PEMBUATAN BIOBUTANOL BERBAHAN BAKU KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK FERMENTASI ANAEROB Aditya Sigit Prasetya1, Mohammad Nasikin2, dan Misri Gozan3 1 Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia Riset Grup Rekayasa Produk Kimia dan Bahan Alam, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 3 Riset Grup Teknologi Bioproses, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 2 E-mail: [email protected] Abstrak Indonesia memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap bahan bakar fosil dalam pemenuhan kebutuhan energi. Akan tetapi, penurunan ketersediaan bahan bakar fosil membuat perlunya pengembangan energi terbarukan, salah satunya adalah biobutanol. Biobutanol adalah sumber energi alternatif yang sangat potensial karena tidak menyebabkan korosi, tidak menyerap air, dan mempunyai angka oktan yang hampir sama dengan bensin. Biobutanol dihasilkan dari fermentasi sederhana secara anaerob, yaitu kondis tanpa kehadoran oksigen, dengan memanfaatkan bakteri Clostridium yang dapat mengubah berbagai macam monosoakarida menjadi aseton, butanol, dan etanol (ABE). Pada penelitian ini, sumber glukosa diperoleh dari kertas. Kertas dihidrolisis dengan menggunakan dua metode, yaitu menggunakan H2SO4 1% dan kombinasi enzim. Butanol yang dihasilkan dari proses fermentasi anaerob adalah sebanyak 0,0000295 ml/gram kertas. i Kata kunci: biobutanol; fermentasi anaerob; hidrolisis; kertas. 1. Pendahuluan Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) mengakibatkan banyaknya penolakan, ini menunjukkan besarnya ketergantungan sistem transportasi di Indonesia akan bahan bakar fosil. Situasi ini menjadi semakin buruk dengan adanya fakta bahwa bahan bakar minyak dari fosil merupakan bahan bakar yang tidak terbarukan dan diprediksi akan habis dalam 46 tahun lagi bila laju konsumsinya selalu konstan tiap tahun [1]. Untuk itu, energi baru dan terbarukan (EBT) seperti biofuel dan solar sel diharapkan dapat menggantikan penggunaan bahan bakar fosil untuk memenuhi kebutuhan energi dunia. Salah satu energi baru dan terbarukan dari jenis biofuel adalah biobutanol. Biobutanol merupakan butanol, butil alkohol, yang diproduksi dari bahan alam sebagai substrat dengan metode fermentasi menggunakan bakteri Closridia. Biobutanol menjadi bahan bakar hayati yang menjanjikan sebagai pengganti gasolin atau sebagai bahan additif. Biobutanol memiliki karakteristik yang sama dengan besin sehingga dapat langsung digunakan pada mesin berbahan bakar bensin tanpa modifikasi mesin tersebut tidak seperti etanol yang mensyaratkan modifikasi mesin karena nilai oktan yang tinggi dibandingkan dengan bensin [2]. Sifat-sifat lainnya seperti tingginya kandungan energi, kemampuan menguap (volatilitas) yang rendah, kelarutan dalam air yang rendah, dan sifat korosifitas yang rendah merupakan kelebihan biobutanol dibandingkan dengan biofuel lainnya [3]. Butanol dapat dihasilkan dari bahan yang mengandung laktosa, sukrosa, glukosa, fruktosa, manosa, dekstrin, pati, silosa, arabinosa, dan inulin [4]. Hal ini dikarenakan kemampuan bakteri clostridia untuk mengkonsumsi gula tersebut [5]. Semua sumber gula tersebut dapat diperoleh dari berbagai bahan pertanian, seperti jagung, gandum, beras, singkong , dan lainnya. Namun penggunaan sumber substrat tersebut selain harganya yang mahal juga dapat berpengaruh terhadap ketahanan pangan. Oleh karena itu penggunaan limbah pertanian seperti tongkol jagung, tandan kosong kelapa sawit, jerami gandum, dan kertas menjadi salah satu langkah untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu sumber glukosa yang dapat digunakan sebagai bahan bakar tanpa adanya kekhawatiran akan acaman terhadap sumber pangan adalah lignoselulosa. Salah satu sumber lignoselulosa yang dapat digunakan adalah lignoselulosa yang merupakan residu atau sampah (Lignoselulose waste) yaitu kertas. Kertas digunakan karena memiliki kandungan lignoselulosa Pembuatan biobutanol ..., Aditya Sigit Prasetya, FT UI, 2013 dengan rincian 80-85% selulosa, 1-8% hemiselulosa, dan 7-15% lignin [6]. Indonesia merupakan negara dengan peringkat ke 11 penghasil kertas dengan produksi ±8 juta ton per tahun [7]. Fakta ini semakin mendukung potensi produksi biobutanol dengan menggunakan kertas. Proses konversi kertas menjadi glukosa dilakukan dengan cara hidrolisis. Proses hidrolisis yang digunakan adalah hidrolisis menggunakan H2SO4 1% dan hidrolisis menggunakan kombinasi enzim. Hasil hidrolisis ini selanjutnya di fermentasi menggunakan bakteri Clostridium dalam anaerobic chamber. Hasil fermentasi di distilasi dan dianalisis kandungan butanolnya menggunakan Gas Chromatography. 2. Metode Penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan utama yaitu hidrolisis kertas dengan H2SO4 1% dan enzim, kultivasi kutur bakteri C. beijerinckii, dan fermentasi secara anaerob. Hasil fermentasi selanjutanya di analisis kandungan ABE nya menggunakan Gas Chromatography dan penurunan gula reduksinya. Pada tahap awal dilakukan proses pengecilan ukuran dengan menggunting kertas tersebut menjadi ukuran kecil kemudian diblender agar dapat dengan mudah dihidrolisis. Bahan yang digunakan adalah kertas HVS 80 gram dan kertas bekas bertinta. Kertas yang telah di preparasi selanjutnya dihidrolisis dengan 2 variasi yaitu menggunakan asam sulfat dan enzim untuk mereduksi selulosa menjadi gula sederhana. Proses ini bertujuan untuk menghasilkan monomermonomer gula dari kandungan polisakarida yang dimiliki kertas metode yang digunakan adalah hidrolisis dengan suasana asam pada konsentrasi rendah. Pada tahap hidrolisis menggunakan enzim, enzim yang digunakan adalah enzim selulase, selubiase, dan silanase. Hasil hidrolisis difermentasi menggunakan bakteri Clostridium beijerinckii dengan substrat berupa glukosa hasil hidrolisis dan glukosa murni sebagai kontrol. Kultur bakteri yang telah disiapkan dimasukkan kedalam substrat yang telah diautoklaf. Kemudian pada fermentation broth ditambahkan P2-Medium sebagai nutrisi tambahan pada proses fermentasi. Proses fermentasi dilakukan didalam anaerobic chamber. Hasil fermentasi didistilasi untuk memisahkan butanol dari larutan fermentasi. Rangkaian alat destilasi terdiri dari pemanas, labu, termometer, pendingan dan sirkulasi air, botol penampung dan penutup (plastik wrap). Metode analisis dilakukan untuk mengukur konsentrasi senyawa gula dan butanol yang dihasilkan selama proses hidrolisis dan fermentasi. Proses yang dilakukan adalah menguji kandungan gula reduksi menggunakan spektofotometer UV Genesys dengan menambahkan DNS pada sampel larutan hidrolisis dan melihat konsentrasi dengan absorbansi pada panjang gelombang 547 nm. Analisis kandungan butanol menggunakan gas kromatografi yang dilengkapi dengan detektor flame ionization (FID). Larutan fermentasi diinjeksikan kedalam kolom kromatografi yang sebelumnya dipisahkan dari sel. Sebelumnya dibuat kurva standar dari aseton, etanol, dan butanol murni. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Kadar Aseton, butanol, dan Etanol Hasil Fermnetasi Kadar aseton, butanol, dan etanol (ABE) dianalisis menggunakan Kromatografi gas (Hewlett Packard) di Pusat Laboratorium Forensik, MABES POLRI dengan kolom gelas (HP-INNOWax Polyethylene Glycol) dan flame ionization detector (FID) menggunakan helium sebagai gas karier. Temperatur detektor dan injektor diatur pada suhu 270 0 dan 2300 C. Pembuatan kurva standar n-butanol, aseton, dan etanol, hasil dari kromatografi gas dapat dilakukan untuk uji kuantitatif, sehingga diperoleh konsentrasi dari masing-masing senyawa (ABE). Berikut ini adalah konsentrasi aseton, butanol, dan etanol yang dihasilkan: Tabel 1. Hasil Distilasi dan Konsentrasi ABE Substrat Glukosa 6% Kertas bekas dengan hidrolisis asam Kertas bekas dengan hidrolisis enzim Kertas kosong dengan hidrolis asam Kertas kosong dengan hidrolisis enzim Volume distilasi (ml) Aseton (%) Butanol (%) Etanol (%) 5ml 0.098 0.455 0.053 3ml 0.000 0.000 0.023 3ml 0.022 0.000 0.047 3ml 0.000 0.000 0.156 5ml 0.022 0.059 0.5715 Berdasarkan tabel 1, terlihat bahwa butanol hanya dihasilkan pada substrat glukosa 6% dan kertas HVS kosong yang dihidrolisis dengan enzim. Pada fermentasi larutan glukosa 6% dihasilkan butanol sebanyak 0,0228 ml. Pada fermentasi kertas kosong yang menggunakan perlakuan hidrolisis enzim juga dihasilkan butanol sebanyak 0,00295 ml. Butanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa lebih besar dari kertas kosong Pembuatan biobutanol ..., Aditya Sigit Prasetya, FT UI, 2013 karena gula reduksi dari kertas hanya sekitar 1% sementara larutan glukosa yang digunakan sebesar 6%. uap saat melewati kondensor dan keluar melalui celah di botol penampung. Hasil dari fermentasi kurang baik karena hanya menghasilkan sedikit yield ABE, bahkan pada perlakuan hidrolisis asam tidak terbentuk butanol. Selain dari yield ABE hasil fermentasi, dilihat dari penurunan kadar gula reduksi yang terjadi tidaklah banyak sehingga mengindikasikan rendahnya aktivitas bakteri tersebut. Rendahnya aktivitas bakteri dapat disebabkan oleh beberapa hal asam karena beberapa faktor seperti kadar furfural yang tebentuk, kondisi pH dan garam-garam yang terbentuk saat proses penetralan [4]. Furfural dihasilkan dari bahan baku yang mengandung pentosan. Pentosan adalah hemiselulosa yang dihidrolisa menghasilkan pentosa dan kemudian pentosa mengalami proses siklodehidrasi menjadi furfural. Proses pembentukan dilakukan dalam kondisi bertekanan dengan perlakuan asam anorganik kuat. Pada hidrolisis asam, xylan (pentosan) menghasilkan xylose (pentose) kemudian pentose didehidrasi menjadi furfural. Sehingga untuk meningkatkan aktifitas bakteri diperluka perlakuan tambahan berupa inhibitor removal. Pada hasil fermentasi dengan hidrolisis asam hanya terbaca etanol. Hal ini dimungkinkan adanya fermentasi spontan yang disebabkan oleh kontaminan yang masuk kedalam hasil fermentasi. Fermentasi spontan ini berlangsung dalam kondisi aerob. Fermentasi dari kertas bekas tidak menghasilkan butanol karena adanya tinta yang menghambat aktivitas bakteri. Fermentasi kertas kosong dengan hidrolisis asam juga tidak menghasilkan butanol karena adanya furfural yang terbentuk sehingga menghambat aktivitas bakeri C. beijerinckii. 4 Kesimpulan Metode preparasi terbaik yang didapatkan dari penelitian ini adalah dengan hidrolisis enzim menggunakan kombinasi enzim. Jumlah butanol hasil fermentasi kertas pada kondisi anaerob adalah 0,0000295ml/gram kertas Daftar Acuan [1]Doherty, J. (2012). Fossil Fuels: Examination and Prediction of Future Trends. Thesis Bachelor of Science Degree at Ohio State University [2]Lee, S. Y., J. H. Park, et al. (2008). "Fermentative butanol production by clostridia." Biotechnology and Bioengineering, 101, p.209228. Gambar 3. Proses Terbentuknya Furfural Furfural dapat menghambat aktivitas bakteri Clostridium dan telah banyak terjadi. Furfural terbentuk akibat terpecahnya hemiselulosa pada kondisi asam dan suhu yang tinggi. Berdasarkan data hasil fermentasi dengan hidrolisis enzim ditemukan bahwa komponen etanol terbaca yang terbanyak, diikuti aseton dan butanol. Yield ABE yang sangat rendah dan penggunaan distilasi biasa pada suhu 800 C bisa menjadi penyebabnya. Etanol dan aseton yang memiliki titik didih disekitar suhu tersebut dan lebih rendah sehingga lebih mudah untuk dipisah dibandingkan butanol yang memiliki titik didih lebih tinggi dari air. Sedangkan kandungan aseton masih lebih rendah dibanding etanol bisa disebabkan oleh kehilangan saat destilasi karena untuk mengembunkan aseton membutuhkan suhu yang lebih rendah dibanding etanol. Sehingga kemungkinan masih ada dalam bentuk [3]Dürre, P. (2007). “Biobutanol: An attractive biofuel”. Biotechnology Journal 2, p.1525-1534. [4]Quraeshi, N et al. (2010). ” Production of butanol (a biofuel) from agricultural residues: Part I – Use of barley straw hydrolysate”. Biomass and Bioenergy,34, p.559–565 [5]Kumar, G., & Gayen, K. (2011). “Developments in biobutanol production: New insights”. Applied Energy, 88, p.1999–2012 [6] Sutjiadi, H.A, Hardosubroto, H., & Girisuta, B. (2010) Optimisasi Proses Hidrolisis Kertas Bekas dengan Menggunakan Metode Hidrolisis Termal. Prosiding Sminar Nasional Teknik Kimia, Yogyakarta. [7]Indonesian Commercial Newsletter. (2011). Profil Industri Pulp dan Kertas. 05 April 2012. http://www.datacon.co.id/Pulp-2011 Industri.html Pembuatan biobutanol ..., Aditya Sigit Prasetya, FT UI, 2013