BAB II LANDASAN TEORI A. Keterampilan Menghafal 1. Pengertian Keterampilan Keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan tugas secara fisik atau mental.1 Keterampilan intelek yaitu kapabilitas yang berupa keterampilan yang membuat seseorang mampu dan berguna di masyarakat. Keterampilan intelek berhubungan dengan pendidikan formal dari mulai tingkat dasar dan seterusnya. Keterampilan intelek ini terdiri atas empat keterampilan yang berhubungan dan bersifat sederhana sampai yang rumit, yaitu belajar diskriminasi, belajar konsep konkrit dan konsep menurut difinisi, belajar kaidah dan belajar kaidah yang tarafnya lebih tinggi.2 Hakikat pengajaran keterampilan menurut Ahmat Tafsir ialah melatih otot sehingga terbentuk gerakan otot secara otomatis. Jadi keterampilan pada hakikatnya ialah keterampilan fisik yaitu kemampuan melakukan gerakan otot secara otomatis, tanpa dipikir. Istilah asingnya ialah motor skill.3 1 Ali Nugraha, dkk. Kurikulum dan Bahan Belajar TK, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), hlm. 4-5. 2 Udin S. Winataputra, dkk. Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), hlm. 3-31 3 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), hlm. 101 27 28 2. Macam-Macam Keterampilan Pada masa pertumbuhannya, anak akan berusaha mempelajari dan menguasai lima wilayah keterampilan dasar. Lima keterampilan dasar yang dimaksud adalah : a. Keterampilan berfikir dan menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan masalah (perkembangan kognitif). b. Keterampilan berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain dan lingkungan dengan mengasah kemampuannya mengontrol dirinya sendiri (perkembangan sosial emosi). c. Keterampilan berkomunikasi (perkembangan berbahasa). d. Keterampilan motorik halus (fine motor skills) e. Keterampilan motorik kasar (gross motor skills).4 Keterampilan yang hendak dikembangkan melalui berbagai program kegiatan dapat dibedakan atas pengembangan keterampilan kognitif, bahasa, kreativitas, motorik, dan emosi serta pengembangan sikap hidup. Untuk mengembangkan berbagai keterampilan tersebut, dapat kita pilih metode yang paling cocok untuk tiap-tiap aspek tersebut.5 Menurut Krulik dan Rudrick di dalam artikel Idris Harta, keterampilan berfikir terdiri dari empat tingkat, yaitu menghafal (recall thinking), dasar (basic thingking), kritis (critical thinking), dan kreatif (creative thingking). 4 Agnes Tri Harjaningrum, Peranan Orangtua dan Praktisi dalam Membantu Tumbuh Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori dan Tren Pendidikan, (Jakarta: Prenada, 2007), hlm. 66 5 Ali Nugroho, Op.Cit, hlm. 10-15 29 a. Keterampilan menghafal (recall thinking) adalah tingkat berfikir paling rendah. Keterampilan ini hampir otomatis dan refleksif sifatnya. b. Keterampilan dasar (basic thinking), keterampilan ini meliputi memahami konsep-konsep seperti penjumlahan dan pengurangan, termasuk aplikasinya dalam soal-soal. c. Berfikir kritis adalah analisis dan refleksif berfikir kreatif yang sifatnya orisinil dan reflektif. Hasil dari keterampilan berfikir ini adalah sesuatu yang kompleks. Kegiatan yang dilakukan diantaranya menyatakan ide, menciptakan ide baru dan menentukan efektifitasnya. d. Berfikir kreatif meliputi kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya menelorkan hasil akhir yang baru.6 Dilihat dari segi metode pengajarannya, keterampilan ada dua yaitu keterampilan fisik dan ketrampilan psikis. Keterampilan fisik dalam pengajaran agama Islam dapat berupa ketrampilan wudlu, keterampilan shalat, keterampilan mengurus jenazah, dan keterampilan manasik haji. Sedangkan keterampilan psikis yaitu keterampilan dalam bentuk hafalan.7 3. Pengertian Hafalan Pengetahuan hafalan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata “knowledge” dari Bloom. Cakupan dalam pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan yang sifatnya faktual, samping pengetahuan yang 6 http://ginanjarabdurrahman.blogspot.com/2012/10/higher-order-thinking-skillshots.html/ diakses3/2/2014 08.00 pm 7 Ahmad Tafsir, Op.Cit, hlm. 102 30 mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus dan lain-lain.8 Belajar dengan cara menghafal adalah cara yang biasa dipakai pada bangsa-bangsa kuno dan bangsa-bangsa modern. Ulama-ulama Islam mengutamakan sekali penghafalan Al Qur’an dan hadits-hadits. Beberapa filosofi Islam mengembalikan kuatnya daya ingat dari orang-orang tersebut pada faktor-faktor psikologis dan materi, yaitu terus menerus menghafal dan mengulang-ulangi serta mencek selalu hafalan mereka, mengorbankan seluruh waktu untuk belajar, tidak ada kesibukankesibukan lain ataupun pikiran-pikiran lain sehingga dapat 100% belajar dalam suasana yang tenteram disertai keimanan.9 Memori yang dimiliki seseorang anak masih sangat jernih belum dipenuhi berbagai macam pikiran ataupun pertimbangan seperti layaknya seorang dewasa, daya ingat seorang anak sangat luar biasa bagaikan sebuah mesin penghafal yang jitu, dapat mengingat berbagai hal dan tidak mudah lupa walaupun hafalan tersebut tidak disertai dengan pemahaman hikmah ataupun makna yang terkandung.10 4. Pengertian Keterampilan Menghafal Sebenarnya hafalan bukan keterampilan, biasanya dimaksukkan ke dalam ranah ingatan (cognitive sub-recall). Tetapi, dilihat dari segi 8 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1998), hlm. 50 9 M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 214 10 Syaikh Muhammad Said Mursi, Seni Mendidik Anak, Cetakan ke-1, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003), hlm. 93 31 pelatihannya, ia sama dengan latihan dalam keterampilan fisik, lebih-lebih untuk hafalan-hafalan yang tidak dipahami (hafalan verbal). Hafalan yang tidak dipahami memang ada di dalam pengajaran agama Islam, misalnya hafalan-hafalan pada tingkat sekolah dasar.11 Keterampilan menghafal termasuk keterampilan berfikir (perkembangan kognitif). Tetapi dalam pengajaran agama Islam, menghafal termasuk keterampilan psikis yang dilihat dari segi metode pengajarannya. Jadi keterampilan menghafal merupakan kemampuan psikis anak untuk mengingat-ingat kembali suatu materi yang telah diingat dan suatu saat dapat diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah sesuai dengan materi yang asli tanpa mengetahui makna yang sebenarnya (hafalan yang tidak difahami/hafalan verbal). B. Metode Pembiasaan 1. Pengertian Metode Metode berasal dari bahasa Greek – Yunani, yaitu metha yang berarti melalui atau melewati dan hodos yang berarti jalan atau cara. Dari asal makna kata tersebut dapat diambil pengertian secara sederhana metode adalah jalan atau cara yang ditempuh seorang guru dalam menyampaikan ilmu pengetahuan pada anak didiknya sehingga dapat mencapai tujuan tertentu. Ahmad Tafsir, sebagaimana yang dipaparkan kembali 11 oleh Thoifuri Ahmad Tafsir, Op.Cit, hlm. 102 mendefinisikan metode dalam interaksi 32 pembelajaran adalah cara yang tepat dan cepat melakukan sesuatu.12 Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan.13 Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang suidah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan.14 Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.15 Metode pengajaran sesuai dengan yang diungkapkan oleh Thoifuri bahwa metode pengajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam menyampaikan bahan ajar kepada siswa secara tepat dan cepat berdasarkan waktu yang telah ditentukan sehingga diperoleh hasil yang maksimal.16 Metode pembelajaran dapat pula diartikan sebagai suatu cara yang sistematis untuk melakukan aktivitas atau kegiatan pembelajaran yang tujuannya mempermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.17 12 Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan: STAIN Press, 2011), hlm. 112 13 Ahmad Munji Nasih dan Lilik Nur Khalidah, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Refrika Aditama, 2009), hlm. 29 14 Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hlm. 7 15 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1998), hlm. 76 16 Zaenal Mustakim, Ibid, hlm. 113 17 Muhammad Fadhillah, Desain Pembelajaran PAUD Tinjauan Teoretik & Praktik, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, Cetakan 1, 2012), hlm. 161 33 2. Kedudukan Metode Dalam Belajar Mengajar Metode turut menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, sehingga seorang pendidik dituntut untuk mengetahui dan memahami kedudukan metode dalam kegiatan belajar mengajar. Kedudukan metode dalam belajar mengajar yaitu : a. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. b. Metode sebagai strategi pengajaran Metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. c. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan Pendidik sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran.18 3. Pemilihan dan Penentuan Metode Guru selalu menggunakan metode yang lebih dari satu. Pemakaian metode yang satu digunakan untuk mencapai tujuan yang satu, sementara penggunaan metode yang lain, juga digunakan untuk mencapai tujuan yang lain, sesuai dengan kehendak tujuan pengajaran yang telah 18 Zaenal Mustakim, Op.Cit., hlm. 113-115 34 dirumuskan. Pemilihan dan penentuan metode dalam pembelajaran harus memiliki : a. Nilai Strategi Metode Metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai strategisnya adalah metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. b. Efektifitas Penggunaan Metode Efektifitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran, sebagai persiapan tertulis. Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. c. Pentingnya Pemilihan dan Penentuan Metode Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran. Pemilihan dan penentuan metode didasari adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Makin baik metode ini, makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran. Setiap metode mempunyai sifat masing-masing, baik 35 mengenai kebaikan-kebaikannya maupun mengenai kelemahankelemahannya.19 Faktor-faktor Pemilihan Metode Belajar Mengajar Menurut Muh. Zein yang dikemukakan kembali oleh Abdul Khobir ada tiga faktor yaitu : 1) Unsur peserta didik menentukan kecakapan dalam menerima pelajaran 2) Keadaan sekitar 3) Sifat bahan pelajaran.20 Menurut Winarno Surakhmad mengatakan bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : 1) Peserta didik Setiap peserta didik berbeda dari aspek biologis, intelektual dan psikologis. Perbedaan tersebut mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang sesuai, sehingga tercipta lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan yang akhirnya tercapai pula tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. 2) Tujuan Penyeleksian metode yang harus pendidik pilih harus sejalan dengan taraf kemampuan yang hendak diisi ke dalam diri peserta didik. Metode harus tunduk kepada kehendak tujuan dan 19 Syaiful Bahri Djamarah, Awan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 85-89 20 Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pengajaran, (Pekalongan: STAIN Press, 2011), hlm. 115-116 36 bukan sebaliknya. Kemampuan yang dikehendaki oleh tujuan harus didukung sepenuhnya oleh metode. 3) Situasi Situasi kegiatan belajar mengajar yang pendidik ciptakan selalu bervariasi dari hari ke hari. Situasi yang diciptakan pendidik mempengaruhi pemilihan penentuan metode mengajar. 4) Fasilitas Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar peserta didik di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar. 5) Pendidik Kepribadian, latar belakang dan pengalaman mengajar adalah masalah intern pendidik yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.21 Sebagai acuan dalam menentukan metode pembelajaran, berikut beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode pembelajaran yaitu : 1) Didasarkan pada pandangan bahwa manusia dilahirkan dengan potensi bawaan tertentu dna dengan itu ia mampu berkembang secara aktif dengan lingkungannya. 2) Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik masyarakat madani, yaitu manusia yang bebas berekspresi dari kekuatan. 21 Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Mengajar Belajar : Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran, Edisi V, (Bandung: Tarsito, 1994), hlm. 97 37 3) Metode pembelajaran didasarkan pada prinsip learning kompetensi. Dimana siswa akan memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, sikap, wawasan dan penerapannya sesuai dengan kriteria atau tujuan pembelajaran.22 4. Penggunaan Metode di Taman Kanak-kanak Faktor-faktor yang mendukung pemilihan metode dalam program kegiatan anak di Taman Kanak-Kanak yaitu karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik anak yang diajar. Karakteristik tujuan adalah pengembangan kognitif, pengembangan kreativitas, pengembangan bahasa, pengembangan emosi, pengembangan motorik dan pengembangan nilai serta sikap. Untuk mengembangkan kognisi anak dapat dipergunakan metodemetode yang mampu menggerakkan anak agar menumbuhkan kemampuan berpikir untuk dapat menalar, menarik kesimpulan dan membuat generalisasi. Untuk mengembangkan kreativitas anak, metode-metode yang dipilih adalah metode yang dapat menggerakkan anak untuk meningkatkan motivasi rasa ingin tahu dan mengembangkan imajinasi. Untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak dengan menggunakan metode yang dapat meningkatkan perkembangan kemampuan berbicara, mendengar, membaca dan menulis. Untuk mengembangkan emosi anak dengan 22 menggunakan metode yang menggerakkan anak untuk Ahmad Munji Nasih dan Lilik Nur Khalidah, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, hlm. 30 38 mengekspersikan perasaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan secara verbal dan tepat. Untuk mengembangkan kemampuan motorik anak dapat menggunakan metode yang menjamin anak tidak mengalami cedera. Untuk mengembangkan nilai sikap anak dapat menggunakan metodemetode yang memungkinkan terbentuknya kebiasaan-kebiasaan yang didasari oleh nilai-nilai agama dan moral agar anak dapat menjalani hidup sesuai dengan norma yang dianut masyarakat. Selain dari tujuan kegiatan, karakteristik anak juga ikut menentukan pemilihan metode. Anak TK pada umumnya adalah anak yang selalu bergerak, mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, senang bereksperimen dan menguji, mampu mengekspresikan diri secara kreatif, mempunyai imajinasi dan senang berbicara. Selain tujuan kegiatan dan karakteristik anak TK, ada 4 faktor lain yang ikut berpengaruh dalam pemilihan metode, yakni kegiatan dilakukan di dalam atau di luar kelas, keterampilan yang hendak dikembangkan melalui berbagai kegiatan, tema yang dipilih dalam kegiatan tersebut dan pola kegiatan itu sendiri.23 5. Pengertian Pembiasaan Secara etimologi, pembiasaan asal katannya adalah “biasa”. Dengan adanya prefiks “pe” dan sufiks “an” menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu atau 23 Ali Nugroho, dkk. Kurikulum dan Bahan Belajar TK, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), hlm. 10.11 – 10.14 39 seseorang menjadi terbiasa. Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.24 Pembiasaan (habituation) merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang. Sikap atau perilaku yang menjadi kebiasaan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Perilaku tersebut relatif menetap. b. Pembiasaan umumnya tidak memerlukan fungsi berfikir yang tinggi, misalnya untuk dapat mengucapkan salam cukup fungsi berpikir berupa mengingat atau meniru saja. c. Kebiasaan bukan sebagai hasil dari proses kematangan, tetapi sebagai akibat atau hasil pengalaman atau belajar. d. Perilaku tersebut tampil secara berulang-ulang sebagai respons terhadap stimulus yang sama.25 Bidang pengembangan kemampuan pembiasaan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilakukan lembaga PAUD setiap hari, misalnya berbaris, berdo’a sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, menyanyi lagu-lagu yang dapat membangkitkan patriotisme, 24 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), hlm. 110 25 Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan TK dan SD, Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Pembiasaan di Taman Kanak-kanak, (Jakarta , 2007), hlm. 4 40 lagu-lagu religius, menggosok gigi, berjabat tangan dan mengucapkan salam baik kepada sesama anak maupun kepada pendidik, dan mengembalikan mainan pada tempatnya. b. Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilakukan secara spontan, meminta tolong dengan baik, menawarkan bantuan dengan baik, memberi ucapan selamat kepada teman yang mencapai prestasi baik dan menjenguk teman yang sakit. c. Pemberian teladan adalah kegiatan yang dilakukan dengan memberi teladan atau contoh yang baik kepada anak, misalnya memungut sampah yang dijumpai di lingkungan TK, mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain, rapi dalam berpakaian, hadir di TK tepat waktu, santun dalam bertutur kata, dan tersenyum ketika bertemu dengan siapapun. d. Kegiatan terprogram adalah kegiatan yang diprogram dalam kegiatan pembelajaran (perencanaan semester, satuan kegiatan mingguan dan satuan kegiatan harian) di TK, misalnya makan bersama, menggosok gigi, menjaga kebersihan lingkungan dan lain-lain.26 6. Pengertian Metode Pembiasaan Metode pembiasaan merupakan metode pembelajaran yang membiasakan suatu aktivitas kepada seorang anak atau peserta didik. Pembiasaan artinya melakukan sesuatu secara berulang-ulang. Artinya, 26 Sertifikasi Guru Taman Kanak-kanak, Op.Cit., hlm. B2.1.14 41 apa yang dilakukan anak dalam pembelajaran diulang terus menerus sampai ia dapat betul-betul memahaminya dan dapat tertanam di dalam hatinya.27 Metode ini mengutamakan proses untuk membuat seseorang menjadi terbiasa. Metode pembiasaan hendaknya diterapkan pada peserta didik sedini mungkin, sebab ia memiliki daya ingat yang kuat dan sikap yang belum matang, sehingga mudah mengikuti, meniru dan membiasakan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, metode pengajaran pembiasaan ini merupakan cara yang efektif dan efisien dalam menanamkan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik dengan sendirinya. Kelebihan-kelebihan metode pengajaran pembiasaan adalah : a. Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik. b. Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriyah tetapi juga berhubungan dengan aspek bathiniyah. c. Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling berhasil dalam pembentukan kepribadian anak didik.28 Adapun kekurangan-kekurangan metode ini adalah : a. Untuk awal-awal pembiasaan anak akan merasa bosan melakukannya. b. Bila suatu kebiasaan sudah tertanam pada diri anak, sulit untuk dihilangkan. 27 Muhammad Fadlillah, Desain Pembelajaran PAUD, Tinjauan Teoretik dan Praktik, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 166 28 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, Cet. 1, 2002), hlm. 115 42 c. Anak belum dapat mengidentifikasi antara yang benar (baik) dan salah (buruk). d. Membutuhkan guru yang dapat dijadikan teladan dan mempunyai kepribadian yang baik di mata anak. e. Membutuhkan waktu bertahap untuk dapat menanamkan suatu kebiasaan pada anak.29 Untuk meningkatkan keterampilan anak dalam menghafal Al Qur’an hadits pada anka TK, metode yang lebih sesuai adalah metode pembiasaan. Melalui metode pembiasaan anak akan mudah menghafal ayat-ayat dan hadits-hadits pilihan (sabar dan menjaga kebersihan) serta mengerti bagaimana cara sabar dan menjaga kebersihan. Disamping itu metode pembiasaan merupakan metode yang sangat tepat diterapkan untuk anak TK. Karena melalui metode pembiasaan anak akan mudah mengikuti, meniru, dan membiasakan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari. 29 Muhammad Fadlillah, Op.Cit., hlm. 166-167