KEPUTUSAN

advertisement
KEPUTUSAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI SUMATERA BARAT
NOMOR : 14/SB/2006
TENTANG
KODE ETIK
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI SUMATERA BARAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI SUMATERA BARAT
Menimbang
: a. bahwa Pasal 49 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 tahun 2004,
mengamanatkan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah wajib
menyusun Kode Etik untuk menjaga martabat dan kehormatan
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam menjalankan
tugas dan wewenangnya;
b. bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai Lembaga
Perwakilan Rakyat yang mempunyai kedudukan yang terhormat
memerlukan adanya suatu Kode Etik yang bersifat mengikat serta
wajib dipatuhi oleh setiap anggotanya dalam menjalankan tugas
dan kewajibannya demi menjaga martabat, kehormatan, citra dan
kredibilitas Lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan b di atas perlu menetapkan Keputusan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah tentang Kode Etik Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat.
Mengingat
: 1. Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan
Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera
Barat, Jambi dan Riau sebagai Undang-undang (Lembaran
Negara Tahun 1958 Nomor 112) jo Peraturan Pemerintah Nomor
29 Tahun 1979, tentang Pemindahan Ibukota Propinsi Daerah
Tingkat I Sumatera Barat dari Bukittinggi ke Padang (Lembaran
Negara Tahun 1979 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3146);
2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang susunan dan
kedudukan Majelis Permusyawataran Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 92, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4310);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 53, tambahan Lembaran Negara
Nomor 4389);
4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4437);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2004 tentang Pedoman
Penyusunan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 91, Tambahan Lembaran
Negara 4417), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 53 tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun 2005
Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4569);
6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 161.23-613 Tahun 2004
tentang Peresmian Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat;
7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 161.23-667 Tahun 2004,
tentang Peresmian Pengangkatan Pimpinan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat;
8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 161.13-32 tahun 2006
tentang Peresmian Pemberhentian dan Pengangkatan Pengganti
Antar Waktu Anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat;
9. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera
Barat Nomor 03/SB/2006 tentang Peraturan Tata Tertib. Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat.
Memperhatikan : 1. Filosofi masyarakat Sumatera Barat, Adat Basandi Syarak, Syarak
Basandi Kitabullah.
2. Pendapat akhir Fraksi-fraksi dan Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat dalam Rapat Paripurna
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada tanggal 8 Mei 2006.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
:
KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI
SUMATERA BARAT TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN
RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Daerah Provinsi Sumatera Barat;
2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga
Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah;
3. Pimpinan DPRD adalah Ketua dan Wakil Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat;
4. Anggota DPRD adalah Anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat;
5. Fraksi adalah Fraksi DPRD Provinsi Sumatera Barat, yang merupakan perpanjangan
tangan Partai Politik di DPRD;
6. Pimpinan Fraksi adalah Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris.
7. Badan Kehormatan DPRD Provinsi Sumatera Barat yang selanjutnya disebut Badan
Kehormatan adalah alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap yang dibentuk oleh
DPRD, berdasarkan Keputusan DPRD Provinsi Sumatera Barat Nomor 03/SB/2006
Tentang Peraturan Tata Tertib DPRD Provinsi Sumatera Barat
2
8. Rapat adalah pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan oleh DPRD, sebagaimana
dimaksud dalam Keputusan DPRD Provinsi Sumatera Barat Nomor 03/SB/2006
tentang Peraturan Tata Tertib DPRD;
9. Perjalanan Dinas adalah perjalanan yang dilakukan oleh Pimpinan atau Anggota
DPRD dalam melaksanakan tugas, fungsi, wewenang, kewajiban dan tanggung
jawabnya atas penugasan Pimpinan, sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan;
10. Reses adalah kegiatan yang dilakukan oleh Anggota DPRD di luar masa sidang
yang jadwalnya ditetapkan oleh Pimpinan DPRD setelah mendapat pertimbangan
Panitia Musyawarah;
11. Pengaduan adalah laporan tertulis yang diterima Badan Kehormatan dari Pimpinan
DPRD, masyarakat dan atau pemilih tentang adanya dugaan pelanggaran yang
dilakukan oleh Pimpinan dan atau Anggota DPRD terhadap Peraturan Perundangundangan, Peraturan Tata Tertib dan kode Etik;
12. Pembelaan adalah kesempatan yang diberikan kepada Pimpinan dan atau Anggota
DPRD, untuk melakukan pembelaan diri sehubungan dengan pengaduan terhadap
adanya pelanggaran terhadap Peraturan Perundang-undangan, Peraturan Tata
Tertib dan Kode Etik yang dilakukan oleh yang bersangkutan.
13. Sanksi adalah hukuman yang diberikan kepada Pimpinan dan atau Anggota DPRD,
karena melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Perundang-undangan,
Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik.
14. Rehabilitasi adalah pernyataan pemulihan nama baik Pimpinan dan atau Anggota
DPRD yang tidak terbukti melakukan pelanggaran terhadap Peraturan perundangundangan,Tata Tertib DPRD dan Kode Etik.
15. Pihak lain adalah pihak-pihak yang mempunyai hubungan kerja dengan DPRD,
meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah, Perseorangan, Kelompok Organisasi dan
Badan Swasta.
BAB
II
PENGERTIAN DAN TUJUAN
Bagian Pertama
Pengertian
Pasal 2
Kode Etik adalah norma-norma dan aturan-aturan yang mengatur tentang tata
hubungan, sikap, prilaku dan ucapan Pimpinan dan Anggota DPRD yang berlandaskan
kepada etika, ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3
Kode Etik DPRD bertujuan untuk menjaga harkat, martabat dan kehormatan Lembaga,
Pimpinan dan atau Anggota DPRD dalam melaksanakan fungsi, tugas dan wewenang
serta hak, kewajiban dan tanggungjawabnya.
3
BAB III
KEPRIBADIAN, SIKAP, PRILAKU DAN TANGGUNG JAWAB
Bagian Pertama
Kepribadian
Pasal 4
Pimpinan dan Anggota DPRD wajib bertaqwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa,
berjiwa Pancasila, taat kepada Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 dan Peraturan Perundang-undangan, berintegritas yang tinggi, jujur dan
senantiasa menegakkan kebenaran dan keadilan menjunjung tinggi demokrasi dan hak
asasi manusia, mengemban amanat penderitaan rakyat, mematuhi Peraturan Tata
Tertib DPRD, menunjukkan profesionalisme sebagai Anggota DPRD menjunjung tinggi
nilai-nilai Budaya Adat Alam Minangkabau dengan filosofi adat basandi syarak, syarak
basandi Kitabullah.
Bagian Kedua
Sikap Prilaku
Pasal 5
Pimpinan dan Anggota DPRD harus bersikap/berprilaku :
a. menempatkan kepentingan umum dan atau masyarakat banyak di atas kepentingan
pribadi, kelompok atau golongan;
b. memberikan keteladanan yang baik di tengah-tengah masyarakat dengan tidak
melakukan perbuatan, tindakan atau ucapan yang melanggar hukum, etika dan
moral yang berlaku di tengah masyarakat; bekerja berdasarkan kebebasan yang
bertanggung jawab demi keselamatan dan ketertiban umum;
c. tidak mengatasnamakan dan memanfaatkan Lembaga DPRD untuk kepentingan
pribadi, kelompok atau golongan;
d. tidak memberikan informasi kepada masyarakat, yang belum pasti kebenarannya.
Bagian Ketiga
Tanggung Jawab
Pasal 6
(1) Pimpinan dan Anggota DPRD bertanggungjawab mengemban amanat penderitaan
rakyat, melaksanakan tugasnya secara adil, mematuhi hukum, menghormati
keberadaan Lembaga DPRD, melaksanakan tugas dan wewenang yang diberikan
kepadanya demi kepentingan dan kesejahteraan rakyat, serta mempertahankan
keutuhan bangsa dan kedaulatan negara.
(2) Pimpinan dan Anggota DPRD bertanggungjawab menyampaikan dan
memperjuangkan aspirasi rakyat kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah, Lembaga
atau pihak yang terkait secara adil tanpa memandang suku, agama, ras, golongan
dan gender.
BAB IV
PRINSIP-PRINSIP KEPANTASAN
Pasal 7
Pimpinan dan atau Anggota DPRD harus memperhatikan prinsip-prinsip kepantasan
sebagai berikut :
a. tidak melakukan hal-hal yang menyimpang dari norma agama, adat, dan hukum;
b. tidak menggunakan fasilitas DPRD dengan prosedur yang tidak benar;
4
c. tidak menggunakan tutur kata yang tidak jelas, sulit dipahami dan tidak menyinggung
perasaan pihak lain serta tidak meninggalkan sopan santun baik dalam rapat
maupun di luar rapat.
BAB V
PENYAMPAIAN PERNYATAAN
Pasal 8
(1) Pernyataan yang disampaikan dalam rapat, konsultasi atau pertemuan adalah
pernyataan dalam kapasitas sebagai Pimpinan DPRD, Pimpinan Alat Kelengkapan
DPRD atau Anggota DPRD.
(2) Pernyataan di luar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dianggap sebagai
pernyataan pribadi selaku anggota DPRD.
(3) Pimpinan atau Anggota DPRD yang tidak menghadiri rapat, konsultasi atau
pertemuan dilarang menyampaikan pernyataan tentang hasil rapat, konsultasi atau
pertemuan dimaksud dengan mengatasnamakan Lembaga, Pimpinan dan Alat
Kelengkapan Dewan lainnya.
(4) Setiap pernyataan yang disampaikan Pimpinan dan Anggota DPRD harus dapat
dipertanggungjawabkan oleh yang bersangkutan atas dasar data dan fakta yang
benar.
(5) Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dikenakan sanksi
administratif berupa teguran lisan dan tertulis dari Pimpinan Fraksinya berdasarkan
rekomendasi dari Badan Kehormatan.
(6) Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang dilakukan tiga kali berturut-turut
dapat dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis dari Pimpinan DPRD
berdasarkan rekomendasi dari Badan Kehormatan.
BAB VI
KETENTUAN HARI DAN WAKTU RAPAT,
PERJALANAN DINAS DAN RESES
Bagian Pertama
Ketentuan Hari dan Waktu Rapat
Pasal 9
(1) Pimpinan dan Anggota DPRD wajib mematuhi hari dan waktu rapat DPRD, dengan
menghadiri secara fisik setiap rapat yang menjadi kewajibannya berdasarkan
Peraturan Tata Tertib DPRD.
(2) Kehadiran Pimpinan dan Anggota DPRD pada hari dan waktu rapat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditandai dengan menandatangani daftar hadir.
(3) Anggota DPRD yang akan meninggalkan ruangan rapat wajib memberitahukan
kepada Pimpinan Rapat dengan cara mengacungkan tangan, pelanggaran terhadap
ketentuan ini dapat dikenakan sanksi administratif.
(4) Ketidakhadiran karena sesuatu hal, yang bersangkutan harus memberitahukan
secara tertulis atau melalui telepon kepada Pimpinan DPRD dan atau Pimpinan Alat
kelengkapan DPRD dan atau Pimpinan Fraksi.
(5) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat disampaikan melalui
Sekretariat DPRD.
(6) Setiap akhir bulan, daftar hadir sebagaimana dimaksud ayat (2) dibuatkan
rekapitulasinya oleh Sekretariat DPRD.
(7) Rekapitulasi daftar hadir sebagaimana dimaksud ayat (6) disampaikan oleh
Sekretariat DPRD kepada Pimpinan DPRD, Pimpinan Komisi dan Pimpinan Fraksi.
5
(8) Meninggalkan rapat dan ketidakhadiran tanpa pemberitahuan, merupakan
pelanggaran Kode Etik, yang dapat diberi sanksi berupa :
a. Sanksi adminitratif berupa teguran lisan oleh Pimpinan Fraksi, apabila
meninggalkan ruangan rapat tanpa memberitahu Pimpinan Rapat.
b. Sanksi adminitratif berupa teguran lisan oleh Pimpinan Fraksi, apabila tidak
mengikuti rapat sejenis 3 (tiga) kali berturut-turut.
c. Sanksi administratif berupa teguran tertulis oleh Pimpinan DPRD apabila tidak
mengikuti rapat 5 (lima) kali dalam sebulan.
d. Sanksi administratif berupa larangan untuk mengikuti kegiatan komisi selamalamanya 3 (tiga) bulan, apabila tidak mengikuti rapat 10 (sepuluh) kali dalam satu
bulan atas rekomendasi Badan Kehormatan kepada Pimpinan DPRD untuk
disampaikan kepada yang bersangkutan.
e. Sanksi administratif berupa usulan pemberhentian sebagai Pimpinan dan atau
Anggota DPRD apabila tidak mengikuti rapat 90 (sembilan puluh) kali dalam satu
tahun, setelah mendapat rekomendasi Badan Kehormatan berdasarkan
Keputusan DPRD.
Bagian Kedua
Ketentuan Perjalanan Dinas
Pasal 10
(1) Pimpinan dan Anggota DPRD dapat melakukan perjalanan dinas di dalam Daerah
atau keluar Daerah sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan atas
penugasan Pimpinan DPRD.
(2) Pimpinan dan Anggota DPRD yang melakukan perjalanan dinas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pembiayaannya dibebankan kepada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Provinsi Sumatera Barat, Satuan Kerja Sekretariat DPRD.
(3) Pimpinan dan Anggota DPRD yang melakukan perjalanan dinas atas biaya
pengundang, harus mendapat izin tertulis dari Pimpinan DPRD.
(4) Pimpinan dan Anggota DPRD yang melakukan perjalanan dinas ke Luar Negeri,
wajib mendapat izin tertulis dari Menteri Dalam Negeri.
(5) Pimpinan dan Anggota DPRD tidak diperkenankan mempergunakan fasilitas
perjalanan dinas untuk kepentingan di luar tugas DPRD.
(6) Pimpinan dan Anggota DPRD tidak diperkenankan membawa keluarga dalam suatu
perjalanan dinas, kecuali dimungkinkan oleh ketentuan Peraturan Perundangundangan.
(7) Pimpinan dan Anggota DPRD yang telah selesai melakukan perjalanan dinas harus
menyampaikan laporan perjalanannya secara tertulis kepada Pimpinan DPRD
disertai dengan penyampaian Surat Perintah Perjalanan Dinas yang telah dilegalisir
oleh pejabat yang berwenang ditempat tujuan perjalanan tersebut.
(8) Pimpinan dan Anggota DPRD yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6) dan ayat (7) dapat
diberikan sanksi administratif berupa teguran tertulis dari Pimpinan DPRD setelah
mendapat rekomendasi dari Badan Kehormatan.
Pasal 11
(1) Pimpinan dan Anggota DPRD yang melakukan perjalanan dinas dan telah menerima
surat perintah perjalanan dinas serta biaya perjalanan dinas, tetapi tidak
melaksanakan perjalanan dinas sebagaimana mestinya, harus mengembalikan surat
perintah perjalanan dinas kepada Pimpinan DPRD dan biaya perjalanan dinas
kepada Pemegang Kas DPRD.
6
(2) Pimpinan dan Anggota DPRD yang tidak memenuhi apa yang dimaksud pada ayat
(1) adalah merupakan pelanggaran terhadap Kode Etik, dan dapat dikenakan sanksi
administratif berupa pemotongan atau tidak dibayarkan uang representatif, uang
paket dan tunjangan lainnya sebesar uang perjalanan dinas yang diterimanya dari
Pemegang Kas DPRD atas perintah Pimpinan DPRD setelah mendapat
pertimbangan dari Badan Kehormatan.
Bagian Ketiga
Ketentuan Reses
Pasal 12
(1) Reses dilaksanakan 3 (tiga) kali dalam satu tahun, paling lama 6 (enam) hari kerja
dalam satu kali reses.
(2) Reses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan untuk mengunjungi
Daerah Pemilihan Anggota yang bersangkutan sekaligus menyerap aspirasi
masyarakat.
(3) Pimpinan dan Anggota DPRD yang akan melaksanakan reses diberikan surat tugas
oleh Pimpinan DPRD serta Surat Perintah Perjalanan Dinas sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(4) Pimpinan dan Anggota DPRD yang melaksanakan reses sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), wajib membuat laporan tertulis atas pelaksanaan tugasnya yang
disampaikan kepada Pimpinan DPRD dalam Rapat Paripurna.
(5) Pimpinan dan Anggota DPRD yang tidak melaksanakan reses secara pisik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tanpa keterangan yang dapat dipertanggung
jawabkan, dapat dikenakan sanksi administratif, berupa teguran tertulis oleh
Pimpinan Fraksi yang bersangkutan.
(6) Pimpinan dan Anggota DPRD yang tidak melaksanakan reses secara fisik sebanyak
3 (tiga) kali, tanpa keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan dapat dikenakan
sanksi administratif berupa pemotongan atau tidak dibayarkan uang representatif,
uang paket dan tunjangan jabatan selama 1 (satu) bulan oleh Pemegang Kas DPRD
atas perintah Pimpinan DPRD setelah mendapat pertimbangan Badan Kehormatan,
berdasarkan Keputusan DPRD.
(7) Pimpinan dan Anggota DPRD yang melaksanakan reses tetapi tidak membuat
laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dikenakan sanksi adminstratif
berupa teguran tertulis dari Pimpinan DPRD atas rekomendasi dari Badan
Kehormatan.
BAB VII
KEWAJIBAN DAN LARANGAN
Pasal 13
(1) Pimpinan dan Anggota DPRD mempunyai kewajiban :
a. menjaga kerahasian yang dipercayakan kepadanya;
b. bersikap adil terbuka, akomodatif responsif dan profesional dalam melakukan
hubungan dengan mitra kerjanya;
c. memberitahukan secara tertulis kepada Pimpinan DPRD setiap keikut sertaannya
dalam organisasi di luar Lembaga DPRD;
d. melaporkan hasil kekayaan yang dimilikinya secara jujur dan benar sebagaimana
telah diatur dalam Peraturan Perundang-undangan;
e. mentaati Kode Etik dan Peraturan Tata Tertib DPRD.
(2) Pimpinan dan Anggota DPRD dilarang :
7
a. menerima imbalan atau hadiah dari pihak lain sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan;
b. menggunakan jabatannya untuk mempengaruhi proses peradilan untuk
kepentingan pribadi atau pihak lain;
c. menggunakan jabatannya untuk mencari kemudahan dan keuntungan pribadi,
keluarga, sanak famili, dan kroninya yang mempunyai usaha atau melakukan
penaman modal dalam suatu bidang usaha;
d. melakukan hubungan dengan mitra kerjanya dengan maksud meminta atau
menerima imbalan atau hadiah untuk kepentingan pribadi, keluarga, sanak famili
dan kroninya.
(3) Pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2), sepanjang tidak menyangkut tindak pidana dapat dikenakan sanksi
administratif berupa teguran tertulis oleh Pimpinan DPRD atas rekomendasi Badan
Kehormatan.
BAB VIII
KONFLIK KEPENTINGAN
Pasal 14
(1) Pimpinan dan Anggota DPRD sebelum mengemukakan pendapatnya dalam
pembahasan sesuatu permasalahan, harus menyatakan dihadapan seluruh peserta
rapat apabila ada suatu kepentingan antara permasalahan yang sedang dibahas
dengan kepentingan pribadinya di luar kedudukannya sebagai anggota DPRD.
(2) Anggota DPRD mempunyai hak suara pada setiap pengambilan keputusan kecuali
apabila rapat memutuskan lain, karena yang bersangkutan mempunyai konflik
kepentingan dalam permasalahan yang sedang dibahas.
(3) Pimpinan dan anggota DPRD yang tidak memenuhi apa yang dimaksud pada ayat
(1) dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis oleh Pimpinan Fraksi.
BAB IX
TATA HUBUNGAN
Pasal 15
Tata hubungan Pimpinan dan anggota DPRD dalam melaksanakan tugas, fungsi,
wewenang, kewajiban dan haknya meliputi :
a. hubungan antar anggota DPRD.
b. hubungan kemitraan antara anggota DPRD dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan Lembaga serta pihak-pihak lainnya.
c. hubungan antara anggota DPRD dengan kelompok masyarakat yang diwakilinya.
Pasal 16
Tata hubungan sebagaimana dimaksud Pasal 15 huruf a, dalam pelaksanaannya
meliputi :
a. memelihara dan membina hubungan kerjasama yang baik antara sesama anggota
DPRD;
b. mengembangkan sikap saling mempercayai, menghormati, menghargai, membantu
dan pengertian antara sesama anggota DPRD;
c. menjaga hubungan yang harmonis antara sesama anggota dan menghindarkan
persaingan yang tidak sehat.
8
Pasal 17
Tata hubungan sebagaimana dimaksud Pasal 15 huruf b, dalam pelaksanaannya
meliputi :
a. mengembangkan sikap kritis, adil, rasional, jujur, terbuka, akomodatif, proporsional
dan profesional;
b. tidak diperkenankan melakukan hubungan dengan mitra kerjanya dengan maksud
meminta atau menerima imbalan atau hadiah untuk kepentingan pribadi, keluarga,
kelompok dan kroninya.
Pasal 18
Tata hubungan sebagaimana dimaksud Pasal 15 huruf c, dalam pelaksanaannya
meliputi :
a. mengembangkan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah;
b. menjalin komitmen agar dapat berkomunikasi secara dekat, terbuka dan produktif;
c. menyerap, menampung, menghimpun serta menindak lanjuti aspirasi masyarakat.
Pasal 19
Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 15, 16, 17 dan 18 diatas dikenakan sanksi
administratif berupa teguran tertulis oleh Pimpinan DPRD atas rekomendasi Badan
Kehormatan.
BAB X
PELAPORAN/PENGADUAN, PEMBELAAN, SANKSI
DAN REHABILITASI
Bagian Pertama
Pelaporan/Pengaduan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Pasal 20
Pelaporan/pengaduan terhadap adanya dugaan pelanggaran Peraturan
Perundang-undangan, Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik oleh Anggota DPRD
disampaikan oleh Pimpinan DPRD, masyarakat dan atau pemilih.
Pelaporan/pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara
tertulis kepada Pimpinan DPRD disertai identitas pelapor yang jelas beserta
alasan-alasannya dengan tembusan kepada Badan Kehormatan.
Pimpinan DPRD dan atau Badan Kehormatan menjamin kerahasiaan
pelapor/pengadu.
Pimpinan DPRD dapat mengenyampingkan laporan/pengaduan yang tidak
sesuai sebagaimana dimaksud ayat (2).
Pimpinan DPRD membicarakan laporan/pengaduan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) kepada Pimpinan Fraksi yang bersangkutan dan selanjutnya
disampaikan kepada Badan Kehormatan untuk ditindaklanjuti.
Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak diterimanya pelaporan/pengaduan
sebagaimana dimaksud ayat (2) tidak disampaikan oleh Pimpinan DPRD, Badan
Kehormatan dapat menindaklanjuti.
Rapat-rapat Badan Kehormatan dalam melakukan pemeriksaan, penyelidikan,
verifikasi, klarifikasi, meminta keterangan pelapor dan terlapor, serta meminta
keterangan saksi-saksi dan saksi ahli dilakukan secara tertutup
9
(8) Rapat
Badan
Kehormatan
memutuskan
apakah
laporan/pengaduan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilanjutkan prosesnya atau tidak.
(9) Dalam hal Badan Kehormatan memutuskan untuk melanjutkan proses
laporan/pengaduan tersebut, maka Badan Kehormatan melakukan penelitian
dan pemeriksaan laporan/pengaduan melalui permintaan keterangan dan
penjelasan pelapor, saksi dan atau yang bersangkutan serta pemeriksaan
dokumen atau bukti lain.
(10) Badan Kehormatan membuat kesimpulan hasil penelitian dan pemeriksaan
dengan disertai berita acara penelitian dan pemeriksaan.
(11) Badan Kehormatan menyampaikan kesimpulan hasil penelitian dan pemeriksaan
kepada Pimpinan DPRD untuk ditindaklanjuti dalam Rapat Paripurna DPRD:
(12) Rapat Paripurna DPRD dilaksanakan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah
kesimpulan sebagaimana ayat (9) diterima oleh Pimpinan DPRD.
(13) Rapat Paripurna DPRD dapat menyetujui atau menolak kesimpulan Badan
Kehormatan.
(14) Apabila Rapat Paripurna menolak kesimpulan Badan Kehormatan dan
menyatakan yang bersangkutan tidak bersalah, DPRD berkewajiban
merehabilitasi nama baik yang bersangkutan secara tertulis dan disampaikan
kepada yang bersangkutan, Pimpinan Fraksi dan Pimpinan Partai Politik yang
bersangkutan.
Bagian Kedua
Pembelaan
Pasal 21
Pimpinan dan Anggota DPRD yang diduga melakukan pelanggaran terhadap Peraturan
Perundang-undangan, Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik dapat melakukan
pembelaan dengan cara :
a. menyampaikan pembelaan tertulis yang ditujukan kepada Badan Kehormatan
dengan tembusan kepada Pimpinan DPRD dan Pimpinan Fraksi yang bersangkutan;
b. melakukan pembelaan lisan, yang disampaikan secara langsung dalam rapat Badan
Kehormatan.
Bagian Ketiga
Sanksi dan Rehabilitasi
Pasal 22
DPRD, Pimpinan DPRD, Badan Kehormatan dan Pimpinan Fraksi menetapkan sanksi
terhadap Anggota DPRD yang ternyata terbukti melakukan pelanggaran terhadap
Peraturan Perundang-undangan, Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik.
Pasal 23
(1) Pimpinan DPRD melakukan Rehabilitasi terhadap Anggota DPRD yang
dilaporkan/diadukan diduga melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Perundangundangan, Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik, tetapi ternyata tidak terbukti
berdasarkan pertimbangan Badan Kehormatan.
(2) Rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dalam Rapat
Paripurna DPRD.
10
BAB XI
PEDOMAN UMUM BERACARA
Pasal 24
Pedoman Umum beracara Badan Kehormatan dibuat oleh Badan Kehormatan dan di
tetapkan dengan Keputusan DPRD.
BAB XII
PERUBAHAN KODE ETIK
Pasal 25
(1) Perubahan Kode Etik DPRD dapat dilakukan atas usul sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) Anggota DPRD yang berasal dari minimal 4 (empat) Fraksi.
(2) Usul perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beserta penjelasannya
disampaikan kepada Pimpinan DPRD secara tertulis, disertai dengan daftar nama,
nama fraksi dan tanda tangan pengusul.
(3) Usul perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) oleh Pimpinan DPRD
disampaikan kepada Panitia Musyawarah untuk dibahas dan dijadwalkan
pembicaraannya.
(4) Perubahan Kode Etik ditetapkan dengan Keputusan DRPD dalam Rapat Paripurna.
BAB XIII
PENUTUP
Pasal 26
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Kode Etik ini sepanjang mengenai pelaksanaannya
ditetapkan oleh Pimpinan DPRD atas Pertimbangan Badan Kehormatan.
(2) Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Padang
Pada tanggal 8 Mei 2006
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI SUMATERA BARAT
WAKIL KETUA,
MAHYELDI ANSHARULLAH
11
Download