BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada bab ini teori-teori yang akan dikaji yaitu: (1) Metode Discovery Learning, (2) Hasil Belajar, (3) Keaktifan Belajar, (4) Pembelajaran IPA di SD 2.2 Discovery Learning 2.2.1 Pengertian Discovery Learning Menurut Widi R (2002: 72) metode Discovery adalah penyajian bahan ajar dengan menghadapkan siswa pada suatu masalah, untuk menemukan penyebabnya dengan melalui pelacakan data atau informasi, pemikiran logis, kritis, dan sistematis dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Roestiyah (2001) metode discovery Learning adalah metode mengajar mempergunakan teknik penemuan. Metode discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses menal tersebut misalnya megamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri. Guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Metode Discovery learning adalah cara penyajian pembelajaran yang member kesempatan pada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru (Mulyani S. Dkk, 2001:142). Menurut Enencyclopedia of Educational Research (dalam Suryosubroto,1986), penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat siwa untuk mencapai tujuan pendidikannya. 7 8 Metode discovery mengutamakan cara belajar siswa aktif (CBSA), berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri mencari sendiri dan reflektif. Dan dapat disimpulkan pembelajarn dengan menggunakan metode discovery ialah suatu pembelajarn yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental seperti menghadapkan siswa pada suatu masalah untuk menemukan penyebabnya dengan melalui pelacakan data atau informasi pemikiran logis, kritis, dan sistematis dalam rangka mencapai tujuan pengajaran dan member kesempatan kepada siswa untuk menemukan infomasi tanpa bantuan guru. 2.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Metode Discovery Metode discovery memiliki kelebihan-kelebihan seperti yang diungkapkan Suryosubroto (2002) yaitu: 1. Dianggap membantu siswa memngembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa. 2. Pengetahuan yang diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer. 3. Strategi pnemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih peyah penyelidikanya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan. 4. Member kesempatan kepada siswa untuk bergeraak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri. 5. Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnyasehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasisendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus. 6. Metode discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. 7. Strategi ini berpusat pada anak, misalnya member kesempatan pada siswa dan guru berpartisipasi dalam dalam situasi penemuan yang jawabannya belum diketahui sebelumnya. 8. Membantu perkembangan siswa untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak. 9 Kelemahan metode discovery menurut Suryosubroto (2002) adalah: 1. Dipersyaratkan keharusan adanya kesiapan mental untuk cara belajar ini. 2. Metode mengajar ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. 3. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secaratradisional. 4. Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terllu mementingkkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan. 5. Dalam beberapa ilmu fasilitas yang digunakan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada. 6. Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berfikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses dibawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti. 2.4.1 Langkah-langkah Dalam Metode Discovery Penggunaan metode discovery pada pembeajaran IPA akan memberikan hasil yang baik jika guru mengetahi langkah-langkah pengajarannya. Menurut Hamalik Oemar (2002: 221), menyatakan bahwa penggunaan metode discovery dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi dan merumuskan situasi yang menjadi focus discovery secara jelas. 2. Mengajukan sesuatu tentang fakta.. 3. Merumuskan hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah 2. 4. Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji setiap hipotesis dengan data yang telah dikumpukan. 5. Merumuskan jawaban atas pertanyaan pokok dan menyatakan jawaban sebagai proposisi fakta. Jawaban itu mungkin merupakan sisntesis antara hipotesis yang diajukan dan hasil-hasil dari hipotesis yang diuji dengan informasi yang terkumpul. 10 Sedangkan langkah-langkah pembelajaran dengan metode discovery menurut Walter Klinger (Wahyudi, 2008) adalah sebagai berikut: 1. Motivasi, bertujuan menuntun siswa kearah materi pendidikan untuk membangkitkan rasa ingi tahu siswa, antusiasme dan kesediaan belajar siswa. 2. Perumusan masalah, bertujuan memfokuskan perhatian siswa agar mengenali masalah yang akan di bahas. 3. Penyusunan opni-opini, 4. Perencanaan dan konstruksi alat, bertujuan merencanakan dan mengkontruksi suatu perangkat percobaan yang berfungsi, yang memungkinkan verifikasi atau penolakan hipotesa dan penentuan saling keterkaitan parameterparameter yang relevan. 5. Pelaksanaan percobaan, langkah percobaan merupakan titik perhatian dalam pengajaran fisika. Jawaban terhadap pertanyaan ilmiah disini akhirnya akan ditemukan melalui pengalaman percobaan mengemukakan peralatan yang khusus dikembangkan unuk tujuan ini. 6. Kesimpulan, suatu generalisasi dari hasil percobaan yang akn membawa pengetahuan ilmiah yang baru. 7. Abstraksi, merupakan perumusan pengetahuan terperinci tertentu yang diperoleh melalui kasus khusus dalam rangka melakukan penelitian untuk mencapai syarat-syarat umum. Abstraksi merupakan suatu idealisasi dan suatu generalisasi sejumlah pertanyaan yangmenggunakan istilah-istialah teknis terperinci dan konsep-konsep yang tepat. 8. Konsolidasi pengeetahuan, bertujuan agar siswa semakin menguasai pengetahuan yang baru diperoleh, untuk memungkinkan integrasi dan internalisasi pengetahuan itu kedalam struktur pengetahuan itu kedalam struktur pengatahuan yang sudah ada. Sedangkan menurut Syah (2007) tahapan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengar adalah sebagi berikut: 1. Stimulasi/pemberian rangsangan,pada tahap ini gurubertanya dengan mengajukan persoalan atau meminta siswa untuk membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan. 2. Pernyataan / Identifikasi Masalah, guru member kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan terhadap bahan pelajaran. 11 3. 4. 5. 6. Kemudian salah saunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas dugaan masalah) Pengumpulan data, tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Dengan demikian anak diberikan kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, melakukan ujicoba sendiri dan sebagainya. Pengolahan Data, merupakan kegiatan mengolah data yang telah diperoleh siswa baik melaui wawancara, mengamati atau melakukan ujicoba sendiri. Pengolahan data ini berfungsi sebagai pembentukan konsepdan generalisasi. Pembuktian, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahan melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Menarik kesimpulan, proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang dapat dijadikan prinsip umun dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil pembuktian. Jadi dari beberapa pendapat para ahli tentang langkah-langkah yang digunakan dalam metode Discovery Learning, peneliti merangkum beberapa langkah pembelajaran yang akan digunakan sebagai acuan saat penelitian sebagai berikut: 1. Menjelaskan Tujuan/mempersiapkan siswa 2. Member motivasi/rangsangan 3. Menyusun hipotesis (jawaban sementara) 4. Pembuktian 5. Pengumpulan data 6. Mengevaluasi kegiatan penemuan. 12 2.3 Hasil Belajar 2.3.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Hamalik (2002: 155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Sedangkan menurut Dimyati (2006: 65) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan bagi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Menurut Djamarah (2000: 45), hasil belajar adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguh-sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimis dirilah yang mampu untuk mencapainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur setelah mengikuti proses belajar dengan cara melakukan evaluasi dan tes 2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Menurut Dalyono (1997: 55-60) berhasil tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh dua faktor yaitu: 1. Faktor intern ( yang berasal dari dalam diri oarnga yang belajar) a. Kesehatan Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang yang tidak selalu sehat, sakit kepala, demam pilek,batuk, dan sebagainya dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. b. Intelegensi dan Bakat 13 Seseorang yang mempunyai intelegensi baik (IQ-nya tinggi) mdah belajar dan hasilnyapun cenderug baik. Bakat juga besar pengaruhnya dalam keberhasilan belajar. Jadi kedua aspek ini sangat besar pengaruuhnya terhadap kempuan belajar. c. Minat dan motivasi Minat akantimbul karena adnya daya tarik dari luar dan juga dating dari sanubari. Timbulnya minat belajar disebabkan beberapa hal, anatar lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau mendapt pekerjaan yang baik. Begitu pula seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat akan melaksanakan kkegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh. Motivasi berbeda dengan minat, motivasi adalah daya penggerak atau pendorong. d. Cara belajar Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya.belajar tanpa memperhatikan teknik dan factor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang. 2. Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri orang belajar) a. Keluarga Faktor orangtua sanggat vesar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar, misalnya tinggi rendahnya pendidikan, besar kecilnya penghasilan dan perhatian. b. Sekolah Keadaan sekolah tempat untuk belajar juga mempengaruhi tinggkat keberhasilan belajar. Kaulitas guru dalam pengajaran dan kelengkapan fasilitas sekolah turut memepengaruhi hasil belajar siswa. c. Masyarakat Bila sekitar tempat tinggal keadaan mayarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan , anakanaknya bersekolah tinggi dan bermoral baik, akan mendorong ana giat belajar. d. Lingkungan sekitar Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalulintasjuga akan mempengaruhi kegairahan belajar. 14 2.4 Keaktifan Belajar 2.4.1 Pengertian Keaktifan Belajar Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar yaitu keikutsertaan atau partisipasi siswadalam mengiuti kegiatan yang diadakan sekolah secara rutin atau terprogram. Menurut Sriyono (1992: 75) yang dimaksud keaktifan disini adalah usaha yang dilakukan oleh guru pada waktu mengajar sehingga siswa dapat terlibat secara aktif jasmani maupun rohani dalam mengikuti proses pembelajaran. Keaktifan jasmani maupun rohani tersebut meliputi: 1. Keaktifan indra, pendengaran, penglihatan, peraba dan lainlain. Siswa harus dirangsang agar dapat menggunakan inderanya sebaik mungkun. 2. Keaktifan akal, akal-akal siswa harusaktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat dan mengambil keputusan. 3. Keaktifan ingatan, dapat menerima bahan pengajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya dalam otak, kemudian pada suatu saat ia siap dan mampu mengutarakannya kembali. 4. Keaktifan emosi, dalam hal ini siswa hendaknya senantiasa berusaha mencintai pelajarannya karena akan berdampak positif pada hasil studinya. Nana Sudjana (2000: 72) mengemukakan bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dari: 1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2. Terlibat dalam pemecahan masalah 3. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. 4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah. 5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. 6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya. 7. Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal yang sejenis. 15 8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya. Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar merupakan usaha yang dilakukan untuk mengaktifkan atau mengikutsertakan siswa dalam proses belajar mengajar baik secara jasmani maupun rohani agar memperoleh hasil beljar yang maksimal. 2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar Gagne dan Brings (Martinis, 2007: 84) mengatakan bahwa keaktifan siswa dalam belajar tidak akan begitu saja, akan tetapi keaktifan tergantung terhadap lingkungan dan kondisi dalam kegiatan belajar siswa, maka untuk menciptakan suasana pembelajaran yang didalamnya siswa dapat berperan aktif, maka dapat diperhatikan faktor-faktor yang menumbuhkan keaktifan belajar siswa, yaitu: 1. Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, 2. Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada siswa), 3. Meningkatkan kompetensi belajar siswa, 4. Memberikan stimulus (masalah, topik dan konsep yang aan dipelajari), 5. Member petunjuk siswa cara mempelajarinya, 6. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, 7. Member umpan balik (feed back), 8. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa slalu terpantau dan terukur, 9. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pelajaran. 16 2.4.3 Ciri-ciri Keaktifan Belajar Ada empat ciri keaktifan belajar siswa menurut Sudjana (1989), yaitu: 1. Keinginan dan keberanian menampilkan perasaan. 2. Keinginan dan keberanian serta kesempatan berprestasi dalam kegiatan baik persiapan, proses maupun kelanjutan belajar. 3. Penampilan berbagai usaha dan kreatifitas belajar sampai mencapai keberhasilan. 4. Kebebasan dan keleluasaan melakukan hal tersebut diatas tanpa tekanan guru atau pihak lain. 2.4.2 Pentingnya Keaktifan Belajar dalam Pembelajaran Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus mengoptimalkan tingkat keaktifan siswa, karena guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar siswa yang maksimal. Guru dapat mengoptimalkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dengan berbagai metode pengajaran. Semua cara atau metode mengajar yang digunakan oleh guru mengandung keaktifan pada siswa, meskipun kadar keaktifannya berbeda-beda. Terdapat kegiatan belajar dengan kadar keaktifan yang tinggi dan ada pula yang rendah. Disini terlihat bawa sesungguhnya belajar dapat dicapai melalui proses yang bersifat aktif meski kadar dengan yang berbeda. 2.5 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.5.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Menurut Wahyana (Trianto, 2010: 136) mengatakan bahwa ”IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.” Menurut Samantowa (2006), Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan. 17 Dapat disimpulkan dari beberapa pengertian beberapa ahli tersebut bahwa IPA merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang segala sesuatu yang ada di alam, dan pengetahuannya memiliki kebenaran melalui metode yang cirinya adalah obyektif, metodik, sistematis, universal, dan tentative. 2.5.2 Tujuan Pendidikan IPA di Sekolah Dasar Menurut Johnson, D & Johnson, R. (2003), tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah membangun rasa ingin tahu siswa, ketertarikan siswa tentang alam dan dirinya dan menyediakan kesempatan untuk mempraktekan metode ilmiah serta mengkomunikasikannya. Tujuan pendidikan ditetapkan untuk menentukan arah dan kegiatan pendidikan yang dilaksanakan. Tujuan pendidikan IPA di Indonesia dinyatakan dalam tujuan kurikuler mata pelajaran IPA Sekolah Dasar yang dinyatakan dalam Peraturan Menteri (PERMEN) No 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi sebagai cakupan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan. Tujuan kurikuler tersebut diuraikan secara rinci dalam lampiran standar isi PERMEN No 22 Tahun 2006, mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsepkonsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusanl; 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan dalam mememilhara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam semesta dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. 18 2.5.3 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006, mata pelajar IPA pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan 2. Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. 2.6 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Sedangkan menurut penelitian Aris Kukuh Prasetyo, tahun 2009/2010 dalam skripsinya yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas V Mta Pelajaran IPA Melalui Metode Discovery Di SDN Sidorejo Lor 05 Kecamatan Sidorejo Salatiga semester I Tahun Ajaran 2009/2010” menyatakan bahwa telah terjadi peningkatan prestasi belajar siswa dari kondisi awal, pelaksanaan siklus I hingga pelaksanaan siklus II. Pada kondisi awal menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa rata-rata 58,82 siklus I pertemuan keempat terjadi peningkatan rata-rata 82,50 sedangkan siklus II terjadi peningkatan prestasi beljar siswa yakni rata-rata 83,18. Dengan menerapkan discovery kedalam pembelajaran, maka prestasi belajar siswa kelas V mata pelajaran IPA SDN Sidorejo Lor 05 meningkat. Menurut Penelitian Umi Hanin, S.Pd, tahun 2013 dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Aktivitas Belajar IPA melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Pada Siswa Kelas IV SD N 01 Pudak Payung tahun 2013/2014 yang telah melakukan penelitian dengan menggunakan model discovery learning ini,diketahui bahwa hasil pre test dan post test diketahui adanya peningkatan proporsi jawaban benar. Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran juga menunjukkan ketercapaian pembelajaran yang efektif. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal juga dapat tercapai,terbukti nilai rata-rata Pre Test (59,78) an post test (85,65) sehingga terdapat 19 selisi antara pre test dan post test yaitu sebesar 25,87 atau telah mengalami peningkatan hasil prestasi belajar siswa sebesar 43,28%. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran IPA berorientasi pada pendekatan discovery learning efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA. Berdasarkan kajian diatas Metode Discovery Learning dapat meningkatkan prestasi belajar dan peningkatan aktivitas belajar, namun berdasarkan masalah yang ditemukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode discovery learning ini untuk meningkatkan hasil belajar dan aktifitas belajar siswa. 2.7 Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka, maka dapat digambarkan bagan kerangka berfikir sebagai berikut: 20 Kondisi awal Pembelajaran menggunakan metode Konvensional Pembelajaran kurang memeksimalkan keaktifan siswa didalam kelas. Hasil belajar IPA siswa di bawah KKM < 75 Siswa kurang terlibat secara aktif dalam kegiatanpembelajaran Di terapkan metode Discovery Learning Siklus I, siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siklus II, siswa lebih memahami dan dapat menemukaan sendiri materi yang sedang dipelajari Kondisi Akhir Melalui penerapan metode Discovery Learning dalam pembelajaran IPA maka keaktifan belajar dan hasil belajar siswa diharapkan dapat meningkat sehingga dapat mencapai ketuntasan belajar yang telah ditentukan yaitu ≥ 75 Gambar 2.1 Kerangka Berfikir 21 2.8 Hipotesis Penelitian atau Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: a. Cara meningkatkan hasil dan keaktifan belajar IPA menggunakan Metode Discovery Learning pada siswa kelas 5 SD Negeri Kumpulrejo 01 Salatiga adalah melalui beberapa tahapan yaitu menjelaskan tujuan, memberikan rangsangan, menyusun hipotesis, membuktikan, mengumpulkan data dan mengevaluasi kegiatan penemuan. Melalui tahapan metode Discovery Learning siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa juga menjadi meningkat. b. Penggunaan metode Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri Kumpulrejo 01 Salatiga Tahun 2013 / 2014.