persepsi masyarakat terhadap strategi politik calon legislatif

advertisement
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP STRATEGI POLITIK CALON
LEGISLATIF (CALEG) PARTAI DEMOKRAT DPRD KABUPATEN BINTAN
PERIODE 2014-2019 DI KELURAHAN KAWAL, KECAMATAN GUNUNG KIJANG,
KABUPATEN BINTAN
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
KRISNA SETIAWAN
NIM : 090565201022
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
1
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP STRATEGI POLITIK CALON
LEGISLATIF (CALEG) PARTAI DEMOKRAT DPRD KABUPATEN BINTAN
PERIODE 2014-2019 DI KELURAHAN KAWAL, KECAMATAN GUNUNG KIJANG,
KABUPATEN BINTAN
KRISNA SETIAWAN
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan ilmu Politik Universitas Maritim
Raja Ali Haji
ABSTRAK
Pemilihan umum sejatinya harus menjadi penyalur aspirasi masyarakat wajib pilih untuk
menentukan siapa pemimpin yang dipercayainya, sehingga dapat membawa aspirasi dan
harapan mereka yang lebih baik di masa yang akan datang. Adapun pemilu yang berkualitas
baik dapat diukur dari tingkat partisipasi pemilih dan rendahnya golput. Berdasarkan hasil
penghitungan suara di KPU Kabupaten Bintan, partai Demokrat unggul di Daerah Pemilihan
Bintan 2 yang terdiri dari Kecamatan Toapaya, Teluk Bintan, Gunung Kijang dan Teluk
Sebong dengan jumlah kursi yang diperebutkan sebanyak 8 kursi. Dari 29.445 pemilih yang
memberikan hak pilihnya partai Demokrat meraih 9.910 suara, partai Golongan Karya (Golkar)
7.652, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 2.724 suara, Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) 1.673, Partai Amanat Nasional (PAN) 1.585 suara. Dari hasil perolehan suara tersebut
partai demokrat mendapatkan 3 kursi, partai Golkar 2 kursi, dan partai lainnya memperoleh
masing-masing 1 kursi legislatif DPRD Kabupaten Bintan
Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat
terhadap strategi politik calon legislatif (Caleg) Partai Demokrat DPRD Kabupaten Bintan
periode 2014-2019 di Kelurahan Kawal, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan. Pada
penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif Kuantitatif. Dalam penelitian ini
sampel berjumlah 98 orang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis data statistik.
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap
Strategi Calon Legislatif (Caleg) Partai Demokrat DPRD Kabupaten Bintan Di Kelurahan
Kawal Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan, dapat diambil suatu kesimpulan
masyarakat dapat melihat strategi calon legislatif secara baik dimana berdasarkan pengalaman
dalam mengikuti pemilihan umum sebelumnya sehingga masyarakat di Kelurahan Kawal
memiliki persepsi tersendiri berdasarkan pengalaman dari pemilu legislative sebelumnya. Pada
saat sebelum dilakukannya pemilihan umum masyarakat memiliki respon baik terhadap
strategi calon legislatif berbanding terbalik pada kejadian setelah dilakukannya pemilihan
umum legislatif, hal ini memberikan indikasi bahwa belum terpenuhinya janji yang diberikan
anggota legislatif kepada masyarakat Kelurahan Kawal.
Kata Kunci : Persepsi, Strategi, Pemilihan Legislatif
2
ABSTRACT
General elections must actually be the voice of the community must select to determine
who the leaders are trusted, so as to bring their aspirations and expectations better in the
future. The elections are of good quality can be measured from the low level of voter
participation and vote. Based on the results of counting at the Regency Bintan, Democrats
ahead in Bintan Electoral District 2 consists of the District Toapaya, Teluk Bintan, Gunung
Kijang and the Gulf Sebong by the number of contested seats as many as eight seats. Of the 29
445 voters give their votes Democrat party won 9910 votes, the Functional Group Party
(Golkar) 7652, the Indonesian Democratic Party of Struggle (PDIP) 2,724 votes, the
Prosperous Justice Party (PKS) 1673, the National Mandate Party (PAN) 1,585 sound. Of the
voting results of the Democrats gain three seats, two chairs Golkar party, and other parties
obtained one seat each legislative district legislature Bintan
The purpose of this study is basically to determine the public perception of the political
strategy of candidates (candidates) Democratic Party Parliament Bintan regency period 20142019 in the Kelurahan Kawal, District Gunung Kijang, Bintan regency. In this study the
authors used quantitative descriptive research type. In this study sample of 98 people. Data
analysis techniques used in this research is the statistical data analysis techniques.
Based on the discussion in the previous chapter on Public Perception Of Strategy
Legislative Candidate (Candidate) Democratic Party Parliament Bintan regency in the
Kelurahan Kawal District of Gunung Kijang Bintan regency, it can be concluded that people
can look at the strategies of candidates as well which is based on experience in following the
previous general elections so community in the Kelurahan Kawal has its own perception based
on experience from previous legislative elections. At the time prior to the general election the
public had a good response to the strategy of candidates inversely on the events subsequent to
the legislative elections, it does give an indication that has not fulfilled the promise made to the
community legislative Kelurahan Kawal.
Keywords: Perception, Strategy, Legislative Elections
3
Permusyawaratan Rakyat (MPR). Saat
Pemilu 2004 lalu, pemilihan Presiden
secara langsung mencatat sebuah sejarah
baru bagi kehidupan perpolitikan di
Indonesia. Pemilihan secara langsung
seperti ini kemudian berulang kembali
hingga Pemilu 2009.
Pada pemilihan umum tahun 2014
yang lalu, iklim politik Indonesia seakan
memanas. Beberapa manuver politik telah
dilakukan oleh sejumlah partai politik
dengan para tokoh politiknya untuk
menduduki jabatan politik yang diinginkan.
Beberapa nama tokoh politik nasional pun
bermunculan sebagai calon Presiden.
Sementara itu, partai politik (Parpol) juga
mempersiapkan para kadernya untuk
menduduki jabatan di lembaga legislatif,
baik tingkat pusat (DPR RI), tingkat
provinsi (DPRD I), maupun tingkat
kabupaten/kota (DPRD II).
Pemilu 9 April 2014 di ikuti oleh 15
partai politik dan 3 diantaranya adalah
partai lokal di Aceh. Kondisi ini sangat
berbeda dengan pemilihan umum tahun
2009 yang di ikuti oleh 38 partai politik
peserta pemilu dan 6 Partai lokal di Aceh,
hal ini terjadi akibat dari banyaknya partai
politik yang tidak memenuhi syarat lolos
verifikasi, yakni memiliki kepengurusan di
33 Provinsi, kepengurusan minimal 75% di
Kabupaten/Kota serta 50% di tingkat
Kecamatan, serta memiliki keterwakilan
minimal
30%
perempuan
untuk
kepengurusan seperti yang telah ditentukan
oleh Undang-Undang No.8/2012 tentang
pemilihan
umum
(Sumber
data:
http://www.fahmikhairul.com/2013/08/veri
fikasi-partai-politik-calon peserta.html).
Seiring
dengan
semakin
berkembangnya pemilu di Indonesia, maka
tingkat kesadaran masyarakat Indonesia
semakin
berkembang.
Partisipasi
PENDAHULUAN
`
Sejak kemerdekaan hingga tahun
2014
bangsa
Indonesia
telah
menyelenggarakan sebelas kali pemilihan
umum (Pemilu), yaitu pemilihan umum
1955 yang dilaksanaka pada Era orde lama
dan pemilihan umum lima tahunan yang
dimulai pada tahun 1971 sampai dengan
pemilu 1997 (masa Orde Baru). Pemilu di
Era Reformasi membawa beberapa
perubahan fundamental, yaitu dibukanya
kesempatan bagi partai politik secara bebas,
termasuk mendirikan partai politik baru.
Hal ini tercermin pada pemilu tahun 1999
yang di ikuti oleh banyak partai politik
peserta pemilu.
Pemilihan umum adalah sesuatu hal
yang sangat penting dalam kehidupan
kenegaraan. Pemilihan umum adalah
jelmaan sistem demokrasi. Melalui
pemilihan umum, rakyat memilih wakilnya
untuk duduk dalam parlemen dan struktur
pemerintahan. Sistem pemilihan di
Indonesia sendiri juga berlaku dengan
menggunakan hak rakyat untuk memilih
presiden hingga kepala daerah yang dimana
semua itu telah kita laksanakan.
Pemilihan umum sejatinya harus
menjadi penyalur aspirasi masyarakat wajib
pilih untuk menentukan siapa pemimpin
yang dipercayainya, sehingga dapat
membawa aspirasi dan harapan mereka
yang lebih baik di masa yang akan datang.
Adapun pemilu yang berkualitas baik dapat
diukur dari tingkat partisipasi pemilih dan
rendahnya golput.
Pada tahun 2004, pemilihan
presiden Indonesia dilakukan secara
langsung oleh rakyat yang diamanatkan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003
tentang Pemilihan Umum Presiden dan
Wakil Presiden. Padahal sebelumnya,
Presiden
dipilih
oleh
Majelis
4
masyarakat memiliki pengaruh terhadap
pilihan politik baik individu maupun
kelompok. Namun pendekatan pemilih
dapat berkembang dengan pengaruhpengaruh dari luar, yaitu: media, sosialisasi
politik, dan lain-lain.
Pengaruh-pengaruh yang timbul
dari pendekatan pemilih tidak pernah
terlepas oleh pencitraan politik, sehingga
menimbulkan suatu persepsi terhadap citra
politik di masyarakat. “Persepsi adalah
realitas itu sendiri dalam dunia pencitraan.
Itulah sebabnya, bagaimana menggali
pendapat masyarakat untuk mendapatkan
persepsi citra politik merupakan hal serius
yang harus dilakukan. Hasil audit persepsi
akan sangat membantu ketika organisasi
ataupun partai politik akan menyusun
program tahunan, yang tentu akan berujung
pada citra politik mereka” (Wasesa,
2011:224).
Pencitraan politik merupakan salah
satu srategi yang utama dalam menarik
dukungan suara dari masyarakat. Hal ini
terlihat dari berbagai program kerja
pemerintah, cara seperti ini merupakan
salah satu strategi partai Demokrat untuk
mendapatkan dukungan suara dalam pemilu
2014, program yang sering kita lihat antara
lain: Program PNPM Mandiri Perdesaan,
KUR,
Percepatan
Pembanguanan,
penigkatan Investasi dan masih banyak lagi
program kerja lainnya. Disamping itu,
media massa juga sedang gencar-gencarnya
melalukan pemberitaan terhadap kegagalan
kinerja pemerintah saat ini seperti : Skandal
Bank
Century,
kegagalan
dalam
pemberantasan Korupsi, serta keterlibatan
ketua umum partai Demokrat dan beberapa
kadernya dalam kasus korupsi dan masih
banyak lagi kegagalan pemerintah lainnya.
Pemberitaan-pemberitaan di media ini tidak
dapat dilepaskan dari kegagalan partai
Demokrat sebagai partai pemerintah.
Pada Pemilu 2009 Partai Demokrat
memperoleh suara sebanyak 20,85 %, dan
pada pemilu 2014 partai Demokrat hanya
memperoleh 10,19 %. Hasil pemilu 2014
ini menunjukkan penurunan perolehan
suara yang sangat drastis dari tahun 2009
ke 2014. Penurunan perolehan suara ini
membuktikan bahwa masyarakat seolah
tidak percaya lagi dengan partai Demokrat
sebagai partai pemerintah dan partai
pemenang pemilu 2009. Fenomena
penurunan perolehan suara ini seakan
hanya berpengaruh pada pemilihan
legislatif DPR-RI saja, tetapi untuk
pemilihan
legislatif
di
DPRD
Kabupaten/Kota
seakan
pemberitaanpemberitaan di media massa tersebut tidak
berpengaruh, hal ini dapat kita lihat dari
hasil perolehan suara pemilu legislatif
DPRD
Kabupaten
Bintan
Provinsi
Kepulauan
Riau
(Sumber
data:
http://mediacenter.kpu.go.id/dataolahan.html).
Partai Demokrat adalah salah satu
dari beberapa partai yang mengikuti Pemilu
legislatif 9 April 2014, dan menjadi salah
satu pesaing dari partai Golkar yang
mendapatkan suara terbanyak untuk
pemilihan
calon
legislatif
DPRD
Kabupaten Bintan. Dari perolehan kursi di
DPRD kedua partai ini sama-sama
mendapatkan 6 kursi. Tetapi, dari
perolehan suara partai Golkar lebih unggul
dengan perolehan 20.008 suara dan disusul
oleh partai demokrat meraih 19.721 suara
atau selisih 287 suara. Untuk urutan ke-3
selanjutnya partai PDIP yang meraih 8.573
suara, PKS 5.538 suara, PAN 5.376suara,
Nasdem 5.023 suara, dan untuk 6 partai
lainnya memperoleh suara di bawah 5.000
5
suara (Sumber: Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Bintan 2014).
Berdasarkan hasil penghitungan
suara di KPU Kabupaten Bintan, partai
Demokrat unggul di Daerah Pemilihan
Bintan 2 yang terdiri dari Kecamatan
Toapaya, Teluk Bintan, Gunung Kijang dan
Teluk Sebong dengan jumlah kursi yang
diperebutkan sebanyak 8 kursi. Dari 29.445
pemilih yang memberikan hak pilihnya
partai Demokrat meraih 9.910 suara, partai
Golongan Karya (Golkar) 7.652, Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
2.724 suara, Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) 1.673, Partai Amanat Nasional
(PAN) 1.585 suara. Dari hasil perolehan
suara
tersebut
partai
demokrat
mendapatkan 3 kursi, partai Golkar 2 kursi,
dan partai lainnya memperoleh masingmasing 1 kursi legislatif DPRD Kabupaten
Bintan. Begitu pula dengan perolehan
suara masing-masing calon legislatif, caleg
partai Demokrat mampu mengungguli
perolehan suara caleg dari partai lain yaitu:
Agus Wibowo dengan perolehan suara
4.527 suara, Daeng M. Yatir 2.982 suara,
Zulkifli 1.379 suara, perolehan suara ini
berbeda jauh dengan perolehan suara caleg
yang terpilih dari partai Golkar antara lain :
Nesar Ahmad 2.226 suara, dan Fiven
Sumanti 1.985 suara, dan caleg terpilih
lainnnya perolehan suara mereka di bawah
1.000 suara (Sumber: Komisi Pemilihan
Umum Kabupaten Bintan 2014).
Pada pemilu tahun 2009 partai
Demokrat di Dapil 2 mendapatkan
perolehan kursi di DPRD sebanyak 1 kursi.
Peningkatan yang sangat signifikan dari
tahun 2009 ke 2014 ini menimbulkan
berbagai macam persepsi masyarakat
terhadap strategi politik calon legislatif
(caleg) partai Demokrat DPRD Kabupaten
Bintan periode 2014-2019.
Kemenangan Partai Demokrat di
daerah pemilihan Bintan 2 tidak akan
terlepas dari sebuah strategi politik para
calon legislatif itu sendiri. Dalam konteks
pertarungan politik untuk memperebutkan
sebuah jabatan, maka strategi yang matang
di bidang pemilu memegang peranan yang
sangat penting. Karena tanpa adanya
perencanaan strategi, tidak mungkin
kemenangan akan di raih.
Persaingan dan adu strategi di
dalam internal partrai Demokrat Kabupaten
Bintan memang sudah sangat terlihat sejak
di umumkannya Daftar Calon Tetap (DCT)
Dapil 2, Hal ini dapat terlihat dari namanama caleg yang berkompetisi di Pemilu
2014 ini. Dari 8 calon yang di usung, 3
orang caleg berhasil terpilih sebagai
anggota DPRD Kabupaten Bintan. Menurut
penuturan masyarakat dan beberapa Tim
Sukses caleg Partai Demokrat peneliti
mendapatkan
beberapa
keterangan
mengenai bagaimana dan seperti apa
strategi partai Demokrat dalam meraih
suara. Strategi politik yang menjadi sorotan
adalah sebagai berikut :
1. Agus Wibowo (Ketua DPC Partai
Demokrat
Kabupaten
Bintan)
membuat sebuah kontrak politik
yang menyatakan :
“Apabila terpilih sebagai anggota
DPRD Kabupaten Bintan dari dapil
II, maka seluruh gaji dan tunjangan
selama sebagai anggota DPRD
Kabupaten periode 2014-2019,
sepenuhnya akan saya serahkan
kepada
masyarakat
yang
memberikan dukungan kepada saya,
sehingga saya terpilih menjadi
menjadi anggota DPRD Kabupaten
Bintan dari dapil II, apabila saya
tidak memenuhi kontrak politik
kepada pemilih masyarakat ini,
6
maka saya bersedia mundur dari
jabatan anggota DPRD Kabupaten
Bintan dari dapil II”.
2. Muhammad Yatir, SH caleg dengan
nomor urut 2, beliau adalah calon
legislatif
incumbent
yang
merupakan pindahan dari Partai
Demokrasi Kebangsaan (PDK).
Beliau menarik simpati masyarakat
dengan jalan pembagian Baju Batik,
Tas kepada masyarakat serta janjijanji politik serta sosialisasi poitik
lainnya.
3. Zulkifli S.pd merupakan calon
incumbent dari partai Demokrat,
dan telah memiliki basis massa
yang cukup loyal di Kelurahan
Kawal. Beliau selalu melakukan
pembinaan-pembinaan
secara
berkala terhadap para loyalis
dengan jalan sosialisasi dan
pemberian bantuan perlengkapan
usaha kepada kelompok masyarakat
melalui bantuan pemerintah.
Dari beberapa Desa dan Kelurahan
yang ada di Dapil 2, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian di kelurahan Kawal,
Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten
Bintan. Pemilihan Kelurahan Kawal
sebagai tempat penelitian dikarenakan
jumlah partisipasi pemilih di Kelurahan
Kawal cukup tinggi yaitu lebih dari 70%
DPT memberikan hak suaranya pada
pemilihan umum 9 April yang lalu. Dari
4.313
total
DPT,
3.540
pemilih
memberikan hak pilihnya. Selain itu, partai
Demokrat memperoleh suara terbanyak
dengan perolehan 1.010 suara, sedangkan
partai Golkar sebagai pemenang pemilu
DPRD Kabupaten Bintan memperoleh 517
suara kemudian disusul oleh partai PDI
Perjuangan dengan perolehan 424 suara,
serta keikutsertaan 11 orang calon legislatif
yang
merupakan
penduduk
yang
berdomisili di Kelurahan Kawal. (Sumber
Panitia Pemungutan Suara (PPS) Kelurahan
Kawal 2014)
Berdasarkan keterangan di atas,
penulis mencoba menggali pengetahuan
mengenai persepsi masyarakat terhadap
strategi calon legislatif partai Demokrat di
Dapil 2 yang terpilih sebagai anggota
legislatif DPRD Kabupaten Bintan.
Strategi-strategi yang dilakukan 3 orang
calon legislatif terpilih ini menimbulkan
berbagai macam persepsi di masyarakat,
terutama di Kelurahan Kawal yang
merupakan salah satu kelurahan dengan
jumlah pemilih yang cukup besar.
Berdasarkan latar belakang masalah yang
dikemukakan diatas maka penulis tertarik
untuk
meneliti
tentang
“Persepsi
Masyarakat terhadap Strategi Politik
Calon
Legislatif
(Caleg)
Partai
Demokrat DPRD Kabupaten Bintan
Periode 2014-2019 di Kelurahan Kawal,
Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten
Bintan”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada bagian
sebelumnya bahwa partai Demokrat
Kabupaten Bintan berhasil memperoleh
suara terbanyak di Dapil 2 pada umumnya
dan Kelurahan Kawal pada khususnya.
Keberhasilan ini tentu saja tidak lepas dari
strategi-strategi politik yang dilakukan 3
(tiga) orang calon legislatif terpilih dalam
menarik dukungan masyarakat pada
pemilihan umum 2014 yang lalu, strategistrategi inilah yang menimbulkan berbagai
macam persepsi masyarakat, dengan
demikian penulis merumuskan masalah
sebagai berikut : “Bagaimana Persepsi
Masyarakat terhadap Strategi Politik
Calon
Legislatif
(Caleg)
Partai
7
gejala yang diteliti, disamping itu juga
untuk menghindari kesalah pahaman dalam
pengertian konsep tersebut dengan masalah
yang sedang diteliti.
Persepsi masyarakat mengenai strategi
poilitik seorang calon legislatif adalah
suatu pandangan atau tanggapan seseorang
yang di dapat melalui pengalaman,
informasi, dan penafsiran pesan. Sedangkan
di dalam politik, strategi ini digunakan
guna memenangkan persaingan sehingga
dapat
memperoleh
kekuasaan
dan
dukungan dari masyarakat. Di dalam
strategi politik terdapat langkah-langkah
atau cara untuk menjalankan strategi
tersebut,
adapun
langkah-langkah
tersesebut antara lain berupa Inisiatif,
Ancaman dan Janji (Peter Schroder
2010:135). Untuk mengetahui hal-hal
seperti diatas dapat kita lihat dari dimensi
sebagai berikut :
1. Setiap individu pada umumnya
pernah
berkaitan
langsung
dengan peristiwa-peristiwa yang
pernah dialaminya. Peristiwa
tersebut
dapat
berupa
pengalaman positif maupun
pengalaman negatif sehingga
individu dapat menilai suatu
partai politik maupun strategi
calon legislatifnya. Hal tersebut
tersebut dapat kita lihat dari
indikator:
a. Pengalaman
mengikuti
pemilu
b. Memilih Calon legislatif
c. Peristiwa yang dijalani
sebelum pemilihan
d. Peristiwa yang dijalani
sesudah pemilihan
2. Informasi adalah hal yang
sangat
penting
dalam
mempengaruhi persepsi setiap
Demokrat DPRD Kabupaten Bintan
Periode 2014-2019 di Kelurahan Kawal,
Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten
Bintan?”
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui
persepsi masyarakat terhadap strategi
politik calon legislatif (Caleg) Partai
Demokrat DPRD Kabupaten Bintan
periode 2014-2019 di Kelurahan
Kawal, Kecamatan Gunung Kijang,
Kabupaten Bintan.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Bagi penulis, semakin menambah
pengetahuan penulis tentang
persepsi masyarakat dan melatih
penulis dalam mengembangkan
pemikirannya.
b. Penelitian ini di harapkan
menjadi pengembangan dari
teori-teori politik yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti oleh
penulis tentang pemilu, persepsi
masyarakat,
strategi
calon
legislatif
serta
kepercayaan
masyarakat
terhadap
keterwakilan legislatif, sehingga
karya tulis ini dapat memberikan
sumbangan
pemikiran
bagi
kalangan civitas akademika.
Konsep Operasional
Maksud dari konsep operasional
adalah penjabaran lebih lanjut tentang
gejala yang diteliti dan dikelompokkan
dalam variabel penelitian. Adapun konsep
operasional
yang
digunakan
untuk
mempermudah dalam menjelaskan gejala8
individu. Setiap individu akan
menilai
suatu
informasi
mengenai strategi politik dan
calegnya. Informasi tersebut
akan mereka terima melalui
penglihatan, pendengaran, dan
perasaan mengenai strategi
politik para calegnya. Upaya
tersebut dapat dilihat melalui
indikator :
a. Penglihatan
seseorang
mengenai partai politik
b. Penglihatan
seseorang
strategi calon legislatif
c. Adanya
inisiatif
calon
legislative dalam kampanye
d. Janji calon legislative dalam
kampanye
e. Ancaman calon legislative
dalam kampanye
f. Inisiatif dari partai politik
yang menimbulkan perasaan
terhadap
partai
politik
beserta calegnya
g. Ancaman dari partai politik
yang menimbulkan perasaan
terhadap
partai
politik
beserta calegnya
h. Janji dari partai politik yang
menimbulkan
perasaan
terhadap
partai
politik
beserta calegnya
3. Penafsiran pesan mengenai
partai politik dan strategi
calegnya
yaitu
suatu
pemahaman
dan
pendapat
seseorang yang secara langsung
maupun
tidak
langsung
mengenai partai politik beserta
strategi
calegnya.
Upaya
tersebut dapat dilihat dari
indikator :
a. Dengan adanya strategi
caleg melalui pemaparan
program dan janji-janjinya
pada
masa
kampanye
menimbulkan
suatu
Pemahaman tentang baik
dan buruknya seorang caleg
b. Adanya pendapat mengenai
strategi
calon
legislatif
partai politik
Untuk mengetahui tanggapan dari
jawaban responden perlu dilakukan skala
pengukuran. Dengan skala pengukuran ini,
maka nilai variabel yang di ukur dengan
instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam
bentuk angka, sehingga akan lebih akurat,
efisien dan komunikatif. Maka dalam hal
ini peneliti menggunakan pengukuran skala
likert. Menurut Sugiono (2009:93), Skala
likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Untuk mencapai tujuan yang
diinginkan, maka penelitian ini
menggunakan
metode
penelitian
kuantitatif dengan format deskriptif
yang bertujuan untuk menjelaskan,
meringkas berbagai kondisi, berbagai
situasi atau berbagai variabel timbul di
masyarakat yang menjadi objek
penelitian itu berdasarkan apa yang
terjadi.
Kemudian
mengangkat
kepermukaan karakter ataun gambaran
kondisi, situsi ataupun variabel tersebut
dan menggunakan hipotesa atau
praduga awal terhadap hasil penelitian.
Menurut Sugiyono (2009:8)
“metode penelitian kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat
9
positivisme, digunakan untuk meneliti
populasi
atau
sampel
tertentu,
pengumpulan
data
menggunakan
instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif/statistik dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan”.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian
ini
dilakukan
di
Kelurahan Kawal, Kecamatan Gunung
Kijang, Kabupaten Bintan. Alasan
pemilihan lokasi tersebut adalah
karena lokasi penelitian merupakan
daerah yang memiliki jumlah DPT
(Daftar Pemilih Tetap) paling banyak
dibandingkan dengan Kelurahan/Desa
lainnya yang ada di Kecamatan
Gunung Kijang, sehingga akan lebih
mudah bagi peneliti mendapatkan data
baik dari masyarakat maupun dari
instansi yang terkait dengan penelitian
nantinya. Selain itu, Kelurahan Kawal
juga menjadi salah satu target para
calon legislatif untuk memenangkan
pemilu 2014.
3. Populasi dan Sampel
a.
Populasi
Menurut Sugiono (2009:80)
“Populasi
adalah
wilayah
generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Sesuai
ruang
lingkup masalah yang diteliti maka
populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh masyarakat yang ada di
Kelurahan
Kawal,
Kecamatan
Gunung Kijang yang berjumlah
5374 jiwa, sedangkan pemilih tetap
berjumlah 4313 pemilih dan
terdapat 12 TPS.
b.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang akan diteliti.
Bila populasi tersebut besar tidak
mungkin menelitinya satu persatu,
maka dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi tersebut.
Di karenakan jumlah populasi yang
cukup besar, sehingga peneliti tidak
mungkin untuk meneliti semuanya,
maka peneliti menentukan jumlah
sampel dengan rumus perhitungan
besaran sampel menurut Burhan
Bungin (2011:115), sebagai berikut
:
N
n = ----------N(d²) + 1
Dimana:
n = jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
d² = Presisi 10 persen yang
ditetapkan peneliti
Dari rumus diatas, maka
dapat ditentukan sampel yang akan
diambil dari jumlah populasi yaitu
4313 orang adalah :
n=
n=
n = 97,73 = 98
Maka
jumlah
sampel
penelitian ini adalah 98 orang.
Sedangkan
untuk
menentukan
responden yang akan dijadikan
sampel penelitian adalah 98 orang
dari 12 TPS, Penulis menggunakan
teknik sampling acak proporsional
10
dan sampelnya dinamakan sampel
acak proporsional. Dengan rumus
sebagai berikut:
dapat mudah diperoleh, maka
penulis
mengunakan
beberapa
teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
a. Kuesioner
Kuesioner atau angket yaitu
tekhnik dengan cara menyusun
daftar pertanyaan dengan sistematis
yang berkaitan dengan persepsi
mengenai strategi calon legislatif
(caleg) secara sistematis yang
diberikan
kepada
responden
(masyarakat)
secara
langsung.
Adapun alat yang di gunakan dalam
pengumpulan data ini adalah
angket.
b. Dokumentasi/Dokumenter
Metode Dokumenter adalah
salah satu metode pengumpulan
data yang digunakan dalam
metodologi
penelitian
social.
Kumpulan data dalam bentuk
tulisan ini dokumen dalam arti luas
termasuk monument, artefak, foto,
tipe, microfilm, disc, cd room,
harddisk, dan sebagainya.
n=
n=
n=
= 4,12 = 4
Dari hasil diatas dapat
ditabulasikan sebagai berikut :
Sumber dan Jenis Data
a. Data primer
Yang berdasarkan pada
peninjauan langsung pada objek
yang di teliti untuk memperoleh
data-data yang di butuhkan. Studi
lapangan yang dilakukan dengan
datang langsung kelokasi penelitian
dengan cara menyebarkan angket
atau kuisioner kepada responden
yang di jadikan sebagai sampel
penelitian. Responden menjawab
dengan memilih pilihan jawaban
yang suadah di sediakan dalam
daftar pertanyaan. Dan di kenal juga
dengan file research.
4. Teknik Analisis Data
Analisa data dilakukan
secara deskriptif kuantitatif yaitu
penelitian dimana setelah data-data
yang
dibutuhkan
terkumpul,
langkah
selanjutnya
barulah
dipisah-pisahkan
dan
dikelompokkan, menurut jenis data
setelah itu di analisa berdasarkan
presentase kedalam tabel-tabel
tanggapan
rekapitulasi
yang
dilengkapi dengan data yang
diperoleh dilapngan melalui teknik
pengumpulan data yang digunakan.
Penulis juga mengunkan metode
kuantitatif dalam menganalisa data
b. Data sekunder
Data
sekunder
adalah
mencari sumber data dan informasi
melalui buku-buku, jurnal, internet,
dan lain-lainnya yang berkaitan
dengan penelitian ini. Atau dengan
kata lain di sebut dengan library
research.
Teknik dan Alat Pengumpulan
Data
Agar
data
yang
dikumpulkan dalam penelitian ini
11
yang diperoleh dilapangan dalam
bentuk angka dan diberikan
penjelasan dari berbagai informasi
atau masukan yang dilapangan
dengan menggunakan pengukuran
skala likert dengan kategori 3 =
baik, 2 = kurang baik, 1 = tidak baik
atau jawaban lain yang memiliki
makna yang sama.
Persepsi di jelaskan dalam definisi
John R. Wenburg dan William W. Wilmout
”Persepsi dapat didefinisikan sebagai cara
organisme member makna”. Rudolph F.
Verderber
”Persepsi
adalah
proses
menafsirkan informasi Indrawi,” atau
pendapat lain J. Choen mendefinisikan
“Persepsi sebagai interpretasi bermakna
atas sensasi sebagai representatif objek
eksternal: persepsi adalah pengetahuan
yang tampak mengenai apa yang ada di luar
sana” (Mulyana, 2010:180).
Persepsi biasanya digunakan untuk
menjelaskan tentang pengalaman terhadap
sesuatu benda ataupun kejadian yang di
alami. Dalam kamus standar dijelaskan
bahwa persepsi sebagai sebuah pengaruh
ataupun sebuah pesan oleh benda yang
semata-mata menggunakan pengamatan
pengindraan. Oleh sebab itu, persepsi
didefinisikan
sebagai
proses
yang
menggambarkan dan mengorganisasikan
data-data indra kita (pengindraan) untuk
dapat dikembangkan sedemikian rupa
sehingga kita dapat menyadari disekeliling
kita. Sehingga persepsi dapat di definisikan
sebagai kemampuan membeda-bedakan,
mengelompokkan, memfokuskan terhadap
suatu objek rangsang (Shaleh, 2005:88).
Menurut Lahlry (1991) dalam J.
Severin & J.W. Tunkard (2007:83)
“persepsi didefinisikan sebagai proses yang
kita gunakan untuk menginterpretasikan
data-data sensori, data sensori tersebut
sampai kepada kita melalui panca indra.
Pendapat Berelson dan Steiner
(1964) mengatakan “persepsi merupakan
proses yang kompleks dimana orang
memilih,
mengorganisasian,
dan
menginterpretasikan respon terhadap suatu
rangsangan kedalam situasi masyarakat
dalam dunia yang penuh arti dan logis.
Bennett, Hoffman dan Prakash (1989)
LANDASAN TEORITIS
Persepsi
Secara etimologis, persepsi atau
dalam bahasa Inggris perception berasal
dari bahasa Latin perceptio; dari percipire,
yang artinya menerima atau mengambil.
Kata “persepsi” biasanya dikaitkan dengan
kata lain, menjadi persepsi diri, persepsi
sosial dan persepsi interpersonal. Dalam
kepustakaan berbahasa inggris, istilah yang
banyak
digunakan
adalah
“social
perception”. Objek fisik umumnya
memberi stimulus fisik yang sama,
sehingga orang mudah membuat persepsi
yang sama. Pada dasarnya, objek berupa
pribadi memberi stimulus yang sama pula,
namun kenyataanya tidaklah demikian
(Sobur, 2013:445).
Setiap individu memiliki tanggapan
yang berbeda-beda dalam menangkap
pesan dari suatu proses komunikasi. Dalam
Rakhmat (2012:50), Desiderato (1976)
berpendapat bahwa “Persepsi adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi-informasi dan
menafsirkan
pesan.
Persepsi
ialah
memberikan makna pada stimulus indrawi
(sensory stimuli). Untuk menafsirkan
makna informasi inderawi tidak hanya
melibatkan sensasi, tetapi juga atensi,
ekspektasi, motivasi, dan memori.
12
mengatakan “persepsi merupakan aktivitas
aktif yang melibatkan pembelajaran,
pembaruan, cara pandang dan pengaruh
timbale balik dalam pengamatan (Tunkard,
2005: 88-89).
Selanjutnya menurut Leavit (1978)
persepsi dalam arti sempit adalah
penglihatan, bagaimana cara seseorang
melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas
persepsi adalah pandangan atau pengertian
yaitu bagaimana seseorang memandang
atau mengartikan sesuatu. Sedangkan
menurut De Vito (1997) persepsi adalah
proses ketika kita menjadi sadar akan
banyaknya stimulus yang mempengaruhi
indra kita (Sobur 2013:445).
Menurut
yusuf
(1991:108)
mendefinisikan
persepsi
sebagai
“pemaknaan hasil pengamatan”. Sedangkan
menurut Gulo (1982:207) menyebut
persepsi sebagai proses seseorang menjadi
sadar akan segala sesuatu dalam
lingkungannya melalui indra-indra yang
dimilikinya (Sobur, 2013:446). Pareek
(1996) memberikan definisi yang lebih luas
yaitu proses menerima, menyeleksi,
mengorganisasikan, mengartikan, menguji,
dan memberikan reaksi kepada rangsangan
pancaindra atau data (Sobur 2013:445446).
Pendapat lain mengatakan persepsi
diartikan
sebagai
“cara
seseorang
memandang dunia. Dari definisi yang
umum ini dapat dilihat bahwa persepsi
seseorang akan berbeda dari yang lain,
masyarakat dapat membentuk persepsi
yang serupa antar warga kelompok
masyarakat tertentu” (Ihalauw, 2005:87).
Menurut Mulyana (2010: 180).
persepsi adalah inti dari komunikasi,
sedangkan penafsiran (intrepretasi) adalah
inti dari persepsi, yang identik dengan
penyandian balik (decoding) dalam proses
komunikasi.
Persepsi
disebut
inti
komunikasi karena tanpa akurasi persepsi,
maka komunikasi tidak akan berjalan
dengan efektif. Persepsi adalah faktor
paling penting dalam proses seleksi
informasi, yaitu memilih sebuah pesan dan
mengesampingkan pesan lain yang sejenis.
Jadi hasil penangkapan makna dan pesan
pada suatu produk komunikasi bisa disebut
sebagai persepsi.”
Menurut Fellows “persepsi adalah
yang memungkinkan suatu organisme
menerima dan menganalisis informasi”,
sedangkan menurut K. Sereno dan Edward
M. Bodaken persepsi diartikan sebagai
sarana
yang
memungkinkan
kita
memperoleh kesadaran akan sekeliling dan
lingkungan kita. Philip Goodacre dan
Jennifer Follers mendefinisikan persepsi
adalah proses mental yang digunakan untuk
mengenali rangsangan (Mulyana, 2010:
180).
Dari
pendapat
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa pengertian persepsi
merupakan suatu proses penginderaan,
stimulus yang diterima oleh individu
melalui alat indera yang kemudian
diinterpretasikan sehingga individu dapat
memahami dan mengerti tentang stimulus
yang
diterimanya
tersebut.
Proses
menginterpretasikan stimulus ini biasanya
dipengaruhi pula oleh pengalaman dan
proses belajar individu.
Pengetahuan diperlukan seseorang
untuk suatu kecerdasan persepsi. Persepsi
ini dapat diukur melalui tingkat pendidikan
tinggi
dengan
sendirinya
tingkat
pengetahuannya pun menjadi luas. Persepsi
adalah sumber pengetahuan kita tentang
dunia. Menurut Udai Pareek (1996) dalam
Sobur (2013:451-455) berpendapat bahwa
“Pengetahuan adalah kekuasaan, tanpa
pengetahuan kita tidak dapat bertindak
13
secara efektif. Persepsi adalah sumber
utama untuk pengetahuan itu. Dalam
definisi yang dikemukakan Pareek tercakup
beberapa segi atau proses. Proses tersebut
adalah proses menerima rangsangan,
menyeleksi
rangsangan
dan
pengorganisasian.
dalam pertempuran, sementara strategi
adalah
ajaran
tentang pemanfaatan
pertempuran untuk tujuan perang. Menurut
Clausewitz, angkatan perang merupakan
sarana untuk mencapai tujuan perang itu
sendiri – yaitu memperoleh kemenangan.
Tetapi kemenangan itu hanya merupakan
sarana untuk mencapai tujuan akhir dari
strategi, yakni perdamaian. Dengan
demikian, semakin tinggi tingkat strategi,
akan semakin mewujud menjadi politik
yang berkesinambungan, hingga akhirnya
tak ada perubahan lagi (Schoreder,
2010:22).
Karena itu, von Clausewitz
menjelaskan
bahwa
tujuan
strategi
bukanlah kemenangan yang nampak di
permukaan, melainkan kedamaian yang
terletak di belakangnya. Bagi kita,
memahami hal ini sangatlah penting dalam
perencanaan strategi politik. Dan dengan
demikian, menjadi penting mengenali apa
yang tersembunyi di balik tujuan akhir
sebuah kemenangan pemilu atau apa yang
direncanakan dengan pemberlakuan sebuah
peraturan baru. Banyak tujuan strategi di
bidang politik terungkap sebagaimana
adanya,
yakni:
perlombaan
untuk
memperkaya diri sendiri, pertarungan untuk
memperoleh kekuasaan, atau perjuangan
untuk mencapai tujuan yang tersembunyi
atau tujuan yang berbeda dari tujuan yang
diumumkan di depan publik (Schoreder,
2010:22).
Menurut Maurice Duverger dalam
Alfian (2007:283), mengatakan bahwa “Di
dalam pertempuran politik, seperti di
dalam semua pertempuran-pertempuran
yanag kompleks, setiap orang berlaku
sesuai dengan rencana yang dipahami
lebih dahulu, kurang lebih rencana yang
sudah terolah dimana setiap orang
membuat antisipasi bukan saja dalam
Strategi Politik Calon Legislatif
Pengertian strategi dalam berasal
dari konsep militer, dan kata itu sendiri
berasal dari bahasa Yunani. Pertimbanganpertimbangan
strategis
senantiasa
memainkan peranan ketika sekelompok
besar orang butuh dipimpin dan diberi
pengarahan. Di masa lalu, ada banyak
prospek
perang
yang
menciptakan
kebutuhan ini (Schoreder, 2010:21).
Strategi dapat diartikan sebagai
suatu keterampilan mengatur suatu kejadian
atau peristiwa secara umum atau dapat
diartikan sebagai suatu teknik yang
digunakan
untuk
mencapai
tujuan
(Sunendar, 2009:2 ).
Dalam
kamus
besar
bahasa
Indonesia (1989), Strategi adalah ilmu dan
seni menggunakan semua sumber daya
bangsa-bangsa
untuk
melaksanakan
kebijaksanaan tertentu dalam perang dan
damai. Hornby (1969) mendifinisikan
strategi sebagai kiat merancang operasi
dalam peperangan seperti cara-cara
mengatur posisi atau siasat. Menurut Gagne
(1974) strategi adalah kemampuan internal
seseorang, untuk berfikir memecahkan
masalah dan mengambil keputusan
(Sunendar, 2009:3).
Dalam uraian filosofisnya, Carl von
Clausewitz
(1780-1831)
menciptakan
definisi tentang hakekat perang yang masih
berlaku hingga kini. Berdasarkan definisi
tersebut, yang disebut taktik adalah ajaran
tentang pemanfaatan angkatan perang
14
serangan-serangannya akan tetapi juga
tentang jawaban-jawaban lawannya dan
alat-alat untuk menyelesaikanya.
Strategi politik adalah strategi yang
digunakan untuk merealisasikan cita-cita
politik. Strategi-strategi penting bukan
hanya untuk partai politik dan pemerintah
saja tetapi juga untuk organisasi nonpemerintah yang juga aktif dalam politik.
Tanpa strategi politik, perubahan jangka
panjang danproyek-proyek besar sama
sekali tidak akan terwujud.
Politik dan strategi adalah suatu
mekanisme bagaimana seseorang atau
sekelompok orang dengan ide yang
dipahaminya, mampu memenangkan suatu
pertarungan politik disaat banyak orang
yang memiliki kepentingan menghendaki
hal yang sama, ide politik tentu saja akan
menimbulakan
perbedaan
antar
masyarakat
yang
dirugikan
dan
diuntungkan, karena hasil dari keputusan
politik akan melahirkan perubahan
ataupun kondisi yang sama di saat status
quo yang memenangkan pertarungan itu,
oleh karena itu setiap ide/pemikiran pasti
akan memiliki pendukung dan penentang.
Dalam hal ini ide politik akan
dapat mewujudkan suatu kemenangan di
dalam pertarungan, karena pada dasarnya
ide-ide itulah yang akan mempengaruhi
masyarakat dalam menentukan pilihannya.
Ide dan gagasan dalam politik pada
dasarnya untuk meraih kekuasaan, banyak
kelompok yang menghendaki hal yang
sama, maka untuk meraih kemenagan
dalam pemilu dibutuhkan kematangan dan
kehati-hatian dalam suatu perencanaan.
Setiap strategi baik di dalam
politik maupun bidang yang lain memiliki
mekanisme tersendiri. Dalam proses
perencanaan politis (Schoreder, 2010:45)
ada dua pola yang di utamakan yaitu:
Yang pertama adalah pola perencanaan
berdasarkan
SWOT
(Strengths,
Weaknesses, Opportunities and Threats),
dan yang kedua adalah "Perencanaan
Konseptual".
Menurut SWOT, perencanaan
strategi yang baik bekerja pada dua
tingkat. Di tingkat pertama, perencana
strategi membuat gambaran yang jelas
mengenai arah yang hendak dituju oleh
organisasi (visi) dan apa yang menjadi
tujuan serta alasan eksistensi organisasi
tersebut (definisi atau mission statement).
Berdasarkan visi dan ini, perencana
strategi mengembangkan tujuan yang
merepresentasikan hasil akhir yang dapat
diukur secara kualitatif dan dihitung
secara kuantitatif.
Menurut
Schroder
(2010:53)
setelah menjalani langkah pembentukan
visi atau pembentukan tujuan dan analisa
lingkungan eksternal, organisasi harus
mengembangkan pilihan strategis atau
jalan alternatif untuk mencapai tujuan
akhir.
Dengan
memperbandingkan
kekuatan dan kelemahan organisasi
dengan peluang dan ancaman di
lingkungan eksternal, pilihan semacam ini
dapat dikembangkan. Inilah yang disebut
analisa SWOT, di mana ada empat
kemungkinan empat kombinasi yaitu:
1. Strategi Kekuatan-Peluang
Bagaimana
kekuatan
organisatoris
dapat
digunakan
untuk
memperoleh
keuntungan
dari berbagai peluang untuk
berkembang?
2. Strategi Kekuatan-Ancaman
Bagaimana kekuatan dapat
dimanfaatkan
untuk
mengatasi ancaman yang
15
dapat
menghalangi
pencapaian
tujuan
dan
pengejaran peluang?
3. Strategi Kelemahan-Peluang
Bagaimana kelemahan dapat
diatasi untuk memperoleh
keuntungan dari berbagai
peluang yang berkembang?
4. Strategi
KelemahanAncaman
Bbagaimana
kelemahan
dapat
diatasi
un
tuk
mengatasi ancaman yang
dapat
menghalangi
pencapaian
tujuan
dan
pengejaran peluang?
Dalam strategi politik, kita juga
bicara tentang sebuah produk yang perlu
diperdagangkan dan ditawarkan di pasar
pemilih. Hal ini juga berlaku untuk strategi
yang tidak secara langsung berorientasi
pada hari pemungutan suara, tapi lebih
berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas
politik.
Produk terdiri dari beberapa
komponen yang dapat memiliki bobot yang
berbeda, tergantung dari jenis strategi yang
direncanakan, lingkungan dan budayanya.
Bagi sebuah partai, sebuah kelompok
politik atau seorang figur, produk yang
dapat bersaing dengan produk-produk
lainnya
Strategi menurut Peter Schroder
(2009:185) menyatakan bahwa ada dua
jenis strategi politik:
1. Strategi Ofensif
Strategi
ofensif
selalu
diperlukan
jika
partai
ingin
meningkatkan jumlah pemilihnya,
atau jika seorang eksekutif ingin
mengimplementasikan sebuah proyek.
Dalam
kedua
kasus
tersebut,
kampanye dapat berhasil hanya jika
ada lebih banyak orang yang memiliki
pandangan positif terhadap partai atau
proyek
tersebut
dibandingkan
sebelumnya.
Yang termasuk strategi ofensif
adalah “strategi memperluas pasar”
dan “strategi menembus pasar.” Pada
dasarnya, semua strategi ofensif yang
diterapkan saat kampanye pemilu
harus menampilkan perbedaan yang
jelas dan menarik antara kita dan
partai-partai pesaing yang kelompok
pemilihnya akan kita rebut. Strategi
ofensif yang digunakan untuk
menerapkan kebijakan harus menjual
atau
menampilkan
perbedaan
terhadap status quo atau keadaan
yang berlaku saat itu dan menyoroti
keuntungan-keuntungan
yang
diharapkan darinya.
2. Strategi Defensif
Strategi defensif akan
muncul ke permukaan jika partai
pemerintah atau sebuah koalisi
pemerintahan yang terdiri atas
beberapa
partai
ingin
mempertahankan mayoritasnya atau
jika
pangsa
pasar
ingin
dipertahankan. Selain itu, strategi
defensif juga dapat muncul apabila
sebuah
pasar
tidak
akan
dipertahankan lebih lanjut atau ingin
ditutup, dan penutupan pasar ini
diharapkan
dapat
membawa
keuntungan sebesar-besarnya.
Menurut Peter Schroder
(2010:153) ada tiga langkah yang
harus dilakukan dalam strategi,
langkah-langkah tersebut antara lain:
a. Inisiatif
Yaitu penyampaian pesan dari
komunikator baik melalui
16
media,
secara
langsung
maupun
melalui
berbagai
media cetak dan elektronik
kepada masyarakat yang dapat
berbentuk
garis ideology,
kebijakan, dan program politik
tersebut. Hal ini melahirkan
feedback berupa partisipasi
dukungan
terhadap
partai
tersebut.
Pengukurannya
adalah sebagai berikut:
1. Adanya
penyampaian
program-program
partai
yang bersentuhan terhadap
kalangan bawah melalui
berbagai media cetak atau
elektronik.
2. Pendekatan-pendekatan
para kader yang dapat
mengundang poartisipasi
pemilih.
b. Ancaman
Berupa ancaman –ancaman
terhadap masyarakat oleh suatu
partai poitik apabila partai
politik tersebut gagal dalam
pemilu.
c. Janji
Merupakan janji-janji politik
partai maupun kader-kader
dalam melakukan mobilisasi
atau kampanye berlangsung
agar mendapatan partisipasi
dukungan
suara
dalam
menghadapi pemilu yang akan
berlangsung.
Selanjutnya menurut Niffeneger
dan Wring (2002) dalam Sugiono
(2013:81-86) strategi dalam pemenangan
pemilu perlu di kembangkan model proses
politik marketing antara lain sebagai
berikut :
1. Produk/Product
Sebuah partai politik atau
kandidatnya harus menjual
produknya yang terkait dengan
sistem nilai (value laden) yang
di dalamnya melekat harapan
untuk masa depan.
2. Promosi
Promosi sangat diperlukan
untuk menciptakan brand
awareness
dibenak
para
pemilih.
3. Price/harga
Setiap
partai
harus
meminimalisir
pengeluaran
baik kampanye, iklan media
massa dan lain sebagainya.
4. Place/Penempatan
Place/Penempatan
berkaitan
erat dengan cara hadir atau
distribusi
sebuah institusi
politik dan kemampuannya
dalam berkomunikasi dengan
para pemilih atau calon
pemilih.
Menurut Richard Nixon (1957) di
kutip oleh Peter Schroder (2010:97)
“Masyarakat umum membeli nama dan
wajah bukan program partai. Dan seorang
kandidat
pejabat
publik
harus
diperdagangkan dengan cara serupa
seperti produk-produk lainnya”.
Dalam strategi politik, kita juga
bicara tentang sebuah produk yang perlu
diperdagangkan dan ditawarkan di pasar
pemilih. Hal ini juga berlaku untuk strategi
yang tidak secara langsung berorientasi
pada hari pemungutan suara, tapi lebih
berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas
politik.
Produk terdiri dari beberapa
komponen yang dapat memiliki bobot yang
berbeda, tergantung dari jenis strategi yang
17
direncanakan, lingkungan dan budayanya.
Bagi sebuah partai, sebuah kelompok
politik atau seorang figur, produk yang
dapat bersaing dengan produk-produk
lainnya.
GAMBARAN
PENELITIAN
UMUM
HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASAN
DAN
A. Analisa
Tentang
Persepsi
Masyarakat Terhadap Strategi Calon
Legislatif (Caleg) Partai Demokrat
DPRD
Kabupaten
Bintan
Di
Kelurahan
Kawal
Kecamatan
Gunung Kijang Kabupaten Bintan.
Salah satu tonggak utama pemerintahan
yang demokratis adalah melalui adanya
pemilu (Pemilihan Umum), yang mana
pemilu sendiri merupakan ajang dimana
masyarakat bersama- sama menjadi pelaku
pesta demokrasi untuk memilih wa-kilnya.
pemilu Legislatif merupakan pemilihan
yang dilakukan untuk memilih wakil rakyat
di tingkatan daerah (DPRD) yang akan
memimpin di tingkatan daerah dan yang
akan menjadi penyalur kepentingan dan
aspirasi masyarakat di tingkatan daerah.
Persepsi masyarakat terhadap suatu hal
dapat diartikan sebagai proses dimana
masyarakat dapat mengorganisasikan dan
menafsirkan kesan indera mereka agar
memberi makna kepada lingkungan
mereka. Dalam penelitian ini adapun
dimensi yang digunakan untuk menjawab
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Setiap individu pada umumnya pernah
berkaitan langsung dengan peristiwaperistiwa yang pernah dialaminya.
Peristiwa tersebut dapat berupa
pengalaman
positif
maupun
pengalaman negatif sehingga individu
dapat menilai suatu partai politik
maupun strategi calon legislatifnya. Hal
tersebut tersebut dapat kita lihat dari
indikator :
LOKASI
Kelurahan Kawal merupakan salah
satu Kelurahan yang terletak di wilayah
Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten
Bintan. Adapun dasar pembentukannya
adalah UU No. 13 Tahun 2000 tentang
Pemekaran Kabupaten Kepulauan Riau
menjadi 3 (tiga) Kabupaten yaitu
Kabupaten Kepulauan Riau (Bintan),
Kabupaten Karimun, dan Kabupaten
Natuna.
Selain lain UU No. 13 Tahun 2000,
dasar pembentukan Kelurahan Kawal
adalah, KelurahPeraturan Daerah No. 12
Tahun
2004
tentang
pembentukan
Kelurahan Kijang Kota, Kelurahan Sungai
Enam, Kelurahan Gunung Lengkuas,
Kelurahan Sungai Lekop di Kecamatan
Bintan Timur, dan Kelurahan Kawal di
Kecamatan Gunung Kijang.
Kelurahan Kawal memiliki luas
kurang lebih 116 Km2 yang terdiri dari 5
RW dengan 20 RT. Kelurahan Kawal
Kecamatan Gunung Kijang berbatasan
dengan:
1. Sebelah Utara berbatasan
dengan Desa Teluk Bakau
2. Sebelah Selatan berbatasan
dengan Desa Gunung Kijang
3. Sebelah Barat berbatasan
dengan Desa Toapaya
4. Sebelah Timur berbatasan
dengan Laut
a. Pengalaman mengikuti pemilu
Dapat diketahui bahwa tanggapa
responden terhadap adanya pengalaman
18
pengalaman mengikuti pemilu dimana
jawaban terbanyak responden yaitu yang
menyatakan baik sebanyak 49 responden
atau sekitar 50% sedangkan yang
menyatakan cukup baik sebanyak 39 orang
atau sekitar 39,8 % dan yang menyatakan
tidak baik sebanyak 10.2 %.
2. Informasi adalah hal yang sangat
penting dalam mempengaruhi persepsi
setiap individu. Setiap individu akan
menilai suatu informasi mengenai
strategi politik dan calegnya. Informasi
tersebut akan mereka terima melalui
penglihatan, pendengaran, dan perasaan
mengenai strategi politik para calegnya.
Upaya tersebut dapat dilihat melalui
indikator :
b. Memilih Calon legislatif
Dapat diketahui bahwa tanggapa
responden terhadap memilih calon legislatif
dimana jawaban terbanyak responden yaitu
yang menyatakan cukup baik sebanyak 45
responden atau sekitar 45.9% sedangkan
yang menyatakan baik sebanyak 42 orang
atau sekitar 42,9 % dan yang menyatakan
tidak baik sebanyak 11.2 %.
a. Penglihatan
seseorang
mengenai partai politik
Dapat diketahui bahwa tanggapa
responden terhadap penglihatan seseorang
mengenai suatu partai politik dimana
jawaban terbanyak responden yaitu yang
menyatakan baik sebanyak 60 responden
atau sekitar 61,2 % sedangkan yang
menyatakan cukup baik sebanyak 31 orang
atau sekitar 31,6 % dan yang menyatakan
tidak baik sebanyak 7 responden atau
sekitar 7,1 %.
c. Peristiwa yang dijalani sebelum
pemilihan
Dapat diketahui bahwa tanggapa
responden terhadap peristiwa yang dijalani
sebelum pemilihan dimana jawaban
terbanyak
responden
yaitu
yang
menyatakan baik sebanyak 47 responden
atau sekitar 48% sedangkan yang
menyatakan cukup baik sebanyak 37 orang
atau sekitar 37,8 % dan yang menyatakan
tidak baik sebanyak 14 responden atau
sekitar 14.3 %.
b. Penglihatan seseorang strategi
calon legislatif
Dapat diketahui bahwa tanggapa
responden terhadap penglihatan seseorang
mengenai strategi calon legislatif dimana
jawaban terbanyak responden yaitu yang
menyatakan cukup baik sebanyak 44
responden atau sekitar 44.9 % sedangkan
yang menyatakan baik sebanyak 37 orang
atau sekitar 37,8 % dan yang menyatakan
tidak baik sebanyak 17 responden atau
sekitar 17,3 %.
d. Peristiwa yang dijalani sesudah
pemilihan
Dapat diketahui bahwa tanggapa
responden terhadap peristiwa yang dijalani
sesudah pemilihan dimana jawaban
terbanyak
responden
yaitu
yang
menyatakan cukup baik sebanyak 45
responden atau sekitar 45.9% sedangkan
yang menyatakan baik sebanyak 33 orang
atau sekitar 33,7 % dan yang menyatakan
tidak baik sebanyak 20 responden atau
sekitar 20.4 %.
c.
Adanya
inisiatif
calon
legislative dalam kampanye.
Dapat diketahui bahwa tanggapan
responden terhadap adanya inisiatif calon
legistatif pada saat kampanye dimana
19
jawaban terbanyak responden yaitu yang
menyatakan baik sebanyak 55 responden
atau sekitar 56,1 % sedangkan yang
menyatakan cukup baik sebanyak 39 orang
atau sekitar 39,8 % dan yang menyatakan
tidak baik sebanyak 4 responden atau
sekitar 4,1 %.
atau sekitar 44,9 % sedangkan yang
menyatakan cukup baik sebanyak 43 orang
atau sekitar 43,9 % dan yang menyatakan
tidak baik sebanyak 11 responden atau
sekitar 11,2 %.
g. Ancaman dari partai politik
yang menimbulkan perasaan
terhadap partai politik beserta
calegnya.
Dapat diketahui bahwa tanggapan
responden terhadap Ancaman dari partai
politik yang menimbulkan perasaan
terhadap partai politik beserta calegnya
dimana jawaban terbanyak responden yaitu
yang menyatakan cukup baik sebanyak 49
responden atau sekitar 50 % sedangkan
yang menyatakan baik sebanyak 30 orang
atau sekitar 30.6 % dan yang menyatakan
tidak baik sebanyak 19 responden atau
sekitar 19,4 %.
d.
Janji calon legislative dalam
kampanye.
Dapat diketahui bahwa tanggapan
responden terhadap adanya janji pada saat
kampanye dimana jawaban terbanyak
responden yaitu yang menyatakan cukup
baik sebanyak 47 responden atau sekitar
48,0 % sedangkan yang menyatakan baik
sebanyak 40 orang atau sekitar 40,8 % dan
yang menyatakan tidak baik sebanyak 11
responden atau sekitar 11,2 %.
e.
Ancaman calon legislative
dalam kampanye.
Dapat diketahui bahwa tanggapan
responden terhadap adanya ancaman pada
saat kampanye dimana jawaban terbanyak
responden yaitu yang menyatakan baik
sebanyak 42 responden atau sekitar 42,9 %
sedangkan yang menyatakan cukup baik
sebanyak 41 orang atau sekitar 41,8 % dan
yang menyatakan tidak baik sebanyak 15
responden atau sekitar 15,3 %.
h. Janji dari partai politik yang
menimbulkan
perasaan
terhadap partai politik beserta
calegnya.
Dapat diketahui bahwa tanggapan
responden terhadap janji dari partai politik
yang menimbulkan perasaan terhadap
partai politik beserta calegnya dimana
jawaban terbanyak responden yaitu yang
menyatakan cukup baik sebanyak 57
responden atau sekitar 58.2 % sedangkan
yang menyatakan baik sebanyak 29 orang
atau sekitar 29.6 % dan yang menyatakan
tidak baik sebanyak 12 responden atau
sekitar 12,2 %.
f. Inisiatif dari partai politik yang
menimbulkan
perasaan
terhadap partai politik beserta
calegnya.
Dapat diketahui bahwa tanggapan
responden terhadap adanya inisiatif,
ancaman dan janji dari suatu partai politik
menimbulkan perasaan terhadap partai
politik beserta calegnya dimana jawaban
terbanyak
responden
yaitu
yang
menyatakan baik sebanyak 44 responden
3. Penafsiran pesan mengenai partai
politik dan strategi calegnya yaitu suatu
pemahaman dan pendapat seseorang
yang secara langsung maupun tidak
langsung mengenai partai politik
20
beserta strategi calegnya. Upaya
tersebut dapat dilihat dari indikator :
Di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung
Kijang Kabupaten Bintan, dapat diambil
suatu kesimpulan bahwa strategi yang
dilakukan
oleh
partai
demokrat
mendatangkan persepsi yang baik dari
masyarakat, hal ini dibuktikan dengan
indikator sebagai berikut :
1. Masyarakat
dapat
melihat
strategi calon legislatif secara
baik
dimana
berdasarkan
pengalaman dalam mengikuti
pemilihan umum sebelumnya
sehingga
masyarakat
di
Kelurahan Kawal memiliki
persepsi tersendiri berdasarkan
pengalaman
dari
pemilu
legislative sebelumnya. Dapat
diketahui
juga
bahwa
masyarakat kelurahan kawal
belum
sepenuhnya
yakin
terhadap strategi calon legislatif
dari partai demokrat, hal ini
berdasarkan
dari
jawaban
responden yang masih banyak
yang memiliki persepsi cukup
baik untuk memilih calon
legislatif.
2. Partai Demokrat khususnya di
Kelurahan Kawal memiliki
nama baik di mata masyarakat
mengingat partai Demokrat
merupakan partai besar yang
memiliki peran penting di dunia
politik pada umumnya. akan
tetapi masyarakat Kelurahan
Kawal
tidak
sepenuhnya
percaya terhadap janji politik
calon
legislatif
sehingga
memberikan persepsi yang
belum
baik
sepenuhnya
terhadap janji calon legislatif.
3. Jawaban responden mengenai
strategi
caleg
melalui
a. Dengan adanya strategi caleg
melalui pemaparan program
dan janji-janjinya pada masa
kampanye menimbulkan suatu
Pemahaman tentang baik dan
buruknya seorang caleg
Dapat diketahui bahwa tanggapan
responden terhadap dengan adanya strategi
caleg melalui pemaparan program dan
janji-janjinya pada masa kampanye
menimbulkan suatu Pemahaman tentang
baik dan buruknya seorang caleg dimana
jawaban terbanyak responden yaitu yang
menyatakan cukup baik sebanyak 45
responden atau sekitar 45,9 % sedangkan
yang menyatakan baik sebanyak 43 orang
atau sekitar 43,9 % dan yang menyatakan
tidak baik sebanyak 10 responden atau
sekitar 10,2 %.
b. Adanya pendapat mengenai
strategi calon legislatif partai
politik
Dapat diketahui bahwa tanggapan
responden terhadap adanya pendapat
mengenai strategi calon legislatif partai
politik
dimana
jawaban
terbanyak
responden yaitu yang menyatakan baik
sebanyak 46 responden atau sekitar 46,9 %
sedangkan yang menyatakan cukup baik
sebanyak 38 orang atau sekitar 38,8 % dan
yang menyatakan tidak baik sebanyak 14
responden atau sekitar 14,3 %.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab
sebelumnya mengenai Persepsi Masyarakat
Terhadap Strategi Calon Legislatif (Caleg)
Partai Demokrat DPRD Kabupaten Bintan
21
pemaparan program dan janjijanjinya pada masa kampanye
menimbulkan suatu pemahaman
tentang baik dan buruknya
seorang caleg, dapat diketahui
jawaban responden terbanyak
yaitu cukup baik, hal ini
menunjukkan bahwa masih
perlunya perhatian bagi partai
politik dan calon legislatif partai
Demokrat
untuk
dapat
menyusun strategi dengan baik
sehingga memberikan persepsi
baik dari masyarakat Kelurahan
Kawal.
terhadap calon legislatif maupun
partai politik tersendiri
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Arifin. 2003. Komunikasi Politik
Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Untuk
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Alfian, 2007. Sosiologi Politik Jakarta:
Raja Grafindo Persada
Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu
Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
B.
Saran
Berdasarkan
kesimpulan
yang
dibahas adapun saran yang dapat diberikan
pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kepada
calon
legislatif
khsusnya dari Partai Demokrat
disarankan dalam memberikan
janji kepada masyarakat agar
dapat
ditepati
sehingga
masyarakat dapat memberikan
persepsi baiknya terhadap calon
legislatif
maupun
partai
politiknya baik pada saat
sekarang
maupun
dalam
pemilihan yang akan datang.
2. Dalam penyusunan strategi
pemenangan pemilihan calon
legislatif hendaknya melibatkan
tenaga ahli baik itu dari
akademisi ataupun lainnya
sehingga dapat memberikan
gambaran terhadap aspirasi
masyarakat
khususnya
di
Kelurahan Kawal yang dapat
memberikan
persepsi
baik
Bungin, Burhan. 2011. Metodologi
penelitian kuantitatif: Komunikasi,
Ekonomi, dan Kebijakan public
Serta Ilmu-ilmu social lainnya,
Jakarta: Kencana
Husein, Umar. 2003. Riset Sumber Daya
Manusia
Dalam
Organisasi,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Ihalauw, Jhon J. 2005. Perilaku Konsumen,
Penerbit: Yogyakarta: Andi
Marbun, Sardan. 2007. Rakyat Mengadu
Presiden
Bertindak
Jakarta:
Intermasa
Mulyana, Deddy 2010, Ilmu Komunikasi
Suatu Pengantar
Nursal, Adman, 2004. Political Marketing:
Strategi Memenangkan Pemilu.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
22
Rakhmat, Jalaluddin, 2012.
Komunikasi.
Jakarta:
Rosdakarya.
Psikologi
Remaja
Data Rekapitulasi Panitia Pemungutan
Suara (PPS) Kelurahan Kawal
Tahun 2014
Sunendar,
Dadang.
2009
Strategi
Pembelajaran Bahasa, Bandung:
Remaja Roksadaya
Kontrak politik kepada pemilih masyarakat
atas Nama Agus Wibowo 2014
http://www.fahmikhairul.com/2013/08/veri
fikasi-partai-politik-calon
peserta.html
Sobur, Alex. 2013. Psikologi Umum.
Bandung: Pustaka Setia Rosda
Karya
http://mediacenter.kpu.go.id/dataolahan.html
Shaleh, A.R, 2004. Psikologi Suatu
Pengantar: Dalam Perspektif Islam.
Jakarta: Prenada Media
Jurnal :
Debie Pratama Saputra (2015) Strategi
Komunikasi Politik Calon Legislatif
Dari Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB) Menuju Pemilu 2014 Di
Kabupaten Kubar. eJournal Ilmu
Komunikasi, 2015, 3 (3): 170-184
Sugiono, Arif. 2013. Strategic Political
Marketing. Yogyakarta: Ombak
(Anggota IKAPI)
Schroder, Peter, 2009. Strategi Politik
Jakarta: Friedick-Nauman-Stiftung
fur die frelhel
Krishnamurthy(2007) 'Defining Strategic
Communication',
International
Journal
of
Strategic
Communication, 1: 1, 3 — 35
Sugiyono,
2009.
Statistika
Untuk
Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta
Wasesa, Silih Agung, 2011. Political
Branding & Public Relations
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Warner, J.J, dan James W. Tunkard Jr,
2005. Teori Komunikasi: Sejarah,
Metode dan Terapan Dalam Media
Massa Jakarta: Kencana
Sumber Lain:
Data Rekapitulasi suara Pemilu Legislatif
KPU Kabupaten Bintan Tahun 2014
23
Download