitu sebanyak 18,90%, selanjutnya ibu rumah tangga sebanyak 16,04%, PNS sebanyak 15,16% dan karyawan swasta sebanyak 14,95%. Sedangkan sisanya adalah mereka yang bekerja di bidang jasa, sebagai buruh, pensiunan, petani, dan pelajar. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa responden didominasi oleh mereka yang berpendidikan setingkat SMA, yaitu 47,91%, kemudian SD sebanyak 17,56%, SMP sebesar 17,36%, dan S1 sebanyak 15,38%. Sedangkan sisanya adalah mereka yang tidak sekolah sebanyak 1,76%. Hal ini ditunjukkan di Gambar 1 berikut ini: Hasil Kajian dan Rekomendasi Aspek Biofisik Hutan Kota Lanskap Perkotaan Page 122 Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan Jumlah responden (%) 60 50 40 30 20 10 0 Persentase TS SD SMP SMA S1 1,76 17,56 17,36 47,91 15,38 Gambar 1. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan 2. Persepsi dan tingkat partisipasi masyarakat Persepsi masyarakat tentang keberadaan hutan kota dapat diukur melalui respon mereka terhadap beberapa pertanyaan yang diajukan, yang berkaitan dengan pentingnya menanam pohon dan menghijaukan lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan diketahui bahwa 96% dari responden setuju apabila setiap rumah melakukan penanaman pohon di pekarangan, dan 98% dari mereka juga sangat mendukung kegiatan penanaman pohon di sepanjang jalan. Alasan utama dari responden adalah dengan adanya pepohonan di setiap pekarangan rumah dan di sepanjang jalan maka akan tercipta lingkungan yang sejuk dan indah. Tabel 2. Persepsi masyarakat tentang kegiatan menanam pohon (menghijaukan lingkungan) Variabel Setuju Tidak setuju Setiap rumah menanam pohon di pekarangan 96% 4% Menanam pohon di sepanjang jalan 98% 2% Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan, pelestarian, dan pemanfaatan hutan kota dapat diketahui melalui respon mereka terhadap beberapa variabel yang diajukan dalam wawancara. Dari total responden yang ada, 64% dari mereka memiliki rencana untuk menanam pohon di pekarangan atau di pinggir jalan depan rumahnya. Sedangkan sisanya, yaitu sebanyak 36% tidak Hasil Kajian dan Rekomendasi Aspek Biofisik Hutan Kota Lanskap Perkotaan Page 123 memiliki rencana tersebut karena tidak lagi memiliki lahan pekarangan atau lahan tepi jalan yang sangat sempit. Selanjutnya, 50% dari responden mengaku pernah melakukan kegiatan penanaman pohon, sedangkan 50%-nya lagi belum pernah menanam pohon. Pada umumnya masyarakat bersedia untuk terlibat dalam kegiatan penanaman pohon, yaitu apabila ada undangan dari pemerintahan setempat untuk melakukan kegiatan gotong royong di wilayah mereka, karena 66% dari responden menyatakan bahwa mereka terlibat dalam kegiatan menanam pohon jika ada undangan gotong royong. Tabel 3 ini juga menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan hutan kota secara langsung oleh masyarakat belum optimal, hal ini dapat dilihat dari 64% responden yang jarang mengunjungi hutan/taman kota, dan hanya 20% yang sering mengunjungi hutan kota. Bahkan 16% dianatara mereka tidak pernah mengunjungi hutan/taman kota di wilayahnya. Tabel 3. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan, pelestarian, dan pemanfaatan hutan kota Variabel Respon masyarakat Rencana untuk menanam pohon di pekarangan atau pinggir jalan Ya : 64% Tidak : 36% Pernah menanam atau memelihara pohon di luar pekarangan rumah Ya : 50% Tidak : 50% Waktu keikutsertaan dalam kegiatan menanam pohon Setiap minggu: 20% Jika ada undangan gotong royong: 66% Tidak memiliki waktu luang: 14% Frekuensi mengunjungi hutan/taman kota Sering : 20% Jarang : 64% Tidak pernah : 16% 3. Faktor demografi dan keberadaan hutan kota Berdasarkan kategorisasi hutan kota di tiga lokasi penelitian, Kota Jambi memiliki hutan kota yang terkelola dengan baik; Kota Bengkulu sampai saat ini belum memiliki hutan kota yang dikelola oleh pemerintahan kota, akan tetapi terdapat hutan kota yang dikelola oleh pemerintahan provinsi; dan Kota Pangkalpinang baru mulai mengelola hutan kota. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tidak ada korelasi antara faktor demografi kota (luas wilayah dan jumlah penduduk) dengan luas hutan kota yang ada di masing-masing wilayah. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberadaan dan luasan hutan kota tidak berhubungan dengan luas wilayah maupun jumlah penduduk yang ada di wilayah tersebut. Faktor demografi juga termasuk didalamnya memperhatikan berbagai karakteristik individu dan kelompok. Oleh karena itu dalam penelitian ini Hasil Kajian dan Rekomendasi Aspek Biofisik Hutan Kota Lanskap Perkotaan Page 124 dilakukan analisis untuk melihat karakteristik individu dengan jumlah pohon yang ditanam di pekarangan rumah yang ditujukan untuk menghijaukan lingkungan. Variabel karakteristik individu yang dianalisis adalah umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, lama tinggal, dan luas lahan pekarangan. Hasil analisis seperti pada Tabel 4 menunjukkan bahwa variable jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan jumlah pohon yang ditanam di lahan pekarangan masyarakat, akan tetapi hubungan tersebut bertanda negatif. Sedangkan variable luas lahan pekarangan memiliki hubungan yang signifikan dan bertanda positif dengan jumlah pohon yang ditanam di pekarangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin luas lahan pekarangan seseorang, maka jumlah pohon yang ditanam di lahan pekarangan tersebut juga semakin banyak. Tabel 4. Hubungan antara karakteristik individu dengan jumlah pohon di pekarangan untuk menghijauan lingkungan Variabel Koefesien korelasi Umur Jenis pekerjaan Tingkat pendidikan Jumlah anggota keluarga Lama tinggal Luas lahan pekarangan 0,77 -,093 * -,146 ** -,035 -,037 0,533 ** E. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Persepsi masyarakat akan pentingnya pepohonan di sekitar lingkungan tempat tinggal agar tercipta lingkungan yang sejuk dan indah cukup tinggi, hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis yang menyatakan bahwa 96% dari responden setuju apabila setiap rumah melakukan penanaman pohon di pekarangan, dan 98% dari mereka juga sangat mendukung kegiatan penanaman pohon di sepanjang jalan. 2. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pelestarian hutan kota sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari 64% dari responden memiliki rencana untuk menanam pohon di pekarangan atau di pinggir jalan depan rumahnya, dan 50% dari mengaku pernah melakukan kegiatan penanaman pohon. Sedangkan untuk pemanfaatan hutan/taman kota secara langsung oleh masyarakat belum cukup optimal karena 64% dari responden jarang mengunjungi hutan/taman kota, 20% sering mengunjungi, dan 16% belum pernah mengunjungi hutan/taman kota di wilayahnya. Hasil Kajian dan Rekomendasi Aspek Biofisik Hutan Kota Lanskap Perkotaan Page 125 3. Keberadaan dan luas hutan kota di Kota Jambi, Bengkulu dan Pangkalpinang tidak berhubungan dengan faktor demografi kota, yaitu luas wilayah dan jumlah penduduk. Akan tetapi berdasarkan hasil analisis antara karakteristik individu dengan jumlah pohon yang ditanam di lahan pekarangan, diketahui bahwa jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan luas lahan pekarangan memiliki hubungan atau korelasi dengan jumlah pohon di pekarangan yang ditujukan untuk menghijaukan lingkungan. Foto Kegiatan. Wawancara dan diskusi dengan instansi pemerintah yang membawahi pengurusan hutan kota Kegiatan Wawancara dan diskusi dengan masyarakat Kawasan Taman Hutan Kota Muhammad Sabki di Kota Jambi yang diresmikan tanggal 9 Juni 2010 Kawasan Hutan Kota Tua Tunu yang berada di Kota Pangkalpinang Hasil Kajian dan Rekomendasi Aspek Biofisik Hutan Kota Lanskap Perkotaan Page 126