bab ii tinjauan pustaka

advertisement
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Anggaran
Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan sekaligus sebagai alat
pengendalian dan telah banyak digunakan secara umum. Dalam suatu perusahaan,
anggaran yang merupakan alat perencanaan digunakan sebagai tolak ukur dalam
melaksanakan kegiatannya dan semakin penting peranannya sejalan dengan
perkembangan perusahaan tersebut, sehingga dalam penyusunannya harus
dilakukan secara memadai agar fungsinya sebagai alat pengendalian dapat
terlaksana (Welsich, Hiltong, Gordon 2000,5).
Menurut Jajuk Herawati dan Sunarto (2004,2) anggaran adalah :
“Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis bentuk
angka dan dinyatakan dalam bentuk moneter yang meliputi seluruh
kegiatan perusahaan untuk jangka waktu tertentu di masa yang akan
datang”.
Menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (2003,5) anggaran adalah:
“Anggaran adalah mekanisme sistem perencanaan dan pengendalian yang
terpadu (integrated)”.
Menurut M. Nafarin (2004,12) anggaran adalah :
“Anggaran adalah suatu rancangan keuangan periodik yang disusun
berdasarkan program yang telah disahkan”.
11
2.1.1
Tujuan Penyusunan Anggaran
Menurut Tendi Haruman dan Sri Rahayu (2007,6) tujuan penyusunan
anggaran adalah :
1. Untuk menyatakan harapan atau sasaran perusahaan secara jelas dan formal,
sehingga bisa menghindari kerancuan dan memberikan arah terhadap apa yang
hendak dicapai manajemen.
2. Untuk mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak terkait
sehingga anggaran dapat dimengerti, didukung, dan dilaksanakan.
3. Untuk menyediakan rencana terinci mengenai aktivitas dengan maksud
mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi
individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan perusahaan.
4. Untuk mengkoordinasikan cara atau metode yang akan ditempuh dalam
rangka memaksimalkan sumber daya.
5. Untuk
menyediakan
alat
pengukur
dan
mengendalikan
kinerja
individu/kelompok serta menyediakan informasi yang mendasari perlu
tidaknya tindakan koreksi.
2.1.2
Prosedur Penyusunan Anggaran
Penyusunan anggaran dalam suatu organisasi biasanya dikoordinasikan
oleh komite anggaran dan departemen anggaran. Menurut Tendi Haruman dan Sri
Rahayu (2007,9) prinsip penyusunan anggaran adalah sebagai berikut:
1. Management Involement
Keterlibatan manajemen dalam penyusunan rencana mempunyai makna
bahwa manajemen mempunyai komitmen yang kuat untuk mencapai
segala sesuatu yang derencanakan.
2. Organizational Adaption
Suatu rencana keuangan harus disusun berdasar struktur organisasi dimana
ada ketegasan garis wewenang dan tanggung jawab.
3. Responsibility Accounting
12
Agar rencana keuangan dapat dilaksanakan dengan baik, maka harus
didukung adanya suatu sistem responsibility accounting yang polanya
disesuaikan dengan pertanggung jawaban organisatoris.
4. Goal Orientation
Penetapan tujuan yang realistis akan menjamin kelangsungan hidup dan
pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang.
5. Full Communication
Suatu perencanaan dan pengendalian dapat berjalan secara efektif apabila
antara tingkatan manajemen mempunyai pemahaman yang sama tentang
tanggung jawab dan sasaran yang harus dicapai.
6. Timeliness
Laporan-laporan berupa informasi mengenai realisasi rencana harus
diterima oleh manajer yang berkompeten tepat pada waktunya.
7. Flexible Aplication
Perencanaan tidak boleh kaku tetapi harus terdapat celah untuk perubahan
sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi.
8. Reward and Punishment
Manajer harus melakukan penilaian kinerja manajer berdasarkan
perencanaan yang telah ditetapkan.
2.1.3
Jenis-jenis Anggaran
Menurut M. Nafarin (2004,22) anggaran dapat dikelompokkan menjadi
dua macam, yaitu :
1. Anggaran Tetap (Fixed Buget atau Static Budget)
Anggaran tetap adalah anggaran yang disusun untuk suatu periode
tertentu ketika volume (output) produksi sudah ditentukan, dan
berdasarkan volume itu dibuat rencana revenue, cost dan expense.
Pada anggaran tetap ini tidak diadakan revisi secara periodik.
Anggaran semacam ini agak sulit diterapkan dalam praktik. Cara ini
baru dipakai apabila asumsi dasar yang digunakan perusahaan dalam
menyusun anggaran tidak berubah sama sekali, artinya pedoman yang
13
dipakai sebagai landasan dalam menyusun anggaran sudah dianggap
kuat dan tidak perlu diubah lagi. Jadi yang tercantum dalam mata
anggaran dapat direalisasikan dan yang tidak tercantum tidak
direalisasikan. Padahal dalam praktik asumsi dasar itu seringkali perlu
diubah untuk disesuaikan dengan kenyataan yang terjadi. Misalnya
penyesuaian volume atau jenis produksi terhadap permintaan pasar
yang sebenarnya atau karena berubahnya tingkat harga dan sebagainya.
2. Anggaran Fleksibel (Flexibel Budget atau Continous Budget)
Anggaran Fleksibel adalah anggaran yang disusun berdasarkan dua
criteria sebagai berikut :
1) Disusun untuk periode dan volume tertentu, serta berdasarkan
volume mana dibuat perkiraan besarnya revenue, cost dan expense.
2) Untuk menilai apakah asumsi-asumsi dasar masih bias dipakai atau
tidak, secara periodik dilakukan penilaian kembali (review) guna
mengetahui perlu atau tidaknya dilakukan perubahan.
Jangka waktu anggaran bagi tiap-tiap perusahaan berbeda-beda tergantung
dari faktor intern dan ekstern. Menurut M. Nafarin (2004,22) ada dua periode
yaitu anggaran jangka panjang dan anggaran jangka pendek.
1. Anggaran Jangka Panjang
Anggaran jangka panjang merupakan anggaran yang disusun oleh perusahaan
untuk jangja waktu beberapa tahun, misalnya tiga atau lima tahun. Dalam
anggaran jangka panjang harus disusun berdasarkan prospektif (harapan) yang
akan terjadi beberapa tahun yang akan datang, tentang jumlah laba yang akan
dicapai (anggaran laba) untuk kemudian disusun anggaran-anggaran lainnya
seperti anggaran penjualan, anggaran biaya tetap dan biaya variabel serta
anggaran-anggaran lainnya. Kesulitan dalam menyusun anggaran jangka
panjang adalah memproyeksikan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan
perusahaan dalam jangka panjang, misalnya faktor ekonomi, politik, sosial
dan sebagainya.
14
2. Anggaran Jangka Pendek
Merupakan anggaran tahunan yang disusun lebih terinci untuk setiap bulan di
dalam tahun yang bersangkutan. Oleh karena itu anggaran ini disusun lebih
rinci dan jangka waktunya lebih pendek, diharapkan dapat dipakai sebagai alat
pengendalian kegiatan dengan lebih baik dan dari analisis penyimpangan
dapat segera diadakan koreksi untuk kegiatan bulan-bulan berikutnya.
Menurut M. Nafarin (2004,24) dalam kemampuan menyusun, anggaran
terdiri dari:
1. Anggaran komprehensif
Anggaran komprehensif merupakan rangkaian dari berbagai macam
anggaran
yang
disusun
secara
lengkap.
Anggaran komprehensif
merupakan perpaduan dari anggaran operasional dan anggaran keuangan
yang disusun secara lengkap.
2. Anggaran parsial
Anggaran parsial adalah anggaran yang disusun tidak secara lengkap,
anggaran yang hanya menyusun bagian anggaran tertentu saja. Misalnya
karena keterbatasan kemampuan, maka yang dapat disusun hanya
anggaran operasional.
2.1.4
Manfaat Anggaran
Menurut Agus Ahyari (1994,5) terdapat manfaat penyusunan anggaran
dalam perusahaan:
1. Perencanaan Terpadu
Anggaran perusahaan dibuat sebaagai alat merumuskan rencana perusahaan
dan untuk menjalankan pengendalian terhadap berbagai kegiatan perusahaan
secara menyeluruh. Dengan demikian anggaran merupakan suatu alat
manajemen yang dapat digunakan baik untuk keperluan perencanaan maupun
pengendalian.
15
2. Pedoman pelaksanaan perusahaan.
Anggaran dapat memberikan pedoman yang berguna baik bagi manajemen
puncak maupun manajemen menengah. Anggaran yang disusun dengan baik
akan membuat bawahan menyadari bahwa manajemen memiliki pemahaman
yang baik tentang operasi perusahaan dan bawahan akan mendapatkan
pedoman yang jelas dalam melaksanakan tugasnya.
3. Alat pengkoordinasian.
Penganggaran dapat memperbaiki koordinasi kerja intern perusahaan. Sistem
anggaran memberikan ilustrasi operasi perusahaan secara keseluruhan. Oleh
karenanya sistem anggaran memungkinkan para manajer divisi untuk melihat
hubungan antar bagian (divisi) secara keseluruhan.
4. Alat pengawasan kerja.
Anggaran memerlukan serangkaian standar prestasi yang bisa dibandingkan
dengan realisasinya sehingga pelaksanaan setiap aktivitas dapat dinilai
kinerjanya.
5. Alat evaluasi perusahaan.
Anggaran yang disusun dengan baik menerapkan standar yang relevan
memberikan pedoman bagi perbaikan operasi perusahaan.
2.1.5
Hubungan Anggaran dengan Manajemen
Anggaran merupakan pedoman kerja, alat pengkoordinasian kerja serta
alat pengawasan kerja. Dengan memahami dan membiasakan diri melakukan
penganggaran, perusahaan akan lebih mampu dalam memprediksi perubahan yang
akan terjadi dan dampaknya bagi operasi usaha, serta mempersiapkan sedini
mungkin segala perangkat yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan target yang
telah ditetapkan. Dengan penganggaran tidak hanya perencanaan kegiatan yang
dilakukan, tetapi juga koordinasi dan pengendaliannya. Ketiga fungsi manajemen
ini (perencanaan, koordinasi dan pengendalian) secara sekaligus tercermin dalam
proses penganggaran (Glen, Ronald, Paul 2000,1).
16
Perencanaan dilakukan secara terus menerus karena dengan berlalunya
waktu, perusahaan perlu melaksanakan perencanaan kembali dan membuat
rencana-rencana baru. Proses perencanaan, baik perencanaan jangka pendek
maupun jangka panjang, adalah komponen yang paling penting dari keseluruhan
system. Hal ini merupakan dasar bagi elemen lainnya karena melalui proses
perencanaan ini kita menentukan apa yang kita lakukan, bagaimana kita akan
melakukannya, dan sispa yang akan mengerjakannya. (Glen, Ronald, Paul
2000,4).
2.1.6
Syarat-syarat Penyusunan Anggaran
Dalam penyusunan suatu anggaran terdapat beberapa syarat-syarat yang
harus dipenuhi. Menurut Drs. Agus Ahyari (1994,9) syarat-syarat penyusunan
anggaran adalah sebagai berikut :
1. Adanya organisasi perusahaan yang sehat.
Yaitu organisasi yang membantu tugas fungsional dengan jelas dan
menentukan garis wewenang dan tanggung jawab yang tegas.
2. Adanya sistem akuntansi yang memadai, yang meliputi :
1) Penggolongan rekening yang sama antara anggaran dan realisasinya
sehingga dapat diperbandingkan.
2) Pencatatan akuntansi memberikan informasi mengenai realisasi anggaran.
3) Laporan didasarkan pada akuntansi pertanggungjawaban.
3. Adanya penilaian dan analisa.
Penilaian dan analisa diperlukan untuk menetapkan alat pengukur prestasi,
sehingga anggaran dapat dipakai untuk menganalisa prestasi.
4. Adanya dukungan para pelaksana.
Anggaran dapat dipakai sebagai alat yang baik bagi manajemen jika ada
dukungan aktif dari para pelaksana dari tingkat atas maupun bawah.
17
Dalam menyusun anggaran, perusahaan harus yakin akan kemampuan
dirinya. Mampu mengendalikan berbagai kegiatan dalam mencapai tujuan,
mampu melaksanakan sistem manajemen ilmiah, mampu berkomunikasi secara
efektif, mampu memberikan motivasi kepada anggota, dan mampu mendorong
adanya partisipasi.
2.1.7
Keunggulan dan Kelemahan Anggaran
Menurut M. Nafarin (2004,15) beberapa keuntungan dan kelemahan yang
dapat diperoleh bila perusahaan menerapkan penyusunan anggaran yang baik
adalah :
1. Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama.
2. Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan pegawai.
3. Dapat memotivasi pegawai.
4. Menimbulkan rasa tanggung jawab pada pegawai.
5. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kuran perlu.
6. Sumber daya, seperti tenaga kerja, peralatan, dan dana dapat dimanfaatkan
seefisien mungkin.
7. Alat pendidikan bagi para manajer.
Menurut M. Nafarin (2004,16) adapun beberapa kelemahan anggaran
antara lain :
1. Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan asumsi, sehingga mengandung
unsur ketidakpastian.
2. Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang, dan tenaga yang
tidak sedikit, sehingga tidak semua perusahaan mempu menyusun anggaran
secara lengkap (komprehensif) dan akurat.
3. Pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran dapat menggerutu
dan menentang, sehingga pelaksanaan anggaran dapat menjadi kurang efektif.
18
2.2
Biaya
Menurut Sunarto (2003,4) biaya adalah :
“Biaya adalah harga pokok atau bagiannya yang telah dimanfaatkan atau
dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan”.
Menurut Rayendra L. Toruan (2004,5) biaya adalah :
“Biaya adalah input yang harus dikeluarkan untuk mencapai penjualan
yang telah direncanakan”.
2.2.1
Klasifikasi Biaya
Menurut William K. Carter dan Milton F. Usry (2004,40) proses
klasifikasi biaya dapat dimulai dengan mengkaitkan biaya pada operasi
perusahaan:
1. Biaya dalam hubungannya dengan produk.
Hubungannya dengan produk, dalam perusahaan pabrikasi, total biaya
operasional terdiri dari:
1) Biaya pabrikasi, merupakan jumlah dari tiga unsur biaya yaitu beban
langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.
2) Biaya komersial, dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu beban
pemasaran dan beban administrasi.
2. Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi.
Hubungannya dengan volume produksi meliputi:
1) Biaya variabel (variable cost)
Merupakan biaya yang timbul karena menjalankan bisnis dan
perubahan jumlah total dalam porsi yang sama dengan perubahan
volume.
2) Biaya tetap ( fixed cost)
Merupakan biaya yang timbul karena berada dalam bisnis dan jumlah
keseluruhan yang tetap dalam keluaran yang relevan.
19
3) Biaya semi variabel (semi variable cost)
Merupakan biaya-biaya yang mengandung unsur-unsur tetap dan
variabel.
3. Biaya dalam hubungannya departemen pabrikasi, proses, atau segmen
lainnya.
1) Departemen produksi dan jasa
Dalam departemen produksi, operasional dilakukan secara manual atau
dengan mesin, yang dilaksanakan terhadap produk atau bagianbagiannya. Dalam departemen jasa, memberikan jasa yang bermanfaat
bagi departemen lainnya.
2) Biaya departemen langsung dan tidak langsung
Jika biaya dapat segera diidentifikasi dengan departemen tersebut,
maka biaya tersebut disebut sebagai biaya departemen langsung, jika
biaya dipikul bersama oleh beberapa departemen yang mengambil
manfaat dari terjadinya biaya tersebut, maka biaya tersebut dinamakan
biaya tidak langsung.
3) Biaya bersama dan biaya gabungan

Biaya bersama merupakan biaya yang berasal dari penggunaan
fasilitas atau jasa oleh dua opersi atau lebih.

Biaya gabungan adalah apabila proses produksi pasti akan
menghasilkan satu atau lebih jenis produk yang diproduksi pada
waktu yang sama.
4. Biaya dalam hubungannya dengan periode akuntansi
1) Pengeluaran modal
Apabila menghasilkan manfaat dalam periode-periode mendatang dan
dicatat sebagai aktiva.
2) Pengeluaran pendapatan
Apabila memberikan manfaat dalam periode berjalan dan dicatat
sebagai beban.
5. Biaya dalam hubungannya dengan keputusanyang diusulkan, pelaksanaan,
dan evaluasi
20
Hubungannya dengan keputusan, kegiatan atau evaluasi:
1) Biaya diferensial/ biaya marginal/ biaya incremental.
Biaya yang relevan dengan pilihan diantara beberapa alternatif.
2) Biaya tunai (out of pocket cost)
Biaya yang segera dikeluarkan jika suatu alternatif tertentu dipilih.
3) Biaya kesempatan (opprtunity cost)
Apabila sejumlah manfaat atau pendapatan akan hilang apabila suatu
alternatif tertentu dipilih.
4) Biaya tertanam (sunk cost)
Biaya yang tidak dikeluarkan, dan kemudian ternyata tidak relevan
dengan keputusan.
5) Unavoidable cost and avoidable cost
Apabila dalam keputusan untuk tidak melanjutkan suatu produk
terdapat biaya yang tidak depengaruhi oleh keputusan disebut
unavoidable cost dan yang relevan dengan keputusan disebut
avoidable cost.
2.3
Promosi
Promosi merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan pemasaran
suatu barang. Promosi juga merupakan kegiatan untuk penyebarluasan informasi
tentang barang atau jasa yang dijual dengan maksud untuk merubah pola perilaku
konsumen.
Pengertian promosi menurut Buchari Alma (2007,179) sebagai berikut :
“Promosi adalah sejenis komunikasi yang memberi penjelasan yang
meyakinkan calon konsumen tentang barang dan jasa”.
Ben M. Enis (1981,378) mengemukakan pendapatnya mengenai definisi promosi
sebagai berikut :
“Promotion as communication that inform potential customers of the
existence of products, and persuade them that those products have want
satisfying capabilities.”
21
Berdasarkan definisi tersebut jelas bahwa promosi merupakan kegiatan
mengkomunikasakan produk atau jasa dan menganjurkan pelanggan untuk
membelinya.
2.3.1
Fungsi dan Tujuan Kegiatan Promosi
Ada beberapa tujuan dalam kegiatan promosi, menurut Buchari Alma
(2007,181), yaitu:
1. Menyebarkan
2. Untuk
informasi
produk
mendapatkan
kepada
kenaikan
target
penjualan
pasar
potensial
dan
profit
3. Untuk mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan
4. Untuk
menjaga
kestabilan
penjualan
ketika
terjadi
lesu
pasar
5. Membedakan serta mengunggulkan produk dibanding produk pesaing
6. Membentuk citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang
diinginkan.
2.4
Biaya Promosi
Biaya yang dikeluarkan dalam suatu perusahaan haruslah seefisien
mungkin karena biaya yang tidak efisien akan berdampak pada perolehan laba
perusahaan yang tidak maksimal. Kegiatan pemasaran produk dimulai jauh
sebelum produk tersebut siap untuk dijual. Kegiatan advertensi biasanya
mengawali kegiatan pemasaran produk. Biaya promosi merupakan salah satu
bagian dari rangkaian pemasaran suatu barang. Kegiatan promosi adalah segala
sesuatu yang dilakukan penjual untuk memperkenalkan produk kepada calon
konsumen dan membujuk mereka agar membeli, serta meningkatkan kembali
konsumen lama agar melakukan pembelian ulang. Promosi juga merupakan
kegiatan untuk penyebarluasan infomasi tentang barang dan jasa yang dijual
dengan maksud untuk merubah pola perilaku konsumen Fredy Rangkuti
(2009,193).
22
Menurut Rayendra L. Toruan (2004,21) secara garis besar biaya
pemasaran dapat dibagi menjadi doa golongan :
1. Biaya untuk mendapatkan pesanan (order-getting cost), yaitu semua
biaya yang dikeluarkan dalam usaha untuk memperoleh pesanan,
misalnya biaya gaji wiraniaga, komisi penjualan, advertensi, dan
promosi.
2. Biaya untuk memenuhi pesanan (order-filling cost), yaitu semua biaya
yang dikeluarkan untuk mengusahakan agar produk sampai ke tangan
pembeli dan biaya-biaya untuk mengumpulkan piutang dari pembeli,
misalnya biaya pergudangan, biaya pembungkusan dan pengiriman,
biaya angkutan dan biaya penagihan.
Lebih jelas lagi menurut Fredy Rangkuti (2009,167) menambahkan alasan
berkembangnya promosi penjualan adalah :
1. Meningkatnya kebutuhan untuk mendongkrak penjualan, baik untuk
meraih cash flow yang memuaskan maupun untuk menyerap output
produksi pabrik yang bervolume tinggi.
2. Promosi penjualan dapat merangsang seseorang untuk membeli atau
sekedar mencoba suatu produk.
2.5
Anggaran Biaya Promosi
Penyusunan konsep anggaran penjualan dapat dikatakan mencakup segala
kegiatan dalam bidang penjualan. Komponen-komponen pokok konsep anggaran
penjualan adalah penyusunan anggaran dan menyusun anggaran penjualan.
Terdapat komponen penting dalan menyusun anggaran, yakni:
1. Anggaran promosi dan advertensi,
2. Anggaran biaya-biaya penjualan,
3. Rencana pemasaran.
Dengan kata lain anggaran dibuat untuk membantu dalam pelaksanaan
rencana promosi. Jika anggaran tidak sesuai dengan yang telah direncanakan atau
terjadi penyimpangan, maka akan dikoreksi yaitu anggaran dinaikkan atau
diturunkan. Apabila pengeluaran sebenarnya sesuai dengan yang dianggarkan
23
berarti bahwa rencana dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan, dan
semua pelaksananya berada di bawah pengawasan Justine T. Sirait (2000,65).
2.5.1
Metode dalam Menetapkan Anggaran Biaya Promosi
Fredy Rangkuti (2009,189), terdapat empat metode umum yang digunakan
untuk menentukan anggaran biaya promosi, yaitu:
1. Metode yang dapat dijangkau
Metode penetapan anggaran ini sama sekali mengabaikan peranan promosi
sebagai suatu investasi dan pengaruh langsung biaya promosi terhadap
volume penjualan. Metode ini membawa konsekuensi pada anggaran biaya
promosi tahunan yang tidak pasti, yang menyulitkan perencanaan
komunikasi pasar jangka panjang.
2. Metode persentase dari penjualan
Banyak perusahaan menetapkan pengeluaran biaya promosi pada
persentase tertentu dari penjualan, baik yang sekarang maupun yang
diantisipasi, atau dari harga penjualan.
Keuntungan metode persentase dari penjualan sebagai berikut:
a) Pengeluaran promosi akan berubah sesuai kemampuan perusahaan. Hal
ini memuaskan manajer perusahaan yang mengaggap bahwa biaya
harus memiliki hubungan yang erat dengan pergerakan penjualan
perusahaan selama siklus bisnis.
b) Memaksa manajer untuk berpikir menurut hubungan antara biaya
promosi, harga jual, dan laba per unit.
c) Mendorong stabilitas kompetitif sampai sejauh mana perusahaan
pesaing menghabiskan persentase yang hampir sama dari penjualan
nya untuk promosi.
Kelemahan metode persentase dari penjualan, yaitu:
a) Menggunakan cara berpikir sirkular dalam melihat penjualan sebagai
penyebab promosi, bukan sebagai akibat.
b) Metode ini menjadikan anggaran ditentukan oleh tersedianya dana,
bukan oleh peluang pasar.
24
c) Metode ini tidak mendorong eksperimen dengan promosi siklus yang
berlawanan, atau pembelanjaan agresif.
d) Ketergantungan anggaran biaya promosi pada fluktuasi penjualan dari
tahun ke tahun mengganggu perencanaan jangka panjang.
e) Metode ini juga tidak mendukung penyusunan anggaran biaya promosi
dengan menentukan apa yang pantas deterima oleh tiap produk dari
daerah.
3. Metode keseimbangan kompetitif
Reputasi perusahaan, sumber daya, peluang, dan tujuan sangat berbeda
sehingga anggaran biaya promosi pesaing hampir tidak dapat menjadi
pedoman. Tidak ada bukti bahwa anggaran yang didasarkan pada
keseimbangan kompetitif mencegah terjadinya perang promosi.
4. Metode tujuan dan tugas
Metode tujuan dan tugas meminta pemasar untuk mengembangkan
anggaran biaya promosinya dengan mendefinisikan tujuan spesifik.,
menentukan tujuan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan itu,
dan mengestimasi biaya untuk melaksanakan tugas tersebut. Jumlah biayabiaya ini merupakan usulan anggaran biaya promosi.
Metode ini memiliki
menyatakan
asumsinya
kelebihan
mengenai
yaitu
mengharuskan manajemen
hubungan
antara
biaya
yang
dikeluarkan, tingkat keterbukaan, tingkat percobaan, dan penggunaan
tetap.
2.6
Pengendalian
Pengertian pengendalian menurut Welsch, Hiltong, Gordon (2000,3),
adalah:
“Pengendalian adalah suatu proses untuk menjamin terciptanya kinerja
yang efisien yang memungkinkan tercapainya tujuan perusahaan.”
Prosedur pengandalian menurut Welsch, Hiltong, Gordon (2000,14),
meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membandingkan kinerja aktual untuk periode yang bersangkutan
dengan tujuan dan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
25
2. Menyiapkan laporan kinerja yang berisi hasil aktual, hasil yang
direncanakan dan selisih dari kedua angka tersebut.
3. Menganalisis penyimpangan antara hasil aktual dengan hasil yang
direncanakan dan mencari sumber-sumber dari penyimpangan tersebut.
4. Mencari dan mengembangkan tindakan alternatif untuk mengatasi
masalah dan belajar dari pengalaman pihak lain yang telah sukses
dalam bidang tertentu.
5. Memilih tidakan koreksi dari kumpulan alternatif yang ada dan
menetapkan tindakan tersebut.
6. Tindakan lanjut pengendalian untuk menilai efektifitas dari tindakan
koreksi yang diterapkan lanjutan dengan umpan maju untuk membuat
perencanaan periode berikutnya.
Pelaporan kinerja merupakan tahap yang penting dalam proses
pengendalian, karena berguna untuk mengetahui sampai sejauh mana sasaran dan
tujuan organisasi yang direncanakan dapat tercapai.
2.6.1
Pengendalian Biaya Promosi
Dalam memasarkan produk-produknya, perusahaan harus dapat bersaing
dengan perusahaan sejenis lainnya. Adapun biaya yang dikeluarkan untuk
memasarkan produknya harus sesuai dengan hasil yang diperoleh perusahaan.
Oleh karena itu agar biaya yang dikeluarkan efisien perusahaan harus melakukan
pengendalian atas biaya promosi.
Dalam pengendalian biaya promosi ini diperlukan suatu alat yang dapat
dijadikan tolak ukur untuk mengevaluasi biaya promosi yang dikeluarkan.
Perusahaan dapat menggunakan anggaran biaya promosi sebagai tolak ukurnya,
yaitu dengan cara membandingkan biaya promosi yang sebenarnya dengan biaya
promosi yang dianggarkan. Kemudian bila terjadi penyimpangan, perusahaan
menganalisis sebab-sebab penyimpangan. Dari hasil analisis tersebut dapat
diketahui yang menyebabkan tejadinya penyimpangan tersebut. Informasi
penyimpangan dan sebab-sebab terjadinya penyimpangan ini sangat penting bagi
perusahaan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil tindakan koreksi
26
maupun untuk menyusun rencana-rencana pada masa yang akan datang (Philip
Kotler dan Kevin Lane Keller 2007,266).
2.7
Penjualan
Menurut Husein Umar (2005,13):
“Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan
rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan
dan keinginan pemebeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan
laba.”
Menurut (Philip Kotler dan Kevin Lane Keller 2007,53):
“The selling concept hold that consumers will not buy enough of the
organization’s product unless it undertakes a large scale selling and
promotion effort.”
Pengertian tersebut berarti bahwa konsumen tidak akakn membeli suatu
produk perusahaan, jika perusahaan tidak melakukan usaha penjualan dan tidak
melakukan usaha promosi.
2.7.1
Faktor-faktor yang Mempengruhi Volume Penjualan
Berhasil tidaknya suatu kegiatan penjualan (selling) banyak dipengaruhi
oleh berbagai faktor (Stoner, Freeman, Gilbert 1995,56). antara lain:
1. Analisis Pasar yang mencakup:

analisis perkembangan metode yang mutakhir,

analisis perubahan selera konsumen,

kondisi perekonomian,

kebijakan pemerintah, dan lain-lain.
2. Penelitian dan pengembangan produk, menyanykut mutu atau kealitas barang
yang dijual.
3. Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan promosi yang tepat dan sesuai.
27
4. Komunitas regulasi, yaitu dalam pelaksanaan kegiatan penjualannya
perusahaan harus mengikuti peraturan pemerintah yang berlaku, seperti
peraturan ekspor-impor, peraturan penanaman modal, dan lain-lain.
5. Sistem pckaging, terutama bagi industri-industri yang membutuhkan kemasan
menarik untuk produk yang dihasilkannya.
6. Sistem pengiriman ekspedisi, sistem pengiriman harus baik dan kondisi
barang harus tetap utuh serta yang terpenting adalah tepat waktu sesuai
dengan kesepakatan.
7. Pengendalian dan evaluasi, perusahaan secara rutin harus melakukan evaluasi
untk melihat kembali apakah pelaksanaan kegiatan penjualan telah sesuai
dengan rencana,sebagai tolak ukur pengndalian di masa yang akan datang.
2.8
Pengaruh Anggaran Biaya Promosi Terhadap Volume Penjualan
Pendapatan yang diperoleh perusahaan akan bersumber pada penjualan
produk perusahaan, sehingga keberhasilan pemasaran produk akan merupakan
keberhasilan perusahaan. Penjualan produk perusahaan merupakan rangkaian
kegiatan dalam perusahaan yang memegang peranan penting bagi kelangsungan
hidup perusahaan. Oleh karena itu, agar pelaksanaan penjualan produk perusahaan
dapat berjalan lancar, diperlukan berbagai macam upaya untuk melakukan
penjualan produk perusahaan kepada calon konsumen, mengadakan pelayanan
yang memadai kepada para pembeli serta mengadakan pelayanan. Semua ini
ditujukan untuk meningkatkan penjualan produk perusahaan tersebut. Pelaksanaan
kegiatan untuk mengukur penjualan ini diperlukan dana yang cukup. Tanpa
adanya dana yang tersedia untuk melakukan kegiatan yang menunjang penjualan
produk oerusahaan, pelaksanaan penjualan produk tidak dapat berjalan dengan
baik sehingga target penjualan akan sulit dicapai. Jika suatu perusahaan telah
mengalami kesulitan dalam penjualan produknya dan tidak dapat mengatasi
kesulitan tersebut, kelangsungan hidup perusahaan akan menjadi terancam pula.
Hal ini terjadi karena kesulitan penjualan produk, berarti pula kesulitan untuk
memperoleh pendapatan bagi perusahaan yang bersangkutan (Lamb, Hair,
McDaniel 2001:157).
28
Menurut (Philip Kotler dan Kevin Lane Keller 2007,266) salah satu
kegiatan yang sering dilaksanakan perusahaan sehubungan dengan usaha untuk
meningkatkan penjualan produk perusahaan adalah kegiatan promosi. Tentunya
semua kegiatan ini membutuhkan biaya, biaya promosi yang dikeluarkan benarbenar untuk kegiatan promosi yang dapat menarik perhatian konsumen untuk
membeli produk perusahaan, tetapi bila promosi ini gagal dapat menurunkan
volume penjualan yang akan diperoleh karena telah dikeluarkan biaya yang tinggi
untuk kegiatan promosi yang ternyata hasilnya tidak menarik konsumen.
Kebijaksanaan yang diambil harus selalu mengacu pada tujuan dilaksanakannya
promosi untuk meningkatkan volume penjualan, dan dengan sendirinya akan
meningkatkan laba perusahaan.
Menurut Jajuk Herawati dan Sunarno (2004,24)
anggaran
biaya
promosi bermanfaat dalam mengefektifkan pengendalian kegiatan promosi baik
dalam perencanaan, pengkoordinasian, dan pengendalian, sehingga dapat
diketahui secara dini penyimpangan dari perencanaan yang telah ditetapkan
sehingga dapat diusahakan cara penanganannya. Dasar dari pengendalian adalah
agar apa yang telah direncanakan terhindat dari penyimpangan atau kesalahan
yang mungkin terjadi selama kegiatan berlangsung.
Menurut Buchari Alma (2007,179) tujuan dari suatu kegiatan promosi
yaitu memperkenalkan produk perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan
volume penjualan. Upaya untuk dapat mencapai volume penjualan yang
diharapkan
tersebut
maka
kegiatan
promosi
haruslah
efektif
dengan
memperhatikan faktor-faktor yang mendukung dilaksanakannya kegiata promosi
dengan pemilihan media promosi yang tepat, dan untuk mencapai kegiatan
promosi dengan memberikan informasi, membujuk calon konsumen dan
mengingatkan konsumen tentang produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan.
Jadi dengan adanya anggaran biaya promosi, memberikan gambar dan stsndar
yang dapat mengendalikan kegiatan promosi sengga seharusnya tercipta kegiatan
promosi yang efektif sehingga usaha pencapaian volume penjualan yang
diharapkan perusahaan dapat mendekati bahkan tercapai.
Download