5 PERDEBATAN PDT. BUDI ASALI (PENGANUT ALLAH TRITUNGGAL) VS ELLEN KRISTI (PENGANUT UNITARIAN: ALLAH SATU PRIBADI. YESUS BUKAN ALLAH, TETAPI MALAIKAT) Published by permission. Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan: Dikutip dari http://www.geocities.com/thisisreformedfaith/artikel/unitarian-ellenkristi05.html Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) Tanggapan Ellen Kristi: Hello, I’m done with my most important deadlines this week and finally can get enough time to write my reply. Here it is: You wrote: 1) Saya bukan ‘menganggap’. Dalam bahasa Yunani seharusnya memang diterjemahkan demikian. Kata Yunani yang dipakai berasal dari kata dasar yang sama dengan kata Yunani yang dipakai dalam Fil 2:6 (yang diterjemahkan ‘kesetaraan’). 2) Saya kira saya belum mengatakan apa-apa tentang ‘co eternal’; saya juga belum mengatakan apa-apa tentang Yesus sebagai salah satu pribadi dalam Allah Tritunggal (sekalipun saya memang percaya akan hal-hal ini). Yang sudah saya katakan hanyalah bahwa ayat itu menunjukkan bahwa Yesus setara dengan Allah. Saya tak punya alternatif; saya hanya mempercayai apa yang Kitab Suci katakan dalam Yoh 5:18 itu! Sudahkah anda membaca ayat itu? My response: It is common that an assumption is not stated explicitly within the statement, it’s something we read between the lines. Tanggapan Budi Asali: Saya kira anda terlalu terbiasa melakukan ‘reading between the lines’. Itu terus menerus anda lakukan, bukan hanya dalam membaca tulisan saya / orang, tetapi juga dalam membaca Kitab Suci. Tanggapan Ellen Kristi: We read the same word “setara”, but we interpret it differently according to our standpoint. Tanggapan Budi Asali: Anda lagi-lagi melakukan EISEGESIS! Anda mempunyai pandangan lebih dulu, lalu menafsirkan semua ayat sesuai pandangan anda. Tapi coba anda pikirkan, dari mana pandangan anda itu pertama-tama berasal? Apakah dari Kitab Suci, atau dari sumber lain (sekedar kata-kata orang)??? Kalau kata ‘setara’ anda tafsirkan ‘tidak setara’ karena anda sudah mempunyai pandangan bahwa Yesus bukan Allah, mengapa anda tidak memikirkan alternatif untuk mengubah pandangan anda bahwa Yesus bukan Allah itu? Di satu sisi ada ayat-ayat yang menunjukkan Yesus adalah malaikat, tetapi JAUH LEBIH BANYAK AYAT yang menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Dari pada menafsirkan ayat-ayat dari kelompok 2 untuk disesuaikan dengan kelompok 1, 2 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) apakah tidak lebih logis untuk melakukan sebaliknya, mengingat kelompok 2 jauh lebih banyak ayatnya? Tanggapan Ellen Kristi: No, it’s not that you have no alternative, but you have chosen an alternative and make it your only alternative. The fact that I can give you other meaning of the text proves that the text does have alternative meaning other than your understanding. It’s just the same if I read John 17:3 and say Yahweh is the only true God, therefore Jesus is not God. Won’t you try to look for other alternative meaning? What matters is how we can judge any possible alternatives and decide correctly which one is the most relevant and likely interpretation. Tanggapan Budi Asali: DALAM ARTI TERTENTU, saya setuju dengan anda dalam hal ini. Sebagai contoh: dalam Kitab Suci ada ayat-ayat yang menunjukkan secara jelas bahwa manusia bisa selamat hanya karena iman, dan sama sekali bukan karena perbuatan baik. Misalnya Ef 2:8-9 Gal 2:16,21 Ro 3:24,27-28 dsb. Tetapi di lain pihak ada ayat-ayat yang menunjukkan manusia selamat karena perbuatan baik, seperti Mat 7:21 Mat 25:31-46 Yak 2:21,25 dsb. Kita memang harus memilih apakah harus menafsirkan ayat-ayat dari kelompok 1 sehingga sesuai dengan kelompok 2 atau sebaliknya. Saya berpendapat bahwa kita harus mencoba keduanya, dan melihat mana yang mustahil untuk dilakukan. Demikian juga dengan apa yang kita dialogkan. Saya percaya kita harus mencoba untuk melakukan keduanya lalu melihat mana yang mustahil untuk dilakukan. Pertanyaan saya adalah: pernahkah anda mencoba untuk menerima ayat-ayat yang menunjukkan Yesus sebagai Allah, dan lalu mencoba menafsirkan ayat-ayat yang menunjukkan Yesus sebagai malaikat supaya sesuai dengan ayat-ayat yang menunjukkan Yesus sebagai Allah?? Kalau anda mencobanya, anda akan melihat bahwa itu sangat mudah untuk dilakukan. Tetapi sebaliknya, pada waktu anda berusaha menerima pandangan bahwa Yesus adalah malaikat, dan lalu anda berusaha untuk menafsirkan ayat-ayat yang menunjukkan Yesus sebagai Allah supaya sesuai dengan pandangan itu, anda harus ‘memperkosa’ ayat-ayat tersebut!! Dalam perdebatan dengan teman-teman anda, saya melihat bahwa mereka akhirnya harus menggunakan senjata ‘pokoknya’. Jadi, mereka berkata: POKOKNYA saya mau menafsirkan demikian. Itu terjadi pada waktu saya mengajukan 1Yoh 5:20 – “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. DIA adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal”. 3 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) Kata ‘DIA’ sudah pasti menunjuk kepada orang terakhir yang dibicarakan dalam kalimat sebelumnya, dan itu adalah ‘Yesus Kristus’. Tetapi mereka berkata: ‘Pokoknya kami mau menafsirkan bahwa kata ‘Dia’ menunjuk kepada Bapa!’ (mereka tak betul-betul mengatakan kata-kata itu kata demi kata, tetapi itulah maksud mereka!). Juga pada waktu mereka mengatakan bahwa Wah 1:8 menunjuk kepada Bapa, bukan kepada Yesus. Padahal Wah 1:6-7, maupun Wah 1:9-20, berbicara tentang Yesus. Bagaimana mungkin Wah 1:8nya berbicara tentang Bapa? Fakta bahwa mereka, dan juga anda, harus memperkosa ayat-ayat Kitab Suci lebih dulu untuk bisa menyesuaikannya dengan pandangan anda, menunjukkan bahwa anda telah memilih alternatif yang salah. Kalau saja anda memilih alternatif bahwa Yesus adalah Allah, maka akan jauh lebih mudah untuk membereskan ayat-ayat yang menunjukkan Yesus sebagai malaikat. Anda akan bisa melakukannya ‘dengan mulus’, tanpa memperkosa ayat tersebut! Tanggapan Ellen Kristi: You wrote: Dalam pandangan saya, cara berpikir anda di sini sangat tak masuk akal. Saya ingin tanyakan ini: apakah anda punya pandangan lebih dulu, yang lalu anda paksakan untuk masuk ke dalam Kitab Suci (Eisegesis), atau anda menguraikan kata-kata dan ayat-ayat dalam Kitab Suci sehingga lalu menghasilkan pandangan anda ini (Exegesis)? Sebetulnya, atau pada hakekatnya, anda bukan percaya pada alkitab, tetapi hanya pada ayat-ayat tertentu dari alkitab yang sesuai dengan pandangan anda! Lagi-lagi terlihat bahwa anda mempunyai konsep lebih dulu, yaitu bahwa Yesus bukan Allah, baru anda menafsirkan Ro 9:5 itu. Anda menyetujui kata-kata orang dari LAI itu bukan karena secara exegesis anda yakin kebenaran kata-katanya, tetapi karena kata-katanya cocok dengan pandangan anda. My response: I believe only some verses that fit my view? You’ve made a good accusation :-) Unfortunately that accusation also applies to you! Aren’t you also choosing some verses that seem to support your view and put them on highlight, as if they are presenting the whole message of the Bible? You may deny that, but a neutral reader will see that your position is not a bit better than me. Listen, sir, we are not the authors of the Biblical scriptures. We don’t even live in their age and culture. We must bridge that gap by interpreting the texts with our best considerations, and to recognize which texts are key-texts. I’m glad you acknowledge the importance of weighing the texts in their historical causes, not only by their linguistic contents. That same standpoint may help us settle many problematic texts. 4 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) Tanggapan Budi Asali: 1) OK, coba tunjukkan ayat-ayat mana yang saya abaikan! 2) Saya tidak memilih ayat untuk menyuport pandangan saya. Pandangan saya keluar dari ayat-ayat dari seleuruh Kitab Suci yang ditafsirkan bersama-sama. Misalnya: mengapa kami mempercayai doktrin Allah Tritunggal? Karena kami melihat ayatayat tertentu yang menunjukkan ketunggalan Allah (ini tak perlu saya beri contoh, anda pasti tahu ayat-ayatnya), dan juga ayat-ayat tertentu yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah. Contoh: penggunaan kata ‘kita’ dalam Kej 1:26, banyaknya ayat yang menunjukkan keilahian Yesus dan Roh Kudus, penggunaan kata-kata bentuk jamak untuk Allah, baik kata kerja, kata benda, maupun kata sifat. • Kata kerja dalam bentuk jamak. Contoh: ∗ Kej 20:13 - kata-kata ‘menyuruh aku mengembara’ dalam bahasa Ibraninya adalah kata kerja bentuk jamak. ∗ Kej 35:7 - kata ‘menyatakan’ dalam bahasa Ibraninya adalah kata kerja bentuk jamak. ∗ 2Sam 7:23 - kata ‘pergi’ dalam bahasa Ibraninya adalah kata kerja bentuk jamak. ∗ Maz 58:12 - kata ‘memberi keadilan’ dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk jamak (sebetulnya ini bukan kata kerja tetapi participle). Padahal dalam ayat-ayat di atas ini, subyeknya adalah kata ‘ELOHIM’ yang digunakan untuk menyatakan Allah yang esa. • Kata-kata bentuk jamak lainnya seperti dalam: ∗ Pengkhotbah 12:1 - kata ‘pencipta’ (creator), dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk jamak, sehingga seharusnya terjemahannya adalah ‘creators’ (= pencipta-pencipta). ∗ Maz 149:2 - kata-kata ‘yang menjadikannya’, dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk jamak. ∗ Yos 24:19 - dalam bahasa Ibraninya, kata ‘kudus’ ada dalam bentuk jamak, tetapi kata ‘cemburu’ ada dalam bentuk tunggal. Jadi, kalau dalam Yes 6:8 digunakan kata ganti orang bentuk tunggal dan jamak untuk menunjuk kepada Allah, maka di sini digunakan kata sifat bentuk tunggal dan jamak terhadap diri Allah. Kalau saya hanya memperhatikan ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah, maka saya menjadi Unitarian seperti anda, tetapi itu berarti saya mengabaikan ayat-ayat yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah. Sebaliknya kalau saya hanya memperhatikan ayat-ayat yang menunjukkan 5 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) kejamakan dalam diri Allah, maka saya menjadi seorang Tritheist, dan itu berarti saya mengabaikan ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah. Saya tidak mau mengabaikan yang manapun dari 2 kelompok ayat itu, dan karena itu saya mempercayai Allah Tritunggal. Hanya itu satu-satunya kemungkinan untuk mengharmoniskan kedua kelompok ayat tersebut! Jadi, anda lihat bahwa saya tidak mempunyai pandangan lebih dulu, dan baru menafsirkan (atau ‘memperkosa’) ayat-ayat yang tak sesuai pandangan saya supaya menjadi sesuai dengan pandangan saya. Tanggapan Ellen Kristi: Now let’s elucidate some more things. I hope you can see the difference between fitting texts into our desired conclusion (which is “rationalization”, another fallacy of thinking) and being critical to our thoughts by admitting our assumptions. If you read my previous post carefully, you’ll see that I’m not at all intending to do rationalization, but inviting you to trace back where our conclusions come from. If you ever read hermeneutic books, you must have known that nobody is absolutely objective. Each of us always starts with something, some preliminary concepts we bring from our life background (our culture, religion/religious sect, family, education, etc.) – these are what I call basic assumptions. Tanggapan Budi Asali: Saya tak setuju dengan kata-kata anda ini. Seseorang harus dan bisa obyektif. Ia harus datang pada Kitab Suci dengan ‘pikiran kosong’ dan mengeluarkan pandangan dari Kitab Suci itu sendiri! Tanggapan Ellen Kristi: The only way to be more objective in our apprehension towards some texts is by being aware of their [the assumptions’] existence and admitting their role in our judgment, and being open and ready to change whenever they get falsified. Tanggapan Budi Asali: Tetapi apa yang saya lihat dari anda dan kelompok anda adalah bahwa kalian hanya memperhatikan ayat-ayat yang cocok dengan pandangan kalian, dan mengabaikan ayat-ayat yang tidak cocok, atau ‘memperkosa’ ayat-ayat tersebut! Tanggapan Ellen Kristi: I believe this “self-critical” principle is essential to academic honesty. We need that honesty in our discussion to make it fruitful, don’t we? Therefore I list my three basic assumptions to let you know where you must launch your “assault” :-) 6 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) Let me tell you the fact: I’m not a Unitarian by birth. I ‘was’ a Trinitarian until the age 17 and – as long as I remember – a devout one. I remember that I used to believe that Jesus is 100% God and 100% human being, like the Chalcedon Council taught. I even confirmed it repeatedly as a Sabbath School (kind of biblical study group) teacher in the SDA church I belonged. I became a Unitarian when I still approached the Bible with my Trinitarian view. So your accusation actually misses the target, while on the contrary the accusation to you still resides (or have you ever experienced approaching Bible sincerely in a different standpoint other than as a Trinitarian?). Tanggapan Budi Asali: 1) Saya yakin bahwa kalau anda dulu seorang Trinitarian, anda adalah seorang Trinitarian yang tidak mengerti dasar-dasar pandangan tersebut, atau mengertinya hanya secara samar-samar saja. Benarkah tebakan saya? Saya berani menebak seperti itu, karena sangat jarang ada pendeta / gereja yang mengajarkan doktrin keilahian Kristus dan Allah Tritunggal secara mendalam / mendetail. Jangankan jemaat biasa, pendetanyapun belum tentu mengerti. Saya dosen di sekolah theologia, dan saya tahu betapa banyaknya orang yang lulus dari sekolah theologia tanpa mengerti hal-hal itu dengan baik dan mendalam! Lebih buruk lagi, ada banyak juga yang salah mengerti doktrin itu! 2) Saya sudah jelaskan di atas bahwa satu-satunya cara untuk tidak mengabaikan salah satu kelompok ayat Kitab Suci adalah dengan menerima doktrin Allah Tritunggal. Tak ada cara lain. Jadi, saya tahu bahwa kalau saya menjadi Unitarian, saya mengabaikan ayat-ayat yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah! Masih kurang cermatkah pemikiran seperti itu?? Tanggapan Ellen Kristi: I receive Unitarianism and Unitarian interpretations of “those classical Trinitarian verses” (such as Romans 9:5) as a logical consequence of my basic assumption. The first assumption, that Biblical texts must be understood in their linguistic and historical contexts, had been my assumption since the beginning. Tanggapan Budi Asali: Saya kira anda melupakan sesuatu yang penting, yaitu bahwa ayat harus ditafsirkan sesuai dengan kontextnya. Dan anda jelas menafsirkan Ro 9:5 tanpa mempedulikan kontextnya, karena kontextnya sama sekali tidak berbicara tentang Bapa. Kalau cara anda itu boleh digunakan, maka dari Ro 9:5 kita juga bisa menyimpulkan bahwa setan adalah Allah, dengan menafsirkan bahwa kata ‘Ia’ menunjuk kepada setan! 7 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) Tanggapan Ellen Kristi: The second assumption, that Jesus and the apostles (the early Christians) thought and worked in Judaism monotheistic cultural and conceptual frameworks, is something logical and acceptable when you browse the history of Christianity. Tanggapan Bui Asali: Saya tidak setuju dengan hal ini. Dari mana anda pelajari hal itu? Dalam Perjanjian Lamapun kejamakan dalam diri Allah itu sudah banyak dinyatakan (itu sudah saya tunjukkan dari ayat di atas yang merupakan ayat Perjanjian Lama yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah), hanya saja doktrin Allah Tritunggal masih samar-samar. Ingat pemberian Firman Tuhan dilakukan secara progresif. Tanggapan Ellen Kristi: This I realized after I read Rev. 3:14, John 17:3, 1Cor 8:6, and then connected the whole New Testament to the Old Testament and the history records with an open mind (although at first I was still a Trinitarian). Tanggapan Budi Asali: Dari sini saya makin yakin bahwa tadinya anda adalah seorang Trinitarian yang tidak mengerti dasar-dasarnya secara baik / mendalam. Buktinya anda tak mengerti ayatayat seperti Wah 3:14, Yoh 17:3, dan 1Kor 8:6, yang sebetulnya justru mendukung doktrin Allah Tritunggal! Sebagai contoh: dalam perdebatan dengan teman anda, saya menggunakan 1Kor 8:6, dan mereka tak bisa menjawabnya. 1Kor 8:6 – “namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup”. Trinitarian tak punya problem dengan ayat itu, sebab sekalipun kami percaya Yesus = Allah, dan Bapa = Tuhan, kami tak menyalahi kata-kata ‘hanya ada satu Allah saja’, maupun ‘satu Tuhan saja’, karena kami percaya Bapa dan Yesus adalah satu (Yoh 10:30). Tetapi bagaimana dengan kalian sebagai Unitarian? Apakah kalian menganggap Bapa sebagai Tuhan atau tidak? Kalau ya, berarti ada 2 Tuhan, karena bagi kalian Yesus dan Bapa betul-betul 2 pribadi yang terpisah total, dan masing-masing punya hakekatnya sendiri. Kalau kalian berkata ‘tidak’ (seperti yang dengan terpaksa dikatakan oleh Frans Donald pada saat itu), kan jadi lucu? Lalu bagaimana dengan 8 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) pernyataan kalian bahwa ‘ALLAH PASTI TUHAN, tetapi Tuhan belum tentu Allah’?? Jadi, saya berpendapat bahwa ayat ini sangat mendukung doktrin Allah Tritunggal, dan sangat menentang Unitarian! Tanggapan Ellen Kristi: Of course Unitarianism will be confronted by Trinitarian thinkers (like you!) who are not less zealous in reading the Bible. This is where the importance of the third assumption for me to decide whether I must keep my Unitarian view or go back to the Trinitarianism: aren’t we obliged to refer back to the early Christians to know which one is the genuine faith? Tanggapan Budi Asali: Sekalipun mungkin tak ada, atau jarang, ada bapa-bapa gereja yang mempunyai pandangan lengkap tentang Allah Tritunggal, tetapi jelas bahwa pandangan itu ada. Bisakah anda membuktikan dari buku sejarah, bahwa lebih banyak bapa gereja yang adalah Unitarian dari pada Trinitarian? Tanggapan Ellen Kristi: In this case, aren’t Jesus’ statements of higher value than any other writings for every Christian? After I learn that the authentic teaching of the OT, Jesus, and other apostles taught is radical monotheism, I think it is just a matter of coherence to understand the whole Bible in Unitarian context (just as you try to interpret all Biblical verses within you Trinitarian belief). Tanggapan Budi Asali: 1) Kata-kata Yesus setara otoritasnya dengan tulisan rasul-rasul dalam Kitab Suci. Kalau kedua-duanya adalah Firman Tuhan, maka kedua-duanya sama benarnya! 2) Kata-kata anda tak berdasar. Saya sudah tunjukkan dalam Perjanjian Lama saja banyak ayat yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah, apalagi dalam Perjanjian Baru. Begitu banyak ayat yang menunjukkan keilahian Kristus, dan anda\masih bisa mengatakan bahwa Yesus dan rasul-rasul mengajarkan Monotheisme yang radikal? Dari ayat mana anda menyimpulkan? Tanggapan Ellen Kristi: You wrote: 1) Saya tidak setuju dengan ini. Bahkan Perjanjian Lama menunjukkan adanya semacam kejamakan dalam diri Allah, hanya saja tidak sejelas dalam Perjanjian Baru. Jangan lupa bahwa Allah menyatakan FirmanNya secara progresif! 9 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) 2) Lalu apa pandangan anda tentang ayat-ayat ini: [Yoh 8:37-47 & Roma 9:30-10:3] My response: You’re free to agree or to disagree with my 2nd assumption (that Judaism is the cultural and conceptual framework of the early Christians). But your disagreement is not sufficient to falsify that assumption, not even the verses you gave. What can falsify that assumption is this: can you show any historical proof that Judaism is not the cultural or conceptual framework of the early Christians? And if it is not the one, which one is their cultural/conceptual framework? Is it the Greek culture and its Gnosticism/philosophy, or the Roman, or the Macedonian, or what? Tanggapan Budi Asali: 1) Jangan mengatakan bahwa setiap orang bebas punya pandangannya sendirisendiri. Kalau 2 orang berdebat, dan yang satu mempunyai dasar Kitab Suci yang tidak dapat dibantah oleh lawannya, maka lawannya tidak bebas memilih pandangannya sendiri, kecuali ia mau dianggap sebagai orang yang tidak peduli pada Kitab Suci / Firman Tuhan! 2) Saya tidak memberikan tanggapan sejarah, tetapi tanggapan yang berdasarkan ayat-ayat Perjanjian Lama. Apakah itu bukannya lebih kuat? Mau tanggapan sejarah? Mengapa rasul-rasul berdoa kepada Yesus, menyembah Yesus, dan demikian juga orang-orang kristen abad-abad awal? Seorang Yahudi, yang monotheis secara radikal, tak akan menyembah / berdoa kepada siapapun selain Allah / YHWH! Bahwa mereka berdoa kepada Yesus dan menyembah Yesus menunjukkan bahwa mereka menganggap Yesus sebagai Allah / YHWH sendiri (bdk. Yer 23:5-6 dimana Yesus dinyatakan sebagai YHWH!) 3) Bisakah anda membuktikan bahwa doktrin Allah Tritunggal / keilahian Yesus berasal dari kebudayaan / filsafat Yunani, Romawi, dsb?? Perlu anda cermati bahwa dalam membuktikan keilahian Yesus dan doktrin Allah Tritunggal, saya semata-mata menggunakan Kitab Suci. Bukan filsafat atau kebudayaan siapapun! Tanggapan Ellen Kristi: I’ll give you my proofs both from the Bible and the history (some of them). From the Bible: please read Matt. 23:3, John 4:22 and Romans 3:1-2. Tanggapan Budi Asali: Mari kita lihat apakah ayat-ayat anda benar. Mat 23:3 – “Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya”. Ini tentu berlaku pada saat ajaran mereka benar. Tetapi apakah ajaran mereka semua benar? Ini bisa dilihat dari: 10 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) • Mat 5:21-48 dimana Yesus mengubah / membetulkan ajaran-ajaran dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. • Banyak ayat dimana Yesus melanggar peraturan mereka tentang hukum Sabat seperti dalam Mat 12:1-8 dsb. • Paulus menentang mereka dalam ajaran mereka tentang keselamatan karena perbuatan baik (Gal 1:6-9 Kis 15:1-dst). • kata Yesus dalam Mat 15:1-9 – “(1) Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem kepada Yesus dan berkata: (2) ‘Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan.’ (3) Tetapi jawab Yesus kepada mereka: ‘Mengapa kamupun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu? (4) Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati. (5) Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah, (6) orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. DENGAN DEMIKIAN FIRMAN ALLAH KAMU NYATAKAN TIDAK BERLAKU DEMI ADAT ISTIADATMU SENDIRI. (7) Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: (8) Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaKu. (9) Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan AJARAN YANG MEREKA AJARKAN IALAH PERINTAH MANUSIA.’”. • Ro 10:1-3 – “(1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (3) Sebab, oleh karena MEREKA TIDAK MENGENAL KEBENARAN ALLAH DAN OLEH KARENA MEREKA BERUSAHA UNTUK MENDIRIKAN KEBENARAN MEREKA SENDIRI, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah”. • mereka menolak Yesus sebagai Mesias. Ini mungkin puncak dari semua. Mereka bahkan mengatakan Yesus mengusir setan dengan kuasa Beelzebul! Mat 12:24! • Fil 3:2 – “Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerjapekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu”. • Mat 15:14 – “Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang.’”. • Mat 23:16,24 – “(16) Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. … (24) Hai kamu pemimpinpemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan”. 11 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) • • • • • • • KJV: ‘BLIND GUIDES’ (= PEMBIMBING-PEMBIMBING BUTA). Inilah pandangan Yesus tentang orang-orang yang menjadi panutan anda! 2Kor 3:14-15 – “(14) Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya. (15) Bahkan sampai pada hari ini, setiap kali mereka membaca kitab Musa, ada selubung yang menutupi hati mereka”. Mat 16:6 – “Yesus berkata kepada mereka: ‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.’”. Dalam Kitab Kisah Rasul, orang-orang Yahudi selalu menentang pemberitaan Injil yang dilakukan oleh rasul-rasul, khususnya oleh Paulus! Yoh 9:39-41 – “(39) Kata Yesus: ‘Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.’ (40) Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ dan mereka berkata kepadaNya: ‘Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?’ (41) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu.’”. Mat 13:10-15 – “(10) Maka datanglah murid-muridNya dan bertanya kepadaNya: ‘Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?’ (11) Jawab Yesus: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. (12) Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (13) Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. (14) Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. (15) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka”. 1Kor 1:22-23 – “(22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orangorang Yunani mencari hikmat, (23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan”. 1Tes 2:14-16 – “(14) Sebab kamu, saudara-saudara, telah menjadi penurut jemaat-jemaat Allah di Yudea, jemaat-jemaat di dalam Kristus Yesus, karena kamu juga telah menderita dari teman-teman sebangsamu segala 12 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) sesuatu yang mereka derita dari orang-orang Yahudi. (15) Bahkan orangorang Yahudi itu telah membunuh Tuhan Yesus dan para nabi dan telah menganiaya kami. Apa yang berkenan kepada Allah tidak mereka pedulikan dan semua manusia mereka musuhi, (16) karena mereka mau menghalanghalangi kami memberitakan firman kepada bangsa-bangsa lain untuk keselamatan mereka. Demikianlah mereka terus-menerus menambah dosa mereka sampai genap jumlahnya dan sekarang murka telah menimpa mereka sepenuh-penuhnya”. • Wah 2:9 – “Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu--namun engkau kaya--dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis”. • Wah 3:9 – “Lihatlah, beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta, akan Kuserahkan kepadamu. Sesungguhnya Aku akan menyuruh mereka datang dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa Aku mengasihi engkau”. • Orang-orang Yahudi tidak mengakui Perjanjian Baru. Would you please read all those verses?? Kalau anda mengikuti ajaran orang-orang Yahudi itu, maka semua kecaman dan kutukan dalam ayat-ayat di atas ini juga berlaku untuk anda!! Tanggapan Ellen Kristi: From the history records: Yudaisme, lingkungan di dalam mana orang-orang Kristen purba hidup dan berasal, senantiasa merupakan agama monoteistis yang kuat. Tanggapan Budi Asali: Catatan sejarah anda sangat tidak akurat. Sejak pertama Yesus muncul dan mengajar, murid-muridNya mengikuti Dia, tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menentang Dia. Bagaimana anda bisa mengatakan kekristenan berasal dari Yudaisme? Yang benar adalah: Yudaisme sesat, dan Yesus mau memperbaikinya. Demikian juga dengan rasul-rasul. Dan itu menyebabkan mereka dibenci / dibunuh! Tanggapan Ellen Kristi: Dari Yudaisme inilah Kekristenan mewarisi monoteisme. (Lohse, 1994:47) Tanggapan Budi Asali: Dari sangat awal Yesus diakui sebagai Allah, dan ini menjadi pertentangan utama antara kristen dan Yudaisme. Juga keselamatan karena perbuatan baik atau karena iman? Ini menjadi pertentangan antara kristen dengan Yudaisme! Bahkan mereka 13 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) juga bertentangan tentang kebangkitan Yesus (Mat 28:12-dst). Bdk. Kis 25:19 – “Tetapi mereka hanya berselisih paham dengan dia tentang soal-soal agama mereka, dan tentang seorang bernama Yesus, yang sudah mati, sedangkan Paulus katakan dengan pasti, bahwa Ia hidup”. Tanggapan Ellen Kristi: Christianity derived from Judaism, and Judaism was strictly Unitarian. The road which led from Jerusalem to Nicea was scarcely a straight one. Fourth-century Trinitarianism did not reflect accurately early Christian teaching regarding the nature of God; it was on the contrary a deviation from this teaching. (Encyclopedia Americana, 1956, 27:2941). Tanggapan Budi Asali: Itu omong kosong. Saya akan buktikan dari buku sejarah yang sangat hebat, yang ditulis oleh orang-orang yang hebat. a. Gregory Thaumaturgus. Philip Schaff berbicara tentang Gregory Thaumaturgus, yang adalah murid dari Origen. Merupakan sesuatu yang luar biasa bahwa murid dari bapa gereja yang paling sesat itu ternyata bisa mempunyai pengertian / theologia yang sangat bagus! Gregory Thaumaturgus ini menghadiri Sidang Gereja Antiokhia tahun 265 M., yang mengecam Paul dari Samosata (yang adalah seorang Unitarian, yang menentang kepribadian dari Logos maupun Roh Kudus). Philip Schaff: “Gregory of Nyssa and Basil, who made him (Gregory Thaumaturgus) also a champion of the Nicene orthodoxy before the Council of Nicæa” [= Gregory dari Nyssa dan Basil, yang menganggap dia (Gregory Thaumaturgus) juga sebagai seorang pembela / pendukung dari keorthodoxan Nicea sebelum Sidang Gereja Nicea] - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 797-798. Philip Schaff: “Gregory (Thaumaturgus) was supposed to have anticipated the Nicene dogma of the trinity” [= Gregory (Thaumaturgus) dianggap mengantisipasi dogma Tritunggal dari Nicea] - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 801. Philip Schaff juga menuliskan ‘The Declaration of Faith’ (= Pernyataan dari Iman), yang dikatakan bahwa ini dinyatakan kepada Gregory Thaumaturgus melalui suatu penglihatan, yang ia katakan sebagai: “It is certainly a very remarkable document and the most explicit statement of the doctrine of the Trinity from the ante-Nicene age” (= Itu jelas merupakan dokumen yang 14 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) sangat luar biasa / hebat dan merupakan pernyataan yang paling explicit tentang doktrin dari Tritunggal dari jaman sebelum Nicea) - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 798. Bagian akhir dari ‘The Declaration of Faith’ itu bunyinya adalah: “There is therefore nothing created or subservient in the Trinity, nor superinduced, as though not before existing, but introduced afterward. Nor has the Son ever been wanting to the Father, nor the Spirit to the Son, but there is unvarying and unchangeable the same Trinity forever” (= Karena itu tidak ada apapun yang diciptakan atau lebih rendah / tunduk dalam Tritunggal, ataupun yang ditambahkan, seakan-akan tadinya belum ada, tetapi dimasukkan belakangan. Juga Anak tidak pernah tidak ada bagi Bapa, dan Roh tidak pernah tidak ada bagi Anak, tetapi di sana ada Tritunggal yang sama yang tidak berubah selama-lamanya) - Philip Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 799. Memang Philip Schaff sendiri mencurigai bahwa ada orang lain yang menambahi ‘The Declaration of Faith’ ini. Jadi keorisinilannya ada yang meragukan. Tetapi ia lalu berbicara tentang tulisan asli dari Gregory ini. Philip Schaff: “Among his genuine writings ... two books recently published in a Syriac translation, one on the co-equality of the Father, Son, and Holy Spirit, ...” (= Di antara tulisan-tulisan aslinya ... dua buku baru-baru ini dipublikasikan dalam terjemahan bahasa Siria / Aram, buku yang satu tentang kesetaraan dari Bapa, Anak, dan Roh Kudus, ...) - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 798. Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘Gregory Thaumaturgus, Saint’: “Greek Christian apostle of Roman Asia and champion of orthodoxy in the 3rdcentury Trinitarian (nature of God) controversy. ... The Exposition of Faith, Gregory’s principal work, was a theological apology for Trinitarian belief. The Exposition incorporated his doctrinal instructions to Christian initiates, expressed his arguments against heretical groups, and was the forerunner of the Nicene Creed that was to appear in the early 4th century” [= Rasul Kristen Yunani dari Asia Romawi dan pembela dari keorthodoxan dalam pertentangan / perdebatan tentang Tritunggal (sifat / hakekat dari Allah) pada abad ke 3. ... ‘Exposisi dari Iman’, karya utama dari Gregory, merupakan suatu pembelaan theologia untuk kepercayaan pada Tritunggal. Exposisi ini memasukkan ajaran-ajaran doktrinalnya kepada calon-calon orang Kristen, menyatakan argumentasi-argumentasinya terhadap kelompok-kelompok sesat, dan merupakan pendahulu / penyiap jalan bagi Pengakuan Iman Nicea yang akan muncul pada awal abad ke 4]. 15 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) Catatan: mungkin yang di sini disebut sebagai ‘Exposition of Faith’ (= Exposisi dari Iman) sama dengan apa yang disebut sebagai ‘Declaration of Faith’ (= Pernyataan dari Iman) oleh Philip Schaff di atas. b. Theophilus dari Antiokhia (mati tahun 181 M.). Philip Schaff tentang Theophilus dari Antiokhia: “He was the first to use the term ‘triad’ for the holy Trinity, and found this mystery already in the words: ‘Let us make man’ (Gen. 1:26); for, says he, ‘God spoke to no other but to his own Reason and his own Wisdom,’ that is, to the Logos and the Holy Spirit hypostatized” [= Ia adalah yang pertama menggunakan istilah ‘triad’ untuk Tritunggal yang kudus, dan sudah menemukan misteri ini dalam kata-kata ‘Baiklah Kita menjadikan manusia’ (Kej 1:26); karena ia berkata, ‘Allah berbicara bukan lain kepada AkalNya sendiri dan HikmatNya sendiri’, yaitu, kepada Logos dan Roh Kudus yang dipribadikan / dianggap sebagai pribadi] - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 733. c. Melito dari Sardis (abad ke 2 M.). Philip Schaff tentang Melito dari Sardis: “We are not worshippers of senseless stone, but adore one only God, who is before all and over all, and His Christ truly God the Word before all ages” (= Kami bukan penyembah-penyembah dari batu yang tolol / tak berguna / tak berarti, tetapi memuja hanya satu Allah, yang ada sebelum semua dan di atas semua, dan KristusNya betulbetul Allah Firman sebelum segala jaman) - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 738. Jelas bahwa bapa gereja ini menyembah dan memuja Kristus, dan mempercayai Yesus sebagai Allah yang kekal. d. Dionysius dari Roma (tahun 262 M.) dan Dionysius dari Alexandria. Yang pertama adalah seorang uskup (paus) dari Roma, dan yang kedua adalah uskup dari Alexandria. • Tentang Dionysius yang pertama, perhatikan komentar-komentar dari Philip Schaff di bawah ini. Philip Schaff: “Dionysius, A.D. 262, ... maintained at once the HOMOOUSION and eternal generation against Dionysius of Alexandria, and the hypostatical distinction against Sabellianism, and sketched in bold and clear outlines the Nicene standard view” [= Dionysius, 262 M., ... mempertahankan sekaligus istilah HOMO-OUSION (= dari zat yang sama) dan eternal generation terhadap Dionysius dari Alexandria, dan perbedaan pribadi terhadap Sabellianisme, dan membuat sketsa / menguraikan secara terperinci garis besar yang tegas dan jelas dari 16 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) pandangan standard Nicea] - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 556. Catatan: ‘eternal generation’ adalah doktrin yang mengatakan bahwa Bapa memperanakkan Anak secara kekal, seperti matahari yang terus menerus memancarkan sinarnya. Philip Schaff: “The Roman bishop Dionysius (A.D. 262), a Greek by birth, stood nearest the Nicene doctrine. He maintained distinctly, in the controversy with Dionysius of Alexandria, at once the unity of essence and the real personal distinction of the three members of the divine triad, and avoided tritheism, Sabellianism, and subordinatianism with the instinct of orthodoxy, and also with the art of anathematizing already familiar to the popes” [= Uskup Roma Dionysius (262 M.), seorang Yunani oleh kelahiran, berdiri paling dekat dengan doktrin Nicea. Ia mempertahankan dengan jelas, dalam perdebatan dengan Dionysius dari Alexandria, sekaligus kesatuan hakekat dan perbedaan yang bersifat pribadi yang nyata dari ketiga anggota-anggota dari triad / tritunggal ilahi, dan menghindari ajaran tentang tiga Allah, Sabellianisme, dan subordinatianisme dengan naluri orthodox, dan juga dengan seni pengutukan yang sudah akrab dengan paus-paus] - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 570. Catatan: ∗ Sabelianisme adalah ajaran yang mengatakan bahwa Allah mempunyai 1 hakekat dan 1 pribadi, tetapi 3 perwujudan. ∗ Subordinatianisme adalah ajaran yang menganggap bahwa tiga pribadi dalam Allah Tritunggal itu tidak setara tetapi yang satu lebih rendah dari pada yang lain. • Pertentangan di antara kedua Dionysius, diakhiri dengan ketundukan Dionysius dari Alexandria kepada Dionysius dari Roma. Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘Dionysius, Saint’: “pope from July 22, 259, to Dec. 26, 268. ... In response to charges of tritheism - i.e., separating the members of the Trinity as three distinct deities - against Bishop Dionysius of Alexandria, the pope convened a Roman synod (260) and demanded an explanation from Bishop Dionysius; this became known as ‘the affair of the two Dionysii.’ Semantics was at the root of the difficulty; Greek and Roman understandings of the same terms differed. The discussions at the synod helped to prepare the way for the theology of the Nicene Creed (325). The bishop cleared himself in his Refutation and Apology and accepted the pope’s authority” [= paus dari 22 Juli 259 sampai 26 Des 268. ... Dalam tanggapan terhadap tuduhan tentang tritheisme / tiga Allah - yaitu memisahkan anggota-anggota dari Tritunggal sebagai tiga keallahan yang berbeda - terhadap Uskup Dionysius dari Alexandria, 17 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) sang paus memanggil suatu sidang gereja Roma (260) dan menuntut suatu penjelasan dari Uskup Dionysius; ini dikenal sebagai ‘perkara / urusan dari dua Dionysius’. Bahasa Semantic merupakan akar dari kesukaran. Pengertian dari orang-orang Yunani dan Romawi tentang istilah-istilah yang sama, berbeda. Diskusi pada sidang gereja menolong untuk menyiapkan jalan untuk theologia dari Pengakuan Iman Nicea (325). Sang Uskup membersihkan / membebaskan dirinya sendiri dalam bukunya / tulisannya berjudul ‘Refutation and Apology’ dan menerima otoritas dari paus]. Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘Dionysius of Alexandria, Saint’: “Dionysius was especially noted for his attacks on the Sabellians, who accused him of separating the persons of the Trinity (tritheism) and other heresies. Protests were sent to Pope St. Dionysius in Rome, who condemned those who denied any distinction between the persons of the Trinity and those who acknowledged three separate persons. Dionysius of Alexandria accepted the Pope's judgment and repudiated the Sabellians’ charges, but he insisted that the Trinity consisted of three inseparable persons. His position has since been vindicated by the church” [= Dionysius khususnya terkenal karena serangan-serangannya pada Sabelianisme, yang menuduh dia memisahkan pribadi-pribadi dari Tritunggal (Tritheisme / tiga Allah) dan kesesatan-kesesatan yang lain. Protes-protes dikirim kepada Paus Santo Dionysius di Roma, yang mengecam / mengutuk mereka yang menyangkal perbedaan apapun antara pribadi-pribadi dari Tritunggal dan mereka yang mengakui tiga pribadi yang terpisah. Dionysius dari Alexandria menerima penilaian / penghakiman dari Paus dan menolak tuduhantuduhan dari penganut-penganut Sabelianisme, tetapi ia berkeras bahwa Tritunggal terdiri dari tiga pribadi yang tak terpisahkan. Posisi / pandangannya dipertahankan oleh gereja sejak saat itu]. Jadi, kedua Dionysius ini akhirnya mempunyai persetujuan pandangan, yang sesuai dengan Pengakuan Iman Nicea, sekitar 65 tahun sebelum Sidang Gereja Nicea! Dari contoh-contoh yang saya bicarakan di atas ini terlihat jelas bahwa claim yang mengatakan bahwa sebelum Sidang Gereja Nicea tidak ada bapa-bapa gereja yang mempercayai keilahian penuh dari Kristus, atau kesetaraan dari pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal, atau adanya hanya satu hakekat / zat dalam Allah Tritunggal, merupakan claim yang seenaknya sendiri, sembarangan, salah, dan bersifat dusta! Philip Schaff: “the church dogma of the Trinity arose; and it directly or indirectly ruled even the Ante-Nicene theology, though it did not attain its fixed definition till in the Nicene age” (= dogma gereja tentang Tritunggal muncul; dan itu secara 18 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) langsung atau tidak langsung menguasai bahkan theologia sebelum Nicea, sekalipun itu belum mencapai definisinya yang tetap sampai pada jaman Nicea) - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 565. Philip Schaff: “The church always believed in this Trinity of revelation, and confessed its faith by baptism into the name of the Father, and of the Son, and of the Holy Ghost. ... But to bring this faith into a clear and fixed knowledge, and to form the baptismal confession into doctrine, was the hard and earnest intellectual work of three centuries” (= Gereja selalu percaya pada Tritunggal dari wahyu ini, dan mengaku imannya dengan baptisan dalam nama dari Bapa, dan dari Anak, dan dari Roh Kudus. ... Tetapi membawa iman / kepercayaan ini ke dalam suatu pengetahuan yang jelas dan tertentu / pasti, dan membentuk pengakuan baptisan ke dalam doktrin / pengajaran, merupakan pekerjaan intelektual yang berat dan sungguh-sungguh dari tiga abad) - ‘History of the Christian Church’, vol III, hal 618. Tanggapan Ellen Kristi: Whoever knows the development of the history of the dogma knows that the image of God in the primitive Church was unitary, and only in the second century did it gradually, against the doctrine of subordinationism, become binary. For the Church Fathers such as Justin Martyr, Irenaeus, and Tertullian, Jesus is subordinate to the Father in everything, and Origen hesitated to direct his prayer to Christ, for as he wrote, that should properly be to the Father alone. (Pinchas Lapide, Jewish Monotheism and Christian Trinitarian Doctrine) Tanggapan Budi Asali: Adanya ajaran / kepercayaan sesat dalam kalangan bapa-bapa gereja pra-Nicea tidak berarti bahwa mereka tidak mempunyai ajaran / kepercayaan yang benar / baik. Sebetulnya ajaran yang benar tentang Kristologi dan tentang Allah Tritunggal, sudah ada dalam bapa-bapa gereja ini, tetapi mungkin tidak ada yang mempunyainya secara keseluruhan. Jadi seandainya ajaran-ajaran tersebut dikelompokkan dalam 10 kelompok, maka mungkin bapa gereja A mempercayai pandangan kelompok 1,5,9,10; bapa gereja B mempercayai pandangan kelompok 2,4,7,8; bapa gereja C mempercayai pandangan kelompok 3,5,6,10, dst. Jadi seluruh pandangan yang benar tentang Kristologi dan Allah Tritunggal, sudah ada, tetapi terpencar-pencar dalam diri dari banyak bapa-bapa gereja. Baru pada saat Sidang Gereja Nicea, yang melahirkan Pengakuan Iman Nicea dan selanjutnya, maka ajaran / kepercayaan tentang Kristologi dan Allah Tritunggal yang benar betul-betul menjadi solid dalam seluruh gereja yang benar. 19 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) Tanggapan Ellen Kristi: [Christianity] arose within Judaism and the monotheism of Judaism was then, as it is still, unitarian. (Leonard Hodgson, Christian Faith and Practice) You said that even the Old Testament shows that God (Yahweh) is plural, though not as clear as the New Testament does. Oh, come on, who is doing rationalization this time? Aren’t you forcing too much to make the verses embedded in radical monotheism sound like Trinitarian ones? Where on earth is there a document on Jewish thinking you can refer this theory (that “Yahweh is a plural God”) to? Please be true to history and show me. Tanggapan Budi Asali: Saya selalu hati-hati dengan kata-kata saya. Saya tidak mengatakan ‘Allah itu jamak’. Tetapi ‘ada kejamakan tertentu dalam diri Allah’ Bapa adalah YHWH. Yesus juga adalah YHWH. Yer 23:5-6 – “(5) Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. (6) Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN--keadilan kita”. Tetapi tetap hanya ada 1 YHWH / Allah / Tuhan! Saya sudah menunjukkan kepada anda banyak ayat / hal yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah! Dan itu belum semua yang ada pada saya! Apa tanggapan anda tentang ayat-ayat itu? Tanggapan Ellen Kristi: For me, I prefer to take explanation from the primary source, what Jews say about themselves. Let’s read some of them: Tanggapan Budi Asali: Jangan repot-repot tentang hal ini. Saya tahu orang-orang Yahudi itu monotheis, tetapi orang-orang Yahudi itu salah! Saya berikan lagi 1 text untuk menunjukkan kesalahan mereka. Ro 11:7-dst – “(7) Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya. Dan orangorang yang lain telah tegar hatinya, (8) seperti ada tertulis: ‘Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang ini.’ (9) Dan Daud berkata: 20 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) ‘Biarlah jamuan mereka menjadi jerat dan perangkap, penyesatan dan pembalasan bagi mereka. (10) Dan biarlah mata mereka menjadi gelap, sehingga mereka tidak melihat, dan buatlah punggung mereka terus-menerus membungkuk.’ (11) Maka aku bertanya: Adakah mereka tersandung dan harus jatuh? Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka cemburu. (12) Sebab jika pelanggaran mereka berarti kekayaan bagi dunia, dan kekurangan mereka kekayaan bagi bangsa-bangsa lain, terlebih-lebih lagi kesempurnaan mereka. (13) Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi. Justru karena aku adalah rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi, aku menganggap hal itu kemuliaan pelayananku, (14) yaitu kalau-kalau aku dapat membangkitkan cemburu di dalam hati kaum sebangsaku menurut daging dan dapat menyelamatkan beberapa orang dari mereka. (15) Sebab jika penolakan mereka berarti perdamaian bagi dunia, dapatkah penerimaan mereka mempunyai arti lain dari pada hidup dari antara orang mati? (16) Jikalau roti sulung adalah kudus, maka seluruh adonan juga kudus, dan jikalau akar adalah kudus, maka cabang-cabang juga kudus. (17) Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah, (18) janganlah kamu bermegah terhadap cabang-cabang itu! Jikalau kamu bermegah, ingatlah, bahwa bukan kamu yang menopang akar itu, melainkan akar itu yang menopang kamu. (19) Mungkin kamu akan berkata: ada cabang-cabang yang dipatahkan, supaya aku dicangkokkan di antaranya sebagai tunas. (20) Baiklah! Mereka dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka, dan kamu tegak tercacak karena iman. Janganlah kamu sombong, tetapi takutlah! (21) Sebab kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan kamu. (22)Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahanNya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahanNya; jika tidak, kamupun akan dipotong juga. (23) Tetapi merekapun akan dicangkokkan kembali, jika mereka tidak tetap dalam ketidakpercayaan mereka, sebab Allah berkuasa untuk mencangkokkan mereka kembali. (24) Sebab jika kamu telah dipotong sebagai cabang dari pohon zaitun liar, dan bertentangan dengan keadaanmu itu kamu telah dicangkokkan pada pohon zaitun sejati, terlebih lagi mereka ini, yang menurut asal mereka akan dicangkokkan pada pohon zaitun mereka sendiri. (25) Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk. (26) Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, seperti ada tertulis: ‘Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub. (27) Dan inilah perjanjianKu dengan mereka, apabila Aku menghapuskan dosa mereka.’ (28) Mengenai Injil mereka adalah seteru Allah 21 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) oleh karena kamu, tetapi mengenai pilihan mereka adalah kekasih Allah oleh karena nenek moyang. (29) Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilanNya. (30) Sebab sama seperti kamu dahulu tidak taat kepada Allah, tetapi sekarang beroleh kemurahan oleh ketidaktaatan mereka, (31) demikian juga mereka sekarang tidak taat, supaya oleh kemurahan yang telah kamu peroleh, mereka juga akan beroleh kemurahan. (32) Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahanNya atas mereka semua”. Tolong tafsirkan text ini!! Tanggapan Ellen Kristi: The Old Testament is strictly monotheistic. God is a single personal being. The idea that a Trinity is to be found there or even in any way shadowed forth is an assumption that has long held sway in theology, but is utterly without foundation. The Jews, as a people, under its teachings became stern opponents of all polytheistic tendencies, and they have remained unflinching monotheists to this day. (L.L. Paine, A Critical History of the Evolution of Trinitarianism) Tanggapan Budi Asali: Kalau orang-orang Yahudi itu monotheis, saya setuju. Tetapi kalau Perjanjian Lama itu monotheis, saya sama sekali tak setuju! Kalau memang Perjanjian Lama monotheis, lalu anda apakan ayat-ayat yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah itu? Tanggapan Ellen Kristi: The Christian symbols of faith – the Apostles’ Creed, the Nicaean-Constantinopolitan Creed, the Athanasian Creed, to quote only the main ones – are considered by the Jews as being in flat contradiction to this fundamental assertion of Jewish monotheism. (Lev. Gillet, Communion in the Messiah: Studies in the Relationship between Judaism and Christianity). Tanggapan Budi Asali: Ya, itu benar, tetapi yang salah adalah orang-orang Yahudinya! Tanggapan Ellen Kristi: The belief that God is made up of several personalities such as the Christian belief in the Trinity is a departure from the pure conception of the unity of God. 22 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) Tanggapan Budi Asali: Tidak, karena kami percaya Allah itu esa. Hakekatnya satu, sekalipun pribadinya 3. Tak ada penyimpangan dalam hal seperti itu. Lain halnya kalau kami mempercayai Tritheisme (ajaran tentang 3 Allah). Tanggapan Ellen Kristi: Israel has throughout the ages rejected everything that marred of obscured the conception of pure monotheism it has given to the world, and rather than admit any weakening of it, Jews are prepared to wander, to suffer, to die. (Chief Rabbi J.H. Hertz, Pentateuch and Haftorahs) Tanggapan Budi Asali: Ya, tetapi mereka salah dan sesat! Ingat Ro 11:8-10– “(8) seperti ada tertulis: "Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang ini." (9) Dan Daud berkata: "Biarlah jamuan mereka menjadi jerat dan perangkap, penyesatan dan pembalasan bagi mereka. (10) Dan biarlah mata mereka menjadi gelap, sehingga mereka tidak melihat, dan buatlah punggung mereka terus-menerus membungkuk." ”. Saya betul-betul tidak mengerti bagaimana dengan begitu banyak ayat yang mengecam kesesatan orang-orang Yahudi itu, anda tetap bisa menjadikan orangorang Yahudi yang sesat itu sebagai panutan!! Tanggapan Ellen Kristi: You wrote: 2) Saya menganggap kata-kata Yesus setingkat otoritasnya dengan apa yang ditulis oleh para penulis Kitab Suci. Alasannya sederhana, karena keduanya adalah Firman Tuhan, sehingga tidak ada yang lebih benar. Dua2nya sama benarnya! Pertanyaan saya: apakah anda percaya bahwa tulisan Paulus, Petrus, Yohanes dsb dalam Kitab Suci itu Firman Tuhan atau bukan? My response: Well, for me personally, all verses in the Bible (OT and NT) are texts within contexts. If what you mean with the term “Word of God” above is “infallible, context-free, intrinsically true-for-all-ages-and-cultures-and-places statements”, I must say that I receive not that stand. Biblical writers are special individuals, but they are still human beings constrained by their cultural, professional, and educational backgrounds, besides the limitations of their language power and observation. Yes, they perceived some beautiful truths from God, they were inspired, but what they 23 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) wrote is confined within their limitations. Those writings will not be immediately, completely perceived by people from different culture and age (like us). It’s our task to understand and contextualize their writings to our current civilization. We must try to search their true meaning by rigorous linguistic and historical studies. Tanggapan Budi Asali: 1) Sudah tentu semua harus dilihat dari kontextnya. Pada waktu Petrus menyangkal Yesus, jelas kata-katanya bukan Firman Tuhan, tetapi seluruh cerita itu adalah Firman Tuhan! 2) Para penulis Kitab Suci mempunyai keterbatasan / kelemahan karena mereka juga adalah manusia. Tetapi jangan lupa bahwa pada waktu mereka menuliskan Kitab Suci, mereka diilhami Allah / Roh Kudus, sehingga mereka tidak bisa salah! 3) Ya, tetapi jangan salah dalam menelusuri sejarahnya! Kalau salah, dan dalam faktanya anda salah, maka salah juga arti yang didapatkan. Tanggapan Ellen Kristi: I value higher the words of Jesus recorded in the four Gospels because he is the one who most understands what Truth is. Don’t you agree that a primary source is of higher value than secondary or tertiary ones? Tanggapan Budi Asali: Kalau para penulis itu diilhami Allah / Roh Kudus, maka itu menjadi sama seperti Allah yang menulis melalui mereka. Dan karena itu, itu sama benarnya dan otoritasnya dengan kata-kata Yesus! Tanggapan Ellen Kristi: You wrote: 2) Jangan lupa bahwa LAI mempunyai banyak ayat yang terjemahannya kacau tidak karu2an. Dan dalam berkhotbah saya sering sekali menggunakan Kitab Suci bahasa Inggris, seperti KJV, RSV, NIV, NASB. Dan saya sering menjumpai bahwa Kitab Suci Indonesia menterjemahkan dengan kesalahan yang sama seperti dalam RSV. Saya sangat menduge keras bahwa mereka tidak menterjemahkan dari Yunani / Ibrani, tetapi dari RSV! My response: Don’t worry. I don’t read LAI only. Tanggapan Budi Asali: Kalau begitu mengapa anda seolah-olah tak tahu hal itu dengan meninggikan LAI? Demikian juga teman-teman anda dalam debat kemarin. Mereka meninggikan 24 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) penterjemah LAI yang mereka katakan sangat hebat dalam Ibrani dan Yunani. Terus terang, saya anggap itu gombal! Tanggapan Ellen Kristi: You wrote: Merupakan sesuatu yang berbahaya untuk mempunyai suatu anggapan lebih dulu, baru mempelajari Kitab Suci. Bagaimana kalau anggapan itu ternyata salah? Seperti orang-orang Yahudi, yang mempunyai konsep yang salah tentang Mesias, yaitu bahwa Mesias akan datang sebagai raja duniawi, yang akan melepaskan mereka dari penjajahan Roma, akhirnya menolak Yesus, yang adalah Mesias sebenarnya, karena tidak cocok dengan pemikiran mereka! My response: Nobody insane will endanger him/herself on purpose. In my heart I believe that the main task of living in this earth is to do our best in seeking the Truth. Like the Psalmist say, seek God’s face with pure heart and clean hands, with honesty. Salvation is God’s business. I don’t worry too much about my life for I believe a loving God who knows our hearts can judge us fair and just. I just try to follow Jesus’ rule: “Say yes when it is yes, say no when it is no!” (By the way, don’t forget that your warning to me also applies to yourself!) Tanggapan Budi Asali: Jelas bahwa anda percaya keselamatan karena perbuatan baik. Itu sesat dan tidak akan menyelamatkan anda. Kalau tak salah dalam buku anda, anda mengatakan bahwa asal orang tulus maka ia akan selamat. Teman-teman anda dalam pembicaraan pribadi dengan saya (bukan di depan umum) juga mengatakan hal itu. Terhadap hal ini saya ingin memberi beberapa jawaban: 1) Tak ada orang dari dirinya sendiri mencari Allah. Tak ada orang yang benar atau baik (kecuali Yesus). Bdk Ro 3:10-12– “(10)seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak”. 2) Allah yang mencari kita dengan mengirim Yesus datang ke dunia, menjadi manusia, menderita dan mati bagi dosa-dosa manusia. 3) Kalau memang semua yang tulus bisa selamat, mengapa ada ayat-ayat seperti ini: Amsal 14:12– “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut. Orang itu menyangka jalannya lurus. Berarti ia tulus. Tetapi ujung dari jalan itu menuju maut! Ro 10:1-3– “(1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang 25 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) mereka, bahwa MEREKA SUNGGUH-SUNGGUH GIAT UNTUK ALLAH, tetapi tanpa pengertian yang benar. (3) Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah”. Text ini menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi itu serius, tulus, bersemangat untuk Allah, tetapi toh Paulus menganggap mereka sesat! 4) Anda hanya bisa selamat kalau anda percaya Yesus dengan benar, yaitu sebagai Tuhan / Allah, manusia, Juruselamat, satu-satunya jalan ke surga dsb. Tanggapan Ellen Kristi: You wrote: Saya mempercayai bahwa Yesus adalah Tuhan dan juga Allah, dalam arti setinggitingginya. Ia setara dengan Bapa dalam keilahianNya, tetapi lebih rendah dari Bapa dalam kemanusiaanNya. Sebelum inkarnasi, Ia hanya Allah 100 %, tetapi setelah inkarnasi dst, Ia adalah 100 % Allah dan 100% manusia, tetapi Ia hanya 1 pribadi. .... [dst] My response: These are not basic assumptions. These are creeds resulted from your basic assumptions. Notice that I don’t list Unitarian “creeds” (that our God is Yahweh, that Jesus is not Yahweh, that Jesus is the special messenger of God, etc.) but I list my reasons that will result in those “creeds”. All my Unitarian “creeds” will be destroyed automatically if you can rupture those reasons. That kind of reasons is what I expect to read, not your Creed. Tanggapan Budi Asali: Oh, saya salah mengerti anda kalau begitu. My basic assumptions: 1) Sama dengan punya anda yang no 1. 2) Saya tak percaya bahwa orang-orang Yahudi (pada umumnya, bukan yang seperti Paulus, rasul-rasul dsb) adalah sesat. Sekalipun mereka punya Perjanjian Lama tetapi mereka menafsirkan secara salah/sesat. Ini terlihat nyata dari sikap salah mereka terhadap Mesias yang dijanjikan oleh Allah. 3) Saya tak percaya pandangan siapapun kalau tak ada dasar Kitab Suci yang benar, tak peduli dia bapa gereja atau malaikat (bdk. Gal 1:6-9). Sebaliknya saya percaya kata-kata seorang anak kecil, kalau ia berbicara sesuai dengan Kitab Suci. 26 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) 4) Saya percaya seluruh Kitab Suci benar (autographnya), dan karena itu tidak mungkin ayatnya bertentangan satu dengan lainnya. Karena itu dalam menafsirkan satu ayat, kita harus menafsirkannya bersama-sama dengan SEMUA ayat lain dalam Kitab Suci, yang berhubungan dengan ayat yang sedang dibahas. Tak boleh ada satu ayatpun yang diabaikan. 5) Saya percaya bahwa sekalipun melalui Kitab Suci / Firman Tuhan Allah menyatakan diriNya kepada manusia, tetapi karena Allah itu maha besar dan tak terbatas, sedangkan otak kita sangat terbatas, maka kita tidak mungkin bisa mengerti Allah secara total. Itu menyebabkan doktrin yang benar tentang Dia (doktrin Allah Tritunggal) kelihatannya tak masuk akal. Sebetulnya bukan tak masuk akal, tetapi melampaui akal! Tanggapan Ellen Kristi: Now let me make this clear. Please tell me, if the Jews never believe in the Trinity throughout their history, if Jesus and the apostles never taught Trinity explicitly in their sayings and writings, why do you insist that they did believe in and teach about the Trinity? If there is not even a single term Trinity, God the Son, God the Holy Spirit, 100% God and 100% man in the Bible, why do you choose to believe in them? Why must Jesus be God (what happens if He is not God)? On what reasons do you base your Trinitarian faith? Those reasons are what I call your basic assumptions. Tanggapan Budi Asali: 1) Anda mengatakan ‘explicitly’!! Bagaimana kalau ‘implicitly’? Haruskah sesuatu diajarkan secara explicit, baru kita terima? Kalau mengajar Allah Tritunggal secara implicit, pasti banyak mereka lakukan. Juga menarik pelajaran secara implicit merupakan sesuatu yang sah untuk dilakukan. Yesus sendiri menarik pelajaran secara implicit dari Perjanjian Lama. Mat 22:32– “Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup."”. Dari ayat yang hanya mengatakan ‘Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub’, Yesus menafsirkan secara implicit bahwa ada kehidupan di balik kematian!!! Jadi, mengapa saya tak boleh menarik pelajaran secara implicit tentang Allah Tritunggal? 2) Disamping, tentang keilahian Kristus ayat-ayat bukan diajarkan secara implicit, tetapi secara explicit!!! Tak percaya itu sama dengan tak percaya Kitab Suci! 3) Sudah saya katakan bahwa ada ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah, dan ada ayat-ayat yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah. Ini yang menyebabkan saya percaya Allah Tritunggal. Karena kalau tidak, dan kalau saya menjadi Unitarian, itu berarti saya mengabaikan ayat-ayat yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah. 27 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) 4) Tak ada istilahnya tak berarti tak ada ajarannya. Tanggapan Ellen Kristi: You wrote: Saya tidak percaya siapapun, termasuk anda, bisa falsify / membuktikan salah pandangan saya ini. Ini merupakan pandangan yang sudah teruji selama ribuan tahun. Diserang oleh banyak bidat, dan dipertahankan oleh orang-orang kristen. Jadi, ini sangat berbeda dengan pandangan anda yang sama sekali belum teruji (atau bolehkah saya mengatakan ‘takut diuji’?)? My response: It is good to be optimistic. But being optimistic doesn’t guarantee that we have the Truth. The history of philosophy, religions, and science are full of people who were just too sure that their concepts will be eternal, but those concepts are eventually falsified. Is Unitarianism some teaching that hasn’t been tested before? Oh goodness, than who are the Jews, aren’t they Unitarians? What kind of tests have they not endured? Please don’t let yourself locked up inside a term, see the substance inside it. Tanggapan Budi Asali: Betul-betul lucu kalau anda menganggap bahwa pandangan Unitarianisme dari orangorang Yahudi itu sudah teruji. Di atas saya sudah memberikan begitu banyak ayat yang menunjukkan bahwa mereka sesat! Tanggapan Ellen Kristi: You wrote: Bagaimanapun, saya berterima kasih kepada anda bahwa di tengah-tengah kesibukan anda, anda tetap mau meluangkan waktu untuk berbicara dengan saya melalui internet ini. Saya berdoa supaya baik anda maupun saya tidak ‘waste time and energy’ melalui dialog ini!! My response: You’re welcome. Up to now our discussion is still going on healthy and productive. I haven’t seen it as any waste of time and energy. In fact, I enjoy it very much :-) 28 Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Ellen Kristi (5) Tanggapan Budi Asali: Thank God! Tetapi saya berharap anda bukan hanya enjoy, tetapi percaya pada Firman Tuhan yang saya beritakan kepada anda! Saya inginkan pertobatan anda, supaya anda tidak masuk neraka, dan kita bisa bertemu di surga nanti! Published by permission. Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan: Dikutip dari http://www.geocities.com/thisisreformedfaith/artikel/unitarian-ellenkristi05.html 29