perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Air Susu Ibu (ASI) a. Pengertian Air Susu Ibu ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan tubuh yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur (Roesli, 2005). Air Susu Ibu merupakan suatu emulsi lemak dalam protein, laktosa dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bagi bayi. Selain itu di dalam ASI terdapat zat kekebalan tubuh berupa IgA, IgM dan IgG yang sangat berguna bagi bayi untuk melawan bermacam jasad renik penyebab penyakit infeksi (Soetjiningsih, 1998). Menurut Winarno (1990) dalam Siregar (2004) air susu ibu merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi. Disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung terserap. Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan tambahan. Selama enam bulan pertama. Bahkan gizinya kurang baikpun sering dapat commit to user 8 9 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama. b. Air Susu Ibu Menurut Stadium Laktasi Menurut Soetjiningsih (1998) air susu ibu menurut stadium laktasi adalah kolostrum, air susu peralihan dan air susu matur: 1.) Kolostrum Merupakan air susu yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara. Disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning daripada susu yang matur, merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari usus bayi baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang. Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan dengan ASI yang matur dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan. Terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolisis protein protein dalam usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak menambah kadar antibodi pada bayi. 2.) Air susu transisi/peralihan Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur, disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada pendapat yang mengatakan ASI matur baru commit to user 10 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id terjadi pada minggu ketiga sampai minggu kelima. Kadar protein makain merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meninggi, volume ASI meningkat. 3.) Air susu matur Merupakan suatu cairan bewarna putih kekuning-kuningan yang diakibatkan warna dari garam Ca-caseniat, riboflavin dan karoten yang terdapat didalamnya. Pada ibu yang sehat di mana produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Terdapat anti mikrobial faktor antara lain : antibodi terhadap bakteri dan virus, sel (fagosit granulosit dan makrofag dan limfosit tipe T), enzim (lisozim, laktoperoksidase, lipase, katalase, fosfatase, amilase, fosfodiesterase, alkalinfosfatase), protein (laktoferin, B12 binding protein), resistance factor terhadap stfilokokus, komplemen, interferron producing cell, sifat biokimia yang khas, kapasitas bufer yang rendah dan adanya faktor bifidus, dan hormon-hormon. Perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit. ASI yang keluar pada 5 menit pertama dinamakan foremilk. Foremilk mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang keluar kemudian (hindmilk). Foremilk lebih encer. Hindmilk mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak dibanding foremilk. Diduga hindmilk inilah yang mengenyangkan bayi (Roesli, 2005). commit to user perpustakaan.uns.ac.id 11 digilib.uns.ac.id c. Komposisi Air Susu Ibu Menurut Aryono H dan Keumala P (2008) nutrient atau gizi yang terkandung dalam ASI antara lain: 1) Karbohidrat, utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energy untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau susu formula. Namun demikian angka kejadian diare yang disebabkan karena tidak dapat mencerna laktosa atau intolernsi laktosa jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu sapi atau susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrukm tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat pada ASI transisi pada 7-14 hari setelah melahirkan. Sesudah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relativ stabil. 2) Protein, ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak mengandung protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicera oleh usus bayi.Jumlah protein casein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang mengandung protein ini dalam jumlah tinggi (80%). Disamping itu beta laktoglobulin yaitu fraksi dari protein whey yang banyak terdapat di protein susu sapi commit to user 12 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id tidak terdapat dalam ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan Jenis protein yang potensial menyebabkan alergi. 3) Lemak, dalam ASI lebih tinggi dibanding susu sapi dan susu formula. Kadar lemak tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa perbedaaan antara profil lemak yang ditemukan dalam ASI dan susu sapi atau susu formula. Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi ditemukan dalam ASI.Disamping itu ASI juga mengandung banyak asam lemak rantai panjang. Diantaranya asam dokosaheksonoikatau DHA dan asam arakibonat atau ARAyang berperan terhadap perkembangan syaraf dan retina mata. 4) Karnitin, mempunyai peran untuk membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI menggandung kadar karitin yang cukup tinggi terutama pada 3 minggu pertama penyusui, bahkan di dalam kolostrum kadar kartinin lebih tinggi lagi. Kosentrasi kartinin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibanding bayi yang mendapat susu formula. 5) Vitamin 5.1. Vitamin K, dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai factor pembekuan. Kadar vitamin K dalam ASI hanya seperempatnya kadar dalam susu formula. Bayi yang hanya mendapat ASI beresiko untuk terjadi perdarahan, commit to user 13 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id walaupun angka kejadian perdarahan ini kecil. Oleh karena itu pada bayi baru lahir perlu diberikan vitamin K yang umumnya dalam bentuk suntikan. 5.2. Vitamin D, Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Bayi akan mendapat vitamin D yang berasal dari sinar matahari. Sehingga pemberian ASI Eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terapapar pada sinar matahari pagi. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D. 5.3. Vitamin E, salah satu fungsi penting vitamin E adalah ketahan dinding sel darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya kekurangan darah atau anemia hemolitik. Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E nya tinggi terutama pada kolostrum. 5.4. Vitamin A, selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan. ASI mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A tetapi juga bahan baku yaitu beta karoten. Hal ini salah satu penerangan mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh baik. 5.5. Vitamin yang larut dalam air, hampir semua vitamin larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat commit to user 14 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi dalam kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang. Karena vitamin B6 dibuktikan pada tahap awal perkembangan system syaraf maka pada ibu yang menyusui perlu tambahkan vitamin B6, sedangkan vitamin B12 cukup dapat dari makanan sehari – hari, kecuali ibu menyusui yang vegetarian. 6) Mineral, dalam ASI dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu dan tidak pula dipengaruhi oleh status gizi ibu. Mineral dalam ASI mempunyai kualitas lebih baik dan lebih muda diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat dalam susu sapi. Mineral utama dalam ASI adalah kalsium yang mempunyai fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, trasmisi jaringan syaraf dan pembekuan darah. d. Manfaat Pemberian Air Susu Ibu Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan (Depkes, 2001). commit to user 15 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1. Aspek Gizi. 1.1 Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare. 1.2 Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi. 1.3 Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. 1.4 ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. 1.5 ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak. 1.6 Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whey dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung Whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan Whey : Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap. commit to user 16 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1.7 Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata. Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat). 2. Aspek Imunologik 2.1 ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi. 2.2 Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan. commit to user 17 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2.3 Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan. 2.4 Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi. 2.5 Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: BrochusAsociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu. 2.6 Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan. 3. Aspek Psikologik 3.1 Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI. commit to user 18 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3.2 Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut. 3.3 Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibubayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim. 4. Aspek Kecerdasan 4.1 Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi. 4.2 Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 46 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI. 5. Aspek Neurologis Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna. 6. Aspek Ekonomis Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan commit to user 19 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya. 7. Aspek Penundaan Kehamilan Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL). 8. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan Apabila bayi disusui segera setelah lahir memungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan akan berkurang karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk kontriksi / penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan lebih cepat berhenti. Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan. 9. Menjarangkan kehamilan. Menyusui merupakan cara kontrapsepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil Selama ibu hamil memberikan ASI Eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan. 10. Mengecilkan rahim Kadar oksitosin ibu menyusui memerlukan energy tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil.Proses pengecilan ini akan lebih cepat dibanding pada ibu yang tidak menyusui. commit to user 20 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 11. Lebih cepat menurunkan berat badan Menyusui memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu menyusui akan lebih cepat kembali keberat badan sebelum hamil. 12. Mengurangi kemungkinan menderita kanker. Ibu yang memberikan ASI eksklusif, umumnya kemungkinan menderita kanker payudara dan indung telur berkurang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan mengurangi kemungkinan terjadi kanker payudara. Pada umumnya bila semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara berkurang sampai sekitar 25%. Beberapa penelitian menemukan juga bahwa menyusui akan melindungi ibu dari penyakit kanker indung telur pada ibu yang menyusui kurang sampai 29-25%. 13. Manfaat Untuk Negara Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui serta biaya menyiapkan susu. Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah-mencret dan sakit saluran napas. Penghematan Menciptakan obat-obatan, generasi tenaga penerus bangsa berkualitas untuk membangun negara. commit to user dan sarana yang kesehatan. tangguh dan 21 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 14. Manfaat Untuk Lingkungan ASI akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di dunia. Dengan hanya memberi ASI manusia tidak memerlukan kaleng susu, karton dan kertas pembungkus, botol plastik dan dot karet. ASI tidak menambah polusi udara karena untuk membuatnya tidak memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap, tidak memerlukan alat transportasi yang juga mengeluarkan asap, juga tidak perlu menebang hutan untuk membangun pabrik susu yang besar-besar (Roesli, 2005). Adapun tabel perbandingan ASI dan susu formula menurut Utami Roesli (2005), adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Perbandingan ASI dan Susu Formula ASI Susu Formula Pencemaran bakteri Tidak ada Mungkin ada Zat anti infeksi Banyak Tidak ada 1. Kasein (%) 40 80 2. Whey (%) 60 20 Asam amino Cukup untuk pertumbuhan 1. Taurin otak Tidak ada Lemak Ikatan panjang untuk Ikatan pendek dan 1. Kolesterol pertumbuhan otak sedang Cukup untuk pertumbuhan Tidak cukup Protein otak commit to user 22 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Lipase untuk Ada Tidak ada Laktosa/gula (%) 7 (cukup) 3-4 (tidak cukup) Garam Tepat untuk pertumbuhan Terlalu banyak 1. Kalsium 350 (tepat) 1440 (terlalu banyak) 2. Fosfat 150 (tepat) 900 (terlalu banyak) Zat besi Jumlahnya sedikit diserap Jumlahnya sedikit baik diserap tidak baik Vitamin Cukup Tidak cukup Air Cukup Diperlukan lebih mencerna lemak Mineral banyak 2. ASI Ekslusif a. Pengertian ASI Ekslusif ASI ekslusif adalah memberikan ASI saja pada bayi usia 0 – 6 bulan tanpa diberi makanan yang lain (Depkes, 2007). Menurut Roesli (2005) ASI Eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. commit Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan to user 23 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, la harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun. b. Faktor- Faktor Penghambat Pemberian ASI Eksklusif 1. Faktor perubahan sosial budaya Pemberian ASI tidak lepas dari tatanan budaya. Perilaku dibentuk oleh kebiasaan yang diwarnai oleh sosial budaya. Setiap orang selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan lingkungan serta mendapat pengaruh dari masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Seperti hal ini : Ibu bekerja atau kesibukan sosial yang lain, merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan. Kurangnya pengertian dan pengetahuan tentang manfaat ASI dan menyusui serta tidak adanya dukungan dari lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja mudah terpengaruh dan beralih untuk memberikan susu formula pada anaknya (Roesli,2005). Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol, banyak masyarakat yang memberikan susu botol pada anaknya dikarenakan meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol karena mereka berpendapat bahwa memberikan susu botol lebih praktis dari ASI commit to user 24 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dan susu botol juga dapat dibawa kemana-mana. Pendapat ini tidak benar, karena untuk membuat susu formula diperlukan api atau listrik untuk memasak air, peralatan yang harus steril dan perlu waktu untuk mendinginkan susu formula yang baru dibuat. Sementara itu, ASI yang siap pakai dengan suhu yang tepat setiap saat serta tidak memerlukan api, listrik, dan perlengkapan yang harus steril jauh lebih praktis dari pada susu formula. Banyak orang yang mengangap bahwa tidak diberi ASI bayi tetap tumbuh normal. Dengan diberi susu formula memang bayi dapat tumbuh besar, bahkan mungkin berhasil jadi orang. Namun, kalau bayi ini diberi ASI eksklusif akan lebih berhasil. Dengan menyusui berarti seorang ibu tidak hanya memberikan makanan yang optimal, tetapi juga rangsangan emosional, fisik, dan neurologik yang optimal pula. Dengan demikian, dapat dimengerti mengapa bayi ASI eksklusif akan lebih sehat, lebih tinggi kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosionalnya, lebih mudah bersosialisasi dan lebih baik spiritualnya (Roesli, 2005). Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga menyebabkan hubungan kerabat yang luas di daerah pedesaan menjadi renggang setelah keluarga pindah ke kota. Pengaruh orang tua seperti nenek, kakek, mertua dan orang terpandang di lingkungan keluarga secara berangsur menjadi berkurang, karena mereka itu umumnya tetap tinggal di desa sehingga pengalaman commit to user 25 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mereka dalam merawat makanan bayi tidak dapat diwariskan, sehingga ketika berada di kota banyak dari ibu-ibu muda tersebut memberikan susu botol karena meniru tetangga mereka yang memberikan Perkembangan susu botol pada anaknya teknologi yang telah (Siregar, dapat 2004). menciptakan “humanized milk” menyebabkan nilai ASI dan kebiasaan menyusui yang pada hakekatnya memberikan fasilitas kemudahan pengadaan susu, murah serta praktis semakin kurang diminati dan dihindari. Kemajuan dibidang kesehatan lingkungan dan industri makanan sapihan membuat segalanya menjadi sangat praktis sehingga para ibu lebih cenderung menggunakan susu formula (Siregar, 2004). Hal ini didukung oleh adanya perilaku menyusui yang kurang mendukung, misalnya membuang kolostrum karena dianggap tidak bersih dan kotor (Lucy, 2008). 2. Faktor psikologi ibu Menurut BKKBN (2003), bahwa usia ibu yang ideal untuk menyusui adalah 20-30 tahun. Persiapan psikologi ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak mempunyai keyakinan memproduksi ASI umumnya produksi ASI akan berkurang, stress, khawatir, ketidak bahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI Eksklusif (I Gusti Ayu N.P dan Jeanne P, 2008). Antara lain yaitu : commit to user 26 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Survei yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada tahun 1995 diperoleh data bahwa alasan pertama berhenti memberikan ASI pada anaknya adalah takut ditinggal suami. Ini semua karena mitos yang salah, yaitu menyusui akan mengubah bentuk payudara menjadi tidak menarik, sehingga merasa takut ditinggal suami. Sebenarnya yang mengubah bentuk payudara adalah kehamilan bukan menyusui (Roesli, 2005). Ibu merasa takut terhadap bentuk payudaranya yang rusak apabila menyusui dan kecantikannya akan hilang (Siregar, 2004). Pendapat bahwa ibu menyusui akan sukar menurunkan berat badan adalah tidak benar. Pada waktu hamil, badan telah mempersiapkan timbunan lemak untuk membuat ASI. Didapatkan bukti bahwa menyusui akan membantu ibu-ibu menurunkan berat badan lebih cepat dari pada ibu yang tidak menyusui secara eksklusif. Timbunan lemak yang terjadi sewaktu hamil akan dipergunakan untuk proses menyusui, sedangkan wanita yang tidak menyusui akan lebih sukar untuk menghilangkan timbunan lemak ini (Roesli, 2005). Ibu akan tertekan batinnya karena mempunyai bentuk payudara yang tidak menarik lagi dan sukar untuk menurunkan berat badan sehingga merasa takut ditinggal suami (Roesli, 2005). Banyak ibu yang di kota besar yang merasa tertekan batinnya dan merasa tidak percaya diri jika harus menyusui di tempat umum. Mereka masih malu-malu serta sembunyi-sembunyi jika harus menyusui bayinya. commit to user 27 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Umumnya hal ini terjadi pada ibu-ibu yang masih muda dan masih mempunyai anak satu (Siregar, 2004). 3. Faktor fisik ibu Ibu sakit, lelah, ibu mengunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi yang lain yang mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok, atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI.Khusus untuk ibu menyusui yang sakit, hanya sebagian kecil yang tidak bolehmenyusui. Ibu yang sedang mengkosumsi obat anti kanker/mendapat penyinaran zat radioaktif tidak diperkenenkan untuk menyusui. Sedangkan, ibu menderita infeksi HIV memerlukan pendekatan khusus.Bila ibu dirawat dirumah sakit, rawatlah bersama bayinya sehinga dapat tetap menyusui. Bila ibu meras tidak mampu untuk menyusui anjurkan untuk memerah ASI setiap 3 jam dan memberi ASI perah tersebut dengan cangkir kepada bayinya.Bila keadaan memungkinkan atau ibu mulai sembuh dianjurkan untuk menyusui kembali dan bila perlu dilakukan proses relaksasi (I Gusti Ayu N. P dan Jeanne P,2008). Pengeluaran ASI,yang sedikit atau tidak cukup tampaknya merupakan alasan utama para ibu untuk tidak memberikan ASI secara eksklusif. Walaupun banyak ibu-ibu yang merasa ASI-nya kurang, tetapi hanya sedikit sekali (2-5%) yang secara biologis memang kurang produksi ASI-nya. Selebihnya 95-98% ibu dapat commit to user 28 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya (Roesli, 2005). Mendeteksi adanya kelainan pada payudara yang dapat menghambat produksi ASI antara lain : Puting yang terbenam, bukan merupakan suatu masalah karena puting masih akan bertambah lentur setelah bayi lahir dan bayi tidak menghisap dari puting tetapi dari areola. Puting terbenam setelah kelahiran dapat dicoba ditarik menggunakan nippel puller beberapa saat sebelum bayi menyusui. Sebelum ASI keluar puting dan areola dimasukkan kedalam mulut bayi dan bayi akan dapat menarik puting keluar. Puting lecet, biasanya terjadi karena perlekatan ibu-bayi sewaktu menyusui tidak benar. Sering kali disebabkan infeksi oleh candida, mastitis, peradangan pada payudara yang terjadi biasanya pada masa nifas atau sampai 3 minggu setelah persalinan. Penyebabnya adalah sumbatan saluran susu dan pengeluaran ASI yang kurang sempurna (Prawihardjo, 2008). Ada beberapa faktor yang perlu diidentifikasi dan diperbaiki. Sebagai penyebab kurangnya ASI yaitu: Tidak melakukan inisiasi dini. Inisiasi dini adalah meletakkan bayi diatas dada/perut ibu segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya 1 jam setelah kelahiran. Menjadwalkan pemberian ASI. Memberikan minum perektal bayi diberi minum sebelum ASI keluar. Kesalahan pada posisi bayi pada saat menyusu. Tidak commit to user 29 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mengkosongkan salah satu payudara (I Gusti Ayu N. P dan Jeanne P, 2008). 4. Faktor promosi susu formula Menurut Afifah (2007) adalah adanya kebiasaan yang keliru dan promosi susu formula yang sangat gencar. Kebiaasan keliru ini bentuknya adalah pemberian perektal madu dan susu formula menggunakan dot kepada bayi baru lahir dan pemberian MP-ASI yang terlalu dini. Selain itu, kebiasaan yang keliru ini juga mencakup cara pemberian ASI yang salah atau tidak sesuai konsep medis serta adanya berbagai tabu atau pantangan bagi ibu menyusui. Dan kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan teknologi pembuatan makanan bayi seperti pembuatan tepung makanan bayi dan susu bayi sehingga hal ini dapat mendorong ibu untuk mengganti ASI dengan makanan olahan lain, serta iklan yang menyesatkan dari produksi makanan bayi menyebabkan ibu berangapan bahwa makanan-makanan itu lebih baik dari ASI (Siregar, 2004). Pengaruh tempat pelayanan kesehatan terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi karena merupakan titik awal bagi ibu untuk memilih apakah tetap memberikan bayinya ASI eksklusif atau memberikan susu formula yang diberikan oleh petugas kesehatan maupun nonkesehatan sebelum ASI-nya keluar. Belum semua petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi commit to user perpustakaan.uns.ac.id 30 digilib.uns.ac.id agar menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta praktek yang kelirudengan memberikan susu botol kepada bayi yang baru lahir (Siregar, 2004). c. Faktor Pendukung Keberhasilan ASI Eksklusif Faktor-faktor pendukung keberhasilan ASI eksklusif adalah sebagai berikut : 1. Peranan petugas kesehatan, berhasil atau tidaknya penyusuan dini di tempat pelayanan ibu bersalin, rumah sakit sangat tergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan atau dokter. Merekalah yang pertama-tama akan membantu ibu bersalin melakukan penyusuan dini. Petugas kesehatan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana laktasi yang baik dan benar dan diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif terhadap penyusuan dini (Lubis, 2008). 2. Peran Rumah Sakit dan pemerintah, peran rumah sakit bersalin dan rumah sakit umum sangat menentukan pelaksanaan penyusuan dini. Peraturan pemerintah telah banyak mendukung pelaksanaan penyusuan dini, peraturan-peraturan tersebut: (1)Melarang para produsen susu buatan mencantumkan kalimat-kalimat promosi produknya yang memberikan kesan bahwa susu buatan tersebut semutu ASI atau lebih dari ASI. (2)Menganjurkan menyusui secara eksklusif sampai 6 bulan dan menganjurkan pemberian ASI sampai 2 tahun. (3)Melaksanakan rawat gabung di tempat persalinan baik commit to user 31 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id unit persalinan milik pemerintah maupun swasta.(4)Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal ASI sehingga petugas tersebut terampil dalam melaksanakan penyuluhan tentang ASI kepada masyarakat (Lubis, 2008). 3. Faktor keluarga, menurut Roesli dan Elizabeth (2008) pendidikan dapat mempengaruhi seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki dan begitu pula sebaliknya. Seorang ibu yang tidak pernah mendapat nasehat atau penyuluhan tentang ASI dari keluarganya dapat mempengaruhi sikapnya pada saat ibu tersebut harus menyusui sendiri bayinya. Hubungan yang harmonis akan mempengaruhi lancarnya proses laktasi. Timbulnya stres dapat menghentikan produksi ASI. 4. Faktor masyarakat, di beberapa daerah tertentu di Indonesia masih ada kebiasaan meberikan makanan tambahan seperti pisang atau nasi terlalu dini yaitu pada hari-hari pertama kelahiran. Hal ini berbahaya karena usus bayi belum dapat mencerna serta pertumbuhan fungsi ginjal baru dapat beradaptasi untuk menerima makanan dengan kadar garam dan protein yang tinggi pada usia 4 bulan. Dan sebagian lain beranggapan bahwa menyusui merupakan perilaku yang kuno, bila ingin disebut modern ibu mengunakan susu formula. commit to user 32 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 5. Faktor bayi, bayi normal mempunyai kemampuan untuk mengisap dengan baik, pada 30 menit pertama kelahiran refleks menyusui bayi sudah ada. Menyusui bayi secara dini sangat menguntungkan, disamping ASI akan cepat keluar, juga merupakan stimulasi dini terhadap tumbuh kembang anak. Bayi yang mendapat ASI secara eksklusif mortalitas dan morbiditasnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu formula. d. ASI Perah Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan, meskipun cuti hamil hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara Eksklusif (Roesli, 2005). Bagi ibu bekerja yang tidak dapat membawa bayinya ke tempat kerja, pemberian ASI perah akan tetap memungkinkan bayi memperoleh ASI eksklusif selama 6 bulan minimal 4 bulan tanpa harus mendapat cuti tambahan. Bila bayi terlalu kecil atau terlalu lemah sehingga belum dapat minum langsung pada ibu, ASI perah dapat diberikan melalui sonde lambung, pipet atau sendok. Bila keadaan bayi sudah memungkinkan, dianjurkan untuk secepatnya menyusu pada ibunya. Untuk menghilangkan bendungan, perahlah sesering dan sebanyak mungkin yang diperlukan agar payudara tetap nyaman dan commit to user 33 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kelenturan puting susu tetap terjaga. Beberapa ibu mungkin perlu memerah setiap kali sebelum menyusui. Pada ibu yang lain mungkin hanya perlu memerah satu atau dua kali sehari. Beberapa ibu mendapatkan bahwa kompres hangat atau pijatan lembut membuat ASI mengalir. Saat bayi sangat sakit atau sangat kecil sehingga belum dapat diberi minum melalui mulut, memerah ASI merupakan jalan untuk mempertahankan persediaan ASI. Menghilangkan penetesan atau perembesan ASI, pemerahan ASI yang cukup banyak akan mengurangi tekanan pada payudara sehingga akan mengurangi perembesan atau penetesan, bila ASI ibu terlalu banyak, perahlah ASI sebelum menyusui agar bayi tidak tersedak. ASI perah diberikan dengan sendok saat bayi selesai disusui. Menurut Roesli (2005), ASI dapat bertahan jika : 6-8 jam di udara luar. 24 jam dalam termos es. 2 x 24 jam dalam lemari es. Dua minggu di freezer, 3 bulan di freezer lemari es dua pintu. Penyimpanan ASI perah adalah sebagai berikut : Cara penyimpanan ASI perah akan menentukan kualitas anti infeksi dan makanan yang dikandung ASI, anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu ASI tetap segar dalam waktu yang lebih lama karena akan menghambat pertumbuhan bakteri jahat dalam ASI perah yang disimpan. Tempat penyimpanan ASI yang dianjurkan dalam botol gelas atau botol plastik keras, volume sekitar 80-100 cc. Sebelum commit to user 34 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dimasukkan ke dalam freezer, ASI perah segar didinginkan dahulu selama 30 menit dalam lemari es tempat buah. Tulis jam, hari dan tanggal saat diperah.6)Usahakan bayi mendapat ASI perah yang tidak dibekukan karena ASI yang sudah beku akan kehilangan sebagian anti infeksinya. e. Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif Untuk memaksimalkan manfaat menyusui, bayi sebaiknya disusui selama 6 bulan pertama. Terdapat sepuluh langka menyusui: 1. Sarana kesehatan mempunyai kebijakan tentang penerapan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui. 2. Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan untuk staf sendiri atau lainya. 3. Menyiapkan ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI dan langkah keberhasilan menyusui. Memberikan konseling apabila ibu menderita infeksi HIV positif. 4. Melakukan kontak dan menyusui dini bayi baru lahir 1/2-1 jam setelah lahir. 5. Membantu ibu untuk melakukan teknik menyusui yang benar dengan posisi perlekatan tubuh bayi dan perlekatan mulut bayi pada payudara. 6. Hanya memberikan ASI saja tanpa minum praklatal sejak bayi lahir. 7. Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi. commit to user 35 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 8. Melaksanakan pemberian ASI sesering mungkin dan semaunya bayi. 9. Tidak memberikan dot atau empeng. 10. Menindak lanjuti ibu dan bayi setelah pulang dari sarana pelayanan kesehatan (Dien dan Eveline, 2008). f. Petunjuk Pemberian ASI Eksklusif Menurut Roesli dan Elizabeth (2008) terdapat beberapa langkah yang dapat menuntun ibu agar sukses menyusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama, antara lain : Biarkan bayi menyusui sesering mungkin setelah bayi lahir terutama setelah dalam 1 jam pertama atau inisiasi menyusui dini, karena bayi baru lahur sangataktif dan tanggap dalam 1 jam pertama dan setelahitu akan mengntuk dan tertidur. Bayi mempunyai reflek menghisap atausucking sangat kuat pada saat itu. Jika ibu melahirkan dengan operasi caesar juga dapat melakukan hal ini bila kondisi ibu sadar atau ibu telah bebas dari efek anestesi umum. Proses menyusui dimulai segera setelah lahir dengan membiarkan bayi letakkan di dada ibu sehingga terjadi kontak kulit. Bayi akan mulai merangkak untuk mencari puting ibu dan menghisapnya. Kontak kulit akan merangsang aliran ASI, membantu ikatan batin atau bonding ibu dan bayi serta perkembangan bayi. Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya bagi bayi. Tidak ada makanan atau cairan lain seperti gula, air, susu formula yang diberikan, karena akan menghambat commit to user perpustakaan.uns.ac.id 36 digilib.uns.ac.id keberhasilan proses menyusui. Makanan atau cairan lain akan menggangu produksi ASI, menciptsksn ”bingung puting”, serta meningkatkan resiko infeksi. Susui bayi sesuai kebutuhan sampai puas, maka ia akan melepaskan puting dengan sendirinya. Anjurkan ibu hanya memberi ASI selama 6 bulan pertama. B. Penelitian yang relevan 1. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif oleh Iin Dwi Yuliarti tahun 2008. Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Data dikumpulkan dengan wawancara. Kuesioner digunakan untuk mengevaluasi pengetahuan dan sikap ibu. Responden adalah ibu yang memiliki bayi umur 6 – 12 bulan di Puskesmas Sambungmacan I, Kabupaten Sragen. Variabel-variabel dideskripsikan dalam distribusi frekuensi untuk data katagorikal dan mean dan standar deviasi untuk data kontinu. Chi Square dan T-Test digunakan untuk mengetahui distribusi perilaku pemberian ASI eksklusif untuk masing-masing variabel bebas dan analisis regresi logistik biner digunakan untuk mengevaluasi faktorfaktor yang berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Setelah data dianalisis, dari 120 ibu yang diwawancarai 57% memberikan ASI eksklusif. Perilaku menyusui eksklusif tidak dipengaruhi secara bermakna oleh pengetahuan ibu (p=0.11, OR=1.81 CI 95%: 0.88-3.74). Sikap ibu secara bermakna meningkatkan perilaku ASI eksklusif (p=0.006, commit to user perpustakaan.uns.ac.id 37 digilib.uns.ac.id OR=2.81, CI 95%: 1.34-5.91). Faktor perancu yang mempengaruhi perilaku menyusui eksklusif adalah dukungan keluarga (p=0.000, OR=12, CI 95%:4.90-29.37) dan dukungan penolong persalinan (p=0.026, OR=2.57, CI 95%:1.12-5.91). 2. Faktor yang Berperan Terhadap Kegagalan Praktek Pemberian ASI Ekslusif oleh Diana Nur Afifah tahun 2007. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini membandingkan sampel berdasarkan tempat bersalin dan penolong persalinan. Subjek penelitian terdiri dari 12 orang yang terbagi dalam 4 kelompok, yaitu yang melahirkan di rumah dengan dukun bayi, Bidan Praktek Swasta, Rumah Bersalin, dan Rumah Sakit. Hanya ada 1 subjek yang berhasil memberikan ASI Eksklusif, yaitu salah satu subjek yang melahirkan di Rumah Sakit dengan bantuan bidan. Faktor pendorong berhasilnya ASI Eksklusif berupa pengetahuan dan motivasi ibu bersifat negatif. Faktor pemungkin berupa kampanye ASI Eksklusif dan fasilitas BPS, RB, dan RS yang kondusif bagi pemberian ASI Eksklusif juga bersifat negatif. Faktor penguat berupa peranan tenaga kesehatan, dukun bayi, dan keluarga sebagian besar bersifat negatif. Selain itu faktor penghambat berupa keyakinan yang keliru tentang makanan bayi, promosi susu formula, dan masalah kesehatan pada ibu dan bayi juga menyebabkan gagalnya pemberian ASI Eksklusif. 3. Hubungan Praktik Pemberian Asi Eksklusif Dengan Karakteristik Sosial, Demografi Dan Faktor Informasi Tentang Asi Dan Mp-Asi oleh Hermina commit to user perpustakaan.uns.ac.id 38 digilib.uns.ac.id dan Nurfi Arfiansyah tahun 2006. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Sampel penelitian adalah Ibu-ibu rumah tangga yang memiliki bayi usia 6–12 bulan. Pemilihan sampel dilakukan secara acak sederhana (n = 637). Variabel yang dikumpulkan: identitas sampel, umur, pendidikan, pekerjaan, wilayah tinggal, faktor promosi-informasi tentang ASI dan MP-ASI serta faktor-faktor pendukung. Uji X2 digunakan untuk membandingkan variabel kategoris dari karakteristik responden ASI eksklusif dan tidak eksklusif. Hasil penelitian ditemukan hubungan yang bermakna antara status perolehan informasi tentang ASI dan MP-ASI dengan praktik pemberian ASI. Demikian pula ada hubungan bermakna antara status pemberian kolostrom dengan praktik pemberian ASI selanjutnya. Namun tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara karakteristik sosio-demografi, tempat mendapatkan informasi tentang ASI/MP-ASI, sumber informasi tentang ASI/MP-ASI, kontak interpersonal tentang ASI/MP-ASI dan jenis media informasi tentang ASI/MP-ASI dengan praktik pemberian ASI. Kesimpulan penelitian ini status perolehan informasi tentang ASI dan MP-ASI serta status pemberian kolostrom merupakan faktor yang berpengaruh terhadap praktik pemberian ASI di Sumatera Barat. Namun tempat persalinan dan penolong persalinan dengan tenaga kesehatan pengaruhnya kurang terhadap praktik pemberian ASI yang eksklusif. 4. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Yang Tidak Bekerja oleh Feryani Dwi Permana tahun 2006. Metodologi commit to user perpustakaan.uns.ac.id 39 digilib.uns.ac.id yang digunakan adalah kualitatif. Subyek penelitian adalah ibu yang tidak bekerja, memilki bayi usia 6-12 bulan dan gagal memberikan ASI eksklusif. Jumlah subyek penelitian sebanyak 9 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegagalan pemberian ASI eksklusif disebabkan motivasi subyek yang kurang terhadap pemberian ASI eksklusif dimana sebagian besar subyek termotivasi untuk memberikan MP ASI dini karena bayi rewel dan menjadi susah makan, tidak adanya realisasi progranm ASI eksklusif dari puskesmas, kurangnya dukungan orang terdekat subyek terutama suami, kurangnya dukungan tenaga kesehatan terutama penolong persalinan, adanya masalah kecukupan ASI, adanya kondisi bayi yang tidak mau diberi ASI yaitu bayi yang bingung puting dan bayi yang sakit "Goman", adanya promosi susu formula dengan penyampaian iklan yang menarik dan promosi lewat tenaga kesehatan, serta masih adanya kebiasaan dalam hal pemberian prelaktal bayi lahir berupa madu dan pemberian MP ASI dini sebelum bayi berumur 6 bulan. 5. Infant feeding practices and maternal socio-demographic factors that influence practice of exclusive breastfeeding among mothers in Newi SouthEast Nigeria: a cross-sectional and analytical study oleh Onah Stanley et al tahun 2012. Metode penelitian yang dipakai adalah cross sectional. Peneliti menganalisa empat ratus ibu menyusui dan bayi yang berkunjung ke Nnamdi Azikiwe University teaching hospital (NAUTH) selama tahun 2012. Sampel diambil secara konsekutif setelah memenuhi kriteria inklusi. Data menyusui didasarkan pada makanan apa yang diberikan selama 24 jam sebelumnya. commit to user 40 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id ASI eksklusif didefinisikan hanya memberi air susu ibu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadaran (95,3%) dan pengetahuan (825) ibu tentang ASI eksklusif sangat tinggi tetapi praktek pemberian ASI eksklusif sangat rendah (33,5%). Sikap positif terhadap ASI eksklusif ditunjukkan oleh sebagian besar ibu menyusui (71%). Praktek pemberian ASI eksklusif menurun seiring dengan meningkatnya usia bayi OR 0.72 (95% CI 0.34, 1.51) pada bayi usia 1–2 bulan, OR 0.58 (95% CI 0.23, 1.44) pada bayi usia 3 – 4 bulan dan OR 0.20 (95% CI 0.06, 0.73) pada bayi usia 5–6 dibandingkan dengan bayi usia kurang dari satu bulan. Pendidikan ibu, sosial ekonomi, cara persalinan, dan makanan pertama yang diberikan pada bayi adalah faktor predisposisi yang sangat penting dalam kelanjutan menyusui secara eksklusif. Penurunan pemberian ASI eksklusif ditemukan pada ibu dengan pendidikan yang rendah OR 0.33 (95% CI 0.13, 0.81), ibu yang melahirkan melalui operasi caesar OR 0.38 (95% CI 0.18, 0.84), ibu dengan status sosial yang lebih tinggi [(kelas menengah, OR 0.46 (95% CI 0.22, 0.99) dan kelas atas, OR 0.32 (95% CI 0.14, 0.74)] dan peningkatan praktek pemberian ASI eksklusif didapatkan pada ibu yang memberi air susu ibu sebagai makanan pertama bayi OR 3.36 (95% CI 1.75, 6.66). commit to user 41 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id C. Kerangka pikir Pengetahuan ibu Kebutuhan dan harapan Motivasi Pola pemberian ASI : Peran keluarga D. Eksklusif Sebagian Tidak disusui Dampak E.Peran petugas kesehatan Hambatan : Faktor sosial budaya Ibu bekerja Promosi susu formula Faktor fisik ibu atau bayi Faktor psikologis ibu Keterangan : Pola pemberian ASI pada bayi memiliki tiga pola, penuh atau eksklusif, sebagian dan tidak disusui sama sekali. Keberhasilan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh pengertahuan ibu, motivasi, peran keluarga dan peran petugas kesehatan. Hambatan yang ada dapat mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Dalam proses menyusui ibu mempunyai kebutuhan dan harapan akan proses menyusui yang ideal. commit to user