Page 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seluruh rangkaian proses pembelajaran ditujukan
agar siswa
memiliki kemampuan menguasai keterampilan dan kompetensi tertentu.
Penguasaan terhadap keterampilan dan kompetensi tersebut dinamakan
dengan prestasi belajar. Kedudukan prestasi belajar sangat penting dalam
pendidikan, mengingat kualitas pendidikan tergantung pada tingkat prestasi
belajar siswanya.
Pendidikan mengarahkan manusia hidup sebagai manusia yang
memiliki budaya dan karakteristik kemanusiaan. Melalui pendidikan,
seseorang dilatih dan dididik untuk melakukan serta bertindak menurut
konsepsi normatif, sehingga eksistensinya bisa mengikuti jalur yang telah
ditetapkan oleh Allah sebagai pencipta manusia. Sebagai umat Islam,
tentunya pendidikan yang sudah disesuaikan dengan koridor keislaman
adalah ilmu pendidikan Islam.
Moh. Roqib menjelaskan bahwa Ilmu Pendidikan Islam adalah teoriteori kependidikan yang didasarkan pada konsep dasar Islam yang diambil
dari penelaahan terhadap Al Quran, hadits, dan teori-teori keilmuan lain, yang
ditelaah dan dikonstruksi secara integratif oleh intelektual ('alim) muslim
untuk menjadi sebuah bangunan teori-teori kependidikan yang bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah”.1 Konsep ini dijelaskan oleh Allah
SWT dalam Al Quran surat An Naml ayat 1 - 2 :
    .       
“Thaa Siin, (surat) ini ialah ayat-ayat Al Quran, dan (ayat-ayat) kitab
yang menjelaskan, untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk
orang-orang yang beriman. (Q.S. An-Naml : 1-2).2
1
Moh.Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah,
Keluarga dan Masyarakat, (Yogyakarta : LKiS, 2009), hlm. 15
2
Ibid, hlm. 593
1
2
Nabi Muhammad saw. bersabda dalam Hadits diriwayatkan Imam
Bukhari dari sanad Abu Hurarirah, ra. :
“Dari Abu Hurairah berkata : Rasulullah saw. bersabda : Telah ku
tinggalkan padamu dua perkara, kalian tidk akan tersesat sesudahnya,
yakni kitabullah dan sunnah ku (Muhammad saw.)…”.(H.R. Bukhari).3
Ilmu pendidikan Islam merupakan pendidikan yang sangat penting
sebagai dasar dari setiap muslim untuk mengetahui, mempelajari, dan
mengamalkan konsep kependidikan berdasarkan pada sumber agama Islam dan
teori-teori keilmuan lainnya yang ditelaah oleh intelektual muslim. Teori-teori
keilmuan Islami tersebut menjadi sebuah landasan membangun pengetahuan
kependidikan islami serta dapat dipertanggungjawabkan melalui kaedah ilmiah.
Pertanggungjawaban proses pendidikan agama
Islam
sehari-hari
dipimpin oleh seorang guru agama Islam sebagai fasilitator, memotivasi akan
pentingnya mempelajari Pendidikan Agama Islam sebagai bekal kehidupan.4
Seorang guru pendidikan agama Islam dituntut selalu berkarya, memotivasi dan
memberi kesan positif kepada siswa sehingga pembelajaran berlangsung
menyenangkan dan terhindar dari kebosanan. Supaya hal tersebut tidak terjadi,
seorang guru harus dapat menggunakan metode beragam dalam proses
pembelajarannya.
Sebagai landasan ilmiah pendidikan meningkatkan semangat belajar,
seorang guru harus kreatif menggunakan media pembelajaran dan metode yang
tepat sehingga siswa menjadi aktif pada proses pembelajaran sehingga prestasi
belajar dapat tercapai dengan baik.5
3
Jalaluddin Abdur Rahman bin Abi Bakar As-Suyuthi, Al-Jami` AS-Saghir : Fi
Ahaditsi Al-Basyir Wal-an-Nadzir, (Indonesia : Maktabah Darul Ihya` Al-Kutub Al-Arabiyah,
t.th), hlm. 130.
4
Isjoni, Dilema Guru ketika Pengabdian Menuai Kritikan, (Bandung : Sinar Baru
Algensindo, 2007), hlm.20
5
Moh.Roqib, Op,Cit., hlm. 71
3
Berkaitan penggunaan media pembelajaran, A.Y. Soegeng menyebutkan
pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian dari
kebudayaan serta menjadi isi (substansi, materi) pembelajaran. Dengan demikian
wajar bila ilmu pengetahuan dan teknologi juga menjadi landasan pendidikan.
Pendidikan
merupakan
proses
pewarisan
(transmisi,
pemindahan)
dan
pengembangan (transformasi) ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana
tersirat dalam paparan tentang landasan kultural pendidikan, antara ilmu
pengetahuan dan teknologi terdapat hubungan timbal balik. Pendidikan
mentransmisi dan mentransformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, sebaliknya
pendidikan mengakomodasi hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagai materi pendidikan.6
Keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh guru. Tugas
guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa menggunakan sarana yang
memungkinkan sehingga proses interaksi komunikasi proses pembelajaran
menjadi efektif. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran
juga tergantung pada media pembelajaran yang dipergunakan pada saat mengajar.
A.Y Soegeng juga menegaskan bahwa apabila pendidikan tidak mampu
mengakomodasi perkembangan teknologi, maka mengakibatkan mutu pendidikan
merosot, menjadi ketinggalan zaman.7
Media pembelajaran sangat penting untuk digunakan dan dapat dilakukan
lebih mudah sebagai alat bantu proses pembelajaran mengembangkan potensi
motorik, intelegensia, dan sensorik siswa.8 Media memiliki kekuatan positif dan
sinergi, mampu merubah sikap dan tingkah laku mereka ke arah perubahan kreatif
dan dinamis. Media bukan hanya sebagai alat bantu tetapi merupakan bagian
integral dalam sistem pendidikan dan pembelajaran.
Media pembelajaran tersebut digunakan sebagai sarana mengantarkan
siswa supaya lebih cepat memahami materi pelajaran dari guru. Namun demikian,
6
A.Y.Soegeng Ysh, Pengembangan Kurikulum, (Semarang : IKIP PGRI Press, 2012),
hlm. 24
7
Ibid.
Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islam, (Jakarta : Darul Fadilah,
Gema Insani, 2005), hlm.22
8
4
tetap harus disadari sepenuhnya oleh guru bersangkutan bahwa pembelajaran
tidak bergantung pada sarana semata-mata. Media tersebut sifatnya hanya
membantu proses pembelajaran untuk memudahkan peserta didik memahami
materi pelajaran dan bukan berperan sebagai inti pembelajaran.
Sesuai dengan Peraturan Mendiknas RI No.23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
maka yang termasuk standar kompetensi lulusan untuk mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam yakni kompetensi siswa mengerjakan shalat fardlu (wajib) dan
sunnah.9 Dengan demikian, pembelajaran, pelatihan, dan pembinaan siswa agar
menguasai kemampuan dasar untuk shalat harus diperhatikan semua pengajar dan
siswa sendiri.
Kenyataan yang terjadi di SD Negeri Kalangsono Kecamatan Banyuputih
Kabupaten Batang selama ini masih berbeda dengan harapan dan konsep
pembelajaran tepat sesuai petunjuk. Masih banyak siswa belum menguasai cara
shalat yang benar. Keadaan tersebut menjadi permasalahan tersendiri, mengingat
kegiatan shalat merupakan kegiatan harian dan dilaksanakan 5 (lima) kali sehari.
Dalam posisi ini, guru dituntut mencari jalan keluar agar siswa mampu lebih baik
menguasai kompetensi shalat.
Kondisi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas II SD Negeri
Kalangsono Banyuputih Kabupaten Batang pada Tahun Pelajaran 2012/2013
penulis mengamati bahwa peroses pembelajarannya masih bersifat konvensional.
Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam menerangkan materi shalat
masih menggunakan metode ceramah, sehingga gurunya saja yang aktif. Siswa
hanya duduk mendengarkan kalau sudah bosan bercerita dengan teman yang lain,
atau sering ijin keluar dengan alas an ke belakang. Dengan model pembelajaran
seperti ini siswa kurang antusias dalam belajar dan siswa kurang menguasai
kompetensi psikomotorik yang sesungguhnya menjadi prioritas untuk materi
shalat. Berdasarkan kondisi pembelajaran tersebut menjadikan nilai rata-rata mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam peserta didik kelas II di bawah KKM. KKM
9
Depag dan Depdiknas, Pedoman Umum Penyelenggaraan Kegiatan Ekstrakurikuler
Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama, (Jakarta:Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Pertama, 2009), hlm. 17
5
yang ditetapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas II SD
Negeri Kalangsono Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran
2012/2013 ialah 7,5, tetapi kenyataannya nilai rata-rata mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam peserta didik kelas II SD Negeri Kalangsono Kecamatan
Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013 ialah 6,7.
Problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam di atas sangat
penting untuk segera dipecahkan, agar tujuan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam terkait dengan kompetensi mengerjakan shalat tercapai. Karena mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan pelajaran yang esensial peranan
dan kedudukannya baik perkembangan kepribadian dan kompetensi mengerjakan
ibadah wajib bagi peserta didik secara mikro dan bagi nama baik lembaga sekolah
(SD Negeri Kalangsono Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang) maupun
masyarakat sekitarnya secara makro.
Terkait dengan hal tersebut di atas, perlu adanya metode dan media
pembelajaran relevan dengan kegiatan shalat, dan guru dituntut juga mengajar
tentang bagaimana tata cara melakukan shalat dengan baik dan benar sesuai
dengan tuntunan Rasulullah saw. Apabila guru memperhatikan penggunaan
metode, media dan alat peraga maka pelajaran Pendidikan Agama Islam
khususnya untuk bab shalat fardhu terlaksana dengan baik. Lebih baik apabila
pelajaran tersebut dapat dikonkritkan menjadi pembelajaran yaitu berupa gerakangerakan dari guru ataupun dengan alat bantu lainnya yang sesuai misalnya dengan
melihatkan gambar bergerak (film), karena hal ini akan lebih menarik bagi siswa
dan membantu guru lebih mudah menyampaikan materi.
Sebagai
pemahaman
bersama,
pembelajaran
shalat
merupakan
pembelajaran tindakan atau perbuatan, yang membutuhkan penyelerasan motorik
siswa dengan komponen kompetensi pelaksanaan shalat. Untuk membantu
memahami mata pelajaran Pendidikan Agama Islam terutama pada bab ibadah
shalat fardhu, perlu adanya metode pembelajaran yang dapat atau lebih
memberikan kesan terhadap siswa.
Berdasarkan kondisi di atas mendorong penulis untuk melakukan
penelitian tindakan kelas (PTK) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di
6
kelas II SD Negeri Kalangsono Kecamatan Banyuputih Batang melalui metode
Role Playing. Metode Role Playing merupakan metode pembelajaran yang
menyenangkan dan bisa melibatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran
dengan cara mendramatisasikan tingkah laku hubungannya dengan masalah
sosial.10 Metode Role Playing pada dunia pendidikan sering disamakan dengan
metode Sosiodrama atau Bermain Peran.11 Metode Role Playing pada proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam mengandung fungsi dan manfaat besar
disamping bersifat praktis pendidik dapat memberikan contoh perilaku yang
positif pada kehidupan sosial kemasyarakatan.12 Metode Role Playing memiliki
keunggulan apabila guru memahami pada situasi yang bagaimanakah sepantasnya
dilakukan peragaan tentang materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
dalam hal ini adalah shalat fardhu sesuai dengan syariat Islam sebagai tuntunan
dalam kehidupan sosial yang dapat merangsang pemahaman, penguasaan gerakan
dan bacaan shalat yang baik, dan bagaimanakah cara pelaksanaannya pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Penerapan metode role playing dalam proses pembelajaran Pendidikan
Agama Islam materi shalat fardhu sebaiknya dipadukan dengan pembelajaran
kooperatif sehingga menekankan peran aktif peserta didik dalam kelompok yang
terdiri dari siswa yang heterogen baik dari lingkungan maupun tingkat
kepandaian. Hal ini bertujuan melatih sikap toleransi siswa untuk mau
bekerjasama dan berkomunikasi dengan teman yang berbeda latar belakang sosial,
sehingga nantinya siswa akan lebih peka dalam lingkungan sosial sesungguhnya
di luar sekolah. Walaupun pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam
menggunakan metode role playing menuntut peran aktif peserta didik pada
kelompok, namun guru harus tetap berperan dalam kelas tersebut, yaitu sebagai
pemberi semangat, dorongan atau motivasi untuk belajar dan bimbingan kepada
peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan pada kelompok mereka.
10
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2002), hlm. 100
11
Muhammad Thohirin, Psikologi Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hlm.
87
12
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat
Press, 2002), hlm. 55.
7
B. Identifikasi Masalah
Berasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifkasi
berbagai masalah yang muncul berkaitan dengan tema yang penulis angkat
pada penelitian ini yaitu :
1. Metode pembelajaran yang diterapkan atau digunakan guru Pendidikan
Agama Islam kurang bervariasi
2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas II belum direncanakan
secara baik dan benar
3. Kurangnya minat guru dalam menciptakan pembelajaran yang hidup dan
mendorong minat belajar Pendidikan Agama Islam siswa
4. Kurangnya minat peserta didik untuk belajar Pendidikan Agama Islam.
5. Rendahnya kesadaran untuk bekerja sama sesama siswa pada proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam
6. Peranan atau aktivitas belajar peserta didik yang cenderung pasif pada
proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
7. Masih banyak peserta didik yang belum memahami pentingnya mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan guru.
8. Menurunnya prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
9. Perlunya memilih metode pembelajaran khusus yang dapat meningkatkan
hasil belajar Pendidikan Agama Islam peserta didik.
10. Perlunya penelitian tindakan kelas sebagai upaya untuk meningkatkan
hasil belajar Pendidikan Agama Islam materi shalat fardhu menggunakan
metode Role Playing di kelas II SD Negeri Kalangsono Kecamatan
Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013 ini.
C. Pembatasan Masalah
Memperhatikan
identifikasi
masalah
di
atas
perlu
adanya
pembatasan masalah agar penelitian ini lebih terfokus pada tema pokok
penelitian. Adapun masalah yang akan dipecahkan pada penelitian tindakan
kelas (PTK) ini ialah upaya guru secara sistematis untuk ”Meningkatkan hasil
8
belajar Pendidikan Agama Islam peserta didik materi shalat fardhu dengan
menerapkan metode Role Playing di kelas II SD Negeri Kalangsono
Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas dapat
diidentifkasikan rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah melalui penerapan metode Role Playing dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi shlat
fardhu di kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Batang Tahun
Pelajaran 2012/2013 ?
2. Apakah melalui penerapan metode Role Playing hasil belajar siswa kelas
II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Batang Tahun Pelajaran 2012/2013
pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi shalat farhu dapat
meningkat ?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penerapan metode Role Playing diharapkan dapat
meningkatkan keaktifan belajar Pendidikan Agama Islam materi shalat
fardhu siswa kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Batang Tahun
Pelajaran 2012/2013.
2. Untuk mengetahui penerapan metode Role Playing diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam materi shalat fardhu
siswa kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Batang Tahun Pelajaran
2012/2013.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Secara Teoritis
a.
Sebagai bahan masukan bagi pendidik, keluarga, dan pemerintah
untuk dijadikan bahan analisis dalam rangka memberdayakan
9
peningkatan mutu pembelajaran melalui optimalisasi penerapan
metode role playing.
b.
Mampu menambah khasanah keilmuan tentang pendidikan anak
khususnya strategi dan peranann guru dalam meningatkan hasil belajar
Pendidikan Agama Islam siswa melalui metode role playing.
2. Secara Praktis
a.
Bagi peneliti (guru), untuk mengetahui hambatan-hambatan atau
kekurangan-kekurangan penerapan metode role playing untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam materi shalat fardhu.
b.
Bagi peserta didik, agar mampu meningkatkan semangat, minat dan
ghirah dalam belajar di kelas II SD Negeri Kalangsono Kecamatan
Banyuputih Kabupaten Batang.
c.
Bagi Kepala Sekolah, sebagai bahan laporan atau pedoman
mengambil kebijakan tentang peningkatan mutu pembelajaran melalui
penerapan metode role playing untuk meningkatkan hasil belajar
Pendidikan Agama Islam materi shalat fardhu peserta didik kelas II
SD Negeri Kalangsono Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang
Tahun Pelajaran 2012/2013.
10
G. Kajian Pustaka/Landasan Teori
1. Hasil Belajar PAI
Menurut Sudjana, pengertian hasil belajar adalah hasil yang telah
dicapai siswa dengan kemampuan atau potensi dirinya dalam menerima
dan memahami materi yang telah diberikan kepadanya atau usaha siswa
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.13
Hasil belajar sering disebut dengan prestasi belajar yaitu hasil yang
telah dicapai anak didik dalam menerima dan memahami serta
mengamalkan materi pelajaran yang diberikan oleh guru berupa materi
pelajaran tertentu di lingkungan sekolah sehingga anak memiliki potensi
dan bakat sesuai yang dipelajarinya sebagai bekal hidup di masa
mendatang.
Tulus Tu’u dikutip Nana Sudjana, menyatakan prestasi belajar
ialah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai
yang diberikan oleh guru.14
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipetik pengertian bahwa
prestasi belajar ialah kadar kemampuan siswa menyerap pengetahuan atau
keterampilan hasil belajar sebagai hasil dari aktivitas belajar atau
penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang telah dilakukannya.
Adapun prestasi belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah prestasi
belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi peserta didik dalam
mengikuti mata pelajaran Pendidikan Agama Islam biasanya mencakup
kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motif, kesehatan, cara belajar, lingkungan
keluarga, lingkungan pergaulan, sekolah dan sarana pendukung belajar.
Tatik Widayati menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar siswa ada tiga macam, yaitu :
13
Nana Sudjana, Model-model Pembelajaran CBSA, (Bandung : Sinar Baru, 2000),
hlm. 54
14
Ibid, hlm. 55.
11
1) Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa), yakni
keadaan jasmani dan rohani siswa.
2) Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar siswa), yakni
lingkungan dan instrumental. Faktor lingkungan berupa lingkungan
alam dan lingkungan sosial. Faktor instrumental meliputi kurikulum,
program dan sarana/fasilitas.
3) Faktor pendekatan belajar, yakni strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan proses pembelajarannya.15
Berdasarkan penjelasan di atas, maka prestasi belajar tidak hanya
diperoleh dengan mengandalkan faktor dari dalam berupa kecerdasan, bakat,
minat, dan perhatian semata-mata. Kecerdasan dan bakat merupakan suatu
keadaan alamiah seorang anak yang tidak dapat dimiliki oleh semua anak, tetapi
juga dipengaruhi faktor eksternal berupa lingkungan keluarga, lingkungan
pergaulan, sekolah dan sarana pendukung belajarnya. Dengan demikian,
keberadaan sarana media dan metode pembelajaran tertentu dapat meningkatkan
atau menurunkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam peserta didik.
Nana Sudjana menjelaskan mengenai kriteria keberhasilan suatu
pembelajaran, yaitu :
1) Kriteria ditinjau aspek prosesnya
2) Kriteria ditinjau aspek wujud hasil belajarnya.16
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan berhasil secara
proses apabila pelaksanaannya menghasilkan situasi yang komunikatif
dan
interaktif
antara guru dan siswanya. Guru mampu memberikan stimulan sehingga siswa
dapat leluasa mengembangkan potensi dan bisa aktif kompetensinya secara
mandiri, sehingga tujuan yang diharapkan tercapai secara efektif.
Sedangkan ditinjau dari aspek hasil belajarnya, kriteria tersebut
terlihat dari tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujuan belajar
Pendidikan Agama Islam.
2.
Role Playing
15
Soeryasubrata, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Gramedia 2003), hlm. 37.
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Sinar Baru
Algesindo, 2009), hlm. 34
16
12
Model pembelajaran role playing merupakan teknik mengajar dengan
cara guru memerintahkan kepada peserta didik untuk mendramakan atau
memerankan cara tingkah laku atau perbuatan di dalam hubungan sosial agar
peserta didik memahami materi yang diajarkan.17 Menurut Basyiruddin
Usman, metode role playing merupakan cara penyajian bahan pelajaran
dengan memerankan atau mempertunjukkan kepada peserta didik atau kepada
kelas tentang suatu tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah-masalah
sosial.18 Adapun aktivitas belajar Pendidikan Agama Islam menggunakan
metode role playing ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui
pengembangan dan penghayatan anak didik dengan cara memerankan sebagai
tokoh hidup atau benda mati sehingga peserta didik lebih meresapi dan
memahami materi pelajaran yang diajarkan.
Berdasarkan pendapat para ahli bidang pendidikan di atas dapat
disimpulkan bahwa metode role playing merupakan metode pembelajaran
dengan cara memerankan atau memerankan suatu cara, atau konsep tertentu,
atau perbuatan tertentu yang dilakukan oleh peserta didik agar lebih
memahami, menghayati tentang proses, cara, peristiwa, ketokohan dalam
hubungannya dengan masalah-masalah sosial dan merupakan materi pelajaran
yang harus dikuasai peserta didik.
Metode role playing merupakan metode pembelajaran yang banyak
digunakan pada proses pendidikan, baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Metode role playing dimaksudkan untuk memberikan gambaran
yang
lebih
jelas
tentang
hal-hal
berhubungan
dengan
perilaku/perbuatan/proses pada materi pelajaran. metode role playing, proses
penerimaan siswa terhadap pelajaran lebih berkesan secara mendalam,
sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.19 Penerapan
metode role playing ini peserta didik dapat mengamati dan memperhatikan
17
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya : Usaha Nasional,
2002), hlm. 101.
18
M. Basyiruddin Usman, Metode Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Moyo Segoro
Agung, 2003), hlm. 101.
19
Ibid, hlm. 102.
13
apa yang diperlihatkan, sehingga merangsang perhatian murid dengan
praktik-praktik yang membutuhkan tanggapan peserta didik. Menurut
Zuhairini, pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, tidak semua masalah
agama dapat diperagakan atau didemonstrasikan, adapun metode role playing
banyak dipergunakan pada bidang ibadah dan akhlak. 20
Guna meningkatan hasil belajar siswa, diperlukan metode role playing
melalui serangkaian role playing untuk mengembangkan keterampilan dan
penghayatan siswa terhadap materi yang baru disampaikan sehingga
menuntut peserta didik menguasai keterampilan dan mepraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari. Secara psikologis peserta didik dituntut memiliki
tanggung jawab besar menguasai materi yang dirole playingkan dalam kelas
Metode role playing sangat cocok dengan pendekatan belajar CBSA
(cara belajar siswa aktif) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
saat ini sedang dikembangkan di sekolah lanjutan, sesuai Kurikulum Tingkat
Satuan Pelajaran (KTSP).
Penerapan metode Role Playing dimaksudkan untuk memperoleh
kecakapan khusus untuk mengembangkan akhlak siswa. Adapun penerapan
metode role playing bertujuan untuk :
1) Memberikan latihan keterampilan tertentu kepada siswa.
2) Memudahkan penjelasan yang diberikan agar siswa langsung mengetahui
dan dapat terampil melakukannya.
3) Membantu siswa memahami suatu perbuatan secara cermat dan teliti.
Metode role playing berasal dari metode pengajaran Herbart, yaitu
metode asosiasi dan ulangan tanggapan yang bertujuan untuk memperkuat
keterampilan kepada peserta didik. Pelaksanaannya secara mekanis sering
dilakukan guru melalui role playing langsung untuk mengajarkan berbagai
pengetahuan dan kecakapan, sehingga penerapan metode role playing ini
keaktifan biasanya lebih banyak pada peserta didik.
Di samping tujuan tersebut di atas, JJ. Hasibuan, dalam bukunya
Proses Belajar Mengajar, memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan
20
Zuhairini, Op. Cit. hlm. 17.
14
dari metode role playing. Metode ini dilakukan dengan tujuan untuk
menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti :
1)
2)
3)
4)
5)
Bagaimana proses mengerjakannya.
Bagaimana ketentuannya
Bagaimana cara mengaturnya
Bagaimana proses bekerjanya
Bagaimana cara menirukannya. 21
Berpijak pendapat beberapa ahli yang menguraikan tujuan
penerapan metode role playing pada sistem pembelajaran dapat disimpulkan
bahwa metode role playing ini sangat cocok dan memudahkan siswa
memahami materi, membentuk konsep/pengetahuan, dan membiasakan
keterampilan motorik. Berkaitan dengan tujuan penelitian ini yakni
mengembangkan akhlakul karimah siswa, metode role playing ini sangat
cocok diterapkan.
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode
role playing, antara lain :
1) Role playing merupakan metode yang tidak wajar bila alat atau
benda yang dirole playingkan tidak dapat diamati dengan jelas.
2) Role playing tidak efektif bila tidak diikuti kegiatan yang tidak
memungkinkan siswa ikut mencoba, yang merupakan pengalaman
yang berharga bagi siswa.
3) Kadang-kadang suatu role playing menjadi kurang bermakna bila
tidak dilakukan ditempat sederhana.22
Menurut Zuhairini, metode role playing tepat digunakan untuk
mengembangkan keterampilan motorik siswa seperti mengembangkan
akhlakul karimah siswa apabila memperhatikan prinsip-prinsip penerapan
metojde role playing, yaitu :
1) Metode role playing hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang
bersifat praktis dan urgen di masyarakat.
2) Hendaknya pendramatisasian diarahkan agar siswa dapat
memperoleh pengertian yang lebih jelas, pembentukan sikap serta
kecakapan praktis..
21
22
JJ. Hasibuan, Metode Pengajaran,(Jakarta : Gunung Mulia, 2000), hlm. 29
Ibid, hlm. 27
15
3) Hendaknya diusahakan agar semua siswa dapat memerankan metode
role playing (pengaturan ruang dan tempat duduk harus kondusif dan
semua siswa dalam satu kelas dapat memerankan perbuatan atau
kejadian yang ada di masyarakat).
4) Sebagai pendahuluan, berilah pengertian sejelas-jelasnya landasan
teori dari apa yang akan dramatisasikan, apakah dari cerita
ketokohan, peristiwa di masyarakat, atau untuk membentuk prinsip
dalam kehidupan.23
Kelebihan metode role playing dalam proses pembelajaran PAI yaitu :
1) Metode role playing ini peserta didik dapat menghayati dengan
sepenuh hatinya mengenai pelajaran yang diberikan
2) Memberi pengalaman praktis yang dapat membentuk perasaan dan
kemauan anak
3) Perhatian dan pengahyatan siswa akan terpusat kepada apa yang
didramatisasikan
4) Dengan metode role playing ini sekaligus masalah-masalah yang
mungkin timbul dalam hati siswa dapat langsung terjawab
5) Akan mengurangi kesalahan dalam mengambil simpulan, karena
siswa mengalami langsung terhadap suatu proses atau perbuatan
tertentu.24
Kelemahan metode Role Playing diterapkan dalam pembelajaran PAI yaitu :
1) Metode role playing pada pelaksanaannya biasanya memerlukan
waktu yang banyak
2) Apabila sarana prasarana atau media pembelajaran kurang
memadai serta tidak sesuai dengan kebutuhan, maka metode role
playing ini tidak efektif.
3) Metode role playing ini sukar dilaksanakan apabila siswa belum
matang untuk melaksanakan praktik.
4) Banyak hal-hal yang tidak dapat diperagakan dalam kelas. 25
Adapun strategi yang digunakan model pembelajaran role playing
dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada penelitian ini
adalah strategi critical video. Strategi critical video merupakan suatu upaya
pemberdayaan peralatan video untuk mencapai tujuan belajar secara efektif dan
efisien. Seorang filsuf China Konfusius mengatakan, “Apa yang saya dengar
saya akan lupa, apa yang saya lihat saya ingat dan apa yang saya lakukan
23
Zuhairini, Op. Cit, hlm. 26
Ibid, hlm. 95
25
Ibid.
24
16
saya faham”.26 Siswa berperan menggunakan perangkat atau media, sedangkan
guru sebagai pemandu, pengarah dan pemberi fasilitas belajar. Melalui sikap
merespon terhadap hasil menggunakan media belajar tersebut, siswa mampu
untuk mempelajari sebuah materi kurikulum tertentu yang sebelumnya sudah
disusun oleh guru.
27
Strategi critical video ini merupakan bagian dari
integralitas metode audio visual bergerak, memungkinkan siswa untuk meniru
apa seharusnya dilakukan sesuai dengan tayangan video.28
G. Kerangka Berpikir
Kualitas proses pembelajaran dapat diketahui melalui hasil prestasi
belajarnya. Media peraga diperlukan untuk membantu mendukung upaya
pencapaian optimal dan maksimal prestasi belajar tersebut. Dalam pendidikan
Agama Islam ada materi shalat fardhu, yang mana materi tersebut merupakan
kegiatan praktik. Kegiatan praktik akan semakin mudah difahami oleh siswa
dengan menggunakan media peraga pembelajaran. Dan salah satu strategi
untuk memanfaatkan media peraga tersebut ialah melalui model pembelajaran
Role Playing menggunanakan strategi Critical Video.
Ada dua pembahasan utama di sini yaitu upaya peningkatan prestasi
belajar pendidikan agama Islam dengan pengembangan metode yang ada dan
metode belajar melalui model pembelajaran role playing dengan menggunakan
strategi Critical Video ibadah shalat fardhu. Penelitian menjelaskan bagaimana
prestasi belajar pendidikan agama Islam dapat ditingkatkan melalui model
pembelajaran role playing dengan menggunakan strategi Critical Video ibadah
shalat fardhu.
H. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban yang sifatnya sementara terhadap rumusan
penelitian yang belum pasti kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu
hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga akan
26
Sri Joko Yunanto, Sumber Belajar Anak Cerdas; Bagaimana Menggunakan Sumber
Belajar dari Lingkungan Sekitar?, (Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004), hlm.2
27
Gulo, W., Strategi Belajar Mengajar (CB). (Jakarta : Gramedia, 2008), hlm. 9
28
Melvin L. Siberman, Active Learning, 101 Cara Pembelajaran Aktif, (Bandung :
Sinar Baru Algesindo¸2007), hlm. 27
17
dapat memecahkan masalah yang akan diatasi dengan pelaksanaan penelitian
tindakan kelas. 29 Hipotesis pada penelitian ini ialah sebagai berikut :
“Model pembelajaran Role Playing dengan strategi critical video
shalat fardhu dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam
siswa kelas 2 di SD Negeri Kalangsono Kecamatan Banyuputih Kabupaten
Batang Tahun Pelajaran 2012/2013”
J. Metode Penelitian
1.
Pendekatan Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan merupakan jenis Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) atau dikenal dengan Classroom Action Research
(CAR). Pendekatan Tindakan Kelas menunjukkan bahwa kegiatan
penelitian ini dilakukan di dalam kelas. Penelitian menunjuk pada suatu
kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan
metode tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat
dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Tindakan menunjukkan suatu
gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Kelas
dalam hal ini tidak terikat dengan pada pengertian ruang kelas, tetapi
dalam pengertian yang lebih spesifik, yaitu sekelompok siswa dalam
waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama
pula.30 Berdasarkan konsep di atas penelitian tindakan kelas merupakan
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan yang sengaja
dimunculkan dan terjadi melalui sebuah tindakan dalam kelas secara
bersama.31
Adapun penelitian ini membahasa Meningkatkan hasil belajar
Pendidikan Agama Islam siswa kelas II SD Negeri Kalangsono
Banyuputih Batang Tahun Pelajaran 2012/2013 menggunakan metode
Role Playing.
2. Objek dan Variabel Penelitian
29
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), hlm.
30
Ibid, hlm. 3
Ibid.
65
31
18
a. Objek Penelitian
Objek penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas II SD
Negeri Kalangsono Banyuputih Batang Tahun Pelajaran 2012/2013
yang berjumlah 23 orang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 10 siswa
perempuan.
b. Variabel/Faktor yang diselidiki
Variabel yang diselidiki dalam penelitian tindakan kelas (PTK)
ini adalah tentang meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam
siswa kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Kabupaten Batang
Tahun Pelajaran 2012/2013.
3. Rencana Penelitian
Penelitian ini direncanakan dalam 3 Siklus, setiap siklus terdiri
atas 4 tahap yaitu : perencanaan (planning), penerapan atau tindakan
(action), pengamatan (observation), dan evaluasi (reflection).
Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri 2 tahap sebagai
berikut :
a. Persiapan Penelitian
Pada tahap persiapan ini yang akan dilakukan peneliti sebagai berikut
:
1) Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasikan masalah melalui
perbincangan dengan guru serta memantau kegiatan belajar mengajar
peserta didik.
2) Bersama guru bidang studi berkolaborsi menentukan tindakan yang akan
dilakukan untuk menentukan aktivitas yang perlu dibenahi dan
ditingkatkan.
3) Pemecahan masalah, yaitu dengan menerapkan metode role playing.
Membuat skenario pembelajaran dengan menyusun rencana pembelajaran,
menyiapkan media, dan membuat tes dan evaluasi untuk siswa
4) Menyiapakan perangkat pembelajaran.
5) Membuat lembar observasi meliputi lembar penilaian untuk menilai
performance guru dalam pengajaran, lembar penilaian untuk menilai
19
keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran di kelas II SD Negeri
Kalangsono Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran
2012/2013.
b.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini sebagai sebuah penelitian tindakan kelas (PTK) yang
dilaksanakan dengan tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Langkah-langkah yang
ditempuh dalam setiap siklus sebagai berikut :
1) Perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang
dilakukan guru atau peneliti meliputi ; menyusun rencana pembelajaran,
menyiapkan bahan pengajaran yang akan diberikan kepada siswa,
menyiapkan media yang akan digunakan, menyiapkan lembar observasi
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, menyiapkan angket siswa, dan
menyiapkan soal tes dan evaluasi.
2) Pelaksanaan Tindakan (acting)
Pelaksanaan penelitian tindakan merupakan suatu kegiatan yang
pelaksanaannya menurut rencana pembelajaran yang telah direncanakan.
Dalam penelitian ini bentuk tindakan yang dilakukan untuk tiap siklusnya
hampir sama, dimana tiap pelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan
tahap–tahap metode pembelajaran sosiodrma.
3) Pengamatan (Observing)
Kegiatan ini observer mengobservasi pelaksanaan tindakan untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh yang ditimbulkan metode pembelajaran
role playing dalam meningkatkan sikap toleransi siswa yang dapat dilihat
melalui
kondisi atau keaktifan dan kerjasama siswa
dalam proses
pembelajaran dan nilai-nilai yang diperoleh siswa. Observasi dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan menggunakan lembar observasi
yang telah disiapkan. Hasil pelaksanaan tindakan kelas yang meliputi data
tes dan non tes. Data tes berupa hasil tes evaluasi siswa, dan data
20
perolehan skor siswa dalam tes. Data non tes berupa hasil pedoman
observasi, hasil wawancara dan dokumentasi foto, serta angket.
4) Refleksi (reflecting)
Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran. Kegiatan ini
dilakukan sebagai upaya untuk mengkaji dan mempertimbangkan hasil
yang telah terjadi pada tahap tindakan. Dalam hal ini, peneliti melakukan
analisis terhadap hasil tes dan nontes yang berupa hasil tes evaluasi, hasil
perolehan skor tes siswa, hasil observasi, dokumentasi, dan hasil
wawancara yang telah dilakukan. Refleksi ini memberikan gambaran
kekurangan atau kelemahan pada siklus I sehingga nantinya dapat dicari
pemecahannya dan mempertahankan atau meningkatkan kelebihan yang
terdapat dalam siklus I.
Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat melakukan revisi
terhadap rencana kegiatan pada siklus II.
4. Siklus Penelitian
Rancangan pelaksanaan penelitian penulis deskripsikan mulai dari
siklus I sampai siklus II.
Diskripsi Siklus I
Pada pelaksanaan siklus I ini terdiri dari empat tahapan yaitu :
a. Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi :
1)
Menentukan waktu pelaksanaan siklus I.
2)
Menyusun indikator yang akan dicapai setelah pembelajaran.
3)
Membuat instrumen penelitian yaitu:
a) lembar observasi untuk mengumpulkan data tentang keaktifan
siswa dalam pembelajaran. Lembar observasi digunakan sebagai
instrumen karena hasil belajar dicapai jika siswa benar-benar
mengikuti proses pembelajaran.
b) Tes formatif sebagai alat pengukur hasil belajar siswa.
4) Menyiapkan alat pembelajaran
21
5) Membuat skenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan
tindakan di kelas.
b. Tindakan
1)
Pra Pembelajaran
Sebelum pembelajaran dimulai, tempat duduk ditata sesuai
kebutuhan
2)
Kegiatan awal (5 menit menit )
a) Guru mengucapkan salam
b) Guru bersama siswa membaca doa belajar
3) Kegiatan Inti (75 menit)
a) Guru menyampaikan hasil yang akan dicapai setelah pembelajaran
kepada siswa
b) Guru membagi kelas menjadi tiga kelompok
c) Guru meminta siswa untuk bergabung/berkumpul sesuai dengan
kelompoknya
d) Guru membagi pembelajaran dalam tiga kelompok, dengan materi
menyesuaikan kebutuhan.
e) Kemudian guru mempresentasikan semua materi kepada peserta
didik (masing-masing kelompok mendengarkan)
f) Guru bersama siswa membagi masing-masing peran per orang
sesuai materi yang akan didramatisasikan.
g) Pembelajaran pertama yaitu guru meminta kelompok I memerankan
materi. Guru mempersilahkan keompok I memerankan materi yang
telah dipilih. Selanjutnya kelompok II, dan kelompok III.
h) Guru mengamati sekaligus memberikan penilaian terhadap hasil
kerja siswa dalam memerankan masing-masing peran. Setelah
pemeranan selesai, jumlah nilai yang ditulis di papan tulis oleh guru
dijumlah untuk mengetahui perolehan nilai sementara.
i) Setelah semua kelompok selesai dilanjutkan dengan diskusi singkat
untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang baru saja selesai.
j) Metode pembelajaran menggunakan role playing telah selesai.
22
k) Guru menyimpulkan pembelajaran pada kegiatan menggunakan
metode role playing hari ini dan menyampaikan beberapa materi
yang belum dikuasai siswa Kelas II SD Negeri Kalangsono
Banyuputih.
4) Kegiatan Akhir (15 menit)
a) Guru membagikan soal-soal evaluasi
b) Guru menutup pembelajaran dengan salam.
c.
Obervasi
Pada tahap observasi dikumpulkan data melalui lembar observasi
dan tes formatif. Pada saat tindakan berlangsung, hal yang perlu
dilaksanakan adalah :
1) Guru mengajak teman sejawat mengamati jalannya kegiatan
pembelajaran menggunakan metode role playing.
2) Pengamatan terhadap pembentukan kelompok.
3) Pengamatan terhadap pemeranan
4) Pengamatan terhadap keaktifan siswa.
5) Pengamatan terhadap penguasaan materi.
6) Penggunaan waktu yang direncanakan.
7) Pengamatan terhadap kerja sama kelompok
8) Pengamatan terhadap peran tutor sebaya.
9) Membuat presentasi sikap toleransi siswa.
d. Refleksi
Dari penemuan beberapa hambatan di atas dijadikan bahan
refleksi diri untuk perbaikan rencana pada siklus selanjutnya. Refleksi
ini meliputi :
1) Menganalisis
hasil
pengamatan
untuk
membuat
simpulan
sementara berkaitan dengan proses pembelajaran pada siklus I.
2) Mengevaluasi hambatan-hambatan yang muncul sebagai bahan
diskusi.
23
3) Mendiskusikan hasil analisis tersebut untuk perbaikan yang akan
diterapkan pada proses pembelajaran siklus II.
Siklus II
Tahapan kegiatan pembelajaran siswa kelas II SD Negeri Kalangsono
Banyuputih Batang pada siklus II ini pada dasarnya sama dengan kegiatan
pembelajaran pada siklus I dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus
I:
Pada pelaksanaan siklus I ini terdiri dari empat tahapan yaitu :
a. Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi :
1) Menentukan waktu pelaksanaan siklus II.
2) Menyusun indikator yang akan dicapai setelah pembelajaran.
3) Membuat instrumen penelitian yaitu:
a) lembar observasi untuk mengumpulkan data tentang keaktifan
siswa dalam pembelajaran. Lembar observasi digunakan sebagai
instrumen karena hasil belajar dicapai jika siswa benar-benar
mengikuti proses pembelajaran.
b) Tes formatif sebagai alat pengukur hasil belajar siswa.
4) Menyiapkan alat pembelajaran
5) Membuat skenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan
tindakan di kelas.
b. Tindakan
1) Pra Pembelajaran
Sebelum pembelajaran dimulai di Kelas II SD Negeri Kalangsono
Banyuputih
Batang, tempat duduk/pembelajaran ditata sesuai
kebutuhan
a) Kegiatan awal (5 menit menit )
b) Guru mengucapkan salam
c) Guru bersama siswa membaca doa belajar
2) Kegiatan Inti (75 menit)
24
a) Guru menyampaikan hasil yang akan dicapai setelah pembelajaran
kepada siswa
b) Guru membagi kelas menjadi tiga kelompok
c) Guru meminta siswa untuk bergabung/berkumpul sesuai dengan
kelompoknya
d) Guru membagi pembelajaran dalam tiga kelompok, dengan materi
menyesuaikan kebutuhan.
e) Kemudian guru mempresentasikan semua materi kepada peserta
didik (masing-masing kelompok mendengarkan)
f) Guru bersama siswa membagi masing-masing peran per orang
sesuai materi yang akan didramatisasikan.
g) Pembelajaran pertama yaitu guru meminta kelompok I memerankan
materi. Guru mempersilahkan keompok I memerankan materi yang
telah dipilih. Selanjutnya kelompok II, dan kelompok III.
h) Guru mengamati sekaligus memberikan penilaian terhadap hasil
kerja siswa dalam memerankan masing-masing peran. Setelah
pemeranan selesai, jumlah nilai yang ditulis di papan tulis oleh guru
dijumlah untuk mengetahui perolehan nilai sementara.
i) Setelah semua kelompok selesai dilanjutkan dengan diskusi singkat
untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang baru saja selesai.
j) Metode pembelajaran menggunakan role playing telah selesai.
k) Guru menyimpulkan pembelajaran pada kegiatan
menggunakan
metode role playing hari ini dan menyampaikan beberapa materi
yang belum dikuasai siswa Kelas II SD Negeri Kalangsono
Banyuputih Batang Tahun Pelajaran 2012/2013.
4) Kegiatan Akhir (15 menit)
a) Guru membagikan soal-soal evaluasi
b) Guru menutup pembelajaran dengan salam
c. Obervasi
25
Pada tahap observasi dikumpulkan data melalui lembar observasi
dan tes formatif. Pada saat tindakan berlangsung, hal yang perlu
dilaksanakan adalah :
1) Guru mengajak teman sejawat mengamati jalannya kegiatan
pembelajaran menggunakan metode role playing.
2) Pengamatan terhadap pembentukan kelompok.
3) Pengamatan terhadap pemeranan
4) Pengamatan terhadap keaktifan siswa.
5) Pengamatan terhadap penguasaan materi.
6) Penggunaan waktu yang direncanakan.
7) Pengamatan terhadap kerja sama kelompok
8) Pengamatan terhadap peran tutor sebaya.
9) Membuat presentasi sikap toleransi siswa.
e. Refleksi
Dari penemuan beberapa hambatan di atas dijadikan bahan refleksi
diri untuk perbaikan rencana pada siklus selanjutnya. Refleksi ini meliputi
:
1) Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat simpulan sementara
berkaitan dengan proses pembelajaran pada siklus I.
2) Mengevaluasi hambatan-hambatan yang muncul sebagai bahan diskusi.
3) Mendiskusikan hasil analisis tersebut sebagai bahan menyusun laporan
penelitian.
Berdasarkan deskripsi rencana langkah-langkah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) di atas akan dilaksanakan melalui proses berdaur yang terdiri dari
4 (empat) tahap yaitu perencanaan penelitian, melakukan tindakan, observasi
dan melakukan refleksi. Setelah satu siklus selesai, guru akan menemukan
masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan, dilanjutkan ke
siklus kedua dengan langkah yang sama seperti pada siklus pertama. Apabila
pada siklus yang kedua indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas telah
memenuhi target, maka siklus penelitian dihentikan, dan penelitian tindakan
26
kelas dianggap berhasil. Adapun rangkaian dalam penelitian tindakan kelas
pada penelitian di kelas II SD Negeri Kalangsono Kecamatan Banyuputih
Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013 ini dapat digambarkan dalam
matriks berikut ini :
Identifikasi Masalah
Perencanaan
SIKLUS I
Evaluasi dgn
Tanya Jawab
Aksi
Refleksi
Observasi
Perencanaan
Ulang
Refleksi
SIKLUS II
Observasi
Aksi
Evaluasi dgn
Soal Essay
Gambar 1 Matriks Spiral Tindakan Kelas.32
K. Sumber Data dan Hasil Tes
32
Zaenal Aqib, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Gramedia Pustaka Jaya,
2007), hlm. 85.
27
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini ialah sumber primer
dan sumber skunder.
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer ialah data yang diperoleh langsung dari
subjek penelitian menggunakan alat pengukuran atau alat pengumpulan
data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. 33 Data
primer penelitian ini adalah subjek penelitian yaitu siswa kelas II SD
Negeri Kalangsono Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran
2012/2013 yang diperoleh melalui pengamatan dan refleksi oleh Tim
peneliti atau kolaborator dan hasil tes/ulangan.
2. Sumber Data Skunder
Sumber skunder ialah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh penelitian dari subjek penelitian sumber
skunder ialah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung
diperoleh oleh penelitian dari subjek penelitian.34 Data skunder pada
penelitian ini berupa, papan monografi, literatur, notulen rapat, daftar hadir
atau buku tamu, komputer, arsip, buletin, bahan bacaan, perpustakaan
sekolah, majalah, OHP, HP, dan lain-lain. Data skunder ini bersifat
mendukung terhadap data primer yang berasal dari siswa kelas II SD
Negeri Kalangsono Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran
2012/2013.
Adapun jenis data yang digunakan pada penelitian ini berupa data
kualitatif dan data kuantitatif mencakup :
a. Hasil pengamatan dari teman sejawat atau kolaborator
b. Penilaian kerja kelompok
c. Hasil pemeranan
d. Angket Keaktifan siswa
e. RPP proses belajar mengajar
f. Lembar observasi berupa kegiatan siswa dan guru.
33
34
Saefuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Semarang : Aneka Ilmu, 2008), hlm. 91
Ibid, hlm. 91
28
J. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini meliputi :
1. Metode Tes
Metode yang digunakan dengan cara mengujikan soal evaluasi yang
berjumlah 5-10 soal uraian yang telah disesuaikan dengan indikator materi.
Untuk memperoleh data tes dilakukan sebanyak dua kali pada setiap akhir
siklus I dan akhir siklus II. Tes diberikan kepada seluruh siswa kelas II SD
Negeri Kalangsono Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran
2012/2013 secara individu. Setelah tes pada akhir siklus I dilaksanakan,
peneliti kemudian menganalisi hasil tes tersebut sehingga diketahui
kelemahan-kelamahan yang dialami oleh siswa. Selanjutnya siswa diberi
pembekalan lebih lanjut untuk mengahadapi tes pada siklus II. Target
tingkat keberhasilan mencapai prestasi belajar Pendidikan Agama Islam
siswa adalah apabila siswa dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimal
yang telah ditentukan sebelumnya yaitu dapat mencapai 66.
2. Metode Observasi
Metode
observasi
yaitu
teknik
pengumpulan
data
melalui
pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena
yang diselidiki. Metode observasi atau pengamatan langsung pada penelitian
tindakan ini penulis gunakan untuk menyelidiki penerapan model Role
Playing guna meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa
kelas II SD Negeri Kalangsono Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang
Tahun Pelajaran 2012/2013.
3. Metode Wawancara/Intervieu
Metode wawancara/intervieu yaitu teknik pengumpulan data dengan
cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis berlandaskan
pada tujuan penelitian. Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh
gambaran atau melengkapi data yang tidak diperoleh dari metode yang lain,
sekaligus sebagai triangulasi data pada penelitian ini.
29
Metode wawancara ini digunakan kepada : 1). Kepala SD Negeri
Kalangsono, untuk memohon ijin penelitian dan penggalian data proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Kalangsono; 2).
Siswa, untuk mengetahui daya serap siswa pada proses pembelajaran, dan
mengetahui kompetensi materi Pendidikan Agama Islam siswa.
4. Metode Angket
Angket yaitu teknik pengumpulan data dengan menyusun sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden. Teknik angket ini penulis gunakan untuk mengetahui motivasi
dan daya serap serta kompetensi siswa terhadap tindakan yang diberikan
guru pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas II SD
Negeri Kalangsono Banyuputih
Kabupaten Batang Tahun Pelajaran
2012/2013.
M. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini meliputi :
1. Teknik Kuantitatif
Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengukur prestasi
belajar atau hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes evaluasi yang
dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Apakah dengan dipergunakannya
metode Role Playing dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam siswa kelas II SD Negeri Kalangsono. Rumus
yang digunakan untuk menghitung nilai masing-masing siswa adalah:
Keterangan :
S = Nilai yang dicari
R = Jumlah skor yang dijawab
N = Skor maksimum.
Hasil perhitungan nilai tes tersebut dari tes siklus I dan siklus II
dibandingkan sehingga diketahui peningkatan prestasi belajar mata
30
pelajaran Pendidikan Agama Islam peserta didik atau siswa dengan
menggunakan model pembelajaran role playing dengan menerapkan
strategi critical video shalat.
2. Teknik Kualitatif
Analisis
data
kualitatif
dipergunakan
untuk
mengetahui
bagaimana motivasi siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
menggunakan model pembelajaran role playing, dan untuk
mengetahui aktivitas belajar siswa. Data kualitatif yang diambil antara
lain :
a. Lembar Observasi kinerja guru
Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui dan
memperoleh data tentang kegiatan guru pada saat menerapkan metode
role playing pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
kelas kelas II SD Negeri Kalangsono Banyuputih Kabupaten Batang
Tahun Pelajaran 2012/2013. Data diambil sekali dalam setiap siklus
sehingga diperoleh gambaran perubahan kegiatan guru. Data tentang
kinerja guru dengan cara mencheklist (√) indikator yang telah
dilakukan oleh guru dalam pembelajaran.
b. Lembar observasi keaktifan siswa
Lembar
observasi
keaktifan
siswa
digunakan
untuk
mengetahui keaktifan siswa kelas kelas II SD Negeri Kalangsono
Banyuputih
Kabupaten Batang dalam kegiatan pembelajaran PAI
menggunakan model role playing. Analisis data keaktifan siswa yaitu
dengan
menghitung
rata-rata
keaktifan
siswa
dalam
setiap
pembelajaran. Kriteria keaktifan siswa 75 % dari seluruh siswa
memperoleh nilai keaktifan ≥ 66 atau siswa yang aktif meningkat. .
c. Lembar angket tanggapan/motivasi siswa
Data tanggapan siswa ini dianalisis dengan menentukan
presentase setiap pertanyaan untuk mengetahui tanggapan siswa
31
sebagai pencerminan ketertarikan dan motivasi siswa kelas II SD
Negeri Kalangsono Banyuputih Batang Tahun Pelajaran 2012/2013
terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui model
pembelajaran role playing. Menurut Sudjana rumus presentasenya
adalah :
P=
F
x 100%
N
Keterangan :
P
= Presentase
F
= Banyaknya responden memilih jawaban ya
N
= Banyaknya yang responden yang menjawab kuesioner.35
N. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas tentang upaya
meningkatankan prestasi belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam
menggunakan model pembelajaran role playing di kelas kelas II SD Negeri
Kalangsono Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013
ini sebagai berikut :
1. Secara individual mencapai nilai yang ditetapkan dalam KKM minimal
66, dan secara klasikal minimal 75 % dari seluruh peserta didik kelas II
SD Negeri Kalangsono Banyuputih Kabupaten Batang Tahun
Pelajaran 2012/2013 yang telah mencapai ketuntasan.
2. Prestasi belajar siswa terhadap pembelajaran bidang studi Pendidikan
Agama Islam secara umum bisa meningkat setelah diterapkannya
model pembelajaran role playing di kelas II SD Negeri Kalangsono
Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013.
O. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan skripsi ini disusun sebagai berikut :
1. Bagian Muka, pada bagian ini memuat judul, deklarasi, pengesahan, nota
pembimbing, abstrak, transliterasi, kata pengantar, dan daftar isi.
35
Nana Sudjana, Op. Cit., hlm. 26
32
2. Bagian Isi Skripsi, yang merupakan materi skripsi secara keseluruhan
terdiri lima bab dengan uraian sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan memuat latar belakang, dilanjutkan penegasan
istilah, perumusan masalah berkaitan ruang lingkup kajian, selanjutnya
tujuan dan manfaat penelitian.
BAB II : Membahas tentang : A. Landasan teori tentang Hasil
Belajar Pendidikan Agama Islam, Model Pembelajaran Role Playing; B.
Hasil penelitian yang relevan; C. Kerangka berpikir, dan D. Hipotesis
tindakan.
BAB III : Membahas Metode Penelitian, pada bab ini membahas
jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, pelaksana dan kolaborator,
rancangan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan
indikator pencapaian.
BAB IV : Membahas Hasil Penelitian dan Pembahasan tentang
Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam melalui Model
Pembelajaran Role Playing Siswa Kelas II SD Negeri Kalangsono
Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2012/2013,
pembahasannya mencakup A. Hasil Penelitian mencakup ; 1. Deskripsi pra
obeservasi; 2. Pelaksanaan tindakan siklus I; dan 3. Pelaksanaan tindakan
siklus II. B. Pembahasan Hasil Penelitian.
BAB V : Penutup yang meliputi simpulan dari keseluruhan
pembahasan dalam skripsi, saran-saran dari penulis kaitannya dengan hasil
penelitian pada penelitian ini, dan terakhir kata penutup.
3.
Bagian akhir skripsi berisi daftar kepustakaan, daftar tabel, dan daftar
gambar. Pada bagian akhir skripsi, disertakan beberapa lampiran-lampiran.
Akhirnya keseluruhan skripsi ditutup dengan daftar riwayat pendidikan
penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2007
Azwar. Saefuddin, Metodologi Penelitian, Semarang : Aneka Ilmu, 2008
33
Depag, Pedoman Umum Penyelenggaraan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah , 2009
Djamarah. Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2002
Gulo, W., Strategi Belajar Mengajar CB. Jakarta : Gramedia, 2008
Hasibuan. JJ., Metode Pengajaran,Jakarta : Gunung Mulia, 2000
Isjoni, Dilema Guru ketika Pengabdian Menuai Kritikan, Bandung : Sinar Baru
Algensindo, 2007
M. Awwad. Jaudah, Mendidik Anak Secara Islam, Jakarta : Gema Insani, 2005
Roqib. Moh., Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di
Sekolah, Keluarga dan Masyarakat, Yogyakarta : LKiS, 2009
Siberman. Melvin L., Active Learning, 101 Cara Pembelajaran Aktif, Bandung :
Sinar Baru Algesindo¸ 2007
Soegeng Ysh, A.Y., Pengembangan Kurikulum, Semarang : IKIP PGRI Press,
2012
Soeryasubrata, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Gramedia 2003
Sudjana. Nana, Model-model Pembelajaran CBSA, Bandung : Sinar Baru, 2000
____________, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru,
2009
Thohirin, Psikologi Pembelajaran, Jakarta Rineka Cipta, 2006 87
Usman. M. Basyiruddin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Jakarta : Moyo
Segoro Agung, 2003
Yunanto. Sri Joko, Sumber Belajar Anak Cerdas; Bagaimana Menggunakan
Sumber Belajar dari Lingkungan Sekitar?, Jakarta : Gramedia, 2004
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Surabaya : Usaha Nasional,
2002.
Download