BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia hidup di alam semesta memerlukan berbagai jenis kebutuhan untuk melangsungkan kehidupannya. Mengingat ketersediaan sumber daya alam yang dibutuhkan semakin berkurang, maka manusia perlu mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijak. Sebagai makhluk yang sempurna dengan dibekali akal dan kemampuan untuk berpikir, manusia harus mampu menciptakan suatu teknologi yang menerapkan pendekatan sains dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan saat ini ialah meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan. Pendidikan secara luas diartikan sebagai “Usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat” (Sadulloh, 2012, hlm. 55). “Pendidikan berfungsi membekali seseorang dengan berbagai kecakapan hidup yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya” (Sujana, 2014, hlm. 12). Dengan kata lain pendidikan dapat digunakan manusia untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam perikehidupan termasuk masalah kelangkaan sumber daya alam. Pendidikan yang sesuai untuk mengkaji permasalahan tersebut ialah pendidikan IPA. IPA merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang diajarkan dan ada di setiap jenjang pendidikan. Cabang ilmu pengetahuan ini menjadi salah satu muatan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di sekolah dasar. Ilmu pengetahuan alam merupakan sebuah cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji dan mempelajari gejala alam semesta beserta seluruh isinya. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memecahkan masalah-masalah yang dijumpai seiring dengan perkembangan zaman. Menurut Sujana (2014, hlm. 6) “Pendidikan IPA merupakan salah satu wahana yang dianggap paling tepat untuk menanamkan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada peserta didik melalui proses pembelajaran”. 1 Manfaat pendidikan IPA bagi siswa ialah untuk mempelajari dirinya sendiri, mempelajari lingkungannya, serta mempelajari alam semesta secara utuh yang pada akhirnya siswa dapat menjaga dan memanfaatkan alam semesta ini dengan arif dan bijaksana. Penerapan IPA haruslah dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. IPA merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam, sehingga pembelajaran IPA tidak hanya dilakukan secara verbal tetapi juga harus faktual. Pembelajaran IPA di sekolah dasar hendaknya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki siswa agar mereka mampu memahami alam disekitarnya secara ilmiah. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu mengenai alam secara sistematis, karena pada dasarnya hakikat IPA merupakan seperangkat pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (2006, hlm. 161), “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Dengan demikian kegiatan pembelajaran IPA yang dilakukan guru harus dapat menumbuhkan keterampilan siswa dalam mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban atas pertanyaan tersebut melalui cara-cara yang sistematis. Siswa harus dapat menyadari keterbatasan dan kekurangan akan pengetahuannya sehingga ia tidak puas dengan apa yang telah diketahuinya. Dengan demikian akan tertanam dalam dirinya rasa ingin tahu untuk menggali berbagai pengetahuan baru untuk diaplikasikan dalam kehidupannya. Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan guru dalam memberdayakan siswa pada pembelajaran IPAmenurut Samatowa (2006, hlm. 5) ialah sebagai berikut. 1) Pentingnya memahami bahwa pada saat memulai kegiatan pembelajarannya, anak telah memiliki berbagai konsepsi, pengetahuan yang relevan dengan apa yang mereka pelajari. 2) Aktivitas anak melalui berbagai kegiatan yang nyata dengan alam menjadi hal utama dalam pembelajaran IPA. 3) Dalam setiap pembelajaran IPA kegiatan bertanyalah yang menjadi bagian yang penting, bahkan menjadi bagian yang paling utama dalam pembelajaran. 4) Dalam pembelajaran IPA memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu masalah. 2 Berdasarkan hal tersebut,maka pembelajaran IPA hendaknya dilaksanakan guru sebagai berikut. 1) Pada saat memulai kegiatan pembelajaran, guru harus memberi pengetahuan awal bagi siswa mengenai materi yang akan siswa pelajari. Pemahaman awal yang dimiliki siswa akan membantu dalam memperbaiki konsep yang salah, kurang lengkap, atau dapat meningkatkan pengetahuan yang sudah siswa miliki. 2) Guru harus melibatkan aktivitas siswa melalui kegiatan praktikum di laboratorium atau percobaan sederhana di kelas, dengan menggunakan alat bantu belajar, atau dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber dan tempat belajar. 3) Guru harus mengembangkan kemampuan bertanya siswa. Kegiatan bertanya dapat membangun pengetahuan siswa serta sebagai sarana latihan dalam mengungkapkan gagasan, memberikan respons atau tanggapan terhadap suatu masalah yang dimunculkan, sehingga ilmu pengetahuan alam dapat dikembangkan. Kegiatan bertanya dapat diimplementasikan dalam kegiatan diskusi atau tanya jawab. 4) Guru harus mengembangkan pula keterampilan berpikir siswa yang berfungsi untuk menjelaskan suatu masalah, yakni melalui pemberian tugas atau pemecahan masalah. Dengan demikian, siswa belajar dengan merekontruksi pengetahuan berdasarkan kegiatan-kegiatan atau pengalaman belajarnya. Peran guru ialah membimbing siswa dan mengarahkan siswa untuk berpartisipasi aktif baik secara fisik, intelektual maupun emosionalnya. Sebagai fasilitator dalam pembelajaran, guru perlu menyediakan media sebagai alat bantu belajar siswa dalam menggali pengetahuannya. Hal penting lain yang harus diperhatikan guru dalam membelajarkan IPA ialah kegiatan pembelajaran IPA harus menyenangkan bagi siswa. Hal tersebut bertujuan agar siswa tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Seorang siswa tergerak untuk melakukan suatu aktivitas pembelajaran karena adanya dorongan, ketertarikan, keinginan atau motivasi dalam dirinyauntuk mempelajari suatu hal yang baru. Menurut Karwati dan Priansa (2014, hlm. 167) “Motivasi 3 merupakan keseluruhan daya penggerak dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar serta memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran yang dikehendaki peserta didik dapat tercapai”. Dengan demikian, pemberian motivasi pada saat pembelajaran penting dilaksanakan untuk membangkitkan minat belajar siswa. Pada hakikatnya setiap siswa memiliki motivasi yang berbeda-beda tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhi motivasi siswa dapat berasal dari dalam dirinya sendiri maupun berasal dari luar dirinya. Faktor yang berasal dari dalam dirinya bisa berupa minat, ketertarikan, atau keinginannya untuk belajar atau mempelajari suatu hal. Sementara faktor yang berasal dari luar bisa berasal dari lingkungan tempat tinggalnya, yakni orangtua atau pihak lain yang memiliki pengaruh, dan lingkungan tempat belajarnya, yakni guru atau teman sebayanya. Para siswa dari rumah dan masuk ke sekolah membawa pengetahuan, keterampilan, dan motivasi yang berbeda-beda. Dengan kata lain ketika guru memberikan suatu materi pelajaran di dalam kelas, tidak semua siswa dapat menyerap materi pembelajaran dengan cara yang sama dan dengan porsi yang sama pula. Artinya siswa belajar menurut caranya sendiri, siswa dalam belajar ada yang dapat merespon dengan cepat ada juga siswa yang responnya lambat, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa. Peran motivasi bagi siswa ialah untuk membangkitkan minat belajar siswa agar siswa antusias dalam belajar. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan keantusiasan dan keaktifan siswa dalam belajar ialah denganmenerapkanmodel pembelajaran yang menarik. Pemilihan model pembelajaran yang digunakan dalam IPA harus memberikan pengalaman yang langsung agar langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran tersebut dapat bermakna bagi siswa.Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran IPA harus dapat mengembangkan keterampilan siswa dalam bertanya, keterampilan berpikir, dan rasa ingin tahunya untuk menggali informasi sehingga ia dapat menemukan konsep sendiri, aktif dan partisipasif dalam belajar. Akan tetapi, pelaksanaan pembelajaran IPA di sekolah dasar seringkali masih dilaksanakan dengan menggunakan model konvensional, 4 yakni model pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher centred), sehingga aktivitas siswa dalam belajar kurang, dan berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Untuk melihat kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan, peneliti melakukan observasi dan pengambilan data awal pada siswa kelas V A SDN Panyingkiran II mengenai materi proses daur air. Setelah melakukan observasi, peneliti menemukan beberapa permasalahan yang terjadi pada kinerja guru dan aktivitas siswa sehingga tidak mendukung terhadap keberhasilan pembelajaran. Beberapa permasalahan tersebut yakni siswa tidak aktif, antusiasnya dalam belajar kurang, terlihat dari respon siswa yang pasif dalam menanggapi pertanyaan yang diajukan guru. Siswa belum terkondisikan siap untuk belajar karena sebagian siswa masih ada yang ngobrol dengan teman sebangkunya, ada juga siswa yang memainkan mainannya di bawah meja belajarnya, serta tidak memperhatikan guru ketika menjelaskan materi. Siswa tidak dapat menyerap materi dengan baik terlihat ketika guru bertanya, siswa tidak bisa menjawab dan hasil belajar siswa melalui evaluasi yang dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran, tidak memuaskan. Hal tersebut disebabkan karena kegiatan pembelajarannya masih berpusat kepada guru, langkah-langkah kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru, sehingga siswa cenderung pasif. Metode pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi, yaitu hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saja, sehingga monoton. Dengan demikian kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan siswa menjadi tidak bermakna. Beberapa permasalahan yang telah dikemukakan tersebut berdampak pada hasil belajar siswa. Berdasarkan data awal yang diperoleh melalui tes hasil belajar, hasil belajar siswa kelas VA SDN Panyingkiran II pada materi proses daur air rendah. Dari 23 orang siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran IPA pada materi proses daur air, hanya terdapat 5 orang saja yang mampu menyelesaikan tes dengan tuntas. Apabila dihitung ke dalam persentase, siswa yang tuntas hanya 21,74%, sedangkan siswa yang tidak tuntas terdapat 18 orang atau sebesar 78,26% dari KKM yang telah ditentukan oleh sekolah terhadap mata pelajaran IPA, yaitu 75. Persentase siswa yang tuntas belajar pada materi proses daur air lebih kecil daripada persentase siswa yang tidak tuntas. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa kelas V A SDN Panyingkiran II pada materi proses daur 5 air tidak memuaskan sehingga perlu mengadakan suatu tindakan untuk memperbaiki hasil belajar tersebut. Berdasarkan beberapa solusi yang ada dan pertimbangan yang telah dilakukan untuk memecahkan permasalahan tersebut, peneliti mengambil suatu tindakan dengan menerapkan model learning cycle7E. Model learning cycle7E merupakan model pembelajaran yang kegiatan pembelajarannya diorientasikan pada kegiatan siswa. Model learning cycle7Eini bertitik tolak pada pendekatan pembelajaran yang berbasis kontruktivis (Haris, 2013), yakni pandangan pembelajaran yang membelajarkan siswa untuk mengkontruksi atau membangun pengetahuannya sendiri melalui skemata yang telah siswa miliki sebelumnya. Siswa belajar mengkontruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman eksplorasinya, yakni melalui kegiatan percobaan, pengamatan, diskusi, dan tugastugas atau pemecahan masalah. Pada pembelajaran learning cycle7E, siswa diarahkan untuk aktif, mengalami sendiri, merefleksi tentang temuan yang ia peroleh, menginterpretasi temuannya terhadap skemata awal yang telah ia miliki, dan memprediksikan temuan-temuannya itu ke dalam situasi yang baru (Huda, 2013). Pembelajaran dengan menggunakan learning cycle7Emenuntut siswa untuk mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir sehingga pengetahuan yang diperolehnya merupakan hasil konstruksi dari pengalaman yang dialami langsung oleh siswa. Model learning cycle7Ediharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang inovatif, konstruktif, dan menyenangkan bagi siswa agar siswa termotivasi untuk terlibat secara aktif dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran, yang pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, judul dalam penelitian ini ialah “Penerapan Model Learning Cycle7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Proses Daur Air” (Penelitian Tindakan Kelas di kelas VA SDN Panyingkiran II Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang). 6 B. Rumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah Berdasarkan hasil observasi, latar belakang penelitian dan pengambilan data awal yang dilaksanakan pada kelas V A SDN Panyingkiran II Kecamatan Sumedang Utara,Kabupaten Sumedang, ditemukan masalah yakni rendahnya hasil belajar siswa pada materi proses daur air. Oleh karena itu, peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut. a. Bagaimana rencana pembelajaran proses daur air dengan menerapkan model learning cycle 7Edi kelas V A SDN Panyingkiran II Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang? b. Bagaimana peningkatan aktivitas siswa pada pelaksanaan pembelajaran proses daur air dengan menerapkan model learning cycle7Edi kelas V A SDN Panyingkiran II Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang? c. Bagaimana peningkatan kinerja guru pada pelaksanaan pembelajaran proses daur air dengan menerapkan model learning cycle7Edi kelas V A SDN Panyingkiran II Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang? d. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran materi proses daur air dengan menerapkan model learning cycle7Edi kelas VA SDN Panyingkiran II Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang? Beberapa rumusan permasalah tersebut merupakan bahan kajian penelitian yang akan diberikan suatu tindakan serta pemecahan masalah berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. 2. Pemecahan Masalah Berdasarkan hasil observasi pada kegiatan pembelajaran di kelas V A SDN Panyingkiran II Kecamatan Sumedang Utara,Kabupaten Sumedang, peneliti menemukan beberapa permasalahan yang berdampak pada hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan suatu bentuk pernyataan yang menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Hasil belajar dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan cerminan kemampuan yang dapat dicapai oleh seseorang. Seseorang dapat mengukur usaha-usaha dan perubahan yang terjadi dalam dirinya melalui hasil belajar. 7 Hasil belajar sebagaimana yang dinyatakan oleh Karwati dan Priansa (2014) ialah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang yang diperoleh melalui usahausahanya. Siswa dalam mencapai kecakapan tersebut perlu melibatkan diri secara aktif, menggali dan mengeksplorasi pengetahuan diri sendiri dengan bertukar pikiran dengan teman, melakukan diskusi secara berkelompok, melakukan kegiatan praktikum, melakukan kegiatan pengamatan, bertanya jawab dengan guru, atau dengan melakukan studi literatur dari berbagai buku sumber. Rendahnya hasil belajar siswa kelas V A SDN Panyingkiran II sebagai dampak dari proses kegiatan pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Siswa tidak terlibat secara aktif dalam menggali informasi terkait materi yang dibawakan guru, metode pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi masih bersifat konvensional, dan guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran. Selain itu, penggunaan media pembelajaran masih kurang sehingga siswa kesulitan dalam menyerap materi ajar. Rendahnya hasil belajar siswa kelas V A SDN Panyingkiran II Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang pada materi proses daur air menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yag dilaksanakan tidak efektif dan tidak bermakna bagi siswa. Proses daur airmerupakan peristiwa yang terjadi di alam yang sulit diamati meskipun dalam kegiatan sehari-hari. Pembelajaran materi proses daur air memerlukan penggunaan media visualisasi dan praktikum agar siswa dapat mengetahuigambaran mengenai bagaimana peristiwa daur air yang sesungguhnya di alam. Selain itu, kegiatan pembelajaran pada materi proses daur air, memerlukan desain pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa. Untuk memecahkan permasalahan tersebut, peneliti telah merumuskan pemecahan masalah dengan menerapkan model learning cycle7Epada materi proses daur air. Model ini bertitik tolak pada pandangan kontruktivisme. “Pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme menuntut siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa harus bisa membangun sendiri pengetahuannya dengan merefleksikan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari ke dalam materi pembelajaran” (Wahyuni, 2014, hlm. 10). Model learning cycle disebut juga sebagai model pembelajaran yang bersiklus atau daur belajar. Model pembelajaran ini memiliki fase-fase atau tahapan yang sengaja difungsikan secara 8 khusus dalam rangka mendaur ulang pengetahuan awal yang dimiliki siswa untuk membangun kembali pengetahuan yang baru bagi siswa. Menurut David Colb (dalam Huda, 2013, hlm. 265), pembelajaran bersiklusatau learning cycledalam proses pembelajaran memiliki siklus empat tahap sebagai berikut. 1) Melakukan sesuatu yang konkret atau memiliki pengalaman tertentu yang bisa menjadi dasar bagi siswa. 2) Diobservasi dan direfleksi atas pengalaman tersebut dan responnya terhadap pengalaman itu sendiri. 3) Diasimilasikan hasil observasi tersebut ke dalam kerangka konseptual atau dihubungkan dengan konsep-konsep lain dalam pengalaman atau pengetahuan sebelumnya yang dimiliki siswa yang implikasiimplikasinya tampak dalam tindakan konkret. 4) Diuji dan diterapkan dalam situasi yang berbeda. Adapun tahapan model learning cycleyang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada tahapan yang dikembangkan oleh Eisenkraft (2003) yakni learning cycle dengan tujuh fase yang meliputi faseElicit, Engage, Exploration, Explanation, Elaboration, Evaluation, dan Extend. Adapun implementasi tahapan model learning cycle7E pada pelaksanaan pembelajarannya ialah sebagi berikut. a. Fase elicit. Pada fase ini guru memberikan stimulus atau rangsangan terhadap pengetahuan awal siswa, yakni dengan memberikan pertanyaan yang menantang atau bertentangan sehingga membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Pada kegiatan ini, guru memberikan apersepsi terkait materi yang akan disampaikan yakni materi proses daur air. b. Fase engagment. Pada fase iniguru mempertunangkan atau menyelaraskan persepsi siswa dengan konsep yang dibawa oleh guru. Kegiatan guru pada fase ini ialah memberikan penjelasan materi untuk mengklarifikasi persepsi siswa yang masih salah. Dengan demikian terjadi sebuah pembentukan konsep dalam stuktur kognitif siswa. Guru mengundang pengetahuan siswa dengan mempertunjukkan kegiatan yang menarik sehingga siswa memiliki rasa ingin tahu tertarik untuk mempelajari materi secara lebih lanjut. c. Fase exploration. Pada kegiatan ini, siswa diarahkan untuk mengeksplorasi pengetahuannya, yakni melalui kegiatan percobaan, pengamatan, dan diskusi. d. Fase explanation. Kegiatan siswa pada fase ini ialah melaporkan hasil diskusi dan percobaannyya dengan melakukan kegiatan persentasi. Siswa dapat 9 menambah pegetahuan konsepnya dari gagasan-gagasan atau temuan-temuan yang diperoleh dari teman-temannya melalui percobaan. e. Fase elaboration. Pada kegiatan ini, guru memberikan tugas untuk melatih siswa dalam memecahakan permasalahan berdasarkan konsep yang siswa peroleh. f. Fase evaluation. Pada kegiatan ini, guru mengevaluasi siswa atas pengalaman-pengalaman dan latihannya. Guru menilai perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa atas pengetahuannya. g. Fase extend. Pada kegiatan ini, guru memberikan penguatan konsep dengan memberikan contoh aplikasi dan keterkaitan konsep dengan konsep lain di dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini memiliki target proses dan hasil yang diharapkan sebagai berikut. a. Target proses Target untuk proses pembelajaran dibagi ke dalam dua bentuk, yaitu aktivitas siswa dan kinerja guru. Adapun target keberhasilan yang diharapkan dari aktivitas siswa dan kinerja guru yaitu sebagai berikut. 1) Kinerja guru Target kinerja guru pada tahap perencanaan yang diharapkan ialah sebesar 100% dan pelaksanaan 100%. Penilaian kinerja gurupada perencanaan didasarkan atas penilaian terhadap kinerja guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyiapkan media, menyiapkan LKS, menyiapkan evaluasi, menyiapkan instrumen penilaian, dan membuat kegiatan pembelajaran berdasarkan tahapan model pembelajaran yang diterapkan, yaitu model learning cycle 7E. Penilaian kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatah akhir. 2) Aktivitas siswa Target aktivitas siswa yang diharapkan ialah sebesar 87%. Target tersebut didasarkan atas penilaian aktivitas siswa pada pembelajaran materi proses daur air dengan menerapkan model learning cycle 7E. 10 b. Target hasil Target hasil merupakan penilaian yang dilakukan terhadap tes hasil belajar siswa. Target yang diharapkan dari hasil belajar siswa ialah sebesar 87%, yakni 87% siswa mampu memahami konsep materi daur air dan tuntas dalam melaksanakan evaluasi. C. Tujuan Penelitian Setelah dirumuskan rumusan masalah penelitian yang dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Untuk mengetahui rencana pembelajaran proses daur air dengan menerapkan model learning cycle 7Edi kelas V A SDN Panyingkiran II Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang. b. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa pada pelaksanaan pembelajaran proses daur air dengan menerapkan model learning cycle7Edi kelas V A SDN Panyingkiran II Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang. c. Untuk mengetahui peningkatan kinerja guru pada pelaksanaan pembelajaran proses daur air dengan menerapkan model learning cycle7Edi kelas V A SDN Panyingkiran II Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang. d. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran materi proses daur air dengan menerapkan model learning cycle7Edi kelas VA SDN Panyingkiran II Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang. D. Manfaat penelitian Adapun penelitian yang dilaksanakan di kelas VA SDN Panyingkiran II pada materi proses daur air dapat bermanfaat untuk khalayak, khususnya: 1. Bagi Siswa a. Meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model learning cycle7E. b. Meningkatkan motivasi, minat dan aktivitas belajar siswa terutama pada pembelajaran IPA. c. Menanamkan sikap ilmiah siswa. 11 d. Melatih siswa untuk bekerjasama terhadap tugas kelompok dan melatih siswa memecahkan suatu permasalahan. e. Memberikan pengalaman yang nyata bagi siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menambah pengalaman baru bagi siswa. f. Menumbuhkan rasa syukur siswa terhadap alam semesta sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. 2. Bagi Guru a. Menambah wawasan dan pengetahuan guru mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model learning cycle7E. b. Memupuk kreativitas dan inovasi guru dalam menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. c. Sebagai sumber referensi bagi guru untuk memilih dan menggunakan model pembelajaran IPA. d. Mengembangkan kemampuan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam pembelajaran IPA. 3. Bagi Sekolah a. Sebagai referensi dalam mengatasi masalah pembelajaran yang ada di kelas. b. Memberikan nilai tambahan yang positif bagi sekolah. c. Sebagai sumber referensi ilmu pengetahuan bagi sekolah. d. Sebagai arsip sekolah. 4. Bagi Peneliti a. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pemilihan dan penerapan model dalam pembelajaran. b. Meningkatkan keterampilan, teknik, dan taktik dalam mengajar dengan menerapkan model learning cycle7Edalam pembelajaran IPA. c. Meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam menciptakan situasi belajar yang menyenangkan bagi siswa. d. Menambah pengalaman dalam memecahkan pembelajaran melalui model learning cycle7E. 12 permasalahan dalam E. Batasan Istilah Berikut ini merupakan batasan istilah yang digunakan peneliti berkaitan dengan judul penelitian yang berfungsi untuk memperjelas fokus penelitian. 1. Model pembelajaran learning cycle7E Learning cycle atau pembelajaran bersiklus adalah model pembelajaran yang terdiri atas serangkaian tahap-tahap kegiatan yang diorganisir sedemikian rupa sehingga siswa mampu menguasai kompetensi secara aktif (Wahyuni, 2014, hlm. 10). Model Learning Cycle7E terdiri atas fase elicit, engage, exploration, explanation, elaboration, evaluation, dan extend (Eisenkraft, 2003). 2. Hasil belajar Menurut Karwati dan Priansa (2014, hlm. 216), hasil belajar merupakan sesuatu yang dicapai atau diperoleh peserta didik berkat adanya usaha atau pikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak perubahan tingkah laku pada diri individu. 3. Daur air Daur air merupakan proses perputaran atau siklus yang terjadi di alam semesta. Siklus air terjadi karena adanya penguapan sebagai akibat dari panas matahari. Uap air menyatu dengan udara dan terjadi proses kondensasi dan menggumpal membentuk awan.Lama kelamaan, berubah menjadi butir-butir air dan kembali jatuh ke bumi sebagai hujan. Air hujan kembali meresap ke dalam tanah, muncul lagi kepermukaan sebagai mata air, dan kembali mengalami penguapan (Azmiyawati, 2008). F. Struktur Organisasi Skripsi Adapun struktur organisasi skripsi penelitian yang berjudul “Penerapan Model Learning Cycle 7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Proses Daur Air (Penelitia Tindakan Kelas di Kelas V A SDN Panyingkiran II Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang)” ini tersusun atas lima BAB, yakni BAB I Pendahuluan, BAB II Landasan Teoretis, BAB III Metode Penelitian, BAB IV Pembahasan, dan BAB V Penutup. 13 BAB I pendahuluan berisi latar belakang, rumusan dan pemecahan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan struktur organisasi skripsi. Latar belakang menjelaskan masalah-masalah yang ditemukan peneliti pada saat melaksanakan observasi dan pengambilan data awal. Peneliti menguraikan perlunya suatu tindakan untuk mengatasi permasalahan- permasalahan yang terjadi sehingga lahirlah penelitian tindakan yang berjudul “Penerapan Model Learning Cycle7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Proses Daur Air”. Pada rumusan dan Pemecahan masalah peneliti merumuskan masalah yang akan dijadikan sebagai bahan kajian penelitian dan diberikan suatu pemecahan masalah. Adapun pemecahan masalah yang dirumuskan peneliti ialah dengan menerapkan model learning cycle 7E. Tujuan penelitian, menguraikan tujuan dilakukannya penelitian berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah dibuat. Manfaat penelitian menguraikan gambaran mengenai dampak positif dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Batasan isilah memberikan gambaran definisi secara oprasional mengenai fokus kajian penelitian. Struktur organisasi skripsi merupakan susuanan atau sistematika penulisan skripsi. BAB II kajian pustaka berisi landasan teoretis bidang kajian penelitian, yakni hakikat ilmu pengetahuan alam, model leraning cycle, teori belajar yang mendukung model leraning cycle, hasil belajar, materi proses daur air, dan hipotesis tindakan. BAB III metode penelitian berisi penjelasan mengenai prosedural penelitian, yakni lokasi dan waktu penelitian, metode dan desain penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengolahan dan analisis data, dan validasi data. Hal tersebut berfungsi sebagai gambaran untuk mengetahui rancangan alur penelitian yang dilakukan. BAB IV pembahasan berisi paparan data awal dan paparan data pelaksanaan tindakan. Pada bagian ini dijelaskan mengenai pembahasan temuan-temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data serta pembahasan temuan untuk menjawab rumusan masalah penelitian yang telah dibuat sebelumnya. BAB V penutup berisi simpulan dan saran. 14