PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP STRATEGI POLITIK CALON LEGISLATIF (CALEG) PARTAI DEMOKRAT DPRD KABUPATEN BINTAN PERIODE 2014-2019 DI KELURAHAN KAWAL, KECAMATAN GUNUNG KIJANG, KABUPATEN BINTAN NASKAH PUBLIKASI Oleh : KRISNA SETIAWAN NIM : 090565201022 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016 1 PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP STRATEGI POLITIK CALON LEGISLATIF (CALEG) PARTAI DEMOKRAT DPRD KABUPATEN BINTAN PERIODE 2014-2019 DI KELURAHAN KAWAL, KECAMATAN GUNUNG KIJANG, KABUPATEN BINTAN KRISNA SETIAWAN Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Pemilihan umum sejatinya harus menjadi penyalur aspirasi masyarakat wajib pilih untuk menentukan siapa pemimpin yang dipercayainya, sehingga dapat membawa aspirasi dan harapan mereka yang lebih baik di masa yang akan datang. Adapun pemilu yang berkualitas baik dapat diukur dari tingkat partisipasi pemilih dan rendahnya golput. Berdasarkan hasil penghitungan suara di KPU Kabupaten Bintan, partai Demokrat unggul di Daerah Pemilihan Bintan 2 yang terdiri dari Kecamatan Toapaya, Teluk Bintan, Gunung Kijang dan Teluk Sebong dengan jumlah kursi yang diperebutkan sebanyak 8 kursi. Dari 29.445 pemilih yang memberikan hak pilihnya partai Demokrat meraih 9.910 suara, partai Golongan Karya (Golkar) 7.652, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 2.724 suara, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 1.673, Partai Amanat Nasional (PAN) 1.585 suara. Dari hasil perolehan suara tersebut partai demokrat mendapatkan 3 kursi, partai Golkar 2 kursi, dan partai lainnya memperoleh masing-masing 1 kursi legislatif DPRD Kabupaten Bintan Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap strategi politik calon legislatif (Caleg) Partai Demokrat DPRD Kabupaten Bintan periode 2014-2019 di Kelurahan Kawal, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan. Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif Kuantitatif. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 98 orang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data statistik. Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Strategi Calon Legislatif (Caleg) Partai Demokrat DPRD Kabupaten Bintan Di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan, dapat diambil suatu kesimpulan masyarakat dapat melihat strategi calon legislatif secara baik dimana berdasarkan pengalaman dalam mengikuti pemilihan umum sebelumnya sehingga masyarakat di Kelurahan Kawal memiliki persepsi tersendiri berdasarkan pengalaman dari pemilu legislative sebelumnya. Pada saat sebelum dilakukannya pemilihan umum masyarakat memiliki respon baik terhadap strategi calon legislatif berbanding terbalik pada kejadian setelah dilakukannya pemilihan umum legislatif, hal ini memberikan indikasi bahwa belum terpenuhinya janji yang diberikan anggota legislatif kepada masyarakat Kelurahan Kawal. Kata Kunci : Persepsi, Strategi, Pemilihan Legislatif 2 ABSTRACT General elections must actually be the voice of the community must select to determine who the leaders are trusted, so as to bring their aspirations and expectations better in the future. The elections are of good quality can be measured from the low level of voter participation and vote. Based on the results of counting at the Regency Bintan, Democrats ahead in Bintan Electoral District 2 consists of the District Toapaya, Teluk Bintan, Gunung Kijang and the Gulf Sebong by the number of contested seats as many as eight seats. Of the 29 445 voters give their votes Democrat party won 9910 votes, the Functional Group Party (Golkar) 7652, the Indonesian Democratic Party of Struggle (PDIP) 2,724 votes, the Prosperous Justice Party (PKS) 1673, the National Mandate Party (PAN) 1,585 sound. Of the voting results of the Democrats gain three seats, two chairs Golkar party, and other parties obtained one seat each legislative district legislature Bintan The purpose of this study is basically to determine the public perception of the political strategy of candidates (candidates) Democratic Party Parliament Bintan regency period 20142019 in the Kelurahan Kawal, District Gunung Kijang, Bintan regency. In this study the authors used quantitative descriptive research type. In this study sample of 98 people. Data analysis techniques used in this research is the statistical data analysis techniques. Based on the discussion in the previous chapter on Public Perception Of Strategy Legislative Candidate (Candidate) Democratic Party Parliament Bintan regency in the Kelurahan Kawal District of Gunung Kijang Bintan regency, it can be concluded that people can look at the strategies of candidates as well which is based on experience in following the previous general elections so community in the Kelurahan Kawal has its own perception based on experience from previous legislative elections. At the time prior to the general election the public had a good response to the strategy of candidates inversely on the events subsequent to the legislative elections, it does give an indication that has not fulfilled the promise made to the community legislative Kelurahan Kawal. Keywords: Perception, Strategy, Legislative Elections 3 Permusyawaratan Rakyat (MPR). Saat Pemilu 2004 lalu, pemilihan Presiden secara langsung mencatat sebuah sejarah baru bagi kehidupan perpolitikan di Indonesia. Pemilihan secara langsung seperti ini kemudian berulang kembali hingga Pemilu 2009. Pada pemilihan umum tahun 2014 yang lalu, iklim politik Indonesia seakan memanas. Beberapa manuver politik telah dilakukan oleh sejumlah partai politik dengan para tokoh politiknya untuk menduduki jabatan politik yang diinginkan. Beberapa nama tokoh politik nasional pun bermunculan sebagai calon Presiden. Sementara itu, partai politik (Parpol) juga mempersiapkan para kadernya untuk menduduki jabatan di lembaga legislatif, baik tingkat pusat (DPR RI), tingkat provinsi (DPRD I), maupun tingkat kabupaten/kota (DPRD II). Pemilu 9 April 2014 di ikuti oleh 15 partai politik dan 3 diantaranya adalah partai lokal di Aceh. Kondisi ini sangat berbeda dengan pemilihan umum tahun 2009 yang di ikuti oleh 38 partai politik peserta pemilu dan 6 Partai lokal di Aceh, hal ini terjadi akibat dari banyaknya partai politik yang tidak memenuhi syarat lolos verifikasi, yakni memiliki kepengurusan di 33 Provinsi, kepengurusan minimal 75% di Kabupaten/Kota serta 50% di tingkat Kecamatan, serta memiliki keterwakilan minimal 30% perempuan untuk kepengurusan seperti yang telah ditentukan oleh Undang-Undang No.8/2012 tentang pemilihan umum (Sumber data: http://www.fahmikhairul.com/2013/08/veri fikasi-partai-politik-calon peserta.html). Seiring dengan semakin berkembangnya pemilu di Indonesia, maka tingkat kesadaran masyarakat Indonesia semakin berkembang. Partisipasi PENDAHULUAN ` Sejak kemerdekaan hingga tahun 2014 bangsa Indonesia telah menyelenggarakan sebelas kali pemilihan umum (Pemilu), yaitu pemilihan umum 1955 yang dilaksanaka pada Era orde lama dan pemilihan umum lima tahunan yang dimulai pada tahun 1971 sampai dengan pemilu 1997 (masa Orde Baru). Pemilu di Era Reformasi membawa beberapa perubahan fundamental, yaitu dibukanya kesempatan bagi partai politik secara bebas, termasuk mendirikan partai politik baru. Hal ini tercermin pada pemilu tahun 1999 yang di ikuti oleh banyak partai politik peserta pemilu. Pemilihan umum adalah sesuatu hal yang sangat penting dalam kehidupan kenegaraan. Pemilihan umum adalah jelmaan sistem demokrasi. Melalui pemilihan umum, rakyat memilih wakilnya untuk duduk dalam parlemen dan struktur pemerintahan. Sistem pemilihan di Indonesia sendiri juga berlaku dengan menggunakan hak rakyat untuk memilih presiden hingga kepala daerah yang dimana semua itu telah kita laksanakan. Pemilihan umum sejatinya harus menjadi penyalur aspirasi masyarakat wajib pilih untuk menentukan siapa pemimpin yang dipercayainya, sehingga dapat membawa aspirasi dan harapan mereka yang lebih baik di masa yang akan datang. Adapun pemilu yang berkualitas baik dapat diukur dari tingkat partisipasi pemilih dan rendahnya golput. Pada tahun 2004, pemilihan presiden Indonesia dilakukan secara langsung oleh rakyat yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Padahal sebelumnya, Presiden dipilih oleh Majelis 4 masyarakat memiliki pengaruh terhadap pilihan politik baik individu maupun kelompok. Namun pendekatan pemilih dapat berkembang dengan pengaruhpengaruh dari luar, yaitu: media, sosialisasi politik, dan lain-lain. Pengaruh-pengaruh yang timbul dari pendekatan pemilih tidak pernah terlepas oleh pencitraan politik, sehingga menimbulkan suatu persepsi terhadap citra politik di masyarakat. “Persepsi adalah realitas itu sendiri dalam dunia pencitraan. Itulah sebabnya, bagaimana menggali pendapat masyarakat untuk mendapatkan persepsi citra politik merupakan hal serius yang harus dilakukan. Hasil audit persepsi akan sangat membantu ketika organisasi ataupun partai politik akan menyusun program tahunan, yang tentu akan berujung pada citra politik mereka” (Wasesa, 2011:224). Pencitraan politik merupakan salah satu srategi yang utama dalam menarik dukungan suara dari masyarakat. Hal ini terlihat dari berbagai program kerja pemerintah, cara seperti ini merupakan salah satu strategi partai Demokrat untuk mendapatkan dukungan suara dalam pemilu 2014, program yang sering kita lihat antara lain: Program PNPM Mandiri Perdesaan, KUR, Percepatan Pembanguanan, penigkatan Investasi dan masih banyak lagi program kerja lainnya. Disamping itu, media massa juga sedang gencar-gencarnya melalukan pemberitaan terhadap kegagalan kinerja pemerintah saat ini seperti : Skandal Bank Century, kegagalan dalam pemberantasan Korupsi, serta keterlibatan ketua umum partai Demokrat dan beberapa kadernya dalam kasus korupsi dan masih banyak lagi kegagalan pemerintah lainnya. Pemberitaan-pemberitaan di media ini tidak dapat dilepaskan dari kegagalan partai Demokrat sebagai partai pemerintah. Pada Pemilu 2009 Partai Demokrat memperoleh suara sebanyak 20,85 %, dan pada pemilu 2014 partai Demokrat hanya memperoleh 10,19 %. Hasil pemilu 2014 ini menunjukkan penurunan perolehan suara yang sangat drastis dari tahun 2009 ke 2014. Penurunan perolehan suara ini membuktikan bahwa masyarakat seolah tidak percaya lagi dengan partai Demokrat sebagai partai pemerintah dan partai pemenang pemilu 2009. Fenomena penurunan perolehan suara ini seakan hanya berpengaruh pada pemilihan legislatif DPR-RI saja, tetapi untuk pemilihan legislatif di DPRD Kabupaten/Kota seakan pemberitaanpemberitaan di media massa tersebut tidak berpengaruh, hal ini dapat kita lihat dari hasil perolehan suara pemilu legislatif DPRD Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau (Sumber data: http://mediacenter.kpu.go.id/dataolahan.html). Partai Demokrat adalah salah satu dari beberapa partai yang mengikuti Pemilu legislatif 9 April 2014, dan menjadi salah satu pesaing dari partai Golkar yang mendapatkan suara terbanyak untuk pemilihan calon legislatif DPRD Kabupaten Bintan. Dari perolehan kursi di DPRD kedua partai ini sama-sama mendapatkan 6 kursi. Tetapi, dari perolehan suara partai Golkar lebih unggul dengan perolehan 20.008 suara dan disusul oleh partai demokrat meraih 19.721 suara atau selisih 287 suara. Untuk urutan ke-3 selanjutnya partai PDIP yang meraih 8.573 suara, PKS 5.538 suara, PAN 5.376suara, Nasdem 5.023 suara, dan untuk 6 partai lainnya memperoleh suara di bawah 5.000 5 suara (Sumber: Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bintan 2014). Berdasarkan hasil penghitungan suara di KPU Kabupaten Bintan, partai Demokrat unggul di Daerah Pemilihan Bintan 2 yang terdiri dari Kecamatan Toapaya, Teluk Bintan, Gunung Kijang dan Teluk Sebong dengan jumlah kursi yang diperebutkan sebanyak 8 kursi. Dari 29.445 pemilih yang memberikan hak pilihnya partai Demokrat meraih 9.910 suara, partai Golongan Karya (Golkar) 7.652, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 2.724 suara, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 1.673, Partai Amanat Nasional (PAN) 1.585 suara. Dari hasil perolehan suara tersebut partai demokrat mendapatkan 3 kursi, partai Golkar 2 kursi, dan partai lainnya memperoleh masingmasing 1 kursi legislatif DPRD Kabupaten Bintan. Begitu pula dengan perolehan suara masing-masing calon legislatif, caleg partai Demokrat mampu mengungguli perolehan suara caleg dari partai lain yaitu: Agus Wibowo dengan perolehan suara 4.527 suara, Daeng M. Yatir 2.982 suara, Zulkifli 1.379 suara, perolehan suara ini berbeda jauh dengan perolehan suara caleg yang terpilih dari partai Golkar antara lain : Nesar Ahmad 2.226 suara, dan Fiven Sumanti 1.985 suara, dan caleg terpilih lainnnya perolehan suara mereka di bawah 1.000 suara (Sumber: Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bintan 2014). Pada pemilu tahun 2009 partai Demokrat di Dapil 2 mendapatkan perolehan kursi di DPRD sebanyak 1 kursi. Peningkatan yang sangat signifikan dari tahun 2009 ke 2014 ini menimbulkan berbagai macam persepsi masyarakat terhadap strategi politik calon legislatif (caleg) partai Demokrat DPRD Kabupaten Bintan periode 2014-2019. Kemenangan Partai Demokrat di daerah pemilihan Bintan 2 tidak akan terlepas dari sebuah strategi politik para calon legislatif itu sendiri. Dalam konteks pertarungan politik untuk memperebutkan sebuah jabatan, maka strategi yang matang di bidang pemilu memegang peranan yang sangat penting. Karena tanpa adanya perencanaan strategi, tidak mungkin kemenangan akan di raih. Persaingan dan adu strategi di dalam internal partrai Demokrat Kabupaten Bintan memang sudah sangat terlihat sejak di umumkannya Daftar Calon Tetap (DCT) Dapil 2, Hal ini dapat terlihat dari namanama caleg yang berkompetisi di Pemilu 2014 ini. Dari 8 calon yang di usung, 3 orang caleg berhasil terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Bintan. Menurut penuturan masyarakat dan beberapa Tim Sukses caleg Partai Demokrat peneliti mendapatkan beberapa keterangan mengenai bagaimana dan seperti apa strategi partai Demokrat dalam meraih suara. Strategi politik yang menjadi sorotan adalah sebagai berikut : 1. Agus Wibowo (Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Bintan) membuat sebuah kontrak politik yang menyatakan : “Apabila terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Bintan dari dapil II, maka seluruh gaji dan tunjangan selama sebagai anggota DPRD Kabupaten periode 2014-2019, sepenuhnya akan saya serahkan kepada masyarakat yang memberikan dukungan kepada saya, sehingga saya terpilih menjadi menjadi anggota DPRD Kabupaten Bintan dari dapil II, apabila saya tidak memenuhi kontrak politik kepada pemilih masyarakat ini, 6 maka saya bersedia mundur dari jabatan anggota DPRD Kabupaten Bintan dari dapil II”. 2. Muhammad Yatir, SH caleg dengan nomor urut 2, beliau adalah calon legislatif incumbent yang merupakan pindahan dari Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK). Beliau menarik simpati masyarakat dengan jalan pembagian Baju Batik, Tas kepada masyarakat serta janjijanji politik serta sosialisasi poitik lainnya. 3. Zulkifli S.pd merupakan calon incumbent dari partai Demokrat, dan telah memiliki basis massa yang cukup loyal di Kelurahan Kawal. Beliau selalu melakukan pembinaan-pembinaan secara berkala terhadap para loyalis dengan jalan sosialisasi dan pemberian bantuan perlengkapan usaha kepada kelompok masyarakat melalui bantuan pemerintah. Dari beberapa Desa dan Kelurahan yang ada di Dapil 2, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di kelurahan Kawal, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan. Pemilihan Kelurahan Kawal sebagai tempat penelitian dikarenakan jumlah partisipasi pemilih di Kelurahan Kawal cukup tinggi yaitu lebih dari 70% DPT memberikan hak suaranya pada pemilihan umum 9 April yang lalu. Dari 4.313 total DPT, 3.540 pemilih memberikan hak pilihnya. Selain itu, partai Demokrat memperoleh suara terbanyak dengan perolehan 1.010 suara, sedangkan partai Golkar sebagai pemenang pemilu DPRD Kabupaten Bintan memperoleh 517 suara kemudian disusul oleh partai PDI Perjuangan dengan perolehan 424 suara, serta keikutsertaan 11 orang calon legislatif yang merupakan penduduk yang berdomisili di Kelurahan Kawal. (Sumber Panitia Pemungutan Suara (PPS) Kelurahan Kawal 2014) Berdasarkan keterangan di atas, penulis mencoba menggali pengetahuan mengenai persepsi masyarakat terhadap strategi calon legislatif partai Demokrat di Dapil 2 yang terpilih sebagai anggota legislatif DPRD Kabupaten Bintan. Strategi-strategi yang dilakukan 3 orang calon legislatif terpilih ini menimbulkan berbagai macam persepsi di masyarakat, terutama di Kelurahan Kawal yang merupakan salah satu kelurahan dengan jumlah pemilih yang cukup besar. Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Persepsi Masyarakat terhadap Strategi Politik Calon Legislatif (Caleg) Partai Demokrat DPRD Kabupaten Bintan Periode 2014-2019 di Kelurahan Kawal, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan”. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya bahwa partai Demokrat Kabupaten Bintan berhasil memperoleh suara terbanyak di Dapil 2 pada umumnya dan Kelurahan Kawal pada khususnya. Keberhasilan ini tentu saja tidak lepas dari strategi-strategi politik yang dilakukan 3 (tiga) orang calon legislatif terpilih dalam menarik dukungan masyarakat pada pemilihan umum 2014 yang lalu, strategistrategi inilah yang menimbulkan berbagai macam persepsi masyarakat, dengan demikian penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Persepsi Masyarakat terhadap Strategi Politik Calon Legislatif (Caleg) Partai 7 gejala yang diteliti, disamping itu juga untuk menghindari kesalah pahaman dalam pengertian konsep tersebut dengan masalah yang sedang diteliti. Persepsi masyarakat mengenai strategi poilitik seorang calon legislatif adalah suatu pandangan atau tanggapan seseorang yang di dapat melalui pengalaman, informasi, dan penafsiran pesan. Sedangkan di dalam politik, strategi ini digunakan guna memenangkan persaingan sehingga dapat memperoleh kekuasaan dan dukungan dari masyarakat. Di dalam strategi politik terdapat langkah-langkah atau cara untuk menjalankan strategi tersebut, adapun langkah-langkah tersesebut antara lain berupa Inisiatif, Ancaman dan Janji (Peter Schroder 2010:135). Untuk mengetahui hal-hal seperti diatas dapat kita lihat dari dimensi sebagai berikut : 1. Setiap individu pada umumnya pernah berkaitan langsung dengan peristiwa-peristiwa yang pernah dialaminya. Peristiwa tersebut dapat berupa pengalaman positif maupun pengalaman negatif sehingga individu dapat menilai suatu partai politik maupun strategi calon legislatifnya. Hal tersebut tersebut dapat kita lihat dari indikator: a. Pengalaman mengikuti pemilu b. Memilih Calon legislatif c. Peristiwa yang dijalani sebelum pemilihan d. Peristiwa yang dijalani sesudah pemilihan 2. Informasi adalah hal yang sangat penting dalam mempengaruhi persepsi setiap Demokrat DPRD Kabupaten Bintan Periode 2014-2019 di Kelurahan Kawal, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan?” Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap strategi politik calon legislatif (Caleg) Partai Demokrat DPRD Kabupaten Bintan periode 2014-2019 di Kelurahan Kawal, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan. 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi penulis, semakin menambah pengetahuan penulis tentang persepsi masyarakat dan melatih penulis dalam mengembangkan pemikirannya. b. Penelitian ini di harapkan menjadi pengembangan dari teori-teori politik yang berkaitan dengan masalah yang diteliti oleh penulis tentang pemilu, persepsi masyarakat, strategi calon legislatif serta kepercayaan masyarakat terhadap keterwakilan legislatif, sehingga karya tulis ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi kalangan civitas akademika. Konsep Operasional Maksud dari konsep operasional adalah penjabaran lebih lanjut tentang gejala yang diteliti dan dikelompokkan dalam variabel penelitian. Adapun konsep operasional yang digunakan untuk mempermudah dalam menjelaskan gejala8 individu. Setiap individu akan menilai suatu informasi mengenai strategi politik dan calegnya. Informasi tersebut akan mereka terima melalui penglihatan, pendengaran, dan perasaan mengenai strategi politik para calegnya. Upaya tersebut dapat dilihat melalui indikator : a. Penglihatan seseorang mengenai partai politik b. Penglihatan seseorang strategi calon legislatif c. Adanya inisiatif calon legislative dalam kampanye d. Janji calon legislative dalam kampanye e. Ancaman calon legislative dalam kampanye f. Inisiatif dari partai politik yang menimbulkan perasaan terhadap partai politik beserta calegnya g. Ancaman dari partai politik yang menimbulkan perasaan terhadap partai politik beserta calegnya h. Janji dari partai politik yang menimbulkan perasaan terhadap partai politik beserta calegnya 3. Penafsiran pesan mengenai partai politik dan strategi calegnya yaitu suatu pemahaman dan pendapat seseorang yang secara langsung maupun tidak langsung mengenai partai politik beserta strategi calegnya. Upaya tersebut dapat dilihat dari indikator : a. Dengan adanya strategi caleg melalui pemaparan program dan janji-janjinya pada masa kampanye menimbulkan suatu Pemahaman tentang baik dan buruknya seorang caleg b. Adanya pendapat mengenai strategi calon legislatif partai politik Untuk mengetahui tanggapan dari jawaban responden perlu dilakukan skala pengukuran. Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang di ukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Maka dalam hal ini peneliti menggunakan pengukuran skala likert. Menurut Sugiono (2009:93), Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan format deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat kepermukaan karakter ataun gambaran kondisi, situsi ataupun variabel tersebut dan menggunakan hipotesa atau praduga awal terhadap hasil penelitian. Menurut Sugiyono (2009:8) “metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat 9 positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kawal, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan. Alasan pemilihan lokasi tersebut adalah karena lokasi penelitian merupakan daerah yang memiliki jumlah DPT (Daftar Pemilih Tetap) paling banyak dibandingkan dengan Kelurahan/Desa lainnya yang ada di Kecamatan Gunung Kijang, sehingga akan lebih mudah bagi peneliti mendapatkan data baik dari masyarakat maupun dari instansi yang terkait dengan penelitian nantinya. Selain itu, Kelurahan Kawal juga menjadi salah satu target para calon legislatif untuk memenangkan pemilu 2014. 3. Populasi dan Sampel a. Populasi Menurut Sugiono (2009:80) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sesuai ruang lingkup masalah yang diteliti maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di Kelurahan Kawal, Kecamatan Gunung Kijang yang berjumlah 5374 jiwa, sedangkan pemilih tetap berjumlah 4313 pemilih dan terdapat 12 TPS. b. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Bila populasi tersebut besar tidak mungkin menelitinya satu persatu, maka dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Di karenakan jumlah populasi yang cukup besar, sehingga peneliti tidak mungkin untuk meneliti semuanya, maka peneliti menentukan jumlah sampel dengan rumus perhitungan besaran sampel menurut Burhan Bungin (2011:115), sebagai berikut : N n = ----------N(d²) + 1 Dimana: n = jumlah sampel N = Jumlah Populasi d² = Presisi 10 persen yang ditetapkan peneliti Dari rumus diatas, maka dapat ditentukan sampel yang akan diambil dari jumlah populasi yaitu 4313 orang adalah : n= n= n = 97,73 = 98 Maka jumlah sampel penelitian ini adalah 98 orang. Sedangkan untuk menentukan responden yang akan dijadikan sampel penelitian adalah 98 orang dari 12 TPS, Penulis menggunakan teknik sampling acak proporsional 10 dan sampelnya dinamakan sampel acak proporsional. Dengan rumus sebagai berikut: dapat mudah diperoleh, maka penulis mengunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Kuesioner Kuesioner atau angket yaitu tekhnik dengan cara menyusun daftar pertanyaan dengan sistematis yang berkaitan dengan persepsi mengenai strategi calon legislatif (caleg) secara sistematis yang diberikan kepada responden (masyarakat) secara langsung. Adapun alat yang di gunakan dalam pengumpulan data ini adalah angket. b. Dokumentasi/Dokumenter Metode Dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian social. Kumpulan data dalam bentuk tulisan ini dokumen dalam arti luas termasuk monument, artefak, foto, tipe, microfilm, disc, cd room, harddisk, dan sebagainya. n= n= n= = 4,12 = 4 Dari hasil diatas dapat ditabulasikan sebagai berikut : Sumber dan Jenis Data a. Data primer Yang berdasarkan pada peninjauan langsung pada objek yang di teliti untuk memperoleh data-data yang di butuhkan. Studi lapangan yang dilakukan dengan datang langsung kelokasi penelitian dengan cara menyebarkan angket atau kuisioner kepada responden yang di jadikan sebagai sampel penelitian. Responden menjawab dengan memilih pilihan jawaban yang suadah di sediakan dalam daftar pertanyaan. Dan di kenal juga dengan file research. 4. Teknik Analisis Data Analisa data dilakukan secara deskriptif kuantitatif yaitu penelitian dimana setelah data-data yang dibutuhkan terkumpul, langkah selanjutnya barulah dipisah-pisahkan dan dikelompokkan, menurut jenis data setelah itu di analisa berdasarkan presentase kedalam tabel-tabel tanggapan rekapitulasi yang dilengkapi dengan data yang diperoleh dilapngan melalui teknik pengumpulan data yang digunakan. Penulis juga mengunkan metode kuantitatif dalam menganalisa data b. Data sekunder Data sekunder adalah mencari sumber data dan informasi melalui buku-buku, jurnal, internet, dan lain-lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Atau dengan kata lain di sebut dengan library research. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Agar data yang dikumpulkan dalam penelitian ini 11 yang diperoleh dilapangan dalam bentuk angka dan diberikan penjelasan dari berbagai informasi atau masukan yang dilapangan dengan menggunakan pengukuran skala likert dengan kategori 3 = baik, 2 = kurang baik, 1 = tidak baik atau jawaban lain yang memiliki makna yang sama. Persepsi di jelaskan dalam definisi John R. Wenburg dan William W. Wilmout ”Persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme member makna”. Rudolph F. Verderber ”Persepsi adalah proses menafsirkan informasi Indrawi,” atau pendapat lain J. Choen mendefinisikan “Persepsi sebagai interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representatif objek eksternal: persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada di luar sana” (Mulyana, 2010:180). Persepsi biasanya digunakan untuk menjelaskan tentang pengalaman terhadap sesuatu benda ataupun kejadian yang di alami. Dalam kamus standar dijelaskan bahwa persepsi sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah pesan oleh benda yang semata-mata menggunakan pengamatan pengindraan. Oleh sebab itu, persepsi didefinisikan sebagai proses yang menggambarkan dan mengorganisasikan data-data indra kita (pengindraan) untuk dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari disekeliling kita. Sehingga persepsi dapat di definisikan sebagai kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan terhadap suatu objek rangsang (Shaleh, 2005:88). Menurut Lahlry (1991) dalam J. Severin & J.W. Tunkard (2007:83) “persepsi didefinisikan sebagai proses yang kita gunakan untuk menginterpretasikan data-data sensori, data sensori tersebut sampai kepada kita melalui panca indra. Pendapat Berelson dan Steiner (1964) mengatakan “persepsi merupakan proses yang kompleks dimana orang memilih, mengorganisasian, dan menginterpretasikan respon terhadap suatu rangsangan kedalam situasi masyarakat dalam dunia yang penuh arti dan logis. Bennett, Hoffman dan Prakash (1989) LANDASAN TEORITIS Persepsi Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perceptio; dari percipire, yang artinya menerima atau mengambil. Kata “persepsi” biasanya dikaitkan dengan kata lain, menjadi persepsi diri, persepsi sosial dan persepsi interpersonal. Dalam kepustakaan berbahasa inggris, istilah yang banyak digunakan adalah “social perception”. Objek fisik umumnya memberi stimulus fisik yang sama, sehingga orang mudah membuat persepsi yang sama. Pada dasarnya, objek berupa pribadi memberi stimulus yang sama pula, namun kenyataanya tidaklah demikian (Sobur, 2013:445). Setiap individu memiliki tanggapan yang berbeda-beda dalam menangkap pesan dari suatu proses komunikasi. Dalam Rakhmat (2012:50), Desiderato (1976) berpendapat bahwa “Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi-informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus indrawi (sensory stimuli). Untuk menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. 12 mengatakan “persepsi merupakan aktivitas aktif yang melibatkan pembelajaran, pembaruan, cara pandang dan pengaruh timbale balik dalam pengamatan (Tunkard, 2005: 88-89). Selanjutnya menurut Leavit (1978) persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas persepsi adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Sedangkan menurut De Vito (1997) persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita (Sobur 2013:445). Menurut yusuf (1991:108) mendefinisikan persepsi sebagai “pemaknaan hasil pengamatan”. Sedangkan menurut Gulo (1982:207) menyebut persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra-indra yang dimilikinya (Sobur, 2013:446). Pareek (1996) memberikan definisi yang lebih luas yaitu proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindra atau data (Sobur 2013:445446). Pendapat lain mengatakan persepsi diartikan sebagai “cara seseorang memandang dunia. Dari definisi yang umum ini dapat dilihat bahwa persepsi seseorang akan berbeda dari yang lain, masyarakat dapat membentuk persepsi yang serupa antar warga kelompok masyarakat tertentu” (Ihalauw, 2005:87). Menurut Mulyana (2010: 180). persepsi adalah inti dari komunikasi, sedangkan penafsiran (intrepretasi) adalah inti dari persepsi, yang identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi. Persepsi disebut inti komunikasi karena tanpa akurasi persepsi, maka komunikasi tidak akan berjalan dengan efektif. Persepsi adalah faktor paling penting dalam proses seleksi informasi, yaitu memilih sebuah pesan dan mengesampingkan pesan lain yang sejenis. Jadi hasil penangkapan makna dan pesan pada suatu produk komunikasi bisa disebut sebagai persepsi.” Menurut Fellows “persepsi adalah yang memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis informasi”, sedangkan menurut K. Sereno dan Edward M. Bodaken persepsi diartikan sebagai sarana yang memungkinkan kita memperoleh kesadaran akan sekeliling dan lingkungan kita. Philip Goodacre dan Jennifer Follers mendefinisikan persepsi adalah proses mental yang digunakan untuk mengenali rangsangan (Mulyana, 2010: 180). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian persepsi merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar individu. Pengetahuan diperlukan seseorang untuk suatu kecerdasan persepsi. Persepsi ini dapat diukur melalui tingkat pendidikan tinggi dengan sendirinya tingkat pengetahuannya pun menjadi luas. Persepsi adalah sumber pengetahuan kita tentang dunia. Menurut Udai Pareek (1996) dalam Sobur (2013:451-455) berpendapat bahwa “Pengetahuan adalah kekuasaan, tanpa pengetahuan kita tidak dapat bertindak 13 secara efektif. Persepsi adalah sumber utama untuk pengetahuan itu. Dalam definisi yang dikemukakan Pareek tercakup beberapa segi atau proses. Proses tersebut adalah proses menerima rangsangan, menyeleksi rangsangan dan pengorganisasian. dalam pertempuran, sementara strategi adalah ajaran tentang pemanfaatan pertempuran untuk tujuan perang. Menurut Clausewitz, angkatan perang merupakan sarana untuk mencapai tujuan perang itu sendiri – yaitu memperoleh kemenangan. Tetapi kemenangan itu hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan akhir dari strategi, yakni perdamaian. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat strategi, akan semakin mewujud menjadi politik yang berkesinambungan, hingga akhirnya tak ada perubahan lagi (Schoreder, 2010:22). Karena itu, von Clausewitz menjelaskan bahwa tujuan strategi bukanlah kemenangan yang nampak di permukaan, melainkan kedamaian yang terletak di belakangnya. Bagi kita, memahami hal ini sangatlah penting dalam perencanaan strategi politik. Dan dengan demikian, menjadi penting mengenali apa yang tersembunyi di balik tujuan akhir sebuah kemenangan pemilu atau apa yang direncanakan dengan pemberlakuan sebuah peraturan baru. Banyak tujuan strategi di bidang politik terungkap sebagaimana adanya, yakni: perlombaan untuk memperkaya diri sendiri, pertarungan untuk memperoleh kekuasaan, atau perjuangan untuk mencapai tujuan yang tersembunyi atau tujuan yang berbeda dari tujuan yang diumumkan di depan publik (Schoreder, 2010:22). Menurut Maurice Duverger dalam Alfian (2007:283), mengatakan bahwa “Di dalam pertempuran politik, seperti di dalam semua pertempuran-pertempuran yanag kompleks, setiap orang berlaku sesuai dengan rencana yang dipahami lebih dahulu, kurang lebih rencana yang sudah terolah dimana setiap orang membuat antisipasi bukan saja dalam Strategi Politik Calon Legislatif Pengertian strategi dalam berasal dari konsep militer, dan kata itu sendiri berasal dari bahasa Yunani. Pertimbanganpertimbangan strategis senantiasa memainkan peranan ketika sekelompok besar orang butuh dipimpin dan diberi pengarahan. Di masa lalu, ada banyak prospek perang yang menciptakan kebutuhan ini (Schoreder, 2010:21). Strategi dapat diartikan sebagai suatu keterampilan mengatur suatu kejadian atau peristiwa secara umum atau dapat diartikan sebagai suatu teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan (Sunendar, 2009:2 ). Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1989), Strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai. Hornby (1969) mendifinisikan strategi sebagai kiat merancang operasi dalam peperangan seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat. Menurut Gagne (1974) strategi adalah kemampuan internal seseorang, untuk berfikir memecahkan masalah dan mengambil keputusan (Sunendar, 2009:3). Dalam uraian filosofisnya, Carl von Clausewitz (1780-1831) menciptakan definisi tentang hakekat perang yang masih berlaku hingga kini. Berdasarkan definisi tersebut, yang disebut taktik adalah ajaran tentang pemanfaatan angkatan perang 14 serangan-serangannya akan tetapi juga tentang jawaban-jawaban lawannya dan alat-alat untuk menyelesaikanya. Strategi politik adalah strategi yang digunakan untuk merealisasikan cita-cita politik. Strategi-strategi penting bukan hanya untuk partai politik dan pemerintah saja tetapi juga untuk organisasi nonpemerintah yang juga aktif dalam politik. Tanpa strategi politik, perubahan jangka panjang danproyek-proyek besar sama sekali tidak akan terwujud. Politik dan strategi adalah suatu mekanisme bagaimana seseorang atau sekelompok orang dengan ide yang dipahaminya, mampu memenangkan suatu pertarungan politik disaat banyak orang yang memiliki kepentingan menghendaki hal yang sama, ide politik tentu saja akan menimbulakan perbedaan antar masyarakat yang dirugikan dan diuntungkan, karena hasil dari keputusan politik akan melahirkan perubahan ataupun kondisi yang sama di saat status quo yang memenangkan pertarungan itu, oleh karena itu setiap ide/pemikiran pasti akan memiliki pendukung dan penentang. Dalam hal ini ide politik akan dapat mewujudkan suatu kemenangan di dalam pertarungan, karena pada dasarnya ide-ide itulah yang akan mempengaruhi masyarakat dalam menentukan pilihannya. Ide dan gagasan dalam politik pada dasarnya untuk meraih kekuasaan, banyak kelompok yang menghendaki hal yang sama, maka untuk meraih kemenagan dalam pemilu dibutuhkan kematangan dan kehati-hatian dalam suatu perencanaan. Setiap strategi baik di dalam politik maupun bidang yang lain memiliki mekanisme tersendiri. Dalam proses perencanaan politis (Schoreder, 2010:45) ada dua pola yang di utamakan yaitu: Yang pertama adalah pola perencanaan berdasarkan SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats), dan yang kedua adalah "Perencanaan Konseptual". Menurut SWOT, perencanaan strategi yang baik bekerja pada dua tingkat. Di tingkat pertama, perencana strategi membuat gambaran yang jelas mengenai arah yang hendak dituju oleh organisasi (visi) dan apa yang menjadi tujuan serta alasan eksistensi organisasi tersebut (definisi atau mission statement). Berdasarkan visi dan ini, perencana strategi mengembangkan tujuan yang merepresentasikan hasil akhir yang dapat diukur secara kualitatif dan dihitung secara kuantitatif. Menurut Schroder (2010:53) setelah menjalani langkah pembentukan visi atau pembentukan tujuan dan analisa lingkungan eksternal, organisasi harus mengembangkan pilihan strategis atau jalan alternatif untuk mencapai tujuan akhir. Dengan memperbandingkan kekuatan dan kelemahan organisasi dengan peluang dan ancaman di lingkungan eksternal, pilihan semacam ini dapat dikembangkan. Inilah yang disebut analisa SWOT, di mana ada empat kemungkinan empat kombinasi yaitu: 1. Strategi Kekuatan-Peluang Bagaimana kekuatan organisatoris dapat digunakan untuk memperoleh keuntungan dari berbagai peluang untuk berkembang? 2. Strategi Kekuatan-Ancaman Bagaimana kekuatan dapat dimanfaatkan untuk mengatasi ancaman yang 15 dapat menghalangi pencapaian tujuan dan pengejaran peluang? 3. Strategi Kelemahan-Peluang Bagaimana kelemahan dapat diatasi untuk memperoleh keuntungan dari berbagai peluang yang berkembang? 4. Strategi KelemahanAncaman Bbagaimana kelemahan dapat diatasi un tuk mengatasi ancaman yang dapat menghalangi pencapaian tujuan dan pengejaran peluang? Dalam strategi politik, kita juga bicara tentang sebuah produk yang perlu diperdagangkan dan ditawarkan di pasar pemilih. Hal ini juga berlaku untuk strategi yang tidak secara langsung berorientasi pada hari pemungutan suara, tapi lebih berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas politik. Produk terdiri dari beberapa komponen yang dapat memiliki bobot yang berbeda, tergantung dari jenis strategi yang direncanakan, lingkungan dan budayanya. Bagi sebuah partai, sebuah kelompok politik atau seorang figur, produk yang dapat bersaing dengan produk-produk lainnya Strategi menurut Peter Schroder (2009:185) menyatakan bahwa ada dua jenis strategi politik: 1. Strategi Ofensif Strategi ofensif selalu diperlukan jika partai ingin meningkatkan jumlah pemilihnya, atau jika seorang eksekutif ingin mengimplementasikan sebuah proyek. Dalam kedua kasus tersebut, kampanye dapat berhasil hanya jika ada lebih banyak orang yang memiliki pandangan positif terhadap partai atau proyek tersebut dibandingkan sebelumnya. Yang termasuk strategi ofensif adalah “strategi memperluas pasar” dan “strategi menembus pasar.” Pada dasarnya, semua strategi ofensif yang diterapkan saat kampanye pemilu harus menampilkan perbedaan yang jelas dan menarik antara kita dan partai-partai pesaing yang kelompok pemilihnya akan kita rebut. Strategi ofensif yang digunakan untuk menerapkan kebijakan harus menjual atau menampilkan perbedaan terhadap status quo atau keadaan yang berlaku saat itu dan menyoroti keuntungan-keuntungan yang diharapkan darinya. 2. Strategi Defensif Strategi defensif akan muncul ke permukaan jika partai pemerintah atau sebuah koalisi pemerintahan yang terdiri atas beberapa partai ingin mempertahankan mayoritasnya atau jika pangsa pasar ingin dipertahankan. Selain itu, strategi defensif juga dapat muncul apabila sebuah pasar tidak akan dipertahankan lebih lanjut atau ingin ditutup, dan penutupan pasar ini diharapkan dapat membawa keuntungan sebesar-besarnya. Menurut Peter Schroder (2010:153) ada tiga langkah yang harus dilakukan dalam strategi, langkah-langkah tersebut antara lain: a. Inisiatif Yaitu penyampaian pesan dari komunikator baik melalui 16 media, secara langsung maupun melalui berbagai media cetak dan elektronik kepada masyarakat yang dapat berbentuk garis ideology, kebijakan, dan program politik tersebut. Hal ini melahirkan feedback berupa partisipasi dukungan terhadap partai tersebut. Pengukurannya adalah sebagai berikut: 1. Adanya penyampaian program-program partai yang bersentuhan terhadap kalangan bawah melalui berbagai media cetak atau elektronik. 2. Pendekatan-pendekatan para kader yang dapat mengundang poartisipasi pemilih. b. Ancaman Berupa ancaman –ancaman terhadap masyarakat oleh suatu partai poitik apabila partai politik tersebut gagal dalam pemilu. c. Janji Merupakan janji-janji politik partai maupun kader-kader dalam melakukan mobilisasi atau kampanye berlangsung agar mendapatan partisipasi dukungan suara dalam menghadapi pemilu yang akan berlangsung. Selanjutnya menurut Niffeneger dan Wring (2002) dalam Sugiono (2013:81-86) strategi dalam pemenangan pemilu perlu di kembangkan model proses politik marketing antara lain sebagai berikut : 1. Produk/Product Sebuah partai politik atau kandidatnya harus menjual produknya yang terkait dengan sistem nilai (value laden) yang di dalamnya melekat harapan untuk masa depan. 2. Promosi Promosi sangat diperlukan untuk menciptakan brand awareness dibenak para pemilih. 3. Price/harga Setiap partai harus meminimalisir pengeluaran baik kampanye, iklan media massa dan lain sebagainya. 4. Place/Penempatan Place/Penempatan berkaitan erat dengan cara hadir atau distribusi sebuah institusi politik dan kemampuannya dalam berkomunikasi dengan para pemilih atau calon pemilih. Menurut Richard Nixon (1957) di kutip oleh Peter Schroder (2010:97) “Masyarakat umum membeli nama dan wajah bukan program partai. Dan seorang kandidat pejabat publik harus diperdagangkan dengan cara serupa seperti produk-produk lainnya”. Dalam strategi politik, kita juga bicara tentang sebuah produk yang perlu diperdagangkan dan ditawarkan di pasar pemilih. Hal ini juga berlaku untuk strategi yang tidak secara langsung berorientasi pada hari pemungutan suara, tapi lebih berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas politik. Produk terdiri dari beberapa komponen yang dapat memiliki bobot yang berbeda, tergantung dari jenis strategi yang 17 direncanakan, lingkungan dan budayanya. Bagi sebuah partai, sebuah kelompok politik atau seorang figur, produk yang dapat bersaing dengan produk-produk lainnya. GAMBARAN PENELITIAN UMUM HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN DAN A. Analisa Tentang Persepsi Masyarakat Terhadap Strategi Calon Legislatif (Caleg) Partai Demokrat DPRD Kabupaten Bintan Di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan. Salah satu tonggak utama pemerintahan yang demokratis adalah melalui adanya pemilu (Pemilihan Umum), yang mana pemilu sendiri merupakan ajang dimana masyarakat bersama- sama menjadi pelaku pesta demokrasi untuk memilih wa-kilnya. pemilu Legislatif merupakan pemilihan yang dilakukan untuk memilih wakil rakyat di tingkatan daerah (DPRD) yang akan memimpin di tingkatan daerah dan yang akan menjadi penyalur kepentingan dan aspirasi masyarakat di tingkatan daerah. Persepsi masyarakat terhadap suatu hal dapat diartikan sebagai proses dimana masyarakat dapat mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Dalam penelitian ini adapun dimensi yang digunakan untuk menjawab penelitian adalah sebagai berikut : 1. Setiap individu pada umumnya pernah berkaitan langsung dengan peristiwaperistiwa yang pernah dialaminya. Peristiwa tersebut dapat berupa pengalaman positif maupun pengalaman negatif sehingga individu dapat menilai suatu partai politik maupun strategi calon legislatifnya. Hal tersebut tersebut dapat kita lihat dari indikator : LOKASI Kelurahan Kawal merupakan salah satu Kelurahan yang terletak di wilayah Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan. Adapun dasar pembentukannya adalah UU No. 13 Tahun 2000 tentang Pemekaran Kabupaten Kepulauan Riau menjadi 3 (tiga) Kabupaten yaitu Kabupaten Kepulauan Riau (Bintan), Kabupaten Karimun, dan Kabupaten Natuna. Selain lain UU No. 13 Tahun 2000, dasar pembentukan Kelurahan Kawal adalah, KelurahPeraturan Daerah No. 12 Tahun 2004 tentang pembentukan Kelurahan Kijang Kota, Kelurahan Sungai Enam, Kelurahan Gunung Lengkuas, Kelurahan Sungai Lekop di Kecamatan Bintan Timur, dan Kelurahan Kawal di Kecamatan Gunung Kijang. Kelurahan Kawal memiliki luas kurang lebih 116 Km2 yang terdiri dari 5 RW dengan 20 RT. Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang berbatasan dengan: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Teluk Bakau 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gunung Kijang 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Toapaya 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut a. Pengalaman mengikuti pemilu Dapat diketahui bahwa tanggapa responden terhadap adanya pengalaman 18 pengalaman mengikuti pemilu dimana jawaban terbanyak responden yaitu yang menyatakan baik sebanyak 49 responden atau sekitar 50% sedangkan yang menyatakan cukup baik sebanyak 39 orang atau sekitar 39,8 % dan yang menyatakan tidak baik sebanyak 10.2 %. 2. Informasi adalah hal yang sangat penting dalam mempengaruhi persepsi setiap individu. Setiap individu akan menilai suatu informasi mengenai strategi politik dan calegnya. Informasi tersebut akan mereka terima melalui penglihatan, pendengaran, dan perasaan mengenai strategi politik para calegnya. Upaya tersebut dapat dilihat melalui indikator : b. Memilih Calon legislatif Dapat diketahui bahwa tanggapa responden terhadap memilih calon legislatif dimana jawaban terbanyak responden yaitu yang menyatakan cukup baik sebanyak 45 responden atau sekitar 45.9% sedangkan yang menyatakan baik sebanyak 42 orang atau sekitar 42,9 % dan yang menyatakan tidak baik sebanyak 11.2 %. a. Penglihatan seseorang mengenai partai politik Dapat diketahui bahwa tanggapa responden terhadap penglihatan seseorang mengenai suatu partai politik dimana jawaban terbanyak responden yaitu yang menyatakan baik sebanyak 60 responden atau sekitar 61,2 % sedangkan yang menyatakan cukup baik sebanyak 31 orang atau sekitar 31,6 % dan yang menyatakan tidak baik sebanyak 7 responden atau sekitar 7,1 %. c. Peristiwa yang dijalani sebelum pemilihan Dapat diketahui bahwa tanggapa responden terhadap peristiwa yang dijalani sebelum pemilihan dimana jawaban terbanyak responden yaitu yang menyatakan baik sebanyak 47 responden atau sekitar 48% sedangkan yang menyatakan cukup baik sebanyak 37 orang atau sekitar 37,8 % dan yang menyatakan tidak baik sebanyak 14 responden atau sekitar 14.3 %. b. Penglihatan seseorang strategi calon legislatif Dapat diketahui bahwa tanggapa responden terhadap penglihatan seseorang mengenai strategi calon legislatif dimana jawaban terbanyak responden yaitu yang menyatakan cukup baik sebanyak 44 responden atau sekitar 44.9 % sedangkan yang menyatakan baik sebanyak 37 orang atau sekitar 37,8 % dan yang menyatakan tidak baik sebanyak 17 responden atau sekitar 17,3 %. d. Peristiwa yang dijalani sesudah pemilihan Dapat diketahui bahwa tanggapa responden terhadap peristiwa yang dijalani sesudah pemilihan dimana jawaban terbanyak responden yaitu yang menyatakan cukup baik sebanyak 45 responden atau sekitar 45.9% sedangkan yang menyatakan baik sebanyak 33 orang atau sekitar 33,7 % dan yang menyatakan tidak baik sebanyak 20 responden atau sekitar 20.4 %. c. Adanya inisiatif calon legislative dalam kampanye. Dapat diketahui bahwa tanggapan responden terhadap adanya inisiatif calon legistatif pada saat kampanye dimana 19 jawaban terbanyak responden yaitu yang menyatakan baik sebanyak 55 responden atau sekitar 56,1 % sedangkan yang menyatakan cukup baik sebanyak 39 orang atau sekitar 39,8 % dan yang menyatakan tidak baik sebanyak 4 responden atau sekitar 4,1 %. atau sekitar 44,9 % sedangkan yang menyatakan cukup baik sebanyak 43 orang atau sekitar 43,9 % dan yang menyatakan tidak baik sebanyak 11 responden atau sekitar 11,2 %. g. Ancaman dari partai politik yang menimbulkan perasaan terhadap partai politik beserta calegnya. Dapat diketahui bahwa tanggapan responden terhadap Ancaman dari partai politik yang menimbulkan perasaan terhadap partai politik beserta calegnya dimana jawaban terbanyak responden yaitu yang menyatakan cukup baik sebanyak 49 responden atau sekitar 50 % sedangkan yang menyatakan baik sebanyak 30 orang atau sekitar 30.6 % dan yang menyatakan tidak baik sebanyak 19 responden atau sekitar 19,4 %. d. Janji calon legislative dalam kampanye. Dapat diketahui bahwa tanggapan responden terhadap adanya janji pada saat kampanye dimana jawaban terbanyak responden yaitu yang menyatakan cukup baik sebanyak 47 responden atau sekitar 48,0 % sedangkan yang menyatakan baik sebanyak 40 orang atau sekitar 40,8 % dan yang menyatakan tidak baik sebanyak 11 responden atau sekitar 11,2 %. e. Ancaman calon legislative dalam kampanye. Dapat diketahui bahwa tanggapan responden terhadap adanya ancaman pada saat kampanye dimana jawaban terbanyak responden yaitu yang menyatakan baik sebanyak 42 responden atau sekitar 42,9 % sedangkan yang menyatakan cukup baik sebanyak 41 orang atau sekitar 41,8 % dan yang menyatakan tidak baik sebanyak 15 responden atau sekitar 15,3 %. h. Janji dari partai politik yang menimbulkan perasaan terhadap partai politik beserta calegnya. Dapat diketahui bahwa tanggapan responden terhadap janji dari partai politik yang menimbulkan perasaan terhadap partai politik beserta calegnya dimana jawaban terbanyak responden yaitu yang menyatakan cukup baik sebanyak 57 responden atau sekitar 58.2 % sedangkan yang menyatakan baik sebanyak 29 orang atau sekitar 29.6 % dan yang menyatakan tidak baik sebanyak 12 responden atau sekitar 12,2 %. f. Inisiatif dari partai politik yang menimbulkan perasaan terhadap partai politik beserta calegnya. Dapat diketahui bahwa tanggapan responden terhadap adanya inisiatif, ancaman dan janji dari suatu partai politik menimbulkan perasaan terhadap partai politik beserta calegnya dimana jawaban terbanyak responden yaitu yang menyatakan baik sebanyak 44 responden 3. Penafsiran pesan mengenai partai politik dan strategi calegnya yaitu suatu pemahaman dan pendapat seseorang yang secara langsung maupun tidak langsung mengenai partai politik 20 beserta strategi calegnya. Upaya tersebut dapat dilihat dari indikator : Di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa strategi yang dilakukan oleh partai demokrat mendatangkan persepsi yang baik dari masyarakat, hal ini dibuktikan dengan indikator sebagai berikut : 1. Masyarakat dapat melihat strategi calon legislatif secara baik dimana berdasarkan pengalaman dalam mengikuti pemilihan umum sebelumnya sehingga masyarakat di Kelurahan Kawal memiliki persepsi tersendiri berdasarkan pengalaman dari pemilu legislative sebelumnya. Dapat diketahui juga bahwa masyarakat kelurahan kawal belum sepenuhnya yakin terhadap strategi calon legislatif dari partai demokrat, hal ini berdasarkan dari jawaban responden yang masih banyak yang memiliki persepsi cukup baik untuk memilih calon legislatif. 2. Partai Demokrat khususnya di Kelurahan Kawal memiliki nama baik di mata masyarakat mengingat partai Demokrat merupakan partai besar yang memiliki peran penting di dunia politik pada umumnya. akan tetapi masyarakat Kelurahan Kawal tidak sepenuhnya percaya terhadap janji politik calon legislatif sehingga memberikan persepsi yang belum baik sepenuhnya terhadap janji calon legislatif. 3. Jawaban responden mengenai strategi caleg melalui a. Dengan adanya strategi caleg melalui pemaparan program dan janji-janjinya pada masa kampanye menimbulkan suatu Pemahaman tentang baik dan buruknya seorang caleg Dapat diketahui bahwa tanggapan responden terhadap dengan adanya strategi caleg melalui pemaparan program dan janji-janjinya pada masa kampanye menimbulkan suatu Pemahaman tentang baik dan buruknya seorang caleg dimana jawaban terbanyak responden yaitu yang menyatakan cukup baik sebanyak 45 responden atau sekitar 45,9 % sedangkan yang menyatakan baik sebanyak 43 orang atau sekitar 43,9 % dan yang menyatakan tidak baik sebanyak 10 responden atau sekitar 10,2 %. b. Adanya pendapat mengenai strategi calon legislatif partai politik Dapat diketahui bahwa tanggapan responden terhadap adanya pendapat mengenai strategi calon legislatif partai politik dimana jawaban terbanyak responden yaitu yang menyatakan baik sebanyak 46 responden atau sekitar 46,9 % sedangkan yang menyatakan cukup baik sebanyak 38 orang atau sekitar 38,8 % dan yang menyatakan tidak baik sebanyak 14 responden atau sekitar 14,3 %. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Strategi Calon Legislatif (Caleg) Partai Demokrat DPRD Kabupaten Bintan 21 pemaparan program dan janjijanjinya pada masa kampanye menimbulkan suatu pemahaman tentang baik dan buruknya seorang caleg, dapat diketahui jawaban responden terbanyak yaitu cukup baik, hal ini menunjukkan bahwa masih perlunya perhatian bagi partai politik dan calon legislatif partai Demokrat untuk dapat menyusun strategi dengan baik sehingga memberikan persepsi baik dari masyarakat Kelurahan Kawal. terhadap calon legislatif maupun partai politik tersendiri DAFTAR PUSTAKA Anwar, Arifin. 2003. Komunikasi Politik Jakarta: Balai Pustaka. Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Untuk Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Alfian, 2007. Sosiologi Politik Jakarta: Raja Grafindo Persada Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang dibahas adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kepada calon legislatif khsusnya dari Partai Demokrat disarankan dalam memberikan janji kepada masyarakat agar dapat ditepati sehingga masyarakat dapat memberikan persepsi baiknya terhadap calon legislatif maupun partai politiknya baik pada saat sekarang maupun dalam pemilihan yang akan datang. 2. Dalam penyusunan strategi pemenangan pemilihan calon legislatif hendaknya melibatkan tenaga ahli baik itu dari akademisi ataupun lainnya sehingga dapat memberikan gambaran terhadap aspirasi masyarakat khususnya di Kelurahan Kawal yang dapat memberikan persepsi baik Bungin, Burhan. 2011. Metodologi penelitian kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan public Serta Ilmu-ilmu social lainnya, Jakarta: Kencana Husein, Umar. 2003. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Ihalauw, Jhon J. 2005. Perilaku Konsumen, Penerbit: Yogyakarta: Andi Marbun, Sardan. 2007. Rakyat Mengadu Presiden Bertindak Jakarta: Intermasa Mulyana, Deddy 2010, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar Nursal, Adman, 2004. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 22 Rakhmat, Jalaluddin, 2012. Komunikasi. Jakarta: Rosdakarya. Psikologi Remaja Data Rekapitulasi Panitia Pemungutan Suara (PPS) Kelurahan Kawal Tahun 2014 Sunendar, Dadang. 2009 Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: Remaja Roksadaya Kontrak politik kepada pemilih masyarakat atas Nama Agus Wibowo 2014 http://www.fahmikhairul.com/2013/08/veri fikasi-partai-politik-calon peserta.html Sobur, Alex. 2013. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia Rosda Karya http://mediacenter.kpu.go.id/dataolahan.html Shaleh, A.R, 2004. Psikologi Suatu Pengantar: Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Prenada Media Jurnal : Debie Pratama Saputra (2015) Strategi Komunikasi Politik Calon Legislatif Dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Menuju Pemilu 2014 Di Kabupaten Kubar. eJournal Ilmu Komunikasi, 2015, 3 (3): 170-184 Sugiono, Arif. 2013. Strategic Political Marketing. Yogyakarta: Ombak (Anggota IKAPI) Schroder, Peter, 2009. Strategi Politik Jakarta: Friedick-Nauman-Stiftung fur die frelhel Krishnamurthy(2007) 'Defining Strategic Communication', International Journal of Strategic Communication, 1: 1, 3 — 35 Sugiyono, 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta Wasesa, Silih Agung, 2011. Political Branding & Public Relations Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Warner, J.J, dan James W. Tunkard Jr, 2005. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan Dalam Media Massa Jakarta: Kencana Sumber Lain: Data Rekapitulasi suara Pemilu Legislatif KPU Kabupaten Bintan Tahun 2014 23