BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN A. Prosedur

advertisement
1
BAB IV
ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN
A. Prosedur Transaksi Ekspor dan Impor dengan Mekanisme L/C pada Citi
Bank
Citi Bank mempunyai peranan yang besar dalam melancarkan transaksi
ekspor – impor guna memberikan keuntungan baik bagi para Negara pengimpor
mapun pengekspor. Dengan L/C yang disalurkan oleh Citi Bank untuk nasabahnya.
Adapun prosedur transaksi ekspor impor dengan mekanisme L/C dapat dilihat dalam
gambar berikut:
1.CONTRACT
EKSPORTIR
IMPORTIR
5. PENGIRIMAN
2. LC
APPLICATION
11. DOKUMEN
6.
DO
KU
ME
N
4. DOKUMEN
10. DEBIT
ACCOUNT
3. LETTER OF
CITI BANK
8. DOKUMEN
ADVISING
BANK
9. REIMBURSEMENT
4.1 Mekanisme ekspor impor pada Citi bank
7.
NE
GO
SIA
SI
2
1. Eksportir dan Importir mengadakan kontrak jual beli (sales contract).Dalam
Sales Contract dicantumkan cara pembayaran yang digunakan.
2. Apabila menggunakan L/C maka Eksportir - Importir akan meminta Citi Bank
untuk membuka sebuah Letter of Credit (L/C) sebagai dana yang dipersiapkan
untuk melunasi hutangnya kepada eksportir, sejumlah yang disepakati dalam
sales contract. Citi Bank yang diminta eksportir membuka L/C itu disebut
Opening Bank. Citi Bank inilah yang bertanggung jawab melakukan
pembayaran atas L/C kepada eksportir penerima L/C. Importir yang meminta
pembukaan L/C disebut applicant.
3. Citi Bank setelah menyelesaikan jaminan dana L/C dengan impor melakukan
pembukaan L/C melalui bank korespondennya di negara eksportir.
Pembukaan L/C dilakukan dengan surat, kawat, teleks, faksimile, atau media
elektronik lainnya yang sah. Penegasan pembukaan L/C dalam bentuk tertulis
itu disebut L/C Confirmation yang diteruskan oleh Citi Bank kepada bank
korespondennya untuk disampaikan kepada penerima, yaitu ekspor yang
disebut dalam surat itu. Bank koresponden yang diminta Citi Bank untuk
menyampaikan amanat pembukaan L/C disebut Advising Bank.
4. advising Bank setelah meneliti keabsahan amanat pembukaan L/C yang
diterimanya dari Citi Bank meneruskan amanat pembukaan L/C itu kepada
eksportir yang berhak menerima dengan surat pengantar dari advising bank.
Surat pengantar itu disebut L/C advis, sedangkan ekspor penerima L/C
3
disebut Beneficiary dari L/C itu. Bila Advising Bank diminta tertulis oleh Citi
Bank untuk turut menjamin pembayaran atas L/C tersebut maka Advising
Bank juga disebut Confirming Bank.
5. Eksportir setelah menerima L/C Confirmation kemudian mempersiapkan
barang untuk diekspor, melakukan pemesanan ruang/tempat kepada
perusahaan pelayaran (shipping company) yang kapalnya akan berangkat ke
pelabuhan tujuan yang dimaksud dalam Sales Contract serta sesuai dengan
waktu pengapalan (shippment date) yang disepakati dalam sales contract.
Eksportir
kemudian
mengurus
formalitas
ekspor
seperti
mengisi
pemberitahuan ekspor barang, membayar Pajak Ekspor dan Pajak Ekspor
Tambahan melalui advising Bank, mengurus izin muat kepada Kantor
Inspeksi Bea dan Cukai di pelabuhan muat. Setelah semua formalitas ekspor
selesai, ekspor menyerahkan barang kepada perusahaan pelayaran (shipping
company) untuk dimuat pada waktu yang disepakati.
a. Shipping company setelah selesai melakukan pemuatan barang ke atas
kapal, menyerahkan bukti penerimaan barang, bukti kontrak angkutan,
dan bukti pemilikan barang dalam bentuk Bill of Lading atau transport
document lainnya kepada ekspor yang dalam pengangkutan ini disebut
shipper.
b. Shipping company selanjutnya bertanggung jawab mengangkut
muatan itu sampai ke pelabuhan tujuan, serta menyerahkannya dengan
4
selamat dan utuh kepada penerima barang yang disebut dalam B/L di
pelabuhan tujuan (destination port) yang juga disebut dalam B/L itu.
6. Ekspor setelah menerima Bill of Lading dari perusahaan pelayaran,
menyiapkan semua dokumen pengapalan yang disyaratkan dalam Letter of
credit seperti faktur/invoice, packing list/daftar pengepakan, wesel/draft serta
surat pengantar negosiasi dokumen secara lengkap dan cermat. Semua
dokumen pengapalan itu diserahkan ekspor kepada negotiating bank yang
ditentukan dalam L/C untuk memperoleh pembayaran. Negotiating bank
meneliti dengan seksama semua dokumen pengapalan yang diminta dalam
syarat - syarat L/C. Bila semuanya cocok baik jumlah, jenis, maupun uraian
sebagaimana yang dituntut oleh L/C, maka negotiating bank akan
membayarkan jumlah yang ditagih oleh ekspor dari dana L/C yang tersedia.
Formalitas ekspor seperti mengisi pemberitahuan ekspor barang, membayar
Pajak Ekspor dan Pajak Ekspor Tambahan melalui advising Bank, mengurus
izin muat kepada Kantor Inspeksi Bea dan Cukai di pelabuhan muat. Setelah
semua formalitas ekspor selesai, ekspor menyerahkan barang kepada
perusahaan pelayaran (shipping company) untuk dimuat pada waktu yang
disepakati.
7. Negotiating Bank meneruskan dokumen pengapalan yang sudah dilunasi itu
kepada Citi Bank yang membuka L/C bersangkutan sebagai penagihan
kembali dari uang yang sudah dibayarkan oleh negotiating bank tersebut
5
kepada ekspor. Citi Bank memeriksa dengan seksama semua dokumen
pengapalan itu dan bila ternyata sesuai dengan syarat - syarat yang dibuka
maka Citi Bank kemudian melunasi uang yang sudah dibayarkan oleh
Negotiating Bank pembayaran pelunasan kembali ini disebut reimbursement.
Citi Bank selanjutnya memberitahukan penerimaan dokumen pengapalan itu
kepada importir. Importir akan mengambil dokumen pengapalan itu dari Citi
Bank dan menyelesaikan pelunasan dokumen pengapalan tersebut dengan Citi
Bank yang bersangkutan. Setelah itu Citi Bank akan menyerahkan seluruh
dokumen pengapalan itu kepada importir untuk dipergunakan menerima
barang yang bersangkutan dari perusahaan pelayaran dan Bea cukai setempat.
8. Issuing bank memberitahukan kedatangan dokumen kepada importir dan
permintaan pelunasan L/C
Pemuatan barang ekspor ke atas sarana pengangkut dilaksanakan setelah
mendapat persetujuan muat dari Pejabat Bea dan Cukai. Dan telah diteliti baik berupa
penelitian dokumen maupun penelitian fisik, dalam hal tertentu diadakan
pemeriksaan fisik terhadap barang ekspor yang :
1. Berdasarkan petunjuk kuat akan terjadi pelanggaran atau telah terjadi
pelanggaran ketentuan di bidang ekspor
2. Berdasarkan informasi dari Direktorat Jenderal Pajak terdapat petunjuk kuat
akan terjadi pelanggaran atau telah terjadi pelanggaran ketentuan di bidang
perpajakan dalam kaitannya dengan restitusi PPN dan PPn BM ; atau ;
6
3. Akan dimasukkan kembali ke dalam Daerah Pabean (re-impor)
Pemeriksaan dapat dilaksanakan di Kawasan Pabean, Gudang ekspor, atau
tempat lain yang digunakan ekspor untuk menyimpan barang ekspor. Sehingga
dengan adanya PEB yang dikeluarkan oleh Pejabat Bea dan Cukai memberikan
jaminan bahwa barang yang diekspor adalah barang yang diminta oleh impor.
Salah satu hal pokok yang perlu diperhatikan oleh eksportir dalam
pelaksanaan transaksi ekspor - impor adalah penyiapan dokumen sesuai dengan apa
yang dipersyaratkan dalam Letter of Credit. Penyiapan dokumen ini sangat penting
karena Bank membayar atas dokumen yang diserahkan oleh ekspor yang telah sesuai
dengan L/C. Dan pembayaran oleh Citi Bank dengan menggunakan L/C dilakukan
bukan atas barangnya melainkan berdasarkan dokumen. Perusahaan menyiapkan
dokumen - dokumen yang diisyaratkan dalam L/C atas dasar L/C yang dibuka oleh
Citi Bank untuk keperluan impor. Dokumen - dokumen yang diserahkan perusahaan
kepada Bank untuk dinegosiasikan, yaitu :
1. Full set clean on board Bill of Lading
2. Commercial Invoice
3. Dan dokumen tambahan yang diminta oleh impor, misalkan Cerificate
of Origin, Certificate of Fumigation, Packing List.
Dokumen Bill of Lading (B/L) merupakan dokumen pengapalan yang paling
penting karena mempunyai sifat jaminan atau pengamanan. Asli B/L menunjukkan
hak pemilikan atas barang - barang dan tanpa B/L tersebut seseorang atau orang lain
7
yang ditunjuk tidak dapat menerima barang - barang yang disebutkan di dalam B/L
yang bersangkutan. B/L yang dikeluarkan oleh pihak pengangkut berfungsi sebagai
bukti tanda pengiriman barang, bukti kontrak pengangkutan, dan penyerahan barang,
dan sebagai bukti atau pemilikan barang. Dengan Bill of Lading ini impor dapat
mengeluarkan barang impor miliknya. Sehingga eksportir maupun Citi Bank harus
lebih memperhatikan B/L sehingga tidak ada discrepancies yang akan merugikan
ekspor. Hal - hal yang harus diperhatikan terhadap B/L :
1. Bill of Lading (B/L) yang diajukan harus merupakan seperangkat dokumen
asli yang lengkap, seperti yang dikeluarkan. Jumlah B/L asli yang
ditandatangani dan dikeluarkan perusahaan pelayaran merupakan satu
perangkat dokumen lengkap selalu diterangkan dibagian bawah B/L di atas
tanda tangan.
2. Pelabuhan muat (Port of Loading) dan pelabuhan bongkar (Port Of
Destination) harus sesuai dengan persyaratan kredit.
3. Nama pihak pengangkut, pengirim dan penerima barang harus sesuai
dengan yang tercantum dalam L/C.
4. Tanda - tanda pengapalan dan nomor - nomornya harus sesuai dengan tanda
pengapalan dan nomor - nomor dalam dokumen lainnya seperti invoice,
dokumen asuransi, dan sebagainya.
8
5. Sifat dari B/L adalah Clean. Tidak ada klausul tambahan luar biasa pada B/L
yang secara tegas menerangkan keadaan tidak baik dari barang - barang atau
pengepakan yang menandakan bahwa dokumen itu adalah Foul and Unclean.
6. Harus mencantumkan nama shipper atau agennya.
7. B/L tidak boleh kadaluwarsa. B/L harus disampaikan dalam waktu tertentu
setelah tanggal penerbitannya, seperti yang ditentukan dalam L/C. Apabila
waktu tersebut tidak disebutkan dalam L/C, bank akan menolak dokumen
yang disampaikan kepadanya lewat dari 21 hari, dari tanggal pengeluaran
B/L.
8. Segala perubahan atau penggantian pada B/L harus ditandatangani
oleh penandatangan B/L.
9. Uraian barang - barang pada B/L tidak boleh berlawanan dengan yang
terdapat di L/C.
10. Bukti bahwa barang - barang telah dimuat di atas kapal (on board). On board
pada B/L haruslah diberi tanggal dan ditandatangani oleh pejabat perusahaan
pelayaran atau agennya. Apabila B/L mencantumkan tanggal pengapalan
terakhir (latest shippment date)
11. Dalam C&F atau C. I. F harus tercantum kata – kata : freight prepaid. Dalam
hal F. O. B atau F. A. S harus tercantum kata - kata : freight to be paid at
destination atau freight collect.
9
Perusahaan selaku ekspor akan menerima langsung pembayaran dari Bank
Pembayar/Bank yang menegoiser L/C apabila dokumen yang telah diserahkan
dinyatakan memenuhi syarat - syarat L/C termasuk didalamya dokumen B/L.
Sementara bank akan memungut pembayaran kembali (reimbursement) dari Citi
Bank sebagai pembuka L/C (impor). Apabila Bank yang menegoisasi L/C dalam
pemeriksaan dokumen menemukan adanya penyimpangan yang tidak sesuai dengan
syarat L/C dan kondisi L/C, maka kemungkinan dapat terjadi non payment
(pembayaran tidak dilakukan). Dokumen yang tidak sesuai dengan syarat L/C
dinyatakan /penyimpangan dokumen.
B. Faktor – faktor yang Penting dalam Ekspor dan Impor pada Citi Bank
Sebagaimana telah di uraikan sebelumnya, sebuah L/C atau kredit
berdokumen menjamin baik kepentingan Importir maupun Eksportir yakni waktu
pembayaran barang – barang yang dicocokkan debgan waktu penyerahan barang.
Dengan demikian sebuah L/C yang irrevocable apalagi yang confirmed
merupakan suatu alat pembayaran yang baik dan meyakinkan bagi ekspor. Begitu
juga halnya bagi impor, bilamana dokumen – dokumen yang di isyaratkan, benar –
benar lengkap maka L/C tersebut juga merupakan alat yang efektif untuk menerima
penyerahan barang – barang.
Oleh karena itulah maka L/C yang merupakan suatu alat pembayaran yang
harus tepat dan tidak mengandung kesalahan – kesalahan harus ditangani oleh pihak
10
yang terlibat di dalamnya (Citi Bank) dengan teliti dan sempurna, dan karena ekspor
dan imporlah yang paling berkepentungan didalamnya maka beberapa aturan berikut
harus diperhatikan oleh pihak tersebut.
1. Pihak yang melakukan Impor
a. Instruksi kepada issuing bank harus jelas dan tepat dan tidak bertele –
tele.
b. Syarat – syarat L/C dan dokumen – dokumen yang dimintakan harus
sesuai dengan kontrak jual beli (sales kontrak) atas dasar mana L/C
dibuka.
c. Setiap pemeriksaan barang- barang sebeluma atau pada waktu pengapalan
haruslah dibuktikan dengan sebuah dokumen. Sifat dokumen tersebut dan
yang mengeluarkannya haruslah ditetapkan dalam L/C.
d. L/C tidak boleh mensyaratkan dokumen – dokumen yang tidak mungkin
dipenuhi oleh ekspor.
2. Pihak yang melakukan Ekspor
a. Walaupun banyak waktu tersedia antara penerimaan L/C dan penggunanya,
eksportir tidak boleh menunda – nunda penelitian L/C tersebut dan
permintaan akan perubahan – perubahan yang perlu.
b. Eksportir harus cukup puas dengan persyaratan – persyaratan dan dokumen –
dokumen yang dimintakan dan telah sesuai dengan sales kontrak. Bank tidak
11
berkepentingan dalam kontrak – kontrak tersebut. Penelitian bank atas
dokumen – dokumen tersebut hanya atas dasar syarat – syarat L/C dan
perusahaan yang ada dalam L/C tersebut.
c. Bilamana sudah waktunya untuk menyelesaikan dokumen – dokumen,
eksportir harus :
1) Menyelesaikan dokumen –dokumen yang diminta tepat sebagaimana
yang di syaratkan L/C.
2) Menyerahkan dokumen kepada bank secepat mungkin atau setidak –
tidaknya dalam masa belakunya L/C, yang ditetapkan dalam L/C atau
diperlakukan sesuai pasal 47 UCPDC.
d. Eksportir harus mengingat bahwa ketidak cocokan L/C dengan syarat –
syarat yang ditetapkan dalam L/C atau ketidak sempurnaannya dokumen
mewajibkan bank untuk melakukan pembayaran.
C. Masalah – masalah yang Timbul Dalam Pelaksanaan Transaksi Ekspor Impor
Dalam pelaksanaan transaksi ekspor - impor berbagai masalah mungkin akan
dihadapi oleh ekspor - impor, baik yang bersifat ekstern maupun intern. Berhasil
tidaknya usaha-usaha untuk meningkatkan transaksi perdagangan antara lain
12
tergantung pada sejauh mana eksporti-impor yang bersangkutan tanggap dan sanggup
menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi
1. Masalah – Masalah Eksternal dalam Ekspor Impor
a. Kepercayaan antara pihak yang melakukan ekspor-impor
Salah satu faktor ekstern yang penting untuk menjamin terlaksananya
transaksi antara pihak yang melakukan ekspor dan impor adalah kepercayaan. Dua
pihak yang tempatnya berjauhan dan belum saling mengenal merupakan suatu resiko
bila dilibatkan dengan pertukaran barang dengan uang. Apakah importir percaya
untuk mengirimkan uang terlebih dahulu kepada eksportir sebelum barang dikirim
atau sebaliknya apakah eksportir mengrimkan barang terlebih dahulu kepada pihak
yang melakukan Importir sebelum melakukan pembayaran. Terlepas dari bantuan
bank yang akan turut dalam pengamanan - pengamanan dokumen, apakah bisa
dijamin bahwa eksportir akan mengirimkan barang sesuai dengan mutu, jumlah harga
yang dipesan dan sebaliknya apakah dari Importir dapat dipastikan suatu itikad baik
untuk membayar pada waktunya dan tidak menunda-menunda atau mencari-mencari
dalih untuk menolak pembayaran.
Oleh karena itu, sebelum kontrak jual beli diadakan masing-masing pihak
harus sudah mengetahui kredibilitas dari rekan dagangnya melalui bantuan Citi Bank
selaku pembuka L/C yang mempunyai atau dapat mengusahakan status report atau
13
credit information dari perusahaan - perusahaan tersebut. Saling mempercayai antara
kedua belah pihak ekspor - improtir adalah mutlak perlu agar tidak terjadi kesulitankesulitan dan perselisihan-perselisihan di kemudian hari.
Risiko yang timbul mungkin dapat diamankan oleh Citi Bank sebagai pihak
perantara, namun dalam praktek akan tetap dirasakan kelambatan - kelambatan bila
satu pihak mencari berbagai macam cara atau alasan untuk tidak memenuhi
kewajibannya yang tidak jarang menyulitkan rekan dagangnya atau Citi Bank yang
terlibat dalam realisasi transaksi tersebut.
Haruslah diingat juga bahwa Citi Bank hanyalah berkepentingan dalam
dokumen-dokumen pengapalan dan tidak turut terlibat dalam soal kontrak dagang
antara eksportir dan importir. Bilamana rekan dagangnya baik, maka biasanya
hubungan akan diteruskan dengan transaksi - transakssi selanjutnya, namun dengan
rekan dagang yang ternyata kurang baik atau bersifat untung-untungan dan tidak
jujur, hubungan-hubungan transaksi yang baru tersebut segera akan di putuskan.
b. Pemasaran
Ke Negara mana barang akan dipasarkan untuk mrndapatkan harga yang
sebaik-baiknya merupakan factor yang perlu dipertimbangkan. Sebaliknya akan di
impor untuk memperoleh kondisi-kondisi pembayaran yang lebih baik. Dalam usaha
mengamankan kegiatan - kegiatan dalam bidang ekspor maka teristimewa bagi
14
eksportir perlu ditekankan keharusan mempelajari teknik-teknik pemasaran,
mengetahui potensi barang-barang yang diperdagangkan dan memperkenalkan
keistimewaan barang-barang tersebut.
Dalam hal penetapan harga komoditi ekspor dan konsep pemasarannya,
ekspor perlu mengetahui apakah dapat bersaing penjualannya diluar negeri.
Harus dipikirkan cara-cara mana yang terbaik ditempuh dalam pemasaran,
yakni menjual langsung kepada pembeli ataukah dengan pemasaran barang-barang,
apakah pemasaran langsung , yakni menjual langsung kepada pembeli ataukah
dengan pemasaran tidak langsung, yakni menggunakan jasa - jasa badan usaha
ekspor, perantara dan lain-lain. Biaya-biaya untuk masing-masing cara tersebut juga
harus diperhitungkan supaya keuntungan yang diperoleh sesuai dengan yang
diharapkan, atau factor - faktor penentu harga, jenis-jenis barang, dan Negara tujuan
ekspor memegang peranan yang cukup penting.
Yang juga tidak kurang pentingnya adalah diversifikasi atau perluasan
pemasaran memasuki pasaran-pasaran baru. Tidak jarang ekspor-ekspor terlalu terikat
pada kebiasaan menawarkan barangnya ke Negara atau rekan dagang yang sama
terus-menerus, sehingga kesempatan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dari
Negara atau rekan dagang yang lain terluput. Dalam saat-saat pasar telah jenuh
dituntut kegesitan dari para ekspor untuk terus menerus mengganti perkembangan
pasar, mengikuti secara aktif liku - liku perdagangan internasional, perkembangan-
15
perkembangan naik turunnya bidang - bidang usaha dan industry - industri tertentu
secara mikro atau makro, sehingga dapat memberikan arah yang lebih tepat untuk
melakukan langkah-langkah pemasaran barang-barang ekspornya
c. Sistem kuota dan Kondisi Hubungan Perdagangan dengan Negara lain
Keinginan eksportir - importir untuk mencari, memelihara atau, meningkatkan
hubungan dagang dengan sesamanya juga tergantung pada kondisi Negara kedua
pihak yang bersangkutan. Betapapun keinginan kedua belah untuk meningkatkan
transaksi-transaksi yang cukup menguntungkan, namun bilamana ada pembatasan
seperti ketentuan kuota barang dan kuota Negara, maka tidak sepenuhnya dapat
terlaksana. Juga apabila hubungan dagang antara Negara-negara yang bersangkutan
tidak diperbolehkan secara resmi maka pengamanan dari pembayaran transaksi tidak
akan terjamin.
d. Keterikatan dalam Organisasi - Organisasi internasional
Indonesia merupakan anggota beberapa organisasi internasional yang
berkaitan dengan komoditi-komoditi ekspor seperti ICO (kopi), OPEC (minyak
bumi), INRO (karet), ITA (timah) dan sebagainya. Organisasi ini dimaksudkan untuk
mengatur stabilisasi harga dari barang-barang komoditi ekspor tersebut dipasaran
internasional. Namun terlepas dari manfaat yang diperoleh dari keanggotaan di
dalamnya tak jarang merupakan penghambat untuk dapat melakukan tindakan-
16
tindakan tertentu bagi peningkatan transaksi komoditi yang bersangkutan, seperti
contoh ICO dengan kuota kopi, serta penentuan harga yang lebih bersaing yang
sering dihadapi anggota-anggota OPEC.
e. Kurang Pemahaman akan Tersedianya Kemudahan - kemudahan
Internasional
Tersedianya kemudahan-kemudahan internasional banyak membantu ekspor
seperti misalnya ASEAN Preferential Trading arrangement yang menyediakan
kemudahan tarif barang tertentu bagi pengembangan perdagangan antara Negara
ASEAN. Kemudahan tarif yang disediakan bersifat timbal balik dan pemanfaatannya
dilakukan dengan menerbitkan Formulir C oleh Negara salah barang. Juga adanya tax
treaty antar Negara-negara tersebut.
2. Masalah – masalah Internal dalam Ekspor Impor
a. Persiapan - persiapan Teknis
Keharusan perusahaan - perusahaan ekspor - impor untuk memenuhi syaratsyarat berusaha adakalanya tidak mendapat perhatian yang sungguh - sungguh.
Persiapan - persiapan teknis yang seharusnya telah dilakukan diabaikan karena diburu
oleh tujuan yang lebih utama yakni mengejar hasil yang cepat dan nyata dari
perdagangan itu sendiri, sehingga persyaratan - persyaratan dasar untuk pelaksanaan
17
transaksi ekspor - impor itu terlupakan. Sebagaimana diketahui syarat-syarat
umumnya antara lain adalah :
1) Harus merupakan badan hukum (PT, CV, FA, PN, PERUM dan sebagainya)
2) Eksportir harus memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), atau
mendapat Izin Usaha dari Departemen Teknis/Lembaga Pemerintah Non
departemen, atau merupakan ekspor Terdaftar (ET) bagi eksportir yang telah
memperoleh pengalaman sebagai eksportir terdaftar. Dalam tahun sebelum
pakto, perusahaan ekspor-impor diharuskan memiliki izin dalam bentuk kartu
pengenal, yaitu: Angka Pengenal Ekspor (APE) atau Angka Pengenal Ekspor
Sementara (APES) bagi eksportir, dan Angka Pengenal Impor (API) atau
Angka Pengenal Impor Sementara (APIS) bagi importir, dan khusus untuk
ekspor dan impor dalam rangka PMA atau PMDN memerlukan APET (Angka
Pengenal Ekspor Terbatas) dan APIT (Angka Pengenal Impor Terbatas) yang
syarat-syarat pemilikannya ditentukan oleh instansi yang berwenang.
3) Importir harus memiliki Angka Pengenal Impor Sementara (APIS) atau
Angka Pengenal Impor (API) atau Angka Pengenal Impor Terbatas (APIT).
Patut dicatat bahwa kemudahan persyaratan bagi eksportir tersebut di atas
yang hanya memerlukan SIUP sebagai pengganti Angka Pengenal Ekspor Sementara
(APES) atau Angka Pengenal Ekspor (APE) atau Angka Pengenal Ekspor Terbatas
18
(APET) adalah dalam rangka usaha deregulasi untuk peningkatan usaha ekspor asal
ada SIUP, kecuali untuk barang-barang yang kena kuota, antara lain tekstil dan kopi.
b. Kemampuan dan Pemahaman Transaksi Luar Negeri
Keberhasilan dan kelancaran pelaksanaan transaksi ekspor - impor juga
didukung oleh sejauh mana pengetahuan atau pemahaman ekspor - impor, baik
pimpinan atau petugas-petugasnya, dalam pengenalan transaksi ekspor - impor itu
sendiri.
Yang pertama perlu dikuasai adalah dasar - dasar transaksi ekspor - impor,
tata cara pelaksanaanya, pengisian-pengisian formulir yang diperlukan, peraturanperaturan pemerintah dalam maupun luar negeri dimana rekan dagangnya berada.
Selanjutnya yang bersangkutan harus mengembangkan pengetahuan dengam
mempelajari liku - liku pelaksanaan transaksi - transaksi tersebut secara lebih luas
dan memanfaatkan segala informasi yang diterima, melakukan tukar pikiran dengan
instansi - instansi yang berwenang atau bank - bank dan rekan - rekan pedagang, dan
rajin memperdalam pengetahuannya dengan membaca buku-buku, publikasipublikasi dagang dan surat-surat kabar dalam dan luar negeri yang diadakan oleh
bank atau badan - badan tertentu. Dengan pemahaman dan pengetahuan yang lebih
luas maka ekspor/impor tidak akan melakukan kekeliruan - kekliruan yang merugikan
dan dapat melihat lebih jauh kedepan tentang kemungkinan - kemungkinan yang
dapat dilakukannya untuk meningkatkan transaksi. Selain itu yang bersangkutan
19
dapat memanfaatkan kesempatan - kesempatan serta fasilitas - fasilitas yang tersedia
pada Citi Bank. Mereka juga mampu menghindarkan kerugian - kerugian yang
mungkin terjadi karena ulah dari pihak rekan dagang luar negeri dan lain sebagainya.
Jelaskan bahwa pelaku Ekspor - Impor membekali diri dengan pengetahuan teori dan
praktek transaksi perdagangan ekspor-impor.
c. Pembiayaan
Pembiayaan transaksi merupakan masalah yang penting yang tidak jarang
dihadapi oleh para pengusaha ekspor-impor kita. Apakah cukup membiayai transaksi
keuangannya sendiri ataukah perlu bantuan Citi Bank, jenis fasilitas pembiayaan
mana yang paling tepat dan yang paling murah dan sampai sejauh mana dapat
diperoleh pembiayaan - pembiayaan, merupakan pemikiran - pemikiran yang pokok
bagi para pengusaha tersebut. Dalam hal ini diperlukan pengusaha - pengusaha yang
mampu
mengatur
keuangannya
secara
bijaksana
dan
mempelajari
serta
memanfaatkan kemungkinan fasilitas - fasilitas pembiayaan untuk pelaksanaan
transaksi - transaksi yang dilakukan.
d. Kekurang Sempurnaan dalam Mempersiapkan Barang-barang
Khusus dalam transaksi ekspor, kurang mampunya eksportir dalam
menanggulangi penyiapan - penyiapan barang dapat menimbulkan akibat yang tidak
20
baik bagi kelangsungan hubungan transaksi dengan rekan dagang dari hal - hal
berikut:
1) Pengiriman barang terlambat karena kesulitan administrasi dan pengaturan
angkutan, peraturan-peraturan pemerintah dan sebagainya.
2) Mutu barang yang tidak dapat dipertahankan sesuai dengan yang
diperjanjikan.
3) Kontunuitas penyediaan jumlah barang ekspor sesuai yang diperjanjikan tidak
dapat dipenuhi.
4) Kelambatan dalam pengiriman dokumen-dokumen pengapalan.
e. Kebijaksanaan dalam Pelaksanaan Ekspor - Impor
Kelancaran transaksi pelaksanaan transaksi ekspor - impor pada hakikatnya
tergantung dari peraturan-peraturan yang mendasarinya. Peraturan-peraturan yang
apibila sering berubah-ubah dapat membingungkan dan menimbulkan salah
pengertian dan kekeliruan,baik dipihak penguasa di dalam negeri maupun rekan
dagangnya diluar negeri. Karena itu biasanya diperlukan waktu atau masa transisi
dimana semua pihak telah siap dengan perubahan-perubahan yang ada. Selain itu
diperlukan penjelasan - penjelasan yang cukup tentang latar belakang perubahanperubahan dan tujuannya, sehingga masing-masing pihak memaklumi dan megetahui
aturan permainan dalam transaksi-transaksi selanjutnya.
21
D. Cara Mengatasi Permasalahan Ekspor - Impor pada Citi Bank
Berbagi kemungkinan yang dapat dilakukan antara lain mengusahakan
fasilitas dari rekan dagang di Negara lain sehingga syarat-syarat pembayarannya
dapat diatur seringan mungkin, dan bila menggunakan L/C maka syarat-syarat L/C
diusahakan agar dimungkinkan adanya fasilitas atau kemudahan bagi pihaknya. Yang
lebih umum lagi dilakukan adalah memanfaatkan fasilitas-fasilitas pembiayaan yang
tersedia pada bank-bank, fasilitas-fasilitas mana dapat disesuaikan dan tergantung
dari pada jenis transaksi-transaksi yang dilakukan..
Sistem pembayaran dengan L/C ini merupakan cara yang paling aman bagi
Eksportir untuk memperoleh hasil penjualan barangnya dari importir asalkan
Eksportir tersebut dapat menyerahkan dokumen - dokumen sesuai dengan yang
disyaratkan dalam L/C. dengan penerbitan L/C ini Citi Bank bertindak sebagai
pengganti importir yakni pihak yang memberikan kepercayaan dan kepastian kepada
penjual bahwa pembayaran akan dilakukan oleh Citi Bank sesuai dengan persyaratanpersyaratan yang terdapat di dalam L/C.
Jadi L/C yang diterbitkan oleh Citi Bank tersebut atas nama dan untuk
kepentingan importir yang ditujukan pada eksportir adalah merupakan fasilitas Citi
Bank bagi importir yang bersangkutan, sebab bilamana impor yang bersangkutan
tidak melakukan pembayaran, maka Citi Bank akan menanggung risiko untuk
mengambil
alih
kewajiban-kewajiban
importir
tersebut
untuk
melakukan
22
pembayaran. Disamping itu bilamana ada L/C yang dibuka oleh seorang importir atau
sebuah bank di Negara lain untuk diteruskan dan sekalian minta dikonfirmasi oleh
bank ditempat eksportir (confirmed L/C) maka bank yang tersebut terakhir juga harus
menanggung country risk (risiko ekonomi dan politik Negara) tempat importir
tersebut. Kepastian akan amannya kepentingan kedua belah pihak eksportir dan
importir dengan penggunaan L/C ini dimaksudkan adalah :
1. Kepada penjual dipastikan akan adanya pembayaran bilamana
dokumen-dokumen pengapalan lengkap sesuai syarat-syarat L/C, dan
2. Kepada importir dipastikan bahwa pembayaran hanya akan dilakukan
oleh Citi Bank bila sesuai dengan persyaratan-persyaratan L/C.
Pembayaran yang dipastikan itu pun tergantung dari jenis L/C yang dibuka
yakni apakah L/C tersebut irrevocable atau irrevocable confirmed. Demikaian jugA
segi tenor pembayaran wesel dapat diatur apakah wesel segera dibayar yakni dengan
sight L/C yang weselnya ditarik at sight, atau usance/term L/C, dimana ekpsortir akan
menarik wesel berjangka yang disebut time draft/usance draft/term draft yang harus
diaksep oelh bank dan bayar langsung dengan diskonto.
Perlu dicatat bahwa dalam transaksi L/C ini Citi Bank hanya melihat dan
berkepentingan dalam dokumen-dokumen saja dan tidak terlibat dalam barangbarang. Karena itu L/C tidak menjamin importir bahwa isi pengapalan-pengapalan
23
oleh eksportir adalah sesuai dengan yang disebut dalam “Sales Contract” antarkedua
belah pihak eksportir dan importir.
Sebagaimana diketahui ada 3 kontrak terpisah yang dikaitkan dengan L/C,
yakni :
1. Kontrak jual beli (sales contract) antara penjual (ekspor) dan pembeli
(impor).
2. Instrument L/C yang merupakan kontrak antara ekspor (beneficiary)
dan bank pembuka L/C (issuing bank)
3. L/C atau “perjanjian jaminan” (security agreement) yang merupakan
kontrak antara impor (applicant) dan bank pembuka L/C (issuing
bank)
Demikianlah sistem pembayaram yang paling umum dilakukan dalam transaksi
ekspor-impor. Di dalam perdagangan internasional banyak perusahaan yang
menggunakan lebih dari satu sistem ini, tergantung pada hubungan antar ekspor dan
impor dan disesuaikan dengan kondisi negara yang berbeda-beda.
Download