PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DESKRIPSI PELECEHAN SEKSUAL DI TEMPAT KERJA DAN PREDIKSI MUNCULNYA PSIKOSOMATIS AKIBAT PELECEHAN SEKSUAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh : Marius Angga Kurnianto 119114099 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DESKRIPSI PELECEHAN SEKSUAL DI TEMPAT KERJA DAN PREDIKSI MUNCULNYA PSIKOSOMATIS AKIBAT PELECEHAN SEKSUAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh : Marius Angga Kurnianto 119114099 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI HALAMAN MOTTO With GOD All Things Are Possible - Matthew 19 : 26 - The moment you are ready to quit is usually the moment right before a miracle happens. Do not give up - The Good Quote – Wake up early. Drink coffee. Work hard Be ambitious. Keep your priorities straight, your mind right and your head up. Do well, live well and dress really well. Do what you love, love what you do. It’s time to start living. - The Good Quote – iv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN Puji syukur dan terima kasih Atas rahmat dan berkat yang Tuhan berikan kepada diri ku, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. : Skripsi ini aku persembahkan kepada Alm. Mama Claudia Mary yang selalu menyertai dan mendoakan aku selalu, selamanya, serta Papa Yohanes Sukendar dan ketiga kakak ku Novie, Desi dan Septi yang tak pernah berhenti mendukung dan mendoakan aku. Seluruh dosen dan staf Univ. Sanata Dharma, khususnya fakultas Psikologi, yang memberikan banyak pengetahuan yang tak ternilai kepada ku Seluruh Kawan – Kawan mahasiswa Psikologi yang selalu memberikan pelajaran berharga bagi aku v PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DESKRIPSI PELECEHAN SEKSUAL DI TEMPAT KERJA DAN PREDIKSI MUNCULNYA PSIKOSOMATIS AKIBAT PELECEHAN SEKSUAL Marius Angga Kurnianto ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mendeskripsikan pelecehan seksual di tempat kerja. 2) Memprediksi atau menguji pelecehan seksual di tempat kerja sebagai prediktor munculnya psikosomatis. Subjek penelitian ini adalah orang bekerja yang memiliki atasan atau rekan dalam bekerja dan total subjek penelitian ini sebanyak 278 orang. Peneliti berhipotesis bahwa pelecehan seksual di tempat kerja memprediksi munculnya psikosomatis. Data penelitian ini diungkap menggunakan skala adaptasi Sexual Experience Questionnaire versi Department of Defense atau SEQ – DoD dan skala adaptasi Psychosomatic Complaint Scale atau PCS, yang keduanya disusun dengan teknik likert. Nilai alpha cronbach’s pada skala SEQ – DoD sebesar α = 0.966 dan pada skala PCS sebesar α = 0.934. Analisis data dilakukan dengan statistika deskriptif dan regresi linear sederhana. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa 1) Perilaku dalam dimensi unwanted sexual attention dan gender harassment cenderung lebih sering muncul di tempat kerja. 2) Pekerja dengan karakteristik feminim, berusia antara 21 sampai 30 tahun, memiliki pendidikan terakhir D1/D2/D3 dan S1/D4, memiliki masa kerja ≤ 10 tahun, memiliki rekan kerja dengan dominasi pria, serta jabatan staf atau supervisor lebih cenderung beresiko mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. 3) Pelecehan seksual cenderung lebih banyak terjadi pada bidang kesenian dan hiburan, akomodasi dan industri. 4) Pelaku pelecehan seksual di tempat kerja lebih didominasi oleh pria. 5) Pelaku pelecehan seksual wanita cenderung melakukan pelecehan unwanted sexual attention dan gender harassment dalam bentuk verbal. 6) Pelaku pelecehan seksual pria lebih cenderung melakukan pelecehan unwanted sexual attention dan gender harassment dalam bentuk verbal dan non-verbal. 7) Hasil analisis regresi linear sederhana menunjukkan bahwa nilai β = 0.348, p = 0.000 (>0.05), dan = 0.121, hal tersebut berarti bahwa pelecehan seksual di tempat kerja mampu memprediksi secara positif munculnya psikosomatis dengan kemampuan memprediksi sebesar 12,1%, sedangkan 87,9% diprediksi oleh variabel lain. Kata kunci : Pelecehan seksual di tempat kerja, Psikosomatis vii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DESCRIPTION OF SEXUAL HARASSMENT IN WORKPLACE AND PREDICTION OF PSYCHOSOMATIC AS A CONSEQUENCE OF SEXUAL HARASSMENT Marius Angga Kurnianto ABSTRACT The purpose of this study was to: 1) Describe sexual harassment in the workplace, 2) Show sexual harassment in workplace as predictor of psychosomatic. The subjects of this research were 278 wokers who have supervisor and co-worker. The hypothesis of this research was: sexual harassment in the workplace predict psychosomatic. The data of this research collected by SEQ adapted from SEQDoD version and PCS scale using Likert techinique. Alpha Cronbach’s result of both scale was α = 0.966 and α = 0.934. The data was analyze with descriptive statistic and regression. The result of this research were: 1) Unwanted sexual attention and gender harassment tend to be more often in workplace. 2) The worker with characteristic of feminine, between 21 to 30 years old, last education D1,D2,D3 and S1/D4, 10 or less years’ service, have co-worker with male domination and staff or supervisor position tend to be more have sexual harassment experienced in workplace. 3) Sexual harassment tend to happened in arts and entertainment sector, accommodation sector and industrial. 4)Man tend to more often do sexual harassment in workplace. 5)Woman sexual harasser tend to do unwanted sexual attention and gender harassment verbally. 6)Man sexual harasser tend to do unwanted sexual attention, gender harassment and sexual coercion verbally and non-verbal. 7)The result of regression analysis showed that β = 0.348, p = 0.000 (>0.05), and = 0.121, which mean sexual harassment in workplace could predict psychosomatic 12.1%, and 87.9% was predict with the other variable. Keywords : Sexual harassment in workplace, Psychosomatic viii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat, Karunia, serta Penyertaan yang slalu saya terima, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya dengan judul Deskripsi Pelecehan Seksual di Tempat Kerja dan Prediksi Munculnya Psikosomatis Akibat Pelecehan Seksual, dengan lancar dan sukses. Kelancaran dan kesuksesan saya dalam mengerjakan skripsi bukan semata – mata atas kerja keras saya, namun ada begitu banyak pihak yang selalu membantu saya dalam menghadapi kesulitan dan rintangan yang ada. Oleh karena itu saya mengucapkan banyak rasa terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widianto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Kepala Prodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Ibu Debri Pristinella, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik saya di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima Kasih atas bimbingan Ibu dengan penuh kesabaran, sehingga saya dapat berhasil selama kurang lebih empat tahun menyelesaikan kuliah dengan lancar. 4. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi. selaku Dosem Pembimbing Skripsi saya. Terima Kasih atas bimbingan bapak yang dengan sabar mengajarkan langkah–langkah dalam melakukan x penelitian, sehingga saya dapat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI menemukan fenomena masalah, metode dan analisis dalam sebuah penelitian dengan lancar. 5. Yohanes Sukendar dan Alm. Claudia Mary, orang tua yang slalu saya cintai dan banggakan. Terima kasih atas doa, pembelajaran hidup dan dukungan materi dan psikologis yang saya dapatkan, meskipun kadang membuat kalian marah ataupun kesal, namun kalian tak pernah berhenti menyayangi saya. Semoga saya slalu membanggakan kalian selama – lamanya. 6. Maria Novie, Xaveria Desi, dan Agustina Septi, ketiga kakak yang selalu saya cintai dan banggakan. Terima kasih atas pembelajaran hidup, serta dukungan yang luar biasa dan tanpa henti yang kalian berikan kepada saya. Saya tahu kadang kalian jengkel dengan tingkah laku saya, namun kalian tetap sayang dan peduli kepada saya. 7. Seluruh Dosen Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas Ilmu Psikologi dan pembelajaran hidup yang luar biasa kalian berikan, sehingga selama kuliah saya semakin berkembang di setiap harinya. 8. Seluruh Dosen di luar Fakultas Psikologi yang membantu saya. Terima kasih atas bantuan kalian dalam memberikan ilmu yang memperlancar saya dalam mengerjakan skripsi. 9. Seluruh Staf Karyawan Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima Kasih atas usaha yang diberikan, sehingga saya dapat menyelesaikan urusan admistrasi dll dengan lancar selama kuliah di Psikologi. xi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10. Emelia Pudar, my beloved friend mulai dari awal ospek masuk kuliah sampai semester tua. Terima kasih atas saran dan pembelajaran hidup yang luar biasa pudar berikan kepada saya. Khususnya saya berterima kasih karena mau menerima saya apa adanya, mau menerima kekurangan dan perbedaan diri saya dengan pria pada umumnya. Saya tahu kadang persahabatan kita dipenuhi hal – hal yang manis maupun pahit, namun hal tersebut tak membuat saya menyesal namun justru berterima kasih untuk pengalaman kita yang luar biasa. Semoga komunikasi kita tetap lancar, meskipun tujuan hidup kita selanjutnya memisahkan kita. Makasi yaah kriting heheee ^ ^ 11. MT. Ghea, my best friend hahahaaa… Terima kasih atas segala pengalaman dan canda tawa selama ini, terima kasih sudah mau menjalin relasi dan menerima saya apa adanya. Terima kasih sudah slalu menemani saya ke gereja dan menjadi partner mencari pundi – pundi rejeki bersama. Semoga relasi kita tidak terpisahkan, meskipun tujuan hidup memisahkan jarak kita. Makasi yaah Ginuk hehee ^ ^ 12. CIWIK – CIWIK, My beloved Genk Ever. Terima kasih Agnes, Bene, Bela, Bincik, Ela, Ghea, Martha,dan Rere. Terima kasih atas pengalaman yang luar biasa dan pembelajaran hidup yang kalian berikan kepada saya, terima kasih juga sudah mau menerima segala kekurangan saya. Saya tahu kadang saya membuat kalian jengkel, namun kalian tetap slalu mau dekat dengan saya. Terima kasih atas piknik yang luar biasanya, smoga reuninya bisa xii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI terrealisasikan dan semoga kebersamaan kita tidak hilang meskipun jarak memisahkan kita bersama. 13. Adigor dan Yona, kawan mulai dari masuk asrama sampai semester tua dan Dedew kawan yang NIM nya sebelahan. Terima kasih atas hari – hari yang menyenangkan yang kalian berikan selama saya kuliah. Terima kasih juga atas segala bantuan yang saya terima dari kalian. Semoga kebersamaan kita hilang meskipun jarak akan memisahkan kita. Terima kasih my best The Brother. 14. Teman–Teman Psikologi Angkatan 2011 yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu per satu kalian semua luar biasa. Terima kasih atas kebersamaan dan hari – hari menyenangkan yang kita lalui bersama. Terima kasih atas segala bantuan yang pernah berikan kepada saya, sehingga saya melalui perkuliahan dengan lancar. Semoga kita semua diberi kesuksesan dalam menjalani kehidupan selanjutnya dan semoga komunikasi kita selalu terjalin meskipun jarak akan memisahkan kita. Semoga akan ada reuni angkatan kita bersaman. 15. Teman–Teman Panita, Insadha 2013, PPKM 2014 dan khususnya AKSI 2015. Terima kasih teman – teman panita semua, kalian mengajarkan bagaimana saya dapat berorganisasi dan membawakan suatu acara dengan sangat baik. Terima kasih atas hari – hari yang menyenangkan, meskipun kadang ada masalah diantara kita, namun kita dapat lalui bersama. Sukses terus untuk kalian semua terima kasih. xiii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16. Maba Kelompok 10 dan Kelompok Cinta. Terima kasih para maba ku tercinta, terima kasih atas kepercayaan yang kalian berikan kepada saya untuk menjadi kakak pendamping kalian. Kalian semua luar biasa pokoknya dan semoga kuliah kalian lancar dan suatu saat bisa menjadi kakak pendamping yang jauh lebih baik dan berkembang dari pada saya. Terima kasih and I Love U All tanpa terkecuali. 17. Teman–Teman Teater Seriboe Djendela. Terima kasih atas pengalaman dan pembelajaran teater yang luar biasa kalian berikan kepada saya. Berkat kalian saya menjadi semakin berani untuk tampil di depan umum tanpa merasa takut dan ragu. Terima kasih TSD, semoga kalian selalu menampilkan pertunjukan yang luar biasa di setiap tahunnya. 18. Responden Penelitian. Terima Kasih Bapak, Ibu, Saudara dan Saudari yang telah menjadi responden penelitian saya, karena kalian telah mau meluangkan waktu dan bersedia untuk mengikuti penelitian saya. Berkat kalian saya mampu menemukan apa yang saya teliti dalam penelitian 19. Teman–Teman Jogja lainnya yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Terima kasih atas pembelajaran hidup yang luar biasa yang kalian berikan, sehingga saya dapat berkembang seperti saat ini 20. Perpustakaan dan café yang memberikan fasilitas Wi-Fi. Terima kasih untuk fasilitas yang diberikan sehingga membuat saya semakin lancar untuk mengerjakan penelitian saya. xiv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI Halaman Judul........................................................................................................ i Halaman Persetujuan Dosen Pembimbing ............................................................ ii Halaman Pengesahan ........................................................................................... iii Halaman Motto..................................................................................................... iv Halaman Persembahan .......................................................................................... v Halaman Pernyataan Keaslian Karya .................................................................. vi Abstrak ................................................................................................................ vii Abstract .............................................................................................................. viii Halaman Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah...................................................... ix Kata Pengantar ...................................................................................................... x Daftar Isi.............................................................................................................. xv Daftar Tabel ........................................................................................................ xx Daftar Gambar................................................................................................... xxii Daftar Lampiran ............................................................................................... xxiii BAB I : Pendahuluan ............................................................................................ 1 A. Latar Belakang ............................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah........................................................................................ 7 C. Tujuan Masalah ........................................................................................... 7 xv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI D. Manfaat Penelitian....................................................................................... 8 1. Manfaat Teoritis....................................................................................... 8 2. Manfaat Praktis........................................................................................ 8 BAB II : Landasan Teori....................................................................................... 9 A. Pelecehan Seksual di Tempat Kerja ............................................................ 9 1. Pengertian Pelecehan Seksual di Tempat Kerja ...................................... 9 2. Bentuk – Bentuk Pelecehan Seksual di Tempat Kerja .......................... 10 3. Dimensi Pelecehan Seksual di Tempat Kerja ........................................ 12 4. Penyebab Pelecehan Seksual di Tempat Kerja...................................... 13 5. Dampak Pelecehan Seksual di Tempat Kerja ........................................ 16 6. Pengukuran Pelecehan Seksual di Tempat Kerja .................................. 19 B. Psikosomatis .............................................................................................. 21 1. Pengertian Psikosomatis ........................................................................ 21 2. Jenis – Jenis Psikosomatis ..................................................................... 22 3. Penyebab Psikosomatis.......................................................................... 23 4. Pengukuran Psikosomatis ...................................................................... 25 C. Dinamika Pelecehan Seksual di Tempat Kerja dengan Psikosomatis ....... 26 D. Hipostesis .................................................................................................. 28 BAB III : Metode Penelitian .............................................................................. 31 xvi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 31 B. Variabel Penelitian..................................................................................... 31 C. Definisi Operasional .................................................................................. 32 1. Pelecehan Seksual di Tempat Kerja ...................................................... 32 2. Psikosomatis .......................................................................................... 32 D. Subjek Penelitian ....................................................................................... 33 E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ......................................................... 33 1. Metode Pengumpulan Data.................................................................... 33 2. Alat Pengumpulan Data......................................................................... 34 a.. SEQ-DoD.......................................................................................... 35 b. PCS .................................................................................................... 37 F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur .......................................................... 39 1. Validitas Alat Ukur................................................................................ 39 a. SEQ-DoD.......................................................................................... 39 b. PCS .................................................................................................... 40 2. Realibilitas Alat Ukur ............................................................................ 40 a. SEQ-DoD........................................................................................... 41 b. PCS .................................................................................................... 42 G. Metode Analisis Data ................................................................................ 43 xvii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1. Analisis Deskriptif ................................................................................. 43 2. Uji Asumsi ............................................................................................. 43 a. Uji Normalitas Residu....................................................................... 43 b. Uji Heterokedasitas........................................................................... 44 c. Uji Linearitas .................................................................................... 44 3. Uji Hipotesis............................................................................................... 44 BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan ....................................................... 45 A. Persiapan Penelitian................................................................................... 45 B. Pelaksanaan Penelitian............................................................................... 46 C. Deskripsi Penelitian ................................................................................... 47 1. Deskripsi Subjek Penelelitian ................................................................ 47 2. Deskripsi Data Penelitian ...................................................................... 56 3. Kategorisasi ........................................................................................... 57 D. Hasil Penelitian.......................................................................................... 58 1. Analisis Deskriptif ................................................................................. 58 2. Hasil Uji Asumsi ................................................................................... 81 a. Uji Normalitas Residu........................................................................ 81 b. Uji Heterokedasitas............................................................................ 82 c. Uji Linearitas ..................................................................................... 83 xviii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3. Hasil Uji Hipotesis................................................................................. 84 4. Analisis Tambahan ................................................................................ 85 E. Pembahasan................................................................................................ 86 1. Analisis Deskriptif ................................................................................. 86 2. Pembahasan Hipotesis ........................................................................... 94 3. Pembahasan Analisis Tambahan ........................................................... 96 F. Keterbatasan Penelitian.............................................................................. 97 BAB V : Kesimpulan dan Saran ......................................................................... 98 A. Kesimpulan................................................................................................ 98 B. Saran ........................................................................................................ 100 1. Bagi Pekerja......................................................................................... 100 2. Bagi Atasan/Direktur/Pemilik Tempat Kerja ...................................... 100 3. Bagi Peneliti Selanjutnya..................................................................... 101 Daftar Pustaka ................................................................................................... 103 Lampiran .......................................................................................................... 110 xix PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel 1 Sebaran Item Skala SEQ – DoD ........................................................... 37 Tabel 2 Skor Skala SEQ – DoD.......................................................................... 37 Tabel 3 Sebaran Item Skala PCS ........................................................................ 38 Tabel 4 Skor PCS ................................................................................................ 39 Tabel 5 Reliabilitas Skala SEQ – DoD ............................................................... 41 Tabel 6 Reliabilitas Skala PCS ........................................................................... 42 Tabel 7 Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia....................................................... 48 Tabel 8 Deskripsi Subjek Berdasarkan Identitas Seksual ................................... 49 Tabel 9 Deskripsi Subjek Berdasarkan Status Relasi ......................................... 50 Tabel 10 Deskripsi Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan............................. 50 Tabel 11 Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Lapangan Kerja.......................... 51 Tabel 12 Deskripsi Subjek Berdasarkan Masa Kerja.......................................... 52 Tabel 13 Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Instansi....................................... 53 Tabel 14 Deskripsi Subjek Berdasarkan Jabatan ................................................ 53 Tabel 15 Deskripsi Subjek Berdasarkan Jumlah Rekan Kerja............................ 54 Tabel 16 Deskripsi Subjek Berdasarkan Domisili Subjek Bekerja..................... 54 Tabel 17 Deskripsi Data Penelitian..................................................................... 56 Tabel 18 Norma Kategorisasi.............................................................................. 57 xx PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Tabel 19 Kategori Subjek Berdasarkan Norma Kategorisasi ............................. 58 Tabel 20 Uji Normalitas Residu.......................................................................... 82 Tabel 21 Uji Glejser Heterokedasitas ................................................................. 83 Tabel 22 Uji Linearitas........................................................................................ 84 Tabel 23 Uji Hipotesis ........................................................................................ 85 Tabel 24 Koefisien Determinan .......................................................................... 85 xxi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Bagan Dinamika Pelecehan Seksual di Tempat Kerja dengan Psikosomatis ........................................................................................... 29 Gambar 2 Bagan Dinamika Tambahan Pelecehan Seksual di Tempat Kerja dengan Psikosomatis ........................................................................................... 30 Gambar 3 Histogram Skor Total Masing-masing Item SEQ-DoD ..................... 59 Gambar 4 Pie Chart SEQ-DoD Berdasarkan Identitas seksual........................... 60 Gambar 5 Pie Chart SEQ-DoD Berdasarkan Usia.............................................. 63 Gambar 6 Pie Chart SEQ-DoD Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir ....... 65 Gambar 7 Pie Chart SEQ-DoD Berdasarkan Masa Kerja................................... 67 Gambar 8 Pie Chart SEQ-DoD Berdasarkan Jumlah Dominasi Rekan Kerja .... 69 Gambar 9 Pie Chart SEQ-DoD Berdasarkan Jabatan Kerja ............................... 72 Gambar 10 Pie Chart SEQ-DoD Berdasarkan Jenis Bidang Kerja..................... 73 Gambar 11 Pie Chart Pelaku Pelecehan Seksual di Tempat Kerja ..................... 79 Gambar 12 Histogram Pelaku Pelecehan Seksual Berdasarkan Item SEQ-DoD 80 xxii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Hasil Angket Terbuka ....................................................................................... 111 1. Hasil Angket Terbuka Pada Wanita ......................................................... 111 2. Hasil Angket Terbuka Pada Pria .............................................................. 118 Blueprint Skala SEQ-DoD ................................................................................ 125 Blueprint Skala PCS.......................................................................................... 128 Skala Relasi Seksualitas di Tempat................................................................... 130 Hasil Reliabilitas Pada Skala SEQ-DoD........................................................... 141 Hasil Reliabilitas Pada Skala PCS .................................................................... 143 Hasil Uji Normalitas Residu ............................................................................. 145 Hasil Uji Heterokedasitas dengan Uji Glejser .................................................. 146 Hasil Uji Linearitas ........................................................................................... 148 Hasil Uji Regresi ............................................................................................... 151 xxiii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki jumlah presentase orang bekerja lebih dari setengah jumlah total rasio penduduk, yakni sebesar 65.2% (ILO, 2014). Sebagai orang yang bekerja, para pekerja selalu mengharapkan kondisi lingkungan kerja yang aman, agar kesejahteraan hidup pekerja semakin meningkat (Wulan, 2015). Kondisi lingkungan kerja yang aman juga dapat meningkatkan kualitas hubungan industrial antara pekerja dan pemilik serta mampu meningkatkan produktifitas dan loyalitas para pekerja (Better Work Indonesia, 2012). Akan tetapi tak jarang ditemui di beberapa tempat kerja, kondisi lingkungan kerja menjadi tempat yang penuh ancaman bagi para pekerja. Kondisi tersebut menyebabkan pekerja merasa tidak aman sehingga berdampak pada produktifitas dan loyalitas pekerja dalam bekerja (Better Work Indonesia, 2012). Salah satu penyebab kondisi lingkungan kerja yang tidak aman adalah adanya tindakan pelecehan seksual di tempat kerja yang dilakukan oleh atasan atau rekan kerja. Pelecehan seksual adalah perilaku seksual yang tidak dikehendaki oleh penerima/korban yang terjadi di tempat kerja atau di struktur lingkungan lainnya (Levay & Simon, 2006). Sugihastuti dan Siti (2007) menjelaskan bahwa pelecehan 1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2 seksual adalah semua tindakan seksual atau kecenderungan bertindak secara seksual yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok terhadap orang atau kelompok lain, misalnya kata-kata tentang seks, bersetubuh, meminta melakukan tindakan seksual dan sebagainya. Dalam dunia kerja The Equal Employment Opportunity Commision (The EEOC) (dalam Levay & Sharon, 2006) menggambarkan pelecehan seksual dalam tiga bentuk yakni: rayuan, permintaan dan tingkah laku atau perkataan yang mengandung unsur seksual. Ketiga hal tersebut dikatakan sebagai pelecehan seksual jika korban/penerima terpaksa mematuhi atau menolak secara tegas tindakan tersebut dan jika tindakan tersebut menimbulkan permusuhan atau pertenangan, rasa takut dan terancam. Di negara barat pelecehan seksual di tempat kerja telah banyak diteliti oleh para peneliti, mulai dari penelitian terkait jumlah presentase korban dan pelaku, faktor beresiko, penyebab hingga dampak pelecehan seksual di tempat kerja. Salah satu penelitian yang melihat jumlah presentase korban dan pelaku adalah penelitian yang dilakukan oleh Lois Harris (dalam Levay & Simon, 2006) menemukan 83% korban pelecehan seksual di tempat kerja adalah wanita dengan usia produktif dalam bekerja. Hasil penelitian American Psychology Association (dalam Levay & Simon, 2006) menemukan jumlah pelaku pelecehan seksual yang didominasi oleh jumlah pria, yakni sekitar 99% pria dan 1% wanita. Pada penelitian yang dilakukan oleh Serial BBC (dalam Hastuti & Lucia, 2003) pada tahun 1998 menemukan beberapa perilaku pelecehan seksual yang sering PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3 terjadi di tempat kerja antara lain: penyalahgunaan kata-kata (dilakukan oleh 95% pelaku wanita dan 75% pelaku pria), gerakan yang mengandung unsur seksual (dilakukan oleh 33% pelaku wanita dan 87% pelaku pria), rayuan mesra (dilakukan oleh 62% pelaku pria). Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Baugh (1997) terkait penyebab pelecehan seksual di tempat kerja menemukan power atau kekuasaan yang dimiliki seseorang seringkali memicu terjadinya pelecehan seksual di tempat kerja. Hal tersebut terlihat dari banyaknya atasan yang menjadi pelaku dan bawahan sebagai korban pelecehan seksual di tempat kerja. Penelitian lain yang dilakukan oleh Hall (dalam Welsh, 1999) menemukan bahwa jumlah dominasi rekan kerja juga memicu terjadinya pelecehan seksual di tempat kerja, misalnya wanita yang bekerja di tempat kerja dengan jumlah dominasi pria akan lebih sering mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Dampak pelecehan seksual di tempat kerja juga telah banyak diteliti di negara barat. Levay dan Simon (2006) telah menemukan bahwa pelecehan seksual dapat mengakibatkan dampak negatif secara fisik maupun psikis. Hasil penelitian Gutek (1985) menemukan bahwa dampak pelecehan seksual di tempat kerja yang sangat terlihat pada korban pelecehan seksual adalah penurunan kualitas kerja dan meningkatnya absesi kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Julian Barling, Inez Dekker, Catherine A., Kevin K., Clive F. dan Deborah J. (1996) dengan menggunakan sebanyak 591 subjek penelitian yakni para pekerja yang berasal dari PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4 empat bidang pekerjaan (kesehatan, manufacture, akomodasi dan sosial) menemukan bahwa pelecehan seksual di tempat kerja secara langsung mengakibatkan perubahan mood yang dirasakan korban pelecehan seksual menjadi negatif dalam bentuk kecemasan dan depresi. Hasil lain ditemukan bahwa pelecehan seksual di tempat kerja mampu memprediksi munculnya intensitas turn over, psikosomatis dan interpersonal dissatisfaction yang dimediasi oleh adanya mood negatif yang dirasakan oleh korban pelecehan seksual. Di Indonesia pelecehan seksual di tempat kerja juga telah diteliti oleh beberapa peneliti Indonesia. Sebagian besar penelitian lebih mengarah pada surveisurvei untuk melihat presentase korban pelecehan seksual di tempat kerja. Salah satunya dilakukan oleh Better Work Indonesia (2012) yang menemukan sekitar 80% wanita yang bekerja pernah mengalami atau melihat secara langsung kejadian pelecehan seksual di tempat kerja. International Labour Organization Indonesia (2014) juga menemukan bahwa 90% korban pelecehan seksual di tempat kerja adalah para pekerja yang memiliki jabatan kerja dan tingkat ekonomi yang rendah. Beberapa penelitian melihat masalah pelecehan seksual di tempat kerja berdasarkan sudut pandang korban pelecehan seksual dengan menggunakan metode kualitatif. Salah satunya Fauzia dan Weny (2010) melihat gangguan stress pasca trauma yang dialami korban pelecehan seksual di tempat kerja. Sebagian besar korban pelecehan seksual mengalami gangguan sosial PTSD seperti perilaku menghindar, merasa disisihkan atau sendiri, serta susah percaya dengan orang lain PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5 (Fauzia & Weny, 2010). Ira (2014) melihat proses resiliensi korban pelecehan seksual di tempat kerja, dan menemukan faktor yang membuat korban pelecehan seksual mengalami proses resiliensi adalah faktor dukungan sosial, penerimaan diri, faktor I’am, faktor I Have dan faktor I Can. Meskipun telah dilakukan beberapa penelitian terkait pelecehan seksual di tempat kerja, akan tetapi Margaretha (2015) menjelaskan bahwa penelitian yang ada di Indonesia terkait pelecehan seksual di tempat kerja belum cukup mampu untuk menjelaskan bagaimana fenomena tersebut ditangani di Indonesia. Berdasarkan penelitian sebelumnya peneliti berasumsi bahwa selama ini penelitian pelecehan seksual di tempat kerja hanya melihat jumlah presentase korban pelecehan seksual di tempat kerja dan dampak yang dialami oleh korban pelecehan seksual. Di Indonesia penelitian yang mendeskripsikan masalah pelecehan seksual di tempat kerja belum pernah ada. Diharapkan dengan mendeskripsikan masalah pelecehan seksual di tempat kerja dapat menemukan faktor-faktor resikonya, sehingga hasil temuan penelitian dapat digunakan untuk menangani fenomena pelecehan seksual di tempat kerja. Berdasarkan hal tersebut peneliti mencoba mengangkat penelitian yang mendeskripsikan pelecehan seksual di tempat kerja dengan menggunakan alat ukur psikologis. Hasil deskripsi tidak hanya melihat jumlah presentase korban atau pelaku pelecehan seksual, akan tetapi melihat juga bagaimana gambaran perilaku pelecehan seksual di tempat kerja, serta menghubungkan hasil dengan data demografis korban PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6 pelecehan seksual untuk menemukan faktor-faktor beresiko dari masalah pelecehan seksual di tempat kerja. Selain melihat masalah pelecehan seksual di tempat kerja, peneliti juga melihat dampak yang dirasakan oleh pekerja Indonesia korban pelecehan seksual di tempat kerja. Beberapa laporan menunjukkan bahwa korban pelecehan seksual di tempat kerja merasa tertekan, tidak bersemangat dalam bekerja (Hukumonline.com), tidak nyaman dan sering absen (Detiknews.com, 2014) serta sering stress karena sering digosipkan atau digunjingkan serta merasa kehilangan relasi kerja dan turnover (Margaretha, 2015). Berdasarkan hasil laporan tersebut peneliti tidak menemukan dampak pelecehan seksual secara fisik yang dirasakan korban pelecehan seksual. Padahal di negara barat ditemukan bahwa pelecehan seksual di tempat kerja dapat memberikan dampak secara fisik yang berkaitan dengan gangguan psikosomatis, seperti: tidak bisa tidur, mudah lelah dan sering mengalami sakit kepala setelah mengalami pelecehan seksual (Forster,1992). Pada penelitian Julian, dkk (1996). juga menemukan bahwa pelecehan seksual dapat memprediksi munculnya psikosomatis yang dimediasi oleh negative mood. Dalam ranah psikiatri psikosomatis disebut dengan psychophysiological reaction yang merupakan suatu ekspresi organis baik dalam bentuk disfungsi atau perubahan patologis yang ditimbulkan akibat emosi yang kronis yang disalurkan melalui susunan saraf autonom (Kartono & Gulo, 1978). Demikian dapat dimengerti bahwa setiap fungsi organis yang terganggu oleh emosi yang kuat dapat menjadi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7 basis timbulnya bermacam-macam gangguan psikosomatis (Kartono & Gulo, 1978). Reaksi psikosomatis bisa mengenai semua fungsi organ yang penting dalam tubuh (Prawiroharjo, 1973). Berdasarkan hal tersebut peneliti mencoba kembali mengangkat penelitian yang dilakukan oleh Julian, dkk. (1996) di Indonesia untuk membuktikan kembali bahwa pelecehan seksual di tempat kerja mampu memprediksi munculnya psikosomatis di tempat kerja. Dengan memberikan sumbangan karakteristik pada penelitian sebelumnya dengan adanya tambahan variasi bidang pekerjaan yang pada penelitian sebelumnya menggunakan empat bidang pekerjaan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang ada maka rumusan masalah yang diangkat peneliti adalah : 1. Bagaimana deskripsi masalah pelecehan seksual di tempat kerja ? 2. Apakah pelecehan seksual di tempat kerja mampu memprediksi munculnya psikosomatis ? C. Tujuan Masalah Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat deskripsi masalah pelecehan seksual di tempat kerja serta melihat pelecehan seksual ditempat kerja sebagai prediktor munculnya psikosomatis. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8 D. Manfaat Peneliitian 1. Manfaat Teoritis a. Dengan mendeskripsikan masalah pelecehan seksual di tempat kerja, maka akan terlihat faktor-faktor resiko yang ada dalam masalah pelecehan seksual di tempat kerja. b. Untuk menambah pengetahuan dalam ilmu psikologi khususnya dalam bidang klinis dan industri dan organisasi terkait pelecehan seksual di tempat kerja dan psikosomatis. 2. Manfaat Praktis a. Bagi para subjek penelitian, informasi penelitian dapat menambah wawasan subjek terkait bentuk-bentuk perilaku dan faktor resiko pelecehan seksual di tempat kerja, sehingga diharapkan agar subjek penelitian dapat semakin menjaga diri dan lebih waspada dalam lingkungan kerja. Serta menambah wawasan terkait psikosomatis. b. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi perusahaan untuk menentukan strategi dalam menangai masalah pelecehan seksual yang terjadi di perusahaan tersebut. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB II LANDASAN TEORI A. Pelecehan Seksual di Tempat Kerja 1. Pengertian Pelecehan Seksual di Tempat Kerja Pelecehan adalah proses, perbuatan, cara memandang rendah (tidak berharga); menghinakan; mengabaikan (KBBI, 2011), sedangkan pelecehan seksual adalah perilaku seksual yang mengganggu (Sugihastuti & Siti, 2007), disengaja dan diulang, seperti: komentar verbal, gerak dan kontak fisik yang tidak dinginkan oleh penerima atau korban (Spencer, Jeffrey & Lois, 2008). Dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1970 dijelaskan tempat kerja adalah tempat fisik di mana para pekerja bekerja, hal ini termasuk semua ruangan, lapangan, halaman dan daerah-daerah yang mengelilinginya. Mathis dan Jackson (dalam Dharma, 2009) menjelaskan bahwa pelecehan seksual di tempat kerja adalah perilaku atasan atau rekan kerja yang mengarah pada unsur seksual dan menempatkan tenaga kerja ke dalam situasi kerja yang merugikan atau menciptakan lingkungan kerja yang tidak bersahabat. Better Work Indonesia (2012) menjelaskan pelecehan seksual di tempat kerja ke dalam beberapa bagian: a. Penyalahgunaan perilaku seksual b. Permintaan layanan seksual 9 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10 c. Pernyataan verbal atau fisik atau bahasa tubuh yang menyiratkan perilaku seksual d. Tindakan yang tidak diinginkkan yang berkonotasi seksual: i. Orang yang menjadi sasaran telah menyatakan secara jelas bahwa perilaku tersebut tidak dikehendaki; ii. Orang yang menjadi sasaran merasa terhina, tersinggung dan/atau terintimidasi oleh perilaku tersebut; iii. Pelaku sewajarnya harus dapat mengantisipasi bahwa orang lain akan merasa tersinggung, terhina dan/atau terintimidasi oleh perilaku tersebut. Berdasarkan pengertian teoritis diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa pelecehan seksual di tempat kerja adalah perilaku menghina, merendahkan, mengganggu, merugikan dan tidak dinginkan yang mengandung unsur seksual baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal, dilakukan oleh atasan atau rekan kerja di dalam lingkungan kerja secara sengaja dan berulang. 2. Bentuk – Bentuk Pelecehan Seksual di Tempat Kerja The Equal Employment Opportunity Commission (The EEOC) (dalam, Levay, & Sharon, 2006) menggambarkan pelecehan seksual di tempat kerja ke dalam tiga bentuk perilaku seperti: a. Rayuan atau pendekatan yang berunsur seksual yang tidak diinginkan; b. Permintaan/imbalan dalam bentuk seksual; c. Perilaku secara fisik maupun verbal yang bersifat seksual. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11 Ketiga hal tersebut dapat dikatakan sebagai pelecehan seksual, jika penerima/korban menolak perilaku tersebut dengan tegas atau justru tunduk mematuhinya, sehingga memunculkan rasa takut, terancam dan menyebabkan permusuhan. Dalam sudut pandang undang-undang, pelecehan seksual di tempat dibagi ke dalam dua bentuk perilaku (Welsh, 1999): a. “Quid Pro Quo” Harassment, termasuk perilaku seksual yang diperoleh dengan mengancam atau menyuap, sehingga korban patuh atau menerima perlakuan seksual tersebut dengan pertimbangan terkait pekerjaan mereka. b. Hostile Environment Harassment, termasuk perilaku bercanda, berkomentar, sentuhan yang mengandung unsur seksual dan bertentangan dengan keinginan orang yang menerima perlakuan tersebut, atau bersifat mengintimidasi seseorang, sehingga menyebabkan adanya permusuhan. Secara umum Better Work Indonesia (2012) membagi bentuk pelecehan seksual di tempat kerja ke dalam lima bentuk perilaku: a. Pelecehan seksual secara fisik: termasuk sentuhan yang tidak dinginkan dengan kecenderungan seksual seperti: mencium, menepuk, mencubit, mencolek, dan memegang dengan penuh hawa nafsu. b. Pelecehan seksual secara verbal: termasuk komentar-komentar yang tidak dinginkan tentang kehidupan seksual atau anggota tubuh/penampilan, lelucon dan godaan yang bersifat seksual. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12 c. Pelecehan seksual dengan bahasa tubuh: termasuk bahasa tubuh atau gerak-gerik yang menjurus pada sesuatu yang berunsur seksual, seperti: kedipan mata berulang-ulang, gerakan bibir, dan jari-jemari. d. Pelecehan seksual bersifat tertulis atau grafis: termasuk pemaparan barang-barang pornografi, gambar-gambar eksplisit yang bersifat seksual, gambar cover komputer dan pelecehan seksual melalui pesan singkat dan sarana komunikasi lainnya. e. Pelecehan seksual psikologis/emosional: termasuk diantaranya permintaan yang terus-menerus dan tidak diinginkan, undangan yang tidak diinginkan untuk pergi berkencan, hinaan, ejekan dan sindiran yang berkonotasi seksual. 3. Dimensi Pelecehan Seksual di Tempat Kerja Fitzgerald, Geldfand dan Drasgow menjelaskan bentuk konstruk perilaku pelecehan seksual ke dalam tiga dimensi yang saling berkaitan namun berbeda secara seksual: a. Gender harassment, perilaku pelecehan seksual yang lebih mengarah pada perilaku merendahkan atau menghina yang berbasis pada gender seseorang. Contohnya: membuat pernyataan yang bersifat merendahkan gender tertentu (“semua pria suka melakukan masturbasi” atau “semua wanita suka digoda oleh banyak pria”). b. Unwanted sexual attention, perilaku pelecehan seksual yang lebih mengarah pada perilaku menarik perhatian orang lain yang tidak PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13 dinginkan, tidak dibalas dan menyinggung. Contohnya: perilaku memperlihatkan alat kelamin di depan umum, perilaku menggoda seseorang dengan panggilan mesra, perilaku menggoda seseorang dengan gesture tubuh, perilaku mencolek atau memegang tubuh orang lain dan perilaku bercanda atau bercerita hal seksual. c. Sexual coercion, perilaku pelecehan seksual yang lebih mengarah pada perilaku memaksa, memeras atau memberikan iming-iming atau hadiah untuk memperoleh aktivitas seksual bersama. Contohnya: perilaku memberikan reward jika mau berhubungan seks atau perilaku memberikan ancaman agar korban patuh untuk melakukan aktivitas seksual bersama. 4. Penyebab Pelecehan Seksual di Tempat Kerja Salah satu penelitian menemukan bahwa jenis lapangan kerja mampu menjadi salah satu faktor penyebab pelecehan seksual di tempat kerja, contohnya perempuan yang bekerja pada jenis pekerjaan yang berkaitan erat dengan dunia laki-laki cenderung lebih banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja, dibandingkan perempuan yang bekerja pada jenis pekerjaan yang berkaitan erat dengan dunia perempuan (Gutek & Morasch 1982; Gutek & Cohen, 1987; Welsh, 1999). Jumlah dominasi pekerja di tempat kerja juga mampu menjadi salah satu faktor penyebab pelecehan seksual di tempat kerja, contohnya perempuan yang memiliki rekan kerja yang didominasi oleh laki-laki cenderung lebih banyak mengalami pelecehan seksual dibandingkan perempuan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14 yang memiliki rekan kerja yang didominasi oleh perempuan (Gruber, 1998; Welsh, 1999). Hall (dalam Welsh, 1999) menjelaskan bahwa budaya suatu organisasi merupakan suatu gambaran yang mewakilli aturan-aturan dari perilaku dan nilai yang ada pada anggota organisasi tersebut, sehingga tidak mengherankan bahwa para peneliti beralih ke budaya organisasi untuk menjelaskan mengapa pelecehan seksual dapat terjadi di beberapa organisasi. Salah satu penelitian menemukan bahwa organisasi yang memiliki budaya untuk mentolerir tindakan pelecehan seksual akan memicu tingginya perilaku pelecehan seksual di organisasi tersebut (e.g. Hulin et al, 1993; Pryor et al, 1996; Welsh, 1999). Dalam artikel UNESCO & BKKBN (2009) menjelaskan faktor penyebab pelecehan seksual di tempat kerja dari tiga sudut pandang yang berbeda: a. Sudut pandang pelaku i. Pelaku memiliki kekuasaan atau kekuatan terhadap korbannya yang mampu memberikan iming-iming kekuasaan atau kenaikan penghasilan. ii. Sebagian besar pelaku pelecehan seksual di tempat kerja didominasi oleh laki-laki, hal tersebut dipicu adanya kekuasaan atau penempatan posisi laki-laki yang sering lebih tinggi dibandingkan perempuan atau dengan kata lain memperkerjakan perempuan, seperti: memecat, mengawasi, dan mempromosikan perempuan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15 b. Sudut pandang korban i. Adanya daya tarik seksual atau rangsangan dari korban pelecehan seksual, ditambah lagi korban pelecehan seksual tidak berani menolak perlakuan karena takut kehilangan pekerjaan. c. Sudut pandang lingkungan i. Eksternal korban: fenomena yang ada pada perilaku pelecehan seksual disebabkan oleh banyaknya masalah pelecehan seksual yang dimengerti hanya sebagai masalah perseorangan serta kurangnya informasi terkait pelecehan seksual. ii. Ruangan: jika terdapat ruangan agak tertutup maka akan mempermudah terjadinya tindakan pelecehan seksual. iii. Interaksi : 1) Biological model: pelecehan seksual terjadi karena adanya daya tarik seksual yang alamiah. 2) Organizational model: adanya faktor kekuasaan atau hubungan. 3) The social culture model: adanya perwujudan sistem patrialisme yang lebih luas dimana laki-laki dianggap lebih berkuasa. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16 Kekurangan yang ada dalam penelitian pelecehan seksual adalah penjelasan secara teoritis mengapa seseorang memutuskan untuk melakukan tindakan pelecehan seksual (Welsh, 1999). 5. Dampak Pelecehan Seksual di Tempat Kerja Secara keseluruhan penelitian menemukan bahwa dampak pelecehan seksual adalah efek negatif yang dirasakan oleh para korban pelecehan seksual (Maypole & Rosemarie, 1983). Para korban pelecehan seksual dapat menderita berbagai efek secara emosional dan fisik (Crooks & Karla, 1983). Foster (1992) menemukan bahwa dampak pelecehan seksual yang sering dialami oleh para korban adalah lekas marah, gelisah, depresi, memburuknya hubungan personal, adanya permusuhan, gangguan tidur, mudah lelah dan sintom stress kerja lain. Salah satu hasil survey menunjukkan bahwa 98% korban pelecehan seksual di tempat kerja mengaku dirinya mengalami dampak negatif seperti: perasaan yang mudah marah, merasa terhina dan dipermalukan dan rendah diri (McKinnon, 1979; Croocks & Karla 1983). Hasil penelitian Julian, dkk. (1996) menemukan bahwa pelecehan seksual di tempat kerja mampu memprediksi munculnya turnover, psychosomatic dan interpersonal dissatisfaction yang dimediasi oleh efek negative mood dalam bentuk kecemasan dan/atau depresi yang dirasakan korban pelecehan seksual. Truida menuliskan dalam artikelnya Sexual Harassment; Cause, Consequence and Cures (1992) menjelaskan dampak pelecehan seksual di tempat kerja ke dalam tiga sudut pandang yang berbeda: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17 a. Sudut pandang perusahaan i. Keuangan perusahaan mengalami kerugian. Hal tersebut dikarenakan adanya penurunan produktifitas, semangat dan motivasi pekerja yang mengalami pelecehan seksual. Pekerja yang tidak terlibat pelecehan seksual namun melihat atau mengetahui tindakan tersebut terjadi di tempat kerjanya, dapat kehilangan motivasi bekerja karena tidak dapat menerima atau takut terhadap kejadian tersebut. ii. Perusahaan dapat kehilangan stafnya yang berharga. Pekerja yang mengalami pelecehan seksual akan memilih untuk mengundurkan diri mereka, meskipun dianggap memiliki kinerja dan prestasi yang baik. iii. Meningkatnya tingkat absensi dan stress kerja dikalangan pekerja. Pekerja takut kembali mengalami pelecehan seksual di tempat kerja dan akibat-akibat lainnya yang memicu pekerja untuk berada dalam rumah atau tempat yang dianggap aman. iv. Adanya pelecehan seksual di tempat kerja dapat merusak standart etika dan disiplin perusahaan tersebut. Pekerja yang mengalami pelecehan seksual akan menghilangkan rasa hormat mereka pada atasan atau rekan kerja mereka. v. Citra perusahaan akan rusak atau menurun karena adanya kabar yang tersiar terkait pelecehan seksual di kalangan masyarakat. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18 b. Sudut pandang hukum i. Perusahaan atau organisasi tersebut dapat dikenakan pelanggaran hukum jika kasus pelecehan seksual tersebut diabaikan. Dalam peraturan industrial pemilik/atasan/majikan wajib memastikan pekerjanya tidak mengalami bentuk pelanggaran di tempat kerja. ii. Adanya tindak pidana atau gugatan perdata yang dilakukan secara tegas terhadap praktek-praktek kerja yang tidak adil dan tindakan pelecehan terhadap pekerja oleh atasan atau rekan kerja. iii. Kurangnya penjelasan terkait bentuk-bentuk pelecehan seksual di tempat kerja dapat mempermudah pelaku membawa perusahaan ke pengadilan dan mengajukan banding terhadap langkah-langkah disipliner atau pemecatan yang dialami pelaku. c. Sudut pandang individu i. Korban biasanya mengalami kerugian keuangan tertinggi meskipun pelaku atau bahkan pengamat juga dapat mengalami kerugian keuangan akibat adanya tindakan pelecehan seksual di tempat kerja. ii. Pekerja yang mengundurkan diri karena masalah pelecehan seksual sering mengalami kesulitan untuk mendapatkan referensi dari atasan mereka sebelumnya, sehingga membuat mereka kesulitan untuk mencari posisi lain atau perusahaan lain. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19 iii. Korban yang menolak/mengeluh ketika mengalami pelecehan akan kesulitan mendapatkan promosi sehingga hal tersebut menahan proses pengembangan karir mereka. iv. Para pelaku pelecehan seksual sendiri akan mudah jatuh ke dalam kebiasaan buruk jika perilaku tersebut terus-menerus berjalan tanpa adanya hambatan. Hal tersebut mampu menimbulkan dampak negatif terkait efektifitas pekerja, hubungan antar pekerja serta kehidupan pribadinya. v. Para pekerja yang menjadi pengamat tindakan pelecehan seksual di tempat kerja akan kehilangan rasa percaya mereka terhadap para atasan atau rekan kerja khususnya para pelaku serta muncul rasa terancam dalam diri mereka. Pekerja juga akan memiliki kepercayaan akan adanya “aturan main” di dalam perusahaan yang melibatkan tindakan seksual. 6. Pengukuran Pelecehan Seksual di Tempat Kerja Sebagian besar pengukuran-pengukuran pelecehan seksual di tempat kerja bertujuan melihat jumlah presentase korban pelecehan seksual. salah satunya di Pentagon pada tahun 1995, yang menemukan bahwa 78% wanita dan 38% pria yang aktif bekerja memiliki pengalaman pelecehan seksual di tempat kerja (U.S. Department of Defense, 1995; Levay & Sharon, 2006). Pada tahun 1997 Lois Harris Poll (dalam Levay & Sharon) menemukan bahwa sekitar 32% (31% pelaku pria dan 1% pelaku wanita) wanita dan 7% PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20 (3% pelaku pria dan 4% pelaku wanita) pria yang bekerja aktif di Amerika mengalami pelecehan seksual di tempat kerja yang dilakukan oleh atasan atau rekan kerjanya. Beberapa pengukuran pelecehan seksual di tempat kerja menggunakan konstruksi psikologis. Salah satunya Sexual Harassment Questionaire yang dikembangkan oleh Jullian, Inez, Chaterine, Kevin, Clive dan Deborah (1996). Dikembangkan berdasarkan hasil survei terhadap 800 orang pekerja di negara Kanada. Terdapat 31 item dengan format respon Likert dengan skor 1 sampai 5. Ada juga skala Sex and Workplace yang dikembangkan oleh Gutek (1985). Terdapat 8 item yang dikembangkan berdasarkan definisi secara legal pelecehan seksual di tempat kerja. Menggunakan respon format Likert dengan skor 1 sampai 3. Pada penelitian ini pengukuran pelecehan seksual di tempat kerja dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran psikologis yaitu SEQDoD. Merupakan salah satu versi alat ukur SEQ yang dikembangkan oleh Lois Fitzgerald, Vicki J., Fritz Drasgow dan Craig R. (1999). SEQ-DoD merupakan salah satu alat ukur SEQ yang digunakan untuk mengukur pelecehan seksual di tempat kerja, yang sebelumnya digunakan di dunia militer dengan subjek pria dan wanita (Fitzgerald, dkk., 1999). SEQ-DoD merupakan alat ukur pelecehan seksual di tempat kerja yang menghubungkan antara definisi legal dari pelecehan seksual yang berasal dari definisi The EEOC dan bentuk konstruk dari social behavior pelecehan, karena definisi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21 legal dari pelecehan seksual kurang begitu mampu merepresentasikan bentuk perilaku pelecehan seksual yang terjadi di tempat kerja (Fitzgerald, dkk., 1999). Total item yang dimiliki sebanyak 22 item dengan format respon Likert skor 1 sampai 5. B. Psikosomatis 1. Pengertian Psikosomatis Dalam ranah psikiatri psikosomatis disebut dengan psychophysiological reaction yang merupakan suatu ekspresi organis baik dalam bentuk disfungsi atau perubahan patologis yang ditimbulkan akibat emosi yang kronis yang disalurkan melalui susunan saraf autonom (Kartono & Gulo, 1978). Bahasa yang lebih sederhana adalah gangguan fisik yang disebabkan oleh tekanan emosi yang bereaksi berlebihan (Kartono & Gulo, 1978). Roan (1979) menjelaskan istilah psikosomatis digunakan untuk menjelaskan dua hal yakni: a. Untuk menyatakan cara pendekatan klinis dalam ilmu kedokteran dimana manusia dianggap mempunyai tubuh dan jiwa yang saling berdampingan, dimana keduanya akan menderita bila terdapat suatu penyakit. b. Untuk menyatakan sekelompok penyakit atau sindroma yang dinyatakan dalam gangguan atau kerusakan jaringan fisik maupun fungsinya terutama gangguan fungsi susunan saraf autonom dimana faktor emosi memegang peranan penting. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22 Berdasarkan teori diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa psikosomatis adalah sekumpulan penyakit fisik baik dalam bentuk disfungsi atau perubahan patologis yang disebabkan oleh adanya emosi yang berlebihan dalam diri seseorang yang disalurkan melalui susunan saraf autonom. 2. Jenis – Jenis Psikosomatis Prawirohardjo (1973) dalam bukunya membuat klasifikasi atas jenisjenis psikosomatik dalam beberapa bentuk, dengan bantuan terjemahan bahasa penyakit dari kamus Kedokteran Dorland (Hartanto, dkk., 2002) a. Bagian sistem cardiovascular, berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah. b. Bagian sistem gastrointestinal, berkaitan dengan lambung dan usus. c. Bagian sistem musculoskeletal, berkaitan dengan sistem kompleks yang melibatkan otot-otot dan kerangka tubuh. d. Bagian sistem respiratory, berkaitan dengan sistem pernafasan. e. Bagian sistem endocrine, berkaitan dengan organ atau struktur yang mengeluarkan bahan yang dihasilkannya ke dalam darah atau cairan limfe. f. Bagian sistem kulit g. Bagian sistem genitourinary, berkaitan dengan organ genital. h. Bagian sistem nervorum, berkaitan dengan sistem saraf. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23 3. Penyebab Psikosomatis Kartono dan Kartini (1980) menjelaskan bahwa kondisi psikhe atau jiwa menentukan timbulnya penyakit soma atau badaniah. Sebagai contoh ketakutan hebat mengakibatkan detak jantung yang cepat dan rasa lemas pada tubuh. Detak jantung yang cepat dan rasa lemas merupakan fisiologis yang diidentifikasikan sebagai produk dari konflik emosionil dan kecemasankecemasan kronis. (Prawirohardjo, 1973) menjelaskan bahwa individu dengan mental yang sehat memiliki ego yang berfungsi dengan baik berarti ego bisa menyalurkan dorongan-dorongan insting maupun material-material konflik lainnya dengan baik. Akan tetapi jika ego gagal dalam melaksanakan tugasnya maka akibatnya adalah penyakit mental. Bila dalam penyaluran tersebut ego mengekspresikan ke dalam penyakit-penyakit organ melalui susunan saraf autonom maka hasilnya adalah suatu penyakit psikosomatis. Tebbets (dalam Fathonnah, 2012) menjelaskan bahwa kebanyakan penyakit bersifat psikosomatis dipilih (untuk dimunculkan) pada level pikiran bawah sadar untuk lari dari situasi yang dipersepsikan sebagai suatu tekanan mental berlebihan yang disebabkan oleh emosi destruktif seperti: marah, benci, dendam, takut dan perasaan bersalah. Ruesch (dalam Roan, 1979) menjelaskan gangguan psikosomatis merupakan akibat dari ketegangan jiwa oleh perubahanperubahan sosial dan mobilitas yang sering terjadi karena adanya tekanan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24 ambisi yang tinggi, kebutuhan akan konformitas dan penekanan dari dorongan naluri. David dan leslie (dalam, Fathonnah, 2012) menjelaskan 7 hal yang dapat menjadi penyebab penyakit psikosomatis yakni: a. Internal conflict: konflik diri yang melibatkan dua bagian atau ego state. b. Organ Language: bahasa yang digunakan oleh seseorang dalam mengungkapkan perasaannya, misal: “ia bagaikan duri dalam daging yang membuat tubuh saya sakit”. Bila pernyataan ini diulang maka pikiran bawah sadar akan membuat bagian tubuh tertentu menjadi sakit sesuai dengan sematik yang digunakan. c. Motivation/secondary gain: keuntungan yang didapat seseorang dengan sakit yang dideritanya, misalnya: perhatian orang tua, suami, istri atau lingkungannya, atau menghindari beban tanggung jawab tertentu. d. Past experience: pengalaman masa lalu yang bersifat trauma yang mengakibatkan munculnya emosi negatif yang intens dalam diri seseorang. e. Identification: penyakit yang muncul akibat diidentifikasikan dengan seseorang atau figur otoritas yang dikaguminya, misalnya: seseorang akan mengalami sakit seperti yang dialami oleh figur otoritasnya. f. Self punishment: pikiran bawah sadar membuat seseorang sakit, karena memiliki perasaan bersalah akibat melakukan suatu hal tindakan yang bertentangan dengan nilai hidup yang dipegang orang tersebut. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25 g. Imprint: pemikiran yang masuk ke pikiran bawah sadar saat seseorang mengalami emosi yang intens, misalnya: orang tua menanamkan program pikiran bawah sadar anak dengan berkata “jangan sampai kehujanan, nanti bisa flu, pilek, dan demam”. 4. Pengukuran Psikosomatis Pengukuran-pengukuran psikosomatis sering dilakukan dalam dunia medis. Pengukuran psikosomatis dilakukan dengan menggunakan konstruksi psikologis. Salah sataunya Psychosomatic Symptom Inventory yang dikembangkan oleh Philips (1971). Digunakan untuk mengukur gejala psikosomatis yang dialami oleh orang dewasa (Rosa & Allan Mazur, 1974). Psychosomatic Symptoms yang dikembangkan oleh Derogatis (1979) berdasarkan The Hopkins Symptoms Checklist (HSCL) yang memiliki tiga-sub skala yakni: depression, anxiety dan somatization (Wolpin, Ronald & Esther, 2004). Pada penelitian ini pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala yang dikembangkan oleh Yuriko Takata dan Yumiko (2004) di negara Jepang, yaitu: Psychosomatic Complaint Scale. Terdapat 30 item yang dikembangkan berdasarkan hasil survei terhadap 400 orang dewasa yang mengalami psikosomatis. Validitas menggunakan proses expert judgment yang dilakukan oleh dokter medis dan psikiater ahli psikosomatis. Proses reliabilitas dilakukan dengan test-retest pada tahun 1997, 1998 dan 1999 dengan menggunakan karakteristik subjek yang sama yakni orang dewasa. Pengembang skala PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26 menggunakan tujuh aspek dalam pengukuran psikosomatis yang sama dengan hasil temuan klasifikasi psikosomatis oleh Prawiraharjo (1973). Respon skala menggunakan format Likert dengan skor 1 sampai 4. C. Dinamika Pelcehan Seksual di Tempat Kerja dengan Psikosomatis Secara keseluruhan penelitian tentang pelecehan seksual di tempat kerja menemukan bahwa dampak pelecehan seksual adalah efek negatif (Maypole & Rosemarie, 1983) baik dampak negatif secara fisik maupun secara emosional (Crooks & Karla, 1983). Hasil penelitian Julian, dkk. (1996) menemukan dampak secara langsung yang dialami korban pelecehan seksual adalah merubah mood korban menjadi negatif dalam bentuk kecemasan dan/atau depresi. Seseorang bisa mengalami gangguan secara fisik akibat adanya gangguan secara psikis atau emosi dalam diri (El Quussy, 1974). Canon (dalam Roan, 1979) telah menyelidiki adanya hubungan yang sangat erat antara kondisi emosi seseorang dengan fungsi tubuh seseorang, misalnya hubungan erat antara susunan saraf autonom dengan rasa takut atau marah. Ketika seseorang memiliki tekanan emosi yang bereaksi secara berlebihan, hal tersebut mampu mengakibatkan gangguan fisik (Kartono & Gulo, 1978). Tebbets (dalam Fathonnah, 2012) menjelaskan bahwa suatu tekanan mental yang berlebihan yang disebabkan oleh emosi destruktif seperti marah, benci, dendam, takut dan perasaan bersalah dapat mengakibatkan munculnya gejala psikosomatis. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27 Prawiroharjo (1973) menjelaskan bahwa ketika fungsi ego tidak berfungsi dengan baik, yang berarti ego tidak bisa menyalurkan material-material konflik dengan benar, menyebabkan ego akan mengekspresikan material konflik tersebut ke dalam susunan saraf autonom, sehingga menimbulkan reaksi psikosomatis. Roan (1979) menjelaskan bahwa proses emosi yang terdapat pada otak dapat disalurkan melalui susunan saraf autonom ke dalam alat-alat viseral sehingga menimbulkan gejala psikosomatis. Ketika seseorang mengalami pelecehan seksual di tempat kerja yang dilakukan oleh atasan atau rekan kerja nya, maka secara langsung korban pelecehan seksual tersebut akan mengalami perubahan mood menjadi negatif baik dalam bentuk kecemasan ataupun depresi (Julian, dkk., 1996). Ketika mood negatif tersebut muncul secara intens dan bereaksi secara berlebihan dalam diri korban pelecehan seksual (Kartono & Gulo, 1979) serta ego korban tidak mampu bekerja dengan baik dalam menyalurkan material konflik tersebut (mood negatif), maka membuat ego akan mengekspresikan material konflik tersebut melalui susunan saraf autonom (Prawiroharjo, 1973) ke dalam alat-alat viseral (Roan, 1979) sehingga menimbulkan korban pelecehan seksual mengalami psikosomatis. Korban pelecehan seksual dapat mengalami pengalaman traumatik dan perasaan bersalah ketika dirinya dilecehkan (Crooks & Karla, 1983). Pengalaman masa lalu yang bersifat trauma dan rasa bersalah diri atau self punishment mengakibatkan munculnya emosi negatif yang intens dalam diri korban pelecehan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28 seksual (David Cheek & Leslie, 1968; Fathonah, 2012). Ketika ego korban tidak mampu bekerja dengan baik dalam menyalurkan material konflik tersebut (mood negatif), maka membuat ego akan mengekspresikan material konflik tersebut melalui susunan saraf autonom (Prawiroharjo, 1973) ke dalam alat-alat viseral (Roan, 1979) sehingga menimbulkan korban pelecehan seksual mengalami psikosomatis. Ketika korban pelecehan seksual mengungkapkan perasaannya melalui bahasa tubuh yang digunakannya, contohnya menganggap pelaku bagai duri dalam daging yang membuat tubuhnya sakit(David Cheek & Leslie, 1968; Fathonah, 2012). Bila pernyataan ini diulang terus menerus, maka pikiran bawah sadar akan menangkap pernyataan tersebut (David Cheek & Leslie, 1968; Fathonah, 2012) dan dalam otak ego akan menyalurkan material konflik tersebut melalui susunan saraf autonom ke dalam alat-alat viseral dan hal tersebut menyebabkan korban pelecehan seksual mengalami psikosomatis. D. Hipotesis Berdasarkan dinamika antara pelecehan seksual di tempat kerja dan psikosomatis, maka peneliti mengangkat satu hipotesis yakni pelecehan seksual di tempat kerja mampu memprediksi munculnya psikosomatis. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29 Seseorang mengalami tindakan pelecehan seksual yang dilakukan oleh atasan atau rekan kerjanya Secara langsung korban akan mengalami perubahan mood menjadi negatif dalam bentuk kecemasan/depresi (Julian, dkk., 1996). Ketika mood negatif muncul secara intens dan bereaksi secara berlebihan dalam diri korban pelecehan seksual (Kartono & Gulo, 1979) serta ego korban tidak mampu bekerja dengan baik dalam menyalurkan material konflik tersebut Membuat ego mengekspresikan material konflik tersebut melalui susunan saraf autonom (Prawiroharjo, 1973) Membawa masuk ke dalam alat-alat viseral (Roan, 1979) Korban Pelecehan seksual di tempat kerja mengalami Psikosomatis Gambar 1. Dinamika Pelecehan Seksual di Tempat Kerja dengan Psikosomatis PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30 Seseorang mengalami tindakan pelecehan seksual yang dilakukan oleh atasan atau rekan kerjanya Secara langsung korban akan mengalami perubahan mood menjadi negatif dalam bentuk kecemasan/depresi (Julian, dkk., 1996). Mengalami pengalaman traumatik (Crooks & Karla, 1983) Mengalami Perasaan bersalah/ self punishment (Crooks & Karla, 1983) Memunculkan emosi negatif yang intens dalam diri korban (David Cheek & Leslie, 1968; Fathonah, 2012) Pengungkapan perasaan korban pelecehan melalui bahasa tubuh Pikiran bawah dasar akan menangkap pernyataan tersebut (David Cheek & Leslie, 1968; Fathonah, 2012) Ego tidak bekerja dengan baik, membuat ego mengekspresikan material konflik tersebut melalui susunan saraf autonom (Prawiroharjo, 1973) Membawa masuk ke dalam alat-alat viseral (Roan, 1979) Korban Pelecehan Seksual mengalami Psikosomatis Gambar 2. Dinamika Pelecehan Seksual di Tempat Kerja dengan Psikosomatis PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan dua jenis penelitian yakni deskriptif dan regresi. Deskriptif adalah penelitian yang melibatkan satu variabel pada satu kelompok tanpa menghubungkan dengan variabel lain atau membandingkan dengan kelompok lain (Purwanto, 2008). Deskriptif digunakan untuk melihat deskripsi pelecehan seksual di tempat kerja. Regresi adalah penelitian yang menginvestigasi tentang hubungan fungsional di antara beberapa variabel (Nawari, 2010). Regresi digunakan untuk melihat prediksi pelecehan seksual di tempat kerja terhadap munculnya psikosomatis. B. Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian (Arikunto, 2006). Variabel merujuk pada karakteristik atau atribut dari individu atau kelompok yang dapat diukur atau diobservasi dan bervariasi antara individu atau kelompok yang sedang dipelajari (Cresswell, 2007). Penelitian ini menggunakan pelecehan seksual di tempat kerja sebagai variabel bebas atau variabel prediktor dan psikosomatis sebagai variabel terikat atau variabel kriterium. 31 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32 C. Definisi Operasional 1. Pelecehan Seksual di Tempat Kerja Berdasarkan definisi teoritis pada landasan teori, maka peneliti mengangkat definisi operasional pelecehan seksual di tempat kerja pada penelitian ini adalah perilaku menghina, merendahkan, mengganggu, merugikan dan tidak diinginkan yang mengandung unsur seksual dan dilakukan oleh atasan atau rekan kerja secara sengaja dan berulang dalam lingkungan kerja. Perilaku pelecehan seksual di tempat kerja tergolong dalam tiga dimensi yakni: gender harassment, unwanted sexual attention dan sexual coercion, dalam bentuk perilaku pelecehan seksual secara fisik, secara verbal, dengan bahasa tubuh, bersifat tertulis atau grafis dan psikologis/emosional. Pengukuran pelecehan seksual di tempat kerja menggunakan skala SEQ-DoD dengan respon Likert 1 sampai 5. Semakin tinggi skor yang diperoleh dalam pengukuran menunjukkan semakin sering seseorang tersebut mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. 2. Psikosomatis Berdasarkan definisi teoritis pada landasan teori, maka peneliti mengangkat definisi operasional psikosomatis pada penelitian ini adalah sekumpulan penyakit fisik baik dalam bentuk disfungsi ataupun perubahan patologis yang disebabkan oleh adanya emosi yang berlebihan dalam diri seseorang yang disalurkan melalui susunan syaraf autonom. Tergolong dari PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33 beberapa jenis bagian sistem antara lain: sistem cardiovascular, sistem gastrointestinal, sistem musculoskeletal, sistem respiratory, sistem endocrine, sistem kulit, sistem genitourinary, sistem nervorum. Pengukuran psikosomatis menggunakan skala PCS dengan respon Likert 1 sampai 4. Semakin tinggi skor yang diperoleh dalam pengukuran menunjukkan semakin sering seseorang tersebut mengalami psikosomatis, D. Subjek Penelitian Dalam menentukan subjek, penelitian ini menggunakan nonprobability sampling dimana tidak setiap anggota populasi mempunyai peluang terpilih sebagai sample (Purwanto, 2008). Berdasarkan definisi teoritis dan tujuan penelitian maka peneliti menentukan kriteria subjek adalah orang-orang yang bekerja di sebuah tempat kerja dan memiliki atasan atau rekan kerja dalam bekerja. Peneliti menyadari bahwa pelecehan seksual adalah hal yang sensitif di kalangan masyarakat, sehingga peneliti tidak memasukkan pengalaman pelecehan seksual di tempat kerja sebagai kriteria subjek penelitian. E. Metode dan Alat Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode angket yang merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan kepada subjek (Tukiran & Hidayati, 2011). Angket PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34 yang digunakan merupakan angket berbentuk skala yakni serangkaian level, tingkatan atau nilai yang mendeskripsikan derajat tertentu (Tukiran & Hidayati, 2011). Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yakni online dan langsung. Pengumpulan data online dilakukan dengan menyebarkan link angket melalui media sosial dan pesan singkat dan melalui surat resmi yang disebar di beberapa tempat kerja dengan menyertakan link angket di dalam surat. Pengumpulan data langsung dilakukan dengan cara menemui secara langsung subjek penelitian di tempat kerja dengan menyertakan surat resmi perijinan pengambilan data Pengumpulan data online dikhususkan untuk para pekerja yang bekerja dengan menggunakan gadget di kesehariannya. Sedangkan pengumpulan data langsung dikhususkan untuk para pekerja yang kurang begitu paham dengan penggunaan gadget atau jarang bersinggungan dengan gadget, juga untuk para pekerja yang bekerja di luar ruangan. 2. Alat Pengumpulan Data Pada penelitian ini peneliti menggunakan adaptasi skala pada kedua variabel penelitian untuk mengungkap data penelitian. Peneliti menggunakan adaptasi skala Sexual Experience Questionnaire versi Department of Defense atau SEQ-DoD untuk variabel pelecehan seksual di tempat kerja dan adaptasi skala Psychosomatic Complaint Scale atau PCS untuk variabel psikosomatis. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35 a. SEQ-DoD Sexual Experience Questionnaire versi Department of Defense atau SEQ-DoD merupakan skala yang dikembangkan oleh Fitzgerald dengan bantuan para kolega dan muridnya. Pertimbangan peneliti memilih skala SEQ-DoD karena SEQ merupakan skala yang cukup banyak digunakan pada beberapa penelitian sebelumnya untuk mengukur pelecehan seksual, sedangkan versi DoD merupakan skala SEQ yang digunakan untuk mengukur pelecehan seksual di tempat kerja dan dapat digunakan untuk subjek pria dan wanita. Skala SEQ-DoD menghubungkan antara definisi legal pelecehan seksual di tempat kerja dengan social behavior construct (Gutek, 2004). Fitzgerald menjelaskan bahwa defenisi legal tidak cukup mampu dalam merepresentasikan bentuk perilaku pelecehan seksual, sehingga diperlukan juga untuk melihat bentuk konstruk dari social behavior pelecehan seksual dalam suatu konteks sosial (Gutek, 2004). Maka selain mengadaptasi peneliti perlu melihat bentuk konstruk dari sosial behavior pelecehan seksual di tempat kerja dengan melakukan survei dengan satu pertanyaan terbuka pada 100 orang pekerja (50 pria dan 50 wanita) tanpa membedakan usia, jabatan, tempat kerja, lama bekerja serta latar belakang pendidikan terakhir. Berikut bentuk pertanyaan angket terbuka pada 100 pekerja: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36 “Menurut Anda, apa saja tindakan yang Tidak Menyenangkan atau Tidak Diinginkan yang bersifat cabul/seronok/mesum/hal yang berunsur seksual yang tejadi di tempat kerja ?” Berdasarkan hasil survei peneliti melakukan pengelompokan hasil survei dari 100 orang pekerja (terlampir) diperoleh 11 item untuk item tambahan dari skala SEQ-DoD. 11 item merupakan bentukbentuk perilaku pelecehan seksual yang belum ada pada skala SEQDoD. Terdapat perbedaan antara item asli dan item tambahan skala, contohnya pada dimensi unwanted sexual attention pada item asli ”Atasan atau rekan kerja mengajak saya berkencan” dan pada item tambahan “Atasan atau rekan kerja mengirimkan pesan menggoda atau mesum melalui pesan singkat (misalnya; SMS, WA, BBM, dsb)”. Kedua perilaku menunjukkan bahwa perbedaan jaman mempengaruhi perubahan perilaku pelecehan seksual di tempat kerja. Perbedaan lain dapat dilihat pada lampiran blueprint skala SEQ-DoD. Total item yang digunakan pada skala SEQ-DoD pada penelitian ini sebanyak 33 item, 22 item yang terdapat pada skala asli SEQ-DoD dan 11 item diperoleh dari hasil survei. Sesuai dengan skala SEQ-DoD, respon skala menggunakan format skala likert dengan skor 1 sampai 5 (tidak pernah – setiap saat). Berikut tabel sebaran item dan tabel skor skala SEQ-DoD: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37 Tabel 1 Sebaran Item Skala SEQ-DoD Aspek Gender Harassment Nomer Item Item hasil Item SEQ-DoD survei 2, 14, 20, 24, 25, 26 4, 13, 17 27, 28, 29 Unwanted Sexual Attention 19, 23, 30, 31 Sexual Coercion 3, 5, 9, 18, 21, 22 32, 33 Jumlah 1, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 15, 16 Jumlah 12 13 8 33 Tabel 2 Skor Skala SEQ-DoD Respon Tidak pernah Sekali-dua kali Kadang-kadang Sering Setiap saat Skor 1 2 3 4 5 b. PCS Psychosomatic Complaint Scale atau PCS merupakan skala yang dikembangkan oleh Yuriko Takata dan Yumiko di negara Jepang. Pertimbangan peneliti memilih skala PCS karena PCS merupakan skala yang mengukur psikosomatis secara umum tanpa PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38 spesifikasi bagian penyakit tertentu, serta digunakan pada subjek dewasa. Meskipun skala di kembangkan di negara Jepang, peneliti beranggapan bahwa skala PCS tetap bebas dari budaya karena setiap manusia memiliki mekanisme fisik yang sama dalam merespon emosi yang ada dalam dirinya (Canon, 1939; Roan, 1979). Total item pada skala PCS sebanyak 30 item dengan format respon likert skor 1 sampai 4 (tidak pernah sampai sering). Berikut tabel sebaran item dan tabel skor skala PCS: Tabel 3 Sebaran Item Skala PCS Aspek Sistem Cardiovascular dan pembuluh darah Sistem Gastrointestinal Sistem Musculoskeletal Sistem Respiratory Sistem Endocrine Sistem Kulit Sistem Genitourinary Sistem Nervorum Total Nomor item 1, 2, 9, 16, 3, 4, 5, 6 7, 8, 14, 15, 18, 22 10, 17, 24 12, 19, 26, 27 13, 25, 28 20, 23, 30 11, 21, 29 Jumlah 4 4 6 3 4 3 3 3 30 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39 Tabel 4 Skor Skala PCS Respon Tidak pernah Jarang Kadang-kadang Sering Skor 1 2 3 4 F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas Alat Ukur Validitas atau kesahihan menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (Siregar, 2013). Untuk menentukan validitas pada alat ukur penelitian ini, peneliti menggunakan metode validitas isi atau content validity. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap kelayakan atau revalansi isi tes dengan menggunakan analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui expert judgment (Hendryadi, 2014). a. SEQ-DoD Pada skala SEQ-DoD proses expert judgment dilakukan oleh dosen pembimbing peneliti dan beberapa mahasiswa psikologi Universitas Sanata Dharma untuk melihat kesesuaian item-item SEQDoD khususnya pada item-item tambahan hasil survei terbuka. Peneliti juga melakukan proses back-translation yang dibantu oleh PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40 dosen pembimbing peneliti serta mahasiswa psikologi dan sastra inggris Universitas Sanata Dharma. Skala SEQ-DoD diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, untuk melihat kesesuaian tata bahasa skala kembali diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. b. PCS Proses expert judgment skala PCS dilakukan oleh dosen pembimbing peneliti untuk melihat kesesuaian item-itemnya. Peneliti juga melakukan proses back-translation dengan bantuan dosen pembimbing peneliti dan mahasiswa psikologi Universitas Sanata Dharma. Skala PCS diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, untuk melihat kesesuaian tata bahasa skala kembali diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris kemudian diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Indonesia. Dikarenakan skala PCS berkaitan dengan istilah penyakit, maka peneliti dengan bantuan mahasiswa famasi Universitas Sanata Dharma mencoba membahasakan nama penyakit ke dalam bahasa yang lebih dipahami oleh masyarakat awam. 2. Reliabilitas Alat Ukur Secara garis besar ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 1997). Pengujian reliabilitas terhadap hasil ukur skala psikologi dilakukan bilamana item-item yang terpilih lewat prosedur analisis item telah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41 dikompilasikan menjadi satu (Azwar, 1999). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisiensi reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam rentan dari 0 sampai dengan 1.00. Semakin nilai koefisiensi reliabilitas mendekati angka 1.00 maka semakin tinggi reliabilitasnya, sebaliknya jika nilai koefisiensi mendekati angka 0 maka semakin rendah reliabilitasnya. Proses seleksi item dilakukan dengan melihat nilai korelasi item total pada masing-masing item. Item yang baik memiliki nilai rix ≥ 0.30 (Azwar, 1999). a. SEQ-DoD Pada skala SEQ-DoD asli memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar α = 0.83 pada wanita dan α = 0.79 pada pria (Fitzgerald, dkk., 1999) sehingga dapat dikatakan skala asli memiliki reliabilitas yang tinggi. Pada skala SEQ-DoD yang digunakan penelitian ini memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebagai berikut : Tabel 5 Reliabilitas skala SEQ-DoD Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Item 0.966 33 Hasil tabel menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha pada skala SEQ-DoD sebesar α = 0.966. Hal tersebut menunjukkan bahwa skala SEQ-DoD yang digunakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Pada PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42 masing-masing item skala SEQ-DoD memiliki nilai minimal rix sebesar 0.52, sehingga dari 33 item tidak ada terseleksi. b. PCS Pada skala asli PCS dilakukan proses test-retest untuk melihat reliabilitas skala. Pengukuran dilakukan pada tahun 1997, 1998 dan 1999 dengan menggunakan karakteristik subjek yang sama yakni subjek dewasa dengan rentan usia 25 sampai 40 tahun. Pada pengukuran pertama tahun 1997 diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar α = 0.93, tahun 1998 diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar α = 0.91 dan di tahun 1999 diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar α = 0.92. Hasil tersebut menunjukkan bahwa skala asli memiliki reliabilitas yang tinggi. Pada skala PCS yang digunakan penelitian ini memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebagai berikut : Tabel 6 Reliabilitas skala PCS Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Item 0.934 30 Hasil tabel menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha pada skala PCS sebesar α = 0.934. Hal tersebut menunjukkan bahwa skala PCS yang digunakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Pada masing-masing PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43 item skala SEQ-DoD memiliki nilai minimal rix sebesar 0.38, sehingga dari 30 item tidak ada terseleksi. G. Metode Analisis Data 1. Analisis Data Deskriptif Metode statistik deskriptif merupakan perhitungan yang sederhana dan dilakukan untuk memperjelas karakteristik data dalam penelitian (Azwar, 1999). Siregar (2014) menjelaskan bahwa analisis deskriptif berkenaan dengan bagaimana cara mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan atau menguraikan data sehingga data mudah dipahami. 2. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Residu Dalam regresi untuk pengujian normalitas sebaran, tidak menggunakan skor dependentnya melainkan skor residualnya (Santoso, 2010). Uji normalitas residu bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik memiliki distribusi yang normal pada skor residualnya (Ghozali, 2006). Uji normalitas residu penelitian ini menggunakan uji statistik dengan metode Kolmogorovsmirnov dengan nilai alpha sebesar 5%. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44 b. Uji Heterokedasitas Uji heterokedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari skor residualnya (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik adalah yang homoskedasitas atau tidak terjadi heterokedasitas (Ghozali, 2006). Uji heterokedasitas penelitian ini menggunakan uji statistik dengan metode uji Glejser dengan nilai alpha sebesar 5%. c. Uji Linearitas Uji linearitas bertujuan untuk menyatakan bahwa ada hubungan antar variabel yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus (Santoso, 2010). Peningkatan atau penurunan kuantitas satu variabel akan diikuti secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di variabel lainnya (Santoso, 2010). Uji linearitas penelitian ini menggunakan uji statistik dengan metode Test for linearity dengan nilai alpha sebesar 5%. 3. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan metode linear sederhana. Regresi linear sederhana digunakan untuk satu variabel bebas dan satu variabel terikat (Siregar, 2009). Tujuan penerapan metode ini adalah untuk meramalkan atau memprediksi besaran nilai variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel terikat (Siregar, 2009). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti menyiapkan skala penelitian dengan melakukan adaptasi skala yakni skala Sexual Experience Questionnaire versi Department of Defense atau SEQ-DoD pada variabel pelecehan seksual di tempat kerja dan skala Psychosomatic Complaint Scale atau PCS pada variabel psikosomatis. Sebelum melakukan adaptasi peneliti mengirimkan izin penggunaan skala pada penelitian ini pada masing-masing pengembang skala melalui e-mail. Dikarenakan skala SEQ-DoD menghubungkan antara definisi legal pelecehan seksual di tempat kerja dengan social behavior construct , maka peneliti perlu melihat bentuk konstruk social behavior pelecehan seksual di tempat kerja pada konteks sosial di Indonesia. Peneliti melakukan survei satu pertanyaan terbuka terhadap 100 orang pekerja (50 pria dan 50 wanita) tanpa membedakan usia, jabatan, tempat kerja, lama bekerja serta latar belakang pendidikan terakhir pekerja. Hasil survei menemukan 11 item yang menggambarkan bentuk perilaku pelecehan seksual di tempat kerja yang belum ada pada skala asli SEQ-DoD. Peneliti kemudian melakukan proses expert judgment pada skala SEQDoD dan skala PCS yang dilakukan oleh dosen pembimbing peneliti. Tahap 45 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46 selanjutnya peneliti melakukan proses back-translation pada kedua skala. Proses back-translation dilakukan dengan bantuan dosen pembimbing peneliti serta beberapa mahasiswa Psikologi dan Sastra Inggris Universitas Sanata Dharma. Dikarenakan item-item PCS berkaitan dengan nama-nama penyakit maka peneliti melakukan penyederhanaan nama penyakit dengan bantuan mahasiswa Farmasi agar item mudah dipahami oleh masyarakat umum. Persiapan terakhir peneliti menyiapkan skala ke dalam dua bentuk yakni dalam bentuk online dan bentuk booklet. Pada bentuk online peneliti memasukkan skala SEQ-DoD, skala PCS, pertanyaan data demografik subjek dan prosedur pengerjaan ke dalam program online yakni www.surveymonkey.com. Pada bentuk booklet peneliti memasukkan skala SEQDoD, skala PCS, pertanyaan data demografik subjek dan prosedur pengerjaan ke dalam angket booklet dan melakukan proses pencetakan. B. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 13 Oktober 2015 sampai 30 November 2015 dengan menggunakan dua cara. Cara pertama dilakukan secara online, peneliti menyebarkan link angket online melalui media sosial, pesan singkat dan melalui surat resmi yang disebar di beberapa tempat kerja dengan menyertakan link angket online di dalam surat pengantar. Cara pertama ini dikhususkan untuk para pekerja yang dalam kesehariannya bekerja menggunakan komputer atau gadget. Diharapkan pekerja yang menjadi subjek PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47 penelitian dapat dengan mudah mengisi angket penelitian melalui gadget dan merasa privasi data mereka terjamin kerahasiaannya. Cara kedua dilakukan secara langsung, peneliti langsung menemui subjek penelitian di tempat kerja mereka dengan menyertakan surat resmi perijinan penganbilan data. Cara kedua ini dikhususkan untuk para pekerja yang tidak menggunakan gadget dalam bekerja atau kurang begitu paham dengan penggunaan gadget serta untuk para pekerja yang bekerja di luar ruangan. Untuk menjaga kerahasiaan data subjek penelitian, peneliti memasukkan masingmasing angket penelitian ke dalam amplop satu per satu. Sebagai reward atas kesediaan pekerja menjadi subjek penelitian, peneliti menyediakan reward untuk masing-masing subjek penelitian. Subjek yang mengerjakan angket secara online mendapatkan reward pulsa regular, sedangkan subjek yang mengerjakan angket secara langsung mendapat reward souvenir kerjinan tangan. C. Deskripsi Penelitian 1. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek yang diperoleh pada penelitian ini sebanyak 460 orang pekerja yang berasal dari beberapa wilayah di Indonesia. Sebanyak 304 subjek mengisi angket secara online, 156 subjek mengisi angket secara langsung dan 4 subjek mengirimkan hasil angket melalui e-mail. Peneliti melakukan pengguguran sebanyak 182 subjek, hal tersebut dikarenakan subjek yang gugur tidak lengkap dalam melakukan pengisian skala serta subjek dianggap PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48 tidak sesuai dengan kriteria penelitian. Total subjek yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 278 subjek. Setelah melakukan proses penguguran, peneliti mulai medeskripsikan subjek berdasarkan data demografi subjek yakni: usia, identitas seksual, status relasi, tingkat pendidikan terakhir, jenis lapangan kerja, masa bekerja, jenis instansi, jabatan, jumlah dominasi rekan kerja dan domisili kerja. Semua hasil deskripsi subjek ditentukan oleh subjek penelitian sendiri dengan cara mengisi pertanyaan dengan jawaban singkat atau dengan memilih pilihan yang telah dicantumkan peneliti dalam angket data demografik subjek. Pertama peneliti mendeskripsikan subjek berdasarkan usia subjek penelitian, berikut tabel deskripsi subjek berdasarkan usia: Tabel 7 Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia Usia 18 - 20 tahun 21 - 30 tahun 31 - 40 tahun 41 - 50 tahun 51 - 60 tahun Total Frequency 7 169 40 50 12 278 Percent 2.5% 60.8% 14.4% 18% 4.3% 100% Hasil deskripsi menunjukkan bahwa subjek penelitian ini didominasi oleh pekerja yang berusia sekitar 21 tahun sampai 30 tahun, sedangkan subjek PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49 yang berusia 11 tahun sampai 20 tahun berjumlah paling sedikit dan diikuti oleh subjek yang berusia 51 tahun sampai 60 tahun. Kedua peneliti mendeskripsikan subjek berdasarkan identitas seksual seksual subjek penelitian, berikut tabel deskripsi subjek penelitian berdasarkan identitas seksual: Tabel 8 Deskripsi Subjek Berdasarkan Identitas Seksual Identitas Seksual Pria Maskulin Pria Agak Feminin Pria Feminin Wanita Feminin Wanita Agak Maskulin Wanita Maskulin Total Frequency 120 19 5 86 42 6 278 Percent 43.3% 6.9% 1.8% 31% 14.8% 2% 100% Hasil deskripsi menunjukkan bahwa subjek penelitian didominasi oleh subjek pria maskulin dan wanita feminin, sedangkan jumlah paling kecil merupakan subjek pria feminin dan wanita maskulin. Ketiga peneliti mendeskripsikan subjek berdasarkan status relasi yang dimiliki oleh subjek, berikut hasil tabel deskripsi subjek berdasarkan status relasi yang dimiliki: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50 Tabel 9 Deskripsi Subjek Berdasarkan Status Relasi Status Relasi Lajang Berpacaran Bertunangan Menikah Total Frequency 87 76 4 111 278 Percent 31.3% 27.3% 1.4% 39.9% 100% Hasil deskripsi menunjukkan bahwa jumlah subjek didominasi oleh subjek yang memiliki relasi perkawinan, sedangkan subjek dengan relasi pertunangan memiliki jumlah paling sedikit dibandingkan subjek yang memiliki relasi berpacaran dan lajang. Keempat peneliti mendeskripsikan subjek berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang dimiliki oleh subjek, berikut tabel deskripsi subjek berdasarkan tingkat pendidikan terakhir: Tabel 10 Deskripsi Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir Pendidikan SD SMP SMA/SMK D1, D2, D3 S1/D4 S2, S3 Total Frequency 3 3 89 39 128 16 278 Percent 1.1% 1.1% 32.1% 13.7% 46.2% 5.8% 100% PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51 Hasil deskripsi menunjukkan subjek penelitian didominasi oleh subjek dengan latar belakang pendidikan terakhir S1/D4, sedangkan subjek dengan pendidikan terakhir SD dan SMP berjumlah paling sedikit. Kelima peneliti mendeskripsikan subjek berdasarkan jenis lapangan pekerjaan subjek, berikut tabel deskripsi subjek berdasarkan jenis lapangan kerja: Tabel 11 Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Lapangan Kerja Jenis Bidang Pekerjaan Administrasi Badan Keamanan Negara Badan Pemerintahan Informasi dan Komunikasi Jasa Akomodasi Jasa Distributor Jasa Kesehatan Jasa Keuangan dan Asuransi Jasa Konstruksi Jasa Konsultasi Jasa Pelayanan Masyarakat Jasa Pelayanan Rumah Tangga Jasa Pembuatan Design Grafis Jasa Pendidikan Jasa Profesional dan Teknisi Kesenian, Hiburan dan Rekreasi Pabrik atau Industri Perdagangan / Wirausaha Perpustakaan Total Frequency 21 1 9 27 43 1 8 37 1 6 2 20 1 43 11 7 21 15 4 278 Percent 7.6% 0.4% 3.3% 9.7% 15.5% 0.4% 2.9% 13.4% 0.4% 1.8% 0.7% 7.2% 0.4% 15.5% 4% 2.5% 7.6% 5.6% 1.4% 100% PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52 Hasil deskripsi menunjukkan bahwa subjek didominasi oleh pekerja bidang jasa akomodasi dan jasa pendidikan dan jasa keuangan dan asuransi, sedangkan subjek yang bekerja di bidang badan keamanan negara, jasa distributor, jasa konstruksi, dan jasa pembuatan design grafis berjumlah paling sedikit. Keemam peneliti mendiskripsikan subjek berdasarkan masa bekerja subjek di tempat kerjanya, berikut hasil tabel deskripsi subjek berdasarkan masa kerja: Tabel 12 Deskripsi Subjek Berdasarkan Masa Kerja Masa Bekerja Kurang dari 1 tahun 1 sampai 5 tahun 6 sampai 10 tahun 11 sampai 15 tahun Diatas 15 tahun Total Frequency 57 118 37 20 46 278 Percent 20.6% 42.2% 13.4% 7.2% 16.6% 100.% Hasil deskripsi menunjukkan bahwa subjek didominasi oleh pekerja yang bekerja antara 1 tahun hingga 5 tahun masa bekerja, sedangkan subjek yang bekerja antara 11 tahun hingga 15 tahun berjumlah paling sedikit. Ketujuh peneliti mendeskripsikan subjek berdasarkan jenis instansi tempat subjek bekerja, berikut tabel deskripsi subjek berdasarkan jenis instansi tempat subjek bekerja: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53 Tabel 13 Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Instansi Instansi Negeri Swasta Total Frequency 26 252 278 Percent 9.4% 90.6% 100% Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian merupakan pekerja yang bekerja di instansi swasta, sedangkan subjek yang bekerja pada instansi negeri berjumlah sangat sedikit jika dibandingkan dengan instansi swasta. Kedelapan peneliti mendeskripsikan subjek berdasarkan jabatan subjek di tempat kerja, berikut tabel deskripsi subjek berdasarkan jabatan yang dimiliki subjek: Tabel 14 Deskripsi Subjek Berdasarkan Jabatan Jabatan Direktur Manajer Supervisor Staf Total Frequency 3 20 24 231 278 Percent 1.1% 7.2% 8.7% 83.0% 100% Hasil deskripsi menunjukkan bahwa subjek penelitian didominasi oleh pekerja yang memiliki jabatan staf, sedangkan jabatan direktur berjumlah paling sedikit dibandingkan subjek dengan jabatan supervisor atau manajer. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54 Kesembilan peneliti mendeskripsikan subjek berdasarkan jumlah dominasi rekan kerja yang dimiliki oleh subjek di tempat kerja, berikut tabel deskripsi subjek berdasarkan jumlah dominasi rekan kerja subjek di tempat kerja: Tabel 15 Deskripsi Subjek Berdasarkan Jumlah Rekan Kerja Jumlah Rekan Kerja Jumlah pria jauh lebih banyak Jumlah pria agak lebih banyak Jumlah pria dan wanita seimbang Jumlah wanita agak lebih banyak Jumlah wanita jauh lebih banyak Total Frequency 80 46 85 46 21 278 Percent 28.8% 16.5% 30.6% 16.5% 7.6% 100.0% Hasil deskripsi menunjukkan bahwa subjek penelitian didominasi oleh pekerja yang memiliki jumlah rekan kerja antara pria dan wanita seimbang dan pekerja yang memiliki jumlah rekan kerja pria jauh lebih banyak. Terakhir peneliti mendeskripsikan subjek bedasarkan domisili tempat subjek bekerja, berikut tabel deskripsi subjek berdasarkan domisili tempat subjek bekerja: Tabel 16 Deskripsi Subjek Berdasarkan Domisili Kerja Domisili Bandung Bantul Banyumas Batu Bekasi Frequency 4 7 1 1 3 Percent 1.4% 2.5% 0.4% 0.4% 1.1% PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55 Bogor Cibubur Cilacap Denpasar Depok Gunung Kidul Jakarta Jambi Jember Klaten Kota Waringin Timur Kudus Kulon Progo Magelang Makasar Malang Palembang Pati Pontianak Prambanan Semarang Seminyak Sleman Solo Sukaharjo Surabaya Tangerang Tanjung Pandang Tarakan Tasikmalaya Wonosari Yogyakarta Total 1 2 1 1 1 2 30 1 1 6 1 1 2 3 1 4 5 1 3 1 4 1 51 6 1 4 6 1 1 1 1 116 278 0.4% 0.7% 0.4% 0.4% 0.4% 0.7% 10.7% 0.4% 0.4% 2.2% 0.4% 0.4% 0.7% 1.1% 0.4% 1.4% 1.8% 0.4% 1.1% 0.4% 1.4% 0.4% 18.3% 2.2% 0.4% 1.4% 2.2% 0.4% 0.4% 0.4% 0.4% 41.8% 100% PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56 Hasil menunjukkan bahwa penelitian ini didominasi oleh pekerja wilayah provinsi D.I Yogyakarta dan provinsi DKI Jakarta. Sebagian besar subjek penelitian merupakan pekerja yang bekerja di wilayah-wilayah pulau jawa. 2. Deskripsi Data Penelitian Deskripsi data penelitian adalah cara menggambarkan karakteristik atau ukuran sekelompok data yang dianalisis dengan menggunakan teknik statistik, dengan tujuan memperoleh gambaran umum mengenai data yang sedang diukur (Siregar, 2013). Pada proses deksripsi data penelitian peneliti mencoba membandingkan nilai mean teorits dan nilai mean empiris pada masing-masing variabel penelitian. Penghitungan mean teoritis menggunakan cara manual sedangkan mean empiris menggunakan SPSS for Windows versi 22.0, berikut tabel deskripsi penelitian: Tabel 17 Deskripsi Data Penelitian Skala SEQ-DoD Pcs Teoritis Empiris N Sig(p) Mean Min Max SD Mean Min Max SD 278 0.000 99 33 165 22 42.5 33 128 17.2 278 0.000 75 30 120 15 62.1 30 104 16 Hasi tabel menunjukkan pada variabel pelecehan seksual di tempat kerja nilai mean teoritis diperoleh sebesar 99 sedangkan nilai mean empiris diperoleh sebesar 42.5, hal tersebut menunjukkan bahwa pelecehan seksual di tempat kerja pada penelitian ini dinilai rendah. Pada variabel psikosomatis PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57 nilai mean teoritis diperoleh sebesar 75 sedangkan nilai mean empiris diperoleh sebesar 62.1, hal tersebut menunjukkan bahwa psikosomatis pada penelitian ini juga dinilai rendah. Dapat disimpulkan bahwa pelecehan seksual di tempat kerja dan psikosomatis pada penelitian ini dikatakan rendah karena nilai mean teoritis lebih besar dibandingkan nilai mean empiris. 3. Kategorisasi Dalam mempermudah peneliti melakukan analisis deskripsi pada variabel pelecehan seksual di tempat kerja, maka peneliti membuat kategorisasi subjek penelitian. Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan subjek penelitian ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 1999). Dalam menentukan kategorisasi peneliti menentukan norma kategorisasi berdasarkan nilai mean teoritis dan standart deviasi teoritis. Berdasarkan hasil pembuatan norma kategorisasi, peneliti mengkategorikan subjek penelitian ke dalam enam kategori. Berikut tabel norma kategorisasi dan tabel kategori subjek berdasarkan norma kategorisasi: Tabel 18 Norma Kategorisasi Skor X = 33 33 < X ≤ (μ - 2 . σ) (μ - 2 . σ) < X ≤ (μ - 1 . σ) (μ - 1 . σ) < X ≤ (μ + 1 . σ) (μ + 1 . σ) < X ≤ (μ + 2 . σ) (μ + 2 . σ) < X Kategorisasi Tidak mengalami Frekuensi sangat rendah Frekuensi rendah Frekuensi sedang Frekuensi tinggi Frekuensi sangat tinggi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58 Keterangan : μ : Mean Teoritis σ : Standart deviasi teoritis Tabel 19 Kategori Subjek Berdasarkan Norma Skor X = 33 33 < X ≤ 55 55 < X ≤ 77 77 < X ≤ 121 121 < X ≤ 143 143 < X Kategorisasi Tidak mengalami Frekuensi sangat rendah Frekuensi rendah Frekuensi sedang Frekuensi tinggi Frekuensi sangat tinggi Freq 102 137 22 16 1 0 Percent 36.7% 49.3% 7.9% 5.8% 0.4% 0.0% Hasil kategorisasi menunjukkan bahwa subjek penelitian ini didominasi oleh pekerja yang mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, sedangkan hanya satu subjek yang mengalami pelecehan seksual di tempat kerja dengan frekuensi tinggi dan tidak ada subjek yang mengalami pelecehan seksual di tempat kerja dengan frekuensi sangat tinggi. D. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan atau mendeskriptifkan masalah pelecehan seksual di tempat kerja. Proses analisis deskriptif dilakukan dengan cara mendeskriptifkan hasil skor total skala SEQDoD dengan data demografis pada masing-masing subjek penelitian. Analisis deskriptif pertama, peneliti mendeskriptifkan skor total pada masing-masing PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59 item SEQ-DoD dengan tujuan untuk mengetahui perilaku pelecehan seksual yang sering muncul dan jarang muncul di tempat kerja. Berikut grafik histogram skor total pada masing-masing item SEQ-DoD: Gambar 3. Histogram Skor Total Masing-masing Item SEQ-DoD Hasil grafik menunjukkan bahwa perilaku “bicara atau candaan atasan atau rekan kerja yang mengarah pada unsur seksual” item no. 23, perilaku “atasan atau rekan kerja yang memanggil dengan panggilan mesra (baby, honey, sayang)” item no. 8 dan perilaku “memberi komentar yang tidak menyenangkan tentang penampilan tubuh atau aktivitas seksual” item no. 2 merupakan perilaku pelecahan seksual yang cenderung lebih banyak muncul di tempat kerja. Ketiga perilaku tersebut tergolong dalam dimensi unwanted sexual attention (item no. 8 dan 23) dan dimensi gender harassment (item no. 2) dalam bentuk pelecehan seksual secara verbal. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60 Hasil grafik juga menunjukkan bahwa perilaku “memberikan imingiming akan mendapat promosi cepat atau perlakukan baik, jika mau melakukan aktifitas seksual” item no. 3, perilaku “usaha mengajak berhubungan seks dengan atasan atau rekan kerja” item no. 5 dan perilaku “memperlakuan secara buruk karena menolak melakukan aktifitas seksual” item no. 18 merupakan perilaku pelecehan seksual yang cenderung jarang muncul di tempat kerja. Ketiga perilaku tersebut tergolong dalam dimensi sexual coercion (item no. 3, 5 dan 18) dalam bentuk pelecehan seksual secara verbal. Analisis deskriptif kedua peneliti mendeskriptifkan skor total skala SEQ-DoD berdasarkan identitas seksual pada masing-masing subjek, dengan tujuan untuk mengetahui identitas seksual yang lebih cenderung mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Berikut grafik pie chart skor total skala SEQ-DoD berdasarkan identitas seksualnya: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61 Kata kunci: TM: Tidak mengalami, SR: Sangat Rendah, R: Rendah, S: Sedang, T: Tinggi Gambar 4. Pie Chart SEQ-DoD Berdasarkan Identitas Seksual Hasil grafik menunjukkan bahwa subjek dengan identitas seksual pria maskulin sekitar 64% tidak mengalami pelecehan seksual dan 36% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, rendah dan sedang. Pria agak feminin 32% tidak mengalami pelecehan seksual dan 68% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, rendah dan sedang. 20% pria feminin tidak mengalami pelecehan seksual dan 80% mengalami mengalami pelecehan seksual. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62 Subjek dengan identitas seksual wanita feminim 32% tidak mengalami pelecehan seksual dan 68% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. Wanita dengan identitas seksual agak feminim sekitar 22% tidak mengalami pelecehan seksual dan 78% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, rendah dan sedang. 67% wanita maskulin tidak mengalami pelecehan seksual dan 33% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah. Hasil analisis disimpulkan bahwa pekerja pria agak feminin, pria feminin, wanita feminin dan wanita agak maskulin cenderung lebih banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja dibandingkan pria maskulin dan wanita maskulin. Dapat dikatakan bahwa pekerja feminin lebih banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja dibandingkan dengan pekerja maskulin. Analisis deskriptif ketiga peneliti mendeskriptifkan skor total skala SEQ-DoD berdasarkan usia pada masing-masing subjek, dengan tujuan untuk mengetahui usia yang lebih cenderung mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Berikut grafik pie chart skor total skala SEQ-DoD berdasarkan usianya: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63 Usia 18 - 20 tahun S 0% R 33% Usia 21 - 30 tahun S 8% T 0% R 11% TM 56% Usia 41 - 50 tahun Usia 31 - 40 tahun SR 42% TM 23% SR 57% SR 11% S 5% R 3% T 1% TM 50% T 0% S 0% R 0% T 0% SR 30% TM 70% Usia 51 - 60 tahun R 8% S 0% T 0% SR 25% TM 67% Kata kunci: TM: Tidak mengalami, SR: Sangat Rendah, R: Rendah, S: Sedang, T: Tinggi Gambar 5. Pie Chart SEQ-DoD Berdasarkan Usia Hasil grafik menunjukkan subjek usia 18 sampai 20 tahun 56% tidak mengalami pelecehan seksual dan 44% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah dan rendah. Subjek usia 21 sampai 30 tahun 23% PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64 tidak mengalami pelecehan seksual dan 77% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. 50% subjek usia 31 sampai 40 tahun tidak mengalami pelecehan dan 50% mengalami pelecehan dengan frekuensi sangat rendah, rendah dan sedang. 70% subjek usia 41 sampai 50 tahun tidak mengalami pelecehan seksual dan 30% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah. Subjek usia 51 sampai 60 tahun 67% tidak mengalami pelecehan seksual dan 33% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah dan rendah. Hasil analisis disimpulkan pekerja berusia 21 sampai 30 tahun lebih cenderung banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Pekerja berusia 18 sampai 20 tahun dan usia 31 sampai 60 tahun lebih cenderung sedikit mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Analisis deskriptif keempat peneliti mendeskriptifkan skor total skala SEQ-DoD berdasarkan tingkat pendidikan terakhir pada masing-masing subjek, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pendidikan yang lebih cenderung mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Berikut grafik pie chart skor total skala SEQ-DoD berdasarkan tingkat pendidikan terakhir: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65 SD SMP T 0% SR 0% TM 100% R 0% R 0% S 33% S 0% TM 34% T 0% SR 33% S 4% SMA / SMK R 5% T 0% D1, D2 dan D3 T S 3% 8% TM 42% R 16% SR 49% SR 42% S1/D4 S 6% R 9% TM 31% S2 dan S3 T 0% TM 31% R 0% T 0% SR 47% TM 53% S 0% SR 54% Kata kunci: TM: Tidak mengalami, SR: Sangat Rendah, R: Rendah, S: Sedang, T: Tinggi Gambar 6. Pie Chart SEQ-DoD Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66 Hasil grafik menunjukkan subjek dengan pendidikan terakhir SD 100% tidak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja, sedangkan subjek dengan pendidikan terakhir SMP 34% tidak mengalami pelecehan seksual dan 64% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah dan sedang. 42% subjek dengan pendidikan terakhir SMA/SMK tidak mengalami pelecehan seksual dan 58% mengalami pelecehan dengan frekuensi sangat rendah, rendah dan sedang. 31% subjek dengan pendidikan terakhir D1, D2 dan D3 tidak mengalami pelecehan seksual dan 69% mengalami pelecehan seksual di tempat kerja dengan frekuensi sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. Subjek dengan pendidikan terakhir S1/D4 31% tidak mengalami pelecehan seksual dan 69% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, rendah dan sedang. 53% subjek dengan pendidikan terakhir S2 dan S3 tidak mengalami pelecehan seksual dan 47% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah. Hasil analisis disimpulkan bahwa pekerja dengan pendidikan terakhir SMA/SMK, D1, D2, D3 dan S1/D4 lebih cenderung banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Pekerja dengan pendidikan terakhir SMP, S2 dan S3 lebih cenderung sedikit mengalami pelecehan seksual di tempat kerja dan pekerja dengan pendidikan terakhir SD tidak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Analisis deskriptif kelima peneliti mendeskriptifkan skor total skala SEQ-DoD berdasarkan masa bekerja pada masing-masing subjek, dengan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67 tujuan untuk mengetahui masa bekerja yang lebih cenderung mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Berikut grafik pie chart skor total skala SEQ-DoD berdasarkan masa kerja: Masa kerja 1 - 5 tahun Masa kerja kurang dari setahun R 9% S 2% R 12% TM 24% T 0% SR 65% S 3% R 3% TM 43% T 0% TM 24% SR 51% Masa kerja 6 - 10 tahun SR 51% T 1% S 12% Masa kerja 11 - 15 tahun S 0% R 0% T 0% SR 35% TM 65% PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68 Masa kerja diatas 15 tahun R 2% T 0% SR 31% S 0% TM 67% Kata kunci: TM: Tidak mengalami, SR: Sangat Rendah, R: Rendah, S: Sedang, T: Tinggi Gambar 7. Pie Chart SEQ-DoD Berdasarkan Masa Berkerja Hasil grafik menunjukkan subjek yang bekerja kurang dari setahun 24% tidak mengalami pelecehan, sedangkan 76% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, rendah dan sedang. Subjek yang bekerja 1 sampai 5 tahun 24% tidak mengalami pelecehan seksual dan 76% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. 43% subjek yang bekerja 6 sampai 10 tahun tidak mengalami pelecehan seksual, sedangkan 57% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, rendah dan sedang. 65% subjek yang bekerja 11 sampai 15 tahun tidak mengalami pelecehan seksual, sedangkan 35% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah. 67% subjek yang bekerja diatas 15 tahun tidak mengalami pelecehan seksual di tempat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69 kerja, sedangkan 33% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah. Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pekerja yang bekerja kurang dari setahun hingga 10 tahun, cenderung lebih banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja dibandingkan dengan pekerja yang bekerja lebih dari 11 tahun keatas. Analisis deskriptif keenam peneliti mendeskriptifkan skor total skala SEQ-DoD berdasarkan jumlah dominasi rekan kerja pada masing-masing subjek, dengan tujuan untuk mengetahui jumlah dominasi rekan kerja yang lebih cenderung mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Berikut grafik pie chart skor total skala SEQ-DoD berdasarkan jumlah dominasi rekan kerja: Jumlah pria jauh lebih banyak Jumlah pria agak lebih banyak T 1% S 3% R 5% TM 43% SR 48% T 0% R 7% S 17% TM 20% SR 56% PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70 Jumlah antara pria dan wanita seimbang S 4% Jumlah wanita agak lebih banyak S 7% T 1% R 13% R 7% TM 41% TM 32% T 0% SR 54% SR 41% Jumlah wanita jauh lebih banyak KK 0% S 0% SS 0% SK 43% TM 57% Kata kunci: TM: Tidak mengalami, SR: Sangat Rendah, R: Rendah, S: Sedang, T: Tinggi Gambar 8. Pie Chart SEQ-DoD Berdasarkan Jumlah Dominasi Rekan Kerja Hasil grafik menunjukkan subjek yang memiliki rekan kerja dengan jumlah pria jauh lebih banyak 43% tidak mengalami pelecehan seksual, sedangkan 57% mengalami pelecehan seksual di tempat kerja dengan frekuensi sangat rendah, rendah dan sedang. 20% subjek yang memiliki rekan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71 kerja dengan jumlah pria agak lebih banyak tidak mengalami pelecehan seksua, 80% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, rendah dan sedang. Subjek yang memiliki rekan kerja dengan jumlah antara pria dan wanita seimbang 41% tidak mengalami pelecehan seksual dan 59% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. 32% subjek yang memiliki rekan kerja dengan jumlah wanita agak lebih banyak tidak mengalami pelecehan seksual, 68% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, rendah dan sedang. Subjek yang memiliki rekan kerja dengan jumlah wanita jauh lebih banyak 57% tidak mengalami pelecehan seksual, sedangkan 43% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah. Hasil analisis disimpulkan bahwa pekerja sebagian besar mengalami pelecehan seksual di tempat kerja meskipun jumlah rekan kerja lebih didominasi oleh pria atau dominasi wanita. Akan tetapi pekerja yang memiliki rekan kerja yang di dominasi oleh jumlah pria cenderung lebih banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja, dibandingkan dengan pekerja yang memiliki rekan kerja yang di dominasi oleh jumlah wanita. Analisis deskriptif ketujuh peneliti mendeskriptifkan skor total skala SEQ-DoD berdasarkan jabatan kerja pada masing-masing subjek, dengan tujuan untuk mengetahui jabatan kerja yang lebih cenderung mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Berikut grafik pie chart skor total skala SEQ-DoD berdasarkan jabatan kerja: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72 Jabatan Direktur R 0% Jabatan Manajer T 0% TM 100% S 0% S 0% SR 30% SR 0% Jabatan Supervisor R 6% S 6% TM 32% SR 56% T 0% T 0% R 10% S 6% TM 60% Jabatan Staf T 1% R 3% TM 43% SR 50% Kata kunci: TM: Tidak mengalami, SR: Sangat Rendah, R: Rendah, S: Sedang, T: Tinggi Gambar 9. Pie Chart SEQ-DoD Berdasarkan Jabatan Kerja Hasil grafik menunjukkan subjek dengan jabatan kerja Direktur 100% tidak mengalami pelecehan seksual. Subjek dengan jabatan kerja Manajer 60% tidak mengalami pelecehan seksual, sedangkan 40% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah dan rendah. 32% subjek dengan jabatan kerja Supervisor tidak mengalami pelecehan seksual, sedangkan 68% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, rendah dan sedang. Subjek dengan jabatan kerja staf 50% tidak PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73 mengalami pelecehan seksual dan 50% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. Hasil analisis disimpulkan bahwa pekerja dengan jabatan kerja Supervisor dan Staf lebih cenderung banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja dibandingkan pekerja dengan jabatan Manajer atau bahkan jabatan Direktur. Analisis deskriptif kedelapan peneliti mendeskriptifkan skor total skala SEQ-DoD berdasarkan jenis bidang pekerjaan pada masing-masing subjek, dengan tujuan untuk mengetahui jenis bidang pekerjaan yang lebih cenderung mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Berikut grafik pie chart skor total skala SEQ-DoD berdasarkan jenis bidang pekerjaan : Bidang Administrasi S 0% R 0% SR 19% Bidang Keamanan Negara T 0% TM 81% T 0% SR 0% R 0% TM 100% S 0% PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74 Bidang Badan Pemerintahan S 0% R 22% TM 11% Bidang Informasi dan Komunikasi T 0% S 11% T 0% R 15% SR 67% TM 33% SR 41% Bidang Jasa Akomodasi Bidang Jasa Distributor T 2% R 0% TM 23% S 16% R 16% Bidang Jasa Kesehatan TM 27% R 0% SR 73% TM 100% SR 0% SR 43% S 0% S 0% T 0% S 8% T 0% Bidang Jasa Keuangan dan Asuransi R 3% T 0% SR 43% TM 46% PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75 Bidang Jasa Konstruksi S 0% T 0% S 0% KK 0% TM 100% R 0% Bidang Jasa Konsultasi SR 0% TM 33% SK 67% Bidang Jasa Pelayanan Rumah Tangga Bidang Jasa Pelayanan Masyarakat S 5% T 0% R 0% SR 50% T 0% R 15% TM 50% TM 55% S 0% SR 25% Bidang Jasa Pembuatan Design Grafis S 9% Bidang Jasa Pendidikan R 4% SR 0% R 0% S 0% SS 0% TM 100% T 0% TM 39% SR 48% T 0% PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76 Bidang Kesenian, Hiburan dan Rekreasi Bidang Jasa Profesional dan Teknisi T 0% R 0% R 14% S 0% SR 55% TM 45% S 0% SR 83% Bidang Pabrik atau Industri TM 14% S 6% T 0% S 0% Bidang Perdagangan atau Wirausaha TM 27% R 0% T 0% SR 72% TM 17% R 0% SR 67% T 0% Bidang Perpustakaan R 0% S 0% TM 25% T 0% SR 75% Kata kunci: TM: Tidak mengalami, SR: Sangat Rendah, R: Rendah, S: Sedang, T: Tinggi Gambar 10. Pie Chart SEQ-DoD Berdasarkan Jenis Bidang Kerja PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77 Hasil grafik menunjukkan subjek yang bekerja pada bidang Administrasi 19% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, sedangkan subjek yang bekerja pada bidang Badan Keamanan Negara 100% tidak mengalami pelecehan seksual, dan bidang Badan Pemerintahan 89% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah dan rendah. Pada bidang Informasi dan Komunikasi 67% subjek mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, rendah dan sedang, sedangkan pada bidang Jasa Akomodasi 77% subjek mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. Subjek yang bekerja pada bidang Jasa Distributor 100% tidak mengalami pelecehan seksual. Pada bidang Jasa Kesehatan 73% subjek mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, sedangkan pada bidang Jasa Keuangan dan Asuransi 54% subjek mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, rendah dan sedang. 100% subjek yang bekerja pada bidang konstruksi tidak mengalami pelecehan seksual. 67% subjek yang bekerja pada bidang konsultasi mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah. Subjek yang bekerja pada bidang Jasa Pelayanan Masyarakat 50% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, sedangkan pada bidang Jasa Pelayanan Rumah Tangga 45% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, rendah dan sedang. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78 Subjek yang bekerja pada bidang Jasa Pembuatan Design Grafis 100% tidak mengalami pelecehan seksual, sedangkan 61% subjek yang bekerja pada bidang Jasa Pendidikan mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah. 55% subjek pada bidang Jasa Profesional dan Teknisi mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah. 87% subjek yang bekerja pada bidang Kesenian, Hiburan dan Rekreasi mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah. 86% subjek yang bekerja pada bidang Pabrik dan Industri mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah dan rendah. Subjek yang bekerja pada bidang Perdagangan 73% mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah, dan 75% subjek yang bekerja pada bidang Perpustakaan mengalami pelecehan seksual dengan frekuensi sangat rendah. Hasil analisis disimpulkan bahwa pelecehan seksual di tempat kerja terjadi di sebagian besar bidang pekerjaan. Pekerja yang bekerja di bidang Badan Pemerintahan, Pabrik atau Industri, Kesenian dan Hiburan, Jasa Akomodasi dan Perdagangan lebih cenderung banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Pekerja yang bekerja di bidang Jasa Konsultasi, Jasa Kesehatan, Perpustakaan, Jasa Pendidikan, Informasi dan Komunikasi lebih cenderung sedang mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Pelecehan seksual di tempat kerja lebih cenderung sedikit pada pekerja yang bekerja di bidang Keuangan dan Asuransi, Jasa Pelayanan Masyarakat, Jasa Pelayanan Rumah Tangga, Jasa Profesional dan Administrasi. Pekerja pada bidang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79 Badan Keamanan Negara, Konstruksi, Design Grafis dan Distributor cenderung tidak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Analisis deskriptif kesembilan peneliti mendeskriptifkan pelaku pelecehan seksual di tempat kerja berdasarkan berdasarkan masing-masing item pada skala SEQ-DoD, dengan tujuan untuk melihat kecenderungan pelaku pelecehan seksual di tempat kerja. Analisis dilakukan dengan menggunakan grafik pie chart dan grafik batang. Grafik pie chart digunakan untuk melihat jumlah dominasi pelaku pelecehan seksual di tempat kerja, sedangkan grafik batang digunakan untuk melihat kecenderungan bentuk perilaku pelaku pelecehan seksual di tempat kerja. Berikut grafik pie chart dan grafik batang deskriptif pelaku pelecehan seksual di tempat kerja: Pelaku Pelecehan Seksual di Tempat Kerja Wanita 26% Pria 74% Gambar 11. Pie Chart Pelaku Pelecehan Seksual di Tempat Kerja PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80 Gambar 12. Histogram Pelaku Pelecehan Seksual Berdasarkan Item SEQDoD Hasil grafik pie chart menunjukkan pelaku pelecehan seksual di tempat kerja didominasi oleh jumlah pria yakni sebesar 74% dan 26% merupakan jumlah pelaku wanita. Hasil grafik histogram menunjukkan pada pelaku pelecehan seksual wanita cenderung lebih banyak melakukan perilaku pelecehan seksual seperti “memberi komentar yang tidak menyenangkan tentang penampilan tubuh atau aktivitas seksual” (pada item no. 2) dan perilaku “berbicara dan bercanda hal-hal yang mengarah pada unsur seksual atau mesum” (pada item no. 23). Kedua perilaku tersebut tergolong dalam perilaku pelecehan seksual dimensi unwanted sexual attention dan gender harassment dalam bentuk verbal. Pada perilaku “menyogok / menyuap dengan hadiah atau imbalan untuk melakukan aktivitas seksual” (pada item no. 9) dan perilaku PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81 “memandang atau menatap dengan penuh nafsu atau tidak senonoh” (pada item no. 10) cenderung dilakukan pria di tempat kerja. Kedua perilaku tersebut tergolong dalam dimensi perilaku pelecehan seksual sexual coercion. Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pelaku pelecehan seksual di tempat kerja didominasi oleh pria. Pelaku pelecahan seksual wanita lebih cenderung melakukan pelecehan dalam perilaku unwanted sexual attention dan gender harassment dalam bentuk verbal. Pelaku pelecehan seksual pria cenderung melakukan pelecehan dalam perilaku unwanted sexual attention, gender harassment dan sexual attention dalam bentuk verbal maupun nonverbal. 2. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Residu Sebelum melakukan uji hipotesis peneliti melakukan uji asumsi data penelitian. Uji asumsi pertama adalah uji normalitas residu. Uji normalitas residu pada data penelian ini, dengan tujuan untuk melihat distribusi penyebaran nilai residu data penelitian. Persamaan regresi yang baik adalah jika penyebaran nilai residunya normal (Sunyoto, 2010). Uji normalitas residu dilakukan dengan metode statistik Kolmogorov-Smirnov dengan nilai alpha sebesar 5%. Berikut tabel hasil uji normalitas residu: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82 Tabel 20 Uji Normalitas Residu One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Caculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance. 278 0.0000000 14.95591326 0.047 0.047 -0.023 0.47 0.200 Hasil tabel menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) mencapai 0.200. Hasil tersebut menunjukkan bahwa data yang diuji memiliki distribusi penyebaran nilai residu yang normal, karena nilai p mencapai 0.200 (> 0.05). b. Uji Heterokedasitas Uji asumsi kedua adalah uji heterokedasitas, dengan tujuan untuk melihat kesamaan varian nilai residualnya. Persamaan regresi yang baik jika varian residualnya memiliki kesamaan atau tidak terjadi heterokedasitas (Sunyoto, 2010). Uji heterokedasitas dilakukan dengan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83 metode statistik uji Glejser dengan nilai alpha 5%. Berikut tabel hasil uji heterokedasitas: Tabel 21 Uji Glejser Heterokedasitas Model 1 (Constant) Pelecehan seksual di tempat kerja Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta t Sig. 12.089 1.487 8.133 0.000 -0.009 0.032 -0.017 -0.287 0.774 Hasil tabel menunjukkan bahwa nilai Sig. mencapai 0.774. Hal tersebut menunjukkan bahwa data yang diuji tidak terjadi heterokedasitas atau terjadi homokedasitas, dikarenakan nilai Sig. 0.774 lebih besar dari nilai alpha 0.05. c. Uji Linearitas Uji asumsi ketiga peneliti melakukan uji linearitas dengan tujuan untuk melihat hubungan antarvariabel yang hendak dianalisis (Santoso, 2010). Uji linearitas dilakukan dengan metode statistik Test for Linierity dengan nilai alpha sebesar 5%. Berikut hasil tabel uji linearitas: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84 Tabel 22 Uji Linearitas ANOVA Table Sum of Psikosomatis* Pelecehan seksual di tempat kerja Mean Squares df Square F Sig. 19013.437 48 363.113 1.763 0.003 Linearity Deviation from 8518.161 1 8518.16 37.903 0.000 Linearity 10495.276 47 223.304 0.994 0.491 Within Groups 51463.901 229 224.733 704477.338 277 Between (Combined) Groups Total Hasil tabel menunjukkan nilai Sig. diperoleh sebesar 0.000. Hal tersebut menunjukkan bahwa data yang diuji menunjukkan adanya linearitas, dikarenakan nilai Sig. 0.000 < 0.05. 3. Uji Hipotesis Hasil uji asumsi menunjukkan bahwa data yang diuji memiliki perserbaran distribusi residualnya yang normal, nilai residual memiliki varian yang sama atau tidak terjadi heterokedasitas dan menunjukkan adanya linearitas, sehingga dari hasil uji asumsi, diasumsikan data yang diuji memiliki persamaan regresi yang baik. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode statistik regresi linear sederhana dengan nilai alpha sebesar 5%, dengan tujuan untuk melihat prediksi munculnya psikosomatis akibat pelecehan seksual. Berikut hasil tabel uji hipotesis: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85 Tabel 23 Uji Hipotesis Standardized Unstandardized Coefficients Model B 1. 48.477 2.392 0.322 0.52 (Constant) Coefficients Std. Error Beta t Sig. 20.270 0.000 6.16 0.000 Pelecehan Seksual di Tempat Kerja 0.348 Hasil tabel menunjukkan persamaan regresi linear sederhana pada uji regresi data adalah Y = 48.477 + 0.322. X1. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai β = 0.348, nilai t = 6.160 dan nilai p = 0.000 (< 0.05), hal tersebut menunjukkan bahwa pelecehan seksual mampu memprediksi munculnya psikosomatis, sehingga hipotesis penelitian diterima. 4. Analisis Tambahan Untuk melihat kemampuan variabel pelecehan seksual di tempat kerja dalam memprediksi munculnya psikosomatis, peneliti menggunakan nilai R square atau pada hasil regresi. Berikut tabel koefisiensi determinan: Tabel 24 Koefisiensi Determinan Model 1 R 0.348 R Square 0.121 Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 0.118 a. Predictors: (Constant), Pelecehan Seksual di Tempat Kerja b. Dependent Variable: Psikosomatis 14.983 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86 Hasil tabel menunjukkan nilai R square diperoleh sebesar 0.121. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pelecehan seksual di tempat kerja dalam memprediksi munculnya psikosomatis sebesar 12,1%, sedangkan 87,9% (100% - 12,1%) diprediksi oleh variabel lain. E. Pembahasan 1. Pembahasan Analisis Deskriptif Berdasarkan hasil analisis deskriptif pertama ditemukan: a. Perilaku “bicara atau candaan atasan atau rekan kerja yang mengarah pada unsur seksual” item no. 23. b. Perilaku “atasan atau rekan kerja yang memanggil dengan panggilan mesra (baby, honey, sayang)” item no. 8. c. Perilaku “memberi komentar yang tidak menyenangkan tentang penampilan tubuh atau aktivitas seksual” item no. 2. Merupakan perilaku pelecahan seksual yang cenderung lebih banyak muncul di tempat kerja. Ketiga perilaku tersebut tergolong dalam dimensi unwanted sexual attention (item no. 8 dan 23) dan dimensi gender harassment (item no. 2) dalam bentuk pelecehan seksual secara verbal. Perilaku bercanda dan berbicara yang mengandung unsur seksual dan perilaku memanggil seseorang dengan mesra, sangat berkaitan dengan perilaku humor seksual. Menurut Freud (dalam Samuel, 1981) bahwa humor yang paling lucu adalah humor yang mengandung unsur seksual dan agresi, sehingga tidak diragukan bahwa perilaku berbicara atau bercanda yang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87 mengandung unsur seksual perilaku memanggil seseorang dengan mesra cenderung lebih banyak terjadi di tempat kerja karena dianggap pekerja lucu atau sebagai hiburan di tempat kerja. Perasaan ketidaksukaan kita dengan orang lain cenderung membuat kita sering melontarkan berbagai asumsi dan praduga negatif pada orang tersebut (Siahaan, 1990). Penjelasan tersebut mengarahkan peneliti pada perilaku “memberi komentar yang tidak menyenangkan tentang penampilan tubuh atau aktivitas seksual”. Peneliti berasumsi bahwa pekerja yang memiliki perasaan tidak suka pada rekan kerjanya, akan selalu memberikan komentarkomentar negatif terkait dengan pekerjaanya atau bahkan kehidupan pribadinya. Hasil analisis deskriptif pertama juga menemukan bahwa perilaku : a. Perilaku “memberikan iming-iming akan mendapat promosi cepat atau perlakukan baik, jika mau melakukan aktifitas seksual” item no. 3. b. Perilaku “usaha mengajak berhubungan seks dengan atasan atau rekan kerja” item no. 5. c. Perilaku “memperlakuan secara buruk karena menolak melakukan aktifitas seksual” item no. 18. Merupakan perilaku pelecehan seksual yang cenderung jarang muncul di tempat kerja. Ketiga perilaku tersebut tergolong dalam dimensi sexual coercion (item no. 3, 5 dan 18) dalam bentuk pelecehan seksual secara verbal. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88 Hasil tersebut terkait dengan salah satu penelitan yang menemukan bahwa sebagian besar pelaku-pelaku pelecehan seksual di tempat kerja lebih sering dan senang melakukan pelecehan seksual dalam bentuk perilaku yang tersamar seperti bercanda atau gesture yang mengandung unsur seksual, dibandingkan perilaku mengajak seseorang berhubungan seksual (Welsh, 1999). Hasil pembahasan pertama dapat disimpulkan bahwa perilaku pelecehan seksual yang tergolong dalam dimensi unwanted sexual attention dan gender harassment cenderung lebih banyak muncul di tempat kerja khususnya yang berkaitan dengan perilaku humor sexual. Sedangkan perilaku pelecehan seksual yang tergolong dalam dimensi sexual coercion cenderung lebih jarang muncul di tempat kerja, dikarenakan pekerja lebih menyenangi perilaku melecehkan yang tersamar seperti bercanda atau gerak tubuh yang berunsur seksual. Berdasarkan hasil analisis deskriptif kedua ditemukan pekerja pria agak feminin, pria feminin, wanita feminin dan wanita agak maskulin cenderung lebih banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja dibandingkan pria maskulin dan wanita maskulin. Dapat dikatakan bahwa pekerja feminin cenderung lebih banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja dibandingkan dengan pekerja maskulin. Maskulinitas dan feminintas selalu dikaitkan dengan pandangan gender ( Beringhausen & Kerstan, 1992; Zulaikha, 2006). Feldman (dalam PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89 Nauly, 2003) pada penelitiannya menemukan beberapa karakteristik umum maskulin dan feminin. Karakteristik feminin digambarkan emosional, subjektif, tidak logis, suka mengeluh, lemah, putus asa mudah tersinggung serta tergantung pada orang lain. Karakteristik maskulin digambarkan agresif, mandiri, objektif, tidak mudah dipengaruhi, percaya diri, logis, kompetitif dan ambisius. Berdasarkan penggambaran karakteristik dapat dijelaskan bahwa pekerja feminin lebih banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja, karena karakterk feminin lebih lemah, tidak agresif dan bergantung pada orang lain, sehingga karakter feminim lebih sering menerima pelecehan seksual. Berdasarkan hasil analisis deskriptif ketiga ditemukan pekerja berusia 21 sampai 30 tahun lebih cenderung banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Pekerja berusia 18 sampai 20 tahun dan usia 31 sampai 60 tahun lebih cenderung sedikit mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Pada perkembangan manusia, usia 21 sampai 30 tahun tergolong dalam usia orang dewasa awal. Dalam segi kehidupan sosial, orang-orang dewasa awal akan mencari keintiman emosional dan fisik kepada teman sebaya atau pasangan romantis. Hubungan ini mengisyaratkan keterampilan seperti kesadaran diri, empati, kemampuan mengkomunikasikan emosi, pembuatan keputusan seksual, penyelesaian konflik dan kemampuan mempertahankan komitment (Papalia, Olds & Feldman, 2008). untuk PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90 Teori penjelasan diatas peneliti berasumsi pekerja dengan usia 21 sampai 30 tahun cenderung lebih banyak mengalami pelecehan seksual, karena pada usia tersebut pekerja mencari keintiman baik secara fisik dan emosi kepada rekan atau atasan kerjanya. Ketika pekerja tersebut tidak waspada terhadap orang yang didekatinya, maka pekerja tersebut akan dengan mudah mengalami pelecehan seksual di tempat kerja yang dilakukan oleh atasan atau rekan kerjanya. Berdasarkan hasil deskriptif keempat ditemukan pekerja dengan pendidikan terakhir SMA/SMK, D1, D2, D3 dan S1/D4 lebih cenderung banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Pekerja dengan pendidikan terakhir SMP, S2 dan S3 lebih cenderung sedikit mengalami pelecehan seksual di tempat kerja dan pekerja dengan pendidikan terakhir SD tidak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Berdasarkan hasil tersebut peneliti berasumsi bahwa latar belakang tingkat pendidikan akhir seorang pekerja tidak mampu menjadi faktor resiko seseorang menjadi korban pelecehan seksual di tempat kerja. Hal tersebut ditunjukkan bahwa pekerja dengan pendidikan terakhir SD justru tidak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Kemungkinan terbesar ada faktor lain yang lebih beresiko yang dapat menyebabkan seseorang mengalami pelecehan seksual di tempat kerja, seperti: jabatan, karakter seseorang dan masa kerja seseorang. Berdasarkan hasil deskriptif kelima ditemukan pekerja yang bekerja kurang dari setahun hingga 10 tahun, cenderung lebih banyak mengalami PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91 pelecehan seksual di tempat kerja dibandingkan dengan pekerja yang bekerja lebih dari 11 tahun keatas. Frekuensi lama bekerja seseorang mempengaruhi power yang dimilikinya di dalam suatu perusahaan, semakin seseorang lama bekerja, semakin orang tersebut memiliki power atau kekuasaan di dalam tempat bekerjanya (Better Work Indonesia, 2012). Truida (2001) menemukan bahwa orang-orang yang tidak memiliki kekuasaan atau power di dalam suatu industri atau perusahaan lebih sering mengalami pelecehan seksual di tempat kerja yang dilakukan oleh atasan atau senior mereka. Hasil penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pekerja yang bekerja kurang dari setahun hingga 10 tahun, cenderung kurang memiliki power atau kekuasaan, sehingga lebih sering mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Berdasarkan hasil deskriptif keenam ditemukan pekerja sebagian besar mengalami pelecehan seksual di tempat kerja meskipun jumlah rekan kerja lebih didominasi oleh pria atau dominasi wanita. Akan tetapi pekerja yang memiliki rekan kerja yang di dominasi oleh jumlah pria cenderung lebih banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja, dibandingkan dengan pekerja yang memiliki rekan kerja yang di dominasi oleh jumlah wanita. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa tempat kerja yang didominasi oleh jumlah pria cenderung lebih banyak terjadi kasus pelecehan seksual di tempat kerja yang dialami PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92 oleh para pekerjanya terlebih pekerja wanita (Gutek & Morasch, 1982; Gutek & Cohen, 1987; Welsh 1999). Berdasarkan hasil deskriptif ketujuh ditemukan pekerja dengan jabatan kerja Supervisor dan Staf lebih cenderung banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja dibandingkan pekerja dengan jabatan Manajer atau bahkan jabatan Direktur. Baugh (1997) menyatakan bahwa perbedaan kekuasan sering memicu terjadinya tindakan pelecehan seksual di tempat kerja, hal ini terlihat dari banyaknya atasan yang menjadi pelaku dan bawahan sebagai korban pelecehan seksual. Dapat disimpulkan bahwa pekerja dengan jabatan yang rendah akan cenderung lebih banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja karena kecilnya power atau kekuasaan yang dimiliki. Berdasarkan hasil deskriptif kedelapan ditemukan pelecehan seksual di tempat kerja terjadi di sebagian besar bidang pekerjaan. Pekerja yang bekerja di bidang Badan Pemerintahan, Pabrik atau Industri, Kesenian dan Hiburan, Jasa Akomodasi dan Perdagangan lebih cenderung banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Pekerja yang bekerja di bidang Jasa Konsultasi, Jasa Kesehatan, Perpustakaan, Jasa Pendidikan, Informasi dan Komunikasi lebih cenderung sedang mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Pelecehan seksual di tempat kerja lebih cenderung sedikit pada pekerja yang bekerja di bidang Keuangan dan Asuransi, Jasa Pelayanan Masyarakat, Jasa Pelayanan Rumah Tangga, Jasa Profesional dan Administrasi. Pekerja PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93 pada bidang Badan Keamanan Negara, Konstruksi, Design Grafis dan Distributor cenderung tidak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa bidang pekerjaan yang berkaitan dengan dunia pria cenderung lebih banyak terjadi tindakan pelecehan seksual di tempat kerja (Gutek & Morasch, 1982; Gutek & Cohen, 1987; Welsh 1999). Kesesuaian tersebut terlihat dari hasil yang ditemukan pada bidang pekerjaan yang cenderung lebih banyak terjadi pelecehan seksual adalah bidang Badan Pemerintahan, Pabrik atau Industri, Kesenian dan Hiburan, Jasa Akomodasi dan Perdagangan yang sebagian besar didominasi oleh pria. Berdasarkan hasil analisis kesembilan ditemukan pelaku pelecehan seksual di tempat kerja didominasi oleh pria. Pelaku pelecahan seksual wanita lebih cenderung melakukan pelecehan dalam perilaku unwanted sexual attention dan gender harassment dalam bentuk verbal. Pelaku pelecehan seksual pria cenderung melakukan pelecehan dalam perilaku unwanted sexual attention, gender harassment dan sexual attention dalam bentuk verbal maupun non-verbal. Collier (dalam Hastuti & Lucia, 2003) menjelaskan kecenderungan pria lebih banyak melakukan pelecehan seksual dikarenakan adanya perbedaan cara pandang antara pria dan wanita dalam memandang perilaku pelecehan seksual, wanita lebih sering memandang pelecehan seksual sebagai perilaku mempermainkan seseorang atau merendahkan, sedangkan pria lebih PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94 sering memandang pelecehan seksual sebagai perilaku untuk menyalurkan hasrat seksual yang ada dalam diri. Hasil penelitian American Psychological Association (dalam Levay & Simon, 2006) juga menemukan bahwa pelaku-pelaku pelecehan seksual lebih didominasi oleh pria sebesar 99% dan 1% pelaku wanita. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang ditemukan oleh APA, penelitian ini menemukan peningkatan jumlah pelaku wanita sebesar 26%. Hal tersebut disebabkan wanita pekerja pada era modern saat ini tidak hanya di tempatkan pada posisi rendah akan tetapi pada posisi atau jabatan pemimpin (ILO, 2014), sehingga dapat dikatakan wanita pekerja juga memiliki power atau kekuasaan dan berani melakukan pelecehan seksual pada bawahannya. Hasil lain menunjukkan bahwa pelaku wanita lebih cenderung melakukan pelecehan seksual dalam bentuk verbal. Samuel (1981) menemukan bahwa kecenderungan wanita melakukan agresi secara verbal dibandingkan agresi secara fisik. Hal tersebut yang membuat pelaku wanita lebih cenderung melakukan pelecehan seksual dalam bentuk verbal dibandingkan dalam bentuk gesture dan lain-lain. 2. Pembahasan Hipotesis Hasil analisis regresi linear sederhana menunjukkan bahwa pelecehan seksual di tempat kerja mampu memprediksi munculnya psikosomatis. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketika seseorang mengalami pelecehan seksual di tempat kerja yang dilakukan oleh atasan atau rekan kerja nya, maka secara PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95 langsung korban pelecehan seksual akan mengalami perubahan mood menjadi negatif baik dalam bentuk kecemasan ataupun depresi (Julian, dkk., 1996). Ketika mood negatif tersebut muncul secara intens dan bereaksi secara berlebihan dalam diri korban pelecehan seksual (Kartono & Gulo, 1979) serta ego korban tidak mampu bekerja dengan baik dalam menyalurkan material konflik tersebut (mood negatif), maka membuat ego akan mengekspresikan material konflik tersebut melalui susunan saraf autonom (Prawiroharjo, 1973) ke dalam alat-alat viseral (Roan, 1979) sehingga menimbulkan korban pelecehan seksual mengalami psikosomatis. Korban pelecehan seksual juga dapat mengalami pengalaman traumatik dan perasaan bersalah ketika dirinya dilecehkan (Crooks & Karla, 1983). Pengalaman masa lalu yang bersifat trauma dan rasa bersalah diri atau self punishment mengakibatkan munculnya emosi negatif yang intens dalam diri korban pelecehan seksual (David Cheek & Leslie, 1968; Fathonah, 2012). Ketika ego korban tidak mampu bekerja dengan baik dalam menyalurkan material konflik tersebut (mood negatif), maka membuat ego akan mengekspresikan material konflik tersebut melalui susunan saraf autonom (Prawiroharjo, 1973) ke dalam alat-alat viseral (Roan, 1979) sehingga menimbulkan korban pelecehan seksual mengalami psikosomatis. Ketika korban pelecehan seksual mengungkapkan perasaannya melalui bahasa tubuh yang digunakannya, contohnya menganggap pelaku bagai duri dalam daging yang membuat tubuhnya sakit(David Cheek & Leslie, 1968; PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96 Fathonah, 2012). Bila pernyataan ini diulang terus menerus, maka pikiran bawah sadar akan menangkap pernyataan tersebut (David Cheek & Leslie, 1968; Fathonah, 2012) dan dalam otak ego akan menyalurkan material konflik tersebut melalui susunan saraf autonom ke dalam alat-alat viseral dan hal tersebut menyebabkan korban pelecehan seksual mengalami psikosomatis. 3. Pembahasan Analisis Tambahan Hasil tabel menunjukkan nilai R square diperoleh sebesar 0.121. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pelecehan seksual di tempat kerja dalam memprediksi munculnya psikosomatis sebesar 12,1%, sedangkan 87,9% (100% - 12,1%) diprediksi oleh variabel lain. Hasil tersebut menunjukkan bahwa psikosomatis tidak hanya muncul akibat adanya pelecehan seksual di tempat kerja. Dalam dunia kerja, psikosomatis yang dialami pekerja selalu dikaitkan dengan stress kerja yang dialami pekerja. Frese (1985) dalam penelitiannya menemukan stress kerja, mampu memprediksi munculnya psikosomatis yang dialami oleh para pekerja. Frese (1985) juga menemukan bahwa sebagian besar karyawan yang mengalami stres kerja mengaku dirinya mengalami gangguan fisik seperti sulit tidur, sakit kepala, gangguan pencernaan, leher terasa tegang, menurunnya selera makan dan kehilangan energi. Dari penejelasan tersebut peneliti berasumsi bahwa stres kerja yang dialami pekerja memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam memprediksi munculnya psikosomatis dibandingkan pelecehan seksual di tempat kerja, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97 untuk lebih tepatnya memang diperlukan penelitian yang melihat kemampuan stress kerja dalam memprediksi psikosomatis di Indonesia. F. Keterbatasan Penelitian Peneliti sangat menyadari bahwa dalam penelitian ini memiliki kekurangan atau keterbatasan penelitian, antara lain: 1. Pada analisis deskriptif peneliti menggunakan subjek dengan jumlah yang tidak terlalu banyak, sehingga data yang dideskripsikan pada beberapa kategori kurang begitu merepresentasikan realitas yang ada di dunia kerja. 2. Pada pengambilan data tidak adanya pengawasan subjek dalam pengisian angket penelitian, karena dikerjakan secara pribadi dan menjaga privasi data subjek baik secara online maupun langsung. Hal tersebut menyebabkan banyaknya subjek penelitian yang gugur karena pengisisan angket penelitian yang kurang lengkap dan adanya kemungkinan faking good atau sebaliknya. 3. Pada penelitian ini kurang menjangkau pekerja yang bekerja di instansi negeri dan pekerja yang bekerja di luar ruangan. 4. Jangkauan penelitian yang terlalu luas sehingga hasil deskriptif sangat general sehingga data tidak bisa dikhususkan pada satu wilayah. 5. Pada penentuan identitas seksual (maskulin dan feminin) dan jumlah dominasi rekan kerja subjek dipilih secara subjektif oleh subjek penelitian. Seharusnya kedua hal tersebut diukur dengan alat khusus untuk hasil yang lebih objektif. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa : 1. Perilaku pelecehan seksual yang tergolong dalam dimensi unwanted sexual attention dan gender harassment cenderung lebih banyak muncul di tempat kerja khususnya yang berkaitan dengan perilaku humor sexual. 2. Perilaku pelecehan seksual yang tergolong dalam dimensi sexual coercion cenderung lebih jarang muncul di tempat kerja, dikarenakan pekerja lebih menyenangi perilaku melecehkan yang tersamar seperti bercanda atau gerak tubuh yang berunsur seksual. 3. Pekerja dengan karakteristik feminin cenderung lebih banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja 4. Pekerja dengan usia 21 sampai 30 tahun cenderung lebih banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. 5. Pekerja dengan pendidikan terakhir SMA/SMK, D1, D2, D3 dan S1/D4 cenderung lebih banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. 6. Pekerja yang bekerja kurang dari setahun hingga 10 tahun cenderung lebih banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. 98 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99 7. Pekerja yang memiliki rekan kerja di dominasi oleh jumlah pria cenderung lebih banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. 8. Pekerja dengan jabatan kerja Supervisor dan Staf cenderung lebih banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. 9. Pekerja yang bekerja di bidang Badan Pemerintahan, Pabrik atau Industri, Kesenian dan Hiburan, Jasa Akomodasi dan Perdagangan lebih cenderung banyak mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. 10. Pelaku pelecehan seksual di tempat kerja didominasi oleh jumlah pria. 11. Pelaku pelecehan wanita lebih cenderung melakukan pelecehan dalam perilaku unwanted sexual attention dan gender harassment dalam bentuk verbal. 12. Pelaku pelecehan pria lebih cenderung melakukan pelecehan dalam perilaku unwanted sexual attention, gender harassment dan sexual coercion dalam bentuk verbal dan non verbal. 13. Hipotesis penelitian diterima yang menunjukkan bahwa pelecehan seksual di tempat kerja mampu memprediksi munculnya psikosomatis. 14. Persamaan regresi linear sederhana pada uji regresi data adalah Y = 48.477 + 0.322. X1 15. Kemampuan pelecehan seksual di tempat kerja dalam memprediksi munculnya psikosomatis sebesar 12.1% , 87.9% (100% - 12.1%) diprediksi oleh variabel lain. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100 B. Saran 1. Bagi Pekerja a. Agar lebih berhati-hati dalam berinteraksi dengan atasan dan rekan kerja, karena hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar perilaku pelecehan seksual yang sering terjadi di tempat kerja adalah perilaku yang tersamar seperti bercanda, berbicara atau gesture yang mengandung unsur seksual. b. Para pekerja diharapkan menambah wawasan mereka terkait bentukbentuk pelecehan seksual di tempat kerja, khususnya bagi para pekerja yang rentan mengalami pelecehan seksual, seperti: wanita, pekerja dengan jabatan staf, pekerja baru, c. Para pekerja diharapkan meningkatkan agensi dalam diri mereka, sehingga para pekerja berani untuk menolak atau melawan serta lebih waspada terhadap tindakan pelecehan seksual yang terjadi di tempat kerja mereka. 2. Bagi Atasan/Direktur/Pemilik Tempat Kerja a. Pemilik jabatan tertinggi di tempat kerja diharapkan untuk melindungi para pekerja mereka terhadap tindakan pelecehan seksual yang terjadi di tempat kerjanya. b. Atasan juga diharapkan secara tegas memiliki sanksi-sanksi yang diberikan kepada pelaku pelecehan seksual di tempat kerja, sehingga PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101 pelaku jera atas tindakan pelecehan yang dilakukannya. Jika tidak maka pelaku akan semakin sering melakukan tindakan pelecehan seksual di tempat kerja akibat jatuh dalam kebiasaan melecehkan dan tidak ada sanksi yang membuat pelaku jera. 3. Bagi Peneliti Selanjutanya a. Peneliti diharapkan kembali mengangkat penelitian deskripsi pelecehan seksual di tempat kerja dengan jumlah subjek yang lebih banyak serta memiliki kekhususan wilayah. b. Peneliti diharapkan menemukan variabel lain yang menyebabkan psiksomatis pada pekerja, karena dari hasil penelitian ini pelecehan seksual di tempat kerja memprediksi 12.1% munculnya psikosomatis, sedangkan 87.9% diprediksi oleh variabel lain. c. Peneliti selanjutnya juga bisa melanjutkan penelitian dengan menggunakan variabel lain yang diprediksi oleh pelecehan seksual di tempat kerja. d. Peneliti selanjutnya bisa mengangkat deskripsi pelecehan seksual di konteks sosial yang berbeda, seperti sekolah, kampus, atau bahkan di dunia online. e. Peneliti dapat mengangkat sebuah penelitian pelecehan seksual di tempat kerja berdasarkan hasil-hasil faktor beresiko yang ditemukan pada penelitian ini, khususnya bagian latar belakang pendidikan akhir, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102 apakah pendidikan akhir seseorang mampu menentukan seseorang tersebut mengalami pelecehan seksual atau tidak. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. PT Rineka Cipta. Azwar, Saifuddin. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Azwar, Saifuddin. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Better Work Indonesia. (2012). Pedoman Pencegahan Pelecehan di Tempat Kerja, Pedoman untuk Perusahaan. International Labour Office, & International Finance Corporation. Baugh, Gayle S.. (1997). On The Persistence Of Sexual Harassment in the Workplace. Journal of Business Ethics. Vol. 16, No. 9, Women in Corporate Management, Page 899 – 908. Springer. Kluwer Academic Publisher. Netherlands. Creswell, John. (2009). Research Method, Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. United States of America. SAGE. Crooks, Robert, & Karla Baur. (1983). Our Sexuality. The Oregon Health Science University. The Benjamin / Cummings Publisng Company Inc. Departemen Pendidikan. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. PT. Gramedia. Dharma, Willieano Satya. (2009). Pelecehan Seksual Pada Wanita Di Tempat Kerja. Jakarta, Indonesia. Universitas Gunadarma. Diunuh dari: http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009/Artik el_10503203.pdf 103 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104 Effendi, Sofian, & Tukiran. (2012). Metode Penelitian Survei. Jakarta. LP3ES. El Quussy, Abdul Aziz Hamid. (1974). Pokok – Pokok Kesehatan Jiwa / Mental. Jakarta. Bulan Bintang. Fathonah. (2011, Juni). Penyakit Psikosomatis. Jakarta. BPPSDMK., Dept. Kesehatan. Diunduh dari http://bppsdmk.depkes.go.id/bbpkjakarta/wp- content/uploads/2011/06/PenyakitPsikosomatis.pdf. Fitzgerald, Louise F., Vicki J., Fritz Drasgow, & Craig R. Waldo. (1999). Measuring Sexual Harassment in the Military : The Sexual Experiences Questionnaire (SEQ – DoD). Military Psychology. Vol 11 (3), Page 243 – 263. Lawrence Erlbaum Associates, Inc.. University of Illinois at Urbana – Champaign. Forster, Peter. (1992). Sexual Harassment At Work. British Medical Journal. Vol. 305, No. 6859, Page 944 – 946. BMA North Western, Didsbury, Manchester. Frese, Michael. (1985). Stress At Work and Psychosomatic Complaints: A Causal Interpretation. Journal of Applied Psychology. Vol. 70, No. 2, Page 314 – 328. American Psychology Association, Inc.. University of Pennsylvania. Ghozali, Imam. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Glomb, Theresa M., & Wendy L. Richman, Charles L., Fritz Drasgow, Kimberly T. Schneider, & Louise F. Fitzgerald. (1997). Ambient Sexual Harassment: An Integrated Model of Antecedents and Consequences. Organizational Behavior and Human Decision Processes. Vol. 71, No. 3, Page 309 – 328. Academic Press. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105 Gutek, Barbara A., Ryan O. Murphy, & Bambi Douma. (2004) A Review and Critique of The Sexual Experiences Questionnaire (SEQ). Law and Human Behavior. Vol. 28, No. 4, Page 457 – 482. Springer. Hall, Calvin S. (1995). Freud Seks, Obsesi, Trauma, dan Katarsis. Jakarta. Delapratasa. Hagquist, Curt. (2008). Psychometric Properties of the Psychosomatic Problem Scale: A Rasch Analysis on Adolescent Data. Soc Indc Res. No. 86, Page 511 – 523. Hartanto, Huriawati, DKK.. (2002). Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta, Indonesia. EGC Mediical Publishers. Hastuti, Theresia Dwi, & Lucia Hernawati. (2003). Bentuk Pelecehan Seksual dan Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus Pada Mahasiswa Unika Soegijapranata). Seri Kajian Ilmiah. Vol. 12, No. 3, Page 138 – 147. Semarang. Universitas Soegijapranata. Henrdyadi. (2014). Teori Online Personal Paper; Content Validity (Validitas Isi). Academica.edu. Hukumonline.com. (2012, 11 Juni). Pelecehan Seksual di Tempat Kerja Berdampak Buruk. Diunduh dari: http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4f58857e93284/pelecehanseksual-di-tempat-kerja-berdampak-buruk. International Labour Organization (ILO). (2014). Indonesia: Tren Sosial dan Ketenagakerjaan. Jakarta. Diunduh http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilojakarta/documents/publication/wcms_381565.pdf dari PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106 Julian, Inez Dekker, Catherine A., E. Kevin, Clive Fullagar, Deborah Johnson. (1996). Prediction and Replication The Organizational and Personal Consequences of Workplace Sexual Harassment. Journal of Managerial Psychology. Vol. 11 No. 5, Page 4 – 25. MCB University Press. Karen, & Ron Flower. Seksualitas Manusia. Bandung. Indonesia Publishing House. Kartono, K., & Gulo D.. (1987). Kamus Psikologi. Bandung. Pioner Jaya. Kartono, & Dra. Kartini. (1980). Mental Hygiene (Kesehatan Mental). Bandung. Penerbit Alumni. Levay, Simon, & Sharon M. Valente. (2006). Human Sexuality. Second Edition. Sunderland, Massachusetts, USA. Sinaver Associates, Inc. Margaretha. (2015, Maret 8). Pelecehan Seksual di Tempat Kerja. Surabaya. Universitas Airlangga. Diuduh dari :http://psikologiforensik.com/2015/03/08/pelecehan-seksual-di-tempatkerja/. Masland, Robert P., & dr. Boyke Dian Nugraha, Sp. OG., (2010). It’s All About Sex, A – Z, Tentang Sex. Jakarta. PT. Bumi Aksara. Maypole, Donald E., & Rosemarie Skaine. (1983). Sexual Harassment in the Workplace. Social Work. Vol. 28, No. 5, Page 385 – 390. Oxford University Press. Ministry of Manpower and Transmigration, & International Lobour Organization. (2011). Sexual Harassment Prevention at The Workplace. No. SE.03/MEN/IV/2011. Indonesia. The Circular Note of The Minister of Manpower and Transmigration. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 107 Nawari. (2010). Analisis Regresi dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17. Jakarta. Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Nazir, Moh.. (2005). Metode Penelitian. Bogor. Ghalia Indonesia. Papalia, Diane E., Sally Wendkos Old, & Ruth Duskin Feldman. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). Bag. V s/d IX. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. Pujiyanto, Risang. (2015) Tenaga Kerja Indonesia Dalam Era Globalisasi. Diunduh dari https://www.academia.edu/7761645/Tenaga_Kerja_Indonesia_dalam_Era_ Globalisasi Priharseno, Z.N. (2013, 19 April). 75 Persen tenaga kerja wanita di Jakarta alami kekerasan seksual. Kompas Online. Diunduh dari http://megapolitan.kompas.com/read/2013/04/19/16235648/75.Persen.Tenag akerjaWanita.di.Jakarta.Alami.Kekerasan.Seksual. Purwanto. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Offset. Pratiwi, Dewi, & Siti Noor Fatmah. (2012). Kematangan Emosi dan Psikosomatis Pada Mahasiswa Tingkat Akhir. Yogyakarta. Manggala. Diunduh dari : Universitas Wangsa http://fpsi.mercubuana-yogya.ac.id/wp- content/uploads/2012/06/KEMATANGAN-EMOSI-DANPSIKOSOMATIS-PADA-MAHASISWA-TINGKAT-AKHIR_Noor.pdf Prawirohardjo, Soejono. (1973). Klasifikasi Penyakit Jiwa dan Aspek – Aspek Pengobatannya. Yogyakarta. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 108 Radarjogja. (2014, 19 September). Bersiul, Termasuk Pelecehan Seksual. Diunduh dari: http://www.radarjogja.co.id/blog/2014/09/19/bersiul-termasuk- pelecehan-seksual/. Rathus, Spencer A., Jeffrey S. N., & Lois Fichner. (2008). Human Sexuality In World of Diversity. Seventh Edition. Boston. Pearson Inc. Roan, Wicaksana Martin. (1979). Ilmu Kedokteran Jiwa / Psikiatri. Jakarta. Samuel, William. (1981). Personality; Searching For The Sources Of Human Behavior. McGraw – Hill Book Company. Santoso, Agung. (2010). Statistik Untuk Psikologi. Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma. Siahaan. (1990). Komunikasi; Pemahaman dan Penerapannya. Jakarta. PT BPK Gunung Mulia. Siregar, Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif; Dilengkapi dengan Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta. Prenadamedia Group. Siregar, Syofian. (2014). Statistika Deskriptif untuk Penelitian; Dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Sugihastuti, & Siti Hartiti. (2007). Glosarium Seks dan Gender. Yogyakarta. Carasvati Book. Sunyoto, Danang. (2007). Analisis Regresi dan Korelasi Bivariat, Ringkasan dan Kasus. Yogyakarta. Penerbit Amara Books. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109 Truida. (2001, Agustus). Sexual Harassment; Cause, Consequence, and Cures. Cape Town. Formerly of UNISA SBL. Diunduh dari https://www.westerncape.gov.za/text/2004/4/sexual_harassment_2nd_upload .pdf UNESCO, & BKKBN. (2012). Buku Suplemen Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi; Pelecehan Seksual. Jakarta. Diunduh dari http://unesdoc.unesco.org/images/0022/002295/229599ind.pdf. Welsh, Sandy. (1999). Gender and Sexual Harassment. Annual Review of Sociology. Vol. 25. Page 169 – 190. Annual Reviews. University of Toronto, 203 College Street, Toronto. Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Wulan. (2015). Peran Atasan Dalam Menciptakan Kenyamanan di Kantor. Diunduh dari: http://www.atlasfoundation.org/2015/02/peran-atasan-dalam- menciptakan-kenyamanan-di-kantor/ Yuriko, & Yumiko Sakata. (2004). Development of A Psyhosomatic Complaints Scale For Adolescents. Psychiatry and Clinical Neurosciences. No. 58. Page 3 -7. University of Tsukuba and Kagoshima University. Japan. Zulaikha. (2006). Pengaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas, dan Pengalaman Auditor terhadap Audit Judgement. Simposium Nasional Akuntansi. Vol. 9, Page 1 – 22. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 110 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111 HASIL ANGKET TERBUKA Tabel Hasil Angket Terbuka Pada Pekerja Wanita Perilaku Sub-Perilaku Pandangan ke arah Tubuh Menatap bagian tubuh Verbatim Frekuensi Sum Menatap secara belebihan pada fisik I I 2 01, 10 Menatap ke bagian payudara I 1 14, Menatap dengan pandangan tidak seronoh I 1 36, Tatapan penuh nafsu I 1 34, Tatapan yang menggoda atau mupeng I 1 33 total Melihat bagian tubuh subjek 6 Melihat bagian tubuh tertentu lawan jenis sengaja I I 2 03, 21, Pria yang melihat tubuh wanita dari atas sampai I 1 12, Lawan jenis melihat bagian tubuh yang wow I 1 19, Melihat bagian tubuh tertentu dengan intens I I 2 26, 30 Melihat bagian tubuh yang vital dan sensitif I 1 33, Melihat dengan daya suka secara seksual I bawah dengan pandangan tidak pantas 1 35, total Memandang bagian tubuh Pandangan seronok dari pria ke wanita 5 I I 2 08, 12 I I I 3 09, 24, 44 I 1 15 Memandang laki - laki secara berlebihan I 1 23 Memandang lawan jenis secara berlebihan I 1 32 Memandangi daerah payudara dengan penuh nafsu I 1 43 Memandang dengan penuh nafsu I Pandangan yang tidak menyenangkan ke bagian tubuh tertentu Terlalu memandang jika ada orang yang berpakaian ketat 1 28 total 10 Mengintip bagian tubuh Mengintip I I Mengintip orang di toilet I 2 11, 41 1 37 total Merekam Merekam kegiatan secara diam-diam I 1 09, total TOTAL Pornografi Melihat gambar porno Melihat gambar senonoh Menonton video porno I 1 28 I Menonton film senonoh I Menonton film porno I 1 1 28 1 32 total TOTAL 1 1 32 total Menonton film porno 1 25 total Menonton video porno 3 2 4 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112 Pembicaraan secara Berbicara terkait hal Membicarakan yang menjadi hal sensitive pada langsung melecehkan seksual seseorang perempuan Pernyataan terkait hal Mengucapkan kata yang membuat orang lain tidak seksual seseorang nyaman seperti mendeskripsikan bentuk bagian vital I seseorang 1 05, total 1 I 1 02, Mengatakan tentang hal-hal yang tidak sepantasnya I 1 36 apalagi tidak dekat, misal: dadamu besar, jalanmu kok ngangkang, kamu sexy, bohai, bibirmu sexy total 2 Komentar terkait hal Mengomentari bagian tubuh padahal baru kenal I 1 26 seksual seseorang Ucapan yang mengomentari fisik/bagian yang tidak I 1 30 seharusnya total Bertanya terkait hal Menanyakan hal-hal tabu misal :udah pernah ciuman I seksual seseorang udah pernah ml ? 1 36 total TOTAL 2 1 6 Pembicaraan secara tidak Omongan seksual Omongan cabul I 1 04, langsung melecehkan Ngomongin yang porno I 1 19 seseorang total 2 Pembicaraan seksual Membicarakan hal-hal yang mengarah pada seksual I I I I I I I 7 07,13,26,30,34,30,50 Berbicara mesum/saru di depan umum I 1 39 Tindakan ketika seseorang mulai berbicara mengenai I 1 31 hal yang seronok total 9 Pernyataan seksual Pernyataan verbal yang berkaitan dengan seks secara I 1 10 terus - menerus total 1 Perkataan seksual Berkata hal-hal yang mesum bukan pada tempatnya I 1 42 Berkata-kata kurang ajar I 1 33 Berkata cabul I 1 45 total 3 Ucapan seksual Ucapan yang tergolong mesum I Candaan seksual Candaan yang bersifat mesum I 1 11 total 1 1 37 total 1 TOTAL 17 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113 Mencium Berciuman Cium tiba-tiba tnp pemberitahuan dan blm knl I 1 20 Berciuman pada mulut I 1 23 Berciuman di depan umum I I I I 4 15, 16, 42, 46 Dicium sembarangan di pipi/kening I 1 41 Mencium secara berlebihan I 1 total TOTAL Memegang / menyentuh Memegang alat vital 8 8 Memegang bagian alat vital lawan jenis I 1 03, bagian alat kelamin Memegang kemaluan I 1 23 seseorang Memegang vagina wanita I 1 36 Memegang dengan sengaja daerah miss v I 1 43 total Mencolek alat kelamin Mencolek pada bagian alat kelamin I 1 total Meraba alat kelamin Meraba bagian alat kelamin 4 I I 1 2 17, 37 total TOTAL 2 7 Memegang / menyentuh Memegang payudara Memegang di bagian dada I 1 35 bagian payudara seseorang Memegang dengan sengaja bagian payudara I I 2 11, 43 Memegang bagian payudara wanita I 1 36 total Mencolek payudara I 1 04, Colek-colek tetek I 1 25 Mencolek dada I 1 37 total Meraba payudara Meraba-raba daerah payudara I I I Menyenggol dengan sengaja bagian payudara I Menyeggol payudara I 1 41 TOTAL Dipegang di bagian wajah bagian wajah seseorang 2 12 I 1 02, total TOTAL 3 1 11 total Memegang / menyentuh Memegang wajah 3 3 16, 17, 37 total Menyenggol payudara 4 Colek payudara 1 1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114 Memegang / menyentuh Memegang tubuh Memegang bagian tubuh yang sensitif I I I I I I I 7 03,05,07,08,26,33,35, bagian tubuh seseorang Memegang dengan sengaja bagian sensitif I I I 3 11,43,44 Memegang bagian tubuh tertentu dengan intens I I I 3 09, 26, 28, Memegang bagian tubuh tertentu dengan paksa I 1 30 Memegang bagian sensitif dari lawan jenis I 1 32 Memegang I 1 34 Memegang bagian tubuh tertentu wanita I 1 36 Memegang bagian tubuh orang lain tanpa seijinnya I 1 39 Memegang anggota tubuh dalam jangka waktu yg lamaI 1 40 Memegang bagian tubuh tersensitif yang dianggap tabuI 1 49 Memegang bagian pribadi di depan umum I 1 15 Memegang-megang bagian wanita I 1 12 Pegang-pegang di bagian menggelikan I 1 19 Ketika seseorang sengaja memegang barang teman I terlebih di bagian yang sensitif 1 31 total 24 Mencolek tubuh Colek-colek badan orang lain I 1 12 Mencolek bagian tubuh yang vital dan sensitif I I I I 4 24, 33, 35,49 Mencolek tubuh karyawan I 1 44 Mencolek bagian tubuh tertentu I 1 37 Mencolek seorang wanita tnp ijin di tmpt yg tabu I 1 48 total Menyentuh tubuh 8 Menyentuh tubuh lawan jenis bagian manapun tnp ijin I I 2 06, 27 Sentuhan dari lawan jenis dengan intensi tertentu I I I 3 10, 29, 40 Menyentuh orang lain di bagian tertentu I I 2 13, 18 Menyentuh bagian tubuh manapun I 1 21 Menyentuh bagian-bagian sensitif I I 2 08, 24 Menyentuh bagian tubuh tertentu dengan paksa I 1 30 Diraba-raba I I 2 02, 34 Meraba-raba bagian tubuh I I 2 16, 37 Meraba-raba bagian sensitif I I I total 11 Meraba tubuh 3 17, 33, 35 total Membelai tubuh Membelai bagian tubuh yang vital dan sensitif I I 2 23, 33 total Memeluk tubuh Peluk tanpa pemberitahuan dan belum kenal I I Merangkul bagian yang sensitif I Menyenggol dengan sengaja bagian sensitif 1 35 I 3 1 11 total Menyentuhkan alat kelamin Ketika menonton konser pertunjukkan orang belakang I ke bagian tubuh 2 2 20, 41 total Menyenggol tubuh 7 1 1 31 menyentuhkan alat kelamin (pria) kepada orang depannya (wanita), ataupun ketika berjalan total TOTAL 1 57 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115 Memegang / menyentuh Memegang bokong bagian bokong seseorang Memegang dengan sengaja bagian pantat I I I 3 11, 32, 43 Memegang bokong I 1 22 Memegang bagian bokong wanita I I 1 36, 45 total Mencolek bokong Nyolek bokong I I 2 02, 37 Colek Pantat I 1 04, total Meraba bokong Meraba bagian bokong I I Menyenggol pantat I TOTAL Memegang bagian paha I I 2 08,35 total Mencolek pada bagian paha 2 I 1 37 total Meraba paha 11 1 11 bagian paha seseorang Mencolek paha 17, 37 2 1 total Memegang / menyentuh Memegang paha 3 2 total Menyenggol bokong 5 Meraba-raba bagian paha 1 I I 2 16, 37 total 2 TOTAL 5 Memegang / menyentuh Memegang tangan Memegang tangan I I bagian tangan seseorang Pegangan tangan tanpa pemberitahuan dan blm kenal I 2 14, 44 1 20 total 3 TOTAL Memegang / menyentuh Memegang bibir 3 Memegang bagian bibir wanita I bagian bibir seseorang 1 36 total 1 TOTAL 1 Menggoda seseorang Mengekspose bagian tubuh Memamerkan badan di depan umum I 1 35 secara tidak langsung kepada orang lain I 1 47 Tindakan mengumbar aurat Memakai pakaian yang minim/terlalu ketat sehingga I I 2 28, 35 bagian tubuh menonjol total 4 Mengekspose hubungan Pelukan di tempat umum I 1 45 intim kepada orang lain Naik motor pelukan I 1 45 Bercumbu di depan publik I I 2 05, 46 Tindakan mengumbar nafsu tidak pada tempatnya I 1 47 total 5 TOTAL 9 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 116 Menggoda seseorang Menggoda dengan siulan secara langsung Disiulin I 1 02, Suit - Suit I 1 08, Bersiul I 1 14 total Menggoda dengan kata 3 Digodai dgn kata yang tidak pantas mengenai tubuh I 1 18 Digodai di jalan dengan kata-kata tidak senonoh I 1 27 Menggoda-goda perempuan di depan umum I 1 39 Menggoda dng kata-kata yang tidak selayaknya I 1 29 total Menggoda dng panggilan Memanggil cewek - cewek (merayu) I Menggoda dengan SMS I 1 14 total SMS yang isinya merayu/menunjukkan bahwa 4 1 1 18 si penerima sms seakan-akan objek seksual SMS bersifat seksual dan bernada cabul I 1 27 total Menggoda dengan mata Main mata I 1 08, Mengerlingkan mata I 1 16 Dikedipin mata I 1 02, Julurin lidah I total Menggoda dengan lidah 2 3 1 08, total 1 Menggoda dengan gerakan Berbicara terlalu dekat dengan lawan jenis I 1 09, atau perilaku yang mengarah Berbicara dengan jarak yang sangat dekat I 1 40 pada hal seksual Ngangkat rok I 1 04, Buka-buka rok sengaja I 1 41 Berdiri berdekatan I 1 21 Berdempetan saat di kendaraan umum I I 2 15, 25 total 7 Menggoda dengan Exhibitionis (menunjukkan alat kelamin) I I 2 13, 17 menunjukkan alat kelamin Menunjukkan benda kemaluan di depan umum I 1 35 pada seseorang Memperlihatkan alat kelamin I I I 3 05, 22, 24 Memperlihatkan organ tubuh pada pria I 1 23 Menunjukkan barang milik pribadi I 1 23 total Menggoda dengan Tiba-tiba menunjukkan gambar/video porno pd pornografi orang lain yang tidak ingin melihat I 1 37 total TOTAL 8 1 30 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117 Hubungan seksual Hubungan seksual yang Kumpul kebo tidak resmi (bukan pasutri) Melakukan hub badan diluar nikah I I 2 23, 32 I 1 24 total Hubungan seksual dengan Memaksa seseorang untuk berhubungan seksual I I 1 05, 20 paksaan Memperkosa I I I I 4 11, 16, 42, 45 Dipaksa melakukan apa yang tidak ingin dilakukan I 1 27 Perilaku menyabuli orang lain I 1 38 total TOTAL Permintaan seksual 3 Permintaan hubungan seks Berhubungan seksual (ditawar) Pacaran, cowok minta ini itu (ciuman berserta 7 10 I 1 17 I 1 25 yang lainnya) total TOTAL 2 2 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 118 Tabel Hasil Angket Terbuka Pada Pekerja Pria Perilaku Sub-perilaku Pandangan ke arah tubuh Melihat bagian tubuh Verbatim Frekuensi Sum Melihat tubuh seseorang dengan penuh nafsu I 1 34 Melihat bagian tubuh yang sensitif I 1 24 Melihat bagian tubuh lawan jenis I 1 17 Sengaja melihat orang telanjang I 1 34 Mengintip orang telanjang I I 2 06, 31 Mengintip pada waktu mandi I 1 26 Mengintip lawan jenis telanjang I total Mengintip tubuh 1 30 total Menatap bagian tubuh Menatap daerah organ vital secara terus-menerus I total Melihat payudara 4 1 49 TOTAL Pandangan ke arah 4 1 9 Melihat payudara I payudara 1 25 total Mengintip payudara Intip tetek lewat ketek (intelek) 1 I 1 05, total 1 TOTAL Pandangan ke arah Melihat bokong 2 Melihat silit I bokong 1 25 total 1 TOTAL Pornografi Menonton pornografi 1 Menonton video porno I 1 47 Mbokep bareng-bareng I 1 25 Membaca buku porno I total Membaca hal seksual 2 1 47 total Memiliki hal pornografi Memiliki gambar yang bersifat pornografi I Memiliki video yang bersifat pornografi I 1 1 13 1 13 total 2 TOTAL 5 Pembicaraan secara Berbicara terkait hal Membicarakan tentang anggota badan seseorang I 1 09, langsung melecehkan seksual seseorang Melecehkan secara verbal mengenai seksualitas I 1 07, sseseorang total 2 TOTAL 2 Subjek PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 119 Pembicaraan secara tidak Perkataan seksual Berkata jorok / mesum kepada lawan jenis I 1 03, langsung melecehkan Berkata jorok I 1 09, seseorang Berkata kotor / saru di depan umum I 1 24 total Pembicaraan seksual I 1 27 Berbicara jorok I 1 40 Bicara tabu / saru I 1 42 total Obrolan seksual Ngobrol nyerempet-nyerempet I Omongan seksual Ngomong saru I 1 1 32 total Bercanda mengenai hal yang saru di dekat orang 3 1 25 total Candaan seksual 3 Suka berbicara hal-hal yang berbau porno I 1 1 04, orang yang dihormati Bercanda (rusuh) I 1 18 total Membahas hal seksual Disaat pelajara /kuliah seorang guru/dosen membahas I 2 1 04, hal yang saru di kelas yang didominasi cewek total TOTAL Mencium bagian tubuh Mencium tubuh seseorang Mencium 1 11 I Mencium bagian tubuh yang tidak perlu atau pribadi I 1 08, 1 27 total 2 Berciuman Dalam berpacaran berciuman secara berlebihan I 1 26 Berciuman dengan penuh nafsu dengan lawan jenis I 1 36 Berciuman di depan umum I 1 43, 46 total 3 TOTAL 5 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 120 Memegang / menyentuh Memegang tubuh Memegang bagian tubuh yang tidak diinginkan I 1 23 bagian tubuh seseorang Memegang bagian tubuh lawan jenis I 1 30 Memegang bagian pribadi I 1 40 Memegang bagian tubuh yang vital tanpa persetujuan I 1 41 Waktu naik angkutan umum secara sengaja 1 15 I pegang-pegang Memegang aurat orang lain I 1 19 total Menyentuh tubuh Dengan sengaja menyentuh aurat orang lain dan 6 I 1 19 Menyentuh bagian tubuh yang tidak ingin disentuh I 1 23 Menyentuh bagian tubuh yang sensitif I 1 24 Menyentuh bagian pribadi I nambah 1 40 total Mencolek tubuh I I 2 08, 38 Mencolek orang yang tidak dikenal I 1 39 Meraba bagian yang tertutup baju atau celana dng I 1 13 Diraba-raba I 1 16 Meraba bagian tubuh yang vital tanpa persetujuan I 1 41 Meraba-raba I 1 38 Meraba-raba badan orang lain I 1 Membelai I total Meraba tubuh 4 Mencolek 3 sengaja total Membelai tubuh 1 08, total Memeluk tubuh Berpelukan I total Pegang-pegang paha orang yang tidak dikenal I bagian paha seseorang Memegang paha I I 1 15 2 27, 34 total I I 1 1 27 total TOTAL 3 1 34 total Meletakkan tangan ke paha Meletakkan tangan ke paha orang lain 1 19 Memegang / menyentuh Memegang paha meraba paha dengan sengaja 1 1 08, TOTAL Meraba paha 4 1 5 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 121 Memegang / menyentuh Memegang alat kelamin Memegang dengan sengaja anu si cowok / cewek I I 2 03, 34 bagian alat kelamin Memegang kemaluan orang lain I I I 3 14, 18, 43 seseorang Memegang barang pribadi (alat kelamin) I 1 20 Memegang-megang alat kelamin I I I 3 23, 33, 32 Bagian kemaluan di pegang-pegang I 1 16 Menyentuh bagian-bagian alat vital I 1 07, Menyentuh bagian-bagian seksual lawan jenis I 1 21 Menyentuh kelamin I 1 30 Sentuh-sentuh memek I 1 25 Mencolek alat kelamin Colek-colek kemaluan I Meraba alat kelamin Meraba bagian vital dari organ tubuh I 1 26 Meraba bagian vital dengan sengaja I 1 34 total 10 Menyentuh alat kelamin total 4 1 06, total 1 total 2 TOTAL 17 Memegang / menyentuh Memegang payudara Memegang payudara I I I 3 02, 32, 34 bagian payudara Memegang buah dada I I 2 14, 20 seseorang Pegang-pegang dada I I 2 16, 33 Menyentuh buah dada I Sentuh-sentuh payudara I total Menyentuh payudara 1 17 1 25 total Mencolek payudara Menyamul payudara I Colek-colek payudara I Meraba payudara dengan sengaja 2 1 42 1 06, total Meraba payudara 7 I 2 1 34 total 1 TOTAL 12 Memegang / menyentuh Menyentuh leher Disentuh teman di bagian leher karena buat ngilu dan I 1 bagian leher seseorang bergetar-getar pada penis total 1 TOTAL 1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 122 Memegang / menyentuh Memegang bokong Memegang bokong I I I 2 02, 32, 34 bagian bokong seseorang Memegang pantat I I I I 4 05, 17, 20, 33 Memegang pantat orang lain I I 2 14, 27 Bagian bokong dipegang-pegang I 1 16 total Menyentuh bokong Sentuh-sentuh pantat I 1 total Meraba bokong meraba bokong dengan sengaja I Colek-colek pantat I total Menggoda dengan gerakan Melakukan gerakan-gerakan mesum / cabul yang tidak I secara langsung atau perilaku yang mengarah pantas dilakukan kepada lawan jenis 1 03, Menarik tali BH wanita I 1 05, Menggoda orang lain dengan unsur seksual I 1 24 Menggoda perempuan I 1 48 total Matanya tidak fokus I Siul-siul menggoda I Liatin bokep ke orang lain I pornografi 1 1 31 total Menggoda dengan 4 1 09, total Menggoda dengan siulan 1 12 Menggoda seseorang Menggoda dengan mata 1 1 06, TOTAL pada hal seksual 1 1 34 total Mencolek pantat 9 1 1 32 total 1 Menggoda dengan Memperlihatkan alat kelamin I 1 18 menunjukkan alat kelamin Menunjukkan barang pribadi kepada orang lain I 1 20 pada seseorang Menunjukkan alat kelamin ke orang lain I 1 31 total TOTAL 3 10 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 123 Menggoda seseorang Mengekspose bagian tubuh Mengumbar aurat di muka umum I 1 01, secara tidak langsung kepada orang lain Telanjang di muka umum I I 2 10, 30 Menggunakan pakaian yang sedikit memperlihatkan I 1 27 Memakai pakaian terlalu sexy I 1 43 Berpakaian kebarat-baratan I 1 45 Menggunakan pakaian yang tidak sopan dan pamer I 1 50 Memakai hot pants tidak pada tempatnya yang I 1 22 bagian tubuh yang besifat pribadi menarik nafsu dan kriminal total 8 Mengekspose hubungan Berduaan di tempat sepi I 1 08, seksual kepada orang lain Berhubungan seksual dan diekspose ke publik I 1 26 Berpacaran secara ceroboh dan seronok di tempat I 1 50 I 1 04, umum / sembarang tempat Melihat anak-anak kecil pacaran yang kebablasan di tempat umum Berbuat senonoh di tempat umum I 1 22 total TOTAL Hubungan seksual Hubungan seksual yang Perbuatan negatif / tidak boleh dilakukan jika belum 5 13 I 1 08, Melakukan perbuatan suami istri pada saat pacaran I 1 11 Bertidak mesum dengan pasangan I 1 13 Kumpul kebo I 1 14 Sex di luar nikah I 1 20 Berhubungan badan diluar nikah I 1 39 Melakukan hubungan seks I 1 38 Mesum diluar nikah I tidak resmi (bukan pasutri) resmi atau suami istri 1 47 total 8 Hubungan seksual dengan Memaksa seperti memperkosa I 1 02, paksaan Memperkosa I I I 4 06, 20, 29, 41 Memaksa melakukan hubungan badan I 1 07, Memaksa orang lain memenuhi hasratnya I 1 11 Pemaksaan I I 2 17, 46 Dalam berpacaran memaksa untuk bersenggama I 1 26 Memaksa seseorang berhubungan seks padahal I 1 33 Memaksa anak perempuan dibawah umur I 1 39 Memaksa orang lain berhubungan intim I 1 48 bukan suami istri total 13 Hubungan seksual dengan Membayar demi kepuasan hasrat biologis I imbalan uang I Dibayar demi kepuasan hasrat biologis 1 11 1 11 total TOTAL 2 23 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 124 Permintaan seksual Permintaan hubungan seks Meminta untuk bersenggama I 1 26 total 1 TOTAL Perilaku seksual Individu Masturbasi 1 Masturbasi I 1 20 Melakukan masturbasi atau onani I 1 36 total 2 TOTAL Perilaku yang buruk 2 Perilaku seksual yang buruk Hal-hal berunsur seksual yang dianggap diluar batas I Hasrat seksual yang tidak tersalurkan karena 1 29 I 1 37 I 1 37 I 1 38 Membawa lari anak orang I 1 39 Suatu tindakan yang tidak terpuji I 1 44 Perilaku yang tidak bermoral I 1 50 kehabisan waktu / kesempatan Tidak dapat melayani pasangan karena sedang kecapaian atau bad mood Melakukan sesuatu yang merugikan bagi orang lain untuk kepuasan diri sendiri total TOTAL Perilaku pelecehan Pelecehan Sexual harassment both verbal and physical 7 7 I 1 28 total 1 TOTAL 1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 125 Blueprint Skala SEQ-DoD Definisi Dimensi Gender Harassment Perilaku pelecehan seksual yang lebih mengarah pada perilaku merendahkan atau menghina yang berbasis gender tertentu Perilaku menghina, merendahkan, mengganggu, merugikan dan tidak diinginkan yang mengandung unsur seksual dan Butir Item Item Asli SEQ-DoD Atasan atau rekan kerja memberi komentar yang tidak menyenangkan tentang penampilan, tubuh, atau aktivitas seksual saya Atasan atau rekan kerja memanggil dengan sapaan siulan atau ejekan yang mesum / cabul. Atasan atau rekan kerja memperlakukan saya “secara berbeda” semata – mata karena jenis kelamin saya (misalnya: mengabaikan, tidak memperhatikan, dsb). Atasan atau rekan kerja merendahkan saya karena alasan perbedaan jenis kelamin. Atasan atau rekan kerja menatap atau melirik saya sedemikian rupa, sehingga membuat saya tidak nyaman. Atasan atau rekan kerja memperlihatkan, menggunakan atau membagikan benda atau barang yang bersifat mesum atau cabul yang merendahkan harga diri saya (misalnya; gambar atau film cabul yang menurut Anda terlalu vulgar). Atasan atau rekan kerja membuat pernyataan yang bersifat merendahkan jenis kelamin tertentu (misalnya, perempuan tidak mampu mengerjakan tugas berat atau laki-laki tidak bisa teliti). Atasan atau rekan kerja membuat pernyataan seksual yang kasar atau terlalu vulgar, baik di depan umum atau kepada saya secara pribadi. Atasan atau rekan kerja membuka atau memperlihatkan tubuh mereka sambil menggoda saya sehingga saya merasa malu atau tidak nyaman. Item Tambahan Hasil Survei Atasan atau rekan kerja membuat pernyataan yang tidak senonoh tentang diri saya pada orang lain (misal; menyatakan bahwa saya suka nonton video / gambar porno). Atasan atau rekan kerja membuat pernyataan yang kotor tentang diri saya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 126 dilakukan oleh atasan atau rekan kerja secara sengaja dan/atau berulang dalam lingkungan kerja. Unwanted Sexual Attention Perilaku pelecehan seksual yang lebih mengarah pada perilaku menarik perhatian orang lain yang tidak diinginkan, tidak dibalas dan menyinggung terhadap orang lain ( misalnya; menyebut diri saya sebagai pelacur atau murahan). Item Asli SEQ-DoD Atasan atau rekan kerja mencium, membelai saya di luar kemauan saya. Atasan atau rekan kerja terus – menerus mengajak saya kencan (misalnya dengan mentraktir makan, dsb) meskipun saya menolaknya. Pembicaraan / candaan atasan atau rekan kerja mengarah pada hal – hal yang berunsur seksual atau mesum yang membuat saya tidak nyaman. Atasan atau rekan kerja berusaha mengajak saya menjalin hubungan mesra meskipun saya tidak suka. Atasan atau rekan kerja berhubungan seks dengan saya, meskipun saya tidak mau. Item Tambahan Hasil Survei Atasan atau rekan kerja memperlihatkan alat kelaminnya pada saya secara sengaja. Atasan atau rekan kerja mengirimkan pesan menggoda atau mesum melalui pesan singkat (misalnya; SMS, WA, BBM, dsb). Saat di tempat kerja atasan atau rekan kerja berusaha untuk mengangkat rok atau menyibakkan pakaian saya. Atasan atau rekan kerja memanggil saya dengan panggilan mesra (sayang, baby, honey). Atasan atau rekan kerja memandang / menatap saya dengan penuh nafsu atau tidak senonoh dan membuat saya tidak nyaman dan malu. Atasan atau rekan kerja menyentuh / memegang / mencolek bagian dari tubuh saya (misalnya payudara, bokong, atau bagian sensitif/pribadi lain). Atasan atau rekan kerja memandang / menatap dengan tajam bagian tubuh saya yang sensitif / pribadi (misalnya; pada wanita payudara, paha; pada pria pantat). Saat di tempat kerja atasan atau rekan kerja berusaha untuk duduk atau berdiri terlalu dekat. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 127 Sexual Coercion Perilaku pelecehan seksual yang lebih mengarah pada perilaku memaksa, memeras, atau memberikan imingiming atau hadiah untuk memperoleh aktivitas seksual bersama. Item Asli SEQ-DoD Saya diiming – iming akan mendapat promosi yang cepat atau mendapat perlakuan yang baik, jika saya mau melakukan aktivitas seksual yang diinginkan atasan atau rekan kerja Atasan atau rekan kerja berusaha mengajak untuk berhubungan seks di luar kemauan saya meskipun usahanya gagal. Atasan atau rekan kerja membuat saya merasa seolah – olah “disogok” atau “disuap” dengan hadiah atau imbalan (misalnya bonus atau barang) untuk melakukan aktivitas seksual. Atasan atau rekan kerja memperlakukan saya secara buruk karena saya menolak hubungan seks dengan nya. Saya merasa diancam karena menolak melakukan aktivitas seksual yang diinginkan oleh atasan atau rekan kerja (misalnya; diancam bahwa kekurangan dalam pekerjaan saya akan dicari – cari). Saya merasa takut dan akan diperlakukan buruk oleh atasan atau rekan kerja, jika saya menolak melakukan aktivitas seksual dengan rela. Atasan atau rekan kerja berusaha melibatkan saya dalam pembicaraan tentang seks di luar kemauan saya (misalnya membicarakan kehidupan seksual Anda). Atasan atau rekan kerja membuat gerakan tubuh yang mesum atau cabul yang membuat saya merasa malu atau tidak nyaman. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 128 Blueprint Skala PCS Definisi Aspek Sistem Cardiovascular dan Pembuluh Darah Sistem Gastrointestinal Sistem Musculoskeletal Sekumpulan penyakit fisik baik dalam bentuk disfungsi ataupun perubahan patologis yang disebabkan oleh adanya emosi yang berlebihan dalam diri seseorang yang disalurkan melalui susunan saraf autonom. Sistem Respiratory Sistem Endocrine Sistem Kulit Butir Item Saya mengalami rasa sakit pada bagian kepala. Saya merasa kepala saya terasa berat. Saya merasa pusing di saat berdiri. Jatung saya berdebar – debar kencang tanpa alasan tertentu. Saya mengalami rasa sakit pada bagian perut. Saya mengalami diare. Perut saya terasa berat atau mual. Nafsu makan saya menurun. Saya mengalami rasa kaku pada bagian pundak. Saya mengalami rasa sakit pada bagian pinggang. Mata saya terasa tegang atau lelah. Bagian tubuh saya bergerak dengan sendirinya tanpa kontrol (misal tibatiba kepala menggeleng). Bagian tangan atau kaki saya mengalami mati rasa atau gemetar. Saya merasa lelah saat berbicara dengan orang lain. Saya dengan mudah terserang flu. Tiba – tiba saya merasa kesulitan untuk bernafas. Tenggorokan saya terasa sakit saat menelan sesuatu. Saya merasakan bunyi “denging” pada telinga. Saya merasa selalu ingin berbaring. Saya merasa ketahanan tubuh saya menurun. Entah bagaimana, saya merasa diri saya sakit. Saya mengalami rasa gatal yang membuat kulit saya meradang. Tiba – tiba jerawat muncul pada muka saya. Tiba–tiba kulit saya mengalami iritasi. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 129 Sistem Genitourinary Sistem Nervorum Saya merasa tidak lancar saat buang air kecil. Saya merasa kehidupan seksual saya menurun. Saya merasa nyeri pada bagian alat vital. Badan saya mudah sekali terasa lelah atau capek. Saya merasa kesulitan untuk berkonsentrasi. Saat tidur saya merasa tidak nyenyak atau tidak nyaman atau insomnia. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 130 Skala Relasi Seksualitas di Tempat Kerja Oleh: Marius Angga Kurnianto 119114099 Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2015 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 131 Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang berbahagia, Perkenalkan Saya Marius Angga Kurnianto, adalah Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Saya saat ini sedang mempelajari seksualitas dalam konteks kecenderungan hubungan interpersonal di dalam dunia kerja. Saya ingin memahami bagaimana kecenderungan – kecenderungan pribadi terkait dengan seksualitas, hubungan kita dengan orang lain, dan kondisi psikologis kita khususnya dalam dunia para pekerja. Dengan terlibat pada survei ini Anda memberi sumbangan pada pengetahuan dan penanganan masalah – masalah psikologis dan seksualitas dalam dunia kerja. Informasi yang Anda berikan akan sangat bermanfaat jika diberikan dengan jujur dan apa adanya. Dalam survei ini tidak ada jawaban yang benar atau salah, jawaban yang tepat adalah jawaban sesuai dengan diri Anda. Informasi yang Anda berikan bersifat Anonim dan tidak terkait dengan identitas pribadi. Selain itu kami akan menjaga informasi Anda sebagai hal yang bersifat rahasia.Jika ada hal – hal yang kurang jelas, Anda dapat menghubungi saya melalui no Hp dengan nomor 087859676785 atau melalui E-mail dengan alamat [email protected] semua penjelasan di atas, Saya sebagai pihak responden Bersedia / Tidak Bersedia menjadi responden survei ini. Responden, (……………………………..) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 132 Angket Seksualitas di Tempat Kerja Pada bagian ini kami ingin menanyakan pengalaman Anda di tempat kerja yang terkait dengan seksualitas. Bacalah dengan teliti setiap pernyataan yang ada sebelum mengisi jawaban. Pilihlah satu dari lima respon yang tersedia sesuai dengan pengalaman diri Anda Selama SATU TAHUN terakhir saat Anda bekerja, dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang tersedia. Ket : TP : Tidak Pernah, SD: Sekali Dua Kali, KK: Kadang – Kadang, S: Sering, SS: Setiap Saat. No Items TP 1. Atasan atau rekan kerja memperlihatkan alat kelaminnya pada saya secara sengaja. 2. Atasan atau rekan kerja memberi komentar yang tidak menyenangkan tentang penampilan, tubuh, atau aktivitas seksual saya 3. Saya diiming – iming akan mendapat promosi yang cepat atau mendapat perlakuan yang baik, jika saya mau melakukan aktivitas seksual yang diinginkan atasan atau rekan kerja 4. Atasan atau rekan kerja membuat pernyataan yang tidak senonoh tentang diri saya pada orang lain (misal; menyatakan bahwa saya suka nonton video / gambar porno). 5. Atasan atau rekan kerja berusaha mengajak untuk berhubungan seks di luar kemauan saya meskipun usahanya gagal. Respon SD KK SE HS PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 133 6. Atasan atau rekan kerja mengirimkan pesan menggoda atau mesum melalui pesan singkat (misalnya; SMS, WA, BBM, dsb). 7. Saat di tempat kerja atasan atau rekan kerja berusaha untuk mengangkat rok atau menyibakkan pakaian saya. 8. Atasan atau rekan kerja memanggil saya dengan panggilan mesra (sayang, baby, honey). 9. Atasan atau rekan kerja membuat saya merasa seolah – olah “disogok” atau “disuap” dengan hadiah atau imbalan (misalnya bonus atau barang) untuk melakukan aktivitas seksual. 10. Atasan atau rekan kerja memandang / menatap saya dengan penuh nafsu atau tidak senonoh. 11. Atasan atau rekan kerja menyentuh / memegang / meraba / mencolek bagian dari tubuh saya (misalnya payudara, bokong, atau bagian sensitif/pribadi lain). 12. Atasan atau rekan kerja mencium, membelai, atau meraba saya di luar kemauan saya. 13. Atasan atau rekan kerja menghina saya dengan panggilan gay, lesbian, atau banci. 14 Atasan atau rekan kerja memanggil dengan sapaan siulan atau ejekan yang mesum / cabul. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 134 15 Atasan atau rekan kerja memandang / menatap dengan tajam bagian tubuh saya yang sensitif / pribadi (misalnya; pada wanita payudara, paha; pada pria pantat). 16. Saat di tempat kerja atasan atau rekan kerja berusaha untuk duduk atau berdiri terlalu dekat. 17 Atasan atau rekan kerja membuat pernyataan yang kotor tentang diri saya terhadap orang lain ( misalnya; menyebut diri saya sebagai pelacur atau murahan). 18. Atasan atau rekan kerja memperlakukan saya secara buruk karena saya menolak hubungan seks dengan nya. 19. Atasan atau rekan kerja terus – menerus mengajak saya kencan (misalnya dengan mentraktir makan, dsb) meskipun saya menolaknya. 20. Atasan atau rekan kerja memperlakukan saya “secara berbeda” semata – mata karena jenis kelamin saya (misalnya: mengabaikan, tidak memperhatikan, dsb). 21. Saya merasa diancam karena menolak melakukan aktivitas seksual yang diinginkan oleh atasan atau rekan kerja (misalnya; diancam bahwa kekurangan dalam pekerjaan saya akan dicari – cari). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 135 22. Saya merasa takut dan akan diperlakukan buruk oleh atasan atau rekan kerja, jika saya menolak melakukan aktivitas seksual dengan rela. 23. Pembicaraan / candaan atasan atau rekan kerja mengarah pada hal – hal yang berunsur seksual atau mesum yang membuat saya tidak nyaman. 24. Atasan atau rekan kerja merendahkan saya karena alasan perbedaan jenis kelamin. 25. Atasan atau rekan kerja menatap atau melirik saya sedemikian rupa, sehingga membuat saya tidak nyaman. 26. Atasan atau rekan kerja memperlihatkan, menggunakan atau membagikan benda atau barang yang bersifat mesum atau cabul (misalnya; gambar atau film cabul yang menurut Anda terlalu vulgar). 27. Atasan atau rekan kerja membuat pernyataan yang bersifat merendahkan jenis kelamin tertentu (misalnya, perempuan tidak mampu mengerjakan tugas berat atau laki-laki tidak bisa teliti). 28. Atasan atau rekan kerja membuat pernyataan seksual yang kasar atau terlalu vulgar, baik di depan umum atau kepada saya secara pribadi. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 136 29. Atasan atau rekan kerja membuka atau memperlihatkan tubuh mereka sambil menggoda saya sehingga saya merasa malu atau tidak nyaman 30. Atasan atau rekan kerja berusaha mengajak saya menjalin hubungan mesra meskipun saya tidak suka. 31. Atasan atau rekan kerja berhubungan seks dengan saya, meskipun saya tidak mau. 32. Atasan atau rekan kerja berusaha melibatkan saya dalam pembicaraan tentang seks di luar kemauan saya (misalnya membicarakan kehidupan seksual Anda). 33. Atasan atau rekan kerja membuat gerakan tubuh yang mesum atau cabul yang membuat saya merasa malu atau tidak nyaman. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 137 Angket Psikosomatis Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti. Pilihlah satu dari empat respon yang tersedia. Berikan jawaban sesuai dengan pengalaman diri Anda selama ENAM BULAN terakhir, dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang tersedia. Ket: TP: Tidak Pernah, J: Jarang, KK: Kadang – kadang, S: Sering No Items TP 1. Saya mengalami rasa sakit pada bagian kepala 2. Saya merasa kepala saya terasa berat 3. Saya mengalami rasa sakit pada bagian perut 4. Saya mengalami diare 5. Perut saya terasa berat atau mual 6. Nafsu makan saya menurun 7. Saya mengalami rasa kaku pada bagian pundak 8. Saya mengalami rasa sakit pada bagian pinggang 9. Saya merasa pusing di saat berdiri 10. Saya dengan mudah terserang flu 11. Badan saya mudah sekali terasa lelah atau capek 12. Saya merasakan bunyi “denging” pada telinga 13. Saya mengalami rasa gatal yang membuat kulit saya meradang 14. Mata saya terasa tegang atau lelah 15. Bagian tubuh saya bergerak dengan sendirinya tanpa kontrol (misal tiba-tiba kepala menggeleng) 16. Jatung saya berdebar – debar kencang tanpa alasan tertentu Respon J KK S PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 138 17. Tiba – tiba saya merasa kesulitan untuk bernafas 18. Bagian tangan atau kaki saya mengalami mati rasa atau gemetar 19. Saya merasa selalu ingin berbaring 20. Saya merasa tidak lancar saat buang air kecil 21. Saya merasa kesulitan untuk berkonsentrasi 22. Saya merasa lelah saat berbicara dengan orang lain 23. Saya merasa kehidupan seksual saya menurun 24. Tenggorokan saya terasa sakit saat menelan sesuatu 25. Tiba – tiba jerawat muncul pada muka saya 26. Saya merasa ketahanan tubuh saya menurun 27. Entah bagaimana, saya merasa diri saya sakit 28. Tiba – tiba kulit saya mengalami iritasi 29. Saat tidur saya merasa tidak nyenyak atau tidak nyaman atau insomnia 30. Saya merasa nyeri pada bagian alat vital PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 139 Informasi Responden 1. Usia : 2. Identitas Seksual : Pria maskulin / Pria agak feminim / Pria feminism / Wanita maskulin / Wanita agak maskulin / Wanita feminim (Coret yang bukan) 3. Agama : 4. Suku : 5. Pendidikan Terakhir : 6. Relasi : Lajang / Berpacaran / Bertunangan / Menikah (Coret yg bukan) 7. Anak yang dimiliki : 8. Bidang Lapangan Kerja : 9. Jabatan Bekerja : Staf / Supervisor / Manajer / Direktur / lainnya (Coret yang bukan) 10. Lama Bekerja : 11. Tempat Bekerja : Dalam ruangan / Luar ruangan (Coret yang bukan) 12. Jumlah Rekan Kerja : Jumlah pria jauh lebih banyak / Jumlah Jumlah pria agak lebih banyak / Jumlah pria wanita seimbang / Jumlah wanita agak lebih banyak / Jumlah wanita jauh lebh banyak (Coret yang bukan) 13. Jenis Instansi : Negeri / Swasta (Coret yang bukan) 14. Domisi / Tempat : (kota/kabupaten) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 140 Saya Ucapkan Terima Kasih Atas perhatian dan partisipasi Anda dalam peneliitian ini dengan menjadi Responden penelitian ini. Dengan berpartisipasi, Anda turut membantu kemajuan penelitian Psikologi khususnya terkait seksualitas. Semoga hari Anda menyenangkan dan Tuhan selalu Memberkati. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 141 Hasil Reliabilitas pada Skala SEQ – DoD Case Processing Summary N Cases Valid a Excluded Total % 277 100.0 0 .0 277 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .966 33 Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Total Correlation Alpha if Item Deleted Item1 41.36 287.268 .608 .965 Item2 40.97 280.108 .579 .965 Item3 41.43 290.571 .555 .966 Item4 41.06 277.055 .644 .965 Item5 41.41 288.054 .681 .965 Item6 41.04 271.121 .770 .964 Item7 41.30 283.377 .654 .965 Item8 40.93 272.669 .734 .965 Item9 41.36 285.588 .711 .965 Item10 41.16 276.859 .759 .964 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 142 Item11 41.23 278.995 .772 .964 Item12 41.31 284.829 .639 .965 Item13 41.26 285.372 .522 .966 Item14 41.15 275.593 .747 .964 Item15 41.16 276.463 .784 .964 Item16 40.97 275.894 .678 .965 Item17 41.26 277.641 .775 .964 Item18 41.39 288.449 .565 .965 Item19 41.24 280.697 .743 .964 Item20 41.25 285.168 .552 .965 Item21 41.35 284.597 .750 .965 Item22 41.35 285.295 .632 .965 Item23 40.79 273.019 .678 .965 Item24 41.28 285.129 .590 .965 Item25 41.10 277.398 .717 .965 Item26 41.03 271.075 .786 .964 Item27 41.02 279.036 .627 .965 Item28 41.21 278.494 .761 .964 Item29 41.28 280.435 .790 .964 Item30 41.34 287.079 .606 .965 Item31 41.30 286.002 .524 .966 Item32 41.13 277.067 .705 .965 Item33 41.17 273.569 .828 .964 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 143 Hasil Reliabilitas pada Skala Psychosomatic Complaint Scale Case Processing Summary N Cases Valid a Excluded Total % 277 100.0 0 .0 277 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .934 30 Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Total Correlation Alpha if Item Deleted Item1 59.79 239.202 .546 .932 Item2 59.91 235.701 .635 .931 Item3 59.91 241.166 .454 .933 Item4 60.16 245.050 .348 .934 Item5 60.21 239.036 .533 .932 Item6 60.16 240.216 .458 .933 Item7 59.63 238.262 .496 .932 Item8 59.93 238.216 .534 .932 Item9 60.09 237.669 .544 .932 Item10 59.97 240.586 .460 .933 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 144 Item11 59.56 236.428 .604 .931 Item12 60.25 241.565 .432 .933 Item13 60.44 240.834 .449 .933 Item14 59.59 237.329 .574 .931 Item15 60.79 243.407 .457 .933 Item16 60.50 239.555 .534 .932 Item17 60.62 241.540 .483 .933 Item18 60.51 237.867 .592 .931 Item19 59.91 233.587 .632 .931 Item20 59.92 235.598 .647 .931 Item21 59.95 237.146 .613 .931 Item22 60.15 236.665 .611 .931 Item23 60.17 236.542 .634 .931 Item24 60.10 235.500 .556 .932 Item25 60.18 237.240 .588 .931 Item26 59.99 236.688 .602 .931 Item27 60.35 235.585 .632 .931 Item28 60.21 234.255 .671 .930 Item29 60.00 235.743 .549 .932 Item30 60.47 239.931 .522 .932 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 145 Hasil Uji Normalitas Residu One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters 278 a,b Mean Std. Deviation Most Extreme Differences .0000000 14.95591326 Absolute .047 Positive .047 Negative -.023 Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance. .047 .200 c,d PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 146 Hasil Uji Heterokedasitas dengan Uji Glejser Variables Entered/Removed Variables Variables Entered Removed Model 1 a Method Pelecehan Seksual di Tempat Kerja . Enter b a. Dependent Variable: RES_2 b. All requested variables entered. b Model Summary Model R 1 .017 R Square a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .000 -.003 9.31279 a. Predictors: (Constant), Pelecehan Seksual di Tempat Kerja b. Dependent Variable: RES_2 a ANOVA Model 1 Sum of Squares Regression df Mean Square 7.146 1 7.146 Residual 23936.935 276 86.728 Total 23944.081 277 a. Dependent Variable: RES_2 b. Predictors: (Constant), Pelecehan Seksual di Tempat Kerja F Sig. .082 .774 b PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 147 Coefficients a Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Pelecehan Seksual di Tempat Kerja Std. Error 12.089 1.487 -.009 .032 Coefficients Beta t -.017 Sig. 8.133 .000 -.287 .774 a. Dependent Variable: RES_2 Residuals Statistics Minimum Predicted Value Maximum a Mean Std. Deviation N 10.8970 11.7819 11.6938 .16061 278 -4.961 .548 .000 1.000 278 .559 2.832 .714 .339 278 8.6199 11.8369 11.6907 .26719 278 -11.70699 31.87961 .00000 9.29596 278 Std. Residual -1.257 3.423 .000 .998 278 Stud. Residual -1.259 3.465 .000 1.003 278 -11.75096 33.48307 .00310 9.39303 278 -1.261 3.537 .002 1.009 278 Mahal. Distance .001 24.612 .996 3.050 278 Cook's Distance .000 .459 .005 .030 278 Centered Leverage Value .000 .089 .004 .011 278 Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual a. Dependent Variable: RES_2 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 148 Hasil Uji Linearitas Case Processing Summary Cases Included N Psikosomatis * Pelecehan Seksual di Tempat Kerja Excluded Percent 278 N 100.0% Percent 0 0.0% Report Psikosomatis Pelecehan Seksual di Tempat Kerja Mean N Total Std. Deviation 33 57.72 102 14.701 34 58.44 16 14.142 35 60.13 23 16.963 36 57.35 20 15.181 37 63.60 20 17.373 38 59.00 7 13.988 39 60.25 4 4.992 40 68.00 4 19.201 41 72.50 6 12.161 42 49.25 4 10.046 43 66.67 6 7.891 44 52.75 4 15.414 45 52.50 4 19.053 46 59.50 2 3.536 47 81.00 2 7.071 48 63.50 4 6.856 49 62.00 3 12.767 50 69.00 3 25.239 51 63.50 2 6.364 53 81.00 2 19.799 55 86.00 1 . 56 80.00 1 . N Percent 278 100.0% PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 149 57 68.50 2 7.778 58 74.50 2 3.536 59 74.67 3 25.502 60 80.00 1 . 61 73.00 1 . 62 76.50 2 6.364 63 66.00 1 . 64 82.50 2 12.021 65 66.00 1 . 68 58.00 1 . 69 95.00 1 . 71 69.00 2 12.728 75 82.00 1 . 77 98.00 1 . 82 76.50 2 26.163 85 81.00 1 . 87 93.00 1 . 88 76.00 1 . 92 74.00 3 4.583 96 80.00 1 . 97 79.00 1 . 100 80.00 2 .000 110 72.00 1 . 115 88.00 1 . 117 44.00 1 . 121 57.00 1 . 128 97.00 1 . Total 62.13 278 15.951 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 150 ANOVA Table Sum of Squares Psikosomatis * Between (Combined) Mean df Square 19013.437 48 8518.161 1 10495.276 47 223.304 Within Groups 51463.901 229 224.733 Total 70477.338 277 Pelecehan Seksual Groups Linearity di Tempat Kerja Deviation from Linearity 396.113 Psikosomatis * Pelecehan Seksual di Tempat Kerja R Squared .348 .121 Eta .519 Sig. 1.763 .003 8518.161 37.903 .000 Measures of Association R F Eta Squared .270 .994 .491 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 151 Hasil Uji Regresi Variables Entered/Removed Model 1 Variables Variables Entered Removed a Method Pelecehan Seksual di Tempat Kerja . Enter b a. Dependent Variable: Psikosomatis b. All requested variables entered. b Model Summary Model 1 R .348 R Square a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .121 .118 14.983 a. Predictors: (Constant), Pelecehan Seksual di Tempat Kerja b. Dependent Variable: Psikosomatis Coefficients a Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Pelecehan Seksual di Tempat Kerja a. Dependent Variable: Psikosomatis Std. Error 48.477 2.392 .322 .052 Coefficients Beta t .348 Sig. 20.270 .000 6.160 .000 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 152 Residuals Statistics Minimum Maximum a Mean Std. Deviation N Predicted Value 59.09 89.64 62.13 5.545 278 Std. Predicted Value -.548 4.961 .000 1.000 278 .899 4.556 1.148 .546 278 58.89 89.98 62.15 5.628 278 -42.103 43.624 .000 14.956 278 Std. Residual -2.810 2.912 .000 .998 278 Stud. Residual -2.916 2.917 -.001 1.002 278 -45.324 43.798 -.016 15.087 278 -2.956 2.958 .000 1.007 278 Mahal. Distance .001 24.612 .996 3.050 278 Cook's Distance .000 .325 .004 .023 278 Centered Leverage Value .000 .089 .004 .011 278 Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual a. Dependent Variable: Psikosomatis