the nest - Nestlé Nutrition Institute

advertisement
the
nest
No. 37 / November 2014
© 2014, Nestlé Nutrition Institute
CH–1800 Vevey
Switzerland
Printed in Switzerland
INFORMASI HANYA UNTUK
TENAGA KESEHATAN
© 2014,
Ne stlé
Buklet ini dilindungi oleh hak cipta.
Namun dimungkinkan untuk diproduksi
tanpa ijin tertulis sebelumnya dari Nestlé
Nutrition Institute atau S. Karger AG, tapi
mendapat pengakuan terhadap publikasi
asli.
te
Ins titu
Nu trit ion 00 Vevey
CH –18
rlan d
Sw itze
rlan d
in Sw itze
Pri nte d
No. 37
mb
/ Nove
er 2014
Material yang terdapat dalam buklet ini
diajukan sebagai bahan yang belum
dipublikasikan sebelumnya, kecuali dalam
kasus dimana ijin telah diberikan ke sumber
dimana beberapa bahan ilustrasi berasal.
d
fancy an ?
ew
n in In
N
itio
� Nutr hood: What Is
Child
s in
obiotic
le of Pr
tional
The Ro
of Func s
ention
er
the Prev stinal Disord
inte
ro
st
aly)
Ga
, Bari (It
Flavia
Ind rio
Chew:
How to
bies
re nd,
Learning nt Skill for Ba
Le Révé
rta
njamin
An Impo
d
t an Be
)
l Lore
Chryste (Swi tze rland
ne
Laus an
on Vi
Update
tamin D
in Infant
Bhat
tinde r
d Ja
Pa te l an SA)
Pinkal
a, GA (U
Augu st
s
ia,
Sumber ilustrasi:
Nestlé Nutrition Collection
Perhatian besar diberikan untuk menjaga
akurasi isi informasi dalam buklet ini.
Namun, baik dari Nestlé Nutrition Institute
maupun S. Karger AG bertanggung jawab
terhadap kesalahan atau konsekuensi
apapun yang timbul dari penggunaan
informasi dalam buklet ini.
Dipublikasi oleh: S. Karger AG, Switzerland,
untuk Nestlé Nutrition Institute
Avenue Reller 22
CH–1800 Vevey
Switzerland
© Hak Cipta 2014 oleh
Nestlé Nutrition Institute, Switzerland
ISSN 1270–9743
Info lebih lanjut tentang Nestle Nutrition Institute,
sumber ilmiah dan beasiswa kunjungi:
www.nestlenutrition-institute.org
w w w.nes tlenutrition -ins titute.org
M Nutrisi pada Bayi dan Anak-Anak:
Berita Terbaru
Peran Probiotik dalam Pencegahan
Gangguan Gastrointestinal Fungsional
Flavia Indrio, Bari (Italy)
Belajar Mengunyah:
Keterampilan Penting bagi Bayi
Chrystel Loret and Benjamin Le Révérend, Lausanne
(Switzerland)
Update tentang Vitamin D pada Bayi
Pinkal Patel and Jatinder Bhatia,
Augusta, GA (USA)
the
nest
Peran Probiotik dalam Pencegahan
Gangguan Gastrointestinal Fungsional
Flavia Indrio
L. reuteri
Department of Pediatrics
University of Bari
Bari, Italy
[email protected]
Colic (min/day)
Placebo
p
37.7 ± 33.8 70.9 ± 51.9 <0.01
Regurgitation (times/day) 2.9 ± 1.1
4.6 ± 3.2
<0.01
Evacuation (times/day)
3.6 ± 1.7
<0.01
4.2 ± 1.8
Pesan Kunci
Suplementasi probiotik dapat menjadi
strategi baru untuk mencegah gangguan gastrointestinal fungsional dan
konsekuensi kesehatan baik di awal
maupun jangka panjang.
Gangguan gastrointestinal fungsional
(Functional gastrointestinal disorders/
FGIDs) didefinisikan sebagai kombinasi
variabel gejala gastrointestinal kronis
atau berulang yang tidak dapat dijelaskan oleh kelainan struktur atau biokimia.
Karena FGIDs di masa kecil bergantung
pada usia, the Rome Foundation membentuk dua komite pediatrik yang berbeda untuk meng-identifikasi kriteria
untuk diagnosis FGID: Komite Bayi / Balita (usia hingga 4 tahun) dan Komite Anak
/ Remaja (usia 4-18 tahun) [1, 2].
Kolik infantil, reflux gastro oesophageal dan konstipasi adalah FGIDs paling
umum yang mengarah pada rujukan ke
dokter anak selama 6 bulan pertama kehidupan dan sering kali menjadi penyebab untuk rawat inap, perubahan makan,
penggunaan obat-obatan, kecemasan
orang tua dan hilangnya hari kerja orangtua dengan konsekuensi sosial yang relevan [3]. Secara khusus, kolik infantil
adalah penyebab dari 10-20% dari semua
kunjungan ke dokter anak di 4 bulan pertama kehidupan; hampir 50% bayi sehat
berusia antara 0 dan 3 bulan memuntah-
L. reuteri
Placebo
Colic
Regurgitation
Evacuation
Gambar 1. Hasil utama setelah 3 bulan supplementasi probiotik.
kan setidaknya sekali sehari, dengan regurgitasi bayi mewakili 25% dari konsultasi pediatrik dan 3% dari konsultasi
pediatrik ahli pencernaan. Konstipasi
umumnya bertanggung jawab atas 3%
dari semua kunjungan ke dokter anak
[4].
Meskipun FGIDs telah dianggap
sebagai proses gangguan yang akan
sembuh dengan sendirinya, hal tersebut
telah menunjukkan bahwa inflamasi mukosa tingkat rendah dan perubahan
kekebalan atau motorik dapat ditemukan pada bayi yang terkena kolik, regurgitasi dan konstipasi. Traumatis awal ini
mengakibatkan usus memiliki faktor
risiko untuk pengembangan sindrom
w w w.nes tlenutrition -ins titute.org
32
iritasi usus (irritable bowel syndrome)
dan masalah psikologis di kemudian hari
[5].
Penelitian terbaru telah menunjukkan
peran penting mikrobiota ususdalam patogenesis gangguan pencernaan, misalnya FGID, dan ada banyak studi yang
menargetkan terapi probiotik untuk
penyakit spesifik seperti kolik, regurgitasi dan konstipasi [6-8]. Pengaruh probiotik dapat memainkan peran penting
dalam modulasi pe-radangan usus. Sebuah uji klinis acak multisen terbaru baru ini telah menyelidiki efektivitas suplementasi Lactobacillus reuteri dalam
pencegahan FGIDs pada bayi baru lahir
(Gambar 1) [9].
Gambar 2.Suplementasi probiotik di awal kehidupan dapat mendorong kolonisasi mikrobiota untuk melindungi
usus dari trauma di awal kehidupan dan mencegah terhjadinya FGIDs dikemudian hari
Memicu kolonisasi mikrobiota sejak minggu pertama kehidupan dengan memberikan probiotik dapat
meningkatkan permeabilitas usus,
sensitivitas visceral dan kepadatan sel
mast. Suplementasi probiotik dengan
cara profilaksis mungkin merupakan
strategi baru untuk mencegah FGIDs
dan konsekuensi kesehatan baik di awal
maupun jangka panjang (Gambar 2).
3.
4.
5.
6.
Referensi
1. Drossman DA: The functional gastrointestinal
disorders and the Rome III process.
Gastroenterology 2006;130:1377–1390.
2. Hyman PE, Milla PJ, Benninga MA, Davidson
GP, Fleisher DF, Taminiau J: Childhood
functional gastrointestinal disorders:
7.
neonate/toddler. Gastroenterology
2006;130:1519–1526.
Smart J, Hiscock H: Early infant crying and
sleeping problems: a pilot study of impact on
parental well-being and parent-endorsed
strategies for management. J Paediatr Child
Health 2007;43:284–290.
Iacono G, Merolla R, D’Amico D, et al:
Gastrointestinal symptoms in infancy:
a population-based prospective study.
Dig Liver Dis 2005;37:432–438.
Indrio F, Oliva M, Fontana C, et al: Infantile
colic and regurgitation as a early traumatic
insult in the development of functional
gastrointestinal disorders. Dig Liver Dis
2010;42(suppl 5):S347.
Szajewska H, Gyrczuk E, Horvath A:
Lactobacillus reuteri DSM 17938 for the
management of infantile colic in breastfed
infants: a randomized, double-blind, placebocontrolled trial. J Pediatr 2013;162:257–262.
Indrio F, Riezzo G, Raimondi F, Bisceglia M,
Filannino A, Cavallo L, Francavilla R:
Lactobacillus reuteri accelerates gastric
emptying and improves regurgitation in
3
infants. Eur J Clin Invest 2011;41:417–422.
8. Coccorullo P, Strisciuglio C, Martinelli M,
Miele E, Greco L, Staiano A: Lactobacillus
reuteri (DSM 17938) in infants with functional
chronic constipation: a double-blind,
randomized, placebo-controlled study. J
Pediatr 2010;157:598–602.
9. Indrio F, Di Mauro A, Riezzo G, et al:
Prophylactic use of a probiotic in the
prevention of colic, regurgitation, and
functional constipation: a randomized clinical
trial. JAMA Pediatr 2014;168:228–233.
the
nest
Belajar Mengunyah:
Keterampilan Penting Bagi Bayi
A
-48
Chrystel Loret
Benjamin Le Révérend
Consistent occlusal point
Vertical motion (mm)
-50
Nestlé Research Center
Lausanne, Switzerland
[email protected]
Pesan Kunci
RM
puan mengunyah anak-anak sehingga memberikan produk dan dukungan yang sesuai
-52
dengan tahapan perkembangan kepada
LM
LM
-54
A
B
-56
Gambar 2. Tipe pola elektro myografi pada pengunyahan dewasa (A) dan balita (B). Dapat
kita lihat subjek dewasa menghasilkan pola sepanjang otot yang pendek dan teratur,
dimana RM dan LM otot masseter kanan dan kiri, berturut-turut (diadaptasi dari Green et
al. [10]).
-58
-62
Mengunyah adalah keterampilan halus
yang harus dipelajari. Belajar mengunyah
dengan tekstur yang sesuai menghasilkan beragam efek pada pengalaman gizi,
dari rasa, aroma dan persepsi tekstur terhadap sinyal rasa kenyang serta memperluas penerimaan makanan.
Nestlé Research Centre secara aktif
mengeksplor pengaruh tekstur selama
masa penyapihan dan selanjutnya untuk mendukung perkembangan produk
dengan tekstur yang tepat.
1
RM
-62
-2
0
2
4
6
8
10
-48
12
7.2
B
Vertical amplitude (mm)
-50
-52
-54
-56
-58
Mengunyah adalah keterampilan moto-
gang pensil dan kemajuan dari coretan acak
ke garis lurus, mereka juga perlu belajar untuk
6.8
6.7
6.6
-62
6.4
0
2
Gambar 1. Tipe kinematic rahang yang direkam pada pola mengunyah orang dewasa (A) dan balita (B). Dapat kita lihat pola yang
regular dan terkontrol pada pengunyahan dewasa serta konsistensi
dari titik oklusi (adaptasi dari Wilson dan Green [9]).
perti anak-anak harus belajar cara meme-
6.9
6.5
-2
r = 0.53389
p = 0.21708
7
-62
-16 -14 -12 -10 -8 -6 -4
rik halus yang perlu dipelajari. Sama se-
7.1
6.6
6.8
7
7.2
Horizontal amplitude (mm)
7.4
7.6
7.8
Gambar 3. Efek produk makanan yang berbeda pada amplitude horizontal dan vertikal
yang terekam dengan kinematik rahang untuk 7 produk makanan bayi komersial yang
berbeda. Dapat dilihat amplitude horizontal dan vertikal tidak berhubungan dan sifat
makanan mengontrol bagaimana makanan diproses secara oral.
mengunyah makanan dengan tekstur baru.
Pada saat yang sama, anak-anak harus beradaptasi dengan perubahan anatomi yang
tas mengunyah mereka tergantung pada tekstur
dapat mereka manipulasi [4], dan paparan
bolus makanan dapat ditelan. Hal ini tergan-
berkembang dari mengunyah terkontrol ver-
luar biasa di dalam mulut. Mulut itu sendiri
makanan yang mereka makan. Hal ini akan
awal berbagai tekstur mendukung peneri-
tung pada anatomi subjek (tergantung usia),
tikal untuk mengunyah melingkar (Gambar 1),
volumenya menjadi dua kali lipat dari lahir
meningkatkan tekstur makanan, rasa dan
maan yang lebih besar dari tekstur nanti [5].
koordinasi fitur anatomi dan konsistensi
kontrol dari awal, sinkron dan durasi kegiatan
sampai usia 4 tahun. Sementara itu, otot-otot
bau, membuat makan lebih menyenang-
Studi lain menunjukkan bahwa diet dengan
makanan yang digunakan selama pengujian.
otot rahang (Gambar 2). Namun, kurangnya
pengunyahan menjadi lebih tebal dan lebih
kan. Bahkan melampaui kesenangan mulut
tekstur lebih keras mendukung pertumbu-
Penulis yang berbeda telah menggunakan
referensi makanan dalam studi ini tidak me-
kuat, dan lidah menjadi fungsional indepen-
karena makanan yang dikunyah lebih mudah
han tulang dan otot, sehingga lebih banyak
langkah-langkah yang berbeda, seperti pe-
mungkinkan menyimpulkan pada efek kon-
den dari rahang, yang memungkinkan me-
dicerna dan nutrisi diserap lebih baik [2].
ruang untuk gigi permanen [6].
ngamatan [7], karakterisasi bolus makanan
sistensi makanan. Inilah mengapa Nestlé
ngontrol makanan selama pengunyahan.
Mengunyah juga membantu memicu rasa
[8], pengukuran aktivitas otot [9] dan gerakan
Research Center telah memulai studi de-
Belajar mengunyah memiliki berbagai
kenyang, yang mendorong kebiasaan makan
Efisiensi mengunyah secara global diteri-
rahang pelacakan [10], secara tidak langsung
ngan Massachusetts General Hospital un-
efek. Jika anak-anak belajar untuk mengunyah
yang sehat dengan mengatur asupan makanan
ma sebagai efisiensi dalam menghancurkan
mengukur efisiensi mengunyah sebagai fungsi
tuk mengetahui pengaruh konsistensi makanan
dengan baik, mereka akan tumbuh menjadi
[3]. Laporan juga menunjukkan bahwa anak-
makanan diantara gigi dan memanipulasi
dari usia anak. Alat-alat ini menunjukkan
pada kemampuan pengunyahan anak untuk
orang dewasa yang bisa mengontrol aktivi-
anak lebih memilih tekstur makanan yang
partikel yang dihasilkan untuk membentuk
bahwa dengan usia, pengunyahan anak
lebih membangun keahlian dalam kemam-
w w w.nes tlenutrition -ins titute.org
4
5
orang tua. Hasil akan tersedia pada awal 2015;
Namun, ia telah menunjukkan bahwa konsistensi makanan sereal ringan dapat berdampak perilaku pengunyahan dewasa (fi g. 3)
Referensi
1. Le Révérend BJ, Edelson LR, Loret C:
Anatomical, functional, physiological and
behavioural aspects of the development of
mastication in early childhood. Br J Nutr
2014;111:403–414.
2. Cassady BA, Hollis JH, Fulford AD, Considine
RV, Mattes RD: Mastication of almonds: effects
of lipid bioaccessibility, appetite, and hormone
response. Am J Clin Nutr 2009;89:794–800.
3. Alvina M, Araya H, Vera G, Pak N: Effect of
starch intake on satiation and satiety in
preschool children. Nutr Res 2000;20:479–489.
4. Lundy B, Field F, Carraway K, et al: Food
texture preferences in infants versus toddlers.
Early Child Dev Care 1998;146:69–85.
5. Blossfeld I, Collins A, Kiely M, Delahunty C:
Texture preferences of 12-month-old infants
and the role of early experiences. Food Qual
Pref 2007;18:396–404.
6. Limme M: The need of efficient chewing
function in young children as prevention of
dental malposition and malocclusion (in
French). Arch Pediatr 2000;17:S213–S219.
7. Gisel EG: Effect of food texture on the
development of chewing of children between
six months and two years of age. Dev Med
Child Neurol 1991;33:69–79.
8. Gavião MB, Raymundo VG, Sobrinho LC:
Masticatory efficiency in children with primary
dentition. Pediatr Dent 2001;23:499–505.
9. Wilson EM, Green JR: The development of
jaw motion for mastication. Early Hum Dev
2009;85:303–311.
10. Green JR, Moore CA, Ruark JL, Rodda PR,
Morvée WT, VanWitzenburg MJ: Development of chewing in children from 12 to 48
months: longitudinal study of EMG patterns.
J Neurophysiol 1997;77:2704–2716.
the
nest
Pinkal Patel
Jatinder Bhatia
Medical College of Georgia
Georgia Regents University
Augusta, GA, USA
[email protected]
Pesan Kunci
Suplementasi vitamin D yang adekuat
diperlukan untuk pertumbuhan tulang
optimal pada masa bayi, terutama pada
bayi prematur dan anak-anak. Defisiensi
vitamin D tidak hanya berdampak pada
pertumbuhan tulang tetapi juga menempatkan pasien pada risiko untuk menderita penyakit autoimun, penyakit jantung,
osteoarthritis, dan diabetes mellitus tipe
1. Mengidentifikasi populasi pasien yang
berisiko, memberikan suplemen vitamin
D yang adekuat, dan pengobatan dini defisiensi adalah hal yang sangat penting.
Vitamin D adalah vitamin larut lemak. Sumber alami vitamin D yang paling umum adalah minyak ikan, hati,
daging, kuning telur dan ikan yang berminyak seperti salmon, makarel dan
sarden. Vitamin D adalah secosteroid
yang disintesa di kulit [vitamin D3 (cholecalciferol) atau diserap dari diet (ergocalciferol). Vitamin ini disintesis di kulit dengan bantuan sinar ultraviolet (UV) dengan precursor kolesterol; panjang
gelombang yang paling efektif adalah
kisaran 290-315 nm. Kebutuhan asupan
vitamin D dari makanan bergantung dari
jumlah paparan sinar matahari. Vitamin
D2 dan D3 dianggap sebagai prehormon
dan kemudian akan menjadi 25 hidroksi-
Update Tentang Vitamin D pada Bayi
lasi di hati untuk membentuk 25 hidroksi
vitamin D (calcidiol), yang merupakan
bentuk utama vitamin D dalam sirkulasi.
Dari hati, 25(OH)D diangkut ke ginjal untuk hidroksilasi membentuk hormon biologis aktif 1, 25-dihidroksi vitamin D (calcitriol). Calctriol adalah bentuk biologis
aktif vitamin D, yang menstimulasi absorpsi kalsium dan fosfor di usus, reabsorpsi kalsium yang telah disaring di ginjal, dan mobilisasi kalsium dan fosfor dari
tulang (Gambar 1). Vitamin D juga memainkan peran penting pada proliferasi,
diferensiasi, apoptosis, angiogenesis dan
imunomodulasi sel. Defisiensi vitamin D
telah menunjukkan peningkatan risiko
penyakit autoimun, osteoarthritis, diabetes tipe 1, penyakit jantung, skizofrenia,
depresi dan mengi [1].
Defisiensi vitamin D dapat dibagi
menjadi tiga kategori besar, yaitu: defisiensi nutrisi vitamin D, kelainan
bawaan metabolisme vitamin D, dan
ketahanan terhadap aksi vitamin D.
Bentuk yang paling umum adalah defisiensi nutrisi vitamin D. Anak berkulit
gelap dengan diet vegetarian ketat
atau dengan diet tertentu, bayi berkulit
gelap dengan ASI eksklusif lebih dari
3-6 bulan, bayi prematur, remaja dan
bayi lahir dari ibu dengan defisiensi vitamin D, juga pasien dengan gangguan
hepatobilier atau obat tertentu seperti
antikonvulsan (fenobarbital atau diphenylhydantoin) adalah hal yang dapat
meningkatkan risiko kekurangan vitamin
D [2]. Luas kulit yang terpapar UV-B juga
berperan pada sintesis vitamin D. Wanita
Timur Tengah yang menggunakan baju
tradisional memiliki risiko lebih besar terkena defisiensi vitamin D. Tabir surya,
w w w.nes tlenutrition -ins titute.org
6
peningkatan waktu yang dihabiskan di
tempat teduh atau dalam ruangan, polusi udara, tabir karena adanya awan, lintang lebih tinggi (terutama lebih tinggi
dari 37.5°), dan musim dingin akan menurunkan radiasi sinar UV dan karenanya
terjadi penurunan kadar vitamin D [3,4].
UV light
Skin
Kidney
1,25Dihydroxyvitamin D
(calcitriol)
Vitamin D3
(cholecalciferol)
Liver
Defisiensi vitamin D muncul pada
bayi sebagai gejala hipokalsemia. Bayi
dan anak mungkin asimtomatik atau
dapat muncul bersamaan dengan kejang dan tetani akibat hipokalsemia.Mereka juga mungkin memiliki masalah gagal tumbuh, hipotonia, pelebaran sutura
kranial dan frontal bossing Craniotabes
(penipisan tengkorak) juga dapat muncul. Bayi yang lebih tua dan anak-anak
memperlihatkan perubahan pada tulang
dan keterlambatan perkembangan,
erupsi gigi tertunda, bowed legs, kifosis
dan abnormalitas pelvis serta pot bellies
[3].
Indikator terbaik untuk menentukan
status vitamin D adalah konsentrasi
serum 25(OH)D yang menggambarkan absorpsi dari diet dan sintesis oleh
kulit. Tes lain yang berguna untuk mendiagnosa defisiensi vitamin D adalah
termasuk konsentrasi 1,25(OH)2D, serum kalsium, kadar fosfor dan alkalin
fosfat serta foto rontgen.
The American Academy of Pediatrics merekomendasikan semua bayi
yang mendapatkan ASI dan formula
dan tidak mengkonsumsi 1 liter susu terfortifikasi vitamin D per hari akan disuplementasi vitamin D 400 IU/hari. Suplementasi harus dimulai dalam beberapa
hari kelahiran. Remaja yang tidak memperoleh suplementasi vitamin D 400 IU/
25-Hydroxyvitamin D
(calcidiol)
From diet
(ergocalciferol)
Stimulates intestinal
absorption of calcium
and phosphorus
Mobilize calcium and
phosphorus from bone
Gambar. 1. Sintesis dan Fungsi Vitamin D.
Referensi
hari melalui susu terfortifikasi vitamin D
dan makanan terfortifikasi vitamin D harus mendapatkan suplementasi vitamin
D 400 IU/hari. Individu berkulit gelap
yang mendapatkan ASI eksklusif dan
tinggal di lintang yang lebih tinggi dapat
membutuhkan vitamin D sampai 800 IU/
hari, terutama dimusim dingin. Bayi prematur juga membutuhkan 400-800 IU/
hari karena kurangnya simpanan saat lahir [2]. Sesuai pedoman ESPGHAN, pasokan vitamin D yang lebih tinggi pada
bayi prematur bisa diperlukan untuk
mendapatkan perbaikan cepat kadar
plasma rendah pada janin dalam kasus
ibu hamil dengan defisiensi vitamin D.
Direkomendasikan asupan vitamin D
800-1000 IU/hari (dan bukan per kilogram) selama bulan-bulan pertama kehidupan [5]. Berdasarkan bukti yang ada,
konsentrasi serum 25(OH)D pada bayi
dan anak harus > 2ng/ml. The Institute
of Medicine baru-baru ini merekomendasikan anak usia >1 tahun membutuhkan 600 IU/hari [6]. Terapi defisiensi vitamin D terdiri dari pemberian 1000 IU/hari
vitamin D2 untuk bayi usia <1 bulan,
1000-5000 IU/hari untuk bayi usia 1-12
bulan dan 5000-10000 IU/hari untuk anak
usia > 12 bulan sampai terlihatnya bukti
penyembuhan secara radiologis. Harus
ada bukti radiologis penyembuhan tulang setelah 2-4 minggu terapi yang
adekuat. Terapi pemeliharaan dapat dimulai dengan vitamin D 400-1000 IU/hari,
bergantung dari usia [2,6]. Hipervitaminosis D jarang muncul dengan kadar
25(OH)D>375 nmol/l. Kondisi ini dapat
muncul saat mendapatkan vitamin D
>50000 IU/hari. Tanda dan gejala termasuk hipotonia, anoreksia, polidipsi, dehidrasi, hipertensi dan perkabutan pada
kornea [1,3].
7
1. Holick MF: Vitamin D deficiency. N Engl J
Med 2007;357:266–281.
2. Misra M, Pacaud D, Petryk A, Collett-Solberg
PF, Kappy M; Drug and Therapeutics
Committee of the Lawson Wilkins Pediatric
Endocrine Society: Vitamin D deficiency in
children and its management: review of
current knowledge and recommendations.
Pediatrics 2008;122:398–417.
3. Sethuraman U: Vitamins. Pediatr Rev
2006;27:44–55.
4. Suskind DL: Nutritional deficiencies during
normal growth. Pediatr Clin North Am
2009;56:1035–1053.
5. Agostoni C, Buonocore G, Carnielli VP, et al:
Enteral nutrient supply for preterm infants:
commentary from the European Society of
Paediatric Gastroenterology, Hepatology and
Nutrition Committee on Nutrition. J Pediatr
Gastroenterol Nutr 2010;50:85–91.
6. Institute of Medicine: Dietary Reference
Intakes for Calcium and Vitamin D. Washington, The National Academies Press, 2011.
Download