Bab I BUKU PETA RAWAN Format

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai negara berkembang, Indonesia terus menggalakkan pembangunan di
segala bidang. Hal ini sebagai upaya untuk mengejar ketertinggalan dengan negaranegara yang sudah maju. Sesuai dengan perkembangan global dunia, maka
pembangunan yang ada di Indonesia akan dilaksanakan dengan berorientasi pada
pembangunan yang berkelanjutan. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2004),
pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang menyatukan kebutuhan
dan aspirasi generasi sekarang tanpa mengorbankan potensi-potensi untuk
menyatukan kebutuhan dan aspirasi generasi di masa mendatang. Kerusakan
lingkungan hidup terjadi karena adanya tindakan yang menimbulkan perubahan
langsung atau tidak langsung sifat fisik dan/atau hayati sehingga lingkungan hidup tidak
berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan (KMNLH, 1998).
Kerusakan lingkungan hidup terjadi di darat, udara, maupun di air.
Sebagai peserta aktif, Indonesia telah berkomitmen untuk meratifikasi
ketentuan-ketentuan yang telah disepakati dalam KTT Bumi di Rio de Janeiro. Dalam
hal ini Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Agenda 21 Nasional yang berisikan
rujukan untuk memasukkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam
perencanaan pembangunan nasionalnya. Adapun Agenda 21 secara umum berisikan 4
program utama tentang prinsip pengelolaan lingkungan dalam melaksanakan
pembangunan berkelanjutan yang mengkaitkan dimensi ekonomi dan dimensi sosial.
Empat program utama dalam Agenda 21 tersebut adalah (1) Program pembangunan
dengan dimensi sosial dan ekonomi, (2) Program yang berkaitan dengan konservasi
dan pengelolaan sumberdaya alam untuk pembangunan, (3) Program penguatan
peranan kelompok utama masyarakat dalam rangka terlaksananya pembangunan
yang berkelanjutan, dan (4) Program pengembangan sarana untuk
mengimplementasikan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Sebagai salah satu sumber penting pembiayaan pembangunan, sumber daya
alam yang ada dewasa ini masih belum dirasakan manfaatnya secara nyata oleh
sebagian besar masyarakat. Pengelolaan sumber daya alam tersebut belum memenuhi
prinsip-prinsip keadilan dan keberlanjutan. Selain itu lingkungan hidup juga menerima
beban pencemaran yang tinggi akibat pemanfaatan sumber daya alam dan aktivitas
manusia lainnya yang tidak memperhatikan pelestarian lingkungan. Beberapa
permasalahan pokok dihadapi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup, pertama adalah keterbatasan data dan informasi dalam kuantitas maupun
PPE Kalimantan
Peta Kerawanan dan Potensi Kerusakan Lingkungan
Akibat Pemanfaatan SDA Kalimantan
3
kualitasnya. Keterbatasan data dan informasi yang akurat berpengaruh pada kegiatan
pengelolaan dan pengendalian sumber daya alam dan lingkungan hidup yang belum
dapat berjalan dengan baik. Sementara itu, sistem pengelolaan informasi yang
transparan juga belum melembaga dengan baik sehingga masyarakat belum mendapat
akses terhadap data dan informasi secara memadai (Bappenas.go.id).
Aca Sugandhy (1999), telah melakukan identifikasi terhadap beberapa
permasalahan dalam pengelolaan lingkungan yang saat ini menjadi kepedulian kita
bersama, yaitu antara lain : (1) berubahnya fungsi dan tatanan lingkungan, (2)
penurunan daya dukung lingkungan, (3) penurunan mutu lingkungan, (4)
ketidakpaduan antara pengelolaan sumber daya manusia, sumber daya alam, dan
sumber daya buatan, (5) kurang optimalnya rencana tata ruang, (6) perusakan dan
pencemaran lingkungan, (7) rendahnya peran serta masyarakat, (8) kurang lengkap
dan tidak padunya sistem informasi lingkungan, (9) belum terintegrasinya ekonomi
lingkungan dalam perhitungan investasi pembangunan, dan (10) masih lemahnya
penegakan hukum dalam pengelolaan lingkungan.
Alternatif cara untuk dapat mengatasi persoalan-persoalan di atas, salah
satunya adalah memberikan pemahaman tentang peran masyarakat terhadap
lingkungan secara integral dan diarahkan pada pembentukan sikap dan perilaku
masyarakat yang seimbang antara antroposentrisme dengan ecosentrisme. Oleh
karena itu, pengembangan pendidikan masyarakat dalam rangka meningkatkan
kesadaran terhadap isu-isu lingkungan, baik melalui pendidikan formal maupun non
formal sangatlah diperlukan. Hal ini tidak lain agar seluruh lapisan masyarakat dapat
melakukan kegiatan pembangunan secara berkelanjutan dengan berwawasan
lingkungan (lppm.ums.ac.id).
Teknologi Penginderaan Jauh merupakan salah satu teknik yang sesuai untuk
kegiatan pemetaan lingkungan. Isu pelestarian lingkungan saat ini tampaknyatelah
menjadi kesadaran global. Dihadapkan pada upaya tersebut, teknologi penginderaan
jauh dapat memberikan informasi dini tentang ancaman bahaya kerusakan lingkungan
baik secara tekstual maupun secara visual pada suatu daerah yang luas, sehingga
dengan demikian upaya penanggulangannya dapat direncanakan dan dilaksanakan
dengan baik. Dengan teknologi penginderaan jauh ini, dapat diketahui kesadaran moral
suatu bangsa yang tercermin dalam sikap komunalnya terhadap lingkungan fisik
negaranya, karena kerusakan lingkungan di suatu negara akan diketahui oleh negaranegara lain melalui tampilan informasi satelit penginderaan jauh. Sebagai contoh
kerusakan dan kebakaran hutan di Sumatera. Kalimantan, Sulawesi dan Papua tidak
saja menjadi perhatian dan keprihatinan kita dan negara-negara tetangga, tetapi juga
menjadi perhatian semua bangsa di dunia, karena hutan tropis Indonesia merupakan
4
PPE Kalimantan
Peta Kerawanan dan Potensi Kerusakan Lingkungan
Akibat Pemanfaatan SDA Kalimantan
bagian besar dari paru-paru dunia yang situasi dan kondisinya menjadi perhatian
masyarakat global.
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan Penyusunan Peta Kerawanan Lingkungan Kalimantan ini adalah:
1. Menyusun Peta Kerawanan Kerusakan Lingkungan Seluruh Wilayah
Kalimantan
2. Menyusun Peta Potensi Kerusakan Lingkungan Seluruh Wilayah Kalimantan
1.3 Manfaat
Manfaat dari kegiatan Penyusunan Peta Kerawanan Lingkungan Kalimantan ini
adalah:
1. Mendukung pelaksanaan Tupoksi dari Pusat Pengelolaan Ekoregion
Kalimantan dalam upaya menjaga kelestararian lingkungan hidup di wilayah
Pulau Kalimantan.
2. Menjadi bagian dalam penyusunan basis data lingkungan yang dilaksanakan
oleh Pusat Pengelolaan Ekoregion Kalimantan.
3. Menjadi salah satu indikator untuk sistem peringatan dini terhadap kemungkinan
terjadinya kerusakan lingkungan di Pulau Kalimantan.
4. Memberi masukan kepada pemerintah daerah provinsi atau kabupaten serta
para pemangku kepentingan di wilayah Pulau Kalimantan terhadap
kemungkinan terjadinya kerusakan lingkungan akibat aktivitas yang dijalankan
olen masing-masing pemerintah daerah tersebut.
1.4 Batasan Operasional
·
Interpretasi Citra dapat pula diartikan sebagai kegiatan perolehan informasi
tentang permukaan bumi dengan menggunakan citra yang diperoleh dari
dirgantara menggunakan energi elektromagnetik pada satu atau beberapa
bagian spektrum elektromagnetik yang dipantulkan maupun dipancarkan dari
permukaan bumi (Campell, 1996, dalam Sigit, 2008).
·
Penginderaan jauh dapat didefinisikan sebagai teknik atau ilmu pengetahuan
yang menjelaskan tentang sesuatu obyek tanpa menyentuhnya (Campell,
1996).
·
Peta Kerawanan Kerusakan Lingkungan :
o Merupakan peta yang mengindikasikan kondisi suatu wilayah yang
berpotensi untuk terjadi kerusakan lingkungan karena aktivitas dan atau
kegiatan usaha manusia yang berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan (UU 32/2009).
o Kerawanan berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan, tetapi tidak
PPE Kalimantan
Peta Kerawanan dan Potensi Kerusakan Lingkungan
Akibat Pemanfaatan SDA Kalimantan
5
semua kerawanan selalu menjadi kerusakan lingkungan.
·
Peta Potensi Kerusakan Lingkungan :
o Merupakan peta yang mengindikasikan jenis-jenis kerusakan lingkungan
yang dapat timbul pada suatu wilayah sebagai akibat dari aktivitas dan
atau kegiatan usaha manusia yang berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan (UU 32/2009).
o Peta ini bermanfaat untuk memberikan peringatan awal terhadap
kemungkinan terjadinya kerusakan lingkungan.
6
PPE Kalimantan
Peta Kerawanan dan Potensi Kerusakan Lingkungan
Akibat Pemanfaatan SDA Kalimantan
Download