Insiden dan Tingkat Anxiety-Depression pada Pasien Kanker Paru

advertisement
Aila Haris: Insiden dan Tingkat Anxiety-Depression pada Pasien Kanker Paru Menggunakan Hamilton Rating Scale
Insiden dan Tingkat Anxiety-Depression pada Pasien Kanker Paru
Menggunakan Hamilton Rating Scale
Aila Haris1, Elisna Syahruddin1, Mardi Susanto2, Aria Kekalih3
1
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, RS Persahabatan Jakarta
2
3
Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RS Persahabatan Jakarta
Departemen Kedokteran Komunitas, Keluarga dan Kerja Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia
Abstrak
Latar belakang: Kanker paru adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Bagi sebagian besar pasien, itu adalah kondisi
devasting yaitu klinis, psikologis dan sosial, dan karena itu banyak dari mereka cenderung dipengaruhi oleh beberapa bentuk gangguan
psikiatri. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sekitar 51% pasien kanker paru memiliki gangguan kejiwaan mulai dari gangguan
penyesuaian depresi berat. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran depresi dan kecemasan pada pasien kanker paru serta
faktor-faktor yang berhubungan, dalam kaitannya untuk mencari penatalaksanaan secara holistik yang terbaik dalam meningkatkan kualitas
hidup pasien.
Metode: Tujuh puluh pasien kanker paru di Rumah Sakit Persahabatan / Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia direkrut setelah inform consent diberikan selama periode Mei-Oktober 2010. Wawancara dilakukan pada
awal diagnosis dan 3 bulan setelah diagnosis/ terapi, untuk menilai tingkat depresi dan kecemasan menggunakan kuesioner Hamilton
Depression Scale dan kuesioner Hamilton Anxiety Scale.
Hasil: Sebanyak 70 pasien kanker paru, 76% adalah laki-laki berumur 33 sampai 82 tahun, 80% dengan adenokarsinoma. Kecemasan
yang ditemukan pada 35 pasien (50%) dengan 23 orang (32,9%) diantaranya dikategorikan sebagai kecemasan ringan, sedangkan 33
pasien (47,1%) ditemukan menderita depresi dan 28 orang (40%) di antaranya yang dikategorikan sebagai depresi ringan dan pasien
berpendidikan cenderung mudah terpengaruh dengan gangguan kejiwaan ini. Tingkat gangguan psikiatri ini berhenti setelah pengobatan
penyakit utama kanker paru.
Kesimpulan: Kecemasan dan depresi umum pada pasien kanker paru dan dokter harus menyadari kondisi ini untuk manajemen yang lebih
baik dari kanker paru. (J Respir Indo. 2015; 35: 61-71)
Kata kunci: Kanker paru, kecemasan, depresi, Hamilton Rating Scale.
Incidence and Degree of Anxiety-Depression in Lung Cancer
Patients Using The Hamilton Rating Scale
Abstract
Background: Lung cancer is one of the leading cause of death worldwide. For most patients, it is a devasting condition ie clinically,
psychologically and socially, and therefore many of them are prone to be affected by some form of psychiatrics disorder. Previous study
shown that around 51% of lung cancer patients had psychiatric disorder ranging from adjustment disorders to severe depression. This study
aimed to get an overview of depression and anxiety in patients with lung cancer as well as factors relating, in relation to search for the best
management in a holistic manner in improving the quality of life of patients.
Methods: Seventy lung cancer patients in Persahabatan Hospital/Dept of Pulmonology-Respiratory medicine, Faculty of Medicine University
of Indonesia were recruited consecutively after informed consents were given. Interview were done ,-at the beginning of the diagnosis and
3 months after diagnosis/therapy-, to evaluate the degree of depression & anxiety using Hamilton Depression Scale Questionnaire and
Hamilton Anxiety Scale Questionnaire.
Results : Of the 70 lung cancer patients recruited, 76% are male, ranging from 33 to 82 years old, 80 % with advance adenocarcinoma.
Anxiety were found in 35 patients (50%) of which 23 (32.9%) were categorized as mild anxiety, whereas 33 patients (47.1%) were found to
suffer depression with 40% (28) of them are categorized as mild depression and well educated patients tend to be easily affected with these
psychiatric disorders. The degree of these psychiatrics disorders cease after the treatment of primary disease is lung cancer.
Conclusion: Anxiety and Depression are common in lung cancer patients, and physician should be aware of these conditions for the better
management of lung cancer. (J Respir Indo. 2015; 35: 61-71)
Keywords: Lung Cancer, anxiety, depression, the Hamilton Rating Scale
Korespondensi: Aila Haris
Email: [email protected] Hp: 08161858998
J Respir Indo Vol. 35 No. 2 April 2015
61
Aila Haris: Insiden dan Tingkat Anxiety-Depression pada Pasien Kanker Paru Menggunakan Hamilton Rating Scale
PENDAHULUAN
mencari penatalaksanaan secara holistik yang
Kanker paru merupakan penyebab kematian
utama dalam kelompok kanker, setiap tahun terdapat
lebih dari 1,3 juta kasus kanker paru baru di dunia
yang menyebabkan sekitar 1,1 juta kematian tiap
tahunnya.1 Data Rumah Sakit Persahabatan tahun
2004 melaporkan bahwa total kasus keganasan rongga
toraks tercatat 448 kasus dengan 262 kasus didiagnosis
kanker paru, 76% laki-laki, 24% perempuan didapatkan
93,4% kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil
(KPKBSK) yang terdiri dari 80% adenokarsinoma,
14,7% karsinoma sel skuamosa, 3,3% karsinoma
sel besar dan 2% jenis
lainnya.2 Adenokarsinoma
merupakan jenis sel kanker yang paling banyak
ditemukan dan kanker paru jenis karsinoma sel kecil
(KPKSK) sangat jarang ditemukan di Indonesia.3
Dari data tahun 2008 didapatkan 10% penderita tidak
menerima pengobatan dan salah satunya alasannya
tidak siap dengan kenyataan tentang penyakitnya.4
Pada penderita yang didiagnosis sakit kanker
secara umum ada tiga bentuk respons emosional
yang bisa muncul yaitu penolakan, kecemasan
dan depresi. Dalam keadaan tersebut sangat sulit
bagi pasien kanker untuk dapat menerima dirinya
karena keadaan dan penanganan penyakit kanker
ini dapat menimbulkan stres yang terus menerus
sehingga tidak hanya mempengaruhi fisik tapi juga
terbaik dalam meningkatkan kualitas hidup pasien.
METODE
Penelitian dilakukan dengan metode cross
sectional untuk mengetahui secara deskriptif mengenai
besar persentase kejadian kecemasan dan depresi
pada pasien kanker paru pada awal diagnosis.
Penelitian dilanjutkan dengan kohort tanpa pembanding
yaitu untuk menilai perubahan derajat kecemasan
dan depresi pasien kanker paru setelah 3 bulan
dilakukan terapi.
Lokasi penelitian adalah poliklinik paru dan
ruang perawatan paru RS Persahabatan Jakarta dan
dilakukan dari bulan Mei sampai dengan Oktober 2010.
Subjek penelitian adalah pasien kanker paru
yang telah diketahui jenis sel kanker, stage dan
tampilan penyakitnya dari bulan Mei sampai dengan
Oktober 2010 atau jumlah sampel tercapai.
Kriteria inklusi yaitu pasien dengan diagnosis
kanker paru, pasien baru dan telah mengetahui
penyakitnya, pasien mendapat informed consent
baik secara lisan atau tertulis pada awal penelitian
dan menandatangani, termasuk harapan kerjasama
selama pengobatan dan follow up. Kriteria eksklusi
yaitu pasien dengan penyakit kanker lain dan pasien
dari anamnesis diketahui dalam pengo­
batan untuk
umumnya akan memiliki penerimaan diri yang
masalah depresi dan kecemasan sebelum didiagnosis
kanker paru.
Data akan dikumpulkan dengan bantuan alat
rendah, harga diri yang rendah, merasa putus asa,
kuesioner sebagai panduan wawancara terhadap pasien
bosan, cemas, frustasi, tertekan dan takut kehilangan
kanker paru. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi
seseorang. Jika perasaan rendah tersebut dirasakan
akan diwawancara dengan kuesioner Hamilton Rating
dalam waktu cukup lama dapat mengakibatkan
Scale For Anxiety dan Depression yang dipandu oleh
depresi. Oleh sebab itu penderita kanker umumnya
dokter peneliti. Dokter peneliti sebagai pewawancara
mengalami sakit dua kali lipat dari kebanyakan sakit
telah mendapatkan pelatihan khusus dari konsultan
lain yaitu selain menderita penyakit kanker itu sendiri
Psikiatri, sehingga memenuhi kompetensi untuk
juga menderita depresi dan kecemasan. Sampai saat
melakukan evaluasi ini. Data yang telah dikumpulkan
ini belum ada data tentang terjadinya kecemasan
akan diverifikasi, dimasukkan ke dalam basis data dan
dan depresi pada pasien kanker paru saat pertama
dianalisis. Pasien yang memenuhi kriteria diagnosis
kali mengetahui tentang sakitnya. Tujuan penelitian
ini adalah mendapatkan gambaran depresi dan
kecemasan dan depresi ditatalaksana sesuai pedoman
tatalaksana kecemasan dan depresi.
kecemasan pada pasien kanker paru serta faktor-
Data dalam latar belakang yang akan dianalisis
faktor yang berhubungan, dalam kaitannya untuk
persentasenya akan disajikan secara deskriptif.
penyesuaian psikologi individu. Penderita kanker
5
62
J Respir Indo Vol. 35 No. 2 April 2015
Aila Haris: Insiden dan Tingkat Anxiety-Depression pada Pasien Kanker Paru Menggunakan Hamilton Rating Scale
Analisis data dilakukan dengan komputer memakai
Gambaran tentang kejadian kecemasan dan
program SPSS ver 11.5 untuk menilai hubungan
depresi pada subjek penelitian
antara depresi dan kecemasan terhadap berbagai
Hasil analisis menunjukan bahwa subjek yang
faktor, menggunakan uji analitik parametrik dengan
mengalami
pendekatan perbandingan rerata atau proporsi
dengan subjek yang tidak mengalami kecemasan.
kecemasan
komposisinya
seimbang
sesuai dengan jenis data variabel. Pemilihan sampel
Sebanyak 35 subjek yang mengalami kecemasan,
kohort dari sampel potong lintang dilakukan dengan
didapatkan 23 subjek memiliki derajat kecemasan
menggunakan prosedur pemilihan angka secara
ringan sebanyak 33 subjek (47,1%) mengalami depresi.
acak dengan program SPSS.
Diantara 33 subjek tersebut, mayoritas subjek memiliki
derajat depresi ringan (28 subjek). Tidak ditemukan
HASIL
Gambaran demografi subjek
Sebanyak 70 subjek kanker paru di RS
Persahabatan dilibatkan dalam penelitian ini. Pada
penelitian ini didapatkan rerata usia pasien adalah
subjek yang mengalami derajat kecemasan berat,
tetapi terdapat 1 subjek yang mengalami depresi berat.
Kecendrungan yang terjadi pada derajat kecemasan
ini mengikuti pola derajat depresi didapatkan jumlah
subjek yang tidak mengalami kecemasan 3 kali lebih
banyak daripada subjek yang mengalami kecemasan
56 tahun dan rentang usia 32 sampai 82 tahun.
yang sedang (35 subjek tidak mengalami kecemasan
Pembagian berdasarkan jenis kelamin dari 70
dibandingkan dengan 12 subjek yang mengalami
pasien kanker paru didapatkan laki-laki berjumlah 53
kecemasan sedang).
pasien (75,7%) dan perempuan 17 pasien (24,3%).
Semakin berat derajat depresi, jumlah subjek
Sebagian besar subjek memiliki tingkat pendidikan
yang mengalami depresi turut menurun didapatkan
menengah-tinggi (68,5%) dan pendidikan rendah
jumlah subjek yang tidak mengalami depresi jauh
(SD-SMP) sebesar 31,5%. Pada umumnya subjek
lebih besar daripada jumlah subjek yang mengalami
bekerja sebagai pegawai swasta (54,3%) kemudian
depresi berat (37 subjek yang tidak mengalamai depresi
pegawai negeri sipil (25,7%). Jumlah subjek yang
dibandingkan dengan 1 subjek yang mengalami depresi
memiliki penghasilan antara 1–4,9 juta lebih banyak
berat). Sebanyak 35 pasien yang mengalami kecemasan
daripada kelompok penghasilan yang lain yaitu
juga terdapat sebanyak 33 pasien mengalami depresi.
sebanyak 48 orang (68,6%). Lebih dari 50% subjek
memiliki pengetahuan yang baik tentang kanker
paru (Tabel 1).
Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian
kecemasan
Hasil analisis menggunakan analisis univariat
Gambaran keadaan klinis subjek
Sebagian besar subjek penelitian didapatkan
diagnosis jenis kanker paru terbanyak adalah
adenokarsinoma sebanyak 59 pasien (84,3%) dan
diikuti oleh karsinoma sel skuamosa sebanyak
12 pasien (17,1%). Umumnya telah menderita
kanker paru dengan stage IV sebanyak 59 pasien
(84,3%) dan dikuti oleh stage III sebanyak 7 pasien
(10%). Tampilan pasien terbanyak adalah derajat 2
sebanyak 34 pasien (48,6%) dan diikuti oleh derajat
1 sebanyak 31 pasien (44,3%).
J Respir Indo Vol. 35 No. 2 April 2015
regresi logistik faktor-faktor yang berhubungan dengan
kecemasan menunjukkan hasil yang serupa dengan
analisis faktor-faktor risiko terhadap kejadian depresi.
Hasil analisis faktor-faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian kecemasan pada subjek kanker
paru menunjukan bahwa subjek dengan tingkat pen­
didikan menengah-perguruan tinggi (SMA-PT) memiliki
hubungan dengan kejadian kecemasan. Subjek dengan
tingkat pendidikan menengah-tinggi memiliki risiko 3 kali
lebih besar daripada subjek dengan tingkat pendidikan
rendah (SD-SMP) dengan signifikan secara statistik
sebesar 0,043 (OR=3,000; 95% CI 1,034 – 8,702).
63
Aila Haris: Insiden dan Tingkat Anxiety-Depression pada Pasien Kanker Paru Menggunakan Hamilton Rating Scale
Tabel 1. Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan data demografi, gambaran klinis, kecemasan dan depresi.
Demografi
Gambaran Klinis
Kecemasan dan Depresi
Variabel
Jenis kelamin
laki-laki
perempuan
Usia (tahun)
rerata
median
minimal-maksimal
Tingkat pendidikan
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Status Pekerjaan
Ibu rumah tangga
Swasta
Pegawai negeri sipil
Tingkat penghasilan
<1 juta
1-4,9 juta
<= 5 juta
Pengetahuan tentang kanker
Baik
Kurang
Jenis kanker paru
Adeno karsinoma
Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel besar
Karsinoma sel kecil
Stage
I
II
III
IV
Tampilan
0
1
2
3
4
Kejadian kecemasan
Derajat kecemasan
Tidak mengalami kecemasan
Derajat ringan
Derajat sedang
Derajat berat/ringan
N
Persentase (%)
53
17
75,7
24,3
56
55,5
33-82
16
6
26
22
22,99
8,6
37,1
31,4
14
38
18
20
54,3
25,7
10
48
12
14,3
68,6
17,1
36
34
51,4
48,6
56
12
1
1
80
17,1
1,4
1,4
3
1
7
59
4,3
1,4
10
84,3
1
31
34
4
0
1,4
44,3
48,6
5,7
0
35
50
35
23
12
0
50
32,9
17,1
0
Uji beda proporsi menggunakan analisis chi
yang mengalami kecemasan lebih besar daripada
square menyatakan bahwa terdapat perbedaan
subjek yang tidak mengalami kecemasan didapatkan
proporsi yang signifikan antara jumlah subjek dengan
kom­
posisinya ada­
lah 16 subjek yang mengalami
tingkat pendidikan menengah-tinggi pada kedua
kecemasan (45,7%) dibandingkan 10 yang tidak
kelompok kejadian kecemasan (p=0,039).
mengalami kecemasan (28,6%) pada kelompok
Komposisi subjek yang mengalami kece­
dengan tingkat pendidikan mene­ngah dan 12 subjek
masan sedikit berbeda dari kelompok yang menga­
yang mengalami kecemasan (34,3%) dibandingkan
lami depresi. Pada kelompok dengan tingkat
dengan 10 yang tidak mengalami kecemasan (28,6%)
pen­
didikan menengah dan tinggi, jumlah pasien
pada kelompok dengan tingkat pendidikan tinggi.
64
J Respir Indo Vol. 35 No. 2 April 2015
Aila Haris: Insiden dan Tingkat Anxiety-Depression pada Pasien Kanker Paru Menggunakan Hamilton Rating Scale
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian
depresi
kecemasan
Pada analisis berikut ini, faktor-faktor yang di­
Hasil analisis menggunakan analisis univariat
asumsikan memiliki hubungan dengan terjadinya depresi
regresi logistik faktor-faktor yang berhubungan dengan
pada subjek dengan kanker paru akan di­
tampilkan.
kecemasan menunjukkan hasil yang serupa dengan
Berdasarkan hasil analisis dengan menggu­nakan analisis
analisis faktor-faktor risiko terhadap kejadian depresi.
uji kai-kuadrat diperoleh hasil bahwa subjek dengan
Hasil analisis faktor-faktor risiko yang berhubungan
pen­
didikan menengah-tinggi (SMA-PT) merupakan
dengan kejadian kecemasan pada subjek kanker
satu-satunya faktor yang memiliki hubungan dengan
paru menunjukan bahwa subjek dengan tingkat
kejadian depresi pada subjek kanker paru dengan
pendidikan menengah - perguruan tinggi (SMA-PT)
signifikansi perbedaan proporsi adalah p=0,024. Melalui
memiliki hubungan dengan kejadian kecemasan.
analisis lanjut menggunakan uji univariat regresi logistik
Subjek dengan tingkat pendidikan menengah-tinggi
dapat dilihat bahwa subjek yang memiliki pendidikan
memiliki risiko 3 kali lebih besar daripada subjek
menengah-tinggi memiliki risiko sebesar 3 kali lebih besar
dengan tingkat pendidikan rendah (SD-SMP) dengan
daripada subjek dengan tingkat pendidikan rendah (SD-
signifikan secara statistik sebesar 0,043 (OR=3,000;
SMP) dengan signifikansi regresi logistik sebesar 0,028
95% CI 1,034 – 8,702).
(OR= 3,429; 95% CI 1,144 – 10,279).
Tabel 2. Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian kecemasan
Variabel
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia (tahun)
Rerata
Median
Rentang
Tingkat pendidikan
Rendah (SD-SMP)
Menengah-tinggi (SMA-PT)
Status pekerjaan
Ibu rumah tangga
Swasta
Pegawai negeri sipil
Tingkap penghasilan
<1juta
1-4,9 juta
≥ 5 juta
Pengetahuan tentang kanker
Baik
Kurang
Jenis kanker paru
Adenokarsinoma
Karsinoma skuamosa
Karsinoma sel besar
Karsinoma sel kecil
Stage
I
II
III
IV
Tampilan
0
1
2
3
*hasil analisis signifikan secara statistik (p<0,05)
J Respir Indo Vol. 35 No. 2 April 2015
Kejadian Kecemasan
Tidak (N=35)
Ya (N=35)
Nilai p
24 (68,6%)
11 (31,4%)
29 (82,9%)
6 (17,1%)
0,163
55,6
55
40-78
56,5
56
33-82
15 (42,9%)
20 (57,2%)
7 (20,0%)
28 (80,0%)
0,039*
9 (25,7%)
18 (51,4%)
8 (22,9%)
5 (14,3%)
20 (57,1%)
10 (28,6%)
0,479
4 (11,4%)
26 (74,3%)
5 (14,3%)
6 (17,1%)
22 (62,9%)
7 (20,0%)
0,587
16 (45,7%)
19 (45,3%)
20 (57,1%)
15 (42,9%)
0,339
30 (85,7%)
5 (14,3%)
0 (0,0%)
0 (0,0%)
26 (74,3%)
7 (20,0%)
1 (2,9%)
1 (2,9%)
0,454
1 (2,9%)
1 (2,9%)
4 (11,4%)
29 (82,9%)
2 (5,7%)
0 (0,0%)
3 (8,6%)
30 (85,7%)
0,684
1 (2,9%)
17 (48,6%)
16 (45,7%)
1 (2,9%)
0 (0,0%)
14 (40,0%)
18 (51,4%)
3 (8,6%)
0,492
0,703
65
Aila Haris: Insiden dan Tingkat Anxiety-Depression pada Pasien Kanker Paru Menggunakan Hamilton Rating Scale
Analisis variabel-variabel demografi lainnya
demikian pada kelompok pendidikan tinggi didapatkan
yaitu faktor usia, jenis kelamin, pengetahuan, peker­
jumlah yang tidak mengalami depresi sama dengan
jaan dan sosial ekonomi didapatkan tidak berhubungan
yang mengalami depresi.
dengan depresi. Demikian juga faktor klinis seperti jenis
Analisis multivariat
kanker paru, stage dan tampilan tidak tidak ditemukan
hubungan yang secara statistik signifikan dengan
Hasil uji multivariat menggunakan regresi
kejadian depresi pada subjek dengan kanker paru.
logistik dengan metode Back-ward menunjukkan
Jumlah subjek yang mengalami depresi pada kelompok
bahwa setelah variabel jenis kelamin dan tingkat
dengan tingkat pendidikan menengah lebih besar
pendidikan dimasukkan dalam model multivariat,
daripada kelompok yang tidak mengalami depresi (16
tingkat pendidikan menengah-tinggi merupakan
(48,5%) vs. 10 (27,0%); p=0,020).
variabel yang memiliki hubungan dengan terjadinya
Pada kelompok pendidikan rendah jumlah
kejadian kecemasan dengan nilai signifikansi (p)
pasien yang tidak mengalami depresi lebih besar
sebesar 0,043 (OR=3,000; 95% CI 1,034 – 8,702).
daripada kelompok yang mengalami depresi. Tidak
Tabel 3. Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian depresi
Variabel
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia (tahun)
Rerata
Median
Rentang
Tingkat pendidikan
Rendah (SD-SMP)
Menengah-tinggi (SMA-PT)
Status pekerjaan
Ibu rumah tangga
Swasta
Pegawai Negeri Sipil
Tingkap penghasilan
<1juta
1-4,9 juta
≥5 juta
Pengetahuan tentang kanker
Baik
Kurang
Jenis kanker paru
Adenokarsinoma
Karsinoma squamosa
Karsinoma sel besar
Karsinoma sel kecil
Stage
I
II
III
IV
Tampilan
0
1
2
3
Kejadian Depresi
Tidak (N=37)
Ya (N=37)
Nilai p
26 (70,3%)
11 (29,7%)
27 (81,8%)
6 (18,2%)
0,261
55,5
55
38-78
56,7
56
33-82
16 (43,2%)
21 (56,8%)
6 (18,2%)
27 (81,8%)
0,024*
9 (24,3%)
20 (54,1%)
8 (21,6%)
5 (15,2%)
18 (54,5%)
10 (30,3%)
0,536
4 (10,8%)
27 (73,0%)
6 (16,2%)
6 (18,2%)
21 (63,6%)
6 (18,2%)
0,63
17 (45,9%)
20 (54,1%)
19 (57,6%)
14 (42,4%)
0,331
31 (83,8%)
6 (16,2%)
0 (0,0%)
0 (0,0%)
25 (75,8%)
6 (18,2%)
1 (3,0%)
1 (3,0%)
0,49
1 (2,7%)
1 (2,7%)
5 (13,5%)
30 (81,1%)
2 (6,1%)
0 (0,0%)
2 (6,1%)
29 (87,9%)
0,491
1 (2,7%)
17 (45,9%)
18 (48,6%)
1 (2,7%)
0 (0,0%)
14 (42,4%)
16 (48,5%)
3 (9,1%)
0,535
0,635
*hasil analisis signifikan secara statistik (p<0,05)
66
J Respir Indo Vol. 35 No. 2 April 2015
Aila Haris: Insiden dan Tingkat Anxiety-Depression pada Pasien Kanker Paru Menggunakan Hamilton Rating Scale
Perubahan derajat kecemasan setelah masa
observasi 3 bulan
PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan dengan metode cross
Perubahan yang bermakna terjadi karena
sectional untuk mengetahui secara deskriptif mengenai
terdapat perubahan yaitu 4 orang (15%) mempunyai
besar persentase kejadian depresi dan kecemasan
nilai Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A)
pada pasien kanker paru pada awal diagnosis.
negatif meningkat menjadi HRS-A ringan namun
Penelitian dilanjutkan dengan kohort tanpa pembanding
sebaliknya 6 orang (23%) yang mempunyai nilai
yaitu untuk menilai perubahan derajat kecemasan
HRS-A sedang yang membaik menjadi ringan.
dan depresi pada pasien kanker paru setelah 3 bulan
Setelah dilakukan analisis lebih lanjut ditemukan
bahwa stage yang mengalami perubahan adalah
stage I dan IV saja sedangkan subjek dengan stage
II dan III tidak mengalami perubahan.
dan dilakukan dari bulan Mei sampai dengan Oktober
2010. Jumlah subjek pada penelitian ini adalah 70
Berdasarkan karakteristik usia didapatkan
rerata usia pasien adalah 56 tahun dan rentang usia
3 bulan
Pada tabel berikut ini dapat dilihat bahwa 3
orang yang mempunyai nilai Hamilton Rating Scale
For Depression (HRS-D) negatif meningkat menjadi
HRS-D ringan dan 2 orang yang mempunyai nilai
HRS-D ringan meningkat menjadi HRS-D sedang.
Pada penelitian ini didapatkan peningkatan derajat
depresi sebesar 19%. Sebaliknya, didapatkan juga 2
orang (7,6%) yang mempunyai nilai HRS-D sedang
yang membaik menjadi ringan. Hasil uji McNemar pada
perubahan derajat depresi tidak bermakna secara
statistik. Stage yang mengalami perubahan adalah
stage I dan IV saja sedangkan subjek dengan stage II
dan III tidak mengalami perubahan nilai HRS-D.
HRS-A negatif
awal
ringan
sedang
Negatif
(N)
6
0
0
HRS-A 3 bulan
Ringan
Sedang
(N)
(N)
4
0
8
6
1
1
p Mc
Neimar
HRS-A negatif
awal
ringan
sedang
Negatif
(N)
7
0
0
HRS-D 3 bulan
Ringan
Sedang
(N)
(N)
3
0
12
2
J Respir Indo Vol. 35 No. 2 April 2015
2
0
yang dilakukan oleh Wiyana dkk.6 yang mendapatkan
rerata usia pasien kanker paru 52,52 tahun dan
rentang usia dari 24 tahun sampai 83 tahun. Penelitian
yang dilakukan di luar negeri oleh Uchitomi Y dkk.7
menyatakan usia pasien kanker paru didapatkan
rerata usia 62,1 tahun dan rentang usia 22 sampai
83 tahun. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa
faktor risiko kanker paru adalah laki-laki dan usia
diatas 40 tahun.3
Berdasarkan kriteria jenis kelamin didapatkan
sebagian besar laki-laki (75,7%) lebih banyak dari
perempuan (24,3%). Hal ini hampir sama dengan
melaporkan bahwa kanker paru pada laki-laki 76%
dan perempuan 24%.2 Hasil ini berbeda dengan
hasil penelitian Uchitomi Y dkk.7 yang mendapatkan
jumlah pasien laki-laki 60,4% dan perempuan 39,6%.
Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan
0,023
oleh Montazeri A dkk.8 didapatkan jumlah pasien
laki-laki 60 % dan perempuan 40%.
Tabel 5. Perubahan derajat depresi setelah masa observasi 3 bulan
32 sampai 82 tahun. Hal ini sama dengan penelitian
data Rumah Sakit Persahabatan tahun 2004
Tabel 4. Perubahan derajat kecemasan setelah masa observasi
3 bulan
dan ruang perawatan paru RS Persahabatan Jakarta
subjek.
Perubahan derajat depresi setelah masa observasi
dilakukan terapi. Lokasi penelitian adalah poliklinik paru
p Mc
Neimar
Berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan
sebagian besar subjek memiliki tingkat pendidikan
menengah-tinggi (68,5%) dibandingkan pendidikan
rendah (31,4%). Hal ini berbeda dengan penelitian
oleh Wiyana dkk.6 yang mendapatkan tingkat
0,223
pendidikan yang rendah 71,2% dan sebanyak 19,8%
memiliki tingkat pendidikan rendah. Namun hal ini
67
Aila Haris: Insiden dan Tingkat Anxiety-Depression pada Pasien Kanker Paru Menggunakan Hamilton Rating Scale
sama dengan hasil penelitian Uchitomi Y dkk.7 yang
karsinoma sebanyak 84,3%. Penelitian yang dila­
mendapatkan tingkat pendidikan menengah tinggi
kukan oleh Wiyana dkk.6 yang mendapatkan jenis
76% dan pendidikan rendah sebanyak 33%.
kanker paru terbanyak adalah adenokarsinoma
Berdasarkan kriteria jenis pekerjaan di­
sebanyak 57,7%. Hasil penelitian ini hampir sama
dapatkan mayoritas subjek bekerja sebagai pegawai
dengan data Rumah Sakit Persahabatan tahun 2004
swasta sebesar 54,3% diikuti oleh pegawai negeri
sipil (PNS) sebesar 25,7% dan ibu rumah tangga.
Sulit untuk membandingkan jenis pekerjaan karena
setiap penelitian mengelompokkan dalam kriteria
tertentu seperti penelitian oleh Wiyana dkk.
6
didapatkan pekerjaan terbanyak adalah pensiunan
sebesar 33,3% tanpa menjelaskan rincian lebih
lanjut. Penelitian di luar negeri oleh Yeung dkk.
membagi
kriteria
pekerjaan
dalam
9
kelompok
pensiunan sebesar 36,8%, kerja paruh waktu dan
tidak bekerja sebesar 9,9% serta kerja penuh waktu
dan ibu rumah tangga sebesar 53,3%.
Berdasarkan kriteria penghasilan/pendapatan
didapatkan kelompok subjek yang memiliki penghasilan
antara 1 – 4,9 juta lebih banyak dibandingkan dengan
kelompok penghasilan yang lain yaitu sebanyak 48
orang (68,6%). Hal ini paling tidak termasuk dalam
kelompok upah minimun regional (UMR) provinsi DKI
Jakarta sekitar Rp 1,118 juta perbulan artinya paling
tidak kebutuhan hidup layaknya dapat terpenuhi.
9
Berdasarkan pengetahuan subjek tentang kanker
paru didapatkan 51,4% memiliki pengetahuan yang
baik dan sebanyak 48,6% mendapat nilai pengetahuan
yang kurang. Hal yang ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wiyana dkk. yang mendapatkan
6
sebanyak 47,8% memiliki penge­
tahuan tentang
kanker paru yang baik dan sebanyak 62,2% memiliki
pengetahuan yang kurang. Ini mungkin disebabkan
karena sebaran tingkat pendidikan pada penelitian ini
didapatkan yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi
lebih banyak dibandingkan dengan yang rendah. Hal
ini berbeda dengan penelitian oleh Wiyana dkk. yang
6
mendapatkan tingkat pendidikan yang rendah lebih
banyak dibandingkan dengan yang tinggi.
Gambaran keadaan klinis subjek
Pada penelitian ini didapatkan sebagian besar
subjek didiagnosis dengan jenis sel kanker adeno­
68
melaporkan bahwa jenis kanker paru terbanyak adalah
adenokarsinoma sebanyak 80%.2 Berdasarkan data di
atas dapat kita lihat kecenderungan jumlah penderita
kanker paru meningkat terutama jenis sel kanker
adenokarsinoma.
Berdasarkan
stage
didapatkan
terbanyak
adalah stage IV sebesar 80,0% diikuti stage III
sebayak 10% dan sisanya stage I dan II. Hal ini sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Radzikowska
E dkk.11 didapatkan stage III sebesar 43,3% diikuti
stage I sebesar 27,2%. Penelitian yang dilakukan oleh
Chan WHC dkk.12 didapatkan stage III sebesar 56%
dan stage IV 44%. Hal ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan Uchitomi Y dkk.7 yang mendapatkan
stage terbanyak adalah I sebesar 77,8% diikuti stage
II sebesar 15,6%. Dapat dipahami kenapa stage
terbanyak pada penelitian ini adalah stage IV karena
umumnya pasien kanker paru datang terlambat
dan telah mencoba untuk berobat dengan cara lain
misalkan alternatif disamping itu masih kurangnya
pemeriksaan penapisan terhadap pasien kanker paru.
Berdasarkan tampilan pasien didapatkan
terbanyak adalah derajat II sebesar 48,6% dan diikuti
derajat 1 sebesar 44,3%. Hal ini berbeda dengan
hasil penelitian oleh Radzikowska E dkk.11 didapatkan
pasien kanker paru dengan tampilan derajat 0 atau
1 sebesar 57,4% diikuti tampilan derajat 2 sebesar
30,8% dan tampilan derajat 3 atau 4 sebesar 11,8%.
Pada penelitian ini didapatkan tampilan pasien
derajat 2 terbanyak karena umumnya pasien yang
datang adalah untuk mendapatkan pengobatan
karena sakit yang telah dideritanya bukan ketika
pemeriksaan rutin.
Gambaran tentang kejadian
kecemasan dan
depresi pada subjek penelitian
Pada penelitian ini didapatkan bahwa subjek
yang mengalami kecemasan sebesar 50% sehingga
J Respir Indo Vol. 35 No. 2 April 2015
Aila Haris: Insiden dan Tingkat Anxiety-Depression pada Pasien Kanker Paru Menggunakan Hamilton Rating Scale
komposisinya seimbang dengan subjek yang tidak
yang signifikan antara jumlah subjek dengan tingkat
mengalami kecemasan.
pendidikan menengah-tinggi pada kedua kelompok
Hal ini berbeda dengan
penelitian oleh Pirl WF, dkk.
12
didapatkan pasien
kanker paru dengan kecemasan sebesar 32,6%.
Penelitian yang dilakukan oleh Hoopwod P dkk.
kejadian kecemasan (p=0,039).
Pada penelitian ini tingkat pendidikan menengah-
13
tinggi (SMA-PT) didapatkan hubungan bermakna
didapatkan pasien kanker paru yang menderita
secara statistik dengan kejadian kecemasan. Faktor
kecemasan sebesar 34%.
lain yaitu usia, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan
Pada penelitian ini didapatkan bahwa subjek
dan sosial ekonomi didapatkan tidak berhubungan
yang mengalami depresi sebesar 33 subjek atau
dengan kecemasan. Faktor klinis seperti jenis kanker
47,1%. Hal ini berbeda dengan penelitian yang
paru, stage dan tampilan tidak berhubungan dengan
dilakukan oleh Pirl WF dkk.
derajat kecemasan.
13
didapatkan pasien
kanker paru dengan depresi sebesar 23,3%.
Penelitian yang dilakukan oleh Hoopwod P dkk.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggu­
13
nakan analisis uji chi square, diperoleh hasil bahwa
didapatkan pasien kanker paru yang menderita
subjek dengan pendidikan menengah-tinggi (SMA-
depresi sebesar 33%.
PT) merupakan satu-satunya faktor yang memiliki
Pasien kanker paru selain menderita kece­
hubungan dengan kejadian depresi pada subjek
masan juga menderita depresi sebesar 47,1%. Hal
kanker paru dengan signifikansi perbedaan proporsi
ini berbeda dengan hasil pene­
litian Hoopwod P
adalah p=0,024. Melalui analisis lanjut menggunakan
dkk. didapatkan pasien kanker paru yang menderita
uji univariat regresi logistik dapat dilihat bahwa
kecemasan dan depresi hanya sebesar 21%. Hal
subjek yang memiliki pendidikan menengah-tinggi
yang menarik pada penelitian ini adalah kelompok
memiliki risiko sebesar 3 kali lebih besar daripada
pasien yang mengalami kecemasan tidak didapatkan
subjek dengan tingkat pendidikan rendah (SD-SMP)
kecemasan berat sedangkan pada kelompok pasien
dengan signifikansi regresi logistik sebesar 0,028
yang mengalami depresi terdapat depresi berat.
(OR= 3,429; 95% CI 1,144 – 10,279).
13
Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian
kecemasan dan depresi
Pada penelitian ini tingkat pendidikan menengahtinggi (SMA-PT) didapatkan hubungan bermakna
secara statistik dengan kejadian depresi. Faktor lain
Pada penelitian ini dari analisis univariat regresi
yaitu usia, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan dan
logistik faktor-faktor yang berhubungan dengan
sosial ekonomi didapatkan tidak berhubungan dengan
kecemasan menunjukan hasil yang serupa dengan
depresi. Demikian juga faktor klinis seperti jenis kanker
analisis faktor-faktor risiko terhadap kejadian depresi.
paru, stage dan tampilan tidak berhubungan dengan
Dapat disimpulkan bahwa hasil analisis faktor-
derajat depresi. Hal ini berbeda dengan penelitian
faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
yang dilakukan oleh Abernethy dkk.15 didapatkan
kecemasan pada subjek kanker paru menunjukkan
tidak ada hubungan depresi dengan usia dan tingkat
bahwa subjek dengan tingkat pendidikan menengah-
pendidikan, tetapi berhubungan dengan jenis kelamin
tinggi (SMA-PT) memiliki hubungan dengan kejadian
dan stage kanker paru. Berdasarkan kepustakaan
kecemasan. Subjek dengan tingkat pendidikan
kejadian depresi dipengaruhi faktor usia dan jenis
menengah-tinggi memiliki risiko 3 kali lebih besar
kelamin. Depresi lebih sering terjadi pada usia 20-40
daripada subjek dengan tingkat pendidikan rendah
tahun karena faktor emosi yang masih labil. Pada
(SD-SMP) dengan signifikansi secara statistik
penelitian ini dapat dimengerti mengapa faktor usia
sebesar 0,043 (OR=3,000; 95% CI 1,034 – 8,702).
tidak mempengaruhi depresi karena kelompok usia
Uji beda proporsi menggunakan analisis kai kuadrat
terbanyak pada penelitian ini berada berada diatas
menyatakan bahwa terdapat perbedaan proporsi
40 tahun. Sedangkan jenis kelamin perempuan lebih
J Respir Indo Vol. 35 No. 2 April 2015
69
Aila Haris: Insiden dan Tingkat Anxiety-Depression pada Pasien Kanker Paru Menggunakan Hamilton Rating Scale
banyak terjadi depresi karena ada dugaan perempuan
mempunyai nilai HRS-D sedang yang membaik menjadi
lebih sering mencari pengobatan sehingga depresi
ringan. Hasil uji McNemar pada perubahan derajat depresi
lebih sering terdiagnosis. Disamping itu karena
tidak bermakna secara statistik. Stage yang mengalami
perempuan lebih sering terpajan dengan stresor
perubahan adalah stage I dan IV saja sedangkan subjek
lingkungan dan ambangnya terhadap stresor lebih
dengan stage II dan III tidak mengalami perubahan nilai
rendah terhadap laki-laki.
HRS-D. Hasil ini berbeda dengan penelitian oleh Uchitomi
16
Y dkk.7 yang mendapatkan prevalens depresi pada awal
Perubahan derajat kecemasan dan depresi setelah
penelitian sebesar 8,0% dan turun menjadi 5,2% pada
masa observasi 3 bulan
bulan ke-3 pascabedah pasien kanker paru karsinoma
Perubahan yang bermakna terjadi karena
terdapat perubahan yaitu 4 orang (15%) mempunyai
nilai Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A)
negatif meningkat menjadi HRS-A ringan namun
sebaliknya 6 orang (23%) yang mempunyai nilai
HRS-A sedang yang membaik menjadi ringan.
Setelah dilakukan analisis lebih lanjut ditemukan
bahwa stage yang mengalami perubahan adalah
stage I dan IV saja sedangkan subjek dengan stage
II dan III tidak mengalami perubahan.
Pada penelitian ini ditemukan bahwa terjadi
perubahan derajat kecemasan yang signifikan dida­
patkan secara keseluruhan, pasien-pasien pada pene­
litian ini mengalami penurunan derajat kecemasan.
Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pasquini M dkk.17 pada pasien kanker payudara
terdapat penurunan derajat kecemasan 33% pada wal
diagnosis dan turun menjadi 25% pada bulan ke-12.
Hal ini menunjukkan bahwa pasien semakin menyadari
bahwa penyakit tersebut mungkin bisa menyebabkan
kematian dan pasien bisa berpikir bahwa kematian akan
dialami semua orang. Perasaan pasien dapat terentang
bukan sel kecil.
KESIMPULAN
Jumlah pasien kanker paru yang mengalami
kecemasan adalah sebesar 50% dan jumlah pasien
yang mengalami depresi adalah 47%. Tingkat pen­
didikan menengah tinggi merupakan faktor risiko yang
berhubungan dengan kejadian kecemasan maupun
depresi pada pasien kanker paru. Faktor lain yaitu
usia, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan dan
sosial ekonomi didapatkan tidak berhubungan dengan
kecemasan dan depresi. Faktor klinis seperti jenis kanker
paru, stage dan tampilan tidak ber­hubungan dengan
derajat kecemasan dan depresi. Derajat kecemasan
pada pasien kanker paru pasca tatalaksana selama
3 bulan mengalami perubahan signifikan. Pasien yang
mengalami penurunan derajat kecemasan lebih banyak
dibandingkan yang derajat kecemasan meningkat.
Sedangkan derajat depresi sebelum dan sesudah
tatalaksana 3 bulan tidak berubah signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
dari suasana hati yang netral sampai eforik. Jika pasien
1. Chan DC, Soriano A, Kane MA, Helfrich B, Bunn
mempunyai kepercayaan agama yang kuat dan yakin
PA. Biology of lung cancer. In: Hansen H, editors.
akan kehidupan setelah kematian dapat menimbulkan
Textbook of lung cancer. United Kingdom: Martin
ketenangan dalam kepercayaan rohani mereka dan
Dunitz Ltd; 2000.p.27-62.
tidak merasa takut pada kematian.15, 18
2. Syahruddin E. Characteristic patients in Indonesian
Pada penelitian ini didapatkan bahwa 3
association for The study of lung cancer data.
orang yang memiliki nilai Hamilton Rating Scale For
The 4th scientific respiratory medicine meeting.
Depression (HRS-D) negatif meningkat menjadi HRS-D
PIPKRA 2006 Departemen Pulmonologi dan
ringan dan 2 orang yang mempunyai nilai HRS-D ringan
Kedokteran Respirasi FKUI. Jakarta 2006.p.81-5.
meningkat menjadi HRS-D sedang. Pada penelitian ini
3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Kanker
didapatkan peningkatan derajat depresi sebesar 19%.
paru. Pedoman diagnosis & penatalaksanaan di
Pada penelitian didapatkan juga 2 orang (7,6%) yang
Indonesia. PDPI; 2006.p.1-18.
70
J Respir Indo Vol. 35 No. 2 April 2015
Aila Haris: Insiden dan Tingkat Anxiety-Depression pada Pasien Kanker Paru Menggunakan Hamilton Rating Scale
4. Data kanker paru RS Persahabatan 2008. [cited
12. Pirl WF, Temel JS, Billing A, Dahlin A, Jacson V,
on august 16 2009]. Available http: www.kanker
Prigersone HG, et all. Depression after diagnosis
paru.org
of advanced Non-Smal Cell Lung Cancer
th
5. Lubis NL. Kanker. In: Terapi perilaku kognitif
pada pasien kanker. 1 Ed. 2009: p.1-9.
st
and Survival: A Pilot Study. Psychosomatics.
2008;49:218-224.
6. Wiyana CA. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
13. Hopwood P, Stephens RJ. Depression in ptient
Penderita kanker paru terhadap penyakitnya di
with lung cancer: Prevalence and risk factors
RSUP Persahabatan. Tesis Bagian Pulmonologi
derived from quality of life data. J Clin Oncol .
FK UI Jakarta 1993.
2000;18:893-903.
7. Uchitomi Y, Mikami I, Nagai K, Nishiwaki Y, Akechi
14. Amir N. Aspek Neurobiologi Molekuler Depresi.
T, Okamura H. Depression and Psychological
In: Depresi Aspek Neurobiologi Diagnosis dan
Distress in Patients During the Year After
Tatalaksana. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Curative Resection of Non–Small-Cell Lung
Kedokteran Indonesia, Jakarta, 2005.p.23-8.
Cancer. J Clin Oncol. 2003;21:69-77.
15. Albernethy AD, Chang HT, Seidlitz L, Evinger JS,
8. Montazeri A, Milroy R, Hole D, McEwen J, Gillis
Duberstein P. Religious coping and depression
C R. Anxiety and depression in patients with lung
among spouses of people with lung cancer.
cancer before and after diagnosis: findings from
Psychosomatics. 2002;43:456-63.
a population in Glasgow, Scotland. J Epidemiol
Community Health. 1998;52:203-4.
16. Chan WHC, Chang AM, Leung SF, Mak SSS.
Reducing breathlessness, fatigue, and anxiety
9. Yeung MC, Ko LC, M JC, Tsang KW, Chau WS,
in Chinese patients undergoing lung cancer
Ciu SW et al. Risk factors associated lung cancer
radiotherapy in Hong Kong. Hong Kong Med J.
in Hongkong. Lung Cancer. 2003;49:131-40.
2007;13(Suppl 2):S4-7.
10. Dit. Pengupahan & Jamsostek, Ditjen PHI &
Jamsostek, Depnakertrans, Desember 2009.
11. Radzikowa E, Glaz P, Roszkowski K. Lung cancer
17. Pasquini
M, Biondi M. Review Depresion in
cancer patients: a critical review. Clinical Practice
and Epidemiology in Mental Health. 2007;3:1-9.
in women: age, smoking, histology, performance
18. Kaplan HI, Sadock, B.J. Thanayology: death and
status, initial treatment and survival. Population-
Breavement. In : Synopsys of psychiatry 8th ed.
based study of cases 20561. Annals of Oncology.
Williams and Wilkins, Philadelphia, 1998. p.65-7.
2002;13:1087-93.
J Respir Indo Vol. 35 No. 2 April 2015
71
Download