BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kinerja
Menurut Wibowo (2008), kinerja berasal dari pengertian performance. Adapun
pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja
mempunyai makna luas, tidak hanya hasil kerja, tetapi bagaimana proses pekerjaan
berlangsung. Adapun pendapat lain yang dikemukakan oleh Armstrong dan Baron dalam
Wibowo (2008), kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan dengan
tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi.
Venkatraman dan Ramanujam (1986) menunjukkan bahwa kinerja perusahaan merupakan
sebuah konstruk multidimensi. Dalam hal ini, kinerja perusahaan terdiri dari kinerja
keuangan, kinerja bisnis, dan kinerja keorganisasian. Kinerja keuangan berada di pusat
wilayah efektifitas keorganisasian.
Ukuran kinerja ini dinilai sangat penting , tetapi tidak cukup untuk mendefinisikan
efektifitas keseluruhan. Standar berbasis akuntansi seperti penerimaan atas aset (return on
asset), penerimaan atas penjualan (return on sales), dan return on equity mengukur
keberhasilan keuangan. Indikator-indikator tersebut menggambarkan profitabilitas saat ini.
Terdapat dua dimensi dalam kinerja ini, yaitu (i) indikator yang berkaitan dengan
pertumbuhan dalam bisnis yang ada dan (ii) indikator yang berkaitan dengan posisi
perusahaan di masa datang (pengembangan produk baru dan diversifikasi). Ukuran
efektivitas keorganisasian berkaitan erat. Contoh ukuran tersebut adalah kepuasan pelanggan,
kualitas dan tanggung jawab sosial. Terdapat dua dimensi, yaitu (i) indikator yang berkaitan
dengan kualitas (kualitas produk, kepuasan pegawai), dan (ii) indikator yang berkaitan
dengan tanggung jawab sosial (lingkungan dan masyarakat)
2.2 Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dapat dilakukan terhadap berbagai
aktifitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian
digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi
pelaksanaan suatu rencana dan titik di mana perusahaan memerlukan penyesuaian atas
aktivitas perencanaan dan pengendalian tersebut. Menurut Mulyadi (2001), dalam hal ini
pengukuran memainkan peran yang sangat penting bagi peningkatan suatu kemajuan
(perubahan) kearah yang lebih baik.
Berkaitan dengan pengukuran kinerja, pemilihan ukuran-ukuran kinerja yang tepat dan
berkaitan langsung dengan tujuan-tujuan strategis perusahaan adalah sangat penting dan
menentukan. Hal ini disebabkan karena banyak perusahaan yang hanya sekedar
melaksanakan pengukuran hal-hal yang tidak penting dan tidak berkaitan langsung dengan
tujuan-tujuan strategis perusahaan. Vincet Gasperst (2005),
2.3 Pengertian Balanced Scorecard
Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yaitu kartu skord( scorecard ) dan berimbang
(balanced). Balanced scorecard merupakan kartu skor yang dimanfaatkan untuk mencatat
skor hasil kinerja eksekutif. Melalui kartu skor, skor yang hendak diwujudkan eksekutif di
masa depan dibandingkan dengan hasil sesungguhnya. Kata berimbang dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa kinerja eksekutif diukur secara barimbang dari dua perspektif yaitu
keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern.menurut
Mulyadi ( 2001), Sedangkan Balanced Scorecard memberikan suatu cara untuk
mengkomunikasikan strategi suatu perusahaan pada manajer-manajer di seluruh perusahaan.
Balanced Scorecard adalah kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi yang diturunkan dari
strategi perusahaan yang mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan ( Amien
Widjaya Tunggal,2001).
Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat telah merubah pola persaingan
perusahaan dari industrial competition menjadi information competition telah mengubah
acuan yang dipakai untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Menurut Kaplan & Norton
Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yaitu :
1. Scorecard
Scorecard yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja
yang nantinya digunakan untuk membandingkan dengan hasil
seseorang
kinerja yang sesungguhnya.
2. Balanced
Balanced dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel atau
diukur secara seimbang dan dipandang dari dua aspek yaitu
keuangan .
keuangan
karyawan
dan non
2.3.1 Konsep Dasar Balanced Scorecard
Kaplan dan Norton dalam Vincet Gasperst (2005),memperkenalkan empat perspektif
yang berbeda dari suatu aktifitas perusahaan yang dapat dievaluasi oleh manajemen, sebagai
berikut:
1. Perspektif Finansial
Langkah untuk membangun suatu Balanced Scorecard, unit-unit bisnis harus dikaitkan
dengan tujuan finansial yang berkaitan dengan strategi perusahaan. Tujuan finansial berperan
sebagai fokus bagi tujuan-tujuan strategis dan ukuran – ukuran semua perspektif dalam
Balanced Scorecard. Setiap ukuran yang dipilih seharusnya menjadi bagian dari suatu
keterkaitan hubungan sebab akibat yang memuncak pada peningkatan kinerja finansial. Tema
– tema strategis (strategis themes) untuk perspektif finansial yang umum ditampilkan pada
ketiga tahap dari siklus hidup bisnis adalah: (1) pertumbuhan dan keberagaman sumber
penerimaan (revenue growth and mix), (2) reduksi biaya dan atau peningkatan produktivitas
(cost reduction/productivity improvement), dan (3) utilisasi aset dan atau strategi investasi
(asset utilization / investment strategy). Pemahaman mengenai perspektif finansial dalam
manajemen balanced scorecard sangat penting karena keberlangsungan suatu unit bisnis
strategis sangat tergantung pada posisi dan kekuatan finansial. Berkaitan dengan hal ini,
berbagai rasio finansial dapat diterapkan dalam pengukuran strategis untuk perspektif
finansial. Manajemen bisnis harus memperhatikan agar semua analisis rasio finansial
menunjukkan hasil yang baik, karena manajemen harus mampu membayar hutang kepada
kreditor jangka pendek maupun kreditor jangka panjang, termasuk kemampuan menghasilkan
keuntungan untuk pemegang saham. Menurut Gaspersz Vincent (2005), Pada dasarnya
terdapat beberapa rasio finansial, antara lain sebagai berikut :
a) Ratio Profitabilitas ( Profitability Ratio )
Ratio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen yang ditunjukan melalui
keuntungan (laba) yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan.
b) Ratio aktivitas ( Activity Ratio )
Ratio aktivitas mengukur efektivitas manajemen perusahaan menggunakan semua
sumber daya yang berada dibawah pengendalian manajemen. Rasio aktivitas
melibatkan perbandingan antara tinggkat penjualan dan investasi pada bebagai jenis
harta (aset). Ratio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat suatu
keseimbangan yang layak dari penjualan dengan berbagai sumber asset dalam
perusahaan seperti inventori,piutang,asset tetap dan asset lainnya.
c) Ratio likuiditas ( Liquidity Ratio )
Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang
jangka pendeknya. Posisi likuiditas yang baik memungkinkan perusahaan
memperoleh investasi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional.
Rasio likuiditas mengukur sebaik apa sebuah perusahaan dapat memenuhi
kewajibannya.
2. Perspektif Pelanggan
Dalam
perspektif
pelanggan
dari
Balanced
Scorecard,
perusahaan
harus
mengidentifikasi pelanggan dan segmen pasar di mana mereka akan berkompetensi (Gaspersz
Vincent (2005),. Elemen yang paling penting dalam suatu bisnis adalah kebutuhan pelanggan,
sehingga identifikasi secara tepat mengenai kebutuhan pelanggan adalah hal penting. Susun
kebutuhan – kebutuhan spesifik itu dalam daftar kebutuhan pelanggan dan di dalam
melakukan analisis pelanggan, diperlukan adanya identifikasi pelanggan berdasarkan
seberapa pertimbangan atau karakteristik sebagai berikut:
1. Pertimbangan geografi
2. Aktivitas umum pembeli
3. Posisi atau tanggung jawab pembeli
4. Karakteristik pribadi pembeli
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Didalam perspektif proses bisnis internal balanced scorecard, manajer harus
mengidentifikasi proses – proses yang paling kritis untuk mencapai tujuan peningkatan nilai
bagi pelanggan (perspektif pelanggan) dan tujuan peningkatan nilai bagi pemegang saham
(perspektif finansial). Banyak organisasi memfokuskan untuk melakukan peningkatan prosesproses operasional. Menurut Gaspersz Vincent (2005), Balanced Scorecard biasa
menggunakan model rantai nilai proses bisnis internal yang terdiri dari tiga komponen utama,
yaitu:
a. Proses Inovasi
Yang mengidentifikasi kebutuhan pelanggan masa kini dan masa mendatang serta
mengembangkan solusi baru untuk kebutuhan pelanggan itu. Misalnya, solusi yamg
dilakukan adalah meluncurkan produk (barang atau jasa) baru, menambah features baru pada
produk yang telah ada, memberikan solusi yang unik, mempercepat penyerahan produk ke
pasar, dan lain-lain. Proses inovasi dapat dilakukan melalui riset pasar untuk
mengidentifikasi ukuran pasar dan preferensi atau kebutuhan pelanggan secara spesifik,
sehingga perusahaan mampu menciptakan dan menawarkan produk (barang atau jasa) sesuai
kebutukan pelanggan dan pasar.
b. Proses Operasional
Yang mengidentifikasi sumber – sumber pemborosan dalam proses operasional serta
mengembangkan
solusi
masalah
yang
terdapat
dalam
proseso
perasional
serta
mengembangkan solusi masalah yang terdapat dalam proses operasional itu demi
meningkatkan efisiensi produksi, meningkatkan kualitas produk dan proses, memperpendek
waktu siklus (cyle time) sehingga meningkatkan penyerahan produk berkualitas tepat waktu
kepada pelanggan, dan lain-lain. Proses operasional dapat ditingkatkan melalui pengendalian
kualitas pada setiap sub-proses kritis dalam proses itu dengan menggunakan diagram alir
proses (process flowbart).
c. Proses Pelayanan
yaitu hal-hal berkaitan dengan pelayanan kepada pelanggan, seperti: pelayanan purna jual,
menyelesaikan masalah yang timbul pada pelanggan dalam kesempatan pertama secara cepat,
melakukan tindak lanjut secara proaktif dan tepat waktu, memberikan sentuhan pribadi
(personal touch), dan lain-lain.
4. Perspektif Pembelajaran Dan Pertumbuhan
Perspektif keempat atau terakhir dalam balanced scorecard adalah mengembangkan
tujuan dan ukuran-ukuran yang mengendalikan pembelajaran dan pertumbuhan organisasi.
Tujuan-tujuan yang ditetapkan dalam perspektif finansial, pelanggan, dan proses bisnis
internal mengidentifikasi di mana organisasi harus unggul untuk mencapai terobosan kenerja,
sementara tujuan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan memberikan infrastruktur
yang memungkinkan tujuan-tujuan ambisius dalam ketiga perspektif itu tercapai. Tujuantujuan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan pengendali untuk
mencapai keunggulan outcome ketiga perspektif, yaitu finansial, pelanggan, dan proses bisnis
internal. Terdapat tiga kategori yang sangat penting dalam pespektif pembelajaran dan
pertumbuhan yaitu; (1) kompetensi karyawan, (2) infrastruktur teknologi, (3) kultur atau
budaya perusahaan. (Gaspersz Vincent, 2005),
2.4 Hubungan Sebab – Akibat Balanced Scorecard
Di antara empat perspektif dalam balanced scorecard terdapat hubungan sebab dan
akibat, oleh karena itu setiap tolak ukur kinerja harus merupakan elemen dari suatu hubungan
sebab akibat sehingga ditemukan perbaikan pada suatu hal yang akan berdampak pada
lainnya, dan lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:
Perspektif Financial
Tingkat pengembalian investasi
( return –on –investement-ROI)
Loyalitas Pelanggan
Perspektif Pelanggan
Penyerahan Produk Berkualitas
Tempat Waktu
Perspektif Proses
Bisnis Internal
Proses pembelajaran
Dan pertumbuhan
Proses Inovasi
Kompetisi
Karyawan
Proses
Operasional
Proses
Pelayanan
Motifasi Karyawan
Gambar 1. Hubungan sebab – akibat dalam empat perspektif Balanced Scorecard menurut
Gaperst Vinvent (2005)
Untuk memebangun suatu balanced scorecard, unit-unit bisnis harus dikaitkan
dengan tujuan fiansial yang berkaitan denagn strategi perusahaan. Setiap ukuran yang dipilih
menjadi bagian dari suatu keterkaitan hubungan sebab akibat yang memuncak pada
peningkatan kinerja finansial. Untuk meningkatkan kepuasan pelanggan melalui penyerahan
produk berkualitas tepat waktu, maka hal ini dapat meningkatkan loyalitas pelanggan. Untuk
menciptakan loyalitas pelanggan maka diperlukan pengidentifikasian kebutuhan pelanggan
masa kini dan masa mendatang serta pengidentifikasi sumber-sumber pemborosan dalam
proses operasional sehingga mengembangkan solusi baru untuk kebutuhan pelanggan yang
berkaitan erat dengan pelayanan kepada pelanggan. Jika ketiga perspektif ini dapat tercapai,
maka tujuan-tujuan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan pengendali
untuk mencapai keunggulan outcome ketiga perspektif finansial, pelanggan, bisnis internal.
(Gaspersz Vincent , 2005).
2.5 Hubungan Antara Perspektif
Menurut Mulyadi dan Jhon Setyawan, (1999), Konsep hubungan sebab akibat memegang
peranan yang sangat penting dalam Balanced Scorecard terutama dalam penjabaran tujuan
dan pengukuran masing-masing perspektif. Empat perspektif yang telah disebutkan diatas
mempunyai satu hubungan antara satu dengan yang lainnya yang penjabarannya merupakan
suatu strategic objectives yang menyeluruh dan saling berhubungan. Hal tersebut dimulai dari
perspektif pembelajaran dan bertumbuh dimana perusahaan mempunyai suatu strategi untuk
meningkatkan produktivitas dan komitmen personel. Sebagai akibat dari peningkatan
produktivitas dan komitmen dari personel akan meningkat pula kualiatas proses layanan
pelanggan dan proses layanan pelanggan akan terintegrasi. Dengan demikian kepercayaan
pelanggan dan kepuasan pelanggan akan meningkat pula yang terlihat dari perspektif
pelanggan. Dan pada akhirnya akan berpengaruh pada perspektif keuangan yang ditunjukkan
dengan peningkatan pendapatan penjualan, peningkatan cost efffectiveness, dan peningkatan
return. Jadi dari masing – masing perspektif memliki peran dan hubunganyang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
Perspektif keuangan sangat dipengaruhi oleh tiga perspektif
lainya yaitu pembelajaran dan bertumbuh, pelanggan, serta internal bisnis.
Berawal dari meningkatnya komitmen dan produktivitas dalam perusahaan yang akan
meningkatkan kualitas proses layanan pelanggan dan pada akhirnya akan menciptakan
kepercayaan terhadap pelanggan. Kepercayaan merupakan modal yang sangat penting bagi
perusahaan dalam menunjang keberhasilan dimasa yang akan datang. Tanpa adanya
dukungan dari pelanggan perusahaan akan mengalami kesulitan, hal ini disebabkan karena
pelanggan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting. Pada akhirnya semua
itu bermuara pada perspektif keuangan yang berdampak pada peningkatan return perusahaan
ditandai dengan meningkatnya laba perusahaan.( Gaspersz Vincent, 2005).
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Balanced Scorecard
Balanced
Scorecard
merupakan
alat
manajemen
kontemporer
(contemporary management tool). Kebutuhan perusahaan untuk mengimplementasikan
Balanced Scorecard dipacu oleh faktor-faktor berikut ini (Mulyadi, 2001).
1. Lingkungan Bisnis Yang Sangat Kompetitif Dan Turbulen
Lingkungan bisnis yang dimaksud oleh perusahaan sangat kompetitif dan
turbulen ,
lingkungan bisnis sebagai berikut:
a. Membangun keunggulan kompetitif melalui distinctive capability
Didalam lingkungan bisnis yang kompetitif produk dan jasa dihasilkan oleh
perusahaan hanya akan dipilih oleh pelanggan jika memiliki keunggulan
dibandingkan dengan pesaingnya. Balanced scorecard menyediakan rerangka untuk
membangun kompetitif melalui empat perspektif yaitu perspektif keuangan,
perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan.
b. Membangun dan secara berkelanjutan memuktahirkan peta perjalanan untuk
mewujudkan masa depan perusahaan
Lingkungan bisnis yang kompetitif akan bergejolak karena perubahan yang
diciptakan oleh para produsen untuk menarik perhatian pelanggan. Untuk memasuki
lingkungan yang bergejolak seperti itu, perusahaan memerlukan peta perjalan yang
secara akurat mencerminkan kondisi lingkungan bisnis senantiasa bergejolak, peta
perjalanan yang digunakan oleh perusahan untuk membangun masa depannya tidak
akan berumur panjang.
c. Menempuh langkah – langkah strategic dalam membangun masa depan perusahaan.
Lingkungan bisnis yang kompetitif menurut perusahaan untuk menempuh langkah langkah strategi dalam membangun masa depan. Untuk memotifasi personel dalam
memikirkan dan melaksanakan langkah – langkah perusahaan membutuhkan system
manajemen strategic. Sistem manajemen ini menjanjikan dihasilkan langkah –
langkah strategic untuk membangun masa depan perusahaan.
d. Mengarahkan Dan Memusatkan Kapabilitas Dan Komitmen Seluruh Personel Dalam
Membangun Perusahaan. Lingkungan bisnis yang turbulen menjadikan masa depan
sangat kompleks dan sulit untuk diprediksi dengan tepat. Dibutuhkan pemikiran dari
banyak pihak dan banyak ahli untuk membuat scenario masa depan yang diperkirakan
akan terjadi. Perusahaan membutuhkan sistem manajemen yang mampu menampung
berbagai pemikiran dari seluruh personel perusahaan untuk membangun scenario
masa depan. Masa depan perusahaan terlalu kompleks untuk dipikirkan oleh
sebagaian kecil personel perusahaan, disamping itu lingkungan bisnis yang kompetitif
menuntut seluruh personel dalam menghadapi lingkungan seperti itu, sehingga
perusahaan memerlukan system manajemen yang mampu mengarahkan dan
memusatkan kapasitas dan komitmen seluruh personel dalam membangun masa
depan perusahaan.
2. Sistem Manajemen yang tidak pas dengan tuntutan lingkungan bisnis
Sistem manajemen yang tidak pas dengan tuntutan lingkungan bisnis sebagai
mana
yang digambarkan diatas memiliki karakteristik sebagai berikut:
a). Sistem Manajemen Yang Digunakan Hanya Mengandalkan Anggaran
Tahunan
Sebagai Alat Perencanaan Masa Depan Perusahaan
Sekarang ini perusahaan hanya mengandalkan anggaran tahunan sebagai alat
perencana masa depannya, perusahaan sangat rentan dalam persaingan. Anggaran
tahunan hanya akan menghasilkan langkah – langkah strategik hanya dapat
direncanakan dengan baik jika perusahaan menggunakan sistem perencanaan jangka
panjang yang didesain untuk itu.
Sistem perumusan strategi, sisten perencanaan
strategic, dan sistem penyusunan program merupakan sistem manajemen yang sangat
dibutuhkan oleh perusahaan untuk memikirkan dan merumuskan langkah – langkah
strategik dalam membangun masa depan perusahaan.
b).
Tidak
Terdapat
Kekoherenan
Antara
Rencana
Jangka
Panjang
Dengan
Rencana Jangka Pendek
Banyak perusahaan telah menyusun rencana jangka panjang, namun jarang
sekali rencana jangka panjang tersebut diterjemahkan kedalam jangka pendek. Antara
jangka panjang dan jangka pendek ini menyebabkan perusahaan tidak responsif
terhadap perubahan lingkungan bisnis yang diperkirakan akan terjadi.
c).
Sistem
Manajemen
Yang
Digunakan
Tidak
Mengikut
Sertakan
Secara
Optimum Seluruh Personel Dalam Membangun Masa Depan Perusahaan.
Dalam manajemen tradisional, masa depan perusahaan dirumuskan oleh
manajemen puncak dengan bantuan staf perencanaan. Manajemen menengah dan
bawah serta karyawan mengimplementasikan rencana jangka panjang dan rencana
jangka pendek yang telah dirumuskan oleh manajemen puncak
2.7 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian mengenai Balanced Scorecard sebagai pengukuran kinerja
perusahaan telah dilakukan. Penelitian tersebut menunjukan bahwa pengukuran kinerja
dengan konsep Balanced Scorecard lebih memberikan informasi yang akurat, karena tidak
hanya mengukur kinerja keuangan, tetapi juga kinerja non keuangan. Beberapa penelitian
tersebut antara lain :
1. Hasil penelitian yang telah di lakukan oleh Debby Marista (2002)
mengenai AnalisisPenelitian Kinerja Menggunakan Balanced Scorecard (Studi Kasus pada
PT. Andalan Pasific Samudera Semarang) memperlihatkan hasil dalam perspektif keuangan
terdapat peningkatan profit margin dan rasio operasi, namun dalam ROI mengalami
penurunan. Dalam perspektif konsumen terdapat peningkatan retensi konsumen, akuisisi
konsumen, profitabilitas konsumen, kepuasan konsumen. Dalam perspektif proses bisnis
internal terdapat peningkatan cycle effectivesness, dan layanan purna jual. Dalam perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran terdapat peningkatan perputaran karyawan, dan kemampuan
sistem informasi.
2. Yuniarsa Adi Prakosa (2006), melakukan penelitian dengan judul
“Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Pendekatan Balanced Scorecard (studi kasus pada
PT. Waskita Karya (persero)) dengan hasil sebagai berikut :
a). Perspektif
Keuangan: Peningkatan ROI sebesar 4,59 % pada tahun 2004, Profit Margin meningkat
sebesar 2,58 %, dan Operating Ratio sebesar 95,05 %.
b) Perspektif Pelanggan : Peningkatan Market Share sebesar 1,5 % pada tahun 2004, akuisisi
pelanggan mengalami penurunan sebesar 9,09 %, dan tingkat kepuasan pelanggan meningkat
sebesar 93,1 %. (c) Perspektif Internal Bisnis Tingkat inovasi perusahaan tiap tahunnya
adalah 0 %, dan layanan purna jual hampir mendekati 100 %. (d) Perspektif Pembelajaran
dan Pertumbuhan Produktivitas karyawan meningkat sebesar Rp. 107.665.121,91 pada tahun
2004, kemudian Retensi karyawan sebesar 4,19 % dan kepuasan karyawan rata – rata
mencapai 87,8 %.
3) Hendra Adiwijaya (2008), melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Penilaian Kinerja Perusahaan dengan Menggunakan Balanced Scorecard Sebagai Alternatif
pada PT. Arotamas” dengan hasil sebagai berikut : (a) Perspektif Keuangan Penurunan ROI
sebesar 0.45 % pada tahun 2006, Profit Margin juga mengalami penurunan menjadi sebesar
0.40 %, dan penurunan Operating Ratio menjadi sebesar 40.50 % pada tahun yang sama. (b)
Perspektif Pelanggan Penurunan akuisisi pelanggan menjadi sebesar 0 % pada tahun 2006,
dan tingkat retensi pelanggan meningkat menjadi sebesar 100 %, namun profitabilitas
pelanggan mengalami penurunan menjadi sebesar 0.29 % pada tahun yang sama.
(c) Perspektif Internal Bisnis Rata – rata tingkat inovasi perusahaan selama 3 tahun adalah
56.97 %, dan untuk pemenuhan pesanan kepada pelanggan pada tahun 2006 mencapai 93.79
%. (d) Perpektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Produktivitas karyawan meningkat menjadi
sebesar Rp. 1.667.387,82 pada tahun 2006, kemudian Retensi karyawan mengalami
penurunan menjadi sebesar 2.08 %.
2.8 Kerangka Pikir
Persaingan dunia usaha telah meningkatkan standar kinerja dalam berbagai dimensi,
sehingga pihak manajemen memerlukan strategi-strategi tertentu guna memenangkan
persaingan. Penilaian kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh efektivitas
penerapan strategi yang telah di terapkan, karena penilaian kinerja merupakan salah satu
faktor yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Gaspersz, (2005). Dalam penelitian
ini peneliti akan melakukan
penilaian kinerja CV.
Malu’o yang diukur dengan metode
Balanced Scorecard. CV.Malu’o adalah salah satu perusahaan yang beroperasi dalam bi
dang peternaka dan baru berdiri selama 8 tahun . Selama kurun waktu tersebut CV.Malu’o
belum pernah melakukan penilaian kinerja secara menyeluruh (perspektif keuangan dan non
keuangan). Melihat kondisi ini, maka peneliti melakukan penilaian terhadap kinerja CV.
Malu’o dengan menggunakan metode analisis Balanced Scorecard. Kerangka pemikiran
dalam penelitian ini akan di jelaskan dalam Gambar 2 berikut ini:
Kinerja CV.Malu’o
Gorontalo
Perspektif
pelanggan
Perspektif Bisnis
Interna
Perspektif
Pembelajaran Dan
Pertumbuhan
Kinerja Keuangan
Bagaimana Kinerja
CV.Malu’o Gorontalo
Metode
Historis
Balance Scorecad
Output/hasil
Gambar 2. Kerangka pikir penelitian
2.9 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir yang didukung oleh survei awal pada penelitian ini maka
hipotesisnya adalah CV.Maluó Gorontalo memiliki kinerja keuangan yang menguntungkan
dengan asumsi equity internal perusahaan.
Download