MEWASPADAI CACING ! BAB 1 Platyhelminthes Pendahuluan Platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani, yaitu “platys” yang berarti pipih, dan “helmins” yang berarti cacing. Sesuai dengan namanya, platyhelminthes mempunyai bentuk yang pipih di bagian dorsal dan ventral, dan kadangkadang memperlihatkan adanya gambaran pseudosegmentasi. Dari filum ini yang hidup sebagai parasit pada manusia dan hewan terdapat dalam kelas Cestoda berbentuk pita dengan gambaran pseudosegmentasi pada tubuhnya. Sedang cacing pipih yang berbentuk seperti daun, dinamakan cacing daun dan dimasukkan dalam kelas Trematoda. Filum ini terdiri atas 9.000 spesies. Jika di daerah Anda banyak ternak terutama sapi dan ada perairan yang sering dikunjungi ternak tersebut, carilah siput Lymnea. Pecahkan cangkoknya dan mungkin akan ke luar larva Fasciola Hepatica dalam beberapa fase. Amati dengan mikroskop pembesaran rendah. Cacing pipih yang hidup bebas yang dapat ditemukan diperairan bersih pada batu atau bagian di bawah daun-daunan ialah sejenis Planaria. Amati bentuk tubuhnya. Cacing ini dapat pula dipakai untuk percobaan regenerasi. Di pantai laut yang jernih banyak ditemukan jenis-jenis cacing pipih yang berwarna indah. 1 MEWASPADAI CACING ! Ciri Umum Platyhelminthes Tubuh platyhelminthes berbentuk pipih, simetris bilateral, tidak bersegmentasi, dan tidak memiliki sistem peredaran darah. Bagian tubuh dapat dibagi menjadi ujung anterior (ujung depan, kepala), ujung posterior (ujung belakang ekor), dan permukaan ventral (permukaan bawah, perut); sedangkan tubuhnya dibagi menjadi bagian kanan dan bagian kiri yang sama. Dengan kata lain, tubuh cacing itu berbentuk simetri bilateral. Saluran pencernaan agak kompleks dari tiga filum terdahulu, walaupun masih hanya mempunyai satu muara menjadi mulut, dan tidak terdapat anus. Sistem ekskresi terdiri atas sel-sel api dengan saluran-saluran yang berhubungan dengannya. Sistem saraf terdiri dari ganglion otak dengan sarafsaraf tepi. Platyhelminthes bersifat hermafrodit. Reproduksi secara generatif, tastis maupun ovarium terdapat bersama-sama dalam satu individu. Cacing pipih yang hidup bebas mempunyai mata yang berupa bintik mata. Platyhelminthes tersusun atas tiga lapisan (triploblastik) sebagai berikut. 1. Ektodermia (lapisan luar), akan berbentuk epidermis dan kutikula. Epidermis lunak dan bersilia serta berfungsi untuk membantu alat gerak. Seringkali epidermis tertutup kutikula dan sebagian lagi dilengkapi dengan alat yang dapat dipakai untuk melekatkan diri pada inang. Adapula yang berupa alat kait dari kitin. 2. Mesodermia (lapisan tengah), akan membentuk alat reproduksi, jaringan otot, dan jaringan ikat. 3. Endodermia (lapisan dalam), akan membentuk gastrodermis sebagai saluran pencernaan makanan. 2 MEWASPADAI CACING ! BAB 2 Trematoda Morfologi Berbeda dari Turbellaria, permukaan tubuh Trematoda tidak bersilia, tetapi tertutup dengan kutikula. Biasanya terdapat batil isap, yaitu batil isap mulut dan batil isap perut. Tubuhnya berbentuk pipih, memanjang seperti daun, tetapi ada juga yang ovoid (bulat telur), konikal (berbentuk kerucut) atau silindris. Bentuk ini disebabkan adanya kontraksi otot. Cacing ini tidak mempunyai rongga badan, mempunyai susunan saraf yang primitif meliputi ganglia lateral di bawah faring yang dihubungkan oleh komisura dorsal. Ukuran bervariasi, dan kurang dari 1 mm sampai beberapa sentimeter. Cacing dilapisi oleh kutikula homogen non-seluler, yang sebagian atau seluruhnya diliputi oleh bintik-bintik atau tojolan-tonjolan. Cacing melekat ke hospes dengan menggunakan alat isap yang berotot berbentuk mangkok. Kadang-kadang dilengkapi dengan duri-duri atau kaitan-kaitan. Suatu alat isap mulut (oral sucker) terdapat di ujung depan badan cacing. Sedangkan pada kebanyakan jenis terdapat alat isap perut yang lebih besar atau dinamakan asetabulum atau ventral sucker yang terletak pada permukaan ventral di belakang alat isap mulut. Cacing ini tidak mempunyai rongga badan. Ruangan antara, di antara berbagai organ berisi cairan dan jaringan sel-sel jaringan ikat dan serabut- 3 MEWASPADAI CACING ! serabut. Sistem saluran limpa menyebar sepanjang sepanjang usus yang buntu yang bercabang-cabang keseluruh organ dalam. Aliran limpa ini dikendalikan oleh kontraksi badan. Faringnya bulat berotot merentang dari mulut dalam alat isap mulut terus ke kerongkongan yang sempit pendek. Faring dan kerongkongan (esophagus) ini menerima sekresi dari kelenjar ludah. Di bawah kerongkongan, usus bercabang dua menuju dua jalur atau bercabang-cabang lagi yang berakhir buntu. Sistem ekskresi terdiri dari sel bunga api (flame cell) yang difus dan bertebaran, kapiler, tabung pengumpul (collecting tubes) kandung urin (bladder) dan lubang ekskresi. Susunan saraf yang primitif meliputi dua ganglia lateral di bawah faring yang dihubungkan oleh komisura dorsal. Dari tiap-tiap ganglion keluar batang saraf memanjang ke anterior dan posterior, dihubungkan oleh beberapa komisura. Respirasi anaerob, glikogen dan asam lemak diuraikan menjadi CO2 tanpa oksigen. Tetapi pada stadium larva, memerlukan oksigen. Jenis yang berparasit pada manusia termasuk dalam ordo Digenea, dimana pembiakan seksual pada dewasa diikuti oleh pembiakan aseksual pada stadium larva dalam keong. Fertilisasi sendiri adalah suatu metode umum bagi spesies hermaprodit. Organ kelamin betina meliputi ovari yang tunggal, oviduk, reseptakulum seminis glandula vitelina duktus vetelina, ootipe, glandula Mehlis dan pada beberapa spesies mempunyai saluran Laurer. Biasanya, ovari lebih kecil dari testis. Saluran Laurer bermuara kepermukaan dorsal, fungsinya belum dikenal. Vitelaria yang laksana buah anggur tersebar dibagian tengah lateral badan. Uterus menyebar dari ootipe kedepan, sering berisi telur. Telur yang belum matang terdiri dari ovium yang telah dibuahi, sel-sel vitelina, membran vitelina dan kulit telur. Kulit telur dari kebanyakan Trematoda. Digenea mempunyai kutub seperti peci yang dinamakan operkulum, kecuali pada telurtelur Schistosoma. 4 MEWASPADAI CACING ! Makanannya diperoleh dari jaringan, sekresi atau isi usus hospes, tergantung pada habitat dan spesies parasit. Material yang tidak larut dikeluarkan kembali melalui mulut, sedangkan material yang larut didistribusikan keseluruh tubuh oleh limfe. Kadang-kadang mempunyai habitat pada saluran empedu atau pembuluh darah hewan ternak dan pada manusia. Siklus Hidup Dalam hospes definitif, biasanya vertebrata, multiplikasi terjadi secara kawin dengan menghasilkan telur dan dalam hospes intermedier Moluska, terjadi generasi secara pembiakan aseksual. Telur keluar dari hospes definitif melalui saluran anus, saluran genitourinari atau saluran paru-paru. Telur ini menetas dalam air menjadi larva, mirasidium yang bersilia dan berenang aktif dalam air. Mirasidium ini mempunyai kelenjar sekresi anterior yang menghasilkan enzim untuk menembus jaringan keong. Mereka ini tertarik oleh suatu jenis keong tertentu karena rangsangan kemotaktik, mungkin dari lendir atau cairan jaringan keong. Jalan masuknya melalui insang, kepala, antena dan kaki. Mirasidium yang sudah masuk keong kehilangan silianya mungkin juga terjadi telur yang belum menetas, termakan oleh keong dan menetas di usus. Dalam jaringan keong mirasidium mengalami metamorfosis menjadi sporokista yang berbentuk seperti kantong yang tak teratur dan berfungsi sebagai suatu kantong pengeram untuk pertumbuhan dan produksi dari generasi sporokista anak atau redia. Redia ini keluar melalui dinding sporokista induk yang rusak. Redia sudah mempunyai faring dan usus primitif, sistem ekskresi dengan sel bunga api dan saluran pengumpul, dan sel-sel germinal. Di dalam redia dan sporokista anak, serkaria bertumbuh dan bebas ke dalam jaringan keong dan akhirnya keluar melalui integumen keong sampai ke air. Pada spesies tertentu, redia dapat menghasilkan generasi tambahan redia anak. 5 MEWASPADAI CACING ! Ciri khas serkaria : mempunyai tubuh yang berbentuk elips, ekor yang panjang untuk berenang, alat isap mulut dan alat isap perut, spina atau stilet, saluran pencernaan, susunan reproduksi yang rudimen sistem ekskresi dan kelenjar sefalik uniseluler. Serkaria yang bebas berenang dengan ekornya. Kehidupan serkaria dalam air akan berakhir, kecuali bila ia menemukan tanaman yang cocok atau hospes hewan. Pada tanaman ini, serkaria akan mengkista dan pada hospes hewan memasuki atau menembus kulit hospes definitif. Serkaria yang mengkista dinamakan metaserkaria, ekor, dan kelenjar lisis serkaria lenyap. Keong yang umumnya terdiri dari jenis-jenis yang hidup di air tawar bertindak sebagai hospes intermedier utama bagi Trematoda yang berparasit pada manusia. Hanya jenis-jenis tertentu yang berfungsi sebagai hospes dan dengan demikian identifikasi dan pengawasannya adalah suatu peranan penting dalam preventif infeksi manusia. Ada 70 dari 100.000 spesies keong yang dapat menjadi hospes intermedier (dari) cacing. Trematoda yang menginfeksi manusia juga menginfeksi mamalia rendah dan burung. Dalam beberapa hal, manusia dapat merupakan sumber infeksi utama, kadang kali parasit tidak berarti penting 6 MEWASPADAI CACING ! karena pengaruh cuaca, parasit berada dalam hospes intermedier dan penduduk memakan hospes ini. Dalam hal lain, manusia bertindak sebagai hospes insidentil sedang mamalia adalah sebagai hospes utama. Patologi Luka yang dihasilkan oleh cacing tergantung pada lokasinya dalam hospes dan tergantung pada iritasi dan aksi toksinnya. Efek sistemik disebabkan oleh absorpsi substansi toksin yang menghasilkan reaksi alergi dan menimbulkan kerusakan organ vital. Beratnya infeksi tidak hanya tergantung pada jumlah cacing yang ada tapi juga tergantung pada invasi jaringan oleh telur, larva dan cacing dewasa. Cacing yang berada dalam saluran usus, biasanya kurang berbahaya daripada serangan di jaringan yang menyebabkan kerusakan, pelukaan lebih-lebih pada infeksi berat. Imunitas Trematoda yang menyerang jaringan atau darah menimbulkan respon imunologis yang besar. Infeksi sebelumnya menimbulkan tingkat imunitas tertentu yang hampir absolut, seperti terbukti atau terlihat pada epidemi dan pada hewan atau manusia percobaan terhadap Schistosomiasis. Telah dilaporkan hasil Complement Fixation Test, presipitin dan kepekaan antibodi pada hewan dan manusia. Fasciolopsis Buski Lintah usus besar, Fasciolopsis Buski, suatu parasit khas Asia Timur tergolong jenis Trematoda yang paling besar pada manusia. Jenis ini banyak di temukan 7 MEWASPADAI CACING ! di India, Thailand, Cina dan Formosa. Siklus hidupnya berhubungan erat dengan jenis keong yang berfungsi sebagai hospes perantara dan tumbuh– tumbuhan air tempat melekatnya serkaria yang menjadi metaserkaria yang mempunnyai daya invasi. Morfologi dan Siklus Hidup Bagan morfologi Fasciolopsis buski. A. Alat kelamin betina, dilihat dari ventral. B. Alat kelamin betina dan pencernaan, dilihat dari ventral. b. Kandung kencing; c. Sekum; ga. Atrium genital; mg. Kelenjar Mehlis; ic. Saluran Laurer; oot. Ootipe; os. Batil isap mulut; ov. Ovarium; p. Faring; sv. Vesikula seminalis; t. Testis; u. Uterus; vd. Vas deferens; ve. Vas efferens; vs. Batil isap perut; vt. Vitellaria; vd. Duktus vitelinus. Cacing Fasciolopsis Buski berbentuk oval yang memanjang (berukuran 5–7 cm) hidup dalam usus halus. Pada permukaan badan terdapat duri–duri kecil yang tersusun rapat di daerah alat isap mulut. Telurnya relatif besar (130 – 140 mikron) berada dalam jumlah yang banyak dan karena itu mudah ditemukan dalam tinja. Dalam air, telur menetas menjadi larva yang bersillia 8 MEWASPADAI CACING ! (yang dinamakan mirasidium). Mirasidium ini menembus keong jenis Planorbis, Segmentina, Hipcutis dan Gyraulis secara aktif melalui permukaan badan. Dalam keong mirasidium ini berubah menjadi sporakista. Dalam sporakista ini, tumbuhlah redia dan redia anak yang kemudian terbentuklah serkaria dan menjadi bebas keluar dari keong dan melekat pada tumbuhan air tawar, genus Trapa dan Eleocharis. Di sana, serkaria tumbuh menjadi metaserkaria. Tumbuhan ini kebanyakan ditanam di kolam–kolam dan air yang sering dipupuk dengan kotoran manusia. Bila orang menguliti buah ini dengan gigi, maka berhasilah metaserkaria masuk ke dalam saluran usus manusia. Siklus hidup Fasciolopsis Buski 9 MEWASPADAI CACING ! Pada manusia cacing ini sering ditemukan. Gejala klinis terlihat 1–2 bulan setelah invasi yang terdiri dari sakit perut yang keras dan rasa lesu. Tergantung pada beratnya infeksi dan reaksi hospes dapat menimbulkan oedem dengan asites; ikterus, tinja berdarah, anemia, demam dan gejala–gejala berikutnya dalam keadaan ekstrim dapat menyebabkan kematian. Pada anak–anak mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya. Gejala–gejala penyakit diartikan sebagai suatu tanda intoksiikasi umum karena hasil pertukaran zat dari cacing. Penyebaran tergantung erat dengan kebiasan makanan penduduk asia Timur yang suka makan buah kacang air atau mengulitinya dengan gigi. Pada E. Tuberose yang dimakan adalah umbinya. Selain babi, binatang yang merupakan hospes cadangan utama dapat juga anjing dan kelinci terinfeksi, tapi dalam epidemi mereka tidak dapat memegang peranan penting. Pemeriksaan Mikroskopis Pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan dengan pemeriksaan tinja secara langsung. Metode konsentrasi memudahkan penemuan telur. Pemeriksaan Imunobiologis Pada infeksi cacing ini praktis tidak dapat ditunjukkan adanya Antibodi. Kemoterapi Cacing ini dapat dimusnahkan dengan obat–obat cacing tambang yang biasa. Selain itu dapat juga digunakan Yomesan. Fasciola Hepatica Fasciola Hepatica, lintah hati yang besar, suatu jenis Trematoda yang berfamili dekat dengan Fasciolopsis Buski terdapat pada berbagai daerah di dunia. 10 MEWASPADAI CACING ! Infeksinya terdapat pada negara-negara: Perancis, Korsika, Algeria, Inggris, Portugis, Iran, di beberapa negara di Amerika Selatan (seperti Brazilia, Peru, Cili), Puerto Rico, Madeira, Afrika Selatan, dan Thailand. Pemindahannya sama seperti Fasciolopsis Buski, yaitu melalui sayuran yang hidup dalam air. Cacing ini sering ditemukan pada sapi, biri-biri, kambing dan hewan pemakan tumbuhan lainnya. Fasciola Hepatica ditemukan dimana-mana, dimana terdapat keong tertentu sebagai hospes perantara. Morfologi dan Siklus Hidup Fasciola Hepatica memiliki telur yang besar, berbentuk oval, mempunyai tutup, berwarna kuning sampai coklat, dan berukuran 130 – 150 mikron. Telur yang belum matang, keluar bersama fases. Pematangan dalam air menghendaki suhu optimal 22 – 25° C selama 9- 15 hari. Setelah itu, menetaslah mirasidium dari telur. Dalam waktu 8 jam, mirasidium ini harus menembus keong air untuk melanjutkan pertumbuhannya. Keong yang bertindak sebagai hospes intermedietnya ialah jenis Lymnaea. Dalam keong mirasidium menjadi sporokis muda. Struktur Fasciola Hepatica yang hidup dalam hati kambing (A) Sistem Reproduksi, (B) Sistem Pencernaan 11 MEWASPADAI CACING ! Metaserkaria demikian atau cacing muda memulai penyebarannya dalam usus hospes. Mereka menembus dinding usus dan berkelana melewati rongga perut sampai ke hati. Setelah mereka menembus lapisan hati, sampailah mereka di saluran empedu dan kantung empedu. Dalam saluran empedu, cacing muda menjadi cacing dewasa dalam jangka waktu 1 – 2 bulan. Cacing yang dewasa akan bertelur. Bersama cairan empedu, telur berhasil masuk ke dalam saluran usus dan dapat ditemukan dalam tinja (fases). Telur ini selanjutnya mulai mendaur kehidupannya di luar inang (ternak). Fasciola Hepatica bersifat hemaprodit. Setiap individu, dapat menghasilkan kurang lebih 500.000 butir telur. Hati seekor domba dapat mengandung 200 ekor cacing atau lebih. Epidemiologi Manusia terinfeksi, umumnya karena memakan tanaman air ini. Terinfeksinya penduduk tergantung pada kebiasaan makanan penduduk. Berdasarkan hal ini, seperti di Perancis, terdapat infeksi yang relatif sering, sedangkandi Jerman jarang sekali. Karena itu, sebagai propilak dapat diambil tindakan menghindari makanan mentah tumbuh-tumbuhan air secara konsekuen. Coumbaras memberitakan, bahwa pribumi di Aljazair dan Maroko tumbuh-tumbuhan air hanya dimakan setelah dimasak, tetapi orang-orang Perancis memakannya sebagai salad (sayur mentah), seperti kebiasaannya orang-orang kulit putih. Penyakit ini tidak terdapat pada pribumi di sana. 12 MEWASPADAI CACING ! Bentuk-bentuk larva Fasciola Hepatica. A. Telur yang belum matang, B. Mirasidium di dalam kulit telur, C. Mirasidium yang sudah siap untuk masuk ke dalam keong, D. Sporokista yang masih muda, sesaat sesudah selesai metamorfosis, E. Sporokista muda sedang membelah secara transversal, F. Sporokista dewasa yang berisi redia, G. Redia yang masih muda, H. Redia dengan serkaria yang sedang dibentuk dan satu redia generasi II, I, serkaria, J. Badan serkaria, K. Metaserkaria yang membentuk kista, L. Metaserkaria yang keluar dari kista. Keterangan: a. Tonjolan, b. Kandung kencing, bp. Lubang lahir, c. Sekum, cc. Sel-sel sistogen, cl. Silia, col. Kerah, e. Esofagus, es. Titik mata, fc. Sel api, ga. Daerah germinatif, g.c. Sel germinal, i. Usus, mc. Kap mukoid, o. Operkulum, 0s. Batil isap mulut, p. Faring, pa. Papila, t. Ekor, vs. Batik isap perut, y. Kuning telur 13 MEWASPADAI CACING ! Genus Lymnea yang bertindak sebagai hospes perantara berbeda-beda sesuai daerah geografinya, seperti Lymnaea Tementosa di Australia. Cara hidup dari tiap-tiap jenis keong tersebut dapat berbeda-beda (berair, setengah berair). Pemeriksaan Mikroskopis Telur cacing hati ini akan ditemukan pada pemeriksaan tinja dan cairan usus. Pada stadium permulaan, penyakit ini tidak ditemukan telur. Pemeriksaan Imunologis Pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan dengan metode serologis (CFT) dan tes kulit (antigen didapat dari cacing dewasa). Dianjurkan pemakaian Test Immunofluorescent tidak langsung dengan mempergunakan mirasidium Fasciola sebagai antigen. Kemoterapi Untuk kemoterapi, baik dipergunakan Emetinhydrochlorid untuk manusia dengan pemberian intravena. Pengobatan dilakukan dalam jangka waktu yang lama (berbulan–bulan atau bertahun– tahun atau berulang–ulang) sampai yakin, bahwa semua parasit benar–benar sudah mati. Selain itu, dianjurkan pemakaian ResochinR. Terhadap hewan obat HetolR dapat bekerja baik, tapi pada manusia tidak dapat digunakan karena toksisitasnya yang relatif tinggi. Selain itu, sekarang dianjurkan pemberian obat Bithionol yang menghancurkan stadium invasi muda dan sudah membunuhnya dalam jaringan hati. 14 MEWASPADAI CACING ! Dicrocoelium Dendriticum Cacing hati kecil, Dicrocoelium Dendriticum, parasit utama pada hewan memamah biak, tapi secara kebetulan ditemukan juga pada manusia. Siklus hidupnya dapat dijelaskan sepuluh tahun terakhir. Seperti pada kebanyakan jenis cacing Trematoda yang menjadi hospes perantara pertamanya ialah keong; hospes perantara kedua dalam hal ini ialah semut. Adanya cacing ini berhubangan erat dengan tanah kapur, karena keong yang bertindak sebagai hospes perantara ini memerlukan lingkungan hidup yang demikian. Cacing ini sering ditemukan di Afrika Utara (Mesir, Aljazair), Siberia, Turkestan dan Amerika Selatan; jarang ditemukan di Amerika Utara. Morfologi dan Siklus Hidup Dicrocoelium Dendriticum berukuran sekitar 5–12 mm mempunyai tubuh seperti daun yang kecil. Dalam keadaan hidup kelihatan berwarna kemerahan dengan struktur dalam yang lebih gelap yang sebagian besar terisi uterus yang mengandung telur. Cacing ini terdapat di saluran empedu dalam hati dan dalam kantung empedu. Telurnya relatif sangat kecil (20–30 mikron); pada waktu dikeluarkan telah mengandung larva (mirasidium), tapi tak pernah bebas dalam air. Keong tanah, seperti genus Zebrina dan Helicella di Jerman, Cionella di Amerika utara suka memakan telur ini. Dalam keong ini menetaslah larva yang besilia. Mereka mula–mula bertumbuh menjadi sporokista induk, kemudian membentuk sporokista anak. Dalam sporokista anak ini, tumbuhlah serkaria yang diletakkan dalam gelembung–gelembung lendir yang besar, kemudian dimakan oleh semut. Formica Fusca (Krull dan Mapes, 1952). Dalam rongga badan semut tumbuhlah metaserkaria di dalam kista yang berbentuk suatu ellipsoid berukuran sekitar 365 mikron x 250 mikron. Metaserkaria matang yang berwarna bening, akhirnya terletak sekit melingkar dalam selubung kista. Dalam semut dapat ditemukan lebih dari 300 gelembung kista, kebanyakan di antara 50-60 buah. Lamanya hidup dalam semut pada 15 MEWASPADAI CACING ! suhu 260C selama 38 sampai 56 hari. Metaserkaria keluar dalam saluran usus hospes definitive melalui lubang kecil pada salah satu kutub kista dan mengembara melewati duktus koleodokus dalam hati. Ini berlangsung dalam waktu 2 jam. Mereka kemudian tinggal dalam susunan saluran empedu, setelah 50-56 hari setelah infeksi terhadap telur pertama dalam tinja (pada kelinci atau biri-biri). Cacing ini menyebabkan gangguan dan penyakit pada manusia dan biribiri hanya pada infeksi berat. Patologi dan simptom hampir sama dengan Fasciola Hepatica. Pada hewan parasit, menyebabkan pembesaran saluran empedu, hyperplasia epitel empedu, atropi sel-sel hati dan pada infeksi berat sirosis portal. Kerusakan pada hewan ini, menyebabkan kurang nafsu makan, kurus dan lain-lain. Dengan demikian, berat badannya berkurang. Pada manusia terjadi pembesaran hati, anemia, rasa sakit perut bagian atas, dan lain-lain gejala yang tidak karakteristik. Pemindahan parasit pada hospes definitif menurut hasil penelitian terakhir (Von Horst, 1961) terjadi, hanya bila memakan semut yang terinfeksi yang terikut makanan. Hal ini terjadi sebagai berikut. Setelah semut menelan serkaria, satu serkaria menembus otak, ke dalam ganglion semut dan bertumbuh menjadi kista yang lunak dan mempunyai selubung luar yang tipis. Dengan demikian, terdapat suatu infeksi pada semut. Semut yang terinfeksi ini dimakan oleh ternak bersama rumput. Semut semacam ini berada satu-satu atau bergerombol. Pada suhu tertentu pada ujung tanaman dan mengeras di sana, sebaliknya semut-semut yang tak terinfeksi berada di sana berjam-jam lamanya. Biri-biri, kelinci, dan hospes lain yang memakan semut ini akan menderita infeksi cacing hati. Orang mendapat infeksi cacing ini, pada prinsipnya dengan jalan yang sama. Melihat epidemi yang luar biasa itu, jelaslah infeksinya pada manusia sangat jarang dan kebanyakan pada anak-anak. 16 MEWASPADAI CACING ! Pemeriksaan Mikroskopis Pemeriksaan mikroskopis tentu saja akan menemukan telur yang sangat kecil dalam jumlah yang banyak dalam pemeriksaan tinja. Dianjurkan pada tersangka yang mendesak untuk menggunakan metode konsentrasi menurut Telemann. Bila kita berhasil mendapatkan cairan empedu kita akan melihat telur pada stadium permulaan. Pada penemuan positif lemah, haruslah dipikirkan, bahwa telur mungkin berasal dari hati yang dimakan. Karena itu, dalam hal ini pemeriksaan perlu diulangi setelah orang beberapa hari tidak makan hati lagi. Kemoterapi Dianjurkan pemberian Emetinhydroclorida dan ResochinR (1,4-bistrichlormethylbenzol). Obat ini juga dapat dipakai pada manusia. Karena efek sampingnya yang keras, maka tidak lagi dipergunakan dalam kedokteran manusia. Clonorchis Sinensis Cacing hati Cina, Clonorchis Sinensis adalah parasit yang tersebar luas di Asia Timur. Cacing ini sering ditemukan pada beberapa daerah di Tiongkok dan selain dari itu di Jepang, Korea, Taiwan dan Indochina. Orang yang terinfeksi cacing ini berjumlah 20 juta jiwa. Daerah penyebarannya berhubungan erat dengan aliran sungai, karena serkaria yang bebas dari keong (hopses perantara pertama) mencari ikan air tawar (hospes perantara kedua). Dalam ikan ini, serkaria bertumbuh menjadi metaserkaria. Memakan ikan mentah akan menyebabkan infeksi pada hospes definitif. 17 MEWASPADAI CACING ! Morfologi dan Siklus Hidup Clonorchis Sinensis berukuran 10-20 mm berbentuk lanset, seperti daun dan dalam keadaan hidup kelihatan bening. Permukaan badan licin, alat isap mulut jelas lebih besar dari alat isap perut. Tanda-tanda khas ialah tempat ovari dan percabangan testis yang terletak diseperempat bagian ujung badan. Daur hidup cacing hati Clonorchis Sinensis 18 MEWASPADAI CACING ! Telurnya kecil berwarna cokelat kuning mempunyai ukuran 20 mikron, bentuk khas seperti kendi. Pada kutub atas terdapat suatu tutup kecil. Pertumbuhan larva sudah dimulai dalam uterus. Telur yang dikeluarkan telah mengandung mirasidium. Dengan aliran empedu telur terbawa masuk kedalam usus dan keluar bersama tinja. Pertumbuhan selanjutnya berlangsung dalam air, sebagian besar telur termakan oleh keong genus Bulinus, Semisulcospira dan Parafossarulus. Dalam usus keong keluarlah mirasidium dan bertumbuh menjadi sporokista dan dalamnya terbentuklah radia. Serkaria keluaran dari keong dan bebas dalam air. Serkaria ini menembus kulit hospes perantara kedua, ikan air tawar, genus Cifrinida. Dalam otot ikan, serkaria berubah menjadi metaserkaria. Metaserkaria ini ditemukan juga di bawah sisik dan jaringan ikat subkutan. Hospes definitif seperti manusia terinfeksi karena memakan daging ikan mentah. Dalam usus halus hospes definitif metaserkaria jadi bebas tumbuh menjadi cacing muda dan secara aktif mengembara kedalam saluran empedu dan mencari daerah distal. Disana ia menjadi dewasa. Sekitar 14 hari setelah infeksi, ditemukan telur pertama dalam tinja. Biasanya lebih lama. Hal yang istimewa di sini ialah lama hidup yang tidak biasa pada manusia, yaitu bisa mencapai 25 tahun. Pada infeksi ringan tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Pada infeksi berat menyebabkan pelebaran saluran empedu dan penebalan dindingnya yang diikuti dengan proliferasi yang hebat dari mukosa. Selanjutnya, dapat menimbulkan kerusakan hati, pada penyakit yang akut hati menjadi besar. Pada kerusakan yang lebih hebat, dapat juga menimbulkan sirosis hati (pengerutan hati), asites, dan oedem. Kadang-kadang terjadi juga kanker hati. Pada penyakit yang kronis, menunjukkan simptom yang tidak memiliki karakteristik di daerah saluran usus. Pemindahan disebabkan memakan ikan mentah atau kurang matang yang menjadi hospes perantara sebagai hospes definitive, selain manusia juga babi, anjing dan terutama kucing. Mereka sering mengandung banyak 19 MEWASPADAI CACING ! cacing tanpa menunjukkan gejala-gejala dan kerusakan serta mengeluarkan telur. Infeksi cacing hati ini dihindarkan dengan memasak atau memanasi ikan atau sisanya. Pemeriksaan Mikroskopis Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan penelitian tinja atau cairan usus. Telur-telur ini cukup banyak dan sering ditemukan, karena ukurannya relatif kecil. Dianjurkan dilakukan metode konsentrasi menurut Teleman. Kemoterapi Kemoterapi dipakai Emetinhydrochlorid Intra Venous (IV), ResochinR per oral dan preparat Antimon (seperti Neoantimosan (FuadinR) intramuskuler). Opisthorchis Felineus Cacaing hati kucing Opisthorchis Felineus berfamili dekat dengan Clonorchis Sinensis (cacing hati Cina). Juga mengenai siklus hidupnya pada keong air sebagai hospes perantara pertama dan ikan air tawar sebagai hospes perantara kedua (hospes pembantu), yakni kebanyakannya keong jenis Bitthynia Leachi dan ikan mas (Cyprinus Carpio famili Cyprinidae). Daerah penyebarannya hampir bersamaan dengan Clonorchis Sinensis terbatas pada sungai dan danau tertentu. Daerah yang terkenal sebagai sumbernya ialah daerah teluk Laut Timur, sepanjang Weichsel, provinsi Baltik, di daerah Donau, di Rusia terutama di Siberia utara, India, dan Jepang. Cacing ini sesuai dengan namanya sering berparasit pada kucing, tapi berkembang juga pada manusia, anjing dan beberapa hewan pemakan ikan (seperti anjing laut). Jenis Opistorchis Viverrini adalah parasit yang sering ditemukan dibagian utara Thailand dan Bangladesh. Menurut Sadun, disana terdapat sekitar 2545 persen penduduk yang terinfeksi. Keseluruhannya berjumlah sekitar 3 20 MEWASPADAI CACING ! juta jiwa. Secara anatomis, cacing ini dapat dibedakan dengan Opistorchis Felineus (seperti besarnya ova hampir sama dengan testis, pembentukan yang luar biasa kelenjar putih telur dan telurnya lebih kecil (27 x 15 mikron). Morfologi dan Siklus Hidup Cacing ini berukuran 8-12 mm yang lain bersamaan dengan Clonorchis Sinensis. Perbedaannya ialah testis yang seperti sobekan kain (perca) yang juga terletak pada seperempat bagian badan belakang. Telur Opisthorchis lebih ramping (30 x 12 mikron) dan operkulum yang lebih jelas dari telur Clonorchis. Siklus hidup Opisthorchis Felineus sama seperti Clonorchis Sinensis. Cacing dewasa juga hidup dalam saluran empedu, jarang ditemukan dalam pankreas. Prepaten terletak antara 3 dan 4 minggu. Kerusakan karena infeksi cacing ini tergantung pada beratnya infeksi. Beberapa (50-60) cacing umumnya tidak menimbulkan gejala, tapi dapat juga menimbulkan pembesaran hati, pembengkakan saluran dan kandung empedu. Pada infeksi kronis, kadang-kadang menyebabkan karsinoma saluran empedu dan pankreas. Epidemiologi Infeksi cacing hati kucing ini pada manusia berhubungan erat dengan kebiasaan makanan, seperti makan ikan yang tidak dimasak. Nelayan yang suka makan demikian, sering terinfeksi. Kucing dan anjing terinfeksi karena memakan ikan segar atau sisa-sisa buangan ikan. Hewan rumah dapat sebagai pembawa parasit ini. Diagnosis mikroskopis dan kemoterapi sama seperti pada Clonorchis. Paragonimus Westermani Cacing paru-paru, Paragonimus Westermani pada manusia, sekurangkurangnya mempunyai tiga macam jenis yang morfologis dan biologis hampir 21 MEWASPADAI CACING ! bersamaan, yakni Paragonimus Westermani (Paragonimus Ringeni), Paragonimus Africanus, dan Paragonimus Kellicotti. Daerah penyebaran klasik Paragonimus Westermani terletak di Jepang, Korea, Taiwan, Tiongkok (Cina), Mansyuria, dan Filipina, tapi juga ditemukan di India. Jenis Paragonimus Kellicotti (menurut Yokogawa dan kawan-kawan, 1960) diperkirakan di Kanada, Amerika utara, tengah dan selatan. Semenjak 1943, sering diberikan adanya infeksi paru-paru di daerah tropis, Afrika barat, Kongo, Nigeria terutama di Kamerun Selatan dan Tripolitania (Voelker dan Vogel), menamakan jenis yang terdapat di daerah ini Paragonimus Africanus. Selanjutnya, ada beberapa jenis lain yang menginfeksi manusia, hewan di alam dan beberapa jenis menyebabkan infeksi pada kucing bila memakan kepiting yang terinfeksi dalam percobaan-percobaan laboratorium. Jenis-jenis yang baru ini ditemukan lebih dari 20 jenis (Paragonimus Peruvianus, Paragonimus Mexicanus, Paragonimus Caliensis, Paragonimus Siamensis, dan lain-lain). Kesukaran untuk perbedaan jenis ini diatasi dengan penggunaan metode elektroporesis. Cacing paru tidak hanya menjadi dewasa pada manusia, tapi juga pada sebagian besar binatang buas (seperti Paragonimus Westermani pada anjing, serigala, kucing, singa, leopard, harimau, dan babi). Sebagian hewan-hewan percobaan di laboratorium dapat diinfeksi dengan cacing ini. Siklus hidupnya memerlukan keong tertentu sebagai hospes perantara pertama dan hospes perantara kedua ialah udang dan kepiting. Infeksi pada manusia disebabkan karena memakan kepiting mentah. Morfologi dan Siklus Hidup Cacing paru berukuran 7-12 x 4-7 mm berbentuk seperti telur yang kasar pada irisan melintang. Dalam keadaan hidup kelihatannya seperti biji kopi yang berwarna cokelat merah. Alat isap mulut terletak subterminal, alat isap 22 MEWASPADAI CACING ! perut yang sedikit lebih besar terletak tepat ditengah sisi perut yang agak rata. Permukaan badan diliputi duri-duri kecil. Telur berwarna cokelat emas (ukuran sekitar 90 x 60 mikron), sebagian besar ditemukan bebas dalam sputum, mempunyai operkulum. Telur ini mulamula hanya mempunyai sel telur dengan 5-10 sel kuning telur. Dalam telur yang telah dikeluarkan, tumbulah mirasidium pada suhu 25-300C dalam waktu 3 minggu. Mirasidium yang keluar dari telur menembus aktif kedalam tubuh keong tertentu seperti genus Hua, Thiara, Brolia dan Melinia; Paragonimus Kellicotti masuk kedalam keong jenis Pomatiopsis Lapidaria. Disini ia tumbuh menjadi sporokista, seperti pipa dan di dalam sporokista ini, terbentuklah redia muda dari generasi pertama. Redia muda yang bertumbuh menjadi redia induk ini membentuk redia anak yang mengandung 20-30 serkaria. Serkaria yang berbentuk elipsoida mempunyai bentuk khas ialah mempunyai ekor yang kecil. Permukaan badannya diliputi oleh duri-duri halus. Pergerakannya dalam air tak ubahnya seperti lintah. Serkaria ini dengan lincah dan berbelit-belit mencari kepiting atau udang jenis tertentu sebagai hospes perantara kedua yang dengan bantuan duri penusuknya menembus otot hospes perantara (hospes perantara Paragonimus Westermani seperti Eriocheir Japonicum dan lain-lain, Paragonimus Kellicotti umumnya genus Carberus). Dalam udang, mereka mengkista dan tumbuh menjadi metaserkaria. Mereka ini berada di otot kaki atau otot ekor. Tapi pada udang-udang di Amerika Utara, sering ditemukan di daerah jantung. Di jantung ini, mereka terbatas di daerah yang berbentuk pita. Kepiting dapat terinfeksi karena memakan keong yang terinfeksi. Bila metaserkaria termakan oleh hospes definitif, maka metaserkaria akan keluar dari selubungnya dalam usus hospes menjadi cacing muda. Cacing muda ini menembus, mengembara melewati diafragma sampai ke rongga dada kemudian menembus paru-paru, dan menjadi dewasa. Pada manusia sering terdapat satu per satu, sebaliknya pada hewan terdapat kista 23 MEWASPADAI CACING ! dalam jaringan ikat bergerombol 2-3 kista. Dua setengah sampai tiga bulan kemudian, ditemukan telur pertama dalam sputum. Cacing muda dapat juga mencapai diseluruh organ badan (heteropis) seperti di hati, limpa, buah pinggang, otak. Gejala klinis tergantung pada pertumbuhan dan jumlah cacing yang menembus paru-paru. Kerusakan atau keluhan dari orang-orang yang terinfeksi tergantung dari letak cacing yang sering terinfeksi ialah paru-paru, kemudian gejalanya terutama ialah batuk kronis yang keras dan rasa sakit yang mencekam di daerah dada. Sputum biasanya berwarna cokelat merah dan hemoragik (hemotipis). Dalam sputum ini, ditemukan telur yang karakteristik yang mempunyai operkulum yang terdapat bersama-sama butir-butir darah merah. Jumlah cacing pada manusia jarang ada yang lebih dari 10 diperkirakan mungkin sebagai hasil imunitas. Cacing ini tahan hidup lebih dari 20 tahun. Pelukaan paru-paru disebelah luar dapat terjadi karena jalannya migrasi, bila ada cacing terserat dan menjadi dewasa disana. Telur yang dibentuk dan bebas disitu membentuk proses inflammatory seperti di daerah peritoneal dan ruangan pleura. Cacing-cacing yang mati di bawah kondisi tertentu, menyebabkan reaksi jaringan melebar jauh dan paru-paru (seperti otak, sumsum tulang belakang), tapi genesis dari reaksi ini umumnya belum dikenal. Hasil semua ini memberikan gambaran klinis bervariasi luar biasa yang dalam kondisi tertentu tidak menimbulkan infeksi cacing paru-paru. Dengan bantuan tomografi dan bronkhografi infeksi paru-paru dapat juga dikenal secara Rontgenologis. Transmisi kepada manusia berhubungan erat dengan kebiasaan makanan penduduk setempat. Daging kepiting dan udang mentah sering dihidangkan sebagai lauk-pauk. Pada beberapa daerah seperti Korea dan Jepang, kepiting di gerus di mortar (lumping) untuk mendapatkan sarinya dan dimakan tanpa dimasak. Cairan ini sebagian dicampur dengan makanan lain, kandang digunakan untuk obat kuat melawan demam dan diare. Cairan ini kebanyakan mengandung metaserkaria dan tentu saja akan menimbulkan 24 MEWASPADAI CACING ! infeksi cacing paru-paru. Sehubungan dengan kebiasaan makanan ini, maka pria lebih banyak terinfeksi daripada wanita. Sebaliknya, pada anak-anak tidak demikian berarti tidak ada perbedaan jenis kelamin dalam perbedaan persentase infeksi. Selain manusia dapat juga beberapa hewan lain terinfeksi, yaitu hewanhewan yang senang makan kepiting dan udang mentah, seperti babi, anjing, berang-berang, kucing, anjing dan beruang air. Mungkin hewan-hewan ini umumnya terinfeksi melalui telur dalam air, karena tempat tinggalnya sering di pegunungan dengan sungai yang airnya mengalir deras dan disana banyak terdapat kepiting dan keong sebagai hospes perantara. Perlu penerangan pada penduduk agar tidak memakan udang dan kepiting mentah untuk menghindari infeksi cacing paru-paru. Tindakan selanjutnya untuk mencegah infeksi cacing paru-paru ialah melenyapkan keong, kepiting dan udang untuk memutuskan pertumbuhan selanjutnya. Demikian juga mamalia yang bertindak sebagai hospes cadangan. Penting diperhatikan jangan sampai ada keong-keong dari terinfeksi melalui telur atau mirasidium yang berasal dari sputum. Penelitian mikroskopis dilakukan dengan pemeriksaan sputum dan tinja untuk menentukan telur. Di samping telur, sering juga ditemukan kristal yang dinamakan kristal Charcot-Leyden. Pemeriksaan Imunologis Pada penderita yang disangka secara klinis, diagnosis dapat dilakukan dengan CFT, Flaoeculation test dan Intradermal test bila pemeriksaan mikroskopis untuk menemukan telur negatif. Untuk itu, dipakai antigen dari cacing dewasa. Tapi, bila terdapat reaksi silang yang positif dengan infeksi Schistosoma, CFT akan jadi negatif 3-9 bulan setelah pengobatan. 25 MEWASPADAI CACING ! Kemoterapi Kemoterapi dianjurkan untuk menggunakan ResochinR per oral dan aerosol. Selain itu digunakan Emitinhydrochlorid dikombinasikan dengan Prontosil dan Sulfonamid lain. Preparat yang kerjanya dapat dipercaya menurut Yokogawa (1961) ialah Bithinol R (2,2-thiobis-4,6-dichlorphenol) (5-10 kali: 20-40 mg per kg tiap 2 hari) yang dapat digunakan sebagai pengobatan, seperti di daerah-daerah endemis. 26 MEWASPADAI CACING ! BAB 3 Trematoda Darah Schistosoma (Bilharzia) Bilharziosis atau Schistomiasis pada manusia disebabkan oleh tiga macam spesies Trematoda yang tergolong dalam genus Schistosoma, yaitu : 1. Schistosoma Haematobium Bilharz (1852), penyebab bilharziosis vesikal. 2. Schistosoma Mansoni Sambon (1907), penyebab bilharzioziz usus. 3. Schistosoma Japonicum Katsurada (1904), penyebab bilharziosis Asia. Penyebaran geografi Schistosoma Haematobium terutama adalah Afrika Timur dan melebar dari Maroko melewati Aljazair, Tunisia dan Mesir, dan dari lembah sungai Nil sampai Afrika Selatan, terlebih lagi dari Natal. Parasit ini dijumpai di Abisinia Uganda, Rhodesia dan Kongo. Di Afrika Barat, Liberia, Sierra Leone dan Pantai Emas juga terdapat infeksinya. Juga terdapat sebagian daerah di Arabia, sebagian Palestina, Persia, Irak, Siprus dan Madagaskar. Di Eropa hanya terdapat di Portugis sebelah selatan (Tavira). Schistosoma Mansoni tidak umum terdapat di Afrika. Disebelah selatan lembah Nil adalah daerah yang sangat berbahaya dan daerah yang terinfeksi meluas dari sini sampai ke Afrika Timur, Barat dan Tengah. Schistosoma 27 27 MEWASPADAI CACING ! Penyebaran geografis Schistosoma Haematobium, Schistosoma Japonicum, dan Schistosoma Mansoni. juga diimpor ke Amerika Selatan dan Tengah dan telah diidentifikasi oleh Piraja Dasilva dalam tahun 1908. Daerah infeksi utama adalah Venezuela dan Brazil Timur Laut. Schistosoma Japonicum terbatas di asia Timur. Parasit ini terutama ditemukan di daerah lembah Yangtse, di provinsi Cina Hunan, Hupeh, Anhwei, Kiangsu dan Kiangsi dan di daerah kecil di Jepang dan Filipina Selatan (Leyte, Mindanao). 28 MEWASPADAI CACING ! Morfologi dan Siklus Hidup Cacing yang jantan berbentuk memanjang seperti daun dan mempunyai suatu keanehan, yaitu dapat menggulungkan sisi badan membentuk suatu tabung dan dalam gulungan ini terletak yang betina (lintah sejoli). Karena itu, badan yang jantan itu kelihatan seperti terbelah memanjang. Perbedaan cacing ini dengan Trematoda lain adalah uniseks. Cacing dewasa (tergantung pada spesies, 10-20 mm panjang) hidup terutama di dalam saluran darah mesenterium dari usus dan juga dalam vena hati (Schistosoma Mansoni dan Schistosoma Japonicum) dalam saluran darah kandung kencing (Schistosoma Haematobium = lintah darah). Telur masuk kapiler dan menembus dinding usus atau kandung kencing sampai ke rongga usus atau kandung kencing. Karena itu, mereka akhirnya ditemukan di tinja atau urin dan bebas di alam luar. A A. B. B Schistosomiasis kandung kencing. Schistosoma Haematobium. Gambaran Rontgen yang memperlihatkan dilatasi dan konstriksi ureter dan pembesaran pelvis ginjal. Schistosoma Haematobium. Gambaran Rontgen kandung kencing yang memperlihatkan perkapuran. 29 MEWASPADAI CACING ! Kandung kencing penuh dengan telur Schistiosoma Haematobium Bagan Schistosoma yang penting bagi manusia. bc. Bifurkasi sekum; c. Sekum; e. Esofagus; e.g. Kelenjar esophagus; g.c. Kanalis ginekoporus; g.o Lubang genital; o. Telur; od. Oviduk; oot. Ootipe; os. Batil isap kepala; ov. Ovarium; t. Testis; u. Uterus; uc. Tempat pertemuan kedua sekum; v. Vulva; vs. Batil isap perut; vt. Vitelaria; vtd. Duktus vitelinus. 30 MEWASPADAI CACING ! Telur spesies Schistosoma Mansoni ukuran kira-kira 150 mikron yang keluar bersama tinja, mempunyai ciri-ciri khas, yaitu adanya duri lateral, sedangkan telur Schistosoma Haematobium kira-kira 135 mikron mempunyai duri terminal. Telur Schistosoma Japonicum kira-kira 85 mikron lebih lebar dan kebanyakan berbentuk agak bulat hanya mempunyai duri lateral yang kecil; berhubung karena permukaan telur yang agak lengket, partikel-partikel tinja melekat padanya. Dengan demikian, telur ini sukar dibedakan dengan telur Schistosoma Mansoni. Pertumbuhan dari ketiga spesies ini adalah sama dan selalu tergantung pada adanya keong air tertentu (hospes perantara). Telur yang keluar bersama sekreta selalu mengandung larva yang dinamakan mirasidium. Dalam air mirasidium keluar dari telur, tapi ia hanya dapat hidup selama 48 jam. Larva harus menemui keong yang cocok untuk dapat melanjutkan pertumbuhannya lebih lanjut menjadi sporokista induk yang berbentuk tabung. Dalam sporokista induk ini, terbentuklah sporokista anak secara partenogenesis. Hanya stadium inilah yang menghasilkan stadium larva infektif yang khas yang dinamakan serkaria (serkaria berekor garpu). Serkaria ini keluar bebas melalui lubang pernafasan keong dan kembali mencapai air. Untuk pertumbuhan selanjutnya, serkaria harus menembus kulit hospes akhir. Di sini ia melepaskan ekornya. Bila mereka tidak berhasil menembus hospes akhir dalam beberapa jam, mereka akan mati. Cacing muda terbawa secara pasif melalui daerah vena kulit sampai ke ventrikel atau kamar kanan jantung. Dari sini, dengan melewati alveoli paru-paru dan vena pulmo ke kamar kiri jantung, kemudian sampai ke arteri badan. Cacing betina tidak akan menjadi dewasa seks, sampai ia mendapat pasangan dan kemudian mereka migrasi keluar sistem atau susunan portal hepar untuk meletakkan telur dalam saluran mesenterium. Telur yang dikeluarkan, ditemukan dalam kapiler dan menyebabkan perubahan inflam- 31 MEWASPADAI CACING ! matory dalam dinding usus. Akhirnya mereka lewat ke dalam lumen usus dan dapat ditemukan dalam tinja. Gejala bilharziasis usus sangat variabel atau dapat berubah-ubah dan dikelirukan, seperti adanya diare tinja yang mengandung darah dan lender, sehingga dapat dikelirukan dengan infeksi disentri Amoeba. Dalam beberapa hal, kerusakan timbul dalam daerah portal hepar dalam bentuk pembengkakan hati dan limpa, bahkan dapat terjadi sirosis hati. Bilharziasis vesikal (infeksi dengan Schistosoma Haematobium) simptom dapat ditunjukkan di daerah kandung kencing adalah pada bagian dasar depan, haematuria, sensasi luka panas dalam uretra. Pada sedimen urin, ditemukan telur yang mempunyai duri terminal, eritrosit dan lekosit. Pada infeksi berat, dapat tumbuh tumor jahat pada kantong urin. Telur, mirasidium dan serkaria Schistosoma pada manusia. As. Batil isap kep[ala; e. Sekum; cec. Saluran ekskresi kaudal; cg, cg 1. cg 2. Kelenjar kepala; d.s. Duri-duri duktus; e.p. Lubang ekskresi; et. Saluran ekskresi; ev. Kandung kencing; f.c. Sel api; g. Usus; gc. Sel germinal; gd. Saluran kelenjar; hg. Kelenjar kepala; i. Pulau kord; ld. Duktus lateralis; lg. Duktus lateralis; lt. Lobus ekor; m. Mulut; n. Sistem saraf; nt. Batang saraf; rg. Bola refraktil; st. Batang ekor; vs. Batil isap perut; vtm. Membran vitelin. 32 MEWASPADAI CACING ! Pada daerah tertentu di Afrika, masih terdapat spesies Schistosoma Intercalatum yang menyebabkan gejala-gejala yang sama seperti yang disebabkan oleh Schistosoma Mansoni, tapi menghasilkan telur dengan duri terminal. Siklus hidup Schistosoma Apa yang dinamakan bilharziasis jepang yang menyebabkan simptom yang bersamaan dengan Schistosoma Mansoni. Pada infeksi berat, di samping demam diare yang periodik, terjadi pembengkakan limpa dan hati yang menyebabkan sirosis hati dan stasis portal dan akhirnya menunjukkan tingkat asites. Pada kasus yang gawat pada pasien muda, dapat sangat mengganggu pertumbuhan mental dan seksual. Pada fase akhir dari penyakit, telur tidak lagi ditemukan secara teratur dalam tinja. Bila diperhatikan dari simptom dari berbagai laporan yang diberikan, bahwa dalam satu spesies mempunyai berbagai strain yang dapat menyebabkan gejala-gejala yang menyimpang atau berlainan. 33 MEWASPADAI CACING ! Perlu peringatan bagi nelayan dan perenang terhadap apa yang dinamakan dermatitis serkaria yang dapat menginfeksi mereka. Serkaria dari spesies Trematoda yang berparasit pada unggas (seperti Trichobilharzia Szidati, Neuhaus, 1952) dapat juga menembus kulit manusia, tapi tidak dapat jadi dewasa, namun akan mati disana. Serkaria ini dapat menimbulkan dermatitis pada orang-orang yang sensitif. Transmisi dari penyebab bilharziosis tidak pernah terjadi langsung dari manusia ke manusia. Keong air selalu bertindak sebagai hospes intermedier (untuk Schistosoma Haematobium ialah antara lain Bulinus Truncates, Bulinus Globosa, Bulinus Africana; untuk Schistosoma Mansoni antara lain Planorbis Boissyi, Australorbis Glabratus; untuk Schistosoma Japinicum ialah spesies dari genus Oncomelania, Schistosomophora dan Katayama). Dalam keong ini, jenis serkaria seperti telah dibicarakan, bertumbuh masuk ke dalam air dan harus mencari hospes akhir secara aktif. Hospes akhir bagi Schistosoma Haematobium dan Schistosoma Mansoni adalah selalu manusia. Schistosoma Japonicum dapat juga berkembang pada berbagai mamalia (seperti anjing, kucing, babi, dan sapi). Untuk pencegahan, penting dilakukan hal-hal sebagai berikut. 1. Pembasmian keong secara sistematik yang dapat bertindak sebagai hospes perantara. 2. Menghindari infeksi air atau mempergunakan pakaian pelindung selama berada dalam air yang dapat menahan infeksi serkaria. 3. Menghindari kontaminasi air dengan tinja atau urin manusia atau hewan (pada Schistosoma Japonicum) yang terinfeksi dengan bilharzias. Adalah tidak mudah menanggulangi persoalan ini di daerah endemi dan penting untuk mengadakan penerangan yang intensif, untuk mendidik penduduk agar mengerti hal-hal yang berhubungan dengan epideminya. Bahaya besar melanda penduduk di daerah endemis ini bertambah lagi dengan adanya bangunan-bangunan dan raksasa baru seperti bendungan 34 MEWASPADAI CACING ! Aswan di Mesir, dan Volta di Ghana dan lain-lain proyek. Dengan adanya bendungan ini, air yang tergenang merupakan suatu tempat yang ideal bagi pertumbuhan keong yang menjadi hospes perantara. Melalui dam ini, di satu pihak menguntungkan penduduk, dengan adanya sumber tenaga listrik dan irigasi pertanian, tapi dilain pihak memperbesar bahaya bagi penduduk. Untuk memusnahkan keong dapat dilakukan dengan pemberian Molusida seperti Bayluscid, Pentachlorphenol dan Tembaga sulfat. Juga diusahakan pembasmian secara biologis. Pemeriksaan Mikroskopis Pemeriksaan mikroskopis dari telur Schistosoma dalam tinja dan urin relatif mudah. Pada bilharziosis, vesikal telur dapat dikonsentrasikan dengan mesentrifusi urin. Telur yang berbentuk khas (dengan duri terminal) mudah ditemukan pada sediment urin. Pada bilharziosis usus telur (dengan duri lateral) sering berada dalam lender yang berdarah yang terdapat dalam tinja. Hasil dapat juga dengan penelitian mikroskopis dari butir-butir lendir secara rektoskopis. Pada infeksi ringan, dianjurkan untuk melakukan metode penetasan mirasidium. Untuk metode diambil tinja sekitar 5 gram, diaduk dengan 250 ml NaCl fisiologis, disaring lalu dimasukkan kedalam gelas kerucut; setelah terbentuk sedimen proses penjernihan ini diulangi sampai larutan menjadi bening. Gelas kerucut disimpan dalam lemari es dan dibiarkan semalam. Besok paginya diberi air hangat sampai suhu mencapai antara 30-400C. Karena pengaruh sinar matahari atau cahaya lampu listrik yang kuat, mirasidium akan menetas dalam beberapa menit atau beberapa jam. Pemeriksaan dilakukan dengan latar belakang yang gelap untuk dapat melihat gerakannya yang lincah. 35 MEWASPADAI CACING ! Pemeriksaan Imunobiologis Untuk membuktikan penyebab Schistosomiasis berkembang serangkaian metode yang tidak langsung, tapi sebagai menggunakan material parasit hidup. Metode-metode yang memungkinkan ialah CFT, IHAT (Indireckte Haemaglutination Test dan IFAT, Lutex Flockulations Test (LFT) dan Skin Test (tes kulit). Stadium pertumbuhan dipergunakan untuk reaksi presipitasi, Tes Immobilisasi Miracidium (CHR + Cercarien Hullen Reaction) dan reaksi selubung serkaria. Umumnya, sekarang dipakai CHR, IFAT dan IHAT. Untuk IFAT dipergunakan serkaria yang diliopilisir dan difiksasi dengan formalin. Kemoterapi Untuk membunuh parasit dewasa hidup dalam manusia dapat dilakukan: 1. Parenteral dengan preparat Antimon, untuk itu dapat dipergunakan intravenous : Antimon (III)-Gluconat, Brechweinstein; intravenous dan intramuskuler ialah kombinasi Antimon kompleks seperti Stibophen (FuadinR). 2. Oral dengan pemberian Lucanton (MiracilDR), Hycanthon, Niridazol (AmbilharR). Untuk menghindarkan toksin digunakan suatu pengawasan antara lain gejala neuropsikiatri. Metrifonat (BilarcilR) mujarab terhadap Schistosoma Haematobium. AmbilharR juga bekerja baik terhadap disentri Amoeba dan abses-Amoeba (25 mg per kg tiap hari selama 10 hari). 36 MEWASPADAI CACING ! BAB 4 Cestoda (Cacing Pita) Pendahuluan Cestoda adalah cacing yang langsing memanjang dengan bahan yang pipih seperti pita atau ikat pinggang, karena itu dinamakan cacing pita. Semua Cestoda adalah endoparasit, cacing dewasa berada di dalam usus vertebrata dan larva dalam jaringan hospes perantara. Cacing pita yang panjangnya dapat mencapai 10 meter. Tampak ruas tubuh yang terlepas. Setiap ruas tubuh berisikan ribuan telur cacing. 37 MEWASPADAI CACING ! Badannya ditutupi kutikula dan mempunyai lapisan otot yang kompleks, parenkim, saluran ekskresi dengan sel bunga api (flame cells) dan lingkaran saraf dengan tiga pasang senar saraf (nerve cord). Cacing ini mempunyai mulut atau saluran pencernaan. Badannya terbagi dalam segmen-segmen atau proglotid. Rangkaian proglotid dinamakan strobila. Makanan diserap langsung melalui dinding badan. Pada parasit, cacing dapat dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau ikan, yaitu : 1. Cacing dapat menyebabkan penyakit dengan cara : (a) Melukai secara mekanik, (b) Mengambil nutrien yang dibutuhkan oleh inangnya, (c) Meracuni inangnya. (d) Memfasilitasi masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh inang. 2. Adanya parasit cacing dalam tubuh ikan menyebabkan terjadinya reaksi jaringan tubuh berupa pembengkakkan jaringan yang dicirikan dengan “encapsulation” dari cacing pada jaringan tubuh ikan. 3. Stres lingkungan kemungkinan dapat menambah penurunan resistensi inang pada patogen. 4. Kegiatan manusia yang memasukkan cacing dari satu habitat ke habitat yang lain kemungkinan dapat menyebabkan tersebarnya penyakit (epizootik) dan mortalitas pada populasi setempat. 5. Parasit cacing adalah umum terdapat pada ikan laut, tetapi biasanya memperlihatkan status patogen yang jelas apabila kehadirannya dalam jumlah yang besar pada setiap individu inangnya (Sinderman, 1990). Kelas Cestoda merupakan terdiri dari dua subklas, yaitu Cestodaria dan Eucestoda. Subklas Cestodaria terdiri dari 2 (dua) ordo, yaitu Amphilidae dan Gyrocotylidae. Subklas Eucestoda terdiri dari 5 (lima) ordo, yaitu Tetraphalidae, Proteocephalidae, Tryphanorhyncha, Pseudophyllidae, dan Cyclophyllidae (Hickman 1967). 38 MEWASPADAI CACING ! Dari kedua Sub kelas cestoda tersebut, Euscestoda yang banyak didapatkan baik parasit pada ikan dan manusia. Mereka tidak mempunyai mulut dan intestin. Tubuh terdiri dari bagian kepala yang disebut skoleks dan bagian tubuh yang disebut strobila. Strobila terbentuk dari segmen yang tersusun dari proglotid. Makanan diambil melalui integumen. Cestodaria mempunyai ciri berupa strobila yang berbentuk daun, seperti yang ditemukan pada ratfish dan Sturgeon untuk spesies Gyrocotyle Urna, dengan ukuran dapat mencapai 1,2 cm (Möler dan Anders 1986). Sedangkan euscestoda mempunyai strobila yang panjangnya dapat mencapai 12 m , pada spesies Diphylobothrium Latum yang dapat menginfeksi manusia sebagai final host. Selain manusia, mamalia lainnya yang memakan ikan dapat diinfeksi oleh parasit ini seperti kucing, anjing, babi dan beruang (Schistosome Research Group Cam.University 1998). Bagian tubuh yang digunakan untuk membedakan spesies Cestoda adalah Scolex length (SL), Scolex width at level of pars bothridialis (SW), pars bothridialis (pbo), pars vaginalis (pv), pars bulbosa (pb), pars postbulbosa (ppb), appendix (app), velum (vel) dan oriantasi dari tentakel (Palm 1997). Studi tentang identifikasi spesies telah menemukan banyak spesiesspesies baru utamanya di daerah tropik. Penelitian ini juga dilakukan untuk spesies yang belum teridenfikasi di museum-museum. Palm dan Thorsten (2000), berhasil mengindetifikasi 17 spesies yang ada di musium Nasional d’Histoire Naturale. Pada studi di perairan Australia, di dapati genus baru dari ordo Triphanorhincha (Cestoda), yaitu Kotorelliella (Palm dan Beveridge, 2002). Zoogeografi Penyakit Diphyllobothriasis didapatkan dari menginfekasi manusia, mulai dari Eropa, NIS Soviet Union, Amerika utara, Asia, Uganda dan Chile. 39 MEWASPADAI CACING ! Bothriocephalus Acheilognathi telah menyebar di Asia yang berasal dari Siberia. Penyebarannya ini terjadi melalui penyebaran ikan mas, Cyprinus Carpio (Hickman 1967). Bahkan laporan terakhir menunjukan, bahwa parasit ini telah menyebar ke bagian Selatan dan Barat Amerika Serikat yang masuk bersama ikan “grass carp” dan telah menginfeksi berbagai spesis cyprinids. Penyebaran di alam dapat terjadi secara luas, seperti dua tempat yang sangat berjauhan misalnya pada hasil studi identifikasi Cestoda yang ada di Northeast Brazil dan Afrika Barat yang menemukan 5 (lima) spesies Cestoda, yaitu N. Lingualis, N. Rougetcampanae, Poecilancistrum Caryophyllum, Tentacularia Coryphaenae dan Callitetrarhynchus Gracilis terdapat pada ke dua daerah tersebut (Palm 1997). Studi parasit Cestoda pada ikan laut di Indonesia telah mulai dilakukan dalam bentuk indentifikasi spesies. Dari hasil studi, di dapatkan spesies baru dan juga spesies yang merupakan rekor baru (Palm 2000). Penelitian yang telah dilakukan pada Cestoda bukan hanya pada identifikasi dengan menggunakan morfologi saja, tetapi juga dengan menggunakan analisis genetik. Bahkan, studi terhadap Cestoda telah meluas dalam berbagai aspek yang meliputi juga penggunaan Cestoda sebagai indikator biologi terhadap pencemaran. Interaksi Parasit dan Inang Parasit Cestoda pada ikan bisa didapatkan dalam bentuk dewasa, misalnya Bothriocephalus Scorpii mempunyai final host, yaitu “flatfish” atau dalam larva dan mempunyai final host pada mamalia, misalnya Diphylobothrium Latum (Möler dan Anders 1986). Dalam menginfeksi ikan, satu spesies dapat menginfeksi lebih dari satu spesies ikan, misalnya Callitetrarhynchus Gracilis dapat menginfeksi 10 spesies dari ikan dengan prevalensi tertinggi 72 persen (Palm 1997). 40 MEWASPADAI CACING ! Infeksi Cestoda dapat memperlihatkan adanya ketergantungan ukuran dan umur, seperti pada larva Trypanorhychus; Poecilancistrium Caryophylum yang menginfeksi ikan Sciaenid di daerah perairan Pantai Texas di dapatkan, bahwa ikan yang berumur kurang dari satu tahun tidak diinfeksi oleh parasit ini, dan penurunan prevalensi terjadi pada ikan yang berumur lebih dari 3 (tiga) tahun. Pada ikan trout laut, infeksi tidak di temukan pada ukuran kurang dari 140 mm dan infeksi dapat mencapai 40 persen dari populasi (Sindermann 1990). Untuk ikan sculpins yang terinfeksi adalah ikan yang berukuran 6-9 cm (Moravek 2001). Apabila parasit ini berada dalam tubuh ikan dalam jumlah yang banyak, dapat menyebabkan terjadinya perubahan patalogi pada pada tubuh ikan. Seperti respon imflamasi pada otot dan luka yang meluas pada permukaan tubuh dilaporkan terjadi pada ikan “striped bass”, Morone Saxatitlis di perairan California yang disebabkan oleh Lacistorhynchus Tenuis. Infeksi pada organ tubuh penting lainnya seperti tulang insang (gill arches) di laporkan di Australia terjadi pada ikan Scomberomorus Commersoni yang menyebabkan imflamasi, melanisasi dan erosi tulang (Sindermann 1990). Fenomena ini juga terjadinya pada ikan “Blue shark”, Prionace Glauca (L.) yang diinfeksi oleh Tentacularia sp. menyebabkan terjadi luka pada usus, sehingga infeksi sekunder untuk penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme karena terjadi kerusakan sel atau jaringan secara mekanis (Borucinska dan Dunham 2000). Kematian bahkan terjadi pada spesies yang menginfeksi organ yang penting seperti jantung pada ikan “Brown trout” dan “Sea trout” yang diinfeksi oleh cestoda Diphyllobothrium Dendriticum di Muonio Fish Farm (Rahkonen 1998). Selain aspek negatif di atas, di dapatkan pula kasus tertentu dimana ikan yang mengandung parasit dapat tumbuh lebih cepat. Hal ini terlihat pada ikan “stickleback”, Gasterosteus Aculeatus yang diinfeksi oleh Cestoda Schistocephalus Solidu (Arnott et all. 2000). Pengaruh parasit Cestoda pada ikan “stickleback” hanya terjadi pada waktu tertentu yang menyebabkan perut ikan tersebut mengalami pembengkakkan perut yang membuat kemudahan 41 MEWASPADAI CACING ! dalam pemangsaan dan parasit tersebut sudah siap untuk berkembang menjadi dewasa pada final host (Barber 1997). Percobaan pada ikan ini juga memperlihatkan, bahwa ada satu mekanisme khusus yang terjadi pada pengelompokkan ikan-ikan yang mengalami parasit dengan yang tidak mengalami parasit, di mana ikan yang sehat akan menghidari untuk bergabung dengan kelompok ikan yang terinfeksi parasit (Barber et al. 1998). Pada final host, Cestoda dapat mencapai ukuran sangat panjang dan dapat mencapai dengan umur 30-35 tahun, misalnya Dibothriocephalus Latus (Pseudophylidae) dengan demikian dapat menghambat proses pencernaan (Hickman 1967). Pengaruh Ekonomi Kerugian yang diakibatkan oleh Cestoda pada parasit ikan utamanya, pada industri perikanan. Di teluk Meksiko banyak dijumpai parasit Poecilancistrium Robustum (Tetrarhynchoidea) yang menginfeksi ikan ekonomis penting seperti “ikan drum” (Pogonius Cromis), ”Sea trout” (Cyanoscion Nebulosus). Setiap ekor ikan yang terinfeksi terdapat ratusan cacing pada ototnya sehingga cestoda ini biasa disebut “spaghetti worms” (Sindermann 1990). Contoh yang lain adalah Gymnorhynchus Gigas dan di Australia, Gymnorhynchus Thyrsitae di Afrika Selatan (Sinderman 1990). Pada budidaya ikan-ikan salmon yang diinfeksi oleh Eubothrium spp. sering mendatangkan masalah pada hatchery dan keramba jaring apung (net culture). Pada budidaya ikan “Brown trout” dan “Sea trout” yang diinfeksi oleh cestoda Diphyllobothrium Dendriticum di Muonio Fish Farm diperkirakan kerugian yang ditimbulkan dapat mencapai 5-10 persen dari total populasi (Rahkonen 1998). Infeksi yang terjadi pada manusia seperti pada Cestoda dari ikan air tawar, Diphylobothrium Latum dapat menyebabkan terjadi anemia dan kekurangan vitamin B12, bahkan dapat menghambat saluran pencernaan. 42 MEWASPADAI CACING ! Obat yang digunakan jika terinfeksi penyakit cacing ini adalah Praziquantel, dan pemberian vitamin B12 mungkin dibutuhkan untuk menutupi kekurangannya. Untuk menghindari parasit ini, ikan sebaiknya dimasak sempurna sehingga mematikan cacing yang terikut (Schistosome Research Group Cam.University 1998). Di Brasil, pada daerah ini juga ditemukan dua spesies yang hidup diotot ikan, yaitu Pterobothrium Kingstoni dan Callitetrarhynchus Gracilis yang menginfestasi jenis ikan masing-masing Citharichthys Spilopterus dan Hyporhamphus Aurolineatum (Palm 1997). Organ lain yang mungkin diserang adalah sel-sel reproduksi yang dapat menyebabkan ikan menjadi steril, misalnya Proteocephalus Amploplitis pada ikan “Bass”. Morfologi Tubuh cacing pita dibagi atas tiga bagian atas tiga bagian, yaitu bagian kepala, bagian leher, dan bagian rangkaian segmen. Bagian kepala yang dinamakan skoleks merupakan suatu alat pelekat atau pemegang dan merupakan bagian yang kecil dan tipis di ujung badan cacing. Kepala umumnya berfungsi untuk pegangan parasit pada usus hospes. Karena itu, kepala ini dilengkapi dengan alat-alat pemegang seperti susunan kaitan, saluran isap atau mangkuk isap. Cacing pita hidup hidup sebagai parasit, mengaitkan kepalanya di dinding usus. Cacing ini panjangnya dapat mencapai 10 meter Bagian leher adalah daerah pertumbuhan yang terdiri dari jaringan germinativum, tempat dibentuknya segmen-segmen. Segmen- 43 MEWASPADAI CACING ! segmen tersebut bertumbuh ke bagian belakang leher. Dekat leher segmensegmen mengandung organ-organ reproduktif yang belum matang. Segmen-segmen yang berikutnya, masingmasing mempunyai organ reproduktif Proglotid cacing pita jantan dan betina. Jadi, Cestoda tersebut adalah hermaprodit. Segmen yang lebih ke ujung lagi terdiri dari proglotid yang gravid yang sudah mengandung telur dalam uterus dan testis yang mengalami atropia (terhentinya pertumbuhan). Tiap-tiap segmen atau proglotid benarbenar berfungsi sebagai suatu individu, anggota dari rangkaian koloni. Cestoda dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu cacing pita beralat isap bulat dan cacing pita beralat isap palsu. 1. Cacing pita beralat isap bulat, yaitu cacing pita yang mempunyai 4 alat isap berbentuk mangkok pada skoleks, dan ada yang dilengkapi dengan kaitan dan telur yang tidak beroperkulum dalam uterus. Cacing pita yang masuk dalam golongan ini adalah Hymenolopis nana, Echinococcus Granulosus, Taenia Saginata, Taenia Solium. 2. Cacing pita beralat isap palsu, yaitu cacing pita yang mempunyai alat isap yang berbentuk tabung (bothris) tanpa kaitan pada skoleks dan telur yang beroperkulum. Contohnya Diphyllobothrium Latum, penyebab hidup sebagai parasit pada manusia yang hidup di ileum dan yeyenum. Panjang cacing ini 3 – 10 meter, dengan lebih dari 3.000 progtoloid. Hospes difinitif manusia, anjing, kucing, srigala, dan singa laut. Cacing pita ada yang menyerang manusia hanya pada stadium dewasa yang menginfeksi saluran pencernaan (Taenia Saginata), hanya pada stadium larva yang menginfeksi berbagai jaringan seperti Echinococcus Granulosus atau kedua stadia, larva dan dewasa, seperti Hymenolepis Nana, Taenia solium, Diphyllobothrium Latum. 44 MEWASPADAI CACING ! Berbagai stadia pada Cestoda adalah sebagai berikut. 1. Telur mengandung embrio dengan 6 kaitan. Ada dua macam telur yang beroperkulum dan yang tidak beroperkulum. 2. Larva heksakan atau onchosphere, yaitu larva yang dilengkapi dengan enam kaitan yang bertumbuh dari embrio heksakan seperti yang terdapat pada Hymenolepis, Taenia, dan Echinococcus. 3. Korasidium, yaitu larva bersilia yang keluar dari telur Diphyllobothrium. 4. Larva sistiserkoid, yaitu larva yang bertumbuh dari larva heksakan pada Hymenolepis Nana. Cirinya mempunyai skoleks yang melengkung kedalam dan ekor yang kokoh. 5. Larva sistiserkus ialah mempunyai skoleks yang melengkung ke dalam dan kantong yang mengandung cairan. 6. Larva proserkoid, yaitu stadium larva yang bertumbuh dari larva heksakan pada Diphyllobothrium. Ini mempunyai enam kaitan (larva) dan ditemukan dalam hospes perantara pertama. 7. Sparganum, yaitu stadium larva yang bertumbuh dari proserkoid pada Diphyllobothrium. Ini tidak mempunyai kaitan. Tubuhnya seperti cacing dengan invaginasi dibagian depan. Stadium ini pada hospes perantara kedua. 8. Larva hidatida, yaitu stadium larva yang bertumbuh dari larva heksakan pada Echinococcus Granulosus. Cirinya ialah mempunyai banyak skolek invaginasi dan mengandung banyak kantung anak di dalam kantung induk. Hymenolepis Nana Morfologi Hymenolepis Nana adalah cacing pita terkecil pada manusia, karena itu dinamakan juga cacing pita kerdil. Cacing ini mempunyai 4 alat isap dan 45 MEWASPADAI CACING ! rostelum yang dilengkapi dengan 24-30 kaitan. Proglotid terdiri dari 100-200 buah. Lubang kelamin terletak pada sisi yang sama. Tiap segmen mengandung 3 testis. Telur mempunyai bentuk khas seperti elips. Dari kedua kutub lapisan dalam kulit terbentuk beberapa lembar benang. Telur berukuran 50 x 40 mikron. Hymenolepis nana. A. Cacing dewasa, B. Skleks, C. Telur, D. Proglotid dewasa yang memperlihatkan alatalat reproduksi. Daur Hidup Cacing dewasa hidup dalam usus kecil manusia proglotid gravid pecah dalam usus, telur-telur yang matang terbesar. Tiap proglotid mengandung sekitar 150 telur. Telur keluar bersama tinja yang dapat menginfeksi orang lain. Bila tertelan telur ini akan menetas dalam usus kecil. Larva heksakan menembus jonjot usus (vilus) dan menjadi larva sistiserkoid. Setelah 4 hari, larva sistiserkoid keluar dari vilus, menempel pada mukosa usus dan menjadi dewasa dalam 12 hari. Manusia mengandung stadium dewasa dan stadium larva, tidak memerlukan hospes perantara. Autoinfeksi dapat terjadi, bila telur dilepaskan dalam usus halus yang kemudian menetas dan larva menembus vilus dan akhirnya menjadi dewasa tanpa mencapai alam luar. Mencit dan tikus dapat juga sebagai hospes dari Hymenolepis Nana var. fraternal. 46 MEWASPADAI CACING ! Daur hidup Hymenolepis Nana Epidemiologi Hymenolepis Nana sering ditemukan pada anak-anak. Ini disebabkan karena ketidakbersihan anak-anak yang dapat menginfeksi dirinya sendiri dan infeksi satu sama lain, bila mereka pernah diserang cacing ini. Selain itu, Onchosphere (larva heksakan) dapat bebas dan menjadi dewasa dalam usus. Penularan tergantung pada kontak langsung, karena telurnya mempunyai resistensi yang lemah, tidak tahan terhadap panas dan pengeringan, tidak dapat hidup lama di luar hospes. Infeksi ini ditularkan langsung dari tengan ke mulut, jarang sekali melalui kontaminasi makanan atau air. Kebiasaan hidup yang kurang bersih menguntungkan penyebaran parasit ini. 47 MEWASPADAI CACING ! Manifestasi Klinik Hymenolepis nana menyebabkan himenolepiasis atau infeksi cacing pita kerdil. Pada umumnya, infeksi tidakmenunjukkan tanda-tanda klinik, kecuali bila pada infeksi berat. Ini dapat menyebabkan iritasi usus yang menimbulkan diare dank ram atau kejang. Anak-anak pada infeksi berat ini dapat menunjukkan asthenia (kelemahan), berkurangnya berat badan, kurang nafsu makan, insomnia (sukar tidur), sakit perut dengan atau tanpa diare, muntah, pusing, sakit kepala dan gangguan saraf. Hal-hal tersebut di atas disebabkan karena absorpsi dari metabolisme cacing dalam sirkulasi. Jumlah eosinofil meningkat 8-10 persen. Diagnosis Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya telur yang berbentuk khas, proglotid atau skoleks. Terapi Obat yang terbaik (drug of choice) adalah quinacrine hydrochloride (Atabrin). Penyelidikan baru dengan 4-aminokuinolin (Camoquin), diklorofen dan niklosamid (Yomesan) menunjukkan, bahwa obat-obat ini cukup berkhasiat untuk infeksi Cestoda. Pencegahan Karena penularan Hymenolepis Nana terjadi secara langsung dan hanya satu hospes yang terlibat dalam daur hidupnya, pencegahannya sukar dilakukan. Pencegahannya terutama tergantung pada perbaikan kebiasaan kebersihan. Perbaikan sanitasi lingkungan, menghindarkan makanan dari segala kemungkinan kontaminasi, mengobati orang-orang yang terinfeksi, dan memberantas tikus dapat dilakukan guna pencegahannya ini. 48 MEWASPADAI CACING ! Hymenolepis Diminuta Hymenolepis Diminuta mempunyai persamaan dan perbedaan dengan Hymenolepis Nana. Ukuran Hymenolepis Diminuta (10-60) cm x (3-5) mm dengan proglotid 800-1000 buah, lebih besar dari Hymenolepis Nana. Skoleks Hymenolepis Diminuta berbentuk gada, mempunyai rostelum apikal yang rudimenter dengan 4 batil isap tanpa kait. Telur Hymenolepis Diminuta tidak mempunyai filamen pada kedua kutub membran sebelah dalam, berukuran 58 x 86 mikron. Hospes perantara yang utama adalah larva pinjal tikus dan kumbang tepung dewasa. Dalam serangga ini, embrio yang keluar dari telurnya, berkembang menjadi sistiserkoid. Bila serangga ini dimakan oleh tuan rumah makan dalam waktu 18-20 hari maka sistiserkoid akan menjadi dewasa. Manusia terinfeksi karena memakan makanan yang terkontaminasi atau melalui tangan yang terkontaminasi. Manifestasi klinis pada manusia adalah ringan dan cacing ini hidup pada manusia tidak lama. Menurut percobaan pada seorang pria dewasa ia hanya sanggup hidup selama 5-7 minggu. Diagnosis dibuat dengan menemukan telurnya dalam tinja. Pengobatan sama dengan Hymenolepis Nana. Taenia Saginata (Cacing Pita Sapi) Cacing ini parasit dalam usus halus manusia. Perbedaannya dengan Taenia Solium hanya terletak pada alat pengisap dan inang perantaranya. Taenia Saginata pada skoleksnya terdapat alat pengisap tanpa kait dan inang perantaranya adalah sapi. Sedangkan Taenia Solium memiliki alat pengisap dengan kait pada skoleksnya dan inang perantaranya adalah babi. Taenia Saginata menyebabkan infeksi cacing pita sapi. Penyebaran cacing ini bersifat kosmopolitan, tersebar luas di seluruh dunia, terutama di 49 MEWASPADAI CACING ! daerah-daerah yang penduduknya senang makan daging sapi mentah atau setengah matang. Morfologi Cacing dewasa berukuran panjang 3-5 meter, tapi pernah ditemukan beberapa ekor yang panjangnya lebih dari 25 meter. Skoleks berbentuk bulat yang dilengkapi dengan 4 batil isap yang menonjol, tapi tidak mempunyai rotelum atau kaitan. Proglotin yang gravid mempunyai uterus yang bercabang-cabang 15-30 buah (kira-kira 13 cabang) pada salah satu sisinya. Lubang kelamin lateral letaknya bergantian kanan dan kiri secara tidak teratur. Telurnya berukuran diameter 35 mikron, dindingnya relatif tebal dan berwarna kecokelatan. Embriofor bergaris radier mengelilingi embrio heksakans. Di dalam uterus, telurnya di kelilingi oleh lapisan membran di sebelah luar dengan dua filament halus pada kutubnya yang segera lenyap setelah meninggalkan proglotid. Larva Taenia Saginata dinamakan sistiserkus bovis, ditemukan pada daging sapi. Daur hidup Taenia Saginata Taenia Saginata dewasa hidup dalam usus halus manusia. Proglotid gravid lepas dari rangkaian (strobila), bergerak keluar melalui kolon dan rektum, terjepit di lubang anus dan dapat migrasi ke perineum, ke kaki atau lipatan paha. Kadang-kadang proglotid gravid pecah dalam usus, keluarlah telurtelur (kira-kira 100.000 butir tiap proglotid) yang dapat dijumpai dalam feses (tinja). 50 MEWASPADAI CACING ! Daur hidup Taenia Saginata Apabila proglotid gravid atau telur yang berada di rumah dimakan oleh sapi makan embrio heksakans menetas dalam usus, menembus dinding usus, mengikuti peredaran darah dan terbawa ke otot-otot sapi. Disana ia berkembang menjadi sistiserkus dalam waktu 8 minggu. Sistiserkus bovis yang berukuran 10 x 5 mm dapat ditemukan di lidah, diafragma, jantung, kaki, ponok dan organ lain di sapi. Larva ini tahan tinggal dalam sapi sekitar satu tahun, kemudian mereka mengapur. Apabila daging sapi tidak dimasak baik yang mengandung sistiserkus dimakan oleh manusia, sistiserki akan bebas, menyerang mukosa usu halus dan tumbuh menjadi dewasa dalam waktu 8-10 minggu. Hanya manusia sebagai hospes definitive sedangkan hanya sapi sebagai hospes perantara. Lamanya hidup dewasa lebih dari 25 tahun. Epidemiologi Penyebaran terjadi melalui padang rumput yang tercemar kotoran manusia yang mengandung telur atau proglotid gravid yang terlepas dari rangkaiannya. Rumput ini terkontaminasi melalui pupuk dari tinja manusia atau melalui air limpahan yang telah terkontaminasi. Pada padang rumput ini, telur cacing 51 MEWASPADAI CACING ! tersebut dapat bertahan hidup selama 8 minggu atau lebih. Ternak sapi akan terinfeksi, bila sapi memakan rumput tersebut dan manusia terinfeksi karena makan daging sapi yang kurang matang. Parasit ini bersifat kosmopolitan di negara-negara dengan penduduk yang senang makan daging sapi yang dimasak kurang baik. Manifestasi Klinis Kebanyakan infeksi Taenia Sagitana tidak menyebabkan gejala yang nyata. Penderita akan merasa terganggu dan kebingungan apabila proglotid gravid yang berotot dan bergerak aktif migrasi keluar dari anus. Apabila pasien menemukan proglotid di pakaian dalam, di tempat telur atau di tinja yang baru di keluarkan. Penderita merasa tidak enak yang tidak nyata di perut, gelisah, vertigo, nausea, diare, pruritus ani, nafsu makan bertambah atau berkurang. Hasil metabolisme cacing yang terabsorpsi dapat menyebabkan lekositosis dan kadang-kadang menimbulkan penambahan eosinofil 6-15 persen. Diagnosis Pemeriksaan makroskopis tinja dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Dalam hal ini perlu diingat, bahwa telur Taenia Saginata tidak dapat dibedakan dengan telur Taenia Solium. Diagnosis dapat dipastikan bila kita menemukan proglotid yang gravid dengan mengidentifikasi jumlah percabangan uterus. Taenia saginata mempunyai percabangan uterus lebih dari 13 pada satu sisi. Setelah pengobatan, proglotid dan skoleks dapat ditemukan. 52 MEWASPADAI CACING ! Terapi Quinacrin, Hexylresorcinol, Yemesan. Terapi sama dengan terapi infeksi cacing pita lain. Pencegahan Pencegahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan daging sapi akan adanya sistiserkus. Di Jerman, sejak berlakunya “Fleishbeschsu” peraturan pemeriksaan daging, infeksi sudah sangat langkah. Di Amerika diadakan sistem pendinginan. Daging yang akan dijual di dinginkan terlebih dahulu (50C). Sistiserkus dapat dirusak dengan pendinginan sampai -100C selama 5 hari. 53 MEWASPADAI CACING ! Pada umumnya, orang Indonesia tidak memakan daging sapi mentah, tapi dimasak dengan baik. Dengan cara ini, infeksi Taenia Saginata dapat dihindari. Cara selanjutnya ialah menghilangkan sumber infeksi, infeksi dengan mengobati orang yang mengandung parasit dan mencegah kontaminasi tanah atau rumput dengan tinja manusia. Taenia Solium (Cacing Pita Babi atau Cacing Pita Bersenjata) Sistiserkosis; Taenia Solium Stadium dewasa Taenia Solium menyebabkan penyakit infeksi cacing pita babi. Stadium larvanya menyebabkan penyakit sistiserosis. Penyakit ini bersifat kosmopolitan terutama di negara-negara konsumen babi seperti di amerika Serikat, Kanada, dan Inggris. Morfologi Strobila panjangnya 2-5 meter dengan jumlah 800-1000 segmen. Skoleks berbentuk bulat, berdiameter 1 mm. Rostelum yang pendek dipersenjatai dengan dua baris kaitan yang berjumlah 25-10 buah. Leher yang tipis berukuran 5 mm panjang. Proglotid gravid mempunyai percabangan uterus 5-10 cabang yang bercabang-cabang lagi pada salah satu sisinya (cabangcabang ini kurang dari 13). Proglotid matang (gravid) bentuknya persegi tidak sempurna dengan lubang kelamin yang bilateral atau alternatif tidak teratur pada segmen-segmen berikutnya. Ovarium berlobus tiga yang terdiri dari 2 lobus lateral dan satu lobus kecil. Telur yang berwarna kecokelatan berukuran 35 mikron, mempunyai garis-garis radial. Dalam telur terdapat embrio heksakan. Telur Taenia solium tidak dapat dibedakan dengan telur Taenia saginata. 54 MEWASPADAI CACING ! Stadium larva dinamakan sistiserkus selulose terdapat pada babi dan manusia. Dalam sistiserkus ini mengandung cairan. Struktur sistiserkus ini terdiri dari dinding dan pada dinding ini bertumbuh skoleks larva. Skoleks ini dilengkapi dengan batil isap dan kaitan-kaitan. Perbedaan antara Taenia Saginata dan Taenia Solium dijelaskan pada tabel berikut. Ciri-ciri Taenia solium Taenia saginata Kepala Mempunyai restelum dengan dua baris kaitan, 4 batil isap yang lemah. Tidak mempunyai rostelum dan kaitan, 4 batil isap persegi empat yang kuat. Proglotid 800-900 1200-2000 Uterus 5-10 (kurang dari 13). 15-30 (lebih dari 13) Sistiserkus Sistiserkus selulose, banyak cairan. Sistiserkus bovis (sedikit cairan). Hospes perantara Babi Sapi Tempat sistiserkus Otot, hati, paru-paru, otak, bola mata. Hati, lidah, tenggorokan, diafragma. Sistiserkus pada manusia Relatif sering Sangat jarang Taenia Solium Taenia Saginata 55 MEWASPADAI CACING ! Diagram Taenia Solium dan Taenia Saginata. Daur hidup Taenia Solium Cacing dewasa hidup di lumen usus halus manusia menempel pada mukosa dengan skoleks yang dilengkapi dengan 4 batil isap beserta kaitannya. Proglotid matang lewat ke anus yang mengandung sekitar 40.000 butir telur. Biasanya proglotid pecah dalam saluran usus, dan keluarlah telur-telurnya. Bila proglotid atau telur termakan oleh babi, embrio heksakan akan bebas di usus. Mereka akan menembus usus masuk dalam pembuluh darah dan terbawa sampai ke jaringan-jaringan babi, biasanya pada otot-otot seranlintang. Dalam waktu 9-10 minggu, terbentuklah sistiserkus selulose yang berukuran 10 x 5 mm. Larva ini dapat bertahan dalam jaringan ini selama satu tahun, setelah itu akan mengapur. 56 MEWASPADAI CACING ! Apabila orang memakan daging babi tersebut tidak dimasak baik, maka sistiserkus akan bebas dalam usus dan menjadi dewasa dalam waktu 8-10 minggu. Telur Taenia Solium tidak hanya menginfeksi babi, tapi juga dapat menginfeksi manusia. Apabila telur ini sampai di usus, maka menetaslah embrio heksakan yang kemudian menembus dinding usus dan mengikuti aliran darah mereka terbawa ke berbagai jaringan dan disana tumbuh menjadi sistiserkus. Sistiserkus ini biasanya berdiam di jaringan subkutan, otak, mata, otot, jantung, hati, paru, dan rongga perut. Setelah satu tahun, sistisersi akan mengapur. Epidemiologi Penyebaran Taenia Solium berhubungan erat dengan kebiasaan menghidangkan makanan, adapt dan keagamaan yang berhubungan dengan daging babi. Penduduk yang menganut agama Islam yang mengharamkan daging babi dapat terhindar dari infeksi Taenia Solium ini. Frekuensi parasit pada babi yang dibeberapa negeri mencapai 25 persen adalah paling tinggi, ditempat-tempat mana sanitasi buruk, pembuangan tinja disembarang tempat. Karena itu, frekuensi Taenia Solium berbeda-beda di dunia. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis dapat dilihat dari dua hal berikut. Infeksi usus Kebanyakan infeksi Taenia Solium adalah subklinis, tidak menunjukkan gejala yang berarti. Mungkin ada gangguan pencernaan yang ringan dan menahun seperti nafsu makan tidak tetap, sakit kepala, sakit perut yang tidak nyata, diare dan konstipasi bergantian. Penderita merasa cepat lapar. Peradangan mukosa usus setempat yang ringan ringan terjadi karena iritasi mekanik oleh strobila dan perlekatan skoleks. Pada anak dan orang lemah, gejala-gejala 57 MEWASPADAI CACING ! ini mungkin lebih nyata dan disertai kelelahan. Penyerapan hasil-hasil metabolisme cacing menyebabkan lekositosis ringan dan kadang-kadang eosinofil ringan (6-10 persen). Sistiserkosis Sistiserkosis yang jumlahnya sampai beribu-ribu dapat tumbuh di dalam tiap jaringan atau alat tubuh manusia. Organ yang disenangi adalah otot bergaris dan otak selain di jaringan subkutis, mata, jantung, paru-paru dan peritoneum. Manifestasi berat terjadi pada sistiserkosis otak yang biasanya disertai dengan sistiserkosis umum yang tidak diketahui. Manifestasi lambat yang paling menonjol adalah serangan epilepsi tipe Jackson yang berulang-ulang secara tidak teratur yang dihubungkan dengan larva yang mengalami fibrosis dan telah mati atau mengalami perkapuran. Mungkin ada gejala tumor otak, meningitis, ensefalitis, hidrosefalus dan sklerosis diseminata. Paresis yang kadang-kadang timbul, penglihatan yang menghilang, sakit kepala yang tiba-tiba, muntah dan mental yang terganggu mungkin merupakan gejala utama. Di dalam mata sistiserkosis terletak di bawah retina atau di dalam humor vitreum. Diagnosis Pemeriksaan tinja dapat dilakukan untuk mengetahui adanya telur Taenia, tapi tidak dapat dibedakan jenis karena morfologis bentuk telur Taenia Saginata dan Taenia Solium sama. Proglotid yang gravid dapat dibedakan : Taenia Solium mempunyai percabangan uterus kurang dari 13 pada tiap sisi proglotid sedangkan pada taenia saginata lebih dari 13. skoleks dapat ditemukan setelah pengobatan. Terapi Terapi sama dengan terapi cacing pita lain. 58 MEWASPADAI CACING ! Pencegahan Pencegahan dilakukan dengan pemeriksaan sistiserkus pada daging babi dan dengan sistem pendinginan (-50C dalam 21 hari) atau dengan memasak daging yang akan dimakan (660C telah mematikan sistiserkus). Pemberantasan infeksi Taenia Solium dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. a. pemeriksaan daging babi terhadap sistiserkus, b. memasak daging baik sampai matang, c. sanitasi yang higienis, d. mengobati orang-orang yang mengandung parasit, e. belilah daging yang dijual resmi di pejagalan, dan e. tidak buang air besar sembarangan. 59 MEWASPADAI CACING ! 60 MEWASPADAI CACING ! BAB 5 Cacing Pita Usus pada Manusia Diphyllobothrium Latum Cacing pita ikan (Diphyllobothrium Latum) berkembang biak sebelum ia dalam badan manusia menjadi dewasa seks, terlebih dulu dalam udang kecil, kemudian dalam ikan air tawar tertentu. Daerah penyebarannya berhubungan atau tergantung pada aliran sungai. Masuknya ke dalam manusia berhubungan erat dengan kebiasaan makanan, karena manusia. Demikian juga beberapa hewan rumah dan hewan liar terinfeksi melalui makanan, daging ikan yang tidak dimasak. Cacing pita ikan ditemukan didaerah teluk Laut-Timur seperti di Finlandia, di daerah-daerah danau di swiss, di Italia dan di delta Sungai Donau, menyebar ke Amerika Utara, Kanada, di Timur dekat, Liberia, Mansuria utara dan di Jepang. Morfologi dan Pertumbuhan Kepala yang berbentuk seperti lipatan (skoleks) berukuran 2-3 mm dan mempunyai dua alat isap. Strobila dapat mencapai panjang sampai 20 meter, dengan demikian cacing pita ikan termasuk cacing pita terpanjang. 61 MEWASPADAI CACING ! Proglotid matang berukuran sekitar 10-15 mm, lebar dan 3-5 mm panjang. Telur berukuran 70x50 mikron diletakkan satu per satu (berlawanan dengan cacing pita sapi dan babi), karena telur ini ditemukan juga dalam tinja. Telur ini ditandai dengan adanya satu tutup (operkulum) yang rata dan bertentangan dengan operkulum ini terdapat suatu knop atau penebalan di sisi yang lain dan terdapat sel-sel kuning telur di samping sel-sel telur. Dari telur yang matang, keluarlah larva yang bersilia yang dinamakan korasidium yang sudah mempunyai embrio dengan 6 kaitan dinamakan onkosfer. Mereka melakukan pembiakannya yang pertama dalam hospes perantara pertama dalam Cyclops dan Diaptomus bila Onkosfer ini termakan oleh Cyclops tersebut. Larva ini menembus dinding usus Cyclops dan sampai di ruang badan dan bertumbuh menjadi proserkoid. Mereka tinggal di sana sampai udang ini dimakan oleh ikan (ikan ganas, sebagai hospes perantara kedua). Sekarang larva ini berkelana kedalam otot ikan, dan proserkoid bertumbuh menjadi pleroserkoid (sparganum). Bila hospes intermedia kedua ini dimakan oleh ikan pemakan ikan lain, mengembaralah pleroserkoid dalam hospes perantara yang baru, dimana banyak larva dapat terkumpul (dinamakan hospes penimbunan). Pleroserkoid menjadi cacing pita dewasa dalam hospes definitif (di samping manusia juga anjing dan kucing atau rubah). Hospes definitif utama dari Diphyllobothrium Pacificum adalah anjing laut. Kerusakan oleh cacing dewasa terhadap hospes karena hasil pertukaran zatnya adalah lebih kurang bila dibandingkan dengan pengambilannya terhadap vitamin B12 yang bekerja sebagai anti anemia. Kekurangan vitamin ini menyebabkan anemia tipe pernisiosis. Ini terjadi bila cacing berada dekat pilorus (pintu keluar lambung). Pada orang-orang Eskimo yang relatif sering mendapat infeksi Diphyllobothrium, tipe anemia ini tidak terdapat . Bila secara keseluruhannya, hal ini berhubungan dengan anemia hipokrum mikrositer sering terjadi pada wanita dan anak-anak dan diperkirakan terjadi karena kekurangan zat besi. 62 MEWASPADAI CACING ! Sparganosis pleroserkoid (Spargana), sejenis cacing pita yang tidak menjadi dewasa pada manusia, dapat secara berkebetulan berhasil seperti di manusia dan menjadi penyebab penyakit. Mereka mengembara dan kemudian masuk kedalam rongga perut dan otot seperti pada hospes perantara kedua, dan ditempat ini terjadi pembengkakkan dan tumor (yang dinamakan sparganosis, sering terdapat di Rusia, Jepang, Cina). Perpindahan Manusia terkena infeksi cacing pita ikan melalui makan daging ikan yang tidak dimasak yang mengandung Diphyllobothrium Latum. Kotoran hewan Daur hidup Diphyllobothrium Latum 63 MEWASPADAI CACING ! rumah dan hewan liar pembawa cacing pita ikan dapat mengotori air dan menginfeksi ikan dan udang di situ. Untuk menghindari infeksinya ialah dengan memakan ikan yang telah dimasak baik. Untuk melihat bahayanya pada kelompok penduduk, marilah kita perhatikan jumlah orang yang terserang, seperti yang beritakan Yaldygina et al (1964), bahwa di daerah Anglo Sakson dari 28 persen orang yang terkena yang telah diobati 3 persen tiap tahun kembali lagi terinfeksi. Pemeriksaan Mikroskopis Melalui penelitian mikroskopis diagnosis dapat ditegakkan dengan ditemukan telur yang khas. Karena telurnya besar maka relatif mudah dikenal. Kemoterapi Untuk menghilangkan cacing pita ikan dewasa berhasil baik dengan penggunaan obat cacing pita yang terkenal. Dalam hal ini, dapat juga ditambahkan obat untuk anemia pernisiosis dalam hal yang istimewa. Pada Sparganosis tak ada obat yang mempan. Perlu diingat, bahwa setelah pengobatan Yomesan (N-Chloro-4-nitrophenyl)-5-Chloro-salicylamid) masih terdapat sekitar 20-28 persen sampai 7,6 persen. Echinococcus Granulosus dan Echinococcus Multilocularis Cacing pita genus Echinococcus dikenal dalam arti sempit sebagai cacing pita anjing. Cacing dewasa hidup dalam usus halus anjing dan hewan sejenisnya, seperti rubah dan serigala, sedangkan biri-biri, hewan rumah dan beberapa hewan berkuku yang kecil lainnya berfungsi sebagai hospes perantara. 64 MEWASPADAI CACING ! Manusia juga dapat sebagai hospes perantara. Bila orang memakan telur cacing ini, maka terbentuklah stadium larva dalam tubuh manusia. Walaupun cacing pita anjing adalah tersebar luas di dunia, tetapi daerah penyebarannya kedua jenis Echinococcus Granulosus dan Echinococcus Multilocularis, terpisah jelas Echinococcus Garnulosus sebagian besar terdapat di utara Jerman, di Yugoslavia, Amerika Selatan dan Australia selatan, sedangkan Echinococcus Multilocularis berkisar di daerah-daerah kecil dari daerah Obenbayer, Swabis, Baden, Tirol, Steiermark, Italia, dan Swiss, tetapi terdapat juga di Kanada, Amerika Serikat (terutama Dakota Utara) dan Ukraina, sekitar Moskwa seperti daerah-daerah Welga, sekitar Leningrad dan Archangelsk. Melalui penelitian-penelitian Vogel (1957) dijelaskan, bawha pada cacing pita anjing terdapat dua macam jenis dan tidak hanya tergantung pada varietas geografi. Morfologi dan Siklus Hidup Echinococcus Granulosus dan Echinococcus Multilocularis mempunyai perbedaan morfologi yang jelas pada cacing dewasa. Juga stadium larva berbeda dalam morfologi dan biologisnya. Echinococcus yang lebih besar dari Echinococcus Multilocularis berukuran sekitar 3,5 mm, membentuk suatu stadium larva seperti gelembung yang dinamakan hidatid, yaitu suatu kista yang berisi cairan bening yang pada manusia dapat bertumbuh sampai sebesar kepala anak-anak dinamakan Echinococcus Cysticercus. Kista ini berisi banyak kista anak dan banyak skoleks yang merupakan tempat cacing pita yang sebenarnya. 65 MEWASPADAI CACING ! Echinococcus Granulosus. Cacing dewasa: ec. Saluran ekskresi; h. kait-kait; r. rostelum; s. btail isap A. Kista Echonococcus dalam ginjal, sedang mengalami perkapuran. B. Kista Echinococcus dalamn paru-paru; a. Kista yang pecah secara spantan; b. Kista yang masih utuh. Echinococcus Multilocularis lebih kecil dari Echinococcus Granulosus dan stadium larvanya juga berbeda. Stadium larvanya mempunyai struktur yang kecil dengan banyak gelembung dan didalam sarang madunya ini terletak skoleks (oleh karena itu, pakar-pakar Rusia menamakan Alveococcus). Larva ini menyebabkan seperti suatu jenis kanker di hati, karena itu kista ini hanya dapat dienyahkan dengan jalan operasi. Dibagian tengah hati sering terjadi lubang-lubang kerusakan nekrotis yang tipis. Stadium ini selalu membawa kematian pasien. Oleh karena itu, jenis ini adalah parasit cacing yang paling berbahaya bagi manusia. (Cacing gelembung yang beruang 4 ini yang secara kebetulan menyerang sapi, termasuk jenis Echinococcus Granulosus, tapi menunjukkan bentuk tubuh yang khas). 66 MEWASPADAI CACING ! Larva bertumbuh pada manusia (hospes perantara), secara kebetulan juga terdapat di paru-paru dan susunan saraf pusat. Mereka dapat bertumbuh beberapa tahun bebas dari gejala-gejala (hidatidosis) dan pada Echinococcus Granulosus kebanyakan menyebabkan suatu artropi (tekanan) hati. Pada operasi yang dilakukan tepat pada waktunya dapat mengenyahkan kista dengan baik, tapi tidak boleh ada gelembung Echinococus yang berisi cairan yang pecah. Adalah suatu hal yang sangat berbahaya bagi pasien, bila cairan hidatida ketinggalan (tercecer) dalam rongga perut karena pecahnya kista (reaksi anafilaktis). Dengan demikian, kista anak dan skoleks bertaburan, dan bermunculan kista baru (hidatidosis sekunder). 67 MEWASPADAI CACING ! Diagram kista hidatida Echinococcus Granulosus Perbedaan protoskoleks Echinococcus Granulosus Cacing dewasa melekat di antara jonjot-jonjot usus halus hospes, akhirnya dengan karangan kaitannya yang dua baris dan empat alat isapnya. Proglotid matang jelas terlihat dengan mata biasa, karena pada warna mukosa yang berwarna putih kapur yang diliputi selaput lendir terdapat bintik bening. Lama hidup stadium cacing pita ini belum pasti diketahui, tapi umumnya tidak melebih 100 hari. 68 MEWASPADAI CACING ! Hospes akhir (anjing, rubah) yang terinfeksi oleh Echinococcus Multilocularis sekitar 35 hari setelah menelan larva Echinococcus per oral mengeluarkan telur yang pertama bersama tinja, pada infeksi Echinococcus Granulosus hal ini terjadi setelah 48-61 hari. Gejala klinis tidak terdapat pada anjing , bila infeksi tidak benar-benar berat. Kemudian dapat terjadi pembengkakan dengan keluhan-keluhan (simptom) yang tidak khas. Untuk manusia infeksi Echinococcus (hidatidosis) dapat sangat berbahaya. Echinococcus Cysticus berapa lama hidupnya belum dikenal, bila kista misalnya berada dalam hati atau paru-paru, karena gelembung hidatid biasanya tumbuh sangat lambat dan apakah kebetulan ditemukan secara Rotgenologis atau mengakibatkan menambah besar kerusakan (artropi tekanan). Selain hati, limpa atau paru-paru dapat terserang semua organ, susunan saraf pusat, juga tulang (skleton). Karena jaringan sekitar tidak langsung ditemukan, baiklah gelembung hidatid dilenyapkan secara operasi yang bisanya tanpa kerusakan dari organ yang terinfeksi. Penting diperhatikan, bahwa baik spontan atau karena kesalahan operasi akan dapat membebaskan skoleks yang akan membentuk gelembung sekunder. Oleh karena itu, hatihatilah dengan operasi Echinococcus Cysticus! Pada hakikatnya yang lebih berbahaya adalah Echinococcus Alveolosis, dimana organ-organ yang terinfeksi (terutama hati) merambat ke jaringan lain (dan tidak mengganggu). Hasilnya ialah gelembung-gelembung, seperti bunga karang yang tak terhingga banyaknya sebesar kepala jarum pentul atau sebesar biji kacang tang terdapat dalam jaringan yang tak ubahnya seperti suatu hidatida yang banyak mengandung skoleks. Adanya kista steril (“kista asefal”) diartikan sebagai hasil proses imunologis dalam hidatid. Epidemiologi Babi, biri-biri dan sapi menjadi tanda tanya sebagai hospes perantara, untuk jenis Echinococcus Multilocularis ialah tikus sawah dan tikus mutar. 69 MEWASPADAI CACING ! Kesanggupan hidup di alam luar dari hidatid dari hewan potongan tergantung dari susu luar. Pada 40C selama 80 hari masih mempunyai daya infeksi, pada suhu titik beku masih 10 hari, pada 20-220C hanya selama 2 hari. Data ini hanyalah sebagai suatu tolok ukur (pegangan). Pada penelitian infeksi dengan Echinococcus Multilaculosis menunjukkan, bahwa mudahnya terinfeksi tikus berbeda-beda terhadap berbagai strain Echinococcus. Lain halnya dengan Echinococcus Granulosus, Echinococcus Multilocularis menjadi parasit penuh selain anjing juga pada rubah dan kucing rumah. Cacing pita menjadi lebih besar dan mempunyai lebih banyak telur pada anjing daripada pada rubah dan kucing. Hati-hatilah dalam pergaulan dengan anjing dan kucing yang terinfeksi! Tinja yang mengandung telur dan isi usus adalah satu-satunya sumber, tapi yang paling berbahaya bagi manusia adalah sumber infeksi. Untuk membunuh telur-telur Echinococcus pada alat-alat yang tidak bersih dan lantai dapat dilakukan dengan air mendidih. Tindakan pencegahan yang paling baik ialah pengawasan anjing dan memusnahkan cacing pita anjing yang ada. Pemeriksaan Imunologis Untuk menegakkan diagnosis klinis Echinococcosis pada manusia (hidatidosis) salah satu cara kerja yang praktis ialah dengan metode serologis. Dari berbagai macam metode imunologis dipergunakan Reaksi Ikatan Komplement (CFT). Tes Haemoaglutinasi tidak langsung demikian juga Tes Kulit (dinamakan Test Casoni). Sebagai antigen dipakai cairan hidatid steril. Pada tes imunodiagnosis digunakan irisan kista Echinococcus. Dalam segala hal haruslah dipikirkan, bahwa hanya terdapat reaksi spesifik kelompok, tapi juga diperhatikan hasil-hasil yang negatif pada peristiwa operasi terutama pada Echinococcosis paru-paru. Pemeriksaan mikroskopis telur dalam tinja anjing atau kucing sering dilakukan terlebih dulu metode konsentrasi (seperti menurut Teleman), tapi 70 MEWASPADAI CACING ! ini tidak berhasil setiap saat, untuk lebih meyakinkan harus diadakan pemeriksaan tinja ulangan. Kemoterapi Kemoterapi tidak mempan terhadap stadium pertumbuhan. Dianjurkan pemakaian Jodthymol dan Palmitin Saurethymolester (Thymoloverm R) beberapa kali. Panaitesko (1968) memberitakan mengenai pengalaman yang baik dengan Paludrin dan ResochinR, pada saat sekunder setelah operasi. Pasien ini telah mendapat selama 4 minggu, cepat hari tiap minggu 250 mg Resochin dengan pause 4 minggu dan kemudian di lanjutkan pengobatan, irama ini dilakukan selama 2 tahun. Menurut Lamy (1965) dapat juga diberikan YomesanR (N-(2-chloro-4-nithophenyl)-5-chloro-salicylamid) (percobaan in vitro). Untuk menguji alat-alat (“Screening Test”) sekarang dipergunakan hewan percobaan yang diinfeksi dengan Echinococcus Multiloculosis (seperti tikus putih). Infeksi larva ini, kecuali Hymenolepis Nana, menimbulkan simptom yang serius. Kista hidatid alveolar Echinococcus Multilocularis. Kista alveolar adalah stadium larva Echinococcus Multilocularis, siklus hidup yang normal pada hospes definitive, yaitu serigala, kucing dan anjing dan tikus lapangan dan voles sebagai hospes intermedier. Stadium larva dan dewasanya ini berbeda dengan Echinococcus Granulosus. Kista ini ditemukan pada ternak di daerah Bavarian-Tyrolean, Jura, Rusia, Siberia dan Alaska. Kista ini mempunyai lapisan luar yang tak teratur, karena mempunyai membran lakuna yang sangat tipis. Batasnya dengan jaringan sekitarnya tidak jelas. Kista ini merupakan suatu massa spons yang berpori dari ruangan kecil yang tak teratur, terisi dengan matriks seperti jeli, yang dipisahkan satu sama lain oleh jaringan ikat. Dalam tubuh manusia kista ini biasanya steril. Dapat menderita serosis sentral dan kalsifikasi merata, karena pertumbuhan selanjutnya pada perifer. Kista ini kebanyakan dalam hati. 71 MEWASPADAI CACING ! Manusia dapat terinfeksi karena memakan tumbuhan mentah yang terkontaminasi dengan tinja rubah dan anjing yang terinfeksi. Telur yang tertetas akan bertumbuh menjadi kista. Di Alaska, infeksi berasal dari tinja anjing laut. Manusia bukanlah hospes yang baik, kista biasanya tidak bertumbuh normal dan sempurna dan tidak mempunyai skoleks. Perbedaan diharapkan sebagai suatu pengobatan, tetapi pembasmian jaringan kista secara sempurna adalah sukar. Cysticercus Cellulose Manusia dapat sebagai hospes definitif dan hospes intermedier dari Taenia Solium dan baik sebagai hospes dari cacing dewasa atau kista. Stadium larva Taenia Solium dinamakan Cysticercus Cellulose dan infeksi pada manusia dikenal sebagai Cysticercosis Cellulosae. Morfologi Sistiserkus matang adalah suatu kista bening yang berbentuk oval dilengkapi dengan skoleks cekung yang gelap yang mempunyai empat alat isap dan suatu lingkaran kaitan. Ini biasanya diliputi oleh suatu kapsul yang keras, tapi dalam (vitreous humor) mata dan dalam piamater atau ventrikel otak tidak berkapsul. Ini bertahan dalam kira-kira 10 minggu dalam posisinya. Kista berbentuk oval dan berdiameter sekitar 5 mm. Epidemiologi Manusia mendapat kista dari telur dengan tiga jalan, yaitu : 1. Melalui makanan atau minuman yang berkontaminasi dengan tinja. 2. Per oral melalui tangan kotor dari penderita yang mengandung cacing dewasa. 72 MEWASPADAI CACING ! 3. Internal auto infection karena telur-telur terbawa kembali ke dalam lambung karena anti peristaltik. Patologi dan Simptomatologi Sistisersi biasanya banyak dan kadang berkisar beribu-ribu. Dapat bertumbuh dalam berbagai jaringan atau organ tubuh manusia. Organ yang sangat umum ditempati ialah otot garis dan otot tepi juga dalam jaringan subkutan, mata, jantung, paru-paru dan peritoneum. Kista yang sedang bertumbuh menghasilkan reaksi inflammatory benda asing yang menyebabkan pembentukan kapsul fibrous. Larva dapat tahan hidup lebih dari 5 tahun. Pada kematian larva, menambah cairan kista dan pembentukan respons jaringan untuk protein toksin. Parasit yang mengalami degenerasi biasanya mengalami kalsifikasi. Kerusakan tergantung pada jaringan-jaringan yang diserang dan jumlah sistisersi. Invasi ke otak dan mata menyebabkan kerusakan yang serius, sedangkan pada jaringan subkutan dan otot garis mendapat risiko yang lebih kecil. Manifestasi serius penyakit ini terjadi dalam serebral sistiserkosis, biasanya berhubungan dengan sistiserkosis umum yang tidak khas. Sistisersi dapat berada dalam serebral korteks, meninges, ventrikel, dan substansi serebral. Mereka biasanya ditemukan dekat permulaan otak di atas lobus frontal dan peristal dan sepanjang pertengahan arteri serebral dan kebetulan berada dalam daerah oksipital dan serebelum. Terjadi oedem (serebral) dan tekanan serebral, namun relatif dapat ditoleransi karena parasit berada dalam keadaan hidup. Proses pengkapsulan terjadi dalam tiga lapisan yang konsentrik hasil dari proliferasi neuroglia dan jaringan granula seluler dengan percobaan vaskuler inflammatory. Neuroglia dan sel-sel saraf menunjukkan tekanan atau perubahan toksin. Mungkin parasit dapat diabsorpsi, dipindahkan oleh jaringan fibril yang menguasai manifestasi yang terlambat dari epilepsi. Sewaktu-waktu parasit mengalami proses perkapuran dan absorpsi yang tak sempurna. Simptom yang tertentu biasanya tidak terlihat selama 5-8 tahun 73 MEWASPADAI CACING ! atau sampai 20 tahun sedangkan parasit yang mati menyebabkan reaksi inflammatory toksik. Pasien yang menunjukkan simptom dalam satu tahun, bila sistisersi berada dalam darah yang mempunyai getah yang penting. Sistisersi dalam berbagai tempat di otak menyebabkan bermacam simptom yang berhubungan dengan gerak, perasa dan mental. Dapat terjadi simptom : tumor otak, meningitis, ensefalitis, hidrosefalus dan sklerosis yang menyebar. Dalam mata sistiserkus, biasanya tunggal berada di subretina atau dalam cairan bola mata. Sistiserkus yang tidak berkapsul yang berwarna abu-abu dalam bola mata mempunyai ukuran yang berubah-ubah. Pasien merasa sakit intraorbital, gangguan penglihatan, (ukuran besar dalam lapangan lihat), penglihatan kabur, atau tak melihat. Parasit yang mati menyebabkan iridosiklitis. Kerusakan pada otot dapat menyebabkan dispnea, sinkope dan detak jantung yang abnormal. Prognosis Baik bila infeksi terbatas pada jaringan subkutan dan otot,. Tidak baik bila sistisersi berada dalam otak, jantung atau alat dalam yang penting. Diagnosis Diagnosis klinis dari sistiserkosis serebral ditegakkan dengan adanya kekejangan bentuk epileptis atau manifestasi saraf yang lain pada orangorang yang berdiam di area endemis, apalagi mereka telah menderita bintikbintik di kulit. Biopsi kista kulit yang dapat dirasa memberikan diagnosis yang pasti. Pemeriksaan Rontgen pada otot yang infeksi dapat menegakkan diagnosis, bila cacing telah mengapur, tapi metode ini kurang berarti bagi sistiserkosis serebral. Ventrikulogram pada waktunya dapat menolong. Larva yang berada dalam mata dapat ditentukan dengan optalmoskop. Complement Fixation Test dan tes intrakutan mempunyai nilai terbatas. 74 MEWASPADAI CACING ! Terapi Pembedahan. Artinya, parasit yang berada dalam mata haruslah segera mungkin dikeluarkan. Pengeluaran sistiserkus yang soliter dan otak telah bersih baik tepi pembedahan tidak mungkin dilakukan pada kista yang berkecambah (banyak). Preventif Sanitasi lingkungan dan higiene pribadi (individu). Peranan Platyhelminthes hidup sebagai parasit, berarti filum ini merugikan manusia. Selain manusia, ada pula cacing pita yang mempunyai inang domba dan anjing. Dahulu, banyak orang-orang Cina, Jepang, dan Korea yang menderita penyakit kerena parasit Clonorchis Sinemis. Usaha untuk menanggulangi terhadap Platyhelminthes ini adalah memutuskan daur hidupnya dengan jalan pangawasan pembuangan feses yang memenuhi syarat kesehatan, sehingga tidak memungkinkan heksakans yang keluar bersama-sama feses itu sampai tertelan oleh babi, sapi, atau menusia. Semua daging babi, sapi, dan ikan yang mungkin mengandung sistiserkus harus dimasak dengan sebaik-baiknya, sebelum dimakan manusia. 75 MEWASPADAI CACING ! 76 MEWASPADAI CACING ! BAB 6 Annelida Pendahuluan Annelida berasal dari kata Yunani, annulus yang artinya cincin dan oidos yang artinya bentuk. Sesuai dengan namanya, maka cacing ini tubuhnya berbentuk gelang. Oleh karena Annelida disebut juga cacing gelang. Annelida dikenal sebagai ektoparasit penghisap darah dan hidup diair atau di darat. Jenis yang hidup di air ialah jenis Limnatis, bangsa lintah yang mengisap darah manusia. Jenis yang besar mengisap darah orang yang mandi atau berada di air, sedangkan yang kecil terbawa bersama air minum dan melekat pada salurean pernafasan bagian atas atau pada saluran makanan. Kadangkadang, mereka menyerang vagina, uretra dan mata orang yang sedang mandi. Jenis yang hidup di darat ialah bangsa lintah darat atau pacet dari jenis Haemadipsa yang hidup di hutan belantara di timur jauh, di hutan yang bercurah hujan yang tinggi di daerah tropis. Mereka ini merayap masuk ke dalam pakaian dan sepatu orang-orang yang lewat untuk mengisap darah. Kedua jenis ini mempunyai sekresi antikoagulan, hirudin dan luka yang disebabkannya dapat sembuh perlahan-lahan. Untuk mencegah serangannya ini, dapat dilakukan dengen menyemprot pakaian dengan dimetil phthalate. 77 MEWASPADAI CACING ! Ciri Umum Annelida Cacing dari filum ini bersegmen, artinya tubuhnya terdiri atas satuan yang berulang-ulang. Walaupun beberapa struktur, seperti saluran pencernaan, terdapat disepanjang tubuh cacing tersebut, tetapi yang lain seperti organ ekskresi terulang pada segmen demi segmen. Dari luar segmentasi ini, tampak seperti rangkaian cincin atau gelang. Ciri-ciri khas lain Annelida adalah simetri bilateral, sustu sistem peredaran yang efisien dengan darah yang dipompa melalui sistem pembuluh darah tertutup, dan sistem saraf yang cukup rumit. Pembuluh saraf utama terdapat di bagian ventral. Ciri lain pada cacing Annelida yang tidak terdapat pada hewan yang lebih primitif, yaitu adanya rongga tubuh yang besar berisi cairan. Hal ini memungkinkan organ-organ dalam bergesekan satu sama lain dengan mudah, sehingga memudahkan gerakan tubuh yang ekstensif. Rongga ini, disebut selom, seluruhnya dilapisi oleh mesodermis. Akan tetapi, perkembangan embrionya sangat berbeda dengan perkembangan selom pada vertebrata. Dalam tahapan pembelahan awal, di dalam embrio terbentuk sel-sel mesodermis khusus. Pembelahan mitosis sel-sel ini menghasilkan massa jaringan mesodermis. Akhirnya, dalam jaringan tersebut berkembang suatu rongga yang secara berangsur-angsur membesar menjadi selom. Pada filum Annelida, telah ditemukan 8.900 spesies yang dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinae. Hirudinae Habitat Hirudinae di air tawar, darat, dan air laut. Tubuhnya tidak memiliki rambut dan parapodia. Bentuk tubuhnya pipih. Di kedua ujung tubuhnya terdapat alat hisap. Alat hisap pada bagian posterior besar, sedangkan pada bagian anterior kecil. Alat ini dipergunakan untuk menempel pada korban 78 MEWASPADAI CACING ! dan menghisap darahnya. Makanan cacing ini ada yang berupa larva serangga, cacing, atau organisme lain yang mati. Hirudinae bersifat parasit pada manusia atau hewan lain, karena menghisap darah. Darah yang dihisap tak dapat membeku, karena Hirudinae ini mengeluarkan zat hirudin yang bersifat anti pembekuan darah. Darah yang dihisap, dapat lebih banyak dari berat tubuhnya sendiri. Contoh Hirudinae yang paling umum adalah Hirudo Medicinalis (lintah). Hidup di air tawar. Di Eropa, pernah dipakai untuk pengobatan masa lampau dengan cara penyedotan darah penderita. Pengobatan ini didasarkan pada kepercayaan, bahwa darah yang mengandung penyakit dapat dikeluarkan. Haemodipsa Zeylanica (pacat) hidup di darat menempel pada daun-daun, hidup di daerah tropik terutama di Asia Tenggara; Haemopis Marmoratis (lintah kuda) hidup di lumpur; Limnatis Nilotica (lintah), hidup di daerah Timut Tengah; Acanthobdella sp (lintah), lintah penghisap darah ikan salem; dan Branchellion sp (lintah), tidak memiliki rahang, darah tidak berwarna, mempunyai insang, dan hidup di laut. Lintah adalah ektoparasit yang penting untuk ilmu kedokteran hidup di air dan di darat. Lintah-lintah ini mempunyai ukuran bermacam-macam, berotot, sering berpigmen dan berbentuk bujur; memiliki kutikulum kuat, batil isap pada kedua ujungnya, rahang keras dan faring berotot. Lintah yang hidup di air, biasanya suatu spesies Limnatis, dapat menyebabkan luka pada manusia. Jenis yang besar mengisap darah orangorang yang sedang mandi, sedangkan yang lebih kecil dapat masuk ke dalam traktus respiratorius bagian atas atau traktus digestivus bila terminum oleh seseorang. Kadang-kadang, dapat masuk ke dalam vagina, uretra dan mata dari orang-orang yang sedang mandi. Lintah darat terutama spesies Hamaedipsa, yang ditemukan di Timur Jauh, hidup di hutan-hutan tropis yang lembap, melekatkan diri pada musafirmusafir, bahkan masuk ke dalam pakaian dan sepatu mereka. Luka yang disebabkan oleh gigitannya tidak nyeri dan sering tidak diketahui. Luka ini 79 MEWASPADAI CACING ! mudah berdarah, karena adanya sekresi antikoagulatif, yaitu hirusin, dan sembuh dengan lambat. Lintah itu dapat diambil sesudah tidak menggigit lagi, yakni dengan diberikan anaetetikum lokal, cairan garam pekat atau bila di dekati korek api yang menyala. Musafir-musafir dapat melindungi diri dengan suatu “refelen” seperti dimetil ftalat yang dioleskan pada pakaian. Struktur luar tubuh lintah Lintah darat 80 MEWASPADAI CACING ! Struktur dalam tubuh lintah 81 MEWASPADAI CACING ! 82 MEWASPADAI CACING ! Daftar Pustaka Anonymous.1977. Program Pemberantasan Cacing-cacing yang Ditularkan Dengan Perantaraan Tanah di Indonesia. Bogor : Seminar Nasional Parasitologi Pertama. Belding, DL. 1958. Basic Clinical Parasitology, Second edition. New York : Appleton Century Crofts Inc. Brown, WH. And Belding, DL. 1964. Basic Clinical Parasitology. 2nd ed. New York : Meredith Publishing Co. Chandler, A.1945. Introduction to Parasitology. Seventh edition. London : John Wiley & Sons Inc, New York, Chapman % Hall Ltd. Cheng, TC, 1964. The Biology of Animal Parasites. WB. London : Saunders Co. Hegner and Stiles. 1959. College Zoology. Seventt edition. New York : The MacMillan Company. Lapage, G. 1959. Monnig’s Veterinary Helminthology and Entomology, 4th ed. London : Bailliere Tindall and Cox. 83 MEWASPADAI CACING ! Maclean, K and S. George. 1969. A Textbook of Therapy in Four Volumes. London : Third edition, J & A. Churchill Ltd. Sofyan Masbar, S dan Purnomo. 1977. Observasi Pendahuluan Terhadap Kebiasaan Penduduk dalam hubungannya Dengan Penularan Cacing Ascaris lumbricoides, Cacing Tambang, dan Trichuris trichiura di Kalimantan Selatan. Bogor : Seminar Nasional Parasitologi Pertama. Meer Mohr, JC Van Deer.1957. Parasit-parasit Hewan yang Terutama pada Manusia, bagian Pertama Protozoa dan vermes. Medan : Fakultas Kedokteran Negeri. Nazir, M dan E. Sutedja. 1978. Tindakan Pemberantasan Terhadap Nema 84