Marina Chimica Acta, April 2003, hal. 5-8 Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Hasanuddin Vol. 4 No.1 ISSN 1411-2132 PENGOLAHAN PASCA PANEN RUMPUT LAUT JENIS EUCHEUMA DAN GRACILARIA UNTUK TUJUAN EKSPORT Muliati Itung dan Marthen DP BARISTAND INDAG MAKASSAR (Balai Riset Dan Standarisasi Industri dan Perdagangan Makassar) ABSTRACT Sea grass is one of superior comodities of South Sulawesi. The activity of this research was to treat the harvested sea grasses, Eucheuma and Gracilaria types, for export purposes. Samples were obtained from potential regions such as Mamuju Regency for Eucheuma and Luwu Regency for Gracilaria. Samples were taken after a treatment of the harvested sea grasses for ready export. Samples taken randomly were analized in a laboratory and results obtained were compared to the values of standard. It was found from the organoleptic test that all samples were normal and the level of alient materials in the samples was 0 %. The water content of Eucheuma and Gracilaria types was 27.8 and 8.5 %, respectively. The maximum water content required by Indonesian National Standard (SNI, 1992) is 35 % for Eucheuma species and 25.5 % for Gracilaria species. Therefore, the two samples conform to the standard for exporting. Keywords : Sea grass, organoleptic, Gracilaria 3. Belum adanya perbedaan harga yang signifikan untuk produk yang bermutu baik dibandingkan dengan produk yang tidak bermutu baik. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan dengan perairan yang sangat luas, sehingga merupakan kekayaan bangsa dan negara yang sekaligus memiliki potensi tinggi ditinjau dari segi sumber alam. Selain menghasilkan produk-produk perikanan dan hasil laut lainnya, salah satu yang potensial adalah rumput laut. Rumput laut yang telah banyak dimanfaatkan khususnya di Sulawesi Selatan adalah kelas rumput laut merah (Rhodophyceae). Kelas Rhodophyceae disebut juga Red Algae atau ganggang merah. Hampir semua jenis ganggang merah tumbuhnya di laut dan mempunyai nilai ekonomi diantaranya jenis Eucheuma dan Gracilaria. Jenis Eucheuma digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan karaginan (karagen), sedangkan jenis gracilaria dikenal sebagai penghasil agar-agar. Di Sulawesi Selatan, penggunaan rumput laut dari kedua jenis tersebut masih dalam bentuk bahan baku (selesai pengolahan pasca panen) untuk tujuan eksport. Namun masih ada masalah yang dihadapi untuk meningkatkan kualitas produk, yakni: Untuk menjembatani pemecahan masalah tersebut maka dilakukanlah kegiatan pengolahan pasca panen rumput laut asal Kabupaten Mamuju dan Luwu untuk tujuan ekspor serta menguji dan mengevaluasi hasil pengolahan sesuai dengan SNI yang berlaku bagi masing-masing jenis komoditi. Hasil yang diperoleh kemudian disosialisasikan kepada produsen, pedagang pengumpul dan eksporter untuk meningkatkan mutu komoditi unggulan dimaksud, agar dapat bersaing di pasar internasional sekaligus menambah pendapatan mereka dan pemasukan devisa negara. A. Eucheuma Jenis eucheuma oleh sebagian petani, pedagang diberi nama agar-agar. Istilah lokal agar-agar bagi Eucheuma ini sedikit mengacaukan karena justru Eucheuma bukan termasuk jenis rumput laut yang memproduksi agar-agar tetapi memproduksi karaginan (karagen). Sedangkan jenis yang mengandung agaragar adalah dari jenis gracilaria (Rambukasang). Pemanfaatannya Eucheuma dikenal sebagai penghasil karaginan dan merupakan jenis yang banyak dicari karena dimanfaatkan dalam industri-industri makanaan, obatobatan dan kosmetika. Karagen dalam industri makanan atau persediaan sehari-hari digunakan sebagai pengstabil pada pembuatan susu kering, es krim, keju, roti dan minuman, sebagai pengental pada pembuatan poding susu dan susu cokelat. 1. Kurangnya pengetahuan petani atau produsen dalam pengolahan pasca panen, pengemasan dan penyimpanan. 2. Kurangnya pemahaman terhadap persyaratan mutu yang diwajibkan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku agar dapat bersaing di pasar internasional. 5 Vol. 4 No.1 Pengolahan Pasca Panen Rumput Laut Jenis Eucheuma … Dalam industri farmasi, karagen digunakan sebagai zat tambahan pada obat-obatan alkaloid, kina, kodein dan etil morfin. Dalam industri kosmetik, karagen digunakan sebagai bahan penambah untuk pembuatan sabun, pasta gigi, krem dan lotion. Pada produk bahan makanan daging, karagen berfungsi untuk memperkaya proteinnya, dengan cara menyuntikkan ke dalam tubuh binatang. Penggunaan lain karagen adalah sebagai pengemulsi pada glasis keramik dan herbisida yang tak larut dalan air. Karagen sangat penting peranannya sebagai stabilisator (pengatur keseimbangan), thickener (bahan pengental), pembentuk gel, pengemulsi dan lain-lain. Sifat ini banyak dimanfaatkan dalam industri makanan, obat-obatan, kosmetik, tekstil, cat, pasta gigi dan industri lainnya. Pada produk makanan yang berasal dari susu, karaginan telah luas dikenal sebagai aditif penting. Penambahan karaginan (0,01-0,05 %) pada es krim berfungsi sebagai stabilisator yang baik. Sedang penambahan karaginan (0,02-0,03%) pada susu cokelat dapat mencegah pengendapan cokelat dan pemisahan krim serta meningkatkan kekentalan lemak dan pengendapan kalsium. Selain industri pangan, karaginan banyak digunakan dalam industri farmasi. Penambahan karaginan (0,8-12%) pada pasta gigi akan memperhalus tekstur dan memperbaiki sifat busanya. Sedang kegunaan karaginan pada produk farmasi lain umumnya ditujukan untuk memperbaiki sifat suspensi dan emulsi produk. sehingga mikroba dapat didistribusikan di dalam agaragar tersebut tanpa membunuhnya. Agar-agar akan menjadi keras pada suhu 37ºC, temperatur mana biasanya digunakan dalam inkubasi mikroba. METODE PENELITIAN Bahan dan Alat yang digunakan Bahan yang digunakan - Rumput laut jenis Eucheuma dan - Rumput laut jenis Grasilaria Bahan diperoleh dengan cara sampling secara acak di lapangan (daerah/kabupaten) yang meliputi Kabupaten Mamuju dan Palopo, Kabupaten Luwu. Alat yang digunakan Alat yang digunakan adalah sesuai dengan yang tercantum dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku bagi komoditi tersebut. Metode Masing-masing contoh yang telah diolah diuji sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Data hasil uji dikaji/dievaluasi sesuai dengan persyaratan yang berlaku bagi komoditi tersebut kemudian disimpulkan apakah memenuhi standar atau tidak. Bagi komoditi yang tidak memenuhi standar dibuatkan suatu prosedur perbaikan proses yang disadur dari hasil penelitian sebelumnya untuk selanjutnya disosialisasikan ke daerah produser tempat dilakukannya survey. B. Gracilaria Jenis gracilaria banyak digunakan sebagai bahan baku penbuatan agar-agar. Agar-agar sudah dikenal oleh masyarakat hampir di seluruh Indonesia sebagai bahan pembuat kue-kue atau makanan lainnya, bahan industri farmasi atau industri lainnya (2,4,6). Pemakaian dalam makanan antara lain sebagai bahan pengental (thickener), stabilisator ( stabilizer), dan pengemulsi (emulsifiying agent). Di bidang kosmetika, agar-agar berguna untuk pembuatan salep, cream, sabun dan pembersih muka atau lotion. Pemakaian dalam industri lainnya yaitu sebagai bahan additive (tambahan) dalam beberapa prosesnya antara lain industri kertas, tekstil, fotografi, semir sepatu, odol, pengalengan ikan/daging. Penggunaan agar-agar yang terpenting adalah sabagai media untuk pertumbuhan bakteri dan mikroba lain seperti kapang dan khamir. Karena dengan penambahan beberapa zat ke dalamnya, larutan encer agar-agar dapat menjadi gel dan mikroba dapat tumbuh. Agar-agar tersebut akan tetap menjadi cair bila didinginkan sampai 42ºC PENGOLAHAN PASCA PANEN Prosedur pengolahan pasca diterapkan ke petani dan produsen. panen yang Eucheuma - Rumput laut jenis Eucheuma hasil panen dicuci dengan air laut hingga bebas dari pasir, batu karang lalu disortir dari jenis-jenis lain sehingga terjamin kemurniannya. - Kemudian dicuci lagi dengan air laut, pencucian dengan air tawar harus dihindari karena dapat menurunkan kadar karaginan yang dikandungnya. - Selanjutnya dijemur selama 1-2 hari sampai kering. Pada waktu penjemuran harus diusahakan agar tidak terkena air hujan atau embun. - Kemudian dicuci lagi dengan air tawar dan dikeringkan sehingga diperoleh rumput laut yang berwarna putih (siap eksport). - Dikemas dan disimpan di gudang. 6 Muliati Itung & Marthen DP Mar.Chim Acta Grasilaria - Rumput laut jenis Grasilaria, setelah dipanen dikumpulkan dan dicuci untuk menghilangkan pasir, batu dan kotoran lainnya. Banyaknya kotoran akan mengakibatkan larutan agar-agar yang terbentuk nanti berwarna kotor serta kurang kental. RUMPUT LAUT SEGAR - Setelah dipisahkan dari kotorannya, rumput laut dicuci dengan menggunakan air tawar yang mengalir atau dalam waskom (drum) sampai benar-benar bersih. Bak pencucian harus terkena sinar matahari langsung agar terjadi proses pemucatan (pemutihan). - Kemudian dijemur kembali sampai kering selama 23 hari. Rumput laut kering dikemas dalam karung dan merupakan komodoti setengah jadi yang sudah siap dijual (ekspor). Jenis Eucheuma Jenis Gracilaria Dicuci dengan air laut Dicuci dengan air laut 2-3 kali 2-3 kali Dijemur di atas rak bambu 2-3 hari Dicuci lagi dengan air laut 2-3 hari Dijemur di atas rak bambu 2-3 hari Dicuci lagi dengan air Dijemur lagi sampai kering Dijemur lagi sampai kering Untuk menghasilkan rumput laut yang putih bersih, maka direndam dahulu dengan larutan kaporit 0,25% selama 2 jam sambil sering diaduk. Dengan perendaman diharapkan rumput laut menjadi putih bersih. Setelah perendaman rumput laut dicuci kembali dengan air tawar sampai hilang bau kaporitnya. Kemudian dijemur kembali sampai kering dan dimasukkan dalam karung. laut Dikemas dan disimpan di Gudang Gambar 1. Skema Pengolahan Rumput Laut Rumput laut jenis Eucheuma dan Gracilaria untuk siap ekspor dilakukan pengujian, hasil uji dapat dilihat pada tabel di bawah ini : HASIL DAN PENELITIAN Pengolahan pasca panen, yang diterapkan ke petani dan produsen, dapat dilihat pada skema Gambar 1. Skema proses antara Eucheuma dan Gracilaria adalah sama. Bedanya kalau Eucheuma dicuci dengan air laut sedangkan Gracilaria dicuci dengan air tawar. Pencucian Eucheuma dengan air tawar harus dihindari karena dapat menurunkan kadar karaginan yang dikandungnya. Tabel 1. Data Hasil Uji Rumput Laut No 1 2 Asal Contoh Kabupaten Mamuju Kabupaten Luwu Syarat Mutu SNI: 01-2690-1992 Hasil Uji Benda asing*) (% b/b) Jenis Contoh Organoleptik Eucheuma Normal 0 27,8 Gracilaria Normal 0 8,5 Eucheuma Normal Maks. 5 Maks. 35 Gracilaria Normal Maks. 5 Maks. 25 Kadar air (% b/b) Bau Spesifik Rumput laut Spesifik Rumput laut *) Benda asing yang dimaksud adalah rumput laut lainnya seperti garam, pasir, karang dan kayu. (Soegiarto dan Sulistijo, 1985). 7 Vol. 4 No.1 Pengolahan Pasca Panen Rumput Laut Jenis Eucheuma … Rumput laut yang diuji terdiri dari 2 jenis contoh, Eucheuma dan Gracilaria. Uji organoleptik menunjukkan bahwa kedua jenis contoh normal. Kadar benda asing untuk jenis Eucheuma dan Gracilaria adalah 0%. Kadar air untuk jenis Eucheuma dan jenis Gracilaria berturut-turut adalah 27,8% dan 8,5%. Ketentuan dalam standar (SNI, 1992) adalah maksimum 35% untuk jenis Eucheuma dan maksimum 25% untuk jenis Gracilaria, jadi kedua contoh yang diuji memenuhi syarat ekspor. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari dua contoh rumput laut kering yang diuji semuanya memenuhi syarat mutu ekspor. Saran Pengolahan pasca panen rumput laut sebaiknya dilakukan seperti prosedur pengolahan yang tercantum dalam skema proses. DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 1992. SNI.01-2690-1992, Rumput Laut Kering, Dewan Standardisasi Nasional. Soegiarto, A., Sulistijo, Wanda, S., Atmaja, Mubarak, H., 1978, Rumput Laut (Algae), Manfaat Potensi dan Usaha Budidayanya, Lembaga Oseanlogi Nasional LIPI, Jakarta Utara. Soegiarto, A. dan Sulistijo, 1985, Produksi dan Budidaya Rumput Laut di Indonesia, Lembaga Oseanologi Nasional, LIPI, Jakarta. Soegiarto, A, dan Sulistijo, 1985, Produksi dan Budidaya Rumput Laut di Indonesia, Makalah Diskusi Panel Pengembangan Industri Pengolahan Rumput Laut BPPT, Jakarta 26 Februari. Istimi, S., Zatmika, A., dan Anggadiradja, J., 1985, Diskusi Panel Pengembangan Industri Pengolahan Rumput Laut, Jakarta. Winasno, F.G, 1981. Food Additive, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor. Winarno, F.G, 1985, Diskusi Panel Pengembangan Industri Pengolahan Rumput Laut di Indonesia, Jakarta. 8