II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Sistem Informasi Sumber Daya Manusia (SISDM) merupakan sebuah sistem yang bertujuan untuk menggabungkan aktivitas yang berhubungan dengan manajemen sumber daya manusia (SDM) dan teknologi informasi (TI) ke dalam satu database umum melalui penggunaan sumber daya perangkat lunak. Tujuan dari HRIS adalah menggabungkan bagian-bagian berbeda dari manajemen sumber daya manusia, termasuk gaji, produktivitas tenaga kerja, dan lainnya (Andrews, 2009). Menurut Marimin, et al. (2006), sistem informasi manajemen sumber daya manusia adalah prosedur semantik untuk mengumpulkan, menyimpan, mempertahankan, menarik, dan memvalidasi data yang dibutuhkan oleh organisasi tentang sumber daya manusia, aktivitasaktivitas personalia, dan karakteristik unit organisasi. Sistem informasi ini memungkinkan organisasi menyimpan data persediaan keahlian-keahlian (skill inventory) dan persediaan manajemen (manajmen inventory) sesuai dengan kebutuhan SDM. Secara umum, SISDM dibagi menjadi tiga tipe. Tipe yang pertama adalah SISDM operasional dimana di dalamnya digunakan untuk aktivitas adminitrasi, seperti payroll dan administrasi data karyawan (data personal karyawan, deskripsi pekerjaan, dan perekapan cuti). Tipe kedua merupakan SIDM relasional yang mampu manangani proses manajemen SDM yang lebih kompleks, misalnya adalah sistem rekrutmen dan seleksi, sistem training dan pengembangan karyawan, serta sistem manajemen performa. Tipe ketiga adalah SISDM strategis yang di dalamnya termasuk manajemen kompetensi strategis, manajemen reorientasi, atau aplikasi penilaian skill professional (Bondarouk, et al., 2004). Menurut O’Brein (2004) dalam Marimin, et al. (2006), sistem informasi pada umumnya terdiri dari lima komponen utama, yaitu sumber daya manusia (people resource), sumber daya perangkat lunak (software resource), sumber daya perangkat keras (hardware resource), sumber daya data (data resource), dan sumber daya jaringan (network resource). SISDM menggunakan kelima komponen tersebut untuk melakukan input, proses data, output, penyimpanan, dan pengendalian aktivitas dalam mengubah sumber daya data menjadi sebuah informasi. 1. Sumber Daya Manusia (People Resource) Sumber Daya Manusia diperlukan untuk pengelolaan sistem informasi. Secara garis besar, sumber daya manusia ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu end users atau pengguna akhir dan spesialis sistem informasi. Pengguna akhir adalah orang-orang yang menggunakan sistem informasi, sedangkan spesialis sistem informasi adalah orang-orang yang melakukan pembangunan atau pengembangan sistem informasi yang di dalamnya termasuk analis sistem, software developer, dan operator. 2. Sumber daya perangkat lunak (Software Resource) Sumber daya perangkat lunak dapat diartikan sebagai segala hal yang diperlukan dalam instruksi pemrosesan informasi. Perangkat lunak yang dimaksud bukan hanya berupa 3 program yang secara langsung dapat dioperasikan dan mengendalikan komputer, akan tetapi juga berupa prosedur yang diperlukan dalam sistem informasi. Perangkat lunak secara umum dapat dibagi menjadi empat jenis utama, yaitu : a. Perangkat lunak sistem, seperti sistem operasi (misalnya Ms. Windows dan Linux) yang mengendalikan dan mendukung bekerjanya komputer. Selain sistem operasi, yang juga termasuk perangkat lunak sistem adalah sistem utilitas (antivirus, Norton utilities, dll) dan sistem komunikasi. b. Perangkat lunak aplikasi, yaitu program yang secara langsung dapat melakukan prosesproses yang ada dalam komputer. Perangkat lunak aplikasi umum seperti spreadsheet, word processing, dan lain-lain. Perangkat lunak aplikasi khusus yaitu program-program yang secara spesifik diciptakan untuk aplikasi tertentu. c. Perangkat lunak bahasa pemrograman, yaitu perangkat lunak yang digunakan dalam pembuatan program misalnya Visual Basic, COBOL, Fortran, Visual Fox Pro, C++, PHP, dan lain-lain. d. Prosedur, yaitu berupa instruksi atau petunjuk operasi bagi pengguna untuk menjalankan sistem operasi atau langkah-langkah penggunaan sistem operasi atau langkah-langkah penggunaan sistem atau dokumentasi prosedur atau proses sistem, buku penuntun operasional (aplikasi) dan teknis. 3. Sumber Daya Perangkat Keras (Hardware Resource) Perangkat keras merupakan istilah menyeluruh untuk semua bagian fisik komputer, perangkat keras bukan hanya berupa mesin, akan tetapi juga termasuk media data. Perangkat keras secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Sistem komputer yang keberadaanya terdapat di dalam CPU seperti mikroprosesor dan berbagai macam perlengkapan atau terminal untuk interkoneksi. b. Periperal komputer, yaitu peralatan yang dipergunakan untuk melakukan input data atau perintah (keyboard dan mouse), menampilkan output informasi (video screen dan printer), serta untuk penyimpanan data seperti magnetic atau optical disk. 4. Sumber Daya Data (Data Resource) Sumber daya data merupakan komponen dasar dari informasi yang akan diproses lebih lanjut untuk menghasilkan informasi. Data yang dimaksud biasanya dapat diorganisasi, disimpan, dan diakses dengan berbagai teknologi manajemen data dalam bentuk database dan knowledge base. Database yaitu data yang telah diorganisasi dan diproses, sedangkan knowledge base yaitu data yang berisi mengenai fakta-fakta yang ada dan aturan-aturan (rules) yang memungkinkan untuk penarikan kesimpulan. Knowledge base dalam SISDM dapat berupa aturan-aturan kepegawaian seperti aturan kenaikan pangkat, promosi jabatan, pemberhentian, dan lain-lain. 5. Sumber Daya Jaringan (Network Resource) Sumber daya jaringan merupakan salah satu komponen yang menyusun sistem informasi. Sumber daya jaringan menekankan pada teknologi komunikasi dan jaringan yang 4 merupakan bagian dari sumber daya yang penting dalam sisten informasi. Sumber daya jaringan terdiri dari. c. Media komunikasi, misalnya kabel UTP, coaxial, fiber optic, dan cellular. d. Pendukung jaringan, berupa berbagai perangkat keras, perangkat lunak, dan data teknologi yang diperlukan untuk mendukung penggunaan dan operasi sebuah jaringan komunikasi. Misalnya, processor komunikasi seperti modem dan internetwork processor, perangkat lunak pengendali komunikasi seperti Network Operating System (NOS) dan Internet Browser Package. 2.2. Analisis dan Desain Sistem Informasi Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikanperbaikan. Proses analisis sistem dalam pengembangan sistem informasi merupakan suatu prosedur yang dilakukan untuk pemeriksaan masalah dan penyusunan pemecahan masalah yang timbul serta membuat spesifikasi sistem yang baru (Sutabri, 2004). Analisa sistem merupakan suatu cara yang ditempuh untuk menganalisa data yang diperoleh dalam suatu proses guna menghasilkan suatu keluaran yang diinginkan (McLeod, 1999). Menurut Kadir (2003), terdapat langkah-langkah dasar yang harus dilakukan oleh analis sistem yaitu sebagai berikut: a. Identify, yaitu mengidentifikasikan masalah yang dihadapi yang kemudian akan dijadikan sistem informasi, meliputi penyebab masalah, titik keputusan, dan personil-personil kunci. b. Understand, yaitu memahami kerja dari sistem yang ada. Kegiatan ini meliputi menentukan jenis penelitian, merencanakan jadwal penelitian, mengatur jadwal wawancara, mengatur jadwal observasi, mengatur jadwal pengambilan sampel, membuat penugasan penelitian, membuat agenda wawancara, dan mengumpulkan hasil penelitian c. Analyze, yaitu menganalis sistem yang akan dibangun baik menganalisis kelemahan sistem maupun kebutuhan informasi pemakai atau manajemen d. Report, yaitu membuat laporan hasil analisis yang bertujuan untuk melaporkan bahwa analisis telah selesai dilakukan, meluruskan kesalahpengertian mengenai apa yang telah ditemukan dan dianalisis oleh analis sistem tetapi tidak sesuai menurut manajemen, meminta pendapat-pendapat dan saran-saran dari pihak manajemen, dan meminta persetujuan kepada pihak manajemen untuk melakukan tindakan selanjutnya. Tahap analisis sistem dilakukan sebelum tahap desain sistem (system design). Tahap analisis merupakan tahap yang kritis dan sangat penting, karena kesalahan di dalam tahap ini akan menyebabkan juga kesalahan ditahap selanjutnya (Jogiyanto, 2001). Analisis sistem merupakan kegiatan dimana seorang analis mendefinisikan sistem aktual yang berjalan sebelumnya dan apa yang diinginkan pengguna untuk sistem yang baru. Analisis sistem terdiri dari proses menetapkan kebutuhan dan menyusun kebutuhan sistem. Analisis sistem kemudian dilanjutkan dengan menrancang atau mendesain sistem yang akan dibangun dimana tahapan ini terdiri dari dua aktivitas penting, yaitu perancangan antarmuka pengguna dan perancangan database (Valacich, et al., 2012). 5 Analisis dan desain sistem menggunakan pendekatan berorientasi objek dapat menawarkan sebuah pendekatan yang mendukung metode yang logik, cepat, serta teliti untuk menciptakan sistem baru yang responsif. Teknik ini dapat bekerja dengan baik dalam keadaan dimana sistem informasi yang rumit menjalani pemeriksaan terus menerus, penyesuaian, dan perancangan ulang (Kendall dan Kendall, 2003). 2.3. Unified Modeling Language (UML) Menurut Kendall dan Kendall (2003), UML adalah suatu bahasa testandarisasi yang digunakan dalam analisis dan desain sistem berorientasi objek. Perlengkapan UML meliputi diagram-diagram yang memudahkan seorang analis untuk memvisualisasikan konstruksi sistem berorientasi objek. UML merupakan alat yang sangat baik untuk meningkatkan kualitas analisis dan perancangan suatu sistem sehingga dapat menciptakan suatu sistem yang bekualitas tinggi. Bennett, et al., (2001) menambahkan bahwa UML adalah bahasa visual yang menyediakan cara bagi orang untuk menganalisis dan mendesain sebuah sistem berorientasi objek yang bertujuan untuk menvisualisasi, konstruksi, dan dokumentasi proses pembuatan sistem. Keunggulan utama yang dimiliki pemodelan ini adalah kemampuannya dalam memodelkan menyerupai kehidupan nyata, sehingga sistem yang dihasilkan mempunyai kelebihan sebagai berikut: 1. Mempunyai sifat lebih natural, karena umumnya manusia berfikir dalam bentuk objek 2. Pembuatan sistem memakan waktu lebih cepat 3. Memudahkan dalam proses pemeliharaan sistem, karena jika ada kesalahan, perbaikan hanya dilakukan pada bagian tersebut, tidak perlu mengurutkan dari awal Menurut Nugraha (2002), pada dasarnya UML memuat diagram-diagram pemodelan sistem yang terdiri dari diagram-diagram sebagai berikut dimana dalam prakteknya tidak semua diagram harus dibuat melainkan disesuaikan dengan kebutuhan dan kompleksitas sistem yang akan dikembangkan: 1. Usecase diagram (diagram kasus) 2. Class diagram (diagram kelas) 3. Object diagram (diagram objek) 4. Statechart diagram (diagram status) 5. Activity diagram (diagram aktivitas) 6. Sequence diagram (diagram urutan ) 7. Component diagram (diagram komponen) 8. Deployment diagram (diagram penggunaan) 9. Collaboration diagram (diagram kolaborasi) Menurut Kendall dan Kendall (2011), Unified Modeling Language merupakan bahasa terstandarisasi yang digunakan untuk memodelkan suatu sistem dan memecah suatu sistem berorientasi objek menjadi sebuah model kasus (usecase) dengan pendekatan Object Oriented Programming (OOP). Pengembangan sistem berbasis UML ini terdiri dari fase identifikasi masalah, fase analisis sistem, dan fase perancangan sistem seperti yang terlihat pada Gambar 1. 6 Gambar1. Tahapan pengembangan UML (Kendall dan Kendall, 2011) Pada fase pertama dilakukan penggambaran diagram kasus dimana dilakukan identifikasi pengguna dan proses-proses utama yang dilakukan oleh pengguna. Setelah itu dapat dilanjutkan dengan menuliskan skenario kasus yang menggambarkan langkah-langkah skenario penggunaan sistem. Pengembangan diagram kasus kemudian dilanjutkan dengan menggambar diagram aktivitas, diagram urutan, dan diagram kelas. Diagram status dibuat setelah pembuatan diagram kelas dimana diagram keadaan ini sangat berguna untuk modifikasi diagram kelas. Dengan UML, seorang analis sistem dapat membuat suatu model yang luar biasa. Semakin lengkap informasi yang digunakan untuk mengembangkan UML, maka akan semakin baik sistem yang dihasilkan (Kendall dan Kendall, 2011). 2.3.1. Diagram Kasus Diagram kasus adalah diagram yang menggambarkan fungsionalitas sistem dilihat dari sisi pengguna. Penekanan dalam diagram ini adalah apa yang diperbuat sistem, bukan bagaimana sistem bekerja. Sebuah diagram kasus merepresentasikan sebuah interaksi antara pengguna dengan sistem atau kebutuhan pengguna terhadap sistem. Notasi yang digunakan dalam diagram kasus antara lain adalah usecase, actor, association, dan system boundary box. Usecase melambangkan sebuah pekerjaan tertentu, misalnya login ke sistem, membuat sebuah daftar belanja, dan sebagainya. Pengguna atau sebuah aktor (actor) adalah sebuah entitas manusia atau mesin yang berinteraksi dengan sistem untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Diagram kasus dapat sangat membantu bila kita sedang menyusun kebutuhan sebuah sistem, mengkomunikasikan rancangan dengan 7 klien, dan merancang kegiatan untuk semua bagian yang ada pada sistem (Kendall dan Kendall, 2003). 2.3.2. Diagram Aktivitas Diagram aktivitas menggambarkan berbagai aliran aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing-masing aliran berawal, keputusan yang mungkin terjadi, dan bagaimana mereka berakhir. Diagram aktivitas juga dapat menggambarkan proses paralel yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi. Diagram aktivitas tidak menggambarkan keadaan internal sebuah sistem dan interaksi antar subsistem secara eksak, tetapi lebih menggambarkan proses-proses dan jalur-jalur aktivitas secara umum. Perbedaan diagram aktivitas dengan diagram kasus adalah diagram aktivitas menggambarkan proses yang berjalan, sementara diagram kasus menggambarkan bagaimana aktor menggunakan sistem untuk melakukan aktivitas. Simbol yang digunakan dalam diagram ini menggunakan segiempat dengan sudut membulat untuk menggambarkan aktivitas. Simbol decision berbentuk belah ketupat dan digunakan untuk menggambarkan pilihan pada kondisi tertentu. Untuk mengilustrasikan proses-proses paralel (fork dan join) digunakan titik sinkronisasi yang dapat berupa titik, garis horizontal atau vertikal. Diagram aktivitas dapat dibagi menjadi beberapa object swimlane untuk menggambarkan objek yang bertanggung jawab untuk aktivitas tertentu (Kendall dan Kendall, 2011). 2.3.3. Diagram Kelas Menurut Barclay dan Savage (2004), kelas adalah sebuah spesifikasi yang jika diinstansiasi akan menghasilkan sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi objek. Kelas menggambarkan keadaan (atribut atau properti) suatu sistem, sekaligus menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metoda atau fungsi). Diagram kelas menggambarkan struktur dan deskripsi kelas, package dan objek beserta hubungan satu sama lain seperti containment, pewarisan, asosiasi, dan lainlain. Kelas memiliki tiga area pokok, yaitu nama (stereotype), atribut, dan metode. Atribut dan metoda dapat memiliki salah satu sifat berikut : Private, tidak dapat dipanggil dari luar kelas yang bersangkutan Protected, hanya dapat dipanggil oleh kelas yang bersangkutan dan anak-anak yang mewarisinya Public, dapat dipanggil oleh siapa saja Menurut Nugraha (2002), kelas dapat merupakan implementasi dari sebuah interface, yaitu kelas abstrak yang hanya memiliki metoda. Interface tidak dapat langsung diinstansiasikan, tetapi harus diimplementasikan dahulu menjadi sebuah kelas. Hubungan antarkelas dapat terdiri dari: 1. Asosiasi, yaitu hubungan statis antar kelas. Umumnya menggambarkan kelas yang memiliki atribut berupa kelas lain, atau kelas yang harus mengetahui eksistensi kelas lain. Panah navigasi menunjukkan arah query antar kelas. 2. Agregasi, yaitu hubungan yang menyatakan bagian. 8 3. Pewarisan, yaitu hubungan hirarkis antar kelas. Kelas dapat diturunkan dari kelas lain dan mewarisi semua atribut dan metoda kelas asalnya dan menambahkan fungsionalitas baru, sehingga ia disebut anak dari kelas yang diwarisinya. Kebalikan dari pewarisan adalah generalisasi. 2.3.4. Diagram Status Diagram status menggambarkan transisi dan perubahan status (dari satu keadaan ke keadaan lainnya) dari suatu objek pada sistem sebagai akibat dari stimuli yang diterima. Pada umumnya diagram status menggambarkan kelas tertentu (satu kelas dapat memiliki lebih dari satu diagram status). Dalam UML, status digambarkan berbentuk segiempat dengan sudut membulat dan memiliki nama sesuai kondisinya saat itu. Transisi antar status umumnya memiliki kondisi pelindung yang merupakan syarat terjadinya transisi yang bersangkutan, dituliskan dalam kurung siku. Aksi yang dilakukan sebagai akibat dari event tertentu dituliskan dengan diawali garis miring. Titik awal dan akhir digambarkan berbentuk lingkaran berwarna penuh dan lingkaran berwarna setengah (Nugraha, 2002). 2.4. Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia menurut Simamora (2004) adalah pendayagunaan, pengembangan, pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok karyawan. Selain itu manajemen sumber daya manusia didefinisikan sebagai ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Unsur utama dalam manajemen sumber daya manusia adalah manusia yang merupakan tenaga kerja perusahaan. Pada dasarnya manajemen sumber daya manusia adalah suatu pendekatan yang strategis terhadap keterampilan, motivasi, pengembangan, dan manajemen pengorganisasian sumber daya manusia. 2.4.1. Seleksi Salah satu kunci utama dalam menciptakan SDM profesional adalah terletak pada proses rekrutmen, seleksi, training, dan development calon tenaga kerja. Maka dari itu, perusahaan-perusahaan kini berusaha mengembangkan tenaga kerja potensial secara maksimal untuk kepentingan bisnis baik jangka panjang maupun jangka pendek. Seleksi adalah serangkaian kegiatan dengan menggunakan formulir data riwayat hidup, wawancara, pengujian ketrampilan, dan mencocokan informasi dari referensi untuk mengevaluasi dan menyaring calon karyawan bagi manajemen. Seleksi juga merupakan kegiatan untuk menentukan dan memilih tenaga kerja yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan perusahaan serta memprediksi kemungkinan keberhasilan atau kegagalan individu dalam pekerjaan yang akan diberikan padanya (Sastrohadiwiryo, 2002). Dalam menyeleksi karyawan baru, bagian HR biasanya menyaring pelamar melalui serangkaian wawancara dan tes (Fauzan, 20005). Menurut Taylor (2008), proses seleksi merupakan rangkaian tahap-tahap khusus yang digunakan untuk memutuskan pelamar mana yang akan diterima menjadi karyawan 9 di perusahaan. Proses tersebut dimulai dari pelamar melamar kerja dan diakhiri dengan keputusan penerimaan. Proses seleksi merupakan langkah-langkah yang harus dilalui pelamar sampai akhirnya memperoleh keputusan diterima atau ditolak sebagai karyawan baru. Proses seleksi berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain. Beberapa alat ukur seleksi karyawan dapat dievaluasi dalam hal validitasnya. Validitas kriteria (criterion validity) penting agar keefektifitasan suatu alat ukur seleksi dapat diketahui terkait pekerjaan tertentu, meskipun kriteria lainnya seperti lama waktu bekerja atau kemampuan menyelesaikan kursus pelatihan dapat digunakan. Validitas kriteria untuk beberapa alat ukut seleksi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Validitas kriteria untuk beberapa alat ukur seleksi Validitas Baik (0,5 ke atas) Sedang (0,30-0,49) Rendah/Nol (0,29 ke bawah) Alat Seleksi Sampel-sampel kerja Tes kemampuan Wawancara terstruktur (baik didasarkan pada CV maupun kompetensi perilaku) Beberapa metode obyektif dari penyaringan kertas pelamar, sebagi contoh biodata, evaluasi, pelatihan dan pengalaman, blanko aplikasi penting Wawancara tidak terstruktur Kesenangan/hobi Pendidikan Daftar kepribadian Graphology Sumber : (Taylor, 2008) 2.4.2. Pelatihan Setelah pegawai diterima melalui proses seleksi, seringkali kemampuan pegawai tersebut belum sesuai dengan yang diharapkan, yang berkaitan dengan tuntutan produktivitas, sehingga perlu dilakukan pelatihan. Pegawai yang telah bekerja pun perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi dan lain-lain. Menurut Harianja (2007), pelatihan merupakan usaha terencana dari perusahaan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan pegawai. Mengingat pentingnya pelatihan, maka bagian HR harus dapat merencanakan program pelatihan yang efektif bagi karyawan. Menurut (Harianja, 2007), terdapat beberapa proses yang harus dilakukan dalam upaya mengembangkan program pelatihan dan pengembangan karyawan yang efektif, yaitu: a) Need analysis atau need assessment. Analisis kebutuhan adalah penentuan kebutuhan pelatihan dan pengembangan yang akan dilakukan. Kegiatan ini sangat penting yang dilakukan dengan melalui tiga 10 langkah, yaitu analisis kebutuhan perusahaan, analisis tugas, dan analisis kebutuhan pegawai. Analisis kebutuhan perusahaan yaitu mengidentifikasi strategi perusahaan, lingkungan perusahaan, atau departemen. Misalnya, departemen akunting akan memerlukan training tentang akuntansi dan finansial, dan departemen HR akan membutuhkan training mengenai assessment center, dan sebagainya. Analisis tugas yaitu menganalisis tugas-tugas yang harus dilakukan dalam setiap jabatan yang dapat dipelajari dari perilaku jabatan, dan informasi mengenai uraian tugas, persyaratan tugas, dan standar untuk bekerja dapat dilihat di dokumen job description perusahaan. Setelah itu ditentukan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan tugas-tugas tersebut secara efektif sesuai dengan jabatan yang didudukinya. Analisa pegawai perusahaan merupakan analisa mengenai apakah ada pegawai yang kurang dalam kesiapan melakukan tugas-tugas atau kurang di dalam kemampuan, ketrampilan, dan pengetahuan yang dapat diketahui dari penilaian kinerja, observasi, maupun kuesioner. Bilamana diidentifikasi terdapat kesalahan akibat ketidaktahuan maka dengan begitu perlu dilakukan pelatihan untuk pegawai yang bersangkutan. b) Menentukan sasaran dan materi program pelatihan. Tujuan pelatihan perlu dirumuskan secara spesifik dalam arti apakah perubahan perilaku atau perubahan pengetahuan yang ingin dicapai setelah pelatihan dilakukan, misalnya kemapuan untuk menggunakan komputer, kemampuan untuk menggunakan sebuah peralatan baru, dan lain-lain. Selanjutnya berdasarkan tujuan tersebut ditentukan materi dan isi pelatihan yang menyangkut topik yang harus diketahui dalam upaya pencapaian tujuan. c) Menentukan metode pelatihan dan prinsip-prinsip belajar yang digunakan Setelah merumuskan sasaran dan materi program, dilakukan pemilihan metode pelatihan. Metode pelatihan yang dapat dipakai bisa dalam bentuk on the job training, yaitu dilakukan pada waktu jam kerja berlangsung, baik secara formal maupun informal, dan off the job training, yaitu pelatihan yang dilakukan secara khusus di luar jam kerja. Contoh dari on the job training antara lain adalah coaching, job rotation, dan job instruction training, sedangkan off the job training contohnya ialah video presentation, lecture, case study, program learning, dan action learning. d) Mengevaluasi program pelatihan Dalam pelaksanaan pelatihan juga perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi pelatihan dilihat dari efek pelatihan dikaitkan dengan reaksi peserta terhadap isi dan proses pelatihan, pengetahuan yang diperoleh mealui pengalaman latihan, perubahan perilaku, dan perbaikan pada organisai. 11 2.4.3. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja merupakan suatu proses dalam perusahaan dalam menilai kinerja pegawainya. Tujuan dilakukannya penilaian kinerja secara umum adalah untuk memberikan umpan balik kepada pegawai dalam upaya memperbaiki tampilan kerjanya dan upaya meningkatkan produktivitas organisasi, dan secara khusus dilakukan dalam kaitannya dengan berbagai kebijakan terhadap pegawai seperti tujuan promosi, kenaikan gaji, pendidikan, dan pelatihan. Sehingga, penilaian kinerja dapat menjadi landasan untuk menilai sejauh mana kegiatan manajemen SDM seperti perekrutan, seleksi, penempatan, dan pelatihan dilakukan dengan baik, dan apa saja yang akan dilakukan kemudian seperti dalam penggajian, perencanaan karier, dan lain-lainnya yang tentu saja merupakan kegiatan yang sangat penting dalam manajemen sumber daya manusia. Menurut Harianja (2007), metode rating scale adalah penilaian yang didasarkan pada suatu skala, dari sangat memuaskan, memuaskan, cukup, sampai kurang memuaskan, pada standar-standar kinerja seperti inisiatif, tanggung jawab, hasil kerja secara umum, dan lain-lain. Penilaian dilakukan oleh seorang penilai yang biasanya atasan langsung dan dilakukan secara subyektif. Untuk memudahkan pengelompokkan pegawai yang baik atau buruk, skala tersebut diberi nilai misalnya amat baik diberi nilai 5, baik diberi nilai 4, sedang diberi nilai 3, cukup diberi nilai 2, dan kurang diberi nilai 1. Metode rating scale atau yang popular disebut dengan metode skala peringkat, merupakan metode yang banyak digunakan antara lain karena kemudahannya dalam digunakan dan disiapkan. Akan tetapi metode ini mempunyai kelemahan utama yang terletak pada subyektifitas penilaian. Kelemahan lain terletak pada kenyataan bahwa faktor-faktor yang dinilai belum tentu berkaitan langsung dengan tugas pekerjaan seseorang (Siagian, 2008). Sebagai bentuk umpan balik penilaian kinerja karyawan, sebaiknya dilakukan evaluasi penilaian kinerja setelah hasil nilai kinerja diketahui. Evaluasi penilaian kinerja ini merupakan pemberian umpan balik kepada karyawan yang telah dinilai dalam upaya memberi masukan tentang aspek-aspek yang harus diperbaiki. Menurut Harianja (2007), terdapat empat pendekatan yang dapat dilakukan untuk evaluasi kinerja, yaitu: Evaluation interview Pendekatan ini adalah memberikan umpan balik tentang kinerja masa lalu dan potensi masa depan. Ini dilakukan dengan menggambarkan hasil penilaian sebelumnya dan mengidentifikasi perilaku-perilaku tertentu yang harus diulangi dan dihilangkan. Tell and sell approach Pendekatan ini mengambarkan keadaan kinerja pegawai dan meyakinkan pegawai untuk berperilaku lebih baik. 12 Tell and listen method Pendekatan ini memberikan kesempatan kepada pegawai untuk memberikan alasan, mempertahankan apa yang sudah dilakukan, dan mencoba mengatasi reaksi ini dengan membimbing pegawai untuk berperilaku lebih baik. Problem solving approach Pendekatan ini mengidentifikasi berbagai masalah yang dihadapi pegawai dalam pekerjaannya mealui pelatihan, coaching, dan konseling. 2.4.4. Kompensasi (payroll) Kompensasi merupakan sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan. Pemberian kompensasi merupakan salah satu pelaksanaan fungsi manajemen SDM yang berhubungan dengan semua jenis pemberian penghargaan individual sebagai pertukaran dalam melakukan tugas keorganisasian. Kompensasi finansial terdiri dari kompensasi langsung dan kompensasi tidak langsung. Kompensasi langsung terdiri dari pembayaran karyawan dalam bentuk upah, gaji, bonus, atau komisi. Kompensasi tidak langsung atau benefit, terdiri dari semua pembayaran yang tidak tercakup dalam kompensasi finasial langsung meliputi liburan, berbagai macam asuransi, jasa seperti perawatan anak atau kepedulian keagamaan, dan sebagainya (Rivai, 2004). Menurut (Harianja, 2007), metode job ranking adalah metode yang digunakan untuk menilai tingkat kepentingan secara umum dari suatu pekerjaan dibandingkan dengan yang lain atau mengurutkan pekerjaan menurut tingkat kepentingannya dengan cara mempelajari informasi analisis jabatan, yaitu job description, job specification, dan job performance, kemudian secara subyektif ditentukan pekerjaan mana yang lebih penting dibandingkan dengan yang lain. Misalnya, posisi manajer mempunyai tingkat kepentingan yang lebih tinggi dibandingkan dengan staf dilihat dari tingkat tanggung jawab dan beban kerjanya, maka secara subyektif gaji manajer lebih tinggi dari gaji staf. Metode lain yang lebih valid dapat digunakan adalah metode point system (Harianja, 2007). Metode ini dilakukan dengan cara menentukan poin atau angka untuk faktor-faktor yang dapat dikompensasi. Faktor yang dapat dikompensasi tersebut kemudian dipecah menjadi bentuk subfaktor yang lebih rinci kemudian ditentukan level dan poin dari masing-masing faktor seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2. 13 Tabel 2. Contoh penentuan faktor yang dapat dikompensasi dan poinnya Faktor yang dikompensasi Tanggung jawab terhadap : a) Klien b) Peralatan/bahan c) Perbaikan d) Keamanan Skill: 1. Pendidikan 2. Pengalaman Tingkat usaha : 1. Usaha fisik 2. Usaha mental Kondisi kerja : 1. Tidak menyenangkan 2. Risiko bahaya Jumlah poin Sumber : Harianja (2007). Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 25 20 5 20 50 40 20 40 75 60 35 60 100 80 50 80 45 25 90 50 135 75 180 100 25 35 50 70 75 105 100 105 20 20 40 40 60 60 80 80 1000 Berdasarkan penjumlahan poin untuk berbagai tingkat itulah ditentukan besar kecilnya gaji yang diberikan kepada karyawan yang melakukan kegiatan tertentu. Dengan demikian diharapkan bahwa sistem kompensasi yang diberlakukan telah mencerminkan segi keadilan dan diharapkan dapat menimbulkaan semangat kerja yang tinggi bagi karyawan. 2.5. Penelitian Terdahulu Fauzan (2005) melakukan penelitian di bidang Sistem Informasi Sumber Daya Manusia dengan mengangkat kasus berupa permasalahan manajemen sumber daya manusia yang ada di PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk. Permasalahan yang ada adalah sedikitnya staf yang bekerja di Corporate HRD perusahaan ini, yaitu hanya satu orang staf dan satu orang manajer. Kurangnya jumlah sumber daya manusia pada Corporate HRD ini dinilai kurang dapat memenuhi kebutuhan pengelolaan tenaga kerja yang berjumlah besar. Dalam beberapa kasus juga ditemukan bahwa alur informasi manajemen sumber daya manusia belum terbentuk secara terintegrasi dan terkomputerisasi. Ketidakintegrasian ini dapat dilihat dari tidak terhubungnya alur informasi antar aktivitas manajemen sumber daya manusia, dimana masing-masing aktivitas berdiri sendiri. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem yang dapat mengolah dan memberikan data yang cepat dan akurat sehingga mampu membantu pengelolaan sumber daya manusia di perusahaan. Pengerjaan sistem ini menggunakan metode Structured Rapid Prototyping, yang merupakan kombinasi dari daur hidup pengembangan sistem atau System Development Life Cycle (SDLC) dan refinery prototyping. Hasil analisa sistem ini disajikan dalam bentuk Diagram Arus Data (DAD) dan sistem yang dikembangkan berupa program aplikasi database yang terintegrasi dengan menggunakan Visual FoxPro. 14 Harahap (2009) melakukan penelitian dalam bidang penilaian kinerja karyawan di Seameo Biotrop Bogor. Selama ini dalam menilai kinerja pegawai yang dilakukan di Seameo Biotrop masih terbatas pada sistem yang sudah ada, dimana sistem tersebut bersifat stand alone pada beberapa komputer saja dan tidak user friendly. Oleh karena itu sangat dibutuhkan suatu media yang bersifat dinamis dan dapat dijangkau oleh siapapun, untuk itu perlu dibangun suatu sistem berbasis web bagi Seameo Biotrop yang mampu memberikan informasi nilai kinerja yang terintegrasi dengan sistem yang terautomasi sehingga mampu mendatangkan manfaat yang lebih bagi pengguna (user) dalam hal ini unit personalia, kepala unit dan wakil direktur. Sistem yang dikembangkan bertujuan untuk mengolah nilai kinerja, menampilkan nilai pegawai, daftar absensi, daftar kehadiran harian, daftar kehadiran bulanan, grafik nilai dan grafik kehadiran. Output yang diharapkan dapat digunakan sebagai penunjang keputusan manajerial di Seameo Biotrop. Penelitian sejenis dalam bidang manajemen sumber daya manusia dilakukan pula oleh Apriell (2009) di PT. Cipta Power Service (CPS) Jakarta. PT. CPS mencoba mengkomputerisasikan semua sistem yang ada di perusahaan. Salah satu sistem yang ingin dikembangkan perusahaan adalah sistem penggajian karyawan. Sistem penggajian karyawan pada PT. CPS masih kurang efektif dan efisien karena proses penggajian yang telah ada di PT. CPS masih dilakukan secara manual yaitu mulai dari pembayaran gaji pokok, uang lembur hingga penanganan laporan. Sistem informasi yang dibuat disebut dengan payroll system dimana sistem ini menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 dan basis data MySQL. Penelitian ini hanya membahas tentang penggajian karyawan dan tidak dilakukan perhitungan efektifitas dan efisiensi kerja dan juga tidak terdapat hubungan langsung antara sistem dengan bank terkait dengan pembayaran gaji karyawan. 15