Lely Firrahmawati: Pengaruh Pelayanan Konseling Dan Sikap Konselor Terhadap Kepuasaan Ibu Hamil Trimester I Pengaruh Pelayanan Konseling Dan Sikap Konselor Terhadap Kepuasaan Ibu Hamil Trimester I Lely Firrahmawati1 STIKES Aisyiyah Surakarta Abstrak Pada awal masa kehamilan terjadi perubahan produksi dan pengaruh hormonal serta perubahan anatomi dan fisiologi yang menimbulkan kebutuhan adanya sebuah layanan konseling yang dilakukan sebagai upaya membangun self awareness pada ibu hamil. Berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan konseling antenatal masih sederhana dan hanya terfokus pada halhal khusus mengenai kehamilan yang dikeluhkan pasien saat kunjungan antenatal. Konseling dilakukan dalam waktu yang relatif singkat sehingga penggalian informasi tidak maksimal, maka diperlukan pedoman konseling kehamilan yang diharapkan dapat meningkatkan praktik pelaksanaan konseling. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pelayanan konseling dan sikap konselor terhadap kepuasaan ibu hamil trimester I. Desain penelitian ini eksplanatif kuantitatif. Sampel pada penelitian 23 bidan dan 69 ibu hamil di 15 Puskesmas Kabupaten Sragen. Penentuan kedua kelompok dengan teknik multi stage random sampling pada sampel bidan dan teknik purposive sampling pada sampel ibu hamil. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner pelayanan konseling, sikap bidan dan kepuasaan konseling. Pengujian statistik dengan kemaknaan hasil uji ditentukan berdasarkan nilai p<0,05 untuk analisis bivariabel menggunakan uji Wilcoxon, Chi Kuadrat, Mann Whitney dan analisis multivaribel menggunakan analisis regresi ganda.Hasil penelitian berdasarkan analisis regresi secara partial bahwa variabel pelayanan konseling diperoleh nilai p sebesar 0,000 (α < 0,05) sedangkan variabel sikap konselor diperoleh nilai p sebesar 0,002 (α > 0,05) yang berarti bahwa pelayanan konseling berpengaruh siginifikan terhadap kepuasaan ibu hamil dibandingkan dari sikap konselor. Kekuatan hubungan variabel bebas dengan variabel terikat diperoleh angka R sebesar 0,921. Ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antar variabel-variabel yang memengaruhi kepuasaan sebesar 0,921 dengan kekuatan korelasi sangat kuat dengan arah positif. Besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat Square, diperoleh nilai R Square sebesar 0,849 atau 84,9%. Berdasarkan hasil uji-t bahwa variabel pelayanan konseling (X1) p< 0,001 maka Ho ditolak yang artinya pelayanan konseling berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap kepuasaan ibu hamil dan variabel sikap konselor p<0,001 yang artinya sikap konselor berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap kepuasaan ibu hamil. Hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel yaitu pelayanan konseling dan sikap konselor secara keseluruhan memengaruhi kepuasaan sebesar 84,9% dan sisanya ditentukan faktor lain. Simpulan dalam penelitian ini adalah pelayanan konseling dan sikap konselor berpengaruh signifikan terhadap kepuasaan pasien sebesar 84,9 % dan 15,1% dipengaruhi variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Kata Kunci : Kepuasaan; Pelayanan konseling; Sikap bidan Korespondensi : Jl. Ki Hajar Dewantara No. 10 Kentingan Jebres, Surakarta , Nomor Hp : 082220478850, email: [email protected] JKAKJ, Volume 1 No. 1, Maret 2017 |1 Lely Firrahmawati: Pengaruh Pelayanan Konseling Dan Sikap Konselor Terhadap Kepuasaan Ibu Hamil Trimester I Effect of Counseling Services and Attitude towards Satisfaction Counselors First Trimester Pregnant Women Abstract At the beginning of pregnancy there is a change of production and hormonal influences and changes in anatomy and physiology which raises the need for a counseling service that is done in an effort to build self-awareness in pregnant women. Based on some of the results showed that the implementation of counseling antenatal still simple and focused on specific things about pregnancy that complained of patients at antenatal visits, counseling is done in a relatively short time so that extracting the information is not maximum, it is necessary guidelines for pregnancy counseling are expected to increase implementing such counseling. The purpose of this study was to analyze the effect of counseling and counselor attitude satisfaction I. trimester pregnant women explanatory quantitative research design. Samples 23 midwives and 69 pregnant women in 15 health centers in Sragen. The determination of the two groups with multi-stage random sampling technique on samples of a midwife and purposive sampling technique on a sample of pregnant women. The instrument used was a questionnaire counseling, attitudes and satisfaction midwife counseling. Statistical significance testing with test results are determined based on the value of p <0.05 for bivariable analysis using the Wilcoxon test, Chi Square, Mann Whitney and multivaribel analysis using multiple regression analysis.The results based on partial regression analysis that variable counseling services obtained α value of 0.000 (α <0.05) while the counselor attitude variables obtained α value of 0.002 (α> 0.05), which means that a significant effect of counseling services to the satisfaction of pregnant women comparison of attitudes counselor. The strength of the relationship of independent variables with the dependent variable is determined by the value of R, R figures obtained by 0.921. This shows that there is a relationship between the variables that affect the satisfaction of 0.921 with a very strong correlation with the strength of the positive direction. The amount of independent variables on the dependent variable is determined from the value of R Square, the value of R Square of 0.849 or 84.9%. Based on t-test results that variable counseling services (X1) p <0.001, then Ho is rejected, which means counseling significant effect (significant) towards satisfaction of pregnant women and attitudinal variables counselors p <0.001, which means the attitude counselor significant effect (significant) towards satisfaction of pregnant women. This indicates that the two variables, counseling and counselor attitude affect your overall satisfaction and the remaining 84.9% is determined other factors. The conclusions of this research is counseling and counselor attitude significantly influence patient satisfaction 84.9% and 15.1% influenced by other variables not included in this study. Keywords: Satisfaction; Counseling services; Midwives Attitude JKAKJ, Volume 1 No. 1, Maret 2017 |2 Lely Firrahmawati: Pengaruh Pelayanan Konseling Dan Sikap Konselor Terhadap Kepuasaan Ibu Hamil Trimester I Pendahuluan Masa kehamilan yang disebut dengan trimester I dimulai dari konsepsi sampai minggu ke 12 kehamilan. Pada awal masa kehamilan terjadi perubahan produksi dan pengaruh hormonal serta perubahan anatomi dan fisiologi. Pada pertama kalinya ibu tidak mengenal bahwa dia sedang hamil. Akan tetapi, sesungguhnya tubuh secara aktif bekerja untuk menyesuaikan bagi proses kehamilan. Proses penyesuaian tersebut dapat menimbulkan perubahan fisiologis baik secara fisik maupun psikologis. Pengenalan dan pemahaman tentang perubahan fisiologi tersebut menjadi dasar dalam mengenali kondisi patologis yang dapat mengganggu status kesehatan ibu maupun bayi dikandungnya, dengan kemampuan tersebut, penolong atau petugas kesehatan dapat mengambil tindakan yang tepat dan perlu untuk memperoleh luaran yang optimal dari kehamilan dan persalinan.1 Cakupan kunjungan antenatal pertama kalinya pada trimester pertama (K1) ideal secara nasional 81,6% dan (K4) secara nasional 70,4%. Selisih cakupan ideal K1 dan K4 memperlihatkan bahwa terdapat 12% dari ibu hamil yang menerima K1 ideal tidak melanjutkan ANC sesuai standar minimal (K4).2 Masyarakat karakteristik yang tinggal di pedesaan, pendidikan rendah dan berada pada indeks kuintil terbawah hingga menengah cenderung memilih bidan saat melakukan pemeriksaan kehamilan. Sebaliknya dokter spesialis kebidanan dan kandungan dipilih masyarakat di kota, pendidikan tinggi dan indeks kuintil teratas. Dan ditemukan kelompok ibu berisiko tinggi usia <20 dan >35 tahun lebih banyak melahirkan dirumah mencapai 64,5%. 2 Dari 35 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, ada 16 kota yang belum mencapai target salah satunya adalah Sragen (92,94%). Pelayanan kesehatan masyarakat di Kota Sragen mencatat bahwa pada tahun 2009 cakupan kunjungan keempat (K4) sebesar 92,12%, dan meningkat pada tahun 2012 cakupan kunjungan keempat (K4) sebesar 92,94%, tetapi menurun bila dibandingkan dengan cakupan kunjungan pertama (K1) yaitu sebesar 97,9 %.3 Selisih antara K1 dan K4 menunjukkan adanya kehamilan yang tidak optimal mendapat pelayanan ANC. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi mengenai pentingnya pemeriksaan selama kehamilan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 38 bidan di Provinsi DIY, Jawa Tengah dan Jawa Barat pada Bulan Agustus Tahun 2016 mengenai pelaksanaan konseling, 25 bidan mengartikan konseling sebagai pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan sedangkan 9 bidan mengartikan konseling sebagai proses pemecahan masalah ibu hamil dan 4 bidan mengartikan konseling itu dengan memberikan informasi, edukasi dan membantu ibu hamil menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dari data tersebut terlihat bahwa pengetahuan bidan tentang konseling masih kurang dan hanya sekedar memberikan informasi dan waktu yang digunakan rata-rata 510 menit. Penelitian yang dilakukan Syafrani Tahun 2004 di Jakarta Timur menunjukkan bahwa pelaksanaan konseling antenatal masih sederhana dan hanya terfokus pada hal-hal khusus mengenai kehamilan yang disampaikan/dikeluhkan pasien saat kunjungan antenatal, proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan belum dapat dilakukan, konseling dilakukan dalam waktu yang relatif singkat sehingga penggalian informasi dari pasien tidak maksimal.4 Penelitian yang dilakukan oleh Retno di Kabupaten Bantul menunjukkan bahwa praktik konseling yang diberikan di Puskesmas maupun BPS dilakukan dalam bentuk pemberian informasi yang banyak didominasi oleh bidan. Informasi yang disampaikan bidan sebatas menjawab keluhan ibu hamil saja, sehingga masih banyak informasi yang belum diberikan pada ibu hamil. Hal ini menunjukkan bahwa bidan belum memahami benar tentang konseling pada ibu hamil. Upaya peningkatan keterampilan konseling selama ini hanya dengan cara membaca buku tentang konseling dan kehamilan, belajar dari teman dan belajar dari pengalaman selama praktik menjadi bidan. Bidan tidak belajar dari workshop-workshop tentang konseling karena belum pernah ada.5 Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan konseling ditemukan di beberapa daerah. Tenaga kesehatan melaporkan bahwa tidak adanya ruang khusus untuk konseling tetap menjadi tantangan bersama ditambah hambatan dalam bahasa (daerah dengan beberapa dialek). Selain itu, pemeriksaan fisik, pengelolaan kehamilan yang memerlukan banyak waktu dapat menghambat kualitas konseling antenatal. Kurangnya waktu konseling menjadi penghalang yang paling sering dilaporkan oleh tenaga kesehatan. Studi terbaru JKAKJ, Volume 1 No. 1, Maret 2017 |3 Lely Firrahmawati: Pengaruh Pelayanan Konseling Dan Sikap Konselor Terhadap Kepuasaan Ibu Hamil Trimester I menunjukkan bahwa waktu konsultasi antenatal rendah di banyak negara berkembang.6 Penelitian yang dilakukan oleh Smith dan Metzner dalam penelitiannya mengemukakan bahwa dimensi kualitas pelayanan kesehatan yang dipandang penting adalah pengetahuan ilmiah yang dimilikinya (80%), perhatian secara pribadi kepada pasien (60%), keterampilan yang dimiliki (50%), efisiensi pelayanan kesehatan (45%), dan kenyamanan pelayanan ksehatan yang dirasakan pasien (8%).7 Parasuraman, Zeithamal dan Barry (1996) mengidentifikasi salah satu dimensi pokok yang berkaitan dengan kualitas pelayanan yaitu jaminan/keyakinan yang meliputi pengetahuan dan kesopanan bidan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan. 8,9,10 Faktor-faktor yang memengaruhi kualitas pelayanan antenatal yang dalam hal ini kualitas pelayanan konseling bidan terhadap pasien adalah terpenuhinya kebutuhan bidan akan supervise yang memfasilitasi dan manajemen yang terpadu, informasi, pelatihan dan pengembangan serta terpenuhinya kebutuhan akan bahan, peralatan dan infrastruktur. Dan terpenuhinya hak ibu hamil untuk memperoleh informasi tentang kesehatannya, keterjangkauan pelayanan, informasi agar ibu hamil dapat memilih pelayanan yang diinginkan, pelayanan yang aman, privasi dan kerahasiaan, pelayanan yang sopan, ramah, nyaman dan dapat mengemukakan pendapat secara bebas, serta hak untuk kelangsungan pelayanan.11 Komunikasi dalam pelayanan antenatal telah terbukti menjadi strategi yang efektif untuk Diskusi meningkatkan pemahaman dan perilaku kesehatan ibu hamil. Menurut penelitian Laurent (2000), 91% faktor risiko dapat dideteksi dengan wawancara.23Penelitian tentang strategi komunikasi yang efektif dalam pelayanan antenatal merupakan sebuah kebutuhan di Negara berkembang untuk meningkatkan keterampilan konseling tenaga kesehatan tentang perawatan ibu dan bayi baru lahir.6 Upaya peningkatan kualitas pelayanan konseling kehamilan tidak terlepas dari sumber daya kesehatan yang kompeten sangat dibutuhkan. Sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan, ukuran keberhasilan ditentukan oleh tingkat kepuasan penerima pelayanan (konsumen) dalam hal ini adalah ibu hamil. Kepuasan ibu hamil dicapai apabila ibu hamil memperoleh pelayanan konseling kehamilan sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan.13 Metode Penelitian ini eksplanatif kuantitatif. Sampel pada penelitian 23 bidan dan 69 ibu hamil di 15 Puskesmas Kabupaten Sragen. Penentuan kedua kelompok dengan teknik multi stage random sampling pada sampel bidan dan tehnik purposive sampling pada sampel ibu hamil. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner pelayanan konseling, sikap bidan dan kepuasaan konseling. Pengujian statistik dengan kemaknaan hasil uji ditentukan berdasarkan nilai p<0,05 untuk analisis bivariabel menggunakan uji Wilcoxon, Chi Kuadrat, Mann Whitney dan analisis multivaribel menggunakan analisis regresi ganda. Tabel 1 Karakteristik Pada Subjek Penelitian Bidan Karakteristik Perlakuan (n=23) Umur (tahun) < 30 1 30-39 3 40-49 18 >50 1 Mean (SD) 41,4 (5,7) Median (Rentang) 25-55 2. Masa Kerja (tahun) ≤ 10 2 < 10 21 Mean (SD) 20,3 (6,2) Median (Rentang) 1-33 Keterangan uji : *) Uji Mann Whitney **) Uji Chi Kuadrat Kelompok Kontrol (n=23) 1. Nilai p 0,001* 2 14 7 0 35,6 (5,3) 26-46 0,007** 11 12 12,3 (5,7) 2-21 JKAKJ, Volume 1 No. 1, Maret 2017 |4 Lely Firrahmawati: Pengaruh Pelayanan Konseling Dan Sikap Konselor Terhadap Kepuasaan Ibu Hamil Trimester I Dari tabel 1 dapat dilihat hasil uji statistik tersebut diperoleh nilai p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada umur dan masa kerja bidan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, sehingga akan dianalisis lebih lanjut sebagai variabel perancu. Tabel 2 Karakteristik Pada Subjek Penelitian Ibu Hamil Karakteristik 1. Kelompok Perlakuan (n=69) Nilai p Kontrol (n=69) Umur (tahun) <20 2 3 20-30 55 55 >30 12 11 2. Pendidikan SD 9 7 SMP 30 33 SMA 28 27 PT 2 2 3. Pekerjaan Bekerja 11 12 Tidak 58 57 bekerja 4. Paritas I 26 23 II 30 31 >III 13 15 Keterangan uji : *) Uji Chi Kuadrat 0.885* 0,938* 1,0* 0,842* Berdasarkan tabel 2 hasil uji statistik tersebut diperoleh nilai p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas antara kedua kelompok penelitian, sehingga secara statistik homogen serta layak untuk dibandingkan. Berdasarkan analisis regresi secara partial bahwa variabel aspek pelayanan konseling diperoleh nilai α sebesar 0,000 (α < 0,05) sedangkan variabel aspek sikap konselor diperoleh nilai α sebesar 0,002 (α > 0,05) yang berarti bahwa aspek pelayanan konseling berpengaruh siginifikan terhadap kepuasaan ibu hamil dibandingkan dari aspek sikap konselor. Aspek pelayanan konseling kehamilan antara lain konselor dalam memberikan pelayanan konseling bersikap ramah dan sopan, konseling berjalan secara efektif, konseling dapat membantu menyelesaikan masalah klien dan dapat mengambil keputusan sesuai dengan kebutuhan ibu hamil. Kekuatan hubungan variabel bebas dengan variabel terikat ditentukan oleh nilai R. jika nilai R semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah. Berdasarkan tabel diatas, diperoleh angka R sebesar 0,921. Ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antar variabel-variabel yang memengaruhi kepuasaan sebesar 0,921 dengan kekuatan korelasi sangat kuat dengan arah positif. Besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat ditentukan dari nilai R Square. Jika nilai R Square sama dengan 0, maka tidak ada sedikit pun persentase sumbangan pengaruh yang diberikan vaiabel bebas terhadap variabel terikat semakin mendekati sempurna. Nilai R Square diperoleh sebesar 0,849 atau 84,9%. Hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel yaitu pelayanan konseling dan sikap konselor secara keseluruhan memengaruhi kepuasaan sebesar 84,9% dan sisanya ditentukan faktor lain. Karena model regresi linier yang digunakan sudah tepat berdasarkan pengujian Anova, maka dilanjutkan uji t untuk mendapatkan koefisien regresi dan pengujian signifikansinya, uji t berguna untuk menguji signifikansi koefisien regresi, yaitu apakah masing-masing variabel bebas (X) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y). Hasil analisis didapatkan bahwa variabel pelayanan konseling (X1) p< 0,001 maka Ho ditolak yang artinya pelayanan konseling berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap kepuasaan ibu hamil dan variabel sikap konselor p<0,001 yang artinya sikap konselor berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap kepuasaan ibu hamil. Spitzberg dan Cupach (1989) mengemukakan bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif. Kompetensi mencakup hal-hal seperti keterampilan konteks dalam mempengaruhi konten dan bentuk pesan komunikasi. Istilah kompetensi juga berhubungan dengan kemampuan berbahasa dan kemampuan mengenai peraturan-peraturan untuk interaksi komunikasi. Proses komunikasi antara bidan dengan pasien dalam pelayanan konseling kehamilan menyangkut komunikasi baik verbal maupun non verbal. Selain itu kompetensi juga berkaitan dengan kemampuan individu untuk JKAKJ, Volume 1 No. 1, Maret 2017 |5 Lely Firrahmawati: Pengaruh Pelayanan Konseling Dan Sikap Konselor Terhadap Kepuasaan Ibu Hamil Trimester I menumbuhkan kondisi adanya keterbukaan, empati, sikap positif, dukungan dan kesamaan. 14 Faktor lain yang memengaruhi kepuasaan dalam penelitian juga berdasarkan dari faktor kepuasaan sebelumnya yang diperoleh ibu hamil pada saat menerima pelayanan antenatal sebelum bidan menerapkan konseling dengan menggunakan modul konseling yang telah disusun peneliti. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Matejic, et al di Serbia tahun 2014 yang bertujuan apakah terdapat faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan dan harapan ibu hamil dalam pelayanan antenatal menunjukkan hasil bahwa 74,6% ibu hamil puas dengan pelayanan konseling yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Secara umum, ada tiga faktor yang memengaruhi kepuasan ibu, yaitu faktor lingkungan, kompetensi profesional tenaga kesehatan dan kemampuan komunikasi dan konseling tenaga kesehatan. Faktor kemampuan dan konseling tenaga kesehatan yang memuaskan berdasarkan penelitian diatas adalah sikap pengertian bidan, proses komunikasi bidan yang melakukan komunikasi dua arah dengan klien, mampu membangun hubungan interpersonal yang baik, bidan memiliki karakteristik yang mampu memberi dukungan, ramah, penuh perhatian, hormat dan tidak menghakimi adalah karakteristik yang paling diinginkan oleh pasien.15 Snock (1981) menyatakan diperlukan petugas-petugas yang mempunyai dedikasi tinggi, terampil, ramah, sopan simpatik, luwes, penuh pengertian, mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan baik. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Johana bahwa terdapat hubungan antara pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan kehamilan dengan kepuasaan ibu hamil terhadap kualitas pelayanan kesehatan yang diterimanya.16 Determinan potensial kepuasan berdasarkan kerangka kerja Donabedian (1966,2005) sebagai berikut: 1) Atribut klien (karakteristik sosiodemografi, kepercayaan, harapan, tujuan kunjungan); 2) Atribut provider (gender, tingkat pengalaman, kepuasan kerja); 3) Proses pelayanan (aspek teknis dan interpersonal interaksi provider klien); 4) Struktur pelayanan (organisasi dan biaya pelayanan, tipe fasilitas, ketersediaan alat dan obat, aksesibilitas, kenyamanan dan sebaiknya); dan 5) hasil akhir pelayanan (perbaikan kesehtana, berkurangnya gejala sakit, keberhasilan mencegah kehamilan).17 Kajian komprehensif Pascoe (1983) menemukan bahwa klien berpendidikan tinggi lebih mementingkan aspek kompetensi teknis provider dibandingkan dengan keterampilan interpersonal. Semua penelitian di negara maju tersebut menunjukkan bahwa karakteristik sosiodemografi bukan merupakan penentu utama kepuasan klien. Namun karakteristik seseorang tampaknya mempengaruhi penilaian seseorang terhadap kepentingan tiap aspek pelayanan. Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa di negara berkembang yang sebagian besar penduduknya memiliki pendapatan dan pendidikan yang lebih rendah, mungkin terdapat aspek layanan lain yang lebih menonjol menjadi determinan kepuasan.18,19 Kepercayaan atau kecenderungan klien merupakan atribut klien yang juga sering diteliti dalam studi kepuasan. Beberapa hasil penelitian terkini menunjukkan bahwa kepercayaan klien mungkin memiliki pengaruh lebih besar terhadap kepuasan klien. Di Negara berkembang, sangat mungkin bahwa kepuasan seseorang tidak terkait dengan peranan penyedia layanan, namun juga dengan kepercayaan mereka akan efektivitas dan keamanan pengobatan modern. Orang yang curiga dengan pengobatan modern, atau yang percaya bahwa penyakitnya memiliki komponen mistik, akan lebih sulit dipuaskan oleh pelayanan modern.10,20 Tavrow (1997) menyimpulkan bahwa terpenuhinya harapan seseorang mungkin determinan penting kepuasan seseorang karena: (1) Orang yang memiliki harapan tinggi biasanya bersifat asertif, sehingga mereka akan mendapatkan layanan yang lebih memuaskan; 2) Orang yang berpengaruh ialah sifat harapan itu sendiri, bukan terpenuhi/ tidaknya harapan tersebut; 3) Harapan seseorang bersifat superfisial dan mudah dipengaruhi oleh pewawancara dalam pelayanan keehatan, harapan klien mungkin belum terbentuk dengan baik dan pendapatnya sudah ‘dikristalisasi’ oleh pewawancara.22 Berdasarkan analisis regresi secara partial bahwa variabel aspek pelayanan konseling diperoleh nilai α sebesar 0,000 (α < 0,05) sedangkan variabel aspek sikap konselor diperoleh nilai α sebesar 0,002 (α > 0,05) yang JKAKJ, Volume 1 No. 1, Maret 2017 |6 Lely Firrahmawati: Pengaruh Pelayanan Konseling Dan Sikap Konselor Terhadap Kepuasaan Ibu Hamil Trimester I berarti bahwa aspek pelayanan konseling berpengaruh siginifikan terhadap kepuasaan ibu hamil dibandingkan dari aspek sikap konselor. Aspek pelayanan konseling kehamilan antara lain konselor dalam memberikan pelayanan konseling bersikap ramah dan sopan, konseling berjalan secara efektif, konseling dapat membantu menyelesaikan masalah klien dan dapat mengambil keputusan sesuai dengan kebutuhan ibu hamil. Berdasarkan analisis regresi secara simultan bahwa pelayanan konseling dan sikap konselor berpengaruh secara bermakna terhadap kepuasaan ibu hamil sebesar 84,9%. Beberapa peneliti berpendapat bahwa alasan/motivasi klien dalam mencari pelayanan merupakan determinan kepuasan yang lebih bermakna dibandingkan dengan faktor harapan. Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa tercapainya tujuan klien memperoleh pelayanan berkontribusi sebagaian pada ekspresi kepuasan seseorang. Terpenuhi atau tidaknya keinginan klien dalam pelayanan dapat dimediasi oleh karakteristik sosiodemografik tertentu. Klien yang berpendapat dan berpendidikan lebih tinggi serta lebih berpengalaman akan mampu menyampaikan keinginanya dengan lebih baik. Mereka juga lebih percaya diri dalam bernegosiasi dengan provider. Provider pun akan lebih menghormati pendapat mereka sehingga keinginan klien tersebut lebih besar kemungkinannya untuk terpenuhi. Di Negara sedang berkembang terdapat kesenjangan antara klien- provider lebih besar dibandingkan Negara maju. Oleh karena itu provider seringkali mengambil peran sebagai patron (majikan) dan tidak menyediakan waktu bagi klien untuk menyampaikan keinginan/ tujuan kedatangannya.18 Penelitian yang menyelidiki kaitan antara karakteristik provider dengan kepuasan masih sedikit. Hal ini mungkin merefleksikan bias para klinisi yang menganggap sumber ketidakpuasan ada pada klien sendiri, bukan yang menganggap sumber ketidakpuasan ada pada klien sendiri, bukan pada sifat atau perilaku provider. Dalam penelitian sebelumnya, atribut provider yang sering diteliti hanyalah gender, pelatihan, pengalaman, dan kepuasan kerja provider. Namun sampai saat ini belum ada studi yang meneliti keterkaitan antara kepuasan dengan harapan, kepercayaan, sikap, suku provider, dn faktor selain unsur-unsur kualitas pelayanan.23 Donabedian (2005) yang membagi proses pelayanan dalam dua dikotomi: komponen teknis dan komponen interpersonal.9 Semua perilaku verbal dan nonverbal provider termasuk informasi, nasihat, dan penjaminan kepada klien. Semua perilaku yang berkaitan dengan peresepan obat/ kontrasepsi, tes, dan prosedur lain merupakan komponen teknis. 17 Aspek interpersonal pelayanan merupakan aspek yang paling meninjol. Dari 221 studi kepuasan yang dikaji Hall dan Doman (1988) menemukan bahwa aspek kemanusiaan pelayanan lebih besar pengaruhnya pada kepuasan (65%) dibandingkan dengan kemampuan teknis (43%), keterjangkauan (27%), fasilitas fisik (16%), atau hasil akhir pelayanan (16%). Aspek kemanusiaan dalam pelayanan yang berupa kehangatan, penghormatan, keramah tamahan, kesopanan terhadap pasien sangat penting artinya aspek lain yang menentukan adalah perhatian pribadi provider terhadap klien dengan menentramkan klien atau menunjukkan kepedulian terhadap kebutuhan klien, gaya komunikasi provider terhadap aspek psikososial klien, dan perlakuan yang adil dari provider. Penelitian yang mengkaji aspek interpersonal pelayanan sebagian besar menemukan korelasi yang signifikan terhadap kepuasan klien. Faktor pelayanan yang paling prediktif terhadap kepuasan adalah keterampilan komunikasi yang baik, empati, dan perhatian. Penelitian lain memberikan hasil yang berbeda-beda tentang peranan aspek interpersonal dalam menjelaskan varians dalam kepuasan. Dari pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa di negara-negara industri aspek interpersonal layanan tampaknya berkaiatan dengan kepuasan. Namun demikian, besarnya peranan yang dibutuhkan dan masalah yang dihadapi. Kepedulian yang tulus dari provider mengundang respons positif pula dari klien. Sekaligus juga, beberapa aspek interpersonal pelayanan, misalnya komunikasi, menjadi penting karena orang-orang ketidakpuasan lain yang kurang konvensional. Penelitian di negara sedang berkembang masih minim, sehingga diperlukan kajian-kajian dari negara lain termasuk Indonesia.15 JKAKJ, Volume 1 No. 1, Maret 2017 |7 Lely Firrahmawati: Pengaruh Pelayanan Konseling Dan Sikap Konselor Terhadap Kepuasaan Ibu Hamil Trimester I Struktur pelayanan merupakan aspek yang kurang menonjol dalam literatur kepuasan. Struktur pelayanan berupa aspek-aspek setting pelayanan, seperti kecukupan fasilitas dan peralatan, proses administrasi yang mendukung dan memandu penyediaan layanan juga kenyamanan dan. Hall and Doman berspekulasi bahwa para peneliti berasumsi bahwa para peneliti tidak meneliti aspek struktur dalam studi kepuasan karena peneliti berasumsi bahwa : 1) Struktur tidak mudah dimodifikasi, sehingga informasinya tidak begitu bermanfaat bagi manajer; dan 2) Aspek structural pelayanan kurang dianggap penting oleh klien. Sehingga, studi determinan structural kepuasan adalah adalah jarang dilakukan.17 Komunikasi interpersonal yang efektif adalah adanya kesepakatan informasi serta kualitas hubungan yang dibangun. Keterlibatan bidan selaku komunikator terhadap isi pesan dan menyampaikan pesan bagi komunikan, yang dalam hal ini adalah ibu hamil sangat mendominasi dalam proses berkomunikasi dan diharapkan dapat membawa hasil pertukaran informasi serta saling pengertian (mutual understanding), tentunya dalam hal ini banyak sekali hambatan-hambatan yang dirasakan seorang bidan terhadap pasien seperti hambatan psikologis karena adanya perbedaanperbedaan antara nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim pesan (bidan) dan penerima pesan (ibu hamil). Sebagai tenaga professional, bidan harus dapat memfasilitasi komunikasi interpersonal yang efektif. Untuk menghasilkan komunikasi interpersonal yang efektif diperlukan adanya keterbukaan, sikap, empati, dukungan, sikap positif serta kesamaan dari pihak-pihak yang berkomunikasi. 24 Pelayanan bidan yang berkualitas dapat diwujudkan oleh bidan dengan memberikan pelayanan antenatal dan KIA yang berfokus pada kebutuhan pasien dengan berpedoman pada standar pelayanan yang tercantum dalam stnadar pelayanan kebidanan 25 ruang lingkup kegiatan kesehatan ibu dan anak diantaranya adalah konseling terhadap ibu hamil sehingga Bidan harus senantiasa bekerja secara profesional dan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasien dan bidan harus memberikan kepuasaan kepada pelanggan baik secara individu, maupun bagi keluarga dan masyarakat luas dengan berlandaskan kasih sayang, sopan santun, ramah tamah dengan manajemen kebidanan sesuai dengan standard an kode etik profesi. Keberhasilan suatu pelayanan kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sangat tergantung pada kinerja, dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah kualitas komunikasi interpersonal dalam konseling para petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan yang pada akhirnya dapat memberikan kepuasaan pasien dalam menerima pelayanan kesehatan. Simpulan Pelayanan konseling dan sikap konselor berpengaruh terhadap kepuasaan pasien sebesar 84,9 % dan 15,1% dipengaruhi variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Daftar Pustaka 1. Husin F. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti.; 2014. 2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar.; 2013. 3. Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Data Dan Informasi Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.; 2013. 4. Ibrahim S. Analisis Terhadap Pelaksanaan Konseling Kehamilan Oleh Bidan Di Puskesmas Kecamatan Wilayah Jakarta Timur. Jakarta: Universitas Indonesia; 2004. 5. Setyorini. RH. Konseling Ibu Hamil Pada Bidan Praktik Swasta (BPS) Dan Puskesmas Di Kabupaten Bantul. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2011. 6. Jennings L, Yebadokpo AS, Affo J, Agbogbe M. Antenatal counseling in maternal and newborn care: use of job aids to improve health worker performance and maternal understanding in Benin. BMC Pregnancy Childbirth. 2010;10(1):75. doi:10.1186/14712393-10-75. 7. Saraswati. Komunikasi Efektif Ibu Selamat, Bayi Sehat, Keluarga Bahagia : Modul Pelatihan Keterampilan Komunikasi Interpersonal (KIP/K) Pegangan Fasilitator. Jakarta; 2002. 8. Parasuraman, Ziethaml, Berry LA. A Conceptual Model of Service Quality and Its Implications for Future Research.pdf. 1985:4150. 9. Kottler P. Manajemen Pemasaran Jilid II. Jakarta: Prenhallindo; 2002. 10. Payne A. Service Marketing, Pemasaran Jasa. (ANDI, ed.). Yogyakarta; 2000. 11. Imron, Muhammad dan Kristiani. Hubungan JKAKJ, Volume 1 No. 1, Maret 2017 |8 Lely Firrahmawati: Pengaruh Pelayanan Konseling Dan Sikap Konselor Terhadap Kepuasaan Ibu Hamil Trimester I antara Keterbukaan Komunikasi, Pemecahan Konflik, Kinerja Koordinator KIA dengan Kepuasan Kerja Bidan di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat. Progr Magister Kebijak dan Manaj Pelayanan Kesehatan, Univ Gadjah Mada Yogyakarta. 2006. 12. Prual A, Toure A, Huguet D, et al. The quality of risk factor screening during antenatal consultations in Niger. Health Policy Plan. 2000;15(1):11-16. 13. WHO. A Handbook for Buliding Skill Counselling For Maternal And Newborn Health Care. Department of Maternal, Newborn, Child and Adolence health.; 2013. 14. Kriyanto R. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Perdana Media Group; 2006. 15. Mateji B, Milena Š, Vasi V, Djikanovi B. Maternal satisfaction with organized perinatal care in Serbian public hospitals. BMC Pregnancy Childbirth. 2014;14(14). doi:10.1186/1471-2393-14-14. 16. Prawitasari J. Analisis kepuasaan ibu hamil terhadap kualitas pelayanan pemeriksaan kehamilan dikaitkan dengan biaya tambahan di Puskesmas Bukit Hindu. J Manaj Pelayanan Kesehat. 2000;3(01):21-26. 17. Monk C, Fifer WP, Myers MM, Sloan RP. Maternal Stress Responses and Anxiety during Pregnancy : Effects on Fetal Heart Rate. John Wiley Sons, IncDev Psychobiol. 2000;36:67-77. 18. Beck RS, Daughtridge R, Sloane PD. Physicianpatient communication in the primary care office: a systematic review. J Am Board Fam Pract. 2000;15(1):25-38. 19. Setyorini. RH. Konseling Ibu Hamil Pada Bidan Praktik Swasta (BPS) Dan Puskesmas Di Kabupaten Bantul. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2011. 20. Hernandez-reif M. Cortisol decreases and serotonin and dopamine increase following massage therapy. Int J Neurosci. 2005;20(3):1397-1413. 21. Mateji B, Milena Š, Vasi V, Djikanovi B. Maternal satisfaction with organized perinatal care in Serbian public hospitals. BMC Pregnancy Childbirth. 2014;14(14). doi:10.1186/1471-2393-14-14. 22. Ibrahim S. Analisis Terhadap Pelaksanaan Konseling Kehamilan Oleh Bidan Di Puskesmas Kecamatan Wilayah Jakarta Timur. Jakarta: Universitas Indonesia; 2004. 23. Hernandez-reif M. Cortisol decreases and serotonin and dopamine increase following massage therapy. Int J Neurosci. 2005;20(3):1397-1413. 24. Sri EB. Efektivitas Komunikasi Interpersonal Dan Kepuasaan Kerja Dalam Organisasi. Jakarta: Universitas Multimedia; 2008. 25. Prawitasari J. Analisis kepuasaan ibu hamil terhadap kualitas pelayanan pemeriksaan kehamilan dikaitkan dengan biaya tambahan di Puskesmas Bukit Hindu. J Manaj Pelayanan Kesehat. 2000;3(01):21-26. JKAKJ, Volume 1 No. 1, Maret 2017 |9