(Ketik ulang dari dokumen aslinya) juga memberi kan sedikit pengarahan dan per masalahan tentang musik film itu sendiri. Dan permasalahan itu ada lah antara lain tentang kebelum mengertiannya dan belum tahu pasti tentang musik illustrasi itu sendiri. Justru Idris Sardi sedang dalam taraf belajar dalam persoalan musik film ini. Ia mengakui juga bahwa untuk membuat illustrasi pada sebuah film ia lebih banvak berbicara lewat perasaannya dalam penggambaran dari gambar-gambar yang pada celluloid itu untuk dipindahkan pada irama -irama musiknya. Dan pada setiap kemenangannya INI bukannya suatu pertunjuk an untuk illustrasi musik ia selalu bertanya, musik yang di filmkan, tetapi orang mengapa saya menang. Bahkan dalam FFI bilang dengan istilah umum nya ialah yang terakhir ia heran mengapa justr u illustrasi musik dalam film. Kali ini, musik dalam “Cinta Pertama” yang dalam kesempatan seri ceramah film di menang. Diakuinya bahwa untuk Cinta Taman Ismail Marzuki, Dewan Kesenian Pertama itu Idris hanya bekerja secara Jakarta mengundang Idris Sardi untuk biasa saja. Ia heran mengapa “Tokoh” yang mem berikan ceramah tentang musik dikerjakan nya dengan segala daya pikirannya tidak mendapatkan nilai. Disini illustrasi film tersebut. Alasan DKJ mengundang Idris Sardi kemudian ia sadar bahwa hukuman itu untuk memberikan ceramah ini ialah telah dijatuhkan. Bahwa bila kesalahan karena dalam beberapa festival film, Idris telah dilakukan oleh sutradara, maka Sardi selalu mendapatkan predikat seluruh dari film tersebut hancur, termasuk illustrator musik terbaik. Dan tentu saja juga illustrasi musiknya. Idris mengakui juga, bahwa sering kali ini menjadi jaminan bagi para producer film untuk memakai Idris Sardi ia terpaksa harus menolak permintaan producer untuk mengisi illustrasi filmnya. mengiringi musik dalam filmnya. Dua tahun yang lalu, pernah juga Bahkan tidak cukup sampai disitu, Idris diarena TIM ini membicarakan masalah mengantar juga sang produser tadi musik illustrasi film ini. Waktu itu juga mencarikan illustrator musik yang lain. Ini sudah dibicarakan bahwa Idris Sardi yang tidak lain karena sang produser selalu menjadi illustrator film yang paling berpikiran komersiil, dan untuk ini Idris banyak mengiringi film. Namun waktu itu Sardi yang dianggap bisa “melakukan” film Idris Sardi sendiri belum sebagai nya dipasaran lewat illustrasi musik nya. pembicara didepan mimbar. Tjok Sinsoe, Stempel itu sudah dimiliki Idris. Namun Wienaktu, Nya Abbas Acub yang menjadi Idris sadar juga, bahwa sang produser ini pembicara-pembicara masalah musik biasanya mau enaknya sendiri. Sebab biasa nya untuk illustrasi musik ini dilakukan illustrasi ini. Komersiil: terakhir dan waktunya tinggal sedikit. Pada penghujung ceramah Idris Sardi Service Kilat: ini, ia telah mensinyalir bahwasanya Ini lebih hebat lagi. Seperti sudah sampai saat ini producer film lah yang masih punya kekuasaan tentang. Malah diketahui bahwa illustrator musik selalu kadang- kadang terpaksa Idris Sardi harus diberi kesempatan yang paling akhir dalam mengakui juga ia keluar dari rel yang ia proses menyelesaikan filmnya. Beberapa sendiri sebenarnya tak setuju, tapi illustrator musik lainnya mengakui juga mengingat maunya sang producer yang bahwa memang bila pikiran sedang terang, memikirkan filmnya harus laku, illustrator bisa saja menciptakan iringan musiknya.Tapi kalau pikiran sedang kacau, terpaksalah itu dilaku kan. Idris Sardi yang pada ceramah malam itu apa mau dibilang. Idris pernah men derita langsung datang dari Tokyo untuk kerugian sampai jutaan. Ke jadiannya di memberikan illustrasi musik distudio Jepang. Ia merasakan waktu rekaman akan negara matahari terbit itu, juga dilakukan, se suatu yang tak beres. Untuk mengatakan bahwa ia akan berbicara itu Idris harus istirahat dulu selama 6 jam secara improvisasi dalam ceramahnya itu. paling tidak. Tetapi studio sudah disewa, la meminta kan pancingan k epada hadirin dan ia harus mem bayar kerugian untuk itu. untuk langsung mengajukan pertanyaan Dengan tak berpikir panjang lagi perminta tetang musik film itu sendiri. Tentu saja ia an tersebut dipenuhi Idris, demi untuk MUSIK DALAM FILM kebaikan musik illustrasi itu sendiri. Kerugian materi yang tak bisa dielakkan. Dan ini produser tak mau tahu, pokoknya produser sudah mengadakan kontrak. Konyolnya lagi, sang produser mau seleranya sendiri. Sedang Illus trator yang tahu sedikit banyak dimana harus ada musik itu di anggap tidak tahu komersiil. Sekali lagi pikiran komersiil yang meng ganggu sang komposer dalam men ciptakan illustrasi musiknya. Kerja sama: Kemudian untuk memberikan mutu itu sendiri dalam musik ilustrasi yang sementara orang mengatakan dari itu ke itu saja, diperlukan kerja sama yang mutlak. Sedang masalah dari itu ke itu saja, Idris memberikan keterangan bahwa seorang seniman selalu ingin mencari ciri khas hasil ciptaannya. Seperti juga para pelukis dengan alirannya. Inilah yang menyebab kan tuduhan dari itu ke itu saja. Orang awam memang mendengar’ kan sama, namun itulah sebenarnya ciri itu sendiri, Kerja sama antara ilustrator, sutradara, dan editing besar sekali artinya. Apalagi dengan sistim rekaman yang benar-benar dirasakan hasilnya ketika film sudah diputar. Ada kalanya rekaman sudah sempurna, akan tetapi ketika diputar digedung bioskop ternyata memberi kan efek suara yang lain. Idris memberikan contoh pada film “Mama”. Film ini dibuat secara 70 mm. Rekaman suara musik dengan 6 track. Akhirnya, ketika diputar, orang-orang bilang bahwa musiknya telah menutupi semua dialog dalam film tersebut. Tentu saja ini meng ganggu. Ternyata ini terjadi kesalah an teknik antara rekaman yang sudah sempurna dengan kondisi sound systeem gedung bioskop itu , sendiri. Kadang-kadang Idris terpaksa mendatangi gedung bioskop itu sendiri, kemudian meminta untuk menyetel kembali sound systeemnya. Tapi ia mengakui juga bahwa untuk melaku kan itu semua tentu akan banyak menyita waktunya. Ini terjadi pada film “Cinta Pertama”, ketika ia mendapat sentilan dari Teguh Karya, mengapa musiknya jadi terlalu tinggi. Maka terjadilah turun tangan mendatangi gedung bioskop dimana film tersebut diputar. Bagaimanapun juga, Idris tetap mengakui bahwa ia sendiri sedang mencari dan belajar untuk musik illustrasi itu sendiri. Sedang pada masalah warna musik illustrasi film, ia juga mengakui bahwa ini adalah tugas seluruh musisi Indonesia untuk mencarinya. Sebab suatu ketika Idris pernah tersinggung, ketika salah sebuah illustrasinya ia menggu nakan sedikit irama musik dari Sunda, ada seorang asing yang bilang, “ Kenapa kamu masukkan irama musik Jepang kesana”. Bagai mana ini harus diterangkan kemudian. Sebab komentar itu dilaku kan disana, dimana orang tersebut belum pernah mendengar musik - musik irama dari Sunda: (R.40).