FONOLOGI BAHASA KANAUMANA KOLANA PENDAHULUAN Di

advertisement
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No. 1 April 2017, 145-158
Available Online at http://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jret
FONOLOGI BAHASA KANAUMANA KOLANA
Lodia Amelia Banik
Universitas Warmadewa
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini berjudul Fonologi Bahasa Kanaumana Kolana. Tujuan penelitian ini adalh untuk
mendeskripsikan sistem fonem dan proses fonologis dalam bahasa Kanaumana Kolana. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa
bunyi bahasa Kanaumana Kolana yang diperoleh dari hasil wawancara dengan penutur asli bahasa
Kanaumana Kolana. Berdasarkan hasil penelitian Bahasa Kanaumana Kolana memiliki enam bunyi
vokal yaitu vokal /i/, /u/, /e/, /ɛ/, /o/, dan /a/, tiga belas bunyi konsonan, yakni konsonan hambat: /p,
b, t, d, j, k, g/, konsonan frikatif: /s/, konsonan nasal: /m, n, ŋ/, konsonan likuida atau lateral: /l/, konsonan getar atau trill /r/ dan dua semivokal: /y, w/. Keberadaan keenam vokal, kedua belas bunyi
konsonan dan dua bunyi semivokal ini didukung oleh pembuktian dengan menggunakan pasangan
minimal pada saat mengidentifikasi bunyi-bunyi fonem tersebut dalam bahasa Kanaumana Kolana.
Proses fonologis yang ditemukan dalam bahasa Kanaumana Kolana ada dua, yakni proses pelesapan
struktur silabel dan proses pelesapan disertai perubahan struktur silabel berupa perubahan bunyi
fonem. Proses fonologis tersebut ditemukan pada saat dua segmen berpadu menjadi satu segmen.
Kata kunci: fonem, proses fonologis, pengkaidahan
Abstract
This research entitled is Phonology of Kanaumana Kolana Language. The purpose of this study was
to describe the system of phonemes and describe the phonological processes found in Kanaumana
Kolana language. The method used in this research was descriptive qualitative method. Data collected in the form of the sounds of language Kanaumana Kolana obtained from interviews with native speakers Kanaumana Kolana. Based on the research results Language Kanaumana Kolana had
six vowels were vowel /i/, /u/, /e/, /ɛ/, /o/ and /a/, thirteen consonant, the consonant resistor: /p, b, t,
d, j, k, g/, consonant fricatives: /s/, consonant nasal: /m, n, ŋ/, consonant liquid or lateral: / l /, consonant trill / r / and two semi-vowels: / y, w /. The existence of the six vowels, twelve consonant and
two glides supported by evidence using minimal pairs at the time to identify sounds such phonemes
in a language Kanaumana Kolana. Phonological processes found in Kanaumana Kolana language
there were two, they were the deletion process syllable structure and deletion processes accompanied by changes in the structure of the syllable form phonemes sound changes. The phonological
processes found during the two segments combined into one segment.
Keywords: phoneme, phonological process, ruling
PENDAHULUAN
Di Kelurahan Kolana Utara terdapat tiga
bahasa daerah yang digunakan masyarakat
yakni bahasa Kanaumana, bahasa Wersing
dan bahasa Sawila. Ketiga bahasa ini mem-
jelasnya, perhatikan contoh leksikon berikut
yang menyatakan persamaan dan perbedaan
ketiga bahasa tersebut.
Tabel 1
Persamaan dan Perbedaan Bahasa Kanaumana,
Sawila, dan Wersing
iliki perbedaan pada dialek. Secara garis
besar bahasa Kanaumana dan Wersing
memiliki beberapa persamaan, misalnya
pada arti dan struktur kata. Untuk lebih
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 146
Bahasa Kanaumana atau yang lebih
kup kajian pada dua hal, yaitu sistem fonem
dikenal dengan bahasa Kolana merupakan
dan proses fonologis yang ditemukan dalam
salah satu bahasa daerah yang digunakan
bahasa Kanaumana Kolana.
untuk berkomunikasi di wilayah Kelurahan
KONSEP DAN KERANGKA TEORI
Kolana Utara, Kecamatan Alor Timur, Ka-
KONSEP FONEM
bupaten Alor. Sebagai jati diri dari suku
Menurut Muslich (2008: 77), fonem ada-
Kanaumana, bahasa Kanaumana Kolana
lah kesatuan terkecil suatu bahasa yang ber-
harus dilestarikan sehingga budaya dan
fungsi membedakan makna. Tuturan meru-
kearifan lokal tetap terpelihara. Terutama
pakan istilah yang berkaitan secara lang-
bagi generasi muda, rasa penghargaan yang
sung dengan bunyi bahasa. Bunyi bahasa
tinggi
perlu
adalah bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh
ditanamkan dalam benak mereka karena
alat bicara manusia membentuk tuturan.
mereka adalah penentu masa depan bangsa
Bunyi sebagai unsur bahasa adalah bunyi-
ini. Selain itu, untuk membandingkan
bunyi yang membentuk kata. Bunyi-bunyi
sistem fonem dari ketiga bahasa daerah
bahasa itu terdiri dari vokal, konsonan dan
yang berada di lingkungan Kelurahan
diftong.
Kolana Utara perlu diadakan pengkajian
KONSEP PROSES FONOLOGIS
terhadap
bahasa
sendiri
dalam bahasa Kanaumana Kolana secara
mendalam pada kajian Fonologi.
Ketika morfem-morfem bergabung untuk membentuk kata, segmen-segmen dari
Teori yang relevan digunakan dalam
morfem-morfem yang berdekatan mengala-
penelitian ini adalah teori fonologi generatif
mi perubahan. Perubahan itulah yang dise-
yang dikembangkan oleh Noam Chomsky
but proses fonologis. Terdapat dua faktor
(1957) dalam bukunya yang berjudul Syn-
yang memicu terjadinya proses fonologis
tactic
sintaksis)
yaitu: 1) adanya persentuhan antarsegmen,
(Warsono, 1991:234). Fonologi generatif
antarmorfem, dan antarkata; 2) faktor di
(generative phonology) adalah teori fonolo-
luar bahasa (eksternal linguistik) misalnya,
gi dalam aliran transformasi generatif yang
sosial dan geografis. Odden (2005:134)
menolak konsep fonem dan menggunakan
memberikan contoh proses fonologis dalam
ciri pembeda sebagai satuan terkecil dan
bahasa Inggris yang diakibatkan persentu-
menghubungkan ciri pembeda dan leksikon
han antarmorfem, misalnya bunyi [k] pada
dengan kaidah-kaidah fonologis. Berkaitan
bentuk-bentuk electric, critic, fabatic, dan
dengan teori yang akan digunakan dalam
mystic menjadi [s] apabila bentuk-bentuk
penelitian ini maka peneliti membatasi ling-
itu bersentuhan dengan morfem yang di-
Structure
(struktur
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 147
awali [i] seperti electricity, criticism, fabati-
FONOLOGI GENERATIF
cism, dan mysticism. Berkaitan dengan
Fonologi generatif adalah teori fonologi
faktor eksternal, Suparwa (2007) dalam
dalam aliran transformasi generatif yang
Linguistika memberikan contoh proses
menolak konsep fonem dan memperlakukan
fonologis dalam bahasa Melayu Loloan
ciri pembeda sebagai satuan terkecil dan
Bali yang disebabkan oleh faktor sosial pa-
menghubungkan ciri pembeda dan leksikon
da pemakaian kata preposisi ke ‘ke’ berikut
dengan kaidah-kaidah fonologis. Fonologi
ini.
generatif pada mulanya dikembangkan seKulu-kilir an kerjaan kau.
[kulu-kilIr an k´rjaan kau]
‘Ke utara-selatan (jalan-jalan)
saja pekerjaan kamu’
Rangkale die pegi kulu.
[raNkale diy´ p´gi kulu]
‘Barangkali di pergi ke utara’
Dua
kalimat
di
atas
menunjukkan
bagai aspek fonologikal dari sesuatu yang
pada mulanya akan disebut sebagai teori
gramatika terpadu atau tergabung yang sisi
sintaktiknya pertama-tama ditonjolkan oleh
Syntactic Structure (struktur sintaksis) oleh
Chomsky (1957) (Warsono, 1991:234).
Kaidah
atau
pengkaidahan
dapat
pemakaian kata kulu [kulu] ‘ke utara’ dan
dikatakan sebagai ciri utama dari analisis
kilir [kilIr] ‘ke selatan’ dalam bahasa Mela-
fonologi generatif. Menurut Schane (terj.
yu Loloan Bali. Selain bentuk kulu [kulu]
1992: 65-77), ada empat kaidah fonologis
yang berarti ‘ke utara’ dipakai juga bentuk
dalam
ke ulu [k´ ulu] dengan arti yang sama, yaitu
asimilasi, (2) struktur silabel, (3) pelemahan
‘ke utara’. Kata kulu [kulu] ‘ke utara’
dan penguatan, dan (4) netralisasi.
digunakan dalam pemakaian bahasa Melayu
FITUR-FITUR DISTINGTIF DALAM
Loloan yang biasa (normal). Sementara itu,
FONOLOGI GENERATIF
fonologi
generatif,
yaitu:
(1)
bentuk ke ulu [k´ ulu] ‘ke utara’ dipakai
Fitur distingtif secara garis besar, dapat
dalam suasana pemakaian bahasa yang pe-
dibagi menjadi 4 kelompok (lihat Yusuf,
lan dan cenderung sopan, seperti berbicara
1998: 79-90): (1) ciri utama (konsonantal,
dengan orang tua. Pemakaian bahasa biasa/
silabis, sonoran, dan nasal); (2) ciri disting-
normal dalam hal ini dimaksudkan sebagai
tif tempat artikulasi (koronal, anterior, high,
pemakaian bahasa yang akrab (tidak tercer-
low, dan back); (3) ciri distingtif cara
min adanya tinggi-rendah berbahasa), sep-
artikulasi
erti berbicara dengan teman dalam situasi
(del.rel), striden, voice, aspirasi, dan lat-
akrab.
eral); dan (4) ciri distingtif untuk vokal
KERANGKA TEORI
(round, tense, reduced, dan grave /acute).
(kontinuan,
delayed-releas
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 148
Sedangkan Schane (1992: 28-34), mempu-
PEMBAHASAN
nyai pendapat yang berbeda dan membag-
FONEM VOKAL DALAM BAHASA
inya ke dalam 5 kelompok, yaitu: (1) ciri-
KANAUMANA KOLANA
ciri kelas utama (silabis, sonoran, konso-
Vokal adalah fonem yang dihasilkan alat
nantal); (2) ciri cara artikulasi (kontinuan,
ucap dengan menggerakkan udara keluar
penglesapan tertunda/del.rel, striden, nasal,
tanpa hambatan. Berdasarkan pada posisi
lateral); (3) ciri daerah artikulasi (anterior,
lidah, tinggi-rendahnya lidah, maju mun-
koronal); (4) ciri batang lidah dan bentuk
durnya lidah, dan strukturnya, vokal dalam
bibir (tinggi, rendah, belakang, bulat); dan
bahasa Kanaumana Kolana dapat digam-
(5) ciri tambahan (tegang, bersuara, as-
barkan dalam tabel berikut ini.
pirasi, glotalisasi).
Tabel 2
Vokal dalam bahasa Kanaumana Kolana
Depan
Tengah
Belakang
Tak Bulat
Tak bulat
Bulat
Tinggi
i
Madya
e
Rendah
Struktur
Netral
u
ɛ
o
a
Tertutup
Semi-Tertutup
Semi-terbuka
Terbuka
Tabel di atas menunjukkan bahwa dalam
dan /o/ termasuk vokal semi-tertutup,
bahasa Kanaumana Kolana terdapat enam
vokal /ɛ/ dan /o/ termasuk vokal semi-
bunyi vokal. Berdasarkan tinggi-rendahnya
terbuka, dan vokal /a/ termasuk vokal ter-
lidah, vokal /i/ dan /u/ merupakan vokal
buka.
tinggi, vokal /e/, /ɛ/ dan /o/ termasuk dalam
FONEM
vokal madya sedangkan vokal /a/ termasuk
BAHASA KANAUMANA KOLANA
KONSONAN
DALAM
dalam vokal rendah. Berdasarkan maju-
Konsonan adalah bunyi ujaran akibat
mundurnya lidah, vokal /i/, /e/ termasuk
adanya udara yang keluar dari paru-paru
vokal depan, vokal /ɛ/, dan /a/ termasuk
mendapatkan hambatan atau halangan.
dalam vokal tengah, sedangkan vokal /u/
Berdasarkan cara hambat (cara artikulasi)
dan /o/ termasuk vokal belakang. Berdasar-
atau tempat hambatan (tempat artikulasi),
kan posisi bibir, vokal bulat dalam bahasa
strukturnya, dan bergetarnya pita suara,
Kanaumana Kolana adalah /u/ dan /o/ se-
konsonan dalam bahasa Kanaumana Kolana
dangkan vokal tak bulat yaitu /a/, /i/, /e/
dapat digambarkan dalam tabel berikut ini.
dan /ɛ/. Berdasarkan strukturnya, vokal /i/
dan /u/ merupakan vokal tertutup, vokal /e/
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 149
Tabel 3
Bagan Konsonan dalam bahasa Kanaumana Kolana
Bilabial
Hambat
Nasal
Frikatif
p b
m
Labio
denta
l
Dental &
Alveolar
t
Retro
-fleks
d
n
PalatoAlveola
r
Palatal
j
Velar
k
Uvular
Glotal
g
ŋ
s
Afrikat
Semivokal
Lateral
Tril
y
w
l
r
Flap
Tabel di atas menunjukkan bahwa dalam
PEMBUKTIAN FONEM VOKAL DAN
bahasa Kanaumana terdapat tigabelas kon-
KONSONAN
DALAM
sonan dan dua semivokal. Berdasarkan cara
KANAUMANA KOLANA
BAHASA
hambat (cara artikulasi) atau tempat ham-
Bunyi-bunyi bahasa yang sudah disebut-
batan (tempat artikulasi), ketigabelas kon-
kan di atas belum tentu semuanya merupa-
sonan tersebut menempati posisi sebagai
kan fonem. Untuk mengetahui apakah bun-
berikut, konsonan hambat: /p, b, t, d, j k, g/,
yi-bunyi tersebut adalah fonem, maka perlu
konsonan frikatif: /s/, konsonan nasal: /m,
dibuktikan
n, ŋ/, konsonan likuida atau lateral: /l/, kon-
Pasangan minimal merujuk pada setiap dua
sonan getar atau trill /r/ dan semivokal: /y,
kata yang hanya dibedakan oleh suara ber-
w/. Berdasarkan strukturnya, konsonan /p,
beda dalam satu posisi. Dari pasangan mini-
b, m/ termasuk dalam konsonan bilabial.
mal berikut dapat dibuktikan bahwa bahasa
Konsonan /j/ termasuk dalam konsonan pa-
Kanaumana Kolana memiliki enam vokal
lato-alveolar. Konsonan /t, d, n, s, l, r/ ter-
fonem vokal, tiga belas konsonan dan dua
masuk dalam konsonan dental & alveolar.
semivokal.
Semivokal /y/ termasuk dalam palatal. Konsonan /k, g, ŋ/ dan semivokal /w/ termasuk
melalui
pasangan
minimal.
Tabel 4
Pasangan Minimal Bunyi Vokal Fonem Vokal dan
Konsonan
dalam Bahasa Kanaumana Kolana
dalam velar Berdasarkan posisi pita suara
atau bergetar tidaknya pita suara, konsonan
dalam bahasa Kanaumana Kolana yang termasuk dalam konsonan bersuara, yakni /b,
d, j, g, m, n, ŋ, r, l/ dan semivokal /y, w/.
Sedangkan yang tak bersuara, yaitu konsonan /p, t, k, s/.
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 150
PROSES FONOLOGIS DALAM BAHA-
sapan jika bunyi tersebut berada di akhir
SA KANAUMANA KOLANA
kata yang sebelum bunyi tersebut berupa
Dalam bahasa Kanaumana Kolana, proses fonologis ditemukan pada saat dua seg-
bunyi konsonan yang mempunyai fitur
[+kons, +ant, +bersuara, +nasal].
men berpadu menjadi satu segmen. Misal-
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pel-
nya natakasara ‘saya punya kepala’ meru-
esapan bunyi /n/ dan /u/ di akhir kata per-
pakan segmen yang terbentuk dari kata /
tama diikuti oleh kata kedua yang dimulai
nanu/ ‘saya’ dan /takasara/ ‘kepala’.
dengan bunyi konsonan /t/ yang mempunyai
PROSES
fitur [+kons, -son, -bersuara, -nasal] dan
PELESAPAN
STRUKTUR
SILABEL
diikuti bunyi vokal /a/ yang berfitur [+sil, ting. +rend, -bulat, -blkg]. Penghilangan
bunyi tersebut bertujuan untuk menyederhanakan jumlah silabel dalam sebuah kata
Berdasarkan data di atas, proses
fonologis terjadi antara dua morfem yang
berbeda. Data di atas merupakan proses
dari yang dua kata menjadi satu kata, sehingga kata tersebut mudah untuk dilafalkan.
fonologis berupa pelesapan struktur silabel.
Suku kata –nu mengalami pelesapan jika
berada di lingkungan suku kata ta-. Berikut
adalah kaidah fonologisnya:
Berdasarkan
data
di
atas,
proses
fonologis terjadi antara dua morfem yang
berbeda. Adapun kaidah untuk menyatakan
pelesapan tersebut adalah sebagai berikut:
Kaidah di atas menyatakan bahwa bunyi
konsonan /n/ dan bunyi vokal /u/ mengalami pelesapan jika bunyi konsonan /n/ be-
Kaidah di atas menyatakan bahwa bunyi
rada di tengah kata yang sebelum bunyi
konsonan /n/ dan bunyi vokal /u/ mengala-
tersebut berupa bunyi vokal yang mempu-
mi pelesapan jika bunyi konsonan /n/ be-
nyai fitur [+sil, +rend, +bersuara] dan dii-
rada di tengah kata yang sebelum bunyi ter-
kuti juga bunyi vokal yang mempunyai
sebut berupa bunyi vokal yang mempunyai
fitur [+sil, +ting, -rend, +bulat, +blkg]. Se-
fitur [+sil, +rend, +bersuara] dan diikuti
dangkan bunyi vokal /u/ mengalami pele-
juga bunyi vokal yang mempunyai fitur
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 151
[+sil, +bulat, -depan, +blkg]. Sedangkan
dangkan bunyi vokal /u/ mengalami pele-
bunyi vokal /u/ mengalami pelesapan jika
sapan jika bunyi tersebut berada di akhir
bunyi tersebut berada di akhir kata yang
kata yang sebelum bunyi tersebut berupa
sebelum bunyi tersebut berupa bunyi kon-
bunyi konsonan yang mempunyai fitur
sonan yang mempunyai fitur [+kons, +son,
[+kons, +kor, +nasal].
+bersuara, +nasal].
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pel-
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pel-
esapan bunyi /n/ dan /u/ di akhir kata per-
esapan bunyi /n/ dan /u/ di akhir kata per-
tama diikuti oleh kata kedua yang dimulai
tama diikuti oleh kata kedua yang dimulai
dengan bunyi konsonan /m/ yang mempu-
dengan bunyi konsonan /n/ yang mempu-
nyai fitur [+kons, -kor, +nasal] dan diikuti
nyai fitur [+kons, +son, +bersuara, +nasal]
bunyi vokal /a/ yang berfitur [+sil, -ting,
dan diikuti bunyi vokal /i/ yang berfitur
+rend, -bulat, -blkg].
[+sil, -bulat, +depan, -blkg]. Penghilangan
bunyi tersebut bertujuan untuk menyederhanakan jumlah silabel dalam sebuah kata
Kaidah fonologisnya:
dari yang dua kata menjadi satu kata, sehingga kata tersebut mudah untuk dilafalkan.
Kaidah di atas menyatakan bahwa bunyi
Kaidah fonologisnya:
konsonan /n/ dan bunyi vokal /u/ mengalami pelesapan jika bunyi konsonan /n/ berada di tengah kata yang sebelum bunyi tersebut berupa bunyi vokal yang mempunyai
Kaidah di atas menyatakan bahwa bunyi
fitur [+sil, +rend, +bersuara] dan diikuti
konsonan /n/ dan bunyi vokal /u/ mengala-
juga bunyi vokal yang mempunyai fitur
mi pelesapan jika bunyi konsonan /n/ be-
[+sil, +bulat, -depan, +blkg]. Sedangkan
rada di tengah kata yang sebelum bunyi ter-
bunyi vokal /u/ mengalami pelesapan jika
sebut berupa bunyi vokal yang mempunyai
bunyi tersebut berada di akhir kata yang
fitur [+sil, +rend, +bersuara] dan diikuti
sebelum bunyi tersebut berupa bunyi kon-
juga bunyi vokal yang mempunyai fitur
sonan yang mempunyai fitur [+kons, +kor,
[+sil, +ting, -rend, +bulat, +blkg]. Se-
+nasal].
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 152
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pelesapan bunyi /n/ dan /u/ di akhir kata per-
bunyi vokal /u/ yang berfitur [+sil, +bulat, depan, +blkg].
tama diikuti oleh kata kedua yang dimulai
dengan bunyi konsonan /m/ yang mempunyai fitur [+kons, -kor, +nasal] dan diikuti
Kaidah fonologisnya:
bunyi vokal /i/ yang berfitur [+sil, -bulat,
+depan, -blkg].
Kaidah di atas menyatakan bahwa bunyi
Kaidah fonologisnya:
konsonan /n/ dan bunyi vokal /u/ mengalami pelesapan jika bunyi konsonan /n/ berada di tengah kata yang sebelum bunyi tersebut berupa bunyi vokal yang mempunyai
fitur [+sil, +rend, +bersuara] dan diikuti
Kaidah di atas menyatakan bahwa bunyi
konsonan /n/ dan bunyi vokal /u/ mengalami pelesapan jika bunyi konsonan /n/ berada di tengah kata yang sebelum bunyi tersebut berupa bunyi vokal yang mempunyai
fitur [+sil, +rend, +bersuara] dan diikuti
juga bunyi vokal yang mempunyai fitur
[+sil, +bulat, -depan, +blkg]. Sedangkan
bunyi vokal /u/ mengalami pelesapan jika
bunyi tersebut berada di akhir kata yang
sebelum bunyi tersebut berupa bunyi konsonan yang mempunyai fitur [+kons, +kor,
juga bunyi vokal yang mempunyai fitur
[+sil, +ting]. Sedangkan bunyi vokal /u/
mengalami pelesapan jika bunyi tersebut
berada di akhir kata yang sebelum bunyi
tersebut berupa bunyi konsonan yang
mempunyai fitur [+kons, +kor, +nasal].
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pelesapan bunyi /n/ dan /u/ di akhir kata pertama diikuti oleh kata kedua yang dimulai
dengan bunyi konsonan /m/ yang mempunyai fitur [+kons, -kor, +nasal] dan diikuti
bunyi vokal /o/ yang berfitur [+sil, -ting].
+nasal].
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pelesapan bunyi /n/ dan /u/ di akhir kata per-
Kaidah fonologisnya:
tama diikuti oleh kata kedua yang dimulai
dengan bunyi konsonan /m/ yang mempunyai fitur [+kons, -kor, +nasal] dan diikuti
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 153
Kaidah di atas menyatakan bahwa bunyi
fitur [+sil, +rend, +bersuara] dan diikuti ju-
konsonan /n/ dan bunyi vokal /u/ mengala-
ga bunyi vokal yang mempunyai fitur [+sil,
mi pelesapan jika bunyi konsonan /n/ be-
+ting, -rend, +bulat, +blkg]. Sedangkan
rada di tengah kata yang sebelum bunyi ter-
bunyi vokal /u/ mengalami pelesapan jika
sebut berupa bunyi vokal yang mempunyai
bunyi tersebut berada di akhir kata yang
fitur [+sil, +rend, +bersuara] dan diikuti
sebelum bunyi tersebut berupa bunyi konso-
juga bunyi vokal yang mempunyai fitur
nan yang mempunyai fitur [-ting, -blkg,
[+sil, +bulat, -depan, +blkg]. Sedangkan
+ant, +kor, +nasal, -bulat].
bunyi vokal /u/ mengalami pelesapan jika
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pel-
bunyi tersebut berada di akhir kata yang
esapan bunyi /n/ dan /u/ di akhir kata per-
sebelum bunyi tersebut berupa bunyi kon-
tama diikuti oleh kata kedua yang dimulai
sonan
dengan bunyi konsonan /w/ yang mempu-
yang mempunyai
fitur [+kons,
+nasal, -lat].
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pelesapan bunyi /n/ dan /u/ di akhir kata per-
nyai fitur [+ting, +blkg, -ant, -kor, -nasal,
+bulat] dan diikuti bunyi vokal /a/ yang berfitur [+sil, -ting, +rend, -bulat, -blkg].
tama diikuti oleh kata kedua yang dimulai
dengan bunyi konsonan /l/ yang mempunyai fitur [+kons, -nasal, +lat] dan diikuti
bunyi vokal /i/ yang berfitur [+sil, -bulat,
Kaidah fonologisnya:
+depan, -blkg].
Kaidah fonologisnya:
Kaidah di atas menyatakan bahwa bunyi
konsonan /n/ dan bunyi vokal /u/ mengalami pelesapan jika bunyi konsonan /n/ berada di tengah kata yang sebelum bunyi tersebut berupa bunyi vokal yang mempunyai
fitur [+sil, +rend, +bersuara] dan diikuti
Kaidah di atas menyatakan bahwa bunyi
juga bunyi vokal yang mempunyai fitur
konsonan /n/ dan bunyi vokal /u/ mengala-
[+sil, +bulat, -depan, +blkg]. Sedangkan
mi pelesapan jika bunyi konsonan /n/ be-
bunyi vokal /u/ mengalami pelesapan jika
rada di tengah kata yang sebelum bunyi ter-
bunyi tersebut berada di akhir kata yang
sebut berupa bunyi vokal yang mempunyai
sebelum bunyi tersebut berupa bunyi kon-
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 154
sonan yang mempunyai fitur [-ting, -blkg,
+bulat] dan diikuti bunyi vokal /o/ yang
+ant, +kor, +nasal, -bulat].
berfitur [+sil, -ting].
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pelesapan bunyi /n/ dan /u/ di akhir kata per-
PROSES
PELESAPAN
DISERTAI
PERUBAHAN STRUKTUR SILABEL
tama diikuti oleh kata kedua yang dimulai
dengan bunyi konsonan /w/ yang mempunyai fitur [+ting, +blkg, -ant, -kor, -nasal,
Adapun kaidah untuk menyatakan pele-
+bulat] dan diikuti bunyi vokal /i/ yang ber-
sapan dan perubahan tersebut adalah se-
fitur [+sil, -bulat, +depan, -blkg].
bagai berikut:
Kaidah fonologisnya:
Kaidah di atas menyatakan bahwa bunyi
konsonan /n/ dan bunyi vokal /u/ mengalami pelesapan jika bunyi konsonan /n/ berada di tengah kata yang sebelum bunyi tersebut berupa bunyi vokal yang mempunyai
Kaidah di atas menyatakan bahwa bunyi
fitur [+sil, +rend, +bersuara] dan diikuti ju-
konsonan /n/ dan bunyi vokal /u/ mengala-
ga bunyi vokal yang mempunyai fitur [+sil,
mi pelesapan dan perubahan pada bunyi
+ting]. Sedangkan bunyi vokal /u/ mengala-
vokal /a/ menjadi bunyi vokal /i/. Bunyi
mi pelesapan jika bunyi tersebut berada di
konsonan /n/ dan bunyi vokal /u/ mengala-
akhir kata yang sebelum bunyi tersebut
mi pelesapan jika bunyi konsonan /n/ be-
berupa bunyi konsonan yang mempunyai
rada di tengah kata yang sebelum bunyi ter-
fitur [-ting, -blkg, +ant, +kor, +nasal, -
sebut berupa bunyi vokal yang mempunyai
bulat].
fitur [+sil, +rend, +bersuara] dan diikuti
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pel-
juga bunyi vokal yang mempunyai fitur
esapan bunyi /n/ dan /u/ di akhir kata per-
[+sil, +ting]. Sedangkan bunyi vokal /u/
tama diikuti oleh kata kedua yang dimulai
mengalami pelesapan jika bunyi tersebut
dengan bunyi konsonan /w/ yang mempu-
berada di akhir kata yang sebelum bunyi
nyai fitur [+ting, +blkg, -ant, -kor, -nasal,
tersebut berupa bunyi konsonan yang
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 155
mempunyai fitur [+kons, +son, +nasal].
konsonan /n/ dan bunyi vokal /u/ mengala-
Pelesapan bunyi /n/ dan /u/ di akhir kata
mi pelesapan dan bunyi vokal /a/ mengala-
pertama diikuti oleh kata kedua yang dimu-
mi perubahan menjadi bunyi vokal /i/. Bun-
lai dengan bunyi konsonan /s/ yang mempu-
yi konsonan /n/ dan bunyi vokal /u/ men-
nyai fitur [+kons, -son, -nasal] dan diikuti
galami pelesapan jika bunyi konsonan /n/
bunyi vokal /i/ yang berfitur [+sil, -ting].
berada di tengah kata yang sebelum bunyi
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pe-
tersebut berupa bunyi vokal yang mempu-
rubahan bunyi vokal /a/ yang mempunyai
nyai fitur [+sil, +rend, +bersuara] dan diiku-
fitur [+sil, -ting, +rend, -depan] menjadi
ti juga bunyi vokal yang mempunyai fitur
bunyi vokal /i/ yang berfitur [+sil, +ting, -
[+sil, +blkg, +bulat, -depan]. Sedangkan
rend, +depan] terjadi apabila bunyi vokal /
bunyi vokal /u/ mengalami pelesapan jika
a/ berada di lingkungan bunyi konsonan /d/
bunyi tersebut berada di akhir kata yang
yang mempunyai fitur [+kons, -son, -rend,
sebelum bunyi tersebut berupa bunyi konso-
+ant, +kor].
nan yang mempunyai fitur [+kons, +son, ting, -blkg, +ant, +kor, +bersuara, +nasal].
Pelesapan bunyi /n/ dan /u/ di akhir kata
Adapun kaidah untuk menyatakan pelesapan dan perubahan tersebut adalah sebagai berikut:
pertama diikuti oleh kata kedua yang dimulai dengan bunyi konsonan /k/ yang
mempunyai fitur [+kons, -son, +ting, +blkg,
-ant, -kor, -bersuara, -nasal] dan diikuti
bunyi vokal /i/ yang berfitur [+sil, -blkg, bulat, +depan].
Dari data di atas dapat dilihat bahwa perubahan bunyi vokal /a/ yang mempunyai
fitur [+sil, -ting, +rend, -depan] menjadi
bunyi vokal /i/ yang berfitur [+sil, +ting, rend, +depan] terjadi apabila bunyi vokal /a/
berada di lingkungan bunyi konsonan /k/
yang mempunyai fitur [+kons, -son, +ting,
+blkg, -rend, -bersuara].
Kaidah di atas menyatakan bahwa bunyi
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 156
Adapun kaidah untuk menyatakan pele-
dengan bunyi konsonan /s/ yang mempu-
sapan dan perubahan tersebut adalah se-
nyai fitur [+kons, -son, -ant, -kor, -bersuara,
bagai berikut:
+malar, -nasal, -kasar] dan diikuti bunyi
vokal /i/ yang berfitur [+sil, -bulat, +depan,
-blkg].
Dari data di atas dapat dilihat bahwa perubahan bunyi vokal /a/ yang mempunyai
fitur [+sil, -ting, +rend, -depan] menjadi
bunyi vokal /i/ yang berfitur [+sil, +ting, rend, +depan] terjadi apabila bunyi vokal /a/
berada di lingkungan bunyi konsonan /s/
yang mempunyai fitur [+kons, -son, -rend, bersuara, +malar, +kasar].
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-
Kaidah di atas menyatakan bahwa bunyi
bab sebelumnya maka dapat disimpulkan
konsonan /n/ dan bunyi vokal /u/ mengala-
beberapa hal sebagai berikut.
mi pelesapan dan perubahan pada bunyi
1.
Bahasa Kanaumana Kolana memiliki
vokal /a/ menjadi bunyi vokal /i/. Bunyi
enam bunyi vokal yaitu vokal /i/, /u/, /
konsonan /n/ dan bunyi vokal /u/ mengala-
e/, /ɛ/, /o/, dan /a/. Bahasa Kanaumana
mi pelesapan jika bunyi konsonan /n/ be-
Kolana memiliki tiga belas bunyi
rada di tengah kata yang sebelum bunyi ter-
konsonan, yakni konsonan hambat: /p,
sebut berupa bunyi vokal yang mempunyai
b, t, d, j, k, g/, konsonan frikatif: /s/,
fitur [+sil, +rend, +bersuara] dan diikuti ju-
konsonan nasal: /m, n, ŋ/, konsonan
ga bunyi vokal yang mempunyai fitur [+sil,
likuid atau lateral: /l/, konsonan getar
+bulat, -depan, +blkg]. Sedangkan bunyi
atau trill /r/ dan dua semivokal: /y, w/.
vokal /u/ mengalami pelesapan jika bunyi
Keberadaan keenam bunyi vokal, tiga
tersebut berada di akhir kata yang sebelum
belas bunyi konsonan dan dua bunyi
bunyi tersebut berupa bunyi konsonan yang
semivokal ini didukung oleh pembuk-
mempunyai fitur [+kons, +son, +ant, +kor,
tian dengan menggunakan pasangan
+bersuara, -malar, +nasal, +kasar]. Pele-
minimal pada saat mengidentifikasi
sapan bunyi /n/ dan /u/ di akhir kata per-
bunyi fonem-fonem tersebut dalam
tama diikuti oleh kata kedua yang dimulai
bahasa Kanaumana Kolana.
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 157
2.
Proses fonologis dalam bahasa Kanaumana Kolana ditemukan pada saat
dua segmen berpadu menjadi satu
segmen.
Pada
proses
pelesapan
struktur silabel, bunyi bahasa yang
lesap bertujuan untuk
menyeder-
hanakan jumlah silabel dalam sebuah
kata dari yang dua kata menjadi satu
kata, sehingga kata tersebut mudah
untuk dilafalkan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ni Wayan Kasni, M.Hum, selaku
Ketua Program Studi Magister Linguistik,
sekaligus dosen pembimbing II, atas segala
waktu dan tenaganya dalam memberikan
bimbingan, arahan, dan masukkan kepada
penulis, dan juga kepada Dr. I Wayan
Budiarta, S.S., M.Hum selaku Sekretaris
Program
Studi
Magister
sekaligus
pembimbing
I,
Linguistik,
atas
segala
dukungan, bimbingan, arahan dan motivasi
yang diberikan selama proses studi dan
bimbingan kepada penulis dari awal hingga
akhir
penulisan
tesis
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
KBBI (tim peny.). 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Lingustik.
Jakarta:
PT
Gramedia
PustakaUtama.
http://eprints.ums.ac.id/ (diunduh 18 juli
2015)
http://repository.unand.ac.id/(diunduh 18
juli 2015)
http://
Tinta.Linguistik.Fonologi.Struktural.dan
.Generatif.html (diunduh 18 juli
2015)
Budiarta, I Wayan. 2015. Fonologi. Makalah (Disajikan pada Matrikulasi Mahasiswa Baru Angkatan V Program
Studi Magister Linguistik Program
Pascasarjana Universitas Warmadewa. Selasa, 24 Maret 2015)
Lass, Roger. 1991. Fonologi sebuah
pengantar untuk konsep-konsep dasar. Terjemahan Warsono, dkk. Semarang: IKIP Semarang Press.
Moleong, Lexi J. 2007. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Muhammad. 2011. Metode Penelitian
Bahasa. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Mushlich, Mansur. 2008. Fonologi Bahasa
Indonesia; Tinjauan Deskriptif Sistembunyi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Bumi Aksara.
Odden, David. 2005. Introducing Phonology. Cambridge: Cambridge UniversityPress.
Schane, Sanford. 1973. Generative Phonology. New Jersey: PRENTICE-HALL,
INC.
Simanjuntak, Mangantar. 1990. Teori Fitur
Distingtif Dalam Fonologi Generatif:
Perkembangan dan Penerapannya. Jakarta:
Gaya Media Pratama.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka
Teknik
Analisis
Bahasa:
PengantarPenelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta:
SanataDharma
University
Press.
Yusuf, Suhendra. 1998. Fonetik dan
Fonologi. Jakarta: PT Gramedia
PustakaUtama.
Zen, Abdul malik. 2016. Perubahan
Fonologis Kosakata Serapan Sansekerta dalam Bahasa Jawa (Analisis
Fitur Distingtif dalam Fonologi
Transformasi
Generatif)
(TESIS).Semarang:
Iniversitas
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 158
Diponegoro.
____2004. Linguistika, Vol. 14, No. 27,
September 2007.
____2012. MOZAIK: Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 12 No. 2 Juli-September:
hal 122-132.
____2013. Proceeding PESAT (Psikologi,
Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik
Sipil), Vol. 2 Oktober: hal 75-83.
Bandung.
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
Download