Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 CHARACTER EDUCATION MODEL BASED ON EDUCATION IN ISLAMIC BOARDING SCHOOL MODEL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PENDIDIKAN DI PESANTREN Oleh : Novrian Satria Perdana, M.E Badan Penelitian dan Pengembangan, Kemdikbud email : [email protected] Abstract, Various efforts to make education more meaningful for individuals concerning affective domain has been conducted through several subjects, including Religion Education, Civics Education, Social Sciences Education, Indonesian Language Education, and Physical Education. However, those efforts could not effectively hold character building which is dynamic and adaptive to fast changing era. The failure of character building at formal school must be anticipated, so it is necessary to develop relevant teaching model and education system. The problem of character education in school which is not yet able to build students’ character is affected by several factors: school management, teacher, and learning model. Some researches on best practices of character educationhave been conducted in order to obtain relevant teaching model at several Islamic boarding schools in North Sumatera Province, Nangroe Aceh Darussalam Province, West Sumatera Province, Riau Province, Jambin Province and South Sumatera Province. The data was collected using indepth-interview and observation. It was found that salafiyah Islamic boarding school put more priority on teacher (ustadz) role model, while modern Islamic boarding school applied tight rules to develop students’ discipline, and responsibility. Islamic boarding schools build the characters of caring for other people, sincerity of devotion, modesty, and independence. The policy that could be suggested based on this research is that of the application of character education must be holistically embedded in school program and must be comprehended and obeyed by school’s educators and students alikeBetter implementation could be achieved if the character education is explicitly formulated in the mission statement of the school. Keywords: character education, learning model, Islamic boarding school Abstrak, Berbagai upaya untuk menjadikan pendidikan lebih mempunyai makna bagi individu yang menyentuh tataran afektif telah dilakukan melalui mata pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan IPS, Pendidikan Bahasa Indonesia, dan Pendidikan Jasmani. Namun demikian upaya-upaya tersebut ternyata belum mampu mewadahi pengembangan karakter secara dinamis dan adaptif terhadap perubahan jaman yang sangat cepat. Permasalahan gagalnya pendidikan formal di sekolah dalam membentuk karakter siswa sangat perlu diantisipasi, sehingga perlu dikembangkan suatu model pembelajaran dan system pendidikan yang dapat digunakan untuk membentuk karakter siswa. Permasalahan pendidikan di sekolah yang belum dapat membentuk karakter siswa dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya factor manajemen sekolah, guru, dan model pembelajaran. Untuk memperoleh model pembelajaran yang cocok, telah dilakukan penelitian tentang best practices pendidikan karakter di beberapa pesantren yang berada di propinsi Sumatera Utara, propinsi Nangroe Aceh Darussalam, propinsi Sumatera Barat, propinsi Riau, propinsi Jambi, dan propinsi Sumatera Selatan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua tehnik yang lazim digunakan dalam penelitian dalam penelitian kualitatif, yaitu; observasi dan wawancara mendalam. Ditemukan bahwa pesantren salafiyah lebih mengutamakan keteladanan ustadz, sedangkan pesantren modern menerapkan aturan yang ketat untuk menumbuhkan sikap disiplin dan tanggungjawab. Pesantren 402 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 menumbuhkan atribut karakter saling tolong menolong, ihklas mengabdi, kesederhanaan, dan kemandirian. Kebijakan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian ini adalah menerapkan pendidikan karakter secara holistic melalui program sekolah yang harus dipahami dan dipatuhi oleh semua unsur pendidik dan peserta didik. Untuk itu, lembaga pendidikan seharusnya menetapkan misi yang eksplisit terkait pengembangan karakter siswa. Kata Kunci: pendidikan karakter, model pembelajaran, pondok pesantren mewujudkan A. PENDAHULUAN Komitmen nasional kebaikan itu dalam tentang kehidupan sehari-hari dengan sepenuh perlunya pendidikan karakter secara hati. Karena itu muatan pendidikan imperatif Undang- karakter secara psikologis mencakup undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang dimensi moral reasoning, moral feeling, Sistem Pendidikan Nasional. Dalam dan moral behavior (Lickona, 1991). tertuang dalam Pasal 3 dinyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan Beranjak dari situasi tersebut di atas, terlihat bahwa pendidikan kemampuan dan membentuk watak nilai/moral memang sangat diperlukan serta yang atas dasar argument : 1) adanya dalam rangka kebutuhan nyata dan mendesak; 2) kehidupan bangsa, proses tranmisi nilai sebagai proses bertujuan untuk berkembangnya potensi peradaban; 3) peranan sekolah sebagai peserta didik agar menjadi manusia pendidik moral yang vital pada saat yang beriman dan bertakwa kepada melemahnya pendidikan nilai dalam Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak masyarakat; 4) tetap adanya kode etik mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dalam masyarakat yang sarat konflik mandiri, dan menjadi warga negara nilai; 5) kebutuhan demokrasi akan yang demokratis serta bertanggung pendidikan moral; 6) kenyataan yang jawab”. Secara akademik, pendidikan sesungguhnya karakter dimaknai sebagai pendidikan pendidikan nilai, pekerti, persoalan moral sebagai salah satu pendidikan moral, pendidikan watak, persoalan dalam kehidupan, dan 8) yang adanya peradaban bermartabat mencerdaskan bangsa pendidikan tujuannya budi mengembangkan kemampuan peserta memberikan keputusan didik bahwa yang landasan bebas yang tidak nilai; kuat ada 7) dan untuk dukungan luas terhadap pendidikan baik-buruk, moral di sekolah. Keseluruhan argumen memelihara apa yang baik itu, dan tersebut tampaknya masih relevan untuk 403 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 menjadi cerminan kebutuhan akan pendidikan nasional. Sampai saat ini, pendidikan nilai/moral di Indonesia secara pada saat ini. Proses demokasi yang berbagai semakin tantangan pendidikan lebih mempunyai makna globalisasi yang semakin kuat dan bagi individu yang tidak sekadar beragam di satu pihak dan dunia memberi pengetahuan pada tataran pendidikan di berbagai jalur, jenjang, koginitif, tetapi juga menyentuh tataran dan jenis yang lebih mementingkan afektif penguasaan pelajaran meluas dan dimensi pengetahuan kurikuler telah upaya dan untuk konatif dilakukan menjadikan melalui Pendidikan mata Agama, (knowledge) dan hampir mengabaikan Pendidikan pendidikan ini, Pendidikan IPS, Pendidikan Bahasa merupakan alasan yang kuat bagi Indonesia, dan Pendidikan Jasmani. Indonesia membangkitkan Namun demikian harus diakui karena komitmen dan melakukan gerakan kondisi jaman yang berubah dengan nasional pendidikan karakter. cepat, nilai/moral untuk Dalam konteks bermasyarakat, saat kehidupan berbangsa, dan maka ternyata dan nilai dan karakter yang secara legal- tersebut. tujuan pendidikan belum mampu tersebut mewadahi adaptif terhadap perubahan Oleh karena itu pendidikan karakter harus perlu dirancang-ulang dan dikemas dimiliki peserta didik agar mampu kembali dalam wadah yang lebih menghadapi tantangan hidup pada saat komprehensif dan lebih bermakna. ini dan di masa mendatang. Karena itu, Pendidikan pengembangan nilai yang bermuara direformulasikan pada pembentukan karakter bangsa direoperasionalkan yang diperoleh melalui berbagai jalur, transformasi jenjang, dan jenis pendidikan, akan kehidupan. Kebutuhan tersebut bukan mendorong mereka menjadi anggota hanya dianggap penting tetapi sangat masyarakat, anak bangsa, dan warga mendesak mengingat berkembangnya negara memiliki kepribadian godaan-godaan (temptations) dewasa unggul seperti diharapkan dalam tujuan ini marak dengan tayangan dalam media yang nasional, upaya-upaya pengembangan karakter secara dinamis bernegara Indonesia, diyakini bahwa formal dirumuskan sebagai fungsi dan Kewarganegaraan, karakter budaya perlu dan melalui dan 404 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren dimensi Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 cetak maupun non-cetak (televisi, estetika. Pendidikan karakter adalah jaringan maya, dan lain-lain) yang upaya yang terencana untuk menjadikan memuat kasus peserta didik mengenal, peduli dan perseteruan dalam berbagai kalangan menginternalisasi nilai-nilai sehingga yang seakan-akan peserta didik berperilaku sebagai insan bangsa kita sedang mengalami krisis kamil. Pendidikan karakter adalah suatu etika dan krisis kepercayaan diri yang sistem penanaman nilai-nilai perilaku berkepanjangan. Pendidikan karakter (karakter) kepada warga sekolah yang bangsa diharapkan mampu menjadi meliputi pengetahuan, kesadaran atau alternatif solusi berbagai persoalan kemauan, tersebut. Kondisi dan situasi saat ini melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap tampaknya pendidikan Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri karakter yang perlu ditransformasikan sendiri, sesama, lingkungan, maupun sejak dini, yakni sejak pendidikan anak kebangsaan sehingga menjadi manusia usia dini dan pada tahap pendidikan insan kamil. Undang-undang Sistem dasar Pendidikan fenomena memberi dan kesan menuntut secara holistik dan dan tindakan Nasional untuk Pasal berkesinambungan. Permasalahan yang menyebutkan dihadapi adalah gagalnya pendidikan berfungsi: formal di sekolah dalam membentuk kemampuan dan membentuk karakter karakter serta siswa, dikembangkan sehingga suatu perlu model Pendidikan 3 Mengembangkan peradaban bermartabat nasional bangsa yang dalam rangka kehidupan bangsa. pembelajaran dan system pendidikan mencerdaskan yang untuk Pendidikan nasional bertujuan untuk membentuk karakter siswa. Penelitian berkembangnya potensi peserta didik ini menelaah best practices yang agar menjadi manusia yang beriman dan diterapkan di pondok pesantren sebagai bertakwa kepada Tuhan Yang Maha dasar pengembangan model dan system Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, pendidikan sekolah cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi formal.Karakter adalah nilai-nilai yang warga negara yang demokratis serta melandasi bertanggung dapat digunakan karakter perilaku bagi manusia jawab. Ternyata berdasarkan norma agama, kebudayaan, pembelajaran di sekolah yang kurang hukum/konstitusi, adat istiadat, dan tepat merupakan salah satu factor 405 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 kegagalan pendidikan karakter, seperti Olah Pikir (intellectual development), yang Kessler Olah Raga dan Kinestetik (Physical are and kinestetic development), dan Olah dikemukakan (2000),”Many oleh classroom sprititually empty not by accident, but Rasa by Creativity development). design”.. karakter Namun, bukanlah pendidikan juga orangtua, institusi pendidikan, atribut Confidence, mengemukakan karakter, Motivation, (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Atribut karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural dikelompokan tersebut dalam: Olah dapat Hati (Spiritual and emotional development), yakni: kegiatan keseharian keseharian di rumah dan dalam masyarakat, characteristics, affective, cognitive and manusia pilar ekstra kurikuler, serta pada said to be the sum total of a person’s individu dalam empat kegiatan ko-kurikuler dan/atau (2003) menyatakan: “Character can be potensi dibagi pendidikan (school culture), Problem Solving, Focus, Respect.Athur diri individu merupakan fungsi dari dapat dalam bentuk budaya satuan Caring, Teamwork, Common Sense, kultural pembentukan karakter dalam nilai/karakter kelas, Effort, physical”. Secara psikologis dan sosial Secara mikro, pengembangan kegiatan belajar mengajar di yakni: Responsibility, Initiative, Perseverance, seluruh and ditata sebagai berikut : pentingnya beberapa keterampilan yang terkait (Affective Pada tahap mikro, pendidikan karakter 1. organisasi agama, dan masyarakat. (2008) Karsa semata-mata tanggung jawab pemerintah, melainkan Rich dan 2. Dalam kegiatan mengajar belajar di kelas, pengembangan nilai/karakter dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan integrasi dalam semua mata pelajaran approach). mata (embedded Khusus, pelajaran Agama dan untuk Pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan, karena memang adalah misinya mengembangkan 406 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren nilai dan Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 sikap, maka pengembangan mencerminkan nilai/karakter harus menjadi nilai/karakter. fokus utama yang menggunakan 4. Dalam kegiatan ko-kurikuler, berbagai yakni kegiatan belajar di luar pendidikan kelas yang terkait langsung (value/character pada suatu materi dari suatu education). Untuk kedua mata mata pelajaran, atau kegiatan pelajaran ekstra strategi/metode nilai tersebut, kurikuler, yakni nilai/karakter dikembangkan kegiatan satuan pendidikan sebagai dampak pembelajaran yang bersifat umum dan tidak (instructional effects) dan juga terkait langsung pada suatu dampak pengiring (nurturant mata effects). Sementara itu, untuk kegiatan Dokter Kecil, Palang mata pelajaran lainnya, yang Merah Remaja, Pecinta Alam, secara formal memiliki misi dan utama selain pengembangan dikembangkan nilai/karakter, wajib pembiasaan dan penguatan dikembangkan kegiatan yang (reinforcement) dalam rangka memiliki dampak pengiring pengembangan nilai/karakter. (nurturant 3. dapat perwujudan effects) 5. pelajaran, lain-lain, seperti perlu proses Di lingkungan keluarga dan berkembangnya nilai/karakter masyarakat diupayakan agar dalam diri peserta didik. terjadi proses penguatan dari Dalam satuan orang tua/wali serta tokoh- pendidikan dikondisikan agar tokoh masyarakat terhadap lingkungan fisik dan sosio- perilaku kultural pendidikan yang dikembangkan di satuan memungkinkan para peserta pendidikan menjadi kegiatan didik bersama dengan warga keseharian di rumah dan di satuan lingkungan lingkungan satuan pendidikan lainnya terbiasa membangun kegiatan keseharian pendidikan di satuan yang berkarakter mulai masyarakat masing-masing. Pendidikan karakter harus dilakukan secara holistik. Pendidikan 407 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 holistik membentuk manusia secara akademiknya maupun segi sosial dan utuh (holistik) yang berkarakter, yaitu emosinya. Pendidikan selama ini hanya mengembangkan memberi penekanan spiritual, potensi emosional, potensi akademik saja intelektual (intelegensi & kreativitas), mengembangkan aspek social, emosi, potensi sosial, dan potensi jasmani kreatifitas, dan bahkan motorik. "Anak siswa secara optimal. Membangun hanya dipersiapkan untuk dapat nilai karakter bagus, namun mereka tidak dilatih itu aspek/potensi harus dimulai sedini mungkin, atau bahkan sejak dilahirkan, dan terfokus. aspek dan tidak untuk bisa hidup”. dan harus dilakukan secara terus menerus pada Lickona (1991) mengacu pada Pendidikan pemikiran filosof Michael Novak yang holistik juga untuk membentuk manusia berpendapat bahwa watak atau karakter pembelajar sepanjang hayat yang sejati seseorang dibentuk melalui tiga aspek, (lifelong learners). Di samping itu, yaitu: Konsep moral (moral Knowing), pendidikan sikap moral (moral feeling), perilaku karakter juga mengembangkan semua potensi anak moral sehingga menjadi manusia seutuhnya. keterkaitan ketiga konsep tersebut dapat Dalam hal ini, perkembangan anak digambarkan sebagai berikut: harus seimbang, baik dari (moral behavior). segi KONSEP MORAL: Kesadaran Moral Pengetahuan Nilai Moral Pandangan ke Depan Penalaran Moral Pengambilan Keputusan SIKAP MORAL: Kata Hati Rasa Percaya Diri Empati Cinta Kebaikan Pengendalian Diri Karakter/Watak PERILAKU MORAL: Kemampuan Kemauan Kebiasaan 408 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren Bagan Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 Penelitian ini termasuk kategori dalam penelitian kualitatif, yaitu; penelitian kualitatif dan studi literatur. observasi dan wawancara mendalam. Dalam penelitian dilakukan penjaringan Observasi data tentang pembentukan karakter partisan, yang hanya sebagai pengamat fenomena yang dilaksanakan di pesantren dilakukan dimana peneliti non- berperan sedangkan penelitian studi literatur sedang yaitu mendata buku-buku teks (kitab berlangsung, kuning) yang digunakan oleh pesantren kegiatan para pengurus, guru (ustadz) dalam membentuk karakter bangsa. dan santri Pondok Pesantren, melihat Metode penelitian yang digunakan bagaimana proses belajar mengajar, untuk studi literatur (penelitian teks), khususnya berkaitan dengan pendidikan yaitu bertumpu pada analisis konten karakter bangsa berbasis pesantran dan (teks) dengan mengidentifikasi kitab- kitab kuning berlangsung. kitab yang diajarkan di pesantren dan menganalisis muatannya. Dengan menggunakan pendekatan analisis harafiah dan makna, nilai-nilai tertentu terkait dengan mengandung akan nilai-nilai pembentukan dikumpulkan dan yang karakter dianalisis berdasarkan arti harfiah, makna yang tersurat dan tersirat, dan bagaimana cara pengajarannya. diteliti. secara Selama penelitian mengamati kegiatan- Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah indepth interview dengan pola semi structured interview. Wawancara pimpinan dilaksanakan pesantren terhadap dan pengurus yayasan sekaligus pemrakarsa pendirian Pondok Pesantren untuk mengetahui latar belakang pendirian Pesantren serta hambatan yang dihadapi mulai dari pendirian sampai saat ini. Wawancara Penelitian dilakukan di beberapa juga dilakukan kepada pengelola pesantren yang berada di propinsi (kepala sekolah) dan guru (ustadz) yang Sumatera Utara, propinsi Nangroe Aceh berperan dan Darussalam, propinsi Sumatera Barat, terhadap proses propinsi Riau, propinsi Jambi, dan Pondok Pesantren. Wawancara yang propinsi Selatan. dilakukan terhadap pengurus yayasan Pengumpulan data dalam penelitian ini (kiyai) dan guru (ustadz), peneliti dilakukan dengan 2 (dua) tehnik yang memperoleh lazim perkembangan Sumatera digunakan dalam penelitian bertanggung jawab pembelajaran informasi pesantren 409 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren di tentang dan Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 bagaimana proses berlangsung. pembelajarannya Peneliti juga diminta dan interview. Kedua, melaksanakan seleksi atau validasi informasi dengan untuk mendapatkan informasi tentang menggunakan pandangan beberapa tokoh pesantren sehingga diperoleh data yang akurat dan (Kiyai obyektif, dan dalam waktu bersamaan maupun beberapa ustadz) mengenai tema-tema karakter dilakukan teknik coding trianggulasi data. Ketiga, kebangsaan melalui kasus-kasus yang klasifikasi data ke dalam beberapa diangkat. kategori data sesuai topik bahasan Untuk studi penelitian kualitatif ini sangat ditekankan pada wawancara tentang karakter nilai-nilai di dilakukan pembentukan pesantren. pada Wawancara pimpinan pondok pesantren, pada ustad dan santrinya. Lebih lanjut dilakukan juga observasi (pengamatan) tentang aplikasi yang dilakukan oleh para santri dalam membentuk nilai-nilai kepribadian yang berhubungan karakter dengan bangsa. pembentukan Kemudian juga dilakukan studi tokoh, yaitu dengan metode indepth interview dengan para tokoh (ustad), santri, pengasuh, dan orang-orang di sekitar lingkungan pesantren. Dalam penelitian. Selanjutnya, dalam proses analisis data digunakan pendekatan analisis kualitatif. Data yang diperoleh melalui instrumen pengumpulan data disusun secara teratur dan sistematis serta selanjutnya dianalisis secara kualitatif, karena kajian ini dapat juga dikategorikan penelitian dan disebut kualitatif. sebagai Penarikan kesimpulan didasarkan pada pemikiran logis dari data yang diperoleh setelah diberi penjelasan dalam bentuk uraian. Data disajikan sekaligus menganalisisnya (deskriptif analisis), dengan kata lain, agar tidak kehilangan relevansinya, dipisahkan penyajian dari data tidak analisisnya, tetapi dilakukan secara bersamaan. Kompilasi kegiatan pengolahan dan pengolahan data penelitian dari informasi ditempuh beberapa langkah. semua pesantren dilakukan oleh ketua Pertama, membuat proceeding lengkap peneliti bersama tim khusus pengolah secara tertulis dan catatan pinggir data yang sekaligus mengembangkan (berupa resume) dari semua informasi model pendidikan dan manual prosedur yang diperoleh dari kegiatan observasi berdasarkan best practices 410 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren yang Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 ditemukan serta mengkaji teori yang relevan. Focus (FGD) Group Discussion dilakukan untuk Pendidikan dilakukan di pondok pesantren (ponpes) berada dalam situasi yang terkontrol karena mengembangkan metode pembelajaran lingkungan yang Siswa/santri distrelisasi dari lingkungan dapat digunakan untuk membentuk karakter mulia siswa. B. HASIL DAN PEMBAHASAN Pondok Pesantren sebagai salah satu sub sistem Pendidikan Nasional yang indigenous Indonesia, mempunyai keunggulan dan karakteristik khusus dalam mengaplikasikan pendidikan karakter bagi anak didiknya (santri). Hal itu karena disebabkan karena adanya jiwa dan falsafah serta adanya panca jiwa. Pesantren mempunyai jiwa dan falsafah yang ditanamkan kepada anak didiknya. Jiwa dan falsafah inilah yang akan menjamin kelangsungan sebuah lembaga pendidikan bahkan menjadi motor penggeraknya menuju kemajuan di masa depan. Panca Jiwa yang terdiri dari : a) keikhlasan, b) kesederhanaan, c) kemandirian, d) ukhuwah Islamiyah, dan e) kebebasan dalam menentukan lapangan perjuangan dan kehidupan. Panca jiwa ini menjadi landasan ideal bagi semua gerak langkah pondok pesantren. Implementasi panca jiwa dalam pendidikan sangat diperhatikan di pesantren modern Langkat, Sumatera Utara. Babussalam bisa pengaruh diminimalkan. yang dapat mempengaruhi moral dan kepribadiannya, bahkan pada ponpes tertentu santri tidak boleh membawa alat komunikasi (HP) seperti di ponpes Syekh Burhanuddin di Riau. Hal tersebut dilakukan meminimalkan faktor untuk utama yang mempengaruhi kepribadian santri yakni media elektronik dan media cetak yang terkait dengan perilaku artis dan pejabat serta tayangan yang tidak mendidik lainnya. Faktor lain yang juga dibatasi adalah pergaulan dengan teman sejawat pada pergaulan yang tidak baik. Dalam kehidupan di ponpes, santri hanya bergaul dengan ustadz/guru dan teman sejawat sesama santri. Pergaulan dengan masyarakat sekitar terbatas pada upaya membangun keperdulian dan semangat gotong-royong. Tentu saja hal tersebut sangat dibutuhkan dalam pembentukan karakter karena ”karakter bangsa” yang sudah mulai pudar adalah gotong royong serta menghargai perbedaan dan pendapat orang lain yang seharusnya diwujudkan dalam tepa selira. 411 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 Metode pengajaran di pesantren sahabat dan tema-tema aktual sifatnya, Salafiyah, misalnya pesantren Syekh dan juga belajar memberikan kata Burhanuddin diberikan dalam bentuk, sambutan dalam berbagai hal, misalnya sorogan, bandong, halaqah dan hafalan. kemalangan dan kata sambutan lainnya Sorogan artinya: belajar secara yang seorang santri sampaikan, dan semua santri yang seorang guru, dalam satu kelompok yang disebut terjadi interaksi saling mengenal antara dengan khalifah, dan diketuai oleh keduanya. Bandongan artinya belajar seseorang dan jumlah santrinya berkisar secara kelompok yang diikuti seluruh lebih kurang 30 orang, dan semua santri santri, dan biasanya Kiyai mengunakan wajib berpidato atau memberikan kata bahasa daerah setempat dan langsung sambutan dalam berbagai hal, yang menterjemahkan kalimat demi kalimat sangat unik dilihat dalam satu kelompok dari kitab yang dipelajarinya, halaqah khalifah ini dipilih secara demokratis artinya diskusi untuk memahami isi dari santri yang hadir, dan tidak ada kitab, bukan untuk mempertanyakan yang keberatan jika pilihannya kalah. kemungkinan benar salahnya apa yang Satu kelompok khalaqah tersebut terdiri diajarkan oleh kitab, tetapi untuk dari berbagai kelas, dari kelas I s/d kelas memahami apa maksud yang diajarkan VII, jika mereka tidak bisa memberikan kitab. Santri yakin bahwa Kiyai tidak pidato dan ceramah keagamaan yang akan mengajarkan hal-hal yang salah berdurasi lebih kurang 10 menit dan dan juga mereka yakin bahwa isi kitab selesai sampai jam 10 malam dan yang dipelajari adalah benar. Masih presentasinya sudah dijawalkan dan dalam kegiatan proses belajar mengajar lebih kurang berjumlah 7 orang atau 10 santrinya biasanya seminggu sekali orang santri, maka mereka dihukum, pada saat shalat isya dan subuh, sampai mengadakan belajar pidato atau belajar dilakukan, yang sangat unik disini tidak memberikan ada individual berhadapan dimana dengan ceramah keagamaan, dianggap perlu kegiatan ustad untuk tersebut dan ustazah selesai yang ceramah keagamaan terserah pada mengawasinya, santri/santriwati, kebanyakan menanamkan kejujuran sejak usia berkisar pada sejarah Nabi Muhammad dini dilakukan, tujuannnya supaya Saw, santri mandiri dan berusaha dengan tetapi kepahlawan, kejujuran para inilah di 412 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren sebenarnya Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 sekuat tenaga untuk menyiapkan materi pandangan yang menyatakan bahwa yang Metode sesuatu kejadian berasal, berproses, menceritakan dan kembali kepada kebenaran Allah keteladanan rasul dan menanamkan Swt. Semua aktivitas pendidikan kejujuran sudah mulai hilang di dipandang sebagai ibadah kepada sekolah Allah akan disampaikan. pembelajaran dengan dan masyarakat, padahal Swt. metode tersebut cukup efektif untuk pendidikan anak usia dini. integral Namun untuk menumbuhkan Semua aktivitas merupakan dari bagian totalias kehidupan sehingga kegaitan mengajar tidak keagamaan, kemampuan berpikir rasional sejak belajar permulaaan berdiri sampai sekarang memperhitungkan pesantren Syekh Burhanudin menyadari praktiknya perlunya pelajaran umum diberikan di mengutamakan sikap dan prilaku pesantren, diperkenalkan yang sangat kuat beroreintasi kepada di pesantren, kehidupan ukhrawi dan berprilaku seperti bertani, berternak, bertukang dan sakral dalam kehidupan sehari-hari. pekerjaan lainnya telah akrab dengan Semua kehidupan sehari-hari, dan biasanya dalam struktur relevansinya dengan kegiatan ini mereka lakukan jika hari hukum agama demi kepentingan libur, hidup ukhrawi. dan keterampilan juga khusus tujuannya adalah untuk mengembangkan wawasan dan orientasi santri dari pandangan hiduap yang waktu. Dalam cenderung perbuatan dilaksanakan 2. Sukarela dalam mengabdi Para pengasuh pondok pesantren terlalu berat pada ukhrawi, agar menjadi memandang seimbang dengan orientasi kehidupan pendidikan adalah ibadah kepada duniawi. Allah Swt. Sehubungan dengan itu Adapun prinsif sistem semua kegiatan pendidikan pesantren dari pengamatan penyelenggaraan pesantren di lapangan maka dapat dirumuskan dilaksanakan secara sukarela dan sebagai berikut: mengabdi kepada sesama dalam rangka mengabdi kepada Allah Swt. 1. Theocentric Sistem pendidikan pesantren Mengingat biaya masuk ke pesantren mendasarkan filsafat pendidikannya Syekh Burhanuddin sama sekali pada tidak memungut biaya, maka honor filsafat theocentric, yaitu 413 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 dan gaji para Kiyai, ustad dan guru sebagai santri yang tunduk dan taat tidak tahu dari mana bila menurut pada aturan pesantren. anak pendiri pesantren tersebut, tapi 4. Kesederhanaan Pesantren Syekh Burhanuddin ada saja, dan satu yang ditanamkan makan menekankan pentingnya penampilan jangan dipesantren tapi silakan kerja sederhana sebagai salah satu nilai atau ngajar ketempat lain untuk luhur memenuhi kebuthan hidup untuk istri pedoman prilaku sehari-hari bagi dan anaknya. Santri merasa wajib seluruh menghormati Kiyai dan ustadnya Kesederhanaan yang dimaksudkan serta saling menghargai sesamanya, disini adalah, tidak tinggi hati dan sebagai bagian perintah dari agama. sombong pada santri lain walaupunn Santri yakin bahwa dirinya tidak dia dari golongan orang kaya, ada akan menjadi orang berilmu tanpa satu hal yang unik dari pengasuh guru dan bantuan sesamanya. pondok pesantren jika mereka mau ayahnya kalau mencari pesantren dan menjadi santri/santriwati. membeli mobil atau keperluan prabot 3. Kearifan Pesantren Syekh Burhanuddin rumah tangga, maka para pengasuh menekankan pentingnya kearifan pondok pesantren berdiskusi dengan dalam menyelenggarakan santri/santriwati dan memberikan pendidikan pesantren dan dalam penerangan bahwa apa yang mereka tingkah laku sehari-hari. Kearifan beli memang adalah kebutuhan yang yang adalah sangat mendesak sekali, misalnya bersikap berlaku sabar, rendah hati, mobil, dan akhirnya para santri patuh pada ketentuan hukum agama, menerimanya, atau kalau seandainya mampu dimaksud disini mencapai tujuan tanpa mau menjual dan menganti mobil lain, dan lain maka disini terjadi diskusi, bagi supaya jangan ada salah paham kepentingan bersama, jika dilihat dengan santri lain, hal ini sebenarnya dari pesantren Syekh Burhanuddin wajar, mengingat tidak ada sama maka memberikan kebebasan pada sekali biaya yang dikutip dari santri, santri untuk membentuk jati dirinya dari merugikan orang mendatangkan manfaat uang masuk, 414 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren makan, Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 penginapan, uang bulanan dan lain- mereka juga saling menolong satu lain. sama lain, jika terlambat uang 5. Kolektivitas kiriman dari uang tuanya, maka Pesantren Syekh Burhanuddin mereka berusaha bersama untuk menekankan kebersamaan lebih tingi membantu meringankan rekannya dari pribadi. tersebut., pesantren berlaku Bersama pada Dalam kepentingan dunia pendapat bahwa “mengutamakan Mengatur Kegiatan Kegiatan bersama yang kepentingan orang banyak dari pada dilakukan oleh para santri bisanya kepentingan pribadi, tetapi dalam hal bersifat kewajiban dilakukan orang harus relatif dan oleh mengikat, santri dengan mendahulukan kewajiban diri sendiri bimbingan ustad dan kiayai. Para sebelum orang lain, sedang dalam hal santri memilih atau memutuskan sesuatu kegiatan proses belajar mengajar “santri harus memelihara hal-hal terutama berkenaan dengan kegiatan baik kokurikurer, yang telah ada, dan mengatur hampir dari semua pembentukan, mengembangkan hal-hal yang baru penyusunan sampai pelaksanaan dan yang baik. Kedua nilai tetap berlaku, pengembangannya, dan dan kamar tidur yang berukuran 2 x mengatur kegiataan, peribadatan, 3 m ditempati dua atau tiga santri, olah raga dan keterampilan kamar tersebut adalah juga kursus-kursus dan sebagainya. berdinding papan dan beralaskan Selama kegiatan dan apa yang papan, dan yang lebih uniknya direncanakan oleh santri tidak bangunan kamar itu adalah dibangun menyimpang dari Islam dan oleh santri tersebut dengan cara ketentuan pesantren. saling membantu, dan bangunan tersebut jika santri sudah selesai maka kepada dengan ikhlas generasi diberikan 6. Ukhuwah Diniyah Kehidupan diliputi dengan suasana persaudaraan yang akrab, berikutnya, persatuan dan gotong royong, sedangkan santriwati ada bangunan sehingga segala khusus yang permanen yang telah rasakan bersama dan kesulitan dapat disiapkan pondok pesantern, dan diatasi bersama. Hal ini dapat kesenangan 415 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren di Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 terwujud karena keyakinan dan Namun semua itu dilakukan dalam pandangan hidup mereka sama, batas-batas syari’at Islam. bahwa manusia di ciptakan dan berada di bumi ini tidak lain Situasi kondisi pembelajaran terkontrol dengan tersebut dapat hanyalah untuk mengabdi kepada diterapkan pada sekolah sang kholik, yaitu Allah SWT. (full-day school). Namun tidak semua Sebagai faktor hamba (mukmin) yang mereka bersaudara beriman akan dengan merasa sesama dan berbuat baik terhadap mereka. dapat dikontrol sehingga beberapa penyesuaian harus dilakukan. Kondisi lain yang sangat berbeda dengan karakteristik ponpes 7. Kebebasan adalah keteladanan yang ditunjukkan Kebebasan adalah lingkungan penuh hari yang kebebasan dimaksud segi besar porsinya pada pendidikan di kurikulum dan bebas secara politis. ponpes, sedangkan aspek kognitif lebih Kebebasan kurikulum dominan pada pendidikan umum (non- berarti bahwa pondok Pesantren pesantren). Besarnya aspek afektif dapat Syekh Burhanuddin tidak terikat oleh dilihat dari keikhlasan ustadz mengajar kurikulum Agama dengan bayaran yang minim bahkan ada Departemen Pendidikan yang mengajar secara sukarela (tidak Sedangkan kebebasan maupun Nasional. secara dari dari oleh kiyai/ustadz. Aspek afektif sangat sisi Departemen politis Pesantren Syekh dibayar). Membentuk siswa yang memiliki jiwa yang ikhlas merupakan Burhanuddin merupakan lembaga suatu independen, tidak berafiliasi bahkan sekolah formal yang tidak memiliki terlibat pada salah satu pada partai guru yang perhatian kepada siswa. Jadi politik tertentu. untuk dapat menerapkan pendidikan Dalam konteks santri, kebebasan di karakter, pengelola sekolah ataupun sini pemerintah harus menetapkan standar maupun berarti ormas penanaman sikap permasalahan tersendiri di demokratis. Mereka bebas berpikir, khusus bebas mendapatkan guru yang memenuhi dalam hidupnya menentukan kelak di jalan masyarakat, optimis dalam menghadapi hidup ini. dan perekrutan untuk syarat. Ponpes salafiyah tidak memiliki kurikulum yang jelas, 416 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren sedangkan Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 ponpes modern memiliki kurikulum dan seperti sholat dhuha dan sholat tahajud standar jelas. serta puasa sunnah. 2) Jujur: kantin dan Pembentukan karakter tidak dititipkan koperasi biasanya dikelola oleh santri dalam tiap pelajaran yang diberikan tapi dengan bimbingan dari ustadz/ustadzah dilakukan dengan yang bersangkutan. Transaksi di kantin menerapkan aturan, keteladanan, dan tersebut biasanya dilakukan sendiri hal-hal lain yang dapat dijadikan model yakni tanpa penjaga. Hal inilah yang bagi pendidikan di sekolah umum. melatih kejujuran dengan takut kepada Pendidikan membentuk Allah atas dosa yang akan mereka dapat manusia secara utuh (holistik) yang jika tidak membayar secara jujur. Di berkarakter, pesantren juga terdapat buku laporan pembelajaran secara aspek/potensi emosional, yang holistic holistik yaitu mengembangkan spiritual, potensi potensi tentang sholat berjamaah dan ibadah intelektual sunnah lainnya. Hal ini akan mendidik (intelegensi & kreativitas), potensi kejujuran sosial, dan potensi jasmani siswa secara ibadah karena takut pada Allah bukan optimal. Kondisi ini berbeda dengan takut grand design pendidikan karakter yang Kemandirian: dicanangkan Kemendiknas, diajarkan dimana pendidikan karakter dititipkan santrinya, pada masing-masing mata pelajaran. menyangkut keperluan dirinya baik dari oleh santri pada dalam aturan di pesantren. pesantren kemandirian yakni melakukan dari segala 3) selalu para sesuatu Pesantren menanamkan beberapa makan dan pakaian akan diurus sendiri. atribut karakter, diantaranya: 1) cinta 4) Kesederhanaan: di Pesantren hidup terhadap Allah SWT, RasulNya dan sederhana sangat diajarkan karena Allah segenap ciptaanNya: Hal inilah yang sangat membenci hal berlebihan. Di menjadi sekolah pesantren mulai dari berpakaian, makan umum dengan pesantren. Pesantren dan minum dituntut untuk keserhanaan, lebih menonjolkan agar para santrinya tidak pandang bulu santri berasal dari agar tidak melupakan siapa yang kalangan ekonomi tinggi atau rendah di menciptakannya yakni Allah SWT pesantren semua disetarakan dan tidak dengan mewajibkan baik ibadah wajib ada perbedaan pelayanan dan aturan. 5) ataupun sunnah yang mereka selalu Disiplin: pesantren memiliki aturan melakukan hal ini secara berjama’ah yang lebih ketat dari pada sekolah perbedaan antara 417 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 umum. Aturan ini berlaku 24 jam. Mulai (2000), “We can use the guiding dari santri terbangun hingga tertidur principles of character and conduct to kembali ada aturannya. Hal ini make our school communities safer, mendidik kedisiplinan tinggi dan belajar better disciplined, and more welcoming menghargai waktu karena pesantren places to learn and work”. sadar Allah pernah bersabda “demi Berdasarkan best practices di masa sesungguhnya manusia kerugian”. beberapa ponpes yang diteliti, dapat Jadi alangkah lebih baiknya jika waktu dikembangkan kita manfaatkan sedemikian rupa dalam yang dapat diterapkan oleh lembaga hal kebaikan. Best practices lain yang pendidikan. Namun perlu dilakukan diamati di beberapa ponpes adalah beberapa kegiatan kebersamaan melalui gotong perbedaaan karakeristik pendidikan di royong. Pada umumnya kegiatan di sekolah umum dengan siswa yang lebih ponpes dilakukan berdasarkan pada rasional dengan pendidikan di pesantren panca jiwa (keikhlasan, kesederhanaan, yang memiliki iklim keteladanan dan kebersamaan, kepercayaan penuh kepada ustadz. ukhuwah islamiyah). Disiplin jugaditerapkan pendidikan di desain pembelajaran penyesuaian, mengingat pada Beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan dalam pembentukan karakter pada menetapkan jadwal kegiatan, aturan, sekolah umum adalah knowing the dan sanksi yang ketat. Disiplin sangat good. Untuk membentuk karakter, anak dibutuhkan membentuk tidak hanya sekedar tahu mengenai hal- santri/siswa yang mampu bekerja keras hal yang baik, namun mereka harus (dengan gigih dan bersemangat), tentu dapat saja juga harus dilakukan secara cerdas melakukan hal tersebut. Selama ini (kognitif). Aspek disiplin juga akan banyak orang yang tahu bahwa ini baik membentuk yang dan itu buruk, namun mereka tidak tahu bertanggung jawab dalam melakukan apa alasannya melakukan hal yang baik aktivitas dan gigih dalam berupaya dan meninggalkan hal-hal yang tidak mencapai sesuatu yang diinginkan. baik. Jadi masih ada gap antara knowing Tentu saja, aspek disiplin ini perlu dan acting. Pada pendidikan di sekolah dilatih dengan membuat peraturan yang umum, siswa sebaiknya memahami harus dipatuhi, sesuai pernyataan Stein pentingnya memiliki atribut karakter pesantren untuk karakter siswa memahami kenapa 418 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren perlu Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 dan menyadari bagi maka sifat empati, toleransi, peduli, dan kehidupan di masyarakat.Tahapan yang gotong royong akan terbentuk pada diajukan dalam teori adalah sebagai kepribadian berikut: Curiousity (timbulkan rasa emotional quotient (EQ) yang dilandasi ingin (ajak oleh kasih sayang kepada sesama berdiskusi), Planning (apa yang akan manusia sangat perlu dilakukan sejak dilakukan), Action (anak melakukan dini untuk mengantisipasi maraknya rencana yang disusun), dan Reflection perpecahan dan konflik di kalangan (anak mengevaluasi apa yang telah ia masyarakat. lakukan). Untuk membentuk disiplin mengatakan, “Without a sense of caring perlu dibuat beberapa aturan dan jadwal there can be no sense of community”. kegiatan yang harus dipatuhi oleh siswa, Untuk membentuk masysrakat madani, kemudian perlu tentang tahu manfaatnya anak), siswa Share diajak aturan/tata berdiskusi Peningkatan Stevenson dilakukan pendidikan (2006) yang beserta membangun individu yang senantiasa sanksinya, siswa juga perlu diajak ikhlas membantu orang lain dan tepa bertukar pikiran tentang tujuan dan selira. Pembentukan karakter ikhlas manfaat pelaksanaan kegiatan. Integrasi sebenarnya termasuk dalam spiritual pembentukan quotient (SQ), namun sangat perlu disiplin tertib siswa. dalam mata pelajaran adalah penuntasan tugas yang dikaitkan diberikan secara bertanggung jawab membantu orang lain dengan menolong dengan rencana kerja yang jelas. Dalam tanpa pamrih dan tidak mengingat kasus ini siswa diminta membuat kebaikan diri sendiri jika menolong refleksi tentang apa yang mereka orang lain. Sekolah perlu menciptakan lakukan dan kendala yang ditemui kegiatan yang membina kepribadian dalam siswa dalam membantu orang lain. menyelesaikan tugas atau kegiatan yang diberikan oleh guru. Atribut karakter lain yang perlu dikembangkan dan sangat dengan ketulusan dalam Pada penelitian ini ditemukan bahwa aktivitas santri senior membantu santri terkait yunior dapat dicontoh sebagai model dengan karakter kebangsaan adalah pembelajaran untuk membina karakter kemauan dan kemampuan membantu tolong menolong. Hal tersebut sejalan orang lain. Dengan membiasakan siswa dengan pendapat Miller (2009), “The membantu orang lain secara ikhlas, result, one hopes, will be middle 419 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 schools, high schools, and penelitian ini, atribut karakter yang neighborhoods in which young people paling penting untuk dibentuk adalah care about one another and work with kejujuran, disiplin, dan saling tolong their classmates and neighbors to menolong. develop team spirit”. Karakter tolong Untuk merealisasikan dan menolong yang berakar dari kepedulian mengembangkan pendidikan karakter terhadap orang lain merupakan karakter nasional bangsa ada beberapa hal yang yang dibutuhkan dalam membentuk memerlukan perhatian pemerintah dan seorang masyarakat: seperti siswa menjadi dideskripsikan pemimpin, oleh yang pertama adalah Klaan penyiapan lembaga pendidikan yang (2007) tentang pemimpin yang baik: berkualitas, kedua adalah penyiapan “…. good leader you have known and tenaga pendidik terutama para kepala mentally assigned words and concepts sekolah yang mempunyai kapabilitas like competent, trustworthy, positive, serta integritas kepribadian tinggi dan dependable, cared about people, or kept yang us informed”. Untuk dapat membentuk lingkungan yang kondusif karakter kepemimpinan yang peduli, pendidikan karakter anak maka perlu dilatihkan kebiasaan dan Pertama kemampuan pendidikan yang berkualitas. Lembaga memecahkan permasalahan masyarakat sekitar, ketiga adalah penciptaan penyiapan bagi bangsa. lembaga pendidikan yang mempunyai orientasi sesuai dengan saran Baptiste (2009), character “Being a leader means first identifying pendidikan yang integral, a problem and then finding ways to mengembangkan dan meningkatkan solve that problem”. potensi anak didik dalam segala aspek C. SIMPULAN kemanusiannya. Pembentukan dilakukan di karakter sekolah mempertimbangkan interaksi building, mementingkan Pendidikan yang harus berbasis nilai, melakukan transformasi dengan kepribadian, akhlak, tingkah laku, pola siswa fikir dan sikap. Bukan hanya terhadap lingkungan (keluarga dan mentransfer informasi dan pengetahuan masyarakat). Oleh sebab itu pendidikan semata karakter harus dilakukan secara holistik melalaikan secara spikomotorik. terprogram. Berdasarkan (aspek kognitif) aspek afektif Kedua 420 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren dengan dan menyiapkan Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 tenaga pendidik terutama kepala-kepala sekolah mencakup misi pengembangan sekolah untuk karakter siswa, b) penetapan keharusan merealisasikan tujuan yang ditargetkan. bagi sekolah untuk membuat dan Tenaga pendidik merupakan ujung melaksanakan program pengembangan tombak karakter yang bagi handal keberhasilan tujuan (terutama: tolong pendidikan. Tenaga pendidik dan kepala menolong, sekolah secara holistik dengan melibatkan orang yang mencintai tugasnya, dan jujur, mempunyai ruh dan semangat idealisme tua tinggi, berdedikasi dan mempunyai pengontrolan oleh semua guru, c) integritas moral tangguh, mempunyai penetapan kecakapan disiplin dan keteladanan di lingkungan menejerial dan mampu menjadi teladan dalam segala hal bagi anak didiknya. Mereka dan bertanggungjawab) masyarakat keharusan dengan menegakkan sekolah. harus dipersiapkan sedemikian rupa agar D. DAFTAR PUSTAKA mampu Arthur, James. (2003). Education with menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi dengan senantiasa meningkatkan diri dan memperbaharui (refresh/up-date), pengetahuan bersikap terbuka terhadap hal-hal baru (open mind) dan bersikap bersedia membantu (helpful). Diperlukan stabilitas Character, New York: Routledge-Falmer. Baptiste, Tracey. (2009). Being a leader and making decisions, New York: Infobase Publishing Kessler, Rachael. (2000). The Soul of nasional, Education: Helping Student to dukungan keluarga, masyarakat, LSM Find Connection, Compassion, maupun lembaga lain merupakan pilar- and pilar pendukung bagi keberlangsungan Alexandria: ASCD. iklim pendidikan yang produktif dan Klann, Character Gene. at (2007). School, Building berdampak positif bagi terciptanya character: karakter bangsa peserta didik. Pusat heart of good leadership, San penelitian kebijakan Fransisco: John Wiley and Sons membuat usulan seharusnya strengthening the pengembangan Lickona, T. (1991). Educating for kebijakan kepada pemerintah berupa: a) Character: How Our Schools Can penetapan keharusan pencanangan misi 421 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren Edutech, Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 Teach Respect and Responsibility, New York: Bantam Miller, Marie-Therese. Stein, Rita Prager. (2000). Connecting character to conduct : helping (2009). Managing Responsibilities, New York: Infobase Publishing Rich, Dorothy. (2008). Megaskills: students do the right things, Alexandria: ASCD. Stevenson, Nancy. (2006). Young Person’s Character Education Building your child's happiness Handbook, Indianapolis: and success in school and life, Publishing, Inc. Illinois: Sourcebooks, Inc. 422 Model Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikandi Pesantren JIST