BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi

advertisement
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi informasi merupakan bidang ilmu pengetahuan yang berkaitan
erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Dalam perkembangannya teknologi
informasi diterapkan disemua bidang ilmu pengetahuan dan merupakan sektor
yang paling dominan. Pemanfaatan teknologi informasi dalam
bidang
kepemerintahan merupakan tuntutan masyarakat akan pemerintahan yang baik
menuju terwujudnya pembangunan nasional. Hal terpenting yang harus dicermati
adalah pembangunan nasional harus didukung oleh kecepatan arus data dan
pertukaran informasi. Langkah pemerintah dalam pemanfaatan teknologi
informasi
didukung dengan dikeluarkannya UU No. 14 Tahun 2008 tentang
keterbukaan informasi publik, salah satu tujuannya yaitu untuk mewujudkan
penyelenggaraan
negara yang baik, yang transparan, efektif dan efisien,
akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan.
Searah dengan kebijakan tersebut
Kementerian Kesehatan dalam mewujudkan pencapaian pembangunan bidang
kesehatan memerlukan dukungan peningkatan kualitas sistem informasi serta ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan antara lain melalui penataan dan
pengembangan sistem informasi kesehatan untuk menjamin ketersediaan data dan
informasi kesehatan melalui pengaturan sistem informasi yang komprehensif dan
pengembangan jejaring (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Bapelkes Semarang sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat di
lingkungan Kementrian Kesehatan RI bertanggung jawab kepada Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Sesuai
dengan Permenkes Nomor 2361/MENKES/PER/XI/2011, struktur organisasi
Bapelkes Semarang terdiri atas Kepala, Sub Bag Tata Usaha, seksi Pengkajian
dan Pengembangan, seksi Pengendalian Mutu, seksi Penyelenggaraan Pelatihan
dan kelompok jabatan fungsional. Bapelkes Semarang didukung sumber daya
manusia sebanyak 77 pegawai yang terdiri dari 5 orang pejabat struktural, 64
1 2 orang staf serta kelompok jabatan fungsional sebanyak 8 orang. Dalam
kedudukannya Bapelkes mempunyai tugas pokok melaksanakan pelatihan di
bidang kesehatan bagi pegawai/tenaga kesehatan dan masyarakat, serta pelayanan
informasi sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Bapelkes
Semarang Kementerian Kesehatan RI mempunyai fungsi diantaranya dengan
pengembangan metode dan teknologi pelatihan, pemantauan, evaluasi sistem
informasi dan penyusunan laporan penyelenggaraan pelatihan SDM Kesehatan
dan masyarakat. Pentingnya teknologi informasi (TI) dalam bidang pendidikan
diwujudkan dengan kebijakan-kebijakan memperluas SDM, pemanfaatan
teknologi informasi untuk efisiensi, pembiayaan untuk pengembangan teknologi
informasi, mengembangkan partisipasi dalam penggunaan teknologi informasi,
kerjasama dengan teknologi informasi serta memperluas budaya penggunaaan
teknologi informasi.
Di Bapelkes Semarang sampai saat ini layanan informasi pelatihan belum
disajikan secara optimal. Informasi data pelatihan berupa data pelatihan, agenda
pelatihan, peserta pelatihan, alumni dan data lainnya masih disajikan secara
manual dalam bentuk cetak berkas. Selama ini bentuk pendokumentasian baru
berbentuk laporan cetak kegiatan, sedangkan file data pelatihan masih terpetakpetak pada masing-masing panitia pelaksana kegiatan. Selain itu belum adanya
basis data pelatihan menyebabkan kesulitan dalam menyajikan data dalam bentuk
informasi yang mudah dimengerti dan
menarik. Data dan informasi yang
disajikan secara terpisah menjadi kendala dalam melakukan pemantauan kegiatan.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi diantaranya kesulitan dalam pemantauan
program pelatihan yang sudah dilaksanakan, narasumber pelatihan maupun
peserta yang pernah dilatih. Dengan disajikannya data dan informasi pelatihan
secara terpadu dalam organisasi diharapkan dapat mempermudah dalam
perencanaan program dan anggaran pelatihan serta pemerataan peserta
berdasarkan kebutuhan pelatihan. Penggunaan basis data dapat dijadikan sumber
informasi yang efektif dalam menentukan alokasi peserta berdasarkan kompetensi
yang diharapkan dalam pelatihan. Pengelolaan data peserta pelatihan merupakan
bentuk pengelolaan sumber daya manusia kesehatan yang sangat penting bagi
3 organisasi.
Kekurangan-kekurangan tersebut merupakan kendala yang harus
segera dicarikan jalan keluarnya untuk peningkatan kinerja layanan di organisasi.
Untuk itu dirasakan perlu melakukan pembenahan dalam pengelolaan data
pelatihan ke dalam suatu sistem informasi yang dapat dengan mudah diakses.
Menjadi pertanyaan bagi peneliti, bagaimana cara yang praktis untuk
mengupayakan agar informasi dapat menjadi alat manajemen yang efektif di
dalam organisasi? Baik manfaat internal organisasi maupun manfaat bagi
konsumen dimana kepuasan pelanggan menjadi salah satu strategi dalam
pelaksanaan tugas Bapelkes Semarang dalam bidang pelatihan.
Manfaat sistem informasi
pengelolaan sumber daya manusia dalam
sebuah organisasi didasarkan pada kenyataan bahwa sistem informasi dapat
memberikan implikasi terhadap otomatisasi tugas dan
proses sehingga
mengurangi penggunaan sumber daya baik sumber daya keuangan, material dan
manusia. Salah satu kegunaan sistem informasi sumber daya manusia adalah
untuk memberikan informasi yang memadai saat dibutuhkan dalam mengambil
keputusan yang akan dibuat serta memberi manfaat dalam pencatatan,
penyimpanan dan pengolahan data yang lebih cepat (Susanti, 2007). Selain itu
pentingnya sistem informasi dapat dilihat secara menyeluruh seperti bantuan
operasional dalam mengumpulkan, menyimpan dan menyiapkan data untuk
laporan, menyederhanakan dan mempercepat proses serta mengendalikan data
yang tersedia, mengurangi biaya tenaga, dan menyediakan data tepat waktu dan
informasi yang beragam kepada manajemen organisasi, berdasarkan mana yang
memungkinkan untuk membuat keputusan strategis yang berkaitan dengan
kualitas sumber daya manusia (Aggarwal & Kapoor, 2012).
Sistem informasi dapat dikembangkan dengan berbagai metode. Beberapa
faktor menjadi alasan pemilihan metode pengembangan sistem. Efisiensi biaya
menjadi isu utama dalam
merancang dan mengembangkan
sebuah aplikasi
manajemen data dengan jumlah yang besar untuk didistribusikan melalui
perangkat penyimpanan data (Bayer, 1995). Pengembangan sistem informasi
dengan metode prototyping beserta keunggulannya dalam hal efisiensi biaya dan
waktu banyak digunakan dalam menjawab permasalahan-permasalahan tersebut. 4 Selain itu manfaat teknik pengembangan dengan metode prototyping dapat
menyediakan pengetahuan yang dinamis yang disebut mekanisme delegasi. Sifat
dinamis dari mekanisme memfasilitasi pengguna untuk mengambil pengetahuan
selama proses untuk tujuan berbagi pengetahuan (Shah , 2001). Faktor pendukung lain perlu dikaji tentang tersedianya dukungan infrastruktur maupun sumber daya
manusia yang ada, yang memungkinkan dikembangkan suatu sistem informasi
pelatihan. Semakin berkembangnya teknologi informasi menuntut Sumber Daya
Manusia Kesehatan untuk terus berinovasi dalam mengembangkan sistem
informasi yang baik.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Bagaimana mengembangkan sistem informasi pelatihan berbasis web di Bapelkes
Semarang untuk layanan informasi pelatihan?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengembangkan
prototype sistem informasi pelatihan berbasis web di
Bapelkes Semarang untuk layanan informasi pelatihan.
2. Tujuan Khusus
a. Menggali kebutuhan pengguna sistem informasi pelatihan di Bapelkes
Semarang
b. Mengembangkan desain prototype sistem informasi pelatihan yang
mudah, cepat dan akurat.
c. Menguji coba prototype sistem informasi pelatihan.
5 D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Bapelkes Semarang
a. Pembuatan prototype sistem informasi pelatihan diharapkan membuat
akses informasi pelatihan menjadi cepat dan mudah.
b. Memberikan kemudahan bagi manajemen dalam memperoleh informasi
untuk pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksaaan dan
evaluasi program pelatihan.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai bahan informasi bagi masyarakat yang ingin mengembangkan
perancangan sistem informasi pelatihan.
3. Bagi Peneliti
a. Menambah pemahaman teori yang tidak diperoleh dan mengaplikasikan
dengan membuat suatu prototype sistem informasi pelatihan.
b. Menambah wawasan pengetahuan mengenai sistem informasi pada
umumnya serta sistem informasi pelatihan secara khusus.
E. Keaslian Penelitian
Beberapa
penelitian
yang
telah
dilakukan
dan
berhubungan
dengan
pengembangan sistem informasi antara lain sebagai berikut :
1. Indrayadi (2010), dalam penelitiannya, Indrayadi mengembangkan sistem
yang sudah ada (SIMKA) melakukan perbaikan dengan menambah fitur-fitur
yang lebih kompleks disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan adaministrasi
kepegawaian di Dinas Kesehatan Kab. Kapuas. Perbedaan dengan penelitian
yang akan peneliti lakukan terletak kerangka konsep dan tahapan penelitian.
2. Alamsyah (2007), mengembangkan Prototipe Sistem Informasi Manajemen
Kepegawaian (SIMKA) Berbasis Open Source di Dinas Kesehatan Kota
Pariaman. Dalam penelitiannya, Alamsyah menjabarkan tentang tahapantahapan action research dalam perancangan dan pengembangan sistem
informasi kepegawaian. Hasil penelitian menunjukkan penerapan SIMKA
6 memberikan manfaat dalam proses pencatatan, pengolahan dan penyimpanan
data dan menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan di DKK
Pariaman. Perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan terletak pada
kerangka konsep dan populasi penelitian serta model data yang diolah.
3. Susanti (2007), meneliti tentang Perancangan dan Pengembangan Sistem
Informasi Sumberdaya Manusia di Bagian Kepegawaian RSUD Lubuk
Sikaping Kab. Pesaman Propinsi Sumatera Barat. Objek penelitiannya
dilakukan pada data kepegawaian sedangkan penelitian yang akan peneliti
lakukan bersumber pada data pelatihan.
Download