27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Landasan Teori Penelitian

advertisement
27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Landasan Teori
Penelitian tentang pengaruh asimetri informasi, ukuran perusahaan dan
pajak tangguhan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia memerlukan kajian teori sebagai berikut:
2.1.1 Teori Keagenan
Barus dan Kiki (2015) menyatakan bahwa Teori keagenan membahas
hubungan antara manajemen dan pemegang saham dimana yang dimaksud
dengan principal adalah pemegang saham dan agent adalah manajemen
pengelola perusahaan. Principal menyediakan fasilitas dan dana untuk
mengelola perusahaan, di lain pihak manajemen mempunyai kewajiban untuk
mengelola perusahaan sesuai dengan yang diamanahkan oleh
pemegang
saham kepadanya.
Oktomegah (2012) menyatakan bahwa teori keagenan menjelaskan
bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih pemilik
(principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa
dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada
agen tersebut. Pendelegasian wewenang tersebut akan menimbulkan masalah
keagenan (agency problem), yaitu ketidaksejajaran kepentingan antara
principal (pemilik/pemegang saham) dan agent (manajemen perusahaan).
Teori keagenan memiliki asumsi bahwa masing-masing individu
termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik
10
Pengaruh Asimetri Informasi..., Rahma Dwi Puji Lestari, FE UMP, 2016
28
11
kepentingan antara principal dan agent. Pemegang Saham (Principal)
memiliki kepentingan agar dana yang telah diinvestasikan memberikan
pendapatan yang maksimal, sedangkan manajemen (agent) mempunyai
kepentingan untuk memaksimalkan kesejahteraan sendiri yang berlawanan
dengan kepentingan pemegang saham. Konflik kepentingan antara principal
dan agent perlu diminimalisir, dengan cara melakukan mekanisme
pengawasan untuk mengurangi kesempatan agent untuk melakukan
manajemen laba
2.1.2 Manajemen Laba
2.1.2.1 Definisi Manajemen Laba
Menurut Wiryadi dan Nurzi (2013) manajemen laba merupakan salah
satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, dan
menambah bias dalam laporan keuangan serta mengganggu pemakai laporan
keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai
angka laba tanpa rekayasa.
Scott (2000) dalam Rahmawati, dkk (2006) membagi cara pemahaman
atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku
oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi
kontrak kompensasi, kontrak utang dan political costs (oportunistic Earnings
Management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif
efficient contracting (Efficient Earnings Management), dimana manajemen
laba memberi manajemen suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka
dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga
Pengaruh Asimetri Informasi..., Rahma Dwi Puji Lestari, FE UMP, 2016
2912
untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan
demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya
melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income
smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.
Azlina (2010) menyatakan bahwa manajemen laba merupakan sikap
oportunis yang dapat menimbulkan asimetri informasi dan merugikan
pihak-pihak
yang menggunakan informasi laporan keuangan perusahaan
tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen laba merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh manajemen
dengan cara memanipulasi data atau informasi akuntansi agar jumlah laba
yang tercatat dalam laporan keuangan sesuai dengan keinginan manajemen,
baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan perusahaan.
2.1.2.2 Faktor – Faktor Pendorong Manajamen Laba
Menurut Barus dan Kiki (2015) menyatakan bahwa dalam Teori Akuntansi
Positif menjelaskan tiga hipotesis yang mendorong perusahaan melakukan
manajemen laba yaitu :
1. The bonus plan hypothesis yaitu manajer perusahaan yang memiliki
program bonus yang terkait dengan angka-angka akuntansi cenderung
untuk memilih prosedur akuntansi yang menggeser pelaporan laba dari
periode mendatang ke periode tahun berjalan ( menaikkan laba yang
dilaporkan sekarang )
Pengaruh Asimetri Informasi..., Rahma Dwi Puji Lestari, FE UMP, 2016
13
30
2. The debt covenant hypothesis dimana perusahaan yang terancam
melanggar
konvensi perjanjian hutang cenderung untuk memilih
prosedur akuntansi yang menggeser pelaporan laba dari periode
mendatang ke periode tahun berjalan
3. The political cost hypothesisdimana semakin besar biaya politis
yang dihadapi suatu perusahaan, maka manajer cenderung untuk
memilih
prosedur
akuntansi
yang menangguhkan pelaporan laba
periode mendatang ke periode tahun berjalan (menurunkan laba yang
dilaporkan sekarang.
2.1.2.3 Teknik Manajemen Laba
Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im (2000)
dalam Rahmawati, dkk (2006) dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu:
1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi
Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment(perkiraan)
terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak
tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi
aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain.
2. Mengubah metode akuntansi
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu
transaksi, contoh : merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode
depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus.
Pengaruh Asimetri Informasi..., Rahma Dwi Puji Lestari, FE UMP, 2016
14
31
3. Menggeser periode biaya atau pendapatan.
Contoh
rekayasa
periode
biaya
atau
pendapatan
antara
lain
mempercepat/menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan
sampai pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda
pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat/menunda
pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap
yang sudah tak dipakai.
2.1.2.4 Stretegi Manajemen Laba
Wild (2005: 120) dalam Subagyo, dkk (2011) manyatakan bahwa
terdapat tiga jenis strategi manajemen laba. Sering kali manajer melakukan
satu atau kombinasi dari tiga strategi pada waktu yang berbeda untuk
mencapai tujuan manajemen laba jangka panjang. Jenis-jenis strategi
tersebut antara lain, sebagai berikut:
1. Meningkatkan laba (Increasing Income).
Salah satu strategi manajemen laba adalah meningkatkan laba yang
dilaporkan pada periode kini untuk membuat perusahaan dipandang lebih
baik. Cara ini juga memungkinkan peningkatan laba selama beberapa
periode.
2. Mandi Besar (Big Bath)
Strategi Big Bath dilakukan melalui penghapusan sebanyak mungkin
pada suatu periode. Periode yang dipilih biasanya periode dengan kinerja
yang buruk (seringkali pada masa sesesi dimana perusahaan lain juga
melaporkan laba yang buruk) atau peristiwa yang terjadi satu kejadian
Pengaruh Asimetri Informasi..., Rahma Dwi Puji Lestari, FE UMP, 2016
32
15
yang
tidak
bisa
seperti
perubahan
manajemen,
merger,
atau
restrukturisasi.
3. Perataan Laba (Income Smoothing)
Perataan laba merupakan bentuk umum manajemen laba. Pada strategi
ini, manajer meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk
mengurangi fluktuasinya. Banyak perusahaan menggunakan bentuk
manajemen laba ini.
2.1.3 Metode Perhitungan Manajemen Laba
2.1.3.1 Konsep Akrual
Dalam pelaporan keuangan terdapat dua metode pencatatan akuntansi
yaitu terdiri dari basis akrual (Accrual Basic) dan basis kas (Cash basic).
Basis akrual merupakan basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi
atau peristiwa lainnya pada saat transaksi atau peristiwa itu terjadi tanpa
memperhatikan saat kas/ setara kasi diterima atau dibayar. Sedangkan basis
kas merupakan basis akuntansi yang mengakui transaksi/ peristiwa lainnya
pada saat kas/ setara kas diterima atau dibayar. Pengakuan atas dasar kas ini
menyimpang dari konsep dasar akuntansi yaitu matching of cost with
revenue (memadankan antara penghasilan dengan beban/ biaya) sehingga
konsep pengakuan pendapatan dan beban atas dasar kas tunai yang diterima
tidak sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Laporan keuangan umumnya dibuat berdasarkan basis akrual. Standar
akuntansi mengharuskan suatu entitas meyusun laporan keuangan
berdasarkan konsep akrual, kecuali laporan arus kas. Basis akrual digunakan
Pengaruh Asimetri Informasi..., Rahma Dwi Puji Lestari, FE UMP, 2016
3316
untuk memenuhi konsep dasar akuntansi matching of cost with revenue.
Menurut konsep dasar matching of cost with revenue, pengakuan beban atau
pendapatan harus diakui sesuai dengan hak yang diukur dalam satu periode
akuntansi tidak mempertimbangkan adanya penerimaan kas tunai, karena
konsep dasar kas tidak dapat memenuhi kriteria kesepadanan antara
pendapatan dan beban atau matching of cost with revenue. Oleh karena itu
pengakuan pendapatan dan beban menurut standar akuntansi yang diterima
oleh umum menggunakan basis akrual.
Subagyo, dkk (2011) menyatakan bahwa konsep akrual dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Discretionary accrual
Pengakuan akrual laba atau beban yang bebas tidak diatur dan
merupakan pilihan kebijakan manajemen.
2. Nondiscretionary accrual
Pengakuan laba yang wajar yang tunduk suatu standar atau prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Nondiscretionary accrual merupakan
akrual yang wajar, dan apabila dilanggar akan mempengaruhi kualitas
laporan keuangan. Oleh karena itu bentuk akrual yang tepat dalam
manajemen laba adalah bentuk discretionary accrual yang merupakan
akrual tidak normal dan merupakan pilihan kebijakan manajemen
dalam pemilihan metode akuntansi. Dengan discretionary accrual
manajemen memiliki fleksibilitas dalam mengontrol pencatatan
karena discretionary dibawah kebijaksanaan manajemen.
Pengaruh Asimetri Informasi..., Rahma Dwi Puji Lestari, FE UMP, 2016
3417
2.1.4 Asimetri Informasi
2.1.4.1 Definisi Asimetri Informasi
Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki
akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar
perusahaan. (Rahmawati, dkk. 2006)
Asimetri informasi adalah kondisi dimana ada ketidakseimbangan
perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi
dengan pihak pemegang saham (principal) sebagai pengguna informasi.
(Rachmawati, 2010)
Asimetri Informasi adalah keadaan dimana agent mempunyai informasi
yang lebih banyak tentang perusahaan dan prospek perusahaan dimasa yang
akan datang dibandingkan dengan principal. Manajemen yang ingin
menunjukan kinerja yang baik dapat termotivasi untuk memodifikasi
laporan keuangan agar menghasilkan laba seperti yang diinginkan oleh
pemilik. Asimetri informasi antara manajemen dan pemilik dapat
memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba.
(Barus dan Kiki, 2015)
Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajemen dapat memicu
untuk melakukan tindakan-tindakan yang dapat memberikan keuntungan
bagi manajemen. Sedangkan bagi pemilik modal, keadaan semacam ini akan
mempersulit pemilik modal untuk mengontrol secara efektif tindakan yang
dilakukan oleh manajemen karena informasi yang dimiliki oleh pemilik
modal sedikit. Asimetri informasi dapat menjadi masalah serius ketika
Pengaruh Asimetri Informasi..., Rahma Dwi Puji Lestari, FE UMP, 2016
18
35
informasi penting tentang perusahaan dan pengendalian perusahaan ada
ditangan agent dan tidak diketahui oleh principal.
2.1.5 Tipe Asimetri Informasi & Teori Bid – Ask Spread
2.1.5.1 Tipe Asimetri Informasi
Menurut Scoot (2003) dalam Rachmawati (2010) terdapat dua macam
asimetri informasi yaitu
1. Adverse Selection
Manajer
mengetahui
banyak
tentang keadaan
dan
prospek
perusahaan dibanding investor. Informasi yang dapat mempengaruhi
pemegang saham tidak disampaikan
2. Moral Hazard
Kegiatan yang dilakukan manajer tidak seluruhnya diketahui oleh
pemegang saham atau pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat
melakukan tindakan yang melanggar kontrak. Moral hazard dapat
terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan pengendaliaan yang
merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar.
2.1.5.2 Teori Bid- Ask Spread
Rahmawati, dkk (2006) menyatakankan bahwa bid-ask spread
terdapat suatu komponen spread yang turut memberikan kontribusi
terhadap kerugian yang dialami dealer ketika bertransaksi dengan
pedagang terinformasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kos pemrosesan pesanan (order processing cost), terdiri dari biaya
yang dibebankan oleh pedagang sekuritas (efek) atas kesiapannya
Pengaruh Asimetri Informasi..., Rahma Dwi Puji Lestari, FE UMP, 2016
36
19
mempertemukan pesanan pembelian dan penjualan, dan kompensasi
untuk waktu yang diluangkan oleh pedagang sekuritas guna
menyelesaikan transaksi.
2. Kos penyimpanan persediaan (inventory holding cost), yaitu kos yang
ditanggung oleh pedagang sekuritas untuk membawa persediaan saham
agar dapat diperdagangkan sesuai dengan permintaan.
3. Adverse selection component, menggambarkan suatu upah (reward)
yang diberikan kepada pedagang sekuritas untuk mengambil suatu
risiko ketika berhadapan dengan investor yang memiliki informasi
superior. Komponen ini terkait erat dengan arus informasi di pasar
modal.
Berkaitan dengan bid-ask spread, fokus perhatian akuntan adalah pada
komponen adverse selection component karena berhubungan dengan
penyediaan informasi ke pasar modal.
2.1.6 Ukuran Perusahaan
Azlina (2010), menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu
skala dimana dapat diklasifikasikan besar dan kecilnya perusahaan
dengan berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size,nilai pasar
saham, dan lain-lain. Perusahaan yang berukuran besar lebih diminati
oleh
para
analis
dan
broker,
dimana
laporan
keuangan
yang
dipublikasikan lebih bersifat transparan sehingga memperkecil timbulnya
asimetri informasi yang dapat mendukung timbulnya manajemen laba.
Pengaruh Asimetri Informasi..., Rahma Dwi Puji Lestari, FE UMP, 2016
37
20
Makaombohe, dkk (2014), menyatakan bahwa ukuran
perusahaan
merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan.
Perusahaan besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapatkan
sumber pendanaan dari berbagai sumber. Pada sisi lain perusahaan dengan
skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena
perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak.
Kusumawardhani (2012), menyatakana bahwa ukuran perusahaan
merupakan salah satu indikator yang digunakan investor dalam menilai aset
maupun kinerja perusahaan. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat dilihat
dari total aktiva (asset) dan total penjualan (net sales) yang dimiliki oleh
perusahaan.
Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan
yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan
berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan
perusahaan kecil. Bagi investor kebijakan perusahaan akan berimplikasi
terhadap prospek cash flow dimasa yang akan datang. Sedangkan bagi
pemerintah akan berdampak terhadap besarnya pajak yang akan diterima,
serta efektivitas peran pemberian perlindungan terhadap masyarakat secara
umum.
Restuwulan (2013) menyatakan bahwa Ukuran perusahaan yang biasa
dipakai untuk menentukan tingkat perusahaan adalah:
1. Tenaga Kerja, merupakan jumlah pegawai tetap dan dana kontaktor yang
terdaftar atau bekerja diperusahaan pada suatu saat tertentu.
Pengaruh Asimetri Informasi..., Rahma Dwi Puji Lestari, FE UMP, 2016
21
38
2. Tingkat penjualan, merupakan volume penjualan suatu perusahaan pada
suatu periode tertentu misalnya satu tahun.
3. Total utang ditambah dengan nilai pasar saham biasa, merupakan jumlah
utang dan nilai pasar saham biasa perusahaan pada saat atau suatu tanggal
tertentu.
4.
Total asset, merupakan keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan pada
saat tertentu.
2.1.7 Pajak Tangguhan
Beban (tax expense) atau manfaat pajak (tax benefit) adalah jumlah
agregat pajak kini (current tax) dan pajak tangguhan (deffered tax) yang ikut
diperhitungkan dalm perhitungan laba atau rugi akuntansi pada suatu periode
berjalan. (Hartanto, 2003)
Pajak tangguhan merupakan dampak pajak penghasilan di masa yang akan
datang yang disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu) antara perlakuan
akuntansi dengan perpajakan serta kerugian fiskal yang masih dapat
dikompensasikan di masa datang yang perlu disajikan dalam laporan
keuangan dalam suatu periode tertentu. Dampak pajak penghasilan di masa
yang akan data perlu diakui, dihitung, disajikan dan diungkapkan dala laporan
keuangan, baik di dalam pos neraca maupun laba rugi. Suatu perusahaan bisa
saja membayar pajak kecil saat ini, tapi sebenarnya memiliki potensi hutang
pajak yang lebih besar dimasa mendatang. Atau sebaliknya, saatu perusahaan
bisa saja membayar pajak lebih besar saat ini, tetapi sebenarnya memiliki
potensi hutang pajak yang lebih kecil dimasa mendatang. Bila dampak pajak
Pengaruh Asimetri Informasi..., Rahma Dwi Puji Lestari, FE UMP, 2016
22
39
di masa datang tersebut tidak disajikan dalam neraca dan laba rugi, maka
laporan keuangan bisa menyesatkan penggunanya sehingga diperlukan
perlakuan akuntansi untuk pajak tangguhan (Hardi cheng, 2009 dalam
budiman, 2012)
Pajak tangguhan merupakan pajak yang kewajibannya ditunda sampai
waktu yang ditentukan atau diperbolehkan, atau terjadi karena adanya
perbedaan temporer kena pajak.
PSAK No. 46 tahun 2009 menyatakan bahwa perbedaan temporer
(temporary differences) dapat berupa:
1. Perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary differences) adalah
perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah kena pajak (taxable
amount) dalam perhitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai
tercatat aset dipulihkan (recovered) atau nilai tercatat kewajiban tersebut
dilunasi (settled) atau
2. Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan (deductible temporary
differences) adalah perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah
yang boleh dikurangkan (deductible amount) dalam perhitungan laba
fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aset dipulihkan
(recovered) atau nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi (settled).
Menurut hartanto, 2003 Pajak tangguhan diakui dan disajikan sebagai
penghasilan atau beban didalam laporan laba-rugi tahun berjalan, kecuali
untuk penghasilan yang berasal dari:
Pengaruh Asimetri Informasi..., Rahma Dwi Puji Lestari, FE UMP, 2016
40
23
(a). Transaksi atau kejadian yang langsung dikrediktkan atau dibebankan
kepada ekuitas, baik dalam periode yang sama maupun dalam periode
berbeda.
(b). Penggabungan usaha yang secara substansial merupakan akuisis.
Pajak tangguhan terdiri dari beban pajak tangguhan dan manfaat pajak
tangguhan. Beban pajak tangguhan disajikan dalam laporan laba-rugi yang
sifatnya menambah beban pajak kini dan mengurang laba sedangkan manfaat
pajak tangguhan dalam laporan laba-rugi akan mengurang beban pajak kini
dan menambah laba pada suatu periode tertentu.
2.1.8 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian yang sebelumnya telah dilakukan menujukkan hasil
sebagai berikut:
1. Dhaneswari & Retnaningtyas (2014) menguji pengaruh asimetri informasi,
ukuran perusahaan dan beban pajak tangguhan terhadap praktik
manajemen laba di perusahaan manufaktur. Hasil dari penelitian tersebut
terbukti bahwa asimetri informasi dan beban pajak tangguhan berpengaruh
positif signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur,
sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap
praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur. Secara simultan
asimetri informasi, ukuran perusahaan dan beban pajak tangguhan
berpengaruh positif signifikan terhadap praktik manajemen laba pada
perusahaan manufaktur.
Pengaruh Asimetri Informasi..., Rahma Dwi Puji Lestari, FE UMP, 2016
24
41
2. Putra, dkk (2014) menguji pengaruh asimetri informasi dan ukuran
perusaaan terhadap praktek manajemen laba pada perusahaan manufaktur.
Hasil dari penelitian tersebut terbukti bahwa asimetri informasi dan ukuran
perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap praktek manajemen
laba pada perusahaan manufaktur.
3. Barus & Kiki (2015) menguji pengaruh asimetri informasi, mekanisme
corporate governance dan beban pajak tangguhan terhadap manajemen
laba. Hasil dari penelitian tersebut terbukti bahwa asimetri informasi dan
beban pajak tangguhan secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba.
4. Rahmawati, dkk (2006) menguji pengaruh asimetri informasi terhadap
praktek manajemen laba pada perusahaan perbankan publik. Dari hasil
penelitian tersebut terbukti bahwa asimetri informasi berpengaruh positif
signifikan terhadap praktek manajemen laba pada perusahaan perbankan
publik.
5. Azlina (2010) menguji analisis faktor yang mempengaruhi manajemen
laba. Hasil dari penelitian tersebut terbukti bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
6. Sumomba & Sigit (2012) menguji pengaruh beban pajak tangguhan dan
perencanaan pajak terhadap manajemen laba. Hasil penelitian tersebut
terbukti bahwa baban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen
laba
Pengaruh Asimetri Informasi..., Rahma Dwi Puji Lestari, FE UMP, 2016
25
42
2.1.9 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dikemukakan
diatas dapat dijelaskan bahwa manajemen laba merupakan suatu tindakan
yang dilakukan oleh manajemen dengan cara memanipulasi data atau
informasi akuntansi agar jumlah laba yang tercatat dalam laporan keuangan
sesuai dengan keinginan manajer, baik untuk kepentingan pribadi maupun
kepentingan perusahaan. Seringkali perhatian pengguna laporan keuangan
hanya tertuju pada laba tanpa memperhatikan dari mana perusahaan
memperoleh laba tersebut. Adanya kecenderungan lebih memperhatikan laba
dalam laporan keuangan disadari oleh manajemen, sehingga mendorong
timbulnya perilaku menyimpang yang disebut dengan manajamen laba.
Dhaneswari dan Retnaningtyas (2014) berpendapat bahwa asimetri
informasi dianggap sebagai penyebab terjadinya praktik manajemen laba.
Asimetri informasi muncul karena manajemen lebih mengetahui informasi
internal perusahaan dan prospek perusahaan dibandingkan principal atau
pemegang saham. Hal ini didasari adanya konflik keagenan yaitu
ketidakselarasan antara kepentingan manajemen dengan pemegang saham.
Dimana
manajemen
mempunyai
kepentingan
untuk
mensejaterakan
perusahaan dan kepentingan pribadi sehingga dalam mengelola perusahaan
manajemen memerlukan akses informasi yang lebih banyak dari pemegang
saham. Untuk itu manajemen mempunyai keleluasaan dalam menyusun
laporan keuangan sesuai dengan keinginan manajer.
Pengaruh Asimetri Informasi..., Rahma Dwi Puji Lestari, FE UMP, 2016
26
43
Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukan besar kecilnya
perusahaan. Menurut Makaombohe, dkk (2014), menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap manajmen laba. Hal ini
diasumsikan bahwa, jika pengelolaan laba yang dilakukan oportunitis maka
semakin besar perusahaan maka akan semakin kecil pengelolaan laba
karena perusahaan besar mendapat perhatian kritis oleh para investor dan
pengguna eksternal lainnya sehingga perusahaan dengan ukuran besar akan
lebih berhati-hati untuk melaporkan laba perusahaan
Pajak tangguhan merupakan komponen total beban pajak penghasilan
perusahaan yang mencerminkan pengaruh pajak atas perbedaan temporer
antara laba buku (yaitu, pendapatan yang dilaporkan kepada pemegang saham
dan pengguna eksternal lainnya) dan penghasilan kena pajak (yaitu,
pendapatan yang dilaporkan kepada otoritas pajak). Laporan keuangan
komersial dan laporan keuangan fiskal berbeda dalam hal penyusunannya,
laporan keuangan komersial disusun berdasarkan basis akrual sedangkan
laporan keuangan fiskal menggunakan basis kas, maka akan timbul perbedaan
antara laba yang dihitung secara komersial dan laba yang dihitung untuk
kepentingan pajak. Semakin tinggi pajak tangguhan pada suatu perusahaan
maka semakin tinggi manajemen laba, dengan pajak tangguhan yang tinggi
akan mendorong perusahaan melakukan praktik manajemen laba yang
tujuannya untuk mengurangi pembayaran pajak.
Pengaruh Asimetri Informasi..., Rahma Dwi Puji Lestari, FE UMP, 2016
4427
Berdasarkan uraian diatas terdapat beberapa fakor yang diduga dapat
mempengaruhi manajemen laba dalam penelitian ini adalah asimetri
informasi, ukuran perusahaan dan pajak tangguhan.
Berikut kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah:
Variabel Independen
Asimetri Informasi
Variabel Dependen
H1(+)
Manajemen Laba
Ukuran Perusahaan
H2(-)
Pajak Tangguhan
H3(+)
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
2.1.10 Hipotesis Penelitian
2.1.10.1 Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Manajemen Laba
Semakin tinggi asimetri informasi antara manajemen dan pemegang
saham akan berpengaruh terhadap tingkat manajemen laba, manajemen
mempunyai informasi yang lebih banyak dibandingkan pemegang saham
(Principal), hal ini didasari adanya konflik keagenan yaitu ketidakselarasan
antara kepentingan manajemen dengan pemegang saham. Dimana
manajemen mempunyai kepentingan untuk mensejaterakan perusahaan dan
kepentingan pribadi sehingga dalam mengelola perusahaan manajemen
Pengaruh Asimetri Informasi..., Rahma Dwi Puji Lestari, FE UMP, 2016
4528
memerlukan akses informasi yang lebih banyak dari pemegang saham.
Oleh karena itu manajemen lebih leluasa untuk mempangaruhi laporan
keuangan
khususnya
laba
yang digunakan
untuk
memaksimalkan
kepentingan pribadi atau nilai pasar perusahaan.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian Dhaneswari dan Retnaningtyas
(2014), Rahmawati, dkk (2006) dan Santoso (2012) memberikan bukti
empiris bahwa asimetri informasi berpengaruh positif signifikan terhadap
manajemen laba.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis pertama
sebagai berikut:
H1 : Asimetri Informasi berpengaruh positif signifikan terhadap
Manajemen Laba.
2.1.10.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba
Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin rendah praktik
manajemen laba. Perusahaan besar akan disorot kinerjanya oleh publik
karena perusahaan besar mempunyai pemakai laporan keuangan yang lebih
luas sehingga pihak yang berkepentingan akan laporan keuangan semakin
banyak. Oleh karena itu perusahaan akan melaporkan kondisi keuangannya
dengan lebih berhati-hati, lebih menunjukan
keinformatifan
informasi
yang terkandung didalamnya, dan lebih transparan.
Makaombohe, dkk (2014) yang memberikan bukti empiris
bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen
Pengaruh Asimetri Informasi..., Rahma Dwi Puji Lestari, FE UMP, 2016
29
46
laba. Pernyataan tersebut didukung penelitian lain yang dilakukan oleh
Kusumawardhani
(2012)
dan
Dhaneswari
&Retnaningtyas
(2014)
memberikan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif
signifikan terhadap manajemen laba.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis kedua
sebagai berikut:
H2: Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap
Manajemen Laba.
2.1.10.3 Pengaruh Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba
Adanya PSAK yang mengatur tentang pajak tangguhan tidak menjamin
perusahaan untuk tidak melakukan manajemen laba. Pajak tangguhan timbul
akibat adanya perbedaan temporer antara laba akuntansi dengan laba fiskal.
Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal disebabkan dalam
penyusunan laporan keuangan, standar akuntansi lebih memberikan
keleluasaan bagi manejemen untuk menentukan prinsip dan asumsi akuntansi
dibandingkan yang diperbolehkan menurut pajak.
Hal ini membuat manajemen memanfaatkan celah untuk melakukan
manipulasi besarnya pajak tangguhan yang dimiliki. Semakin tinggi pajak
tangguhan maka semakin tinggi praktik manajemen laba, dengan pajak
tangguhan yang tinggi maka akan membuat pajak yang dibayarkan rendah
sehingga mendorong manajemen melakukan praktik manajemen laba.
Pengaruh Asimetri Informasi..., Rahma Dwi Puji Lestari, FE UMP, 2016
4730
Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sumomba dan Sigit
(2012), Rahmawati (2010) dan Dhaneswari & Retnaningtyas (2014)
memberikan bukti empiris bahwa beban pajak tangguhan berpengaruh
positif signifikan terhadap manajemen laba.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis ketiga
sebagai berikut:
H3 : Pajak tangguhan berpengaruh positif signifikan terhadap
manajemen laba.
Pengaruh Asimetri Informasi..., Rahma Dwi Puji Lestari, FE UMP, 2016
Download