PERAN GURU AQIDAH AKHLAQ DALAM UPAYA

advertisement
PERAN GURU AQIDAH AKHLAQ DALAM UPAYA
MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK
(Studi Kasus di SMP Islam Ruhama)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
BAHIYATUL MUSFAIDAH
NIM 1112011000023
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
ABSTRAK
Bahiyatul Musfaidah (1112011000023)
Jurusan Pendidikan Agama Islam
“Peran Guru Akidah Akhlaq dalam Upaya Membentuk Karakter Peserta Didik
(Studi Kasus di SMP Islam Ruhama)”
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui peran dan upaya guru akidah akhlaq
dalam membentuk karakter peserta didik di SMP Islam Ruhama. Pendekatan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif analisis, dengan
jenis penelitian studi kasus yang ditunjang dengan penelitian lapangan dan referensi
yang berkaitan dengan tema yang dibahas. Untuk memperoleh keabsahan data penulis
menggunakan teknik triangulasi dari beberapa teknik di antaranya observasi, angket
dan wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa guru akidah akhlaq
telah melakukan perannya dalam upaya membentuk karakter peserta didik, sebagai
pembimbing, pendidik, motivator dan demonstrator. Sebagai pembimbing, guru
akidah akhlaq memotivasi dan memberi nasihat kepada peserta peserta didik untuk
selalu berbuat baik. Sebagai pendidik yakni mengajarkan sopan santun dan tata
karma, mengajarkan cara berpakaian yang sesuai dengan norma dan aturan. Sebagai
demonstrator, guru akidah akhlak mencontohkan berpakaian yang sesuai norma,
sopan dan santun, selalu membaca doa ketika memulai dan mengakhiri sesuatu,
menyapa dan memberi salah ketika bertemu orang lain, berkata sopan, selalu datang
tepat waktu dan melaksanakan serta mengajak peserta didik untuk shalat sunnah dan
shalat wajib. Sebagai evaluator, guru akidah akhlak selalu menegur dan memberi
nasihat peserta didik yang melanggar aturan, memberi sanksi kepada peserta didik
yang melanggar tata tertib, seperti memotong rambut jika siswa berambut gondrong,
menggunting celana dan rok jika celana atau rok tidak sesuai aturan, serta bekerja
sama dengan guru bimbingan konseling untuk memberikan konseling kepada peserta
didik yang melanggar aturan serta memanggil orang tua peserta didik. Adapun upaya
yang dilakukan untuk membentuk karakter peserta didik yakni dengan menerapkan
pembiasaan yang sesuai dengan 18 nilai karakter yang dicanangkan oleh
Kemendikbud.
Kata kunci: Peran Guru, Membentuk Karakter Peserta Didik.
i
ABSTRACT
Bahiyatul Musfaidah (1112011000023) Department of Islamic Education
"Teacher Role in Efforts to Establish a creed Akhlaq Character of Students
(Case Study in SMP Islam Ruhama)"
This thesis aims to determine the role and efforts of teachers in shaping the character
of moral theology students in SMP Islam Ruhama. The approach in this study is a
qualitative approach, descriptive method of analysis, with the case study is supported
by field research and references relating to the themes discussed. To obtain the
validity of the data using triangulation techniques author of several techniques among
observations, questionnaires and interviews.
Based on the results of this study concluded that moral theology teacher has done its
part in establishing the character of the students, as a mentor, educator, motivator and
demonstrator. As a mentor, a teacher of moral theology to motivate and advise the
participant students to always do good. As an educator that teaches manners and
manners, teach you how to dress in accordance with the norms and rules. As a
demonstrator, teacher creed character exemplifies the dress as the norm, polite and
courteous, always read a prayer when starting and ending something, say hello and
give wrong when meeting others, said politely, always on time and carry out and
invite learners to pray sunnah and the obligatory prayer. As evaluators, teachers creed
morals always admonish and advise students who break the rules, to sanction the
students who violate the regulations, such as cutting hair if students haired, cut
trousers and skirts if the pants or skirt does not fit the rules, as well as collaborating
by counseling teachers to provide counseling to students who violate the rules and
calling the parents of learners. The efforts made to shape the character of the learners
by applying the appropriate habituation to the 18-character value that is declared by
Kemendikbud.
Keywords: Role of Teachers, Shaping Character of Students.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’aalamiin, segala puji dan syukur penulis haturkan ke
hadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa petunjuk jalan yang diridhai
Allah.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) pada jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini
membahas tentang peran guru akidah akhlaq dalam upaya membentuk karakter
peserta didik yang merupakan studi kasus di SMP Islam Ruhama.
Selanjutnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitas yang
dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun atas bimbingan-Nya dan motivasi dari
berbagai pihak, untuk menuju sebuah keberhasilan ada proses yang harus dijalani.
Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, diantaranya:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Abdul Madjid Khon, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam
3. Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam.
4. Drs. Achmad Gholib, M.Ag., selaku dosen penasihat akademik.
5. Dr. M. Dahlan, M.Hum., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing,
iii
mengarahkan dan mengembangkan pemikiran kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Kepala SMP Islam Ruhama beserta staf dan dewan guru yang telah
mengizinkan dan mensuport penulis. Juga Bapak Agus Muslim, SPd. yang
sudah bersedia membantu penulis dalam proses penelitian.
7. Orangtua tercinta Bapak Achmad Mangun Muqito dan Ibu Chotijah yang
selalu menjadi motivasi penulis untuk menyelesaikan jenjang S-1 ini, yang
kasih sayang serta do’anya tak pernah putus untuk penulis, yang selalu
memberikan motivasi moril dan materiil kepada penulis.
8. Kakak Tercinta, Siti Nur Faizah, yang selalu membantu penulis baik moril
dan materiil.
9. Seluruh keluarga yang telah membantu penulis selama ini (Mbah, Lik
Jesan, Lik Bekti, Lik Wawan, Lik Nurwi, Lik Sal dan semua sepupu
penulis).
10. Segenap Dosen dan Karyawan Jurusan Pendidikan Agama Islam yang
telah memberikan Ilmu pengetahun dan bantuan yang sangat berguna bagi
penulis.
11. Seluruh staf perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
perpustakann Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang telah
memberikan pelayanan dan fasilits serta buku-buku referansi yang penulis
butuhkan.
12. Teman-teman seperjuangan Jurusan PAI angkatan 2012, khususnya kelas
A, terima kasih atas kebersamaan, motivasi dan semangatnya.
13. Teman sekamar yang selalu membuat penulis menjadi lebih baik, Syifa
Alawiyah, terima kasih atas kebersamaannya.
14. Rekan-rekan sejawat, Kak Lani, Hasna, Kak Dita, Kak Arif yang sudah
mensuport penulis.
iv
15. Teman-teman satu kosan Wahidah Toko Boku Batubara (Ka Fatimah,
Barkah, Hilya, Aini, Mimi, Qori, Ka Piper dll) yang telah memberi
support kepada penulis.
16. Teman dekat tersayang; Syifa, Arruum, Ajeng, Hanny, Hikmah, Rina W,
Ola, Decha yang selalu ada saat suka dan duka.
17. Forum Lingkar Pena Ciputat; Rifqi, Belda, Akma, Kak Said, Kak Andik,
Kak Olik, Azmi, Kak Amal, dan semua penulis hebat di FLP Ciputat.
18. HMI Komtar; Semua kader HMI Komtar yang luar biasa, terima kasih
telah mengenalkan kepada penulis tentang makna perjuangan, pemikiran,
kekeluargaan. Yakusa!
19. Mas Ihdi dan keluarga yang selalu ada dan membantu penulis. Mas Ole,
Mba Pahe, dan kawan- kawan yang selalu membuat hari-hari penulis
penuh tawa.
Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Mudahmudahan bantuan, bimbingan, motivasi dan do’a yang telah diberikan menjadi pintu
datangnya ridha dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat kelak. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan
pada umumnya.
Jakarta,
16 September 2016
Penulis
Bahiyatul Musfaidah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… vi
PEDOMAN TRANSLITERASI…………………………………………………ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………….. 7
C. Pembatasan Masalah……………………………………………….. 7
D. Perumusan Masalah……………………………………………….. 7
E. Tujuan Penelitian…………………………………………………... 8
F. Manfaat penelitian…………………………………………………. 8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Guru dan Pendidikan Akhlak ……………………………………… 9
1. Pengertian Guru…………………………………………………9
2. Peranan Guru……………………………………………………9
3. Pengertian Pendidikan Akhlak…………………………………. 13
4. Pengertian Guru Akidah Akhlaq………………………………. 15
5. Sumber Pendidikan Akhlak……………………………………. 15
6. Tujuan Pendidikan Akhlak……………………………………...16
B. Karakter……………………………………………………………..17
1. Pengertian Karakter……………………………………………..17
2. Karakter yang Dikembangkan Kemendiknas…………………...18
3. Tujuan Pendidikan Karakter…………………………………… 20
4. Komponen Pendukung dalam Pendidikan Karakter……………20
vi
C. Peserta Didik……………………………………………………….. 22
1. Pengertian Peserta Didik……………………………………….. 22
2. Pandangan tentang Peserta Didik sebagai Anak………………. 23
3. Hal-hal yang Perlu Dikenal tentang Pesserta Didik……………. 24
4. Karakter yang Harus Dimiliki Peserta Didik…………………... 24
5. Etika Peserta Didik……………………………………………...24
6. Disiplin Peserta Didik………………………………………….. 25
D. Hasil Penelitian yang Relevan……………………………………... 26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………….... 28
B. Metode Penelitian………………………………………………….. 28
C. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………. 29
1. Observasi………………………………………………..............29
2. Wawancara…………………………………….………..............29
3. Dokumentasi……………………………………..……..............29
D. Instrumen Penelitian………………………………………………...30
E. Sumber Data…………………………………….……….................37
1. Sumber Primer…………..…………………….………..............37
2. Sumber Sekunder………………………………..……..............37
F. Keabsahan Data…………………………………….………............38
G. Metode Analisis Data……………………………………………....38
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tentang Sekolah………………………………...39
1. Sejarah Singkat Sekolah……………………….………..............39
2. Visi, Misi dan Tujuan……………………………………...........41
3. Guru dan Tenaga Kependidikan…………...….………..............42
vii
4. Data Siswa…………………………………….………..............43
5. Sarana dan Prasarana…………………………………...............44
6. Ekstra Kurikuler……………………………….………..............45
7. Kegiatan Belajar Mengajar……………………………..............46
B. Deskripsi Data………………………………………………………47
C. Pembahasan…………………………………….………..................48
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………….59
B. Implikasi…………………………………………………………….60
C. Saran………………………………………………………………...60
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 61
LAMPIRAN
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
A. Konsonan
‫ا‬
Tidak
dilambangkan
‫د‬
d
‫ض‬
đ
‫ك‬
k
‫ب‬
b
‫ذ‬
ż
‫ط‬
ţ
‫ل‬
l
‫ت‬
t
‫ر‬
r
‫ظ‬
ť
‫م‬
m
‫ث‬
ś
‫ز‬
z
‫ع‬
ʻ
‫ن‬
n
‫ج‬
j
‫س‬
s
‫غ‬
ġ
‫و‬
w
‫ح‬
ẖ
‫ش‬
sy
‫ف‬
f
‫ه‬
h
‫خ‬
kh
‫ص‬
ş
‫ق‬
q
‫ي‬
y
B. Vokal
Vokal Tunggal
Vokal Rangkap
Tanda
Huruf Latin
Tanda dan
Huruf
Huruf Latin
‫ﹷ‬
a
ْ‫ﹷي‬
ai
‫ﹻ‬
i
ْ‫ﹷو‬
au
‫ﹹ‬
u
ix
C. Mâdd (Panjang)
Harakat dan Huruf
Huruf dan Tanda
‫ﹷا‬
â
ْ‫ﹻي‬
î
ْ‫ﹹو‬
û
D. Tâ’ Marbuţah
1. Tâ’ Marbuţah hidup transliterasinya adalah /t/.
2. Tâ’ Marbuţah mati transliterasinya adalah /h/.
E. Syaddah (tasydîd)
Syaddah atau tasydîd ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf
yang diberi tanda syaddah (digandakan).
Contoh:
ْ‫‘ = َعلَّ َم‬allama
ْ‫ = يُ َكِّرُر‬yukarriru
ْ‫ = ُكِّرَم‬kurrima
ْ‫ = ال َمد‬al-maddu
F. Kata Sandang
1. Kata sandang diikuti oleh huruf Saymsiyah ditransliterasikan dengan huruf
yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung/hubung.
Contoh:
َّ = aş- şalâtu
ُ‫الص ََلْة‬
x
2. Kata sandang diikuti oleh huruf Qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan
bunyinya. Contoh:
ْ‫ = ال َفر ُق‬al-farqu
G. Penulisan Hamzah
1. Bila hamzah terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan dan ia seperti
alif. Contoh:
ْ ِ‫ = أُو‬ûtiya
َ‫ت‬
ْ‫ت‬
ُ ‫ = أَ َكل‬akaltu
2. Bila di tengan dan di akhir, ditransliterasikan dengan apostrof. Contoh:
ْ‫ = تَأ ُكلُو َن‬ta’kulûna
ْ‫ = َشيئ‬syai’un
H. Huruf Kapital
Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata
sandangnya. Contoh:
ْ‫ال ُقرآ ُن‬
= alqur’ânu
‫ال َمسعُوِدى‬
= almas’ûdî
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan agama terutama pendidikan akhlak sangat diperlukan
untuk pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak
didik. Pendidikan agama memiliki dua aspek penting, yakni aspek
pendidikan agama yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan
kepribadian. Dalam hal ini anak didik dibimbing agar terbiasa kepada
peraturan yang baik yang sesuai dengan ajaran agama. Aspek kedua
ditujukan kepada pikiran, yaitu pengajaran agama itu sendiri, yakni
kepercayaan kepada Tuhan. Tujuan penting dari pendidikan Islam adalah
membentuk suatu akhlak atau budi pekerti yang mulia dan sempurna
karena ruh dari pendidikan Islam adalah pendidikan akhlak.1
Pendidikan akhlak sebagaiman dirumuskan oleh Ibnu Miskawaih
dan dikutip oleh Abudin Nata, merupakan upaya ke arah terwujudnya
sikap batin yang mampu mendorong secara spontan lahirnya perbuatanperbuatan yang bernilai baik dari seseorang. Dalam pendidikan akhlak ini,
kriteria benar dan salah untuk menilai perbuatan yang muncul merujuk
kepada Alquran dan sunnah sebagai sumber tertinggi ajaran Islam. Dengan
demikian maka pendidikan akhlak bisa dikatakan sebagai pendidikan
moral dalam diskursus pendidikan Islam. Akhlak dalam diri seseorang
akan melahirkan sebuah sikap, perbuatan dan tingkah laku manusia. Dan
ruang lingkup akhlak meliputi semua aktivitas manusia dalam segala
bidang kehidupan.2 Begitupun dampaknya pada bangsa, suatu bangsa akan
menjadi kokoh apabila ditopang dengan akhlak masyarakatnya yang
kokoh, dan sebaliknya suatu bangsa akan runtuh ketika akhlak
masyarakatnya rusak, karena akhlak merupakan salah satu pilar utama
1
Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. dari Attarbiyah
al-Islamiyah oleh H. Bustami A. Gani dan Johar Bahri (Jakarta: Bulan Bintang, 1984) hal. 1
2
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hal.9
1
2
kehidupan masyarakat. Hal ini juga berlaku pada umat Islam yang pernah
mengalami masa kejayaan dan salah satu faktor yang mendukung kejayaan
Islam pada masa itu adalah akhlak mulia.3
Telaah lebih dalam terhadap konsep akhlak yang telah dirumuskan
oleh para tokoh pendidikan Islam masa lalu seperti Ibnu Miskawaih, AlQabisi, Ibn Sina, Al-Ghazali dan Al-Zarnuji, menunjukkan bahwa tujuan
puncak pendidikan akhlak adalah terbentuknya karakter positif dalam
perilaku anak didik. Karakter positif ini tiada lain adalah penjelmaan sifatsifat mulia Tuhan dalam kehidupan manusia. Namun demikian dalam
implementasinya, pendidikan akhlak yang dimaksud masih tetap
cenderung pada pengajaran right and wrong seperti halnya pendidikan
moral. Menjamurnya lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia
dengan pendidikan akhlak sebagai trade mark di satu sisi, dan
menjamurnya tingkat kenakalan perilaku amoral remaja di sisi lain
menjadi bukti kuat bahwa pendidikan akhlak dalam lembaga-lembaga
pendidikan Islam belum optimal.4
Sejak tahun 1990-an, terminologi pendidikan karakter mulai ramai
dibicarakan. Thomas Lickona dianggap sebagai pengusungnya melalui
karyanya yang sangat memukau, The Retrun of Character Education.5
Sebuah buku yang menyadarkan dunia Barat secara khusus di mana
tempat Lickona hidup, dan seluruh dunia pendidikan secara umum, bahwa
pendidikan karakter adalah sebuah keharusan. Inilah awal kebangkitan
pendidikan karakter. Karakter sebagaimana didefinisikan oleh Ryan dan
Bohlin sebagaimana dikutip oleh Arif Rosadi, mengandung tiga unsur
pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai
kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the good).
Dalam pendidikan karakter, kebaikan itu seringkali dirangkum dalam
3
M. Imam Pamungkas, Akhlak Muslim Modern, Membangun Karakter Generasi Muda,
(Bandung: penerbit Marja, 2012), hal.17
4
Kemenag, Pendidikan Akhlak ala Al-Ghazali, 2016, hal. 2-3, (www.simbi.kemenag.go.id).
5
Arif Rosadi, “Membangun Penyelenggaraan Pendidikan Berkarakter Berbasis Evaluasi
Profesional”, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan, Universitas
Negeri Semarang, Semarang , 5 November 2013, hal. 2.
3
sederet sifat-sifat baik. Dengan demikian maka pendidikan karakter adalah
sebuah upaya untuk membimbing perilaku manusia menuju standarstandar baku. Upaya ini juga memberi jalan untuk menghargai persepsi
dan nilai-nilai pribadi yang ditampilkan di sekolah. Fokus pendidikan
karakter adalah pada tujuan-tujuan etika, tetapi prakteknya meliputi
penguatan
kecakapan-kecakapan
yang
penting
yang
mencakup
perkembangan sosial siswa.6
Seorang
guru
jika
hendak
mengarahkan
pendidikan
dan
menumbuhkan karakter yang kuat pada peserta didik, haruslah mencontoh
karakter yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw yang memiliki karakter
sempurna. Firman Allah Swt. dalam Q.S al-Qalam: 4
‫ق َع ِظٍ ٍن‬
َ ًَِّ‫َوا‬
ٍ ُ‫ك لَ َعلَى ُخل‬
Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti
yang agung.” (Q.S. Al-Qalam/68: 4)7
Dalam pendidikan karakter yang berorientasi pada akhlak mulia kita wajib
untuk berbuat baik dan saling membantu serta dilatih untuk selalu sabar,
menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain. Dalam ayat lain
dijelaskan:
‫ُوف َواًهَ َع ِي ال ُوٌ َك ِر َواصبِر َعلَى‬
ِ ‫ً أَقِ ِن الص َََّلةَ َوأ ُهر بِال َوعر‬
َّ ٌَُ‫ٌَا ب‬
ُ
‫ىر‬
َ ِ‫ك إِ َّى َذل‬
َ َ‫صاب‬
َ َ‫َها أ‬
ِ ‫ك ِهي َعز ِم اْل ُه‬
Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah).” (Q.S.Luqman/31:17)8
6
Ibid.
Kemenag. al-Hilali Qur’an, (Jakarta: Pustaka Alfatih, 2002), hal. 564.
8
Ibid., hal. 416
7
4
Suatu hal yang penting diketahui oleh seorang pendidik atau calon
pendidik adalah sikap dan karakter anak didik. Anak didik di sekolah yang
dihadapi guru sudah membawa karakter yang terbentuk dari lingkungan
rumah tangga atau lingkungan masyarakat yang berbeda. Ada yang baik da
nada yang buruk, ada yang patuh da nada juga yang tidak patuh, dan
seterusnya. Mengetahui latar belakang dan karakter anak didik menjadi
bahan pertimbangan dalam menentukan alat pembelajaran, pendekatan dan
metodenya yang akan dilakukan oleh seorang guru sehingga tujuan
pendidikan akan tercapai dengan mudah. Sikap dan karakter anak didik ini
dapat diubah darn dibentuk sesuai dengan keinginan dan tujuan
pendidikan. Di sinilah peran guru, orang tua dan masyarakat yang amat
penting dalam membentuk lingkungan anak didik yang baik dan saling
mendukung.9
Dalam kaitannya dengan pendidikan akhlak, terlihat bahwa
pendidikan karakter mempunyai orientasi yang sama yaitu pembentukan
karakter. Perbedaan bahwa pendidikan akhlak terkesan timur dan Islam
sedangkan pendidikan karakter terkesan barat dan sekuler, bukan alasan
untuk dipertentangkan. Pada kenyataanya keduanya memiliki ruang untuk
saling mengisi. Bahkan Lickona sebagai Bapak Pendidikan Karakter di
Amerika justru mengisyaratkan keterkaitan erat antar karakter dengan
spiritualitas. Dengan demikian, bila sejauh ini pendidikan karakter telah
berhasil dirumuskan oleh para penggiatnya sampai pada tahapan yang
sangat operasional meliputi metode, strategi, dan teknik, sedangkan
pendidikan akhlak sarat dengan informasi kriteria ideal dan sumber
karakter baik, maka memadukan keduanya menjadi suatu tawaran yang
sangat inspiratif. Hal ini sekaligus menjadi entry point bahwa pendidikan
karakter memiliki ikatan yang kuat dengan nilai-nilai spiritualitas dan
agama.10
9
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi : Hadis-Hadis Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2014) ,
hal. 99-100
10
Rosadi, Op. cit., hal, 3
5
Pendidikan karakter mulai dicanangkan dalam kurikulum terbaru
dalam dunia pendidikan di Indonesia. Tahun 2010 Kemendiknas telah
mencanangkan 18 nilai-nilai karakter yang wajib dimiliki oleh peserta
didik. Namun semua itu menjadi tumpul ketika melihat realitas yang
terjadi di lapangan. Bahwa peserta didik yang telah diberi berjibun teori
tentang nilai-nilai akhlak, moral dan budi pekerti rupanya tidak
diaplikasikan dalam bentuk nyata. Karena perlu kita sadari bersama bahwa
masa remaja awal, yang dalam hal ini adalah masa SMP merupakan masa
dimana anak lebih senang untuk meniru, mengikuti, mengimitasi dan
mengidentifikasi apa saja yang mereka lihat dan temukan. Jadi, sekedar
teori tidaklah cukup untuk membentuk pribadi peserta didik. Ini tentu
menjadi PR yang besar bagi pendidik, terutama bagi pendidik akhlak, atau
guru akidah akhlak lebih khususnya. Karena merekalah yang akan
membawa peserta didik kepada generasi yang berakhlak, bermoral dan
berbudi pekerti luhur yang nantinya akan membentuk karakter siswa
tersebut melalui perannya sebagai pendidik, pembimbing, demonstrator
dan evaluator. Secara moralistik, pembinaan karakter merupakan salah
satu cara untuk membentuk mental manusia agar memiliki pribadi yang
bermoral dan berbudi pekerti yang luhur, berarti pula cara tersebut sangat
tepat untuk membina mental anak remaja.11
Namun, diakui atau tidak, saat ini terjadi krisis yang nyata dan
mengkhawatirkan dalam masyarakat dengan melibatkan milik kita yang
paling berharga, yaitu anak-anak. Krisis yang sangat mengkhawatirkan
adalah krisis moral. Yang mana dalam hal ini, akhlak dan karakter
generasi muda mulai terkikis. Hilangnya rasa saling menghormati,
toleransi, sopan santun dan etika. Bahkan perilaku remaja kita juga
diwarnai dengan gemar menyontek, kebiasaan bullying di sekolah dan
tawuran. Sepanjang tahun 2015 saja, tercatat 769 kasus tawuran pelajar di
Indonesia. Dengan demikian, bila dibuat rata-ratanya, setiap hari terjadi
dua tawuran. Kenakalan lain adalah menyangkut masalah narkoba. Data
11
Sudarsono, Etika Islam tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hal. 66.
6
menunjukkan, dari 4 jutaan pecandu narkoba, sebanyak 70 persen atau ¾
di antaranya adalah anak usia sekolah yaitu yang berusia 14 sampai
dengan 20 tahun.12
Pengaruh gaya hidup dari hasil penggunaan gadget yang sangat
tinggi di kalangan remaja dan rendahnya perhatian orang tua terhadap
kelakuan dan sopan santun anak, merupakan sederetan sebab mengapa
siswa sekarang susah diatur. Dari kasus-kasus yang ada, terlihat sekali
demoralisasi terjadi di negeri ini. Dua sisi yang ekstrem antara guru dan
siswa jika bertemu tentu saja akan terjadi ketidakharmonisan.13 Untuk itu
kecerdasan emosi sangat dibutuhkan untuk membangun akhlak yang baik
dan karakter yang bagus dan perlu dijaga oleh guru untuk menciptakan
peserta didik yang hebat. Itulah mengapa pendidikan karakter sangat
penting untuk diterapkan. Sekolah sebagai institusi pendidikan yang
merupakan wadah tempat proses pendidikan dilakukan, memiliki sistem
yang kompleks dan dinamis dan sebagai salah satu tempat di mana anak
didik ditempa karakter terpujinya untuk menjadi generasi yang
membanggakan.
Begitupun dengan kondisi di mana peneliti jumpai di salah satu
sekolah, yakni SMP Islam Ruhama, yang terletak di Jalan Tarumanegara,
Cireundeu, Ciputat Timur. Sekolah di bawah naungan Yayasan Prof.
Zakiah Daradjat ini merupakan sekolah yang dibangun atas azas
kekeluargaan. Sekolah tersebut telah mengalami pasang surut dalam
mencetak generasi penerus bangsa. Peneliti menjumpai bahwa dalam
upayanya membentuk karakter siswa yang disiplin dan bermoral, guru
Pendidikan Agama Islam, dalam hal ini karena dalam SMP Islam tersebut
pada pelajaran Pendidikan Agama Islam dibagi menjadi tiga sub mata
pelajaran, maka penulis lebih fokus kepada guru akidah akhlak, yang mana
guru tersebut terjun langsung dalam mendisiplinkan anak-anak dan dalam
12
“Darurat Kenakalan Remaja”, Tajuk Rencana, Harian Sinar Indonesia Baru, Medan, 14
Desember 2014, hal. 2.
13
Mansur Muchlish, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,
(Jakarta: Bumi Aksara), Cet. V, hal.58.
7
pembuatan peraturan. Terkait dengan masalah yang dikemukakan, peneliti
tertarik untuk mengangkat bahan penelitian skripsi dengan judul “Peran
Guru Akidah Akhlak dalam Upaya Membentuk Karakter Peserta
Didik, Studi Kasus di SMP Islam Ruhama.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang ada dalam latar belakang masalah di atas,
maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Fenomena penurunan nilai karakter yang seharusnya dimiliki oleh
peserta didik
pada umumnya, dan di lingkungan SMP Islam
Ruhama pada khususnya.
2. Kurangnya pengaplikasian materi akhlak dalam kehidupan seharihari.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka
masalah yang diteliti dibatasi pada:
1. Peran yang dilakukan guru akidah akhlak dalam upaya membentuk
karakter siswa.
2. Karakter yang dimaksud di sini adalah karakter yang dicanangkan
oleh Kemendiknas tahun 2010.
3. Objek penelitiannya adalah peserta didik SMP Islam Ruhama kelas
VIII.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah
serta pembatasan masalah yang sudah dikemukakan di atas, maka rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut: Bagaimana Peran Guru Akidah
Akhlak dalam Upaya Membentuk Karakter Peserta Didik di SMP Islam
Ruhama?
8
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran
guru Akidah Akhlak dalam upaya membentuk karakter peserta didik
berdasarkan studi kasus di SMP Islam Ruhama.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat bagi peneliti,
peserta didik, guru dan komponen pendidikan di sekolah. Manfaat
penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan
ilmu yang telah diperoleh selama kuliah serta sebagai syarat
menyelesaikan program strata satu.
b. Bagi para akademisi, penelitian ini dapat digunakan sebagai
referensi atau bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan
dalam bidang pendidikan.
c. Bagi peneliti lebih lanjut, dapat dijadikan referensi dalam
mengembangkan pengetahuan tentang pendidikan karakter siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peserta didik, lebih selektif dalam bergaul, dan lebih bisa
menjaga tata krama berbahasa, bertindak dan berbusana.
b. Bagi guru dapat menjadi salah satu acuan untuk lebih
mensosialisasikan pentingnya berakhlakul karimah.
c. Bagi sekolah hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan terhadap administrasi pendidikan, sebagai saran bagi
kepala sekolah untuk mengambil keputusan dalam pembinaan
anak-anak untuk yang lebih baik lagi.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Guru dan Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Guru
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru adalah orang yg
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.14 Menurut
Abuddin Nata dalam Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru
Peserta didik, kata guru berasal dari bahasa Indonesia yang berarti
orang yang mengajar. Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah
orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.15
Menurut Abdurrahman an-Nahlawi, dalam pandangan masyarakat,
pengertian guru adalah orang yang melaksanakan pendidikan di
tempat-tempat tertentu tidak mesti di lingkungan pendidikan formal,
akan tetapi dapat dilakukan di masjid, surau, mushola dan di rumah.16
2. Peranan Guru
Menurut Poerwadarminta, peranan artinya adalah sesuatu yang
menjadi bagian atau yang memegang pimpinan, yang terutama
(terjadinya suatu hal atau peristiwa) misalnya: tenaga ahli dan buruh
yang memegang peranan sangat penting dalam pembangunan suatu
negara.17 Guru agama mempunyai peranan yang cukup berat, yakni
turut serta membina pribadi anak di samping mengajarkan ilmu
pengetahuan agama kepada anak.18
14
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hal. 497
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru Murid, (Bandung: AlMa’arif, 1981), cet. II, hal. 20
16
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan adalah di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hal. 16
15
17
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),
hal. 735
18
Zakiah Darajat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang,1977), hal.
68
9
10
Guru agama harus memperbaiki pribadi anak yang terlanjur rusak
karena pendidikan dalam keluarga. Guru agama harus membawa anak
didik ke arah pembinaan yang sehat dan baik. Setiap guru agama harus
menyadari bahwa segala sesuatu yang ada pada dirinya merupakan
unsur pembinaan bagi anak didik. Di samping pembinaan dan
pengajaran yang dilaksanakann secara sengaja oleh guru agama dalam
pembinaan terhadap anak didik, sifat dan kepribadian seorang guru
agama juga merupakan hal yang sangat penting. Dengan demikian,
peranan guru agama sangat penting dilakukan oleh seseorang yang
tugasnya mengajar agama dan dicontoh segala perkataan dan
perbuatannya. Peranan guru agama menjadi sangat penting, sebab yang
paling menentukan tingkat keberhasilan pendidikan anak didik kita
melalui penjabaran dan pelaksanaan kurikulum Pendidikan Agama
Islam sebagai sarana untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam,
baik buruknya moral dan mental mereka terletak pada guru agama.19
Dalam Alquran, Allah berfirman:
‫ك‬
َ ُ‫ال إًًِِّ َجا ِعل‬
ٍ ‫َو إِ ِذ ابتَلَى إِب َرا ِهٍ َن َربُّهُ بِ َكلِ َوا‬
َ َ‫ت فَأَتَ َّوه َُّي ق‬
‫ال َو ِهي ُذ ِّرٌَّتًِ قَا َل الَ ٌٌََا ُل َعه ِدي الظَّالِ ِوٍي‬
َ َ‫اس إِ َها ًها ق‬
ِ ٌَّ‫لِل‬
Artinya: “Dan (ingatlah) tatkala telah di¬uji Ibrahim oleh
TuhanNya dengan beberapa kalimat, maka telah dipenuhinya
semuanya. Diapun berfirman : Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan engkau Imam bagi manusia. Dia berkata : Dan juga
dari antara anak-cucuku. Berfirman Dia : Tidaklah akan
mencapai perjanjianKu itu kepada orang-orang yang zalim.”
(Q.S Al – Baqarah: 124)20
“Imam” yang dimaksud pada kalimat tersebut adalah
untuk
menjadi panutan, yang akan membimbing manusia ke jalan Allah dan
19
Tim Akrab, “Membina Kehidupan Beragama Melalui Media Cetak”, Majalah Akrab, No.
18-IX, Jakarta, April 2006. hal. 6
20
Kemenag. al-Hilali Qur’an, (Jakarta: Pustaka Alfatih), hal. 12.
11
membawa mereka kepada kebaikan. Mereka (manusia) menjadi
pengikutnya dania menjadi pemimpin mereka.
Peran guru meliputi banyak hal, di antaranya sebagai
pembimbing, pendidik, pengajar, demonstrator dan evaluator.21
a. Guru sebagai pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab
atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini istilah perjalanan
tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga mnyangkut mental,
emosional, kreativitas moral dan spiritual yang lebih dalam dan
kompleks.22
b. Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan
identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena
itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang
mencakup tanggung jawab, wibawa dan disiplin.23
c. Guru sebagai demonstrator
Yang dimaksud dengan peran guru sebagai demonstrator
adalah peran untuk mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu
yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap
pesan yang disampaikan.24 Ada dua konteks guru sebagai
demonstrator,
pertama
sebagai
demonstrator,
guru
harus
menunjukkan sikap-sikap terpuji. Dalam setiap aspek kehidupan,
guru merupakan sosok ideal bagi setiap siswa. Biasanya apa yang
dilakukan guru akan menjadi acuan bagi siswa. 25
21
Yudhi Munadhi dan Faridha Hamid, Modul Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif
dan Menyenangkan, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2009), hal. 9
22
Ibid.
23
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional “Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan.” (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), hal. 37
24
Munadhi, op. cit., hal.11
25
Ibid.
12
Menurut E.Mulyasa, guru sebagai demonstrator bisa ditinjau
dari, antara lain:
1) Pakaian: merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting
dan metampakkan ekspresi seluruh kepribadian.
2) Bicara dan gaya bicara: penggunaan bahasa sebagai alat
berpikir.
3) Sikap dasar: postur psikologis yang akan tampak dalam
masalah
penting,
seperti
keberhasilan,
kegagalan,
pembelajaran, kebenaran, hubungan antar manusia, agama,
pekerjaan, permainan dan diri.
4) Hubungan kemanusiaan: diwujudkan dalam semua pergaulan
manusia, intelektual moral, keindahan, terutama bagaimana
dalam berperilaku.
5) Proses berfikir: cara yang digunakan oleh pikiran dalam
menghadapi dan memecahkan masalah.26
Yang kedua guru harus dapat menunjukkan bagaimana
caranya agar setiap materi pelajaran dapat lebih dipahami dan
dihayati oleh setiap siswa. Oleh karena itu, sebagai demonstrator
erat kaitannya dengan pengaturan strategi pembelajaran yang lebih
efektif.27
Melalui
peranannya
sebagai
demonstrator,
guru
hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang
akan diajarkan serta senantiasa mengembangkannya dalam arti
meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya
karena itu sangat menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh
siswa.28
d. Guru sebagai evaluator
Di dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), guru
hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik, yaitu guru dapat
26
E. Mulyasa, op. cit., hal. 10
Munadhi, loc. cit
28
E. Mulyasa, loc. cit
27
13
mengetahui keberhasilan dan pencapaian tujuan, penguasaan siswa
terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode
mangajar, guru dapat mengetahui apakah proses belajar yang
dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik memuaskan
atau sebaliknya.29
3. Pengertian Pendidikan Akhlak
Kata pendidikan akhlak merupakan rangkaian kata yang terdiri
dari kata pendidikan dan kata akhlak. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pendidikan adalah perbuatan (hal, cara dan sebagainya)
mendidik.30 Pengertian ini memberi kesan bahwa kata pendidikan
lebih mengacu kepada cara melakukan sesuatu perbuatan, dalam hal
ini adalah mendidik.
Sedangkan menurut Marimba sebagaimana dikutip dalam buku
Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam oleh Ahmad Tafsir,
menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak
didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.31
Omar Muhammad al-Thouny al-Syaibani sebagaimana dikutip
oleh Abuddin Nata dalam buku Ilmu Pendidikan Islam, berpendapat
bahwa pendidikan adalah proses mengubah tingkah individu pada
kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya dengan cara
pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara
profesi-profesi asasi dalam masyarakat.32
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara sebagaimana dikutip
olah Abuddin Nata dalam buku Filsafat Pendidikan Islam, pendidikan
adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan
untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia.33 Pendidikan tidak hanya
29
Munadhi, op. cit., hal. 13
Poerwadarminta, op. cit., hal. 24
31
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
Cet. IX, hal. 24
32
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010) hal. 28
33
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hal. 33
30
14
bersifat pelaku pembangunan tetapi merupakan perjuangan pula.
Pendidikan berarti memelihara hidup, tumbuh ke arah kemajuan, yakni
memajukan hidup agar mempertinggi derajat kemanusiaan.34
Kemudian kata kedua yakni akhlak. Dari segi bahasa akhlak
adalah bentuk jamak dari kata khuluq, yang berarti perangai, tabiat,
watak, budi pekerti dan tingkah laku. Kata akhlak merupakan isim
jâmid atau isim ġair musytaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar
kata. Baik kata akhlak ataupun khuluq, keduanya dijumpai dalam
pemakaiannya di alquran dan hadits.35
Definisi akhlak menurut istilah, para ulama merumuskan
definisinya dengan berbeda-beda tinjauan yang dikemukakannya, di
antaranya, Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan
jiwa yang selalu mendorong manusia berbuat tanpa memikirkan (lebih
lama).36 Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali, akhlak adalah suatu
sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia), yang dapat melahirkan suatu
perbuatan yang gampang dilakukan, tanpa melalui maksud untuk
memikirkan (lebih lama). Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu
tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama,
dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan tindakan
yang jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk.37
Jika diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh
definisi akhlak tidak saling bertentangan melainkan saling melengkapi.
Maka dari itu, penulis menyimpulkan bahwa akhlak adalah suatu sifat
yang tertanan kuat dalam jiwa yang tampak dalam perbuatan lahiriah
yang dilakukan dengan mudah, tanpa melakukan pemikiran lagi dan
sudah menjadi kebiasaan.
34
M. Yatimin Abdullah, Study Akhlak dalam Perspektif Alquran, (Jakarta: Amzah, 2007), hal.
22
35
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak dalam Ibadah dan Tasawuf, (Jakarta:
Karya Mulia, 2005), hal. 25
36
Majduddin, Akhlak Tasawuf: Mukjizat Nabi Karomah Wali dan Ma’rifah Sufi, (Jakarta:
Kalam Mulia, 2009), hal. 3
37
Ibid., hal.5
15
Dalam bahasa popular saat ini, akhlak disebut juga kecerdasan
emosi (Emotional Quotient), lalu dimensi spiritual yang melatarinya
bahwa akhlak mulia adalah bagian dari iman melahirkan apa yang
disebut kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient). Sampailah para ahli
pun meyakinkan bahwa faktor pencapaian sukses seseorang bukanlah
disebabkan (utamanya) oleh kecerdasan intelektual (Intelligence
Quotient), melainkan oleh kecerdasan emosi dan kecerdasan
spiritual.38
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak
adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan tentang tingkah laku
baik
dan
buruk
agar
seseorang
dapat
mengetahuinya
dan
merealisasikan tingkah lakunya yang baik dan bertanggung jawab
terhadap hidupnya.
4. Pengertian Guru Akidah Akhlak
Dari peenjelasan pengertian dari guru dan akhlak, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa guru akidah akhlak adalah orang yang
mengajar, memberi pengetahuan, mendidik, mendemonstrasikan serta
mengevaluasi tingkah laku baik dan buruk agar seseorang atau peserta
didik dapat mengetahuinya dan merealisasikan tingkah lakunya yang
baik dan bertanggung jawab terhadap hidupnya.
5. Sumber Pendidikan Akhlak
Sumber pendidikan akhlak adalah Alquran dan hadits, dan
keduanya juga merupakan pedoman hidup umat Islam. Selama umat
Islam berpegang teguh pada keduanya, mereka tidak akan tersesat.39 Di
antara ayat Alquran, yang menjadi dasar pendidikan akhlak adalah Q.S
Al-Qalam/66: 4
38
Bambang Trim, Meng-Instal Akhlak Anak, (Jakarta: Hamdallah Imprint Grafindo Media
Pratama, 2008), hal. 6
39
Umar Muhammad at-Taomy asy-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1979), hal. 247
16
)66: ‫ق َع ِظٍو ٍن (القلن‬
َ ًَِّ‫َوإ‬
ٍ ُ‫ك لَ َعلَ ٰى ُخل‬
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi
pekerti yang agung.”
Ayat tersebut menjelaskan tentang pujian Allah terhadap seorang
hamba-Nya yang sangat mulia dan dinilai berbudi pekerti yang agung
dan luhur yaitu Nabi Muhammad Saw. Beliau adalah makhluk yang
paling
mulia
di
sisi
Allah
dan
umatnya
diserukan
untuk
mencontohnya.40
Adapun hadits yang menjadi dasar pendidikan akhlak salah satu
di antaranya adalah:
ُ ‫إًَِّ َوابُ ِعث‬
‫ق‬
َ ‫ت ِْلُتَ ِّو َن‬
ِ ‫صالِ َح اْلَخ ََل‬
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.”
(HR. Ahmad). Jika telah jelas bahwa Alquran dan Hadits Rasul adalah
pedoman hidup yang menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah
keduanya merupakan sumber akhlakul karimah dalam sejarah Islam.41
6. Tujuan Pendidikan Akhlak
Tujuan pendidikan akhlak pada dasarnya adalah agar manusia
menjadi lebih baik dan terbiasa pada yang baik. Pendidikan akhlak
dilaksanakan pada masa kanak-kanak, karena dalam pendidikan akhlak
yang paling penting adalah praktik dan pengalaman di samping teori.
Dengan adanya pendidikan dan pembinaan akhlak sejak dini, besar
harapan kelak anak bisa menjadi pribadi yang baik.
Tujuan pendidikan akhlak menurut Muhammad Athiyah alAbrasyi adalah membentuk orang-orang bermoral baik, keras
kemauan, sopan dalam perkataan dan perbuatan, mulia dalam tingkah
laku, berperangai, bersifat bijaksana, ikhlas, jujur dan suci.42 M. Ali
Hasan mengatakan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah agar setiap
40
M. Yatimin Abdullah, op. cit., hal. 5
Ibid.
42
Al Abrasyi, Op. Cit., hal. 104
41
17
orang berbudi pekerti, bertingkah laku dan berperangai atau beradat
istiadat yang baik sesuai dengan perilaku Rasulullah serta ajaran
Islam.43
B. Karakter
1. Pengertian Karakter
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter berarti tabiat,
sifat-sifat kejiwaan akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan yang lain, watak.44 Pengertian karakter menurut
Hasanah sebagaimana dikutip oleh Sabar Budi Raharjo, merupakan
standar-standar batin yang terimplementasi dalam berbagai bentuk
kualitas diri. Karakter diri dilandasi nilai serta cara berfikir
berdasarkan nilai-nilai tersebut dan terwujud dalam perilaku.45
Menurut Ratna Megawangi, karakter berasal dari bahasa Yunani
yaitu charassein, yang artinya mengukir hingga terbentuk suatu pola.
Jadi, untuk mendidik anak agar memiliki karakter diperlukan proses
mengukir, yakni pengasuhan dan pendidikan yang tepat.46 Karakter
dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu
untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam ligkungan keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah
individu
yang
dapat
membuat
keputusan
dan
siap
mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter
dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,
hukum dan tata krama, budaya, adat istiadat dan estetika. Karakter
43
M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintanag, 1978), hal.11
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas, 2008),
hal. 268.
45
Sabar Budi Raharjo, Pendidikan Karakter sebagai Upaya Meningkatkan Akhlak Mulia,
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan , Vol. XVI, 3, 2010, hal. 231.
46
Ratna Megawangi, Character Parenting Space, (Bandung: Mizan, 2009), hal. 35
44
18
adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
sikap maupun dalam bertindak.47
2. Karakter yang Dikembangkan Kemendiknas
Kemendiknas 2010 menyatakan bahwa nilai yang dikembangkan
pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasikan dari 18
aspek. Berikut deskripsi aspek dan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pendidikan Karakter:
a. Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b.
Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.
c. Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda
dari dirinya.
d. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja Keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sungguhsungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,
serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
f. Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri: Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung
padaorang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis: Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
samahak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
47
Muchlas Samani, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hal. 41-42
19
i. Rasa Ingin Tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
j. Semangat Kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
k. Cinta Tanah Air: Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsa.
l. Menghargai Prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat/Komunikatif: Tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
n. Cinta Damai: Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
o. Gemar
Membaca:
Kebiasaan
menyediakan
waktu
untuk
membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
p. Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
yang sudah terjadi.
q. Peduli Sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
r. Tanggung
jawab:
Sikap
dan
perilaku
seseorang
untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
20
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.48
3. Tujuan Pendidikan Karakter
Pandangan terkait tujuan dari pendidikan karakter menurut
pengamat, yakni, menurut Elfindri, sebagaimana dikutip oleh
Wahyunigsih Rahayu, tujuan dari pendidikan karakter adalah sebagai
pembentukan perilaku keseharian dalam kaitannya dengan item-item
yang dapat masuk ke dalam dimensi kognitif, afektif dan
psikomotorik.49 Sahruddin dan Sari Iriani berpendapat bahwa
pendidikan karakter bertujuan membentuk masyarakat yang tangguh,
kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, gotong royong,
berjiwa patriotik, berkembang dinamis, serta berorientasi ilmu
pengetahuan dan teknologi, yang semuanya dijiwai oleh iman dan
taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sekaligus berdasarkan
Pancasila.50
4. Komponen Pendukung dalam Pendidikan Karakter
Ada beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam rangka
menjalankan
pendidikan
karakter,
diantaranya
adalah
sebagai
berikut:51
a. Partisipasi Masyarakat
Dalam hal ini antara pendidik, orang tua, peserta didik dan
masyarakat hendaknya bekerja sama dengan baik dan saling
membantu memberi masukan.
b. Kebijakan pendidikan
48
Al Bachry, 18 Karakter yang Harus Dikembangkan Pada Peserta Didik, 2016, hal. 2,
(www.academia.edu).
49
Wahyuningsih Rahayu, Model Pembelajaran Komeks Bermuatan Nilai-nilai Karakter, (t.tp:
t.np, t.t), hal. 25
50
Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta: Laksana,
2011), hal. 105
51
Ibid., hal. 109-111
21
Meskipun pendidikan karakter lebih mengedepankan aspek
moral dan tingkah laku, namun bukan berarti sama sekali tidak
menetapkan
kebijakan-kebijakan,
sebagaimana
dalam
dunia
pendidikan formal pada umumnya. Sekolah tetap menetapkan
landasan filosofi yang tepat dalam membuat pendidikan karakter
serta menentukan dan menetapkan tujuan, visi dan misi maupun
beberapa kebijakan lainnya.
c. Kesepakatan
Sekolah tetap harus melakukan pertemuan dengan orangtua
yang bertujuan untuk memperoleh kesepakatan pemahaman
tentang definisi pendidikan karakter, fungsi, manfaat serta cara
mewujudkannya.
d. Kurikulum Terpadu
Sekolah perlu membuat kurikulum terpadu di semua
tingkatan kelas agar tujuan penerapan pendidikan karakter dapat
berjalan dengan maksimal.
e. Bantuan Orangtua
Pihak sekolah hendaknya meminta orangtua peserta didik
untuk ikut terlibat dalam memberikan pengajaran karakter di
rumah. Tanpa melibatkan peran orangtua di rumah, sekolah akan
tetap kesulitan menerapkan pendidikan karakter terhadap peserta
didik, karena porsi waktu lebih banyak dihabiskan di rumah
bersama keluarga.
f. Pengembangan Staf
Semua pihak sekolah merupakan sarana yang perlu
dimanfaatkan untuk membantu menjalankan pendidikan karakter.
g. Program
Program pendidikan karakter harus dipertahankan dan
diperbaharui.
22
C. Peserta Didik
1. Pengertian Peserta Didik
Dalam bahasa Arab term peserta didik diungkapkan pada kata
tilmidz (jamaknya talamidz dan talamidzah) dan thalib (jamaknya
thullaab),
yang
berarti
mencari
sesuatu
dengan
sungguh-
sungguh.kedua istilah tersebur digunakan untuk menunjukkan pelajar
secara umum.52
Peserta didik adalah salah satu komponen dalam pengajaran, di
samping faktor guru, tujuan dan metode pengajaran. Sebagai salah satu
komponen maka dikatakan bahwa peserta didik adalah komponen
terpenting dari komponen lainnya. Pada dasarnya ia adalah unsur
tertentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya peserta didik
sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran.53
Dalam literatur lain dikatakan bahwa anak didik atau peserta
didik adalah anak yang akan diproses untuk menjadi dewasa, menjadi
manusia yang memiliki kepribadian dan akhlak mulia seperti yang
tercantum dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas.54
Agar berhasil membawa anak ke arah kedewasaan, tentunya
pendidik atau orang tua harus memahami karakteristik anak, seperti
berikut ini:
a. Anak itu makhluk individu yang memiliki dunia sendiri yang tidak
boleh disamakan dengan dunia orang dewasa.
b. Anak memiliki potensi yang berkembang.
c. Anak memiliki minat dan bakat yang berbeda dengan yang lain.55
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa anak didik adalah anak yang akan diproses untuk menjadi
52
Abuddin Nata & Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Ciputat: UIN Jakarta Press,
2005), hal. 248
53
Tim Penyusun, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Departemen
Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), hal. 25
54
Muhammad Surya dkk., Landasan Pendidikan Menjadi Guru yang Baik, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), hal, 25
55
Ibid.
23
dewasa, menjadi manusia yang memiliki kepribadian dan akhlak
mulia.
2. Hal-hal yang Perlu Dikenal tentang Peserta Didik
a. Latar Belakang Masyarakat
Kultur masyarakat di mana peserta didik tinggal, besar
pengaruhnya terhadap sikap peserta didik. Latar belakang kultur ini
menyebabkan para peserta didik memiliki sikap yang berbedabeda tentang agama, politik, masyarakat lain dan cara bertingkah
lakunya. Pengalaman anak di luar sekolah yang hidup di
masyarakat kota sangat berbeda dengan pengalaman-pengalaman
peserta didik yang tinggal di desa. Tiap masyarakat memberi
pengaruh yang berlainan terhadap peserta didik, sehingga setiap
peserta didik memiliki pribadinya sendiri-sendiri.56
b. Latar Belakang Keluarga
Situasi di dalam keluarga besar pengaruhnya terhadap emosi,
penyesuaian sosial, minat, sikap, tujuan, disiplin dan perbuatan
peserta didik di sekolah. Apabila di rumah peserta didik sering
mengalami tekanan, merasa tak aman, frustasi, maka ia juga akan
mengalami perasaan asing di sekolah. Apa yang menarik minatnya
di rumah, akan terlihat pula apa yang menjadi minatnya di sekolah.
Jika di rumah ia ditolak, maka di sekolahpun ia merasa tidak
diterima. Jabatan orang tua, keadaan ekonomi, status sosial
orangtua di masyarakat, kultur keluarga yang rendah, norma agama
dan lainnya akan mempengaruhi sikap, tujuan dan tingkah laku
peserta didik di sekolah. Sehingga guru sering mengalami kesulitan
untuk memahaminya.57
c. Sifat-sifat Kepribadian
56
57
Ibid., hal. 49
Ibid.
24
Guru perlu mengenal sifat-sifat peserta didik agar guru
mudah mengadakan pendekatan pribadi dengan mereka. Dengan
demikian, hubungan pribadi menjadi semakin dekat dan akan
mendorong pengajaran lebih efektif.58
3. Karakter yang Harus Dimiliki Peserta Didik
Secara fitrah, anak membutuhkan bimbingan dari orang yang
lebih dewasa. Hal ini dapat dipahami dari kebutuhan-kebutuhan dasar
yang dimiliki oleh setiap anak yang baru lahir. Menurut Abuddin Nata,
peserta didik mempunyai karakteristik sebagai berikut:59
a. Peserta didik menjadikan Allah sebagai motivator utama dalam
menuntut ilmu.
b. Senantiasa mendalami pelajaran secara maksimal, yang ditunjang
dengan persiapan dan kekuatan mental, ekonomi, fisik dan psikis.
c. Senantiasa mengadakan perjalanan dan melakukan riset dalam
rangka menuntut ilmu karena ilmu tidak hanya ada pada satu
majelis, tetapi dapat dilakukan di tempat dan majelis-majelis
lainnya.
d. Memiliki tanggung jawab.
e. Ilmu yang dimiliki dapat dimanfaatkan.
4. Etika Peserta Didik
a. Etika peserta didik terhadap dirinya sendiri60
1) Berniat ikhlas karena Allah semata
Sebelum memulai pelajaran, siswa harus terlebih dahulu
membersihkan dirinya dari segala sifat buruk karena belajar
termasuk ibadah, dan ibadah yang diterima Allah adalah ibadah
yang dilakukan dengan tulus ikhlas.
58
Ibid.
Nata, Op. Cit., h. 249
60
Ibid., h. 259
59
25
2) Hendaknya tujuan pendidikan itu karena takut kepada Allah
dan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
3) Jangan meninggalkan mata pelajaran sebelum benar-benar
menguasainya.
4) Bersungguh-sungguh dan tekun belajar, dengan terlebih dulu
mencari ilmu yang lebih penting.
5) Tawadhu’, iffah, sabar, tabah, wara’ dan tawakal.
6) Disiplin dan selektif dalam memilih pendidikan dan lingkungan
pergaulan.
b. Etika peserta didik terhadap guru61
1) Hendaklah peserta didik menghormati guru, memuliakan serta
mengagungkannya karena Allah Swt, dan berdaya upaya pula
menyenangkan hati guru dengan cara yang baik.
2) Bersikap sopan di hadapan guru, serta mencintai guru karena
Allah.
3) Selektif dalam bertanya dan berbicara kecuali setelah mendapat
izin dari guru.
4) Mengikuti anjuran dan nasehat guru.
5) Bila berbeda pendapat dengan guru, berdiskusi, atau berdebat,
lakukanlah dengan cara yang baik
6) Jika melakukan kesalahan, segera mengakuinya dan meminta
maaf kepada guru.
5. Disiplin Peserta Didik
Disiplin peserta didik adalah suatu keadaan tertib yang teratur
yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada pelanggaranpelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak
61
Ibid.
26
langsung terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara
keseluruhan.62
D. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Skripsi: Upaya Kepala Sekolah dan Guru PAI dalam Membentuk
Karakter Peserta Didik di SMAN 12 Tangerang Selatan
Oleh: Komariyah (109011000261), Jurusan Pendidikan Agama Islam –
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Dari penelitian yang dilakukan, peneliti menyimpulkann bahwa upaya
yang dilakukan kepala sekolah dan guru PAI dalam membentuk
karakter peserta didik di SMAN 12 Tangerang Selatan yaitu dengan
menanamkan dan membiasakan kebiasaan baik kepada peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari. Persamaan antara penelitian tersebut
dengan penelitian penulis adalah terletak pada upaya pembentukan
karakter yang di bentuk oleh pihak sekolah dan metode penelitiannya.
Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian, serta objek penelitian,
yakni guru akidah akhlak.
2. Skripsi: Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan
Akhlakul Karimah Siswa di SMK Triguna Utama Ciputat
Oleh: Muhammad Jamaluddin (108011000139), Jurusan Pendidikan
Agama Islam – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Dari penelitian yang dilakukan, menyimpulkan bahwa dalam
meningkatkan akhlakul karimah siswa di SMK Triguna Utama pada
umumnya sudah sangat baik, juga dengan peserta didiknya, bahwa
secara umum akhlak mereka sudah bagus. Persamaan antara penelitian
tersebut dengan penelitian penulis adalah terletak pada objeknya yakni
guru, meskipun peneliti lebih terfokus pada guru akidah akhlak,
Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian, serta upaya yang
dilakukan, karena peneliti lebih kepada karakter.
62
173.
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal.
27
3. Skripsi: Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina
Akhlakul Karimah Siswa di SMA Fatahillah Jakarta
Oleh: Hazana Itriya (109011000154), Jurusan Pendidikan Agama
Islam – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014
Dalam penelitian tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa
guru
Pendidikan Agama Islam mempunyai peran yang sangat penting dalam
pembinaan akhlakul karimah di SMA Fatahillah Jakarta. Dengan
upaya-upaya yang dilakukan yakni pembinaan-pembinaan terhadap
peserta didik dan lain sebagainya. Persamaan antara penelitian tersebut
dengan penelitian penulis adalah terletak pada objeknya yakni guru,
meskipun
peneliti
lebih
terfokus
pada
guru
akidah
akhlak,
Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian, serta upaya yang
dilakukan, karena peneliti lebih kepada karakter.
4. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam terhadap Pembentukan
Kepribadian Siswa di SMP Fatahillah Jakarta
Oleh: Rifa Rizkia Baliati (207011000646), Jurusan pendidikan Agama
Islam – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013
Dalam penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan
pendidikan agama Islam di SMP Fatahillah belum maksimal, hal ini
dikarenakan
masih ada beberapa faktor penghambat, yakni faktor
internal dan faktor eksternal. Persamaan antara penelitian tersebut
dengan penelitian penulis adalah terletak pada objeknya yakni guru,
meskipun
peneliti
lebih
terfokus
pada
guru
akidah
akhlak,
Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian, serta upaya yang
dilakukan, karena peneliti lebih kepada karakter.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Islam Ruhama, Cireundeu, Ciputat
Timur, Tangerang Selatan. Pada siswa kelas VIII. Pada rentang waktu
Maret-Mei 2016.
B. Metode Penelitian
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, metode adalah cara
yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud
(ilmu
pengetahuan).63
Sedangkan
penelitian
adalah
pemeriksaan,
pengamatan yang teliti tentang suatu hal.64 Dengan demikian, metode
penelitian adalah suatu cara yang teratur dan tersusun serta terpikir baikbaik untuk mengamati suatu hal yang menjadi bahan perhatian. Sutrisno
Hadi menyebutnnya sebagai pelajaran untuk diperbincangkan metodemetode ilmiah untuk research.65
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Menurut Gay sebagaimana dikutip oleh Consuelo G. Sevilla
yang diterjemahkan oleh Alimuddin Tuwu mendefinisikan
metode
penelitian deskriptif sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data
dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang
menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari popok suatu
penelitian.66 Adapun jenis penelitian deskriptif yang dilakukan adalah
studi kasus, yaitu merupakan penelitian yang dilakukan secara terinci
tentang seseorang atau suatu unit selama kurun waktu tertentu.67
63
Poerwadarminta, op. cit., hal. 649
Ibid., hal.1039
65
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Jakarta: Yayasan Kelopak, 2004), hal. 45
66
Consuelo G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, Terj. dari An Introduction to Research
Methods oleh Alimudin Tuwu, (Jakarta: UI Press), Cet. I, hal. 71
67
Ibid., hal. 73
64
28
29
Dalam penelitian ini, penulis mengamati bahkan berinteraksi
dengan objek penelitian serta menganalisa dari bahan-bahan yang didapat
utuk mendukung penelitian.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti.68 Observasi ini dilakukan untuk
memperoleh data tentang kondisi siswa di SMP Islam Ruhama.
2. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab lisan secara langsung dengan
responden.69 Metode ini digunakan untuk melengkapi data yang
dianggap perlu sehingga lebih meyakinkan data yang diperoleh dari
sumber-sumber lainnya. Dalam wawancara, peneliti melakukan
wawancara kepada kepala sekolah selaku pimpinan sekolah, guru
akidah akhlak selaku objek penelitian dalam penelitian ini serta kepada
pihak-pihak yang mendukung dalam penelitian ini.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu suatu metode penelitian yang mencari
data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan
sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data berupa
sejarah berdirinya SMP Islam Ruhama, data guru dan staf, data siswa
dan
fasilitas
yang
digunakan,
struktur
organisasi,
program
pengembangan penanaman nilai-nilai karakter, serta dokumentasi lain
yang relevan.
68
69
Ibid.
Ibid
30
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah berkas pedoman atau petunjuk
yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada kepala sekolah
dan guru akidah akhlak agar wawancara tersebut terarah dan mencapai
tujuan penelitian.
Tabel 3.1
Instrumen Wawancara Peserta Didik
No.
Dimensi
Indikator
No. Butir
Jml
pertanyaan
1.
Religius

Adakah kegiatan religious
1
1
2
1
3
1
4
1
yang dilakukan di sekolah
ini? Jika iya, apa anda
mengikuti kegiatan
tersebut?
2.
Jujur

Apa anda pernah
menyontek? Beri
penjelasan dari jawaban
anda!
3.
Toleransi

Apakah anda selalu
menghargai jika teman
anda berbeda suku dan
budaya?
4.
Disiplin

Pernahkah anda melanggar
31
hukuman? Jika pernah, apa
yang anda langgar dan
hukuman apa yang anda
dapatkan?
5.
Kerja Keras

Apakah anda selalu
5
1
6
1
7
1
8
1
berusaha untuk
mendapatkan peringkat
terbaik? Coba jelaskan
alasan jawaban anda!
6.
Kreatif

Apakah anda atau selalu
membuat sesuatu yang
unik agar belajar anda
lebih nyaman? Coba
jelaskan alasan jawaban
anda!
7.
Mandiri

Apakah anda pernah
mengandalkan orang lain
dalam mengerjakan tugas
sekolah? Coba jelaskan
alasan jawaban anda!
8.
Demokrasi

Apakah anda selalu
mengikuti pemilihan ketua
osis yang dilaksanakan
oleh sekolah? Coba
jelaskan alasan jawaban
32
anda!
9.
Rasa
Ingin
Tahu

9
1
10
1
11
1
12
1
Bagaimana cara anda
mencari tahu hal-hal yang
belum anda ketahui
tentang pelajaran anda
atau hal-hal di sekitar
anda?
10.
Semangat

Kebangsaan
Apakah anda selalu
mngikuti kegiatan
peringatan kemerdekaan
RI yang dilaksanakan oleh
sekolah? Coba jelaskan
alasan jawaban anda!
11.
Cinta Tanah

Air
Apakah anda bangga
menjadi bagian dari
wwarga Negara
Indonesia? Coba jelaskan
alasan jawaban anda!
12.
Menghargai
Prestasi

Apakah guru anda pernah
memberikan reward
kepada anda atau teman
anda jika mereka
memperoleh prestasi yang
membanggakan?
33
13.
Bersahabat/

Komunikatif
Apakah anda memiliki
13
1
14
1
15
1
teman banyak?
Bagaimana caranya anda
berteman?
14
Cinta Damai

Apakah anda pernah
bertengkar, berkelahi,
tawuran? Coba jelaskan
alasan jawaban anda!
15
Gemar

Membaca
Apakah anda pergi ke
perpustakaan untuk
membaca dan meminjam
buku? Berapa buku yang
and abaca dalam
seminggu?
16.
Peduli

Lingkungan
Apakah anda senang dan
16
1
mengikuti kegiatan peduli
lingkungan yang
dilaksanakan oleh
sekolah?
17.
Peduli Sosial

Apakah anda senang dan
17
1
mengikuti kegiatan peduli
sosial yang dilaksanakan
oleh sekolah?
18.
Tanggung

Apakah anda bersedia
18
1
34
Jawab
menerima sanksi jika
melakukan kesalahan?
Bagaimana perasaan
anda?
Jumlah
18
.
Tabel 3.2
Instrumen wawancara Kepala Sekolah
No. Dimensi
Pertanyaan
1.
1. Apa yang bapak ketahui tentang
Pendidikan Karakter
pendidikan
karakter?
Apakah
penting pendidikan karakter bagi
peserta didik SMP Islam Ruhama?
2. Dari 18 nilai-nilai karakter yang
dicanangkan
oleh
Kemendiknas,
apakah sudah diterapkan semua di
SMP Islam Ruhama?
3. Apakah nilai-nilai karakter yang
dikembangkan
tersebut
telah
tertanam pada peserta didik di SMP
Islam Ruhama?
4. Upaya apa yang telah dilakukan
oleh
pihak
sekolah
untuk
membentuk karakter siswa?
5. Apakah upaya-upaya yang telah
dilakukan telah menunjukkan hasil
yang maksimal?
35
Tabel 3.3
Instrumen wawancara Guru Akidah Akhlak
Dimensi
Indikator
1. Pendidikan dan a. Ranah Kognitif
Pertanyaan
1. Bagaimanakah
pengajaran
akhlakul
karimah
akidah akhlak
dikenalkan
kepada
siswa?
b. Ranah
Psikomotorik
2. Dengan cara apa dan
bagaimana
bapak
mengajarkan
siswa
untuk berakhlak baik?
c. Ranah Afektif
3. Bagaima
atau
tanggapan
respon
bapak
terhadap siswa yang
berakhlak baik dan
buruk
2. Metode
yang a. Didikan
4. Bagaimana
cara
digunakan
penanaman akhlakul
dalam
karimah kepada siswa
membentuk
untuk
karakter siswa
karakter siswa yang
membentuk
baik?
b. Bimbingan
5. Bimbingan
dan
36
arahan
seperti
apa
yang bapak berikan
kepada peserta didik
agar berkarakter dan
berakhlak yang baik?
c. Pelatihan
6. Bagaimana
bapak
melatih peserta didik
agar
terbiasa
berakhlak yang baik
sehingga
terbentuk
karakter yang ideal?
d. Evaluasi
7. Apa dan bagaimana
cara
bapak
menanggulangi
masalah peserta didik
yang
memiliki
karakter
tidak
berakhlakul karimah,
dengan waktu KBM
yang hanya 1 jam
setiap minggunya?
3. Karakter
Peserta Didik
8. Bagaimana menurut
bapak apakah dari
pendidikan
akhlak
yang bapak ajarkan
sudah
turut
membantu
pembentukan
karakter
pesereta
37
didik?
9. Bagaimana
pandangan
tentang
bapak
karakter
pesertra didik si SMP
Islam Ruhama?
10. Apa harapan bapak
tentang
karakter
peserta didik SMP
Ruhama
untuk
jangka panjangnya?
E. Sumber Data
1. Sumber Primer
Sumber primer yang dimaksud di sini adalah sumber yang
berasal dari seseorang atau lebih untuk mendapatkan informasiinformasi yang berkaitan dengan karakteristik peserta didik. Adapun
sumber-sumber tersebut peneliti dapatkan dari:
a. Guru Akidah Akhlak
b. Kepala Sekolah
c. Guru Bimbingan Konseling
d. Kepala Tata Usaha
e. Siswa Kelas VIII
2. Sumber Sekunder
Sumber sekunder yang digunakan adalah buku-buku yang
berkaitan dengan karakter peserta didik, akidah akhlak, penelitian
kualitatif, buku pediman skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
38
F. Keabsahan Data
Untuk memperoleh keabsahan data penulis menggunakan teknik
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau pembanding terhadap data itu.70 Cara yang digunakan
adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.
G. Metode Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan, dan
dokumentasi yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen pribadi,
dokumen resmi dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah
maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan
dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat
rangkuman yang inti, proses dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga
sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah
menyusunnya
dalam
satuan-satuan.
Satuan-satuan
itu
kemudian
dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori itu dilakukan dengan
membuat koding. Tahapan terakhir dari analisis data adalah mengadakan
pemeriksaan keabsahan data.71 Setelah data dikumpulkan, maka langkah
selanjutnya adalah data dideskripsikan, dianalisis, ditafsirkan, dan
disimpulkan. Maka hasilnya merupakan data kongkrit, yaitu sebuah data
kualitatif.
70
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya), hal.
71
www.ardhana12.com/teknik-analisis-data-dalam-penelitian/ , diakses pada 26 Juli 2016
330
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tentang Sekolah
1. Sejarah Singkat Sekolah/Madrasah
Lokasi sekolah yang terletak di Desa Cireundeu telah disetujui oleh
pihak pemerintah daerah setempat, karena lokasi tersebut berada di
lingkungan yang tidak saja mudah dijangkau tetapi juga berada di sekitar
perumahan penduduk yang memerlukan jasa pendidikan. Lokasi bebas
banjir, dan lahan yang telah tersedia mencapai 1,5 ha. Perluasan di
sekitarnya dimungkinkan karena sesuai dengan master plan pemerintah
daerah setempat.72
Untuk dapat berperan serta dalam pembangunan nasional, Yayasan
Pendidikan Islam Ruhama, yang bergerak di bidang pendidikan umum dan
pembinaan kesehatan mental, mendirikan suatu lembaga pendidikan yang
diharapkan dapat menampung seluruh kegiatan kependidikan yang terpadu
antara komponen ilmu pengetahuan dan ilmu agama, sehingga dapat
dikembangkan di semua dimensi peserta didik secara seimbang, serta
menjadi bekal dalam mencapai kehidupan sejahtera di dunia dan bahagia
di akhirat.73
Sesuai dengan landasan kegiatan Yayasan Pendidikan Islam
Ruhama yang didirikan pada tanggal 1 Agustus 1983 dengan akte notaries
Ny. Yetty Taher, SH. No. 4, yang dilegalisir di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat tanggal 8 Agustus 1983 dengan nomor 378/1983, yang bergerak
dalam pendidikan dan mempunyai cita-cita mewujudkan sekolah yang
disuguhi ajaran Islam.74
Sesuai dengan cita-cita pembentukan Yayasan Pendidikan Islam
Ruhama
yaitu: “Membantu dan turut serta mensukseskan program
72
Juhdi Asidi, Wawancara, Ciputat, 28 April 2016.
Ibid.
74
Ibid.
73
39
40
pemerintah dalam bidang pendidikan dan kebudayaan dalam arti seluasluasnya yaitu membentuk manusia yang sehat jasmani, rohani dan
memiliki keterampilan menuju masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur yang diridhoi oleh Allah subhanahu wa ta’ala”, dalam tahun
ajaran 1986/1987 sebagai awal kegiatan, yayasan membentuk Lembaga
Pendidikan Islam Ruhama dengan melaksanakan secara operasional
pembangunan sekolah lanjutan tingkat atas yang berbentuk pendidikan
umum dan memiliki ciri khas.75
Secara umum bentuk realisasi pembentukan lembaga pendidikan
Islam Ruhama ada beberapa tahapan dalam pembangunan sekolah, yaitu:
a. Tahap I: Pembangunan masjid dalam komplek pendidikan di desa
Cireundeu. Masjid dibangun terlebih dahulu sebagai pusat pendidikan
seluruh sekolah yang didirikan lembaga. Masjid selain digunakan
sebagai sarana ibadah, juga dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan
agama Islam dengan maksud menopang penerapan ilmu dalam
kurikulum pendidikan umum yang ditetapkan oleh pemerintah.
b. Tahap II: Pembangunan lokal taman kanak-kanak, sebagai wadah
pendidikan formal yang termuda (embrio).
c. Tahap III: Pembangunan lokal untuk SD dan SMP masing-masing
terdiri atas minimum 12 dan 9 lokal, yang akan dilengkapi dengan
berbagai sarana yang diperlukan.
d. Tahap IV: Pembangunan sekolah kejuruan dan pengembangan
program non formal.76
Pada mulanya SMP Islam Ruhama hanyalah sebuah taman kanakkanak (TK Islam Ruhama). Karena ada tuntutan masyarakat akan
kebutuhan sekolah dasar, maka didirikanlah sekolah dasar (SD Islam
Ruhama), akan tetapi tuntutan tersebut tidak hanya sampai di situ ada
keinginan dari orang tua peserta didik yang menghendaki diadakannya
75
76
Ibid.
Ibid.
41
Sekolah Menengah Pertama dengan maksud agar anak-anak tidak
mengalami kesulitan dalam mencari lembaga pendidikan setelah lulus dari
SD. Maka pada tahun 1987 didirikan SMP Islam Ruhama dengan SK
pendirian Nomor: 490/L.02/kep/E.88 tertanggal 05 Juli 1987 dan di bawah
naungan Yayasan Pendidikan Islam Ruhama (YPI Ruhama). Adapun yang
bertindak sebagai pengurus yayasan pada saat itu adalah Prof. Dr. Hj.
Zakiah Daradjat selaku ketua YPI Ruhama, wakil ketua dipegang oleh
Syahril, sekretaris oleh Ny. Azmi Azwir, bendahara oleh Yose Rizal,
sedangkan wakil bendahara Ny. Ernawati Azhari. Dan kini, setelah
kepergian Prof. Dr. Zakiah Daradjat pada 2013 silam, posisi ketua yayasan
jatuh pada Ny. Azmi Azwir, selaku adik kandung dari Prof. Dr. Hj. Zakiah
Daradjat.77 Adapun dalam proses pembelajarannya SMP Islam Ruhama
sudah meluluskan 28 angkatan dan sudah empat kali diakreditasi ulang
dengan status Terakreditasi dalam kelompok A.
2. Visi, Misi dan Tujuan
Sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan lain, SMP Islam
Ruhama mempunyai visi dan misi. Visi dan misi SMP Islam Ruhama
adalah sebagai berikut:
a. Visi
Unggul dalam penguasaan ilmu-ilmu dasar yang sesuai dengan jenjang
pendidikannya, yang mana orientasinya adalah pada penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang dilandasi dengan iman dan
takwa (IMTAK) dalam rangka melahirkan generasi baru yang madani.
b. Misi
1) Mendidik siswa sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
yang dilaluinya.
2) Menanamkan
wawasan
keIslaman
dan
kebangsaan
dalam
kehidupan bermasyarakat.
3) Mempraktikkan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.
77
Ibid.
42
4) Mengembangkan potensi, minat dan bakat siswa sesuai dengan
jenjang pendidikan.
c. Tujuan
Menciptakan generasi penerus bangsa yang cakap dan terampil dalam
bidang yang digelutinya dan berakhlakul karimah.
3. Guru dan Tenaga Kependidikan
Jumlah guru dan tenaga kependidikan di SMP Islam Ruhama
berjumlah 27 orang, dengan rincian pada table berikut:
Tabel 4.1
Daftar Nama Guru dan Tenaga Kependidikan
SMP Islam Ruhama
Tahun pelajaran 2015-201678
No
Nama Guru
Pend.
Jabatan
Mata Pelajaran
1
Drs. Juhdi Asidi
S1
Kepala Sekolah
Fiqih VIII
2
Zulnadri
D2
Bendahara
Tata Busana, Prakarya
3
Drs. Yusron Syarifudin
S1
Wakasek
Geografi, PKn IX
4
Drs. Bagus Wiranto
S1
Guru
Fisika
5
Drs. Ridwanudin
S1
Guru
Fiqh IX
6
Suhartini, S.Pd
S1
Biologi
7
Suedih Ahmad,SE, S.Pd
S1
8
Dadang Andrean, S.Pd
S1
Guru
Wakasek Bid
Kesiswaan
Wakasek Bid
Kurikulum
9
Agus Muslim, S.Pd
S1
Pembina Osis
10
11
12
13
14
15
Dra. Sri Rusmiyati
Mursaid, S.Pd
Zainal Abidin, S.Pd.I
Muhammad Yamin, S.Pd
Deni Sasmita, S.Si
Nur Azizah, S.Pd
S1
S1
S1
S1
S1
S1
Guru
Guru
Guru
Guru BP
Guru
Guru
78
Data TU SMP Islam Ruhama.
Ekonomi, Penjaskes
Matematika VII, IX
Seni Budaya, Seni Musik,
Akidah Akhlak
B. Indonesia VIII, IX
Seni Rupa, Sejarah
Alquran Hadits
BP
TIK
B. Arab
43
16
Siti Romlah, S.Pd
S1
Guru
17
Sri Musliah, S.Pd.
S1
18
Jojo Subagja
S1
19
Nani Oding, S.Pd.I
S1
Guru
Guru, Kepala
Perpustakaan
Guru
20
Romina Gustiani, S.Pd
S1
Guru
21
22
23
24
25
Kuntu Fitrah, S.Pd
Nurma Ulfah, S.Pd
Imam
Sinan Syarifudin
Saepul Muiz
S1
S1
SMA
MA
STM
Guru
Guru
Kepustakaan
Tata Usaha
Tata Usaha
26
27
Saefullah
Endang Samilan
SMP
SR
Kebersihan
Keamanan
B. Inggris IX, English
Conversation VII, IX
Matematika IX
PKn VII, VIII
Fiqh VII
B. Inggris VII, English
Conversation VII dan VIII
Matematika VIII
Bahasa Indonesia VII, IX
4. Data Siswa
Jumlah siswa-siswi SMP Islam Ruhama tahun ajaran 2015/2016
dari kelas VII sampai kelas IX dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.2
Rekapitulasi Data Siswa
SMP Islam Ruhama79
Kelas
VII – 1
VII – 2
7
VII – 3
7
8
79
VIII – 1
Jenis Kelamin
L
P
L
P
L
P
L
P
L
Data TU SMP Islam Ruhama.
Jumlah
19
20
24
15
27
12
70
47
19
39
39
117
39
117
30
93
325
44
P
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
VIII – 2
VIII – 3
8
IX – 1
IX – 2
IX – 3
9
IX – 4
9
11
21
11
21
10
61
32
11
18
10
18
19
11
18
10
58
57
32
31
93
29
28
30
115
28
115
Untuk mengetahui data siswa lebih rinci data terlampir.
5. Sarana dan Prasarana
Daftar sarana dan prasarana yang terdapat di SMP Islam Ruhama
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3
Sarana dan Prasarana
SMP Islam Ruhama80
No.
Ketarangan
Uraian
Jumlah (unit)
Kondisi
1.
Ruang Kelas
10
Baik
2.
Ruang Kep. Sekolah
1
Baik
3.
Ruang Guru
1
Baik
4.
Ruang Tata Usaha/TU
1
Baik
5.
Ruang Lab. IPA
1
Baik
80
Data TU SMP Islam Ruhama dan data hasil observasi.
45
6.
Ruang Lab. Komputer
1
Baik
7.
Ruang Perpustakaan
1
Baik
8.
Ruang UKS
1
Baik
9.
Ruang BK
1
Baik
10
Ruang Osis
1
Baik
11.
Ruang Kesenian
1
Baik
12.
Meja Piket
1
Baik
13.
Masjid
1
Baik
14.
Lapangan Olahraga
1
Baik
15.
Koperasi
1
Baik
16.
Kantin Sekolah
2
Baik
17.
Kantin Guru
1
Baik
18.
Jaringan Internet (Wifi)
19.
Toilet Guru
1
Baik
20.
Toilet Siswa
10
Baik
21.
Gudang
1
Baik
Baik
6. Ektrakurikuler
Daftar jenis kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di SMP Islam
Ruhama adalah sebagai berikut:81
81
a.
Pramuka
b.
Paskibra
c.
PMR
d.
Tari Daerah (Saman, dll)
e.
Seni Baca Alquran
f.
Marawis
g.
Basket
h.
Sepak Bola
i.
Futsal
j.
Teater
Saepul Muiz, Wawancara, Ciputat, 1 Mei 2016.
46
k.
Pencak Silat
l.
Angklung
Tabel 4.4
Daftar Nama Guru Pendamping
Kegiatan Pengembangan Diri
SMP Islam Ruhama
Tahun Pelajaran 2015/201682
No. Pengembangan Diri
Pendamping
1
Pramuka
2
Paskibra
Lailani Kasyifi Amalina, S.Pd
Agus Muslim, S.Pd
Muhammad Yamin, S.Pd
Dadang Andrean, S.Pd
Imam Santoso
3
PMR
Soffan N.
4
Tari Daerah / Tradisional
Nani Oding, S.Pd.I
5
Angklung
Agus Muslim, S.Pd
6
Marawis
Ilham Dermawan
7
Basket
Suedih, SE
8
Sepak Bola
Deni Sasmita, S.Si
9
Futsal
Suedih, SE
10
Pencak Silat
Maliq
7. Kegiatan Belajar Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar SMP Islam Ruhama memakai
sistem Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang memuat 5 jam
pelajaran Pendidikan Agama Islam per minggunya dengan rincian 2 jam
pelajaran Fiqh, 2 jam pelajaran Alquran Hadits dan 1 jam pelajaran
Akidah Akhlak. Pembelajaran dimulai pukul 07.00 WIB sampai dengan
14.10 WIB. Durasi waktu 1 jam pelajaran adalah 40 menit dengan 2x30
82
Saepul Muiz, Wawancara, Ciputat, 5 Mei 2016.
47
menit istirahat. Kegiatan ekstra kurikuler dilaksanakan setiap hari setelah
jam pelajaran usai sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.83
B. Deskripsi Data
Pada deskripsi data ini, penulis melakukan dengan beberapa teknik, di
antara teknik tersebut adalah: studi dokumentasi, observasi dan wawancara.
Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk melengkapi
informasi-infoemasi atau hasil penelitian penulis, seperti pengambilan data
dari arsip sekolah tentang sejarah, visi-misi, struktur organisasi, keadaan
pendidik, karyawan, peserta didik serta sarana dan prasarana di SMP Islam
Ruhama.
Kegiatan awal penulis adalah menyerahkan surat izin untuk
melakukan penelitian di SMP Islam Ruhama. Kegiatan selanjutnya adalah
menyusun langkah-langkah observasi yang akan dilakukan oleh penulis.
Dibuatnya langkah-langkah ini adalah agar penelitian terfokus pada judul
yang penulis tulis yaitu tentang Peran Guru Akidah Akhlak dalam Upaya
Membentuk Karakter Peserta Didik di SMP Islam Ruhama. Selanjutnya
penulis mulai melakukan observasi mulai dari kedisiplinan dan tanggung
jawab. Yang penulis amati pertama kali adalah cara berpakaian, sopan santun
saat berpapasan dengan teman, guru atau orang lain, ketidak terlambatan
masuk sekolah, serta absensi peserta didik yang ada di masing-masing kelas.
Kemudian penulis mengamati kegiatan religiusitas yang dilakukan
oleh peserta didik yakni, aktivitas membaca alquran sebelum pelajaran
dimulai, kemudian shalat dhuha, shalat dzuhur berjamaah, kegiatan keputrian
setiap hari jum’at. Selanjutnya penulis mengamati sikap kejujuran, mandiri,
kreatif, rasa ingin tahu dan kerja keras dari cara belajar mereka di kelas
maupun di luar kelas. Selanjutnya penulis mengamati sikap komunikatif,
bersahabat, cinta damai, toleransi dan peduli social dari cara mereka bergaul
dengan orang lain, baik sesama teman, dengan guru dan lainnya.
83
Juhdi Asidi, Wawancara, Ciputat, 5 Mei 2016.
48
Selain mengamati peserta didik, peneliti juga mengamati guru akidah
akhlak yang melakukan perannya sebagai pembimbing yakni, memotivasi
dan memberi nasihat kepada peserta peserta didik untuk selalu berbuat baik.
Sebagai pendidik yakni mengajarkan sopan santun dan tata karma,
mengajarkan cara berpakaian yang sesuai dengan norma dan aturan. Sebagai
demonstrator, guru akidah akhlak mencontohkan berpakaian yang sesuai
norma, sopan dan santun, selalu membaca doa ketika memulai dan
mengakhiri sesuatu, menyapa dan memberi salah ketika bertemu orang lain,
berkata sopan, selalu datang tepat waktu dan melaksanakan serta mengajak
peserta didik untuk shalat sunnah dan shalat wajib. Sebagai evaluator, guru
akidah akhlak selalu menegur dan memberi nasihat peserta didik yang
melanggar aturan, memberi sanksi kepada peserta didik yang melanggar tata
tertib, seperti memotong rambut jika siswa berambut gondrong, menggunting
celana dan rok jika celana atau rok tidak sesuai aturan, serta bekerja sama
dengan guru bimbingan konseling untuk memberikan konseling kepada
peserta didik yang melanggar aturan serta memanggil orang tua peserta didik.
Pengamatan ini dilakukan selama penelitian, yakni kurang lebih 3 bulan.
C. Pembahasan
Dari deskripsi di atas, penulis akan membahas secara rinci. Adapun yang
akan penulis bahas adalah hasil wawancara yang penulis dapatkan serta
penguatan dari hasil observasi yang penulis dapatkan tentang bagaimana
pengembangan karakteristik peserta didik di SMP Islam Ruhama, peran guru
akidah akhlak karakteristik yang diterapkan pihak sekolah dan guru akidah
akhlak pada khususnya
kepada peserta didik, serta hambatan yang guru
akidah akhlak hadapi. Berikut data yang diperoleh dari hasil wawancara dan
pengamatan yang dianalisis dan diinterpretasikan:
1. Peran Guru Akidah Akhlak
a. Sebagai pembimbing
Guru merupakan orang tua bagi anak di sekolah yang tugasnya adalah
membimbing anak menjadi pribadi yang terarah. Dari hasil observasi
49
dan wawancara guru akidah akhlak sudah melakukan perannya sebagai
pembimbing yakni, memotivasi dan memberi nasihat kepada peserta
peserta didik untuk selalu berbuat baik, memberikan semangat untuk
memaksimalkan belajar agama, membimbing siswa untuk lebih
percaya diri dalam berbuat kebaikan
b. Sebagai Pendidik
Guru adalah sosok yang memiliki kewajiban untuk mendidik anak
didiknya dengan ilmu yang telah dimilikinya agar anak didik menjadi
pribadi yang unggul dan cerdas. Dari hasil observasi dan wawancara
guru akidah akhlak sudah melakukan perannya sebagai pendidik yakni,
mengajarkan siswa untuk mematuhi guru dan orang tua, mengajarkan
siswa untuk
mencium
tangan ketika bertemu
mengajarkan untuk hidup rukun, mengajarkan
dengan
guru,
berpakaian sesuai
norma dan aturan dan mengingatkan untuk belajar dengan giat.
c. Sebagai Demonstrator
Guru adalah panutan, sebagai demonstrator, segala sesuatu yang
dilakukan oleh guru akan menjadi acuan bagi siswa. Dari hasil
observasi dan wawancara guru akidah akhlak sudah melakukan
perannya sebagai demonstrator yakni, selalu berpakaian sopan dan
Islami, membaca doa ketika memulai dan mengakhiri pekerjaan,
berbicara dengan sopan dan santun, datang tepat waktu, mengajak
shalat wajib yang dilakukan di sekolah secara berjamaah.
d. Sebagai Evaluator
Guru sebagai evaluator mampu terampil dalam penilaian terhadap
tingkah laku siswa. Dari hasil observasi dan wawancara guru akidah
akhlak sudah melakukan perannya sebagai evaluator yakni, menegur
jika siswa melakukan kesalahan, memberi nasihat kepada siswa yang
tidak mematuhi tata tertib sekolah, menegur peserta didik yang
berbicara tidak sopan, melerai dan menasihati peserta didik yang
berkelahi, menegur dan memperingatkan peserta didik yang jarang
masuk sekolah, teguran dan sanksi berupa hukuman lisan atau
50
peringatan, hukuman tindakan seperti mencukur, menggunting
rok/celana, hukuman fisik seperti push up, lari keliling lapangan, serta
hukuman seperti menyalin alquran, hafalan alquran.
2. Karakteristik yang Diupayakan dan Dikembangkan oleh Guru
Akidah Akhlak dan Sekolah kepada Peserta Didik Sesuai dengan
yang Dicanangkan oleh Pemerintah.
a. Nilai Religius
Jika dianalisis dari hasil wawancara dengan guru akidah akhlak,
nilai agama yang ditanamkan di SMP Islam Ruhama berupa:84
1) Salat Dzuhur berjama’ah
Shalat Dzuhur berjamaah dilakukan oleh seluruh siswa tanpa
terkecuali beserta dewan guru yang dipandu atau digerakkan oleh
guru akidah akhlak.
2) Shalat Jumat dan Keputrian
Shalat Jumat adalah wajib hukumnya bagi muslim laki-laki. Maka
peserta didik laki-laki wajib mengikuti salat Jum’at di Masjid
Ruhama. Bagi para siswi, kegiatan wajibnya adalah mengikuti
Keputrian, yakni shalat Dzuhur berjamaah yang dilanjutkan dengan
kegiatan tilawah, siraman rohani dan pembacaan puisi. Petugas
yang melaksanakan keputrian setiap minggunya sudah terjadwal
berdasarkan kelas.
3) Salat Dhuha
Salat Dhuha dilakukan peserta didik dan guru pada jam istirahat
pertama yakni pukul 09.40-10-00.
4) Murrotal dan Tadarus
Pemutaran kaset murrotal sebelum bel masuk selalu dilakukan
untuk membiasakan peserta didik mendengarkan ayat-ayat Allah.
Dan tadarus alquran dilakukan setiap pagi setelah bel dan sebelum
84
Ibid.
51
pelajaran dimulai yang dipandu oleh guru yang masuk pada jam
pertama.
Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis menyimpulkan
bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai religiusitas dengan baik.
b. Jujur
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai
jujur yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, khususnya oleh guru
akidah akhlak diantaranya adalah dalam ulangan dan ujian peserta
didik dituntut untuk jujur dan tidak menyontek, pelaksanaan kantin
kejujuran yaitu kantin sekolah yang dijaga secara bersama-sama,
dalam artian mereka membayar sesuai dengan harga yang tertera,
tanpa penjaga di kantin. Dan dari observasi serta wawancara juga,
penulis menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai
kejujuran dengan baik, meskipun terkadang masih ada peserta didik
yang menyontek ketika ulangan.
c. Toleransi
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai
toleransi yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama diantaranya
adalah menanamkan pada diri peserta didik untuk menghargai
perbedaan baik segi budaya, adat, suku dan pendapat. Hal ini
biasaanya diterapkan ketika sedang dilaksanakan rapat Organisasi
Siswa Intra Sekolah yang kebetulan pembinanya adalah guru akidah
akhlak itu sendiri. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis
menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai
religiusitas dengan baik, meskipun karena kondisi peserta didik yang
masih dalam masa remaja dan cenderung labil, terkadang masih ada
yang bersikap egois.
d. Disiplin
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai
disiplin yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama diantaranya
adalah:
52
1) Masuk sekolah tepat waktu
Peserta didik harus masuk sekolah tepat waktu, yaitu sebelum
bel dibunyikan pada pukul 07.00 WIB oleh guru piket. Jika peserta
didik terlambat, maka peserta didik dikenakan sanksi berupa:85
a) Hafalan surat pendek
b) Infak
c) Dan hukuman fisik berupa push up
Dari wawancara yang telah dilakukan, sebagian besar peserta didik
selalu datang tepat waktu.
2) Kerapihan
Peserta didik wajib memakai seragam yang telah ditentukan,
yakni:
a) Senin: seragam putih-putih
b) Selasa: seragam putih biru
c) Rabu: seragam pramuka
d) Kamis: seragam identitas sekolah
e) Jum’at: pakaian muslim
Jika peserta melanggar, maka dikenakan sanksi berupa:
a) Menulis ayat/surat al-Quran sejumlah yang ditentukan oleh
guru piket.
b) Infak
c) Digunting rok/celana jika yang mereka pakai tidak sesuai
kriteria (ngatung).
Guru akidah akhlak secara rutin melakukan sidak bagi peserta
didik, mengecek kerapihan rambut, pakaian dan isi tas. Bagi siswa
yang berambut gondrong, mereka akan dicukur saat itu juga.
Dari hasil observasi, kedisiplinan peserta didik dalam berpakaian
masih ada yang belum mematuhi peraturan yang telah ditentukan.
Seperti, baju dikeluarkan serta pemakaian seragam yang salah.
85
Agus Muslim, Wawancara, Ciputat, 6 Mei 2016
53
3) Absensi peserta didik
Absensi atau daftar hadir peserta didik selalu dikontrol oleh
pengurus kelas, wali kelas, guru piket, wakil kepala bidang
kesiswaan dan kepala sekolah, bahkan oleh seluruh guru. Absensi
siswa merupakan salah satu bentuk kedisiplinan peserta didik. Dan
setiap bulan akan direkap dan diserahkan ke orang tua peserta
didik, sebagai bukti bahwa siswa/siswi benar-benar mengikuti
pelajaran/tidak agar mendapat tindak lanjut dari sekolah maupun
orang tua peserta didik. Dari hasil observasi, penulis melihat
absensi siswa dari absensi masing-masing kelas sudah baik,
meskipun masih ada anak yang sering tidak masuk dengan
keterangan alpha.
e. Kerja Keras
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai
kerja keras yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah
akhlak pada khususnya yaitu selalu memotivasi peserta didik untuk
mengerjakan tugas sekolah dengan sebaik-baiknya serta tidak malas
ketika menerima pelajaran. Dan dari observasi serta wawancara juga,
penulis menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai
kerja keras dengan baik meskipun masih ada paeserta didik yang tidak
semangat dalam menerima pelajaran.
f. Kreatif
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai
kreatif yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah akhlak
pada khususnya yaitu selalu mengajarkan peserta didik dengan
pembelajaran yang kreatif serta memberi tugas kepada peserta didik
dengan tugas yang membuat peserta didik lebih kreatif. Seperti
membuat mock up dan sebagainya. Dan dari observasi serta
wawancara juga, penulis menyimpulkan bahwa peserta didik sudah
melaksanakan nilai kreatifitas dengan baik.
54
g. Mandiri
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai
kemandirian yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah
akhlak pada khususnya yaitu selalu memotivasi peserta didik untuk
tidak bergantung pada orang lain ketika serta memberikan tugas
mandiri.
Dan dari observasi
serta wawancara juga, penulis
menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai
kemandirian dengan baik.
h. Demokratis
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai
demokrasi yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah
akhlak pada khususnya yaitu selalu memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk memberikan hak suara pada pemilihan ketua osis,
ketua kelas, serta dalam evaluasi guru. Dan dari observasi serta
wawancara juga, penulis menyimpulkan bahwa peserta didik sudah
melaksanakan nilai demokrasi dengan baik.
i. Rasa ingin tahu
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai
rasa ingin tahu yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru
akidah akhlak pada khususnya yaitu selalu memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bertanya, serta memotivasi peserta didik
untuk senantiasa mengunjungi perpustakaan untuk menjawab rasa
ingin tahu mereka. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis
menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai rasa
ingin tahu dengan baik.
j. Semangat kebangsaan
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai
semangat kebangsaan yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama,
guru akidah akhlak pada khususnya yaitu selalu memotivasi peserta
55
didik untuk tidak bergantung pada orang lain ketika serta memberikan
tugas mandiri. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis
menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai
semangat kebangsaan dengan baik.
k. Cinta tanah air
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai
cinta tanah air yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru
akidah akhlak pada khususnya yaitu dengan memperingati hari ulang
tahun kemerdekaan RI dan memotivasi peserta didik untuk mencintai
produk dalam negeri. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis
menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai cinta
tanah air dengan baik.
l. Menghargai prestasi
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai
kemandirian yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah
akhlak pada khususnya yaitu memberikan reward bagi peserta didik
yang berprestasi, seperti memberi hadiah, membebaskan biaya
sekolah, serta reward yang lain. Kepada peserta ddidik, guru selalu
menyampaikan untuk memberi selamat dan turut merasa bangga
dengan prestasi teman-temannya. Dan dari observasi serta wawancara
juga, penulis menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan
nilai menghargai prestasi dengan baik.
m. Bersahabat/komunikatif
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai
kemandirian yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah
akhlak pada khususnya yaitu selalu bersahabat dengan peserta didik,
menjalin hubungan baik layaknya teman, terbuka dan komunikatif.
Agar berefek kepada peserta didik mereka juga melakukan hal yang
sama. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis menyimpulkan
bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai bersahabat/komunikatif
dengan baik.
56
n. Cinta damai
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai
cinta damai yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah
akhlak pada khususnya yaitu selalu memberikan pengertian dan
motivasi kepada peserta didik untuk selalu saling menyayangi sesama
teman, cinta damai dan menghindari perselisihan. Serta program
senyum, salam, sapa, sopan dan santun (5S) sangat ditekankan di
lingkungan SMP Islam Ruhama. Baik itu ketika bertemu dengan guru,
karyawan, penjaga sekolah, bahkan sesama siswa. Dan dari observasi
serta wawancara juga, penulis menyimpulkan bahwa peserta didik
sudah melaksanakan nilai cinta damai dengan baik.
o. Gemar membaca
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai
kemandirian yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah
akhlak pada khususnya yaitu selalu memotivasi peserta didik untuk
gemar membaca. Bahkan pihak sekolah telah memberikan akses
perpustakaan yang sangat mudah, nyaman dan bersahabat agar peserta
didik senang berlama-lama di perpustakaan untuk membaca dan
mempelajari materi di perpustakaan. Dan dari observasi serta
wawancara juga, penulis menyimpulkan bahwa peserta didik sudah
melaksanakan nilai gemar membaca dengan baik, meskipun masih
banyak peserta didik yang enggan gemar membaca.
p. Peduli lingkungan
Peserta didik dituntut untuk menjaga kebersihan dan keamanan
lingkungan
sekolah.
Peserta
didik
yang
terbukti
melakukan
pelanggaran, maka akan diberi sanksi sesuai dengan peraturan tata
tertib yang ada. Seperti:
1) Membuang sampah dan es batu sembarangan, sanksi infak Rp
5000 atau hafalan surat yang ditentukan oleh guru piket.
57
2) Bermain pintu/jendela, merusak pintu/jendela, sanksinya adalah
minimal infak Rp 5000 atau hafalan surat dan maksimumnya
adalah mengganti pintu/jendela.
3) Mencorat-coret meja, tembok dan property yang ada di sekolah,
sanksinya adalah infak dan mengecat ulang.
4) Membuat keributan, sanksinya adalah keliling lapangan, menulis
surat al-Quran, meminta maaf kepada pihak yang bersangkutan.
5) Mengerjakan kewajiban piket setelah jam pelajaran usai, sanksi
jika tidak melaksanakannya adalah berhadapan langsung dengan
wali kelas.
Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis menyimpulkan
bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai peduli lingkungan
dengan baik.
q. Peduli sosial
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai
kemandirian yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah
akhlak pada khususnya yaitu selalu memotivasi peserta didik untuk
peduli terhadap sesama. Sekolah juga rutin melakukan bakti sosial
dilakukan setiap semester, baik itu kepada lingkungan sekitar sekolah
maupun di luar daerah. Ini merupakan salah satu kegiatan rutin sebagai
pembiasaan dalam meningkatkan rasa kepedulian siswa terhadap
masyarakat sekitar. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis
menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai peduli
sosial dengan baik.
r. Tanggung jawab
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai
kemandirian yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah
akhlak pada khususnya yaitu selalu memotivasi peserta didik untuk
bertanggung jawab,
seperti
melaksanakan
tugas
piket
sesuai
jadwalnya, menerima sanksi ketika melanggar peraturan, mengerjakan
tugas dengan baik. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis
58
menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai
tanggung jawab dengan baik.
3. Hambatan
Hambatan yang dihadapi oleh guru akidah akhlak adalah masih
ada siswa yang melanggar norma, karena pembentuk karakter siswa tidak
sepenuhnya dari guru akidah akhlak. Bisa dari lingkungan keluarga dan
masyarakat. Mereka yang memasuki masa remaja biasanya lebih rentan
dengan segala tindakan-tindakan yang menyinggung norma yang berlaku
karena pada masa tersebut keadaan jiwa anak dalam kondisi labil, tidak
ingin diatur dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi yang jika tidak
diarahkan dan tidak diperhatikan dengan baik, maka akan terjadi
penyimpangan-penyimpangan, pergeseran budaya dan dekadensi moral
tentunya.86
Selain hal tersebut, kendala yang lain adalah pergaulan mereka
yang cenderung bebas sangat mempengaruhi karakter peserta didik.
Mereka sudah merasa sangat nyaman dengan kelompok mereka di luar
rumah dan sekolah yang kebanyakan tidak memberikan dampak positif,
anak tidak memiliki tekad yang kuat keluar dari zona tersebut.87
86
87
Ibid.
Ibid.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, dapat
disimpulkan bahwa guru akidah akhlak telah melakukan perannya dalam
upaya membentuk karakter peserta didik, yakni dengan sebagai berperan
sebagai pembimbing, guru akidah akhlak memotivasi dan memberi nasihat
kepada peserta peserta didik untuk selalu berbuat baik. Sebagai pendidik
yakni mengajarkan sopan santun dan tata karma, mengajarkan cara
berpakaian yang sesuai dengan norma dan aturan. Sebagai demonstrator,
guru akidah akhlak mencontohkan berpakaian yang sesuai norma, sopan
dan santun, selalu membaca doa ketika memulai dan mengakhiri sesuatu,
menyapa dan memberi salah ketika bertemu orang lain, berkata sopan,
selalu datang tepat waktu dan melaksanakan serta mengajak peserta didik
untuk shalat sunnah dan shalat wajib. Sebagai evaluator, guru akidah
akhlak selalu menegur dan memberi nasihat peserta didik yang melanggar
aturan, memberi sanksi kepada peserta didik yang melanggar tata tertib,
seperti memotong rambut jika siswa berambut gondrong, menggunting
celana dan rok jika celana atau rok tidak sesuai aturan, serta bekerja sama
dengan guru bimbingan konseling untuk memberikan konseling kepada
peserta didik yang melanggar aturan serta memanggil orang tua peserta
didik. Adapun upaya yang dilakukan untuk membentuk karakter peserta
didik yakni dengan menerapkan pembiasaan yang sesuai dengan 18 nilai
karakter yang dicanangkan oleh Kemendikbud.
59
60
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian ini memiliki implikasi,
pertama guru memiliki peran dan tanggung jawab untuk membentuk
karakter peserta didik. Dalam hal ini guru sebagai pendidik, pembimbing,
demonstrator dan evaluator, menyadari akan pentingnya peranan tersebut.
Kedua, dalam upaya pembentukan karakter, penanaman nilai religiusitas
pada peserta didik dilaksanakan secara berkelanjutan.
C. Saran
Dari
kesimpulan
yang
telah
peneliiti
paparkan,
peneliti
menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Guru akidah akhlak memperhatikan dan terus mengembangkan aspek
keteladanan
2. Upaya-upaya yang seharusnya dilakukan oleh guru akidah akhlak dan
pihak SMP Islam Ruhama yaitu dengan berbagai kegiatan dan
aktivitas yang bisa mengembangkan karakter siswa sesuai dengan
karakter
yang dikembangkan oleh Kemendiknas
untuk
lebih
ditingkatkan.
3. Hendaknya pihak lembaga/yayasan, khususnya sekolah menjalin
hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga, lingkungan dan
berbagai pihak untuk menciptakan situasi kondusif bagi pembentukan
karakter peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Aan, Ridho. “Darurat Kenakalan Remaja”, Tajuk Rencana. Harian Sinar
Indonesia Baru. Medan: 2014.
Abdullah, M. Yatimin. Study Akhlak dalam Perspektif Alquran. Jakarta: Amzah.
2007.
Akrab, Tim. “Membina Kehidupan Beragama Melalui Media Cetak”, Majalah
Akrab, No. 18-IX, Jakarta: 2006.
Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Terj.
dari Attarbiyah al-Islamiyah oleh H. Bustami A. Gani dan Johar Bahri.
Jakarta: Bulan Bintang. 1984.
Al-Bachri. 18 Karakter yang Harus Dikembangkan Pada Peserta Didik.
www.academia.edu. 1 April 2016.
An-Nahlawi, Abdurrahman. Pendidikan adalah di Rumah, Sekolah dan
Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press. 1995.
Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak dalam Ibadah dan Tasawuf.
Jakarta: Karya Mulia. 2005.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
Rineka Cipta. 2006.
Asidi, Juhdi. Wawancara. Ciputat, 5 Mei 2016a.
-----. Wawancara. Ciputat, 28 April 2016b.
Asy-Syaibani, Umar Muhammad at-Taomy. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:
Bulan Bintang. 1979.
Aunillah, Nurla Isna. Panduan Menerapkan Karakter di Sekolah. Yogyakarta:
Laksana. 2011.
Darajat, Zakiah. Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.
1977.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Jakarta: Yayasan Kelopak. 2004.
Hasan, M. Ali. Tuntunan Akhlak. Jakarta: Bulan Bintanag. 1978.
61
62
Imron, Ali. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
2011.
Kemenag. “Pendidikan Akhlak ala Al-Ghazali” . www.simbi.kemenag.go.id, 29
Maret 2016.
-----. al-Hilali Qur’an. Jakarta: Pustaka Alfatih. 2002.
Majduddin. Akhlak Tasawuf: Mukjizat Nabi Karomah Wali dan Ma’rifah
Sufi.Jakarta: Kalam Mulia. 2009.
Megawangi, Ratna. Character Parenting Space. Bandung: Mizan. 2009.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2002.
Muchlish, Mansur. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. V. t.tp.
Muiz, Saepul. Wawancara. Ciputat, 1 Mei 2016a.
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional “Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan”. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2009.
Munadhi, Yudhi dan Faridha Hamid. Modul Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. 2009.
Muslim, Agus. Wawancara. Ciputat, 6 Mei 2016
-----. Wawancara. Ciputat, 5 Mei 2016b.
Nata, Abuddin & Fauzan. Pendidikan dalam Perspektif Hadits. Ciputat: UIN
Jakarta Press. 2005.
Nata, Abuddin. Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru Peserta didik.
Bandung: Al- Ma’arif. cet. II. 1981.
-----. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2012.
-----. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2009.
-----. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. 2010.
Nur, “Remaja Pelaku Seks Bebas Meningkat”. www.bkkbn.go.id, 29 Maret 2016.
63
Pamungkas, M. Imam. Akhlak Muslim Modern, Membangun Karakter Generasi
Muda. Bandung: Penerbit Marja. 2012.
Penyusun, Tim. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan. Jakarta:
Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2005.
Penyusun,Tim. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas.
2008.
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
1976.
Raharjo, Sabar Budi. Pendidikan Karakter sebagai Upaya Meningkatkan Akhlak
Mulia, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan . XVI. 2010.
Rahayu, Wahyuningsih. Model Pembelajaran Komeks Bermuatan Nilai-nilai
Karakter.t.tp: t.np. t.t.
Rosadi, Arif, “Membangun Penyelenggaraan Pendidikan Berkarakter Berbasis
Evaluasi Profesional”, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional
Evaluasi Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Semarang : 2013.
Samani, Muchlas. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2011.
Sevilla, Consuelo G. Pengantar Metode Penelitian, Terj. dari An Introduction to
Research Methods oleh Alimudin Tuwu. Jakarta: UI Press. Cet. I. 2006.
Sudarsono. Etika Islam tentang Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta. 1991.
Surya, Muhammad dkk. Landasan Pendidikan Menjadi Guru yang Baik. Bogor:
Ghalia Indonesia. 2010.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam.Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Cet. IX. 2005.
Trim, Bambang. Meng-Instal Akhlak Anak. Jakarta: Hamdallah Imprint Grafindo
Media Pratama. 2008.
www.ardhana12.com/teknik-analisis-data-dalam-penelitian/ , diakses pada 26 Juli
2016
Riwayat Hidup Penulis
Bahiyatul Musfaidah, lahir di Desa Campakoah,
Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, Jawa
Tengah pada 26 November 1993 dari pasangan
Achmad
Mangun
Muqito
dan
Chotijah.
Menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 2
Pagerandong
pada
tahun
2006,
pendidikan
menengah di SMP Negeri 2 Mrebet pada tahun
2009 dan SMA Negeri 1 Bobotsari, Purbalingga
pada tahun 2012. Kemudian melanjutkan studinya
ke UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun
2012 melalui jalur SNMPTN dan diterima di
Jurusan Pendidikan Agama Islam. Anak ke-2 dari dua bersaudara ini sangat
senang dengan dunia literasi, jadi tentu saja hobinya adalah membaca dan menulis
terutama fiksi. Perempuan yang akrab disapa Ida ini aktif di organisasi
kepenulisan Forum Lingkar Pena Ciputat sampai saat ini, dan sempat juga aktif di
Lembaga Pers Mahasiswa Islam Ciputat (Lapmi HMI Ciputat). Makan dan masak
juga merupakan salah satu hobinya, maka salah satu impian yang harus
diwujudkan adalah menjadi pengusaha di bidang kuliner. Adik dari Siti Nur
Faizah ini semasa kuliahnya aktif di Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, DEMA FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan juga aktif sebagai kader di Himpunan Mahasiswa Islam
Ciputat. Motto hidupnya adalah “Tantangan akan selalu menjadi beban jika itu
hanya dipikirkan, maka lawan. Dan cita-cita pun akan menjadi beban jika itu
hanya di angan-angan, maka perjuangkan.”
BERITA WAWANCARA
Nama
: Drs. Juhdi Asidi
Jabatan
: Kepala Sekolah SMP Islam Ruhama
Tempat Wawancara
: Ruang Kepala Sekolah SMP Islam Ruhama
Hari/tanggal
: Rabu, 4 Mei 2016
Pokok pembicaraan
1. Bagaimana sejarah SMP Islam Ruhama?
Jawab: Sejarahnya sangat panjang. Saya dan guru-guru yang sudah lama di
sini merupakan saksi dari perjalanan SMP Islam Ruhama dari embrio. Untuk
lebih jelasnya, nanti saya data narasi dalam bentuk softfile-nya ya… Tidak
cukup sehari kalau diceritakan.
2. Apa yang bapak ketahui tentang pendidikan karakter? Apakah penting
pendidikan karakter bagi peserta didik SMP Islam Ruhama?
Jawab: Pendidikan karakter merupakan pendidikan pendidikan yang
ditujukan untuk membentuk perilaku peserta didik dalam kehidupan seharihari. Tentu saja sangat penting, jika tidak diajarkan pendidikan karakter sejak
dini, itu akan mematikan moral anak bangsa.
3. Dari 18 nilai-nilai karakter yang dicanangkan oleh Kemendiknas,
apakah sudah diterapkan semua di SMP Islam Ruhama?
Jawab: Alhamdulillah, kami sedang berusaha menerapkan semuanya.
4. Apakah nilai-nilai karakter yang dikembangkan tersebut telah tertanam
pada peserta didik di SMP Islam Ruhama?
Jawab: Harapannya si iya… Yang saya lihat memang sebagian besar siswa
sudah baik, hanya saja belum tahu jika mereka berada di luar lingkungan
sekolah. Karena pendidikan karakter yang dilakukan di sekolah bukan satusatunya pendidikan yang diterima oleh peserta didik. Pergaulan dan
lingkungan keluarga memiliki kontribusi yang sangat besar juga.
5. Upaya apa yang telah dilakukan oleh pihak sekolah untuk membentuk
karakter siswa?
Jawab: Upayanya tentu saja banyak sekali. Memang yang paling getol itu
guru aqidah akhlaq, karena teori saja tidak cukup. Jadi upaya yang kami
lakukan bersama guru aqidah akhlak benar-benar dilakukan dengan tegas.
Dengan tata tertib dan kebiasaan-kebiasaan baik lainnya.
6. Apakah upaya-upaya yang telah dilakukan telah menunjukkan hasil
yang maksimal?
Jawab: Kalau upayanya kami sudah melakukan yang maksimal. Tapi kalau
hasil, seperti yang sudah saya katakana tadi, bahwa sekolah bukan satusatunya yang membentuk karakter siswa.
BERITA WAWANCARA
Nama
: Agus Muslim, S.Pd.I
Jabatan
: Guru Aqidah Akhlaq SMP Islam Ruhama
Tempat Wawancara
: Ruang Guru SMP Islam Ruhama
Hari/tanggal
: Selasa, 3 Mei 2016
Pokok pembicaraan
1. Bagaimanakah akhlakul karimah dikenalkan kepada siswa?
Jawab: Melalui pembelajaran di kelas dan contoh yang kita terapkan.
2. Dengan cara apa dan bagaimana bapak mengajarkan siswa untuk
berakhlak baik?
Jawab:
Dengan
mengajarkannya
dengan
lisan,
mencontohkan
dan
mempraktikan dengan perbuatan, menegur jika siswa melakukan tindakan
yang salah.
3. Bagaimana tanggapan atau respon bapak terhadap siswa yang berakhlak
baik dan buruk?
Jawab: Yang sudah baik tentu saja harus di pertahankan. Yang belum baik,
selalu dimotivasi untuk menjadi lebih baik.
4. Bagaimana cara penanaman akhlakul karimah kepada siswa untuk
membentuk karakter siswa yang baik?
Jawab: Seperti yang sudah saya jawab, contoh yang kita lakukan itu
merupakan penanaman yang wajib dilakukan. Ketegasan juga dibutuhkan
dalam hal mendisiplinkan siswa.
5. Bimbingan dan arahan seperti apa yang bapak berikan kepada peserta
didik agar berkarakter dan berakhlak yang baik?
Jawab: Yang jelas secara baik-baik pelan dan tegas. Akan lebih baik jika
siswa yang masih berperilaku buruk diajak untuk berbicara empat mata, di
bombing dengan kasih sayang, tanpa kekerasan.
6. Bagaimana bapak melatih peserta didik agar terbiasa berakhlak yang
baik sehingga terbentuk karakter yang ideal?
Jawab: Dengan pembiasaan yang baik, dan contoh yang baik.
7. Apa dan bagaimana cara bapak menanggulangi masalah peserta didik
yang memiliki karakter tidak berakhlakul karimah, dengan waktu KBM
yang hanya 1 jam setiap minggunya?
Jawab: Kami lebih menekankan kepada praktiknya. Teori siapa saja bisa
menguasai, tapi praktik itu lebih penting. Pembelajaran bisa dilakukan di
mana saja, tidak melulu di kelas ketika KBM.
8. Bagaimana menurut bapak apakah dari pendidikan akhlak yang bapak
ajarkan sudah turut membantu pembentukan karakter pesereta didik?
Jawab: Kalau kontribusinya kami rasa cukup membantu. Tapi jika di sekolah
sudah dibenahi, kemudian di rumah atau di lingkungan di rusak lagi, ya
percuma kalau begitu. Untuk itu, kami seringkali bekeerja sama dengan wali
murid untuk tetap menjaga pergaulan anaknya.
9. Bagaimana pandangan bapak tentang karakter peserta didik si SMP
Islam Ruhama?
Jawab: Karakternya kalau di sekolah saya lihat sudah cukup bagus. Yang
penting pengawasan orang tua juga harus tetap berjalan.
10. Apa hambatan dan harapan bapak tentang karakter peserta didik SMP
Ruhama untuk jangka panjangnya?
Jawab: Hambatannya ya tentang perilaku yang sudah mereka bawa dari
rumah masing-masing dan dari lingkungan. Terkadang perilaku buruk karena
pergaulan mereka ajarkan ke teman-temannya, itu yang membuat pendidikan
karakter terkadang terhambat. Kalau harapan, ya pastinya saya pribadi selalu
mengharapkan yang terbaik untuk anak-anak saya. Menjadi peserta didik yang
baik, dan menjaga almamater.
Instrumen Wawancara Untuk Siswa-siswi
1. Adakah kegiatan religious yang dilakukan di sekolah ini? Jika iya, apa anda mengikuti
kegiatan tersebut?
2. Apa anda pernah menyontek? Beri penjelasan dari jawaban anda!Apakah anda selalu
menghargai jika teman anda berbeda suku dan budaya?
3. Pernahkah anda melanggar hukuman? Jika pernah, apa yang anda langgar dan hukuman
apa yang anda dapatkan?
4. Apakah anda selalu berusaha untuk mendapatkan peringkat terbaik? Coba jelaskan alasan
jawaban anda!
5. Apakah anda atau selalu membuat sesuatu yang unik agar belajar anda lebih nyaman?
Coba jelaskan alasan jawaban anda!
6. Apakah anda pernah mengandalkan orang lain dalam mengerjakan tugas sekolah? Coba
jelaskan alasan jawaban anda!
7. Apakah anda selalu mengikuti pemilihan ketua osis yang dilaksanakan oleh sekolah?
Coba jelaskan alasan jawaban anda!
8. Bagaimana cara anda mencari tahu hal-hal yang belum anda ketahui tentang pelajaran
anda atau hal-hal di sekitar anda?
9. Apakah anda selalu mngikuti kegiatan peringatan kemerdekaan RI yang dilaksanakan
oleh sekolah? Coba jelaskan alasan jawaban anda!
10. Apakah anda bangga menjadi bagian dari wwarga Negara Indonesia? Coba jelaskan
alasan jawaban anda!
11. Apakah guru anda pernah memberikan reward kepada anda atau teman anda jika mereka
memperoleh prestasi yang membanggakan?
12. Apakah anda memiliki teman banyak? Bagaimana caranya anda berteman?
13. Apakah anda pernah bertengkar, berkelahi tawuran? Coba jelaskan alasan jawaban anda!
14. Apakah anda pergi ke perpustakaan untuk membaca dan meminjam buku? Berapa buku
yang and abaca dalam seminggu?
15. Apakah anda senang dan mengikuti kegiatan peduli lingkungan yang dilaksanakan oleh
sekolah?
16. Apakah anda senang dan mengikuti kegiatan peduli sosial yang dilaksanakan oleh
sekolah?
17. Apakah anda bersedia menerima sanksi jika melakukan kesalahan? Bagaimana perasaan
anda?
18. Apakah anda bersedia menerima sanksi jika melakukan kesalahan? Bagaimana perasaan
anda?
Download