asuhan kebidanan balita sakit pada an. l umur 4 tahun dengan diare

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN. L UMUR
4 TAHUN DENGAN DIARE DEHIDRASI SEDANG
DI PUSKESMAS WONOSEGORO
BOYOLALI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
Fiana Puji Handayani
NIM B.12 074
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN. L UMUR
4 TAHUN DENGAN DIARE DEHIDRASI SEDANG
DI PUSKESMAS WONOSEGORO
BOYOLALI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
Fiana Puji Handayani
NIM B.12 074
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN. L UMUR
4 TAHUN DENGAN DIARE DEHIDRASI SEDANG
DI PUSKESMAS WONOSEGORO
BOYOLALI
Diajukan Oleh :
Fiana Puji Handayani
NIM B.12 074
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal ................
Pembimbing
Anis Nurhidayati, SST., M.Kes
NIK 200685025
ii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN. L UMUR
4 TAHUN DENGAN DIARE DEHIDRASI SEDANG
DI PUSKESMAS WONOSEGORO
BOYOLALI
Karya Tulis Ilmiah
Disusun Oleh :
Fiana Puji Handayani
NIM B12.074
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Ujian Akhir Program D III Kebidanan
Pada tanggal…………………
PENGUJI 1
PENGUJI II
Ika Budi Wijayanti, SST., M.Sc
Anis Nurhidayati, SST., M.Kes
NIK 200680024
NIK 200685025
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi D III Kebidanan
Retno Wulandari, SST
NIK 200985034
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Balita Sakit pada An. L
umur 4 tahun dengan Diare Dehidrasi Sedang di Puskesmas Wonosegoro
Boyolali” . Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas
akhir sebagai salah satu syarat kelulusan pada Prodi DIII Kebidanan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta
2.
Ibu Retno Wulandari, SST, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta
3.
Ibu Anis Nurhidayati, SST., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis
4.
Bapak dr. Bambang Agus Pribadi selaku Kepala UPTD Puskesmas
Wonosegoro Boyolali, yang telah bersedia memberikan ijin dalam
pelaksanaan penelitian.
iv
5.
Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan
6.
Bagian perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh
referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah
7.
An. L dan keluarga yang telah bersedia menjadi responden dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah
8.
Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka saran untuk kemajuan
Asuhan Kebidanan selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Surakarta, Agustus 2015
Penulis
v
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015
Fiana Puji Handayani
B.12 074
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN. L
UMUR 4 TAHUN DENGAN DIARE DEHIDRASI SEDANG
DI PUSKESMAS WONOSEGORO BOYOLALI
TAHUN 2015
( xi + 79 halaman + 11 lampiran )
INTISARI
Latar belakang : Angka kematian balita di Indonesia pada tahun 2012
sebesar 40/1000 kelahiran hidup sedangkan di Provinsi Jawa Tengah sebesar
11,85/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian balita adalah pneumonia
dan diare. Angka kejadian diare di Puskesmas Wonosegoro Boyolali pada
bulan Januari sampai bulan November tahun 2014 sebanyak 78 kasus. Diare
adalah seringnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya dengan
konsistensi yang lebih encer. Diare jika tidak segera ditangani dapat
menyebabkan dehidrasi.
Tujuan : Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita sakit dengan diare
dehidrasi sedang sesuai dengan manajemen kebidanan 7 langkah varney.
Jenis : Jenis KTI ini adalah Studi Kasus dengan menggunakan metode
deskriptif. Lokasi di Puskesmas Wonosegoro Boyolali. Subyek studi kasus
adalan An. L dengan diare dehidrasi sedang. Waktu studi kasus pada tanggal
22-26 Juni 2015. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi,
studi dokumentasi dan studi pustaka.
Hasil : Hasil dari studi kasus ini adalah setelah dilakukan perawatan selama 4
hari didapatkan hasil bahwa An. L sudah tidak rewel, keadaan umum baik,
ubun-ubun tidak cekung, mata tidak pucat, mata tidak cekung, mulut lembab /
tidak kering, perut tidak kembung, turgor perut kembali normal dan BAB
normal 1 kali sehari dengan konsistensi lunak disertai ampas.
Kesimpulan : Asuhan Kebidanan pada An. L dengan diare dehidrasi sedang
di Puskesmas Wonosegoro Boyolali terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktek yaitu pada langkah perencanaan.
Kata kunci
: Asuhan kebidanan, Balita, Diare dehidrasi sedang
Kepustakaan : 26 literatur (2005 - 2015)
vi
MOTTO
1. Untuk mendapatkan kesuksesan, keberanianmu harus lebih besar daripada
ketakutanmu
2. Cara terbaik untuk keluar dari suatu persoalan adalah memecahkannya.
3. Harga
kebaikan
manusia
adalah
diukur
menurut
apa
yang
telah
dilaksanakan/diperbuatnya.
4. Kalau hari ini kita menjadi penonton, bersabarlah menjadi pemain esok hari.
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan :
1. Yang utama dari segalanya, sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT
yang telah memberikanku kekuatan dan kemudahan, sehingga Karya Tulis
Ilmiah yang sederhana ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Kupersembakan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kusayangi dan
kukasihi, Mama dan Papa tercinta. Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima
kasih yang tiada terhingga pada mama dan papa yang telah memberikan do’a,
dukungan dan cinta kasihnya sepanjang masa yang tiada mungkin dapat
kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan
persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat mama dan
papa bahagia dengan kesuksesanku nanti. Terima kasih maa.. paa...
3. Untuk 2 kakak gantengku tercinta. Terima kasih atas semangat, do’a dan
bantuan kalian selama ini, hanya karya kecil ini yang dapat aku persembahkan.
4. Pembimbing tercinta Ibu Anis Nurhidayati, SST., M.Kes.
5. Teman-teman seperjuangan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terima
kasih canda tawa dan kebersamaan kita selama ini.
6. Almamater tercinta.
vii
CURICULUM VITAE
Nama
: Fiana Puji Handayani
Tempat/tanggal lahir
: Kampar, 16 Februari 1994
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Bandung kulon RT 03 RW 01 Kecamatan Wonosegoro
Kabupaten Boyolali
Riwayat Pendidikan
1. SD 006 Sari Makmur Pelalawan, Riau
LULUS TAHUN 2006
2. MTs Darussalam Wonosegoro, Boyolali
LULUS TAHUN 2009
3. MA Al-muayyad Mangkuyudan, Surakarta
LULUS TAHUN 2012
4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan Tahun
2012
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
INTISARI ...................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii
CURICULUM VITAE .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................... 4
C. Tujuan Studi Kasus ................................................................ 4
D. Manfaat Studi Kasus .............................................................. 6
E. Keaslian Studi Kasus ............................................................. 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ............................................................................ 9
B. Teori Manajemen Kebidanan ................................................. 26
C. Landasan Hukum ................................................................... 41
BAB III
METODELOGI
A. Jenis Studi Kasus ................................................................... 43
B. Lokasi Studi Kasus ................................................................. 43
C. Subjek Studi Kasus ................................................................ 43
D. Waktu Studi Kasus ................................................................. 44
E. Instrumen Studi Kasus ........................................................... 44
F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 44
G. Alat-alat yang di butuhkan ..................................................... 48
H. Jadwal Penelitian.................................................................... 49
ix
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus ...................................................................... 50
B. Pembahasan ........................................................................... 72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 76
B. Saran ...................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2.
Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3.
Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4.
Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5.
Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 6.
Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7.
Surat Persetujuan Pasien dalam mengambil Kasus
Lampiran 8.
Format Asuhan Kebidanan Balita Sakit
Lampiran 9.
Data Perkembangan SOAP
Lampiran 10. Lembar Observasi
Lampiran 11. Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 12. Leaflet
Lampiran 13. Dokumentasi Studi Kasus
Lampiran 14. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi angka kematian Neonatal, Bayi, dan Balita di Indonesia menurut
data hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
yaitu Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia sebesar 19
kematian/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 32
kematian/1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita (AKABA)
sebesar 40/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).
Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian balita
per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA
menggambarkan
tingkat
permasalahan
balita,
tingkat
pelayanan
KIA/posyandu, tingkat keberhasilan program KIA/posyandu dan kondisi
sanitasi lingkungan. AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar
11,85/1000 kelahiran hidup. Cakupan yang diharapkan dalam Millenum
Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 yaitu 23/1000 kelahiran hidup,
AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sudah melampaui target
(Dinkes Jateng, 2012).
Berdasarkan Survey Profil Kesehatan Indonesia, pneumonia dan diare
merupakan penyakit infeksi penyebab utama kematian balita di Indonesia.
Lebih dari 50.000 balita meninggal karena Pneumonia dan Diare
(Simanjuntak, 2013).
1
2
Diare adalah seringnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya
dengan konsistensi yang lebih encer. Tanda dan gejala dari penyakit diare
meliputi : balita gelisah, rewel, mata cekung, haus, minum dengan lahap, dan
cubitan kulit perut kembali lambat. Diare menyebabkan kehilangan cairan
dan elektrolit secara mendadak serta dapat terjadi berbagai komplikasi
diantaranya dehidrasi (ringan, sedang, berat), kejang terjadi pada dehidrasi
hipertonik dan malnutrisi energi protein (Rekawati, 2013).
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas
dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih
menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama
kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah
maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu
tata laksana yang cepat dan tepat. Berbagai faktor mempengaruhi terjadinya
kematian, malnutrisi ataupun kesembuhan pada pasien penderita diare. Pada
balita, kejadian diare lebih berbahaya dibanding pada orang dewasa
dikarenakan komposisi tubuh balita yang lebih banyak mengandung air
dibanding dewasa. Jika terjadi diare, balita lebih rentan mengalami dehidrasi
dan komplikasi lainnya yang dapat merujuk pada malnutrisi ataupun
kematian (Kemenkes, 2011).
Diare dengan dehidrasi sedang adalah diare yang mengalami dehidrasi
atau kehilangan cairan 5-10 % dari berat badan semula dan menunjukkan
gangguan-gangguan tanda vital tubuh. Penyakit diare bermula dari pasien
3
gelisah, rewel/mudah marah, mata cekung, haus, minum dengan lahap,
cubitan kulit perut kembali dengan lambat kemudian timbul diare
(Sudaryat, 2005).
Peran bidan dalam menangani kasus diare adalah mengidentifikasi
potensi dan permasalahan klinis, menganalisa masalah, mencari alternatif
pemecahan masalah dan penyusunan rencana kerja dalam menangani kasus
diare (Depkes RI, 2008).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 24
November 2014 di Puskesmas Wonosegoro Boyolali diperoleh data
Kasus Balita Sakit dari bulan Januari sampai bulan November
tahun 2014 dari catatan Rekam Medik (RM) di Puskesmas Wonosegoro
Boyolali diperoleh 245 balita sakit diantaranya 78 kasus diare (31,84 %),
febris 50 (20,41 %), Infeksi Saluran Pernafasan Atas 48 (19,59 %), stomatitis
31 (12,65 %), gatal-gatal 18 (7,35 %),
varicela 16 (6,53 %), Demam
berdarah 4 (1,63 %). Balita dengan diare yang mengalami dehidrasi ringan 23
orang (29,48 %), sedang 47 orang (60,26 %), dan berat 8 orang (10,26 %).
Berdasarkan data tersebut jumlah balita yang mengalami diare sedang
di Puskesmas Wonosegoro Boyolali masih cukup tinggi dan jika tidak
segera ditangani bisa mengalami dehidrasi bahkan terjadi kematian, maka
penulis tertarik untuk melaksanakan studi kasus yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Balita Sakit pada An. L umur 4 tahun dengan Diare Dehidrasi
Sedang di Puskesmas Wonosegoro Boyolali”.
4
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka
perumusan
masalah
dalam
studi
kasus
ini
adalah
“Bagaimana
Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Balita Sakit pada An. L umur 4 tahun
dengan Diare Dehidrasi Sedang di Puskesmas Wonosegoro Boyolali dengan
menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah Varney?”.
C. Tujuan Studi Kasus
1.
Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan balita sakit dengan diare dehidrasi
sedang di Puskesmas Wonosegoro Boyolali sesuai dengan manajemen
kebidanan 7 langkah Varney.
2.
Tujuan Khusus
a. Penulis mampu:
1) Melakukan pengkajian balita sakit pada An. L umur 4 tahun
dengan diare dehidrasi sedang di Puskesmas Wonosegoro
Boyolali.
2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan balita sakit pada An. L umur 4 tahun
dengan diare dehidrasi sedang di Puskesmas Wonosegoro
Boyolali.
5
3) Menentukan diagnosa potensial balita sakit pada An. L umur 4
tahun dengan diare dehidrasi sedang di Puskesmas Wonosegoro
Boyolali.
4) Mengantisipasi atau tindakan segera balita sakit pada An. L umur
4 tahun dengan diare dehidrasi sedang di Puskesmas Wonosegoro
Boyolali.
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan balita sakit p a d a A n .
L
umur
4
tahun
dengan diare dehidrasi sedang di
Puskesmas Wonosegoro Boyolali.
6) Melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun balita sakit
pada An. L umur 4 tahun dengan diare dehidrasi sedang di
Puskesmas Wonosegoro Boyolali.
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang diberikan pada
balita sakit An. L umur 4 tahun dengan diare dehidrasi sedang di
Puskesmas Wonosegoro Boyolali.
b.
Penulis mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus
nyata di lapangan balita sakit pada An. L umur 4 tahun dengan diare
dehidrasi sedang.
c.
Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan masalah balita
sakit pada An. L umur 4 tahun dengan diare dehidrasi sedang.
6
D. Manfaat Studi Kasus
1.
Bagi Diri Sendiri
Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang nyata dalam
memberikan asuhan kebidanan balita sakit dengan diare dehidrasi
sedang.
2.
Bagi Profesi
Diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi organisasi profesi bidan
dalam upaya meningkatkan mutu dalam memberikan asuhan kebidanan
balita sakit dengan diare dehidrasi sedang.
3.
Bagi Instansi Puskesmas Wonosegoro Boyolali
Dapat digunakan sebagai peningkatan kualitas dalam pelaksanaan asuhan
kebidanan balita sakit dengan diare dehidrasi sedang.
4.
Bagi Institusi Pendidikan
Digunakan sebagai tambahan wacana atau referensi sehingga dapat
menambah pengetahuan tentang asuhan kebidanan balita sakit dengan
diare dehidrasi sedang.
E. Keaslian Studi Kasus
Karya Tulis Ilmiah tentang asuhan kebidanan balita sakit dengan diare
dehidrasi sedang pernah dilaksanakan oleh :
1. Denny Ayu Widyaningsih (2012), STIKes Kusuma Husada Surakarta
dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Balita Sakit An. Z dengan Diare
Dehidrasi Sedang di Puskesmas Mantingan Ngawi”. Jenis Karya Tulis
7
Ilmiah ini berupa Studi Kasus dengan manajemen tujuh langkah Varney.
Pada tinjauan kasus ditemukan diagnosa anak Z umur 2 tahun dengan
diare dehidrasi sedang. Asuhan yang diberikan yaitu memberikan terapi
obat menurut advis dokter, yaitu pemberian Lacto B 2 x 1 sach, Zink
Kid 1 x 10 mg, Oralit 100 cc/diare, Oralit 50 cc/muntah, Domperidon 3 x
2 mg dan memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit diare serta
perawatan dirumah, kebersihan perorangan, dan lingkungan agar ibu
dapat memberikan pertolongan pertama pada anaknya. Hasil asuhan yang
diberikan yaitu setelah dilakukan perawatan selama 5 hari An. Z sudah
tidak rewel, konsistensi BAB lembek dan berampas, frekuensi BAB 1 kali
dalam sehari dan mau banyak minum air putih.
2. Sri Winarsih (2013), STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul
“Asuhan Kebidanan pada Balita Sakit An. I d e n g a n Diare Dehidrasi
Sedang di RSUD dr. Moewardi Surakarta” jenis Karya Tulis Ilmiah ini
berupa Studi Kasus dengan manajemen kebidanan tujuh langkah Varney.
Pada tinjauan kasus ini ditemukan Diagnosa An. I umur 1 tahun 10 bulan
dengan Diare Dehidrasi Sedang. Dalam penanganan kasus ini bidan
berkolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk memberikan terapi pada
An. I, dan diperoleh advis dokter yaitu pemberian infus KAen 3 A, terapi
injeksi Bacteryn 2 x 375 mg, tablet puyer Dialac 3 x 1 bungkus sehari per
oral, memberikan banyak minum air putih, dan memberikan nutrisi yang
mengandung cukup energi dan protein serta tinggi serat misalnya nasi,
telur, sayur bayam, dan buah-buahan supaya anak dapat kembali dalam
8
keadaan baik. Hasil asuhan yang diberikan yaitu setelah dilakukan
perawatan selama 5 hari An. I tidak rewel lagi, keadaan umum baik, muka
tidak pucat, mulut lembab/tidak kering, perut tidak kembung, turgor
normal, BAB normal 1 kali sehari dengan konsistensi lunak disertai
dengan ampas.
3. Devita Agustina (2013), D4 Kebidanan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dengan judul “Asuhan Kebidanan Balita Sakit pada An. M
umur 1 tahun 2 bulan dengan Diare Dehidrasi Sedang di RSUD
Sukoharjo”. Jenis Karya Tulis Ilmiah ini berupa Studi Kasus dengan
manajemen tujuh langkah Varney. Pada tinjauan kasus ditemukan
diagnosa anak M umur 1 tahun 2 bulan dengan diare dehidrasi sedang.
Asuhan yang diberikan yaitu terapi antibiotic, cairan elektrolit,
antipiretik, antiemetik dan untuk saluran cerna. Setelah dilakukan
perawatan selama 5 hari, hasilnya An. M tinjanya sudah tidak cair, perut
tidak kembung, status hidrasi baik dan turgor baik.
Persamaan Studi Kasus diatas dengan Studi Kasus yang disusun oleh penulis
terletak pada judul yaitu pada balita sakit dengan diare dehidrasi sedang,
sedangkan perbedaan dengan Studi Kasus ini terletak pada lokasi, subyek dan
waktu Studi Kasus.
BAB ll
TINJAUAN KASUS
A. TEORI MEDIS
1.
Balita
a.
Pengertian Balita
Balita adalah anak usia 12 - 59 bulan. Masa balita adalah periode
penting dalam tumbuh kembang anak (Depkes RI, 2005).
Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik
pertumbuhan yakni pertumbuhanan cepat pada usia 0-1 tahun
dimana umur 5 bulan berat badan naik 2 x berat badan lahir, dan 3 x
berat badan lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4 x pada umur 2
tahun (Bety, 2012).
b.
Tahapan Perkembangan Balita
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan
(Soetjiningsih, 2012).
Menurut Depkes RI (2005), tahapan perkembangan balita meliputi :
1) Umur 12 – 18 bulan
a) Berdiri sendiri tanpa pegangan
b) Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali
c) Berjalan mundur 5 langkah
9
10
d) Memanggil ibu dengan kata mama, memanggil ayah dengan
kata papa
e) Menumpuk 2 kubus
f)
Memasukkan kubus didalam kotak
g) Menunjukkan apa yang di inginkan tanpa menangis atau
merengek,
anak
bisa
mengeluarkan
suara
yang
menyenangkan / menarik tangan ibu
h) Memperlihatkan rasa cemburu / bersaing
2) Umur 18-24 bulan
a) Berdiri sendiri tanpa pegangan 30 detik
b) Berjalan tanpa terhuyung-huyung
c) Bertepuk tangan dan melambai-lambai
d) Menumpuk 4 buah kubus
e) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
f)
Menggelindingkan bola ke arah sasaran
g) Menyebut 3 - 6 kata yang mempunyai arti
h) Membantu dan menirukan pekerjaan rumah tangga
i)
Memegang cangkir sendiri, belajar makan dan minum
sendiri
3) Umur 24 – 36 bulan
a) Jalan naik tangga sendiri
b) Dapat bermain menendang bola kecil
c) Mencoret-coret kertas dengan pensil
11
d) Bicara dengan baik menggunakan 2 kata
e) Dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya ketika
diminta
f)
Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama
dua benda atau lebih
g) Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu
mengangkat piring jika diminta
h) Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah
i)
Melepas pakaiannya sendiri
4) Umur 36 – 48 bulan
a) Berdiri satu kaki selama 2 detik
b) Melompat kedua kaki diangkat
c) Mengayuh sepeda roda tiga
d) Menggambar garis lurus
e) Menumpuk 8 buah kubus
f)
Mengenal 2 – 4 warna
g) Menyebut nama, umur, tempat
h) Mengerti arti kata diatas, dibawah, didepan
i)
Mendengarkan cerita
j)
Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
k) Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan
l)
Mengenakan sepatu sendiri.
12
5) Umur 48 – 60 bulan
a) Berdiri satu kaki selama 6 detik
b) Melompat-lompat satu kaki
c) Menari
d) Menggambar tanda silang
e) Menggambar lingkaran
f)
Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh
g) Mengancing baju atau pakaian boneka
h) Menyebut nama tanpa dibantu
i)
Senang menyebut kata baru
j)
Senang bertanya tentang sesuatu
k) Menjawab pertanyaan dengan kata-kata benar
l)
Bicaranya mudah dimengerti
m) Bisa membandingkan atau membedakan sesuatu dari
ukuran dan bentuknya
n) Menyebut angka, menghitung jari, nama-nama hari
o) Menggosok gigi tanpa dibantu
p) Bereaksi tentang dan tidak rewel ketika ditinggal ibunya
c.
Pertumbuhan Fisik Balita
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan
struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya
multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga disebabkan
oleh bertambah besarnya sel (Rekawati, 2013).
13
1) Lingkar Kepala
Pertumbuhan pada lingkar kepala ini terjadi dengan sangat
cepat sekitar 6 bulan pertama, yaitu 35-43 cm. Pada usia-usia
selanjutnya
pertumbuhan
lingkar
kepala
mengalami
perlambatan. Pada usia 1 tahun hanya mengalami pertumbuhan
kurang lebih 46,5 cm. Pada usia 2 tahun mengalami
pertumbuhan kurang lebih 49 cm, kemudian akan bertambah 1
cm sampai dengan usia tahun ketiga dan bertambah lagi kurang
lebih 5 cm sampai dengan usia remaja (Hidayat, 2011).
2) Panjang Badan
Pada usia 0-6 bulan bayi akan mengalami penambahan
tinggi badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya. Pada usia 6-12
bulan mengalami penambahan tinggi badan hanya sekitar 1,25
cm setiap bulannya. Pada akhir tahun pertama akan meningkat
kira-kira 50 % dari tinggi badan waktu lahir (Hidayat, 2011).
3) Berat Badan
Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi 2,
yaitu 0-6 bulan dan usia 6-12 bulan. Untuk usia 0-6 bulan
pertumbuhan berat badan akan mengalami penambahan setiap
minggu sekitar 140-200 gram. Dan berat badannya akan
menjadi dua kali berat badan lahir pada akhir bulan ke-6.
Sedangkan pada usia 6-12 bulan terjadi penambahan setiap
14
minggu sekitar 25-40 gram pada akir bulan ke-12 akan terjadi
penambahan tiga kali lipat berat badan lahir (Hidayat, 2011).
d. Penyakit pada Balita
Beberapa penyakit yang sering terjadi pada balita menurut Hidayat
(2011), yaitu :
1) Asma
Asma adalah suatu penyaki obstruktif jalan nafas yang
disebabkan oleh odema mukosa, sekresi mukus yang
berlebihan, serta spasme otot polos bronkus.
2) Bronkitis
Bronkitis adalah infeksi pada bronkus yang berasal dari hidung
dan tenggorokan.
3) Typhus abdominalis
Typhus abdominalis merupakan penyakit infeksi yang terjadi
pada usus halus yang disebabkan oleh salmonella thypii.
4) Penyakit alergi
Penyakit alergi merupakan penyakit yang dapat disebabkan
adanya reaksi fisiologis yang menyimpang, sebagai akibat
reaksi antigen dan antibodi.
5) Diare
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya.
15
2. Diare
a.
Pengertian Diare
Diare adalah seringnya frekuensi buang air besar lebih dari
biasanya dengan konsistensi yang lebih encer (Rekawati, 2013).
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buang
air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya (Weni, 2010).
Diare adalah keadaan dimana sering Buang Air Besar, paling
tidak terjadi 3 x dalam sehari serta tinja cair (Swasanti, 2013).
b.
Etiologi
Menurut Rekawati (2013), penyebab utama beberapa kuman
usus penting, yaitu Rotavirus, Escherichia Coli, Shigella,
Cryptosporidium, vibrio cholerae, salmonella. Selain kuman, ada
beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
diare yaitu :
1) Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama
kehidupan
2) Menggunakan botol susu
3) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar
4) Air minum tercemar dengan bakteri tinja
5) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja, atau sebelum menjamah makanan
16
c.
Patofisiologi
Menurut Rekawati (2013), diare dapat terjadi dengan mekanisme
dasar sebagai berikut :
1) Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus. Selanjutnya, timbul diare karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
2) Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya, toksin pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan
elektrolit kedalam rongga usus selanjutnya timbul diare
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3) Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik
akan
mengakibatkan
berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan. Selanjutnya,
timbul diare pula.
d.
Gambaran Klinis
Tanda/gejala klinis penyakit diare dengan dehidrasi sedang
menurut Weni (2010), adalah sebagai berikut :
17
1) Cengeng
2) Gelisah
3) Suhu meningkat
4) Nafsu makan menurun
5) Tinja cair
6) Lendir (+)
7) Darah (terkadang ada)
8) Warna tinja lama kelamaan berwarna hijau karena tercampur
dengan empedu
9) Anus lecet
10) Tinja lama kelamaan menjadi asam (karena banyaknya asam
laktat yang keluar).
e.
Akibat Penyakit Diare
Menurut Rekawati (2013), sebagai akibat dari diare akut
maupun kronik dapat terjadi hal-hal sebagai berikut :
1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih
banyak dari pada pemasukan air (input), merupakan
penyebab terjadinya kematian pada diare.
2) Gangguan keseimbangan asam - basa (asidosis metabolik)
Asidosis metabolik ini terjadi karena :
18
a) Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
b) Adanya ketosis kelaparan, metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh
c) Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia
jaringan
d) Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat
karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria/anuria)
e) Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam
cairan intraseluler.
Secara
klinis,
asidosis
dapat
diketahui
dengan
memperhatikan pernafasan yang bersifat cepat, teratur, dan
dalam yang disebut pernafasan kuszmaull.
3) Hipoglikemia
Hipoglikemi terjadi pada 2-3 % dari anak-anak yang
menderita diare. Pada anak-anak dengan gizi cukup/baik
hipoglikemia ini jarang terjadi. Lebih sering terjadi pada anak
yang sebelumnya sudah menderita Kekurangan Kalori
Protein (KKP). Hal ini terjadi karena :
a) Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu
b) Adanya gangguan absorbsi glukosa (walaupun jarang
terjadi).
19
Gejala hipoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun sampai 40 mg % pada bayi dan 50 mg % pada anakanak yang dapat berupa lemas, apatis, peka rangsang, tremor,
berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
4) Gangguan Gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan
gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam
waktu yang singkat. Hal ini disebabkan :
a) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut
diare atau muntahnya akan bertambah hebat. Orang tua
hanya sering memberikan air teh saja (teh diit)
b) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan
pengenceran dan susu yang encer ini diberikan terlalu
lama
c) Makanan yan diberikan sering tidak dapat dicerna dan di
absorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5) Gangguan Sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah,
dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (syok)
hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan
terjadi
hipoksia,
asidosis
bertambah
berat,
dapat
mengkibatkan perdarahan didalam otak dan kesadaran
20
menurun (soporokomateus) dan bila tidak segera ditolong
maka penderita dapat meninggal.
f.
Komplikasi
Akibat diare, yaitu kehilangan cairan dan elektrolit secara
mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut
(Rekawati, 2013) :
1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau
hipertonik)
2) Renjatan hipovolemik
3) Hipoglikemia (gejala meteorismus, hipotoni otot lemah,
bradikardi)
4) Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan
defisiensi enzim laktose
5) Hipoglikemia
6) Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik
7) Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare jika lama
atau kronik).
g.
Pencegahan
Menurut Sudaryat (2005), tujuh intervensi pencegahan diare
yang efektif adalah :
1) Pemberian ASI
2) Memperbaiki makanan sapihan
3) Menggunakan air bersih yang cukup banyak
21
4) Mencuci tangan
5) Menggunakan jamban keluarga
6) Cara membuang tinja yang baik dan benar
7) Pemberian imunisasi campak
h.
Pengobatan atau Penatalaksanaan Diare
Untuk mengatasi diare, tidak selalu harus dirujuk. Hal ini
disesuaikan dengan klasifikasinya. Ada tindakan yang dapat
dilakukan sendiri oleh petugas dilapangan. Anak baru dirujuk
apabila keadaan anak tidak membaik. Sesuai dengan klasifikasi
pada pedoman MTBS, tindakan yang perlu dilakukan adalah
sebagai berikut (Rekawati, 2013) :
1) Diare tanpa dehidrasi (rencana terapi A)
a) Beri cairan tambahan sebanyak anak mau. Saat berobat,
orang tua perlu diberi oralit beberapa bungkus untuk
diberikan pada anak dirumah. Juga perlu penjelasan
(1) Beri ASI lebih lama pada setiap kali pemberian (bila
masih diberi ASI)
(2) Jika diberi ASI ekslusif berikan oralit atau air matang
sebagai tambahan
(3) Jika memperoleh ASI ekslusif, berikan salah satu cairan
berikut ini yaitu oralit, kuah sayur, kuah tajin, air
matang
(4) Ajarkan cara membuat dan memberikan oralit dirumah :
22
(a) 1 bungkus oralit masukkan kedalam 200 ml (1
gelas) air matang
(b) Usia sampai 1 tahun berikan 50 – 100 ml oralit
setiap habis berak
(c) Berikan oralit sedikit-sedikit dengan sendok. Bila
muntah, tunggu 10 menit, kemudian berikan lagi
(5) Lanjutkan pemberian makan sesuai usianya
(6) Bila keadaan anak tidak membaik dalam 5 hari atau
bahkan memburuk, maka anjurkan untuk dibawa ke
rumah sakit. Selama perjalanan ke rumah sakit, oralit
tetap diberikan.
2) Diare dengan dehidrasi ringan/sedang (rencana terapi B)
a) Berikan oralit dan observasi di klinik selama 3 jam dengan
jumlah sekitar 75 ml/kg BB atau berdasarkan usia anak.
Pemberian oralit pada bayi sebaiknya dengan menggunakan
sendok. Adapun jumlah pemberian oralit berdasarkan usia
atau berat badan dalam 3 jam pertama adalah sebagai
berikut :
(1) Usia 0-4 bulan (< 6 kg)
: 200-400 ml
(2) Usia 4-12 bulan (6-<10 kg)
: 400-700 ml
(3) Usia 12-24 bulan (10-<12 kg)
: 700-900 ml
(4) Usia 2-5 tahun (12-19 kg)
: 900-1400 ml
23
Bila anak menginginkan lebih, dapat diberikan. Anak
dibawah 6 bulan yang sudah tidak minum ASI, berikan juga
air matang sekitar 100-200 ml selama periode ini
b) Ajarkan pada ibu cara membuat dan memberikan oralit,
yaitu satu bungkus oralit dicampur dengan satu gelas
(ukuran 200 ml) air matang
c) Lakukan penilaian setelah anak diobservasi 3 jam. Bila
membaik, pemberian oralit dapat diteruskan dirumah sesuai
dengan penanganan diare tanpa dehidrasi. Bila memburuk,
segera pasang infus dan rujuk ke rumah sakit untuk
mendapatkan penanganan segera.
3) Diare dengan dehidrasi berat
a) Jika anak menderita penyakit berat lainnya, segera dirujuk.
Selama dalam perjalanan, mintalah ibu terus memberikan
oralit sedikit demi sedikit dan anjurkan tetap memberikan
ASI
b) Jika tidak ada penyakit berat lainnya, perlu tindakan
sebagai berikut :
(1) Jika dapat memasang infus, segera berikan cairan RL /
NaCL secepatnya secara intravena sebanyak 100 ml/BB
(2) Jika tidak dapat memasang infus, tetapi dapat
memasang sonde, berikan oralit melalui nasogatric
dengan jumlah 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam. Jika
24
anak muntah terus menerus dan perut kembung berilah
oralit lebih lambat. Jika keadaan membaik setelah 6
jam, teruskan penanganan seperti dehidrasi ringan atau
sedang. Jika keadaan memburuk, segera lakukan
rujukan
(3) Jika tidak dapat memasang infus maupun sonde, rujuk
segera. Jika anak dapat minum, anjurkan ibu untuk
memberikan oralit sedikit demi sedikit selama dalam
perjalanan.
3. Diare dengan dehidrasi sedang
a.
Pengertian
Diare dengan dehidrasi sedang adalah diare yang mengalami
dehidrasi atau kehilangan cairan 5 – 10 % dari berat badan semula
dan
menunjukkan
gangguan-gangguan
tanda
vital
tubuh
(Sudaryat, 2005).
b.
Gambaran klinis
Penyakit diare bermula dari pasien gelisah, rewel/mudah
marah, mata cekung, haus, minum dengan lahap, cubitan kulit
perut kembali lambat kemudian timbul diare (Rekawati, 2013).
c.
Penatalaksanaan diare dengan dehidrasi sedang
Menurut Depkes RI (2008), penatalaksanaan balita diare
dengan dehidrasi sedang yaitu :
25
1) Berikan oralit sesuai dengan yang dianjurkan selama periode
3 jam dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Umur 12 – 24 bulan dengan berat badan 10 – 12 kg
pemberian oralit sebanyak 700 – 900 ml.
b) Umur 2 – 5 tahun dengan berat badan 12 – 19 kg
pemberian oralit sebanyak 900 – 1400 ml.
Jika berat badan balita tidak diketahui dapat juga
menggunakan umur saja. Jumlah oralit dapat dihitung dengan
cara berat badan (dalam kg) dikalikan 75. Jika anak
menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman diatas,
berikan saja.
2) Tunjukkan kepada ibu cara memberikan larutan oralit,
diantaranya:
a) Setelah 3 jam ulangi penilaian dan klasifikasi kembali
derajat dehidrasi, kemudian pilih rencana terapi yang
sesuai untuk melanjutkan pengobatan, kemudian mulai
memberi makan pada balita ketika masih di klinik/rumah
sakit.
b) Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai
yang harus dilakukan adalah:
(1) Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit di rumah.
26
(2) Tunjukkan beberapa banyak oralit yang harus
diberikan di rumah untuk menyelesaikan 3 jam
pengobatan.
(3) Beri beberapa bungkus oralit yang cukup untuk
rehidrasi juga beri 6 bungkus sesuai yang dianjurkan
yaitu 100 sampai 200 ml setiap kali berak.
(4) Jelaskan 3 aturan perawatan di rumah, yaitu antara
lain :
(a) Beri cairan tambahan 100 sampai 200 ml setiap
kali berak.
(b) Lanjutkan pemberian makan.
(c) Beritahu
ibu
kapan
harus
kembali
memeriksakan beraknya.
B. Teori Manajemen Kebidanan
1.
Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah kebidanan
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan,
keterampilan dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan
yang terfokus pada pasien (Varney, 2007).
2.
Tujuan Langkah Manajemen Kebidanan menurut Varney (2007)
27
a. LANGKAH 1 : PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi
keadaan pasien. Data dasar ini termasuk riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data subyektif
dan data obyektif serta data penunjang (Varney, 2007).
1) Identitas
Identitas ini diperlukan untuk memastikan bahwa yang
diperiksa benar-benar anak yang dimaksud, dan tidak keliru
dengan anak lain (Matondang, 2013).
Identitas tersebut meliputi :
a) Nama balita
: Diperlukan untuk memastikan bahwa yang
diperiksa benar-benar anak yang dimaksud. Nama harus jelas
dan lengkap serta ditulis juga nama panggilan akrabnya
(Matondang, 2013).
b) Umur
: Perlu diketahui mengingat periode usia anak
(periode neonatus, bayi, pra sekolah, balita, sekolah, akil
balig) mempunyai kekhasannya sendiri dalam mordibitas dan
mortalitas. Usia anak juga diperlukan untuk menginterpretasi
apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut normal sesuai
umurnya (Matondang, 2013).
c) Jenis Kelamin
: Jenis kelamin sangat diperlukan selain
untuk identitas juga untuk penilaian data pemeriksaan klinis
(Matondang, 2013).
28
d) Anak ke : Dikaji untuk mengetahui jumlah saudara pasien
(Matondang, 2013).
e) Nama orang tua : Harus dituliskan dengan jelas agar tidak
keliru dengan orang lain, mengingat banyak nama yang sama
(Matondang, 2013).
f) Umur orang tua
: Dikaji untuk mengetahui umur orang
tua (Nursalam, 2005).
g) Agama
: Sebagai dasar bidan dalam memberikan dukungan
mental dan spiritual terhadap pasien dan keluarga (Ari, 2010).
h) Pendidikan : Selain sebagai tambahan identitas informasi
tentang pendidikan orang tua baik ayah maupun ibu, dapat
menggambarkan keakuratan data yang diperoleh serta dapat
ditentukan pola pendekatan (Matondang, 2013).
i) Pekerjaan : Untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi
keluarga pasien (Matondang, 2013).
j) Alamat
: Untuk mengetahui dimana lingkungan tempat
tinggalnya (Varney, 2007).
2) Anamnesa (data subyektif)
Anamnesa adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai
suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian (Nursalam, 2005).
a) Alasan datang atau keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan
klien dibawa untuk berobat (Matondang, 2013). Keluhan
29
utama pada balita dengan diare dehidrasi sedang adalah BAB
4-10 kali sehari, dengan konsistensi cair (Rekawati, 2013).
b) Riwayat kesehatan
(1) Imunisasi
Status imunisasi klien dinyatakan, khususnya imunisasi
BCG, DPT, Polio, Hepatitis, Campak, dan imunisasi
lainnya. Hal tersebut selain diperlukan untuk mengetahui
status
perlindungan pediatrik
yang diperoleh juga
membantu diagnosis pada beberapa keadaan tertentu
(Matondang, 2013).
(2) Riwayat penyakit yang lalu
Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah di
derita, apabila balita menderita suatu penyakit
(Varney, 2007).
(3) Riwayat penyakit sekarang
Dikaji untuk mengetahui keadaan pasien saat ini
(Varney, 2007).
(4) Riwayat penyakit keluarga menurun/menular
Dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga terdapat
riwayat penyakit hipertensi, DM, TBC, hepatitis, jantung,
dan lain-lain (Matondang, 2013).
30
c) Riwayat sosial
(1) Siapa yang mengasuh balita
(2) Hubungan pasien dengan anggota keluarga yaitu dengan
ibu, ayah serta anggota keluarga yang lain
(3) Hubungan dengan teman sebaya di lingkungan sekitar
rumah
(4) Perlu diupayakan untuk mengetahui terdapatnya masalah
dalam keluarga, tetapi harus di ingat bahwa masalah ini
sering menyangkut hal-hal sensitif, hingga diperlukan
kebijakan dan kearifan tersendiri dalam pendekatannya
(Matondang, 2013).
d) Pola kebiasaan sehari-hari
(1) Pola Nutrisi
Pola nutrisi yang diberikan mengkaji pada makan balita
yang meliputi frekuensi komposisi, kwantitas, serta jenis
dan jumlah minuman. Hal ini untuk mengetahui apakah
gizi balita baik atau buruk, pola makan balita teratur atau
tidak (Nursalam, 2005).
Balita harus mendapat nutrisi yang cukup, baik secara
oral maupun parenteral. Nutrisi yang diberikan harus
mengandung elektrolit dan kalori yang optimal. Pada
balita dengan diare dehidrasi sedang nafsu makan
cenderung berkurang (Rekawati, 2013).
31
(2) Pola istirahat/tidur
Yang perlu dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan
pola tidur adalah berupa jam klien tidur dalam sehari
apakah ada gangguan (Saifuddin, 2006). Pada balita
dengan diare dehidrasi sedang cenderung mengantuk dan
gelisah (Saifuddin, 2006).
(3) Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien.
Kebersihan pada anak seperti mencuci tangan sebelum
makan dan setiap habis bermain, memakai alas kaki jika
bermain ditanah (Mufdlilah, 2009).
(4) Aktifitas
Dikaji untuk mengetahui aktifitas pasien selama sakit
(Mufdlilah, 2009). Pada kasus diare aktifitas pasien
cenderung berkurang karena rewel (Rekawati, 2013).
(5) Pola eliminasi
Dikaji untuk mengetahui beberapa kali BAB dan BAK,
adakah kaitannya dengan konstipasi atau tidak
(Varney, 2007). Pada diare dengan dehidrasi sedang BAB
4-10 kali sehari dengan konsistensi cair (Rekawati, 2013).
32
3) Pemeriksaan Fisik ( Data Obyektif).
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan dilihat oleh
tenaga kesehatan (Nursalam, 2005). Data obyektif tersebut
meliputi:
a) Status Generalis
(1) Keadaan umum
:
Pemeriksaan
keadaan
umum
dilakukan untuk menilai kondisi pasien secara umum
(Nursalam, 2005). Pada balita sakit dengan diare
dehidrasi sedang keadaan umumnya cenderung lemah
(Sudaryat, 2005).
(2) Kesadaran
bila
: Penilaian kesadaran pasien yang dinilai
pasien
tidak
tidur
yang dinyatakan
sebagai
composmentis, apatis, somnolen (Matondang, 2013).
(a) Composmentis : Kesadaran penuh
(b) Apatis
:
Keadaan
dimana
pasien
terlihat
mengantuk tetapi mudah dibangunkan dan reaksi
penglihatan, pendengaran serta perabaan normal.
(c) Somnolen : Kesadaran dapat dibangunkan bila
dirangsang dapat disuruh dan menjawab pertanyaan,
bila rangsangan berhenti pasien tidur lagi
(Supariasa, 2013).
Pada balita sakit dengan
diare dehidrasi sedang
kesadarannya composmentis (Nursalam, 2005).
33
(3) Tanda-tanda Vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi tekanan darah,
suhu, nadi, dan respirasi (Varney, 2007).
(a) Denyut nadi
: Menilai kecepatan irama, suara
jantung jelas dan teratur. Denyut jantung normal
adalah 70 – 110 kali per menit (Varney, 2007). Pada
balita dengan diare dehidrasi sedang, denyut nadi
cepat dan melemah lebih dari 110 kali per menit
(Saifuddin, 2006).
(b) Pernafasan
: Menilai sifat pernafasan dan bunyi
nafas dalam 1 menit. Respirasi normal 30 – 40 kali
per menit (Varney, 2007). Pada balita dengan diare
dehidrasi sedang, pernafasan cenderung dalam tapi
cepat
lebih
dari
40
kali
per
menit
(saifuddin, 2006).
(c) Temperatur / suhu
: Temperatur normal kulit
36,50 C (Hidayat, 2012). Pada balita diare dengan
dehidrasi sedang suhunya naik lebih dari 36,50 C
(Saifuddin, 2006).
34
b) Pemeriksaan sistematis
Pemeriksaan sistematis meliputi :
(1) Kepala
:
Bagaimana
kebersihan
kulit
kepala,
rambut serta bentuk kepala, apakah ada kelainan atau lesi
pada kepala (Supariasa, 2013).
(a) Ubun-ubun : Pada balita diare dengan dehidrasi
sedang ubun-ubunnya cekung (Rekawati, 2013).
(b) Muka : Bagaimana wajah kulit wajah pucat/tidak
(Varney, 2007). Pada balita sakit diare dengan
dehidrasi sedang muka tampak gelisah dan rewel
(Rekawati, 2013).
(c) Mata
: Conjungtiva dari merah, merah muda
sampai pucat, sklera putih, kelopak mata cekung
(Matondang,
2013).
Pada balita diare dengan
dehidrasi sedang kelopak matanya cekung
(Rekawati, 2013).
(d) Telinga : Dikaji untuk mengetahui adanya kotoran
atau cairan dan bagaimana keadaan tulang rawannya
(Priharjo, 2007).
(e) Hidung : Adakah nafas, cuping hidung, kotoran
yang menyumbat jalan nafas (Matondang, 2013).
Pada balita sakit diare dehidrasi sedang pernafasan
pada hidung tampak cepat (Saifuddin, 2006).
35
(f) Mulut
: Bibir warna pucat, kebiruan, kemerahan,
kering pecah-pecah, lidah kemerahan
(Matondang,
2013).
Pada balita dengan
diare
dehidrasi sedang bibir dan lidah kering
(Saifuddin, 2006).
(2) Leher : Adakah pembesaran kelenjar thyroid
(Matondang, 2013).
(3) Dada : Adakah retraksi, simetris atau tidak
(Matondang, 2013).
(4) Perut : Dikaji untuk mengetahui perut cenderung
kembung, turgor baik sampai dengan buruk, cubitan kulit
kembali lambat (Matondang, 2013). Pada balita sakit
diare dengan dehidrasi sedang perut kembung
(Rekawati, 2013).
(5) Punggung : Dikaji untuk mengetahui apakah ada
pembengkakan atau oedema (Matondang, 2013).
(6) Ekstermitas : Adakah oedem tanda sianosis, apakah
kuku sudah melebihi jari-jari (Varney, 2007). Pada balita
diare dengan dehidrasi sedang turgor kulit kembali lambat
(Rekawati, 2013).
(7) Genetalia : Adakah varices pada alat genetalia
(Saifuddin, 2006).
(8) Anus : Adakah haemoroid pada anus (Saifuddin, 2006).
36
c) Pemeriksaan antropometri
Menurut Varney (2007), pemeriksaan antropometri meliputi:
(1) Lingkar kepala : untuk mengetahui pertumbuhan otak
(2) Lingkar dada : untuk mengetahui keterlambatan
pertumbuhan
(3) Panjang dada : untuk mengetahui tinggi badan
d) Pemeriksaan penunjang
Data penunjang adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendukung pemeriksaan yang tak dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan laboratorium
serta terapi (Nursalam, 2005). Pada kasus diare dengan
dehidrasi sedang pemeriksaan laboratorium adalah Feses
b. LANGKAH II : INTERPRETASI DATA
Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan, sehingga
dapat merumuskan diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan
yang spesifik. Rumus dan diagnosa tujuannya digunakan karena
masalah
tidak
dapat
didefinisikan
seperti
diagnosa,
tetapi
membutuhkan penanganan (Varney, 2007).
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam
lingkup praktek kebidanan (Varney, 2007). Diagnosa kebidanan
pada kasus ini adalah Balita Sakit pada An. X umur ..... tahun
jenis kelamin ...... dengan diare dehidrasi sedang.
37
Data dasar :
a) Data Subyektif
Data Subyektif adalah data didapat dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap situasi dan kejadian, informasi tersebut
tidak dapat
ditentukan
oleh tenaga kesehatan
secara
independent tetapi melalui suatu sistem interaksi atau
komunikasi (Nursalam, 2005). Pada pasien diare dengan
dehidrasi sedang keluhan utamanya adalah BAB 4-10 kali
sehari, dengan konsistensi cair (Rekawati, 2013).
b) Data Obyektif
Data
Obyektif
dapat
diobservasi
adalah
dan
data
dilihat
yang
oleh
sesungguhnya
tenaga
kesehatan
(Nursalam, 2005). Pada pasien balita sakit diare dengan
dehidrasi sedang denyut nadi cepat dan melemah lebih dari
110 kali per menit, pernafasan cenderung dalam dan cepat
lebih dari 40 kali per menit dan temperatur kulit lebih dari
36,50
C
dan
turgor
kulit
kembali
lambat
(Saifuddin, 2006).
2) Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa
(Varney, 2007).
38
Masalah yang umum muncul pada balita sakit diare dengan
dehidrasi sedang adalah kekurangan volume cairan, perubahan
pola pemenuhan nutrisi, perubahan integritas kulit, gangguan rasa
nyaman dan kurangnya pengetahuan orang tua (Rekawati, 2013).
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapat dengan
melakukan analisa data (Varney, 2007).
Menurut Rekawati (2013), kebutuhan yang diperlukan pada
balita sakit diare dehidrasi sedang meliputi :
a) Pemberian cairan dan elektrolit berupa oralit dan cairan
parental
b) Meningkatkan kebutuhan nutrisi yang optimal.
c. LANGKAH III : DIAGNOSA POTENSIAL
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan bersiap-siap
bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi
(Varney, 2007). Pada kasus balita diare dehidrasi sedang potensial
terjadi diare dehidrasi berat (Sudaryat, 2005).
39
d. LANGKAH IV : ANTISIPASI / TINDAKAN SEGERA
Dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah
atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah merumuskan
tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa potensial
pada langkah sebelumnya harus merumuskan tindakan emergency /
segera. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu
dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan
(Varney, 2007).
Menurut sudaryat (2005), langkah yang perlu dilaksanakan antara
lain :
1) Kolaborasi dengan Dokter Spesialis Anak
2) Observasi vital sign
3) Pemberian cairan
4) Pemberian infus RL.
e. LANGKAH V : RENCANA TINDAKAN
Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk
membantu klien dalam mencapai kriteria hasil (Nursalam, 2005).
Perencanaan pada balita sakit diare dengan dehidrasi sedang meliputi
pencegahan hipotermi, pemberian ASI secara langung/sonde,
pemberian antibiotik dan pemberian infus RL atau NaCL
150
ml/hari, ¼ nya diberikan 4 jam pertama, ¾ nya diberikan 20 jam
berikutnya (FKUI, 2006).
40
f. LANGKAH VI : PELAKSANAAN
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam, 2005).
Pada langkah ini asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada
langkah
kelima
dilaksanakan
secara
efisiensi
dan
aman.
Perencanaan ini dilakukan sepenuhnya oleh bidan dan sebagian oleh
pasien atau tim kesehatan lainnya (Varney, 2007).
g. LANGKAH VII : EVALUASI
Evaluasi
merupakan
langkah
terakhir
dalam
manajemen
kebidanan untuk kegiatannya dilakukan terus-menerus dengan
melibatkan pasien, bidan, dokter, dan keluarga. Pada langkah ini
evaluasi dari asuhan kebidanan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi
dalam diagnosa (Varney, 2007).
Kriteria evaluasi asuhan kebidanan pada balita sakit diare dehidrasi
sedang menurut Depkes (2008), adalah sebagai berikut :
1) Keadaan umum baik
2) Ubun-ubun dan mata tidak cekung
3) Turgor kembali normal
4) Mulut dan lidah tidak kering
5) Tidak ada dehidrasi
6) Tidak terjadi diare dehidrasi berat
41
7) BAB menjadi normal.
C. Landasan Hukum
Menurut Santoso (2012), sebagai seorang bidan dalam memberikan
asuhan harus berdasarkan aturan atau hukum yang berlaku, sehingga tidak
menyimpang terhadap hukum (mal praktek), dapat dihindarkan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada balita, landasan hukum yang digunakan
di antaranya :
1.
UU Kesehatan RI No. 23, 1992 pasal 15 yang berisi :
a.
Bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan
jiwa pasien, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
b.
Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
hanya dapat dilakukan :
1) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya,
tindakan tersebut
2) Oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai
keahlian dan
kewenangan untuk itu dilakukan sesuai dengan tanggung jawab
profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli
3) Dengan peraturan, keluarga yang bersangkutan
4) Pada sarana kesehatan tertentu
Berdasarkan kasus ini maka sebagai seorang bidan harus melakukan
tindakan dengan cara merujuk dan berkolaborasi dengan dokter untuk
42
melakukan suatu tindakan pemberian dosis obat yang dimaksudkan
untuk mengurangi penderitaan pasien
2.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No. 1464/ MENKES/
PER/ X/ 2010, Pasal 11, pelayanan kesehatan anak meliputi :
a.
Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K,
perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0 – 28), dan
perawatan tali pusat
b.
Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
c.
Penanganan kegawat daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
d.
Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
e.
Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan pra sekolah
f.
Pemberian konseling dan penyuluhan
g.
Pemberian surat keterangan kelahiran/ surat keterangan kematian
BAB lll
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus
Laporan
yaitu suatu
ini
merupakan
metode
yang
studi
kasus
dengan
dilakukan dengan
metode
tujuan
deskriptif
utama
untuk
memaparkan atau membuat gambaran tentang studi keadaan secara obyektif
(Notoatmodjo, 2010). Studi kasus adalah studi yang dilakukan dengan cara
meneliti suatu permasalahan melalui suatu proses yang terdiri dari unit
tunggal (Notoatmodjo, 2010).
Studi kasus ini dilakukan pada Balita Sakit pada An. L umur 4 tahun
dengan Diare Dehidrasi Sedang di Puskesmas Wonosegoro Boyolali.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi studi kasus merupakan tempat dimana pengambilan kasus tersebut
dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini dilaksanakan di
Puskesmas Wonosegoro Boyolali.
C. Subjek Studi Kasus
Dalam penulisan studi kasus ini subyek merupakan hal atau orang yang
akan dijadikan sebagai pengambilan kasus (Notoatmodjo, 2010). Subyek
dalam studi kasus ini adalah balita sakit pada An. L umur 4 tahun dengan
diare dehidrasi sedang.
43
44
D. Waktu Penelitian
Waktu
penulis
studi
untuk
kasus
adalah
memperoleh
data
jangka
studi
waktu
kasus
yang
yang
dibutuhkan
dilaksanakan
(Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 22-26 Juni
2015.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen studi kasus merupakan alat atau fasilitas yang digunakan untuk
mendapatkan data-data kasus (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang
digunakan dalam studi kasus ini adalah Format Askeb Balita Sakit dengan
menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah varney dan Data
Perkembangan dalam bentuk SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah :
1.
Data Primer
Data primer adalah materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan
sendiri oleh peneliti pada saat berlangsung suatu penelitian
(Nursalam, 2005).
a.
Pemeriksaan Fisik menurut (Nursalam 2005), pemeriksaan fisik
dipergunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien sistematis
dengan cara :
45
1) Inspeksi
Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilakukan
sistematik
dengan
menggunakan
pendengaran dan penciuman sebagai
indera
penglihatan,
suatu alat
untuk
mengumpulkan data. Inspeksi pada kasus diare dehidrasi
sedang dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai
kaki (Rekawati, 2013).
Inspeksi pada kasus diare dehidrasi sedang ditemukan An.
L rewel, gelisah, mata dan ubun-ubun cekung, muka tampak
kemerahan, bibir tampak kering, haus dan minum dengan
lahap.
2) Palpasi
Palpasi suatu teknik yang menggunakan indera peraba
tangan, jari, adalah suatu instrument yang sensitif yang
digunakan untuk mengumpulkan data tentang temperatur,
turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi dan ukuran. Pada kasus
diare dehidrasi sedang dilakukan palpasi meliputi turgor dan
perut. Palpasi dilakukan untuk mengetahui temperatur kulit,
kelembaban
kulit
serta
memastikan
perut
jika
dicubit
kembalinya lambat atau cepat (Rekawati, 2013).
Palpasi pada kasus diare dehidrasi sedang ditemukan An. L
suhu tubuh meningkat dan cubitan perut kembali lambat.
46
3) Perkusi
Perkusi adalah suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk
untuk membandingkan kiri kanan pada setiap permukaan
tubuh
dengan tujuan menghasilkan suara, perkusi yang
bertujuan untuk mengidentifikasi, lokasi, ukuran, bentuk dan
konsistensi jaringan. Pada kasus diare dehidrasi sedang perkusi
dilakukan pemeriksaan perut untuk mengetahui perut balita
kembung atau tidak (Rekawati, 2013).
Perkusi pada kasus diare dehidrasi sedang ditemukan An. L
perutnya tidak kembung.
4) Auskultasi
Auskultasi
adalah
pemeriksaan
dengan
jalan
mendengarkan suatu yang dihasilkan oleh tubuh dengan
menggunakan stetoskop. Pada kasus d i a r e
dehidrasi
s e d a n g auskultasi dilakukan untuk memeriksa frekuensi
jantung dan untuk mengetahui bising usus (Rekawati, 2013).
Auskultasi pada kasus diare dehidrasi sedang An. L
ditemukan suara bising usus.
b.
Observasi
Observasi
adalah suatu
teknik
pengumpulan
data
yang
berencana, antara lain meliputi : melihat, mencatat jumlah dan taraf
aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang akan
diteliti (Notoatmodjo, 2010).
47
Pada kasus balita sakit dengan diare dehidrasi sedang An. L ini
yang di observasi adalah keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda
vital, berat badan, turgor kulit, frekuensi dan konsistensi BAB.
c. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
pendirian
secara
lisan
dari
seseorang
sasaran
penelitian
(Responden) atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang
tersebut / Face to face (Notoatmodjo, 2010).
Wawancara dilakukan kepada balita sakit An. L umur 4 tahun
dengan diare dehidrasi sedang, keluarga balita dan petugas
kesehatan di Puskesmas Wonosegoro Boyolali.
2.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan
fisik
atau
terapi
diperoleh
dari
keterangan
keluarga
sama
lingkungannya, mempelajari status dan dokumentasi pasien, catatan
dalam kebidanan dan studi (Notoatmodjo, 2010).
a.
Studi Dokumentasi
Dokumen adalah semua bentuk sumber informasi yang
berhubungan dengan dokumen (Notoatmodjo, 2010). Dalam studi
kasus ini dokumentasi diperoleh dari buku catatan Rekam Medik
yang didapatkan dari Puskesmas Wonosegoro Boyolali berupa
Buku Register Pasien.
48
b.
Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat
penting dan menunjang latar belakang teoritis dari studi penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Pada kasus ini mengambil studi kepustakaan
dari buku, laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal dan sumber
terbaru yang berhubungan dengan diare dehidrasi sedang terbitan
tahun 2005 – 2015.
G. Alat-alat yang dibutuhkan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan data antara lain :
1.
2.
3.
Alat dan bahan dalam pengambilan data :
a.
Format Asuhan Kebidanan
b.
Buku Tulis
c.
Bolpoint
Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi :
a.
Alat pengukur tinggi badan
b.
Timbangan berat badan
c.
Pita LLA
d.
Stetoskop
e.
Thermometer
Alat dan bahan lainnya
a.
Buku KIA
b.
Buku Rekam Medik di Puskesmas Wonosegoro Boyolali
49
4.
Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan laboratorium antara lain :
Feses.
H. Jadwal Penelitian
Jadwal
penelitian
adalah
jadwal
yang
akan
digunakan
untuk
melaksanakan penelitian studi kasus yang akan dilengkapi dalam bentuk tabel
yang masuk ke dalam lampiran (Notoatmodjo, 2012). Jadwal studi kasus
terlampir.
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
I.
PENGKAJIAN
Tanggal : 23 Juni 2015
Pukul : 14.00 WIB
A. IDENTITAS
1.
2.
IDENTITAS ANAK
a.
Nama Anak
: An. L
b.
Umur
: 4 Tahun
c.
Jenis kelamin
: Laki-laki
d.
Anak Ke
: Pertama
IDENTITAS IBU
IDENTITAS AYAH
a.
Nama
: Ny. E
Nama
: Tn. P
b.
Umur
: 30 tahun
Umur
: 35 tahun
c.
Agama
: Islam
Agama
: Islam
d.
Pendidikan : SMA
Pendidikan
: SMP
e.
Pekerjaan : Swasta
Pekerjaan
: Swasta
f.
Alamat
: Ngawen RT 02 RW 02 Banyusri Wonosegoro
B. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)
1.
Alasan datang ke Puskesmas
Ibu mengatakan tanggal 22 Juni 2015 pukul 09.00 WIB sampai
pukul 22.45 WIB anaknya buang air besar kurang lebih 6 kali encer,
76
50
51
badannya lemas, rewel, gelisah, nafsu makan dan aktifitas menurun
disertai muntah 2 kali sehari.
2.
Riwayat kesehatan
a.
Imunisasi
1) BCG
: Tanggal 31 mei 2011
2) DPT 1
: Tanggal 29 juli 2011
3) DPT 2
: Tanggal 29 agustus 2011
4) DPT 3
: Tanggal 30 september 2011
5) Polio 1
: Tanggal 30 juni 2011
6) Polio 2
: Tanggal 29 juli 2011
7) Polio 3
: Tanggal 29 agustus 2011
8) Polio 4
: Tanggal 30 september 2011
9) Hepatitis B 1 : Tanggal 29 juli 2011
10) Hepatitis B 2 : Tanggal 29 agustus 2011
11) Hepatitis B 3 : Tanggal 30 september 2011
12) Campak
: Tanggal 26 februari 2012
13) Imunisasi Lain : Tidak ada
b.
Riwayat penyakit yang lalu
Ibu mengatakan anaknya tidak pernah sakit berat, pernah
menderita sakit batuk, pilek dan demam tetapi dapat sembuh
setelah diberi obat dari bidan.
52
c.
Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan sejak pukul 09.00 anaknya buang air besar
kurang lebih 6 kali encer, badannya lemas, rewel, gelisah, nafsu
makan dan aktifitas menurun disertai muntah 2 kali sehari.
d.
Riwayat penyakit keluarga menurun/menular
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga
suaminya tidak ada riwayat penyakit menurun seperti asma,
jantung, hipertensi dan DM maupun riwayat penyakit menular
seperti hepatitis, TBC dan HIV/AIDS.
3.
Riwayat Sosial :
a.
Yang mengasuh
Ibu mengatakan anaknya diasuh sendiri bersama suaminya
b.
Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu mengatakan hubungan antara anaknya dengan anggota
keluarga yang lain sangat baik dan harmonis.
c.
Hubungan dengan teman sebaya
Ibu mengatakan hubungan antara anaknya dengan teman
sebayanya sangat baik dan akrab.
d.
Lingkungan rumah
Ibu mengatakan lingkungan rumahnya aman, nyaman dan bersih
4.
Pola kebiasaan sehari-hari (sebelum sakit dan selama sakit)
53
a.
Nutrisi
1) Makanan yang disukai
Ibu mengatakan makanan yang disukai oleh anaknya adalah
buah-buahan seperti pepaya dan melon.
2) Makanan yang tidak disukai
Ibu mengatakan makanan yang tidak disukai oleh anaknya
adalah buah semangka.
3) Pola makan yang digunakan
a) Pagi
(1) Sebelum sakit
Pukul 07.00 WIB berupa nasi 1 porsi piring kecil,
sayur, lauk telur dadar dan 1 buah pisang. minum
susu dan air putih 1 gelas
(2) Selama sakit
Pukul 07.30 WIB berupa nasi setengah porsi piring
kecil, sayur , dan lauk telur. minum teh hangat dan
air putih 1 gelas
b) Siang
(1) Sebelum sakit
Pukul 13.00 WIB berupa nasi 1 piring kecil, sayur,
lauk tempe bacem dan minum air putih 1 gelas
54
(2) Selama sakit
Pukul 14.00 WIB berupa nasi setengah piring kecil,
sayur, dan lauk (tahu/tempe). Minum susu 150 ml
dan buah jeruk.
c) Malam
(1) Sebelum sakit
Pukul 19.00 WIB berupa nasi 1 porsi piring kecil,
sayur, lauk, minum susu 150 ml dan minum air
putih 1 gelas
(2) Selama sakit
Pukul 17.00 WIB berupa nasi setengah porsi piring
kecil, lauk (tahu/telur), buah (jeruk/pisang), minum
susu 150 ml dan minum air putih 1 gelas.
b.
Istirahat/tidur
1) Tidur siang
(1) Sebelum sakit
Ibu mengatakan anaknya tidur siang pukul 13.00 WIB
lamanya ± 2 jam perhari
(2) Selama sakit
Ibu mengatakan anaknya tidur kurang nyenyak dan
sering rewel
55
2) Tidur malam
(1) Sebelum sakit
Ibu mengatakan anaknya tidur malam pukul 20.00 WIB
± 8 jam perhari
(2) Selama sakit
Ibu mengatakan anaknya tidur kurang nyenyak dan
sering dan rewel
c.
Mandi
1) Pagi
a) Sebelum sakit
Ibu mengatakan anaknya mandi pukul 07.30 WIB
b) Selama sakit
Ibu mengatakan anaknya disibin pukul 08.00 WIB
2) Sore
a) Sebelum sakit
Ibu mengatakan anaknya mandi pukul 15.30 WIB
b) Selama sakit
Ibu mengatakan anaknya disibin pukul 15.00 WIB
d.
Aktifitas
1) Sebelum sakit
Ibu mengatakan anaknya sangat aktif jika diajak bermain
56
2) Selama sakit
Ibu mengatakan selama sakit aktifitas anaknya menurun, jika
diajak bermain tidak aktif, sering rewel dan gelisah.
e.
Eliminasi
1) BAK
a) Sebelum sakit
Ibu mengatakan anaknya BAK ± 5 kali sehari, warna
kuning jernih
b) Selama sakit
Ibu mengatakan anaknya BAK ± 7 kali sehari, warna
kuning jernih
2) BAB
a) Sebelum sakit
Ibu mengatakan anaknya BAB 1 kali sehari dengan
konsistensi lunak disertai ampas
b) Selama sakit
Ibu mengatakan anaknya BAB 6 kali sehari dengan
konsistensi cair.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1.
Status Generalis
a.
Keadaan umum
: Sedang
b.
Kesadaran
: Composmentis
57
c.
2.
TTV
1) Suhu
: 38,5°C
2) Nadi
: 110 x/menit
3) Respirasi
: 34 x/menit
d.
BB/TB
: 15 kg / 96 cm
e.
LK/LLA
: 53 cm / 16,75 cm
Pemeriksaan Sistematis
a.
Kepala
: Normal, tidak ada oedema
b.
Ubun-ubun
: Cekung
c.
Muka
: Muka tampak kemerahan, tidak pucat
d.
Mata
: Simetris kanan kiri, conjungtiva merah
muda, sklera berwarna putih, mata sedikit
cekung
e.
Telinga
: Bersih, simetris kanan kiri, tidak ada
serumen
f.
Hidung
: Bersih, tidak ada secret, tidak ada benjolan
g.
Mulut
: Bibir dan lidah tampak kering
h.
Leher
: Normal, tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid
i.
Dada
: Simetris, tidak ada penarikan dinding dada
saat bernafas
j.
Perut
: Tidak kembung, turgor pada perut ketika
dicubit kembalinya lama
58
k.
Tali pusat
: Normal
l.
Punggung
: Normal, simetris
m. Ekstermitas
: Tidak oedema, simetris kanan kiri, jari-jari
tangan
dan
kaki
lengkap,
tidak
ada
kelainan, terpasang infus pada tangan kanan
n.
Genetalia
: Kedua testis sudah turun kedalam skrotum,
uretra berlubang
o.
3.
Anus
: Berlubang
Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
a) Kemampuan gerak kasar
(1) Minum sendiri menggunakan gelas
(2) Mengeringkan tangan sendiri ketika selesai dicuci tangannya
b) Kemampuan gerak halus
(1) Mendengarkan cerita/orang berbicara
(2) Menyebutkan nama, umur, dan aktifitasnya
4.
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
1) Hb
: 13 gr%
2) Leukosit
: 9600/mm³
3) Trombosit
: 245000/mm³
b. Pemeriksaan feses
1) Warna
: Kuning kehijauan
2) Bau
: Khas
59
3) Konsistensi
: Cair
4) Lendir
: Negatif
5) Darah
: Negatif
II. INTERPRETASI DATA
Tanggal : 23 Juni 2015
Pukul : 14.30 WIB
A. DIAGNOSA KEBIDANAN
An. L umur 4 tahun jenis kelamin laki-laki dengan diare dehidrasi sedang
Data Dasar :
Data Subyektif
1. Ibu mengatakan anaknya bernama An. L
2. Ibu mengatakan anaknya berumur 4 tahun
3. Ibu mengatakan anaknya berjenis kelamin laki-laki
4. Ibu mengatakan sejak pukul 09.00 WIB anaknya buang air besar
kurang lebih 6 kali encer badannya lemas, rewel, gelisah, nafsu
makan dan aktifitas menurun disertai muntah 2 kali
Data Obyektif
1. Keadaan umum
: Sedang
2. Kesadaran
: Composmentis
3. Vital sign Nadi : 110 x/menit, Respirasi : 34 x/menit, Suhu : 38,5°C
4. BB : 15 kg, TB : 96 cm, LK : 53 cm, LLA : 16,75 cm
5. Mata simetris kanan kiri, conjungtiva merah muda, sklera berwarna
putih, mata sedikit cekung
60
6. Muka tampak pucat dan lemas
7. Mulut dan bibir tampak kering
8. Perut tidak kembung, turgor perut jika dicubit kembalinya lambat /
pelan-pelan
B. MASALAH
Ibu mengatakan badan anaknya lemas, rewel, gelisah, aktifitas dan nafsu
makan menurun disertai muntah 2 kali sehari. Ibu mengatakan cemas
dengan keadaan anaknya.
C. KEBUTUHAN
1. Pemberian cairan dan elektrolit
2. Pemberian nutrisi
3. Beri support mental
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Diare dehidrasi berat
IV. ANTISIPASI
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi :
1. Oralit 100 cc 3 x 1
2. Puyer :
a. Molagit 15,7 mg 3 x 1
b. Paracetamol 300 mg / ¼ tablet 3 x 1
c. Vitamin B1 60 mg
61
d. Zink 20 mg 1 x 1
V. PERENCANAAN
Tanggal : 23 Juni 2015
Pukul : 14.45 WIB
1. Observasi keadaan umum, vital sign dan turgor kulit
2. Observasi pola BAB meliputi frekuensi dan konsistensi
3. Observasi tetesan infus
4. Anjurkan ibu untuk memberikan banyak minum air putih pada anaknya
5. Berikan suport mental pada ibu
6. Berikan terapi sesuai advis dokter
a. Oralit 100 cc 3 x 1
b. Puyer :
1) Molagit 15,7 mg 3 x 1
2) Paracetamol 300 mg / ¼ tablet 3 x 1
3) Vitamin B1 60 mg
4) Zink 20 mg 1 x 1
7. Dokumentasi
VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 23 Juni 2015
Pukul : 15.00 WIB
1. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign
2. Mengobservasi pola BAB meliputi frekuensi dan konsistensi
3. Mengobservasi tetesan infus
62
4. Menganjurkan ibu untuk memberikan banyak minum air putih pada
anaknya
5. Memberikan suport mental kepada ibu untuk kesembuhan anaknya
6. Memberikan terapi sesuai advis dokter
a. Oralit 100 cc 3 x 1
b. Puyer :
1) Molagit 15,7 mg 3 x 1
2) Paracetamol 300 mg / ¼ tablet 3 x 1
3) Vitamin B1 60 mg
4) Zink 20 mg 1 x 1
Diberikan 3 x 25,2 mg/Kg/BB
7. Mendokumentasikan hasil tindakan
VII. EVALUASI
Tanggal : 23 Juni 2015
Pukul : 17.00 WIB
1. Keadaan umum sedang, vital sign pasien dengan Suhu 36,8°C, Nadi 110
x/menit, Respirasi 28 x/menit.
2. Anak BAB 1 kali pada pukul 16.00 WIB dengan konsistensi cair, warna
kuning
3. Tetesan infus 20 tpm
4. Ibu bersedia untuk memberikan banyak minum air putih pada anaknya
5. Ibu akan berusaha demi kesembuhan anaknya dan akan terus
mendo’akannya.
63
6. Terapi dokter masih diteruskan
7. Semua tindakan telah didokumentasikan pada catatan Rekam Medik
pasien.
64
DATA PERKEMBANGAN I
S : Subyektif
Tanggal : 24 juni 2015
1.
Pukul : 09.00 WIB
Ibu mengatakan anaknya buang air besar 4 kali sehari, konsistensi cair
dan sedikit ampas
2.
Ibu mengatakan anaknya masih lemas dan rewel
3.
Ibu mengatakan anaknya sering haus dan makannya sedikit
O : Obyektif
1.
Keadaan umum
: Sedang
2.
Kesadaran
: Composmentis
3.
TTV Nadi
: 110 x/menit, Respirasi : 26 x/menit, Suhu : 37,8°C
4.
Muka tidak pucat, conjungtiva merah muda, sklera berwarna putih, ubunubun cekung, mata sedikit cekung, mulut tampak kering, perut tidak
kembung, turgor pada perut jika dicubit kembalinya sedikit lama
5.
Pada tangan kanan terpasang infus RL 20 tpm
A : Assesment
An. L umur 4 tahun jenis kelamin laki-laki dengan diare dehidrasi sedang
P : Planning
Tanggal : 24 Juni 2015
Pukul : 09.15 WIB
1. Pukul 09.15 WIB : Mengobservasi keadaan umum dan vital sign
2. Pukul 09.25 WIB : Mengobservasi input berupa nutrisi dan cairan
65
3. Pukul 09.27 WIB : Mengobservasi pola BAB meliputi frekuensi dan
konsistensi
4. Pukul 09.32 WIB : Menganjurkan ibu untuk memberikan air putih yang
banyak pada anaknya
5. Pukul 09.37 WIB : Meneruskan terapi dokter
E : Evaluasi
Tanggal : 24 Juni 2015
Pukul : 12.00 WIB
1. Keadaan umum sedang, vital sign pasien dengan Suhu 37°C, Nadi 110
x/menit, Respirasi 26 x/menit
2. Observasi input sudah dilakukan, diperoleh hasil :
An. L makan nasi dan sayur dengan porsi sedikit, minum oralit, minum air
putih 4 gelas, obat yang diberikan sudah diminum dan terpasang infus 20
tpm pada tangan kanan.
3. An. L BAB 1 kali dengan konsistensi cair warna kuning kecoklatan pada
pukul 16.00 WIB dan sudah tidak muntah
4. Ibu bersedia memberikan banyak minum air putih kepada anaknya
5. Terapi dokter masih diteruskan
66
DATA PERKEMBANGAN II
S : Subyektif
Tanggal : 25 Juni 2015
1. Ibu mengatakan anaknya BAB
Pukul : 13.00 WIB
2 kali sehari dengan konsistensi cair
disertai ampas dan anak sudah tidak begitu lemas dan masih rewel
2. Ibu mengatakan anaknya sudah tidak demam lagi, mau banyak minum air
putih dan makannya masih sedikit
O : Obyektif
1. Kedaan umum sedang, kesadaran composmentis, TTV : Nadi : 100
x/menit, Respirasi : 30 x/menit, Suhu : 36,8°C.
2. Muka tidak pucat, conjungtiva merah muda, sklera berwarna putih, ubunubun dan mata sudah tidak cekung, mulut tampak lembab, perut tidak
kembung, turgor kulit normal
3. Pada tangan kanan terpasang infus RL 20 tpm
4. BB : 15,5 kg
A: Assesment
An. L umur 4 tahun jenis kelamin laki-laki dengan diare dehidrasi sedang
P : Planning
Tanggal : 25 Juni 2015
Pukul : 13.20 WIB
1. Pukul 13.20 WIB : Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan air putih
yang banyak pada anaknya
2. Pukul 13.25 WIB : Meneruskan terapi dokter
67
3. Pukul 13.35 WIB : Mengobservasi pola BAB meliputi frekuensi dan
konsistensi
4. Pukul 13.40 WIB : Mengobservasi tetesan infus
E : Evaluasi
Tanggal : 25 Juni 2015
Pukul : 17.00 WIB
1. Anak sudah minum air putih 3 gelas
2. Puyer sudah diminum
3. Anak sudah BAB 1 kali pukul 15.40 WIB dengan konsistensi cair disertai
ampas
4. Tetesan infus 20 tpm
68
DATA PERKEMBANGAN III
S : Subyektif
Tanggal : 26 Juni 2015
Pukul : 10.00 WIB
1. Ibu mengatakan anaknya BAB 1 kali dengan konsistensi lembek disertai
ampas
2. Ibu mengatakan anaknya sudah tidak lemas, ceria, aktifitas sudah seperti
biasa dan nafsu makan sedikit meningkat
3. Ibu mengatakan hari ini diperbolehkan pulang
O : Obyektif
1. Keadaan umum
: Baik
2. Kesadaran
: Composmentis
3. Tanda-tanda vital : Nadi 100 x/menit, Respirasi 28 x/menit, Suhu 36,6°C
4. Muka tidak pucat, conjungtiva merah muda, sklera berwarna putih, ubunubun dan mata tidak cekung/normal, mulut lembab, perut tidak kembung
dan turgor kulit normal.
A : Assesment
An. L umur 4 tahun jenis kelamin laki-laki dengan diare dehidrasi sedang
perawatan hari ke empat.
P : Planning
Tanggal : 26 Juni 2015
Pukul : 10.15 WIB
1. Pukul 10.15 WIB : Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
sudah dalam batas normal
69
2. Pukul 10.20 WIB : Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan
tubuh anaknya supaya terhindar dari bakteri penyebab diare
3. Pukul 10.25 WIB : Menganjurkan ibu untuk mengawasi setiap makanan
yang di konsumsi oleh anaknya
4. Pukul 10.28 WIB : Memberikan terapi obat untuk dirumah sesuai advis
dokter
5. Pukul 10.32 WIB : Mengajari ibu cara membuat Larutan Gula Garam
sendiri dirumah apabila anak mengalami diare
6. Pukul 10.38 WIB : Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 3 hari lagi pada
hari selasa tanggal 29 Juni 2015
E : Evaluasi
Tanggal : 26 Juni 2015
Pukul : 13.00 WIB
1. Keadaan umum dan tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Ibu bersedia untuk selalu menjaga kebersihan tubuh anaknya supaya
terhindar dari bakteri penyebab diare
3. Ibu bersedia untuk mengawasi setiap makanan yang dikonsumsi oleh
anaknya
4. Terapi obat untuk dirumah sudah diberikan
5. Ibu sudah mengerti cara membuat Larutan Gula Garam sendiri dirumah
6. Ibu bersedia untuk kontrol ulang
70
DATA PERKEMBANGAN IV
( KUNJUNGAN RUMAH )
S : Subyektif
Tanggal : 28 Juni 2015
Pukul : 15.00 WIB
1. Ibu mengatakan sejak pulang dari Puskesmas BAB anaknya 1 kali sehari
dengan konsistensi lembek disertai ampas
2. Ibu mengatakan anaknya sudah sehat, ceria, aktifitas dan nafsu makan sudah
seperti biasa
3. Ibu mengatakan anaknya mau minum obat yang diberikan oleh bu bidan
O : Obyektif
1. Keadaan umum
: Baik
2. Kesadaran
: Composmentis
3. Tanda-tanda vital
: Nadi 116 x/menit, Respirasi 24 x/menit, Suhu
36,8°C
4. Muka tidak pucat dan turgor kulit normal
A : Assesment
An. L umur 4 tahun post Diare Dehidrasi Sedang
P : Planning
Tanggal : 28 Juni 2015
Pukul : 15.15 WIB
1. Menganjurkan ibu untuk selalu memberi makanan yang bersih dan bergizi
untuk pertumbuhan dan perkembangan anaknya
71
2. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan rumahnya
dan kesehatan keluarganya
E : Evaluasi
Tanggal : 28 Juni 2015
Pukul : 15.30 WIB
1. Ibu bersedia untuk selalu memberikan makanan yang bersih dan bergizi
untuk pertumbuhan anaknya
2. Ibu bersedia untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan rumahnya dan
kesehatan keluarganya
72
B. Pembahasan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada balita An. L umur 4 tahun sakit
diare dengan dehidrasi sedang di puskesmas wonosegoro boyolali selama 4
hari, penulis akan membahas tentang kesenjangan yang terdapat dalam tinjauan
teori dengan kenyataan yang penulis temukan sejak melakukan pengkajian,
interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi
keadaan pasien. Data dasar ini termasuk riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data subyektif dan
data obyektif serta data penunjang (Varney, 2007). Diare adalah seringnya
frekuensi buang air besar lebih dari biasanya dengan konsistensi yang
lebih encer (Rekawati, 2013). Diare dengan dehidrasi sedang adalah diare
yang mengalami dehidrasi atau kehilangan cairan 5-10 % dari berat badan
semula dan menunjukkan gangguan-gangguan tanda vital tubuh
(Sudaryat, 2005). Pada pasien diare dilakukan pemeriksaan darah (Hb,
leukosit, trombosit) dan pemeriksaan feses (Nursalam, 2005).
Pada kasus ini setelah dilakukan pengkajian berdasarkan Data
Subyektif diperoleh An. L buang air besar kurang lebih 6 kali encer,
badannya lemas, rewel, gelisah, nafsu makan dan aktifitas menurun
disertai muntah 2 kali sehari dan Data Obyektif diperoleh hasil keadaan
umum sedang, kesadaran composmentis, mata cekung dan mulut kering.
73
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan darah dan
feses dengan hasil Hb : 13 gr%, leukosit : 9600/mm³ dan trombosit :
245000/mm³
Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktek dilapangan, dikarenakan antara kasus dan teori tidak terdapat
perbedaan yang signifikan
2. Interpretasi data
Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan, sehingga dapat
merumuskan diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan yang spesifik.
Rumus dan diagnosa tujuannya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa, tetapi membutuhkan penanganan (Varney,
2007). Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam
lingkup praktek kebidanan (Varney, 2007). Masalah yang umum muncul
pada balita sakit dengan diare dehidrasi sedang adalah gelisah, nafsu
makan dan aktifitas menurun, pusing jika berubah posisi dikarenakan
kehilangan cairan tubuh sebanyak 5 – 10% dari berat badan semula
(Sudaryat, 2005). Menurut Rekawati (2013), kebutuhan yang diperlukan
pada balita sakit diare dehidrasi sedang meliputi Pemberian cairan dan
elektrolit berupa oralit dan cairan parental serta meningkatkan kebutuhan
nutrisi yang optimal.
Pada kasus ini diperoleh Diagnosa Kebidanan yaitu An. L umur 4
tahun dengan Diare Dehidrasi Sedang. Masalah yang muncul dalam kasus
ini adalah ibu mengatakan anaknya rewel, gelisah, nafsu makan dan
74
aktifitasnya menurun disertai muntah 2 kali sehari. Kebutuhan yang
diberikan pada An. L berupa pemberian cairan dan elektrolit, kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian terapi dan berikan support mental. Pada
langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan.
3. Diagnosa potensial
Menurut Ngastiyah (2005), diagnosa potensial yang terjadi pada balita
sakit dengan diare dehidrasi sedang adalah diare dehidrasi berat.
Pada kasus ini diagnosa potensial yang ditegakkan adalah diare dengan
dehidrasi berat akan tetapi pada kasus ini tidak terjadi diare dengan
dehidrasi berat, karena adanya antisipasi / tindakan yang cepat dan tepat
sehingga pada langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara
teori dengan praktek.
4. Tindakan segera / antisipasi
Menurut Ngastiyah (2005), antisipasi yang diberikan pada balita sakit
dengan diare dehidrasi sedang yaitu kolaborasi dengan dokter, observasi
vital sign, pemberian cairan (rehidrasi awal) dan pemberian infus.
Tindakan antisipasi pada balita sakit An. L dengan diare dehidrasi
sedang adalah kolaborasi dengan dokter berupa pemberian infus, terapi
berupa Oralit, Mollagit, Paracetamol, vitamin B1, dan Zink, observasi vital
sign, pemberian cairan dan elektrolit (rehidrasi awal). Pada langkah ini
tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan praktek.
75
5. Perencanaan
Menurut FKUI (2006), perencanaan pada balita sakit diare dengan
dehidrasi sedang meliputi pencegahan hipotermi, pemberian ASI secara
langung/sonde, pemberian antibiotik dan pemberian infus RL atau NaCL
150 ml/hari, ¼ nya diberikan 4 jam pertama, ¾ nya diberikan 20 jam
berikutnya.
Pada An. L sakit diare dengan dehidrasi sedang perencanaannya
berupa observasi keadaan umum dan vital sign, observasi input dan output,
observasi pola BAB, anjurkan ibu untuk memberikan banyak minum air
putih pada anaknya, berikan nutrisi yang mengandung cukup energi dan
terapi sesuai advis dokter berupa Oralit 100 cc 3x1, Molagit 15,7 mg 3x1,
Paracetamol 300 mg 3x1, Vitamin B1 60 mg dan Zink 20 mg 1x1.
Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek di
lapangan yaitu An. L tidak diberikan antibiotik karena dalam penanganan
diare antibiotik tidak diperlukan.
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada balita sakit diare dengan dehidrasi
sedang ini disesuaikan dengan rencana tindakan. Pelaksanaan yang
dilakukan pada kasus balita sakit dengan diare dehidrasi sedang sudah
dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun penulis.
Pada An. L sakit diare dengan dehidrasi sedang pelaksanaannya adalah
mengobservasi keadaan umum dan vital sign, mengobservasi input dan
output, mengobservasi pola BAB, menganjurkan ibu untuk memberikan
76
banyak minum air putih pada anaknya, dan memberikan nutrisi yang
mengandung cukup energi dan terapi sesuai advis dokter. Pada langkah ini
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan.
7. Evaluasi
Menurut Depkes (2008), diharapkan setelah diberikan asuhan
kebidanan pada balita sakit diare dengan dehidrasi sedang diharapkan
keadaan umum baik, ubun-ubun dan mata tidak cekung, turgor kulit
normal, mulut dan lidah tidak kering, tidak terjadi dehidrasi, tidak terjadi
diare dehidrasi berat dan BAB menjadi normal.
Pada kasus ini semua tindakan yang dilakukan berhasil dengan baik
dan pasien sembuh dalam waktu 4 hari. Setelah dilakukan evaluasi
didapatkan hasil bahwa anaknya sudah tidak rewel lagi, keadaan umum
baik, ubun-ubun tidak cekung, muka tidak pucat, mata tidak cekung, mulut
lembab tidak kering, perut tidak kembung, turgor normal dan BAB normal
1 kali sehari dengan konsistensi lembek disertai dengan ampas sehingga
pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek
dilapangan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada balita An. L dengan diare
dehidrasi sedang selama 4 hari dengan menerapkan manajemen kebidanan
tujuh langkah varney dapat diambil kesimpulan :
1. Berdasarkan pengkajian data yang diperoleh dari An. L di dapatkan hasil
yaitu Data Subjektif ibu mengatakan sejak pukul 09.00 WIB anaknya
buang air besar kurang lebih 6 kali encer, badannya lemas, rewel, gelisah,
nafsu makan dan aktifitas menurun disertai muntah 2 kali sehari sedangkan
Data Objektif : Nadi 110 x/menit, suhu 38,5°C, respirasi 46 x/menit, muka
tampak pucat, mata cekung, mulut tampak kering, perut tidak kembung
dan turgor pada perut jika dicubit kembalinya lama/pelan-pelan.
2. Dalam interpretasi data diperoleh diagnosa kebidanan yaitu An. L umur 4
tahun dengan diare dehidrasi sedang terdapat masalah yang muncul yaitu
anak rewel, gelisah, nafsu makan dan aktifitasnya menurun disertai
muntah 2 kali sehari. Kebutuhan yang diberikan pada An. L dengan diare
dehidrasi sedang yaitu pemberian cairan dan elektrolit dan meningkatkan
kebutuhan nutrisi yang optimal.
3. Diagnosa potensial pada An. L dengan diare dehidrasi sedang yang
ditegakkan adalah diare dengan dehidrasi berat. Tetapi pada kasus ini tidak
76
77
terjadi diare dengan dehidrasi berat karena antisipasi serta tindakan yang
cepat dan tepat.
4. Antisipasi/tindakan segera yang diberikan pada An. L yaitu kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian terapi berupa Oralit, Mollagit,
Paracetamol, Vitamin B1 dan Zink.
5. Perencanaan yang diberikan pada balita An. L yaitu observasi keadaan
umum, vital sign dan turgor kulit, observasi pola BAB meliputi frekuensi
dan konsistensi, observasi tetesan infus, anjurkan ibu untuk memberikan
banyak minum air putih pada anaknya, berikan nutrisi yang mengandung
cukup energi dan berikan terapi sesuai advis dokter.
6. Pelaksanaan dalam pemberian asuhan kebidanan pada An. L sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan sehingga diperoleh hasil yang maksimal
7. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada An. L dengan diare dehidrasi
sedang selama 4 hari, diperoleh hasil bahwa An. L tidak rewel lagi,
keadaan umum baik, ubun-ubun dan mata tidak cekung, muka tidak pucat,
mulut lembab/tidak kering, perut tidak kembung, turgor normal dan BAB
normal 1 kali sehari dengan konsistensi lembek disertai dengan ampas.
8. Asuhan kebidanan pada An. L dengan diare dehidrasi sedang ini terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek yaitu pada langkah perencanaan An.
L dengan diare dehidrasi sedang tidak diberikan Antibiotik. Alternatif
pemecahan masalah pada kasus ini adalah An. L tidak diberikan Antibiotik
karena penanganan diare tidak memerlukan antibiotik.
78
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis menyampaikan beberapa saran
yang bermanfaat :
1. Bagi Puskesmas
Disarankan agar Puskesmas dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan
dalam memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan dehidrasi sedang
secara optimal melalui penanganan yang cepat dan tepat.
2. Bagi bidan/tenaga kesehatan
Bidan/tenaga kesehatan dapat segera mengidentifikasi tanda dan gejala
penyakit diare dengan dehidrasi sedang, sehingga dapat melakukan
antisipasi/tindakan segera, merencanakan asuhan kebidanan pada balita
dengan diare dehidrasi sedang agar tidak terjadi diare dengan dehidrasi
berat.
3. Bagi ibu dan keluarga
a. Perlu peningkatan pemahaman tentang penyakit diare pada balita
dengan diare dehidrasi sedang, bahaya diare dengan dehidrasi sedang
dan segera membawa ke tenaga kesehatan bila balita mengalami tanda
bahaya.
b. Dapat mengetahui tentang pentingnya kesehatan terutama pada balita
dengan diare sehingga dapat melakukan penanganan segera terhadap
penyakit diare dengan dehidrasi sedang.
79
4. Pendidikan
Memperbanyak referensi sehingga dapat menambah pengetahuan tentang
Asuhan Kebidanan Balita Sakit dengan Diare Dehidrasi Sedang.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, D. 2013. Asuhan Kebidanan Balita Sakit pada An. M dengan Diare
Dehidrasi Sedang di RSUD Sukoharjo. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret
Ari, S. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika.
Bety, B.S. 2012. Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Depkes RI. 2005. Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak.
Jakarta: Bina Pustaka.
Depkes RI. 2008. Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta: Bina Pustaka.
Dinkes Jateng. 2012. Profil Kesehatan Jawa Tengah. Semarang: Balai Penerbitan
Hidayat, A. A. 2011. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika.
Kemenkes. 2011. Balita, Diare, Penyebab dan Komplikasinya. Available online
at: http://www.infopenyakit.com/2012/ 08/penyakit-diare.html. Diakses
tanggal 8 Desember 2014.
Matondang, dkk. 2013. Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi Ketiga, Jakarta: PT.
Sagung Seto.
Mufdlilah. 2009. Konsep Kebidanan Plus Materi Bidan Delima. Jogjakarta: Mitra
Cendekia Press.
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat dan Bidan.
Edisi I, Jakarta: Salemba Medika.
Priharjo, Robert. 2007. Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
76
77
Rekawati, S. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat dan
Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
Saifuddin, A. B. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Buku
Panduan Praktis, Edisi I Cetakan II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Santoso.
2012.
Undang-undang
Kesehatan.
Available:
http://asiatour.com/lawarchives/indonesia/uu_kesehatan/uu_kesehatan
_htm. Di akses tanggal 7 desember 2014.
Simanjuntak.
2013.
Pengertian
Diare.
(Online)
Available:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/oyparantusus086.pdf.
Diaksestanggal 30 November 2014
SDKI. 2012. Data Angka Kematian Bayi dan Balita di Jawa Tengah.
Available:http://www.keren.web.id/data-angka-kematian-bayibalitamenurut who.html. Diakses tanggal 7 Desember 2012.
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Sudaryat, S. 2005. Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto.
Supariasa. 2013. Ilmu Gizi untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Swasanti, niluh. 2013. Pertolongan pertama pada anak sakit. Yogyakarta: Kata
Hati.
Varney, H. 2007. Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Weni, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Widyaningsih, D. A. Asuhan Kebidanan pada Balita Sakit An. Z dengan Diare
Dehidrasi Sedang di Puskesmas Mantingan Ngawi. Surakarta: STIKes
Kusuma Husada.
Winarsih. S. 2013. Asuhan Kebidanan pada Balita Sakit An. I dengan Diare
Dehidrasi Sedang di RSUD dr. Moewardi Surakarta. Surakarta:
STIKes Kusuma Husada.
Download