Mahfud Bachtiar IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI PENUNJANG PEMBENTUKAN KARAKTER Mahfudz Bachtiar UIN Sunan Ampel Surabaya,Jl. A. Yani 117 Surabaya [email protected] ABSTRAK “Pendidikan membutuhkan inovasi, baik itu berupa perubahan di tingkat strategi ataupun berbasis pada subtansi. Salah satu elemen subtansial di dunia pendidikan, adalah kurikulum. Oleh karena sangat pentingnya eksistensi kurikulum, pemerintah – dalam setiap kebijakannya – selalu menyasar kurikulum untuk dilakukan pengembangan (baca; perubahan). Artikel sederhana ini, bisa dikatakan, sebagai wujud derivatif dari perubahan kerangka kurikulum. Artikel ini akan dikaitkan dengan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Artikel ini berisikan tentang gagasangagasan penting yang bisa dilakukan oleh para guru untuk menyesuaikan cakupan pembelajaran Bimbingan dan Konseling di sekolah dengan kurikulum baru, bernama Kurikulum 2013. Kendati, sebagaimana diketahui, pengimplementasian kurikulum ini masih dalam proses evaluasi ulang. Pada kesimpulannya, subtantial point pada gagasan ini ada pada bagaimana cara dan strategi pembentukan bahan ajar yang berbasis pada karakter berlandaskan pada kurikulum 2013. Serta bagaimana implementasinya di dunia pendidikan terkecil, yakni di sekolah.” Kata Kunci : Implementasi Kurikulum 2013, Bimbingan dan Konseling dan Pembentukan karakter Pendahuluan Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. Kita tentu sadar bahwa pendidikan merupakan mekanisme institusional yang akan mengakselerasikan pembinaan karakter bangsa. Rajasa mengatakan bahwa pendidikan sebagai sarana untuk membangkitkan suatu karakter bangsa yang dapat mengakselerasi pembangunan sekaligus memobilitas potensi domestik untuk meningkatkan daya saing bangsa. Melihat bahwa pendidikan sangat penting dan berpengaruh bagi kehidupan manusia maka pemerintah tidak akan Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 171 Implemintasi Kurikulum.... pernah berhenti melakukan perubahan pada sistem pendidikan, guna menuju ke perubahan yang lebih baik. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah melakukan perubahan terus menerus baik secara konvensional maupun inovatis. Hal tersebut lebih terfokus lagi setelah diamanatkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Demi tercapainya tujuan tersebut diperlukan perubahan yang cukup mendasar dalam sistem pendidikan nasional yang dipandang oleh berbagai pihak sudah tidak efektif, bahkan dari segi mata pelajaran yang diberikan dianggap kelebihan muatan (overload) tetapi tidak mampu memberikan bekal, serta tidak dapat mempersiapkan peserta didik untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. 1 Perubahan mendasar tersebut berkaitan dengan kurikulum, yang dengan sendirinya menuntut dan mempersyaratkan berbagai perubahan pada komponen-komponen pendidikan lain. Kurikulum merupakan salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Perubahan kurikulum didasarkan pada tantangan ke depan yang lebih baik lagi, baik untuk masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, globalisasi ekonomi, serta kebangkitan industri kreatif dan budaya. Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan melihat perlunya kurikulum berbasis konpetensi sekaligus berbasis karakter yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter diharapkan mampu memecahkan berbagai persoalan bangsa khususnya dalam bidang pendidikan dengan mempersiapkan peserta didik melalui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap sistem pendidikan secara efektif, efesien, dan berhasil guna. Oleh karena itu, ini merupakan langkah yang positif yang dilakukan pemerintah merevitalisasi pendidikan karakter dalam seluruh jenis dan jenjang pendidikan. Kurikulum yang terbaru dijadikan acuan dan pedoman dalam pendidikan di Indonesia adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang pernah diuji cobakan pada tahun 2004. Menurut Prof. Ir. Muhammad Nuh, selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menegaskan bahwa kurikulum Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013,(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014) cet-4, Hal. 4-6 1 172 Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 Mahfud Bachtiar 2013 lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan.2 Bedanya dengan kurikulum lain, Kurikulum 2013 lebih fokus dan berangkat dari karakter serta kompetensi yang akan dibentuk, baru memikirkan untuk mengembangkan tujuan yang akan dicapai. Semua komponen lebih diarahkan pada pembentukan karakter dan kompetensi peserta didik yang diharapkan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, baik dalam real curriculum maupun dalam hidden curriculum.3 Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Karakter baik merupakan sesuatu yang perlu dimiliki oleh peserta didik, dan merupakan komponen utama yang harus dirumuskan dalam pembelajaran. Karena pembelajaran memiliki peran penting dan menentukan arah pembelajaran. Karakter yang baik akan memberikan petunjuk yang jelas pula terhadap materi yang harus dipelajari, penerapan metode dan media yang digunakan serta memberi petunjuk terhadap penilaian. Oleh karenanya seluruh mata pelajaran yang diajarkan harus sesuai dengan model kurikulum dan pembelajarannya.4 Melalui pelaksanaan kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Dalam implementasi kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan nilai-nilai atau norma-norma pada bidang studi perlu dikembangkan dan dihubungkan dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pendidikan nilai dan pembentukan karakter tidak hanya dilakukan pada tatanan kognitif saja tetapi menyentuh internalisasi dan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari. Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Sukses mengimplementasikan kurikulum 2013, (kata Pena, 2014) hal. 7 3 Iftitah Ilmawati, “Implementasi Kurikulum 2013 mata pelajaran pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam pembiasaan shalat fardlu peserta didik kelas VII SMP Praja Mukti Surabaya”, skripsi pada jurusan PAI FTK, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014, hal. 11 4Mulyasa, manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2012), cet. 2, hal. 79 2 Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 173 Implemintasi Kurikulum.... Pada umumnya pendidikan karakter menekankan pada keteladanan, penciptaan lingkungan dan pembiasaan melalui tugas keilmuan maupun kegiatan yang kondusif. Dengan demikian, apa yang dilihat, didengar dan dirasakan oleh peserta didik dapat membentuk karakter peserta didik. Selain tugas keilmuan, penciptaan iklim dan budaya serta lingkungan yang kondusif juga sangat penting turut membentuk karakter peserta didik. Penciptaan lingkungan yang kondusif dapat dilakukan melalui berbagai variasi yang mencakup penugasan, pembiasaan, pelatihan, pembelajaran, pengarahan dan keteladanan.5 Implemetasi kurikulum 2013 menuntut kerjasama yang optimal di antara para guru, konselor/guru bimbingan dan konseling, serta personil dalam sekolah lainnya serta dukungan dari masyarakat. Konselor sekolah atau guru bimbingan dan konseling memiliki peran penting dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Karena dalam kurikulum tersebut terdapat proses pembentukan karakter yang merupakan ranah bimbingan dan konseling sebagai program pelayanan peserta didik di sekolah. Bimbingan dan konseling lebih mengerti bagaimana cara membentuk karakter peserta didik selain dari proses pembelajaran yang diberikan oleh guru mata pelajaran lainnya. Guru bimbingan dan konseling atau konselor sekolah bisa menggunakan progam-program yang ada pada bimbingan dan konseling untuk mendukung peseta didik dalam proses pembentukan karakter. Selain itu mereka juga bisa memberikan kegiatan yang positif dengan bekerja sama dengan para guru dan tata tertib sekolah untuk merealisasikan kegiatan tersebut. Sehubungan dengan adanya kurikulum baru maka Bimbingan dan Konseling di sekolah juga mempunyai tugas baru dalam pelaksanaan pendidikan yang bertujuan membentuk peserta didik menjadi lebih baik sehingga mampu bersaing dengan generasi lain dari seluruh dunia. Kurikulum baru yang memuat pentingnya karakter serta kompetensi peserta didik akan memberikan dampak yang lebih besar bagi kualitas peserta didik, dan ini adalah peran pembimbing atau guru Bimbingan dan Konseling di sekolah untuk mewujudkan tujuan kurikulum tersebut. Konsep Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 merupakan gagasan baru yang dibuat pemerintah sebagai perbaikan kearah yang lebih baik untuk pendidikan Indonesia. Pemerintah memberikan perhatian lebih kepada masyarakat terutama lembaga pendidikan untuk memberikan layanan yang baik kepada peserta didiknya untuk mempersiapkaan insan yang berkualitas baik dari kepribadian maupun pengetahuan.Kurikulum 2013 merupakan serentekan rangkaian 5 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013........... hal. 8 174 Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 Mahfud Bachtiar penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu diteruskan dengan kurikulum 2006. Dalam pemaparannya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Ir. Muhammad Nuh mengatakan bahwa kurikulum 2013 lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan dan pengetahuan. Adapun ciri-ciri kurikulum 2013 yang paling mendasar ialah menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyakknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi. Sedangkan untuk siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpesonal, maupun memiliki kemampuan berfikir kritis. Tujuannya adalah terbentuk generasi produktif, kreatif, dan afektif.6Bedanya dengan kurikulum lain, Kurikulum 2013 lebih fokus dan berangkat dari karakter serta kompetensi yang akan dibentuk, baru memikirkan untuk mengembangkan tujuan yang akan dicapai. Semua komponen lebih diarahkan pada pembentukan karakter dan kompetensi peserta didik yang diharapkan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang; baik dalam real curriculum maupun dalam hidden curriculum.7 Implementasi kurikulum 2013 ini dilaksanakan oleh pendidik guru mata pelajaran dan juga bimbingan dan konseling yang ada pada setiap sekolah. Guru mata pelajaran dapat mengimplementasikan kurikulum 2013 pada kegiatan pembelajaran sedangkan guru bimbingan dan konseling melalui layanan yang ada pada bimbingan dan konseling.Sesuai dengan tema kurikulum 2013 yaitu menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, efektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam implementasi kurikulum, guru dituntut untuk melaksanakan beberapa kegiatan demi terwujudnya pelaksanaan kurikulum 2013. Hal-hal itu antara lain : Merancang Pembelajaran Efektif dan Bermakna Implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Hal tersebut menunutut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013, (Yogyakarta : Kata Pena, 2014), hal. 7 7 Iftitah Ilmawati, “Implementasi Kurikulum 2013 mata pelajaran pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam pembiasaan shalat fardlu peserta didik kelas VII SMP Praja Mukti Surabaya”, skripsi pada jurusan PAI FTK, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014, hal. 11 6 Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 175 Implemintasi Kurikulum.... diprogramkan. Saylor (1981) dan Mulyasa (2002) mengatakan bahwa guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah metodenya atau mengulang dulu pembelajaran yang lalu. Guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode pemeblajaran keterampilan melalui hasil-hasil belajar peserta didik serta memilih dan menggunakan strategi atau pendekatan pembelajaran. Kompetensi tersebut merupakan bagian integral bagi seorang tenaga profesional yang hanya dapat dikuasai dengan baik melalui pengalaman praktik yang intensif. Pembelajaran efektif, menyenangkan dan bermakna dapat dirancang oleh setiap guru dengan prosedur sebagai berikut : 1) Pemanasan dan Apresiasi Pemanasan dan apresiasi perlu dilakukan untuk menjajaki pengetahuan peserta didik, memotivasi peserta didik dengan menyajikan materi yang menarik, dan mendorong mereka untuk mengetahui berbagai hal baru. Pemanasan dan apresiasi ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : - Pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami peserta didik. - Peserta didik memotivasi dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi kehidupan mereka. - Peserta didik digerakkan agar tertarik dan bernafsu untuk mengetahui hal-hal berikut. 2) Eksplorasi - Perkenalkan materi standar dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik - Kaitkan materi standar dan kompetensi dasar yang baru dengan pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki oleh peserta didik - Pilihlah metode yang paling tepat, dan gunakan secara bervariasi untuk meningkatkan penerimaan peserta didik terhadap materi standar dan kompenetsi baru 3) Konsolidasi Pembelajaran Konsolidasi merupakan kegiatan untuk mengaktifkan peserta didik dalam pembentukan kompetensi dan karakter serta menghubungkannya dengan kehidupan peserta didik. Konsolidasi pembelajaran ini dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : 176 Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 Mahfud Bachtiar Libatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi dan kompetensi baru - Libatkan peserta didik secara aktif dalam proses pemecahan masalah terutama dalam masalah-masalah aktual - Letakkan penekanan pada kaitan struktural yaitu kaitkan antara materi standar dan kompetensi baru dengan berbagai aspek kegiatan dan kehidupan dalam lingkungan masyarakat. - Pilihlah metode yang paling tepat sehingga materi standar dapat diproses menjadi kompetensi dan karakter peserta didik 4) Pembentukan sikap, kompetensi dan karaktek Pembentukan sikap, kompetensi dan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : - Dorong peserta didik untuk menerapkan konsep, pengertian, kompetensi dan karakter yang dipelajari dalam kehidupan - Praktekkan pembelajaran secara langsung agar peserta didik dapat membangun sikap, kompetensi dan karakter baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari. - Gunakan metode yang paling tepat agar terjadi perubahan sikpa, kompetensi dan karakter peserta didik secara nyata. - 5) Penilaian formatif Adapun prosedur dalam penilaian formatif yaitu : - Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik - Gunakan hasil penilaian tersebut untuk menganalisis kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalahmasalah yang dihadapi guru dalam membentuk karakter dan kompetensi peserta didik - Pilihlah metodologi yang paling tepat sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai PEMANASAN-APERSEPSI Tanya-jawab tentang pengetahuan dan pengalaman EKSPLORASI Memperoleh/mencari informasi baru Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 KONSOLIDASI PEMBELAJARAN Negosiasi dalam rangka mencapai pengetahuan baru 177 Implemintasi Kurikulum.... PEMBENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU Pengetahuan diproses menjadi nilai, sikap dan perilaku PENILAIAN FORMATIF Dalam pembelajaran efektif dan bermakna, peserta didik perlu dilibatkan secara aktif, karena mereka adalah pusat dari kegiatan pembelajaran serta pembentukan kompetensi dan karakter. Melalui pembelajaran efektif dan bermakna tersebut, kompetensi dapat diterima dantersimpan lebih baik, karena masuk otak dan membentuk karakter melalui proses yang logis dan sistematis.8 Mengorganisasikan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013 menuntut pendidik untuk mengorganisasikan pembelajaran secara efektif. Sedikitnya terdapat empat hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pengornanisasian pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013, yaitu: 1) Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi hendaknya dilaksanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, serta kompetensi dasar pada umumnya. Oleh karena itu, prinsipprinsip dan prosedur pembelajaran berbasis kompetensi dan karakter sudah seharusnya dijadikan sebagai salah satu acuan dan dipahami oleh para pendidik, fasilitator, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan lain di sekolah. 2) Pengadaan dan Pembinaan Tenaga Ahli Dalam implementasi Kurikulum 2013 diperlukan pengadaan dan pembinaan tenaga ahli, yang memiliki sikap, pribadi, kompetensi dan keterampilan yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis kompetensi dan karakter. Hal ini sangat penting dilaksanakan, karena berkaitan dengan deskripsi kerja yang akan dilakukan oleh masing-masing tenaga kependidikan. 3) Pendayagunaan Lingkungan sebagai Sumber Belajar Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013,(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014) cet-4, hal. 99-103. 8 178 Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 Mahfud Bachtiar Dalam rangka menyukseskan implementasi kurikulum, perlu didayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar secara optimal. Untuk kepentingan tersebut, para pendidik dan fasilitator dituntut untuk mendayagunakan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, serta menjalin kerjasama dengan unsur-unsur terkait yang dipandang dapat menunjang upaya pengembangan mutu dan kualitas pembelajaran. Pendayagunaan dan jalinan hubungan tersebut antara lain dapat dilakukan dengan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah. 4) Pengembangan Kebijakan Belajar Implementasi kurikulum perlu didukung oleh kebijakankebijakan kepala sekolah. Kebijakan yang jelas dan baik akan dapat memberikan kelancaran dan kemudahan dalam implementasi pembelajaran berbasis kompetensi.9 5) Memilih dan Menentukan Pendekatan Pembelajaran Selain pendekatan pedagogi, pelaksanaan pembelajaran dalam implemetasi Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dianjurkan juga menggunakan pendekatan andragogi. Pendekatan andragogi menempatkan peran peserta didik lebih dominan dalam pembelajaran, yang meletakkan perhatian dasar terhadap individu secara utuh. Belajar dipandang sebagai proses yang melibatkan diri dalam interaksi antara diri sendiri dengan realita di luar diri individu yang bersangkutan. Memahami hal tersebut, maka andragogi dapat dikembangkan sebagai salah satu pendekatan pembelajaran dalam menyukseskan implementasi kurikulum di sekolah, baik di sekolah dasar, sekolah menengah, maupun di pendidikan tinggi, sesuai situasi dan kondisi serta faktor-faktor penunjang lain. Melalui model andragogi dalam menyukseskan implementasi kurikulum diharapkan dapat mengubah sikap ketergantungan (dependent) peserta didik menjadi tidak bergantung (independent), melalui pengarahan diri (self directed) dan menghargai harga diri peserta didik. Implementasi Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan.10 Pendekatan tersebut antara lain: 1) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) 9 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013....hal. 104-106. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.... hal.106-109. 10 Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 179 Implemintasi Kurikulum.... 2) 3) 4) 5) 180 Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang sering disingkat dengan CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata. Sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Bermain Peran (Role Playing) Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa bermain peran merupakan salah satu model yang dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran diarahkan pada pemecahan masalah-masalah yang menyangkut hubungan antarmanusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Belajar Tuntas (Mastery Learning) Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas, dan asumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh materi yang diajarkan. Agar seluruh peserta didik memperoleh hasil belajar secara maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan, terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran Partisipatif Pembelajaran partisipatif sering juga diartikan sebagai keterlibatan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Indikator pembelajaran partisipatif antara lain dapat dilihat dari: keterlibatan emosional dan mental peserta didik, kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan, dan dalam pembelajaran terdapat hal yang menguntungkan peserta didik. Melaksanakan Pembelajaran, Pembentukan Kompetensi, dan Karakter Pembelajaran dalam menyukseskan implementasi Kurikulum 2013 merupakan keseluruhan proses belajar, pembentukan kompetensi, dan karakter peserta didik yang Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 Mahfud Bachtiar direncanakan. Untuk kepentingan tersebut, kompetensi inti, kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, dan waktu yang diperlukan harus ditetapkan sesuai dengan kepentingan pembelajaran, sehingga peserta didik diharapkan memperoleh kesempatan dan pengalaman belajar yang optimal. Pada umumnya, kegiatan pembelajaran mencakup kegiatan awal atau pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter, serta kegiatan akhir atau penutup. 6) Penataan Penilaian Salah satu aspek yang dijadikan ajang perubahan dan penataan dalam kaitannya dengan implementasi Kurikulum 2013 adalah penataan standar penilaian. Penataan tersebut terutama disesuaikan dengan penataan yang dilakukan pada standar isi, standar kompetensi lulusan dan standar proses. Meskipun demikian, pada akhirnya penataan penilaian tersebut tetap bermuara dan berfokus pada pembelajaran. Karena pembelajaran merupakan inti dari implementasi Kurikulum. Penilaian bertujuan untuk menjamin bahwa proses dan kinerja yang dicapai telah sesuai dengan rencana dan tujuan. Untuk kepentingan tersebut, pelaksanaan penilaian perlu membandingkan kinerja aktual dengan kinerja standar.11 Adapun beberapa contoh penilaian yang sering digunakan adalah sebagai berikut: 1) Penilaian Unjuk Kerja Dalam implementasi Kurikulum 2013, amat dianjurkan agar pendidik lebih mengutamakan penilaian unjuk kerja. Peserta didik diamati dan dinilai bagaimana mereka dapat bergaul; bagaimana mereka bersosialisasi di masyarakat; dan bagaiman mereka menerapkan pembelajaran di kelas dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hubungannya dengan penilaian unjuk kerja, Leighbody mengemukakan elemen-elemen kinerja yang dapat diukur adalah: (1) kualitas penyelesaian pekerjaan, (2) keterampilan menggunakan alat-alat, (3) kemampuan menganalisis dan merencanakan prosedur kerja sampai selesai, (4) kemampuan mengambil 11 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013....hal.135-137. Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 181 Implemintasi Kurikulum.... keputusan berdasarkan aplikasi informasi yang diberikan, dan (5) kemampuan membaca, menggunakan diagram, gambar-gambar, dan simbolsimbol.12 2) Penilaian Karakter Penilaian karakter dimaksudkan untuk mendeteksi karakter yang terbentuk dalam diri peserta didik melalui pembelajaran yang telah diikuti. Pembentukan karakter memang tidak bisa terbentuk dalam waktu singkat, tapi indikator perilaku dapat dideteksi secara dini oleh setiap pendidik. Satu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa penilaian yang dilakukan harus mampu mengukur karakter yang harus diukur. Lebih dari itu, hasil penilaian harus dapat digunakan untuk memprediksi karakter peserta didik, terutama dalam penyelesaian pendidikan, dan kehidupan di masyarakat kelak.13 3) Penilaian Portofolio Penilaian portofolio adalah penilaian terhadap seluruh tugas yang dikerjakan peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. Penilaian portofolio dapat dilakukan bersama-sama oleh pendidik dan peserta didik, kemudian menentukan hasil penilaian atau skor. Penilaian portofolio dalam Kurikulum 2013 harus dilakukan secara utuh dan berkesinambungan, serta mencakup seluruh kompetensi inti yang dikembangkan. Satu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa tugas yang diberikan harus mampu meningkatkan hasrat belajar peserta didik, dan membantu peserta didik dalam menguasai kompetensi.14 7) Menetapkan Kriteria Keberhasilan Keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 dalam pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembentukan kompetensi dan karakter dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruh atau sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi..., hal.144-145. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013....hal. 146-147. 14 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013....hal.148-150. 12 13 182 Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 Mahfud Bachtiar sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembentukan kompetensi dan karakter dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruh atau setidaknya sebagian besar (75%). Lebih lanjut pembentukan kompetensi dan karakter dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat, dan pembangunan. Akhirnya, perlu dikemukakan di sini bahwa dalam rangka implementasi Kurikulum 2013, Pemerintah telah menyediakan buku acuan utama (babon), buku guru, buku siswa, dan juga silabus. Dengan demikian, pendidik tinggal mengikuti apa-apa yang telah disiapkan dalam buku tersebut, serta melaksanakan pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik. Buku babon dimaksudkan untuk memberikan materi standar dalam pembelajaran, sebagai langkah standarisasi dalam implementasi kurikulum.15 Konsep Bimbingan Dan Konseling Bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan masyarakat.16 Unsur-unsur utama yang terkandung di dalam tugas pokok guru pembimbing meliputi : 1. Bidang-bidang bimbingan : Pelayanan bimbingan dan konseling di tingkat madrasah dan sederajat mencakup bidang: a. Bimbingan pribadi Pelayanan bimbingan pribadi bertujuan membantu peserta didik mengenal, menemukan dan mengembangkan pribadi yang Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013....hal.131-134. Annas Salahudin,M.Pd, Bimbingan dan Konseling (Bandung: Pustaka setia, 2010), hal 13-15 15 16 Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 183 Implemintasi Kurikulum.... beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, mandiri serta sehat jasmani dan rohani. b. Bimbingan sosial Pelayanan bimbingan sosial bertujuan membantu peserta didik memahami diri dalam kaitannya dengan lingkungan dan etika pergaulan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan tanggung jawab sosial. c. Bimbingan belajar Pelayanan bimbingan sosial bertujuan membantu peserta didik mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan ketrampilan, sesuai dengan program belajar ditingkat madrasah dan sederajat dalam rangka menyiapkannya melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. d. Bimbingan karir Pelayanan bimbingan sosial bertujuan membantu peserta didik mengenal dan mengambangkan potensi diri melalui penguasaan pengetahuan dan ketrampilan, memahami lingkungan pendidikan dan sektor pekerjaan sebagai lingkungan yang efektif serta mengembangkan nilai-nilai dan sikap yang positif untuk mempersiapkan diri berperan serta dalam kehidupan masyarakat.17 2. Jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling : a. Layanan Orintasi Layanan orientasi merupakan layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya. Dalam lingkungan sekolah materi orientasi yang mendapat penekanan adalah : - System penyelenggaraan pendidikan pada umumnya - Kurikulum yang ada - Penyelenggaraan pengajaran - Kegiatan belajar pesert didik yang diharapkan - System penilaian, ujian dan kenaikan kelas - Fasilitas dan sumber belajar yang ada (ruang kelas, labolatorium, perpustakaan dan ruang praktek) - Fasilitas penunjang (sarana olah raga dan rekreasi, pelayanan kesehatan, pelayanan bimbingan dan konseling, kafetaria dan tata usaha) Tim Penyusun, Pedoman Pelaksanaan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, 2004), hal. 6-7. 17 184 Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 Mahfud Bachtiar - Staf pengajar dan tata usaha - Hak dan kewajiban peserta didik - Organisasi siswa - Organisasi sekolah secara menyeluruh b. Layanan Informasi Secara umum, bersama dengan layanan orientasi bermaksud memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan untk menentukan arah suatu yujuan atau rencana yang dikehendaki. Dengan demikian layanan orientasi dan informasi itu pertama-tama merupakan perwujudan dari fungsi pemahaman pelayanan bimbingan dan konseling. Ada tiga alasan utama pemberian layanan informasi. Pertama, membekali individu dengan berbagai pengetahuan tentang ingkungan yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi berkenaan dengan lingkungan sekitar, pendidikan, jabatan maupun sosial-budaya. Kedua, kemungkinan individu dapat menentukan arah hidupnya “kemana dia ingin pergi”. Melalui informasi, individu dapat bertindak secara kreatif dan dinamis. Dengan harapan, adanya informasi yang diberikan individu dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk membuat rencana-rencana dan keputusan yang dibuatnya. Ketiga, setiap individu itu unik. Keunikan tersebut akan membawakan pola-pola pengambilan keputusan dan bertindak yang berbeda-beda disesuaikan dengan aspek-aspek kepribadian masing-masing individu. Metode layanan informasi di sekolah yaitu ceramah, diskusi, karyawisata, buku panduan dan konferensi kasus. c. Penempatan dan penyaluran Layanan penempatan dan penyaluran merupakan usahausaha membantu peserta didik merencanakan masa depannya selama masih di sekolah, maupun sesudah tamat untuk memilih program studi lanjutan sebagai persiapan untu kelak memangku jabatan tertentu. Tujuan layanan ini supaya peserta didik bisa menempatkan diri dalam program studi akademik dan lingkup kegiatan non akademik yang menunjang perkembangannya serta semakin merealisasikan rencana masa depannya. Dengan perkataan lain layanan penempatan dan penyaluran bertujuan agar peserta didik memperoleh tempat/posisi yang sesuai untuk pengembangan potensi dirinya. Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 185 Implemintasi Kurikulum.... Beberapa jenis layanan penempatan bagi peserta didik yaitu layanan penempatan dalam belajar di kelas dan layanan penempatan dalam kegiatan ekstra kurikuler.18 d. Layanan Pembelajaran Layanan pembelajaran atau bimbingan belajar adalah suatu layanan yang dilakukan kepada individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keselururhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. e. Layanan Konseling Perorangan Layanan konseling perorangan adalah layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang pembimbing (konselor) terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien.19 f. Bimbingan kelompok Layanan bimbingan kelompok adalah suatu layanan bimbingan kepada peserta didik secara bersama-sama atau kelompokDalam layanan tersebu, para siswa dapat diajak bersama-sama mengemukakan pendaat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan nilai-nilai tentang hal tersebut dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas dalam kelompok.20 Tujuan umum layanan ini agar klien dapat mengembangkan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan komunikasi.secara lebih khusus bertujuan mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif. Artinya meningkatkan kemampuan berkomunikasi verbal maupun non verbal para siswa.21 g. Konseling kelompok Layanan konseling kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan (konseling) kepada klien (peserta didik) melalui kegiatan kelompok. Dalam kelompok tersebut harus Mukhlishah. dkk, Organisasi, Administrasi dan Supervisi Bimbingan dan Konseling di Sekolah,.....Hal.88 19 Prayitno dan Erma Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta : Ringkas Cipta, 2004), hal. 289 20 Dewa Ketut Sukardi, Management Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Bandung, Alfabeta, 2003), hal.48 21 Mukhlishah. dkk, Organisasi, Administrasi dan Supervisi Bimbingan dan Konseling di Sekolah, ......Hal 103-104 18 186 Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 Mahfud Bachtiar diwujudkan aktivitas bimbingan yang membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan dan pemecahan masalah individu (peserta didik) yang ada dalam kelompok tersebut. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah yang muncul di dalam kelompok itu, meliputi berbagai maslah seperti maslaah pribadi, sosial, karir dan belajar. Tujuan dari layanan ini secara umum agar klien dapat mengembangkan kemampuan berinteraksi, bersosialisasi khususnya berkomunikasi. Melalui layanan konseling kelompok, hal-hal yang menghambat atau menggangu sosisalisasi dan komunikasi siswa diungkap dan diselesaikan melalui berbagai teknik, sehingga kemampuan sosialisasi dan komunikasi siswa berkembang secara optimal. 3. Jenis-jenis kegiatan pendukung bimbingan dan konseling a. Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling Aplikasi instrument bimbingan dan konseling adalah pengumpulan data dan keterangan tentang peserta didik baik secara individual maupun kelompok tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebih luas termasuk informasi pendidikan dan jawaban. Pengumpulan data dan keterangan ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen baik tes maupun non tes. 1) Himpunan data Penyelenggaraan himpunan data bermaksud menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan siswa dalam berbagai aspeknya. Data yang terhimpun merupakan hasil dari upaya aplikasi instrumentasi dan apa yang menjadi isi himpunan data dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam kegiatan layanan bimbingan. Keseluruhan data yang dikumpulkan itu dapat dikelompokkan menjadi data pribadi, data kelompok dan data umum. Data pribadi menyangkut diri masing-masing siswa secara perorangan. Sedangkan data kelompok menyangkut aspek tertentu dari sekelompok siswa, seperti gambaran menyeluruh hasil belajar siswa satu kelas, hasil sosiometri, laporan penyelenggaraan dan hasil diskusi/belajar kelompok, penyelenggaraan dan isi bimbingan dan konseling kelompok dan lain sebagainya. Dan untuk data umum yaitu menyangkut diri siswa baik secara pribadi atau kelompok. Data ini berasal dari luar diri Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 187 Implemintasi Kurikulum.... siswa seperti pendidikan dan jabatan, informasi lingkungan fisik, sosial dan budaya. 2) Konferensi kasus Konferensi kasus adalah permasalahan yang dialami oleh siswa tertentu yang dibahas dalam suatu forum diskusi yang dihadiri oleh pihak-pihak terkait (seperti guru pembimbing, wali kelas, guru mata pelajaran, kepala sekolah, orang tua dan tenaga ahli lainnya) yang diharapkan dapat memberikan data dan keterangan lebih lanjut serta kemudahankemudahan bagi terentaskannya permasalahan tersebut. 3) Kunjungan rumah Kunjungan rumah adalah kunjungan seorang konselor atau guru bimbingan dan konseling ke rumah kliennya dengan tujuan untuk memperoleh berbagai keterangan (data) yang diperlukan dalam pemahaman lingkungan dan permasalahan siswa serta untuk pembahasan dan pengentasan masalah. Dalam keadaan tertentu, kunjungan rumah dapat diganti dengan pemanggilan orang tua ke sekolah. Persiapan dan prosedur pemanggilan pada dasarnya sejalan dengan persiapan dan prosedur kunjungan rumah. 4) Alih tangan kasus Alih tangan kasus dapat diartikan bahwa guru mata pelajaran, wali kelas, dan atau staf sekolah lainnya atau orang tua mengalihtangankan siswa berada di luar kemampuan/kewenangan guru pembimbing. Dengan demikian dapat dipahami bahwa tidak semua masalah memerlukan alih tangan kasus. 4. Tahap pelaksanaan program bimbingan dan konseling a. Persiapan (penyusunan) program bimbingan dan konseling yaitu program satuan layanan dan kegiatan pendukung direncanakan secara tertulis dengan memuat sasaran, tujuan, materi, metode, waktu, tempat, dan rencana penilaian. b. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling yaitu program tertulis satuan kegiatan (layanan atau pendukung) dilaksanakan sesuai perencanaannya. c. Tahap Evaluasi (hasil) pelaksanaan bimbingan dan konseling. Pada tahap ini, sasaran pelayanan bimbingan dan konseling berbeda dari sasaran evaluasi pengajaran. Apabila sasaran evaluasi pengajaran adalah “hasil belajar” yang dikuasai siswa, maka sasaran evaluasi bimbingan dan konseling difokuskan pada perubahan tingkah laku (di dalamnya termasuk nilai-nilai 188 Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 Mahfud Bachtiar dan sikap). Oleh karena itu evaluasi hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling tidak dapat dilakukan melalui ulangan, pemeriksaan hasil kerjaan rumah, tes atau ujian, melainkan dilakukan dalam proses pencapaian kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa itu sendiri. Keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling dinilai dari kemajuan atau perkembangan positif yang terjadi pada diri siswa.22 d. Analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling yaitu hasil penilaian dianalisis untuk mengetahui aspek-aspek yang perlu mendapat perhatian lebih lanjut. e. Tindak lanjut pelaksanaan bimbingan dan konseling yaitu hasil kegiatan ditindaklanjuti berdasarkan hasil analisis yang dilakukan sebelumnya, melalui layanan dan atau kegiatan pendukung yang relevan.23 Konsep Implementasi Kurikulum 2013 Pada Bimbingan Dan Konseling Kurikulum 2013 dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Kurikulum 2013 lebih sensitif dan respek terhadap perbedaan kemampuan dan kecepatan belajar peserta didik.24 Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari sistem pendidikan di sekolah memiliki peranan penting berkaitan dengan pemenuhan fungsi dan tujuan pendidikan serta peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Bimbingan dan konseling diposisikan oleh negara sebagai profesi yang terintegrasikan sepenuhnya dalam bidang pendidikan, yaitu ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa konselor adalah pendidik profesional, sebagaimana juga guru, dosen dan pendidik lainnya. Dengan kedudukan demikian itu, konselor sebagai pemegang profesi bimbingan dan konseling dituntut untuk sepenuhnya menyukseskan upaya pendidikan dalam berbagai jalur, jenjang, dan jenisnya. Berkenaan dengan posisi bimbingan dan konseling dalam implementasi kurikulum 2013, ditegaskan adanya daerah garapan yang disebut peminatan peserta didik. Bidang peminatan ini menjadi substansi Ibid., Hal. 68 Ibid., Hal. 173 24 1-modul-1-kurikulum-2013-dan-profesionalisasi-bk 22 23 Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 189 Implemintasi Kurikulum.... pokok pekerjaan guru bimbingan dan konseling atau konselor di sekolah/madrasah. Meskipun demikian, pelayanan bimbingan dan konseling tentulah tidak hanya sekedar menangani program atau wilayah peminatan saja. Tugas konselor jauh lebih luas daripada bidang peminatan itu sendiri, yaitu menyangkut pengembangan pribadi peserta didik yang mandiri, mampu mengendalikan diri dan mengelola lingkungannya. Hal ini menjadi sangat penting, karena kenyataan selama ini kita masih banyak menyaksikan peserta didik yang kurang disiplin, nakal, suka tawuran, dan sebagainya. Tugas konselor dalam memandirikan peserta didik tersebut, dalam pelaksanaannya terintegrasikan dengan tugas guru yang menjadikan peserta didik benar-benar menguasai materi pelajaran yang diajarkan.25 Dengan demikian, maka dalam Kurikulum 2013, kegiatan bimbingan dan konseling tidak hanya memuat pelayanan peminatan peserta didik, tetapi kegiatan bimbingan dan konseling yang direncanakan dalam program bimbingan dan konseling, disamping diisi dengan berbagai kegiatan yang selama ini telah dilaksanakan, juga diisi dengan pelayanan peminatan peserta didik sesuai dengan potensi, bakat, dan minat mereka masing-masing. Pelayanan peminatan peserta didik di satu sisi harus dilakukan, dan di sisi lain layanan peminatan itu tidak boleh melemahkan pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh. Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan adanya pendidikan dan latihan guru BK atau konselor agar memperoleh pemahaman tentang kurikulum 2013, posisi bimbingan dan konseling dan profesionalisasi bimbingan dan konseling. Hal ini dimaksudkan agar guru BK atau konselor di SMP dapat menjalankan peran sehingga dapat membantu peserta didik memantapkan minat belajar dan mampu menentukan minat untuk melanjutkan pilihan studi lanjut antara SMA/SMK sesuai dengan potensi dirinya. Kesesuaian dalam memilih dan memantapkan pelajaran yang diminatinya akan membantu dalam proses belajar dan keberhasilan dalam pelajaran yang dijalaninya. Konsep Pembentukan Karakter Pembentukan karakter adalah upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah peradaban masyarakat dan bangsa secara umum. Anak tidak hanya tahu apa yang seharusnya dilakukan tetapi juga nemahami mengapa hal tersebut dilakukan, sehingga anak akan berperilaku seperti yang diaharapkan.26 2-modul-2-implementasi-program-bk-dalam-kurikulum-2013 Deni Damayanti, Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di sekolah (Yogyakarta : Araska, 2014), Hal. 10 25 26 190 Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 Mahfud Bachtiar Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskn bangsa. Peserta didik pada umumnya sudah memiliki kemampuan dasar yang dibawa sejak lahir. Pembentukan karakter anak dimulai di lingkungan keluarga, lembaga sekolah sebagai salah satu pusat pendidikan berfungsi untuk mengembangkan potensi yang sudah dimiliki oleh peserta didik. Bangsa yang berwatak mulia, cerdas, dan bermartabat akan menentukan beradapan bangsa tersebut. Bangsa Indonesia sejak dulunya terkenal bangsa yang taat beragama, ramah, suka bergotong royong, musyawarah untuk mufakat, dan bekera sama dalam membangun kekuatan ekonomi dalam prinsip keadilan sosial. Berdasarkan filosofi inilah arah dan pengembangan pendidikan karater di lembaga sekolah.27 Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui Pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dn akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.28 Dengan demikian pendidikan karakter bertujuan agar peserta didik menjadi warga negara yang baik.29 Heritage fondantion merumuskan sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan karakter tersebut adalah sebagai berikut : 1. Cinta kepada allah dan semesta beserta isinya. 2. Tanggung jawab, disiplin dan mandiri. 3. Jujur. 4. Hormat dan santun. 5. Kasih sayang, peduli dan kerja sama. 6. Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah. 7. Keadiln dan kepemimpina. 8. Baik dan rendah hati. 9. Toleransi, cinta damai dan persatuan.30 Deni Damayanti, Panduan Implementasi Karakter di Sekolah, (Yogyakarta : Araska, 2014), Hal. 16-17 28 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013....Hal. 9 29 Deni Damayanti, Panduan Implementasi Karakter di Sekolah, ........Hal 12 30 E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta : Bumi Askara, 2012), cet. Ke 2, hal. 15-16 27 Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 191 Implemintasi Kurikulum.... Epilog Kurikulum 2013 merupakan gagasan baru yang dibuat pemerintah sebagai perbaikan kearah yang lebih baik untuk pendidikan Indonesia. Pemerintah memberikan perhatian lebih kepada masyarakat terutama lembaga pendidikan untuk memberikan layanan yang baik kepada peserta didiknya untuk mempersiapkaan insan yang berkualitas baik dari kepribadian maupun pengetahuan. Adapun ciri-ciri kurikulum 2013 yang paling mendasar ialah menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyakknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi. Sedangkan untuk siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpesonal, maupun memiliki kemampuan berfikir kritis. Tujuannya adalah terbentuk generasi produktif, kreatif, dan afektif.31Bedanya dengan kurikulum lain, Kurikulum 2013 lebih fokus dan berangkat dari karakter serta kompetensi yang akan dibentuk, baru memikirkan untuk mengembangkan tujuan yang akan dicapai. Semua komponen lebih diarahkan pada pembentukan karakter dan kompetensi peserta didik yang diharapkan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang; baik dalam real curriculum maupun dalam hidden curriculum.32 Implementasi kurikulum 2013 ini dilaksanakan oleh pendidik guru mata pelajaran dan juga bimbingan dan konseling yang ada pada setiap sekolah. Guru mata pelajaran dapat mengimplementasikan kurikulum 2013 pada kegiatan pembelajaran sedangkan guru bimbingan dan konseling melalui layanan yang ada pada bimbingan dan konseling.Bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan masyarakat.33 Dede Rahmat memaparkan pentingnya latar belakang dari seorang konselor sekolah demi tercapainya tujuan pendidikan dan keprofesionalan. Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013, (Yogyakarta : Kata Pena, 2014), hal. 7 32 Iftitah Ilmawati, “Implementasi Kurikulum 2013 mata pelajaran pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam pembiasaan shalat fardlu peserta didik kelas VII SMP Praja Mukti Surabaya”, skripsi pada jurusan PAI FTK, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014, hal. 11 33 Annas Salahudin,M.Pd, Bimbingan dan Konseling (Bandung: Pustaka setia, 2010), hal 13-15 31 192 Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 Mahfud Bachtiar Untuk bekerja secara efektif sebagai konselor, diperlukan pendidikan khusus dalam bidang pengembangan manusia dan konseling, karena profesi konselor terutama di sekolah memiliki peranan untuk mendorong perkembangan individu, membantu memecahkan masalah masalah dan mendorong tercapainya kesejahteraan individu secara fisik, psikologis, intelektual, emosional atau spiritual. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui Pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dn akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.34 Dengan demikian pendidikan karakter bertujuan agar peserta didik menjadi warga negara yang baik.35 Daftar Pustaka 1-modul-1-kurikulum-2013-dan-profesionalisasi-bk 2-modul-2-implementasi-program-bk-dalam-kurikulum-2013 Deni Damayanti. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di sekolah. Yogyakarta : Araska. 2014 Dewa Ketut Sukardi. Management Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung. Alfabeta. 2003 Ilmawati, Iftitah. “Implementasi Kurikulum 2013 mata pelajaran pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam pembiasaan shalat fardlu peserta didik kelas VII SMP Praja Mukti Surabaya”. skripsi pada jurusan PAI FTK. UIN Sunan Ampel Surabaya. 2014 Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. Sukses mengimplementasikan kurikulum 2013. kata Pena. 2014 Mulyasa. manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta : PT Bumi Aksara. 2012 _______. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2014 Prayitno dan Erma Amti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Ringkas Cipta. 2004 34 35 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013....Hal. 9 Deni Damayanti, Panduan Implementasi Karakter di Sekolah, ........Hal 12 Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015 193 Implemintasi Kurikulum.... 2010 Salahudin, Annas. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka setia. Salahudin,Annas. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka setia. 2010 Tim Penyusun. Pedoman Pelaksanaan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. 2004 194 Jurnal Kependidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Tahun 2015