TANGGUNGJAWAB PERAWAT TERHADAP PASIEN DALAM PELIMPAHAN KEWENANGAN DOKTER KEPADA PERAWAT Oleh : Gunawan Aineka Pembimbing 1 : Dr. Firdaus, SH., MH Pembimbing 2 : Rahmad Hendra, SH., MKn Alamat : Jalan Kartama Nomor 5, Kecamatan Marpoyan Kota Pekanbaru, Riau, Indonesia Email : [email protected] ABSTRACT Legally Indonesia has the legal regulation of health and professions related to health . Along with the development of more advanced medical world , the processes and mechanisms of health care also increased from various aspects . So that not a few who have problems or contrary to law . Based on these problems , the thesis is to formulate three formulation of the problem , namely : first , the responsibility of nurses to patients in the delegation of authority of doctors to nurses , second , the mechanism of transfer of authority of doctors to nurses , third , the extent to which medical action limits of delegated authority doctors to nurses This type of research can be classified into types of juridical empirical research , because in this study the authors conducted research literature study and discussions with academic experts and field practitioners . data sources used , the primary data , secondary data and data tertiary , technical data collectors in this study with interviews , and literature. From the research, there are three main issues that can be inferred , the first responsibility of nurses to patients in the delegation of authority of doctors to nurses is on the giver command " Article 1365 Civil Code " . Second , the mechanism of transfer of authority of doctors to nurses in writing , third , limit the authority delegated medical acts doctors to nurses located on professional ethics , professional standards and the role and functions of each profession . Suggestions author , socialization government against statutory provisions and professional health should be better again , make the Indonesian people aware of their rights and obligations in health care and affirmative action against against any violation of the law. Keywords: responsibility, delegation, medic JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015 Page 1 PENDAHULUAN mempunyai landasan hukum, dapat A. Latar Belakang dimulai dengan Pasal 1313 KUH Pada praktek keperawatan terdapat Perdata: “suatu persetujuan adalah sebuah permasalahan hukum, terutama suatu perbuatan dengan mana satu persoalan tentang bagaimana cara atau orang atau lebih mengikatkan dirinya mekanisme pelimpahan tugas atau terhadap kewenangan dokter kepada perawat. Tindakan Undang-undang praktik keperawatan perawat terhadap pasien akan menjadi atau undang-undang untuk praktik bumerang keperawatan pada tindakan tersebut merugikan pasien, dasarnya berfungsi untuk mengatur sedangkan tindakan tersebut adalah praktik keperawatan agar hak-hak sebuah masyarakat memperoleh seharusnya dilakukan oleh dokter. perawatan yang baik dapat terpenuhi. Ketika kerugian yang diderita pasien Undang-undang ini bertujuan untuk akibat tindakan tersebut berakibat fatal melindungi penggunaan kemampuan maka disinilah muncul permasalahan professional. Pasal 1 Undang-Undang hukum, khususnya di bagian hukum Nomor perdata dalam rumusan Pasal 1365 29 profesional dalam Tahun 2009 Tentang satu orang medis bagi atau yang lebih”. dilakukan perawat pelimpahan ketika tugas yang Praktik Kedokteran berbunyi “Praktik KUH kedokteran adalah rangkaian kegiatan melawan hukum yang berbunyi “ Tiap yang dilakukan oleh dokter dan dokter perbuatan yang melanggar hukum dan gigi membawa kerugian kepada orang lain, terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan”.1 Hubungan perbuatan mewajiban orang yang menimbulkan itu pasien dimulai secara keperdataan, untuk menggantikan untuk tersebut”.2 atau dokter tentang kerugian melihat antara Perdata dan mendudukkan karena kesalahannya kerugian hubungan dokter dengan pasien yang 1 Lihat pasal 1 (ayat) 1 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Kesehatan. 2 Lihat KUHPerdata Pasal 1365 JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015 Page 2 Ketika dokter melimpahkan yang bersangkutan. Pasien sendiri tanggungjawabnya kepada perawat, tidak dapat leluasa dengan rekam secara mengalihkan dalam berarti telah medis tersebut.3 Pasal 1 butir 1 tangungjawab hukum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Artinya Tentang hukum tindakan tersebut. Perlindungan Konsumen ketika pasien dirugikan akibat dari menjelaskan tentang pentingnya pelimpahan tanggungjawab tersebut, perlindungan hak-hak konsumen, perawat juga ikut menjadi korban bahwa”perlindungan konsumen adalah karena tugas dan status profesionalnya. segala upaya yang menjamin adanya Agar tidak terjadi kekeliruan antara kepastian dokter dan perawat dalam pembuktian perlindungan kepada konsumen”. hukumnya, maka di perlukan suatu pemahaman yang universal yaitu hukum Dasar untuk memberi hukum kewenangan/tugas pelimpahan dokter kepada bentuk (form) tertulis pelimpahan perawat terdapat dalam Pasal 29 ayat tugas dokter kepada perawat. Dalam (1) huruf e, dan Pasal 32 ayat (1), ayat dunia kesehatan saat ini khususnya (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat hubungan antara dokter dan perawat (6), ayat (7) Undang-Undang Nomor telah 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan. ada suatu catatan-catatan tindakan medis yang dituliskan dalam Berdasarkan latar belakang sebuah rekam medis pasien yang berisi yang telah diuraikan diatas, maka semua informasi medis tentang pasien penulis tertarik untuk melakukan termasuk penelitian didalamnya bagaimana tentang tindakan-tindakan berkaitan dengan yang pelaksanaan dilakukan terhadap pasien. Tetapi kewenangan kelemahan dari rekam medis ini adalah perawat khususnya pada rumah bahwa sakit swasta di Pekanbaru. Judul yang mengetahui dapat isi melihat rekam medis dan ini hanyalah dokter dan perawat yang berkaitan dengan rekam medis pasien pelimpahan dokter kepada 3 Hasil wawancara dengan Tri Yosna S.Kep staff bagian administrasi Puskesmas Tiakar Kota Payakumbuh. Tanggal 29 July 2014 Jam 14.20 WIB. JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015 Page 3 yang penulis penelitian angkat ini adalah “Tanggungjawab Terhadap dalam : Perawat Pasien Dalam Pelimpahan Kewenangan Dokter Kepada Perawat”. mekanisme pelimpahan kewenangan dokter kepada perawat. 3. Untuk mengetahui sejauh mana batasan tindakan medis pelimpahan kewenangan dokter B. Rumusan Masalah Berdasarkan 2. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang kepada perawat. masalah tersebut, maka penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut : D. Manfaat Penulisan Manfaat 1. Bagaimanakah tanggungjawab diharapkan penelitian dari yang penelitian ini perawat terhadap pasien dalam adalah sebagai berikut: pelimpahan kewenangan dokter 1. Untuk menambah pengetahuan kepada perawat ? 2. Bagaimana penulis, mekanisme terutama mengembangkan untuk ilmu pelimpahan kewenangan dokter pengetahuan yang telah penulis kepada perawat ? peroleh selama perkuliahan. 3. Sejauh tindakan manakah medis kewenangan batasan pelimpahan dokter kepada perawat ? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk 2. Sebagai sumbangan pemikiran penulis terhadap almamater dalam menambah khazanah Hukum Perdata berkenaan dengan yang tanggung mengetahui jawab perawat kepada pasien bagaimanakah tanggungjawab dalam pelimpahan tugas yang perawat terhadap pasien dalam diperoleh perawat dari dokter. pelimpahan kewenangan dokter kepada perawat. 3. Sebagai sumbangan pemikiran guna menjadi bahan kolektif perpustakaan Universitas Riau. JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015 Page 4 E. Kerangka Teori Dan Kerangka b. Teori Pertanggungjawaban Suatu konsep yang terkait Konseptual dengan konsep kewajiban hukum 1. Kerangka Teoritis Adapun teori-teori yang adalah konsep tanggungjawab berhubungan dengan masalah hukum yang diteliti adalah yang bertanggungjawab secara Seseorang hukum atas perbuatan tertentu a. Teori Keadilan Keadilan (liability). tujuan bahwa dia dapat dikenakan suatu hukum yang paling dicari dan sanksi dalam kasus perbuatannya paling utama dalam setiap sistem bertentangan hukum di dunia. Setiap peraturan hukum. Sanksi perundang-undangan dikenakan deliquet, karena dibentuk adalah yang bertujuan untuk atau perbuatannya 4 berlawanan sendiri mencapai keadilan. John Stuart membuat Mills bahwa bertanggungjawab. tujuan c. Teori Kewenangan keadilan berpendapat merupakan yang orang tersebut bisa Delegasi adalah7 kewenangan dipisahkan dari kemanfaatan.5 yang dialihkan dari kewenangan Mills memandang keadilan dari atribusi perspektif utilitarianisme, yaitu (institusi) pemerintahan kepada keadilan harus tunduk kepada organ lainnya sehingga delegator kemanfaatan. (organ hukum yang kemanfaatan tidak Semakin yang besar dihasilkan maka semakin adil pula suatu hukum yang diterapkan. 6 dari yang organ telah memberi kewenangan) dapat menguji kewenangan tersebut atas kewenangan pada namanya. Teori 4 Karen Lebacqz, Teori-Teori Keadilan (Terjemahan Six Theories of Justice), Nusamedia, Bandung: 1986. Hlm. 2. 5 Ibid. hlm. 23. 6 Ibid. hlm. 17. suatu hakikatnya 7 mengatur tentang Ibid. hlm. 65. JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015 Page 5 penggunaan dan pelimpahan b. Perawat termasuk menteri kewenangan, dalam keputusan kesehatan nomor kewenangan dokter dan perawat. 1239/MenKes/SK/XI/2001 Dokter adalah seseorang yang telah sebagai orang yang mengupayakan kesembuhan bagi lulus pasien memiliki baik dalam maupun di luar untuk mendiagnosa menetapkan kewenangan jenis pasien, pendidikan negeri pengobatan perawat sesuai dengan ketentuan peraturan bagi pasien, dokter juga dapat perundang-undangan melimpahkan berlaku. tugas dan yang kewenangannya kepada tenaga c. Pasien Dalam Pasal 1 Undang- kesehatan lain dalam hal ini Undang Nomor 29 Tahun 2004 adalah perawat, apabila dalam Tentang Praktik Kedokteran hal tertentu dokter tidak berada adalah di melakukan konsultasi masalah tempat sedangkan membutuhkan pasien penanganan secepatnya (emergency). Indonesia adalah sesuatu, untuk pelayanan dalam baik secara langsung maupun Bahasa tidak langsung kepada dokter keadaan dimana wajib menanggung segala kesehatannya yang kesehatan yang di perlukan a. Tanggungjawab Besar orang memperoleh 2. Kerangka Konseptual Kamus setiap atau dokter gigi. d. Kewenangan dalam Kamus sehingga Besar Bahasa Indonesia adalah menanggung, kekuasaan membuat keputusan memikul jawab, menanggung memerintah dan melimpahkan segala atau tanggungjawab kepada orang dan lain. Secara pengertian bebas, berkewajiban sesuatunya memberikan jawab menanggung akibatnya. kewenangan seorang JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015 adalah individu hak untuk Page 6 melakukan sesuatu dengan menarik hukum batas-batas tertentu dan diakui (rechtbeginselen) oleh individu lain dalam suatu dilakukan kelompok tertentu. positif tertulis maupun hukum Bahasa Indonesia yang terhadap hukum tertulis tidak tertulis.9dengan e. Delegasi dalam Kamus Besar adalah cara mengadakan identifikasi seseorang yang ditunjuk dan terlebih diutus oleh suatu perkumpulan kaidah-kaidah dalam suatu perundingan atau telah dirumuskan perundang- penyerahan atau pelimpahan undangan tertentu. Kemudian wewenang tidak menutup kemungkinan (tanggungjawab penuh). untuk terhadap hukum dilakukan yang penelitian kelapangan untuk memperkuat data penelitian. 1. Jenis Penelitian Berdasarkan dahulu langsung F. Metode Penelitian rumusan Studi kelapangan melalui masalah dan tujuan penelitian, diskusi dengan para ahli dan maka jenis penelitian yang praktisi dilapangan. digunakan oleh penulis adalah penelitian hukum yuridis normatif. Penelitian hukum yuridis normatif penelitian 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu adalah : hukum a. Bahan Hukum Primer kepustakaan.8 Data yang didapatkan Penelitian hukum yuridis 8 asas-asas dari bahan-bahan ilmu normatif ini adalah melakukan hukum yang berkaitan erat penelitian dengan permasalahan yang dengan tujuan P. Joko Subagyo, Metode penelitian Dalam Teori dan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta: 2011, hlm. 11. 9 Soerjono soekanto, pengantar penelitian hukum, universitas Indonesia, Jakarta: 1984, hlm.252. JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015 Page 7 diteliti dan wawancara dan melalui Tentang diskusi Tindakan Medis, Peraturan dengan praktisi dilapangan. Menteri b. Bahan Hukum Sekunder Adalah Persetujuan Kesehatan Republik bahan-bahan Indonesia 290/MENKES/PER/2008 hukum yang memberikan Tentang penjelasan atau membahas Tindakan Medis. lebih hal-hal yang telah yaitu: Persetujuan c. Bahan Hukum Tersier diteliti pada bahan hukum primer, No. Adalah bahan-bahan yang Undang- memberikan penjelasan terhadap Negara bahan-bahan hukum primer dan Republik Indonesia Tahun sekunder, yakni Kamus Besar 1945, Bahasa Indonesia, kamus hukum Undang Dasar Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang dan ensiklopedi. Keperawatan, 3. Teknik Undang-Undang Nomor 36 Hukum Tahun 2009 Kesehatan, Tentang Undang- Analisis Bahan Setelah diperoleh data baik data primer maupun Undang Nomor 29 Tahun sekunder, 2004 Praktik tersebut dikelompokkan sesuai Undang- dengan jenis data. Data yang Tentang Kedokteran, kemudian data Undang Nomor 44 Tahun telah 2009 Tentang Rumah Sakit, dikelompokkan akan dianalisis PP Nomor 32 Tahun 1996 secara kualitatif. Tentang Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 585/Menkes/Per/IX/1989 dikumpulkan data dan PEMBAHASAN A. Tanggungjawab Terhadap Pasien Perawat Dalam Pelimpahan Kewenangan Dokter Kepada Perawat JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015 Page 8 Seseorang yang melakukan perawat terhadap perbuatan karena melaksanakan pelimpahan perintah kepada jabatan tidak dapat dipertanggungjawabkan kerugian atau atas kesalahan yang KUHP Pasal 51 ayat (1) yang hakikinya berbunyi tanggungjawab melakukan yang menjadi dokter tugas dilaksanakan siapa dokter perawat ditimbulkan. Hal ini sesuai dengan ”barang dalam kewenangan tanggungjawab Karena pasien oleh sepenuhnya. limpah yang perawat secara tugas dan adalah dokter secara etik perbuatan untuk maupun profesi.11 Hal ini sesuai perintah jabatan dengan pasal 1367 KUHPerdata bahwa melaksanakan yang diberikan oleh penguasa yang “Seseorang berwenang, pertanggungjawaban tidak hanya atas tidak dipidana”. harus Kemudian pada ayat (2) dijelaskan kerugian bahwa “perintah jabatan tanpa tindakannya sendiri, tetapi juga atas wewenang kerugian tidak menyebabkan yang memberikan yang ditimbulkan ditimbulkan dari dari hapusnya pidana, kecuali yang tindakan orang lain yang berada diperintahkan dengan itikad baik dibawah pengawasannya. Di Indonesia mengira itu tindakan perawat dalam pemberian diberikan dengan wewenang, dan infus boleh dilakukan, namun di luar pelaksanaannya termasuk dalam negeri (Amerika Serikat) hal ini lingkungan pekerjaannya”.10 dilakukan oleh dokter. bahwa perintah B. Mekanisme Berdasarkan wawancara dengan ibu Nurul Huda, akademisi Pelimpahan Kewenangan Dokter Kepada Perawat sekaligus praktisi Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Universitas Riau, mengatakan 10 (2) bahwa tanggungjawab Lihat KUHP Pasal 51 ayat (1) dan ayat 11 Wawancara dengan NS. Nurul Huda, M.Kep. Sp.Kep.MB di PSIK Universitas Riau pada tanggal 24 November 2014 pukul. 11.00 WIB. JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015 Page 9 Mekanisme pelimpahan Mekanisme pelimpahan wewenang dapat diartikan sebagai kewenangan/pendelegasian banyak suatu tugas mengalami masalah, dimana proses kepada seseorang atau kelompok delegasi tidak terlaksana secara dalam efektif, pemberian tugas menyelesaikan tujuan ketidakefektifan atau organisasi. Konsep dasar yang kesalahan yang sering terjadi ada mendasari tiga, yaitu: efektifitas dalam pendelegasian/pelimpahan 1. Underdelegasi (pelimpahan kewenangan yaitu: (1) delegasi wewenang terlalu sedikit) bukan untuk Orang yang menerima tugas mengurangi tanggungjawab, tetapi limpah diberikan wewenang adalah sangat terbatas dan sering suatu cara tanggungjawab sistem untuk membuat menjadi lebih tidak terlalu jelas mengenai bermakna, (2) tanggungjawab dan wewenang yang harus otoritas harus didelegasikan secara dilakukan, sehingga tugas seimbang, (3) proses pelimpahan limpah dapat diselesaikan dengan baik. membuat seseorang melaksanakan tanggungjawabnya, mengembangkan yang mengembangkan 2. Overdelegasi kewenangan dilimpahkan, tersebut dan kemampuan tidak (pelimpahan wewenang terlalu berlebihan) Pemberian tugas limpah yang terlalu berlebihan akan dalam mencapai tujuan organisasi, berdampak (4) konsep memberikan dukungan waktu yang sia-sia. Hal ini harus diberikan kepada semua disebabkan anggota menciptakan memonitor pelaksanaan tugas suasana yang asertif, (5) penerima yang dilimpahkan. Dalam hal tugas limpah harus aktif.12 ini terutama sering penggunaan keterbatasan ditemukan penyalahgunaan wewenang. 12 Ibid. hlm. 59. JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015 Page 10 3. Improperdelegasi kesehatan. Di Indonesia tidak (pelimpahan wewenang yang ditetapkan secara seragam tentang isi tidak tepat) SOP rumah sakit, melainkan hanya Menurut ibu Nurul Huda diharuskan membuat sebuah SOP di pelaksanaan pelimpahan kewenangan dalam rumah sakit, sedangkan isi SOP dokter kepada perawat harus tertulis tersebut diserahkan kepada rumah dan mengacu pada ketentuan undang- sakit itu sendiri.14 undang C. Batasan keperawatan. Dalam praktiknya pelaksanaan pelimpahan tugas ini berjalan efektif dan sesuai Kewenangan diperhatikan, namun bentuk (form) tersebut tidaklah baku, terkadang pernyataan pelimpahan tugas dokter kepada perawat dibuat sendiri oleh pihak dokter maupun perawat.13 Untuk mengatur dan meminimalisir risiko tindakan medis dibawah standard oleh tenaga kesehatan, rumah sakit menetapkan sebuah Standard Operasional Procedure (SOP) yang menjadi acuan atau standar-standar tindakan yang harus dilaksanakan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan layanan 13 Wawancara dengan NS. Nurul Huda, M.Kep. Sp.Kep.MB di PSIK Universitas Riau pada tanggal 24 November 2014 pukul. 11.00 WIB. Dokter Kepada Perawat ketentuan yang berlaku. Terutama pada rumah sakit swasta hal ini sangat Pelimpahan Batasan tindakan medis dan tindakan yang tidak boleh dilakukan oleh perawat dapat dilihat dari sudut pandang bahwa: perawat hanya patuh dan taat terhadap lafal sumpah, etik dan standar profesi yang harus dilakukan oleh perawat, meliputi tindakan asuhan keperawatan dan tidak termasuk di dalamnya tindakan medis. Tindakan medis hanya dapat dilakukan oleh dokter. perawat dapat terlibat apabila melakukan hanya kolaborasi tindakan medis bersama dokter. perawat tidak dibenarkan melakukan tindakan medis secara 14 Ibid. JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015 Page 11 mandiri. Kecuali dalam keadaan dilihat berdasarkan peran dan darurat (emergency) yang mana tanggungjawab rumah sakit akibat dalam Undang-Undang No peristiwa tersebut membahayakan nyawa pasien atau 44 dapat kecacatan Rumah Sakit, hak-hak pasien terhadap pasien. Pada peristiwa dalam persetujuan tindakan inilah medis medis (informed consent), dengan dan yang terkahir adalah memperhatikan benar sebelumnya mengetahui peran, fungsi dan bahwa tidak ada dokter ditempat tanggungjawab atau pihak yang berwenang pada masing profesi dokter dan saat peristiwa darurat terjadi. perawat. Serta dapat dilihat menyebabkan dapat batasan tindakan dilanggar Tahun 2009 Tentang masing- PENUTUP dari perbandingan ciri-ciri A. Kesimpulan diagnosis 1. Tanggungjawab perawat dan diagnosis terhadap pasien dalam perbedaan perawat dan dokter. pelimpahan kewenangan dokter B. Saran kepada perawat dapat ditinjau 1. Disarankan agar dari dari ketentuan pasal 1367 pemerintah fokus KUHPerdata. mensosialisasikan undang- 2. Mekanisme pelimpahan kewenangan dokter undang keperawatan yang kepada perawat adalah tertulis, sesuai tergolong masih baru. 2. Perlunya kesadaran yang dengan amanat pasal 29 huruf e tinggi dan pasal 32 ayat (1) dan ayat pengemban (2) Tentang Keperawatan. menjunjung tinggi 3. Batasan tindakan pelimpahan medis kewenangan bagi pihak-pihak profesi, dan nilai- nilai dalam sumpah jabatan, serta kode etik profesi. dokter kepada perawat dapat JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015 Page 12 3. Kemudian perlunya Republik pengawasan yang ketat, dan Indonesia. Citra Aditya Bakti. menjalankan Bandung. sanksi terhadap pihak-pihak yang melanggar ketentuan- Hanafiah, Jusuf dan Amri Amir. 2008. ketentuan dalam rumusan Etika Kedokteran dan Hukum peraturan Kesehatan perundang- undangan dalam lingkup Edisi 4. EGC. Jakarta. kesehatan. Kelsen, Hans. 1961. General Theory of DAFTAR PUSTAKA Buku Law and State. Russel & Rusel. Asshiddiqie, Jimly. 2006. Ali Safa’at, New York. Teori Hans Kelsen tentang Hukum. Konstitusi Press. Jakarta. Kencana Wulan, Dan M. Hatsuli AMR. 2011. Pengantar Etika Keperawatan. Effendi, Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. Prestasi Pustaka Raya. Tangerang. EGC. Jakarta. Lebacqz, Karen. 1986. Teori-Teori Keadilan Fakultas Hukum Universitas Riau. 2011. PT. Pedoman (Six Theories of Justice). Nusamedia. Bandung. Penulisan Skripsi, Pekanbaru. Praptianingsih, Sri. 2006. Kedudukan Hukum Perawat dalam Upaya F.A.M. Stroink dalam Abdul Rasyid Pelayanan Thalib, 2006. Wewenang Kesehatan di Rumah Sakit. Mahkamah Raja Grafindo. Jakarta. Konstitusi dan Aplikasinya dalam Sistem Ketatanegaraan JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015 Page 13 Shidarta, 2000. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. PT Grasindo. Jakarta. Undang-Undang Tentang Lembaran Penelitian Hukum. UI Press. Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Soekanto, Soerjono. 1983. Pengantar Negara Keperawatan Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 307. Jakarta. Undang-Undang Triwibowo, Cecep, Yulia Fauziah. 2012. Malpraktik Etika Negara Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Perawat Penyelesaian Sengketa Kedokteran Lembaran Negara Melalui Republik Mediasi. Nuha Medika. Yogyakarta. Tutik, Titik Triwulan Indonesia Tahun 2004 Nomor 116. dan Shita Undang-Undang Negara Republik Febrina. 2010. Perlindungan Indonesia Nomor 8 Tahun Hukum 1999 Tentang Perlindungan Bagi Pasien. PT Prestasi Pustaka Raya. Jakarta. Konsumen Lembaran Negara Republik Tahun 1999 Nomor 42. Kamus Departemen Indonesia Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Kamus Besar Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Bahasa (KUHPerdata). Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Internet http://www.google.com/url?q=http://p Undang-Undang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 kko.fik.ui.ac.id/flies/, diakses pada tanggal 15 Juni 2014 pukul 11.25 WIB. JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015 Page 14 http://virgiyatitd.blogspot.com/2013/0 4/tanggung-jawab-dan-tanggunggugat.html?m=1, diakses pada tanggal 13 Oktober 2014 pukul 20.17 WIB. JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 1 Februari 2015 Page 15