kebijakan nuklir korea utara pada masa pemerintahan kim jong un

advertisement
KEBIJAKAN NUKLIR KOREA UTARA PADA MASA
PEMERINTAHAN KIM JONG UN
disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah Politik Internasional
Dosen Pengampu:
Dr. Nur Rachmat Yuliantoro & Ririn Tri Nurhayati, MA
Oleh:
Aresty Amalia Andini (23300)
Aldo Marchiano Kaligis (23895)
Fembiarta Binar Putra (23751)
Winandriyo Anggianto (23442)
Putri Atikasari
Tim Flicker (2012/01/M/IB/1204)
(23215)
G.A. Amanda Clarissa (23172)
M. Abie Zaidannas Suhud (23993)
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isu mengenai nuklir dan negara Korea Utara tampaknya masih menjadi sebuah isu
yang kontroversial. Negara yang masih menganut komunisme secara turun temurun ini
tampaknya tidak kunjung memancing banyak pemberitaan mengenai pergerakan nuklir
yang dikembangkannya. Hal ini salah satunya terlihat dari tindakan tidak konsisten Korea
Utara dalam menyikapi segala pertemuan maupun kesepakatan mengenai nuklir di ranah
forum internasional. Seperti yang diberitakan oleh harian The New York Times, Korea
Utara telah tercatat beberapa kali menyepakati perjanjian mengenai nuklir, khususnya
dengan Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya, namun kemudian Korea Utara pun
mundur dan/atau melanggar dari perjanjian-perjanjian tersebut. Seperti pada perjanjian
nuklir yang disepakati Korea Utara di tahun 1994 dengan Amerika Serikat, namun pada
akhirnya gagal karena Korea Utara melanggar di tahun 2002; kemudian juga pada
perjanjian nuklir di tahun 2005, di mana Korea Utara setuju untuk mengabaikan program
nuklirnya demi asistensi ekonomi dan insentif diplomatik dari negara-negara yang
tergabung dalam “six-party talks”, yang pada akhirnya perjanjian tersebut kembali
dilanggar oleh pihak Korea Utara1; begitu pula dengan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir
(Non Proliferation Treaty/NPT) yang sempat diratifikasi oleh Korea Utara, namun negara
ini kembali berubah pikiran dan mundur dari perjanjian tersebut.
Langkah-langkah Korea Utara yang tak kunjung pasti dalam setiap perjanjian dan
pertemuan yang membahas mengenai nuklir inilah yang kemudian membuat semakin
hangatnya kontroversi akan apa yang sebenarnya direncanakan oleh Korea Utara, yang
tentu saja tidak terlepas dari peranan sang pemimpin negara ini sebagai pembuat
kebijakan utama. Tercatat oleh sejarah bahwa Korea Utara semakin santer dikaitkan
dengan kontroversi kebijakan-kebijakan nuklirnya ketika berada di bawah pemerintahan
almarhum Kim Jong Il, yang notabene telah menguasai Korea Utara sejak ayahnya, Kim
Il Sung, meninggal di tahun 1994. Pemerintahan rezim keluarga Kim di negara ini
semakin hari semakin dinilai provokatif dan tertutup, setidaknya oleh media massa
internasional, terutama pada masa pemerintahan Kim Jong Il. Figur Kim Jong Il lantas
menjadi musuh besar bagi negara-negara anti-komunis seperti Amerika Serikat dan
1
North Korea (online),
diakses pada 10 April 2012.
http://topics.nytimes.com/top/news/international/countriesandterritories/northkorea/index.html
2
sekutunya. Ditambah lagi dengan minimnya pemberitaan akan apa saja yang terjadi di
Korea Utara seringkali membuat para negara-negara anti-komunis ini resah, sehingga
pertemuan-pertemuan yang membahas isu nuklir ini pun menjadi terus diadakan, dengan
harapan agar Korea Utara pada akhirnya dapat bersepakat dan kembali pada sikap nonproliferasi nuklir.
Kontroversi akan Korea Utara kini tidak hanya sebatas pada nuklir saja, melainkan
sedang terpusat pada nasib Korea Utara pasca meninggalnya Kim Jong Il di penghujung
tahun 2011 lalu. Pemimpin Korea Utara yang tertutup ini telah memilih dan
mem’program’ anak terakhirnya untuk menjadi suksesor Korea Utara selanjutnya.
Sebagaimana yang diberitakan oleh banyak media massa internasional, bahwa sejak tahun
2010, Kim Jong Un, yang sebelumnya disinyalir hampir tidak diketahui masa kecilnya,
telah dipersiapkan oleh Kim Jong Il untuk mengambil alih dan memimpin militer Korea
Utara, yang merupakan tulang punggung dari negara komunis ini. Kim Jong Un yang
telah diberi pangkat Jenderal Bintang 4 dan Wakil Direktur Komisi Pusat Militer Korea
Utara tersebut, kini menjadi seorang sosok yang sedang dicari tahu oleh orang banyak,
masyarakat internasional, terutama menyangkut bagaimana strateginya dalam memerintah
Korea Utara di masa depan, setelah ketiadaan komando dari ayahnya lagi.
Dalam paper ini, kelompok kami tertarik dengan kemisteriusan sosok Kim Jong Un
yang jarang dipublikasikan oleh almarhum ayahnya. Paper ini akan berusaha
memproyeksikan bagaimana pemerintahan Korea Utara di bawah komando “the Great
Successor” Kim Jong Un, dengan studi kasus yang juga tidak kalah kontroversial selama
ini, yaitu kebijakan nuklir Korea Utara. Paper yang terbatas dalam ruang lingkup masa
kepemimpinan Kim Jong Il dan periode awal kepemimpinan Kim Jong Un ini, kami
harapkan mampu menjawab, setidaknya, rasa keingintahuan kami mengenai rezim
kepemimpinan baru di Korea Utara tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Bagaimana Korea Utara di bawah pemerintahan Kim Jong Un dalam menghadapi
rezim Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir?
C.
Landasan Konseptual
3
Military Capabilities
Kemampuan militer merupakan salah satu aspek penting dalam pengambilan
suatu kebijakan, dalam kepahaman realis, militer adalah bidang penting yang harus
diperkuat dalam memenuhi kepentingan suatu negara, selain itu kemampuan perang
yang baik juga dapat menjamin keamanan nasional suatu negara. Dalam masalah
nuklir Korea Utara, pengembangan senjata nuklir bisa diapahami sebagai usaha
memperkuat kemampuan perang Korea Utara untuk menjamin keamanan wilayahnya
dan meningkatkan diplomasi senjata.
Rational Actor Model (RAM)
Dalam paper ini, kelompok kami akan menggunakan konsep Rational Actor
Model untuk menganalisis mengenai Korea Utara di bawah pemerintahan Kim Jongun terkait dengan kebijakan nuklirnya. Adapun konsep Rational Actor Model ialah
konsep yang berdasarkan teori Rational Choice, dimana menyatakan individu sebagai
unit analisis utama. Individu ini dilihat sebagai aktor yang mampu membuat suatu
keputusan berdasarkan skala prioritas dan opportunity cost. Dalam prakteknya, ada
beberapa proses yang dilakukan untuk mencapai sebuah kebijakan, diantaranya:
tujuan, alternatif, konsekuensi, dan pilihan.2
1. tujuan, sasaran dan tujuan dari agen rasional diterjemahkan sebagai fungsi
“payoff” atau “kegunaan” atau “preferensi”, yang menyatakan “nilai” atau
“kegunaan” dari sekumpulan alternatif konsekuensi;
2. alternatif, seorang agen rasional harus memilih di antara sekumpulan
alternatif yang ada di hadapannya dalam suatu situasi tertentu;
3. konsekuensi, setiap alternatif memiliki sekumpulan konsekuensi atau
outcomes pilihan yang akan terjadi jika suatu alternatif telah dipilih
4. pilihan, pilihan rasional secara sederhana merupakan hasil memilih alternatif
dengan tingkat keuntungan tertinggi bagi pembuat keputusan.
D.
Argumentasi Utama
Kelompok kami berpendapat bahwa Korea Utara di bawah rezim baru
kepemimpinan Kim Jong Un berpotensi untuk tetap berada pada jalur komunisme, yang
2
B. Vani. “Rational Actor Model in Political Science.” ICER journal (2002):2-6.
4
akan menomorsatukan pertahanan dan keamanan negara dengan memiliki militer dan
persenjataan yang kuat, dan karena kepentingan itulah Korea Utara tentu menganggap
pengadaan senjata nuklir adalah bentuk keadilan dan juga merupakan hak untuk
memperkuat pertahanan mereka. Selain itu, sikap pesimistif dan isolasi yang mereka
jalankan tentunya juga melahirkan prasangka-prasangka terhadap kekuatan-kekuatan
besar politik internasional seperti Amerika Serikat dan Eropa. Sehingga, analisis
sementara kami ialah bahwa dalam kebijakan nuklirnya, Korea Utara akan tetap
bersikukuh untuk tidak ikut kembali dalam rezim perjanjian internasional Non-Proliferasi
Nuklir, mengingat bahwa Kim Jong Un hingga saat ini masih memiliki ikatan yang kuat
dengan pendahulunya, hal ini bisa berarti garis besar haluan negara ini masih sama
dengan garis besar haluan negara pada saat Korea Utara berada di bawah kepemimpinan
almarhum Kim Jong Il.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fenomena Korea Utara dalam Non-Proliferation Treaty (NPT)
Perjanjian non-proliferasi senjata nuklir ini diinisiasi oleh lima negara pemilik senjata
nuklir – Amerika Serikat, Russia, Inggris, Perancis, dan Cina – untuk tidak memberikan
persenjataan nuklir dalam bentuk apapun kepada negara-negara lain. Pada artikel VI dalam
perjanjian tersebut, kelima negara tersebut juga memiliki kewajiban untuk melanjutkan
negosiasi dengan itikad baik atas langkah-langkah efektif yang berkaitan dengan penghentian
perlombaan senjata nuklir secepatnya dan pelucutan senjata nuklir, dan dalam perjanjian
secara keseluruhan dan pelucutan senjata dibawah pengawasan internasional yang ketat dan
efektif”3. Negara-negara yang tidak diizinkan menggunakan senjata nuklir memiliki
kewajiban untuk menerima perlindungan yang mengawasi potensi penyimpangan
penggunaan nuklir untuk tujuan damai menuju produksi senjata agresif yang dapat
membahayakan
keamanan
internasional.
Badan
yang
mengawasi
tersebut
adalah
International Atomic Energy Agency (IAEA). Sejauh ini, Non-Proliferation Treaty (NPT)
merupakan perjanjian pengendalian senjata yang paling diterima di dunia, karena hanya
Israel, India, dan Pakistan yang tidak menandatangani perjanjian ini. Sementara itu, Korea
Utara mengundurkan diri pada tahun 2003.
Tujuan pengembangan senjata nuklir di Korea Utara telah menjadi suatu masalah yang
dilematis sejak awal mereka bergabung dalam NPT. Korea Utara menganggap bahwa
program nuklirnya merupakan elemen inti dari pertahanan negaranya terhadap ancamanancaman konvensional dari para hegemon dunia. Selain itu, upaya pengembangan senjata
nuklir dinilai jauh lebih murah dibandingkan dengan konsep pertahanan negara barat yang
banyak menggunakan altileri dan tentara. Hal ini merupakan pertimbangan ekonomis, dengan
Korea Utara menyadari kondisi ekonomi mereka yang stagnan bahkan cenderung semakin
parah dari tahun ke tahun. Inkapabilitas IAEA dalam memastikan jumlah plutonium yang
berpotensi dijadikan senjata nuklir di Korea Utara pada tahun 1992 membuat Amerika
Serikat mengintervensi tugas tersebut. Pada 1994, terjadilah kesepakatan antar kedua negara
untuk membekukan program nuklir berbasis plutonium milik Korea Utara. Perjanjian tersebut
3
United
Nations,
The
Treaty
on
the
Non-Proliferation
<http://www.un.org/en/conf/npt/2005/npttreaty.html> , diakses pada 4 April 2012
of
Nuclear
Weapons
(online),
6
berlangsung hingga tahun 20024. Namun pada tahun tersebut, Amerika Serikat yang dipimpin
oleh rezim George W. Bush, melakukan tindakan yang konfrontatif dengan menyebut Korea
Utara memiliki program nuklir berbasis uranium yang mampu diformulasikan menjadi
senjata nuklir yang ofensif. Hal ini membuat Korea Utara, dibawah kepemimpinan Kim Jong
Il, mengundurkan diri dari NPT pada tahun 2003 dan menolak segala jenis intervensi
internasional baik dari PBB maupun IAEA5. Implikasi dari kejadian tersebut adalah
dibentuknya upaya resolusi konflik yang diinisiasi oleh Korea Selatan, Jepang, Russia, Cina,
dan Amerika Serikat bernama Six-Party Talks dan hingga kini, Korea Utara tidak lagi
tergabung ke dalam Non-Proliferation Treaty.
Six-party talks sendiri sebenarnya telah berlangsung selama 9 tahun, terhitung dari
tahun 2003 hingga kini. Namun, belum ada hasil yang benar-benar berhasil membuat Korea
Utara bersedia untuk melucuti senjata nuklir yang dimiliki negaranya. Perundingan ini pun
cenderung fluktuatif karena Korea Utara sempat beberapa kali menolak untuk melanjutkan
proses perundingan. Pada tahun 2005, Menteri Luar Negari Korea Utara mendeklarasikan
pengunduran diri negara tersebut dari Six-party talks6. Pada tahun yang sama pula, Korea
Utara secara eksplisit mempublikasikan program senjata nuklir yang mereka miliki. Namun
pada 19 September 2005, Korea Utara menyetujui untuk meninggalkan program nuklir
mereka, dengan bantuan pertahanan, keamanan, ekonomi, dan energi sebagai gantinya.
Namun pada keesokan harinya, Korea Utara justru mengatakan bahwa mereka tidak akan
menghentikan program apapun terkait dengan pengembangan nuklir apabila tidak ada
bantuan internasional yang mereka minta7. Mendengar hal tersebut, Amerika Serikat
memberikan sanksi finansial bagi bisnis Korea Utara. Namun hal tersebut tidak
menghentikan Korea Utara untuk melanjutkan program nuklirnya. Bahkan, negara tersebut
sempat beberapa kali melakukan percobaan nuklir pada kawasan Asia Timur.
Pada tahun 2006, Korea Utara meluncurkan tujuh misil yang berbeda untuk mencoba
kekuatan senjata nuklir yang mereka miliki8. Misil-misil tersebut dikabarkan mendarat ke
Laut Jepang, tidak jauh dari Hokkaido. Insiden tersebut terjadi pada tanggal 5 Juli 2006
4
W. L. Huntley, North Korea & the NPT (online) ', <http://www.fpif.org/reports/north_korea_the_npt> , diakses pada 4
April 2012
5
D.Chaffee,
North
Korea's
Withdrawal
from
Nonproliferation
Treaty
Official'
(online),
<http://www.wagingpeace.org/articles/2003/04/10_chaffee_korea-npt.htm> , diakses pada 4 April 2012
6
DPRK FM on Its Stand to Suspend Its Participation in Six-Party Talks for Indefinite Period' (online),
<http://www.kcna.co.jp/item/2005/200502/news02/11.htm#1> , diakses pada 4 April 2012
7
J.Kahn,
North
Korea
Says
It
Will
Abandon
Nuclear
Efforts
(online),
<http://www.nytimes.com/2005/09/19/international/asia/19korea.html> , diakses pada 4 April 2012
8
North Korea to Conduct 'Nuclear Test'’ (online), <http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/5402018.stm> , diakses pada 5
April 2012
7
waktu Korea Utara, yang berarti tanggal 4 Juli 2006 di Amerika Serikat. Hari itu bertepatan
dengan hari kemerdekaan Amerika Serikat, dan menimbulkan reaksi internasional secara
cepat. Kemudian pada tahun 2009, Korea Utara kembali melakukan hal serupa. Mereka
melakukan uji coba misil balistik ke Laut Jepang pada tanggal yang sama9. Hal tersebut
dilakukan satu minggu pasca perpanjangan sanksi ekonomi yang diberikan oleh Amerika
Serikat kepada Korea Utara. Korea Utara juga melaksanakan uji coba nuklir bawah tanah
pada tahun 2009. Para seismolog membenarkan bahwa uji coba itu menghasilkan gempa
dengan kekuatan 4,5 skala richter10. Setelah itu ada lagi uji coba yang dilakukan oleh Korea
Utara pada November 2010. Uji coba nuklir tersebut menewaskan dua marinir dan dua warga
sipil11. Implikasi dari kejadian tersebut antara lain ancaman pemberian sanksi ekonomi oleh
Jepang, Korea Selatan, dan tentunya Amerika Serikat.
Dan yang paling terkini adalah rencana peluncuran roket yang menurut Korea Utara
adalah roket pembawa satelit dan juga untuk ''tujuan damai'' yaitu merayakan hari kelahiran
pendiri Korea Utara Kim Il Sung pada 15 April12, namun sejumlah negara menduga
peluncuran itu adalah uji coba misil jarak jauh. Negara-negara tetangga Korea Utara yang
kemungkinan akan dilintasi roket itu telah melakukan berbagai persiapan. Korea Selatan dan
Jepang bahkan mengancam akan menembak jatuh roket itu jika mengancam wilayah kedua
negara tersebut. Sementara Filipina mulai mengalihkan rute penerbangan dan pelayarannya.
Menurut Hillary Clinton, roket tersebut juga merupakan ancaman langsung untuk terhadap
situasi keamanan regional.13
B. Kebijakan Nuklir dibawah Kim Jong Un
Tidak banyak yang dapat dijelaskan mengenai kebijakan nuklir di bawah pemerintahan
Kim Jong Un karena waktu pemerintahannya yang masih sangat singkat. Memang Kim Jong
Un telah mengeluarkan beberapa kebijakan tentang nuklir, namun hingga kini belum terdapat
kebijakan yang sangat spesifik terkait dengan keikutsertaan Korea Utara dalam rezim NPT.
9
North Korea missile tests defy UN' (online), <http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/8134115.stm> , diakses pada 5 April
2012
10
T.
Mulyono,
Dahsyat!
Uji
Coba
Nuklir
Korut
Timbulkan
Gempa
(online),
<http://internasional.kompas.com/read/2009/05/26/11003365/Dahsyat..Uji.Coba.Nuklir.Korut.Timbulkan.Gempa> , diakses
pada 5 April 2012
11
Timeline : Yeonpyeong Island Incident' (online), <http://www.2point6billion.com/news/2010/11/29/timeline-yeonpyeongisland-incident-8095.html>, diakses pada 5 April 2012
12
Tiga
Maskapai
Ubah
Jalur
Hindari
Roket
Korea
Utara
(online),
<
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/04/120410_airlinesnorthkorea.shtml> diakses pada 11 April 2012
13
Korea
Utara
Mulai
Isi
Bahan
Bakar
Roket
(online),
<
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/04/120410_northkorea.shtml> diakses pada 11 April 2012
8
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, The Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear
Weapons (NPT) adalah sebuah perjanjian internasional yang mengatur mengenai penggunaan
senjata nuklir di dunia. Semua anggota perjanjian ini dilarang untuk memperjual belikan,
mengembangkan, maupun membantu pengembangan senjata nuklir. Pengembangan nuklir
diperbolehkan untuk beberapa pengecualian seperti pengembangan energi dan pendidikan,
namun hal tersebut harus dilakukan di bawah pengawasan International Atomic Energy
Agency (IAEA). Lebih jauh lagi, perjanjian ini memiliki tujuan untuk mewujudkan pelucutan
senjata secara keseluruhan (disamarment) yang dimulai dari penurunan ketegangan
internasional serta rasa saling percaya satu sama lain.14 Salah satu cara untuk mewujudkan
hal ini adalah dengan tidak menggunakan nuklir.
Setelah meninggalnya Kim Jong Il pada akhir tahun 2011, Kim Jong Un diangkat untuk
menggantikan posisi ayahnya menjadi Presiden Korea Utara. Meski masyarakat Korea Utara
telah bersumpah untuk setia pada Kim Jong Un, banyak pihak meragukan kemampuannya
untuk memimpin Korea Utara. Hal ini disebabkan karena tidak seperti Kim Jong Il yang telah
memerintah sebelum Kim Il Sung wafat, Kim Jong Un diangkat secara mendadak dan belum
memiliki pengalaman sama sekali dalam mengatur negara. Kim Jong Un nampaknya
menyadari bahwa terdapat banyak pihak yang meragukannya. Untuk itu, Kim Jong Un
memilih untuk mengunci posisinya sebagai jenderal tertinggi angkatan bersenjata terlebih
dahulu dibandingkan menjadi pemimpin partai buruh atau ketua komisi pertahanan nasional.
Dengan menguasai militer, Kim Jong Un memastikan bahwa dirinya akan mewarisi alat
kontrol terpenting yang dimiliki negara juga kebijakan “military first” Kim Jong Il.15
Di bawah kepemimpinan Kim Jong Un, Korea Utara menyatakan tidak akan merubah
arah kebijakan baik dalam maupun luar negerinya. Bahkan pada akhir tahun 2011
pemerintahan Korea Utara mengumumkan melalui stasiun televisi nasional mereka:
" Our party will make no slightest vacillation and concession in implementing the
instructions and policies he laid out politicians around the world, including the puppet forces
in South Korea, that they should not expect any changes from in his lifetime and... will allow
no change in this process ...We declare solemnly and confidently that foolish us"16
Pernyataan ini tidak sepenuhnya benar atau salah. Akhir Februari 2012, Kim Jong Un
mengambil langkah yang dapat dikatakan tidak terlalu agresif. Langkah tersebut adalah
14
United Nations, The Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT) (online),
<http://www.un.org/en/conf/npt/2010/npttext.shtml> diakses pada 4 April 2012
15
S.H, Choe, ‘Kim Jong-un Named Leader of North Korean Army’, The New York Times, 31 Desember 2011, p. A9.
16
L. Williamson, Will North Korea change under Kim Jong-un? (online), 19 Januari 2012, BBC News Asia (online), <
http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-16607156> diakses pada 3 April 2012
9
menyetujui untuk menangguhkan tes senjata nuklir dan program pengayaan uranium yang
dimiliki Korea Utara, serta mengizinkan pemeriksa internasional untuk memeriksa bagian
utama mesin nuklir mereka. Tidak hanya itu, Kim Jong Un juga menyetujui untuk melakukan
moratorium terhadap uji coba misil jarak jauh Korea Utara. Sebagai konsesinya Kim Jong Un
menuntut sekitar dua ratus ribu ton bantuan makanan dari Amerika Serikat untuk Korea
Utara. Adanya persetujuan ini sempat mengundang optimisme karena selama bertahun-tahun
Korea Utara telah mengembangkan nuklirnya tanpa pengawasan. Selain itu, ini menunjukkan
bahwa pemimpin baru Korea Utara setidaknya memiliki kemauan untuk mempertimbangkan
negosiasi dan menjalin hubungan dengan Amerika Serikat.17
Namun tidak sampai sebulan persetujuan ini dicapai, Korea Utara kembali ke pola
perilaku agresif yang dimilikinya dengan mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan
satelit untuk mengorbit ke luar angkasa untuk memperingati 100 tahun Kim Il Sung.
Pernyataan ini tentu saja menghilangkan optimisme yang sempat dimiliki sebelumnya.
Dengan meluncurkan satelit ini, Korea Utara tidak mengindahkan Resolusi Dewan
Keamanan PBB yang berisi permintaan agar Korea Utara berhenti meluncurkan roket yang
menggunakan misil dengan jangkauan antar benua18 karena roket yang digunakan untuk
meluncurkan satelit luar angkasa ini adalah tipe yang sama digunakan untuk meluncurkan
senjata nuklir, meningkatkan kembali ketegangan yang sempat mereda antara Korea Utara
dan negara-negara yang terlibat khususnya Korea Selatan dan Amerika Serikat. Meskipun
Korea Utara menyatakan bahwa roket tersebut digunakan hanya untuk mengangkut satelit
cuaca, tetapi Amerika Serikat dan Korea Selatan mengatakan peluncuran tersebut adalah ujicoba misil balistik19. Presiden Amerika Barrack Obama telah menghimbau melalu media
bahwa tindakan tersebut bukan sesuatu yang seharusnya dilakukan dan hanya akan
memperparah isolasi Korea Utara dalam lingkungan internasional, namun Kim Jong Un tidak
terlihat akan merubah keputusannya. Perkembangan terakhir dari kasus ini terjadi akhir Maret
2012 ketika militer Korea Utara mulai memindahkan roket peluncur tersebut ke launching
pad menggunakan kereta dan mengisinya dengan bahan bakar, seakan tidak mengindahkan
17
S.L Meyers and S.H Choe, ‘North Koreans Agree to Freeze Nuclear Work; U.S. to Give Aid’ The New York Times, 1
Maret 2012, p. A1.
18
S.L Meyers and S.H Choe, ‘North Korea Says It Will Launch Satellite Into Orbit’ The New York Times, 17 Maret 2012, p.
A8.
19
Tribun News, Korea Utara Perlihatkan Roket kepada Pers Asing,12 April 2012 (online),
<http://www.tribunnews.com/2012/04/10/korea-utara-perlihatkan-roket-kepada-pers-asing> diakses pada 12
April 2012
10
segala himbauan yang diterima. Bahkan Korea utara mengundang 21 jurnalis dari berbagai
negara untuk meliput uji coba roket yang akan dilakukan pemerintah Korea Utara. oket yang
mengangkut satelit Kwang-Myong-Song akan diluncurkan sekitar tanggal 12 sampai 16
April, melalui roket jarak jauh Unha 3 dari Stasiun Satelit Sohae di wilayah Cholsan, Provinsi
Phyongan.20
C. Analisis
Fenomena Tindakan Korea Utara terkait penggunaan nuklir, mulai dari masukkeluarnya dari keanggotaan Non Proliferation Treaty (NPT), hingga uji coba-uji coba nuklir
telah menyulut ketegangan dunia Internasional, terutama Amerika Serikat. Terlebih lagi
ketika melihat kepemimpinan Kim Jong Un yang belum mencapai setengah tahun masa
pemerintahannya, namun sudah terlihat bahwa Kim Jong Un masih berusaha menjadi
suksesor pendahulunya, Kim Jong Il. Tindakan yang dilakukan Kim Jong Un mengapa Korea
Utara masih menggunakan dan mengembangakan senjata nuklir, yang dibuktikan mulai
keluar dari NPT pada tahun 2003, dan perkembangannya masih berlanjut hingga saat ini
dapat dianalisa menggunakan dua konsep, yang pertama adalah konsep Military Capablities
dan yang kedua adalah konsep Rational Actor Model (RAM).
Jika menggunakan pada konsep Military Capabilities, alasan Korea Utara di bawah
Kim Jong Un untuk tetap menggunakan senjata nuklirnya adalah untuk tetap menjaga
kapabilitas militernya. Kapabilitas militer Korea Utara yang jika dilihat dalam konteks
teknologi dan strategi terhitung masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain di
kawasan Asia. Maka dari itu, Korea Utara memberikan perhatian yang besar terhadap
program pengayaan senjata nuklirnya sebagai kompensasi atas lemahnya teknologi dan
strategi militernya. Jadi, wajar jika Korea Utara menjadikan senjata nuklir sebagai salah satu
upaya meningkatkan kapabilitas militernya hingga pemerintahan Kim Jong Un sekarang.
Military Capabilities, merujuk kepada Hinge (2000) bergantung kepada tiga faktor yang
saling berhubungan, yaitu kesiapan bertempur; kapabilitas yang berkelanjutan; dan struktur
organisasi militer.
20
Metrotvnews, Korut Undang 21 Jurnalis Liput Uji Coba Roket, 8 April 2012 (online),
<http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2012/04/08/148733/Korut-Undang-21-Jurnalis-Liput-Uji-CobaRoket/6> diakses pada 12 April 2012
11
Jika merujuk kepada ketiga faktor tersebut, alasan Kim Jong Un untuk tetap
menggunakan senjata nuklir dalam konteks kapabilitas militer dapat dipandang sebagai upaya
Korea Utara untuk meningkatkan kesiapan bertempurnya. Dengan kepemilikan senjata
nuklir, Korea Utara memiliki kesiapan tempur yang lebih tinggi dibandingkan jika Korea
Utara tidak memiliki senjata nuklir karena senjata nuklir dapat digunakan secara efektif
dengan efek yang sangat masif sehingga cocok digunakan untuk kondisi ofensif atau defensif.
Selain itu, kepemilikan senjata yang diprioritaskan oleh Korea Utara dapat menjaga
keberlanjutan kapabilitas militer Korea Utara sebagai kompensasi keberlanjutan kapabilitas
militer Korea Utara di bidang teknologi dan strategi yang cukup rendah. Terakhir, struktur
militer Korea Utara yang dikontrol oleh rezim otoriter juga memungkinkan penggunaan
senjata nuklir secara lebih mudah dan efektif. Hal ini dibuktikan dengan tindakan Kim Jong
Un dengan mengunci kedudukannya sebagai pimpinan tertinggi militer Korea Utara. Kim
Jong Un masih mempertimbangkan bahwa militer masih menjadi faktor yang paling penting
dalam meningkatkan stabilitas Korea Utara.
Lebih jauh lagi, kapabilitas militer Korea Utara tanpa senjata nuklirnya tidak cukup
kuat untuk memberikan Korea Utara pengaruh dan bargaining power yang cukup di
kawasan. Korea Utara beberapa kali mengeluarkan kebijakan militer dan politik yang
provokatif, namun Korea Utara nyaris tidak pernah takut. Pengaruh dan bargaining power
Korea Utara saat ini lebih banyak diperoleh melalui kepemilikan senjata nuklir Korea Utara
dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya seperti faktor ekonomi dan politik. Maka dari itu,
kapabilitas militer Korea Utara yang diperkuat oleh kepemilikan senjata nuklir menjadi
sangat penting bagi Korea Utara dalam kebijakan politik internasionalnya.
Tindakan Kim Jong Un yang masih menggunakan dan mengembangkan senjata nuklir
juga dapat dianalisa menggunakan konsep Rational Actor Model (RAM) untuk melihat
rasionalitas Kim Jong Un dalam memutuskan untuk tetap menggunakan Korea Utara.
Berdasar pada konsep RAM, kita dapat membedah tindakan Kim Jong Un sebagai berikut:
a.
Tujuan
Tujuan sering diartikan sebagai payoff atau hasil akhir yang hendak diperoleh.
Ketika melihat fenomena penggunaan dan pengembangan nuklir yang dilakaukan
oleh Korea Utara, terutama saat kepemimpinan Kim Jong Un, kita dapat melihat
tujuan dasar atas tindakan tersebut. Setidaknya terdapat tiga tujuan utama: Pertama,
Korea Utara ingin mencapai stabilitas keamanan, salah satunya dengan cara
12
penguatan kekuatan militer. Hal ini sekaligus menjadi dasar untuk menguatkan Rezim
Kim Jong Un (mengingat salah satu startegi Kim Jong Un adalah Military First).
Yang kedua, Korea Utara ingin menaikkan bargaining position Korea Utara di mata
internasional. Dan yang ketiga, Rezim Kim Jong Un ingin mencapai tujuan diplomasi
politik.
b.
Alternatif
Alternatif yang dimiliki Kim Jong Un, antara lain kembali masuk dalam NPT,
atau bersikukuh untuk tidak masuk dalam NPT.
c. Konsekuensi
Ketika Korea Utara memutuskan untuk kembali mengikuti perjanjian NPT,
maka dampak positif yang dapat diterima adalah tekanan ke Korea Utara semakin
berkurang karena dengan menyetujui NPT, berarti Korea Utara tidak akan
menggunakan NPT. Selain itu, ketegangan yang terjadi di semenanjung korea
semakin berkurang. Namun dampak negatifnya adalah keputusan ini justru
bertentangan dengan tujuan Korea Utara dalam menaikkan posisi daya tawarnya. NPT
justru menjadi penghambat mengingat rezim ini menjadi alat untuk mengekang Korea
Utara dalam berkreasi terhadap teknologinya, sehingga ditakutkan justru terjadi
situasi unballance ower, terutama dimasa pemerintahan Kim Jong Un yang relatif
masih baru, kepentingan-kepentingan yang menekan Korea Utara sangatlah besar.
Salah satunya adalah kepentingan Amerika Serikat yang memiliki ideologi
berlawanan dengan Korea Utara yang komunis. David Anderson dan Robert Ogden
berkata: “Since 2001, The Bush Administration has been following an ineffective
foreign policy towards North Korea.”21 Dalam hal ini, Amerika Serikat hanya
berusaha untuk mengontrol Korea Utara, bukan menciptakan stabilitas keamanan di
negara komunis tersebut.
Ketika Korea Utara memilih untuk tetap bersikukuh untuk tetap menggunakan
nuklir dan tidak kembali bergabung dalam NPT juga memiliki konsekuensi. Secara
positif, tindakan ini sejalan dengan tujuan Korea Utara. Untuk tetap menjaga
pemerintahan rezim baru, Kim Jong Un tetap menggunakan nuklir sebagai salah satu
alat politik, dimana dalam pembahasan sebelumnya, nuklir digunakan sebagai
21
M. Fackler, ‘Obama Softens US Stance on North Korea’, The New York Times,(online), Nopermber 10, 2011.
<http://www.nytimes.com/2010/11/12/world/asia/12korea.html> diakses pada 11 April 2012
13
ancaman untuk mendapatkan bantuan internasional. Iklim Asia Timur yang rentan
akan instabilitas politik dan keamanan akibat konflik dengan negara tetangga yang
ditambah dengan campur tangan pihak asing dalam masalah regional, membuat Korea
Utara merasa harus melindungi negaranya dengan kepemilikan nuklir serta
melakukan uji coba sebagai bentuk ancaman nyata bahwa mereka adalah negara yang
tidak dapat dipandang sebelah mata. Cina sebagai sekutu Korea Utara juga tidak lagi
mendukung Korea Utara sebagai sekutu. Korea Utara yang merasa tidak lagi memiliki
backup semakin bersikukuh untuk tetap menggunakan nuklir. Sementara itu, nuklir
juga digunakan sebagai alat untuk meningkatkan bargaining position. Mereka
menunjukkan kekuatan nuklirnya pada publik internasional sebagai bentuk penciptaan
image kekuatan baru dunia yang perlu diwaspadai dan diperhitungkan. Hal ini
didukung dengan kenyataan bahwa Korea Utara sebelumnya adalah negara yang
seringkali diembargo dan dipandang sebelah mata oleh negara-negara lain, terutama
sekutu-sekutu Amerika. Korea Utara menjadikan kekuatan nuklirnya sebagai alat
tawar terutama terhadap Amerika dan sekutunya dalam tuntutan pencabutan
embargo.22
Dan yang ketiga, kekuatan militer dan program nuklir itu bisa menjamin
keuntungan ekonomi melalui diplomasi politis yang dilakukan, terutama dengan
Amerika Serikat. Korea Utara dapat mengajak Amerika Serikat dalam suatu meja
perundingan dan berhasil mendapat bantuan seperti program bantuan pangan dan
pendanaan yang sangat dibutuhkan sebagai negara miskin. Sebagaimana contoh
konsesi yang diberikan Korea Utara seperti penghentian sementara program nuklirnya
atau izin inspeksi IAEA dilakukan dengan imbalan bantuan makanan dan bahan bakar
dari China dan Korea Selatan.23
Sementara dampak negatif yang diterima Korea Utara dari alternatif ini adalah
adanya tekanan dari pihak internasional untuk terus menerus mengutuk perbuatan
Korea Utara, seperti yang dilakukan oleh Barrack Obama ketika menghimbau Korea
Utara untuk tidak melakukan peluncuran roket. Amerika Serikat mengatakan
peluncuran itu akan melanggar satu resolusi Dewan Keamanan PBB, karena diklaim
22
‘North
Korean
Nuclear
Program’,
New
York
Times,
(online),
<http://topics.nytimes.com/top/news/international/countriesandterritories/northkorea/nuclear_program/index.html>, agustus
2011, diakses pada 10 April 2012.
23
A.
Purwono,
Drama
Berulang
Semenanjung
Korea,
11
April
2012
(online)
<http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/04/11/182920/10/Drama-Berulang-Semenanjung-Korea>
diakses pada 10 April 2012.
14
merupakan uji coba misil jarak jauh. Jepang dan Korea Selatan juga mengutuk
peluncuran tersebut.24 Dampak negatif lainnya adalah adanya fenomena security
dilemma, dimana ketika Korea Utara mencoba untuk meningkatkan kapabilitas
nuklirnya, akan mendorong negara-negara tetangga untuk ikut meningkatkan
kapabilitas militernya untuk mengimbangi kekuatan Korea Utara. Jepang mengatakan
akan memperkuat kemampuan pertahanannya dalam menanggapi peluncuran dan
memperingatkan Korea Utara mungkin akan menembak jatuh roket itu jika melanggar
wilayahnya.25 Selain itu, peningkatan kapabilitas militer juga terjadi di Korea Selatan,
dimana Korea Selatan dan Amerika Serikat mulai menggelar latihan militer Key
Resolve, sejenis latihan pertahanan dan latihan pos komando yang dilaksanakan mulai
tanggal 27 Februari hingga 30 April 2012.26
d.
Pilihan
Berdasarkan kalkulasi untung-rugi dua alternatif yang dapat dianalisa, apakah
Kim Jong Un akan bergabung dengan NPT atau justru masih akan menolak NPT,
dapat disimpulkan bahwa Kim Jong Un secara rasional memilih untuk tidak
bergabung dengan NPT karena tingkat keuntungan yang lebih besar daripada ketika
Kim Jong Un memilih untuk bergabung dengan NPT. Tidak bergabungnya Korea
Utara dalam NPT masih menjadi hal yang relevan dengan tujuan Korea Utara,
terutama untuk meningkatkan stabilitas keamanan dalam negeri, mengingat eskalasi
konflik di wilayah Asia Timur yang menuntut korea Utara harus memiliki “tameng”
sekaligus alat untuk tetap bertahan. Nuklir juga dijadikan sarana untuk meningkatkan
daya tawar, terbukti Korea pernah melakukan negosiasi, dimana Korea Utara
mendapatkan 200.000 ton bantuan makanan dari Amerika Serikat apabila melakukan
moratorium uji coba misil jarak jauh. Sementara untuk mengantisipasi dampak negatif
dari tekanan Internasional, Kim Jong Un memilih menggunakan startegi yang tidak
terlalu agresif, tidak seperti pendahulunya. Kim Jong Un memilih untuk tetap
menggunakan dan mengembangkan nukir, namun apabila terdapat negosiasi yang
menguntungkan namun tidak merugikan Korea Utara, seperti penangguhan uji coba
24
Antara
News,
‘Pentagon
Desak
Korut
Hentikan
Rencana
Peluncuran
Rudal’
(online),
<http://id.berita.yahoo.com/pentagon-desak-korut-hentikan-rencana-peluncuran-rudal-075523071.html> diakses pada 10
April 2012.
25
Antara
News,
‘Pentagon
Desak
Korut
Hentikan
Rencana
Peluncuran
Rudal’
(online),
<http://id.berita.yahoo.com/pentagon-desak-korut-hentikan-rencana-peluncuran-rudal-075523071.html> diakses pada 10
April 2012.
26
KBS World, Latihan militer tahunan antara Korea Selatan dan AS digelar mulai tgl. 27 Februari, 27 Februari 2012
(online), <http://world.kbs.co.kr/indonesian/news/news_newsthema_detail.htm?No=37384&id=newsthema> diakses pada
10 April 2012.
15
nuklir dan program pengayaan uranium serta mengizinkan pemeriksa internasional
untuk memeriksa bagian utama mesin nuklir dengan imbalan Korea Utara mendapat
bantuan internasional, akan diterima oleh Korea Utara, karena pada kenyataannya
Korea Utara tetap bersikukuh untuk mengembangkan nuklir, seperti yang terjadi pada
bulan Maret 2012, dimana Korea Utara mulai memindahkan roket peluncur tersebut
ke launching pad. Tindakan Korea Utara untuk mengundang 21 jurnalis dari berbagai
negara untuk meliput peluncuran roket merupakan suatu tindakan untuk
memperlihatkan pada dunia Internasional bahwa korea Utara secara tegas masih akan
bertahan untuk tidak mengikuti aturan rezim NPT.
Dengan menganalisa tindakan Korea Utara dibawah kepemimpinan Kim Jong Un
melalui dua konsep, kita dapat melihat Kim Jong Un menjadi aktor yang rasional untuk tetap
mempertahankan pengembangan nuklir Korea Utara dan tidak menandatangani perjanjian
NPT, yang pertama adalah karena Korea Utara masih ingin mempertahankan kemampuan
militernya, dan yang kedua nukir digunakan sebagai alat untuk mencapai kepentingan politik,
mulai dari mempertahankan rezim berkuasa, meningkatkan bargaining position, serta
digunakan sebagai alat diplomasi politik yang menguntungkan Korea Utara.
16
BAB III
KESIMPULAN
Melalui tindakan Kim Jong Un saat ini, dapat diproyeksikan bahwa dalam beberapa
waktu kedepan Korea Utara di bawah Kim Jong Un masih bersikukuh untuk tetap tidak
bergabung dalam NPT karena tingkat keuntungan yang lebih besar daripada ketika memilih
untuk bergabung dengan NPT, antara lain adalah sikap rasional KimJong Un dalam
menggunakan NPT sebagai alat politiknya, diantaranya adalah untuk mempertahankan rezim,
selain itu karena basis negara tersebut adalah komunisme dan military oriented sehingga
nuklir tersebut digunakan untuk melakukan pertahanan sekaligus untuk memperkuat
bargaining position, serta nuklir digunakan sebagai alat diplomasi politik yang
menguntungkan Korea Utara. Ditambah lagi dengan situasi di kawasan Asia Timur yang
rentan akan instabilitas politik dan keamanan akibat konflik dengan negara tetangga dan juga
intervensi dari pihak asing dalam konteks regional, membuat Korea Utara merasa harus
melindungi negaranya dengan kepemilikan dan uji coba nuklir dengan tujuan supaya negaranegara lain tahu bahwa Korea Utara adalah Negara yang patut diperhitungkan.
Roket yang rencananya akan diluncurkan pada 15 April 2012 mendatang
mengindikasikan bahwa Kim Jong Un tidak menghormati persetujuan yang jelas-jelas sudah
dibuat bersama Amerika Serikat. Korea Utara yang mengundang 21 jurnalis dari berbagai
negara juga mengindikasikan bahwa Korea ingin memperlihatkan kekuatannya pada dunia
internasional, terutama dalm hal kepemilikan teknologi roket. Jika ingin melihat lebih jauh
lagi, dengan peluncuran roket itu maka dunia internasional, terutama Amerika Serikat
kehilangan kepercayaan yang bisa saja berdampak pada penolakan Amerika Serikat jika
Korea Utara akan bergabung lagi dengan NPT.
Sehingga, tindakan Kim Jong Un dianggap rasional karena tindakannya untuk tidak
bergabung dengan NPT justru menjadi situasi yang menguntungkan. Kim Jong Un masih
berpandangan pada garis kebijakan negara seperti pendahulunya dan juga karena pada
dasarnya basis negara Korea Utara yang military oriented, maka sesuai dengan konsep
military capabilities, maka rezim baru dibawah kepemimpinan Kim Jong Un berpotensi
untuk tetap berada pada jalur komunisme, yang akan mengedepankan pertahanan dan
keamanan negara dengan memiliki militer dan persenjataan yang kuat.
17
DAFTAR PUSTAKA
Pustaka Literatur
Choe, S.H, ‘Kim Jong-un Named Leader of North Korean Army’, The New York Times, 31
Desember 2011
Meyers, S.L and S.H Choe, ‘North Koreans Agree to Freeze Nuclear Work; U.S. to Give
Aid’, The New York Times, 1 Maret 2012
Meyers, S.L and S.H Choe, ‘North Korea Says It Will Launch Satellite Into Orbit’ The New
York Times, 17 Maret 2012.
Pustaka Online
Antara News, Pentagon Desak Korut Hentikan Rencana Peluncuran Rudal (online),
<http://id.berita.yahoo.com/pentagon-desak-korut-hentikan-rencana-peluncuran-rudal075523071.html>
Chaffee, D., North Korea's Withdrawal from Nonproliferation Treaty Official (online),
<http://www.wagingpeace.org/articles/2003/04/10_chaffee_korea-npt.htm>
Department for Disarmament Affairs, United Nations, The Treaty on the Non-Proliferation of
Nuclear Weapons'(online), <http://www.un.org/en/conf/npt/2005/npttreaty.html>
DPRK FM on Its Stand to Suspend Its Participation in Six-Party Talks for Indefinite Period
(online), <http://www.kcna.co.jp/item/2005/200502/news02/11.htm#1>
Fackler, M., Obama Softens US Stance on North Korea, The New York Times (online), 10
November 2011,
<http://www.nytimes.com/2010/11/12/world/asia/12korea.html > diakses 11 April 2012
Huntley,
W.
L.,
North
Korea
&
the
NPT'(online),
<http://www.fpif.org/reports/north_korea_the_npt>
Kahn,
J.,
North
Korea
Says
It
Will
Abandon
Nuclear
Efforts
(online),
<http://www.nytimes.com/2005/09/19/international/asia/19korea.html>
KBS World, Latihan militer tahunan antara Korea Selatan dan AS digelar mulai tgl. 27
Februari,
27
Februari
2012
(online),
<http://world.kbs.co.kr/indonesian/news/news_newsthema_detail.htm?No=37384&id=
newsthema>
18
Korea
Utara
Mulai
Isi
Bahan
Bakar
(online),
Roket
<http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/04/120410_northkorea.shtml>
Metrotvnews, Korut Undang 21 Jurnalis Liput Uji Coba Roket, 8 April 2012 (online),
<http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2012/04/08/148733/Korut-Undang-21Jurnalis-Liput-Uji-Coba-Roket/6>
Mulyono,
T.,
Dahsyat!
Uji
Coba
Nuklir
Korut
Timbulkan
Gempa
(online),
<http://internasional.kompas.com/read/2009/05/26/11003365/Dahsyat..Uji.Coba.Nukli
r.Korut.Timbulkan.Gempa>
New
York
Times,
North
Korean
Nuclear
Agustus
Progra,
2011
(online),
<http://topics.nytimes.com/top/news/international/countriesandterritories/northkorea/n
uclear_program/index.html>
North
Korea’s
Nuclear
Path
Under
Kim
(online),
Jong-il
<http://topics.nytimes.com/top/news/international/countriesandterritories/northkorea/in
dex.html>
North Korea to Conduct 'Nuclear Test' (online), <http://news.bbc.co.uk/2/hi/asiapacific/5402018.stm>
North
Korea
missile
tests
defy
UN(online),
<http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-
pacific/8134115.stm>
Purwono,
A.,
Drama
Berulang
Semenanjung
Korea,
11
April
2012
(online)
<http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/04/11/182920/10/Dram
a-Berulang-Semenanjung-Korea>
Tiga
Maskapai
Ubah
Jalur
Hindari
Roket
Korea
Utara
(online),
<
<http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/04/120410_airlinesnorthkorea.shtml>
Timeline
:
Yeonpyeong
Island
Incident
(online),
<http://www.2point6billion.com/news/2010/11/29/timeline-yeonpyeong-islandincident-8095.html>
Tribun News, Korea Utara Perlihatkan Roket kepada Pers Asing,12 April 2012 (online),
<http://www.tribunnews.com/2012/04/10/korea-utara-perlihatkan-roket-kepada-persasing>
United Nations, The Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT) (online),
<http://www.un.org/en/conf/npt/2010/npttext.shtml>
19
Williamson, L., Will North Korea change under Kim Jong-un?, BBC News Asia (online), 19
Januari 2012 < http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-16607156>
20
Download