STUDI TENTANG PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI BERDASARKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SMA SE-KOTA BANYUWANGI Selfi Ratnawati, Masjhudi, dan Sarwono Universitas Negeri Malang E-mail: [email protected] ABSTRAK: Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan tentang pengembangan program pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran biologi berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMA se-Kota Banyuwangi. Sekolah yang menjadi tempat penelitian berjumlah 8 sekolah dengan total responden 19 orang guru biologi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pengembangan program pembelajaran biologi yang dilakukan oleh guru adalah sangat baik dengan persentase 84.7% dan pelaksanaan pembelajaran biologi yang dilakukan oleh guru adalah baik dengan persentase 79.6%. Kata Kunci: program, pelaksanaan pembelajaran, biologi, KTSP, Banyuwangi Tujuan pendidikan secara nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 ayat (1), “tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan perbaikan kurikulum. BSNP (2006:4) menyatakan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. BSNP (2006:4) menyebutkan bahwa “KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, silabus dan RPP”. Pada KTSP, pengembangan silabus dan RPP didasarkan pada potensi dan kondisi daerah masing-masing sekolah. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2) menyebutkan “pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”. Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa peran guru bersifat menyeluruh pada kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, sampai evaluasi pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan tentang pengembangan program pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran biologi berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMA se-Kota 1 2 Banyuwangi. Penelitian tentang pengembangan program pembelajaran biologi yang disusun oleh guru di SMA se-Kota Banyuwangi meliputi tujuh indikator, yaitu (a) upaya guru dalam membuat perangkat pembelajaran; (b) komponen perangkat pembelajaran; (c) upaya guru dalam mengatasi kesulitan pada pembuatan perangkat pembelajaran; (d) komponen dan langkah-langkah pengembangan silabus; (e) pengembangan prota dan pengembangan promes; (f) komponen dan langkah-langkah pengembangan RPP; (g) upaya guru dalam memperoleh informasi tentang metode, pendekatan, dan model pembelajaran. Penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran biologi yang dilakukan oleh guru di SMA se-Kota Banyuwangi meliputi sebelas indikator, yaitu (a) penerapan metode, pendekatan, dan model pembelajaran; (b) kesulitan dalam penerapan metode, pendekatan, dan model pembelajaran; (c) upaya guru dalam menjadikan proses pembelajaran lebih bermakna; (d) penggunaan sumber belajar; (e) penggunaan media pembelajaran; (f) penggunaan sarana sekolah; (g) penggunaan bahan ajar; (h) pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran; (i) ciri-ciri soal dan tugas yang diberikan kepada siswa; (j) evaluasi (penilaian siswa); (k) pelaksanaan perbaikan program dan kegiatan pembelajaran. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu data yang diperoleh berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan perhitungan matematis dan bersifat deskriptif, yaitu mendeskripsikan tentang pengembangan program pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran oleh guru biologi di jenjang SMA se-Kota Banyuwangi. Metode dalam penelitian ini adalah metode survei dengan menggunakan angket penelitian dan wawancara terstruktur. Menurut Irawan (2012:1), metode survei adalah metode penelitian yang menggunakan kuisioner sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data. Kuisioner sebagai instrumen utama dalam penelitian ini berupa angket penelitian dan pedoman wawancara terstruktur yang digunakan untuk mendapatkan data tertentu yang alamiah (bukan buatan). Sumber data pada penelitian ini adalah guru biologi di SMA se-Kota Banyuwangi yang berjumlah 19 orang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Guru Tiap Sekolah dalam Penelitian No. Nama SMA/MA Jumlah Guru 1. SMA 17 Agustus 1945 Banyuwangi 1 2. SMA Katolik Hikmah Mandala Banyuwangi 2 3. SMA Miftahul Ulum Kabat Banyuwangi 1 4. SMA Muhammadiyah 1 Banyuwangi 1 5. SMA PGRI Banyuwangi 3 6. SMAN 1 Banyuwangi 3 7. SMAN 1 Giri, Banyuwangi 4 8. SMAN 1 Glagah, Banyuwangi 4 Total 19 3 Angket penelitian tentang pengembangan program pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang telah diberi skor (scoring) dapat disusun daftar skor masing-masing responden. Pengolahan data berikutnya adalah mendeskripsikan tiap deskriptor, indikator, dan variabel dalam penelitian, yaitu dengan membandingan skor yang diperoleh tiap responden dengan skor rata-rata harapan (Mh). Skor rata-rata harapan (Mh) diperoleh dengan rumus: = 2 Keterangan: Mh : skor rata-rata harapan Xrh : skor tertinggi harapan Xrt : skor terendah harapan (Ariani, 2006:19) Berdasarkan skor angket penelitian tentang pengembangan program pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran, selanjutnya dapat dihitung jumlah frekuensi responden pada masing-masing item kuisioner, persentase indikator, dan persentase deskriptor dengan rumus sebagai berikut. % = 100% Suatu distribusi normal terbagi atas enam bagian atau enam satuan deviasi standar, yaitu tiga bagian berada di sebelah kiri mean (bertanda negatif) dan tiga bagian berada di sebelah kanan (bertanda positif), sehingga nilai “ ” diperoleh dari perhitungan menggunakan rumus (Azwar, 2003:106): = 6 Keterangan: : satuan deviasi standar populasi Xrh : skor tertinggi harapan Xrt : skor terendah harapan Setelah diperoleh perhitungan kualifikasi, selanjutnya hasil perhitungan tersebut diubah ke dalam bentuk persen agar diperoleh kualifikasi yang berlaku umum untuk deskriptor, indikator, dan variabel. Setelah diperoleh hasil kualifikasi dalam bentuk persen maka dapat ditentukan kualifikasi tiap deskriptor, indikator, dan variabel berdasarkan persentasenya. Kualifikasi hasil perhitungan dengan rumus tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. 4 Tabel 2. Klasifikasi Rentangan Skor Observasi Kriteria Teoritik Skor Variabel A Mh + 1,50( ) < X 87,75 Mh + 0,50( ) < X Mh + 1,50( ) 74,25 < skor 87.75 104,5 < skor 123,5 68,75% < skor 81,25% Mh - 0,50( ) < X Mh + 0,50( ) 60,75 < skor 74,25 85,5 < skor 104,5 56,25% 68,75% < skor Mh - 1,50( ) < X Mh - 0,50( ) 47,25 < skor 60,75 66,5 < skor 43,75% 56,25% < skor X Mh – 1,50( ) Skor skor Kriteria Observasi Skor Variabel Dalam bentuk B persentase 47,25 123,5 skor Skor 81,25% < skor 85,5 66,5 Skor 43,75% Kualifikasi Sangat baik/sangat bervariasi/ sangat sesuai/ sangat memadai/ sangat paham/ tidak terhambat Baik/bervariasi/s esuai/memadai/p aham/ kurang terhambat Cukup baik/cukup bervariasi/ cukup memadai/cukup paham/cukup terhambat Kurang baik/kurang bervariasi/ kurang memadai/ kurang paham/kurang terhambat Sangat kurang baik/sangat kurang bervariasi/ sangat kurang memadai/ sangat kurang paham/sangat kurang terhambat Keterangan: Mh : skor rata-rata harapan : satuan deviasi standar populasi X : skor Variabel A: pengembangan program pembelajaran Variabel B: pelaksanaan pembelajaran HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengembangan Program Pembelajaran Pengembangan program pembelajaran dalam penelitian ini meliputi 7 indikator yaitu (a) upaya guru dalam membuat perangkat pembelajaran; (b) komponen perangkat pembelajaran; (c) upaya guru dalam mengatasi kesulitan pada pembuatan perangkat pembelajaran; (d) komponen dan langkah-langkah pengembangan silabus; (e) pengembangan prota dan pengembangan promes; (f) komponen dan langkah-langkah pengembangan RPP; (g) upaya guru dalam memperoleh informasi tentang metode, pendekatan, dan model pembelajaran. Angket penelitian pengembangan program pembelajaran yang telah diberi skor (scoring) dapat disusun daftar skor masing-masing responden. Berdasarkan skor angket penelitian tentang pengembangan program pembelajaran dapat dihitung jumlah frekuensi responden pada masing-masing item kuisioner, persentase indikator, dan persentase deskriptor. Selanjutnya berdasarkan 5 Persentase (%) perhitungan jumlah frekuensi responden, persentase deskriptor, dan persentase indikator dapat disusun grafik batang persentase masing-masing indikator pada pengembangan program pembelajaran, seperti pada Gambar 1 sebagai berikut. 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 96 77.6 1 94.5 83.5 82.8 2 3 4 5 76.7 6 81.5 7 Indikator Gambar 1. Grafik Batang Persentase Masing-Masing Indikator Pada Pengembangan Program Pembelajaran Keterangan: Indikator 1 : Upaya Guru Membuat Perangkat Pembelajaran Indikator 2 : Komponen Perangkat Pembelajaran Indikator 3 : Upaya Guru Mengatasi Kesulitan Pembuatan Perangkat Pembelajaran Indikator 4 : Komponen Dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus Indikator 5 : Pengembangan Prota Dan Promes Indikator 6 : Komponen Dan Langkah-Langkah Pengembangan RPP Indikator 7 : Upaya Guru Memperoleh Informasi Terkait Metode, Pendekatan, dan Model Pembelajaran Indikator pertama pada Gambar 1 menunjukkan upaya guru dalam membuat perangkat pembelajaran adalah bervariasi/baik dengan persentase 77.6%. Pengembangan perangkat pembelajaran dapat dilakukan guru dengan mengacu pada panduan KTSP. Jika guru merasa kurang mengerti dengan panduan KTSP, maka guru dapat mengembangkan komponen perangkat pembelajaran dengan berdiskusi bersama teman seprofesi satu sekolah atau antar sekolah, maupun berdiskusi pada forum MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa semua responden melakukan upaya dalam mengembangkan komponen perangkat pembelajaran. Berdasarkan wawancara dengan guru, dikemukakan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran dilakukan secara mandiri dan/atau berkolaborasi dengan MGMPS (Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sekolah). Menurut BSNP (2006:15), pengembangan perangkat pembelajaran dapat dilakukan oleh guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendikan. Indikator kedua pada Gambar 1 menunjukkan komponen perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru adalah sangat baik dengan persentae 96.0%. Menurut panduan KTSP (BSNP, 2006:9) perangkat pembelajaran terdiri dari kalender pendidikan, silabus, dan RPP. Sebelum melakukan pengembangan RPP, guru dapat mempersiapkan Prota dan Promes. 6 Indikator ketiga pada Gambar 1 menunjukkan upaya guru dalam mengatasi kesulitan pembuatan perangkat pembelajaran adalah bervariasi dengan persentase 82.8%. Upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah membaca buku tentang panduan pengembangan perangkat pembelajaran, diskusi dengan teman seprofesi satu sekolah atau antar sekolah, berdiskusi dengan kelompok MGMP, atau bertanya pada ahli. Indikator keempat pada Gambar 1 menunjukkan tentang komponen dan langkah-langkah pengembangan silabus dengan persentase 94.5%, yaitu kualifikasinya sangat sesuai. Pada indikator keempat ada tujuh deskriptor, yaitu komponen dalam membuat silabus; langkah-langkah pengembangan silabus; unit waktu dalam silabus; indikator kompetensi yang dikembangkan dalam silabus; penggunaan indikator kompetensi; kesulitan dalam pengembangan silabus; dan komponen yang sulit dijabarkan dalam silabus. Muslich (2007:31) menjelaskan tentang format silabus paling tidak memuat sembilan komponen, yaitu identifikasi/kolom identitas, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/alat/bahan. Menurut panduan KTSP (BSNP, 2006:16) menjelaskan bahwa langkah-langkah pengembangan silabus adalah mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar, mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran, mengembangkan kegiatan pembelajaran, merumuskan indikator pencapaian kompetensi, menentukan jenis penilaian, menentukan alokasi waktu, dan menentukan sumber belajar. Mulyasa (2010:206) menjelaskan bahwa alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar dilakukan dengan memperhatikan jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan/kedalaman materi, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingannya. Pernyataan ini juga sesuai dengan BSNP (2006:18), penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Indikator kompetensi merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur dengan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator kompetensi dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi (BSNP, 2006:17). Menurut panduan KTSP oleh BSNP (2006:17), indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. Selain itu indikator juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur ketercapaian kompetensi dan sebagai dasar dalam mengembangkan tujuan pembelajaran. Indikator keempat pada Gambar 1 tentang pengembangan Prota dan Promes yang dilakukan oleh guru memiliki persentase 83.5% dengan kualifikasi sangat sesuai. Menurut Muslich (2007:41), sebelum menyusun RPP, ada beberapa tahapan kegiatan yang harus dilakukan guru agar RPP yang disusun bisa efektif dan efisien, yaitu melakukan pemetaan kompetensi dasar per unit yang bertujuan memudahkan guru dalam melakukan pengembangan materi pembelajaran ketika menyusun RPP; melakukan analisis alokasi waktu yang bertujuan memudahkan 7 guru dalam penyebaran jam pelajaran pada setiap unit pelajaran; menyusun program tahunan dan/atau program semester yang dapat digunakan oleh guru sebagai dasar untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Indikator kelima pada Gambar 1 menunjukkan tentang komponen dan langkah-langkah pengembangan RPP memiliki persentase 76.7% dengan kualifikasi baik. Pada indikator keenam ada 14 deskriptor, yaitu komponen dalam menyusun RPP; langkah-langkah pengembangan RPP; tujuan pembelajaran dalam RPP; isi dari materi ajar yang dipersiapkan guru; metode pembelajaran yang dipersiapkan guru; langkah-langkah kegiatan pembelajaran; sumber belajar yang dipersiapkan guru; media pembelajaran yang dipersiapkan guru; kesulitan dalam mengembangkan RPP; dan komponen yang sulit dijabarkan dalam RPP. Menurut Mulyasa (2010:239), format RPP berbasis KTSP sekurangkurangnya memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Cara pengembangan RPP dalam garis besarnya dapat mengikuti langkah-langkah, yaitu mengisi kolom identitas; menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan; menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun; merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator kompetensi yang telah ditentukan; mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok/pembelajaran yang terdapat dalam silabus; menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan; merumuskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir; menentukan sumber belajar yang digunakan, menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, soal-soal, dan teknik penskoran (Mulyasa, 2010:222). Tujuan pembelajaran dalam RPP merupakan penjabaran dari standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator kompetensi yang memuat rumusan ABCD (Audience, Behaviour, Condition, Degree). Pada angket penelitian dapat diketahui bahwa isi dari materi ajar yang dipersiapkan oleh guru sudah cukup baik, yaitu isi materi ajar mengutip langsung dari buku dan disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi, namun kurang kontekstual, kurang memuat multidisiplin ilmu, dan kurang mengeksplor tentang potensi daerah. Metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah ceramah, diskusi dan tanya jawab, simulasi, penugasan lapangan, demonstrasi, dan praktikum di laboratorium. Menurut BSNP (2006:18), sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Indikator ketujuh pada Gambar 1 adalah upaya guru dalam memperoleh informasi tentang metode, pendekatan, dan model pembelajaran memiliki persentase 81.5% dan kualifikasinya tergolong sangat bervariasi. Upaya yang dilakukan guru adalah mengikuti seminar atau workshop, membaca buku panduan tentang KTSP, mengikuti diskusi kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dan mengakses dari internet. Berdasarkan perhitungan persentase indikator dapat dihitung rata-rata persentase variabel tentang pengembangan program pembelajaran. Hasil 8 perhitungan rata-rata persentase variabel tentang pengembangan program pembelajaran biologi yang disusun oleh guru di SMA se-Kota Banyuwangi diperoleh rata-rata angka 84.7% dengan kualifikasi sangat baik. Persentase (%) B. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini meliputi 11 indikator, yaitu (a) penerapan metode, pendekatan, dan model pembelajaran; (b) kesulitan dalam penerapan metode, pendekatan, dan model pembelajaran; (c) upaya guru dalam menjadikan proses pembelajaran lebih bermakna; (d) penggunaan sumber belajar; (e) penggunaan media pembelajaran; (f) penggunaan sarana sekolah; (g) penggunaan bahan ajar; (h) pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran; (i) ciriciri soal dan tugas yang diberikan kepada siswa; (j) evaluasi (penilaian siswa); (k) pelaksanaan perbaikan program dan kegiatan pembelajaran. Angket penelitian pelaksanaan pembelajaran yang telah diberi skor (scoring) dapat disusun daftar skor masing-masing responden. Berdasarkan skor angket penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran dapat dihitung jumlah frekuensi responden pada masing-masing item kuisioner, persentase indikator, dan persentase deskriptor. Selanjutnya berdasarkan perhitungan jumlah frekuensi responden, persentase deskriptor, dan persentase indikator dapat disusun grafik batang persentase masing-masing indikator pada pelaksanaan pembelajaran, seperti pada Gambar 2 sebagai berikut. 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 92.1 93.4 92.1 85.5 78.9 63.9 75.9 70.6 67.1 71.2 39.4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Indikator Gambar 2. Grafik Batang Persentase Masing-Masing Indikator Pada Pelaksanaan Pembelajaran Keterangan: Indikator 1 : Penerapan Metode, Pendekatan, Dan Model Pembelajaran Indikator 2 : Kesulitan Penerapan Metode, Pendekatan, Dan Model Pembelajaran Indikator 3 : Upaya Guru Dalam Menjadikan Proses Pembelajaran Lebih Bermakna Indikator 4 : Penggunaan Sumber Belajar Indikator 5 : Penggunaan Media Pembelajaran Indikator 6 : Penggunaan Sarana Sekolah Indikator 7 : Penggunaan Bahan Ajar Indikator 8 : Pelaksanaan Langkah-Langkah Pembelajaran Indikator 9 : Ciri-Ciri Soal Dan Tugas Yang Diberikan Kepada Siswa Indikator 10 : Evaluasi (Penilaian Siswa) Indikator 11 : Pelaksanaan Perbaikan Program Dan Kegiatan Pembelajaran 9 Indikator pertama pada Gambar 2 tentang penerapan metode, pendekatan, dan model pembelajaran oleh guru biologi di SMA se-Kota Banyuwangi menunjukkan persentase 78.9% dengan kualifikasi tergolong bervariasi/sesuai. Penerapan metode praktikum-diskusi atau demonstrasi-diskusi dikatakan sesuai dengan materi pembelajaran biologi, karena dalam proses kegiatan pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) dan menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi peserta didik dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bersikap ilmiah, dan mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup (BSNP, 2006:167). Indikator kedua pada Gambar 2 adalah kesulitan dalam penerapan metode, pendekatan, dan model pembelajaran oleh guru menunjukkan persentase 39.4%, dengan kualifikasi tergolong tidak terhambat. Berdasarkan angket penelitian, kesulitan tersebut disebabkan karena kurang menguasai metode, pendekatan, dan model pembelajaran; perbedaan kemampuan masing-masing siswa; jumlah siswa yang terlalu banyak; perbedaan kesiapan belajar siswa; dan sarana yang tersedia di sekolah kurang memadai. Indikator ketiga pada Gambar 2 adalah upaya guru dalam menjadikan proses pembelajaran lebih bermakna menunjukkan persentase 92.1% dengan kualifikasi tergolong sangat bervariasi. Upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam menjadikan proses pembelajaran lebih bermakna adalah menggunakan media pembelajaran, memaksimalkan pemanfaatan sarana sekolah, mengaitkan materi biologi dengan aspek agama, mengaitkan materi biologi dengan aspek lingkungan hidup dan potensi daerah setempat, dan meminta siswa untuk memberikan aplikasi dari materi yang dipelajari. Indikator keempat pada Gambar 2 tentang penggunaan sumber belajar oleh guru menunjukkan persentase 92.1% dengan kualifikasi tergolong sangat bervariasi. Sumber belajar yang dapat digunakan pada proses pembelajaran adalah buku paket/e-book, lingkungan sekolah, handout, buku lembar kerja siswa yang disusun oleh guru, dan pemanfaatan pelayanan internet. Selain sumber belajar tersebut, sebaiknya guru juga dapat mendatangkan narasumber langsung dalam kelas agar pembelajaran lebih berkesan dan juga menyenangkan. Indikator kelima pada Gambar 2 adalah penggunaan media pembelajaran oleh guru menunjukkan persentase 63.9% dengan kualifikasi tergolong cukup bervariasi/cukup terhambat. Media pembelajaran memiliki bermacam-macam pilihan, berdasarkan angket penelitian guru masih kurang dapat memvariasikan penggunaannya dalam proses pembelajaran. Karakteristik belajar siswa dalam satu kelas sangat beragam, hendaknya guru dapat melayani semua siswanya agar dapat belajar dengan baik, salah satunya adalah memvariasikan penggunaan media pembelajaran, yaitu media audio, media visual, dan media audio visual. Indikator keenam pada Gambar 2 menunjukkan penggunaan sarana sekolah oleh guru memiliki persentase 70.6% dengan kualifikasi tergolong memadai/paham. Namun, perlu diketahui bahwa deskriptor tentang penggunaan sarana laboratorium oleh guru kualifikasinya kurang memadai. Berdasarkan angket penelitian rendahnya kualifikasi sarana laboratorium disebabkan karena alat dan bahan dalam laboratorium yang masih kurang lengkap dan kurangnya manajemen pengelolaan laboratorium. Sedangkan sarana perpustakaan sekolah memiliki kualifikasi cukup memadai. 10 Indikator ketujuh pada Gambar 2 menunjukkan penggunaan bahan ajar oleh guru memiliki persentase 85.5% dengan kualifikasi tergolong sangat bervariasi. Bahan ajar yang digunakan oleh guru dapat diambil dari materi pada buku paket/e-book, materi hand-out, dan substansi materi yang dikembangkan dari standar kompetensi dan kompetensi dasar. Indikator kedelapan pada Gambar 2 adalah pelaksanaan langkah-langkah kegiatan pembelajaran menunjukkan persentase 75.9% dengan kualifikasi paham/sesuai. Pada indikator kedelapan ada empat deskriptor, yaitu kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, dan kegiatan akhir pembelajaran yang dilakukan guru; dan langkah-langkah pelaksanaan penilaian. Kegiatan awal pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru, yaitu mengecek kehadiran siswa, memberikan motivasi belajar kepada siswa, memberikan apersepsi, mengaitkan materi pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dipelajari, membahas ulang pengetahuan prasyarat, menyampaikan informasi awal dan/atau penjelasan tugas secara klasikal, dan penilaian awal (pretest). Menurut panduan KTSP dalam BSNP (2007:14), kegiatan pendahuluan (kegiatan awal pembelajaran) yang dapat dilakukan guru adalah menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. Kegiatan inti pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru adalah menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang harus dicapai siswa dan garis besar materi yang akan dipelajari; menyampaikan kegiatan pembelajaran yang harus ditempuh siswa dalam mempelajari materi; menghubungkan konsep biologi dengan disiplin ilmu lainnya; menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi dan sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran; dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan percobaan, bermain peran, kegiatan pemecahan masalah, atau demonstrasi. Menurut panduan KTSP dalam BSNP (2007:14), pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Kegiatan akhir pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru adalah membimbing siswa untuk menyimpulkan dari kegiatan yang telah dilaksanakan, memberikan penguatan materi, memberikan tugas/pekerjaan rumah, melakukan posttest, dan mengemukakan topik yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Menurut panduan KTSP dalam BSNP (2007:14), kegiatan akhir pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru adalah bersamasama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; merencanakan kegiatan tindak lanjut 11 dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Urutan langkah-langkah dalam melaksanakan penilaian adalah memetakan SK dan KD, menentukan indikator, menentukan teknik penilaian, dan membuat alat penilaian dan penskoran. Indikator kesembilan pada Gambar 2 menunjukkan tentang ciri-ciri soal dan tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa memiliki persentase 67.1% dengan kualifikasi tergolong cukup paham. Berdasarkan angket penelitian, ciriciri soal dan tugas yang dibuat oleh guru hanya terkait dengan materi yang telah disampaikan, kekuranganya adalah belum mengaitkan dengan disiplin ilmu lainnya dan kurang mengaitkan dengan isu sosial masyarakat dan lingkungan/potensi daerah. Indikator kesepuluh pada Gambar 2 adalah evaluasi (penilaian siswa) menunjukkan persentase 71.2% dengan kualifikasi tergolong baik. Pada indikator kesepuluh ada 11 deskriptor, yaitu aspek penilaian yang digunakan guru; bentuk dan teknik penilaian yang digunakan guru; waktu penilaian kognitif, afektif, dan psikomotor; bentuk instrumen penilaian kognitif, afektif, dan psikomotor; acuan KKM yang digunakan guru; strategi perbaikan pembelajaran yang diberikan bagi siswa yang belum tuntas belajar; dan program pengayaan yang diberikan bagi siswayang tuntas belajar lebih cepat. Aspek penilaian yang digunakan oleh guru adalah aspek pengetahuan (kognitif), aspek keterampilan (psikomotor), dan aspek sikap (afektif). Bentuk dan teknik penilaian yang dilakukan oleh guru, yaitu penilaian kinerja (performance), penilaian penugasan (project), penilaian hasil kerja (product), penilaian tes tertulis (paper and pen), dan penilaian portofolio. Berdasarkan panduan KTSP oleh BSNP (2006:17), sistem penilaian yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator kompetensi ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik. Sehingga, waktu penilaian dapat dilakukan, yaitu: pada saat proses pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir pembelajaran) setelah satu kompetensi dasar atau beberapa indikator (ulangan harian) setelah beberapa kompetensi dasar pada semester yang bersangkutan (Ujian Tengah Semester) setelah semua kompetensi dasar pada semester yang bersangkutan (Ujian Semester) setelah semua kompetensi dasar pada semester ganjil dan genap dengan penekanan pada kompetensi dasar semester genap (Ujian Akhir Semester/kenaikan kelas). Instrumen penilaian aspek kognitif yang dapat digunakan oleh guru adalah soal pilihan ganda, sebab-akibat, melengkapi (isian singkat), uraian objektif, uraian (esai), mencocokkan/menjodohkan, dan lembar observasi unjuk kerja. Instrumen penilaian aspek psikomotor yang dapat digunakan oleh guru adalah penilaian oleh teman, penilaian oleh diri sendiri, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja. Instrumen penilaian aspek afektif yang dapat digunakan oleh guru 12 adalah penilaian oleh teman, penilaian oleh diri sendiri, dan daftar cek sikap dan minat. Menurut panduan KTSP oleh BSNP (2006:11), ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator kompetensi adalah 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi, serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal. Strategi perbaikan yang dapat dilakukan oleh guru adalah bimbingan pembahasan soal dan jawaban, tes ulang dengan soal yang sama, tes ulang dengan soal yang berbeda, pembelajaran ulang (reteaching), dan pengajaran alternatif, misalnya pemberian tugas untuk menambah nilai yang kurang. Program pengayaan yang dapat dilakukan oleh guru adalah menugaskan siswa yang tuntas belajar lebih cepat untuk membantu teman yang belum tuntas belajar, tugas membaca pokok bahasan tertentu, memberi materi tambahan, mengerjakan soalsoal latihan tambahan, atau memberikan tugas individu lainnya. Indikator kesebelas pada Gambar 2 adalah pelaksanaan perbaikan program dan kegiatan pembelajaran oleh guru menunjukkan persentase 93.4% dengan kualifikasi tergolong sangat paham. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, perbaikan program dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan apabila mengalami kegagalan (tidak efektif) dalam penerapan pelaksanaan pembelajaran oleh guru adalah mengevalusi dan/atau merevisi dan/atau mengganti program, bahan, dan strategi belajar yang telah dilaksanakan. Berdasarkan perhitungan persentase indikator dapat dihitung rata-rata persentase variabel tentang pelaksanaan pembelajaran. Hasil perhitungan rata-rata persentase variabel tentang pelaksanaan pembelajaran biologi yang dilakukan oleh guru di SMA se-Kota Banyuwangi diperoleh rata-rata angka 79.6% dengan kualifikasi baik. PENUTUP A. Kesimpulan Pengembangan program pembelajaran biologi yang dilakukan oleh guru di SMA se-Kota Banyuwangi berdasarkan tujuh indikator adalah sangat baik dengan persentase 84.7%. Pelaksanaan pembelajaran biologi yang dilakukan oleh guru di SMA se-Kota Banyuwangi berdasarkan sebelas indikator adalah baik dengan persentase 79.6%. B. Saran Saran bagi guru adalah hendaknya menggunakan media pembelajaran yang bervariasi pada saat proses kegiatan belajar mengajar (KBM) dan mengoptimalkan upaya pengembangan program pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran pada proses perencanaan maupun upaya-upaya dalam mengatasi kesulitan, sehingga diharapkan pembelajaran dapat lebih baik. Saran bagi sekolah adalah menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran, khususnya kelengkapan alat dan bahan laboratorium untuk menunjang pembelajaran biologi agar lebih 13 baik. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian serupa dengan memadukan teknik pengumpulan data menggunakan angket penelitian, wawancara, dan observasi pelaksanaan pembelajaran langsung di dalam kelas. DAFTAR RUJUKAN Ariani, N.K.D. 2006. Survai Implementasi Kurikulum 2004 Dalam Kegiatan Pembelajaran Kimia Kelas X SMA Negeri Se-Kabupaten Sidoarjo. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM. Azwar, S. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. BSNP. 2007. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Irawan, P. 2012. Metode-Metode Penelitian Kuantitatif. (Online), (www.ut.ac.id//metode_metode_penelitian_kualitatif.html), diakses tanggal 22 Mei 2013. Mulyasa, E. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muslich, M. 2007. KTSP: Dasar Pemahaman Dan Pengembangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Jakarta: Sinar Grafika. (Online), (http://www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/UU20-2003Sisdiknas.pdf), diakses 20 Januari 2013.