Volume 1, Maret 2015 - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA PADA IBU HAMIL Mella Yuria RA*, Tri Mulyasari** *Program Studi Kebidanan, STIKes Binawan **Penulis Kedua Jl. Kalibata Raya No. 25-30 Kalibata Jakarta Timur Email korespodensi : [email protected] ABSTRAK Pendahuluan: World Health Organization (WHO) menyatakan kejadian anemia berkisar antara 2089 % dengan menetapkan HB normalnya 11 gr%. Prevalensi anemia pada kehamilan secara global 55% dimana secara bermakna tinggi pada trimester ketiga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas kecamatan Pasar Minggu Tahun 2012. Metode : penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional .Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medik pasien tahun 2012. Populasi penelitian adalah ibu hamil trimester III yang berjumlah 535. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 84 ibu hamil trimester III. Metode pengambilan sampel dengan tekhnik simple random sampling, analisa data menggunakan uji chi-square dan uji t-independent Hasil : ada hubungan yang signifikan antara paritas (P = 0,001), jarak kelahiran (P = 0,000) dengan Anemia ibu hamil. Di sisi lain, umur ibu (P = 0,929), Pendidikan (P = 0,348), LILA (P = 0,714) dan IMT (P =0,768) tidak berhubungan dengan Anemia ibu hamil.Diskusi : Paritas dan jarak kelahiran merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian Anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2012. Kata kunci: Anemia, paritas, jarak kelahiran Factors influencing anemia for pregnant women ABSTRACT Introduction: World Health Organization (WHO) declared the incidence of anemia ranged from 2089% with the normal HB 11 gr%. The global prevalence of anemia in pregnancy was 55%, which was significantly higher in the third trimester. This study aims to determine the factors that influence the incidence of anemia among pregnant women in Public Health Center Pasar Minggu sub-district in 2012. Methods: This study uses an analytical method with cross sectional approach. The data used are secondary data taken from patient records in 2012. The study population is the third trimester pregnant women with the total number 535. The number of samples in this study was 84 third trimester pregnant women. The sampling method was simple random sampling techniques, data was analysed by using chi-square and t-independent test. Results: No significant relationship between parity (P = 0.001), spacing (P = 0.000) with anemia pregnant women. On the other hand, maternal age (P = 0.929), education (P = 0.348), LILA (P = 0.714) and BMI (P = 0.768) were not associated with maternal anemia. Discussion: Parity and spacing are factors that influence the incidence of anemia among pregnant women in Public Health Center Pasar Minggu sub-district in 2012. Keywords: Anemia, parity, birth spacing FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA PADA IBU HAMIL Page 15 Volume 1, Maret 2015 PENDAHULUAN World Health Organization (WHO) menyatakan kejadian anemia berkisar antara 20% sampai 89% dengan menetapkan HB normalnya 11 gr%. Selain itu di daerah pedesaan banyak di jumpai ibu hamil kekurangan gizi, kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah (Manuaba, 2007). WHO juga melaporkan bahwa prevalensi anemia pada kehamilan secara global 55% dimana secara bermakna tinggi pada trimester ketiga dibandingkan dengan trimester pertama dan kedua kehamilan. Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, angka nasional untuk Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 228/100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan AKI hasil SDKI tahun 2002-2003 yang mencapai 307/100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2009). Angka kematian ibu di Indonesia setiap tahunnya mencapai 10.260 atau 855 orang setiap bulan. Saat ini, angka kematian ibu tercatat sebesar 228 per 100 ribu kelahiran hidup. Padahal, pemerintah menargetkan pada 2015, angka kematian ibu akan turun menjadi 102 per 100 ribu kelahiran hidup (BKKBN, 2010). Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan di mulai sebelum kehamilan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan bahwa cakupan pelayanan k4 meningkat dari 80, 26% (tahun 2007) menjadi 86, 04% (tahun 2008), namun cakupan pemberi tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66, 03% (tahun 2007) menjadi 48, 14% pada tahun 2008 (Depkes, 2008). Frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, diseluruh dunia berkisar antara 10% dan 20%. Karena defisiensi makanan memegang peranan yang sangat penting dalam timbulnya anemia maka dapat di pahami bahwa frekuensi itu lebih tinggi dari negara berkembang seperti Indonesia. Menurut penelitian Tjiong dalam Sarwono (2007), frekuensi anemia dalam kehamilan setinggi 18,5%, dan wanita hamil dengan Hemoglobin (Hb) 12 g/100 ml atau lebih sebanyak 23,6%, dalam trimester I Hb rata-rata 12,3 gr/ml, dalam trimester II Hb rata-rata 11,3 g/100 ml, dan dalam trimester III Hb rata-rata 10,8 g/100 ml, Hal FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA PADA IBU HAMIL - ini disebabkan karena pengenceran darah menjadi makin nyata dengan lanjutnya umur kehamilan, sehingga frekuensi anemia dalam kehamilan menjadi meningkat (Sarwono, 2007). Sementara, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2010 menunjukkan, 80,7% perempuan usia 10-59 tahun telah mendapatkan tablet zat besi, namun hanya 18% di antaranya yang mengonsumsi sebanyak 90 tablet. Data terbaru bahkan menyebutkan bahwa ibu hamil yang terkena anemia mencapai 40%-50%. Itu artinya 5 dari 10 ibu hamil di Indonesia mengalami anemia. Di dunia 34 % ibu hamil dengan anemia dimana 75 % berada di negara sedang berkembang (WHO, 2008). Di Indonesia, 63,5 % ibu hamil dengan anema (Saifudin, 2006). Masalah-masalah kesehatan yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini adalah masih tingginya angka kematian ibu dan bayi, penyakit infeksi, penyakit degeneratif, dan masalah gizi. Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara langsung menentukan kualitas sumber daya manusia serta dapat meningkatkan derajat kesehatan. Empat masalah gizi utama di Indonesia yang belum teratasi, salah satunya adalah anemia. Anemia masih merupakan masalah pada wanita Indonesia sebagai akibat kekurangan zat besi dan asam folat dalam tubuh serta faktor lain seperti penyakit infeksi, cacingan dan penyakit kronis. Dari semua golongan umur, wanita terutama remaja mempunyai resiko paling tinggi menderita anemia, karena pada masa ini terjadi peningkatan kebutuhan serta adanya menstruasi. Selama masa haid kehilangan zat besi rata-rata 24mg (Basuki, 1996). Selain pada wanita remaja masalah yang rawan kekurangan zat besi adalah pada ibu hamil. Dari hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 1995 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil 50%, Wanita Subur (15-44 tahun) 39,5% dan anakanak (usia 10-14 tahun) 57,1%. Pada survei kesehatan Rumah Tangga tahun 2004 pada anak-anak angka anemia defisiensi besi pada balita 39% dan anak usia 5-11 tahun 24%. Menurut profil Kesehatan Jakarta Selatan, kasus anemia gizi pada ibu hamil mencapai 20% pada tahun 2006, 26% pada tahun 2007 dan khusus wilayah kecamatan Page 16 - Volume 1, Maret 2015 Pasar Minggu mencapai 68%. Anemia pada ibu hamil disamping disebabkan karena kemiskinan dimana asupan gizi sangat kurang, juga dapat disebabkan karena ketimpangan gender dan adanya ketidaktahuan tentang pola makan yang benar. Ibu hamil memerlukan banyak zat gizi untuk memenuhi kebutuhan tubuh pada diri dan janinnya. Kekurangan zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb) dimana zat besi sebagai salah satu unsur pembentuknya. Hemoglobin berfungsi sebagai pengikat oksigen yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme sel (Tarwoto dan Wasnidar, 2007). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil diantaranya menurut Prawirohardjo (2002) yaitu umur kehamilan adapun menurut Herlina (2009) yaitu paritas, umur ibu dan antenatal care (ANC) dengan kejadian anemia, menurut Arisman (2004) yaitu Pola konsumsi tablet besi (Fe), menurut Hidayat, A. Azis (2012) yaitu Pengukuran Lingkar Lengan Atas (Lila), menurut Sulistyawati (2009) Indeks Massa Tubuh (IMT) dan menurut Fahriansjah (2009) yaitu Status gizi dan jarak kelahiran. Faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan anemia pada ibu hamil menurut Wijianto (2002) yaitu pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Kekurangan hemoglobin dapat menyebabkan metabolisme tubuh dan sel-sel saraf tidak bekerja secara optimal, menyebabkan pula penurunan percepatan impuls saraf, mengacaukan sistem reseptor dopamine. Pada ibu hamil dapat menyebabkan anak lahir dengan berat badan rendah, keguguran, dan juga mengakibatkan anemia pada bayinya (Tarwoto dan Wasnidar, 2007). BAHAN DAN METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah analitik dengan pendekatan studi Cross Sectional menggunakan data sekunder dengan maksud untuk melihat karakteristik ibu bersalin dengan Ketuban Pecah Dini. Populasi penelitian ini adalah ibu hamil trimester III di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan Tahun 2012. Sampel dalam penelitian ini diperoleh jumlah 84 dari 535 populasi ibu hamil yang diambil dengan menggunakan rumus Slovin. Kemudian peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel secara simple random sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei Tahun 2013. analisa data menggunakan uji chi-square dan uji tindependent HASIL Analisa Univariat Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia pada Ibu hamil Trimester III Berdasarkan Pendidikan, Paritas, Jarak Kelahiran, Pengukuran LILA dan IMT Ibu Di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan Tahun 2012 Variabel 1 Anemia Pendidikan Paritas Jarak kelahiran FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA PADA IBU HAMIL Kategori Frekuensi YA (<11gr%) TIDAK (≥11gr) Rendah (≤ SMP) Tinggi (≥ SMA) >3 anak 1-3 anak <2 tahun ≥2 tahun 26 Persentase (%) 31 58 69 27 32,1 57 67,9 23 61 37 47 27,4 72,6 44 66 Page 17 Volume 1, Maret 2015 Pengukuran LILA IMT Nutrisi Kurang (< 23,5 cm) Nutrisi Cukup (≥ 23,5 cm) <19,8 ≥19,8 ≥26,6 9 10,7 75 89,3 15 69 17,9 82,1 - Analisa Bivariat Tabel 2 Analisis Hubungan antara Umur ibu dengan Anemia Ibu hamil di PuskesmasKecamatan Pasar Minggu tahun 2012 Anemia ibu hamil Mean SD P value (tahun) Ya 26 28,50 5,030 0.929 Tidak 58 28,62 5,997 Berdasarkan hasil uji statistik umur ibu dengan anemia di Puskesmas didapatkan P value sebesar 0.929, yang Kecamatan Pasar Minggu tahun 2012. artinya pada 5% tidak ada hubungan antara N Tabel 3 Analisis Hubungan antara Pendidikan dengan Anemia Ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2012 No Variabel Kategori Anemia Ibu hamil Total P Value Ya Tidak N % N % N % Rendah 6 22,2 21 77,8 27 100 Pendidika 2 35,1 37 64,9 57 100 0,348 1 n Tinggi 0 Berdasarkan hasil uji statistik pendidikan dengan anemia pada ibu hamil di didapatkan P value sebesar 0,348, yang Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2012. artinya pada 5% tidak ada hubungan antara Tabel 4 Analisis Hubungan antara Paritas dengan Anemia Ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2012 No Variabel Kategori Anemia Ibu hamil Total P Value Ya Tidak N % N % N % 1 60,9 9 39, 23 10 >3 anak 4 1 0 Paritas 0,001 1 12 19,7 49 80, 61 10 1-3 anak 3 0 Berdasarkan hasil uji statistik Paritas dengan anemia pada ibu hamil di didapatkan P value sebesar 0,001, yang Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2012. artinya pada 5% ada hubungan antara FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA PADA IBU HAMIL Page 18 Volume 1, Maret 2015 - Tabel 5 Analisis Hubungan antara Paritas dengan Anemia Ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Tahun 2012 Variabel Jarak kelahiran Kategori <2 tahun ≥2 tahun Anemia Ibu hamil Ya N % 2 61,1 2 4 8,3 Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan P value sebesar 0,000, yang artinya pada 5% ada hubungan antara Total P Value Tidak N % N % 14 38, 3 100 9 6 0,000 44 91, 4 100 7 8 Paritas dengan anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2012. Tabel 6 Analisis Hubungan antara Paritas dengan Anemia Ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2012 Variabel Kategori Anemia Ibu hamil Total P Value Ya Tidak N % N % N % Penguku <23,5 cm 2 22,2 7 77,8 9 100 ran 24 32,0 5 68,0 75 100 0,714 ≥23,5 cm LILA 1 Berdasarkan hasil uji statistik Pengukuran LILA dengan anemia pada ibu didapatkan P value sebesar 0,714, yang hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2012. artinya pada 5% tidak ada hubungan antara Tabel 7 Analisis Hubungan antara IMT dengan Anemia Ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2012 Vari abel IMT Katego ri Anemia Ibu hamil Ya Tidak N % N % 4 26,7 11 73,3 22 31,9 47 68,1 <19,8 ≥19,8≥26,6 Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan P value sebesar 0,768, yang artinya pada 5% tidak ada hubungan antara PEMBAHASAN Hasil penelitian Anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2012 menunjukkan bahwa dari 84 ibu hamil terdapat 26 (31%) ibu hamil yang mengalami anemia, dan 58 (69%) ibu hamil yang tidak mengalami anemia. Dalam teori Manuaba (2002) angka anemia pada kehamilan di Indonesia cukup tinggi sekitar 67% dari semua ibu hamil dengan variasi tergantung pada daerah masing-masing. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA PADA IBU HAMIL Total N 15 69 P Value % 100 100 0,768 Pengukuran IMT dengan anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2012. Sekitar 10-15% tergolong anemia berat yang sudah tentu akan mempengaruhi tumbuh kembang janin dalam rahim. Sementara, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2010 menunjukkan, 80,7% perempuan usia 10-59 tahun telah mendapatkan TTD, namun hanya 18% di antaranya yang mengonsumsi sebanyak 90 tablet. Data terbaru bahkan menyebutkan bahwa ibu hamil yang terkena anemia mencapai 40%-50%. Itu artinya 5 Page 19 Volume 1, Maret 2015 dari 10 ibu hamil di Indonesia mengalami anemia. Hasil analisis bivariat didapatkan P value sebesar 0,929, hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan Anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2012. Dalam penelitian ini rata-rata umur ibu hamil yang mengalami anemia yaitu 28 tahun. Hasil penelitian ini sama dengan peneltian yang dilakukan Herlina yang menunjukkan bahwa hubungan yang tidak bermakna antara usia ibu hamil dengan anemia (p > 0.05). Pada hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan teori Sarwono (2006) Umur >35 tahun mempunyai risiko untuk hamil karena umur >35 tahun, dimana alat reproduksi ibu hamil sudah menurun dan kekuatan untuk mengejan saat melahirkan sudah berkurang sehingga anemia pun terjadi pada saat ibu hamil umur >35 tahun. Dan teori Wahyudin (2008) Keadaan yang membahayakan saat hamil dan meningkatkan bahaya terhadap bayinya adalah usia saat <20 tahun atau >35 tahun. Kejadian anemia pada ibu hamil pada usia <20 tahun, karena ibu muda tersebut membutuhkan zat besi lebih banyak untuk keperluan pertumbuhan diri sendiri serta bayi yang akan dikandungnya. Namun dalam penelitian Herlina juga menyebutkan berbagai faktor yang saling berpengaruh dan tidak menutup kemungkinan usia yang matang sakalipun untuk hamil yaitu usia 25-35 tahun angka kejadian anemia jauh lebih tinggi. Hal ini dimungkinkan karena adanya faktor lain yang lebih dominan pengaruhnya terhadap anemia dalam faktor tersebut di antaranya adalah jarak kehamilan, pada jarak kehamilan < 2 tahun dan umur remaja belum siap untuk hamil akan terjadi hemodilusi saat kehamilan dan menyebabkan anemia. Hasil analisis bivariat didapatkan P value sebesar 0,348, hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan Anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2012. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ahmad menunjukkan bahwa tingkat pendidikan merupakan faktor yang signifikan dalam anemia pada ibu hamil (p < 0,001). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Handayani (2000) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA PADA IBU HAMIL - dicapai seseorang mempunyai hubungan nyata dengan pengetahuan gizi dari makanan yang dikosumsinya. Faktor pendidikan yang tidak berhubungan dengan anemia pada ibu hamil dapat dimungkinkan adanya pengaruh dari faktor lain seperti adanya promosi kesehatan yang diterima oleh ibu hamil selama masa kehamilan. Hasil analisis bivariat didapatkan P value sebesar 0,001, hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas dengan Anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2012. Pada penelitian yang dilakukan oleh Herlina Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi >3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas adalah tidak direncanakan, dan sesuai dengan Teori Wahyudin (2008) Kecendrungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Faktor paritas yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil dapat dimungkinkan karena ibu hamil yang memiliki banyak anak akan cenderung lebih mementingkan kondisi anak-anaknya dalam hal gizi dan ibu akan lupa akan gizi untuk dirinya sendiri. Hasil analisis bivariat didapatkan P value sebesar 0,000, hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara jarak kelahiran dengan Anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2012. Pada penelitian yang dilakukan Fahriansjah Jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia, karena kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi belum optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandungnya. Pada penelitian yang dilakukan Gautam juga menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan anemia pada ibu hamil (p < 0,005), sedangkan pada penelitian Herlina menunjukkan hubungan yang tidak bermakna Page 20 Volume 1, Maret 2015 - (p > 0,05). Dalam Fahriansjah didapatkan penderita anemia pada ibu hamil dari penelitianini didapatkan pada ibu yang jarak kehamilannya < 2 tahun (62%), hasilyang sama juga didapatkan pada penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit H.A. Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba tahun 2007 dengan 8 60% ibu hamil yang menderita anemia pada jarak kehamilan < 2 tahun, begitu pula hasil studi analitik yang dilakukan di Bantimurung tahun 2004 dengan 66,1% menderita anemia pada responden yang jarak kehamilannya < 2 tahun. Hal ini sesuai dengan teori Varney (2001) salah satu penyebab kejadian anemia pada kehamilan adalah jarak kehamilan yang berdekatan < 2 tahun dengan kehamilan sebelumnya sangat rentan untuk terjadi anemia. Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa responden paling banyak menderita anemia pada jarak kehamilan <2 tahun. Hasil uji memperlihatkan bahwa jarak kelahiran mempunyai risiko lebih besar terhadap kejadian anemia. Hasil analisis bivariat didapatkan P value sebesar 0,714, hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengukuran LILA dengan Anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2012. Hasil ini tidak sesuai dengan teori Hidayat (2012) yang mengatakan bahwa faktor LILA dapat mempengaruhi anemia pada ibu hamil. Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain : anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi. Kekurangan asupan gizi pada tirmester I dikaitkan dengan tingginya kejadian bayi lahir prematur, kematian janin, dan kelainan pada sistem saraf pusat bayi. Sedangkan kekurangan energi pada trimester I dan II dapat menghambat pertumbuhan janin atau tak berkembang sesuai usia kehamilannya. Faktor pengukuran LILA yang tidak berhubungan dengan anemia memungkinkan cara pengukuran yang tidak tepat, faktor dari pekerjaan ibu hamil, dan pola makan ibu yang tidak baik atau bisa dilihat dari jumlah anak yang terlalu banyak sehingga kebutuhan ibu hamil tidak terpenuhi. Hasil analisis bivariat didapatkan P value sebesar 0,768, hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara IMT dengan Anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2012. Hal ini tidak sesuai dengan teori Sulistyawati (2009). Pertambahan berat badan ibu hamil menggambarkan status gizi selama hamil, oleh karena itu perlu dipantau setiap bulan. Jika terdapat kelambatan dalam penambahan berat badan ibu, ini dapat mengindikasikan adanya malnutrisi sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin intra – uteri (Intra–Uterin Growth Retardation–IUGR). KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil antara lain paritas dan jarak kelahiran, sedangkan umur dan pendidikan tidak mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil. Saran Kepada ibu hamil disarankan untuk lebih membatasi paritas serta mengatur jarak kelahiran, sehingga bisa mengurangi kejadian resiko anemia pada kehamilan Kesehatan Indonesia 2008.Diakses tanggal 18 September 2010. http://www.depkes.go.id Depkes RI., 2009. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008, Jakarta : Depkes RI Fahriansjah F. Hubungan karakteristik ibu hamil dengan kejadian anemia di Rumah Sakit Bersalin Siti Khadijah Makassar Periode Januari-Desember 2008. Skripsi.Fakultas Kedokteran: Universitas Hasanuddin Makassar; 2009. Herlina N, Djamilus F. Faktor resiko kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Bogor. Jakarta: Bppsdmk; 2006 Herlina, Nina dkk. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian KEPUSTAKAAN Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan. 2008. Profil FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA PADA IBU HAMIL Page 21 Volume 1, Maret 2015 - Anemia Pada Ibu Hamil.(http://irvantonius.blogspot.com /2010/02/faktor-faktor-yangberhubungan dengan_07.html, Diakses tanggal 12 maret 2011). Manuaba, IBG.(2007). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC Kusmiyati Y, Wahyuningsih HP, Sujiyatini. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya. 2009: 66 – 8, 99 – 122, 52, 137 – 41. Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP. Saifuddin AB, Andriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. Buku acuan nasiona lpelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Pra Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP wirohardjo. 2008 Saifudin, 2006, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal , Edisi I Cetakan Keempat, Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,2006. Sirajuddin, Saifuddin. 2012. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan Antropometri. Tarwoto, Ns dkk. (2007). Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil. Jakarta: Trans Info Media. Varney H, 2006, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Jakarta : EGC Wiknjosastro, 2005, Ilmu Kandungan Edisi ke dua Cetakan ke 4, Jakarta ; EGC Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP. WHO. Haemoglobin Concentrations For The Diagnosis Of Anemia And Assessment Of Severity. Vitamin and Mineral Nutrition Information System, 2011; WHO/NMH/MNM/11.1.2. WHO. 2008. Worldwide Prevalence Of Anaemia 1993-2005: WHO Global Database onAnaemia., Edited by Benoist Bruno de, WHO Press, Geneva, p. 7-8 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA PADA IBU HAMIL Page 22