8 PERDEBATAN PDT. BUDI ASALI (PENGANUT ALLAH TRITUNGGAL) VS ELLEN KRISTI (PENGANUT UNITARIAN: ALLAH SATU PRIBADI. YESUS BUKAN ALLAH, TETAPI MALAIKAT) Published by permission. Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan: Dikutip dari http://www.geocities.com/thisisreformedfaith/artikel/unitarian-ellenkristi08.html Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (8) Tanggapan Ellen Kristi: It will take me longer time to write a complete reply to all the points emerging from our discussions. Hence decide to write my reply into shorter sections, discussing each topic separately. I find this will also help us to get focused to the main issues we need to settle. Hereby I send you the first part of my reply, titled: The God of the OT. Tanggapan Budi Asali: Mengapa judulnya seperti itu? Apakah anda anggap Allah dari Perjanjian Lama berbeda dengan Allah dari Perjanjian Baru? Apakah anda berusaha memisahkan Perjanjian Lama dari Perjanjian Baru? Apakah anda berusaha mengabaikan Perjanjian Baru? Mengapa tidak memberi judul ‘the God of the Bible’? Anda percaya seluruh Alkitab bukan? Tanggapan Ellen Kristi: You wrote: Saya percaya bahwa agama Yahudi itu monotheistik. Yang salah dari mereka adalah bahwa mereka monotheistik MUTLAK, padahal Perjanjian Lama sendiri bukan monotheistik mutlak. Ini terbukti dari banyaknya hal yang menunjukkan adanya semacam kejamakan dalam diri Allah yang esa itu. My response: You’re free to believe anything, as I’ve said before, but I consider your belief as not Biblical. For me, claiming one’s belief by quoting some verses in the Bible doesn’t automatically guarantee that it is biblical, if it doesn’t fit within the large picture given by all Biblical texts and their historical context. The OT texts are clearly monotheistic. And in the past (before the birth of Trinity doctrine), within the history of the OT texts themselves, there was no notion about other monotheism but to believe in the one true unique living personal God, Yahweh. I don’t see any back-up for your interpretation of the OT. Tanggapan Budi Asali Anda mengatakan ‘For me, claiming one’s belief by quoting some verses in the Bible doesn’t automatically guarantee that it is biblical, if it doesn’t fit within the large picture given by ALL BIBLICAL TEXTS and their historical context’. Jadi, apakah merupakan sesuatu yang alkitabiah kalau anda mengabaikan ayat-ayat yang menunjukkan adanya semacam kejamakan dalam diri Allah. Anda artikan bagaimana kata ganti orang bentuk jamak yang digunakan untuk Allah? Anda artikan 2 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (8) bagaimana kata sifat, kata benda, dan kata kerja bentuk jamak yang digunakan untuk Allah? Anda mengabaikan semua ini bukan? Dan itu anda sebut sebagai alkitabiah? Sebagai contoh: Kitab Suci jelas menunjukkan semua manusia berdosa, dan ini ada dalam banyak sekali ayat. Lalu Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus adalah manusia. Dan hanya ada sedikit ayat yang menunjukkan bahwa Yesus tidak berdosa (Ibr 4:15 2Kor 5:21). Apakah merupakan pandangan yang alkitabiah kalau kita mengabaikan ayat yang sedikit itu, dan lalu menganggap Yesus sebagai manusia yang berdosa? Menurut saya, pandangan yang alkitabiah adalah pandangan yang memperhatikan semua (betul-betul semua) ayat yang berhubungan dengan hal itu! Dan sayalah yang melakukan hal itu, bukan anda. Anda jelas tidak melakukan hal itu! Saya memperhatikan ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah, dan juga ayat-ayat yang menunjukkan adanya semacam kejamakan dalam diri Allah. Itu menyebabkan saya percaya pada Allah Tritunggal. Anda hanya memperhatikan ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah, dan itu menyebabkan anda percaya Allah itu tunggal mutlak. Anda mengatakan ‘I don’t see any back-up for your interpretation of the OT’. Sudah tentu anda tidak melihat, karena anda menutup mata anda. Saya sudah menunjukkannya kepada anda, dan anda tetap mengatakan bahwa anda tidak melihat. Seperti yang pernah saya katakan: ‘The is no one so blind as he / she who will not see!’. Tanggapan Ellen Kristi: The scholars of OT texts have certain areas of agreement, one of which is that monotheism as a religious tenet is [Israel’s] doctrinal cornerstone (Hermann Schultz, Old Testament Theology, 1898:176). There is general agreement that the sole godhead of Yahweh was a doctrinal truth whose light shone more and more strongly upon the Israelites until in the post-Exilic period strict and absolute monotheism became an everyday reality, the hallmark of even the masses of the Jewish people (Robert W. Gleason, Yahweh the God of the Old Testament, p.6). Tanggapan Budi Asali: Scholars yang mana? Yang sesat? Atau yang benar? Dan monotheisme yang bagaimana? Yang mutlak atau yang seperti saya percaya (mengandung kejamakan tertentu)? 3 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (8) Tanggapan Ellen Kristi: Some scholars only controvert the process by which Israelite monotheism was achieved. “Some think that the religion of Israel passed through the various rudimentary stages of animism, polydaemonism, polytheism, and henotheism before evolving into the full splendor of monotheism. THE FALLACY OF THIS THEORY IS THAT IT LEANS UPON A FALSE FOUNDATION, A RADICAL MISINTERPRETATION OF BIBLICAL LITERATURE. (John J. Dougherty, The Origins of Hebrew Religion, 1955) This concept of growth emphasizes the process of human discovery rather than those of revelation” (Robert W. Gleason, ibid., p.7). Tanggapan Budi Asali: Lagi-lagi penulis yang anda kutip tidak berbicara tentang monotheisme bagaimana yang ia maksudkan. Ingat, bahwa saya juga percaya pada monotheisme, tetapi bukan monotheisme yang mutlak. Monotheisme Israel / Perjanjian Lama memang bertentangan dengan polytheisme dsb, tetapi tidak bertentangan dengan doktrin Allah Tritunggal yang saya percayai malahan menjadi sebagian dari dasarnya, karena tanpa itu saya akan mempercayai Tritheisme. Tanggapan Ellen Kristi: The monotheism as I know, the belief in only one God, originates as early as the oldest OT text. “Moses was thus the architect of Israel’s monotheism or, better, the witness to God’s revelation of Himself as the unique God” (Robert W. Gleason, p.10). And this monotheism continues as the living faith of Israel prophets. Tanggapan Budi Asali: Salah satu text yang tertua menggunakan kata ‘kita’ untuk Allah. Kej 1:26-27 - “(26) Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah KITA menjadikan manusia menurut gambar dan rupa KITA, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’ (27) Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNYA, menurut gambar Allah diciptakanNYA dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”. KJV: ‘(26) And God said, Let us make man in OUR image, after OUR likeness: and let them have dominion over the fish of the sea, and over the fowl of the air, and over the cattle, and over all the earth, and over every creeping thing that creepeth upon the earth. (27) So God created man in HIS own image, in the image of God created he him; male and female created he them’. 4 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (8) Saya pikir, ini bukan hanya menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah, tetapi sekaligus ketunggalanNya. Karena dalam ay 26 Musa menggunakan kata bentuk jamak ‘kita’ / ‘our’ (2x), tetapi dalam ay 27 ia menggunakan kata bentuk tunggal ‘Nya’ / ‘his’!! Bagaimana anda menjelaskan ini? Kecuali anda menerima doktrin Allah Tritunggal maka ay 26 akan bertentangan dengan ay 27! Tanggapan Ellen Kristi: “All the prophets openly professed a strict monotheism: Samuel and Elijah condemned divination and worship of strange gods. Amos declared that Yahweh was the god of foreigners (Amos 1:3-15), of the world, and of the underground world, and all other gods were lies (Amos 2:4). Hosea fought against Baalism and declared that only Yahweh could bring salvation. NONE OF THESE PROPHETS PROCLAIMED HIMSELF AS THE CREATOR OF THIS IDEA, BUT EACH REFERRED TO IT AS WELL KNOWN TO THE PEOPLE. Their demands were rather that the people live up to Israel’s ancient belief. Neither Amos (2:1) nor Jeremiah (2:5) ever suggested monotheism as a new conception.” Tanggapan Budi Asali: ‘Strict’ / ‘ketat’ berbeda dengan ‘mutlak’. Saya juga percaya ‘strict monotheisme’, tetapi tidak pada ‘monotheisme yang mutlak’. Baik Samuel maupun Elia menentang polytheisme, bukan Allah Tritunggal. Apakah anda tidak salah kutip ayat? Apa urusannya Amos 1:3-15 / Amos 2:1 dengan apa yang anda katakan? Amos 2:1 sama sekali tak ada hubungannya. Yer 2:5 dan Amos 2:4 memang masih bicara tentang dewa, tetapi itu kan polytheisme? Ingat, saya juga anti polytheisme! Doktrin Allah Tritunggal terletak di antara monotheisme mutlak dan polytheisme. Saya menentang kedua-duanya. Tanggapan Ellen Kristi: “In the speeches of the prophets, ridicule of the Baals and glorification of ONE Yahweh are constantly recurring themes ... Tanggapan Budi Asali: Pasti, karena Baal itu dewa palsu. Itu lagi-lagi polytheisme. Tanggapan Ellen Kristi: There is none like thee, O Yahweh! Thou art great, and thy name is great in might. Who would not reverence thee, O King of the nations? For this is thy due, and there is none like thee among all the wise ones of the nations, and among all their royalties. - Jeremiah 10:6-7 5 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (8) Tanggapan Budi Asali: Anda tak beda cara argumentasinya dengan teman-teman anda. Berulang kali menggunakan ayat-ayat yang menekankan bahwa Allah itu satu. Itu tak ada gunanya. Saya juga percaya ayat-ayat itu, kalau tidak, saya akan percaya pada Tritheisme, bukan Tritunggal! Tanggapan Ellen Kristi: THAT GOD IS ONE, WITHOUT DIVISION INTO A NUMBER OF LOCAL AND INDIVIDUAL MANIFESTATIONS, AND THAT HE IS THE ONLY GOD ARE TAUGHT IN THE OLD TESTAMENT.” (Robert W. Gleason, ibid., p.12-13) Tanggapan Budi Asali: Tetap sama saja. Saya juga percaya bahwa Allah itu tak terbagi-bagi! Tanggapan Ellen Kristi: The most authoritative texts of the OT teach the Israelites to be strict monotheists. Unto thee it was showed, that thou might know that Yahweh he is God, there is none else beside him (Deut. 4:35) – Moses See now that I, even I, am he, and there is no god with me. (Deut. 32:39) – God himself For thou art great, and doest wondrous things; thou art God alone” (Ps. 86:10) David Thou, even thou, art Yahweh alone; thou hast made heaven, the heaven of heavens ... (Neh. 9:6) – Nehemiah Tanggapan Budi Asali: Sama saja. Saya tak bermasalah dengan ayat ini. Yesus adalah Allah, dan demikian juga dengan Roh Kudus, tetapi Mereka bukan Allah yang lain dari pada Bapa, karena Mereka semua mempunyai hanya satu hakekat! Tanggapan Ellen Kristi: “Thou” in the ancient English is a singular term. Different from “you”, thou can only point to one person. “Thou” never points to three persons. This word is an accurate synonym to Hebrew text. The word “alone” clearly shows that the Biblical concept is that of one universal God (Thomas Mc. Elwain, Bacalah Bibel, p.53). 6 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (8) Tanggapan Budi Asali: Itu bisa diartikan menunjuk pada satu hakekat. Atau, kalaupun harus diartikan menunjuk kepada Bapa, tetap tak masalah, karena Yesus tetap adalah satu dengan Bapa, sehingga itu tidak menabrak kata ‘alone’. Sebaliknya, penafsiran anda tak bisa diharmoniskan dengan ayat-ayat saya yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah / yang menggunakan kata ganti orang bentuk jamak untuk Allah. Juga penafsiran anda tak bisa diharmoniskan dengan Yer 23:5-6 yang menunjukkan Yesus sebagai YHWH sendiri. Yer 23:5-6 - “(5) Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. (6) Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN (YHWH) - keadilan kita”. Ini jelas nubuat tentang Yesus, dan Ia disebut sebagai YHWH! Juga Roh Kudus adalah YHWH sendiri. Bandingkan Ibr 3:7-11 dengan Maz 95:7b-11 dan Kel 17:1-7. Ibr 3:7-11 - “(7) Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: ‘Pada hari ini, jika kamu mendengar suaraNya, (8) janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, (9) di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatanKu, empat puluh tahun lamanya. (10) Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalanKu, (11) sehingga Aku bersumpah dalam murkaKu: Mereka takkan masuk ke tempat perhentianKu’”. Karena kata-kata dalam Ibr 3:7-11 ini merupakan kata-kata Roh Kudus, maka katakata ‘mencobai Aku’ berarti ‘mencobai Roh Kudus’. Sekarang mari kita melihat Maz 95:7b-11, yang hampir-hampir identik dengan Ibr 3:7-11 di atas. Maz 95:7b-11 - “(7b) Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suaraNya! (8) Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, (9) pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatanKu. (10) Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kataKu: ‘Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan 7 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (8) mereka itu tidak mengenal jalanKu.’ (11) Sebab itu Aku bersumpah dalam murkaKu: ‘Mereka takkan masuk ke tempat perhentianKu.’”. Sekalipun kedua text di atas hampir identik, tetapi dalam Maz 95:7b-11 itu ada tambahan informasi yang tidak diberikan dalam Ibr 3:7-11, yaitu bahwa peristiwa itu terjadi di Masa dan Meriba. Dan peristiwa di Masa dan Meriba itu diceritakan dalam Kel 17:1-7. Sekarang perhatikan Kel 17:7 yang berbunyi: “Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: ‘Adakah TUHAN di tengahtengah kita atau tidak?’”. Jadi di sini dipakai istilah ‘mencobai TUHAN (YAHWEH)’, padahal tadi dalam Ibr 3:7-11 dikatakan bahwa mereka ‘mencobai Roh Kudus’. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus itu adalah TUHAN / YAHWEH! Tetapi karena Bapa, Anak, dan Roh Kudus hanya mempunyai 1 hakekat, maka saya tidak mengatakan ada 3 YHWH, tetapi hanya ada 1 YHWH. Tetapi bagi anda, yang menolak keilahian Yesus dan Roh Kudus, coba jelaskan ayatayat saya di atas. Tanggapan Ellen Kristi: And there are thousands more verses written by OT authors confirming the intention of God that Israel should become strict monotheists, worshipping Yahweh as their one and only God. Tanggapan Budi Asali: Lagi-lagi, saya percaya dan tidak mengabaikan ayat-ayat itu! Tak peduli jumlahnya satu juta! Tetapi anda mengabaikan ayat-ayat saya! Tanggapan Ellen Kristi: You said: Memang harus diakui bahwa ELOHIM sering dianggap sebagai bentuk tunggal, tetapi yang perlu dipertanyakan adalah: kalau memang Allah itu tunggal secara mutlak, mengapa tidak digunakan ELOAH saja terus menerus? Mengapa digunakan ELOHIM, dan lebih lagi, mengapa digunakan ELOHIM jauh lebih banyak dari ELOAH?” My response: Eloah is the singular word used for poetic intention. Elohim is its derivative. 8 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (8) Tanggapan Budi Asali: Apa dasarnya mengatakan ini? Apakah ELOHIM tak pernah dipakai dalam poetry? Nonsense! Baca Maz 3:3 (dalam bahasa Inggris Psalm 3:2)! Juga anda mengatakan bahwa ELOAH hanya dipakai dalam poetry? Bagaimana dengan Neh 9:17? Di sana kata ‘Allah’ berasal dari kata Ibrani ELOAH, dan itu bukan poetry. Itu hanya salah satu contoh. Saya bisa beri lebih banyak, hanya tinggal buka Young Concordance! Tanggapan Ellen Kristi: “Elohim, though plural in form, is always used with the singular article or adjective and a singular verb form when it is used in reference to the true God ... Tanggapan Budi Asali: Saya potong di sini dulu. Apa benar kata-kata anda ini? Anda asal mengutip tanpa mengerti? Orang dari siapa anda mengutip mengerti bahasa Ibrani atau tidak? Dalam bahasa Ibrani setahu saya hanya ada satu definite article / kata sandang tertentu, yaitu kata Ibrani HA. Lalu apa yang dia maksudkan dengan singular article? Apakah ada plural article? Coba sebutkan! Juga bagaimana dengan ayat-ayat di bawah ini: Kej 3:22 - “Berfirmanlah TUHAN Allah (ELOHIM): ‘Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti SALAH SATU DARI KITA, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya.’”. Kej 1:26 - “Berfirmanlah Allah (ELOHIM): ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’”. Ada yang mengatakan bahwa pada waktu Allah menggunakan ‘Kita’ dalam Kej 1:26, maka saat itu Ia berbicara kepada para malaikat. Jadi itu tidak menunjukkan ‘kejamakan dalam diri Allah’. Tetapi ini tidak mungkin, sebab kalau dalam Kej 1:26 diartikan bahwa ‘Kita’ itu menunjuk kepada ‘Allah dan para malaikat’, maka haruslah disimpulkan bahwa: manusia juga diciptakan menurut gambar dan rupa malaikat. Allah mengajak para malaikat untuk bersama-sama menciptakan manusia, sehingga kalau Allah adalah pencipta / creator, maka malaikat adalah co-creator (= rekan pencipta). 9 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (8) Lalu anda mengatakan kata ELOHIM selalu menggunakan kata kerja bentuk tunggal? Jadi, tak pernah menggunakan kata kerja bentuk jamak? Itu salah, dan saya akan berikan contohnya: • Kej 20:13a - “Ketika Allah MENYURUH AKU MENGEMBARA keluar dari rumah ayahku, berkatalah aku kepada isteriku: ...”. Kata-kata ‘menyuruh aku mengembara’ dalam bahasa Ibraninya adalah kata kerja bentuk jamak. • Kej 35:7 - “Didirikannyalah mezbah di situ, dan dinamainyalah tempat itu El-Betel, karena Allah telah MENYATAKAN diri kepadanya di situ, ketika ia lari terhadap kakaknya”. Kata ‘menyatakan’ dalam bahasa Ibraninya adalah kata kerja bentuk jamak. • 2Sam 7:23a - “Dan bangsa manakah di bumi seperti umatMu Israel, yang Allahnya PERGI membebaskannya menjadi umatNya, ...”. Kata ‘pergi’ dalam bahasa Ibraninya adalah kata kerja bentuk jamak. • Maz 58:12 - “Dan orang akan berkata: ‘Sesungguhnya ada pahala bagi orang benar, sesungguhnya ada Allah yang MEMBERI KEADILAN di bumi.’”. Kata ‘memberi keadilan’ dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk jamak (sebetulnya ini bukan kata kerja tetapi participle). • Ayub 35:10 - “tetapi orang tidak bertanya: Di mana Allah, YANG MEMBUAT AKU, dan yang memberi nyanyian pujian di waktu malam”. Kata-kata ‘yang membuat aku’, dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk jamak. Padahal dalam ayat-ayat di atas ini, subyeknya adalah kata ‘ELOHIM’ yang digunakan untuk menyatakan Allah yang esa. Juga anda mengatakan bahwa kata ELOHIM selalu menggunakan kata sifat bentuk tunggal? Tak pernah kata sifat bentuk jamak? Lagi-lagi salah, dan saya beri contohnya: Yos 24:19 - “Tetapi Yosua berkata kepada bangsa itu: ‘Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah yang KUDUS, Dialah Allah yang CEMBURU. Ia tidak akan mengampuni kesalahan dan dosamu”. Dalam bahasa Ibraninya, kata ‘cemburu’ ada dalam bentuk tunggal, TETAPI KATA ‘KUDUS’ ADA DALAM BENTUK JAMAK. Bagaimana anda menjelaskan fenomena aneh ini? Ini mirip dengan Yes 6:8 yang menggunakan kata ganti orang bentuk tunggal dan jamak untuk Allah, dalam satu ayat! Yes 6:8 (KJV): ‘Also I heard the voice of the Lord, saying, Whom shall I send, and who will go for us?’. Mengapa mula-mula Yesaya menuliskan ‘I’ tetapi lalu belakangan menggunakan ‘us’? Ini semua hanya bisa ditafsirkan dengan doktrin Allah Tritunggal! 10 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (8) Jelas bahwa orang dari siapa anda mengutip adalah ahli theologia kacangan yang asal nulis, tanpa mengerti apapun! Dan anda belajar dari orang buta. Kalau orang buta menuntun orang buta, maka ......... Tanggapan Ellen Kristi: Hence the plural would be indicative of an essential unity despite geographical diversity and would, thus, be on a grammatical parallel with such words as “water” and “sky” that are likewise in the plural, but indicate unity of nature despite diversity in their manifestations. However, it is quite possible that the plural is simply a plural of intensity, signifying the supreme transcendence of the God of Israel. Tanggapan Budi Asali: Lalu mengapa tak digunakan ELOHIM saja terus menerus? Mengapa kadang-kadang digunakan ELOAH? Kata ‘water’ (Ibrani: MAYIM) dan ‘sky’ (Ibrani: SHAMAYIM) dalam bahasa Ibrani berbeda karena selalu dalam bentuk jamak. Tidak ada bentuk tunggalnya! Tetapi kata ELOHIM punya bentuk tunggal yaitu ELOAH! Tanggapan Ellen Kristi: One should note also that Elohim is not specifically a proper name of God, but may also be applied to judges, kings, angels, the shades of the dead, and may even be used as a simple superlative.” (Robert W. Gleason, ibid., p.114-115) Closing statements: Your belief can only resulted from reading the OT texts with Greek speculative thinking. This kind of speculative thinking is non-existent in the OT authors’ minds. They and the Hebrew language work in concrete expressions. One is one, three is three. From Moses until Maleachi, they believed in the strict monotheism the Torah taught. Trinity is indeed a foreign concept for them. You may not admit it, but your Trinity never exists in the history of Israel religious tenets and it never will for it just doesn’t suit with their mind and language. Tanggapan Budi Asali: Saya membaca Perjanjian Lama dengan kaca mata Perjanjian Baru, bukan dengan ‘pemikiran Yunani yang bersifat spekulatif’. Saya bahkan tidak tahu apa itu ‘pemikiran Yunani yang bersifat spekulatif’. Apa anda kira saya orang Yunani? Apa anda menganggap Perjanjian Baru sebagai ‘pemikiran Yunani yang bersifat spekulatif’? 11 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (8) Anda mengatakan (juga dalam buku anda kalau saya tak salah), bahwa dalam pemikiran orang Israel satu adalah satu dan tiga adalah tiga. Saya ingin tanya: Lalu bagaimana anda menjelaskan adanya ketunggalan dan juga adanya semacam kejamakan dalam diri Allah dalam Perjanjian Lama, yang ditulis dalam bahasa Ibrani, oleh orang-orang Israel? Sampai detik ini anda belum pernah menjawab pertanyaan saya ini! Jangan menghindar! Jawab kalau bisa! Tentu saja dalam pemikiran orang Israel jaman Perjanjian Lama belum ada Allah Tritunggal! Sebelum ada Perjanjian Baru, orang tidak mungkin bisa mendapatkan doktrin Allah Tritunggal yang hanya ada secara samar-samar dalam Perjanjian Lama! Tetapi setelah ada Perjanjian Baru, kita bisa tahu bahwa Perjanjian Lama ternyata mengandung ajaran yang mengarah pada doktrin Allah Tritunggal! Apakah itu sebabnya anda memilih topik ‘the God of the OT’? Apakah anda hanya percaya Perjanjian Lama saja, atau anda juga percaya pada Perjanjian Baru? Ingat bahwa Perjanjian Baru diilhamkan oleh Roh Kudus / Allah, dan karena itu Perjanjian Baru merupakan penafsiran yang tidak mungkin salah tentang Perjanjian Lama. Misalnya pada waktu Yesus mengambil arti implicit dari Kel 3:6 dalam Mat 22:32. Jelas bahwa dalam Perjanjian Lama tak ada orang yang menafsirkan Kel 3:6 sehingga menunjuk pada kebangkitan orang mati! Tetapi Yesus menafsirkan seperti itu. Jadi, apa anehnya kalau dalam Perjanjian Lama belum ada ajaran Allah Tritunggal, tetapi setelah ada Perjanjian Baru ajaran itu muncul? Allah memang memberikan firmanNya secara progresif! Tanggapan Ellen Kristi: Does this mean that I hate the Greek like you accused (anda kelihatannya anda anti sekali dengan Yunani)? That’s truly an exaggeration. Don’t forget that I learn and teach philosophy, the heritage of Greek culture. Therefore I know what it means to be speculative and not to be speculative. Tanggapan Budi Asali Kalau demikian, mengapa selalu menyalahkan pengaruh Yunani? Dan apakah bukan suatu exaggeration kalau anda menganggap saya anti Ibrani / Yahudi? Ingat, saya percaya bahwa Yesus adalah orang Yahudi, dan demikian juga dengan rasul-rasul dan banyak orang-orang kristen abad-abad awal. O, anda belajar dan mengajar filsafat? Saya kira itu sebabnya anda sesat! Memang tidak semua orang yang belajar filsafat harus sesat (Stephen Tong belajar filsafat 12 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (8) tetapi tidak sesat), tetapi banyak yang seperti itu. Contohnya banyak sekali, seperti Plato, Kant, dsb. Siapa yang menciptakan ajaran sesat seperti Gnosticism? Ahli filsafat bukan? Ingat bagaimana Paulus menghadapi orang-orang Yunani, yang senang filsafat / hikmat? Ia berkata: “(17) Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itupun BUKAN DENGAN HIKMAT PERKATAAN, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia. (18) Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. (19) Karena ada tertulis: ‘AKU AKAN MEMBINASAKAN HIKMAT ORANG-ORANG BERHIKMAT DAN KEARIFAN ORANG-ORANG BIJAK AKAN KULENYAPKAN.’ (20) DI MANAKAH ORANG YANG BERHIKMAT? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? BUKANKAH ALLAH TELAH MEMBUAT HIKMAT DUNIA INI MENJADI KEBODOHAN? (21) Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil. (22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan ORANG-ORANG YUNANI MENCARI HIKMAT, (23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, (24) tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. (25) Sebab YANG BODOH DARI ALLAH LEBIH BESAR HIKMATNYA DARI PADA MANUSIA dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia. (26) Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. (27) Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orangorang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, (28) dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, (29) supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah. (30) Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. (31) Karena itu seperti ada tertulis: ‘Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.’”. 13 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (8) Jadi, percayalah pada Injil Yesus Kristus, jangan pada filsafat! Tanpa Yesus sebagai Penebus / Juruselamat anda, anda akan pergi ke neraka selama-lamanya, untuk memikul hukuman dosa-dosa anda! Tanggapan Ellen Kristi: Peace be with you. Published by permission. Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan: Dikutip dari http://www.geocities.com/thisisreformedfaith/artikel/unitarian-ellenkristi08.html 14