studi analisis tentang pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran

advertisement
STUDI ANALISIS TENTANG PEMBELAJARAN
PARTISIPATIF PADA MATA PELAJARAN AKIDAH
AKHLAK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERFIKIR KREATIF SISWA KELAS XI MA SA PP.
ROUDLOTUT THOLIBIN BANDUNGHARJO DONOROJO
JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (SI) dalam Bidang
Pendidikan Islam
Oleh: M. FAIZIN
Nim: 131310001318
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’
( UNISNU ) JEPARA
TAHUN AKADEMIK 2015
NOTA PEMBIMBING
Lamp : (2) dua exp
Hal
: Naskah Skripsi
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah Saya Meneliti dan mengadakan Perbaikan seperlunya,
Bersama ini saya kirim naskah skripsi saudara :
Nama : M. Faizin
NIM
: 211371/131310001318
Judul : Studi Analisis Tentang Pembelajaran Partisipatif pada
Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam Meningkatkan
Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Kelas XI MA SA PP.
Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara Tahun
Pelajaran 2014/2015.
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat segera
dimunaqosahkan.
Demikian harap menjadi maklum.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jepara 27 agustus 2015
Dosen Pembimbing
Drs. Maswan, MM.
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
�“Hidup untuk belajar dan belajar menjadi manusia pembelajar”
Bismillahirrohmanirrokhim…
Dengan penuh keikhlasan dan rasa syukur kepada Allah SWT, Ku persembahkan
karya Skripsi ini untuk:
 Permata hati ku, Ayah dan Ibu yang telah mencurahkan kasih sayang
pengorbanan dan doa restu yang tiada bandingnya, dengan penuh ketegaran
serta kesabaran.
 Kakak- kakak ku (M. Khoirul Huda (alm) & Mbak Roihatun nafisah) dan
Adikku (Ainun Ni’mah) serta keluarga besar ku yang selalu membimbing,
mendukung serta membantu ku baik secara materil maupun spiritual.
 Yang terkasih dan tersayang, De’ Minhatul Hazma yang tidak pernah
berhenti memberikan spirit pada ku dalam menyelesaikan skripsi ini.
 Segenap teman- teman seperjuangan Jurusan Tarbiyah Program Studi
Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Islam Nahdkatul Ulama’
(unisnu) Jepara, Khususnya Kelas B Angkatan 2011.
TERIMA KASIH ATAS SEMUANYA, SEMOGA ALLAH
MEMBALASNYA DENGAN BALASAN TERBAIK
MASA !!!
ABSTRAK
iii
S.W.T
SEPANJANG
M. FAIZIN (NIM : 211371) Studi Analisis Tentang Pembelajaran Partisipatif
Pada mata pelajaran Akidah Akhlak dalam Meningkatkan Kemampuan
Berfikir Kreatif Siswa Kelas XI MA SA PP Roudlotut Tholibin Bandungharjo
Donorojo Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015
Penelitian Ini Bertujuan Untuk Mengetahui : 1 ) Bagaimana Pelaksanaan
Pembelajaran Partisipatif Guru Mapel Akidah Akhlak dalam Meningkatkan
Kemampuan berfikir Kreatif Siswa agar tercapai sebuah Keberhasilan belajar
Di kelas XI MA SA PP Roudlotut Tholibin Bandungharjo. 2) Bagaimanakah
Kreatifitas Siswa Kelas XI MA SA PP Roudlotut Tholibin bandungharjo dalam
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif. 3) Faktor – Faktor Keberhasilan
pembelajaran Partisipatif pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam
meningkatkan kemampuan Berfikir kreatif Siswa kelas XI MA SA PP
Roudlotut Tholibin Bandungharjo Tahun Pelajaran 2014/2015
Penelitian ini berdasarkan field Research di MA SA PP Roudlotut
Tholibin bandungharjo maka metode yang peneliti pakai adalah metode
Observasi , Interview, Dokumentasi. Dengan teknik analisis deskriptif kualitatif
.data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan
metode induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pembelajaran
Partisipatif pada mata pelajaran akidah akhlak dalam meningkatkan
kemampuan berfikir kreatif siswa kelas XI MA SA PP Roudlotut Tholibin
Bandungharjo cukup berhasil hal ini dapat dilihat dengan peningkatan
keaktifan peserta didik diantaranya adalah siswa bebas mencurahkan ide,
gagasan dan pendapat sehingga muncullah kreatifitas siswa, yang mulanya
hanya mendengarkan ceramah dan keterangan saja sekarang dapat
mengaktualisasikan diri . Dengan menggunakan strategi yang tepat, pendidik
dapat mengetahui dan mengeksplorasi kemampuan peserta didik.
Berdasarkan hasil penelitian penelitian ini diharapkan akan menjadi
bahan acuan bahwa melalui pembelajaran partisipatif dapat meningkatkan
kemampuan berfikir kreatif siswa pada mata pelajaran akidah akhlak dapat
berkembang baik.
iv
Kata pengantar
Bismillahirrohmanirrokhim
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah S.W.T. Atas berkat dan Rahmatnya
penulis dapat menelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan Salam semoga
tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad S.A.W. Penuntun jalan kebenaran
serta teladan bagi umat islam dan seluruh alam.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu atas terwujudnya
skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. KH. Muhtarom HM. Selaku Rektor Unisnu Jepara.
2. Bapak Drs. H. Akhirin, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan.
3. Bapak Drs. Maswan, MM. sebagai pembimbing yang dengan
kesabaran dan ketelitian beliau telah memberikan pengarahan dan
perbaikan yang berguna demi terwujudnya skripsi ini.
4. Segenap Bapak/ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan segenap Karyawan
Unisnu Jepara.
5. Kepala MA SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo
Jepara beserta seluruh tenaga pengajar beserta karyawan dan juga
siswa-siswi MA SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo
Jepara yang telah yang telah membantu demi terselesaikannya
skripsi ini.
vi
6. Orang terkasih dan tersayang yang telah mendorong tercapainya
penulisan skripsi ini.
Sebagai karya manusia yang banyak kekhilafan dan kelalaian , penulis
sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, bahkan mumgkin
kekeliruan. Atas dasar kesadaran itu penulis sangat menghargai dan sangat
mengharapkan kritik saran dari semua pihak. Berbagai kritikan akan sangat
berharga agar penulis dapat melakukan koreksi dan perbaikan.
Kepada Allah S.W.T hanyalah penulis memohon pertolongannya. Mudah
mudahan tulisan ini bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca pada
umatnya. Aminn.
Jepara, 29 September 2015
Penulis
M. FAIZIN
NIM. 131310001318
vii
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang telah didisi orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain,
kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Jepara, 29 September 2015
Deklarator
M. FAIZIN
NIM. 131310001318
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...................................................................................................
i
Halaman Nota Persetujuan Pembimbing ........................................................
ii
Halaman Pengesahan .........................................................................................
iii
Halaman Motto Dan Persembahan ...................................................................
iv
Abstrak ................................................................................................................
v
Kata Pengantar ..................................................................................................
vi
Deklarasi / Pernyataan .......................................................................................
viii
Daftar Isi .............................................................................................................
ix
BAB I :
BAB II :
BAB III :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Penegasan Istilah .....................................................................
7
C. Fokus Permasalahan ...............................................................
9
D. Rumusan Masalah ...................................................................
10
E. Tujuan Penelitian ....................................................................
11
F. Manfaat Penelitian ...................................................................
11
G. Metode penelitian .....................................................................
12
H. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................
20
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Partisipatif ........................................................
24
B. Mata Pelajaran Akidah Akhlak...............................................
35
C. Kemampuan Berpikir Kreatif ................................................
50
LAPORAN HASIL PENELITIAN
ix
A. Gambaran Umum tentang Madrasah Aliyah Satu Atap PP.
Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara ...........
65
B. Deskripsi Hasil Penelitian tentang Pembelajaran Partisipatif
Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut
Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara .............................
86
BAB IV : ANALISIS
A. Analisis Tentang pelaksanaan pembelajaran partisipatif
Guru
Mata
Pelajaran
Akidah
Akhlak
Dalam
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa ............
95
B. Analisis Tentang kretifitas Siswa Kelas XI MA SA PP.
Roudlotut Tholibin Bandungharjo Kecamatan Donorojo
Kabupaten Jepara Dalam Meningkatkan Kemampuan
Kemampuan Berfikir Kreatif ................................................ 100
C. Analisis tentang factor-faktor keberhasilan pembelajaran
partisipatif pada mata pelajaran akidah akhlak dalam
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa kelas XI
MA SA PP. Roudlotut Tholibin Tahun Pelajaran
2014/2015 ................................................................................... 103
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 115
B. Saran-Saran ............................................................................. 117
C. Penutup .................................................................................... 118
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang
akan datang. Peserta didik diarahkan dan diharapkan akan menjadi insan yang
cerdas yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani, dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 1
Manusia dituntut untuk terus belajar kapanpun, dimanapun, dengan
siapapun karena belajar tak ada batasan usianya. Sehingga belajar merupakan
proses untuk menjadi manusia dengan pribadi yang lebih baik serta menjadikan
bekal dalam menjawab tantangan kehidupan.
Sebagaimana Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah :
               
  
Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al
Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan
barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi
1
UU Sistem Pendidikan Nasional NO: 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1.
1
karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat
mengambil pelajaran (QS. Al-Baqarah : 269).2
Proses pendidikan adalah interaksi aktif antar peserta didik, terutama
pendidik dengan peserta didik, dan berwujud dalam proses pembelajaran, yang
mana peserta didiklah yang menjadi sasaran utama pendidikan.
Throndike dengan teori stimulus responnya menjelaskan bahwa kegiatan
pembelajaran adalah proses menguhubungkan stimulus dan respon. Semakin
kuat peserta didik belajar dan makin tinggi kemampuannya dalam
menghubungkan stimulus dan respon maka makin efektif pula kegiatan
pembelajarannya dan memberikan kepuasan peserta didik. 3
Pendidik berperan untuk membantu peserta didik melakukan belajar
yang berdaya guna dan berhasil guna, sedangkan pihak peserta didik melakukan
kegiatan belajar. Yang ditekankan dalam proses pendidikan adalah pada peserta
didik yang melibatkan diri dalam kegiatan belajar, dan tidak mengutamakan
pada kegiatan mengajar yang secara penuh didominasi oleh pendidik. Dengan
pendidikan akan membawa perubahan dalam diri peserta didik yang merupakan
hasil dari pengalaman.4
Pelajaran Akidah Akhlak perlu ditransformasikan kepada peserta didik
karena mengajarkan tentang keyakinan, keimanan, etika, dan moral agama
2
Al Qur’an, Surat Al-Baqarah ayat 269, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al
Qur’an dan Terjemahnnya, Toha Putera, Semarang, 1989.
3
4
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hlm. 39-40.
Anita E. Woolfolk&Lorraine McCune. Nicolich, Mengembangkan Kepribadian dan
Kecerdasan Anak-anak (Psikologi Pembelajaran I), PT. Inisiani Press, Depok, 2004, hlm. 207.
Islam serta dijadikan sebagai pegangan dalam menjalani perkembangan
zaman tanpa melupakan kehidupan akhirat.
Sebagaimana firman Allah SWT QS. Al-Qashash : 77
              
               
Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.5
Pembelajaran Akidah Akhlak merupakan sebuah kegiatan yang wajib
kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan
kunci sukses untuk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan
generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada
akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang
begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah
keharusan.
Dengan
harapan
proses
belajar
mengajar
akan
berjalan
menyenangkan dan tidak membosankan.
Dalam pembelajaran, peserta didik tidak melakukan kegiatan belajar
seorang diri melainkan belajar bersama orang lain dengan berpikir dan
bertindak
5
di
dalam
dan
terhadap
dunia
kehidupannya.
Al Qur’an, Surat Al-Qashash ayat 77, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al
Qur’an dan Terjemahnnya, Toha Putera, Semarang, 1989.
Pendidikan yang ada selama ini memposisikan peserta didik sebagai
objek pendidikan artinya peserta didik dianggap tidak tahu apa-apa sebagai
botol kosong yang perlu diisi sesuai dengan keinginan orang yang mengisinya.
Sehingga peserta didik hanya menerima pemberian dari pendidik tanpa ada
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki.
Proses pendidikan yang ideal dan efektif ialah memposisikan peserta
didik sebagai subyek sekaligus obyek pembelajaran yang mana peserta didik
diberi kesempatan untuk mengekspresikan dan melibatkan diri secara langsung
dalam proses belajar-mengajar.
Menurut Paulo Freire yang dikutip oleh Sudjana menjelaskan bahwa
pendidikan merupakan suatu gerakan pembebasan dan penyadaran manusia
Dengan menerapkan konsep pendidikan kesadaran, pembelajaran akan lebih
efektif apabila memakai pendekatan yang mengikutsertakan secara aktif semua
peserta didik dan bahkan masyarakat dalam kegiatan pembelajaran. 6
.Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel
pokok yang saling berkaitan yaitu kurikulum, guru pendidik, pembelajaran,
peserta. Dimana semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta.
Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan
berbagai model pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan
6
H.D. Sudjana, Strategi Pembelajaran, PT. Falah Production, Bandung, 2000, hlm. 162.
belajar. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai
objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik harus
disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya
sehingga berbagai jenis model pembelajaran yang dapat digunakan oleh
pendidik.
Model-model pembelajaran sosial merupakan pendekatan pembelajaran
yang dapat digunakan di kelas dengan melibatkan peserta didik secara penuh
(student center) sehingga peserta didik memperoleh pengalaman dalam menuju
kedewasaan, peserta dapat melatih kemandirian, peserta didik dapat belajar dari
lingkungan kehidupannya.
Pembelajaran
partisipatif
telah
menjadi
bagian
dari
strategi
pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan di dalam proses
pendidikan baik di satuan pendidikan sekolah maupun satuan pendidikan luar
sekolah.
pembelajaran
partsipatif
itu
menuntut
peserta
didik
untuk
berpartisipasi/berperan aktif dalam proses pendidikan. Sehingga peserta didik
diharapkan mampu berpikir kreatif supaya mencapai keberhasilan dalam
mencapai tujuan pembelajaran.7
Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran amat dipentingkan,
karena hanya dengan mengaktifkan siswa, maka proses asimilasi dan
7
Ibid, hlm. 10.
akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan efektif dan
efisien.
Pembelajaran ini yang ditekankan ialah peran aktif siswa mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian maka terjadi aktivitas saling belajar
antar peserta didik mapun antara peserta didik dengan pendidik. Pembelajaran
ini memberikan peluang besar bagi peserta didik untuk berpikir kreatif dalam
menanggapi problem yang ada dengan memproduksi berbagi ide, gagasan dan
imajinasi yang segar. Siswa akan mampu menciptakan sesuatu yang baru.
Yang sebelumnya mungkin belum pernah ada. 8
Berpikir kreatif digunakan untuk menghindari penyimpangan proses
berpikir, dan merupakan kompetensi utama yang harus dimiliki peserta didik,
baik dalam mengkonstruksi pengetahuan maupun proses pengambilan
keputusan dalam menanaggapi permasalahan. Maka peranan guru diharapkan
mampu mengarahkan para siswa untuk berpikir kreatif dengan menyadari
keberadaan kreatifitas tersebut setiap kali ia muncul. 9
Berawal dari sinilah, maka peneliti ingin mengadakan penelitian guna
menyusun skripsi dengan judul “Studi Analisis Tentang Pembelajaran
Partisipatif Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut
8
9
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, PT. Andi, Yogyakarta, 2002, hlm 144.
Kelvin Seifert, Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan, PT. Ircisod, Yogyakarta,
2007, hlm. 165.
Tholibin Desa
Bandungharjo Kec. Donorojo Kab. Jepara
Tahun
Pelajaran 2014/2015”.
B. Penegasan Istilah
Dalam suatu penelitian, penegasan judul diperlukan sebagai alat kontrol agar
penelitian berjalan pada rel yang benar dan tidak terjadi pada pelebaran
wilayah penelitian.10
Agar dapat memberikan gambaran yang jelas tentang pengertian yang
terkandung dalam judul skripsi, maka penulis akan memberikan penjelasan
sekaligus menegaskan tentang istilah-istilah yang dimaksud dalam judul skripsi
ini.
1. Studi Analisis Pembelajaran Partisipatif Mata Pelajaran Akidah Akhlak.
Studi analisis yaitu pelajaran, penggunaan waktu dan pikiran memperoleh
pengetahuan dengan memberikan uraian atau kupasan.11
Pembelajaran partisipatif yaitu upaya pendidik yang mengikut sertakan
peserta didik dalam proses belajar mengajar. 12
2. Akidah Akhlak merupakan bidang studi tentang keyakinan, keimanan, etika,
dan moral agama Islam yang diajarkan oleh guru di Madrasah Aliyah.
10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan Praktek, PT. Rineka Cipta,
Jakarta, 1993, hlm.45.
11
Suharto dan Tata Iryanti, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT. Indah, Surabaya, 1996, hlm.
12
H.D. Sudjana, op.cit., hlm. 155.
246.
Dalam hal ini penulis meneliti tentang proses pembelajaran partisipatif pada
mata pelajaran Akidah Akhlak.
Studi Analisis Pembelajaran Partisipatif Mata Pelajaran Akidah Akhlak yang
dimaksud disini yaitu untuk menganalisis atau mengurai lebih lanjut
mengenai pembelajaran partisipatif dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa.
3. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Meningkatkan artinya menaikkan, mempertinggi, memperhebat atau
mengangkat diri.13
Kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan, kekuatan, berusaha dengan
diri sendiri.14
Berpikir kreatif yaitu kemampuan menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan, memutuskan, dan menciptakan ide-ide baru yang
inovatif. Yang sebelumnya mungkin belum terdapat. 15
Siswa ialah anak yang sekolah ditingkatan SD sampai SMA-sederajat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah usaha dalam
13
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Jakarta, 2008,
hlm. 1529.
14
15
Ibid, hlm. 909.
Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, PT. Rineka Cipta, Jakarta,
1999, hlm. 45.
menaikkan kecakapan dengan menggunakan potensi daya jiwa yang dimiliki
oleh siswa sehingga mampu menciptakan gagasan baru.
4. MA SA PP. Roudlotut Tholibin
MA SA PP. Roudlotut Tholibin yang dimaksud adalah lembaga pendidikan
lanjutan tingkat atas yang dikelola oleh Yayasan Roudlotut Tholibin di
bawah naungan Departemen Agama, yang bertempat di wilayah Desa
bandungharjo Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara, yang peneliti jadikan
sebagai tempat penelitian.
C. Fokus Permasalahan
Setelah melakukan penjelajahan umum di MA. SA PP. Roudlotut
Tholibin, maka situasi sosial yang ditetapkan sebagai tempat penelitian adalah
MA. SA PP Roudlotut Tholibin terutama pada Kelas XI.
Fokus penelitian diarahkan pada :
1. Pelaksanaan pembelajaran Partisipatif Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak
dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa agar tercapai sebuah
keberhasilan belajar di kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin.
2. Kreatifitas siswa kelas XI
MA. SA PP. Roudlotut Tholibin dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
3. Faktor-faktor keberhasilan pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran
Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Tahun Pelajaran 20014/2015.
D.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah bagian pokok dalam suatu kegiatan penelitian.
Disini, rumusan permasalahan atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan yang
jawabannya akan diperoleh setelah penelitian telah selesai dilaksanakan pada
kesimpulan.16
Dari pemahaman Study Analisis Tentang Pembelajaran Partisipatif Pada
Mata Pelajaran Akidah Akhlak Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Tahun Ajaran 20142015, maka pengkajiannya dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran partisipatif Guru Mapel Akidah
Akhlak Siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin ?
2. Bagaimanakah Kreatifitas siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin
dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif ?
3. Apa faktor-faktor keberhasilan dan penghambat pembelajaran partisipatif
pada mata pelajaran Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan
16
Suharsimi Arikunto, op. cit, hlm. 48.
berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Tahun
pelajaran 2014/2015 ?
E.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya
sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Biasanya jawaban dari
pertanyaan dan rumusan masalah.17
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pelaksanaan pembelajaran partisipatif Guru Mapel Akidah Akhlak Siswa
kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin
2. Kreatifitas siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
3. Faktor-faktor keberhasilan dan penghambat pembelajaran partisipatif pada
mata pelajaran Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Tahun Pelajaran
2014/2015
F.
Manfaat Penelitian
Bila tujuan penelitian dapat tercapai, maka hasil penelitian akan
memiliki manfaat praktis dan teoritis.
17
Ibid. hlm. 49.
1. Manfaat Praktis
a. Bila pembelajaran partisipatif dapat diketahui, maka akan bermanfaat
khususnya untuk peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI
MA SA PP. Roudlotut Tholibin.
b. Bila peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP
Roudlotut Tholibin dapat ditemukan, maka akan bermanfaat bagi semua
siswa untuk melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien
melalui pembelajaran partisipatif selama menempuh proses pembelajaran.
2. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan
strategi pembelajaran di MA. SA PP. Roudlotut Tholibin yang lebih bagus
atau ideal agar dapat meningkatakan kemampuan berpikir kritis siswa kelas
XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin dalam menempuh pembelajaran secara
efektif dan efisien.
G.
Metode Penelitian
Metode merupakan suatu hal yang sangat penting, karena salah satu
upaya ilmiah yang menyangkut cara kerja untuk dapat memahami dan
mengkritisi obyek, sasaran suatu ilmu yang sedang diselidiki. Metode penelitian
mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam
penelitian.18
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana upaya guru dan aktifitas siswa dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP
Roudlotut Tholibin, sesuai dengan unsur-unsur pokok yang harus ditemukan
sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan penelitian, maka
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini adalah
field research . Field research yaitu suatu penelitian dimana peneliti
langsung terjun ke kancah untuk mencari bahan-bahan yang mendekati
kebenaran.19
Dengan
menggunakan
metode
deskriptif
analitik.
Yaitu,
mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan manajemen kurikulum muatan
lokal di MA SA PP Roudlotut Tholibin dengan cara pengumpulan data dan
mempelajarinya secara cermat, kemudian dikaji dan dihubungkan satu
dengan lainn ya. Setelah itu,
18
Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Ed. IV, Yogyakarta, 2002,
19
Ibid. hlm.13.
hlm. 3.
diinterpretasikan oleh peneliti. Interpretasi ini bergantung pada
ketajaman analisis dan objektivitas peneliti yang disusun secara menyeluruh
dan sistematis.20
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di MA SA PP. Roudlotut Tholibin
Desa Bandungharjo Kec. Donorojo Kab. Jepara khususnya di kelas XI MA.
SA PP. Roudlotut Tholibin.
3. Subyek Penelitian.
Yang menjadi subyek primer penelitian ini adalah guru mata pelajaran
Akidah Akhlak dan siswa kelas XI MA. SA. PP. Roudlotut Tholibin
Kemudian yang menjadi subyek sekunder adalah kepala sekolah, para
pegawai/karyawan madrasah, guru, siswa, serta orang-orang yang terkait
dengan proses pengumpulan data dalam penelitian.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur atau
menangkap fenomena-fenomena yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif,
peneliti adalah sebagai instrument kunci, oleh karena itu dalam penelitian
20
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Sinar Baru AlGesindo,
Bandung, 2001, hlm.196.
kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument.21 Peneliti
sebagai instrument karena ia merupakan sekaligus pelaksana, pelaksanaan
pengumpulan data analisis dan penafsiran data, dan akhirnya ia menjadi
pelopor-pelopor hasil penelitiannya, pengertian instrument atau alat
penelitian di sini tepat karena ia menjadi segalanya.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standart data yang ditetapkan. Dalam
penelitian kualitatif ini,pengumpulan data dilakukan pada natural setting
(kondisi yang alamiyah).22
Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai
berikut:
a. Observasi Partisipatif.
Observasi merupakan teknik untuk mengamati langsung atau tidak
langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, 23 Dalam hal
21
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, hlm.1-2.
22
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Alfabeta, Bandung, Cet. Ke-2, 2006, hlm.309.
23
Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah; Suatu Pendekatan Praktek, Rineka
Cipta, Yogyakarta, 1998, hlm.51.
ini peneliti menggunakan observasi partisipasi pasif (Passive Participant)
dengan melakukan pengamatan secara tidak langsung atau tidak terlibat di
dalam kegiatan yang dilakukan oleh subyek penelitian yang mana hanya
mengamati dari jarak radius 3-5 meter. Menurut Sugiyono partisipasi pasif
artinya peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak
ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. 24
b. Wawancara Mendalam.
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
untuk memperoleh informasi dari terwawancara. 25 Dengan kata lain, bahwa
interview/wawancara yang dimaksudkan untuk merekam data-data tertulis
yang berfungsi sebagai data sangat penting untuk bahan analisis. Wawancara
ini dilakukan terhadap narasumber/informan yang bersangkutan dengan
penelitian. Metode ini peneliti gunakan untuk menambah, memperkuat dan
melengkapi data hasil observasi.
c.
Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih
24
25
Sugiyono, Op.Cit., hlm. 310.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Op.cit., hlm. 191.
kredibel kalau didukung oleh sejarah pribadi di masa kecil, di sekolah, di
masyarakat, autobiografi, dan foto-foto atau karya tulis akademik dan seni
yang telah ada.26
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan
pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Akidah Akhlak, aktifitas siswa
dan upaya guru meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI
MA. SA PP. Roudlotut Tholibin.
Metode dokumentasi bisa dilakukan dengan mengambil data dari halhal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
internet, dan sebagainya.27
d.
Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang besifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan
data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti melakukan pengumpulan
data yang sekaligus menguji kridibilatasnya, yakni mengecek kredibilitas
data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. 28
Dengan teknik triangulasi, peneliti mengumpulkan data dengan jalan
26
27
Sugiyono, Op.Cit., hlm. 329.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, Bina Aksara, Jakarta,
1986, hlm.187.
28
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, op.cit., hlm. 83.
menggunakan
teknik
pengumpulan
data
yang
berbeda-beda
untuk
mendapatkan data dari sumber yang sama, peneliti menggunakan observasi,
wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama
secara serempak. Selain menggunakan triangulasi teknik, peneliti juga
menggunakan triangulasi sumber, yakni peneliti dalam mendapatkan data
menggunakan teknik yang sama dari sumber yang berbeda-beda.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Milles dan
Huberman. Miles dan Hubermen mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga tuntas dan datanya
sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data ini meliputi:
a. Reduksi Data, adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data juga
dapat diartikan sebagai suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasi data sehingga kesimpulan dan finalnya dapat ditarik
dan diverifikasi.
b. Penyajian data (Display data), adalah sekumpulan informasi tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan keputusan.
c. Menarik kesimpulan atau verivikasi. 29
7. Pengujian Kredibilitas Data
Dalam penelitian ini, pengujian kredibilitas data dilakukan
melalui:
a. Perpanjangan pengamatan
Penelitian ini diperpanjang sampai tiga kali. Karena pada periode I
dan II data yang diperoleh dirasa belum memadai dan belum kredibel.
Belum memadai karena belum semua rumusan permasalahan dan
fokus permasalahan terjawab melalui data, sehingga data yang
diperoleh pada tahap I dan II ternyata masih belum konsisten, masih
berubah-ubah.
Dengan perpanjangan pengamatan sampai 3 kali inilah, maka data
yang diperoleh dirasa telah jenuh.
b. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut, maka kepastian
29
Ibid, hlm. 120-129.
data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan
sistematis.
Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan
dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian secara
cermat, sehingga dapat diketahui kesalahan dan kekurangannya.
Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat
memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa
yang diamati.
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan
cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau
dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan
membaca ini, maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam,
sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu
dipercaya atau tidak.
c. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber, dengan berbagai cara, dan
waktu yang berbeda. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas
data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh
melalui
beberapa
sumber.
Triangulasi
teknik
untuk
menguji
kredibilitas data dengan cara mengecek data terhadap sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda. Sedangkan triangulasi waktu untuk
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
melalui waktu yang berbeda.30
d. Diskusi Teman Sejawat
Diskusi teman sejawat dilakukan dengan cara mendiskusikan hasil
penelitian yang masih bersifat sementara kepada teman-teman S1.
Melalui diskusi inilah, banyak pertanyaan dan saran. Pertanyaan yang
berkenaan dengan data yang belum bisa terjawab, maka peneliti
kembali ke lapangan untuk mencarikan jawabannya. Dengan
demikian, data menjadi semakin lengkap.
e. Member Check
Pengujian kredibilitas data dengan member check, dilakukan dengan
cara mendiskusikan hasil penelitian kepada sumber-sumber data yang
telah memberikan data, yaitu guru mata pelajaran Akidah Akhlak
kelas XI MA. SA. PP. Roudlotut Tholibin dan Kepala Sekolah MA.
SA PP. Roudlotut Tholibin Melalui diskusi ini informan bisa
memahami temuan peneliti. Selain itu, ada penambahan data dan
menghendaki data yang dihilangkan.
30
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
op.cit., hlm.372-374.
H.
Sistematika Penulisan
Secara garis besar skripsi ini terdiri dari lima Bab, masing-masing Bab
memuat subbab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
1. Bagian muka, meliputi halaman sampul (cover), halaman judul, halaman
persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman persembahan,
halaman motto, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman daftar
lampiran.
2. Bagian isi, meliputi:
BAB I:
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan: latar belakang masalah, penegasan
istilah, fokus permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian (jenis dan
pendekatan penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis
data, pengujian kredibilitas data, , dan sistematika penulisan).
BAB II:
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini diuraikan tentang:
Pertama,
kerangka
teoritik
pembelajaran
partisipatif
(pengertian pembelajaran partisipatif, prinsip pelaksanaan
pembelajaran
partisipatif,
landasan
teoritis
kegiatan
pembelajaran partisispatif, dan ciri-ciri proses kegiatan
pembelajaran partisipatif).
Kedua, Pengertian, ruang lingkup, fungsi dan tujuan mata
pelajaran Akidah Akhlak, dan materi pelajaran Akidah Akhlak.
Ketiga, kemampuan berpikir kreatif siswa (pengertian berpikir
kreatif, ciri-ciri berpikir kreatif, dan strategi meningkatkan
berpikir kreatif,)
BAB III : HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran data umum MA.
SA PP. Roudlotut Tholibin (identitas sekolah, sejarah singkat,
letak geografis, visi-misi dan tujuan, struktur organisasi,
keadaan guru, karyawan dan siswa, sarana prasarana).
Dan deskripsi hasil penelitian tentang pembelajaran partisipatif
pada mata pelajaran Akidah Akhlak dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP.
Roudlotut Tholibin Tahun Pelajaran 2014/2015, yang meliputi,
proses pelaksanaan pembelajaran partisipatif mata pelajaran
Akidah Akhlak dan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI
MA. SA PP. Roudlotut Tholibin.
BAB IV: ANALISIS DATA
Dalam bab ini diuraikan tentang analisis pembelajaran
partisipatif pada mata pelajaran Akidah Akhlak dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA.
SA PP. Roudlotut Tholibin Tahun Pelajaran 2014/2015.
BAB V:
PENUTUP
Dalam bab ini mencakup tentang kesimpulan, rekomendasi,
dan penutup.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Partisipatif
1. Pengertian Pembelajaran Partisipatif
Kata pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang mendapat awalan
pe- dan akhiran –an. Muhibbin Syah mendefinisikan belajar sebagai tahapan
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil
pengalaman dan berinteraksi dengan lingkungan yang mengakibatkan proses
kognitif.31
Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan
belajar. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik saat
31
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 92.
belajar. Stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku
yang dapat diamati dan diukur.32
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang komplek.
Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Proses
belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan
sekitar. Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab
individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan.33
Dari uraian tersebut belajar dapat diartikan sebagai serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan yang positif mulai dari
aspek kognitif, afektif, sampai psikomotorik.
Pengertian pembelajaran dari para ahli pendidikan memiliki tafsir yang
beraneka ragam, berikut ini penulis paparkan pengertian pembelajaran dari
beberapa ahli pendidikan.
a. H.D Sudjana: Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu
peserta didik melakukan kegiatan belajar. 34
32
M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, Rasail Media Group, Semarang, 2008,
33
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta. Jakarta. 1999. hlm.13.
hlm. 52.
34
H. D. Sudjana, Op. Cit, Hlm. 6
b. Merril : Pembelajaran merupakan suatu kegiatan dimana seseorang
dengan sengaja diubah dan dikontrak dengan maksud supaya ia dapat
bertingkahlaku atau bereaksi terhadap kondisi tertentu.35
c. Sebagaimana dikutip oleh suryobroto : Gagne & Brig mengemukakan
bahwa pembelajaran bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan
melainkan adanya kemampuan guru yang dimiliki tentang dasar-dasar
mengajar yang baik.36
d. M.A Arifin : mengartikan pembelajaran sebagai sebuah proses dimana
didalamnya terdapat suatu tahapan, perjalanan, berkembang, terarah dan
terukur, yang berusaha menempatkan manusia sebagai makhluk yang
berbeda dengan lainnya.37
Dari uraian di atas bisa dijelaskan bahwa pembelajaran ialah upaya
pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar atau
proses belajar pada diri siswa yang terjadi secara tidak langsung di mana
siswa secara aktif berinteraksi edukatif antara satu dengan yang lainnya.
Pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa
sehingga posisi guru dalam
kegiatan pembelajaran tidak hanya sebagai
35
Abdul Ghofur, Desain Instruksional, Tiga Serangkai, Surakarta, 1978, hlm. 22.
36
Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta 1997, hlm. 18.
37
M.A. Arifin, Filsafat, Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1994, hlm. 118-119.
informan melainkan sebagai pengaruh dan pemberi fasilitas untuk terjadinya
proses belajar.
Pendidikan partisipatif biasanya dimaknai dengan pendidikan yang
dalam prosesnya melibatkan partisipasi aktif dari berbagai pihak, baik
pemerintah, guru, murid, orang tua murid, masyarakat, dll. Semua terlibat
aktif dalam proses pendidikan untuk mencapai satu titik yang sama yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun demikian, ia bukanlah tafsiran
tunggal terhadap makna pendidikan partisipatif, ada makna lain sebagaimana
menurut para tokoh pendidikan, diantaranya :
1) H.D. Sudjana
Kegiatan pembelajaran partisipatif diartikan sebagai upaya pendidik
untuk mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran ini peran aktif peserta didik diwujudkan
dalam tiga tahapan kegiatan pembelajaran yaitu perencanaan program
(program planning), pelaksanaan program (program implementation),
dan penilaian (program evaluation).38
2) Muis Sad Iman
Pembelajaran partisipatif yaitu pembelajaran yang dalam prosesnya
menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam pendidikan.
38
H.D. Sudjana, Strategi Pembelajaran, PT. Falah Production, Bandung, 2000, hlm 155.
Keterlibatan peserta didik dalam pendidikan ini tidak sebatas sebagai
pendengar, pencatat, dan penampung ide-ide pendidik tetapi lebih dari
itu ia terlibat aktif dalam mengembangkan dirinya. 39
Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran amat dipentingkan,
karena hanya dengan mengaktifkan siswa, maka proses asimilasi dan
akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan efektif dan
efisien.
2. Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran Partisipatif
Peran pendidikan dalam hal ini adalah menyiapkan manusia yang
mampu berpikir secara mandiri, kritis , dan kreatif, karena ia merupakan
modal dasar bagi pembangunan manusia yang memiliki kualitas prima. Maka
dari itu dalam pelaksanaan pembelajaran partisipatif pendidik menitikberatkan
peranannya sebagai fasilitator bagi peserta didik dalam melakukan kegiatan
belajar, sedangkan peserta didik adalah pelaku utama untuk melakukan
kegiatan belajar dan membelajarkan.
Peserta didik harus berpartisipasi aktif karena untuk mencapai
perubahan yang positif dan konstruktif itu hanya dapat dilakukan secara
efektif oleh peserta didik melalui kegiatan belajar bersama orang lain dengan
berpikir dan berbuat sesuai dengan potensi-potensi yang dimilikinya.
39
Muis Sad Iman, Pendidikan Partisipatif, Safiria Insania Press, Yogyakarta, 2004, hlm.3.
Maka dari itu pelaksanaan pembelajaran partisipatif memiliki beberapa
prinsip yaitu:40
a.
Berdasarkan Kebutuhan Belajar (Learning Needs Based)
Kebutuhan belajar adalah setiap keinginan atau kehendak yang
dirasakan dan dinyatakan oleh seseorang, masyarakat, atau organisasi
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan atau sikap
tertentu melalui kegiatan pembelajaran.
Pentingnya kebutuhan belajar didasarkan atas asumsi bahwa
peserta didik akan belajar secara efektif apabila semua komponen
program pembelajaran dapat membantu peserta didik untuk memenuhi
kebutuhan
belajarnya. Upaya untuk memenuhi kebutuhan belajar
inilah yang menjadi titik tolak bagi penyusunan dan pengembangan
kegiatan pembelajaran partisipatif.
b. Berorientasi pada Tujuan Kegiatan Pembelajaran (Learning Goals and
Objectives Oriented)
Setiap proses kegiatan pembelajaran partisipatif diarahkan
untuk mencapai tujuan belajar yang telah disusun oleh pendidik
bersama peserta didik serta diformulasikan oleh penyelenggara
40
H.D. Sudjana, Op.cit., hlm. 172.
program pembelajaran. Adapun tujuan belajar itu terdiri atas tujuan
umum (goals) dan tujuan khusus (objectives).
c. Berpusat pada Peserta Didik (Participant Centered)
Prinsip ini mengandung makna bahwa kegiatan pembelajaran yang
dilakukan itu didasarkan atas dan disesuaikan dengan latar belakang
kehidupan
peserta
didik.
Dalam
menyusun
proses
kegiatan
pembelajaran ini peserta didik memegang peranan utama sehingga
mereka dapat merasakan bahwa kegiatan pembelajaran menjadi milik
mereka sendiri. Pada intinya peserta didik diikutsertakan dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran sehingga mereka
memiliki lebih banyak peran dalam pembelajaran.
d. Berangkat dari Pengalaman Belajar (Experiental Learning)
Proses kegiatan pembelajaran partisipatif dilakukan dari hal-hal
yang telah dikuasai atau dari pengalaman yang telah dimiliki peserta
didik. Pembelajaran partisipatif ini dengan menitikberatkan pada
pendekatan pemecahan masalah (problem solving) karena pemecahan
masalah merupakan pembelajaran yang lebih banyak menumbuhkan
partisipasi para peserta didik.
3. Landasan Teoritis Kegiatan Pembelajaran Partisipatif
Ditinjau dari segi teori belajar, kegiatan pembelajaran partisipatif
dilandasi oleh berbagai teori diantaranya ialah teori Asosiasi, teori
Behaviorisme, teori Gestalt, dan teori Medan.
Diantara teori yang akan dibahas ialah teori asosiasi dan teori medan.
a.
Teori Asosiasi (Association Theory)
Ilmu jiwa asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya
terdiri dari penjumlahan bagian-bagian/unsur-unsurnya. Dari aliran ini
ada 2 teori yaitu konektionisme yang dikembangkan oleh Throndike dan
conditioning oleh Pavlov.
41
Adapun teori yang akan diurai di sini ialah
teori konektionisme.
Menurut teori konektionisme yang dikembangkan oleh Throndike
menguraikan bahwa kegiatan pembelajaran partisipatif akan efektif
apabila interaksi antara pendidik dan peserta didik dilakukan melalui
stimulus dan respon. Berdasarkan teori ini, makin giat peserta didik
belajar dan makin tinggi kemampuannya dalam menghubungkan stimulus
dan respon maka makin efektif pula kegiatan pembelajarannya. 42
Stimulus dan respon merupakan upaya secara metodologis untuk
mengaktifkan siswa secara utuh dan menyeluruh baik pikiran, perasaan,
41
hlm. 33.
42
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada, 2000,
H.D. Sudjana, op.cit., hlm. 177.
dan perilaku. Salah satu indikasi keberhasilan belajar terletak pada
kualitas respon yang dilakukan siswa terhadap stimulus yang diterima
guru.43
Dalam teori ini menggunakan prinsip-prinsip yaitu; pertama,
prinsip kesiapan, prinsip ini menekankan perlunya motivasi yang tinggi
pada peserta didik untuk menghubungkan stimulus dan respons. Prinsip
kedua yaitu latihan, mengandung makna bahwa peserta didik sendirilah
yang
melakukan
kegiatan
belajar
secara
berulang-ulang
dalam
menghubungkan stimulus dan respons. Dan ketiga ialah prinsip pengaruh,
prinsip ini berhubungan dengan hasil kegiatan dan manfaat yang
dirasakan langsung oleh peserta didik dalam dunia kehidupannya. 44
b.
Teory Medan (Field Theory)
Teori medan ini dikembangkan oleh Kurt Lewin yang
mengutamakan pentingnya pengalaman peserta didik, berorientasi pada
pemecahan masalah serta motivasi memegang peranan penting. Prinsip
Topological Psichology yang digunakan lewin menekankan pada
pentingnya wilayah kehidupan peserta didik (life space). Wilayah
43
M. Saekhan Muchith, op.cit., hlm. 51.
44
H.D. Sudjana, loc.cit.
kehidupan merupakan lingkungan fisik dan psikis yang berhubungan
dengan peranan peserta didik.45
Berdasarkan teori ini peserta didik dipandang sebagai subyek
yang
memiliki
kemampuan
berpikir
aktif
dan
kreatif
dapat
mengidentifikasikan, menganalisis dan mencari alternative pemecahan
masalah (problem solving), serta mampu untuk melakukan kegiatan
problem solving. Berangkat dari latar belakang pengalaman dalam
wilayah kehidupan peserta didik maka mereka dapat didorong untuk
menyadari pentingnya masalah dan merasakan perlunya usaha problem
solving.46
Konsep pendidikan berdasarkan pengalaman inilah yang dapat
dikembangkan sebagai basis pendidikan partisipatif. Peserta didik
diberikan pendidikan sesuai dengan kadar pengalaman yang dimiliki,
sehingga lebih memungkinkan untuk melibatkannya secara aktif dalam
setiap proses pendidikan. 47
4. Ciri-ciri Proses Kegiatan Pembelajaran Partisipatif
45
46
47
Ibid, hlm. 178.
Ibid, hlm. 179.
Muis Sad Iman, op.cit., hlm. 126.
Tugas pendidikan adalah menyesuaikan diri si anak untuk hidup dan
harus dijaga agar ia tidak menjadi frustasi karena sukarnya pelajaran. Untuk
itu harus dimulai cara-cara mengajar yang integral dan menyenangkan bagi
peserta didik.
Proses kegiatan pembelajaran pasrtisipatif ditandai dengan interaksi
antara pendidik dan peserta didik dengan ciri-ciri sebagai berikut48 :
a. Pendidik menempatkan diri pada kedudukan yang tidak serba mengetahui
terhadap semua bahan belajar. Pendidik memandang peserta didik sebagai
sumber yang mempunyai nilai bermanfaat dalam kegiatan pembelajaran.
b. Pendidik sebagai teman belajar bagi peserta didik dan membantu setiap
kesulitan dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
ini berdasarkan atas kebutuhan belajar yang dirasakan perlu, penting, dan
mendesak oleh peserta didik.
c. Pendidik membangun atau menumbuhkan semangat atau jiwa kemandirian
peserta
didik
supaya
berpartisipasi
dalam
melakukan
kegiatan
pembelajaran.
d. Pendidik memposisikan diri sebagai peserta didik selama kegiatan
pembelajaran. Pendidik memberikan dorongan dan bimbingan terhadap
peserta didik untuk selalu memikirkan, mempelajari, melakukan, dan
menilai kegiatan pembelajarannya.
48
H.D. Sudjana, Op.Cit, hlm. 180-181.
e. Pendidik memberikan pokok-pokok informasi dan mendorong peserta
didik untuk mengemukakan dan mengembangkan pendapat serta
gagasannya secara kreatif.
f. Pendidik berperan untuk membawa peserta didik dalam menciptakan
situasi yang kondusif untk berlajar, mengembangkan semangat belajar
bersama, dan saling tukar pikiran dan pengalaman secara terbuka sehingga
peserta didik melibatkan diri secara aktif dan bertanggung jawab dalam
kegiatan pembelajaran.
g. Pendidik
mengembangkan
kegiatan
pembelajaran
berkelompok,
memperhatikan minat perorangan, dan membantu peserta didik untuk
mengoptimalkan respons terhadap stimulus yang dihadapi dalam kegiatan
pembelajaran.
h. Pendidik mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat
berprestasi yaitu senantiasa berkeinginan untuk paling berhasil, tidak
melarikan diri dari tantangan, semangat berkompetisi, dan berorientasi
pada kehidupan yang lebih baik di masa dating.
i. Pendidik mendorong dan membantu peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan problem solving yang diangkat dari kehidupan peserta didik
sehingga mereka mampu berpikir kreatif dan bertindak di dalam dunia
kehidupannya.
Pembelajaran akan lebih efektif dan efisien apabila selama proses
pembelajaran mampu menambah wacana atau khazanah pengetahuan baru
bagi peserta didik dan menyenangkan, menggairahkan dan memotivasi siswa
untuk selalu berprestasi.49
Proses pembelajaran akan lebih efektif jika didasarkan pada empat
komponen dasar antara lain :
1) pengetahuan, yaitu pembelajaran harus mampu dijadikan sebagai sarana
untuk tumbuh kembang pengetahuan siswa.
2) ketrampilan, yaitu pembelajaran harus memberikan ketrampilan siswa baik
ketrampilan kognitif, afektif, dan psikomotorik. (c) sifat alamiah, yaitu
proses pembelajaran harus berjalan secara alamiah. (d) perasaan, yaitu
perasaan yang bermakna emosi atau kepekaan. 50
B. Mata Pelajaran Akidah Akhlak
1. Pengertian Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Pendidikan Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang
mendapat banyak perhatian dari para ilmuwan. Hal ini karena disamping
49
M. Saekhan Muchith, op.cit, hlm. 7 – 8.
50
Ibid, hlm. 73.
perannya yang sangat strategis dalam rangka meningkatkan sumber daya
manusia. Juga karena didalam pendidikan Islam terdapat berbagai masalah
yang kompleks.51
Pendidikan
berdasarkan
atas
Islam
pada
Al-Qur’an
hakekatnya
dan
adalah
As-Sunnah,
pendidikan
bertujuan
yang
membantu
perkembangan manusia menjadi lebih baik. Pada dasarnya manusia lahir
dalam keadaan fitrah, bertauhid, pendidikan sebagai upaya seseorang untuk
mengembangkan potensi tauhid agar dapat mewarnai kualitas kehidupan
pribadi seseorang.52
Menurut Ahmad Tafsir Pendidikan Akidah Akhlak adalah usaha yang
dilakukan untuk mengembangkan potensi anak didik yang dilakukan secara
sistematis dan pragmatis, berdasarkan hukum Islam agar dapat dipahami,
dihayati, dan diamalkan serta sebagai pandangan hidupnya untuk menuju
kebahagiaan hidup dunia dan akhirat dengan menggunakan dasar-dasar
hukum menuju terbentuknya kehidupan yang utama menurut ajaran agama
Islam.53
51
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999, hlm.285.
52
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996,
hlm.26.
53
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, Rajawali Press, Jakarta, 1995, hlm. 32.
Dengan kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan
pengalaman
pendidikan
Akidah
Akhlak
mempunyai
peranan
untuk
menyiapkan peserta didik lebih mengenal, memahami, mengkhayati,
mengimani, beraqidah, bertaqwa hingga berakhlaq mulia dalam melaksanakan
ajaran agama dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Hadits.
Islam sebagai agama yang universal memberikan pedoman hidup bagi
manusia menuju kehidupan yang bahagia, kebahagiaan manusia itulah yang
menjadi sasaran hidup manusia yang pencapaiannya sangat bergantung pada
masalah pendidikan. Selain itu pendidikan merupakan kunci untuk membuka
pintu kearah modernisasi. Modernisasi hanya bisa dicapai melalui
pemberdayaan pendidikan.54
Islam memberi pedoman hidup kepada umat manusia yang mencakup
aspek-aspek ibadah, akhlak dan mu’amalah duniawiyah. Untuk memahami
pemahaman menuju penerapan ajaran-ajarannya dan memecahkan masalahmasalah baru yang berkembang dalam kehidupan diperlukan pemikiran dan
tindakan yang rasional.
Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan dengan
cara ada yang dibimbing, diajari dan atau dilatih dalam meningkatkan
kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) diarahkan untuk
54
Abdurrahman Mas’ud, Et. All, (Fak.Tarbiyah IAIN Semarang) Paradigma Pendidikan
Islam, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2001, hlm.56.
meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman ajaranajaran agama Islam dari peserta didik. Pembelajaran agama Islam untuk
membentuk keshalehan pribadi dan keshalehan social yang diharapkan
mampu memancar keluar dalam hubungan keseharian dengan manusia lainnya
(bermasyarakat) baik yang seagama maupun yang tidak seagama dalam
berbangsa dan bernegara sehingga terwujud persatuan dan kesatuan nasional
(ukhuwwah wathaniyah) dan ukhuwwah islamiyah.
2. Landasan Pembelajaran Akidah Akhlak
Pelaksanaan pendidikan agama Islam (Akidah Akhlak) di sekolah
mempunyai dasar landasan yang kuat. Dasar tersebut ditinjau dari berbagai
segi, yaitu:
a. Landasan Yuridis
Semangat keagamaan setelah bangsa Indonesia merdeka dari penjajah
tercermin dalam batang tubuh UUD 45 dalam alinea ketiga dan keempat.
Dan sila pertama dalm pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Berdasarkan konstitusional terdapat dalam UUD 45 Bab VI pasal 30.
Sedangkan berdasarkan operasionalnya terdapat dalam UU Sistem
Pendidikan Nasional tentang pendidikan keagamaan yang berfungsi
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami
dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu
agama.55
b. Landasan Religious
Al-Qur’an dan al-hadits adalah sumber dan dasar ajaran Islam
yang orisinil, banyak ayat al-Qur’an dan Hadits secara langsung maupun
tidak
langsung
yang
berbicara
tentang
kewajiban
umat
Islam
melaksanakan pendidikan khususnya pendidikan agama, antara lain:
           
   
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali
Imron:104)56
Dengan Akhlak yang mulia Rasulullah dijadikan sebagai suri
tauladan bagi umatnya, sebagaimana firman Allah:
           
     
55
56
UU Sistem Pendidikan Nasional NO : 20 Tahun 2003 Bab VI Bagian ke-9 Pasal 30.
Al Qur’an, Surat Ali Imron ayat 104, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al
Qur’an dan Terjemahnnya, Toha Putera, Semarang, 1989.
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(Q.S. Al Ahzab
: 21)57
Ayat tersebut di atas menjelaskan tentang perlunya mengajak
kepada kebaikan dan memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah yang
mungkar serta meneladani Rasulullah SAW.
c. Landasan Psikologi
Sejarah perkembangan manusia dari zaman purbakala, primitive
hingga sampai sekarang yang sering disebut era globalisasi dan era
informasi akan didapati bahwa manusia dari generasi ke generasi
selanjutnya mempunyai sesuatu yang dianggapnya berkuasa, bahkan
mencari sesuatu yang dianggapnya paling berkuasa yaitu Tuhan.
Bermacam-macam benda dianggap sebagai Tuhan Yang Maha Esa seperti,
matahari, bulan, bintang, angin, patung, api, dll. Hingga akhirnya manusia
menemukan kepercayaan bahwa Tuhan itu bukanlah benda yang dapat
dilihat dan diraba oleh panca indra, melainkan hanya dapat di rasa dalam
hati dan jiwa manusia serta dapat diterima oleh pikiran. 58
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Akidah Akhlak
57
Al Qur’an, Surat Al Ahzab ayat 21, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al
Qur’an dan Terjemahnnya, Toha Putera, Semarang, 1989.
58
12.
Zakiah Darajat, Pendidikan Dalam Pembinaan Mental, Bulan Bintang, Jakarta, 1982, hlm.
a. Ruang lingkup Akidah
Dalam pengertian teknis, Aqidah artinya adalah iman/keyakinan,
karena ditautkan dengan rukun iman yang menjadi ruang lingkup Akidah
adalah sebagai berikut:59
1) Iman kepada Allah SWT
2) Iman kepada Malaikat
3) Iman kepada Rasulullah
4) Iman kepada Kitab-kitab Allah
5) Iman kepada Qada dan Qadar
6) Iman kepada Hari Akhir
Dari uraian singkat tersebut di atas, tampak logis dan
sistematisnya pokok-pokok keyakinan Islam yang terangkum dalam
istilah rukun iman itu, pokok-pokok keyakinan ini merupakan asas
seluruh ajaran agama Islam.
b. Ruang lingkup Akhlak
59
Mubasyaroh, M. Ag, Buku Daros Materi dan Pembelajaran Aqidah Akhlaq, Departemen
Agama Pusat Pengembangan Sumber Belajar STAIN Kudus, 2008, hlm. 3-4.
Akhlak merupakan kondisi jiwa yang telah tertanam kuat, yang
darinya terlahir sikap amal secara mudah tanpa membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan. 60
Menurut M. Abdullah Draz dalam bukunya “Dustur Al-akhlaq
Fi’al Islam” membagi ruang lingkup akhlaq kepada 5 (lima) bagian,
yaitu:
1) Akhlak pribadi, terdiri: yang diperintahkan, dilarang, dibolehkan
dan akhlaq dalam keadaan darurat.
2) Akhlak berkeluarga, terdiri: kewajiban timbal balik orang tua dan
anak, kewajiban suami istri dan kewajiban terhadap karib kerabat.
3) Akhlak bermasyarakat, terdiri: yang dilarang, diperintahkan dan
kaidah-kaidah adab.
4) Akhlak bernegara, terdiri: hubungan antara pemimpin dan rakyat
dan hubungan luar negeri.
5) Akhlak beragama, terdiri: kewajiban kepada Allah SWT. 61
60
Wahid Ahmadi, Risalah Akhlak Panduan Perilaku Muslim Modern, Era Intermedia, Solo,
2004, hlm. 13.
61
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, LPPI UMY, Yogyakarta, 2004, hlm. 5-6.
Jelaslah bahwa ruang lingkup Akidah Akhlak menyangkut
hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia
lainnya, dan hubungan manusia dengan alam.
4. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Akidah Akhlak
a. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak
Pembelajaran Akidah Akhlak di sekolah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
memupuk pengetahuan penghayatan, pengamalan serta pengalaman
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang dalam keimanannya dan ketaqwaannya kepada
Allah SWT, serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat,
berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang
yang lebih tinggi.62
Pembelajaran Akidah Akhlak tidak hanya menekankan pada
penguasaan
kompetensi
kognitif
saja,
tetapi
juga
afeksi
dan
psikomotorik.63
62
Departemen Agama, Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Umum Tingkat
Menengah Dan Sekolah Luar Biasa, 2003, hlm. 4.
63
Ibid, hlm. 3
Dari tujuan tersebut dapat ditarik dari beberapa yang hendak
ditingkatkan dan ditujui oleh kegiatan pembelajaran Pendidikan Akidah
Akhlak, yaitu:
1) Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.
2) Dimensi pengetahuan (intelektual) serta keilmuan peserta didik
terhadap ajaran agama Islam.
3) Dimensi pengkhayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta
didik dalam menjalankan ajaran agama Islam.
4) Dimensi pengamalan, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah
diimani, dipahami, dan dihayati atau diinternalisasi peserta didik
mampu memotivasi dirinya untuk mengamalkan dan menaati ajaran
dan nilai-nilai agama Islam dalam kehidupan pribadi, serta
mengaktualisasikan
dan
merealisasikan
dalam
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. 64
b. Fungsi Pembelajaran Akidah Akhlak
64
Muhaimin,dkk, Paradigma Pendidikan Islam;upaya mengaktifkan PAI di sekolah, Remaja
Rosdakarya, Bandung, hlm. 78.
Secara umum, menurut John Sealy sebagaimana yang dikutip oleh Chabib
Thoha, Akidah Akhlak dapat diarahkan untuk mengemban salah satu atau
gabungan dari beberapa fungsi yaitu:65
1) Konvensional
Pendidikan Akidah Akhlak dimaksudkan untuk meningkatkan
komitmen, perilaku keberagamaan, memperbaiki akhlaq siswa dalam
kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Fungsi
ini didasarkan pada asumsi bahwa hanya ada kebenaran tunggal dalam
beragama, yaitu yang diyakini oleh masing-masing individu.
Dan
menjadikan Rasulullah SAW sebagai suri teladan dalam kehidupan
sehari-hari.
2) Neo Konvensional
Pendidikan Akidah Akhlak dimaksudkan untuk meningkatkan
keberagamaan siswa sesuai dengan keyakinannya. Pendidikan ini
memberikan kemungkinan keterbukaan untuk mempelajari dan
mempermasalahkan ajaran agama lain. Namun demikian, pengenalan
ajaran agama-agama lain tersebut adalah dalam rangka memperkokoh
agama sendiri atau hanya sekedar memahami keyakinan orang lain
dalam rangka meningkatkan toleransi beragama di kalangan antarumat
beragama. Agar fungsi ini dapat terlaksana, pendidikan ini diberikan
65
8-10.
Chabib Thoha,dkk, Metodologi Pengajaran Agama, Pustaka Pelajar,Yogyakarta, 1999, hlm.
secara inklusif yang mencakup ajaran berbagai agama, meskipun
hanya sekedar pwebandingan.
3) Konvensional tersembunyi
Pendidikan Akidah Akhlak dimaksudkan harus mampu memberikan
peluang kepada siswa untuk memilih ajaran agama yang sesuai dengan
atau tepat untuk dirinya sendiri tanpa intervensi dari pihak lain. Fungsi
ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia pada dasarnya memiliki
potensi beragama yang harus dikembangkan dan diberikan kebebasan
untuk memilih.
4) Implisit
Fungsi ini dimaksudkan untuk mengenalkan kepada siswa ajaran
agama Islam secara terpadu dengan seluruh aspek kehidupan melalui
berbagai subyek pelajaran. Fungsi ini lebih menekankan pada nilainilai universal dari ajaran agama yang berguna bagi kehidupan
manusia dalam berbagai aspeknya dimaksudkan untuk memberikan
makna yang sesungguhnya.
5) Non Konvensional
Pendidikan Aqidah Akhlaq
dimaksudkan sebagai alat untuk
memahami keyakinan atau pandangan hidup yang dianut oleh orang
lain. Karena pendidikan agama disini hanya semata-mata untuk
mengembangkan toleransi antar umat beragama dan berperilaku sesuai
dengan tatanan norma agama, susila, dan masyarakat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran
Akidah Akhlak memiliki fungsi :
Pertama, untuk mengembangkan dan meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan
dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya usaha menanamkan keimanan
dan ketaqwaan menjadi tanggungjawab setiap orang tua dalam keluarga.
Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan kemampuan yang ada
pada diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar
keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal
sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Kedua, untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat di
bidang agama supaya berkembang secara optimal sehingga dapat
dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
Ketiga, untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kelemahan
peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat,
untuk
mencegah
hal-hal
negative
dari
lingkungan/budaya lain yang membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
Kelima, untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan social dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
Keenam, untuk memberikan pedoman hidup peserta didik untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. 66
5. Materi Pelajaran Akidah Akhlak Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut
Tholibin
Setiap mata pelajaran tentunya sangat penting untuk disampaikan
kepada peserta didik, termasuk juga pelajaran Akidah Akhlak karena ia
memiliki relevansi yang kuat dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa. Itu tercermin dalam bab-bab / materi yang diajarkan.
Dengan disampaikannya materi itu siswa dituntut untuk selalu
berperan aktif dalam setiap pembelajaran, dan materinya disesuaikan dengan
kebutuhan siswa.
Di mana dengan menggunakan potensi “akal” yang
dimiliki, siswa dapat memahami dan meyakini agama Islam dengan
66
Departemen Agama, Op.Cit., hlm. 4-5.
argumentasi yang kuat. Adapun materi-materi Akidah Akhlak kelas XI MA.
SA PP. Roudlotut Tholibin sebagai berikut :
a. Iman Pada Kitab-kitab Allah
Pada bab ini menyangkut tentang kitab al-Qur’an al-karim, tanggung
jawab umat Islam terhadap al-Qur’an. Dan hikmah beriman pada kitabkitab Allah. Dengan disampaikan materi ini diharapkan siswa mampu
memahami
dan
meyakini
kebenaran
kitab-kitab
Allah
dengan
argumentasi yang kuat serta memegang teguh akidah Islam dan
mempunyai komitmen kuat untuk menjalankan ajaran Islam.
b. Sikap Terpuji
Bagian dari bab ini memuat tentang bijaksana, amanah, dan
futuristic/orientasi masa depan. Dengan materi ini siswa diharapkan
dapat bersikap bijaksana, amanah, dan futuristic/orientasi masa depan
dalam kehidupan sehari-hari serta memiliki nilai dasar humaniora untuk
menerapkan kebersamaan dalam kehidupan.
c. Akhlak Tercela
Bab ini mencakup tentang bahasan akhlak tercela seperti, memfitnah,
mencuri, picik, hedonisme, khianat, ananiyah atau egois, dan
materialistic. Diajarkannya materi ini diharapkan siswa mampu
menghindari akhlak tercela tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
d. Iman Kepada Rasul
Bab ini meliputi pengertian iman kepada rasul-rasul Allah, misi dan
tujuan diutusnya Rasul, dan bantahan terhadap orang yang tidak percaya
adanya Rasul. Dengan adanya materi ini siswa diharapkan dapat
memahami
makna
iman
kepada
rasul-rasul
Allah
SWT
serta
menjadikannya sebagai suri tauladan.
e. Sikap Terpuji
Dalam bab sikap terpuji ini meliputi solidaritas, tasamuh, ta’awun,
zuhud, saling menghargai, dan tidak ingkar janji. Diharapkan siswa
mampu membiasakan diri dengan sikap terpuji yang memperkokoh
kehidupan masyarakat serta berpartisipasi dan berwawasan kebangsaan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara
demokratis.
f. Iman Pada Hari Akhir
Bab ini meliputi hakikat iman pada hari akhir, bantahan terhadap orangrang yang tidak percaya hari akhir, hikmah beriman pada hari Akhir.
67
g. Penyimpangan Akidah Islamiyah
67
Departemen Agama, Buku Akidah Akhlak untuk Madrasah Aliyah Kelas XI, C.V. Goni &
Son, Semarang.
Bab ini merupakan materi tambahan yang membahas tentang maraknya
penyimpangan Akidah Islam seperti aliran ahmadiyah, aliran lia
aminuddin (kerajaan tuhan), aliran musoddiq, isis dll. Disampaikanya
materi ini sangat penting dengan memberi pemahaman agar siswa tidak
terjerumus oleh akidah yang menyesatkan.
Disampaikannya Akidah Akhlak tidak hanya memuat dalil-dalil
normatif saja tetapi juga dengan argumentasi yang rasional yang disesuaikan
dengan kondisi zaman. Dan pelajaran ini tidak hanya dihafalkan tetapi jauh
lebih penting adalah untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
siswa mampu berakhlakul karimah.
C. Kemampuan Berpikir Kreatif
1. Pengertian Berpikir Kreatif
Sebelum menjabarkan pengertian demokratisasi berfikir terlebih
dahulu akan diartikan kata perkata yaitu; kata berpikir dan kata kreatif.
Berpikir ialah daya jiwa kita yang dapat meletakkan hubunganhubungan antara ketahuan kita.68 Pendapat Sumadi Suryabrata dalam bukunya
68
Drs. Agus Sujanto, Psikologi Umum, Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hlm. 56.
Ngalim Purwanto menyatakan bahwa berpikir adalah suatu keaktifan pribadi
manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. 69
Menurut teori asosiasi, berpikir ialah kelangsungan tanggapantanggapan yang disertai dengan sikap yang pasif dari subyek yang berpikir.
Sedangkan teori behaviorisme mengartikan berpikir sebagai suatu reaksi
submanifes yang untuk sementara menggantikan reaksi yang menentukan. 70
Adapun menurut Garret dalam bukunya Abdul Rahman Abror
menyatakan bahwa berpikir sebagai tingkah laku yang sering implisit dan
tersembunyi dan biasanya dengan menggunakan simbol-simbol (gambarangambaran, gagasan-gagasan, dan konsep-konsep).71
Charles S. Pierce mengemukakan teori pikiran dan hal berpikir, bahwa
“Pikiran itu hanya berguna/berarti bagi manusia apabila pikiran itu “bekerja”
yaitu memberikan pengalaman (hasil) baginya. Fungsi berpikir tidak lain
daripada membiasakan manusia untuk berbuat.” 72
Sedangkan tujuan berpikir menurut pandangan John Dewey adalah
untuk memperoleh hasil pikir, yang dapat membawa hidup kita lebih maju
69
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 1996, hlm.
70
Abdul Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta, 1993,
43.
hlm. 125.
71
Ibid, hlm. 125.
72
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1995, hlm. 22-23.
dan lebih berguna.73
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa berpikir ialah suatu proses
dialektis – selama kita berpikir, pikiran kita mengadakan tanya jawab dengan
pikiran kita sendiri untuk dapat meletakkan hubungan-hubungan antara
ketahuan kita itu, dengan tepat pertanyaan itulah yang memberi arah kepada
pikiran kita.
Berpikir manusia sebenarnya merupakan proses yang dinamis.
Dinamika
berpikir
ini
dimungkinkan
oleh
pengalaman
yang
luas,
perbendaharaan bahasa yang hanya dan didukung pula oleh pendidikannya
yang baik dan ketajaman dalam berpikir. Dan akhirnya, puncak berpikir yang
sebenarnya terletak pada tingkat abstrak/pada kemampuannya dalam
memecahkan masalah.
Kreatif berasal dari bahasa Inggris “create” yang artinya mencipta dan
dalam bahasa Arab ‫ ﺧﻠﻖ‬senada dengan pengertian kreatif tersebut.
Sebagaimana firman Allah :
      
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya .(Q.S Attin :4)74
73
74
Muis Sad Iman, op.cit., hlm 65.
Al Qur’an, Surat Attin ayat 4, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al Qur’an
dan Terjemahnnya, Toha Putera, Semarang, 1989.
Kreatif ialah kemampuan memproduksi berbagi gagasan, aktivitas,
dan obyek baru, dan seringkali muncul dalam bentuk pemikiran bercabang. 75
Utami Munandar menjelaskan bahwa kreatif merupakan kemampuan
yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam berpikir, serta
menimbulkan ide-ide baru yang inovatif. Kreatif juga dapat diartikan sebagai
sebuah proses berpikir dimana siswa berusaha untuk menemukan hubunganhubungan baru, mendapatkan, jawaban, metode/cara dalam memecahkan
suatu masalah.76
Guru diharapkan mengarahkan para peserta didik untuk selalu berpikir
kreatif dengan menyadari keberadaan kreativitas tersebut setiap kali ia
muncul, karena dengan berpikir kreatif (creative thinking) orang mampu
menciptakan sesuatu yang baru yang sebelumnya mungkin belum terdapat. 77
Berpikir kreatif mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kehidupan
manusia,
melalui
kreativitas
yang
dimilikinya,
manusia
75
Kelvin Seifert, Manajemen Pembelajaran&Instruksi Pendidikan, PT. IRCisoD, Yogyakarta,
2007, hlm. 165.
76
Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, Rineka Cipta, Jakarta, 2004,
hlm. 45-46.
77
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, PT. ANDI, Yogyakarta, 2002, hlm. 144.
memberikan bobot dan makna terhadap kehidupan. Secara mikro, kreativitas
dimanifestasikan dalam kebudayaan dan peradaban. 78
Pendapat
Wallas
dalam
bukunya
Nana
S.
Sukmadinata
mengungkapkan bahwa untuk menjadikan siswa berpikir kreatif, ada beberapa
tahapan yang harus dilalui, yaitu:
a. Persiapan (preparation)
Tahap ini merupakan tahap awal berupa pengenalan masalah,
pengumpulan data informasi yang relevan, melihat hubungan antara
hipotesis dengan kaidah-kaidah yang ada tapi belum sampai menemukan
sesuatu, baru menjajaki kemungkinan-kemungkinan.
b. Pengembangan (Incubation)
Tahap
ini
merupakan
tahap
menjelaskan,
membatasi,
dan
membandingkan masalah dengan proses inkubasi/pematangan, ini
diharapkan ada pemisahan, mana hal-hal yang benar-benar penting dan
mana yang tidak, mana yang relevan dan mana yang tidak.
c. Pemahaman (illumination)
Tahap ini merupakan tahap pencarian dan menemukan kunci pemecahan,
menghimpun informasi dari luar untuk dianalisis dan disintesiskan
kemudian merumuskan beberapa keputusan.
78
Dedi Supriyadi, Kreativitas Kebudayaan dan Pengembangan Iptek, Alfabeta, Bandung,
1998, hlm. 62.
d. Pengetesan (verification)
Tahapan yang akhir ini merupakan tahap mengetes dan memberikan
hipotesis, apakah keputusan yang diambil tepat atau tidak. 79
2. Ciri-ciri Berpikir Kreatif
Menurut pandangan konstruktivistik, dalam proses pembelajaran siswa
harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi
makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Siswa diposisikan sebagai
pribadi yang telah memiliki kemampuan awal dan memiliki kebebasan
untuk membangun ide atau gagasan. 80
Berpikir kreatif sebagai suatu proses dapat dirumuskan sebagai suatu
bentuk pemikiran di mana individu berusaha menemukan hubungan-hubungan
yang baru, mendapatkan cara-cara baru dalam menghadapi suatu masalah. 81
Berpikir kreatif setiap siswa tidaklah sama, hal ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor baik dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa. Siswa
yang kreatif dalam pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
aktif dan pasif. Adapun masing-masing cirinya dapat diuraikan seperti berikut
ini:
79
Nana Saudih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Remaja Rosadakarya,
Bandung, 2003, hlm. 105.
80
81
M. Saekhan Muchit, op.cit., hlm. 74.
Monty P. Satiadarma&Fidelys E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, Pustaka Populer Obor,
Jakarta, 2003, hlm. 108.
a. Ciri-ciri siswa yang aktif dalam berkreativitas.
Menurut Utami Munandar, siswa yang kreatifnya tinggi memiliki
ciri-ciri sebagai berikut: 82
1) Mempunyai daya imajinasi yang kuat
2) Mempunyai inisiatif
3) Mempunyai minat yang luas
4) Bebas dalam berpikir
5) Bersifat ingin tahu
6) Selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru
7) Percaya pada diri sendiri
8) Berani mengambil resiko
9) Penuh semangat
10) Berani dalam berpendapat dan berkeyakinan (tidak ragu-ragu
menyatakan
pendapat
meskipun
mendapat
kritik
mempertahankan pendapat yang menjadi keyakinannya).
82
Utami Munandar, op.cit., hlm. 37.
dan
berani
Sedangkan menurut M. Surya berpendapat bahwa ciri-ciri siswa
yang kreatif dalam belajar antara lain: 83
11) Memiliki kemampuan yang tinggi dalam penalaran, berpikir abstrak,
pengambilan keputusan dari fakta-fakta yang diperolehnya dalam
belajar.
12) Memiliki rasa ingin tahu yang besar
13) Cepat dan mudah menerima pelajaran
14) Memiliki disiplin tinggi
15) Suka berlatih dan bekerja keras
16) Memiliki ruang lingkup perhatian yang lebih luas dan tekun dalam
memecahkan masalah
17) Memiliki kemampuan kerja mandiri yang efektif
18) Memiliki pengamatan yang lebih tajam dan teliti
19) Dapat mengingat secara cepat
20) Memiliki daya imajinasi yang luar biasa
21) Memiliki macam-macam hobbi dan minat baca yang besar
83
Muhammad Surya, Kapita Selekta Pendidikan Dasar, Universitas Terbuka, Jakarta, 2003.
Karakteristik pemikiran kreatif tersebut menurut Guilford berkaitan
erat dengan 5 ciri yang menjadi sifat kemampuan berpikir, yaitu:
a)
Kelancaran (fluency) yaitu kemampuan memproduksi banyak
gagasan
b)
Keluwesan (flexibility) yaitu kemampuan untuk mengajukan
berbagai pendekatan atau jalan pemecahan masalah.
c)
Keaslian (orisinility) yaitu kemampuan untuk melahirkan
gagasan asli sebagai hasil pemikiran sendiri.
d)
Penguraian (elaborasi) yaitu kemampuan memperkaya dan
mengembangkan suatu gagasan dan menguraikannya secara
terperinci.
e)
Perumusan kembali (redevinition) yaitu kemampuan untuk
mengkaji suatu persoalan melalui cara dan perspektif yang
berbeda dengan apa yang sudah lazim sehingga dapat mengambil
keputusan sesuai situasi yang dihadapinya. 84
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-
ciri siswa yang memiliki kreativitas tinggi yaitu memiliki rasa ingin tahu
yang besar, disiplin, tekun dalam memecahkan masalah, mandiri,
memiliki daya imajinasi yang luar biasa, memiliki macam-macam hobby,
84
Monty P. Satiadarma&Fidelys E. Waruwu, op.cit.,, hlm. 109.
tidak mudah menyerah/patah semangat dalm belajar, terbuka, pandai
menggunakan waktu, selalu ingin berprestasi dan menonjol dalam
berbagai kreativitas belajarnya.
b. Ciri-ciri sisiwa yang pasif dalam berkreativitas.
Menurut Posman Simanjuntak (1999: 73) bahwa ciri-ciri siswa
yang pasif dalam berkreativitas antara lain:
1) Kurang disiplin
2) Mudah pasrah dan patah semangat dalam belajar
3) Kurang suka bekerja keras dan menggantungkan hasil karya temantemannya
4) Suka bermalas-malasan, acuh tak acuh, dan suka membuat gaduh
dengan teman-temannya
5) Suka meremehkan hasil karya orang lain
6) Tidak percaya pada diri sendiri
7) Apabila diberi pelajaran kurang memperhatikan
8) Suka mengabaikan tanggungjawab
Sedangkan menurut M. Surya berpendapat bahwa ciri-ciri siswa
yang pasif dalam belajar antara lain: 85
a) Daya pikirnya lamban
b) Rasa ingin tahunya rendah
c) Daya ingatnya lemah
d) Kurang disiplin tinggi
e) Malas belajar dan berlatih
f) Respon dan perhatian dalam belajarnys kurang
g) Kemandiriannya kurang
h) Daya imajinasinya kurang
i) Daya kreativitasnya kurang
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar
mengajar peserta didik yang kreatif akan berperan aktif seperti
memperhatikan, tulis menulis, mengeluarkan pendapat, mendengarkan,
menggambar,
melatih
keterampilan,
memecahkan
masalah
dan
sebagainya.86 Sedangkan siswa yang pasif tidak memberikan kontribusi
85
Muhammad Surya, loc.cit.
86
Nasution. S., Dedaktik Asas-asas Mengajar, Bumi Aksara, Bandung, 2000, hlm. 91.
yang lebih bagi dirinya sendiri ataupun orang lain dalam proses
pembelajaran.
3. Strategi Meningkatkan Berpikir Kreatif
Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah untuk mengembangkan
segala potensi yang dimiliki oleh peserta didik baik ranah kognisi, afeksi,
maupun psikomotorik.
Untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif
tidak dapat
dilakukan dengan kegiatan belajar yang bersifat ekspositori (terpusat pada
pendidik), melainkan dengan kegiatan belajar discovery/inquiri (terpusat pada
peserta didik). Dengan demikian pendidik hendaknya menciptakan suasana
belajar yang lebih banyak memberikan kesempatan peserta didik untuk
mengembangkan ketrampilan intelektual, berpikir kreatif, dan mampu
memecahkan masalah secara ilmiah. Keadaan demikian inilah, menuntut pula
sikap yang lebih demokratis, terbuka, bersahabat dan percaya terhadap
siswa.87
Setiap orang yang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan
kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun dalam
kadar/taraf
yang
dikembangkan
dan
berbeda-beda,
ditingkatkan.
karena
kreativitas
Sehubungan
dengan
tersebut
perlu
pengembangan
kreativitas peserta didik perlu meninjau empat aspek dari kreativitas, yaitu:
87
Dimyati & Mudjiono, Belajar & Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 173.
a. Pribadi
Kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu
dalam interaksi dengan lingkungan sekitar. Ungkapan kreatif adalah yang
mencerminkan orisinalitas (keaslian) dari individu tersebut. Dari
ungkapan pribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide
baru dan produk-produk yang inovatif. Maka dari itu guru hendaknya
membantu siswa menemukan bakat-bakatnya dan menghargainya.
b. Pendorong
Bakat kreativitas siswa akan terwujud jika ada dorongan dari
lingkungan baik keluarga, sekolah, masyarakat dan juga adanya dorongan
kuat dari dalam dirinya sendiri.
c. Proses
Pendidik memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk
mengekspresikan dirinya secara kreatif yaitu dengan proses.
d. Produk
Peserta didik yang memiliki bakat dan ciri-ciri pribadi yang
kreatif dan dengan dorongan (internal/eksternal) untuk bersibuk diri
secara kreatif, maka produk-produk kreatif akan timbul/muncul. 88
88
Utami Munandar, op.cit., hlm. 45-46.
Pengembangan berpikir kreatif sangat penting bagi pengembangan
potensi anak (siswa) dengan tujuan untuk menggali kemampuan terdalam dari
bakatnya. Menurut Utami Munandar, kreativitas dapat dipupuk dan
dikembangkan dalam diri anak (siswa) dengan alasan:
1) Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan
diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.
2) Kreativitas atau berpikir kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat
bermacam-macam
kemungkinan,
penyelesaian
terhadap
suatu
masalah merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini kurang
perhatian dalam pendidikan formal.
3) Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat tetapi juga
memberikan keputusan kepada individu.
4) Kreativitas yang memungkinkan manusia meningkatkan kreativitas
hidupnya.89
Dalam berpikir rasional, peserta didik dituntut menggunakan logika
(akal sehat) untuk menentukan sebab akibat, menganalisis, menarik
kesimpulan dan bahkan menciptakan kaidah teoritis.
Dalam hal berpikir
kreatif siswa harus mampu menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat
89
Ibid., hlm. 31.
untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi
kesalahan atau kekurangan.90
Dengan kemampuan kreativitas yang terbina, maka anak (siswa) akan
terpacu dan lebih termotivasi. Untuk melakukan kegiatan yang merangsang
sikap keingintahuannya. Agar kreativitas anak dapat berkembang sesuai
dengan tingkat berpikir dan kejiwaannya, maka perlu diupayakan suatu
pengembangan kreativitasnya. Untuk itu menurut Conny Semiawan dalam
mengembangkan kreativitas harus meliputi 3 aspek yaitu segi kognitif, afektif,
dan psikomotor dengan perincian:
a) Pengembangan kognitif dengan merangsang kelancaran, kelenturan
dan keaslian belajar.
b) Pengembangan afektif dengan memupuk sikap dan minat untuk
bersibuk diri secara kreatif.
c) Pengembangan
psikomotor
dengan
menyediakan
sarana
da
prasarana pendidikan yang memungkinkan anak mengembangkan
ketrampilan dalam membuat karya yang produktif-inovatif.91
Sedangkan E. Mulyasa menyatakan bahwa peserta didik akan lebih
kreatif selama proses pembelajaran jika :
90
91
Muhibbin Syah, op.cit., hlm. 120.
Conny Semiawan, dkk, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah,
Gramedia, Jakarta, 1984, hlm.10.

Dikembangkannya rasa percaya diri pada peserta didik dan tidak
ada perasaan takut.

Diberi kesempatan untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas dan
terarah.

Dilibatkan dalam menentukan tujuan dan evaluasi belajar.

Diberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat/otoriter.

Dilibatkan secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran
secara keseluruhan.92
Hal tersebut di atas nampaknya cukup sulit dilakukan, guru hendaknya
dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif yang mengarah pada situasi
kelas karena kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh aktivitas dan
kreatifitas guru disamping kompetensi profesionalnya.
92
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005.
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum tentang Madrasah Aliyah SA PP. Roudlotut Tholibin
Bandungharjo Donorojo Jepara.
1. Identitas Sekolah
a. Nama Madrasah
: Madrasah Aliyah SA PP. Roudlotut
Tholibin
b. Alamat
: Jl. Raya Bandungharjo RT 03/01
Desa
: Bandungharjo
Kecamatan
: Donorojo
Kabupaten
: Jepara.
No. Telepon
: (0295) 4150148 – 5507844
c. Nama Yayasan
: Yayasan Roudlotut Tholibin
d. NSS/NSM
: - / 131233200062
e. Jenjang Akreditasi
:-
f. Tanggal berdiri
: 12 Juli 2013 .
g. Tahun Beroperasi
: 2013.
h. Status tanah
: Wakaf Bersertipikat.
i. Luas tanah
: 3559 m2.
j. Status Bangunan
: Milik sendiri permanen.
1) Luas bangunan
: 135,20 m².
k. Fasilitas Fisik
:
1) Kontruksi gedung
: Permanen
2) Jumlah ruang kelas
: ruang
3) Ruang Kepala Madrasah
: ada
4) Ruang guru
: ada
5) Ruang Tata Usaha
: ada
6) Ruang tamu
: ada
7) Ruang OSIS
: ada
8) Ruang perpustakaan
: ada.93
2. Sejarah Singkat berdirinya
Keberadaan
Yayasan
Roudlotut
Tholibin
Bandungharjo
yang
berkedudukan di desa Bandungharjo kecamatan Donorojo kabupaten Jepara
privinsi Jawa Tengah sejak berdirinya terus melakukan pembenahan–
pembenahan baik dalam pembenahan dalam pengelolaan maupun pembenaan
dalam penyelenggaraan pendidikan. Pembenahan oleh Yayasan Roudlotut
Tholibin Bandungharjo telah terbukti mampu mengelola lembaga pendidikan
pada jenjang Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Lembaga
Pendidikan Keagamaan (Madrasah Diniyah dan Pondok Pesantren). Kiprah
Yayasan Roudlotut Tholibin Bandungharjo ini semata-mata karena terpanggil
93
Sumber : Dokumentasi MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Tahun Pelajaran 2014/2015
dan merasa bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak bangsa yang berada
di masyarakat sekitarnya maupun masyarakat luas.
Wujud kepedulian Yayasan Roudlotut Tholibin Bandungharjo dalam
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban anak–
anak bangsa cukup mendapatkan respon yang signifikan dari masyarakat
sekitar, sehingga pada tahun pelajaran 2013 / 2014 Yayasan Roudlotut
Tholibin
Bandungharjo
merasa
perlu
meningkatkan
peran
dalam
mencerdaskan anak-anak bangsa melalui jenjang pendidikan menengah yang
memadai dan dapat terjangkau oleh berbagai lapisan masyarakat. Dengan
mempertimbangkan jenjang dan jenis pendidikan yang telah dikelola Yayasan
Roudlotut Tholibin Bandungharjo, maka jenjang pendidikan menengah yang
menjadi pilihan tepat adalah Madrasah Aliyah.
Pesatnya perkembangan tehnologi serta ketatnya persaingan kehidupan
dan juga komplek pondok pesantren yang berfungsi sebagai tempat konsultasi
yang sangat dipercaya oleh masyarakat merupakan pertimbangan yang
mendasar dalam pendirian pendidikan menengah dilingkungan Yayasan
Roudlotut Tholibin Bandungharjo, sehinggga penyelenggaraan pendidikan
diarahkan adanya keseimbangan antara pendidikan kecakapan sikap /
pendidikan berkarakter
maupun pendidikan kecakapan hidup (Life Skill).
Penerapan pendidikan kecakapan hidup / life skill memang perlu konsentrasi
tersendiri, karena Pendidikan pada jenjang menengah pada jenis Madrasah
Aliyah tidak terakomodir untuk pendidikan Kecakapan hidup / life skill, akan
tetapi pendidikan kecakapan hidup akan bisa disikapi melalui kegiatan ko –
Kurikuler maupun kegiatan ektra Kurikuler.
Madrasah Aliyah Satu Atap PP. Roudlotut Tholibin adalah satu-satunya
jenis pendidikan pada jenjang menengah yang berada di bawah pengelolaan
Yayasan Roudlotut Tholibin Bandungharjo. Berdirinya Madrasah Aliyah Satu
Atap PP. Roudlotut Tholibin dilatar belakangi oleh berbagai faktor, baik
pengalaman Yayasan Roudlotut Tholibin Bandungharjo yang kurang lebih 3
(tiga) tahun dalam mengelola satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
Madrasah Tsanawiyah maupun dukungan riil dari stakeholder madrasah.
Dukungan stakeholder madrasah utamanya para tokoh masyarakat dan tokoh
agama.
Secara geografis Madrasah Aliyah Satu Atap PP. Roudlotut Tholibin
terletak di desa Bandungharjo Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara,
keberadaan madrasah cukup startegis karana desa Bandungharjo yang berada di
sebelah Selatan desa Tulakan sebelah Utara desa Banyumanis sebelah Barat
desa Sekelor dan Bumiharjo. Akses menuju madrasah dari desa yang
mengelilinginya cukup mudah disebabkan letak madrasah yang berada di
pinggir jalan sehingga sangat mudah akses menuju madrasah. Selain
kemudahan akses menuju madrasah domisili Madrasah Aliyah Satu Atap PP.
Roudlotut Tholibin yang di kelilingi oleh Madrsah Tsanawiyah maupun
Sekolah Menengah Pertama merupakan target inkam peserta didik baru yang
cukup signifikan yaitu disebelah Selatan dengan jarak tempuh 1.25 km adalah
SMP Negeri 01 Donorojo dan MTs Matholi’ul Falah, sebelah Utara adalah
MTs Islamiyah banyumanis dengan jarak tempuh 3 Km serta MTs-SA PP.
Roudlotut Tholibin Bandungharjo yang berada satu atap dibawah pengelolaan
Yayasan Roudlotut Tholibin Bandungharjo.
Dengan hadirnya Madrasah Aliyah Satu Atap PP. Roudlotut Tholibin
akan bisa membantu bagi lulusan pada jenjang pendidikan dasar masyarakat
setempat yang tidak bisa melanjutkan kejenjang pendidikan menengah karena
alasan ekonomi. Secara ekonomis dengan kemudahan akses menuju madrasah
serta asrama pondok pesantren yang memadai secara otomatis akan mengurangi
biaya personal bagi peserta didik, sehingga diharapkan dengan kehadiran
Madrasah Aliyah Satu Atap PP. Roudlotut Tholibin tidak ada alasan bagi
masyarakat setempat untuk tidak melanjutkan pada pendidikan jenjang
menengah.
Adapun Susunan Pengurus Yayasan Roudlotut Tholibin sebagai berikut
:1. Pelindung
2. Pembina
: Kepala Desa Bandungharjo
: K. Muhammadun, S.Pd.I
Fuad Hasan, S.Pd.I
3. Penasehat
: K. Abdul Ghofur, S.Pd.I
K. AH. Sa’dumi, S.Pd.I
3. Ketua
: Ngadenan, S.Pd.
4. Wk. Ketua
: Noor Kholis, S.Pd.I
5. Sekretaris
: Deni Riswanto, S.Pd.I
6. Bendahara
: Ahmad Rotib
7. Kepala Madrasah
: Ahmad Yusro, S.S
8. Wk. Kepala
: Ali Ansori, S.Pd.I.94
3. Kondisi Obyektif
Desa Bandungharjo adalah salah satu desa yang berada di Wilayah
Kecamatan Donorojo kabupaten Jepara provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah
desa Bandungharjo 2132 ha yang terdiri dari sawah 700 ha, tegal / ladang
500 ha, tambak 2 ha dan pemukiman 450 ha. Desa Bandungharjo
berpenduduk 7.495 jiwa, jarak tempuh Ke pusat kota Kabupaten sekitar 45
km dan Jarak Tempuh ke kota kecamatan sekitar 4 km. Sebagian besar
masyarakat desa Bandungharjo berprofesi sebagai buruh, baik buruh tani,
buruh bangunan dan / atau berprofesi buruh serabutan, karena dari 2.237 usia
produktif sebanyak 1.727 masyarakat mencari nafkah dari profesi sebagai
buruh. Masyarakat mayoritas beragama Islam dengan taraf religius cukup baik
salah satu indikatornya adalah dukungan dan partisipasi aktif masyarakat yang
cukup baik terhadap keberadaan dan keberlangsungan Yayasan Roudlotut
Tholibin Bandungharjo.95
94
95
Ibid
Ibid.
4. Kurikulum
Penyusunan dan pelaksanaan Kurikulum di MA-SA PP. Roudlotut
Tholibin di dasarkan pada Undang-undang Nomor ; 20 tahun 2003 tentang
sistem Pendidikan nasional (pasal 36) yang di lanjuti dengan Permendiknas
nomor 22 tahun 2006 tentang standar Isi serta Keputusan Menteri Agama
nomor 370 tahun 1993 tentang Madrasah Aliyah, selain Kurikulum
sebagaimana yang telah ada dalam standar isi, Kurikulum lokal juga
merupakan bagian dari materi pembelajran sebagai Ciri khas Madrasah.
STRUKTUR KURIKULUM MA-SA PP. ROUDLOTUT THOLIBIN
KELAS DAN ALOKASI
WAKTU
KOMPONEN
X
XI
a. Al Qur’an Hadist
2
2
b. Akidah Ahlak
2
2
c. Fiqih
2
2
2. Pendidikan Kewarganegaraan
2
2
3. Bahasa Indonesia
4
4
A. MATA PELAJARAN
1. Pendidikan Agama Islam
XII
4. Bahasa Arab
2
2
5. Bahasa Inggris
4
4
6. Matematika
4
4
7. Fisika
2
-
8. Biologi
2
-
9. Kimia
2
-
10. Sejarah
1
3
11. Geografi
1
3
12. Ekonomi
2
4
13. Sosiologi
2
3
14. Seni Budaya
2
2
15. Pendidikan Jasmani dan Olah
2
2
2
2
1. Nahwu
2
2
2. Tafsir
2
2
3. Usul Fiqih
2
1
4. Ketrampilan
2
2
Raga
16. Tehnologi
Informasi
dan
Komunikasi
B. MUATAN LOKAL
Jumlah
48
48
5. Visi-Misi dan Tujuan MA. SA PP. Roudlotut Tholibin
a. VISI
Terwujudnya lembaga pendidikan yang maju dan modern yang mampu
mencetak peserta didik yang berilmu, unggul, berdaya guna dan berahlakul
karimah
b. MISI
1) Menyelenggarakan sistem pendidikan yang memadukan ilmu agama dan
umum.
2) Melaksanakan manajemen partisipatif dan interaktif.
3) Mewujudkan sarana prasarana yang berkwalitas dan representatif.
4) Mewujudkan administrasi berbasis IT.
5) Meningkatkan sumber daya manusia secara dinamis.
6) Tujuan
1) Membantu pemerintah dalam mewujudkan tujuan pendidikan Nasional
Yaitu. Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa, Berahlak Mulia,
Sehat, berilmu, Cakap, Kreatif, Mandiri dan menjadi warga yang
demokratis serta bertanggung jawab
2) Terselenggaranya manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang
transparan dan akuntabel secara bertahap
3) Meningkatkan kompetensi guru dalam memberikan layanan pendidikan
baik dalam pembelajaran maupun bimbingan
4) Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya
sehingga dapat dikembangkan secara optimal
7) Struktur Organisasi
Madrasah Aliyah Satu Atap PP. Roudlotut Tholibin merupakan salah
satu lembaga pendidikan islam yang dikelola oleh sebuah yayasan yang
bernama "Yayasan Roudlotut Tholibin" dengan Akte Notaris No.15 Tahun
2012
yang
berkedudukan
di
Desa
Bandungharjo
dengan
rumusan
kepengurusan sebagai berikut ;
Sebagai dewan pelaksana Madrasah Aliyah Satu Atap PP. Roudlotut
Tholibin adalah sebagai berikut ;
TABEL I
STRUKTUR ORGANISASI MADRASAH ALIYAH SA PP. ROUDLOTUT
THOLIBIN BANDUNGHARJO DONOROJO JEPARA
PENGURUS MADRASAH
KOMITE
MADRASAH
KA. MADRASAH
BENDAHARA
WAKA. KUR
TATA USAHA
WAKA. SIS
WAKA. SAR
BP
WALI KELAS
GURU
SISWA
Garis komando
Garis koordinasi
Pengelola
: Pengurus Madrasah SA PP. Roudlotut
Tholibin
Kepala Madrasah
: Ahmad Yusro, S.S
Wakabid. Kurikulum
: Ali Ansori, S.Pd.I
Wakabid. Kesiswaan
: Badri Rohman, S.Pd.I.
Wakabid. Sarpras
: Noor Kholis, S.Pd.I
Wakabid. Keuangan
: Yusuf Muzazin
Kaur Tata Usaha
: M. Faizin
Ka. Gudep
: Deni Riswanto
BP
: Fuad Hasan, S.Pd.I
Ketua Komite Madrasah
: Mutholib
Wali Kelas X
: Purna Hartanti, S.Pd
Wali Kelas XI
: Harmoko, S.Pd.96
Yang mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Pengurus
a. Menyediakan semua fasilitas madrasah, gedung, meubelair dan sarana
prasarana yang diperlukan madrasah.
b. Mengontrol dan mengadakan pengurusan atau pelaksanaan kegiatan
madrasah, baik kegiatan belajar mengajar maupun ektra dan menerima
pertanggung jawaban dari kepala madrasah.
c. Mengangkat kepala dan guru bila diperlukan atas usulan anggota.
2. Kepala Madrasah
a. Bertanggung jawab kepada pengurus atas pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar di madrasah dan membuat laporan pertanggung jawaban
setiap akhir tahun.
b. Mengkoordinir wakil kepala dalam melaksanakan tugas serta
memberikan pembinaan kepada semua guru dan karyawan madrasah.
c. Mengusulkan kepada pengurus tentang pengangkatan guru atau
karyawan bila diperlukan.
d. Menghadiri rapat-rapat dinas yang berhubungan dengan madrasah.
3. Wakabid Kurikulum
a. Mengatur jadual pelajaran dan guru piket setiap awal tahun pelajaran.
96
Sumber : Papan Monografi MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Tahun Pelajaran 2014/2015.
b. Mengusulkan kepada kepala madrasah mengenai penetapan wali kelas.
c. Merumuskan dan
mengembangkan kurikulum
yang digunakan
dimadrasah dengan mengacu pada kurikulum Departemen Agama atau
Departemen Pendidikan.
4. Wakabid Kesiswaan.
a. Mengadakan pembinaan dan membimbing kepada organisasi siswa
(ISSAR).
b. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler.
c. Menangani
masalah
kesiswaan
berkenaan
dengan
pemberian
bimbingan dan pengembangan bakat siswa.
5. Wakabid Sar-pras
a. Mengusahakan adanya sarana dan prasarana pendidikan di madrasah
yang diperlukan atas persetujuan pengurus madrasah.
b. Merawat dan memperbaiki sarana dan prasarana madrasah yang rusak.
6. Bendahara
a. Menerima dan mengelola keuangan madrasah sesuai dengan anggaran
pendapatan dan belanja madrasah.
b. Mengelola administrasi keuangan dengan baik dan melaporkan setiap
akhir bulan kepada kepala dan pengurus madarasah.
7. Kaur Tata Usaha
a. Mengelola administrasi madrasah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
b. Mengusahakan adanya instrumen madrasah.
c. Mengisi semua pendataan madrasah.
d. Membuat dan mengisi pendataan buku raport bagi siswa baru dan
menyerahkan kepada wali kelas.
e. Mengisi buku induk siswa.
f. Membuat surat-surat yang diperlukan.
8. Ka Gudep
a. Mengkoordinir pelaksanaan kepramukaan, latihan pramuka dan
perkemahan.
b. Menghadiri rapat-rapat kepramukaan.
c. Merencanakan kegiatan kepramukaan, perkemahan dan bakti sosial.
9. BP
a. Memberikan bimbingan dan pembinaan kepada siswa yang bermasalah.
b. Mengadakan hubungan dengan wali murid yang dianggap memerlukan
perhatian madrasah.
c. Memanggil wali dari murid yang bermasalah untuk menangani masalah
yang dihadapi bila perlu.
10. Ketua Komite Madrasah
a. Mengadakan adanya sumbangan pendidikan bagi madrasah.
b. Membantu pengurus madrasah dan wakabid sarana dan prasarana
didalam mewujudkan sarana dan prasarana madrasah.
c. Mengadakan rapat-rapat komite untuk kemajuan madrasah.
11. Wali Kelas
a. Mengadakan bimbingan dan pembinaan kepada siswa kelas yang
menjadi tanggung jawabnya.
b. Mengadakan bimbingan organisasi kelas kepada kelas yang menjadi
tanggung jawabnya.
c. Mengisi nilai pada buku leger dan buku raport siswa setelah ulangan
semester.
d. Memberikan raport kepada murid setiap selesai ulangan semester atau
akhir tahun pelajaran. 97
6. Keadaan Guru dan Siswa
a. Keadaan Guru
Guru adalah salah satu faktor yang menunjang dalam pelaksanaan
proses pendidikan dan pengajaran, sehingga tercapai tujuan akhir. Di dalam
suatu lembaga pendidikan terdapat berbagai macam pelajaran oleh guru
kepada anak didiknya, sehingga di butuhkan tenaga guru yang banyak
jumlahnya dan profesional mengajar.
1. Dari segi jumlah dan status terdapat ;
11 orang guru tetap yayasan
5 orang guru tidak tetap yayasan (Non PNS)
2. Dari segi jenis kelamin terdapat :
97
Sumber : Ibid
15 orang guru laki-laki
3 orang guru perempuan
3. Dari segi latar belakang pendidikan terdapat :
16 orang guru berpendidikan S1 dan S2 Keguruan
2 orang karyawan berpendidikan non sarjana
4. Dari segi pembelajaran
Sebagian guru menggunakan metode ceramah dan diskusi, sebagian
kecil menggunakan metode praktek lapangan.
Lebih lanjut tabel berikut memperlihatkan keadaan jumlah serta
perincian tenaga guru dan karyawan pada Madrasah Aliyah SA PP.
Roudlotut Tholibin.
TABEL II
DATA GURU MADRASAH ALIYAH SA PP. ROUDLOTUT THOLIBIN
KECAMATAN DONOROJO KABUPATEN JEPARA
TAHUN PELAJARAN 2014/201598
Pend.
No
Nama
Jabatan
Terahi
Prodi
r
1
Ahmad Yusro, S.S
98
Sumber : Ibid
Kamad
S1
Sastra Inggris
Mulai
tugas
2013
2
Badri Rohman, S.Pd.I
3
Ali Ansori, S.Pd.I
4
Harmoko, S.Pd
5
Waka. Sis
S1
PAI
2013
S1
PAI
2013
Wl.Kls XI
S1
Pend.Biologi
2013
M. Faizin
Ka. TU
MA
-
2013
6
Yusuf Muzazin
Bendahara
MA
-
2013
7
Ah. Sa’dumi, S.Pd.I
Guru
S1
PAI
2013
8
Purna Hartanti, S.Pd
Wl.Kls. X
S1
9
K.Sufyan Mansur, M.Pd.I
Guru
S1
Waka.
Kur
Pend.Bahasa
Inggris
PAI
2013
2013
Pend.Bahasa
10
Nur Halimah S.Pd
Guru
S1
dan
Sastra 2013
Indonesia
11
Afandi, S.Pd.I
Guru
S1
PAI
2013
12
Muhammadun, S.Pd.I
Guru
S1
PAI
2013
13
Noor Kholis, S.Pd.I
Guru
S1
PAI
2013
14
Kustowo, S.Pd.I
Guru
S1
PAI
2013
15
Badruddin, S.Pd.I
Guru
S1
PAI
2013
Pend.pancasila
16
Ngadenan, S.Pd
Guru
S1
dan
Kewarganegara
2013
an
17
Suci Rahayu, S.Pd
Guru
S1
18
Andika Feri S., S.Kom
Guru
S1
Pend.
2013
Matematika
Penjaskes
2013
b. Keadaan Siswa
Pada tahun pelajaran 2014/2015 Madrasah Aliyah
SA PP.
Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara menampung siswa
dengan perincian sebagai berikut :
TABEL III
KEADAAN SISWA MADRASAH ALIYAH. SA PP. ROUDLOTUT THOLIBIN
DESA BANDUNGAHARJO KECAMATAN DONOROJO
KABUPATEN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/201599
KELAS
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
X
13
16
29
XI
14
13
27
99
Ibid.
Jumlah
27
29
56
7. Sarana Belajar
Dalam proses belajar mengajar suatu lembaga pendidikan dalam
pengajaran sangat diperlukan fasilitas yang memadai. Yang di maksud fasilitas
disini
adalah
suatu
yang
dapat
mempermudah
atau
memperlancar
terlaksananya program pendidikan dan pengajaran.
Sarana prasarana merupakan salah satu faktor penting dalam
keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar. Secara umum, sarana prasarana
Madrasah Aliyah Satu Atap PP. Roudlotut Tholibin sebagai penunjang
pelaksanaan pendidikan adalah sebagai berikut ;
TABEL IV
STATUS KEPEMILIKAN TANAH & PENGGUNAAN MADRASAH ALIYAH
SATU ATAP PP. ROUDLOTUT THOLIBIN TAHUN PELAJARAN 2014/2015100
No
Penggunaan
Status
Luas
Kepemilikan
tanah
Bangunan
3.559 m²
-
1
Sertifikat
2
Belum sertifikat
100
Ibid
Halaman/
Lap. Olah
Lain-
Taman
raga
lain
135 m²
30 m²
-
-
-
-
-
-
3
Bukan milik
Jumlah
-
-
-
-
-
3559 m²
135 m²
30 m²
-
-
TABEL V
KEADAAN SARANA PRASARANA MADRASAH ALIYAH SA PP.
ROUDLOTUT THOLIBIN BANDUNGHARJO DONOROJO JEPARA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015101
No
Sarana Pra sarana
Jumlah
Kondisi
1
Ruang kelas
3
Baik
2
Ruang tamu
1
Baik
3
Ruang kepala
1
Baik
4
Ruang guru
1
Baik
5
Ruang BP/BK
1
Baik
6
Ruang TU
1
Baik
7
Ruang perpustakaan
1
Baik
8
Ruang UKS
1
Baik
9
Ruang computer
1
Baik
10
Ruang koperasi
1
Baik
11
Ruang OSIS
1
Baik
12
Kamar mandi/WC murid
3
Baik
101
Ibid
13
Kamar mandi/WC guru
1
Baik
14
Musholla
1
Baik
15
Gudang
1
Baik
B. Deskripsi Hasil Penelitian tentang
Pembelajaran Partisipatif
Mata
Pelajaran Akidah Akhlak Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin
1. Pelaksanaan Pembelajaran Partisipatif Guru Mata Pelajaran Akidah
Akhlak Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa.
Keberhasilan anak didik ditentukan oleh model dan metode mengajar
yang ditentukan oleh guru, di samping komponen system pembelajaran lainnya.
Proses pembelajaran merupakan suatu system yang komponen-komponennya
saling berinteraksi sebagai satu kesatuan. Komponen system pembelajaran itu
antara lain : siswa, guru, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode
pembelajaran, sarana-prasarana, evaluasi dan lingkungan pembelajaran. Setiap
guru harus menguasai komponen-komponen itu dan trampil menerapkannya
dalam proses belajar-mengajar.
Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan kompetensi
siswa, guru memperbanyak kesempatan kepada siswa untuk berbicara supaya
siswa berperan aktif dalam setiap pembelajaran sehingga siswa mampu
meningkatkan berpikir kreatif.
Sebagaimana hasil wawancara dengan Badruddin, S.P.d.I mengatakan
bahwa upaya guru dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin dengan cara setiap pembelajaran
melibatkan siswa secara aktif, guru hanya sedikit saja dalam menerangkan
materi, selebihnya meminta siswa untuk mencari contoh permasalahan dari
lingkungan sekitar sekaligus memberikan solusinya. Sehingga bisa membuka
pikiran, ide, dan gagasan dalam menanggapi setiap problem kehidupan dengan
metode diskusi dikelas, kemudian pertemuan selanjutnya guru member tugas
kepada siswa untuk membuat karya tulis ilmiah untuk mencari informasi
melalui berbagai macam media salah satunya wawancara kepada masyarakat
tentang sub bab mapel akidah akhlak yang telah ditentukan antara lain tentang
akidah islamiah,akhlak terpuji dan tercela dll, Dan yang lebih utama adalah
memotivasi siswa untuk berpikir kreatif dan mengembangkan rasa percaya
diri.102
Senada halnya dengan Miftakhul Muandik, sebagaimana hasil
wawancaranya, dia mengatakan bahwa dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa kelas XI MA SA PP. Roudlotut Tholibin, guru selalu
memberikan waktu yang lebih kepada siswa untuk bertanya, memberikan ide,
menanggapi pertanyaan dan mencurahkan pikiran dalam proses pembelajaran.
Adapun strategi yang dipakai guru menyuruh siswanya untuk mencari
102
Badruddin, S.Pd.I sebagai Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas XI MA. SA PP.
Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
permasalahan tentang pelajaran akidah akhlak yang telah ditentukan oleh guru
di lingkungan sekitar untuk di analisis dan didiskusikan kemudian memberikan
solusinya. 103
Pernyataan ini diperkuat oleh kepala madrasah, sebagaimana hasil
wawancaranya, beliau mengatakan bahwa kami melihat in put siswa yang
kemampuannya berbeda-beda, ada yang pandai, sedang dan kurang. Untuk
mengatasi anak-anak yang kemampuannya kurang dengan cara menganjurkan
guru untuk memberikan pembelajaran khusus bagi siswa yang kurang, dan
meminta kepada pihak orang tua supaya ada pengawasan terhadap anak.
Sedangkan bagi siswa yang memiliki kemampuan sedang dan pandai diberi
pengarahan supaya terus mengasah kreatifitasnya. Yang lebih penting adalah
melibatkan semua siswa secara aktif dalam proses belajar – mengajar dan
strategi pembelajarannya bertumpu pada peserta didik.104
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa guru dapat menciptakan
suasana belajar yang efektif, efisein dan kondusif yang mengarah pada situasi
kelas karena kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh aktivitas dan
kreatifitas guru disamping kompetensi profesionalnya.
2. Kreatifitas Siswa Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin
103
Miftakhul Muandik, selaku Ketua Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin, Wawancara
Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
104
Ahmad Yusro,S.S, selaku Kepala Madrasah Aliyah Satu Atap PP. Roudlotut Tholibin,
Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak lepas dari interaksi antara
manusia satu dengan manusia lainnya. Begitu juga dalam proses pembelajaran,
seorang siswa selalu berkomunikasi dengan siswa lainnya dan pendidik. Agar
proses pembelajaran dapat dilakukan dengan tidak
monoton, dan
membosankan peserta didik, maka perlu dibuatkan program kegiatan yang
disesuaikan dengan kebutuhan siswa agar lebih menarik perhatian dalam
meningkatkan kreatifitasnya.
Melakukan kegiatan secara kreatif tidak hanya bermanfaat (bagi pribadi
dan bagi lingkungan) tetapi memberikan kepuasan kepada individu dan
memungkinkan siswa meningkatkan kualitas hidupnya.
Sebagaimana hasil wawancara dengan Badruddin, S.Pd.I, sebagaimana
hasil wawancaranya, beliau mengatakan bahwa untuk menunjang dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP.
Roudlotut Tholibin selain diskusi dikelas kami berikan tugas setelah dirumah
menyusun karya tulis ilmiah tentang akidah dilingkungan sekitar dan juga
tentang akidah islamiah, akhlak terpuji, Maupun tidak terpuji , kegiatan yang
diprogramkan ada Peringatan Hari Besar Islam, Sholat Berjama’ah, Seminar,
Lomba Karya Tulis Ilmiah, pramuka, Dauroh Bahasa Arab, Les Bahasa Inggris,
Les Komputer, dan Khitobah. siswa diwajibkan mengikuti semua kegiatan
tersebut, bagi yang bandel tidak mau masuk akan mendapatkan sanksi dari
Pembina kegiatan. Jika tidak di beri sanksi, bisa jadi siswa seenaknya sendiri.105
Kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran Akidah Akhlak yaitu
karya tulis ilmiah Peringatan Hari Besar Islam, Sholat berjama’ah, Khitobah.
Kegiatan tersebut memberikan makna yang mendalam guna memperbaiki dan
memperkuat keyakinan siswa dalam beragama serta siswa mampu berperilaku
sesuai dengan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan program kegiatan tersebut mampu memberikan nilai yang
positif bagi perkembangan siswa dari ranah emosional, spiritual sampai ranah
intelektual. Berpikir kreatif siswa dapat ditingkatkan melalui kegiatan tersebut,
misalnya karya tulis ilmiah, khitobah, menuntut siswa untuk berani berbicara,
berpendapat dan menulis dengan baik dan benar.
Kesenian Baca Tulis Al-Qur’an di sini meliputi seni menulis kaligrafi
ayat Al-Qur’an dan seni membaca Al-Qur’an. Khitobah di sini adalah latihan
berpidato atau ceramah keagamaan. Kegiatan ini menuntut siswa untuk percaya
diri, berani dan
siap dalam menyampaikan pengalaman dan pengetahuan
keagamaannya di depan umum.
Selain itu juga pelatihan Karya tulis ilmiah bagi siswa mampu memacu
berpikir kreatif karena untuk menulis itu perlu kemauan, usaha dan konsentrasi
dalam menuangkan ide, gagasan, daya imajinasi, dan pendapat ke bentuk
105
Badruddin, S. Pd.I sebagai Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak kelas XI MA. SA PP.
Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 13 Juni 2015.
tulisan. Dengan membiasakan menulis akan lebih mudah dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa terutama penalaran menyelesaikan
permasalahan yang ada dengan daya imajinasi, inspiratif dan inovatif. Dengan
kemampuan dan keberanian yang dimiliki siswa serta bimbingan, latihan, dan
motivasi dari pendidik mampu meningkatkan berpikir kreatif siswa.
Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Kepala Madrasah, beliau
mengatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif banyak
program kegiatan yang telah direncanakan oleh pihak Madrasah, misalnya
lomba karya tulis, pramuka, pengembangan Bahasa Arab, pengembangan
Bahasa Inggris, les computer, khitobah, dan kesenian, diharapkan dengan
kegiatan tersebut siswa lebih kreatif , setiap siswa diwajibkan mengikutinya,
apabila tidak mengikuti akan mendapatkan sanksi.106
3. Faktor- faktor Keberhasilan Pembelajaran Partisipatif Pada Mata
Pelajaran Akidah Akhlak dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Tahun Pelajaran
2014/2015.
Proses kegiatan pembelajaran partisipatif itu berpusat pada peserta didik
(learner centered). Maksudnya ialah kegiatan pembelajaran yang dilakukan
106
Ahmad Yusro, S.S selaku Kepala Madrasah Aliyah SA PP. Roudlotut Tholibin,
Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
berdasarkan atas kebutuhan belajar siswa dan disesuaikan dengan latar
belakang kehidupan siswa.
Dengan adanya pembelajaran partisipatif di kelas XI Madrasah Aliyah
SA PP. Roudlotut Tholibin memberikan ruang dan waktu yang lebih bagi siswa
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya. Sehingga kreatifitas siswa
tidak stagnan / terbelenggu oleh tembok pemisah antara pendidik dan peserta
didik. Di sini Guru menjadikan siswa sebagai subyek sekaligus obyek
pembelajaran.
Oleh karena itu dalam penerapan pembelajaran ini tidak terlepas dari
penghambat dan pendukung keberhasilan pembelajaran partisipatif mata
pelajaran Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin, sebagaimana hasil wawancara
dengan guru pamong, siswa, dan Kepala Madrasah, yaitu :
Pertama, Badruddin,S.Pd.I selaku guru pamong mata pelajaran Akidah
Akhlak, beliau mengatakan bahwa penghambat pembelajaran partisipatif yaitu
masih ada siswa yang kurang berperan aktif, malu dan atau takut
mengungkapkan pendapatnya, materi/buku pendukung yang kurang memadai,
sebagian siswa belum menjadikan belajar sebagai sebuah kebutuhan pokok
sehingga belajar hanya saat menjelang ujian saja. Adapun pendukung
keberhasilannya diantaranya peranan pendidik dalam kegiatan pembelajaran
partisipatif, keterlibatan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran,
memotivasi siswa supaya lebih meningkatkan kreatifitasnya, metode yang
digunakan, bahan ajar, dan sarana – prasana yang tersedia di Madrasah. 107
Kedua, Miftakhul Muandik
selaku ketua kelas XI MA. SA PP.
Roudlotut Tholibin, dia mengatakan bahwa untuk penghambat diantaranya
siswa terganggu oleh suara kendaraan yang lewat, kurangnya konsentrasi siswa
dalam belajar, dan fasilitas perpustakaan bukunya hanya sedikit dan terbitan
lama. Adapun pendukung keberhasilan yaitu guru mampu menguasai materi,
partisipasi
aktif
siswa
dalam
belajar
–
mengajar,
dan
kegiatan
ekstrakurikuler.108
Pernyataan di atas, dipertegas oleh Kepala Madrasah, beliau mengatakan
bahwa penghambat pembelajaran partisipatif yaitu masih ada siswa yang
kurang berani dalam menyampaikan gagasan/pendapat, sebagian guru belum
sesuai dengan kemampuan akademiknya, sarana dan prasarana pembelajaran
kurang memadai. Sedangkan
factor
keberhasilan diantaranya
strategi
pembelajaran yang dipakai oleh guru disesuaikan dengan kebutuhan,
memanfaatkan fasilitas yang tersedia, dan keikutsertaan siswa dalam situasi
edukatif.109
107
Badruddin, S. Pd.I sebagai Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq kelas XI MA. SA PP.
Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
108
Miftakhul Muandik, selaku ketua Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin, Wawancara
Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
109
Ahmad Yusro,S.S selaku Kepala Madrasah Aliyah Satu Atap PP. Roudlotut Tholibin,
Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
Dalam pembelajaran Akidah Akhlak siswa kelas XI MA. SA PP.
Roudlotut Tholibin materi-materinya telah disusun sesuai kurikulum yang
berlaku, dalam buku pelajaran Akidah Akhlak terdiri VI BAB yaitu: Iman pada
Kitab-kitab Allah, sikap terpuji, Akhlak tercela, Iman kepada Rasul, sifat
terpuji, dan Iman pada Hari Akhir. Meski materinya telah disusun tidak
menutup kemungkinan ada materi tambahan yang perlu dibahas sesuai
kebutuhan dan keinginan siswa. Adapun materi tambahannya yaitu tentang
penyimpangan Akidah Islamiyah, materi ini diajarkan karena akhir-akhir ini
banyak terjadi penyimpangan Aqidah Islam seperti aliran ahmadiyah, aliran lia
aminuddin (kerajaan tuhan), aliran musoddiq,dll. Penistaan agama - ada
sebagian orang yang mengaku menjadi nabi, malaikat, dan utusan Tuhan.
Penyimpangan aqidah ini tentunya meresahkan masyarakat. Jika peserta didik
kurang pemahaman tentang ajaran agama Islam dikhawatirkan akan terjerumus
jurang kenistaan. Itulah pentingnya penyampaian materi tersebut.
Pembelajaran Akidah Akhlak tidak hanya memuat dalil-dalil normatif
(AL-Qur’an & As-Sunnah) saja tetapi juga dengan argumentasi yang rasional
yang disesuaikan dengan kondisi zaman. Di sini peserta didik dimotivasi untuk
menyampaikan ide, gagasan dan argumentasi mengenai permasalahan tersebut.
Tak hanya itu peserta didik bisa menceritakan pengalaman religius mereka yang
nantinya dijadikan sebagai pembelajaran hidup bagi yang lainnya. Dengan
pembelajaran seperti ini mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa.
Dan pelajaran ini tidak hanya dihafalkan tetapi jauh lebih penting adalah
untuk ditransformasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa mampu
berakhlakul karimah sesuai ajaran agama Islam.
BAB IV
ANALISA DATA
A. Analisis Tentang Pembelajaran Partisipatif Guru Mata Pelajaran Akidah
Akhlak Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa.
Perkembangan kreatifitas sangat erat kaitannya dengan perkembangan
kognitif individu karena kreativitas sesungguhnya merupakan perwujudan dari
pekerjaan otak. Sesungguhnya otak manusia menurut fungsinya terbagi menjadi
dua belahan, yaitu belahan kiri (left hemisphere) dan belahan otak kanan (right
hemisphere. Fungsi otak belahan kiri adalah berkaitan dengan pekerjaanpekerjaan yang bersifat ilmiah, kritisi, logis, linier, teratur, sistematis,
terorganisir, dll. Sedangkan fungsi otak belahan kanan adalah berkenaan dengan
kegiatan yang bersifat nonlinear, nonverbal, holistic, humanistic, kreatif,
mencipta, mendesain, dll.110
Peningkatan kemampuan berpikir kreatif sejak usia dini menjadi sangat
penting karena berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacammacam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. 111
Setiap
siswa
memiliki
kemampuan
berbeda-beda
dalam
proses
berpikirnya, ada yang lamban, sedang, dan cepat. Begitu juga dengan bakat,
110
Mohammmad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,
Bumi Aksara, 2005, hlm. 40.
111
hlm. 31.
Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, Rineka Cipta, Jakarta, 2004,
minat, kepribadian, dan kreatifitas mereka memiliki perbedaan. Perbedaan itu
akan tampak jika diamati dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Anak yang
berbakat mempunyai kebutuhan dan masalah yang khusus. Jika mendapat
pembinaan dan pengarahan yang tepat memungkinkan mereka mengembangkan
bakat dan kemampuan mereka secara utuh dan optimal, mereka dapat memberi
sumbangan yang luar biasa kepada masyarakat.
Adalah kewajiban kita semua untuk membantu memupuk talenta dan
kemampuan berpikir kreatif anak, seperti juga kewajiban kita terhadap
masyarakat untuk membantu menyiapkan tenaga profesional dan pemimpin masa
depan.
Anak berbakat kreatif adalah a gift from god and nature, dan merupakan
sumber daya manusia berkualitas yang bermakna yang tidak boleh disia-siakan.
Mereka perlu diberi perhatian dan pelayanan khusus.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, penulis memperoleh data
mengenai upaya guru mata pelajaran akidah akhlak dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin
Desa Bandungharjo Kec. Donorojo Kab. Jepara dengan cara melibatkan siswa
secara aktif, guru hanya sedikit dalam menerangkan materi, selebihnya meminta
siswa untuk mencari contoh permasalahan dari lingkungan sekitar sekaligus
memberikan solusinya. Sehingga bisa membuka pikiran, ide, dan gagasan dalam
menanggapi setiap problem kehidupan. Dan yang lebih utama adalah memotivasi
siswa untuk berpikir kreatif dan mengembangkan rasa percaya diri. Sedangkan
strategi yang diterapkan yaitu lebih menekankan pada keikutsertaan siswa mulai
dari awal – akhir pembelajaran, meski materi selama 1 tahun sudah tersusun
dalam buku ajar, tidak menutup kemungkinan ada materi lain yang disesuaikan
dengan keinginan dan kebutuhan siswa. 112
Selain itu, hal yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa adalah dengan cara selalu memberikan waktu yang lebih
kepada siswa untuk bertanya, memberikan ide, menanggapi pertanyaan dan
mencurahkan pikiran dalam proses pembelajaran. 113
Pernyataan ini diperkuat oleh Kepala Madrasah, sebagaimana hasil
wawancaranya, beliau mengatakan bahwa kami melihat input siswa yang
kemampuannya berbeda-beda, ada yang pandai, sedang dan kurang. Untuk
mengatasi anak-anak yang kemampuannya kurang dengan cara menganjurkan
guru untuk memberikan pembelajaran khusus bagi siswa yang kurang, dan
meminta kepada pihak orang tua supaya ada pengawasan terhadap anak.
Sedangkan bagi siswa yang memiliki kemampuan sedang dan pandai diberi
pengarahan supaya terus mengasah kreatifitasnya. Dan yang lebih penting adalah
melibatkan semua siswa secara aktif dalam proses belajar – mengajar.114
112
Badruddin, S.Pd.I sebagai Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas XI . MA SA PP.
Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
113
Miftakhul Muandik, selaku Ketua Kelas XI MA SA PP. Rudlotut Tholibin Wawancara
Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
114
Ahmad Yusro, S.S, selaku Kepala Madrasah Aliyah SA PP. Roudlotut Tholibin,
Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
Dengan demikian pendidik hendaknya menciptakan suasana belajar yang
lebih banyak memberikan kesempatan peserta didik untuk mengembangkan
ketrampilan intelektual, berpikir kreatif, dan mampu memecahkan masalah
secara ilmiah. Keadaan demikian inilah, menuntut pula sikap yang lebih
demokratis, terbuka, bersahabat dan percaya terhadap siswa. 115
Metode atau teknik belajar kreatif berorientasi pada pengembangan
potensi berpikir siswa, yakni mengaktifkan fungsi berpikir divergen melalui
teknik-teknik seperti sumbang saran, daftar penulisan gagasan, teknik pemecahan
masalah yang merangsang siswa untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan
yang dapat dilakukan. Dalam setiap kegiatan belajar – mengajar, siswa dilibatkan
secara aktif dalam masalah yang nyata dan menantang. 116
Metode yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran Akidah
Akhlak kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo diantaranya
yaitu: metode problem solving, curah- pendapat, dan diskusi. Alasannya karena
metode tersebut lebih mengutamakan interaksi aktif siswa. 117
Orang-orang yang kreatif lebih banyak memiliki cara-cara berpikir
divergen – kemampuan individu untuk mencari berbagai aternatif jawaban
terhadap suatu persoalan, dari pada memiliki cara berpikir konvergen – cara
115
Dimyati & Mudjiono, Belajar & Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 173.
116
Monty P. Satiadarma&Fidelys E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, Pustaka Populer Obor,
Jakarta, 2003, hlm. 120.
117
Badruddin, S.Pd.I sebagai Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas XI MA. SA PP.
Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 12 juni 2015
individu dalam memikirkan sesuatu berpandangan bahwa hanya ada satu
jawaban yang benar.
Selain dorongan yang kuat dari peserta didik dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif, akan terwujud apabila ada motivasi/dorongan yang
dilakukan oleh keluarga atau orang tua misalnya
memberikan pengalaman
kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi
yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir kreatif. Cara-cara
yang bias diguanakan, misalnya memberikan kesempatan kepada anak untuk
mewujudkan ide-idenya, serta menghargai ide-ide tersebut, memuaskan
dorongan keingintahuan anak dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat-alat
keterampilan, dan alat-alat yang dapat mengembangkan daya kreativitas anak.
Hal yang penting juga adalah dorongan dari sekolah (guru) dimana
sekolah merupakan lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk
meningkatkan perkembangan anak termasuk perkembangan berpikir anak.
Dalam hal ini guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual anak
terletak ditangannya. Wujud dorongan dari guru ada beberapa cara misalnya
menciptakan interaksi yang akrab dengan peserta didik-secara psikologis anak
akan merasa aman sehingga segala masalah yang dialaminya secara bebas dapat
dikonsultasikan dengan guru mereka, memberi kesempatan kepada para peserta
didik untuk berdialog dengan orang-orang yang ahli dan berpengalaman dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan sangat menunjang perkembangan intelektual
peserta didik, dan meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik melaui
media cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan para
peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya.
Sedangkan
dorongan
dari
masyarakat
diantaranya
dengan
cara
memberikan kesempatan yang luas kepada anak untuk bersosialisasi serta
menunjukkan potensi yang dimiliki anak dengan sikap yang bertanggungjawab,
dan menerima anak secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat-apa pun
kondisi anak dengan segala kekuatan dan kelemahannya harus diterima dengan
baik serta memberikan kepercayaan bahwa pada dasarnya setiap anak memiliki
kemampuan intelektual yang dapat dikembangkan secara maksimal.
Maka dari itu bakat kreativitas siswa akan terwujud jika ada dorongan
dari lingkungan baik keluarga, sekolah, masyarakat (motivasi eksintrik) dan juga
adanya dorongan kuat dari dalam dirinya sendiri (motivasi intrinsik).
B. Analisis Tentang kreatifitas Siswa Kelas XI
MA. SA PP. Roudlotut
Tholibin Bandungharjo Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara Dalam
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif.
Banyak macam-macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak-anak di
sekolah, tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di
sekolah tradisional. Maka dari itu supaya pendidikan di sekolah tidak monoton
dan membosankan siswa, menurut Paul B. Diedrich yang dikutip oleh S.
Nasution membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan murid antara
lain :
1. Visual activities seperti membaca, memperhatikan : gambar, demonstrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain, dll.
2. Oral activities seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu, diskusi, interupsi, dll.
3. Listening activities seperti : mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,
music, pidat, dll.
4. Writing activities seperti : menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket,
menyalin, dll.
5. Drawing activities seperti : menggambar, membuat grafik, peta, diagram,
pola, dll.
6. Motor activities seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi,
mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dll.
7. Mental activities seperti : mengingat, memecahkan soal, menganalisis,
melihat hubungan, mengambil keputusan, dll.
8. Emotional activities seperti: menaruh minat, merasa gembira, berani, tenang,
dll.118
Demikian juga kreatifitas yang dilakukan oleh siswa kelas XI MA. SA
PP. Roudlotut Tholibin untuk menunjang dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa tidak terlepas dengan program kegiatan yang direncanakan
oleh pihak MA SA PP. Roudlotut Tholibin Sebagaimana hasil penelitian di
118
Nasution. S., Dedaktik Asas-asas Mengajar, Bumi Aksara, Bandung, 2000, hlm. 91 .
lapangan diperoleh data bahwa MA SA PP. Roudlotut Tholibin memprogramkan
kegiatan ekstrakurikuler yaitu les komputer, les Bahasa Arab dan Bahasa Inggris,
pramuka, pelatihan jurnalistik dan Lomba Karya Tulis Ilmiah, Aktifitas tersebut
rutin diikuti oleh siswa sesuai dengan jadwalnya. 119
Selain itu untuk menunjang pembelajaran partisiptif mapel Akidah
Akhlak diselenggarakannya karya tulis ilmiah dengan mengambil sumber dari
lingkungan siswa masing-masing kemudian didiskusikan dikelas, dan juga
kegiatan-kegiatan yang lain yaitu Peringatan Hari Besar Islam, sholat
berjama’ah, seminar, dan khitobah. Setiap siswa diwajibkan mengikuti semua
kegiatan tersebut, bagi yang bandel tidak mau masuk akan mendapatkan sanksi
dari Pembina kegiatan. Jika tidak di beri sanksi, bisa jadi siswa seenaknya
sendiri.120
Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Kepala Madrasah, beliau
mengatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif banyak
program kegiatan yang telah direncanakan oleh pihak Madrasah, misalnya
pramuka, pelatihan jurnalistik, pengembangan Bahasa Arab, pengembangan
Bahasa Inggris, les komputer, khitobah, dan kesenian, diharapkan dengan
119
Miftakhul Muandik, selaku Ketua Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin, Wawancara
Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
120
Badruddin, S.Pd.I sebagai Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas XI MA. SA PP.
Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
kegiatan tersebut siswa lebih kreatif, dan setiap siswa diwajibkan mengikutinya,
apabila tidak mengikuti akan mendapatkan sanksi. 121
Peserta didik akan merasakan kebebasan psikologis jika orang tua dan
guru memberikan kesempatan yang banyak dalam setiap aktivitas yang
diminatinya secara positif. Sebagai makhluk social, mengungkapkan pikiran dan
perasaan dalam tindakan yang merugikan orang lain atau merugikan lingkungan
tidaklah dibenarkan. Hidup dalam masyarakat menuntut untuk mengikuti aturanaturan dan norma-norma yang berlaku.
Kreatif sebagai proses munculnya hasil-hasil baru ke dalam suatu
tindakan yang timbul dari keunikan sifat individu yang berinteraksi dengan
individu lain, pengalaman, maupun keadaan hidupnya. Berpikir kreatif ini dapat
terwujud dalam suasana kebersamaan dan terjadi apabila relasi antar individu
ditandai oleh hubungan-hubungan yang bermakna dalam setiap aktivitasnya.
Dengan memberikan waktu yang lebih kepada peserta didik
untuk
beraktifitas dapat memberikan kesempatan peserta didik untuk mengembangkan
kreativitasnya karena anak membutuhkan waktu dan kesempatan menyendiri
untuk mengembangkan kehidupan imajinatif yang kaya dengan gagasan-gagasan
dan konsep-konsep dan mencobanya dalam bentuk baru dan orisinal.
C. Analisis Tentang Faktor-faktor Keberhasilan Pembelajaran Partisipatif
Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Dalam Meningkatkan Kemampuan
121
Ahmad Yusro, S.S, selaku Kepala Madrasah Aliyah SA PP. Roudlotut Tholibin,
Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
Berpikir Kreatif Siswa Kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Tahun
Pelajaran 2014/2015.
Progam-program pendidikan di sekolah pada umumnya memiliki
kurikulum yang seragam, waktu yang ketat, dan persyaratan siswa ditetapkan di
tingkat nasional dan berlaku bagi seluruh kawasan. Kondisi tersebut membatasi
peranan guru untuk terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
program pendidikan.
Sedangkan peserta didik terkadang di pasung kreativitasnya, mereka tidak
di beri waktu dan kesempatan untuk ikut andil dalam menentukan pembelajaran.
Guru yang mendominasi dan bahkan paling berkuasa di kelas. Kondisi semacam
itu yang dapat memperburuk perkembangan peserta didik. Maka dari itu dengan
adanya pembelajaran partisipatif ini menuntut dan memberikan kesempatan bagi
peserta didik untuk berpartipasi aktif mulai dari awal – akhir pembelajaran.
Peranan aktif dari pendidik dan peserta didik sangat dibutuhkan dalam
pembelajaran partisipatif ini.
Secara umum, setiap pembelajaran itu memiliki factor-faktor tertentu
yang bisa mempengaruhi keberhasilan pembelajaran itu, demikian juga dengan
proses pelaksanaan pembelajaran partisipatif mata pelajaran Akidah Akhlak
kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin.
Proses pelaksanaan pembelajaran partisipatif dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif tidak terlepas dari factor-faktor yang mempengaruhi,
sebagaimana hasil di lapangan, diperoleh :
1. Factor-faktor yang mendukung pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran
Aqidah Akhlaq dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara
tahun pelajaran 2014/2015 adalah:
a. Peranan pendidik dalam kegiatan pembelajaran partisipatif.
Dalam setiap proses pembelajaran yang ada peranan guru sangat
penting pengaruhnya dalam mencapai tujuan yang diinginkan diantaranya
yaitu; meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Peranan guru bisa
sebagai orang tua, fasilitator, narasumber, dan teman belajar bagi peserta
didik.
Menurut
H.D.
Sudjana
bahwa
peranan
pendidik
dalam
pembelajaran partisipatif ada dua hal, yaitu pertama, dalam penyusunan
dan pengembangan program belajar, pendidik bersama peserta didik
melakukan asesmen kebutuhan belajar ; identifikasi sumber-sumber
pembelajaran, menyusun tujuan belajar, menetapkan komponen dan proses
pembelajaran, dan evaluasi program pembelajaran. Kedua, dalam upaya
menumbuhkan kondisi belajar yang kondusif bagi peserta didik untuk
melakukan kegiatan belajar partisipatif. 122
b. Keterlibatan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran.
122
H.D. Sudjana, Strategi Pembelajaran, PT. Falah Production, Bandung, 2000, hlm. 11.
Pembelajaran partisipatif adalah terjadinya aktivitas saling belajar
baik antar peserta didik maupun antara peserta didik dengan pendidik.
Partisipasi aktif siswa sangatlah penting dalam pembelajaran karena tanpa
adanya feed back atau keikutsertaan dari siswa pembelajaran tersebut
kurang berhasil. Dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi
siswa untuk terlibat (memberikan ide, pendapat, gagasan, dll) dan guru
tidak mendominasi dan menghegemoni pembelajaran, siswa akan lebih
leluasa dalam berekspresi dalam meningkatkan kemampuan yang dimiliki
baik ranah kognisi, afeksi, maupun psikomotrik.
c. Memotivasi siswa supaya lebih meningkatkan kreatifitasnya.
Proses pembelajaran yang kreatif mengharuskan guru untuk dapat
memotivasi
dan
memunculkan
kreatifitas
peserta
didik
selama
pembelajaran itu berlangsung dengan menggunakan beberapa metode dan
strategi yang variatif misalnya kerja kelompok, problem solving, diskusi.
Pendidik harus mampu merangsang peserta didik memunculkan
kreativitas baik dalam konteks kreatif berpikir maupun konteks kreatif
melakukan sesuatu. Kreatif dalam berpikir merupakan kemampuan
imajinatif namun rasional. Berpikir kreatif selalu berawal dari berpikir
kritis yakni melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau
memperbaiki sesuatu yang sebelumnya tidak baik.
d. Bahan pengajaran
Bahan pengajaran sangat penting keberadaannya demi melancarkan
proses belajar-mengajar. Bahan ajar dapat berupa buku pelajaran utama,
buku bacaan, lembar kerja siswa (LKS), dan lain sebagainya. Dengan
adanya bahan ajar seorang guru dan para siswa bisa memanfaatkannya
sebagai sumber pengetahuan sehingga proses transformation of knowledge
dapat tercapai dengan maksimal.
Menurut Ahmad Rohani bahwa manfaat bahan ajar yaitu dapat
merangsang untuk berpikir, bersikap, dan berkembang lebih lanjut.
Misalnya, buku teks, buku bacaan, film, dll, yang mengandung daya
penalaran sehingga dapat merangsang peserta didik untuk berpikir,
menganalisis dan berkembang lebih lanjut. 123
e. Sarana – prasana yang tersedia di Madrasah.
Sarana merupakan segala sesuatu yang mendukung secara langsung
terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran,
laboratorium, perpustakaan, perlengkapan madrasah, dan sebagainya.
Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung
dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan
menuju ke madrasah, penerangan madrasah, kamar kecil, alat kesenian, dan
lain sebagainya.
123
Drs. Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hlm.. 103.
Kelengkapan sarana-prasarana akan membantu guru dan siswa
dalam proses pembelajaran, dengan demikian sarana dan prasarana
merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan
proses pembelajaran. Maka dari itu perlu dimanfaatkan secara maksimal
sarana-prasarana yang sudah ada.
f. Metode mengajar yang digunakan.
Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran dan mendinamisasikan proses belajarmengajar. Metode mengajar sangat menentukan keberhasilan belajar siswa.
Metode mengajar yang tepat dan dilaksanakan secara benar dapat
membantu siswa memahami materi pelajaran dan mencapai tujuan
pembelajaran.
Banyak jenis metode mengajar yang dapat diterapkan oleh guru,
namun metode yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran
Akidah Akhlak kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo
Donorojo Jepara diantaranya yaitu: metode problem solving, curahpendapat, dan diskusi. Alasannya karena metode tersebut lebih
mengutamakan interaksi aktif siswa. 124
g. Kegiatan ekstrakurikuler.
124
Badruddin, S.Pd.I sebagai Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas XI MA. SA PP.
Roudlotut Tholibin, Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan siswa di luar jam sekolah
yang diprogramkan oleh pihak madrasah dalam menunjang keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Program kegiatan ekstrakurikuler
dapat berupa kegiatan yang menyentuh perkembangan ranah kognisi,
afeksi, dan atau psikomotorik.
Demikian halnya kegiatan yang diprogramkan MA SA PP.
Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif diantaranya yaitu: pramuka, pelatihan
jurnalistik, pengembangan Bahasa Arab, pengembangan Bahasa Inggris,
les komputer, khitobah, kesenian, dan sebagainya. 125
Tanggungjawab siswa dan keterlibatannya dalam kehidupan
sekolah sangatlah penting. Pendidikan akan berkualitas jika menghasilkan
lulusan yang bertanggungjawab, disiplin, kreatif, dan trampil. Aktivitas
organisasi siswa di sekolah perlu digalakkan. Siswa dilatih untuk
bertanggungjawab atas tugasnya sebagai siswa, dan berani menanggung
resiko atas perbuatannya.126
125
Ahmad Yusro, S.S, selaku Kepala Madrasah Aliyah SA PP. Roudlotut Tholibin,
Wawancara Pribadi, tanggal 12 Juni 2015.
126
Hendyat Soetopo, Pendidikan dan Pembelajaran (teori, permasalahan dan praktek),
UMM Press, Malang, 2005, hlm. 95.
2. Factor-faktor yang menghambat pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran
Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas
XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin tahun pelajaran 2014/2015 adalah:
a. Masih ada siswa yang kurang berperan aktif.
Dalam mencerna pelajaran yang disampaikan guru, setiap siswa
memiliki kemampuan yang berbeda-beda,demikian halnya
dengan
peranannya dalam merespon pembelajaran ada yang aktif dan pasif. Itu
tergantung dari kemampuan dari peserta didik itu sendiri dan juga stimulus
dari pendidik.
b.
Siswa malu dan takut mengungkapkan pendapatnya.
Keberanian siswa dalam mencurahkan pendapat di setiap proses
belajar-mengajar sangat penting dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif. Apabila siswa malu dan atau takut mengutarakan ide/gagasannya
itu bisa mengakibatkan mandulnya kreatifitas siswa. Maka dari itu perlu
adanya dorongan dari internal siswa maupun eksternal (guru, teman,
keluarga, lingkungan sekitar, dll).
c. Materi/buku pendukung yang kurang memadai.
Materi atau buku pendukung dalam pembelajaran Akidah Akhlak
yang tersedia di MA. SA PP. Roudlotut Tholibin kurang memadai sesuai
jumlah siswa dan jenis bacaannya pun hanya sedikit sehingga siswa tidak
dapat mengakses buku pendukung. Dengan keterbatasan buku tersebut
dapat menghambat proses pembelajaran.
Pada dasarnya buku pendukung dalam proses pembelajaran Akidah
Akhlak dapat menunjang keberhasilan dalam mencapai tujuan yang
diinginkan. Buku penununjang tersebut berupa buku bacaan seperti novel
Islami, sejarah nabi, ataupun cerita keagamaan yang terdapat di
perpustakaan. Di perpustakaan MA. SA PP. Roudlotut Tholibin
Bandungharjo Donorojo Jepara fasilitas bukunya terbatas dan sebagian
terbitan lama sehingga siswa kurang mampu mengakses perkembangan
informasi dan pengetahuan baru.
d. Siswa belum menjadikan belajar sebagai sebuah kebutuhan.
Pada hakikatnya belajar adalah kebutuhan bagi siswa, terkadang
siswa belum menyadari dan belum bisa menjadikan belajar sebagai sebuah
kebutuhan, maka dari itu perlu proses penyadaran dan pemahaman tentang
pentingnya belajar.
e. Kurangnya konsentrasi siswa dalam belajar.
Dalam proses belajar-mengajar dibutuhkan konsentrasi siswa,
dengan adanya konsentrasi siswa lebih mudah dalam memahami dan
menyerap materi yang diajarkan. Konsentrasi siswa bisa terganggu
diantaranya disebabkan oleh gaduhnya siswa di dalam kelas, bisingnya
suara mesin pengupas padi kendaraan yang lalu-lalang, dll.
Verifikasi
Dari hasil analisis data di atas dapat diambil kesimpulan yaitu :
1. Pelaksanaan Pembelajaran Partisipatif Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa kelas XI MA. SA
PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara tahun pelajaran
2014/2015 sudah baik, hal ini terbukti dengan melibatkan siswa secara aktif
dalam setiap pembelajaran, memberikan waktu yang lebih kepada siswa
untuk mencurahkan ide, gagasan dan pendapat dengan metode yang tepat
baik lewat pembelajaran dikelas maupun tugas tak terstruktur yang diberikan
guna menunjang kreatifitas, memotivasi siswa untuk berpikir kreatif dan
mengembangkan rasa percaya diri, guru memberikan pembelajaran khusus
bagi siswa yang kemampuannya kurang, dan meminta kepada pihak orang
tua supaya ada pengawasan terhadap anak.
2. kreatifitas siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
Kreatifitas
yang dilakukan oleh siswa kelas XI yang telah
diprogramkan oleh pihak MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo
Donorojo Jepara diantaranya adalah pelatihan pengembangan Bahasa Arab,
pengembangan Bahasa Inggris, les komputer, khitobah, kesenian, Peringatan
Hari Besar Islam, Sholat Berjama’ah, Seminar, dan Lomba Karya Tulis
Ilmiah. Dengan menjalankan rutinitas aktifitas tersebut terbukti dapat
meningkatkan kreativitas siswa.
Adapun bentuk berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP.
Roudlotut Tholibin yaitu siswa menemukan informasi yang bermanfaat dari
masyarakat kemudian di jadiakan bahan ajar dalam pembelajaran, cepat dan
mudah dalam memahami pelajaran, percaya diri, berani dan siap dalam
menyampaikan pengalaman dan pengetahuan keagamaannya di depan umum
meskipun mendapatkan kritik, mempunyai daya imajianasi yang kuat,
inspiratif, dan inovatif dalam memecahkan permasalahan serta mampu
mengungkapkan ide dan gagasan berupa tulisan maupun bahasa verbal.
3. Faktor-faktor keberhasilan pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran
Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara
Tahun Pelajaran 2014/2015.
a. Pendukung pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Akidah
Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI
MA. SA PP. Roudlotut Tholibin adalah:
1) Peranan pendidik dalam kegiatan pembelajaran partisipatif.
2) Keterlibatan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran.
3) Memotivasi siswa supaya lebih meningkatkan kreatifitasnya.
4) Bahan pengajaran
5) Sarana – prasana yang tersedia di Madrasah.
6) Metode mengajar yang digunakan.
7) Kegiatan ekstrakurikuler
b. Penghambat pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Akidah
Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI
MA. SA PP. Roudlotut Tholibin adalah:
1) Masih ada siswa yang kurang berperan aktif.
2) Siswa malu dan takut mengungkapkan pendapatnya.
3) Fasilitas perpustakaan yang kurang memadai.
4) Siswa belum menjadikan belajar sebagai sebuah kebutuhan.
5) Kurangnya konsentrasi siswa dalam belajar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah
diadakan
penelitian
tentang
“Studi
Analisis
Tentang
Pembelajaran Partisipatif Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Dalam
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas XI MA. SA PP.
Roudlotut Tholibin Desa Bandungharjo Kec. Donorojo Kab. Jepara Tahun
Pelajaran 2014/2015”. berdasarkan hasil penelitian lapangan dapat penulis tarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa Pelaksanaan Pembelajaran Partisipatif Guru Mata Pelajaran Akidah
Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA.
SA PP. Roudlotut Tholibin Desa Bandungharjo Kec. Donorojo Kab. Jepara
Tahun Pelajaran 2014/2015 sudah baik, hal ini terbukti dengan melibatkan
siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran, memberikan waktu yang lebih
kepada siswa untuk mencurahkan ide, gagasan dan pendapat,termasuk
memerikan tugas tak terstruktur dilingkungan rumah masing-masing,
memotivasi siswa untuk berpikir kreatif dan mengembangkan rasa percaya
diri, guru memberikan pembelajaran khusus bagi siswa yang kemampuannya
kurang, dan meminta kepada pihak orang tua supaya ada pengawasan
terhadap anak.
2. Bahwa kreatifitas yang dilakukan oleh siswa kelas XI yang telah
diprogramkan oleh pihak MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Desa Bandungharjo
Kec. Donorojo Kab. Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 diantaranya adalah
pramuka, pengembangan Bahasa Arab, pengembangan Bahasa Inggris, les
komputer, khitobah, kesenian, Peringatan Hari Besar Islam, Sholat
Berjama’ah, Seminar, dan Lomba Karya Tulis Ilmiah. Dengan membuat
Tugas karya tulis ilmiah yang diberikan oleh guru mapel akidah akhlakdalam
proses pembelajaran tersebut terbukti dapat meningkatkan kreativitas siswa.
Adapun bentuk berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin
yaitu siswa cepat dan mudah dalam memahami pelajaran, percaya diri, berani
dan siap dalam menyampaikan pengalaman dan pengetahuan keagamaannya
di depan umum meskipun mendapatkan kritik, mempunyai daya imajianasi
yang kuat, inspiratif, dan inovatif dalam memecahkan permasalahan serta
mampu mengungkapkan ide dan gagasan berupa tulisan maupun bahasa
verbal.
3. Faktor-faktor keberhasilan pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran
Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas
XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Desa Bandungharjo Kec. Donorojo Kab.
Jepara
Tahun Pelajaran 2014/2015 Pendukung pembelajaran partisipatif
pada mata pelajaran Akidah Akhlak dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa kelas XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Desa
Bandungharjo Kec. Donorojo Kab. Jepara
adalah:
Factor pendukung pembelajaran partisipatif
Tahun Pelajaran 2014/2015
1) Peranan pendidik dalam kegiatan pembelajaran partisipatif.
2) Keterlibatan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran.
3) Memotivasi siswa supaya lebih meningkatkan kreatifitasnya.
4) Sarana – prasana yang tersedia di Madrasah.
5) Metode mengajar yang digunakan.
6) Kegiatan ekstrakurikuler
Factor Penghambat pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Akidah
Akhlak dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas
XI MA. SA PP. Roudlotut Tholibin Desa Bandungharjo Kec. Donorojo
Kab. Jepara
adalah:
6) Masih ada siswa yang kurang berperan aktif.
7) Siswa malu dan takut mengungkapkan pendapatnya.
8) Fasilitas perpustakaan yang kurang memadai.
9) Siswa belum menjadikan belajar sebagai sebuah kebutuhan.
10) Kurangnya konsentrasi siswa dalam belajar.
B) Saran-saran
Untuk meningkatkan kualitas MA SA PP. Roudlotut Tholibin
Bandungharjo Donorojo Jepara agar lebih baik, saran penulis sebagai
berikut :
1. Dari penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa pembelajaran partisipatif
mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MA SA PP.
Roudlotut Tholibin Bandungharjo Donorojo Jepara. Oleh karena itu
diharapkan guru dapat memberikan motivasi kepada siswa agar dapat
meningkatkan kreatifitasnya, sehingga siswa dapat
termotivasi, dan
bersungguh-sungguh dalam belajar, baik di sekolah, maupun di rumah.
2. Diharapkan guru, orang tua dan orang di sekitar siswa menggunakan layanan
konseling dengan semaksimal mungkin, dikarenakan layanan konseling
tersebut memang diperuntukkan oleh siswa agar dapat membantu berbagai
macam
persoalan
yang
dihadapi
anak
dididik,
khususnya
tentang
permasalahan sekolah.
3. Guru hendaknya selalu memperhatikan perkembangan belajar siswa, tingkah
laku, dan juga ikut memberikan informasi kepada orang tua siswa agar selalu
memberikan motivasi belajar, Sehingga siswa akan lebih percaya diri dalam
belajar dan juga dalam melaksanakan tugas-tugas sekolah.
C) Penutup
Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah S.W.T atas segala limpahan
rahmat , taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini .
Penulis sadar bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karna itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami
harapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis pribadi pada kususnya dan bagi dunia pendidikan maupun
para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghofur, Desain Instruksional, Tiga Serangkai, Surakarta, 1978.
Abdul Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta,
1993.
Abdurrahman Mas’ud, Et. All, (Fak.Tarbiyah IAIN Semarang) Paradigma
Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2001.
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999,
hlm.285.
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, Rajawali Press, Jakarta, 1995.
Al Qur’an, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al Qur’an dan
Terjemahnnya, Toha Putera, Semarang, 1989.
Anita E. Woolfolk&Lorraine McCune. Nicolich, Mengembangkan Kepribadian dan
Kecerdasan Anak-anak (Psikologi Pembelajaran I), PT. Inisiani Press,
Depok, 2004.
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, PT. Andi, Yogyakarta, 2002.
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996.
Chabib Thoha,dkk, Metodologi Pengajaran Agama, Pustaka Pelajar,Yogyakarta,
1999.
Conny Semiawan, dkk, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah,
Gramedia, Jakarta, 1984.
Dedi Supriyadi, Kreativitas Kebudayaan dan Pengembangan Iptek, Alfabeta,
Bandung, 1998.
Departemen Agama, Buku Aqidah Akhlak untuk Madrasah Aliyah Kelas XI, C.V.
Goni & Son, Semarang.
……………………, Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Umum
Tingkat Menengah Dan Sekolah Luar Biasa, 2003.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Jakarta,
2008.
Dimyati & Mudjiono, Belajar & Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1999.
Drs. Agus Sujanto, Psikologi Umum, Bumi Aksara, Jakarta, 2004.
Drs. Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 1997.
Drs. M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Rosda Karya,
Bandung, 1996.
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005.
H.D. Sudjana, Strategi Pembelajaran, PT. Falah Production, Bandung, 2000.
Hendyat Soetopo, Pendidikan dan Pembelajaran (teori, permasalahan dan praktek),
UMM Press, Malang, 2005.
Kelvin Seifert, Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan, PT. Ircisod,
Yogyakarta, 2007.
Koentjoroningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1981.
M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, Rasail Media Group, Semarang,
2008.
M.A. Arifin, Filsafat, Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1994.
Mohammmad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta
Didik, Bumi Aksara, 2005.
Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah; Suatu Pendekatan Praktek,
Rineka Cipta, Yogyakarta, 1998.
Monty P. Satiadarma&Fidelys E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, Pustaka Populer
Obor, Jakarta, 2003.
Mubasyaroh, M. Ag, Buku Daros Materi dan Pembelajaran Aqidah Akhlaq,
Departemen Agama Pusat Pengembangan Sumber Belajar STAIN Kudus,
2008..
Muhaimin,dkk, Paradigma Pendidikan Islam;upaya mengaktifkan PAI di sekolah,
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Muhammad Surya, Kapita Selekta Pendidikan Dasar, Universitas Terbuka, Jakarta,
2003.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000.
Muis Sad Iman, Pendidikan Partisipatif, Safiria Insania Press, Yogyakarta, 2004..
Nana Saudih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Remaja
Rosadakarya, Bandung, 2003.
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Sinar Baru
AlGesindo, Bandung, 2001.
Nasution. S., Dedaktik Asas-asas Mengajar, Bumi Aksara, Bandung, 2000, hlm. 91.
Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Ed. IV, Yogyakarta,
2002.
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2003.
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada,
2000.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung.
............., Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Alfabeta, Bandung, Cet. Ke-2, 2006.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan Praktek, PT. Rineka
Cipta, Jakarta, 1993.
Suharto dan Tata Iryanti, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT. Indah, Surabaya,
1996,
Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta 1997, hlm.
18.
Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, Rineka Cipta, Jakarta,
2004.
UU Sistem Pendidikan Nasional NO: 20 Tahun 2003.
Wahid Ahmadi, Risalah Akhlak Panduan Perilaku Muslim Modern, Era Intermedia,
Solo, 2004.
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, LPPI UMY, Yogyakarta, 2004.
Zakiah Darajat, Pendidikan Dalam Pembinaan Mental, Bulan Bintang, Jakarta, 1982.
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1995.
Download