JLBG JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI Journal of Environment and Geological Hazards ISSN: 2086-7794, e-ISSN: 2502-8804 Akreditasi LIPI No. 692/AU/P2MI-LIPI/07/2015 e-mail: [email protected] - http://jlbg.geologi.esdm.go.id/index.php/jlbg Pemodelan Aliran Awanpanas (Aliran Piroklastik) Sebagai Data Pendukung Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus Gunungapi Sinabung Sumatra Utara) Pyroclastic Flows Modeling as a Supporting Data for Volcanic Hazard Map (case study Sinabung Volcano-North Sumatra) Agoes Loeqman1, Nana Sulaksana2, A. Helman Hamdani2, Wening Sulistri1 1 Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Jalan Diponegoro No. 57 Bandung 40122 Indonesia 2 Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor 45363 Indonesia Naskah diterima 03 Januari 2017, selesai direvisi 10 Maret 2017, dan disetujui 15 Maret 2017 e-mail: [email protected] ABSTRAK Indonesia mempunyai 127 gunungapi aktif dan berdasarkan sejarah erupsi 67 di antaranya merupakan gunungapi berbahaya. Erupsi gunungapi memiliki risiko merusak dan mematikan tidak hanya bagi masyarakat yang bermukim disekitarnya tapi juga menyebabkan bencana bagi masyarakat luas. Salah satu bahaya primer erupsi gunungapi adalah aliran awanpanas, produk erupsi gunungapi yang sampai saat ini paling banyak menyebabkan jatuhnya korban jiwa, untuk itu diperlukan suatu simulasi/pemodelan untuk mengetahui pola aliran awanpanas guna mendukung penentuan Kawasan Rawan Bencana (KRB) erupsi gunungapi. Simulasi/pemodelan aliran awanpanas ini dibuat berdasarkan data Model Elevasi Digital (DEM) dan memanfaatkan aplikasi Sistem Informasi Geografis (GIS), dengan output berupa representasi dinamis dari kecepatan aliran awanpanas, ketebalan deposit, dan daerah terdampak, dengan studi kasus Gunungapi Sinabung Sumatera Utara. Setelah erupsi terakhir 1200 tahun lalu (sutawidjaja, 2013), peningkatan aktivitas Gunungapi sinabung ditandai dengan terjadinya letusan freatik pada periode Agustus-September 2010. Setelah 3 tahun beristirahat, aktivitas erupsi kembali terjadi sejak September 2013 hingga saat ini. Aktivitas erupsi berupa pertumbuhan kubah lava dan luncuran awanpanas telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa serta memaksa penduduk mengungsi menjauhi daerah bahaya. Simulasi/pemodelan aliran awanpanas Gunungapi Sinabung karena runtuhnya kubah lava dibuat ke berbagai arah dengan skenario volume kubah lava ; 1, 2 dan 3 juta m3. Hasil overlay antara daerah landaan awanpanas dengan skenario 3 juta m3 pada Peta KRB menunjukan jangkauan aliran awanpanas pada sektor tenggara, barat dan timurlaut telah sedikit melewati batas KRB III (kawasan sangat berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, guguran lava dan gas beracun). Kata kunci : awanpanas, Simulasi/model, titan2d, KRB ABSTRACT Indonesia has 127 active volcanoes and based on historical eruption, 67 of them are dangerous. Volcano eruption having destructive risk and deadly, not only for the people who lived around, but also caused disaster for large society. 1 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 8 No. 1, April 2017: 1 - 12 One of the primary danger of volcano eruption is the pyroclastic flow, volcano eruption products that until recently was the most caused the loss of life, therefore necessary creating a simulation/modeling to know pyroclastic flow pattern to support of a determination the Volcanic hazard map. Pyroclastic flow Simulation/modeling is made based on the Digital Elevation Model (DEM) data and using Geographical Information System (GIS) application, with output of representation dynamic from the pyroclastic flow velocity, the thickness of deposit, and affected areas, with case Sinabung Volcano in North Sumatra. Since lates eruption about 1.200 years ago, Increased activity Sinabung volcano started by phreatic eruptions during August – September 2010. After three years of rest, eruption activity occurs again on September 2013 until today, with lava dome growth and pyroclastic flow acitvity have caused casualties and forcing residents were being evacuated away from the danger area. The pyroclastic flow simulation/modeling due the lava dome collapse is made into various directions with scenario of lava dome volume ; 1, 2 and 3 million m3. The results of overlay between areas affected by pyroclastic flow model with scenario 3 million m3 and volcanic hazard map showed the range of pyroclastic flow to the southeast, west and northeast sector reached the limit of zone III at volcanic hazard map (Very potentially affected by pyroclastic flow, lava flow, lava avalanche, and toxic volcanic gas ). Keywords : pyroclastic, simulation/modeling Titan2D, volcanic hazard map PENDAHULUAN Latar Belakang Tatanan geologi Indonesia yang terletak di zona pertemuan 3 lempeng utama; Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasifik (Katili, 1980) menyebabkan Indonesia kaya akan gunungapi. 127 gunungapi aktif tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, hingga Sulawesi, dan berdasarkan sejarah erupsinya, 67 gunungapi di antaranya merupakan gunungapi berbahaya. Salah satu bahaya erupsi gunungapi yang akan menjadi tema dalam penelitian ini adalah awanpanas, produk erupsi gunungapi yang sampai saat ini paling banyak menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Beberapa gunungapi telah memiliki Peta Kawasan Rawan Bencana gunungapi (Peta KRB), merupakan peta petunjuk yang menggambarkan tingkat kerawanan bencana suatu daerah bila terjadi erupsi gunungapi, termasuk kawasan yang berpotensi terkena aliran awanpanas. Peta KRB dibagi kedalam tiga kawasan rawan bencana, yaitu: KRB III, kawasan yang sangat berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, guguran lava, lontaran batu (pijar), dan/atau gas beracun dengan radius hingga 3 km. KRB II berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran batu (pijar) dan/atau guguran lava, dan hujan abu lebat dengan radius 3-5 km, serta KRB I yang berpotensi terlanda lahar, tertimpa material jatuhan berupa hujan abu, dan/atau air dengan 2 keasaman tinggi (Gunawan, 2014). Permasalahan utama di Indonesia adalah banyak masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di KRB II dan III, sehingga saat gunungapi mengalami peningkatan aktivitas dan diperkirakan akan diikuti terjadinya erupsi, maka penduduk yang berada di lokasi KRB II dan III (khususnya yang terancam awan panas) harus segera diungsikan. Muncul pertanyaan, Kemana arah dan daerah yang diperkirakan akan terlanda oleh aliran awanpanas?, apakah semua penduduk yang berlokasi di KRB II dan III harus diungsikan? Untuk itu simulasi/ pemodelan aliran awanpanas diharapkan dapat menjawab pertanyaan tersebut di atas. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari dan menentukan zonasi aliran/ kawasan/daerah yang terdampak oleh awanpanas melalui suatu pemodelan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun penerapannya di lapangan guna memaksimalkan upaya mitigasi bencana letusan gunungapi terutama dalam kondisi krisis menjelang erupsi, karena dapat melokalisir daerah yang terindikasi bencana berupa aliran awanpanas sedini mungkin. Selain sebagai acuan tambahan dalam penentuan kawasan rawan bencana gunungapi, pemodelan ini bermanfaat pula untuk pemerintah daerah dalam penataan rencana tata ruang wilayah di masa datang, dan dengan metode penelitian yang Pemodelan Aliran Awanpanas (Aliran Piroklastik) Sebagai Data Pendukung Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus Gunungapi Sinabung Sumatera Utara) sama diharapkan dapat dilakukan di gunungapi yang lain yang memiliki karakteristik sama dengan Gunungapi Sinabung. LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian adalah Gunungapi Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, yang secara geografis terletak pada 3°10’ Lintang Utara dan 98°23.5’ Bujur Timur, dengan tinggi puncak 2460 m dpl. memaksa penduduk untuk mengungsi menjauhi daerah bahaya. GEOLOGI REGIONAL Secara stratigrafi regional, Gunungapi Sinabung termasuk kedalam Peta Geologi Medan (gambar 2). Lembar geologi ini telah dipetakan oleh N.R. Cameron, drr. pada tahun 1982, (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi). Gunungapi Sinabung tersusun oleh aliran lava andesitis sampai dasitis, Gambar 1. Peta lokasi Gunungapi Sinabung, Sumatera Utara. Sebelum 2010, data tentang Gunungapi Sinabung sangat terbatas, tidak adanya informasi erupsi sejak 1600 menyebabkan Gunungapi Sinabung dikategorikan gunungapi tipe B, Berita Berkala Vulkanologi (Santosa, 1992). Beberapa kegiatan termasuk penelitian/pemetaan Gunungapi Sinabung mulai dilakukan setelah terjadinya erupsi freatik pada Agustus – September 2010 (Sutawidjaja, 2013), yang menandakan kebangkitan Gunungapi Sinabung setelah lama beristirahat, dan hal ini menyebabkan Gunungapi Sinabung dimasukan ke dalam gunungapi tipe A. Setelah 3 tahun beristirahat, aktivitas erupsi kembali terjadi sejak Oktober 2013 hingga saat ini. Aktivitas erupsi yang dicirikan oleh pertumbuhan kubah lava dan luncuran awanpanas telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa serta dan berdasarkan pentarikan umur radiometrik menunjukkan bahwa umur batuan Gunungapi Sinabung pada umumnya berumur Holosen. Geomorfologi daerah penelitian terbagi dalam empat satuan morfologi berdasarkan morfografi dan morfogenesa, yaitu : Perbukitan Sedimen, Perbukitan Vulkanik, Kerucut Gunungapi, dan Puncak Gunungapi. Gunungapi Sinabung termasuk kedalam satuan morfologi Dataran Tinggi Berastagi yang membentang seluas 15 km2 memanjang dari bagian Timur dari ngarai Wampu ke Berastagi, Puncak Gunung pada Morfologi ini melebihi 1500m, puncak tertinggi adalah kerucut Gunungapi Sinabung (2451m) dan kompleks Gunungapi Sibayak (2.212 m). Munculnya sabuk gunungapi di sepanjang Pulau Sumatra merupakan akibat penunjaman lempeng 3 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 8 No. 1, April 2017: 1 - 12 Gambar 2. Peta Geologi Gunungapi Sinabung dan sekitarnya (modifikasi dari Cameron drr., 1982) Indo-Australia yang menyusup kedalam lempeng Eurasia. Arah pergerakan lempeng samudra tersebut tidak tegak lurus terhadap sumbu Pulau Sumatra, sehingga mengakibatkan suatu patahan besar yang melintang sepanjang Pulau Sumatra. Patahan besar ini tidak berdiri sendiri namun terbagi menjadi beberapa segmen dan mempunyai zona-zona sesar. Gunungapi Sinabung sendiri terbentuk pada garis patahan yang berada di sepanjang batas bagian barat Toba, dan menerus ke Timur laut hingga Gunungapi Sibayak. Gunungapi Sinabung mempunyai satu khuluk, yang terdiri atas 25 satuan batuan erupsi primer dari kawah pusat, dan 1 endapan batuan gunungapi sekunder. Endapan Pra Sinabung di daerah ini berupa Satuan endapan Batugamping dan Endapan Aliran Piroklastik Toba. Secara umum produk erupsi Gunungapi Sinabung adalah berupa aliran piroklastik dan aliran lava (Prambada, 2010). TITAN2D Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah TITAN2D sebuah program aplikasi yang dikembangkan oleh Grup ‘Geophysic Mass Flow’, Universitas Buffalo-New York (SUNY). TITAN2D dikembangkan untuk tujuan membuat simulasi pergerakan material vulkanik di atas permukaan data elevasi digital (DEM). 4 Pada awalnya pemodelan ini dirancang untuk membantu para ilmuwan dan pihak pemerintah daerah untuk menilai dan mengurangi resiko dari bahaya bencana geologi ; guguran, longsoran dan gerakan tanah (G. TITAN2D menggabungkan simulasi numerik antara aliran masa dengan data elevasi digital yang didukung oleh Sistem Informasi Geografis (SIG), seperti GRASS (Geographic Resources Analysis Support System). Untuk mitigasi bencana letusan gunungapi, pemodelan ini masih tergolong baru, berguna untuk meramalkan pergerakan material vulkanik pada atau di atas permukaan, dari yang bergerak lambat seperti lava maupun yang berkecepatan tinggi seperti aliran awanpanas. Dengan input awal berupa estimasi volume kubah lava, dan informasi material pada setiap sel yang akan dihitung (internal dan basal friksi), selain itu input penting adalah DEM karena simulasi aliran membutuhkan input elevasi. Output langsung dari program ini adalah representasi dinamis dari kecepatan aliran, tinggi run-up, ketebalan deposit, dan daerah terdampak. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan matematis. Hasil simulasi/pemodelan aliran awanpanas bersifat khusus dan setelah diuji kebenarannya dengan data-data lapangan maka pemodelan ini bisa Pemodelan Aliran Awanpanas (Aliran Piroklastik) Sebagai Data Pendukung Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus Gunungapi Sinabung Sumatera Utara) menjadi bersifat umum sehingga dapat diterapkan di gunungapi lainnya, khususnya gunungapi yang sedang mengalami krisis dengan tipe erupsi yang karakteristiknya hampir sama dengan Gunungapi Sinabung. Penelitian didesain dalam tiga tahap yang terdiri dari tahap prasurvey lapangan, survey lapangan, dan pasca survey lapangan. Kegiatan pada tahap prasurvey umumnya berupa desk study, mempelajari data sekunder serta informasi yang didapat dari riset-riset sebelumnya mencakup peta geologi, peta KRB, topografi, serta laporanlaporan terdahulu yang berkaitan dengan aktivitas Gunungapi Sinabung. Salah satu hal lain yang paling penting adalah adalah merubah data DEM ke dalam format GRASS, karena Titan2d akan bekerja pada file berformat Grass. Kegiatan survey lapangan telah dilakukan sepanjang 2014 - 2016 berupa pengambilan sample, mengamati perkiraan arah luncuran awanpanas, serta daerah yang terdampak oleh aliran awanpanas. Paska survey lapangan kegiatan yang dilakukan berupa pengujian sample awanpanas untuk menentukan nilai sudut geser dalam atau internal friksi, dengan uji geser langsung (direct shear test). Tujuan utama uji geser langsung adalah untuk mengetahui kekuatan tanah/batuan terhadap gaya horizontal pada bidang geser tertentu. Hasil pengujian kemudian diplot kedalam kurva model keruntuhan Mohr-Coulomb sehingga dapat ditentukan parameter-parameter kekuatan tanah/ batuan diantaranya kohesi (C), dan sudut geser dalam (φ) (Gudmundsson, 2011).. Hukum Mohr-Coulomb sendiri menyatakan bahwa kekuatan geser tanah/batuan, τ, mempunyai hubungan fungsional dengan kohesi tanah/batuan, c, dan friksi antar partikel yang dikemukakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut: dimana: τ = c + σn tan φ τ adalah kekuatan geser (kPa) yang dibutuhkan sehingga keruntuhan terjadi; c adalah kohesi tanah (kPa); σn adalah tekanan normal (normal stress; kPa) tegak lurus bidang keruntuhan; dan φ adalah sudut friksi internal partikel (derajat). Adapun sudut basal friksi (bed friction angle) yang berkoresponden kepada sudut miring pada bidang terjadinya gesekan/interaksi partikel dipermukaan umumnya bernilai 22o untuk aliran awanpanas akibat erupsi kecil bertipe vulcanian, 14o untuk erupsi sub plinian, dan 11o untuk erupsi plinian (Thouret et all., 2001). Mengingat erupsi Gunungapi Sinabung termasuk dalam erupsi sub pilinian maka untuk menentukan model landaan awanpanas yang paling ‘mendekati’, input nilai sudut basal friksi yang digunakan pada prosesing data awal bernilai antara 12-15o. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pemodelan landaan awanpanas dengan skenario 1 juta m3 dengan sudut internal friksi hasil direct shear test 25.18o dan basal friksi antara 12 – 15o memperlihatkan semakin kecil sudut basal friksi yang digunakan maka jangkauan luncuran awanpanas akan semakin jauh (gambar 3). Model landaan awanpanas selanjutnya dibandingkan dengan kondisi sebenarnya pada citra google earth Januari 2014, dari hasil perbandingan outline sebaran awanpanas terlihat bahwa model dengan basal friksi 13o lebih mendekati kondisi landaan awanpanas di lapangan (gambar 4). Selanjutnya dengan nilai internal friksi 25.18o dan basal friksi 13o pemodelan awanpanas di lakukan ke beberapa arah yang berbeda, dengan skenario 1, 2 dan 3 juta m3, untuk mengetahui kecepatan, luas landaan, serta daerah yang terancam awanpanas di sekeliling Gunungapi Sinabung. Hasil pemodelan aliran awanpanas ke arah tenggara (titik koordinat kubah lava 98o 23’ 39.41” BT dan 3o 10’ 11.88” LU), daerah yang terkena dampak langsung dari aliran awan panas ini adalah Desa Sukameriah, Berastepu, Bekerah dan Simacem (Gambar 6) aliran awanpanas tidak hanya mengarah ke tenggara namun juga ke arah timur, terhalang oleh Sungai Laborus yang mengelilingi Gunungapi Sinabung. Keberadaan Sungai Laborus yang berhulu di Danau Laukawar dengan dinding sungai yang cukup tinggi menjadi penahan awanpanas sementara bagi desa-desa yang berada di sebrang sungai arah tenggara Gunungapi Sinabung (Berastepu, Gamber, Dusun Sibintun). Pemodelan aliran awanpanas arah selatan (dengan titik kubah lava 98o 23’ 29.05” BT dan 3o 10’ 4.54” LU, 2294 m dpl.) merupakan pemodelan yang 5 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 8 No. 1, April 2017: 1 - 12 Gambar 3. Hasil pemodelan landaan awanpanas dengan skenario ±1 juta m3, internal friksi 25.18o dan basal friksi antara 12 – 15o. Gambar 4. Perbandingan outline sebaran endapan awanpanas pada citra satelit google earth dan hasil pemodelan Titan2d dengan skenario kubah lava ±1 juta m3, internal friksi 25.18o dan basal friksi antara 12 -15o. 6 Pemodelan Aliran Awanpanas (Aliran Piroklastik) Sebagai Data Pendukung Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus Gunungapi Sinabung Sumatera Utara) Gambar 5. Simulasi aliran awanpanas Gunungapi Sinabung arah tenggara dengan skenario volume kubah lava 2 juta m3, 0 hingga 120 detik. (selang waktu 10 detik). 7 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 8 No. 1, April 2017: 1 - 12 menghasilkan luas landaan yang paling sedikit dibandingkan dengan pemodelan ke arah lain, arahnya alirannya justru tidak tepat mengarah ke selatan karena adanya punggungan disekitar puncak, awanpanas mengalir melalui lereng curam yang berada di kiri kanannya mengarah ke tenggara dan baratdaya, meski memiliki luas landaan paling sedikit namun pemukiman yang terancam awanpanas cukup banyak (gambar 7). Gambar 6. Overlay model aliran awanpanas arah tenggara pada google earth dengan skenario volume kubah lava 2 juta m3. Pemodelan aliran awanpanas ke arah barat (titik kubah lava 98o 23’ 21.76” BT dan 3o 10’ 13.73” LU, 2354 m dpl.) berbeda dengan model lainnya, aliran awanpanas tidak hanya mengarah ke arah barat namun juga ke arah baratlaut-utara, barat daya dan tenggara. Hal tersebut kemungkinan karena adanya perbedaan morfologi pada daerah puncak Gunungapi Sinabung dimana bagian barat lebih tinggi di bandingkan dengan daerah sekitarnya (gambar 8). Pemukiman yang terancam oleh pola aliran awanpanas arah barat ini adalah Desa Mardinding yang berada di barat daya Gunungapi Sinabung, sementara untuk awan panas yang mengalir ke arah barat-baratlaut dirasa tidak membahayakan karena daerah tersebut merupakan hutan, tidak ada pemukiman. Gambar 7. Overlay model aliran awanpanas arah selatan pada google earth dengan skenario volume kubah lava 2 juta m3. Pemodelan aliran awanpanas ke arah utara (titik koordinat kubah lava 98o 23’ 29.69” BT dan 3o 10’ 24.90” LU, 2297 m dpl.) memiliki daerah landaan yang paling luas dibandingkan dengan arah lainnya, dengan skenario volume kubah lava hingga 3 juta m3 aliran awanpanas dapat melewati/menyebrangi Sungai Laborus yang merupakan batas KRB III, dan area yang daerah yang terdampak meliputi baratlaut hingga timurlaut (Gambar 9). Pemodelan awanpanas ke arah timur (titik koordinat kubah lava 98o 23’ 42.65” BT dan 3o 10’ 13.51” LU, 2244 m dpl.), aliran awanpanas tidak hanya mengarah ke timur namun ada juga yang mengarah ke tenggara. Sungai Laborus kembali menjadi akhir aliran awanpanas ke arah timur (Gambar 10). Gambar 8. Overlay model aliran awanpanas arah barat pada google earth dengan skenario volume kubah lava 2 juta m3. 8 Meski aliran awanpanas tidak melewati KRB II, namun endapan awanpanas yang masuk ke sungai sesaat akan menahan aliran air dan terkadang mengakibatkan terjadinya letusan freatik, selanjutnya endapan awanpanas biasanya terbawa air sungai menjadi lahar dan mengancam pemukiman-pemukiman dan warga yang beraktivitas di sepanjang Sungai Laborus. Pemodelan Aliran Awanpanas (Aliran Piroklastik) Sebagai Data Pendukung Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus Gunungapi Sinabung Sumatera Utara) Gambar 9. Overlay model aliran awanpanas arah utara pada google earth dengan skenario volume kubah lava 2 juta m3. Gambar 10. Overlay model aliran awanpanas arah timur pada google earth skenario volume kubah lava 2 juta m3. Tabel 1. Data kejadian luncuran awanpanas terbesar/terjauh Gunungapi Sinabung 2014-2016 Kejadian Jangkauan Keterangan 1. 11 januari 2014 4.244 m Mencapai S. Laborus antara Desa Sukameriah dan Berastepu 2. 28 April 2015 4.513 m Mencapai S. Laborus – Desa Gurukinayan 3. 21 Mei 2016 4.520 m Sedikit melewati S. Laborus mencapai Desa Gamber Gambar 11. Arah dan Jangkauan awanpanas terbesar/terjauh periode 2014-2016 Gunungapi Sinabung pada Peta KRB Gunungapi Sinabung 9 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 8 No. 1, April 2017: 1 - 12 Tabel 2. Data hasil pemodelan aliran awanpanas Gunungapi Sinabung Arah luncuran Volume kubah (106 m3) Jangkauan (km) Kec. rata-rata (m/s) Luas terdampak (km2) Daerah Terancam Tenggara 1 4.177 53.781 5.9 2 4.548 43.598 6.7 3 5.022 51.319 10 Sukameriah,Bekerah, Simacem, Gamber, Gurukinayan, Berastepu, Dusun Sibintun 1 3.657 31.876 3.7 2 3.819 32.678 5.1 3 3.977 43.407 6.0 Mardinding, Perbaji, Selandi,Gurukinayan, Sukameriah,Berastepu, Dusun Sibintun 1 3.576 34.834 5.7 Lau Kawar, Mardinding 2 3.621 51.797 8.0 3 3.788 51.294 12 1 3.202 45.023 7.4 2 3.422 41.432 10 3 3.710 43.364 15 1 4.017 45.023 7.2 2 4.318 41.432 10 3 4.483 43.364 12 Selatan Barat Utara Timur Lau Kawar, Kutagugung, Sigarang-garang Bekerah, Sukameriah, Simacem, Sukanalu, Kutatonggal. Gambar 12. Model landaan awanpanas pada Peta KRB Gunungapi Sinabung. 10 Pemodelan Aliran Awanpanas (Aliran Piroklastik) Sebagai Data Pendukung Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus Gunungapi Sinabung Sumatera Utara) Membandingkan beberapa kejadian awanpanas Gunungapi Sinabung pada periode 2014 hingga 2016, diketahui jangkauan maksimum luncuran awanpanas ke arah tenggara pada umumnya berhenti setelah mencapai Sungai Laborus, terkecuali pada 21 Mei 2016, di mana setelah sedikit melewati S. Laborus aliran awanpanas mencapai Desa Gamber dan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa (PVMBG, 2017). matematis berbasis sistim informasi geografis dengan beberapa kondisi/asumsi; awanpanas yang terjadi akibat doom collaps (runtuhnya kubah lava) dengan kecepatan awal adalah nol (akibat gravitasi), dengan nilai internal dan basal friksi dianggap tetap, dan tidak memperhitungkan adanya ; jatuhan piroklastik, surge, viskositas magma/ kubah lava, dan faktor cuaca (hujan, angin). Berdasarkan Hasil overlay antara model landaan awanpanas dengan Peta KRB Gunungapi Sinabung menunjukan jangkauan awanpanas pada sektor tenggara, barat dan timurlaut telah mencapai batas KRB III bahkan sedikit melewatinya (gambar 12). Sementara hingga saat ini, jangkauan maksimum awanpanas Gunungapi Sinabung ke arah tenggara kurang lebih 4500 m, belum melewati batas KRB III. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemodelan aliran awanpanas yang merupakan hasil proses penggabungan beberapa data dengan tata kelola Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat memberikan informasi mengenai perkiraan arah aliran, kecepatan dan daerah yang terlanda aliran awanpanas sedini mungkin. DISKUSI Beberapa kawasan rawan bencana gunungapi telah dipetakan namun tanpa disertai dengan pembuatan simulasi/pemodelan perkiraan erupsi yang dinamis, salah satunya adalah simulasi/pemodelan aliran awanpanas salah satu produk erupsi paling berbahaya yang telah banyak menimbulkan korban jiwa. Hasil simulasi/pemodelan aliran awanpanas Gunungapi Sinabung dengan internal friksi 25.18o dan basal friksi 13o dapat mewakili/mendekati kejadian luncuran awanpanas pada awal-awal erupsi yang terjadi pada Januari 2014. Hasil overlay antara daerah landaan awanpanas dan Peta KRB Gunungapi Sinabung menunjukan landaan awanpanas di arah tenggara, barat, dan timurlaut sedikit melibihi batas KRB III, sehingga Peta KRB perlu direvisi dengan sedikit memperluas batas KRB III pada sektor-sektor tersebut. Selain bermanfaat dalam penyusunan/pemetaan kawasan rawan bencana gunungapi, khususnya untuk beberapa gunungapi yang memiliki karakteristik erupsi seperti Gunungapi Sinabung, pemodelan aliran awanpanas ini dapat digunakan sebagai data pendukung Peta KRB gunungapi yang telah ada, sehingga dapat membantu pemerintah daerah dalam memaksimalkan upaya mitigasi bencana erupsi gunungapi, selain itu dapat pula dijadikan acuan dalam rencana penataan wilayah (tata guna ruang dan lahan) di sekitar gunungapi di masa mendatang. Saran Perubahan morfologi pada tubuh gunungapi sangatlah cepat, sehingga data DEM yang dipergunakan untuk pembuatan model/simulasi aliran awanpanas sebaiknya merupakan data terbaru yang lebih update, dan penggunaan DEM dengan akurasi tinggi akan menghasilkan model aliran awanpanas yang lebih baik (lebih presisi). Membandingkan kejadian luncuran awanpanas pada periode Januari 2014 dengan keadaan saat ini tentu akan berbeda, mengingat selama erupsi morfologi Gunungapi Sinabung telah banyak berubah, selain itu karena luncuran awanpanas dominan ke arah tenggara, maka akan menyebabkan permukaan yang dilaluinya semakin licin, sehingga basal friksinya akan terus mengecil, dan jarak luncuran akan semakin jauh. Mengingat tingganya aktivitas erupsi Gunungapi Sinabung hingga saat ini, dimana awanpanas masih berpotensi mengancam sektor tenggara dengan sedikit perluasan ke arah selatan atau timur, maka dapat direkomendasikan agar masyarakat dan pengunjung tidak beraktivitas dalam radius 3 km dari puncak, dan 7 km untuk masyarakat yang bermukim di sektor selatan-tenggara, dan 6 km sektor tenggara-timur. Sebagai catatan, Simulasi/pemodelan aliran awanpanas ini merupakkan hasil perhitungan Seluruh penduduk yang bermukim di KRB III sebaiknya direlokasi, meski relokasi telah dilakukan 11 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 8 No. 1, April 2017: 1 - 12 khususnya di sektor selatan-tenggara-timur Gunungapi Sinabung yang saat ini telah terlanda/ sangat terancam oleh awanpanas (Sukameriah, Simacem, Bekerah, Gurukinayan, Dusun Sibintun, Berastepu, Gamber, dan Sukanalu), namun beberapa desa diluar sektor tersebut masih ada yang bertahan (Mardinding, Kutambaru, Perbaji, Selandi, Sigarang-garang, Lau Kawar, Kutagugung), dan diharapkan dapat direlokasi di masa mendatang. Untuk pemukiman yang berada di KRB II arah sektor selatan-tenggara-timur tetap diungsikan (Desa Tigapancur, Pintubesi, Jeraya, dan Kutatengah). DAFTAR PUSTAKA Cameron, N.R., Aspden, J.A.,McC Bridge, D., Djunuddin, A., Ghazali, S.A., Harahap, H., Hariwidjaja, Johari, S., Kartawa, W., Keaths, W., Ngabito, H., Rock, N.M.S., Whandoyo, R., 1982. Peta Geologi Lembar Medan, Sumatera Utara, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Gudmundsson, A. 2011. Rock Fractures in Geological Processes. New York: Cambridge University Press. Gunawan, H., Mulyana, A.R., Solihin, A., Pujowarsito, Riyadi, 2014. Peta Kawasan Rawan Bencana 12 Gunungapi Sinabung, Provinsi Sumatera Utara, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi. Katili, J., A., 1980. Geotectonics of Indonesia: a Modern View. Direktorat Jendral Pertambangan. Jakarta. Prambada, O., Zaenuddin, A., Iryanto, Santosa, I., Nakada, S., Yoshimoto, M., 2010. Laporan Pemetaan Geologi Gunungapi Sinabung, Kab. Karo, Provinsi Sumatera Utara, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi. PVMBG, 2017. Kumpulan Lap Evaluasi Tingkat Aktivitas Gunungapi Sinabung, Periode 20132017. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi. Santoso, M., S., 1992. Berita Berkala Vulkanologi, Gunungapi Sinabung (B), Direktorat Vulkanologi; Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral; Departemen Pertambangan dan Energi. Sutawidjaja, I., S., 2013. The August 2010 Phreatic Eruption of Mount Sinabung, North Sumatra. Indonesian Journal of Geology, Vol. 8 No. 1 March 2013: 55-61. Thouret, J., C., Finizola, A., Fornari, M., LegeleyPadovani, A., Frechen, M., 2001, Geology of El Misti volcano near the city of Arequipa, Peru: Geol. Soc. Ame. Bull. 113/12, p. 1593–1610.