penerapan model pembelajaran kooperatif tipe nht

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NHT BERBASIS MULTIPLE REPRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA
IMPLEMENTATION THE COOPERATIVE LEARNING MODEL NHT-BASED
MULTIPLE REPRESENTATIONS TO IMPROVE LEARNING OUTCOMES
Mahmudah1, Suyatno2, Wahono Widodo3
Mahasiswa S2 pendidikan sains pps Unesa
2
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya
3
Jurusan Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Surabaya
1
Email: [email protected]
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas, respon
siswa, dan ketuntasan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kimia menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis multiple representasi. Penelitian ini merupakan
penelitian pra eksperimen dengan menggunakan rancangan one group pretest-posttest design yang
diujicobakan pada siswa kelas X IPA 3 SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) keterlaksanaan Rencana Pelaksaanaan Pembelajaran (RPP) berkategori baik; (2) aktivitas
siswa menunjukkan bahwa pembelajaran berpusat pada siswa; (3) siswa memberikan respon positif
terhadap proses pembelajaran; (4) hasil belajar siswa baik dari aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan mencapai ketuntasan. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
penerapan perangkat pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbasis multiple representasi dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar.
Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe NHT, multiple representasi, Hasil Belajar.
Abstract. The objective of this research is to describe of the cooperative learning model NHT-based
multiple representations, students’activities, students’ respon, and learning outcomes. This
research using pre-experiment design with one group pretest-posttest design was tried out to grade X
science 3 students of SMA Negeri 1 ngadirojo PacitanThe results showed that: (1) implementation of
the lesson plan are good category (2) students activities were found as students center learning; (3)
students gave positive response to learning process (4) the students’ achievement on attitude, knowledge,
and skills passed the completeness criteria;. Based on this result, it could be concluded that the
implementation the cooperative learning model NHT-based multiple representations can be used to
improve learning outcomes.
Keywords: Cooperative learning model NHT, multiple representations, learning outcomes.
.
PENDAHULUAN
merupakan lembaga pendidikan. Di sekolah
guru memiliki peranan penting dalam proses
belajar mengajar untuk memperoleh ilmu, agar
siswa dapat mengerti dan memahami dengan
baik ilmu yang diajarkan guru, maka guru harus
Pendidikan merupakan hal penting
dalam kehidupan seseorang. Setiap orang pasti
akan
memperoleh
pendidikan
dalam
kehidupannya, salah satu tempat untuk
memperoleh pendidikan adalah sekolah yang
B - 25
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
mempunyai keterampilan dalam mengajar
(kemampuan pedagogik).
Kurikulum 2013 menganut pandangan
dasar bahwa pengetahuan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa.
Siswa adalah subjek yang memiliki kemampuan
untuk secara aktif mencari, mengolah,
mengkonstruksi,
dan
menggunakan
pengetahuan, untuk itu pembelajaran harus
berkenaan dengan kesempatan yang diberikan
kepada
siswa
untuk
mengkonstruksi
pengetahuan dalam proses kognitifnya. Supaya
benar-benar memahami dan dapat menerapkan
pengetahuan, siswa perlu didorong untuk
bekerja memecahkan masalah, menemukan
segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras
mewujudkan ide-idenya [1].
Permasalahan yang dihadapi siswa
adalah kesulitan dalam memahami materi
pelajaran. Ikatan kimia merupakan salah satu
materi pelajaran kimia di kelas X yang dianggap
sulit oleh siswa. Hal ini diketahui berdasarkan
observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap
siswa SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan
program IPA. Sebanyak 71,88% siswa
mengganggap materi ikatan kimia sebagai
materi yang sulit. Materi sulit pilihan siswa ini
didukung berdasarkan wawancara dengan guru
kimia di sekolah tersebut, yang menyatakan
bahwa pemahaman siswa terhadap materi ikatan
kimia masih kurang.
Ikatan kimia merupakan salah satu
materi pelajaran kimia di SMA yang memuat
representasi makroskopis, mikroskopis dan
simbolik secara bersamaan. Representasi
makroskopis
dapat
diperoleh
melalui
pengamatan nyata bentuk senyawa-senyawa
yang berkaitan tersebut dan pengalaman siswa
sehari-hari. Representasi mikroskopis yang
ditunjukkan dalam materi ini ialah menjelaskan
proses
penulisan
konfigurasi
elektron,
penjelasan proses pembentukan ikatan (dengan
pemakaian bersama atau serah terima elektron)
dan
dalam
menentukan
jenis
ikatan.
Representasi simbolik yang ditunjukkan dalam
materi ini meliputi menuliskan nomor atom dan
lambang unsurnya, menuliskan
konfigurasi
elektron,
menggambarkan struktur lewis
melingkari pemakaian elektron secara bersamasama, menuliskan rumus molekul dan rumus
struktur suata senyawa. Kemampuan dalam
mempresentasikan konsep ikatan kimia sangat
diperlukan karena materi ini merupakan salah
satu konsep dasar untuk mempelajari materi
selanjutnya, seperti tata nama senyawa
sederhana, larutan elektrolit dan non elektrolit,
reaksi redoks dan hidrokarbon.
Berdasarkan
hasil
pengamatam
perangkat pembelajaran yang ada sekarang
belum sepenuhnya, menerapkan aspek multiple
representasi.
Guru
belum
merancang
pembelajaran model pembelajaran dengan
mengimplementasikan
aspek
multiple
representasi. Selain itu pembelajaran di kelas
masih didominasi oleh guru dan siswa masih
kurang berpartisipasi.
Persoalan sekarang adalah bagaimana
menemukan cara/metode khusus bagi setiap
guru agar konsep-konsep kimia seperti pada
materi ikatan kimia di kelas X SMA, benarbenar dapat diterima, dipahami, dan mampu
menerapkan dengan baik dalam kehidupan
sehari-hari. Model pembelajaran yang berpusat
pada guru masih dominan diterapkan dalam
pembelajaran di kelas. Untuk membuat model
pembelajaran agar berorientasi pada siswa, maka
perlu diterapkan model pembelajaran yang
berbasis pada siswa, sehingga potensi siswa
dapat dioptimalkan.
Penggunaan aspek multiple represetasi
sangat diperlukan guru dalam proses
pembelajaran kimia di kelas. Guru hendaknya
merancang model pembelajaran dengan
mengimplementasikan
aspek
multiple
representasi,
agar
efektivitas
model
pembelajaran yang digunakan meningkat. Dalam
penelitian ini peneliti mengkombinasikan
penggunaan aspek multiple representasi dengan
B - 26
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
model pembelajaran kooperatif tipe NHT karena
materi pokok ikatan kimia bersifat abstrak,
dengan model pembelajaran kooperatuf NHT
saja tingkat pemahaman siswa belum optimum
sehingga perlu dikombinasikan dengan multiple
representasi.
pengamat selama empat kali pertemuan. Hasil
pengamatan dari dua orang pengamat mengenai
keterlaksanaan RPP pada uji coba 1 dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Keterlaksanaan RPP pada Uji Coba 1.
Jumlah Aspek
RPP
Teramati
20
20
Pertemuan
ke1-4
METODE
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
penerapan dengan uji coba menggunakan
rancangan one group pretest-posttest design
yang diujicobakan pada 10 siswa kelas X IPA
SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan. Waktu
penelitian ini dilaksanakan pada semester genap
tahun ajaran 2014/2015.
Prosedur Penelitian
Persiapan
Menyusun perangkat pembelajaran dan
instrumen penelitian serta melakukan proses
validasi
Pelaksanaan
Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperwtif tipe NHT
berbasis multiple representasi serta melakukan
pengamatan
keterlaksanaan
pembelajaran,
aktivitas, penilaian hasil belajar, dan
menyebaran angket respon siswa setelah
kegiatan belajar mengajar.
Analisis Data
Data-data yang telah terkumpul kemudian
dilakukan analisis secara deskriptif kuantitatif.
Data keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas
siswa, dan respon siswa dihitung melalui
persentase, sedangkan hasil belajar siswa
dianalisis sesuai Permendikbud No.104 tentang
Pedoman Penilaian Hasil Belajar oleh
Pendidik.[2]
Keterlaksanaan
RPP (%)
100
Tabel 1 menunjukkan bahwa semua langkahlangkah yang tertera pada sintak pembelajaran
yang telah dikembangkan dapat terlaksana
dengan sangat baik oleh guru dan siswa berperan
aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Aktivitas Siswa
Pengamatan aktivitas siswa dilakukan oleh
dua orang pengamat dan dilaksanakan setiap
periode 2 menit dengan menilai aktivitas
dominan dalam periode 2 menit tersebut. Hasil
analisis aktivitas siswa selama proses
pembelajaran pada uji coba 1 dapat dilihat pada
Gambar 1.
Bertanya
13%
Menyamp
aiakan
pendapat/
mengkom
unikasikan
informasi
kepada
kelas/guru
12%
Mempres
entasikan
hasil kerja
kelompok
12%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterlaksanaan Pembelajaran
Untuk menguji keberhasilan penerapan
model pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran
diamati menggunakan lembar pengamatan
keterlaksanaan RPP yang diamati oleh dua orang
Berperilak
u tidak
relevan
2%
Mendenga
rkan
/memperh
atikan
penjelasan
guru
12%
Membaca
atau
mencari
informasi
materi
ajar sesuai
isi
12%
Mencatat
12%
Bekerjasa
ma antar
kelompok
12%
Mengerjak
an LKS
13%
Gambar 1 Aktivitas Siswa pada Uji Coba 1
Gambar 1 menunjukkan bahwa aktivitas
positif siswa (aktivitas 1-9). Adanya dominasi
dari aktivitas siswa yang meliputi aktivitas fisik
B - 27
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
maupun mental di setiap pertemuan dan
keterlibatan siswa secara aktif selama proses
pembelajaran berlangsung, menunjukkan bahwa
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT berbasis multiple representasi lebih
berpusat pada siswa.
Respon Siswa
Penyebaran angket respon dilakukan setelah
uji coba I yang bertujuan untuk mengetahui
respon siswa terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Hasil analisis persentase respon
siswa dapat disajikan dalam Gambar 2.
Berdasarkan Gambar 2 hasil keseluruhan
respon siswa terhadap model pembelajaran
kooperatif tipe NHT
berbasis multiple
representasi dikategorikan respon siswa adalah
positif. Respon positif tersebut menunjukkan
bahwa siswa dapat menerima dengan baik
semua
komponen
pembelajaran
yang
menyebabkan
harapan
untuk
mencapai
keberhasilan dalam pengajaran menjadi lebih
tinggi.
Hasil Belajar Siswa
Aspek Sikap
Aspek sikap yang diamati pada penelitian ini
adalah aspek sikap sosial yang meliputi
kerjasama, tanggungjawab, terbuka.
Pengamatan sikap ini didasarkan atas rubrik
yang telah dikembangkan oleh peneliti. Sikap
sosial siswa mengalami kenaikan pada setiap
pertemuannya. Analisis hasil pengamatan sikap
siswa secara dapat dilihat pada Tabel 3.
88,00 98,00 92,00 86,67 91,67 85,00 90,00
12,00
2,00
8,00 13,33 8,33
15,00
10,00
Tabel 3 Nilai Sikap Sosial Siswa
Gambar 2 Respon Siswa terhadap Pembelajaran
Kerjasama
Tanggungjawab
Terbuka
Siswa
Keterangan:
Pendapat 1 : Katertarikan siswa terhadap
komponen pembelajaran
Pendapat 2 : Keterbaruan komponen
pembelajaran
Pendapat 3 : Kemudahan siswa dalam
memahami komponen
pembelajaran
Pendapat 4 : Kejelasan cara mengajar guru
dalam membimbing siswa selama
KBM
Pendapat 5 : Cara guru menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbasis multiple representasi
Pendapat 6 : Kesetujuan siswa bila pelajaran lain
menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT
berbasis
multiple representasi
Pendapat 7 : Kemudahan siswa dalam menjawab
butir soal
Nilai Predikat Nilai Predikat Nilai Predikat
1
4,00
SB
4,00
SB
4,00
SB
2
4,00
SB
4,00
SB
4,00
SB
3
4,00
SB
4,00
SB
4,00
SB
4
4,00
SB
4,00
SB
4,00
SB
5
4,00
SB
4,00
SB
4,00
SB
6
4,00
SB
4,00
SB
4,00
SB
7
4,00
SB
4,00
SB
4,00
SB
8
4,00
SB
4,00
SB
4,00
SB
9
4,00
SB
4,00
SB
4,00
SB
10
4,00
SB
4,00
SB
4,00
SB
Keterangan:
SB: Sangat Baik.
B - 28
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
pada posttest menunjukkan peningkatan dengan
rata-rata ketuntasan sebesar 3,23.
Informasi mengenai materi pelajaran yang
disampaikan guru dengan menggunakan aspek
multiple
representasi
berupa
tayangan
video,gambar, miniatur dan obyek asli dapat
membuat siswa termotivasi untuk belajar. Teori
pengkodean ganda juga menyatakan bahwa,
informasi yang disajikan secara visual dan
verbal akan diingat lebih baik dibanding hanya
dengan satu cara [3].
Penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT memunculkan kesadaran siswa untuk
saling membagi informasi melalui berpikir
bersama yang merupakan fase ketiga dari sintaks
NHT. Seperti yang dikemukakan Piaget faktor
utama yang mendorong perkembangan kognitif
seseorang adalah motivasi atau daya diri
individu itu sendiri untuk mau belajar dan
berinteraksi dengan lingkungan [4]. Baik Piaget
maupun Vygotsky menekankan pentingnya
interaksi sosial dalam perkembangan kognitif
[5]. Teori pengkodean ganda juga menyatakan
bahwa, informasi yang disajikan secara visual
dan verbal akan diingat lebih baik dibanding
hanya dengan satu cara.
Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan
belajar yang dilakukan siswa dengan cara
bekerja sama dengan kelompok-kelompok kecil
(biasanya 4-5 orang) dimana setiap siswa bisa
berpartisipasi dalm tugas-tugas kolektif yang
telah ditentukan dengan jelas [6]. Tipe NHT
yang dikenal sebagai kepala bernomor
merupakan suatu istilah dalam pembelajaran
kooperatif yang digunakan untuk menunjukkan
adanya penomoroan pada anggota kelompok.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT, guru bukan sebagai pusat pembelajar,
namun sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
Keadaan ini menyebabkan hubungan interaksi
siswa dan guru menjadi lebih baik. Keefektifan
penggunaan model pembelajran kooperatif tipe
NHT dalam proses pembelajaran diantaranya
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Kusuma
Hasil analisis sikap sosial menunjukkan
bahwa semua siswa memperoleh predikat sangat
baik, karena sikap-sikap tersebut sudah
dibiasakan oleh seluruh guru yang mengajar
dikelas tersebut.
Aspek Pengetahuan
Analisis ketuntasan individu pada aspek
pengetahuan secara singkat ditunjukkan pada
Tabel 4.
Tabel 4 Nilai Tes Pengetahuan Siswa
Siswa
Ketuntasan Siswa
Pretest
Ketuntasan Siswa
Postest
N
P
KET
N
P
KET
1
0,40
D
TT
3,38
B+
T
2
1,40
D+
TT
3,38
B+
T
3
0,40
D
TT
3,38
B+
T
4
0,60
D
TT
3,08
B
T
5
1,00
D
TT
2,92
B
T
6
0,40
D
TT
3,38
B+
T
7
0,80
D
TT
2,92
B
T
8
0,60
D
TT
3,23
B+
T
9
0,60
D
TT
3,38
B+
T
10
2,00
D
TT
3,23
B+
T
Rata0,82
rata
D
TT
3,23
B+
T
Keterangan:
P
: Predikat
KET : Ketuntasan Individual
T
: Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Pada saat pretest, semua siswa dinyatakan
tidak tuntas tetapi pada saat posttest semua siswa
dinyatakan
tuntas.
Rata-rata
ketuntasan
individual siswa pada pretest sebesar 0,82 dan
B - 29
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
(2008) menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil
belajar kimia siswa[7].
Aspek Keterampilan
Analisis hasil belajar aspek keterampilan
siswa pada uji coba 1 secara ringkas ditunjukkan
pada Tabel 5.
pembelajaran secara keseluruhan terlaksana
dengan kategori sangat baik.
2. Aktivitas siswa selama penerapan perangkat
pembelajaran
sudah
menggambarkan
kesesuaian dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT berbasis multiple
representasi.
3. Siswa menunjukkan respon positif terhadap
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT berbasis multiple representasi yang
telah dilaksanakan oleh peneliti.
4. Hasil belajar aspek sikap terjadi peningkatan,
sehingga pada akhir pertemuan didapatkan
predikat sangat baik. Peningkatan hasil
belajar pada aspek pengetahuan dapat dilihat
berdasarkan rata-rata nilai pretest siswa
sebesar 0,82 dan seluruhnya dinyatakan tidak
tuntas, tetapi pada saat posttest nilai rata-rata
siswa sebesar 3,23.
Tabel 5 Penilaian Tugas Proyek
Siswa
SR
Predikat
1
4,00
A
2
3,33
B+
3
3,33
B+
4
3,33
B+
5
2,67
B6
2,67
B7
3,33
B+
8
3,33
B+
9
3,33
B+
10
2,67
BRata3,33
rata
Keterangan:
SR: Skor rata-rata dari dua pengamat
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih disampaikan kepada
Bapak Suyatno, S.Pd, selaku Kepala Sekolah
SMA Negeri 1 Ngadirojo, Pacitan dan Ibu Ely
Setyowati S.Pd., selaku guru kimia kelas X
SMA Negeri 1 Ngadirojo, Pacitan yang telah
memberikan ijin, bantuan, dan saran dalam
pelaksanaan penelitian. Serta Pemerintah Kota
Bontang yang telah memberikan bantuan dana
dalam pelaksanaan penelitian ini.
Hasil belajar aspek keterampilan kinerja
diambil oleh dua pengamat pada saat siswa
melakukan
kinerja
dan
pengamatan
dilakukan
dengan
mengisi
lembar
pengamatan keterampilan siswa pada
pertemuan ke tiga. Penilaian kinerja yang
dinilai dalam penelitian ini adalah
keterampilan menyusun molimod.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemendikbud. 2013. Permendikbud No.81A
tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta:
Kemendikbud.
2. Kemendikbud. 2014. Permendikbud No.104
tentang Pedoman Penilaian Hasil Belajar
oleh Pendidik. Jakarta: Kemendikbud.
3. . Paivio, A. 2006 “Pathways to Literacy
Achievement for High Poverty Children,”
The University of Michigan School of
Education,.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa :
1. Keterlaksanaan RPP pada pertemuan 1-4
pada kelas X IPA 3 di SMA Negeri 1
Ngadirojo,
Pacitan
dalam
proses
B - 30
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
4. Slavin, R.E. (2008). Psikologi
Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta:
Indeks.
5. Woolfolk,
A.
(2009).
Educational
Psychology Active Learning Edition. Edisi X.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
6. Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Nur, M., &
Ismono. (2005). Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya: UNESA University Press.
7. Kusuma, E., Wijayati., N., & Wibowo, L. S.
(2008). “Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht
Berbasis Savi untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Kimia Pokok Bahasan Laju Reaksi”.
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. 2 (1) 216223.
B - 31
Download