1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi protozoa usus adalah

advertisement
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Infeksi protozoa usus adalah salah satu bentuk infeksi parasit usus yang
disebabkan oleh protozoa, seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan
Cryptosporidium parvum (Sedjini et al., 2011; Haftu et al., 2014). Jenis infeksi
protozoa usus seringkali berupa multi infeksi. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa multi infeksi dapat terjadi pada satu individu dengan dua jenis atau lebih
protozoa usus (Wegayehu et al., 2013).
Infeksi protozoa usus dapat terjadi karena tertelannya makanan atau
minuman yang terkontaminasi kista protozoa usus atau dengan transmisi langsung
fecal-oral. Setelah tertelan, umumnya protozoa usus hidup sebagai patogen di
usus halus, usus besar, dan ada juga yang mampu menembus sampai ke hati
selanjutnya menyebar ke organ lain. (Hill and Nash, 2011; Lima et al., 2011;
Peterson et al., 2011). Manifestasi klinisnya dapat berupa tanpa gejala atau
dengan gejala seperti diare akut, diare kronis, disentri, kolitis, abses hati, dan
malabsopsi. Diare menjadi gejala yang paling umum terjadi, terutama pada anakanak (Hill and Nash, 2011; Lima et al., 2011; Peterson et al., 2011). Giardiasis
dan cryptosporidiasis berhubungan dengan malnutrisi atau gangguan pertumbuhan
pada anak (Hotez et al., 2015).
Infeksi protozoa usus dapat terjadi pada semua usia, laki-laki dan
perempuan (Azian et al., 2007; Ngrenngarmlert et al., 2007; Wani et al., 2007;
Wegayehu et al., 2013). Anak usia sekolah merupakan kelompok usia terbanyak
terinfeksi protozoa usus karena kebiasaan anak-anak yang tidak bersih setelah
1
2
buang air besar, konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi protozoa usus
(Haftu et al., 2014). Daya tahan tubuh anak lebih rendah daripada orang dewasa
sehingga kejadian infeksinya lebih tinggi pada anak-anak (Azian et al., 2007).
Secara umum parasit usus, termasuk protozoa usus, paling banyak menginfeksi
anak usia 10-12 tahun (Gelaw et al., 2013). Pada anak yang berusia di atas 10
tahun, infeksinya umumnya berupa multi infeksi (Salcedo-Cifuentes et al., 2012).
Infeksi protozoa usus terjadi di seluruh dunia dan pada seluruh iklim (Hill
and Nash, 2011). Protozoa usus menginfeksi sekitar 3,5 juta orang di seluruh
dunia. Infeksi protozoa usus menyebabkan kesakitan dan bahkan kematian,
khususnya di negara-negara berkembang (Vahedi et al., 2012). Infeksi protozoa
usus merupakan salah satu penyakit utama yang terjadi di negara-negara Asia
Tenggara (Hotez et al., 2015).
Data mengenai infeksi protozoa usus di negara-negara Asia Tenggara,
termasuk Indonesia sangat sedikit (Hotez et al., 2015). Meskipun demikian, secara
umum diare di Indonesia masih menjadi masalah karena endemis dan berpotensi
terjadi kejadian luar biasa (KLB) yang sering berujung pada kematian (Dinas
Kesehatan Provinsi Maluku, 2013).
Diare adalah gangguan buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan
konsistensi tinja cair, dapat disertai darah dan/atau lendir (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2013). Diare dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti
infeksi virus, bakteri, dan parasit. Diare dapat terjadi dalam bentuk akut bila
kurang dari 14 hari, atau kronis bila terjadi lebih dari 14 hari, atau disentri bila
tinja bercampur lendir dan darah (World Health Organization/WHO, 2013). Diare
3
pada anak umumnya terjadi dalam bentuk ko-infeksi 2 atau lebih patogen,
contohnya ko-infeksi C. parvum dengan bakteri enteroaggregative Escherichia
coli (EAEC) sehingga perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui agen
penyebab diare tersebut sehingga penanganannya tepat (Opintan et al., 2010).
Pada tahun 2012, diare masih menjadi penyakit kedua terbanyak di
pelayanan rawat inap dan rawat jalan rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat
(Puskesmas) di Provinsi Maluku (Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2013).
Kasus diare secara umum di Provinsi Maluku pada tahun 2013 mencapai 2,9%
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Jumlah kasus diare yang
ditangani di Provinsi Maluku mengalami peningkatan, yakni sebanyak 10.326
kasus pada tahun 2011, menjadi 40.944 kasus pada tahun 2012. Kejadian diare
dipengaruhi oleh rendahnya kualitas hidup bersih dan sehat, serta sarana sanitasi
dasar berupa jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah yang memenuhi
syarat kesehatan belum menjadi suatu kebiasaan di pedesaan (Dinas Kesehatan
Provinsi Maluku, 2013).
Kabupaten Maluku Tengah merupakan daerah dengan kasus diare
terbanyak, yakni mencapai sekitar 22,9% dari keseluruhan diare di Provinsi
Maluku (Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa
diare di Kabupaten Maluku Tengah masih tinggi namun penyebabnya tidak
diketahui. Anak sekolah dasar merupakan kelompok yang rentan mengalami
diare, termasuk karena infeksi protozoa usus. Data mengenai kejadian infeksi
protozoa usus, khususnya pada anak sekolah dasar di Kecamatan Salahutu dan
Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah belum tersedia.
4
Berdasarkan konsep epidemiologi, suatu penyakit terjadi karena adanya 3
faktor, yaitu agen, pejamu dan lingkungan (Gordis, 2009). Pada infeksi protozoa
usus, ketiga faktor ini juga berperan. Faktor agen adalah protozoa usus. Faktor
pejamu adalah karakteristik sosio-demografik dan perilaku manusia, seperti
tingkat pendidikan, termasuk pendidikan tentang kesehatan, tingkat pendidikan
ibu, mata pencaharian, kebersihan perorangan, perilaku cuci tangan sebelum
makan, dan sebagainya. Faktor lingkungan berkaitan dengan kebersihan
lingkungan, sumber air, jamban serta tempat tinggal (Quihui et al., 2006; Azian et
al., 2007; Alyousefi et al., 2011; Vahedi et al., 2012; Gelaw et al., 2013;
Wegayehu et al., 2013; Haftu et al., 2014).
Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kejadian infeksi protozoa usus
serta jenis infeksinya pada anak sekolah dasar di Kabupaten Maluku Tengah. Juga
perlu diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan infeksi protozoa usus
pada anak sekolah dasar di Kabupaten Maluku Tengah, yakni karakteristik sosiodemografik anak (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan orang tua, penghasilan
keluarga, dan mata pencaharian keluarga), pengetahuan anak tentang kebersihan,
serta lingkungan anak (sumber air bersih, sumber air minum, jamban, tempat
tinggal).
B.
Perumusan masalah
Adapun perumusan masalah pada penelitian yang dilakukan pada anak
sekolah dasar di Kecamatan Salahutu dan Leihitu adalah sebagai berikut:
1.
Berapa kejadian infeksi protozoa usus dan jenis infeksi protozoa usus?
5
2.
Apakah ada hubungan karakteristik sosio-demografik anak dengan kejadian
dan jenis infeksi protozoa usus?
3.
Apakah ada hubungan pengetahuan anak tentang kebersihan dengan kejadian
dan jenis infeksi protozoa usus?
4.
Apakah ada hubungan faktor lingkungan berupa jenis sumber air bersih, jenis
sumber air minum, ketersediaan jamban, serta jenis tempat tinggal dengan
kejadian dan jenis infeksi protozoa usus?
C.
1.
Tujuan penelitian
Tujuan umum
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan secara
umum untuk mengetahui kejadian dan jenis infeksi protozoa usus serta faktor
risiko yang mempengaruhinya.
2.
Tujuan khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik sosio-
demografik anak, pengetahuan anak tentang kebersihan, dan faktor lingkungan
terhadap kejadian infeksi protozoa usus dan jenis infeksi protozoa usus.
D.
Keaslian penelitian
Penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi
protozoa usus pada anak sekolah dasar di Kecamatan Salahutu dan Leihitu,
Kabupaten Maluku Tengah belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian
mengenai kejadian infeksi protozoa usus sudah pernah dilakukan pada komunitas
6
anak-anak, dewasa maupun pasien di sarana kesehatan, dengan perbedaan dalam
hal lokasi, variabel yang diteliti maupun subjek penelitian. Penelitian berbasis
komunitas menunjukkan infeksi protozoa usus banyak terjadi pada anak usia
sekolah dengan faktor risiko seperti sarana sanitasi, tingkat sosial ekonomi dan
tingkat pendidikan orang tua (Sedjini et al., 2011; Nilamsari, 2012). Penelitian
berbasis sarana kesehatan juga menunjukkan kebersihan perorangan seperti
mencuci sayuran segar dan buah sebelum dikonsumsi, minum air yang sudah
dimasak, pekerjaan orang tua sebagai petani sebagai faktor risiko infeksi protozoa
usus (Alyousefi et al., 2011). Penelitian-penelitian ini menjadi pertimbangan bagi
penelitian yang dilakukan.
Pada tahun 2011, Sedjini et al. melakukan penelitian tentang infeksi parasit
usus, yakni protozoa usus dan STH, pada anak-anak usia 6 bulan sampai 16 tahun
di Albania Tengah. Variabel bebas yang diteliti meliputi usia, jenis kelamin,
daerah asal, pendidikan orang tua, jumlah orang yang tinggal serumah, jenis
tempat tinggal, serta gejala klinis berupa diare, sakit perut, mual, muntah, dan
demam. Variabel bebas dalam penelitian terdahulu juga diteliti dalam penelitian
ini dengan variabel terikat hanya pada infeksi protozoa usus.
Pada penelitian Nilamsari (2012) di Yogyakarta yang membandingkan
kejadian infeksi protozoa usus pada anak SD kelas 1 sampai kelas 6 di wilayah
pedesaan dan perkotaan di Yogyakarta, dengan faktor risiko pedesaan, perkotaan
dengan faktor-faktor risiko berupa ketersediaan fasilitas sanitasi, tingkat sosial
ekonomi orang tua, tingkat pendidikan orang tua, dan perilaku sehari-hari.
7
Variabel terikat dan beberapa variabel bebas yang terdapat pada penelitian
terdahulu juga diteliti pada penelitian ini.
Pada tahun 2006, Suriptiastuti melakukan penelitian tentang aspek
epidemiologi infeksi parasit usus, yakni protozoa usus dan cacing usus di Jakarta
pada tenaga kerja wanita yang berasal dari berbagai pulau di Indonesia. Penelitian
ini dihubungkan dengan distribusi usia, latar belakang pendidikan, status
pernikahan, kebiasaan penggunaan toilet untuk buang air besar, kebiasaan
membuang sampah, serta pekerjaan awal. Hal yang berbeda dengan penelitian
terdahulu adalah subyek penelitian dan variabel yang diteliti.
Alyousefi et al. (2011) melakukan penelitian pada pasien usia 1 sampai 80
tahun di kota Sana’a, Yaman mengenai faktor yang berhubungan dengan
prevalensi tinggi infeksi protozoa usus. Variabel bebas yang diteliti adalah usia,
daerah tempat tinggal, jenis kelamin, pendapatan, jumlah keluarga, tingkat
pendidikan, pekerjaan, saluran pembuangan air, keberadaan hewan peliharaan,
perilaku cuci tangan sebelum makan, makan sayuran mentah, makan buah segar,
mencuci buah dan sayuran, minum air yang dimasak, mandi dua kali per hari,
mencuci tangan setelah buang air besar, menyirami tanaman, diare, pekerjaan
ayah, dan pekerjaan ibu. Variabel terikat dan beberapa variabel bebas dalam
penelitian terdahulu juga akan diteliti dalam penelitian ini.
E.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi tambahan di bidang ilmu
kedokteran tropis, dengan mengetahui hubungan karakteristik sosio-demografik,
8
pengetahuan anak tentang kebersihan, serta lingkungan terhadap kejadian dan
jenis infeksi protozoa usus pada anak sekolah dasar. Penelitian ini juga
bermanfaat sebagai informasi kesehatan anak terkait infeksi protozoa usus anak
sekolah dasar bagi institusi pelayanan kesehatan di wilayah Kabupaten Maluku
Tengah dan untuk dapat ditindaklanjuti oleh petugas kesehatan setempat.
Download