Mengindahkan Keadilan Written by Admin Selasa, 28 Juni 2011 Nilai-nilai keadilan jika ditegakkan dalam sebuah komunitas maka ia akan menguatkan eksistensi komunitas tersebut. Begitu pula sebaliknya, bila ia dicampakkan maka kondisi ini akan berdampak kepada instabilitas kondisi komunitas tersebut. Sesuai dengan apa yang pernah disabdakan Rasululah Saw. ketika ada seorang wanita Muslimah yang mencuri di tengah peristiwa Fathu Mekah. Muslimah ini kebetulan saudari Usamah bin Zaid Sahabat yang sangat disayangi Rasulullah Saw. Singkat cerita, setelah Muslimah ini jelas sebagai tersangka, maka ia meminta Usamah bin Zaid untuk melobi Rasulullah Saw. agar menggugurkan hukum potong tangan atasnya, maka Usamahpun mendatangi Rasulullah Saw. dan melakukan permintaan Muslimah tersebut. Setelah mendengar lobi dari Usamah wajah Rasulullah Saw. menjadi merah padam dan beliau langsung berdiri seraya berkata: “Sesungguhnya apa yang membuat kaum sebelum kalian itu hancur adalah bila seorang terpandang diantara mereka mencuri, mereka membiarkannya, dan bila yang mencuri adalah masyarakat biasa maka mereka tetap menegakkan hukuman (hadd). Demi Allah bila saja Fatimah binti Muhammad mencuri, sungguh akan aku potong tangannya”. Islam sangat memuliakan seorang pemimpin yang menegakkan keadilan. Rasulullah Saw. menyebut pemimpin yang adil pada urutan pertama dari tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah SWT. pada hari Akhirat nanti. “Tujuh golongan yang akan dinaungi Allah SWT. pada hari dimana tidak ada naungan kecuali dariNya, imam (pemimpin) yang adil. (HR. Bukhari). Kehormatan dan penghargaan tersendiri yang didapat oleh Pemimpin adil di Akhirat. Abu Hurairah ra. juga pernah berkata ketika beliau mencoba menggambarkan kemuliaan pemimpin yang adil: “Perlakuan adil seorang pemimpin kepada rakyatnya selama satu hati lebih baik nilainya dibanding ibadah seorang ahli ibadah selama seratus tahun”. Siapapun kita tentunya perlu kembali melihat sejauh mana telah berupaya mengindahkan keadilan dalam kehidupan. Allah SWT. beberapa kali memerintah kita untuk adil dalam banyak hal. Firman Allah SWT. berbunyi: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (An Nahl: 90). Dalam ayat lain: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. (An Nisa: 58). Allah SWT. mencintai orang-orang yang menegakkan keadilan: “Dan hendaklah kamu berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil”. (Al Hujuraat: 9). Bahkan Islam menuntut Umatnya untuk berlaku adil dalam kondisi sulit sekalipun. Islam memerintah untuk berlaku adil bahkan kepada orang yang kita benci sekalipun. Rasa benci seseorang terhadap pihak lain memungkinkan untuk mendorongnya melakukan perbuatan yang merugikan pihak tersebut apalagi bila hanya untuk berlaku tidak adil kepadanya. Islam menuntun Muslim untuk menahan emosinya dan mendahulukan sikap adil. Bahwa keadilan juga ditegakkan meski terhadap orang-orang yang dibenci. Allah SWT. berfirman: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil 1/3 Mengindahkan Keadilan Written by Admin Selasa, 28 Juni 2011 itu lebih dekat kepada takwa. (Al Maidah:8). Adil dalam kehidupan pribadi pernah dicontohkan Sahabat Rasulullah Saw. Diriwayatkan dari Aun bin Abi Juhaifah beliau berkata: “Rasulullah Saw. telah mempersaudarakan antara Salman dan Abu Darda’. Salman pernah berkunjung ke rumah Abu Darda’. Beliau melihat Ummu Darda’ (isteri Abu Darda’) acak-acakan, maka beliau bertanya: kenapa engkau wahai Ummu Darda’? Ia menjawab: saudaramu Abu Darda’ senantiasa sholat malam dan berpuasa di siang hari, dia sedikitpun tidak ‘membutuhkan Dunia’. Salman membawakan makanan untuk Abu Darda’, dan ia mempersilahkannya, namun jawab Abu Darda: saya sedang puasa. Maka Salman berkata: tolong, berbukalah!, saya tidak akan makan jika engkau tidak makan. Salmanpun menginap di rumah Abu Darda’. Tiba waktu malam dan Abu Darda’ hendak sholat (malam) maka Salman mencegahnya dan berkata: “wahai Abu Darda’ sesungguhnya badanmu punya hak atasmu, Tuhanmu punya hak atasmu, isterimu punya hak atasmu, maka puasa dan berbukalah, sholat malam dan ‘datangi’ juga isterimu, dan berikan kepada setiap yang berhak haknya masing-masing. Pada pagi harinya Abu Darda’ mendatangi Rasulullah Saw. dan menyampaikan apa yang dikatakan oleh Salman. Maka Rasulullah Saw. juga bersabda sebagaimana yang dituturkan oleh Salman”. (HR. Bukhari). Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, mengindahkan keadilan bisa melahirkan keharmonisan, menjauhkan kedengkian dan permusuhan. Allah SWT. secara khusus juga telah mengecam siapa yang berlaku curang dalam masalah timbangan. Fenomena ini barangkali masih sering kita temukan dalam kehidupan muamalah dengan sesama. “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa Sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar”. (Al Muthaffifin: 1-5). Dalam ayat lain Allah SWT. berfirman: “Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu”. (Ar Rahman: 9). Dalam kehidupan keluarga, berinteraksi dengan anak juga perlu mengindahkan nilai keadilan. Meskipun bisa jadi keadilan bukan berarti kesamaan. Rasulullah Saw. pernah bersabda: “Bertakwalah kepada Allah SWT. dan bersikaplah adil terhadap anak-anak kalian. (HR. Bukhari). Perlakuan adil terhadap anak melahirkan suasana yang kondusif untuk pertumbuhan anak. Begitu pula sebaliknya, tidak jarang lantaran ketidakadilan timbul hal-hal negatif yang berdampak kepada ketidakharmonisan atau bahkan berujung pada konflik. Islam juga mengindahkan keadilan kepada setiap manusia. Islam melarang fanatisme yang keliru. Bahwa ia juga mengindahkan keadilan dalam berinteraksi kepada Umat agama lain sekalipun. Allah SWT. berfirman: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”. (Al Mumtahanah: 8). Semoga Allah SWT. senantiasa memberikan kekuatan kepada kita untuk bisa berlaku adil dalam segala sisi kehidupan, baik kehidupan pribadi, keluarga, sosial dan berbangsa. Wallahu a’lam. 2/3 Mengindahkan Keadilan Written by Admin Selasa, 28 Juni 2011 Ahmad Yani, Lc 3/3