ASI

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Air Susu Ibu (ASI)
a. Pengertian Air Susu Ibu
ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan tubuh
yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus,
parasit dan jamur (Roesli, 2005).
Air Susu Ibu merupakan suatu emulsi lemak dalam protein, laktosa
dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara
ibu sebagai makanan utama bagi bayi. Selain itu di dalam ASI terdapat
zat kekebalan tubuh berupa IgA, IgM dan IgG yang sangat berguna bagi
bayi untuk melawan bermacam jasad renik penyebab penyakit infeksi
(Soetjiningsih, 1998).
Menurut Winarno (1990) dalam Siregar (2004) air susu ibu
merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan
tambahan komposisi. Disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan
langsung terserap. Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan
ternyata mampu menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup untuk
keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan tambahan. Selama
enam bulan pertama. Bahkan gizinya kurang baikpun sering dapat
commit to user
8
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan
pertama.
b. Air Susu Ibu Menurut Stadium Laktasi
Menurut Soetjiningsih (1998) air susu ibu menurut stadium laktasi
adalah kolostrum, air susu peralihan dan air susu matur:
1.) Kolostrum
Merupakan air susu yang pertama kali disekresi oleh
kelenjar payudara. Disekresi oleh kelenjar payudara dari hari
pertama sampai hari ketiga atau keempat, merupakan cairan
viscous kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning
daripada susu yang matur, merupakan pencahar yang ideal untuk
membersihkan mekonium dari usus bayi baru lahir dan
mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan
yang
akan
datang.
Lebih
banyak
mengandung
antibodi
dibandingkan dengan ASI yang matur dapat memberikan
perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan. Terdapat tripsin
inhibitor, sehingga hidrolisis protein protein dalam usus bayi
menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak menambah
kadar antibodi pada bayi.
2.) Air susu transisi/peralihan
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi
ASI yang matur, disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari
masa laktasi, tetapi ada pendapat yang mengatakan ASI matur baru
commit to user
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terjadi pada minggu ketiga sampai minggu kelima. Kadar protein
makain merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin
meninggi, volume ASI meningkat.
3.) Air susu matur
Merupakan suatu cairan bewarna putih kekuning-kuningan
yang diakibatkan warna dari garam Ca-caseniat, riboflavin dan
karoten yang terdapat didalamnya. Pada ibu yang sehat di mana
produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang
paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Terdapat
anti mikrobial faktor antara lain : antibodi terhadap bakteri dan
virus, sel (fagosit granulosit dan makrofag dan limfosit tipe T),
enzim (lisozim, laktoperoksidase, lipase, katalase, fosfatase,
amilase, fosfodiesterase, alkalinfosfatase), protein (laktoferin, B12
binding
protein),
resistance
factor
terhadap
stfilokokus,
komplemen, interferron producing cell, sifat biokimia yang khas,
kapasitas bufer yang rendah dan adanya faktor bifidus, dan
hormon-hormon. Perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit.
ASI yang keluar pada 5 menit pertama dinamakan foremilk.
Foremilk mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang
keluar kemudian (hindmilk). Foremilk lebih encer. Hindmilk
mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak dibanding foremilk.
Diduga hindmilk inilah yang mengenyangkan bayi (Roesli, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11
digilib.uns.ac.id
c. Komposisi Air Susu Ibu
Menurut Aryono H dan Keumala P (2008) nutrient atau gizi yang
terkandung dalam ASI antara lain:
1) Karbohidrat, utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu
sumber energy untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI
hampir 2 kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu
sapi atau susu formula. Namun demikian angka kejadian diare yang
disebabkan karena tidak dapat mencerna laktosa atau intolernsi
laktosa jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini
disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding
laktosa susu sapi atau susu formula. Kadar karbohidrat dalam
kolostrukm tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat pada
ASI transisi pada 7-14 hari setelah melahirkan. Sesudah melewati
masa ini maka kadar karbohidrat ASI relativ stabil.
2) Protein, ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dalam susu
sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan
casein. Protein dalam ASI lebih banyak mengandung protein whey
yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi
lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicera
oleh usus bayi.Jumlah protein casein yang terdapat dalam ASI
hanya 30% dibanding susu sapi yang mengandung protein ini
dalam jumlah tinggi (80%). Disamping itu beta laktoglobulin yaitu
fraksi dari protein whey yang banyak terdapat di protein susu sapi
commit to user
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak terdapat dalam ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan Jenis
protein yang potensial menyebabkan alergi.
3) Lemak, dalam ASI lebih tinggi dibanding susu sapi dan susu
formula. Kadar lemak tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung
pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa
perbedaaan antara profil lemak yang ditemukan dalam ASI dan
susu sapi atau susu formula. Lemak omega 3 dan omega 6 yang
berperan pada perkembangan otak bayi ditemukan dalam
ASI.Disamping itu ASI juga mengandung banyak asam lemak
rantai panjang. Diantaranya asam dokosaheksonoikatau DHA dan
asam arakibonat atau ARAyang berperan terhadap perkembangan
syaraf dan retina mata.
4) Karnitin, mempunyai peran untuk membantu proses pembentukan
energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh.
ASI menggandung kadar karitin yang cukup tinggi terutama pada 3
minggu pertama penyusui, bahkan di dalam kolostrum kadar
kartinin lebih tinggi lagi. Kosentrasi kartinin bayi yang mendapat
ASI lebih tinggi dibanding bayi yang mendapat susu formula.
5)
Vitamin
5.1. Vitamin K, dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang
berfungsi sebagai factor pembekuan. Kadar vitamin K dalam
ASI hanya seperempatnya kadar dalam susu formula. Bayi
yang hanya mendapat ASI beresiko untuk terjadi perdarahan,
commit to user
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
walaupun angka kejadian perdarahan ini kecil. Oleh karena itu
pada bayi baru lahir perlu diberikan vitamin K yang umumnya
dalam bentuk suntikan.
5.2. Vitamin D, Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung
sedikit vitamin D. Bayi akan mendapat vitamin D yang berasal
dari sinar matahari. Sehingga pemberian ASI Eksklusif
ditambah dengan membiarkan bayi terapapar pada sinar
matahari pagi. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena dengan
menjemur bayi pada pagi hari maka akan mencegah bayi
menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D.
5.3. Vitamin E, salah satu fungsi penting vitamin E adalah ketahan
dinding sel darah merah. Kekurangan vitamin E dapat
menyebabkan terjadinya kekurangan darah atau anemia
hemolitik. Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E nya
tinggi terutama pada kolostrum.
5.4. Vitamin A, selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A
juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan
tubuh dan pertumbuhan. ASI mengandung dalam jumlah tinggi
tidak saja vitamin A tetapi juga bahan baku yaitu beta karoten.
Hal ini salah satu penerangan mengapa bayi yang mendapat
ASI mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh baik.
5.5. Vitamin yang larut dalam air, hampir semua vitamin larut
dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat
commit to user
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh
terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan
B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi dalam kadar vitamin B6,
B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi
kurang. Karena vitamin B6 dibuktikan pada tahap awal
perkembangan system syaraf maka pada ibu yang menyusui
perlu tambahkan vitamin B6, sedangkan vitamin B12 cukup
dapat dari makanan sehari – hari, kecuali ibu menyusui yang
vegetarian.
6)
Mineral, dalam ASI dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi
ibu dan tidak pula dipengaruhi oleh status gizi ibu. Mineral dalam
ASI mempunyai kualitas lebih baik dan lebih muda diserap
dibandingkan dengan mineral yang terdapat dalam susu sapi.
Mineral utama dalam ASI adalah kalsium yang mempunyai fungsi
untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, trasmisi jaringan
syaraf dan pembekuan darah.
d. Manfaat Pemberian Air Susu Ibu
Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa
aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek
kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan
(Depkes, 2001).
commit to user
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Aspek Gizi.
1.1
Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
1.2
Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari
hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun
sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
1.3
Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan
mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai
dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
1.4
ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang
sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan
zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
1.5
ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna
untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.
1.6
Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki
perbandingan antara Whey dan Casein yang sesuai untuk bayi.
Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu keunggulan
ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung Whey
lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein
ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi
mempunyai perbandingan Whey : Casein adalah 20 : 80,
sehingga tidak mudah diserap.
commit to user
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.7
Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI
Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam
ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan
penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada
binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat
terjadinya gangguan pada retina mata.
Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)
adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated
fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak
yang optimal. Jumlah DHA dan AA
dalam ASI sangat
mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan
anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat
dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor)
yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan
Omega 6 (asam linoleat).
2. Aspek Imunologik
2.1
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas
kontaminasi.
2.2
Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya
cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat
melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada
saluran pencernaan.
commit to user
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.3
Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat
kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.
2.4
Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E.
coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300
kali lebih banyak daripada susu sapi.
2.5
Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari
4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: BrochusAsociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut
Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi
saluran
pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue
(MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
2.6
Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,
menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri
ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk
menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
3. Aspek Psikologik
3.1
Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu
menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi.
Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying
terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama
oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi
ASI.
commit to user
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.2
Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan
psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.
3.3
Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibubayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit
(skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena
bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut
jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
4.
Aspek Kecerdasan
4.1
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat
dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang
dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
4.2
Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI
memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 46 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih
tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang
tidak diberi ASI.
5. Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap
dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
6. Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan
biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan
commit to user
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk
membeli susu formula dan peralatannya.
7. Aspek Penundaan Kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan
kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi
alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea
Laktasi (MAL).
8. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
Apabila bayi disusui segera setelah lahir memungkinan terjadinya
perdarahan setelah melahirkan akan berkurang karena pada ibu
menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk
kontriksi / penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan lebih
cepat berhenti. Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu yang
melahirkan.
9. Menjarangkan kehamilan.
Menyusui merupakan cara kontrapsepsi yang aman, murah, dan
cukup berhasil Selama ibu hamil memberikan ASI Eksklusif dan
belum haid, 98% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan.
10. Mengecilkan rahim
Kadar oksitosin ibu menyusui memerlukan energy tubuh akan
mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil.Proses
pengecilan ini akan lebih cepat dibanding pada ibu yang tidak
menyusui.
commit to user
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
11. Lebih cepat menurunkan berat badan
Menyusui memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari
lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan
ibu menyusui akan lebih cepat kembali keberat badan sebelum
hamil.
12. Mengurangi kemungkinan menderita kanker.
Ibu yang memberikan ASI eksklusif, umumnya kemungkinan
menderita kanker payudara dan indung telur berkurang. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan mengurangi
kemungkinan terjadi kanker payudara. Pada umumnya bila semua
wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun
atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara berkurang
sampai sekitar 25%. Beberapa penelitian menemukan juga bahwa
menyusui akan melindungi ibu dari penyakit kanker indung telur
pada ibu yang menyusui kurang sampai 29-25%.
13. Manfaat Untuk Negara
Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan
menyusui serta biaya menyiapkan susu. Penghematan untuk biaya
sakit terutama sakit muntah-mencret dan sakit saluran napas.
Penghematan
Menciptakan
obat-obatan,
generasi
tenaga
penerus
bangsa
berkualitas untuk membangun negara.
commit to user
dan
sarana
yang
kesehatan.
tangguh
dan
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
14. Manfaat Untuk Lingkungan
ASI akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di dunia.
Dengan hanya memberi ASI manusia tidak memerlukan kaleng
susu, karton dan kertas pembungkus, botol plastik dan dot karet.
ASI tidak menambah polusi udara karena untuk membuatnya tidak
memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap, tidak memerlukan
alat transportasi yang juga mengeluarkan asap, juga tidak perlu
menebang hutan untuk membangun pabrik susu yang besar-besar
(Roesli, 2005). Adapun tabel perbandingan ASI dan susu formula
menurut Utami Roesli (2005), adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Perbandingan ASI dan Susu Formula
ASI
Susu Formula
Pencemaran bakteri
Tidak ada
Mungkin ada
Zat anti infeksi
Banyak
Tidak ada
1. Kasein (%)
40
80
2. Whey (%)
60
20
Asam amino
Cukup untuk pertumbuhan
1. Taurin
otak
Tidak ada
Lemak
Ikatan panjang untuk
Ikatan pendek dan
1. Kolesterol
pertumbuhan otak
sedang
Cukup untuk pertumbuhan
Tidak cukup
Protein
otak commit to user
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Lipase untuk
Ada
Tidak ada
Laktosa/gula (%)
7 (cukup)
3-4 (tidak cukup)
Garam
Tepat untuk pertumbuhan
Terlalu banyak
1. Kalsium
350 (tepat)
1440 (terlalu banyak)
2. Fosfat
150 (tepat)
900 (terlalu banyak)
Zat besi
Jumlahnya sedikit diserap
Jumlahnya sedikit
baik
diserap tidak baik
Vitamin
Cukup
Tidak cukup
Air
Cukup
Diperlukan lebih
mencerna
lemak
Mineral
banyak
2. ASI Ekslusif
a. Pengertian ASI Ekslusif
ASI ekslusif adalah memberikan ASI saja pada bayi usia 0 – 6
bulan tanpa diberi makanan yang lain (Depkes, 2007). Menurut
Roesli (2005) ASI Eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara
eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan
lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit,
bubur nasi, dan tim. commit
Pemberian
ASI secara eksklusif ini dianjurkan
to user
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin
sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, la harus mulai
diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan
sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun.
b. Faktor- Faktor Penghambat Pemberian ASI Eksklusif
1. Faktor perubahan sosial budaya
Pemberian ASI tidak lepas dari tatanan budaya. Perilaku dibentuk
oleh kebiasaan yang diwarnai oleh sosial budaya. Setiap orang
selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan lingkungan serta
mendapat pengaruh dari masyarakat, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Seperti hal ini :
Ibu bekerja atau kesibukan sosial yang lain, merupakan
alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusif sampai
bayi berusia 6 bulan. Kurangnya pengertian dan pengetahuan
tentang manfaat ASI dan menyusui serta tidak adanya dukungan
dari lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja mudah terpengaruh
dan beralih untuk memberikan susu formula pada anaknya
(Roesli,2005).
Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang
memberikan susu botol, banyak masyarakat yang memberikan susu
botol pada anaknya dikarenakan meniru teman, tetangga atau orang
terkemuka
yang
memberikan
susu
botol
karena
mereka
berpendapat bahwa memberikan susu botol lebih praktis dari ASI
commit to user
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan susu botol juga dapat dibawa kemana-mana. Pendapat ini tidak
benar, karena untuk membuat susu formula diperlukan api atau
listrik untuk memasak air, peralatan yang harus steril dan perlu
waktu untuk mendinginkan susu formula yang baru dibuat.
Sementara itu, ASI yang siap pakai dengan suhu yang tepat setiap
saat serta tidak memerlukan api, listrik, dan perlengkapan yang
harus steril jauh lebih praktis dari pada susu formula. Banyak orang
yang mengangap bahwa tidak diberi ASI bayi tetap tumbuh normal.
Dengan diberi susu formula memang bayi dapat tumbuh besar,
bahkan mungkin berhasil jadi orang. Namun, kalau bayi ini diberi
ASI eksklusif akan lebih berhasil. Dengan menyusui berarti
seorang ibu tidak hanya memberikan makanan yang optimal, tetapi
juga rangsangan emosional, fisik, dan neurologik yang optimal
pula. Dengan demikian, dapat dimengerti mengapa bayi ASI
eksklusif akan lebih sehat, lebih tinggi kecerdasan intelektual
maupun kecerdasan emosionalnya, lebih mudah bersosialisasi dan
lebih baik spiritualnya (Roesli, 2005).
Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga
menyebabkan hubungan kerabat yang luas di daerah pedesaan
menjadi renggang setelah keluarga pindah ke kota. Pengaruh orang
tua seperti nenek, kakek, mertua dan orang terpandang di
lingkungan keluarga secara berangsur menjadi berkurang, karena
mereka itu umumnya tetap tinggal di desa sehingga pengalaman
commit to user
25
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mereka dalam merawat makanan bayi tidak dapat diwariskan,
sehingga ketika berada di kota banyak dari ibu-ibu muda tersebut
memberikan susu botol karena meniru tetangga mereka yang
memberikan
Perkembangan
susu
botol
pada
anaknya
teknologi
yang
telah
(Siregar,
dapat
2004).
menciptakan
“humanized milk” menyebabkan nilai ASI dan kebiasaan menyusui
yang pada hakekatnya memberikan fasilitas kemudahan pengadaan
susu, murah serta praktis semakin kurang diminati dan dihindari.
Kemajuan dibidang kesehatan lingkungan dan industri makanan
sapihan membuat segalanya menjadi sangat praktis sehingga para
ibu lebih cenderung menggunakan susu formula (Siregar, 2004).
Hal ini didukung oleh adanya perilaku menyusui yang kurang
mendukung, misalnya membuang kolostrum karena dianggap tidak
bersih dan kotor (Lucy, 2008).
2. Faktor psikologi ibu
Menurut BKKBN (2003), bahwa usia ibu yang ideal untuk
menyusui adalah 20-30 tahun. Persiapan psikologi ibu sangat
menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak mempunyai
keyakinan memproduksi ASI umumnya produksi ASI akan
berkurang, stress, khawatir, ketidak bahagiaan ibu pada periode
menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI
Eksklusif (I Gusti Ayu N.P dan Jeanne P, 2008). Antara lain yaitu :
commit to user
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Survei yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI) pada tahun 1995 diperoleh data bahwa alasan
pertama berhenti memberikan ASI pada anaknya adalah takut
ditinggal suami. Ini semua karena mitos yang salah, yaitu menyusui
akan mengubah bentuk payudara menjadi tidak menarik, sehingga
merasa takut ditinggal suami. Sebenarnya yang mengubah bentuk
payudara adalah kehamilan bukan menyusui (Roesli, 2005). Ibu
merasa takut terhadap bentuk payudaranya yang rusak apabila
menyusui dan kecantikannya akan hilang (Siregar, 2004). Pendapat
bahwa ibu menyusui akan sukar menurunkan berat badan adalah tidak
benar. Pada waktu hamil, badan telah mempersiapkan timbunan lemak
untuk membuat ASI. Didapatkan bukti bahwa menyusui akan
membantu ibu-ibu menurunkan berat badan lebih cepat dari pada ibu
yang tidak menyusui secara eksklusif. Timbunan lemak yang terjadi
sewaktu hamil akan dipergunakan untuk proses menyusui, sedangkan
wanita yang tidak menyusui akan lebih sukar untuk menghilangkan
timbunan lemak ini (Roesli, 2005).
Ibu akan tertekan batinnya karena mempunyai bentuk
payudara yang tidak menarik lagi dan sukar untuk menurunkan berat
badan sehingga merasa takut ditinggal suami (Roesli, 2005). Banyak
ibu yang di kota besar yang merasa tertekan batinnya dan merasa tidak
percaya diri jika harus menyusui di tempat umum. Mereka masih
malu-malu serta sembunyi-sembunyi jika harus menyusui bayinya.
commit to user
27
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Umumnya hal ini terjadi pada ibu-ibu yang masih muda dan masih
mempunyai anak satu (Siregar, 2004).
3. Faktor fisik ibu
Ibu sakit, lelah, ibu mengunakan pil kontrasepsi atau alat
kontrasepsi yang lain yang mengandung hormon, ibu menyusui
yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok, atau ibu dengan
kelainan
anatomis
payudara
dapat
mengurangi
produksi
ASI.Khusus untuk ibu menyusui yang sakit, hanya sebagian kecil
yang tidak bolehmenyusui. Ibu yang sedang mengkosumsi obat anti
kanker/mendapat penyinaran zat radioaktif tidak diperkenenkan
untuk
menyusui.
Sedangkan,
ibu
menderita
infeksi
HIV
memerlukan pendekatan khusus.Bila ibu dirawat dirumah sakit,
rawatlah bersama bayinya sehinga dapat tetap menyusui. Bila ibu
meras tidak mampu untuk menyusui anjurkan untuk memerah ASI
setiap 3 jam dan memberi ASI perah tersebut dengan cangkir
kepada bayinya.Bila keadaan memungkinkan atau ibu mulai
sembuh dianjurkan untuk menyusui kembali dan bila perlu
dilakukan proses relaksasi (I Gusti Ayu N. P dan Jeanne P,2008).
Pengeluaran ASI,yang sedikit atau tidak cukup tampaknya
merupakan alasan utama para ibu untuk tidak memberikan ASI
secara eksklusif. Walaupun banyak ibu-ibu yang merasa ASI-nya
kurang, tetapi hanya sedikit sekali (2-5%) yang secara biologis
memang kurang produksi ASI-nya. Selebihnya 95-98% ibu dapat
commit to user
28
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya (Roesli, 2005).
Mendeteksi
adanya
kelainan
pada
payudara
yang
dapat
menghambat produksi ASI antara lain : Puting yang terbenam,
bukan merupakan suatu masalah karena puting masih akan
bertambah lentur setelah bayi lahir dan bayi tidak menghisap dari
puting tetapi dari areola. Puting terbenam setelah kelahiran dapat
dicoba ditarik menggunakan nippel puller beberapa saat sebelum
bayi menyusui. Sebelum ASI keluar puting dan areola dimasukkan
kedalam mulut bayi dan bayi akan dapat menarik puting keluar.
Puting lecet, biasanya terjadi karena perlekatan ibu-bayi sewaktu
menyusui tidak benar. Sering kali disebabkan infeksi oleh candida,
mastitis, peradangan pada payudara yang terjadi biasanya pada
masa nifas atau sampai 3 minggu setelah persalinan. Penyebabnya
adalah sumbatan saluran susu dan pengeluaran ASI yang kurang
sempurna (Prawihardjo, 2008). Ada beberapa faktor yang perlu
diidentifikasi dan diperbaiki. Sebagai penyebab kurangnya ASI
yaitu: Tidak melakukan inisiasi dini. Inisiasi dini adalah
meletakkan bayi diatas dada/perut ibu segera setelah dilahirkan dan
membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya
setidaknya 1 jam setelah kelahiran. Menjadwalkan pemberian ASI.
Memberikan minum perektal bayi diberi minum sebelum ASI
keluar. Kesalahan pada posisi bayi pada saat menyusu. Tidak
commit to user
29
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengkosongkan salah satu payudara (I Gusti Ayu N. P dan Jeanne
P, 2008).
4. Faktor promosi susu formula
Menurut Afifah (2007) adalah adanya kebiasaan yang keliru dan
promosi susu formula yang sangat gencar. Kebiaasan keliru ini
bentuknya adalah pemberian perektal madu dan susu formula
menggunakan dot kepada bayi baru lahir dan pemberian MP-ASI
yang terlalu dini. Selain itu, kebiasaan yang keliru ini juga
mencakup cara pemberian ASI yang salah atau tidak sesuai konsep
medis serta adanya berbagai tabu atau pantangan bagi ibu
menyusui. Dan kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan
teknologi pembuatan makanan bayi seperti pembuatan tepung
makanan bayi dan susu bayi sehingga hal ini dapat mendorong ibu
untuk mengganti ASI dengan makanan olahan lain, serta iklan yang
menyesatkan dari produksi makanan bayi menyebabkan ibu
berangapan bahwa makanan-makanan itu lebih baik dari ASI
(Siregar, 2004).
Pengaruh tempat pelayanan kesehatan terhadap pemberian
ASI eksklusif pada bayi karena merupakan titik awal bagi ibu
untuk memilih apakah tetap memberikan bayinya ASI eksklusif
atau memberikan susu formula yang diberikan oleh petugas
kesehatan maupun nonkesehatan sebelum ASI-nya keluar. Belum
semua petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30
digilib.uns.ac.id
agar menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta
praktek yang kelirudengan memberikan susu botol kepada bayi
yang baru lahir (Siregar, 2004).
c.
Faktor Pendukung Keberhasilan ASI Eksklusif
Faktor-faktor pendukung keberhasilan ASI eksklusif adalah
sebagai berikut :
1. Peranan petugas kesehatan, berhasil atau tidaknya penyusuan dini
di tempat pelayanan ibu bersalin, rumah sakit sangat tergantung
pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan atau dokter.
Merekalah yang pertama-tama akan membantu ibu bersalin
melakukan penyusuan dini. Petugas kesehatan di kamar bersalin
harus memahami tatalaksana laktasi yang baik dan benar dan
diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif terhadap
penyusuan dini (Lubis, 2008).
2. Peran Rumah Sakit dan pemerintah, peran rumah sakit bersalin dan
rumah sakit umum sangat menentukan pelaksanaan penyusuan dini.
Peraturan pemerintah telah banyak mendukung pelaksanaan
penyusuan dini, peraturan-peraturan tersebut: (1)Melarang para
produsen susu buatan mencantumkan kalimat-kalimat promosi
produknya yang memberikan kesan bahwa susu buatan tersebut
semutu ASI atau lebih dari ASI. (2)Menganjurkan menyusui secara
eksklusif sampai 6 bulan dan menganjurkan pemberian ASI sampai
2 tahun. (3)Melaksanakan rawat gabung di tempat persalinan baik
commit to user
31
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
unit persalinan milik pemerintah maupun swasta.(4)Meningkatkan
kemampuan petugas kesehatan dalam hal ASI sehingga petugas
tersebut terampil dalam melaksanakan penyuluhan tentang ASI
kepada masyarakat (Lubis, 2008).
3. Faktor keluarga, menurut Roesli dan Elizabeth (2008) pendidikan
dapat mempengaruhi seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, semakin mudah menerima informasi sehingga banyak
pula pengetahuan yang dimiliki dan begitu pula sebaliknya.
Seorang ibu yang tidak pernah mendapat nasehat atau penyuluhan
tentang ASI dari keluarganya dapat mempengaruhi sikapnya pada
saat ibu tersebut harus menyusui sendiri bayinya. Hubungan yang
harmonis akan mempengaruhi lancarnya proses laktasi. Timbulnya
stres dapat menghentikan produksi ASI.
4. Faktor masyarakat, di beberapa daerah tertentu di Indonesia masih
ada kebiasaan meberikan makanan tambahan seperti pisang atau
nasi terlalu dini yaitu pada hari-hari pertama kelahiran. Hal ini
berbahaya karena usus bayi belum dapat mencerna serta
pertumbuhan fungsi ginjal baru dapat beradaptasi untuk menerima
makanan dengan kadar garam dan protein yang tinggi pada usia 4
bulan. Dan sebagian lain beranggapan bahwa menyusui merupakan
perilaku yang kuno, bila ingin disebut modern ibu mengunakan
susu formula.
commit to user
32
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Faktor bayi, bayi normal mempunyai kemampuan untuk mengisap
dengan baik, pada 30 menit pertama kelahiran refleks menyusui
bayi sudah ada. Menyusui bayi secara dini sangat menguntungkan,
disamping ASI akan cepat keluar, juga merupakan stimulasi dini
terhadap tumbuh kembang anak. Bayi yang mendapat ASI secara
eksklusif
mortalitas
dan
morbiditasnya
jauh
lebih
kecil
dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu formula.
d. ASI Perah
Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI
secara eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin
sampai 6 bulan, meskipun cuti hamil hanya 3 bulan. Dengan
pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah
ASI dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat
tetap memberikan ASI secara Eksklusif (Roesli, 2005). Bagi ibu
bekerja yang tidak dapat membawa bayinya ke tempat kerja,
pemberian ASI perah akan tetap memungkinkan bayi memperoleh
ASI eksklusif selama 6 bulan minimal 4 bulan tanpa harus mendapat
cuti tambahan. Bila bayi terlalu kecil atau terlalu lemah sehingga
belum dapat minum langsung pada ibu, ASI perah dapat diberikan
melalui sonde lambung, pipet atau sendok. Bila keadaan bayi sudah
memungkinkan, dianjurkan untuk secepatnya menyusu pada ibunya.
Untuk menghilangkan bendungan, perahlah sesering dan
sebanyak mungkin yang diperlukan agar payudara tetap nyaman dan
commit to user
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kelenturan puting susu tetap terjaga. Beberapa ibu mungkin perlu
memerah setiap kali sebelum menyusui. Pada ibu yang lain mungkin
hanya perlu memerah satu atau dua kali sehari. Beberapa ibu
mendapatkan bahwa kompres hangat atau pijatan lembut membuat
ASI mengalir.
Saat bayi sangat sakit atau sangat kecil sehingga belum
dapat diberi minum melalui mulut, memerah ASI merupakan jalan
untuk mempertahankan persediaan ASI. Menghilangkan penetesan
atau perembesan ASI, pemerahan ASI yang cukup banyak akan
mengurangi tekanan pada payudara sehingga akan mengurangi
perembesan atau penetesan, bila ASI ibu terlalu banyak, perahlah ASI
sebelum menyusui agar bayi tidak tersedak. ASI perah diberikan
dengan sendok saat bayi selesai disusui.
Menurut Roesli (2005), ASI dapat bertahan jika : 6-8 jam di
udara luar. 24 jam dalam termos es. 2 x 24 jam dalam lemari es.
Dua minggu di freezer, 3 bulan di freezer lemari es dua pintu.
Penyimpanan ASI perah adalah sebagai berikut : Cara penyimpanan
ASI perah akan menentukan kualitas anti infeksi dan makanan yang
dikandung ASI, anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu
ASI tetap segar dalam waktu yang lebih lama karena akan
menghambat pertumbuhan bakteri jahat dalam ASI perah yang
disimpan. Tempat penyimpanan ASI yang dianjurkan dalam botol
gelas atau botol plastik keras, volume sekitar 80-100 cc. Sebelum
commit to user
34
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dimasukkan ke dalam freezer, ASI perah segar didinginkan dahulu
selama 30 menit dalam lemari es tempat buah. Tulis jam, hari dan
tanggal saat diperah.6)Usahakan bayi mendapat ASI perah yang tidak
dibekukan karena ASI yang sudah beku akan kehilangan sebagian anti
infeksinya.
e. Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif
Untuk memaksimalkan manfaat menyusui, bayi sebaiknya
disusui selama 6 bulan pertama. Terdapat sepuluh langka menyusui:
1. Sarana kesehatan mempunyai kebijakan tentang penerapan 10
langkah menuju keberhasilan menyusui.
2. Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan untuk staf sendiri
atau lainya.
3. Menyiapkan ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI dan langkah
keberhasilan menyusui. Memberikan konseling apabila ibu
menderita infeksi HIV positif.
4. Melakukan kontak dan menyusui dini bayi baru lahir 1/2-1 jam
setelah lahir.
5. Membantu ibu untuk melakukan teknik menyusui yang benar
dengan posisi perlekatan tubuh bayi dan perlekatan mulut bayi
pada payudara.
6. Hanya memberikan ASI saja tanpa minum praklatal sejak bayi
lahir.
7. Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi.
commit to user
35
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Melaksanakan pemberian ASI sesering mungkin dan semaunya
bayi.
9. Tidak memberikan dot atau empeng.
10. Menindak lanjuti ibu dan bayi setelah pulang dari sarana pelayanan
kesehatan (Dien dan Eveline, 2008).
f. Petunjuk Pemberian ASI Eksklusif
Menurut Roesli dan Elizabeth (2008) terdapat beberapa
langkah yang dapat menuntun ibu agar sukses menyusui secara
eksklusif selama 6 bulan pertama, antara lain :
Biarkan bayi menyusui sesering mungkin setelah bayi lahir terutama
setelah dalam 1 jam pertama atau inisiasi menyusui dini, karena bayi
baru lahur sangataktif dan tanggap dalam 1 jam pertama dan setelahitu
akan mengntuk dan tertidur. Bayi mempunyai reflek menghisap
atausucking sangat kuat pada saat itu. Jika ibu melahirkan dengan
operasi caesar juga dapat melakukan hal ini bila kondisi ibu sadar atau
ibu telah bebas dari efek anestesi umum. Proses menyusui dimulai
segera setelah lahir dengan membiarkan bayi letakkan di dada ibu
sehingga terjadi kontak kulit. Bayi akan mulai merangkak untuk
mencari puting ibu dan menghisapnya. Kontak kulit akan merangsang
aliran ASI, membantu ikatan batin atau bonding ibu dan bayi serta
perkembangan bayi. Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama
dan satu-satunya bagi bayi. Tidak ada makanan atau cairan lain seperti
gula, air, susu formula yang diberikan, karena akan menghambat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
36
digilib.uns.ac.id
keberhasilan proses menyusui. Makanan atau cairan lain akan
menggangu produksi ASI, menciptsksn ”bingung puting”, serta
meningkatkan resiko infeksi. Susui bayi sesuai kebutuhan sampai
puas, maka ia akan melepaskan puting dengan sendirinya. Anjurkan
ibu hanya memberi ASI selama 6 bulan pertama.
B. Penelitian yang relevan
1. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI
Eksklusif oleh Iin Dwi Yuliarti tahun 2008. Jenis penelitian yang
digunakan adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan cross
sectional. Data dikumpulkan dengan wawancara. Kuesioner digunakan
untuk mengevaluasi pengetahuan dan sikap ibu. Responden adalah ibu
yang memiliki bayi umur 6 – 12 bulan di Puskesmas Sambungmacan I,
Kabupaten Sragen. Variabel-variabel dideskripsikan dalam distribusi
frekuensi untuk data katagorikal dan mean dan standar deviasi untuk data
kontinu. Chi Square dan T-Test digunakan untuk mengetahui distribusi
perilaku pemberian ASI eksklusif untuk masing-masing variabel bebas
dan analisis regresi logistik biner digunakan untuk mengevaluasi faktorfaktor yang berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Setelah data
dianalisis, dari 120 ibu yang diwawancarai 57% memberikan ASI
eksklusif. Perilaku menyusui eksklusif tidak dipengaruhi secara bermakna
oleh pengetahuan ibu (p=0.11, OR=1.81 CI 95%: 0.88-3.74). Sikap ibu
secara bermakna meningkatkan perilaku ASI eksklusif (p=0.006,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37
digilib.uns.ac.id
OR=2.81, CI 95%: 1.34-5.91). Faktor perancu yang mempengaruhi
perilaku menyusui eksklusif adalah dukungan keluarga (p=0.000, OR=12,
CI 95%:4.90-29.37) dan dukungan penolong persalinan (p=0.026,
OR=2.57, CI 95%:1.12-5.91).
2. Faktor yang Berperan Terhadap Kegagalan Praktek Pemberian ASI
Ekslusif oleh Diana Nur Afifah tahun 2007. Metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini membandingkan
sampel berdasarkan tempat bersalin dan penolong persalinan. Subjek
penelitian terdiri dari 12 orang yang terbagi dalam 4 kelompok, yaitu
yang melahirkan di rumah dengan dukun bayi, Bidan Praktek Swasta,
Rumah Bersalin, dan Rumah Sakit. Hanya ada 1 subjek yang berhasil
memberikan ASI Eksklusif, yaitu salah satu subjek yang melahirkan di
Rumah Sakit dengan bantuan bidan. Faktor pendorong berhasilnya ASI
Eksklusif berupa pengetahuan dan motivasi ibu bersifat negatif. Faktor
pemungkin berupa kampanye ASI Eksklusif dan fasilitas BPS, RB, dan
RS yang kondusif bagi pemberian ASI Eksklusif juga bersifat negatif.
Faktor penguat berupa peranan tenaga kesehatan, dukun bayi, dan
keluarga sebagian besar bersifat negatif. Selain itu faktor penghambat
berupa keyakinan yang keliru tentang makanan bayi, promosi susu
formula, dan masalah kesehatan pada ibu dan bayi juga menyebabkan
gagalnya pemberian ASI Eksklusif.
3. Hubungan Praktik Pemberian Asi Eksklusif Dengan Karakteristik Sosial,
Demografi Dan Faktor Informasi Tentang Asi Dan Mp-Asi oleh Hermina
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
38
digilib.uns.ac.id
dan Nurfi Arfiansyah tahun 2006. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah cross sectional. Sampel penelitian adalah Ibu-ibu
rumah tangga yang memiliki bayi usia 6–12 bulan. Pemilihan sampel
dilakukan secara acak sederhana (n = 637). Variabel yang dikumpulkan:
identitas sampel, umur, pendidikan, pekerjaan, wilayah tinggal, faktor
promosi-informasi
tentang ASI dan MP-ASI serta faktor-faktor
pendukung. Uji X2 digunakan untuk membandingkan variabel kategoris
dari karakteristik responden ASI eksklusif dan tidak eksklusif. Hasil
penelitian ditemukan hubungan yang bermakna antara status perolehan
informasi tentang ASI dan MP-ASI dengan praktik pemberian ASI.
Demikian pula ada hubungan bermakna antara status pemberian
kolostrom dengan praktik pemberian ASI selanjutnya. Namun tidak
ditemukan hubungan yang bermakna antara karakteristik sosio-demografi,
tempat mendapatkan informasi tentang ASI/MP-ASI, sumber informasi
tentang ASI/MP-ASI, kontak interpersonal tentang ASI/MP-ASI dan jenis
media informasi tentang ASI/MP-ASI dengan praktik pemberian ASI.
Kesimpulan penelitian ini status perolehan informasi tentang ASI dan
MP-ASI serta status pemberian kolostrom merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap praktik pemberian ASI di Sumatera Barat. Namun
tempat persalinan dan penolong persalinan dengan tenaga kesehatan
pengaruhnya kurang terhadap praktik pemberian ASI yang eksklusif.
4. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu
Yang Tidak Bekerja oleh Feryani Dwi Permana tahun 2006. Metodologi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
39
digilib.uns.ac.id
yang digunakan adalah kualitatif. Subyek penelitian adalah ibu yang tidak
bekerja, memilki bayi usia 6-12 bulan dan gagal memberikan ASI
eksklusif. Jumlah subyek penelitian sebanyak 9 orang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kegagalan pemberian ASI eksklusif disebabkan
motivasi subyek yang kurang terhadap pemberian ASI eksklusif dimana
sebagian besar subyek termotivasi untuk memberikan MP ASI dini karena
bayi rewel dan menjadi susah makan, tidak adanya realisasi progranm
ASI eksklusif dari puskesmas, kurangnya dukungan orang terdekat
subyek terutama suami, kurangnya dukungan tenaga kesehatan terutama
penolong persalinan, adanya masalah kecukupan ASI, adanya kondisi
bayi yang tidak mau diberi ASI yaitu bayi yang bingung puting dan bayi
yang sakit "Goman", adanya promosi susu formula dengan penyampaian
iklan yang menarik dan promosi lewat tenaga kesehatan, serta masih
adanya kebiasaan dalam hal pemberian prelaktal bayi lahir berupa madu
dan pemberian MP ASI dini sebelum bayi berumur 6 bulan.
5. Infant feeding practices and maternal socio-demographic factors that
influence practice of exclusive breastfeeding among mothers in Newi SouthEast Nigeria: a cross-sectional and analytical study oleh Onah Stanley et al
tahun 2012. Metode penelitian yang dipakai adalah cross sectional. Peneliti
menganalisa empat ratus ibu menyusui dan bayi yang berkunjung ke Nnamdi
Azikiwe University teaching hospital (NAUTH) selama tahun 2012. Sampel
diambil secara konsekutif setelah memenuhi kriteria inklusi. Data menyusui
didasarkan pada makanan apa yang diberikan selama 24 jam sebelumnya.
commit to user
40
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ASI eksklusif didefinisikan hanya memberi air susu ibu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kesadaran (95,3%) dan pengetahuan (825) ibu tentang
ASI eksklusif sangat tinggi tetapi praktek pemberian ASI eksklusif sangat
rendah (33,5%). Sikap positif terhadap ASI eksklusif ditunjukkan oleh
sebagian besar ibu menyusui (71%). Praktek pemberian ASI eksklusif
menurun seiring dengan meningkatnya usia bayi OR 0.72 (95% CI 0.34, 1.51)
pada bayi usia 1–2 bulan, OR 0.58 (95% CI 0.23, 1.44) pada bayi usia 3 – 4
bulan dan OR 0.20 (95% CI 0.06, 0.73) pada bayi usia 5–6 dibandingkan
dengan bayi usia kurang dari satu bulan. Pendidikan ibu, sosial ekonomi, cara
persalinan, dan makanan pertama yang diberikan pada bayi adalah faktor
predisposisi yang sangat penting dalam kelanjutan menyusui secara eksklusif.
Penurunan pemberian ASI eksklusif ditemukan pada ibu dengan pendidikan
yang rendah OR 0.33 (95% CI 0.13, 0.81), ibu yang melahirkan melalui
operasi caesar OR 0.38 (95% CI 0.18, 0.84), ibu dengan status sosial yang
lebih tinggi [(kelas menengah, OR 0.46 (95% CI 0.22, 0.99) dan kelas atas,
OR 0.32 (95% CI 0.14, 0.74)] dan peningkatan praktek pemberian ASI
eksklusif didapatkan pada ibu yang memberi air susu ibu sebagai makanan
pertama bayi OR 3.36 (95% CI 1.75, 6.66).
commit to user
41
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka pikir
Pengetahuan ibu
Kebutuhan dan harapan
Motivasi
Pola pemberian ASI :
Peran keluarga
D.
Eksklusif
Sebagian
Tidak disusui
Dampak
E.Peran petugas
kesehatan
Hambatan :
Faktor sosial budaya
Ibu bekerja
Promosi susu formula
Faktor fisik ibu atau bayi
Faktor psikologis ibu
Keterangan :
Pola pemberian ASI pada bayi memiliki tiga pola, penuh atau eksklusif,
sebagian dan tidak disusui sama sekali. Keberhasilan pemberian ASI eksklusif
dipengaruhi oleh pengertahuan ibu, motivasi, peran keluarga dan peran petugas
kesehatan. Hambatan yang ada dapat mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI
eksklusif. Dalam proses menyusui ibu mempunyai kebutuhan dan harapan akan
proses menyusui yang ideal.
commit to user
Download