BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seluruh rangkaian proses pembelajaran ditujukan agar siswa memiliki kemampuan menguasai keterampilan dan kompetensi tertentu. Penguasaan terhadap keterampilan dan kompetensi tersebut dinamakan dengan prestasi belajar. Kedudukan prestasi belajar sangat penting dalam pendidikan, mengingat kualitas pendidikan tergantung pada tingkat prestasi belajar siswanya. Pendidikan mengarahkan manusia hidup sebagai manusia yang memiliki budaya dan karakteristik kemanusiaan. Melalui pendidikan, seseorang dilatih dan dididik untuk melakukan serta bertindak menurut konsepsi normatif, sehingga eksistensinya bisa mengikuti jalur yang telah ditetapkan oleh Allah sebagai pencipta manusia. Sebagai umat Islam, tentunya pendidikan yang sudah disesuaikan dengan koridor keislaman adalah ilmu pendidikan Islam. Moh. Roqib menjelaskan bahwa Ilmu Pendidikan Islam adalah teoriteori kependidikan yang didasarkan pada konsep dasar Islam yang diambil dari penelaahan terhadap Al Quran, hadits, dan teori-teori keilmuan lain, yang ditelaah dan dikonstruksi secara integratif oleh intelektual ('alim) muslim untuk menjadi sebuah bangunan teori-teori kependidikan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah”.1 Konsep ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al Quran surat An Naml ayat 1 - 2 : . “Thaa Siin, (surat) ini ialah ayat-ayat Al Quran, dan (ayat-ayat) kitab yang menjelaskan, untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman. (Q.S. An-Naml : 1-2).2 1 Moh.Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat, (Yogyakarta : LKiS, 2009), hlm. 15 2 Ibid, hlm. 593 1 2 Nabi Muhammad saw. bersabda dalam Hadits diriwayatkan Imam Bukhari dari sanad Abu Hurarirah, ra. : “Dari Abu Hurairah berkata : Rasulullah saw. bersabda : Telah ku tinggalkan padamu dua perkara, kalian tidk akan tersesat sesudahnya, yakni kitabullah dan sunnah ku (Muhammad saw.)…”.(H.R. Bukhari).3 Ilmu pendidikan Islam merupakan pendidikan yang sangat penting sebagai dasar dari setiap muslim untuk mengetahui, mempelajari, dan mengamalkan konsep kependidikan berdasarkan pada sumber agama Islam dan teori-teori keilmuan lainnya yang ditelaah oleh intelektual muslim. Teori-teori keilmuan Islami tersebut menjadi sebuah landasan membangun pengetahuan kependidikan islami serta dapat dipertanggungjawabkan melalui kaedah ilmiah. Pertanggungjawaban proses pendidikan agama Islam sehari-hari dipimpin oleh seorang guru agama Islam sebagai fasilitator, memotivasi akan pentingnya mempelajari Pendidikan Agama Islam sebagai bekal kehidupan.4 Seorang guru pendidikan agama Islam dituntut selalu berkarya, memotivasi dan memberi kesan positif kepada siswa sehingga pembelajaran berlangsung menyenangkan dan terhindar dari kebosanan. Supaya hal tersebut tidak terjadi, seorang guru harus dapat menggunakan metode beragam dalam proses pembelajarannya. Sebagai landasan ilmiah pendidikan meningkatkan semangat belajar, seorang guru harus kreatif menggunakan media pembelajaran dan metode yang tepat sehingga siswa menjadi aktif pada proses pembelajaran sehingga prestasi belajar dapat tercapai dengan baik.5 3 Jalaluddin Abdur Rahman bin Abi Bakar As-Suyuthi, Al-Jami` AS-Saghir : Fi Ahaditsi Al-Basyir Wal-an-Nadzir, (Indonesia : Maktabah Darul Ihya` Al-Kutub Al-Arabiyah, t.th), hlm. 130. 4 Isjoni, Dilema Guru ketika Pengabdian Menuai Kritikan, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2007), hlm.20 5 Moh.Roqib, Op,Cit., hlm. 71 3 Berkaitan penggunaan media pembelajaran, A.Y. Soegeng menyebutkan pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian dari kebudayaan serta menjadi isi (substansi, materi) pembelajaran. Dengan demikian wajar bila ilmu pengetahuan dan teknologi juga menjadi landasan pendidikan. Pendidikan merupakan proses pewarisan (transmisi, pemindahan) dan pengembangan (transformasi) ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana tersirat dalam paparan tentang landasan kultural pendidikan, antara ilmu pengetahuan dan teknologi terdapat hubungan timbal balik. Pendidikan mentransmisi dan mentransformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, sebaliknya pendidikan mengakomodasi hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai materi pendidikan.6 Keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh guru. Tugas guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa menggunakan sarana yang memungkinkan sehingga proses interaksi komunikasi proses pembelajaran menjadi efektif. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran juga tergantung pada media pembelajaran yang dipergunakan pada saat mengajar. A.Y Soegeng juga menegaskan bahwa apabila pendidikan tidak mampu mengakomodasi perkembangan teknologi, maka mengakibatkan mutu pendidikan merosot, menjadi ketinggalan zaman.7 Media pembelajaran sangat penting untuk digunakan dan dapat dilakukan lebih mudah sebagai alat bantu proses pembelajaran mengembangkan potensi motorik, intelegensia, dan sensorik siswa.8 Media memiliki kekuatan positif dan sinergi, mampu merubah sikap dan tingkah laku mereka ke arah perubahan kreatif dan dinamis. Media bukan hanya sebagai alat bantu tetapi merupakan bagian integral dalam sistem pendidikan dan pembelajaran. Media pembelajaran tersebut digunakan sebagai sarana mengantarkan siswa supaya lebih cepat memahami materi pelajaran dari guru. Namun demikian, 6 A.Y.Soegeng Ysh, Pengembangan Kurikulum, (Semarang : IKIP PGRI Press, 2012), hlm. 24 7 Ibid. Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islam, (Jakarta : Darul Fadilah, Gema Insani, 2005), hlm.22 8 4 tetap harus disadari sepenuhnya oleh guru bersangkutan bahwa pembelajaran tidak bergantung pada sarana semata-mata. Media tersebut sifatnya hanya membantu proses pembelajaran untuk memudahkan peserta didik memahami materi pelajaran dan bukan berperan sebagai inti pembelajaran. Sesuai dengan Peraturan Mendiknas RI No.23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, maka yang termasuk standar kompetensi lulusan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yakni kompetensi siswa mengerjakan shalat fardlu (wajib) dan sunnah.9 Dengan demikian, pembelajaran, pelatihan, dan pembinaan siswa agar menguasai kemampuan dasar untuk shalat harus diperhatikan semua pengajar dan siswa sendiri. Kenyataan yang terjadi di SD Negeri Kalangsono Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang selama ini masih berbeda dengan harapan dan konsep pembelajaran tepat sesuai petunjuk. Masih banyak siswa belum menguasai cara shalat yang benar. Keadaan tersebut menjadi permasalahan tersendiri, mengingat kegiatan shalat merupakan kegiatan harian dan dilaksanakan 5 (lima) kali sehari. Dalam posisi ini, guru dituntut mencari jalan keluar agar siswa mampu lebih baik menguasai kompetensi shalat. Kondisi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Kabupaten Batang pada Tahun Pelajaran 2012/2013 penulis mengamati bahwa peroses pembelajarannya masih bersifat konvensional. Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam menerangkan materi shalat masih menggunakan metode ceramah, sehingga gurunya saja yang aktif. Siswa hanya duduk mendengarkan kalau sudah bosan bercerita dengan teman yang lain, atau sering ijin keluar dengan alas an ke belakang. Dengan model pembelajaran seperti ini siswa kurang antusias dalam belajar dan siswa kurang menguasai kompetensi psikomotorik yang sesungguhnya menjadi prioritas untuk materi shalat. Berdasarkan kondisi pembelajaran tersebut menjadikan nilai rata-rata mata pelajaran Pendidikan Agama Islam peserta didik kelas II di bawah KKM. KKM 9 Depag dan Depdiknas, Pedoman Umum Penyelenggaraan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama, (Jakarta:Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, 2009), hlm. 17 5 yang ditetapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas II SD Negeri Kalangsono Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013 ialah 7,5, tetapi kenyataannya nilai rata-rata mata pelajaran Pendidikan Agama Islam peserta didik kelas II SD Negeri Kalangsono Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013 ialah 6,7. Problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam di atas sangat penting untuk segera dipecahkan, agar tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam terkait dengan kompetensi mengerjakan shalat tercapai. Karena mata pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan pelajaran yang esensial peranan dan kedudukannya baik perkembangan kepribadian dan kompetensi mengerjakan ibadah wajib bagi peserta didik secara mikro dan bagi nama baik lembaga sekolah (SD Negeri Kalangsono Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang) maupun masyarakat sekitarnya secara makro. Terkait dengan hal tersebut di atas, perlu adanya metode dan media pembelajaran relevan dengan kegiatan shalat, dan guru dituntut juga mengajar tentang bagaimana tata cara melakukan shalat dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. Apabila guru memperhatikan penggunaan metode, media dan alat peraga maka pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya untuk bab shalat fardhu terlaksana dengan baik. Lebih baik apabila pelajaran tersebut dapat dikonkritkan menjadi pembelajaran yaitu berupa gerakangerakan dari guru ataupun dengan alat bantu lainnya yang sesuai misalnya dengan melihatkan gambar bergerak (film), karena hal ini akan lebih menarik bagi siswa dan membantu guru lebih mudah menyampaikan materi. Sebagai pemahaman bersama, pembelajaran shalat merupakan pembelajaran tindakan atau perbuatan, yang membutuhkan penyelerasan motorik siswa dengan komponen kompetensi pelaksanaan shalat. Untuk membantu memahami mata pelajaran Pendidikan Agama Islam terutama pada bab ibadah shalat fardhu, perlu adanya metode pembelajaran yang dapat atau lebih memberikan kesan terhadap siswa. Berdasarkan kondisi di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di 6 kelas II SD Negeri Kalangsono Kecamatan Banyuputih Batang melalui metode Role Playing. Metode Role Playing merupakan metode pembelajaran yang menyenangkan dan bisa melibatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran dengan cara mendramatisasikan tingkah laku hubungannya dengan masalah sosial.10 Metode Role Playing pada dunia pendidikan sering disamakan dengan metode Sosiodrama atau Bermain Peran.11 Metode Role Playing pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam mengandung fungsi dan manfaat besar disamping bersifat praktis pendidik dapat memberikan contoh perilaku yang positif pada kehidupan sosial kemasyarakatan.12 Metode Role Playing memiliki keunggulan apabila guru memahami pada situasi yang bagaimanakah sepantasnya dilakukan peragaan tentang materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dalam hal ini adalah shalat fardhu sesuai dengan syariat Islam sebagai tuntunan dalam kehidupan sosial yang dapat merangsang pemahaman, penguasaan gerakan dan bacaan shalat yang baik, dan bagaimanakah cara pelaksanaannya pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Penerapan metode role playing dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi shalat fardhu sebaiknya dipadukan dengan pembelajaran kooperatif sehingga menekankan peran aktif peserta didik dalam kelompok yang terdiri dari siswa yang heterogen baik dari lingkungan maupun tingkat kepandaian. Hal ini bertujuan melatih sikap toleransi siswa untuk mau bekerjasama dan berkomunikasi dengan teman yang berbeda latar belakang sosial, sehingga nantinya siswa akan lebih peka dalam lingkungan sosial sesungguhnya di luar sekolah. Walaupun pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam menggunakan metode role playing menuntut peran aktif peserta didik pada kelompok, namun guru harus tetap berperan dalam kelas tersebut, yaitu sebagai pemberi semangat, dorongan atau motivasi untuk belajar dan bimbingan kepada peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan pada kelompok mereka. 10 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm. 100 11 Muhammad Thohirin, Psikologi Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hlm. 87 12 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hlm. 55. 7 B. Identifikasi Masalah Berasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifkasi berbagai masalah yang muncul berkaitan dengan tema yang penulis angkat pada penelitian ini yaitu : 1. Metode pembelajaran yang diterapkan atau digunakan guru Pendidikan Agama Islam kurang bervariasi 2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas II belum direncanakan secara baik dan benar 3. Kurangnya minat guru dalam menciptakan pembelajaran yang hidup dan mendorong minat belajar Pendidikan Agama Islam siswa 4. Kurangnya minat peserta didik untuk belajar Pendidikan Agama Islam. 5. Rendahnya kesadaran untuk bekerja sama sesama siswa pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam 6. Peranan atau aktivitas belajar peserta didik yang cenderung pasif pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 7. Masih banyak peserta didik yang belum memahami pentingnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan guru. 8. Menurunnya prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 9. Perlunya memilih metode pembelajaran khusus yang dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam peserta didik. 10. Perlunya penelitian tindakan kelas sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam materi shalat fardhu menggunakan metode Role Playing di kelas II SD Negeri Kalangsono Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013 ini. C. Pembatasan Masalah Memperhatikan identifikasi masalah di atas perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian ini lebih terfokus pada tema pokok penelitian. Adapun masalah yang akan dipecahkan pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini ialah upaya guru secara sistematis untuk ”Meningkatkan hasil 8 belajar Pendidikan Agama Islam peserta didik materi shalat fardhu dengan menerapkan metode Role Playing di kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013”. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas dapat diidentifkasikan rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut : 1. Apakah melalui penerapan metode Role Playing dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi shlat fardhu di kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Batang Tahun Pelajaran 2012/2013 ? 2. Apakah melalui penerapan metode Role Playing hasil belajar siswa kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Batang Tahun Pelajaran 2012/2013 pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi shalat farhu dapat meningkat ? E. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas (PTK) ini bertujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui penerapan metode Role Playing diharapkan dapat meningkatkan keaktifan belajar Pendidikan Agama Islam materi shalat fardhu siswa kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Batang Tahun Pelajaran 2012/2013. 2. Untuk mengetahui penerapan metode Role Playing diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam materi shalat fardhu siswa kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Batang Tahun Pelajaran 2012/2013. F. Manfaat Penelitian Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Secara Teoritis a. Sebagai bahan masukan bagi pendidik, keluarga, dan pemerintah untuk dijadikan bahan analisis dalam rangka memberdayakan 9 peningkatan mutu pembelajaran melalui optimalisasi penerapan metode role playing. b. Mampu menambah khasanah keilmuan tentang pendidikan anak khususnya strategi dan peranann guru dalam meningatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa melalui metode role playing. 2. Secara Praktis a. Bagi peneliti (guru), untuk mengetahui hambatan-hambatan atau kekurangan-kekurangan penerapan metode role playing untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi shalat fardhu. b. Bagi peserta didik, agar mampu meningkatkan semangat, minat dan ghirah dalam belajar di kelas II SD Negeri Kalangsono Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang. c. Bagi Kepala Sekolah, sebagai bahan laporan atau pedoman mengambil kebijakan tentang peningkatan mutu pembelajaran melalui penerapan metode role playing untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam materi shalat fardhu peserta didik kelas II SD Negeri Kalangsono Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013. 10 G. Kajian Pustaka/Landasan Teori 1. Hasil Belajar PAI Menurut Sudjana, pengertian hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa dengan kemampuan atau potensi dirinya dalam menerima dan memahami materi yang telah diberikan kepadanya atau usaha siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.13 Hasil belajar sering disebut dengan prestasi belajar yaitu hasil yang telah dicapai anak didik dalam menerima dan memahami serta mengamalkan materi pelajaran yang diberikan oleh guru berupa materi pelajaran tertentu di lingkungan sekolah sehingga anak memiliki potensi dan bakat sesuai yang dipelajarinya sebagai bekal hidup di masa mendatang. Tulus Tu’u dikutip Nana Sudjana, menyatakan prestasi belajar ialah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.14 Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipetik pengertian bahwa prestasi belajar ialah kadar kemampuan siswa menyerap pengetahuan atau keterampilan hasil belajar sebagai hasil dari aktivitas belajar atau penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang telah dilakukannya. Adapun prestasi belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran Pendidikan Agama Islam biasanya mencakup kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motif, kesehatan, cara belajar, lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, sekolah dan sarana pendukung belajar. Tatik Widayati menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ada tiga macam, yaitu : 13 Nana Sudjana, Model-model Pembelajaran CBSA, (Bandung : Sinar Baru, 2000), hlm. 54 14 Ibid, hlm. 55. 11 1) Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa), yakni keadaan jasmani dan rohani siswa. 2) Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar siswa), yakni lingkungan dan instrumental. Faktor lingkungan berupa lingkungan alam dan lingkungan sosial. Faktor instrumental meliputi kurikulum, program dan sarana/fasilitas. 3) Faktor pendekatan belajar, yakni strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan proses pembelajarannya.15 Berdasarkan penjelasan di atas, maka prestasi belajar tidak hanya diperoleh dengan mengandalkan faktor dari dalam berupa kecerdasan, bakat, minat, dan perhatian semata-mata. Kecerdasan dan bakat merupakan suatu keadaan alamiah seorang anak yang tidak dapat dimiliki oleh semua anak, tetapi juga dipengaruhi faktor eksternal berupa lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, sekolah dan sarana pendukung belajarnya. Dengan demikian, keberadaan sarana media dan metode pembelajaran tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam peserta didik. Nana Sudjana menjelaskan mengenai kriteria keberhasilan suatu pembelajaran, yaitu : 1) Kriteria ditinjau aspek prosesnya 2) Kriteria ditinjau aspek wujud hasil belajarnya.16 Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan berhasil secara proses apabila pelaksanaannya menghasilkan situasi yang komunikatif dan interaktif antara guru dan siswanya. Guru mampu memberikan stimulan sehingga siswa dapat leluasa mengembangkan potensi dan bisa aktif kompetensinya secara mandiri, sehingga tujuan yang diharapkan tercapai secara efektif. Sedangkan ditinjau dari aspek hasil belajarnya, kriteria tersebut terlihat dari tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujuan belajar Pendidikan Agama Islam. 2. Role Playing 15 Soeryasubrata, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Gramedia 2003), hlm. 37. Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Sinar Baru Algesindo, 2009), hlm. 34 16 12 Model pembelajaran role playing merupakan teknik mengajar dengan cara guru memerintahkan kepada peserta didik untuk mendramakan atau memerankan cara tingkah laku atau perbuatan di dalam hubungan sosial agar peserta didik memahami materi yang diajarkan.17 Menurut Basyiruddin Usman, metode role playing merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan memerankan atau mempertunjukkan kepada peserta didik atau kepada kelas tentang suatu tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah-masalah sosial.18 Adapun aktivitas belajar Pendidikan Agama Islam menggunakan metode role playing ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan anak didik dengan cara memerankan sebagai tokoh hidup atau benda mati sehingga peserta didik lebih meresapi dan memahami materi pelajaran yang diajarkan. Berdasarkan pendapat para ahli bidang pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa metode role playing merupakan metode pembelajaran dengan cara memerankan atau memerankan suatu cara, atau konsep tertentu, atau perbuatan tertentu yang dilakukan oleh peserta didik agar lebih memahami, menghayati tentang proses, cara, peristiwa, ketokohan dalam hubungannya dengan masalah-masalah sosial dan merupakan materi pelajaran yang harus dikuasai peserta didik. Metode role playing merupakan metode pembelajaran yang banyak digunakan pada proses pendidikan, baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Metode role playing dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal berhubungan dengan perilaku/perbuatan/proses pada materi pelajaran. metode role playing, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.19 Penerapan metode role playing ini peserta didik dapat mengamati dan memperhatikan 17 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya : Usaha Nasional, 2002), hlm. 101. 18 M. Basyiruddin Usman, Metode Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Moyo Segoro Agung, 2003), hlm. 101. 19 Ibid, hlm. 102. 13 apa yang diperlihatkan, sehingga merangsang perhatian murid dengan praktik-praktik yang membutuhkan tanggapan peserta didik. Menurut Zuhairini, pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, tidak semua masalah agama dapat diperagakan atau didemonstrasikan, adapun metode role playing banyak dipergunakan pada bidang ibadah dan akhlak. 20 Guna meningkatan hasil belajar siswa, diperlukan metode role playing melalui serangkaian role playing untuk mengembangkan keterampilan dan penghayatan siswa terhadap materi yang baru disampaikan sehingga menuntut peserta didik menguasai keterampilan dan mepraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Secara psikologis peserta didik dituntut memiliki tanggung jawab besar menguasai materi yang dirole playingkan dalam kelas Metode role playing sangat cocok dengan pendekatan belajar CBSA (cara belajar siswa aktif) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang saat ini sedang dikembangkan di sekolah lanjutan, sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP). Penerapan metode Role Playing dimaksudkan untuk memperoleh kecakapan khusus untuk mengembangkan akhlak siswa. Adapun penerapan metode role playing bertujuan untuk : 1) Memberikan latihan keterampilan tertentu kepada siswa. 2) Memudahkan penjelasan yang diberikan agar siswa langsung mengetahui dan dapat terampil melakukannya. 3) Membantu siswa memahami suatu perbuatan secara cermat dan teliti. Metode role playing berasal dari metode pengajaran Herbart, yaitu metode asosiasi dan ulangan tanggapan yang bertujuan untuk memperkuat keterampilan kepada peserta didik. Pelaksanaannya secara mekanis sering dilakukan guru melalui role playing langsung untuk mengajarkan berbagai pengetahuan dan kecakapan, sehingga penerapan metode role playing ini keaktifan biasanya lebih banyak pada peserta didik. Di samping tujuan tersebut di atas, JJ. Hasibuan, dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan 20 Zuhairini, Op. Cit. hlm. 17. 14 dari metode role playing. Metode ini dilakukan dengan tujuan untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti : 1) 2) 3) 4) 5) Bagaimana proses mengerjakannya. Bagaimana ketentuannya Bagaimana cara mengaturnya Bagaimana proses bekerjanya Bagaimana cara menirukannya. 21 Berpijak pendapat beberapa ahli yang menguraikan tujuan penerapan metode role playing pada sistem pembelajaran dapat disimpulkan bahwa metode role playing ini sangat cocok dan memudahkan siswa memahami materi, membentuk konsep/pengetahuan, dan membiasakan keterampilan motorik. Berkaitan dengan tujuan penelitian ini yakni mengembangkan akhlakul karimah siswa, metode role playing ini sangat cocok diterapkan. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode role playing, antara lain : 1) Role playing merupakan metode yang tidak wajar bila alat atau benda yang dirole playingkan tidak dapat diamati dengan jelas. 2) Role playing tidak efektif bila tidak diikuti kegiatan yang tidak memungkinkan siswa ikut mencoba, yang merupakan pengalaman yang berharga bagi siswa. 3) Kadang-kadang suatu role playing menjadi kurang bermakna bila tidak dilakukan ditempat sederhana.22 Menurut Zuhairini, metode role playing tepat digunakan untuk mengembangkan keterampilan motorik siswa seperti mengembangkan akhlakul karimah siswa apabila memperhatikan prinsip-prinsip penerapan metojde role playing, yaitu : 1) Metode role playing hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis dan urgen di masyarakat. 2) Hendaknya pendramatisasian diarahkan agar siswa dapat memperoleh pengertian yang lebih jelas, pembentukan sikap serta kecakapan praktis.. 21 22 JJ. Hasibuan, Metode Pengajaran,(Jakarta : Gunung Mulia, 2000), hlm. 29 Ibid, hlm. 27 15 3) Hendaknya diusahakan agar semua siswa dapat memerankan metode role playing (pengaturan ruang dan tempat duduk harus kondusif dan semua siswa dalam satu kelas dapat memerankan perbuatan atau kejadian yang ada di masyarakat). 4) Sebagai pendahuluan, berilah pengertian sejelas-jelasnya landasan teori dari apa yang akan dramatisasikan, apakah dari cerita ketokohan, peristiwa di masyarakat, atau untuk membentuk prinsip dalam kehidupan.23 Kelebihan metode role playing dalam proses pembelajaran PAI yaitu : 1) Metode role playing ini peserta didik dapat menghayati dengan sepenuh hatinya mengenai pelajaran yang diberikan 2) Memberi pengalaman praktis yang dapat membentuk perasaan dan kemauan anak 3) Perhatian dan pengahyatan siswa akan terpusat kepada apa yang didramatisasikan 4) Dengan metode role playing ini sekaligus masalah-masalah yang mungkin timbul dalam hati siswa dapat langsung terjawab 5) Akan mengurangi kesalahan dalam mengambil simpulan, karena siswa mengalami langsung terhadap suatu proses atau perbuatan tertentu.24 Kelemahan metode Role Playing diterapkan dalam pembelajaran PAI yaitu : 1) Metode role playing pada pelaksanaannya biasanya memerlukan waktu yang banyak 2) Apabila sarana prasarana atau media pembelajaran kurang memadai serta tidak sesuai dengan kebutuhan, maka metode role playing ini tidak efektif. 3) Metode role playing ini sukar dilaksanakan apabila siswa belum matang untuk melaksanakan praktik. 4) Banyak hal-hal yang tidak dapat diperagakan dalam kelas. 25 Adapun strategi yang digunakan model pembelajaran role playing dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada penelitian ini adalah strategi critical video. Strategi critical video merupakan suatu upaya pemberdayaan peralatan video untuk mencapai tujuan belajar secara efektif dan efisien. Seorang filsuf China Konfusius mengatakan, “Apa yang saya dengar saya akan lupa, apa yang saya lihat saya ingat dan apa yang saya lakukan 23 Zuhairini, Op. Cit, hlm. 26 Ibid, hlm. 95 25 Ibid. 24 16 saya faham”.26 Siswa berperan menggunakan perangkat atau media, sedangkan guru sebagai pemandu, pengarah dan pemberi fasilitas belajar. Melalui sikap merespon terhadap hasil menggunakan media belajar tersebut, siswa mampu untuk mempelajari sebuah materi kurikulum tertentu yang sebelumnya sudah disusun oleh guru. 27 Strategi critical video ini merupakan bagian dari integralitas metode audio visual bergerak, memungkinkan siswa untuk meniru apa seharusnya dilakukan sesuai dengan tayangan video.28 G. Kerangka Berpikir Kualitas proses pembelajaran dapat diketahui melalui hasil prestasi belajarnya. Media peraga diperlukan untuk membantu mendukung upaya pencapaian optimal dan maksimal prestasi belajar tersebut. Dalam pendidikan Agama Islam ada materi shalat fardhu, yang mana materi tersebut merupakan kegiatan praktik. Kegiatan praktik akan semakin mudah difahami oleh siswa dengan menggunakan media peraga pembelajaran. Dan salah satu strategi untuk memanfaatkan media peraga tersebut ialah melalui model pembelajaran Role Playing menggunanakan strategi Critical Video. Ada dua pembahasan utama di sini yaitu upaya peningkatan prestasi belajar pendidikan agama Islam dengan pengembangan metode yang ada dan metode belajar melalui model pembelajaran role playing dengan menggunakan strategi Critical Video ibadah shalat fardhu. Penelitian menjelaskan bagaimana prestasi belajar pendidikan agama Islam dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran role playing dengan menggunakan strategi Critical Video ibadah shalat fardhu. H. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah jawaban yang sifatnya sementara terhadap rumusan penelitian yang belum pasti kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga akan 26 Sri Joko Yunanto, Sumber Belajar Anak Cerdas; Bagaimana Menggunakan Sumber Belajar dari Lingkungan Sekitar?, (Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004), hlm.2 27 Gulo, W., Strategi Belajar Mengajar (CB). (Jakarta : Gramedia, 2008), hlm. 9 28 Melvin L. Siberman, Active Learning, 101 Cara Pembelajaran Aktif, (Bandung : Sinar Baru Algesindo¸2007), hlm. 27 17 dapat memecahkan masalah yang akan diatasi dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas. 29 Hipotesis pada penelitian ini ialah sebagai berikut : “Model pembelajaran Role Playing dengan strategi critical video shalat fardhu dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas 2 di SD Negeri Kalangsono Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013” J. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian yang penulis lakukan merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dikenal dengan Classroom Action Research (CAR). Pendekatan Tindakan Kelas menunjukkan bahwa kegiatan penelitian ini dilakukan di dalam kelas. Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metode tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Tindakan menunjukkan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Kelas dalam hal ini tidak terikat dengan pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, yaitu sekelompok siswa dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.30 Berdasarkan konsep di atas penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi melalui sebuah tindakan dalam kelas secara bersama.31 Adapun penelitian ini membahasa Meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Batang Tahun Pelajaran 2012/2013 menggunakan metode Role Playing. 2. Objek dan Variabel Penelitian 29 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), hlm. 30 Ibid, hlm. 3 Ibid. 65 31 18 a. Objek Penelitian Objek penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Batang Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 23 orang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. b. Variabel/Faktor yang diselidiki Variabel yang diselidiki dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah tentang meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013. 3. Rencana Penelitian Penelitian ini direncanakan dalam 3 Siklus, setiap siklus terdiri atas 4 tahap yaitu : perencanaan (planning), penerapan atau tindakan (action), pengamatan (observation), dan evaluasi (reflection). Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri 2 tahap sebagai berikut : a. Persiapan Penelitian Pada tahap persiapan ini yang akan dilakukan peneliti sebagai berikut : 1) Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasikan masalah melalui perbincangan dengan guru serta memantau kegiatan belajar mengajar peserta didik. 2) Bersama guru bidang studi berkolaborsi menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk menentukan aktivitas yang perlu dibenahi dan ditingkatkan. 3) Pemecahan masalah, yaitu dengan menerapkan metode role playing. Membuat skenario pembelajaran dengan menyusun rencana pembelajaran, menyiapkan media, dan membuat tes dan evaluasi untuk siswa 4) Menyiapakan perangkat pembelajaran. 5) Membuat lembar observasi meliputi lembar penilaian untuk menilai performance guru dalam pengajaran, lembar penilaian untuk menilai 19 keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran di kelas II SD Negeri Kalangsono Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013. b. Rancangan Penelitian Penelitian ini sebagai sebuah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dengan tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam setiap siklus sebagai berikut : 1) Perencanaan (Planning) Tahap perencanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang dilakukan guru atau peneliti meliputi ; menyusun rencana pembelajaran, menyiapkan bahan pengajaran yang akan diberikan kepada siswa, menyiapkan media yang akan digunakan, menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, menyiapkan angket siswa, dan menyiapkan soal tes dan evaluasi. 2) Pelaksanaan Tindakan (acting) Pelaksanaan penelitian tindakan merupakan suatu kegiatan yang pelaksanaannya menurut rencana pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam penelitian ini bentuk tindakan yang dilakukan untuk tiap siklusnya hampir sama, dimana tiap pelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan tahap–tahap metode pembelajaran sosiodrma. 3) Pengamatan (Observing) Kegiatan ini observer mengobservasi pelaksanaan tindakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh yang ditimbulkan metode pembelajaran role playing dalam meningkatkan sikap toleransi siswa yang dapat dilihat melalui kondisi atau keaktifan dan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran dan nilai-nilai yang diperoleh siswa. Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil pelaksanaan tindakan kelas yang meliputi data tes dan non tes. Data tes berupa hasil tes evaluasi siswa, dan data 20 perolehan skor siswa dalam tes. Data non tes berupa hasil pedoman observasi, hasil wawancara dan dokumentasi foto, serta angket. 4) Refleksi (reflecting) Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya untuk mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang telah terjadi pada tahap tindakan. Dalam hal ini, peneliti melakukan analisis terhadap hasil tes dan nontes yang berupa hasil tes evaluasi, hasil perolehan skor tes siswa, hasil observasi, dokumentasi, dan hasil wawancara yang telah dilakukan. Refleksi ini memberikan gambaran kekurangan atau kelemahan pada siklus I sehingga nantinya dapat dicari pemecahannya dan mempertahankan atau meningkatkan kelebihan yang terdapat dalam siklus I. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat melakukan revisi terhadap rencana kegiatan pada siklus II. 4. Siklus Penelitian Rancangan pelaksanaan penelitian penulis deskripsikan mulai dari siklus I sampai siklus II. Diskripsi Siklus I Pada pelaksanaan siklus I ini terdiri dari empat tahapan yaitu : a. Perencanaan Tahap perencanaan meliputi : 1) Menentukan waktu pelaksanaan siklus I. 2) Menyusun indikator yang akan dicapai setelah pembelajaran. 3) Membuat instrumen penelitian yaitu: a) lembar observasi untuk mengumpulkan data tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran. Lembar observasi digunakan sebagai instrumen karena hasil belajar dicapai jika siswa benar-benar mengikuti proses pembelajaran. b) Tes formatif sebagai alat pengukur hasil belajar siswa. 4) Menyiapkan alat pembelajaran 21 5) Membuat skenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan tindakan di kelas. b. Tindakan 1) Pra Pembelajaran Sebelum pembelajaran dimulai, tempat duduk ditata sesuai kebutuhan 2) Kegiatan awal (5 menit menit ) a) Guru mengucapkan salam b) Guru bersama siswa membaca doa belajar 3) Kegiatan Inti (75 menit) a) Guru menyampaikan hasil yang akan dicapai setelah pembelajaran kepada siswa b) Guru membagi kelas menjadi tiga kelompok c) Guru meminta siswa untuk bergabung/berkumpul sesuai dengan kelompoknya d) Guru membagi pembelajaran dalam tiga kelompok, dengan materi menyesuaikan kebutuhan. e) Kemudian guru mempresentasikan semua materi kepada peserta didik (masing-masing kelompok mendengarkan) f) Guru bersama siswa membagi masing-masing peran per orang sesuai materi yang akan didramatisasikan. g) Pembelajaran pertama yaitu guru meminta kelompok I memerankan materi. Guru mempersilahkan keompok I memerankan materi yang telah dipilih. Selanjutnya kelompok II, dan kelompok III. h) Guru mengamati sekaligus memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa dalam memerankan masing-masing peran. Setelah pemeranan selesai, jumlah nilai yang ditulis di papan tulis oleh guru dijumlah untuk mengetahui perolehan nilai sementara. i) Setelah semua kelompok selesai dilanjutkan dengan diskusi singkat untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang baru saja selesai. j) Metode pembelajaran menggunakan role playing telah selesai. 22 k) Guru menyimpulkan pembelajaran pada kegiatan menggunakan metode role playing hari ini dan menyampaikan beberapa materi yang belum dikuasai siswa Kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih. 4) Kegiatan Akhir (15 menit) a) Guru membagikan soal-soal evaluasi b) Guru menutup pembelajaran dengan salam. c. Obervasi Pada tahap observasi dikumpulkan data melalui lembar observasi dan tes formatif. Pada saat tindakan berlangsung, hal yang perlu dilaksanakan adalah : 1) Guru mengajak teman sejawat mengamati jalannya kegiatan pembelajaran menggunakan metode role playing. 2) Pengamatan terhadap pembentukan kelompok. 3) Pengamatan terhadap pemeranan 4) Pengamatan terhadap keaktifan siswa. 5) Pengamatan terhadap penguasaan materi. 6) Penggunaan waktu yang direncanakan. 7) Pengamatan terhadap kerja sama kelompok 8) Pengamatan terhadap peran tutor sebaya. 9) Membuat presentasi sikap toleransi siswa. d. Refleksi Dari penemuan beberapa hambatan di atas dijadikan bahan refleksi diri untuk perbaikan rencana pada siklus selanjutnya. Refleksi ini meliputi : 1) Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat simpulan sementara berkaitan dengan proses pembelajaran pada siklus I. 2) Mengevaluasi hambatan-hambatan yang muncul sebagai bahan diskusi. 23 3) Mendiskusikan hasil analisis tersebut untuk perbaikan yang akan diterapkan pada proses pembelajaran siklus II. Siklus II Tahapan kegiatan pembelajaran siswa kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Batang pada siklus II ini pada dasarnya sama dengan kegiatan pembelajaran pada siklus I dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus I: Pada pelaksanaan siklus I ini terdiri dari empat tahapan yaitu : a. Perencanaan Tahap perencanaan meliputi : 1) Menentukan waktu pelaksanaan siklus II. 2) Menyusun indikator yang akan dicapai setelah pembelajaran. 3) Membuat instrumen penelitian yaitu: a) lembar observasi untuk mengumpulkan data tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran. Lembar observasi digunakan sebagai instrumen karena hasil belajar dicapai jika siswa benar-benar mengikuti proses pembelajaran. b) Tes formatif sebagai alat pengukur hasil belajar siswa. 4) Menyiapkan alat pembelajaran 5) Membuat skenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan tindakan di kelas. b. Tindakan 1) Pra Pembelajaran Sebelum pembelajaran dimulai di Kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Batang, tempat duduk/pembelajaran ditata sesuai kebutuhan a) Kegiatan awal (5 menit menit ) b) Guru mengucapkan salam c) Guru bersama siswa membaca doa belajar 2) Kegiatan Inti (75 menit) 24 a) Guru menyampaikan hasil yang akan dicapai setelah pembelajaran kepada siswa b) Guru membagi kelas menjadi tiga kelompok c) Guru meminta siswa untuk bergabung/berkumpul sesuai dengan kelompoknya d) Guru membagi pembelajaran dalam tiga kelompok, dengan materi menyesuaikan kebutuhan. e) Kemudian guru mempresentasikan semua materi kepada peserta didik (masing-masing kelompok mendengarkan) f) Guru bersama siswa membagi masing-masing peran per orang sesuai materi yang akan didramatisasikan. g) Pembelajaran pertama yaitu guru meminta kelompok I memerankan materi. Guru mempersilahkan keompok I memerankan materi yang telah dipilih. Selanjutnya kelompok II, dan kelompok III. h) Guru mengamati sekaligus memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa dalam memerankan masing-masing peran. Setelah pemeranan selesai, jumlah nilai yang ditulis di papan tulis oleh guru dijumlah untuk mengetahui perolehan nilai sementara. i) Setelah semua kelompok selesai dilanjutkan dengan diskusi singkat untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang baru saja selesai. j) Metode pembelajaran menggunakan role playing telah selesai. k) Guru menyimpulkan pembelajaran pada kegiatan menggunakan metode role playing hari ini dan menyampaikan beberapa materi yang belum dikuasai siswa Kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Batang Tahun Pelajaran 2012/2013. 4) Kegiatan Akhir (15 menit) a) Guru membagikan soal-soal evaluasi b) Guru menutup pembelajaran dengan salam c. Obervasi 25 Pada tahap observasi dikumpulkan data melalui lembar observasi dan tes formatif. Pada saat tindakan berlangsung, hal yang perlu dilaksanakan adalah : 1) Guru mengajak teman sejawat mengamati jalannya kegiatan pembelajaran menggunakan metode role playing. 2) Pengamatan terhadap pembentukan kelompok. 3) Pengamatan terhadap pemeranan 4) Pengamatan terhadap keaktifan siswa. 5) Pengamatan terhadap penguasaan materi. 6) Penggunaan waktu yang direncanakan. 7) Pengamatan terhadap kerja sama kelompok 8) Pengamatan terhadap peran tutor sebaya. 9) Membuat presentasi sikap toleransi siswa. e. Refleksi Dari penemuan beberapa hambatan di atas dijadikan bahan refleksi diri untuk perbaikan rencana pada siklus selanjutnya. Refleksi ini meliputi : 1) Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat simpulan sementara berkaitan dengan proses pembelajaran pada siklus I. 2) Mengevaluasi hambatan-hambatan yang muncul sebagai bahan diskusi. 3) Mendiskusikan hasil analisis tersebut sebagai bahan menyusun laporan penelitian. Berdasarkan deskripsi rencana langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di atas akan dilaksanakan melalui proses berdaur yang terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu perencanaan penelitian, melakukan tindakan, observasi dan melakukan refleksi. Setelah satu siklus selesai, guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan, dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama seperti pada siklus pertama. Apabila pada siklus yang kedua indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas telah memenuhi target, maka siklus penelitian dihentikan, dan penelitian tindakan 26 kelas dianggap berhasil. Adapun rangkaian dalam penelitian tindakan kelas pada penelitian di kelas II SD Negeri Kalangsono Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013 ini dapat digambarkan dalam matriks berikut ini : Identifikasi Masalah Perencanaan SIKLUS I Evaluasi dgn Tanya Jawab Aksi Refleksi Observasi Perencanaan Ulang Refleksi SIKLUS II Observasi Aksi Evaluasi dgn Soal Essay Gambar 1 Matriks Spiral Tindakan Kelas.32 K. Sumber Data dan Hasil Tes 32 Zaenal Aqib, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Gramedia Pustaka Jaya, 2007), hlm. 85. 27 Sumber data yang digunakan pada penelitian ini ialah sumber primer dan sumber skunder. 1. Sumber Data Primer Sumber data primer ialah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian menggunakan alat pengukuran atau alat pengumpulan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. 33 Data primer penelitian ini adalah subjek penelitian yaitu siswa kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013 yang diperoleh melalui pengamatan dan refleksi oleh Tim peneliti atau kolaborator dan hasil tes/ulangan. 2. Sumber Data Skunder Sumber skunder ialah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh penelitian dari subjek penelitian sumber skunder ialah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh penelitian dari subjek penelitian.34 Data skunder pada penelitian ini berupa, papan monografi, literatur, notulen rapat, daftar hadir atau buku tamu, komputer, arsip, buletin, bahan bacaan, perpustakaan sekolah, majalah, OHP, HP, dan lain-lain. Data skunder ini bersifat mendukung terhadap data primer yang berasal dari siswa kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013. Adapun jenis data yang digunakan pada penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif mencakup : a. Hasil pengamatan dari teman sejawat atau kolaborator b. Penilaian kerja kelompok c. Hasil pemeranan d. Angket Keaktifan siswa e. RPP proses belajar mengajar f. Lembar observasi berupa kegiatan siswa dan guru. 33 34 Saefuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Semarang : Aneka Ilmu, 2008), hlm. 91 Ibid, hlm. 91 28 J. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini meliputi : 1. Metode Tes Metode yang digunakan dengan cara mengujikan soal evaluasi yang berjumlah 5-10 soal uraian yang telah disesuaikan dengan indikator materi. Untuk memperoleh data tes dilakukan sebanyak dua kali pada setiap akhir siklus I dan akhir siklus II. Tes diberikan kepada seluruh siswa kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013 secara individu. Setelah tes pada akhir siklus I dilaksanakan, peneliti kemudian menganalisi hasil tes tersebut sehingga diketahui kelemahan-kelamahan yang dialami oleh siswa. Selanjutnya siswa diberi pembekalan lebih lanjut untuk mengahadapi tes pada siklus II. Target tingkat keberhasilan mencapai prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa adalah apabila siswa dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan sebelumnya yaitu dapat mencapai 66. 2. Metode Observasi Metode observasi yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki. Metode observasi atau pengamatan langsung pada penelitian tindakan ini penulis gunakan untuk menyelidiki penerapan model Role Playing guna meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas II SD Negeri Kalangsono Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013. 3. Metode Wawancara/Intervieu Metode wawancara/intervieu yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis berlandaskan pada tujuan penelitian. Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh gambaran atau melengkapi data yang tidak diperoleh dari metode yang lain, sekaligus sebagai triangulasi data pada penelitian ini. 29 Metode wawancara ini digunakan kepada : 1). Kepala SD Negeri Kalangsono, untuk memohon ijin penelitian dan penggalian data proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Kalangsono; 2). Siswa, untuk mengetahui daya serap siswa pada proses pembelajaran, dan mengetahui kompetensi materi Pendidikan Agama Islam siswa. 4. Metode Angket Angket yaitu teknik pengumpulan data dengan menyusun sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Teknik angket ini penulis gunakan untuk mengetahui motivasi dan daya serap serta kompetensi siswa terhadap tindakan yang diberikan guru pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013. M. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini meliputi : 1. Teknik Kuantitatif Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengukur prestasi belajar atau hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes evaluasi yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Apakah dengan dipergunakannya metode Role Playing dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas II SD Negeri Kalangsono. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai masing-masing siswa adalah: Keterangan : S = Nilai yang dicari R = Jumlah skor yang dijawab N = Skor maksimum. Hasil perhitungan nilai tes tersebut dari tes siklus I dan siklus II dibandingkan sehingga diketahui peningkatan prestasi belajar mata 30 pelajaran Pendidikan Agama Islam peserta didik atau siswa dengan menggunakan model pembelajaran role playing dengan menerapkan strategi critical video shalat. 2. Teknik Kualitatif Analisis data kualitatif dipergunakan untuk mengetahui bagaimana motivasi siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam menggunakan model pembelajaran role playing, dan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa. Data kualitatif yang diambil antara lain : a. Lembar Observasi kinerja guru Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui dan memperoleh data tentang kegiatan guru pada saat menerapkan metode role playing pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013. Data diambil sekali dalam setiap siklus sehingga diperoleh gambaran perubahan kegiatan guru. Data tentang kinerja guru dengan cara mencheklist (√) indikator yang telah dilakukan oleh guru dalam pembelajaran. b. Lembar observasi keaktifan siswa Lembar observasi keaktifan siswa digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa kelas kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Kabupaten Batang dalam kegiatan pembelajaran PAI menggunakan model role playing. Analisis data keaktifan siswa yaitu dengan menghitung rata-rata keaktifan siswa dalam setiap pembelajaran. Kriteria keaktifan siswa 75 % dari seluruh siswa memperoleh nilai keaktifan ≥ 66 atau siswa yang aktif meningkat. . c. Lembar angket tanggapan/motivasi siswa Data tanggapan siswa ini dianalisis dengan menentukan presentase setiap pertanyaan untuk mengetahui tanggapan siswa 31 sebagai pencerminan ketertarikan dan motivasi siswa kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Batang Tahun Pelajaran 2012/2013 terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui model pembelajaran role playing. Menurut Sudjana rumus presentasenya adalah : P= F x 100% N Keterangan : P = Presentase F = Banyaknya responden memilih jawaban ya N = Banyaknya yang responden yang menjawab kuesioner.35 N. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas tentang upaya meningkatankan prestasi belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam menggunakan model pembelajaran role playing di kelas kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013 ini sebagai berikut : 1. Secara individual mencapai nilai yang ditetapkan dalam KKM minimal 66, dan secara klasikal minimal 75 % dari seluruh peserta didik kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013 yang telah mencapai ketuntasan. 2. Prestasi belajar siswa terhadap pembelajaran bidang studi Pendidikan Agama Islam secara umum bisa meningkat setelah diterapkannya model pembelajaran role playing di kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013. O. Sistematika Pembahasan Sistematika penulisan skripsi ini disusun sebagai berikut : 1. Bagian Muka, pada bagian ini memuat judul, deklarasi, pengesahan, nota pembimbing, abstrak, transliterasi, kata pengantar, dan daftar isi. 35 Nana Sudjana, Op. Cit., hlm. 26 32 2. Bagian Isi Skripsi, yang merupakan materi skripsi secara keseluruhan terdiri lima bab dengan uraian sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan memuat latar belakang, dilanjutkan penegasan istilah, perumusan masalah berkaitan ruang lingkup kajian, selanjutnya tujuan dan manfaat penelitian. BAB II : Membahas tentang : A. Landasan teori tentang Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam, Model Pembelajaran Role Playing; B. Hasil penelitian yang relevan; C. Kerangka berpikir, dan D. Hipotesis tindakan. BAB III : Membahas Metode Penelitian, pada bab ini membahas jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, pelaksana dan kolaborator, rancangan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan indikator pencapaian. BAB IV : Membahas Hasil Penelitian dan Pembahasan tentang Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam melalui Model Pembelajaran Role Playing Siswa Kelas II SD Negeri Kalangsono Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013, pembahasannya mencakup A. Hasil Penelitian mencakup ; 1. Deskripsi pra obeservasi; 2. Pelaksanaan tindakan siklus I; dan 3. Pelaksanaan tindakan siklus II. B. Pembahasan Hasil Penelitian. BAB V : Penutup yang meliputi simpulan dari keseluruhan pembahasan dalam skripsi, saran-saran dari penulis kaitannya dengan hasil penelitian pada penelitian ini, dan terakhir kata penutup. 3. Bagian akhir skripsi berisi daftar kepustakaan, daftar tabel, dan daftar gambar. Pada bagian akhir skripsi, disertakan beberapa lampiran-lampiran. Akhirnya keseluruhan skripsi ditutup dengan daftar riwayat pendidikan penulis. DAFTAR PUSTAKA Arikunto. Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2007 Azwar. Saefuddin, Metodologi Penelitian, Semarang : Aneka Ilmu, 2008 33 Depag, Pedoman Umum Penyelenggaraan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah , 2009 Djamarah. Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2002 Gulo, W., Strategi Belajar Mengajar CB. Jakarta : Gramedia, 2008 Hasibuan. JJ., Metode Pengajaran,Jakarta : Gunung Mulia, 2000 Isjoni, Dilema Guru ketika Pengabdian Menuai Kritikan, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2007 M. Awwad. Jaudah, Mendidik Anak Secara Islam, Jakarta : Gema Insani, 2005 Roqib. Moh., Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat, Yogyakarta : LKiS, 2009 Siberman. Melvin L., Active Learning, 101 Cara Pembelajaran Aktif, Bandung : Sinar Baru Algesindo¸ 2007 Soegeng Ysh, A.Y., Pengembangan Kurikulum, Semarang : IKIP PGRI Press, 2012 Soeryasubrata, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Gramedia 2003 Sudjana. Nana, Model-model Pembelajaran CBSA, Bandung : Sinar Baru, 2000 ____________, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru, 2009 Thohirin, Psikologi Pembelajaran, Jakarta Rineka Cipta, 2006 87 Usman. M. Basyiruddin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Jakarta : Moyo Segoro Agung, 2003 Yunanto. Sri Joko, Sumber Belajar Anak Cerdas; Bagaimana Menggunakan Sumber Belajar dari Lingkungan Sekitar?, Jakarta : Gramedia, 2004 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Surabaya : Usaha Nasional, 2002.