Untitled - Journal Of STIKes PRIMA

advertisement
EDITORIAL
Penasehat :
Pengantar Redaksi
Ketua STIKes Prima
Salam hangat,
Pengarah :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga
SCIENTIA JOURNAL STIKes PRIMA JAMBI Vol.4 No.04
Edisi Maret 2016 telah dapat diterbitkan. Penantian yang
panjang untuk terkumpulnya naskah ilmiah sebagai materi
utama terbitan kita. Untuk itu penelitian ilmiah di lingkup
STIKes PRIMA JAMBI harus lebih kita gerakkan sebagai salah
satu Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kepada penulis yang telah
mempercayakan kepada kami untuk menerbitkan karyanya kami
mengucapkan terima kasih.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Ketua HAKLI Provinsi Jambi
Ketua IAKMI Provinsi Jambi
Puket I STIKes Prima
Puket II STIKes Prima
Puket III STIKes Prima
Ketua Program Studi IKM Prima
Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Prima
Ketua Program Studi D-III Kebidanan
Direktur Akademi Keperawatan Prima
Sekretaris LPPM STIKes Prima Jambi
Untuk edisi kali ini kami sajikan beberapa karya ilmiah dari
bidang kebidanan, Bidan pendidik, Keperawatan, dan Kesehatan
Masyarakat. Selain itu juga turut menampilkan karya ilmiah dari
dosen pengajar dari beberapa sekolah dan akademi kesehatan
lain. Akhir kata, maju terus dan selamat berkarya.
Mitra Bestari :
Semoga Bermanfaat.
Penanggung Jawab :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Dr. Pantun Bukit, SE., MSi
Dr. Sukarno, M.Pdi
dr. I. Nyoman Ehrich Lister, M.Kes, AIFM
dr. Adrianto Ghazali, M.Kes
Marinawati Ginting, SKM., M.Kes
Didik Suryadi, SKM., M.Kes
Herlina Harahap, S.Kep., Ns., M.Kes
V.A Irmayanti Harahap, SKM., M.Biomed
Dody Izhar, SKM, M.Kes
Chrismis Novalinda Ginting, S.SiT, M.Kes
Erni Girsang, SKM, M.Kes
Editor/Editing :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Sakinah Dewi, S.Kep., M.Kes
Sondang Selviana Silitonga, S.Kep., Ns., M.Kes
Listautin, S.Kep., M.Kes
Norliana Karo-Karo, SST
Nia Nurziah, SKM
Erna Simanjuntak, SKM, M.Kes
Ns. Ridarti Sitorus, S.Kep
Saut Siagian, S.T
Johanes Ginting, SKM
K. Klemens, SKM
Dewan Redaksi :
1.
2.
3.
Pimpinan Redaksi
Redaktur
Sekretaris Redaksi
: Erris Siregar, SKM, M.PH.
: Marta Butar-Butar, SKM
: Resli Siregar, S.Kep., Ns
Alamat Redaksi :
Lembaga Penelitian dan Pengadian Kepada Masyarakat
Kampus STIKes Prima Gedung D Lt.1
Jl. Raden Wijaya Rt.35 Kebun Kopi Thehok Kecamatan Jambi
Selatan
Telp/Fax : 0741 – 445963/445964
Email
: [email protected]
Website
: www.stikesprima-jambi.ac.id
Salam Sehat,
Redaksi
Volume 4 | No. 4 | Maret 2016
ISSN 2302 - 9862
SCIENTIA JOURNAL
DAFTAR ISI
1.
HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015
Lidya Kurniasari...........................................................................................................................
299
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF
PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015
Lismawati...............................................................................................................................
305
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD
RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015
Nia Nurzia........................................................................................................................................
310
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO
MEDICA MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL
Ade Oktarino..........................................................................................................................
317
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN
KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015
Irmayanti Harahap..................................................................................................................................
323
HUBUNGAN GILIRAN KERJA DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF PADA PERAWAT DI RSUD RADEN MATTAHER
JAMBI TAHUN 2015
Hamdani.................................................................................................................................
330
EVALUASI KERJA PROGRAM CWSHP DENGAN PENDEKATAN CUMMUNITY LEAD TOTAL SANITATION
(CLTS) TERHADAP PENINGKATAN JAMBAN KELUARGA DI DESA PENEGAH KECAMATAN PELAWAN
KABUPATEN SAROLANGUN
Putri Sahara Harahap..............................................................................................................................
333
HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN
PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2015
Marinawati........................................................................................................................................
338
HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI
BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015
Erris Siregar....................................................................................................................................
343
10. FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS
TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015
Rosa Riya................................................................................................................................
351
11. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ULANG
KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS JEMBATAN MAS KABUPATEN BATANGHARI
PROVINSI JAMBI TAHUN 2015
Margareta Pratiwi……………....................................................................................................................
366
12. ANALISIS ANCAMAN KEAMANAN PADA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT RIMBO
MEDICA JAMBI 2015
Saut Siagian................................................................................................................................................
371
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Volume 4 | No. 4 | Maret 2016
ISSN 2302 - 9862
SCIENTIA JOURNAL
13. GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PENDERITA TB PARU TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN
PENYAKIT TB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2015
Dewi Riastawaty...........................................................................................................................
376
14. HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN
INTERNASIONAL PEKANBARU TAHUN 2016
Andriani.................................................................................................................................
383
15. HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA DENGAN KEJADIAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN ANAK KELAS II B PEKANBARU TAHUN 2015
Dewinny Septalia Dale............................................................................................................................
391
16. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN
PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA
Devi Arista…...........................................................................................................................
396
17. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013
Sri Mulyati..................................................................................................................................
402
18. ANALISIS SPERMATOZOA PADA PRIA INFERTIL DI KLINIK DR. MUHAMMAD YUSUF, SPOG. KFER. D.MAS
PEKANBARU PADA TAHUN 2011
Rika Sri Wahyuni.................................................................................................................................
412
19. EFEKTIVITAS JAHE UNTUK MENURUNKAN MUAL MUNTAH PADA KEHAMILAN TRIMESTER I DI
KELURAHAN SUKA KARYA KECAMATAN KOTA BARU
Subang Aini Nasution, Fitriana Kaban................................................................................................
416
HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015
HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA
PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA
JAMBI TAHUN 2015
Lidya Kurniasari
STIKes Prima Program Studi D IV Kebidanan
Korespondensi penulis : [email protected]
ABSTRAK
Asma merupakan penyakit paru dengan karakteristik obstruksi saluran nafas yang reversible.
Obstruksi saluran nafas ini memberikan gejala asma seperti batuk, mengi dan sesak nafas.
Penyempitan saluran napas ini dapat terjadi secara bertahap, perlahan-lahan dan bahkan menetap
dengan pengobatan tetapi dapat pula terjadi secara mendadak, sehingga menimbulkan kesulitan
bernapas akut. Tahun 2014 jumlah pasien penderita asma yang datang ke Puskesmas Olak kemang
sebanyak 1392 penderita.
Tujuan penelitian untuk mengetahuinya Hubungan Faktor makanan terhadap kejadian kambuh Ulang
Asma Pada Penderita Asma Di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi Tahun 2015.
Penelitian Deskriptif Analitik ini dengan pendekatan Desain Penelitian Cross Sectional, dan teknik
pengambilan sampel adalah dengan teknik Total Sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 95
orang penderita asma yang diambil di Wilayah kerja Puskesmas. Data diperoleh dengan kuesioner di
analisis secara Univariat dan Bivariat menggunakan Chi-Square.
Berdasarkan Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara Faktor Makanan
terhadap kejadian kambuh ulang asma (p-value= 0,014). Yang beresiko terhadap faktor makanan 75
(78,9%) dan yang mengalami kambuh ulang 73 (76,8).
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor makanan berpengaruh terhadap kejadian
kambuh ulang asma pada penderita asma. Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi seluruh
masyarakat Di wilayah kerja Puskesmas Olak Kemang, yaitu untuk mendapatkan informasi tentang
faktor yang mempengaruhi kambuh ulang asma.
Kata kunci
: Asma Bronkial, Faktor Makanan, Kambuh Ulang Asma.
RELATIONSHIP DIETARY FACTORS ASSOCIATED WITH RECURRENT ASTHMA IN
PUSKESMAS OLAK KEMANG IN JAMBI CITY 2015
ABSTRACT
Asthma is lung disease charaeterized by reversible airway obstruction the airway obstruction make a
asthma symptoms such as cough, wheezing, and hard to breath. Asthma effects the airway
constriction which call with asthma attacks. However, the asthma attacks could be gradually, slowly or
severe and happend in suddenly. In 2014 there are 1392 people who come to Puskesmas Olak
Kemang in Jambi because of asthma attacks.
This research is aim to Find Relationship Dietary Factors Associated with recurrent asthma in
Puskesmas Olak Kemang in Jambi city 2015.the method used in this research is Descritive analytic
with croos sectional design approach. The sample is taking by using total sampling the simple is 95
people which in taken from patient who get asthma in Puskesmas Olak Kemang in Jambi. Data
obtained by filling a questionaire as a collect tool then analysis by univariate and bivariate using chisquare.
Based on analysis that shows there is a relationship between dietary factors with recurrent asthma (pvalue=0,014) with dietary risk factors 75(78,9%) and people who have recurrent asthma 73(76,8%).
Finally from this research we can get the conclusion that there is a relationship between diestary
factors with recurrent asthma in patient with asthma. Hopefully ,this research can give benefit to the
people especially the community around Puskesmas Olak Kemang to get information about the
factors which can contribute to recurrent asthma.
Keywords
: Bronchial asthma, dietary factors, relapse again.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
299
HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015
PENDAHULUAN
Penyakit asma masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat di dunia
maupun
di
Indonesia.
Insidensi,
prevalensi
dan
keparahan
asma
semuanya meningkat, dengan asma pada
usia anak-anak menjadi lebih sering
dijumpai, estimasi mengenai hal ini
bervariasi karena angka insidennya akan
meningkat, tetapi selama lima belas tahun
anngka
tahunan
yang
tercatat
menunjukkan kasus baru telah meningkat
sebanyak 70%. Saat ini asma tercatat
sebagai penyakit kronik tersering pada
anak-anak, dengan estimasi prevalensi
antara 8-14% (Francis, 2008).
Asma merupakan penyakit paru
dengan karakteristik obstruksi saluran
nafas yang reversible. Obstruksi saluran
nafas ini memberikan gejala asma seperti
batuk,
mengi
dan
sesak
nafas.
Penyempitan saluran napas ini dapat
terjadi secara bertahap, perlahan-lahan
dan bahkan menetap dengan pengobatan
tetapi
dapat
pula
terjadi
secara
mendadak,
sehingga
menimbulkan
kesulitan bernapas akut (Sudoyo, 2009).
Adapun faktor penyebab asma
kekambuhan asma adalah latihan berlebih
atau alergi terhadap binatang berbulu,
debu, jamur, polusi, asap rokok, infeksi
virus, asap, parfum, jenis makanan
tertentu ( terutama zat yang ditambahkan
kedalam makanan ) dan perubahan cepat
suhu ruangan (Astuti, 2010).
Kekambuhan
penyakit
asma
bronkial dapat diatasi dengan melakukan
pencegahan
dengan
Penghindaran
terhadap
makanan-makanan
yang
mempunyai tingkat alergi tinggi. Orang tua
terutama ibu dianjurkan tidak merokok
untuk mencegah infeksi saluran napas.
Tindakan pencegahan pada anak yang
telah
terkena,
misalnya
dengan
menghindarkan factor pencetus, alergen
makanan, bahan yang dihirup, bahan
iritan, infeksi virus/bacterial, hindari latihan
fisik berat, perubahan cuaca dan emosi
sebagai factor pencetus. Penggunaan
obat-obatan untuk mengurangi serangan
asma (Fadhli, 2010).
Alergi pada makanan tertentu
sangat umum pada penderita asma.
Sistem pencernaan menyerap partikelpartikel protein penyebab alergi dalam
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
jumlah besar. Namun alergi makanan ini
juga umumya akan hilang ketika beranjak
dewasa. Bahan makanan yang dapat
menyababkan serangan asma seperti
susu, gandum, kedelai, telur, kacangkacangan dan ikan. Sehingga perlu
dibiasakan membaca label kemasan
makanan (Hadibroto, 2006).
Adapun komplikasi yang dapat
ditimbulkan bila tidak ditangani, dapat
timbul penyakit lain seperti : stenosis
trakea, karsinoma bronkus, poliarteritis
nodosa. Adapun komplikasi asma yaitu
Pneumothorak, Pneumodiastinum dan
emfisema
subkutis,
Atelektasis,
Aspergilosis
bronkopulmoner
alergik,
Gagal napas, Bronkitis, Fraktur iga.
(Sudoyo, 2009).
Global Initiative For Asthma (GINA)
memperkirakan bahwa hampir 300 juta
orang diseluruh dunia menderita asma.
Pada sepuluh tahun terakhir, telah terjadi
peningkatan tajam insiden asma di afrika
selatan dan negara-negara di Eropa
Timur,termasuk kawasan Baltik, terutama
pada anak dan geriatri. Meskipun
demikian, data ini mungkin tidak valid,
data yang sudah di standarisasi masih
belum ditemukan di banyak negara
lainnya di Afrika, Asia dan Amerika
selatan serta beberapa data di beberapa
negara barat mungkin sudah lama. Selain
itu, juga ada data yang memberi kesan
bahwa apabila suatu negara pola
hidupnya semakin mengikut budaya barat,
maka insidensi asma akan meningkat,
data ini akan membuat para peneliti
membuat hipotesi bahwa prevalensi asma
dapat meningkat secara global dengan
penambahan 100 juta orang yang di
diagnosis asma pada tahun 2025 ( Clark,
2013).
Di seluruh dunia, terjadi 180.000
kematian akibat asma setiap tahunnya.
WHO
melaporkan
sebagian
besar
kematian akibat asma terjadi di negara
dengan pendapatan rendah dan rendahmenengah. Angka kematian asma di
seluruh dunia mengalami kenaikan sejak
tahun 1980an (Clark, 2013 ).
Menurut
data
studi
Survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2007 di berbagai propinsi di Indonesia,
asma menduduki urutan kelima dari
sepuluh penyebab kesakitan (morbiditas)
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
300
HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015
bersama-sama dengan Odem paru,
bronkopneumononia, bronkitis kronik,
emfisema, Asma. Bronkitis kronik, dan
emfisema sebagai penyebab kematian
(mortalitas) keempat di Indonesia atau
sebesar 5,6%. Lalu, dilaporkan prevalensi
asma di seluruh Indonesia sebesar 13 per
1.000 penduduk. Sedangkan Penelitian
multisenter di beberapa pusat pendidikan
di Indonesia mengenai prevalensi asma
pada anak usia 13-14 tahun menghasilkan
angka prevalensi di Palembang 7,4%; di
Jakarta 5,7%; dan di Bandung 6,7% (
Depkes RI, 2007 ).
penyakit yang disebabkan oleh
tubuh adalah Gen yang ada di tubuh kita.
Gen ini menunjukkan sifat bawaan
seseorang. Artinya, penyakit yang ada di
tubuhnya, ada dengan sendirinya karena
bawaan. Maksud dari bawaan tersebut
adalah
penyakit asma yang diderita
seseorang, ia bawa dari orangtuanya. Ini
berarti menunjukkan bahwa penyebab
penyakit
asma dari
dalam
tubuh
merupakan keturunan atau penyakit
bawaan. Memang sudah banyak kasus
terjadi dimana seorang anak lahir dengan
membawa penyakit asma dari salah satu
orangtuanya.Untuk itu, perlu bagi semua
orangtua untuk memperhatikan penyakitpenyakit apa saja yang ada pada dirinya.
Kemudian berusaha sebisa mungkin
untuk menyembuhkannya (Mario, 2015 ).
Prevalensi penyakit alergi semakin
meningkat. Manifestasi pertama dan
tersering dari Atopic march adalah DA,
yang bila tidak diatasi secara tepat akan
berlanjut menjadi rinitis alergika atau
asma sebesar 80%. Dermatitis atopik
umumnya berhubungan dengan reaksi
alergi yang diperantarai immunoglobulin E
(IgE) terutama alergi makanan, namun
masih banyak perdebatan mengenai hal
ini. Prevalensi alergi makanan pada
pasien DA berkisar antara 33%-63%
(Pediantri, 2011).
Berdasarkan data yang diperoleh
dari Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi
pada bulan Mei Tahun 2015 kasus lama
asma bronkial 95 kasus dan baru 34
kasus.
Berdasarkan dari fenomena diatas
penulis
tertarik
meneliti
tentang
“Hubungan Faktor makanan terhadap
kejadian Kambuh Ulang Asma Pada
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Penderita Asma di Wilayah Kerja
Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi
tahun 2015”.
Tujuan dari penelitian ini untuk
diketahuinya Hubungan Faktor makanan
Terhadap Kejadian Kambuh Ulang Asma
di Wilayah Kerja Puskesmas Olak
Kemang Kota Jambi tahun 2015 .
METODE PENELITIAN
Jenis
penelitian
ini
adalah
penelitian deskriptif Analitik
dengan
menggunakan metode cross sectional
untuk mengetahui
Hubungan Faktor
makanan terhadap kejadian Kambuh
Ulang Asma pada penderita asma di
Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang
Kota Jambi tahun
2015. Populasi
penelitian ini yaitu seluruh penderita asma
bronkial sebanyak 95 orang dengan teknik
pengambilan Total sampling sebanyak 95
orang. Penelitian ini dilakukan Tanggal 12
- 15 di Wilayah kerja Puskesmas Olak
kemang Kota Jambi dilaksanakan pada
bulan Agustus tahun 2015. Pengumpulan
data dengan menggunakan kuesioner.
Selanjutnya dianalisis secara univariat
dan bivariat.
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian Deskriptif analitik
dengan menggunakan rancangan
studi cross sectional. Pendekatan ini
bersifat sesaat pada waktu tertentu
dan tidak diikuti secara terus menerus
dalam kurun waktu tertentu. (
notoatmodjo, 2010)
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
301
HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Tabel 1
Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Karateristik Responden
Penderita Asma DiWilayah Kerja
Puskesma Olak Kemang Kota Jambi
Tahun 2015
Grafik 2.
Distribusi Frekuensi Responden
Penderita Asma Berdasarkan
Konsumsi Makanan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi
tahun 2015
Karateristik
responden
Laki-laki
Jumlah
90.00%
49 orang
80.00%
Perempuan
46 orang
70.00%
Umur
15- 75 tahun
60.00%
50.00%
Berdasarkan tabel diatas karateristik
Responden 95 Responden Penderita
Asma Di Wilayah Kerja Puskesmas Olak
Kemang Kota Jambi, jenis kelamin lakilaki sebanyak 49 orang dan perempuan
sebanyak 46 orang dan Umur dari Usia 15
– 75 Tahun responden yang diteliti.
Analisis Univariat
Gambaran antara faktor makanan
dengan kambuh ulang asma pada
penderita asma
Dari hasil penelitian yang dilakukan
terhadap responden 95 orang tentang
pertanyaan faktor makanan terbagi
menjadi 2 kategori, yaitu tidak beresiko
dan beresiko, untuk melihat distribusi
responden berdasarkan faktor makanan
dapat dilihat pada tabel berikut :
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
beresiko
tidak
beresiko
Berdasarkan
grafik
diatas
dari
responden
penderita
Asma
yang
mengkonsumsi susu kaleng 56 (58,9%)
responden yang beresiko susu kaleng,
yang tidak beresiko susu kaleng 39
(41,1%) responden. Responden yang
beresiko makanan laut 73 (76,8%)
responden, 22 (23,2%) responden tidak
beresiko
dengan
makanan
laut.
Responden yang beresiko minuman soda
64 (67,4%) responden, 31 (32,6%)
responden tidak beresiko oleh minuman
bersoda. Responden yang beresiko
mengkonsumsi
telor
66
(69,5%)
responden, 29 (30,5%) responden tidak
beresiko mengkonsumsi telor. Responden
yang beresiko dengan kacang-kacangan
81 (85,3%) responden, 14 (14,7%)
responden yang tidak beresiko dengan
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
302
HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015
kacang-kacangan.
Responden
yang
beresiko
dengan
makanan
kemasan(instan) 62 (65,3%) responden,
responden yang tidak beresiko kacangkacangan yaitu 33 (34,7%) responden.
Gambaran kambuh ulang asma
pada penderita asma di wilayah kerja
puskemas Olak kemang tahun 2015
Dari hasil penelitian yang
dilakukan terhadap 95 responden tentang
pertanyaan kambuh ulang terbagi menjadi
2 kategori yaitu kambuh asma dengan
tidak kambuh. Untuk melihat distribusi
responden berdasarkan pertanyaan dapat
dilihat pada tabel berikut :
Grafik .3
Distribusi frekuensi Kambuh
Ulang Asma Pada Penderita Asma di
Wilayah Kerja Puskesmas Olak
Kemang tahun 2015
100.00%
76.80%
50.00%
0.00%
23.20%
kambuh
tidak kambuh
Berdasarkan grafik diatas diketahui
dari 95 responden 73 (76,4%) responden
mengalami kambuh ulang asma bronkial
sedangkan 22 (23,2%) responden tidak
mengalami kambuh ulang asma bronkial.
Analisis Bivariat
Hubungan antara faktor makanan
terhadap kejadian kambuh ulang asma
pada penderita asma
Hasil
analisis
Hubungan
antara faktor makanan terhadap kejadian
kambuh ulang asma pada penderita asma
dapat dilihat pada tabel berikut :
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Tabel 2 Hubungan antara faktor
makanan terhadap kejadian kambuh
ulang asma pada penderita asma di
wilayah kerja puskesmas Olak Kemang
tahun 2015 (n: 95)
Faktor
makanan
Asma bronchial
Kambuh
Tidak
kambuh
Jumlah
ml
ml
ml
PValu
e
Beresiko
Tidak
beresiko
Jumlah
3
0,7
0
00,0
3
6,8
2
2
9,3
3,2
5
00
0
00
5
00
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
hasil analisis Hubungan antara faktor
makanan terhadap kejadian kambuh
ulang asma pada penderita asma
diperoleh hasil uji statistik nilai P value=
0,014, maka dapat disimpulkan bahwa
secara statistik pada p-value <0,05 ada
hubungan yang signifikan antara faktor
makanan dengan kejadian kambuh ulang
asma pada penderita asma.
Upaya untuk mencegah menyebab
kambuh ulang asma adalah memberikan
penyuluhan dan konseling kesehatan
pada penderita asma agar menghindari
faktor makanan yang menyebabkan
kambuh ulang asma dengan memberikan
brosur,
pamflet ataupun penyuluhan
terhadap faktor makanan.
Faktor lain yang menyebabkan
kambuh ulang asma Menurut Hadibroto
(2006), adalah sebagai berikut;Perubahan
cuaca dan suhu udara; Penderita asma
tidak bisa menghindari perubahan cuaca
atau suhu udara menjadi dingin secara
mendadak, termasuk ruangan ber AC
yang disetel sangat dingin; Polusi udara
polusi udara bisa berasal dari asap pabrik,
bengkel, pembakaran sisa atau sampah
industry;Asap rokok adalah alergen yang
kuat. Asap tangan kedua telah terbukti
sangat memici timbulnya gejala asma;
Infeksi saluran pernapas Kadang-kadang
infeksi bisa menjadi pemicu asma. Infeksi
sinusi adalah salah satunya; Stress dan
kecemasan dapat memicu terjadinya
serangan
asma;
Olahraga
yang
berlebihan; Penderita asma tidak harus
terhambat dalam kegiatan olehraga
selama problemnya dapat diatasi; Alergen
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
303
,014
HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015
yang dihirup sekitar 75-80% penderita
asma golongan muda adalah karena
alergi terhadap inhalan ini.
Fadhli,
Faktor makanan (Bahan makanan)
Zat yang menimbulkan reaksi
alergi dinamakan alergen, yang dapat
masuk kedalam tubuh melalui makanan
dan minuman, hirupan, suntikan, atau
tempelan. Contoh alergen yang berupa
makanan yaitu susu, telur, kacangkacangan, coklat, dan ikan laut.
Menurut asumsi peneliti, bahwa
responden yang mempunyai asma
bronkial yang beresiko terhadap faktor
makanan memiliki resiko besar terhadap
kejadian
kambuh
ulang
asma,
dibandingkan dengan responden yang
tidak beresiko terhadap faktor makanan.
Apa bila salah satu respoden beresiko
terhadap faktor makanan akan berakibat
lebih berbahaya asma yang kambuh ulang
akan semakin parah dan semakin
mengalami kambuh yang berulang.
Hadibroto, Iwan. (2006). Asma. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Aulia. (2010). Buku Pintar
Kesehatan Anak. Yogyakarta:
Pustaka Anggrek.
francis (2008). Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta:Rineka cipta
Sudoyo., (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid 1, Jakarta:Interna
publishing
Mario,
(2015). Ilmu penyakit
Jakarta : rineka cipta
dalam.
Notoatmodjo (2010). Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta : rikena cipta.
Pediantri,
(2011)
diagnosisi
dan
tatalaksana
asma
bronkial.
Yogyakarta : EGC
SIMPULAN
Sebagian
besar
responden
penderita asma bronkial yang beresiko
terhadap Faktor Makanan sebanyak 75
(78,9%) responden penderita asma
bronkial di Wilayah Kerja Puskesmas Olak
Kemang Kota Jambi tahun 2015;
Sebagian
besar
responden
yang
mengalami kambuh ulang asma sebanyak
73 (76,8%) responden penderita asma
bronkial di Wilayah Puskesmas Olak
Kemang kota Jambi tahun 2015; Adanya
hubungan yang bermakna antara Faktor
Makanan terhadap kejadian kambuh
ulang Asma padapenderita asma di
wilayah kerja puskesmas olak Kemang (pvalue=0,014).
DAFTAR PUSTAKA
Astuti.
(2010).
Gangguan
Sistem
Pernapasan. Jakarta: Nuha Medika
Clark, Margaret Varnell (2013). Asma .
Jakarta : EGC.
Depkes RI (2007). PHARMACEUTICAL
CARE UNTUK PENYAKIT ASMA
http://binfar.kemkes.go.id/v2/wpc
ontent/uploads/2014/02/PC_ASM
A.pdf diakses 23 juni 2015
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
304
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA
BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP
PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI
KOTA JAMBI TAHUN 2015
DESERIPTION MOTHER’S KNOWLEDGE AND FAMILY SUPPORT TO ACHIEVE OF EXCLUSIVE
BREASTFEEDING IN INFANTS AGED 6-12 MONTHS IN PUSKESMAS KONI IN JAMBI CITY 2015
Lismawati
STIKEs Prima Program Studi DIV Kebidanan
Korespondesi Penulis :[email protected]
ABSTRAK
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, menunjukkan pemberian ASI di
Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Persentase bayi yang menyusu eksklusif sampai dengan 6
bulan hanya 15,3%. ASI eksklusif diberikan pada bayi dari usia 0-6 bulan, namun pemberian ASI pun
tetap boleh diberikan sampai usia 1 tahun, tetapi pemberian ASI tersebut belum sepenuhnya
dilaksanakan oleh para ibu. Hal ini disebabkan kesadaran dalam mendorong peningkatan pemberian
ASI masih relatif rendah. Padahal tidak ada yang bisa menandingi kualitas ASI bahkan susu formula
sekalipun
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini
dilakukan di Puskesmas Koni Kota Jambi. Waktu penelitian telah dilakukan pada tanggal 29 Juni s/d
2 Juli tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan sebanyak 162
orang dan jumlah sampel sebanyak 32 orang. Sampel diambil secara purposive sampling.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dengan cara pengisian kuesioner. Analisis
dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan pencapaian
ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi dengan nilai p value 0,004.
Adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan pencapaian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12
bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi nilai p value 0,021.
Diharapkan petugas kesehatan khususnya bidan untuk terus melakukan promosi dan poster dalam
memberikan penyuluhan tentang pencapaian ASI eksklusif menjelaskan dengan menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti agar responden dapat memahami dengan baik dan mengajak
keluarga untuk berperan aktif dalam memberikan informasi dan membantu ibu dalam memberikan
ASI Eksklusif. Petugas kesehatan melakukan melakukan seminar serta diskusi dalam membahas
pencapaian ASI eksklusif bersama ibu yang memiliki bayi dan keluarganya.
Kata Kunci
: Pengetahuan, Dukungan Keluarga, Pemberian ASI
ABSTRACT
Based on health rescarch data base (rikesdas) in 2010, showed that breast feeding in indonesia not
good eneigh or not as expeeted the percentage of brlast feeding babies only 15,3%.exclusive
breastfeeding shruld be done for babies since 0-6 month old for minimum age but may also be given
until the babies get 1 years old or more, despite of that not all the mothers want to give brlast feeding
to their boby. This problem due to lack of awarenessabout the importance of breast, feeding, whereas
the quality of breast milk is much better than baby formula.
The method used in this reseach is analytie with cros seection approach. This research conducted in
puskesmas koni in jambi city 2015, in 29 of june thru 2 of july 2015. Population in this research are
162 people and they are all the mothers who have babies with age 6-12 month and the sample are 23
people. The sample is taking by using purposive sampling. Data obtained by filling a questionaire as a
colleet tool. The analysis of the research are using univariate and bivariate
As the result ahows there is conneetion between mother’s lenowledge to achieve of exclusive
breastfeeding in infant aged 0-6 months with p-value 0,004.and there is also the connection between
family support to achieve of exclusive breastfeeding in infants aged 0-6 month in puskesmas koni of
jambi city 2015
Therefore we suqqest to all health workers specially midwifes to provide information and coinseling
about the inportance of breast feeding for their babies by using understandable languange and also
help and motvated them to do it. Moreover,it might help to by making seminars or discussions in small
group of family who have children uder 1 years old
Keywords
: Knowledge, family role, to achieve of exclusive breastfeeding in infants aged 6-12
months
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
305
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA
BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015
PENDAHULUAN
Air Susu Ibu (ASI) merupakan jenis
makanan awal terbaik bagi bayi. Jika ibu
memutuskan memberikan ASI pada bayi
sungguh hal tersebut sangat tepat, karena
ternyata seluruh fungsi zat gizi yang
dibutuhkan bayi sudah terdapat pada ASI.
Segala zat gizi terkandung dalam
komposisi yang tepat. Selain itu,
kualitasnya pun tidak tertandingi oleh susu
formula
mana
pun
(Eveline
dan
Djamaludin, 2010).
Pada puncak peringatan pekan ASI
sedunia, bahwa kesadaran masyarakat
memberikan
ASI
kepada
bayinya
menunjukkan grafik yang meningkat.
Sepanjang tahun 2004-2008 cakupan
pemberian ASI eksklusif meningkat dari
59.9% menjadi 62.2%. namun setelah itu
grafik tidak mengalami peningkatan
bahkan cenderung mengalami penurunan
(Maryunani, 2012)
Pemberian ASI sejak lahir akan
menjamin seorang bayi berkembang
menjadi anak yang cerdas, karena
kandungan asam lemak omega 3 dan
omega 6 yang terkandung di dalam ASI
sangat berperan dalam penyusunan sel-sel
otak. Namun pada kenyataannya rasio
jumlah ibu yang tidak dapat menyusui
bayinya dibandingkan dengan yang dapat
menyusui sangat kecil, artinya hampir
semua ibu dapat menyusui bayinya
dengan baik. Walaupun begitu dukungan
dari seluruh anggota keluarga sangat
diperlukan agar ibu dapat menyusui
bayinya secara penuh (Khomson, 2008).
Kendala yang sering menjadi
alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif,
yaitu produksi ASI kurang, ibu kurang
memahami tata laksana laktasi yang
benar, ibu ingin menyusui kembali setelah
bayi diberi formula (relaktasi), bayi terlanjur
mendapatkan
prelakteal
feeding
(pemberian air gula/dekstrosa, susu
formula pada hari-hari pertama kelahiran),
kelainan ibu: puting ibu lecet, puting ibu
luka, payudara bengkak, engorgement,
mastitis dan abses, ibu hamil lagi padahal
masih menyusui, dan ibu bekerja (Partiwi,
2009).
Oleh sebab itu, ibu sangat
dianjurkan untuk memberikan ASI kepada
bayi secara eksklusif selama 6 bulan
pertama. ASI terbukti memiliki bakteri yang
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
menguntungkan
dan
zat-zat
yang
dibutuhkan oleh bayi untuk membentuk
mikroflora usus yang penting untuk sistem
daya tahan tubuh bayi. Bayi yang disusui
eksklusif selama 6 bulan memiliki daya
perlindungan yang lebih tinggi terhadap
penyakit infeksi dibandingan bayi dengan
ASI eksklusif selama 6 bulan (Mulyani,
2013).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
yang
bersifat
analitik
dengan
menggunakan pendekatan cross sectional
yang
bertujuan
untuk
mengetahui
hubungan pengetahuan ibu dan dukungan
keluarga
terhadap
pencapaian
ASI
eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di
Puskesmas Koni Kota Jambi tahun 2015.
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Koni
Kota Jambi. Waktu penelitian telah
dilakukan pada tanggal 29 Juni s/d 2 Juli
tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini
sebanyak 162 orang dan jumlah sampel
sebanyak 32 orang. Sampel diambil secara
purposive sampling yaitu pengambilan
sampel berdasarkan pertimbangan peneliti
saat melakukan penelitian. Kriteria sampel
dalam penelitian ini adalah ibu memiliki
bayi usia 6-12 bulan yang berkunjung ke
Puskesmas Koni Kota Jambi pada saat
penelitian, bisa membaca dan menulis
serta dapat diajak berkomunikasi dan
kooperatif. Pengumpulan data dilakukan
menggunakan kuesioner dengan cara
pengisian
kuesioner.
Analisis
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis univariat dan bivariat yaitu
menyederhanakan data dalam bentuk
frekuensi tabel ataupun diagram dan
menghubungkan
antara
variabel
independen dan variabel dependen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengetahuan responden tentang
pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 612 bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi
ada 3 kategori yaitu pengetahuan baik,
cukup dan kurang baik. Kategori
pengetahuan baik diperoleh jika cut of
point ≥ 76% total skor atau responden
dapat menjawab pertanyaan tentang
pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 612 bulan dengan benar sebanyak 8-10
pertanyaan, dikategorikan pengetahuan
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
306
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA
BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015
cukup bila cut of point 56-75% total skor
atau menjawab pertanyaan tentang
pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 612 bulan dengan benar 6-7 pertanyaan
dan dikategorikan pengetahuan kurang
baik bila cut of point < 56% total skor atau
menjawab pertanyaan tentang pencapaian
ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan
dengan benar < 6 pertanyaan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut
:
Diagram 1. Distribusi Responden
Berdasarkan Pengetahuan Ibu Tentang
Pencapaian ASI Eksklusif Pada Bayi
Usia 6-12 Bulan di Puskesmas Koni
Kota Jambi Tahun 2015
Sumber : Data primer terolah tahun
2015
Hasil analisis menunjukkan bahwa
dari 32 responden yang telah diteliti
mengenai pencapaian ASI eksklusif pada
bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Koni
Kota Jambi, terdapat sebanyak 7
responden (21,9%) memiliki pengetahuan
baik, sebanyak 15 responden (46,9%)
memiliki pengetahuan cukup dan sebanyak
10
responden
(31,3%)
memiliki
pengetahuan
kurang
baik
tentang
pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 612 bulan.
Hal
ini
berarti
rendahnya
pengetahuan responden dikarenakan oleh
kurangnya
sumber
informasi
dan
pengalaman diri sendiri dan orang lain.
Responden pada umumnya belum tahu
dan belum memahami dengan baik
tentang pencapaian ASI Eksklusif. Hal ini
dikarenakan oleh kurangnya informasi
yang diperoleh tentang pencapaian ASI
Eksklusif dikarenakan kurangnya petugas
kesehatan yang memberikan penyuluhan
ataupun kesadaran dan minat yang masih
rendah untuk mencari tambahan informasi
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
dalam
rangka
meningkatkan
pengetahuannya.
Penelitian yang dilakukan sejalan
dengan penelitian Sartika (2012) mengenai
hubungan pengetahuan dan motivasi ibu
tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi
usia 0-6 bulan di Puskesmas Rumbai
Bukit,
menunjukkan bahwa
adanya
hubungan antara pengetahuan ibu dengan
pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 06 bulan dengan p-value 0.014.
Upaya-upaya yang perlu dilakukan
untuk
meningkatkan
pengetahuan
responden tentang pencapaian ASI
Eksklusif adalah dilakukannya pendidikan
kesehatan mengenai pencapaian ASI
Eksklusif,
menjelaskan
dengan
menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti
agar
responden
dapat
memahami dengan baik dan juga dengan
cara memberikan leaflet, brosur, dan
kegiatan
promotif
lainnya
seperti
melakukan diskusi bersama responden.
Selain itu diharapkan responden
untuk aktif mencari informasi tentang
pencapaian ASI Eksklusif agar menambah
pengetahuan responden yang kurang baik.
Jika hanya pasif saja, maka akan
berdampak kurang baik pada tingkat
pengetahuan mereka. Bagi responden
yang telah mempunyai pengetahuan yang
baik, harus selalu dipertahankan dan
diingat informasi yang telah diberikan
Sebelumnya,
agar
responden
memahami
dengan
baik
tentang
permasalahan pencapaian ASI Eksklusif.
Hasil
penelitian
berdasarkan
dukungan keluarga terhadap pencapaian
ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di
Puskesmas Koni Kota Jambi ada 2
kategori yaitu dukungan keluarga baik dan
kurang baik. Kategori dukungan keluarga
baik diperoleh bila cut of point ≥ mean dan
dikategorikan dukungan keluarga kurang
baik bila cut of point < mean. Hasil nilai
mean adalah 7,09. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada diagram berikut:
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
307
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA
BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015
Diagram .2 Distribusi Responden
Berdasarkan
Dukungan
Keluarga
Terhadap Pencapaian ASI Eksklusif
Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di
Puskesmas Koni Kota Jambi Tahun
2015
40.6
%
Hal ini dikarenakan keluarga
belum memahami dengan baik tentang
pencapaian ASI Eksklusif dan belum
pernah diberikan penyuluhan kesehatan
oleh
petugas
kesehatan
mengenai
pencapaian ASI Eksklusif. Padahal dengan
adanya
dukungan
keluarga,
maka
responden dapat rutin memberikan ASI
secara eksklusif. Jika hanya sasaran pada
responden saja yang selalu diberi
informasi, sementara keluarga kurang
pembinaan dan pendekatan, keluarga
kadang
kurang
mendukung
dalam
memberikan ASI eksklusif karena faktor
ketidaktahuan dan tidak ada komunikasi
untuk saling memberikan pengetahuan..
Upaya-upaya yang
perlu dilakukan untuk meningkatkan
dukungan keluarga mengenai pencapaian
ASI Eksklusif yaitu dengan diberikan
pendidikan kesehatan berkaitan dengan
motivasi dari intrinsik dan ekstrinsik dalam
pencapaian ASI Eksklusif dengan cara
memberikan
pengetahuan
dan
menanamkan nilai-nilai serta persepsi
positif. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan leaflet dan informasi seperti
spanduk
dalam upaya memberikan
pengetahuan secara luas agar terbentuk
sikap yang positif dan memotivasi keluarga
untuk
membantu
responden
dalam
pencapaian ASI Eksklusif.
Hasil analisis hubungan dukungan
keluarga dengan pencapaian ASI Eksklusif
pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas
Koni Kota Jambi tahun 2015 dapat dilihat
pada tabel berikut :
59.4
%
Kurang Baik
Baik
Sumber : Data primer terolah tahun
2015
Hasil analisis, dari 32 responden
yang telah diteliti mengenai dukungan
keluarga
terhadap
pencapaian
ASI
eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di
Puskesmas Koni Kota Jambi, yaitu
sebanyak 13 responden (40,6%) memiliki
dukungan keluarga baik dan sebanyak 19
responden (59,4%) memiliki dukungan
keluarga kurang baik.
Penelitian yang telah dilakukan
sejalan dengan penelitian Indira (2010)
mengenai hubungan pengetahuan ibu dan
peran keluarga terhadap pemberian ASI
Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Mergangsan Kota Jawa Barat tahun 2010,
menunjukkan bahwa adanya hubungan
antara
dukungan
keluarga
dengan
pemberian ASI Eksklusif dengan p-value
0.009.
Tabel .1 Analisa Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pencapaian ASI
Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi Tahun 2015
Dukunga
n Keluarga
ASI Eksklusif
Tidak
Terca
Tercapai
pai
Total
Pvalue
%
Kurang
Baik
6
4,2
5,8
9
00
6
Baik
8,5
1,5
0,0
21
3
00
Total
1
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
5,6
1
4,4
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
2
00
308
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA
BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015
Dari hasil uji statistik chi-square
diperoleh nilai p value 0,021 (p<0,05)
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan pencapaian ASI Eksklusif pada
bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Koni
Kota Jambi.
Khomson, Ali, 2008. 50 Menu Sehat Untuk
Tumbuh Kembang Anak Usia 6-24
Bulan. Penerbit Agro Media.
Jakarta.
Maryunani, Anik, 2012. Ilmu Kesehatan
Anak Dalam Kebidanan. Penerbit
Trans Info Media. Jakarta.
Maryunani, Anik, 2012. Inisiasi Menyusu
Dini, ASI Ekslusif dan Manajemen
Laktasi. Penerbit CV. Trans Info
Media. Jakarta.
Mulyani, Nina Siti, 2013. ASI dan
Pedoman Ibu Menyusui. Penerbit Nuha
Medika. Yogyakarta.
SIMPULAN
Dari
32
responden Sebagian
besar pengetahuan responden terdapat
pengetahuan
baik
7 ( 21, 9% )
mempunyai pengetahuan cukup 15 (46,
9% ) mempunyai pengetahuan
kurang
baik 10 ( 31, 3) tentang pencapaian ASI
Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan; dari
32 responden sebagian besar dukungan
keluarga baik 13(40,6%), dukungan
keluarga kurang 19(59,4%) tentang
pencapaian ASI Ekslusif pada bayi usia 612 bulan; Adanya hubungan antara
pengetahuan dan dukungan keluarga ibu
dengan pencapaian ASI Eksklusif Pada
bayi 6-12 bulan;
Partiwi, Ayu Nyoman & Jeanne Purnawati,
2009. Kendala Pemberian ASI
eksklusif.
Dalam
http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?
q=201057102916 (diakses tanggal
07 Februari 2015)
Sutomo & Anggraini, D, 2010. Makanan
Sehat Pendamping ASI. Penerbit
Demedia Pustaka. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Eveline & Djamaludin, 2010. Panduan
Pintar Merawat Bayi dan Balita.
Penerbit Wahyu Media. Jakarta.
Widjaja,
2010.
Gizi
tepat
Untuk
Perkembangan
Otak
dan
Kesehatan Balita. Penerbit Kawan
Pustaka. Jakarta.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
309
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN
MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI
RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015
Nia Nurzia
STIKes Prima Jambi Program Studi D III Kebidanan
Korespondensi penulis : [email protected]
ABSTRAK
Menurut Survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) Survey yang dilakukan pada
tahun 2007, angka kematian ibu AKI di Indonesia sebesar 228/100.000 kelahiran hidup,
Angka kematian ibu di provinsi Lampung pada tahun 2006 tercatat 134 kasus per 100.000
kelahiran hidup dengan komplikasi obstetric, sedangkan di kota Metro tercatat 38 orang per
2.768 kelahiran hidup, dimana penyebab kematian tersebut adalah perdarahan antepartum
yaitu plasenta previa.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan retrospektif untuk
mengetahui hubungan usia dan paritas ibu dengan kejadian plasenta previa diruang
kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2015. Desain penelitian case control.
Populasinya adalah seluruh ibu hamil yang mengalami plasenta previa, Sampel dalam
penelitian ini adalah total sampling. dengan perbandingan 1:1 Penelitian ini menggunakan
analisa data secara univariat dan bivariat.
Hasil penelitian didapat usia beresiko (69,7%) dan yang tidak beresiko (30,3%).
Sedangkan pada paritas yang beresiko (73,7%). dan paritas tidak beresiko (26,3%).
Berdasarkan hasil analisis dengan uji chi-square usia memiliki hubungan terhadap kejadian
plasenta previa dengan p-value 0,000 dengan memilki nilai (OR) 11,167 ibu yang
mempunyai usia beresiko memilki peluang yang bermakna yaitu 11,167 kali untuk
mengalami Plasenta Previa dan ada hubungan paritas dengan kejadian plasenta previa
dengan p-value 0,000 dengan nilai (OR) 4,800 ibu yang mempunyai paritas beresiko
memiliki peluang yang bermakna yaitu 4,800 Kali untuk mengalami plasenta previa.
Perlu adanya peningkatan kesehatan khususnya dalam pemberian pelayanan di RSUD
Raden Mattaher Jambi dalam penanganan kejadian plasenta previa dengan optimal serta
dapat mendeteksi faktor resiko dan pencegahan terhadap kejadian plasenta previa.
Kata kunci
: Plasenta Previa, Usia, Paritas.
ABSTRACT
According to Survey Demografi and kesehatan Indonesia (SDKI) based on a Survey
condocted in 2007, mothers mortality rate in indonsia amounted to 228/100.000 life births.
Mothers mortality rate in lampung in 2006 was note up to 134 cases per 100.000 lif births
with obstetric complications, whereas in Metro City there were 38 people of 2.768 life births,
wich causes by antepartum haemorrhage, that is Plasnta Prvia.
This mthod of this research is analitycal rescarch with retrospective approach to find
out the relation of monther’s age and parity with plasenta previa case in obstetrics ward of
RSUD Raden Mattaher in Jambi 2015. Design of this research is case control. Population of
this rearch are the entire of pregnant who got Plasenta Previa, and sampling was dohe by
total sampling, with ratio 1:1 data were analyzed using univariate and bivariate.
From the result of this research w got risky age (69,7%) and age were not at risk
(30,3%). Whereas risky parity (73,7%) and parity werenot at risk (26,3%). Based on result of
Chi-square test, age has a connection between parity and Plasenta Previa cas with P-valu
0,000 with OR value were obcaind at 4,800, which means mothers with risky parity 4,800
time likely to get Plasenta Previa.
RSUD Raden Mattaher Jambi has to improve their ability in handling Plasenta Previa
case optimally, and also to detecting risk factors and prevention of Plasenta Previa case.
Keywords : Plasenta Previa (Age and Parity).
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
310
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN
MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015
PENDAHULUAN
Menurut Survey Demografi dan
kesehatan Indonesia (SDKI) Survey yang
dilakukan pada tahun 2007, angka
kematian ibu AKI di Indonesia sebesar
228/100.000 kelahiran hidup, meskipun
demikian angka tersebut masih terhitung
tertinggi
di
Negara
bagian
asia.
Sementara target yang telah diteteapkan
oleh rencana pembangunan jangka
menengah
nasional
(RPJMN)
ada
sebesar 226/100.000 kelahiran hidup
(Diakses selasa 07 April 2015. Safitri,
2013).
Berdasarkan data yang didapatkan
dari Dinas Kesehatan Provinsi jambi
Tahun 2014, AKI di provinsi jambi pada
tahun 2010 adalah 228/100.000 KH.
Dimana penyebab terbesar AKI di provinsi
jambi pada tahun 2013 adalah 40%
disebabkan oleh perdarahan. Sedangkan
pada tahun 2014 penyebab kematian ibu
di provinsi jambi adalah 34% disebabkan
perdarahan.
Penyebab langsung kematian ibu
terkait kehamilan dan persalinan terutama
adalah perdarahan. Pada sebuah laporan
oleh chikaki, dkk disebutkan perdarahan
obstetric yang sampai menyebabkan
kematian maternal terdiri atas solusio
plasenta 19%, koagulopati 14%, robekan
jalan lahir termasuk rupture uteri 16%,
plasenta previa 7% dan plasenta akreta
atau inkreta dan perkreta 6% dan atonia
uteri (Prawirohardjo, 2008). Perdarahan
antepartum
yang
bersumber
pada
kelainan plasenta dan tidak terlampau
sulit
untuk
menentukannya
adalah
plasenta
previa.
Plasenta
previa
ditemukan kira-kira dengan frekuensi 0,3
– 0,6% dari seluruh persalinan.
Kejadian
plasenta
previa
meningkat dikarenakan kehamilan dengan
umur dan paritas ibu yang berisiko. Umur
yang aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-35 tahun jika dilihat
dari paritasnya, yang paling aman untuk
kehamilan dan paritas 2-3, sedangakan
paritas 1 atau paritas lebih dari 3
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
mempunyai angka kematian ibu yang
lebih tinggi. Karena hal ini pada usia yang
kurang dari 20 tahun rahim belum
sempurna
terutama
pada
lapisan
endometriumnya, dan pada usia diatas 35
tahun keadaan rahim (endometrium)
sudah mulai kurang subur. Dan pada
paritas 1 ibu biasanya masih takut dan
cemas dalam menghadapi kehamilan dan
persalinan, sedangkan pada paritas tinggi
akan membuat uterus menjadi teggang,
sehingga dapat menyebabkan kelainan
letak janin dan plasenta previa yang
akhirnya akan berpengaruh bentuk, pada
proses persalinan (Prawirohardjo, 2008).
Rumah Sakit Raden Mattaher
(RSUD) merupakan Rumah sakit Rujukan
di provinsi jambi, dan dari hasil Survey
awal yang peneliti lakukan pada tahun
2013 angka kejadian plasenta previa di
ruang kebidanan sebanyak 71 orang,
sedangkan pada tahun 2014 kejadian
plasenta previa mengalami peningkatan
menjadi 76 orang dalam setahun.
Penelitian ini betujuan untuk
mengetahui hubungan usia dan paritas
ibu dengan kejadian plasenta previa di
ruang kebidanan RSUD Raden Mattaher
Provinsi Jambi tahun 2015.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
analitik mengunakan desain case control
dengan
pendekatan
retrospektif.
Penelitian ini dilakukan di Ruang
Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi
tahun 2014. Penelitian ini telah dilakukan
pada tanggal 13 juli – 03 agustus 2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu yang mengalami plasenta
previa yang berjumlah 76 ibu. Sedangkan
sampel penelitian ini diambil dengan
metode
total
sampling
dengan
perbandingan 1 : 1 yaitu 76 ibu (yang
mengalami plasenta previa) dan 76 ibu
(yang tidak mengalami plasenta previa.
Penelitian ini menggunakan analisa data
secara univariat dan bivariat (Arikunto,
2010).
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
311
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN
MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Distribusi responden Berdasarkan Usia Ibu dengan Kejadian Plasenta
Previa Dan tidak Plasenta Previa Diruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi
Tahun 2015
Usia
Kejadian plasenta previa
Kasus
Plasenta
Previa
%
Berisiko <20 dan >35
69,7
tahun
3
Tidak Berisiko 20-30
30,3
tahun
3
Jumlah
100
6
Kontrol
Tidak Plasenta Previa
N
13
%
17,1
n
66
3,4
63
82,9
86
6,6
76
100
152
00
Berdasarkan
tabel
1
dalam
kelompok kasus menunjukan bahwa dari
76 ibu terdapat 53 ibu (69,7%) dengan usia
beresiko <20 tahun dan >35 tahun dan 23
ibu (30,3%) dengan usia tidak beresiko 20
tahun – 35 tahun yang mengalami plasenta
previa. Sedangkan pada kelompok kontrol
menunjukan bahwa dari 76 ibu terdapat 13
ibu (17,1%) dengan usia beresiko dan 63
ibu (82,9%) dengan usia tidak beresiko
yang tidak mengalami plasenta previa. Dari
jumlah keseluruhan kelompok kasus dan
kelompok kontrol menunjukan bahwa dari
152 ibu yang mengalami plasenta previa
dan tidak mengalami plasenta previa di
ruang kebidanan RSUD Raden Mattaher
Jambi terdapat 66 ibu (43,4%) dengan usia
beresiko dan 84 ibu (56,6%) dengan usia
tidak beresiko. Hasil penelitian diatas
sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dian Rosiana Aryanti di
RSUD Sragen Tahun 2008 Menunjukkan
bahwa dari sampel yang diteliti usia ibu
hamil > 35 tahun lebih banyak mengalami
plasenta previa dibandingkan usia ibu
hamil 20-35 tahun. Dari 22 kasus plasenta
previa terjadi 15 kasus (68,2%) terjadi
pada ibu hamil dengan usia < 35 tahun dan
7 Kasus (31,8%) terjadi pada usia ibu
hamil 20-35 tahun.
Bahwa usia yang aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30
tahun karena kematian ibu pada usia
kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Total
tahun. Hal ini dikarenakan pada wanita
usia kurang dari 20 tahun seringkali secara
emosional dan fisik belum matang.
Pendidikan pada umumnya rendah masih
tergantung pada orang lain dan otot
reproduksi belum matur sehingga tidak
memiliki system transfer plasenta seefisien
wanita dewasa. Sedangkan pada wanita
yang usia lebih dari 35 tahun meskipun
mereka lebih berpengalaman tetapi kondisi
badannnya serta kesehatannya sudah
mulai
menurun
sehingga
dapat
mempengaruhi
janin
intra
uteri
(Prawirohardjo, 2006).
Begitu juga menurut statistik bahwa
usia yang paling menguntungkan bagi
wanita untuk hamil adalah antar dua puluh
lima tahun, karena masalah yang muncul
lebih sedikit dibanding jika wanita hamil di
usia belasan lebih dari tiga puluh lima atau
empat puluh. Hal ini dikarenakan jika hamil
pada usia belasan tahun remaja masih
dalam masa pertumbuhan dan mempunyai
kebutuhan yang lebih besar untuk
sebagian nutrisi. Sehingga perlu makan
dengan baik sewaktu hamil untuk
mempertahankan pertumbuhan diri dan
makanan untuk janin.
Sedangkan wanita yang hamil
diatas usia tiga puluh lima tahun
menghadapi resiko yang lebih besar untuk
mengalami masalah medis seperti tekanan
darah
tinggi,
diabetes
gestasional,
masalah pada pertumbuhan janin atau
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
312
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN
MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015
kelainan keturunan, masalah plasenta dan
komplikasi persalinan. Hal ini di karenakan
makin lama hidup seorang wanita, makin
besar kemungkinan ia terpajan praktikpraktik kesehatan yang kurang baik. Selain
itu gaya hidup atau pekerjaan yang
menimbulkan stress yang umumnya
dialami pada wanita usia beresiko,
sehingga dapat meningkatkan komplikasi
kehamilan
Tabel 2 Distribusi responden Berdasarkan Usia Ibu dengan Kejadian Plasenta
Previa Dan tidak Plasenta Previa Diruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi
Tahun 2015
Paritas
Kejadian plasenta previa
Kasus
Plasenta Previa
n
Beresiko 1 dan 56
>3
Tidak beresiko 2 20
dan 3
Jumlah
76
Berdasarkan
%
Kontrol
Tidak
Plasenta
Previa
N
%
n
%
73,7
28
36,6
84
55,3
26,3
48
63,2
68
44,7
100
76
100
152
100
tabel 2 dalam
kelompok kasus menunjukan bahwa dari
76 ibu terdapat 56 ibu (73,7%) dengan
paritas beresiko 1 atau >3 dan 20 ibu
(26,3%) dengan paritas tidak beresiko 2
dan 3 yang mengalami plasenta previa.
Sedangkan
pada
kelompok
kontrol
menunjukan bahwa dari 76 ibu terdapat 28
ibu (36,6%) dengan paritas beresiko dan
48 ibu (63,2%) dengan paritas tidak
beresiko yang tidak mengalami plasenta
previa. Dari jumlah keseluruhan kelompok
kasus dan kelompok kontrol menunjukan
bahwa dari 152 ibu yang mengalami
plasenta previa dan tidak mengalami
plasenta previa di ruang kebidanan RSUD
Raden Mattaher Jambi terdapat 84 ibu
(55,3%) dengan paritas beresiko dan 68
ibu (44,7%) dengan paritas tidak beresiko.
Hasil penelitian diatas sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Amirah Umar Abdat di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta 2010. Menunjukkan
bahwa dari sampel yang diteliti paritas ibu
pada kejadian plasenta previa dengan
primipara 30% sedangkan pada multipara
70%. Dalam penilitian ini didapatkan hasil
bahwa multipara memiliki resiko 2,53 kali
lebih besar untuk mengalami plasenta
previa daripada wanita primipara.
Masih tingginya kejadian plasenta
previa pada paritas yang tidak beresiko hal
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Total
ini menunjukkan bahwa tidak hanya paritas
yang dapat menyebabkan plasenta previa
tetapi ada beberapa faktor lain seperti
grande multipara, primigravida tua, bekas
seksio sesarea, bekas aborsi, kelainan
janin, mioma uteri (Nugroho, 2011).
Paritas adalah jumlah kehamilan
oleh seorang wanita. Baik yang berakhir
dengan kelahiran hidup ataupun lahir mati.
Banyak
anak
akan
mempengaruhi
kesehatan ibu dan anak dalam kandungan,
karena paritas yang tinggi merupakan
salah satu faktor resiko pada ibu hamil.
Dengan
meningkatnya
paritas
ibu
sehingga ibu dapat mengalami komplikasi
dalam kehamilannya. Anak-anak yang
dilahirkan oleh ibu yang pernah tiga kali
hamil atau lebih cenderung meninggal
dibawah usia 5 tahun, dan mendapatkan
kasus lahir mati serta memperoleh anak
dengan cacat bawaan dengan usia
harapan hisupnya lebih pendek yang
merupakan resiko lainnya dari ibu dengan
paritas lebih besar. Hal ini dapat
menjelaskan bahwa setiap kehamilan akan
menyebabkan kelainan-kelainan pada
uterus, dalam hal ini kehamilan yang
berulang-ulang menyebabkan rahim ibu
tidak lagi sehat untuk kehamilan berikutnya
dan pada waktu melahirkan tidak dapat
dihindari adanya kerusakan pada daerah
uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
313
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN
MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015
di janin dimana jumlah nutrisi akan
menyebabkan plasenta previa maupun
berkurang dibandingkan pada kehamilan
kematian bayi (Tahruddin, 2012).
sebelumnya.
Keadaan
ini
dapat
Tabel 3 Hubungan Usia Ibu Dengan Plasenta Previa Dan Tidak Plasenta previa
Di Ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2015
Usia
Kejadian plasenta previa
OR
(95% CI)
P-value
(5,16024,167)
0,000
Total
Plasenta
Previa Iya
Berisiko <20
dan
>35
tahun
Tidak
Berisiko 2030 tahun
Jumlah
3
9,7
Tidak Plasenta
Previa Tidak
%
6
3
%
4
7,1
6
3,4
11,167
3
8
5
3
0,3
3
2,9
6
6,6
6
00
6
00
52
00
Berdasarkan tabel 3 dan hasil
analisis dengan uji chi-square diperoleh pvalue 0,000 < (0,05), artinya ada hubungan
yang signifikan antara usia ibu dengan
kejadian plasenta previa. Dari analisis juga
diketahui Odds Ratio (OR) 11,167 artinya
ibu yang mempunyai usia berisiko (<20
dan >35 tahun) mempunyai peluang yang
bermakna yaitu 11,167 kali untuk
mengalami plasenta previa dibandingkan
dengan usia tidak berisiko (20-35 tahun).
Hasil penelitian diatas sesuai
dengan hasil peniltian yang dilakukan oleh
Hesti Febrianti (2010) dengan judul
hubungan usia dan paritas ibu dengan
kejadian plasenta previa pada ibu hamil di
ruang kebidanan Rumah Sakit Umum
Provinsi Sulawesi Tenggara. Dari 74 ibu
yang mengalami plasenta previa hasil uji
analisis chi-square didapatkan hasil 0,000
jadi < 0,05 kesimpulan dari penelitian ini
bahwa terdapat hubungan yang sangat
signifikan antara usia ibu dengan kejadian
plasenta previa di Rumah Sakit Umum
Provinsi Sulwesi Tenggara.
Hal ini menunjukkan bahwa usia
mempunyai hubungan yang erat terhadap
kejadia plasenta previa dengan Odds Ratio
(OR) 11,167. Usia merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi terjadinya
plasenta previa. Hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Manuaba (2008)
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya plasenta previa. Tidak hanya
usia ibu saja yang dapat menyebabkan
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
terjadinya plasenta previa tetapi juga dapat
disebabkan oleh faktor lain. Faktor-faktor
penyebab plasenta previa lain seperti
grande multipara, primigravida tua, bekas
seksio sesarea, bekas aborsi, kelainan
janin, mioma uteri (Nugroho, 2011).
Usia kurang dari 20 atau lebih dari
35 tahun, rentan terjadinya berbagai
penyakit. Hal ini disebebkan terjadinya
perubahan
pada
jaringan
alat-alat
kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi.
Selain itu, hal ini juga diakibatkan karena
tekanan darah yang meningkat seiring
dengan pertambahan usia (Hafy, 2011).
Dalam kurun waktu reproduksi
sehat dikenal bahwa umur aman untuk
kehamilan dan persalinan dalah 20-35
tahun. Wanita pada umur kurang dari 20
tahun mempunyai resiko yang lebih tinggi
untuk mengalami plasenta previa karena
endometrium masih belum matang, dan
kejadian plasenta previa juga sering
terhadi pada ibu yang berumur diatas 35
tahun karena tumbuh endomterium yang
kurang subur (Fauziah, 2012).
Pada penelitian ini, usia ibu
berpengaruh terhadap terjadinya plasenta
previa. Untuk itu sebaiknya ibu tidak hamil
pada usia terlalu muda dan terlalu tua dan
calon ibu sebaiknya perlu diberikan
informasi tentang faktor-faktor resiko yang
mempengaruhi
kehamilan
dan
meningkatkan pemeriksaan antenatal care.
Karena kesiapan seorang wanita untuk
hamil atau mempunyai anak ditentukan
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
314
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN
MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015
oleh kesiapan dalam 3 hal yaitu kesiapan
fisik, kesiapan psikologi, sosial dan
ekonomi.
Tabel 4 Hubungan Paritas Ibu Dengan Plasenta Previa Dan Tidak Plasenta previa Di
Ruang Kebidanan RSUD RadenMattaher Jambi Tahun 2015
OR
Paritas
Kejadian plasenta previa
Plasenta
Previa Iya
Berisiko 1
dan >3
Tidak
Berisiko 2
dan 3
Jumlah
%
73,7
Tidak
Plasenta
Previa
tidak
N
%
28 36,6
N
84
Total
%
55,3
6
4,800
26,3
48
63,2
68
44,7
100
76
100
76
100
(95
%
CI)
(2,4049,582)
P-value
0,000
0
6
Berdasarkan tabel 4 dan hasil analisis
dengan uji chi-square diperoleh p-value
0,000 < (0,05), artinya ada hubungan yang
signifikan antara paritas ibu dengan
kejadian plasenta previa. Dari analisis juga
diketahui Odds Ratio (OR) 4,800 artinya
ibu yang mempunyai paritas berisiko (1
atau >3) mempunyai peluang yang
bermakna
yaitu
4,800
kali
untuk
mengalami plasenta previa dibandingkan
dengan paritas tidak berisiko (2 dan 3).
Begitu juga Hasil penelitian diatas
sesuai dengan hasil peniltian yang
dilakukan oleh Rina Zikana (2009) dengan
judul hubungan usia dan paritas ibu
dengan kejadian plasenta previa pada ibu
hamil di ruang kebidanan Rumah Sakit
Umum Daerah Genleng Banyuwangi. Dari
53 ibu yang mengalami plasenta previa
hasil uji analisis chi-square didapatkan
hasil 0,000 jadi < 0,05 kesimpulan dari
penelitian ini bahwa terdapat hubungan
yang sangat signifikan antara Paritas ibu
dengan kejadian plasenta previa di Rumah
Sakit
Umum
Daerah
Genleng
Banyuwangi.
Hal ini menunjukkan bahwa Paritas
mempunyai hubungan yang erat terhadap
kejadia plasenta previa dengan Odds Ratio
(OR) 4,800. Paritas merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi terjadinya
plasenta previa. Hal ini sesuai dengan teori
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
yang dikemukakan oleh Manuaba (2008)
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya plasenta previa. Tidak hanya
Paritas ibu saja yang dapat menyebabkan
terjadinya plasenta previa tetapi juga dapat
disebabkan oleh faktor lain. Faktor-faktor
penyebab plasenta previa lain seperti
grande multipara, primigravida tua, bekas
seksio sesarea, bekas aborsi, kelainan
janin, mioma uteri (Nugroho, 2011).
Plasenta previa seringa terjadi
pada paritas tinggi daipada paritas rendah.
Plasenta previa terjadi 1,3 kali lebih sering
pada ibu yang sudah beberapa kali
melahirkan dari pada ibu yang baru sekali
melahirkan
(Primipara).
Paritas
1-3
merupakan merupakan paritas paling
aman bila ditinjau dari sudut kematian ibu.
Paritas lebih dari 3 dapat menyebabkan
angka kematian ibu lebih tinggi (Fauziah,
2012).
Menurut Tiran (2006) dalam kamus
saku bidan paritas atau para adalah istilah
yang digunakan untuk meyatakan wanita
yang sudah melahirkan satu anak atau
lebih. Paritas 2-3 merupakan paritas yang
paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas 1 dan > 3 mempunyai
angka kematian maternal yang lebih tinggi.
Resiko pada paritas 1 dapat ditangani
dengan asuhan obstetric yang lebih baik,
sedangkan resiko pada paritas > 3 dapat
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
315
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN
MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015
dikurangi atau dicegah dengan program
keluarga berencana. Sebagian kehamilan
pada
paritas
tinggi
adalah
tidak
direncanakan.
Untuk itu perlu adanya himbauan
atau penyuluhan kesehatan kepada ibu
hamil tentang pentingnya meningkatkan
pemanfaatan pelayanan antenatal care
pada saat masa kehamilan serta mengikuti
program keluarga berencana agar jumlah
kelahiran anak dapat dibatasi mengingat
kelahiran dengan paritas tinggi memiliki
resiko
yang
tinggi
pula
terhadap
keselamatan
ibu
dan
janin
yang
dikandungnya. Selain itu, metode KB juga
berfungsi agar jumlah paritas atau
kehamilan dapat dikendalikan sehingga ibu
hamil tidak pada paritas yang beresiko.
SIMPULAN
Dari 152 responden pada kasus
yang mengalami plasenta previa memiliki
usia beresiko 53 ibu (69,7%) dan pada
kontrol yang tidak mengalami plasenta
previa memiliki usia beresiko 13 ibu
(17,1%); Dari 152 responden pada kasus
yang mengalami plasenta previa memiliki
paritas beresiko 56 ibu (73,7%) dan pada
kontrol yang tidak mengalami plasenta
previa memiliki paritas beresiko 28 ibu
(36,6%); Ada hubungan yang bermakna
antara usia dengan kejadian plasenta
previa dengan p-value 0,000 dan nilai
Odds Ratio (OR) 11,167 ; Ada hubungan
yang bermakna antara Paritas dengan
kejadian plasenta previa dengan p-value
0,000 dan nilai Odds Ratio (OR) 4,800.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi,
2010.
ProsedurPenelitian
suatu
pendekatan praktik.Jakarta : Rineka
Cipta.
Fauziah, Yulia. 2012. Buku Ajar Obstetrik
Patologi
Untuk
Mahasiswa
Kebidanan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Manuaba, IBG. 2008. Gawat Darurat
Obstetri Ginekologi dan Obstetri
Ginekologi sosial untuk provesi
bidan. Jakarta : Buku Kedokteram
EGC.
Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri
Untuk
Mahasiswa
Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Prawiroharjo,
Sarwono.
2008.
Ilmu
Kebidanan. Penerbit Bina Pustaka.
Jakarta
Taharudin. 2012. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Kejadian Plasenta
Previa. Http: // google.com (Diakses
Tanggal 25 Juli 2015).
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
316
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA
MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH
SAKIT RIMBO MEDICA MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL
Ade Oktarino
STIKes Prima
Korespondensi Penulis : [email protected]
ABSTRAK
Pengelolaan data rekam medis merupakan salah satu komponen yang penting yang terdapat di
dalam Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Pada Rumah Sakit terdapat beberapa
bagian, antara lain Poli Umum. Rekam Medis pasien pada poli umum Rumah Sakit Rimbo Medica,
masih diolah secara manual seperti dengan menggunakan media kertas. Sistem ini dianggap tidak
efisien lagi mengingat pesatnya perkembangan teknologi informasi dan dapat menyebabkan
adanya duplikasi data rekam medis pasien yang tidak terkontrol, sehingga kemungkinan terjadinya
kesalahan sangat besar. Tujuan dari skripsi ini untuk membangun program aplikasi rekam medis
yang dapat mengakomodir proses pencatatan, penyimpanan data, juga pengaksesan data pasien
yang terdahulu yang dapat digunakan untuk pelaporan data pada bagian Poli Umum di Rumah
Sakit Rimbo Medica. Program aplikasi rekam medis pasien poli umum yang dibangun dapat
mengefisienkan pekerjaan petugas rekam medis, serta dapat meningkatkan ketelitian, keakuratan
dari data rekam medis dan juga dapat mempermudah manajemen Rumah Sakit dalam mengelola
laporan yang berkaitan dengan rekam medis pasien poli umum Rumah Sakit.
Kata Kunci : Rekam Medis
ABSTRACT
Management medical records is one important component found in information systems management
hospital ( simrs ) .In hospitals there are some parts , among other common section .Record medical
patient on common section hospital rimbo medica , is still being processed manually as with using
media paper .This system is considered inefficient longer given the growth of information technology
and can cause of duplicate records medical patient uncontrolled , so for error flags very large .The
purpose of this skripsi to build application program record medical records can accommodate process
, data storage , also accses data patients former can be used to reporting data on the common
section in hospital rimbo medica. Application program record medical patient common section built
can efficient the job of clerk medical record, and can improve precision, the accuracy of medical
records and also to simplify management hospital in managing the report relating to record medical
patient common section hospital
Keywoard : Medical Record
PENDAHULUAN
Dunia kesehatan tidak terlepas dari
teknologi
komputer
dan
teknologi
informasi. Pengolahan data medik yang
dahulu dilakukan secara manual saat ini
dibuat menjadi otomatis dengan sistem
informasi untuk mempercepat proses
kerja
para
tenaga
medis
dalam
memperoleh data. Pengolahan data
rekam medis pasien
pada
beberapa
Rumah Sakit masih banyak dilakukan
secara manual, misalnya saja pada
Rumah Sakit Rimbo Medica, rekam medis
di rumah sakit ini masih diolah secara
manual seperti dengan menggunakan
media kertas. Pengelolaan
data
secara
manual menggunakan media
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
kertas mempunyai banyak kelemahan,
diantaranya selain membutuhkan waktu
yang lama, dari segi keakuratannya juga
kurang atau tidak akurat. Jumlah pasien
yang relatif banyak per hari dan tenaga
administrasi Rumah Sakit yang terbatas
dapat menyebabkan adanya duplikasi
data rekam medis pasien yang tidak
terkontrol,
sehingga
kemungkinan
terjadinya kesalahan sangat besar.
Oleh sebab itu rumah sakit sebagai
salah satu institusi pelayanan umum
membutuhkan keberadaan suatu sistem
informasi yang akurat dan andal, serta
cukup memadai untuk meningkatkan
pelayanannya kepada pasien. Sistem
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
317
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA
MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL
Informasi
Manajemen
Rumah
Sakit
(SIMRS) adalah sistem komputerisasi yang
memproses dan mengintegrasikan seluruh
alur proses bisnis layanan
kesehatan
dalam
bentuk
jaringan
koordinasi,
pelaporan dan prosedur administrasi untuk
memperoleh informasi secara cepat, tepat
dan akurat Pengelolaan data rekam medis
merupakan salah satu komponen yang
penting yang terdapat di dalam Sistem
Informasi
Manajemen
Rumah
Sakit
(SIMRS). Poli umum adalah salah satu
bagian dari beberapa poli yang tersedia di
Rumah Sakit. Jadi pada penelitian ini akan
dibuat suatu aplikasi rekam medis pada
bagian poli umum suatu Rumah Sakit
dengan menggunakan aplikasi komputer.
Alat bantu yang dapat endukung
adalah dengan menggunakan program
komputer, salah satunya yaitu dengan
menggunakan aplikasi dengan bahasa
pemrograman PHP dan MySQL. Dengan
bahasa pemrograman PHP dan MySQL
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya
tidak terbatas pada keluaran HTML, PHP
memiliki kemampuan untuk mengolah
keluaran gambar, PDF dan movie flash,
PHP juga dapat menhghasilkan teks
seperti XHTML dan XML, serta waktu
eksekusinya lebih cepat, akses database
yang lebih fleksibel, dan sintaks PHP
mudah dan user-friendly.
Perangkat lunak berbasis web
dapat digunakan sebagai alat rekam
medis pasien yakni untuk mempermudah
tenaga medis dalam proses pencatatan,
memasukkan
data
pribadi
pasien,
penyimpanan data, mencari kembali data
yang telah disimpan, riwayat penyakit yang
pernah diderita, obat-obat yang pernah
dikonsumsi oleh pasien, serta gejala
penyakit yang dialami pasien dan diagnosa
tenaga medis. Perancangan alat rekam
medis ini juga dimaksudkan untuk
mengurangi penumpukan pekerjaan pihak
tenaga medis dibandingkan dengan alat
rekam medis yang secara manual.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kualitatif, dikarenakan data
yang akan dianalisis adalah jenis data
string atau dalam bentuk record dan
bukan
dalam
bentuk
matematik.
Penelitian
dilakukan
dengan
cara
melakukan pengamatan terhadap sistem
rekam medis poli umum yang sedang
berjalan di Rumah Sakit Rimbo Medica,
kemudian dianalisa untuk merancang
sistem rekam medis poli umum yang baru
berbasis komputer.
Penelitian ini juga menggunakan
jenis studi kasus, yang dimana penelitian
ini merupakan rancangan penelitian yang
mencakup satu unit penelitian secara
intensif, yaitu pasien, kelompok, atau
komunitas tertentu. Penggalian atau
sumber data dapat melalui wawancara
dengan pihak petugas rekam medis,
observasi maupun sumber data dokumen
yang berhubungan tentang pemrograman
PHP dan database MySQL. Keuntungan
dari jenis studi kasus ini adalah
pengkajian secara rinci meskipun jumlah
responden
sedikit,
sehingga
akan
didapatkan gambaran satu unit subjek
secara jelas.
2. Rancangan Penelitian
Prosedur penelitian tugas akhir ini
dilakukan dengan beberapa tahapan
pengembangan perangkat lunak yang
menggunakan
metode
proses
pengembangan air terjun (waterfall model).
Alasan penggunaan metode waterfall
model dalam pembuatan sistemini yaitu
tahapan pada model ini mengambil
kegiatan dasar yang digunakan dalam
hampir semua pengembangan perangkat
lunak, sehingga dapat mudah untuk
dipahami terlebih bila hanya digunakan
dalam mengembangkan perangkat lunak
yang tidak begitu besar dan kompleks.
Pendekatan waterfall
membuat perangkat lunak
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
model
ini
yang lebih
318
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA
MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL
besar, mudah diatur dan selesai tepat
pada
waktunya
tanpa
biaya yang
berlebihan. Pengalaman beberapa waktu
terdahulu menunjukkan bahwa model air
terjun sangat berguna dan berharga.
Gambar 1 Tahap Model Waterfall
3. Prosedur Penelitian
Berikut
adalah
flowchart
prosedur penelitian yang dirancang :
Gambar
Penelitian
2 Flowchart
dari
Prosedur
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisa Sistem Yang Berjalan
Analisa
sistem
adalah
tahap
penguraian dari suatu sistem informasi
yang utuh ke dalam komponen dengan
tujuan untuk mengidentifikasi serta
mengevaluasi
permasalahan
dan
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
hambatan yang terjadi, sehingga dapat
diciptakan hasil yang lebih baik agar
dievaluasi ke arah yang diusulkan.
Berdasarkan hasil
pengamatan
dan pemantauan sistem yang sedang
berjalan saat ini di Rumah Sakit Rimbo
Medica, sistem rekam medis pasien poli
umumnya masih menggunakan sistem
manual. Petugas mencatat data-data
pasien, baik itu data pribadi maupun data
rekam medis pada sebuah formulir, yang
mana formulir tersebut bersifat rahasia.
Penyimpanan formulir rekam medis
tersebut disusun berurutan berdasarkan
nomor rekam medis pasien yang mana
satu pasien satu nomor rekam medis.
Dan
untuk
proses pelaporan data
kepada pihak pimpinan, petugas akan
mencatat data-data rekam medis ke
sebuah buku besar yang dijadikan
sebagai arsip.
Kesimpulan dari analisa sistem
yang sedang berjalan pada Rumah Sakit
Rimbo Medica yaitu :
a. Pencatatan dan pengelolaan
data rekam medis masih berjalan manual,
yaitu pencarian dan penyimpanan data
berdasarkan abjad nama pasien, dan
belum
menggunakan
DBMS.
Kelemahannya
akan sering terjadi
duplikasi data misalnya nama pasien yang
kemungkinan sama dengan pasien
lainnya dan juga laporan tidak berjalan
dengan baik.
b. Pencarian data pasien yang
telah
pernah berobat
membutuhkan
waktu yang relatif lama.
2. Perancangan Sistem
Sebelum merancang sistem yang
baru, terlebih dahulu kita harus mengetahui
dan memahami
sistem.
Untuk
merancang suatu sistem diperlukan data
dari sistem yang sedang berjalan untuk
dianalisa, data yang diperlukan adalah
hal-hal yang berhubungan dengan bagian
rekam medis.
Tujuan dari perancangan sistem
adalah untuk membangun sistem rekam
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
319
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA
MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL
medis pasien poli umum pada Rumah
Sakit
Rimbo
Medica,
serta
untuk
mempermudah user dalam menginputkan
data rekam medis.
c. Perancangan Entity Relation Diagram
(ERD)
a. Perancangan Diagram Konteks
Gambar 3 Entity Relation Diagram
Gambar 1 Diagram Konteks
b. Perancangan Data Flow Diagram
3. Implementasi Sistem
a. Implementasi
Implementasi adalah suatu tahap
dimana akan dilakukan penerapan dari
program yang telah dibuat perancangan
sebelumnya dan telah melalui proses
analisa dan desain secara rinci. Tahap
implementasi ini merupakan tahap yang
penting untuk menuju suksesnya sistem
baru. Sistem baru yang memberikan
kepercayaan kepada pengguna sistem,
bahwa sistem baru ini dapat bekerja
secara efektif dan efisien.Tujuan dari
tahapan implementasi sistem yaitu untuk
mengetahui apa saja kelebihan dan
kekurangan dari program baru yang
dibuat.
b. Implementasi Program
Berikut akan dijelaskan tampilan
dari aplikasi rekam medis pasien poli
umum Rumah Sakit Rimbo Medica.
Gambar 2 Data Flow Diagram
(DFD)
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
c. Menu Home
Pada modul menu utama, terdapat
beberapa sub-sub menu pilihan yang bisa
dipilih
oleh
user
sesuai
dengan
kebutuhannya. Adapun sub-sub menu
tersebut, yaitu :
1) Home Page, yaitu modul awal yang
akan tampil jika program ini pertama
diakses.
2) About, sub menu ini berisi tentang
aplikasi rekam medis secara umum.
3) Hubungi Pimpinan, sub menu
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
320
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA
MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL
yang berfungsi untuk mengirimkan
pesan kepada pimpinan, jika ingin
menyampaikan pesan dan kesan.
4) Login Admin/Pimpinan, sub menu
yang mana hanya admin program dan
pimpinan rumah sakit yang mempunyai
hak akses untuk masuk ke menu-menu
selanjutnya.
5) Login Petugas, sub menu ini
merupakan hak akses bagi petugas
untuk memasukkan data pasien dan
data rekam medis pasien.
6) Form Login Dokter, sub menu
yang berfungsi untuk login dokter
agar bisa masuk ke menu selanjutnya.
Gambar 4 Tampilan Menu Home
d.
Menu Formulir Pendaftaran Pasien
Pada aplikasi ini terdapat sub
menu berisikan formulir pendaftaran
pasien yang diinputkan oleh petugas
rekam medis rumah sakit. Formulir
tersebut berisikan data-data pribadi pasien.
Gambar 5 Formulir Pendaftaran
Pasien
e. Menu Formulir Rekam Medis
Menu
formulir
rekam
medis
pasien, bertujuan untuk memudahkan
petugas memasukkan data-data rekam
medis seorang pasien. Baik itu pasien
yang baru berobat, maupun pasien lama
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
yang pernah berobat.
Gambar
Rekam Medis
6 Tampilan
Formulir
4. Pengujian
Tahap pengujian sistem merupakan
salah satu tahap dalam daur hidup
pengembangan sistem, dimana tahapan
ini merupakan pengujian sistem supaya
nanti dalam penggunaannya tidak lagi
mengalami
kesalahan.
Pengujian
terhadap sistem dilakukan juga untuk
mengetahui sejauh mana sistem yang
dirancang dapat mengatasi masalah yang
telah dianalisa sebelumnya. Evaluasi
hasil pengujian aplikasi rekam medis
pasien poli umum Rumah Sakit Rimbo
Medica :
1. Berdasarkan dari hasil pengujian
black box dengan beberapa kasus
uji yang telah dilakukan, dapat
ditarik kesimpulan bahwa aplikasi
sistem rekam medis pasien poli
umum Rumah Sakit Rimbo
Medica
menunjukkan
hasil
keluaran / output dan proses yang
sesuai
dengan
peracangan
aplikasi ini. Dan hasil dari
pengujian dapat dikatakan bahwa
program ini dapat berfungsi
dengan baik dan benar setelah
dibuktikan dari hasil pengujian
diatas.
2. Berdasarkan
hasil
pengujian
efisiensi yang telah dilakukan,
baik dari segi input, proses, dan
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
321
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA
MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL
juga output secara keseluruhan,
dapat diambil kesimpulan bahwa
proses yang dilakukan dengan
aplikasi
komputer,
dapat
menghemat dan mengefisienkan
waktu
sekitar
61,4%
dibandingkan dengan proses yang
dilakukan secara manual tanpa
bantuan sistem komputer.
3. Pengujian
efisiensi
dilakukan
terhadap satu orang pengguna
sistem yaitu Petugas Rekam
Medis
Rumah Sakit
Rimbo
Medica, yang mana petugas ini
memiliki latar belakang pendidikan
Akademi Keperawatan. Hasil dari
pengujian ini mungkin akan lebih
efisien
lagi,
jika
pengguna
mempunyai latar belakang orang
yang
terbiasa
menggunakan
komputer.
Hal 3 - 5.
Madcoms. 2008. PHP & MySQL
Untuk
Pemula. Yogyakarta : Andi
Offset. Hal
1.
Kadir, Abdul. 2009. Mudah Mejadi
Programmer PHP. Yogyakarta :
Yescom. Hal 2 - 5. Hal 18. Hal
224.
Nugroho,
Adi.
2004.
Konsep
Pengembangan Sistem BasisData.
Bandung : Informatika Bandung.
Hal 5. Hal 14. Hal 49.
Pressman, Roger S. 2002. Rekayasa
Perangkat Lunak. Yogyakarta :
Andi dan McGraw-Hill Book Co.
Hal 53 - 56.
SIMPULAN
Program aplikasi rekam medis
pasien poli umum yang dibangun dapat
mengefisienkan pekerjaan
petugas
rekam medis sekitar 61,4% serta dapat
meningkatkan ketelitian, keakuratan dari
data rekam medis dan juga dapat
mempermudah manajemen Rumah Sakit
dalam mengelola laporan yang berkaitan
dengan rekam medis pasien poli umum
Rumah Sakit; Program aplikasi rekam
medis pasien poli umum yang dibangun
dapat memudahkan pengaksesan data
riwayat rekam medis seorang pasien yang
terdahulu,
serta
dapat
memberikan
layanan terbaik untuk kepuasaan seluruh
pengguna
sistem
atau
yang
membutuhkan informasi terkait rekam
medis pasien poli umum Rumah Sakit
Rimbo Medica.
DAFTAR PUSTAKA
Hariyanto, Bambang. 2004. Sistem
Manajemen
Basis
Data.
Bandung : Informatika Bandung.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
322
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN
KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI
KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG
JABUNG TIMUR TAHUN 2015
Irmayanti Harahap
STIKes Prima Program Studi IKM
Korespondensi penulis : [email protected]
ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi merupakan beban dalam pembangunan nasional.
Faktor utama yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk adalah tingkat kelahiran.
Tingginya angka kelahiran erat kaitannya dengan usia. Berdasarkan survey awal diketahui dari
10 orang ada 8 orang WUS yang melakukan pernikahan dini. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini di Kelurahan Simpang
Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Tahun 2015
Penelitian deskriptif analitik dengan rancangan case-control. Bertujuan untuk dapat menguji
hipotesis tentang pernikahan dini dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini
tersebut di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Tahun
2015. Populasi adalah semua wanita usia subur (WUS) sebanyak 183 orang. Sampel
penelitian sebanyak 22 kasus dan 22 kontrol yang dipilih dengan metode case control 1: 1
Pengumpulan data menggunakan kuesioner, yang dilakukan pada tanggal 10-14 juli 2015.
Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (27,3%) responden memiliki pengetahuan baik,
sebanyak 72,7% responden berpendidikan rendah dengan p-value 0,091 OR : 4,385 artinya
tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan pendidikan dengan terjadinya
pernikahan dini. Hasil penelitian pada budaya dengan P-value 0,000 dan OR 0,046 artinya ada
hubungan yang signifikan antara budaya dengan terjadinya pernikahan dini. Diharapkan
memberi masukan kepada Kelurahan setempat, untuk merangkul tenaga kesehatan untuk ikut
serta memberikan penyuluhan tentang resiko pernikahan dini. Selanjutnya tetap memberikan
penyuluhan mengenai dampak buruk dari pernikahan dini.
Kata kunci: Pernikahan Dini, Pengetahuan dan Budaya
ABSTRACT
The resident growth that relatively high is a burden in national development. The main factor
that influence rate of resident growth is birth rete. The birth rate was high closely related with
age. Based on preliminary survey known from 10 people. There are 8 people WUS doing early
marriage. The purpose to know the factors that related with early marriage at Kelurahan
Simpang Tuan kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur 2015.
The research was descriptive analytic research with case control study. Aims to be able to test
the hypothesis about early marriage and factors that related with early marriage. Population is
all woman of childbearing age (WUS) as about 183 people. Sample of the research is 22 cases
and 22 control that chosen with case control method 1:1. Data collection used questionnaires
conducted on 10-14 july 2015. Technique of data anaylis used univariate analysis and bivariate
analysis.
The results of questionnaires showed 27,3% respondents have good knowledge and 72,7%
respondents low education with p-value 0,091 OR : 4,385 it’s mean there is no related that
significant between knowledge and education with early marriage. The result of research on
culture with p-value 0,000 and OR 0,046 it’s mean there is related that significant between
culture and early marriage.
The result of hypothesis expected to provide suggestion for the local village to embrace health
workers to participate in provide counseling about risks of early marriage and then still provide
counseling about the impact of early marriage.
Keywords : Early marriage, knowledge and culture
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Desember 2016
323
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN
MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015
PENDAHULUAN
Perkawinan usia dini adalah perkawinan
yang dilakukan pada usia remaja (di bawah
16 tahun pada wanita dan di bawah 19 tahun
pada pria). Perkawinan remaja selain
mencerminkan rendahnya status wanita,
juga merupakan tradisi social yang
menopang tingginya tingkat kesuburan. Hal
ini menyebabkan resiko persalinan yang
semakin tinggi karena secara fisik mereka
belum siap melahirkan (Romauli, 2009).
Faktor yang memicu terjadinya pernikahan
usia dini adalah lingkungan sosial. Kuatnya
pengaruh teman sering dianggap sebagai
biang keladi dari tingkah laku remaja yang
buruk. Namun hal itu tidak terlepas dari
motivasi dalam dirinya sendiri untuk
melakukan hal tersebut. Perkawinan usia
sangat dini (10-14 tahun) banyak terjadi
pada perempuan di daerah perdesaan,
pendidikan
rendah,
status
ekonomi
termiskin,
dan
kelompok
petani/nelayan/buruh.
Semakin
tinggi
pendidikan persentasi usia
perkawinan
pertama pada usia dini semakin kecil (
Sarlito, 2012 ). Dinas kementrian agama
Kabupaten Tanjung Jabung Timur merilis
data pengamatan dari setiap Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan yang ada di
Tanjung Jabung Timur, adalah salah satu
wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur
yang masih tinggi tingkat kejadian
pernikahan usia dini, pada tahun 2010
sebesar 620 dari seluruh pernikahan di
Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Pada
tahun 2011 pernikahan dini mengalami
penurunan yaitu sebesar 610. Sementara di
tahun 2012, kasus pernikahan dini kembali
meningkat yaitu sebesar 625 dari seluruh
pernikahan di Kabupaten Tanjung Jabung
Timur.
Kementrian Agama
Kabupaten
Tanjung Jabung Timur merekomendasikan
data dari masing-masing KUA Kecamatan
Tanjung Jabung Timur sebagai berikut
(Kementerian Agama Tanjung Jabung Timur,
2014).
Berdasarkan survei yang telah dilakukan
terhadap 10 yang melakukan pernikahan dini
di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan
Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur,
karena resiko
mengenai
kesehatan
reproduksi lebih banyak terjadi
pada
yang melakukan pernikahan dini, di
dapatkan bahwa 6 diantaranya memiliki
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
pendidikan rendah, pengetahuan kurang
terhadap pernikahan dini yang meliputi
dampak terhadap kesehatan reproduksi.
Sehingga sikap yang ditunjukkan belum
mengarah untuk menghindari pernikahan
dini. Selain itu 4 diantaranya factor budaya
untuk menikahkan anaknya setelah tamat
sekolah, kerena mereka menganggap hal
tersebut
dapat
mengurangi
beban
keluarganya.
Berdasarkan fenomena di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan sebuah
penelitian yang berjudul “ Faktor-Faktor
Yang Berhubungan dengan Pernikahan Dini
di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan
Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur
Tahun 2015”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
analitik dengan rancangan case control.
Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat
menguji
hipotesis
atau
menjawab
pertanyaan penelitian pada subjek yang
akan diteliti yaitu tentang pernikahan dini
dan faktor – faktor yang berhubungan
dengan pernikahan dini tersebut di
Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan
Mendahra Ulu Tanjung Jabung Timur tahun
2015. Populasi adalah semua wanita usia
subur (WUS). Pengambilan sampel dengan
menggunakan teknik case control 1 : 1 yaitu
sebanyak
22
sampel
kasus yang
melakukan pernikahan dini dan sebanyak 22
sampel kontrol, pemgambilan anggota
sampel dengan teknik Random Sampling.
Adapun cara pengumpulan data yaitu
dengan menggunakan kuesioner sebagai
alat bantu yang berisikan
sejumlah
pertanyaan penelitian. Pengumpulan telah
dilakukan pada bulan Juli 2015. Analisis data
menggunakan analisis univariat dan analisis
bivariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan antara pengetahuan dengan
terjadinya pernikahan dini di Kelurahan
Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu
Tanjung Jabung Timur Tahun 2015.
Hasil analisis factor pengetahuan dengan
terjadinya pernikahan dini dapat dilihat pada
tabel 1 berikut :
Vol. 4 No. 04 Desember 2016
324
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN
KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015
Tabel 1 Hasil Analisis Pengetahuan Yang Menyebabkan Pernikahan Dini di
KelurahanSimpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur
Tahun 2015.
Pengetahuan
Kasus
Jumlah
OR
95%CI
p-value
4,385
0,091
Kontrol
Kurang Baik
N
19
%
86,4
N
13
%
59,1
N
32
%
72,7
Baik
3
13,6
9
40,9
12
27,3
Total
22
100
22
100
44
100
Sumber : Data primer tahun 2015
Hasil analisis uji statistik chi- square
menunjukkan nilai x2
(P-Value)
=0,091 > 0,05, dengan demikian Ha
ditolak.
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan tidak ada hubungan
yang signifikan antara pengetahuan
wanita usia subur (WUS) dengan
pernikahan dini di Kelurahan Simpang
Tuan Kecamatan Mendahara Ulu
Tanjung Jabung Timur Tahun 2015. Uji
statistik menunjukkan nilai Odds Ratio
rata – rata pada tingkat kepercayaan
95% sebesar 4,385 (0,993/19,356 CI)
yang berarti wanita usia subur yang
memiliki pengetahuan kurang ada
kecenderungan sedikit (4,4) kali akan
melakukan pernikahan dini.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di Kelurahan Simpang Tuan
Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung
Jabung Timur Hasil analisis uji statistik
chi-square menunjukkan nilai x2 (pvalue) =0,091>0,05 dengan demikian
Ha ditolak. Hasil penelitian ini
menunjukkan tidak ada hubungan
yang signifikan antara pengetahuan
wanita usia subur (WUS) dengan
pernikahan dini di Kelurahan Simpang
Tuan Kecamatan Mendahara Ulu
tanjung Jabung Timur Tahun 2015.
Menurut penelitian Aris (2012) dengan
penelitian yang berjudul “ Hubungan
Pengetahuan, Sikap dan Persepsi
remaja putrid terhadap Pernikahan
Dini di SMA 10 Kuala Tungkal”. Desain
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
penelitian korelasi dengan rancangan
cross sectional dengan jumlah sampel
67
responden.
Analisis
yang
digunakan adalah analisis univariat
dan bivariat dengan uji dengan hasil Pvalue 0,106 berarti tidak ada hubungan
yang signifikan antara pengetahuan
terhadap Pernikahan Dini di SMA 10
Kuala Tungkal.
Menurut teori notoadmodjo (2010)
pengetahuan dapat diartikan sebagai
dari hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan
terhadap
suatu
objek
tertentu.
Pengindaraan terjadi melalui panca
indera manusia. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Apabila setiap
pasangan memiliki pengetehuan yang
baik tentang pendewasaan tentang
usia perkawinan usia muda tidak
hanya memberikan dampak negative
pada individu, tetapi juga terhadap
umum, keluarga dan masyarakat. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya pernikahan dini di Indonesia.
Faktor-faktor tersebut yaitu individu,
keluarga, dan masyarakat lingkungan.
Selanjutnya menurut dermawan (2010)
bahwa remaja-remaja di desa
tidak dibekali dengan pengetahuan
yang
cukup,
dan
akibat
dari
pernikahan
dini kepada
remaja
sebagai salah satu upaya pencegahan
perilaku pergaulan seks bebas.
Vol. 4 No. 04 Desember 2016
325
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN
KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015
responden yang di teliti ada sebanyak
34
responden (47,2%) memiliki
pengetahuan kurang baik tentang
pernikahan dini dan ada sebanyak 38
responden (52,8%) yang memilki
pengetahuan yang baik.
Hasil penelitian yang telah diperoleh
disertai dengan ulasan literatur yang
mendukung penelitian ini maka,
peneliti berasumsi bahwa pernikahan
yang dilakukan pada usia muda
banyak terjadi karena kekurang
pahaman akan arti sebenarnya dari
suatu pernikahan. Pengetahuan yang
diperoleh responden merupakan salah
satu
penyebab
dari
dilakukan
pernikahan dini.
Penelitian yang dilakukan oleh Darnita
(2013) tentang pernikahan dini di
banda aceh menunjukkan hal yang
hamper sama, dimana kurangnya
pengetahuan tentang pendewasan
pernikahan dan risiko yang sering
terjadi terutama pada ibu yang hamil
pada usia yang terlalu muda
menyebabkan terjadinya pernikahan
dini di Kelurahan Penyengat Rendah
Kecamatan Telanai Pura Kota Jambi
yang
menunjukkan
bahwa
ada
pengaruh yang signifikan antara
pengetahuan wanita usia subur (WUS)
dengan pernikahan dini. Dari 72
Hasil penelitian ini berbeda dengan
hasil penelitian yang dlakukan oleh
sari (2014) tentang pernikahan Hasil
Secara jelas telah diketahui dari hasil
penelitian ulasan teori yang berkaitan
dan hasil yang penelitian yang ada
pengetahuan remaja
khususnya
tentang pernikahan dini, perlu dimiliki
secara baik guna menunda usia
pernikahan. Dengan pendewasaan
usia perkawinan, maka masalah–
masalah kesehatan baik fisik maupun
mental pasangan akan lebih baik
ketimbang harus memaksakan untuk
melakukan pernikahan dini.
Hubungan
antara
pendidikan
dengan terjadinya pernikahan dini
di
Kelurahan
Simpang
Tuan
Kecamatan Mendahara Ulu tanjung
Jabung Timur Tahun 2015
Analisis faktor tingkat pendidikan
dengan terjadinya pernikahan dini
dapat dilihat pada tabel 2 berikut :
Tabel 2 Hasil analisis tingkat pendidikan yang Menyebabkan Pernikahan Dini di
Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu tanjung Jabung Timur
Tahun 2015.
Pendidikan
Tinggi
Rendah
Total
Kasus
Kontrol
Jumlah
OR
N
%
N
%
N
%
95%CI
3
19
22
13,6
86,4
100
9
13
22
40,9
59,1
100
12
32
44
27,3
72,7
100
4,385
Hasil analisis uji statistic chi- square
menunjukkan nilai x2
(P-Value) =
0,091>0,05,
dengan demikian Ha
ditolak.
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan tidak ada hubungan
yang signifikan antara pendidikan
wanita usia subur (WUS)
dengan
pernikahan dini di Kelurahan Simpang
Tuan Kecamatan Mendahara Ulu
Tanjung Jabung Timur Tahun 2015.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di Kelurahan Simpang Tuan
Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
p-value
0,091
Uji statistic menunjukkan nilai Odds
Ratio
rata-rata
pada
tingkat
kepercayaan 95% sebesar 4,385
(0,993/19,356 CI) yang berarti wanita
usia subur yang memiliki pendidikan
rendah ada kecenderungan sedikit
(4,4) kali akan melakukan pernikahan
dini.
Jabung Timur Hasil analisis uji statistic
chi-square menunjukkan nilai x2 (pvalue) = 0,091 > 0,05 dengan demikian
Vol. 4 No. 04 Desember 2016
326
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN
KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015
Ha ditolak. Hasil penelitian ini
menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara pendidikan wanita usia
subur (WUS) dengan pernikahan dini di
Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan
Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur
Tahun 2015.
Menurut penelitian Nora (2011) dengan
penelitian yang berjudul “ Hubungan
Pendidikan dan Motivasi WUS terhadap
Pernikahan dini di wilayah kerja
Puskesmas Rawasari Tahun 2013”.
Desain penelitian korelasi dengan
rancangan cross sectional dengan
jumlah sampel 87 responden. Analisis
yang
digunakan
adalah
analisis
univariat dan bivariat dengan uji dengan
hasil P-value 0,073 berarti tidak ada
hubungan yang signifikan antara
Pendidikan terhadap Pernikahan Dini di
wilayah kerja Puskesmas Rawasari
tahun 2013.
Pendidikan secara umum adalah segala
upaya
yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain sehingga
mereka
melakukan
apa
yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan.
Dari pendapat tersebut disimpulkan
bahwa pendidikan pada dasarnya
adalah segala upaya yang terencana
untuk mempengaruhi, memberikan
perlindungan dan bantuan sehingga
peserta
meiliki kemampuan untuk
berperilaku sesuai harapan. Pendidikan
dapat dikatakan juga sebagai proses
pendewasaan pribadi (Maulana, 2009).
Selanjutnya
Pendidikan
tinggi
merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup
program pendidikan diploma, sarjana,
magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.
Perguruan tinggi dapat berbentuk
akademik, politeknik, besar. Hal itu
dikarenakan adanya kekosongan waktu
tanpa
adanya
pekerjaan
yang
tetap
sehingga
membuat
sebagian mereka
kurang berpikir
untuk melakukan hal-hal produktif.
Adanya kecenderungan dan anggapan
keluarga bahwa produktivitas dapat
dicapai melalui sebuah perkawinan
maka tidak sedikit orang yang pada
akhirnya mengambil langkah tersebut
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
yaitu
dengan menikahkan anaknya
walaupun
usianya
masih
tergolong muda.
Penelitian yang dilakukan oleh darnita
(2013) tentang pernikahan dini di banda
aceh juga menunjukkan hal yang
hampir sama, dimana remaja yang
putus sekolah karena sesuatu hal dan
tidak memiliki pekerjaan yang tetap
cenderung dinikahkan oleh orang
tuanya. Hal tersebut dilakukan sematamata agar terhindar dari perbuatan
dosa besar seperti hamil diluar nikah
atau melakukan hubungan tanpa ikatan
nikah. Selanjutnya karena kurangnya
kemauan dan kemampuan untuk
melanjutkan
pendidikan,
menikah
adalah jalan keluar dari masalah
tersebut.
Hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh sari
(2014) tentang
pernikahan dini di
Kelurahan
Penyengat
Rendah
Kecamatan Telanai Pura Kota Jambi
yang menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan antara
pendidikan wanita usia subur (WUS)
dengan pernikahan dini. Dari 72
responden yang diteliti ada sebanyak
45
responden
(62,5%)
masih
berpendidikan
rendah
dan
ada
sebanyak 27 responden (37,5%) yang
berpenddikan tinggi sewaktu melakukan
pernikahan dini.
Sangat
jelas
bahwa
pendidikan
berperan penting untuk mencegah
terjadinya pernikahan dini, dengan
melanjutkan pendidikan sampai ke
jenjang yang lebih tinggi akan
membuka
wawasan
dan
dapat
meningkatkan pengetahuan. Selain itu
waktu
yang
tersedia
dapat
dipergunakan sebaik-baiknya untuk
jelaslah dengan terbatasnya tingkat
pendidikan yang dimiliki responden
kecenderungan
untuk
melakukan
pernikahan dini
lebih sedikit.
Hubungan antara budaya masyarakat
dengan terjadinya pernikahan dini di
Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan
Mendahara Ulu Tanjung Jabung
Timur tahun 2015.
Vol. 4 No. 04 Desember 2016
327
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN
KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015
Hasil
analisis
faktor
budaya
masyarakat
dengan
terjadinya
pernikahan dini dapat dilihat pada
tabel 3 berikut :
Tabel 3. Hasil analisis budaya masyarakat yang Menyebabkan Pernikahan dini di
Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur
Tahun 2015
Budaya
Masyarakat
Kasus
Kontrol
Jumlah
Baik
N
3
%
13,6
N
17
%
77,3
N
20
%
45,5
Tidak Baik
19
86,4
5
22,7
24
54,5
22
100
44
100
Total
22
100
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan di Kelurahan Simpang
Tuan Kecamatan Mendahara Ulu
Tanjung Jabung Timur Hasil analisis Uji
statistik Chi-square menunjukkan nilai
x2 (p-value) = 0,000 < 0,05 yang
berarti ada hubungan yang signifikan
antara budaya dengan pernikahan dini
di
Kelurahan
Simpang
Tuan
Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung
Jabung Timur Tahun 2015.
Pernikahan dini terjadi karena orang
tuanya
takut
anaknya
dikatakan
perawan
tua
sehingga
segera
dinikahkan. Orang tua terutama di
pedesaan di anggap bahwa bila anak
gadisnya berusia diatas 20 tahun dan
belum menikah atau kawin, maka
merupakan aib bagi keluarga atau
membuat malu karena dianggap tidak
laku (lahulima, 2007).
Terlihat baik dari hasil penelitian
maupun dari tinjauan teori ditemukan
kesamaan yaitu adanya peran budaya
yang masih melekat di masyarakat
tentang usia pernikahan. Apabila
seorang anak sudah memasuki usia
baligh maka orang tua mengganggap si
anak telah dewasa dan dapat segera
dinikahkan. Hal tersebut sudah menjadi
kebiasaan turun-temurun dilakukan dan
sampai saat ini polanya belum banyak
berubah,
apalagi
anak
yang
bersangkutan
telah
ada
yang
meminangnya.
Penelitian yang dilakukan oleh sari
(2014) pernikahan dini di Kelurahan
Penyengat Rendah Kecamatan Telanai
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
OR
95%CI
pvalue
0,046
0,000
Pura Kota Jambi bahwa dari 72
responden yang diteliti ada sebanyak
53 responden (73,6%) yang budaya
nya tidak baik dan 19 responden
(26,4%) yang budayanya baik.
Penelitian yang sama juga
ditunjukkan oleh Widiyanti (2011) yang
dalam penelitiannya menyimpulkan
bahwa faktor budaya atau adat istiadat
sangat besar pengaruhnya terhadap
persepsi masyarakat untuk melakukan
pernikahan dini, dimana orang tua
berpandangan bahwa wanita bertugas
hanya untuk melayani suami dan anakanak. Budaya di daerah yang lebih suka
menikah pada usia muda dengan
alasan cepat memiliki keturunan yang
dapat membantu orang tua atau
keluarga
kelak di kemudian hari.
Upaya untuk menghindari terjadinya
pernikahan dini dengan Pendekatan,
memberitahu ataupun menjelaskan
tentang kesehatan secara reproduksi
dan menjelaskan tentang melawan adat
kebiasaan dapat melalui upaya hokum
yaitu pendewasaan usia perkawinan
yang sesuai dengan UU perkawinan
dan UU perlindungan anak. Dimana
jelas dikatakan bahwa anak adalah
seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun. Apabila terjadi
pelanggaran UU maka akan ada sangsi
pidana, dan itu harus diketahui oleh
semua pihak termasuk orang tua.
SIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan
Vol. 4 No. 04 Desember 2016
hasil penelitian dan
mengenai faktor–factor
328
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN
KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015
yang berhubungan dengan pernikahan
dini di Kelurahan Simpang Tuan
kecamatan Mendahara Ulu tanjung
Jabung Timur Tahun 2015. Kemudian
dapat disimpulkan seagai berikut :
Sebagian besar respoden (72,7 %)
memiliki pengetahuan yang kurang
baik tentang pernikahan dini, sebagian
besar
responden
(72,7%)
berpendidikan rendah, sebagian besar
responden (54,5%) menyatakan bahwa
pernikahan dini merupakan budaya
setempat, tidak ada hubungan yang
signifikan antara pendidikan dengan
terjadinya pernikahan dini Di Kelurahan
Simpang Tuan Kecamatan Mendahara
kabupaten
Tanjung Jabung Timur
Tahun 2015, tidak ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan
terjadinya pernikahan dini Di Kelurahan
Simpang Tuan Kecamatan Mendahara
kabupaten
Tanjung Jabung Timur
Tahun 2015,
terdapat hubungan
signifikan
antara budaya dengan
terjadinya pernikahan dini Di Kelurahan
Simpang Tuan Kecamatan Mendahara
kabupaten Tanjung Jabung Timur
Tahun 2015.
Romauli,
dkk, 2009,
kesehatan reproduksi.
Mahasiswa Kebidanan
Mulia
Medika,
yogjakarta.
Buat
Sarlito. 2012. Pendidikan Seksual Pada
Remaja.
Kutipan
Langsung
http://www.epsikologi.com/remaja/100712.ht
m(diakses 2 juli 2015)
Sari, 2014. Faktor – Faktor Yang
Berhubungan
Dengan
Pernikahan Dini Kelurahan Olak
Kemang Jambi
Widiyanti. 2009. Asuhan Keperawatan
Maternitas. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika
DAFTAR PUSTAKA
Darnita. 2013. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. EGC : Jakarta
Kementrian Agama Kabupaten tanjung
jabung Timur, 2014
Lahulima, 2007. Psikologi Ibu dan
Anak
Untuk
Kebidanan.
Salemba Medika : Jakarta
Maulana
D.J
Heri,
Promosi kesehatan.
EGC. Jakarta
Nora, 2011. Psikologi
Kesehatan
Kencana : Medan
2009.
Penerbit
Reproduksi.
.Notoatmodjo, Soekidjo,
2010.
Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku. Penerbit PT Rineka
Cipta. Jakarta.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Desember 2016
329
HUBUNGAN GILIRAN KERJA DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF PADA PERAWAT DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2015
HUBUNGAN GILIRAN KERJA DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF PADA PERAWAT DI
RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2015
Hamdani
Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Harapan Ibu Jambi
Korespondensi Penulis : [email protected]
ABSTRAK
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang karena karakteristik pelayanannya harus
menerapkan giliran kerja. Penerapan pagi, sore dan malam. Perawat merupakan salah satu
tenaga kesehatan yang tidak sesuai dengan standar dapat menimbulkan berbagai dampak negatif
terhadap perawat, antara lain gangguan tidur, gangguan pencernaan, gangguan kehidupan sosial
dan keluarga.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan giliran kerja dengan keluhan subjektif
gangguan tidur, gangguan pencernaan dan gangguan sosial dan keluarga perawat. Jenis
penelitian ini adalah deskriftif analitik dengan rancangan penelitian Cross Sectional, populasi
pada penelitian adalah perawat yang bekerja di ruang perawatan dengan sampel sebanyak 59
orang, untuk melihat hubungan antar variabel digunakan uji statistik Chi-Square.
Hasil Penelitian dengan menggunakan uji statistik untuk gangguan tidur diperoleh p-Value 0,029,
untuk gangguan pencernaan diperoleh p-Value 0,001 dan untuk gangguan sosial dan keluarga
diperoleh p-Value 0,025, berarti ada hubungan antara giliran kerja dengan keluhan subjektif
gangguan tidur, gangguan pencernaan, dan gangguan sosial dan keluarga pada perawat di RSUD
Raden Mattaher Jambi.
PENDAHULUAN
Rumah Sakit adalah pelayanan
masyarakat yang padat modal, padat
teknologi dan padat karya yang dalam
pekerjaan sehari-hari melibatkan sumber
daya manusia dengan berbagai jenis
keahlian. Jangkauan dan kualitas
pelayanan kesehatan sangat bergantung
pada kapasitas dan kualitas tenaga di
institusi pelayanan kesehatan terutama
Rumah Sakit (Djojosugito , 2001)
Penyelenggaraan kesehatan dan
keselamatan
kerja
Rumah
Sakit
sangatlah perlu mendapatkan perhatian
yang serius karena pelayanan kesehatan
ini bersifat berkesinambungan. Perhatian
pelayanan kesehatan dan keselamatan
kerja di rumah sakit tidak hanya untuk
pengguna jasa rumah sakit tetapi juga
untuk pelaksana dan pengelola rumah
sakit tersebut, hal ini dimaksudkan agar
tenaga kerja atau pelaksana dan
pengelola
rumah
sakit
tersebut
terlindungi kesehatan dan keselamatan
kerjanya, terhindar dari kecelakaan dan
penyakit akibat kerja (Djojosugito, 2001)
Pekerjaan
rumah
sakit
merupakan sumber daya potensial yang
harus dibina agar menjadi produktif,
berkualitas dan dapat memberikan
pelayanan yang terbaik dan memuaskan
bagi pengguna jasanya. Kegiatan yang
disanakan pekerja di rumah sakit banyak
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
terpapar dengan berbagai faktor yang
dapat menimbulkan dampak negatif dan
mempengaruhi derajat kesehatannya.
Pekerja rumah sakit yang sangat
bervariasi dalam melaksanakan tugasnya
selalu berhubungan dengan berbagai
bahaya potensial, bila tidak diantisipasi
dengan
baik
dan
benar
dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan dan keselamatannya. Kondisi
ini pada akhirnya dapat mempengaruhi
produktivitas dan kualitas pelayanan.
Kualitas pelayanan yang rendah pada
akhirnya akan berdampak pula terhadap
kepuasan pemakai jasa rumah sakit
(Guntur , 2001)
Berbagai potensi bahaya yang
dapat muncul pada tenaga kerja di
rumah sakit antara lain : bahaya
pemajanan radiasi, bahan kimia toksin,
bahaya biologis, temperatur ekstrim,
bising, debu, stres kerja. Perawat sering
mengalami back injuries, terpajan zat
kimia beracun, radiasi, stres kerja dan
berbagai dampak yang merugikan akibat
giliran kerja (Nasri M, 2001).
Sebagai tenaga kerja profesional
perawat mempunyai hak untuk bekerja di
lingkungan yang baik artinya lingkungan
kerja tersebut cukup aman, tidak
mengancam keselamatan dan kesehatan
fisik maupun mental. Lingkungan juga
harus mempunyai sarana dan peralatan
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
330
HUBUNGAN GILIRAN KERJA DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF PADA PERAWAT DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2015
yang memadai untuk memberikan
asuhan keperawatan yang berkualitas
juga mempunyai hak untuk bekerja
sesuai jam kerja yang tepat dan tidak
bekerja secara terus menerus tanpa
memperhatikan istirahat atau melebihi
jam kerja (Priharjo, 1995).
Berdasarkan
karakteristik
pelayanan selama 24 jam pihak rumah
sakit harus mengatur giliran kerja
perawat yang biasanya dibagi menjadi
tiga giliran kerja yaitu, pagi, sore dan
malam (Swansburg, 1993). Terdapat dua
sistem
giliran
kerja
yang
biasa
dipergunakan yakni sistem permanen
dan sistem rotasi. Tenaga kesehatan
yang paling banyak terkena resiko akibat
dari sistem giliran kerja ini adalah
perawat (William, 1992)
Giliran kerja termasuk didalamnya
sistem giliran kerja rotasi dan sistem
giliran
kerja
permanen
dapat
menyebabkan
masalah
kesehatan
mental,
masalah
tidur,
kelelahan,
kekacauan irama sirkardian, gangguan
kehidupan sosial dan keluarga dan
masalah kesehatan fisik lain (Fujiono et
al, 2001). Takashi
et al (2001)
menyimpulkan
dalam
penelitiannya
terhadap perawat di beberapa rumah
sakit di Jepang bahwa terdapat
hubungan antara giliran kerja malam
dengan penggunaan alkohol dan obatobatan tidur untuk mengatasi kesulitan
tidur. Ramdan (2003) menyatakan dalam
penelitiannya terdapat keluhan gangguan
tidur,
gangguan
pencernaan
dan
gangguan
kehidupan
sosial
pada
perawat yang mengalami giliran kerja.
Efek negatif giliran kerja malam lebih
besar dibandingkan giliran kerja pagi dan
siang, jika pekerja giliran siang berganti
ke giliran kerja malam maka hasil yang
dicapai lebih tinggi pada saat giliran kerja
siang.
Mengingat pentingnya perawat
dalam penentuan kualitas jasa pelayanan
kesehatan pada industri rumah sakit dan
besarnya
ancaman
resiko
yang
ditimbulkan akibat penerapan sistem
giliran kerja perawat, maka diperlukan
upaya untuk mencegah akibat yang
ditimbulkan dalam sistem giliran kerja
yang dilaksanakan di rumah sakit
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah
dilakukan
penelitian
terhadap 5 macam sampel susu formula
bayi dibawah usia 6 bulan hasil yang
diperoleh
dengan
metoda
KONVENSIONAL (manual) dan metoda
FDA
dengan
alat
VITEX
2
COMPACT,dari ke 5 (lima) sampel tidak
ditemukan yang diteliti adanya bakteri
E.sakazakii Pada sampel susu tersebut.
Bakteri E.sakzakii sesuai dengan
peraturan
CODEX ALIMENTARIUS
COMMISION (CAC) adalah lembaga
resmi yang dibentuk oleh FAO (Food
Agriculture Organization) dan WHO
(World Healht Organization) yang
mengatur
standar
kesehatan
Internasional pada Juli 2008 bahwa susu
formula bayi tidak boleh mengandung
Enterobacter sakzakii5.
Enterobacter sakazakii adalah
bakteri gram negatif termasuk dalam
family Enterobactericieae, bakteri gram
negatif adalah bakteri yang tidak dapat
mempertahankan zat warna kristal
violetnya pada proses pewarnaan gram
dan bila dilihat dengan miskroskop akan
bewarna merah. Penelitian ini untuk
mendeteksi bakteri E.sakazakii pada
susu formula usia bayi 0-6 bulan
memggunakan 5 sampel yang dipilih
secara random untuk mewakili dari merk
susu formula 0-6 bulan yang beredar di
kota
Jambi.
Penelitian
dilakukan
sebanyak 3 kali pengulangan baik
secara metoda VITEX 2 COMPACT dan
secara konvensional (manual).
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan alat VITEX 2 COMPACT
dan scara manual. Alat VITEX 2
COMPACT untuk menetukan spesies
bakteri alat ini otomatis untuk identifikasi
bakteri, prinsip kerja alat ini setiap
pembacaan tes data diolah oleh
software VITEX 2 COMPACT sesuai
kartu, kemudian pada layar monitor ID
(identifikasi) akan muncul nama spesies
dan lama prengerjaan. Reagen yang
digunakan seperti kartu ‘THE SMART
CARD’ yang berisi glukosa, laktosa,
manitol, sarbitol, maltosa, sakrosa, SIM
(Sulfit Indol Motility), simmon citrate,
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
331
HUBUNGAN GILIRAN KERJA DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF PADA PERAWAT DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2015
TSIA (Tripel Sugar Iron Agar), Urea agar
dan malonat.
Secara manual dapat dilihat
morfologi bakteri gram negatif bentuk
batang dan berwarna merah. Pada
identifikasi menggunakan alat VITEX 2
COMPACT media yang digunakan sama
dengan identifikasi secara manual
(konvensional) yaitu media Mac conkey
agar, apabila bakteri E.sakazakii positif
dapat dilanjutkan dengan biokimiawi
seperti tabel tersebut dibawah ini, tabel
perbedaan spesies enterobacter.
Sehingga tindakan pencegahan
yang dapat dilakukan untuk mengurangi
infeksi pada susu formula adalah
preparasi susu bubuk dengan benar,
yaitu:
1. Botol yang digunakan baiknya harus
steril (sebelum digunakan direbus
terlebih dahulu.
2. Dalam botol yang berisi susu formula
untuk air panas yang dipakai adalah
air yang telah dididihkan, didinginkan
sejenak sekitar sekitar suhu (70 – 90
o
C)
untuk
menghindari
susu
mengumpal.
3. Campuran
tersebut
didinginkan
sampai
suhu
tubuh
sebelum
diberikan kepada bayi . selesai
pemberian susu, botol segera dicuci
disteril/direbus. Sebelum dipakai
harus dibilas kembali dengan air
panas.
4. Dibiasakan mencampur susu hanya
untuk 1 kali pemberian, untuk
mencegah infeksi penyakit. Sisa
susu yang belum habis diminum
supaya dibuang .
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
SIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian
identifikasi
bakteri
E.sakazakii
menunjukan bahwa dari ke 5 sampel
susu formula 0 – 6 bulan tidak
mengandung bakteri E.sakazakii.
Disarankan kepada penelitian
selanjutnya untuk mengidentifikasi lebih
lanjut mengenai keberadaan E.sakazakii
dengan jumlah sampel yang lebih
banyak dan beragam pada MP-ASI
(Makanan pendamping air susu ibu)
DAFTAR PUSTAKA
Gurtler, J.B. dan L.R. Beuchat. 2005.
Performance of Media for Recovering
Stressed Cells of Enterobacter
sakazakii as Determined Using Spiral
Plating and Ecometric Technique.
Applied
and
Environmentgal
Microbiology 71: 7661 – 7669.
Getri griseria, 2008. Study of he
Microorganism Associated with he
Fermented Bread (Khamir) Produced
From Sorghum in Gizan Region,
Saudi Arabia. Journal of Applied
Microbiology 86: 221 -225
Estutiningsih, S. Kress, C., Hassan, A.
A., Akineden, M., Shneider, E.,
Usleber, E. 2006. Enterobacteriaceae
in Dehydrated Powdered Infant
Formula Manufactured in Indonesia
and Malaysia. Journal of Food
Protection, 69(12): 3013–3017.
Lisnawati ita, F.Malau. 2011. Badan
Pengawasan Obat dan Makanan
Jambi Belum Akan Mengeluarkan
Public Warning. B.POM. Jambi
FAO_WHO,2008. Join FAO/WHO Food
Standards
Programme(
Program
Standar Pangan FAO/WHO)
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
332
EVALUASI KERJA PROGRAM CWSHP DENGAN PENDEKATAN CUMMUNITY LEAD TOTAL SANITATION (CLTS) TERHADAP
PENINGKATAN JAMBAN KELUARGA DI DESA PENEGAH KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN
EVALUASI KERJA PROGRAM CWSHP DENGAN PENDEKATAN CUMMUNITY LEAD
TOTAL SANITATION (CLTS) TERHADAP PENINGKATAN JAMBAN KELUARGA DI
DESA PENEGAH KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN
Putri Sahara Harahap
Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES HI Jambi
Korespondesi penulis : [email protected]
ABSTRAK
Dalam komponen sanitasi pedesaan yang merupakan salah satu bagian dalam komponen
penyehatan lingkungan membutuhkan berbagai metode pendekatan untuk membuat
pembangunan sektor tersebut berhasil dan berguna bagi masyarakat. Community Led Total
Sanitation (CLTS) adalah sanitasi secara keselurahan yang dipimpin oleh masyarakat dan melalui
proses memicu masyarakat yang berkaitan dengan kebiasaan buang air besar sembarang tempat.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian dilakukan dengan menganalisis data,
dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, selain itu juga
dilakukan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen informan dalam penelitian ini
terdiri dari DPMU, DST, Fasilitator, Sanitarian, Kepala Desa, Bidan Desa, Kader dan masyarakat.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pembangunan jamban keluarga dengan
pendekatan Community Led Total Sanitation (CLTS) di desa Penegah belum menunjukkan
keberhasilan. Hal ini dikarenakan jumlah tenaga (kader) yang ada masih kurang, selain itu juga
dilihat dari jumlah jamban yang terbangun setelah adanya pemicuan yang belum mengalami
peningkatan.
Kata kunci
:
Community Lead Total Sanitation (CLTS), CWSHP, Penggunaan Jamban
PENDAHULUAN
Di dalam komponen sanitasi
pedesaan yang merupakan salah satu
bagian dalam komponen penyehatan
lingkungan
membutuhkan
berbagai
metode pendekatan untuk membuat
pembangunan sektor tersebut berhasil
dan berguna bagi masyarakat. Hal
tersebut
dibutuhkan
mengingat
komponen sanitasi sangat erat kaitannya
dengan aspek kebiasaan, kondisi
geografis dan aspek perubahan perilaku
dari masyarakat yang sudah terbiasa
sejak dahulu1.
CWSHP (Cumunity Water Servis
And Health Projeck) adalah Program
yang bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan dan kualitas hidup
masyarakat
berpenghasilan
rendah
dengan
pendekatan
berbasis
masyarakat melalui : penyediaan sarana
air bersih yang lebih berkualitas,
penyediaan sarana sanitasi yang lebih
memadai, perbaikan perilaku hidup
bersih dan sehat dan pencegahan
penyakit yang menular melalui air dan
berkaitan dengan air2.
Salah satu komponen penting
dalam
kegiatan
CWSHP
adalah
tercapainya tujuan peningkatan derajat
kesehatan, produktivitas dan kualitas
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
hidup
masyarakat
berpenghasilan
rendah, adalah promosi kesehatan dan
sanitasi. Semua rumah tangga dalam
masyarakat desa harus mempunyai
akses menggunakan sarana sanitasi,
dan hal ini dapat dicapai apabila semua
anggota masyarakat telah menyadari
adanya dampak buruk yang dirasakan
oleh masyarakat akibat mempunyai
kebiasaan buang air besar (BAB) dan
pembuangan tinja bayi dan balita di
tempat terbuka (open defecation)2.
Community Lead Total Sanitation
(CLTS) atau dalam bahasa Indonesia
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STMB) adalah suatu pendekatan
partisipatif yang mengajak masyarakat
untuk menganalisa kondisi sanitasi
mereka melalui suatu proses pemicuan,
sehingga masyarakat dapat berpikir dan
mengambil tindakan untuk meninggalkan
kebiasaan buang air besar mereka yang
masih di tempat terbuka dan sembarang
tempat. Pendekatan yang dilakukan
dalam STBM menimbulkan rasa ngeri
dan malu kepada masyarakat tentang
kondisi lingkungannya3.
Melalui pendekatan ini kesadaran
akan kondisi yang sangat tidak bersih
dan tidak nyaman di timbulkan. Dari
pendekatan
ini
juga
ditimbulkan
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
333
EVALUASI KERJA PROGRAM CWSHP DENGAN PENDEKATAN CUMMUNITY LEAD TOTAL SANITATION (CLTS) TERHADAP
PENINGKATAN JAMBAN KELUARGA DI DESA PENEGAH KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN
kesadaran bahwa sanitasi (kebisaan
BAB di sembarang tempat) adalah
masalah
bersama
karena
dapat
berimplikasi kepada semua masyarakat
sehingga pemecahannya juga harus
dilakukan dan dipecahkan secara
bersama. Dengan demikian, masyarakat
akan secara sukarela membangun
jamban
secara
swadaya
tanpa
tergantung sedikitpun dari proyek/pihak
lain.
Berdasarkan
data
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Sarolangun
diketahui bahwa persentase keluarga
yang memiliki jamban paling rendah
terdapat di Desa Penegah yaitu 10,7%.
Data jenis jamban keluarga di Desa
Penegah Kabupaten Sarolangun Tahun
2012 diketehui bahwa jenis jamban yang
dimiliki oleh masyarakat desa Penegah
sebagian besar tidak memiliki jamban
keluarga,
masyarakat
membuang
kotoran ke sungai, dan sebagian jenis
jamban yang dimiliki masyarakat adalah
jamban leher angsa dengan septictank4.
Dari latar belakang di atas, maka
penulis perlu melakukan penelitian
dengan judul “Evaluasi Kerja Program
CWSH Dengan Pendekatan Cummunity
Lead Total Sanitation (CLTS) Terhadap
Peningkatan Jamban Keluarga Di Desa
Penegah
Kec.Pelawan
Kabupaten
Sarolangun
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
desain penelitian kualitatif, dengan
metode wawancara mendalam sebanyak
10 orang, yaitu dengan DPMU (1 orang),
DST (1 orang), Fasilitator (1 orang),
Tenaga Sanitasi (1 orang), Bidan Desa
(1 orang), Kader (1 orang), Kepala Desa
(1 orang) dan Masyarakat (3 Orang),
telaah dokumen, dan observasi dalam
pelaksanaan Program CLTS dalam
peningkatan
penggunaan
jamban
keluarga di Desa Penegah Kecamatan
Pelawan
Kabupaten
Sarolangun.
Penelitin di Desa Penegah Kecamatan
Pelawan
Kabupaten
Sarolangun.
Instrumen penelitian adalah panduan
wawancara mendalam, panduan telaah
dokumen dan panduan observasi.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran input
a. Tenaga
Hasil penelitian ini adalah
tenaga yang
bertugas dalam
pelaksanaan kegiatan program
CLTS masih sangat kurang, baik
dari segi jumlah maupun dari
tingkat
pendidikan.
Tenaga
pelaksana program CLTS yang
ada di desa (kader) hanya ada 2
orang dengan latar belakang
pendidikan D3 kesling dan SMA
(kader). Selain itu orang yang
menjadi tenaga utama dalam
pelaksanaan kegiatan program
CLTS ini yang paling penting
adalah tenaga tersebut belum
pernah mendapatkan pelatihan.
Di dalam pelaksanaan
program CLTS ini tenaga yang
dibutuhkan tidak hanya memilki
latar belakang pendidikan yang
sesuai tetapi juga memilki
perilaku dan kebiasaan seperti
perilaku personal dan individu,
perilaku
institusional
atau
kelembagaan
dan
perilaku
profesional atau yang berkaitan
dengan profesi5.
Adapun tenaga yang
diperlukan sebagai tim fasilitasi
yang biasanya digunakan dalam
memfasilitasi pemicuan CLTS
adalah sebagai berikut :
1. Lead Facilitator
Fasilitator
(pemicu/kader) utama, yaitu
yang menjadi penggerak
utama pada saat proses
pemicuan.
2. Co-Facilitator
Membantu fasilitator
(pemicu/kader) utama dalam
memfasilitasi proses sesuai
dengan kesepakatan awal
atau
tergantung
pada
perkembangan situasi.
3. Content Recorder
Perekam proses, yang
bertugas mencatat proses
dan hasil untuk kepentingan
dokumentasi,
pelaporan
program.
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
334
EVALUASI KERJA PROGRAM CWSHP DENGAN PENDEKATAN CUMMUNITY LEAD TOTAL SANITATION (CLTS) TERHADAP
PENINGKATAN JAMBAN KELUARGA DI DESA PENEGAH KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN
4. Process facilitator
Penjaga alur proses
fasilitasi,
yang
bertugas
mengontrol
agar
proses
sesuai alur waktu, dengan
cara mengingatkan fasilitator
(pemicu/kader) dengan kodekode
yang
disepakati
bilamana ada hal-hal yang
perlu dikoreksi.
5. Environment setter
Penata
suasana,
untuk
menjaga
suasana
‘serius’ pada saat proses
fasilitasi (pengalih suasana),
misalnya dengan mengajak
anak-anak bermain agar tidak
mengganggu
proses,
mengajak diskusi terpisah
partisipan yang mendominasi
atau mengganggu proses
tersebut5.
Kegiatan CLTS desa
Penegah jika dilihat dari jumlah
tenaganya masih sangat kurang,
karena dari hasil wawancara dan
telaah dokumen yang dilakukan
oleh peneliti di desa Penegah
jumlah tenaga (kader) yang aktif
sampai
sekarang
hanya
berjumlah 2 (dua) orang. Hal itu
menjadi salah satu hambatan
dari keberhasilan kagiatan CLTS
di desa Penegah. Sehingga
kegiatan CLTS di desa Penegah
belum berhasil sesuai dengan
tujuan dari CLTS yaitu 100 %
bebas
buang
air
besar
disembarang tempat dan bisa
dikatan tidak berjalan dengan
baik.
b. Sarana dan Prasarana
Hasil
penelitian
in
diketahui bahwa sarana dan
prasarana yang digunakan dalam
kegiatan CLTS antara lain :
memang ada yaitu cetakan closet
atau leher angsa yang berjumlah
1 (satu) buah, bubuk warna,
spidol dan potongan kertas untuk
mendukung
pelaksanaan
kegiatan pada saat pemicuan.
Dari
informasi
yang
dikumpulkan, ternyata pada saat
pelaksanaan program CLTS di
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Desa
Penegah
tidak
menggunakan begitu banyak
sarana dan prasarana karena
menggunakan
sarana
dan
prasarana yang ada ditempat
tersebut. Salah sarana dan
prasarana yang disiapkan adalah
contoh cetakan bowl atau leher
angsa.
Maka menurut peneliti
sarana
yang
memadai
merupakan salah satu penunjang
untuk memperoleh pelayanan
dengan baik. Dengan sarana
yang
memadai
tersebut,
diharapkan dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan.
2. Gambaran Proses
a. Perencanaan
Hasil
penelitan
ini
diketahui bahwa perencanaan
dalam kegiatan CLTS dilakukan
oleh fasilitator, tenaga sanitasi,
bidan desa serta kader dengan
menentukan jadwal kegiatan dan
tenaga
yang
melaksanakan
kegiatan CLTS.
Perencanaan kesehatan
adalah suatu proses untuk
merumuskan masalah-masalah
kesehatan yang berkembang di
masyarakat,
menentukan
kebutuhan dan sumber daya
yang
tersedia,
menetapkan
tujuan program yang paling
pokok, dan menyusun langkahlangkah praktis untuk mencapai
tujuan yang telah ditetepkan
tersebut6.
Menurut
peneliti
perencanaan kegiatan pemicuan
CLTS sudah sesuai dengan teori,
mulai dari pendataan sasaran,
jadwal kegiatan dan tenaga yang
melaksanakan.
Perencanaan
dalam kegiatan pemicuan CLTS
di Desa Penegah tidak ada
masalah.
b. Pelaksanaan
Hasil
penelitian
ini
diperoleh
hasil
bahwa
pelaksanaan kegiatan CLTS
dilakukan di desa dengan
masyarakat untuk ikut berperan
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
335
EVALUASI KERJA PROGRAM CWSHP DENGAN PENDEKATAN CUMMUNITY LEAD TOTAL SANITATION (CLTS) TERHADAP
PENINGKATAN JAMBAN KELUARGA DI DESA PENEGAH KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN
serta
kemudian
masyarakat
diminta
menggambarkan
bagaimana kondisi desa melalui
sebuah
peta.
Pelaksanaan
kegiatan ini belum mencapai
target yang telah ditetapkan.
Menurut
Depkes
RI
(2006) kegiatan yang dilakukan
pada saat pelaksanaan kegiatan
pemicuan CLTS yaitu :
1. Perkenalan
dan
Penyampaian
Tujuan
:
perkenalkan terlebih dahulu
anggota tim pemicu dan
sampaikan tujuan bahwa tim
ingin
“melihat”
kondisi
sanitasi dari desa tersebut.
2. Bina
Suasana
:
untuk
menghilangkan “jarak” antara
pemicu dengan masyarakat
sehingga proses fasilitasi
berjalan lancar, sebaiknya
lakukan pencairan suasana.
3. Analisa
Partisipatif
dan
Pemicuan : memulai proses
pemicuan di masyarakat,
yang diawali dengan analisa
partisifatif misalnya melalui
pembuatan peta desa/dusun
yang akan menggambarkan
wilayah BAB masyarakatnya.
4. Tindak
Lanjut
Oleh
Masyarakat : jika masyarakat
sudah terpicu dan kelihatan
ingin berubah, maka saat itu
juga susun rencana tindak
lanjut
oleh
masyarakat.
Semangati
masyarakat
bahwa mereka dapat 100%
terbebas dari kebiasaan BAB
di sembarang tempat.
5. Monitoring. Lebih kepada
“memberikan energi” bagi
masyarakat yang sedang
dalam perubahan di bidang
sanitasinya.
Menurut
peneliti
pelaksanaan kegiatan pemicuan
CLTS di desa penegah sudah
baik namun hasil yang dicapai
belum mencapai target. Yang
menjadi
penyebab
tidak
tercapainya target adalah kurang
partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan kegiatan khususnya
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
pada saat kegiatan pemicuan
banyak masyarakat yang tidak
datang.
Sebaiknya
sebelum
melakukan
pemicuan,
tokoh
masyarakat seperti kepala desa
dan kader menginformasikan
kepada masyarakat sebelum hari
H sehingga masyarakat mau
meluangkan waktunya untuk
hadir pada saat ada kegiatan
pemicuan.
c. Pengawasan
Hasil
penelitian
ini
diperoleh
hasil
bahwa
pengawasan dalam kegiatan
CLTS
di
Desa
Penegah
dilakukan oleh Kepala Desa,
sanitarian, bidan desa dan kader.
Walaupun sampai sekarang tidak
seluruh
masyarakat
yang
membangun
jamban
tetapi
setidaknya
ada
peningkatan
meskipun tidak banyak.
Tujuan
dilakukannya
pengawasan
adalah
agar
kegiatan-kegiatan atau orangorang yang melakukan kegiatan
yang telah direncanakan tersebut
dapat berjalan dengan baik dan
tidak
terjadi
penyimpanganpenyimpangan
yang
kemungkinan tidak akan tercapai
tujuan yang telah di tetapkan7.
Pengawasan
dilakukan
untuk mengetahui gambaran
pembangunan
jamban
dan
dengan
adanya
gambaran
terhadap
temuan-temuan
tersebut
para
pelaku
pengawasan dapat menindak
lanjuti kegiatan selanjutnya. Di
dalam pelaksanaan program
CLTS
di
desa
Penegah
pembangunan jamban setelah
proses pemicuan dilaksanakan
dan ada masyarakat yang sudah
terpicu,
pengawasannya
dilakukan langsung oleh Kepala
Desa,
fasilitator,
Sanitarian,
Bidan Desa dan Kader.
Menurut
peneliti
pengawasan
elaksanaan
program CLTS di desa Penegah
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
336
EVALUASI KERJA PROGRAM CWSHP DENGAN PENDEKATAN CUMMUNITY LEAD TOTAL SANITATION (CLTS) TERHADAP
PENINGKATAN JAMBAN KELUARGA DI DESA PENEGAH KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN
pembangunan jamban tidak ada
masalah.
3. Gambaran output
Dari hasil penelitian diperoleh
hasil dahwa setelah dilakukan
kegiatan
pemicuan
CLTS
ini,
mengalami peningkatan dengan
jumlah 170 jamban keluarga dengan
rincian 59 buah untuk jamban
parmanen (leher angsa dengan
septictank) dan 111 buah berbentuk
semi
parmanen
(cubluk
dan
plengsengan). Dengan persentase
peningkatan sebesar 39,58%
kebiasaan buang air besar masyarakat
dan apakah mereka ingin berubah atau
tidak; Pengawasan ini dilakukan oleh
fasilitator, tenaga sanitarian, bidan desa
dan kader serta Kepala Desa; Output :
Dari hasil diatas diketahui bahwa
peningkatan yang ada di desa Penegah
sampai sekarang belum sesuai dengan
tujuan dan target dari program CLTS
yaitu 100 % masyarakat bebas buang air
besar disembarang tempat menjadi lebih
terfokus.
SIMPULAN
Tenaga
dalam
pelaksanaan
Program CWSH Dengan Pendekatan
Cummunity Lead Total Sanitation
(CLTS) Terhadap Peningkatan Jamban
Keluarga
Di
Desa
Penegah
Kec.Pelawan Kabupaten Sarolangun
jumlah tenaga (kader) belum mencukupi
karena tenaga (kader) yang ada
sekarang hanya ada 2 (dua) orang dan
jika dilihat dari tingkat pendidikannya D3
Kesling dan SMA, dan para kader yang
ada
tersebut
belum
pernah
mendapatkan pelatihan khusus tentang
CLTS; Sarana yang digunakan dalam
pelaksanaan Program CWSH Dengan
Pendekatan Cummunity Lead Total
Sanitation
(CLTS)
Terhadap
Peningkatan Jamban Keluarga Di Desa
Penegah
Kec.Pelawan
Kabupaten
Sarolangun sudah cukup; Perencanaan
Program CWSH Dengan Pendekatan
Cummunity Lead Total Sanitation
(CLTS) Terhadap Peningkatan Jamban
Keluarga
Di
Desa
Penegah
Kec.Pelawan Kabupaten Sarolangun ini
dilakukan
oleh
fasilitator,
tenaga
sanitarian, bidan desa dan kader;
Pelaksanan kegiatan ini dilakukan di
masyarakat, melalui kegiatan pemicuan
inilah
bisa
diketahui
bagaimana
Dinkes Provinsi Jambi. 2007. Gerakan
Masyarakat
Sadar
Jamban
Dengan Pendekatan CLTS di
Jambi. Jambi: Dinas Kesehatan
Provinsi Jambi.
Depkes RI. 1985. Petunjuk Pelaksanaan
dan Teknis Pembangunan Jaga
dan Spal Program bantuan
Inpres Sarana Kesehatan Tahun
1985/1986. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
Depkes RI, 2004. Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 81/Menkes/SK/I/2004
Tentang Pedoman Penyusunan
Perencanaan SDM Kesehatan Di
Tingkat Provinsi Kab/kota Serta
Rumah
Sakit.
Jakarta
:
Departemen Kesehatan RI,2004.
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Sarolangun,
2011.
Profil
Tahunan Kabupaten Sarolangun
Depkes RI, 2006. Second Water And
Sanitation for Low Incame
Communities (WSLIC-2). Ditjen
P2PI. Edisi 7
Muninjaya.
2004.
Manajemen
Kesehatan. EGC. Jakarta
Notoatmodjo, 2003. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Cetakan Kedua.
Jakarta : Rineke Cipta
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
DAFTAR PUSTAKA
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
337
HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA
BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2015
HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA
DENGAN PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2015
RELATED KNOWLEDGE, MOTIVATION MOTHER AND INCOME FAMILIES WITH CHILDREN ON
PREVENTION OF PNEUMONIA WORKING IN THE HEALTH PAYO SELINCAH JAMBI CITY 2015
Marinawati
Stikes Prima Jambi
Korespondensi penulis :[email protected]
ABSTRAK
Saat ini lebih dari 3 juta orang yang mengalami serangan infeksi bakteri pneumonia ini setiap
tahunnya. Lebih dari setengah juta dari mereka diopname di rumah sakit untuk perawatan. meskipun
dari kebanyakan orang-orang ini sembuh setelah mendapatkan perawatan yang semestinya, sekitar
5% dari mereka akan meninggal dunia akibat pneumonia. Data Puskesmas Payo Selincah Kota
Jambi pada bulan Januari-Mei tahun 2015 sebanyak 37 balita (1,68%).
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, motivasi ibu dan pendapatan keluarga dengan
pencegahan pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi tahun
2015. Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu yang memiliki balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo
Selincah Kota Jambi tahun 2015 yang berjumlah 2.202 orang. Sampel diambil secara proportional
stratifiedrandom sampling yang berjumlah 92 orang. Analisis data dilakukan secara univariat dan
bivariat.
Hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar (68,5%) responden pengetahuan rendah, (54,3%)
responden motivasi kurang baik, (77,2%) responden pendapatan tinggi, dan (64,1%) responden
memiliki pencegahan pneumonia yang kurang baik. Terdapat hubungan pengetahuan (p= 0,017),
motivasi ibu (p= 0,000) dan pendapatan keluarga (p= 0,037) dengan pencegahan pneumonia pada
Balita.
Disarankan agar dalam penanggulangan penyakit pneumonia pada anak Balita melakukan program
pengobatan dan pencegahan secara sinergis dengan mengimplementasikan strategi manajemen
penanggulangan penyakit pneumonia pada anak Balita yang telah disusun dengan mengambil
langkah kebijakan dengan mempertimbangkan aspek sumber daya manusia baik pelaksana (petugas
kesehatan) maupun sasaran (masyarakat).
Kata Kunci: Pengetahuan, Motivasi, Pendapatan, Pencegahan
ABSTRACT
Currently more than 3 million people who suffered abacterial infection of pneumonia every year. More
thanhalf a million of them opname in the hospital for treatment. althoughfrom mostof these people
recover after getting proper treatment, approximately 5% of them will die from pneumonia. Document
Payo Selincah Jambi City Public Health Center in January-May 2015 as many as37children(1.68%).
This study is a descriptive analytic with cross sectional study design that aims to determine the
relationship of knowledge, motivation and family income mothers with toddlers in the prevention of
pneumonia in Puskesmas Payo Selincah Jambi City in 2015. The population in this study are all
mothers who have children in Puskesmas Payo Selincah Jambi City in 2015, amounting to 2,202
people. Samples were taken by proportional stratified random sampling which amounted to 92
people. The data were analyzed using univariate and bivariate.
The results showed that the majority (68.5%) of respondents low knowledge, (54.3%) of respondents
are less good motivation, (77.2%) higher income respondents, and (64.1%) of respondents have
pneumonia prevention unfavorable. There is a correlation between knowledge (p = 0.017), maternal
motivation (p = 0.000) and family income (p = 0.037) with the prevention of pneumonia in Toddlers.
It is recommended that in the prevention of pneumonia in children under five do a program of
treatment and prevention in synergy with implementing management strategies prevention of
pneumonia in children under five who have been prepared to take policy measures taking into
account aspects of human resource executor (health workers) and target (community).
Keywords: Knowledge,Motivation, Revenue, Prevention
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
338
HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA
BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2015
PENDAHULUAN
Pneumonia pada anak termasuk
salah satu penyebab kematian tertinggi
di dunia yaitu sekitar 20 persen atau
sekitar 1,5 juta balita tiap
tahunnya meninggal karena penyakit
tersebut. Tiap tahun diperkirakan ada
11-20 juta anak di dunia dirawat di
rumah sakit karena pneumonia. Program
penanggulangan pneumonia di dunia
sejauh ini telah berhasil menurunkan 35
persen kematian anak. Di Indonesia
pneumonia
merupakan
penyebab
kematian 13,2 persen balita di Indonesia
dan penyebab kematian 12,7 persen
anak. Selain itu, sebesar 87,9 persen
kasus flu burung di Indonesia juga
menderita pneumonia.
Saat ini lebih dari 3 juta orang yang
mengalami serangan infeksi bakteri
pneumonia ini setiap tahunnya. Lebih
dari setengah juta dari mereka diopname
di rumah sakit untuk perawatan.
meskipun dari kebanyakan orang-orang
ini sembuh setelah mendapatkan
perawatan yang semestinya, sekitar 5%
dari mereka akan meninggal dunia
akibat pneumonia. Dengan demikian,
pneumonia
menjadi
salah
satu
penyebab kematian yang signifikan pada
diri manusia.
Terdapat 450 juta laporan kasus
pneumonia
setiap
tahunnya,
menyebabkan
4
juta
mengalami
kematian, dengan insiden tertinggi pada
anak usia balita. Di negara berkembang
pneumonia merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada anak
balita dan menyebabkan dua juta
kematian setiap tahunnya.
Pencegahan
pneumonia
dilaksanakan melalui upaya peningkatan
kesehatan seperti imunisasi, perbaikan
gizi
dan
perbaikan
lingkungan
pemukiman. Peningkatan pemerataan
cakupan kualitas pelayanan kesehatan
juga akan menekan morbiditas dan
mortalitas
pneumonia.
Peranan
masyarakat
sangat
menentukan
keberhasilan upaya penanggulangan
pneumonia.
Terpenting
adalah
masyarakat memahami cara mendeteksi
dini dan cara mendapatkan pertolongan
pertama (care seeking). Akibat berbagai
sebab, termasuk hambatan geografi,
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
budaya, dan ekonomi, pemerintah juga
menggerakkan kegiatan masyarakat
seperti posyandu, pos obat desa dan
lain-lainnya untuk membantu balita yang
batuk atau kesukaran bernafas yang
tidak dibawa berobat sama sekali.
Pneumonia akan menyebabkan
bayi dibawah usia satu tahun atau balita
akan menderita asma. Pneumonia pada
anak-anak akan menyebar dari saluran
pernapasan bagian atas karena adanya
komplikasi
influenza
atau
batuk
bronchitis. Gejala yang dirasakan anak
adalah batuk-batuk (batuk kering atau
batuk berdahak berwarna hijau atau
kuning), demam, sulit bernapas, terasa
sakit di bagian dada jika sedang batuk.
Penyebab
pneumonia
adalah
bakteri, virus, mikoplasma, jamur dan
protozoa. Bakteri penyebab pneumonia:
bakteri gram positif (streptococcus
pneumonia
atau
pneumococal
pneumonia, stephylococus aureus) dan
bakteri
gram negatif (heamophilus
influenza, pseudomonas, aeruginosa,
kleibsiella
pneumonia
anaerobik
bakteria). Atypikal bacteria (legionella
pneumophila
dan
mycoplasma
pneumonia). Virus penyebab pneumonia
adalah influenza, parainfluenza dan
adenovirus.
Komplikasi yang dapat terjadi
apabila klien pneumonia tidak tertangani
secara cepat dan tepat adalah empiema,
emfisema, atelektasis, otitis media akut
dan meningitis.
Berdasarkan
data
Dinas
Kesehatan Kota Jambi tahun 2012-2014
menunjukkan bahwa dari jumlah balita
tahun 2014 sebanyak 58.693 balita.
Jumlah
balita
yang
menderita
pneumonia di Kota Jambi tahun 2014
sebanyak 1.565 balita dengan jumlah
balita yang menderita pneumonia
tertinggi di Puskesmas Payo Selincah
Kota Jambi sebanyak
218 balita
(10,01%).
Berdasarkan data Puskesmas
Payo Selincah Kota Jambi tahun 2013Mei 2015 menunjukkan bahwa dari
jumlah balita tahun 2014 sebanyak
2.202 balita. Jumlah balita yang
menderita pneumonia di Puskesmas
Payo Selincah Kota Jambi tahun 2013
sebanyak 91 balita (4,13%), pada tahun
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
339
HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA
BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2015
2014 sebanyak 95 balita (4,31%) dan
pada bulan Januari-Mei tahun 2015
sebanyak 37 balita (1,68%).
Berdasarkan survei awal yang
dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
Payo Selincah Kota Jambi diperoleh
dari 10 ibu dengan mengajukan
pertanyaan
tentang
pengertian,
penyebab, serta pencegahan pneumonia
sebanyak 7 ibu diantaranya tidak
mengetahui pneumonia, sedangkan 3
lainnya
mengetahui
tetapi
belum
sepenuhnya benar. Kebanyakan ibu
memperoleh
informasi
tentang
pneumonia dari tetangga atau orang lain
yang tidak ahli dalam bidang pneumonia
tersebut. Informasi yang diperolehnya
pun masih bersifat umum. Kurangnya
pengetahuan ini mempengaruhi motivasi
ibu untuk melakukan pencegahan
pneumonia
pada
balita
hal
ini
dikarenakan juga karena pendapatan
keluarga yang pas-pasan sebesar Rp.
1.710.000,- perbulan yang bekerja
sebagai buruh pabrik bahkan terdapat
pendapatan keluarga yang kurang dari
Rp. 1.000.000,- perbulan sehingga ibu
hanya membiarkan balita sembuh
dengan
sendiri
tanpa
melakukan
pengobatan .
Berdasarkan fenomena di atas,
maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian yang
berjudul
“Hubungan
Pengetahuan,
Motivasi Ibu dan Pendapatan Keluarga
dengan Pencegahan Pneumonia pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo
Selincah Kota Jambi Tahun 2015”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan deskriptif
analitik dengan desain penelitian cross
sectional
yang
bertujuan
untuk
mengetahui hubungan pengetahuan,
motivasi ibu dan pendapatan keluarga
dengan pencegahan pneumonia pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo
Selincah Kota Jambi tahun 2015.
Populasi dalam penelitian ini
seluruh ibu yang memiliki balita di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Payo
Selincah Kota Jambi tahun 2015 yang
berjumlah 2.202 orang. Sampel pada
penelitian
ini
diambil
dengan
menggunakan
teknik
pengambilan
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
sampel secara proportional stratified
random sampling yaitu pengambilan
sampel
secara
acak
sederhana
berdasarkan jumlah ibu yang memiliki
balita perkelurahan di Wilayah Kerja
Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi
yang berjumlah 92 orang.
Proses penelitian ini dilakukan di
Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas
Payo Selincah Kota Jambi pada bulan
Agustus tahun 2015.
Analisis data terdiri dari analisis
univariat untuk mengetahui gambaran
setiap variabel dan analisis bivariat
untuk melihat hubungan antara variabel
independen (pengetahuan, motivasi ibu
dan pendapatan keluarga) dengan
variabel
dependen
(pencegahan
pneumonia
pada
Balita)
(Notoadmojo,2007).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hubungan Pengetahuan Ibu
Dengan Pencegahan Pneumonia
Pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Payo Selincah Kota
Jambi Tahun 2015
Pencegahan
Pneumonia
Pengetahuan
Kurang
Ibu
Baik
Baik
%
%
f
f
Rendah
46 73,0 17 27,0
Tinggi
13 44,8 16 55,2
Total
59 64,1 33 35,9
Total
pvalue
F %
63 100,0
29 100,0 0,017
92 100,0
2. Hubungan Motivasi Ibu Dengan
Pencegahan Pneumonia Pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Payo Selincah Kota Jambi Tahun
2015
Pencegahan
Pneumonia
pTotal
value
Motivasi Ibu Kurang Baik
Baik
% F % F %
f
Kurang Baik 41 82,0 9 18,0 50 100,0
Baik
18 42,9 24 57,1 42 100,0 0,000
Total
59 64,1 33 35,9 92 100,0
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
340
HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA
BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2015
3. Hubungan Pendapatan Keluarga
Dengan Pencegahan Pneumonia
Pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Payo Selincah Kota
Jambi Tahun 2015
Pencegahan
Pneumonia
pTotal
Pendapatan
value
Kurang
Keluarga
Baik
Baik
%
%
%
f
f
f
Rendah
18 85,7 3 14,3 21 100,0
Tinggi
41 57,7 30 42,3 71 100,0 0,037
Total
59 64,1 33 35,9 92 100,0
1. Hubungan Pengetahuan Ibu
tentang Pencegahan Pneumonia
Pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Payo Selincah Kota
Jambi Tahun 2015
Temuan hasil pengolahan data
juga menunjukkan bahwa terdapat ibu
yang meskipun memiliki pengetahuan
tinggi tentang pneumonia, akan tetapi
perilaku pencegahan pneumonia masih
kurang baik. Hal ini dikarenakan
meskipun ibu mengetahui upaya-upaya
pencegahan pneumonia namun masih
banyak yang mengabaikan perilaku
pencegahan
karena
kurangnya
kesadaran
serta
dorongan
untuk
melakukan
upaya
pencegahan
pneumonia secara terus menerus dan
berkelanjutan dalam kehidupan seharihari. Sebaliknya, meskipun memiliki
pengetahuan rendah namun terdapat ibu
yang melakukan upaya pencegahan
pneumonia dengan baik. Hal ini
dikarenakan ibu melaksanakan anjuran
dan himbauan serta arahan dari tenaga
kesehatan
tentang
pencegahan
pneumonia.
Oleh sebab itu, sangatlah penting
untuk meningkatkan pengetahuan dan
wawasan
ibu
tentang
penyakit
pneumonia
pada
balita
baik
pengetahuan
dalam
upaya
pencegahan pneumonia agar tidak
memperburuk kondisi kesehatan serta
mempengaruhi tumbuh kembang balita
di masa yang akan datang. Hal ini perlu
upaya dari tenaga kesehatan untuk
memberikan
informasi
dan
keterampilan baik melalui penyuluhan
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
kesehatan maupun kegiatan konseling
pada saat ibu memeriksakan balitanya
ke Puskesmas sehingga meningkatkan
pengetahuan dan wawasan ibu dalam
melakukan upaya pencegahan sedini
mungkin
untuk
menghindarkan
balitanya dari faktor-faktor penyebab
kejadian pneumonia maupun upaya
peningkatan
kesehatan
serta
pemberian zat kekebalan tubuh melalui
pemberian imunisasi yang lengkap.
2. Hubungan Motivasi Ibu tentang
Pencegahan Pneumonia Pada
Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Payo Selincah Kota
Jambi Tahun 2015
Temuan hasil pengolahan data
juga menunjukkan bahwa terdapat ibu
yang meskipun memiliki motivasi baik
tentang pneumonia, akan tetapi
perilaku pencegahan pneumonia masih
kurang baik. Hal ini dikarenakan
meskipun ibu mengetahui upaya-upaya
pencegahan pneumonia namun masih
banyak yang mengabaikan perilaku
pencegahan
karena
kurangnya
kesadaran serta dorongan untuk
melakukan
upaya
pencegahan
pneumonia secara terus menerus dan
berkelanjutan dalam kehidupan seharihari. Sebaliknya, meskipun memiliki
motivasi rendah namun terdapat ibu
yang melakukan upaya pencegahan
pneumonia dengan baik. Hal ini
dikarenakan ibu melaksanakan anjuran
dan himbauan serta arahan dari tenaga
kesehatan
tentang
pencegahan
pneumonia.
Oleh
karena
itu,
perlunya
peningkatan motivasi ibu dengan
arahan serta bimbingan sehingga ibu
dapat menunjukkan motivasi yang lebih
baik lagi dari sebelumnya dalam
mengupayakan
pencegahan
pneumonia pada balitanya sehingga
menambah
wawasan
dan
pengetahuannya yang dapat dijadikan
sebagai dasar dan pedoman dalam
melakukan
tindakan
pencegahan
pneumonia.
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
341
HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA
BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2015
3. Hubungan Pendapatan Keluarga
tentang Pencegahan Pneumonia
Pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Payo Selincah Kota
Jambi Tahun 2015
Temuan hasil pengolahan data
juga menunjukkan bahwa terdapat ibu
yang meskipun memiliki pendapatan
tinggi tentang pneumonia, akan tetapi
perilaku pencegahan pneumonia masih
kurang baik. Hal ini dikarenakan
meskipun ibu pendapatan tinggi upayaupaya pencegahan pneumonia namun
masih banyak yang mengabaikan
perilaku pencegahan karena kurangnya
kesadaran serta dorongan untuk
melakukan
upaya
pencegahan
pneumonia secara terus menerus dan
berkelanjutan dalam kehidupan seharihari. Sebaliknya, meskipun memiliki
pendapatan rendah namun terdapat ibu
yang melakukan upaya pencegahan
pneumonia dengan baik. Hal ini
dikarenakan ibu melaksanakan anjuran
dan himbauan serta arahan dari tenaga
kesehatan
tentang
pencegahan
pneumonia.
Adanya keikutsertaan ibu di
BPJS dan asuransi kesehatan lainnya
juga membantu dalam melakukan
upaya pencegahan pneumonia. Ketika
anak mengalami gejala dan tandatanda dari penyakit pneumonia dapat
langsung memeriksakan diri dengan
segera dengan didukung adanya biaya
dari BPJS. Sehingga ibu tidak
menunda-nunda
lagi
untuk
memeriksakan anak ke pelayanan
kesehatan karena biaya yang tidak ada
atau tidak mencukupi.
Pendapatan keluarga yang tinggi
akan
dapat
mendukung
untuk
melakukan
upaya
pencegahan
terhadap kejadian pneumonia pada
balita. Dengan adanya pendapatan
keluarga yang tinggi maka akan
semakin besar pula alokasi pendanaan
yang disediakan untuk peningkatan
kesehatan bagi keluarganya seperti
penyediaan
makanan
yang
mengandung gizi lengkap, Selain itu,
kemampuan ekonomi yang didukung
pendapatan keluarga yang tinggi akan
mampu menyediakan tempat tinggal
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
yang layak huni yang memenuhi syarat
rumah sehat.
SIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa dari
92 responden (68,5%) responden
pengetahuan
rendah,
(54,3%)
responden motivasi kurang baik, (77,2%)
responden pendapatan tinggi, dan
(64,1%) responden memiliki pencegahan
pneumonia yang kurang baikTerdapat
hubungan yang bermakna antara
pengetahuan p-value= 0,017, motivasi pvalue= 0,000 dan pendapatan keluarga
p-value= 0,037 dengan pencegahan
pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi
tahun 2015.
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes Provinsi Jambi, Profil kesehatan
kota jambi tahun 2012-2014.
Manurung, 2013. Gangguan Sistem
Pernafasan Akibat Infeksi.
Penerbit Trans Info Media.
Jakarta.
Manurung,2013.
Gangguan
sistem
pernapasan
akibad
pneumonia sudah “Lampu
Kuning”.
Maryunani, 2010. Ilmu Kesehatan Anak
Dalam Kebidanan. Penerbit
Trans Info Media. Jakarta.
Notoadmojo,2007. Metode Penelitian
kesehatan.
Penerbit
PT
Rineka Cipta.
Pedepersi, 2011. Jumlah Kematian
Balita
Akibat
Pneumonia
Sudah
‘Lampu
Kuning’.
Terdapat
dalam
http://www.pdpersi.co.id
Pernapasan).
Penerbit
Gosyen
Publishing. Yogyakarta: xiv,
202 hlm
Puskesmas payo selincah kota jambi
tahun 2012-2015
Setiadi,2009, Mengenal penyakit balita.
Penerbit Salemba Medika,
Jakarta.
Setiati, 2009. Mengenal Penyakit Balita.
Penerbit Salemba Medika.
Jakarta
Shaleh, 2013. Jadi Dokter Untuk Anak
Sendiri. Penerbit Katahati.
Jogyakarta.
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
342
HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015
HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI
TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA
JAMBI TAHUN 2015
Erris Siregar
Poltekes Kesehatan Lingkungan
Korespodensi penulis : [email protected]
ABSTRAK
Pada tahun 2012, Indonesia termasuk Negara kekurangan gizi nomor 5 di dunia. Jumlah balita yang
kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu jiwa. Jumlah tersebut merupakan 4,5 persen
dari jumlah balita Indonesia, yakni 23 juta jiwa. Daerah yang kekurangan gizi tersebar di seluruh
Indonesia, tidak hanya daerah bagian timur Indonesia. Hingga hari ini Indonesia masih dihantui kasus
gizi buruk. Penyebab utama kematian pada bayi dan balita terutama masalah neonatal (prematuritas,
asfiksia, BBLR, infeksi), penyakit infeksi (diare, pneumonia, malaria, campak) dan masalah gizi
(kurang dan buruk). Gizi kurang dan terutama gizi buruk memiliki kontribusi terhadap 30% kematian
pada balita.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan case control
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan peran keluarga, status ekonomi dan penyakit infeksi
terhadap status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi tahun 2015. Penelitian ini
telah dilaksanakan bulan Agustus tahun 2015 di Puskesmas Paal V Kota Jambi. Populasi dalam
penelitian sebanyak 40 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 orang dengan perbandingan
1:1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner. Analisis data dilakukan secara
univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara peran keluarga dengan status gizi
balita dengan nilai p-value 0,012, adanya hubungan antara status ekonomi dengan status gizi balita
dengan nilai p-value 0,013 dan adanya hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi balita
dengan nilai p-value 0,025.
Diharapkan petugas kesehatan melakukan penyuluhan kesehatan dan informasi tentang status gizi
balita menjelaskan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti agar responden dapat
memahami dengan baik dan juga dengan cara memberikan leaflet, brosur, dan kegiatan promotif
lainnya seperti melakukan diskusi bersama serta meningkatkan program kerja di posyandu dalam
pemantauan gizi balita.
Kata kunci
: Keluarga, Status Ekonomi, Penyakit Infeksi, Gizi Balita
RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY ROLES, ECONOMIC STATUS AND INFECTION DISEASE
TOWARDS NUTRITIONAL STATUS OF CHILDREN UNDER FIVE YEARS IN REGION
PUSKESMAS PAAL V IN JAMBI CITY 2015.
ABSTRACT
In 2012, Indonesia has included in number five of undernutrition country in the world. The number of
children under five years who is suffer from malnourished to day are about 900 thousand kids, and
that amount is 4,5% of the number of children under five years in Indonesia which totaly 23 children.
The malnutrition area are spread all over Indonesia, not only in eastern part of Indonesia. However,
until today Indonesia still has the problem of malnutrition. The main causes of death in infants and
toddlers especially neonatal problems (prematurity, asphyxia, low birth weight, infection), infection
disease (diarrhea, pneumonia, malaria, measles) and nutrition problem (undernutrition and
malnutrition). Undernutrition and malnutrition has 30% contribute in children mortality.
This research is descriptive analytic studies with case control approach which aim to find relationship
between family roles, economic status and infection disease towards nutritional status of children
under five years in region Puskesmas paal V in Jambi city 2015. Population in this study were 80
people, and the sample are 40 people by using comparison 1:1. Data obtained by filling a
questionaire as a collect tool. The analysis of this research were using univariate and bivariate.
As the result shows, there is relationship between family roles with nutritional status of children under
five years with p-value 0,012 and there is relationship between economic status with nutritional status
of children under five years with p-value 0,013 than there is relationship between infection disease
with nutritional status of children under five years with total value 0,025.
Therefore we suggest to health professional to provide information and counseling about the
importance of nutritional for children growth and development by using understandable languange
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol.4 No. 04 Maret 2016
343
HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015
also by giving leafleat, brochures and others promotive activity such as discussion group and also
increase Posyandu program to monitor children nutritional status in their community.
Keywords : Family,Economic Status And Infection Disease ,Nutritional Status Children
PENDAHULUAN
Anak umur 0-5 tahun merupakan
periode penting dalam tumbuh kembang
anak, karena masa ini merupakan masa
pertumbuhan dasar yang mempengaruhi
dan
menentukan
perkembangan
selanjutnya. Tumbuh kembang balita
melalui periode atau tahapan tumbuh
kembang tertentu yang secara pesat
dapat mencapai tumbuh kembang yang
optimal (Eveline & Djamaludin, 2010).
Menurut
hasil
UNICEF-WHO
Tahun 2012, diperkirakan 165 juta anak
usia dibawah lima tahun diseluruh dunia
mengalami
penurunan
gizi
buruk
dibandingkan dengan sebanyak 253 juta
tahun 1990. Tingkat prevalensi gizi buruk
tinggi di kalangan anak di bawah usia lima
tahun terdapat di Afrika (36%) dan Asia
(27%), dan sering belum diakui sebagai
masalah
kesehatan
masyarakat
(Purwaningsih, 2012).
Diperkirakan terdapat 101 juta
anak dibawah usia lima tahun di seluruh
dunia mengalami masalah berat badan
kurang, menurun dibandingkan dengan
perkiraan sebanyak 159 juta pada tahun
1990. Meskipun prevalensi berat badan
kurang pada anak usia dibawah lima
tahun mengalami penurunan sejak tahun
1990, rata-rata kemajuan kurang berarti
dengan jutaan anak masih termasuk
dalam katagori beresiko (Purwaningsih,
2012).
Pada tahun 2012, Indonesia
Negara kekurangan gizi nomor 5 di dunia.
Peringkat kelima karena jumlah penduduk
Indonesia juga di urutan empat terbesar
dunia, Jumlah balita yang kekurangan gizi
di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu jiwa.
Jumlah tersebut merupakan 4,5 persen
dari jumlah balita Indonesia, yakni 23 juta
jiwa. Daerah yang kekurangan gizi
tersebar di seluruh Indonesia, tidak hanya
daerah bagian timur Indonesia. Hingga
hari ini Indonesia masih dihantui kasus
gizi buruk. Penyebab utama kematian
pada bayi dan balita terutama masalah
neonatal (prematuritas, asfiksia, BBLR,
infeksi),
penyakit
infeksi
(Diare,
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Pneumonia, Malaria, Campak) dan
masalah gizi (kurang dan buruk). Gizi
kurang dan terutama gizi buruk memiliki
kontribusi terhadap 30% kematian pada
balita. (Depkes, 2013).
Masalah Gizi sangat berkaitan
dengan kualitas sumber daya manusia
dan
merupakan
faktor
penentu
keberlangsungan survival suatu bangsa.
Kualitas ini dapat dicapai melalui keadaan
gizi yang baik dan pendidikan yang baik
pula. Sumber daya manusia yang kurang
gizi, tidak akan produktif, begitu pula
dengan tingkat pendidikan yang rendah
mengakibatkan tidak tersedianya tenaga
kerja
berkualitas,
terampil
dan
berpengetahuan. Negara dengan kualitas
sumber daya manusia yang rendah sudah
tentu tidak akan mampu bersaing dengan
negara-negara lain (Susanti, 2009).
Dampak yang terjadi jika bayi
mengalami gizi buruk yaitu pertumbuhan
badan dan perkembangan mental anak
sampai dewasa terhambat, mudah
terkena penyakit ispa, diare, dan yang
lebih sering terjadi dan bisa menyebabkan
kematian bila tidak dirawat secara intensif
(Suhardjo, 2010).
Salah satu penyebab tingginya
angka kematian bayi dan anak di Negara
sedang berkembang adalah keadaan gizi
yang kurang baik atau bahkan buruk.
Disadari bahwa pertumbuhan bayi sangat
dipengaruhi pemberian makanan pangan
gizi sejak dalam kandungan, maka status
gizi yang buruk pada bayi dan anak dapat
menghambat pertumbuhan fisik mental
maupun kemampuan berpikir yang tetntu
saja akan menurunkan produktivitas kerja.
Keadaan ini merupakan petunjuk bahwa
pada hakikatnya gizi yang buruk atau
kurang
akan
berdampak
pada
menurunnya kualitas sumber daya
manusia (Suhardjo, 2010).
Status gizi balita merupakan hal
penting yang harus diketahui oleh setiap
orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam
tumbuh kembang di usia balita didasarkan
fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada
Vol.4 No. 04 Maret 2016
344
HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015
masa emas ini bersifat ireeversible (tidak
dapat pulih). Ukuran tubuh yang pendek
ini merupakan tanda kurang gizi yang
berkepanjangan. Lebih jauh, kekurangan
gizi dapat mempengaruhi perkembangan
otak anak. Padahal otak tumbuh selama
masa balita (Marimbi, 2010).
Peran keluarga sangatlah penting
bagi anak,terutama terhadap status gizi
mereka. Adapun perannya adalah sebagai
pendidik dan penyedia. Anak-anak pada
umumnya berperilaku makan yang tidak
sehat dan mereka makan supaya tidak
lapar. Tetapi pilihan makanan mereka
masih
berubah-ubah.
Tetapi
pada
kenyataannya masih banyak orang tua
kurang memperhatikan status gizi anak,
khususnya pada orang tua yang sibuk
bekerja di luar mereka hanya memberikan
uang saku tanpa membekali makanan
yang bergizi dari rumah. Mereka
terpengaruh iklan makanan dan makanan
ringan
yang
kelihatan
menarik
tetapimiskin gizi. Mereka makin sering
makan di luar,karena itu orang tua harus
lebih memperhatikan gizi anak dan
memberikan
gizi
yang
seimbang
(Andarwati, 2007).
Penelitian yang dilakukan Suryati
(2012) mengenai gambaran pengetahuan
ibu dan peran keluarga terhadap status
gizi pada balita di Puskesmas Pasawahan
Kota Bandung, menunjukkan bahwa
sebagian besar 51,2% ibu memiliki
pengetahuan cukup tentang status gizi
balita dan sebagian besar 51,7% ibu
memiliki peran keluarga kurang baik.
pada tahun 2013 bayi yang
mengalami gizi kurang sebanyak 34 balita
(3,2%) dan tahun 2014 balita yang
mengalami gizi kurang sebanyak 38 balita
(3,8%).
Survei awal yang telah dilakukan
peneliti mengenai status gizi balita pada
tanggal 18 Juni 2015 di Puskesmas Paal
V Kota Jambi terhadap 10 ibu yang
memiliki balita, menunjukkan bahwa 6 ibu
mengatakan tidak mengetahui akibat
status gizi kurang balita, tidak mengetahui
penyebab gizi kurang pada balita, tidak
mengetahui pengukuran gizi balita dan
keluarga tidak pernah memberikan
informasi dan jarang mengingatkan ibu
untuk selalu memantau gizi pada balita
serta rata-rata bekerja sebagai kuli
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
bangunan, dan satpam. Sedangkan 4 ibu
mengetahui akibat status gizi kurang
balita, mengetahui penyebab gizi kurang
pada balita, mengetahui pengukuran gizi
balita dan keluarga pernah memberikan
informasi dan mengingatkan ibu untuk
selalu memantau gizi pada balita serta
rata-rata bekerja sebagai PNS dan
wiraswasta.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian ini merupakan
penelitian yang bersifat deskriptif analitik
dengan pendekatan case control yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan
peran keluarga, status ekonomi dan
penyakit infeksi terhadap status gizi balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota
Jambi tahun 2015. Penelitian ini telah
dilaksanakan bulan Agustus tahun 2015 di
Puskesmas Paal V Kota Jambi. Populasi
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu yang memiliki anak usia 1-5
tahun yang mengalami gizi kurang dan
gizi buruk tahun 2014 sebanyak 40 orang.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 80
orang
dengan
perbandingan
1:1.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
pengisian
kuesioner
menggunakan
kuesioner. Analisis data dilakukan secara
univariat
dan
bivariat
yaitu
menyederhanakan data dalam bentuk
frekuensi tabel ataupun diagram dan
menghubungkan
antara
variabel
independen dan variabel dependen.
Dari data-data diatas maka peneliti
tertarik mengambil judul hubungan peran
keluarga, status ekonomi dan penyakit
infeksi terhadap status gizi balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota
Jambi tahun 2015 (Notoatmodjo, 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Status Gizi Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota
Jambi Tahun 2015
Diagram 1 Distribusi Responden
Berdasarkan Status Gizi Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota
Jambi Tahun 2015.
Gambaran status gizi balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota
Jambi
diperoleh
melalui
pengisian
Vol.4 No. 04 Maret 2016
345
HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015
kuesioner,
menunjukkan
bahwa
sebanding responden yaitu sebanyak 40
responden (50,0%) status gizi balita baik
dan sebanyak 40 responden (50,0%)
50,0%
Kurang Baik
status gizi balita kurang baik dan
persentase berdasarkan status gizi balita
dapat dilihat pada diagram berikut :
50,0%
Baik
Gambaran Peran Keluarga Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Paal V Kota Jambi Tahun 2015.
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Peran Keluarga Terhadap Status
Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015
Distribusi
Pertanyaan
Ya
Tidak
%
%
Keluarga perhatian dengan kondisi kesehatan
97,5
2,5
balita
8
Keluarga mengantar anda untuk melakukan
posyandu balita dalam memantau gizi pada
10,0
90,0
2
balita
Keluarga menganjurkan kepada anda untuk
menghindari makanan yang sesuai dengan usia
46,3
53,8
7
3
balita
Keluarga mendukung anda dalam memberikan
90,0
10,0
makanan yang baik pada balita
2
Keluarga pernah mencari informasi tentang
pemenuhan gizi pada balita di media massa
20,0
80,0
6
4
atau media elektronik
Ingin memenuhi kebutuhan gizi balita atas
57,5
42,5
dorongan keluarga
6
4
Keluarga selalu menganjurkan anda untuk
memberikan pada balita makanan yang sehat
83,8
16,3
7
3
dan bergizi
Keluarga melarang anda untuk memberikan
95,0
5,0
balita makanan fast food dan junk food
6
Keluarga mengajarkan anda untuk memilih
35,0
35,0
makanan yang bergizi untuk balita
8
8
Keluarga mengingatkan untuk memenuhi gizi
96,3
3,8
pada balita
7
Berdasarkan tabel 1 diatas dari 80
responden, peran keluarga kurang baik
yaitu sebanyak 64 responden (80,0%)
menjawab tidak pada pernyataan keluarga
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
pernah
mencari
informasi
tentang
pemenuhan gizi pada balita di media
massa atau media elektronik, dan
sebanyak
43
responden
(53,8%)
Vol.4 No. 04 Maret 2016
346
HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015
menjawab tidak pada pernyataan keluarga
keluarga menganjurkan kepada anda
untuk menghindari makanan yang sesuai
dengan usia balita.
Berdasarkan
data
distribusi
jawaban dari 80 responden yang telah
diteliti mengenai peran keluarga terhadap
status gizi balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Paal V Kota Jambi, yaitu
sebanyak 32 responden (40,0%) memiliki
peran keluarga baik dan sebanyak 48
responden (60,0%) memiliki peran
keluarga kurang baik. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada diagram berikut:
(57,5%) status ekonomi tinggi dan
sebanyak 34 responden (42,5%) status
ekonomi
rendah
dan
persentase
berdasarkan status ekonomi dapat dilihat
pada diagram berikut :
Diagram 3 Distribusi Responden
Berdasarkan
Status
Ekonomi
di
Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota
Jambi Tahun 2015
42,5%
57,5%
Diagram 2 Distribusi Responden
Berdasarkan Peran Keluarga Terhadap
Status Gizi Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun
2015
Berdasarkan
data
distribusi
jawaban dari 80 responden yang telah
diteliti mengenai peran keluarga terhadap
status gizi balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Paal V Kota Jambi, yaitu
sebanyak 32 responden (40,0%) memiliki
peran keluarga baik dan sebanyak 48
responden (60,0%) memiliki peran
keluarga kurang baik. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada diagram berikut:
Rendah
Tinggi
Gambaran
Penyakit
Infeksi
Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi
Tahun 2015
Tabel 2 Distribusi Penyakit Pada
Balita di Puskesmas Paal V Kota Jambi
Tahun 2015
Penyakit
Diare
Pneumonia
Malaria
Campak
baik
40%
Ju
mlah
43
2
10
25
3,8
,5
2,5
kurang
baik
60%
Gambaran Status Ekonomi di Wilayah
Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi
Tahun 2015
Gambaran status ekonomi di
Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota
Jambi
diperoleh
melalui
pengisian
kuesioner, menunjukkan bahwa mayoritas
responden yaitu sebanyak 46 responden
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
1,2
Total
80
00
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
bahwa dari 80 responden berdasarkan
penyakit yang dialami balita di Puskesmas
Paal V Kota Jambi, sebagian besar
responden
memiliki
balita
dengan
penyakit diare sebanyak 43 orang
(53,8%).
Vol.4 No. 04 Maret 2016
347
HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015
Analisis Bivariat
Hubungan Peran Keluarga Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015
Tabel 3 Analisa Hubungan Peran Keluarga Terhadap Status Gizi Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015 (n=80)
Peran
Keluarga
Kurang
Baik
f
Status Gizi Balita
Kurang Baik
Baik
%
f
%
Total
f
OR 95 %
Cl
P- Value
%
30
62,5
18
37,5
48
100
3,667
Baik
10
31,2
22
68,8
32
100
(1,4209,470)
Total
40
50,0
40
50,0
80
100
0,012
peran keluarga baik didapat 31,2% yang
memiliki status gizi balita kurang baik.Dari
hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai
p value 0,012 (p<0,05) dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara
bahwa responden yang memiliki peran
keluarga kurang baik mempunyai peluang
sebesar 3,7 kali lebih besar menjadi
status
gizi
balita
kurang
baik.
Dari hasil 80 responden tentang
peran keluarga dengan status gizi balita,
didapat dari 48 responden dengan peran
keluarga kurang baik yang memiliki status
gizi balita kurang baik sebanyak 62,5%.
Sedangkan dari 32 responden dengan
berperan keluarga dengan status
gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Paal V Kota Jambi. Dengan nilai OR
terbesar 3,7 (1,420-9,470), ini berarti
Hubungan Status Ekonomi Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015
Tabel 4 Analisa Hubungan Status Ekonomi Terhadap Status Gizi Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015 (n=80)
Status Gizi Balita
Status Ekonomi
Kurang Baik
Baik
f
f
%
Total
%
F
OR 95% CI
Rendah
3
7,6
1
2,4
4
00
Tinggi
7
7,0
9
3,0
6
00
Total
40
50,0
40
50,0
Dari hasil 80 responden tentang
status ekonomi dengan status gizi balita,
didapat dari 46 responden dengan status
ekonomi tinggi yang memiliki status gizi
balita kurang baik sebanyak 37,0%.
Sedangkan dari 34 responden dengan
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
P-value
%
80
3,567 (1,4009,088)
0,013
100
status ekonomi rendah didapat 67,6%
yang memiliki status gizi balita kurang
baik.
Dari hasil uji statistik chisquare diperoleh nilai p value 0,013
(p<0,05)
dengan
demikian
dapat
Vol.4 No. 04 Maret 2016
348
HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015
disimpulkan bahwa ada hubungan antara
status ekonomi dengan status gizi balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota
Jambi. Dengan nilai OR terbesar 3,6
(1,400-9,088),
ini
berarti
bahwa
responden yang memiliki status ekonomi
rendah mempunyai peluang sebesar 3,6
kali lebih besar menjadi status gizi balita
kurang baik jika dibandingkan dengan
responden yang memiliki status ekonomi
tinggi.
Hubungan Penyakit Infeksi Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015
Tabel 5 Analisa Hubungan Penyakit Infeksi Terhadap Status Gizi Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015(n=80)
Penyakit
Infeksi
Terinfeksi
Status Gizi Balita
Kurang Baik
Baik
f
%
f
%
6
2,8
6
7,2
27
Tidak
Terinfeksi
Total
3
13
40
5,1
50,0
OR 95% CI
%
1
3
3
00
6
4
40
4,9
50,0
Dari hasil 80 responden tentang
penyakit infeksi dengan status gizi balita,
didapat dari 43 responden dengan
terinfeksi yang memiliki status gizi balita
kurang baik sebanyak 62,8%. Sedangkan
dari 37 responden yang tidak terinfeksi
didapat 35,1% yang memiliki status gizi
balita kurang baik.
Dari hasil uji statistik chi-square
diperoleh nilai p value 0,025 (p<0,05)
dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara penyakit
infeksi dengan status gizi balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi.
Dengan nilai OR terbesar 3,2 (1,2477,781), ini berarti bahwa responden yang
memiliki
balita
terinfeksi
penyakit
mempunyai peluang sebesar 3,2 kali lebih
besar menjadi status gizi balita kurang
baik jika dibandingkan dengan responden
yang memiliki balita tidak terinfeksi.
SIMPULAN
Sebanyak 40 responden (50,0%)
status gizi balita baik; sebanyak 40
responden (50,0%) status gizi balita
kurang baik; Sebanyak 32 responden
(40,0%) memiliki peran keluarga baik dan
sebanyak 48 responden (60,0%) memiliki
peran keluarga kurang baik; Sebanyak 46
responden (57,5%) status ekonomi tinggi
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Total
1
7
80
3,115 (1,2477,781)
P-value
0,025
00
100
dan sebanyak 34 responden (42,5%)
status ekonomi rendah ; Sebanyak 37
responden (46,3%) tidak terinfeksi dan
sebanyak
43
responden
(53,8%)
terinfeksi; Adanya hubungan antara peran
keluarga dengan status gizi balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota
Jambi dengan nilai p value 0,012; Adanya
hubungan antara status ekonomi dengan
status gizi balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Paal V Kota Jambi dengan
nilai p value 0,013; Adanya hubungan
antara penyakit infeksi dengan status gizi
balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V
Kota Jambi dengan nilai p value 0,025.
DAFTAR PUSTAKA
Andarwati, Dewi, 2007. Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Status
Gizi Balita Pada Keluarga Petani di
Desa Purwojati Kecamatan Kertek
Kabupaten Wonosobo. Fakultas
Ilmu Keolahragaan Jurusan Ilmu
Kesehatn Masyarakat. Universitas
Negeri Semarang.
Depkes, 2013. Pertemuan Nasional
Integrasi Gizi dan Kesehatan Anak
Dalam
Rangka
Akselerasi
Pencapaian MDG 1 dan 4. Dalam
http://www.gizikia.depkes.go.id/arc
Vol.4 No. 04 Maret 2016
349
HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015
hives/6674. (Diakses tanggal 05
Mei 2015).
Eveline & Nanang Djamaludin, 2010.
Panduan Pintar Merawat Bayi Dan
Balita. Penerbit PT Wahyu Media.
Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. PT. Rineka
Cipta. Jakarta.
Marimbi,
Hanum,
2010.
Tumbuh
Kembang,
Status Gizi,
dan
Imunisasi Dasar Pada Balita.
Penerbit
Nuha
Medika.
Yogyakarta.
Purwaningsih, 2012. Pengertian dan Alat
Ukur Pemantauan Status Gizi.
Dalam
http://www.indonesianpublichealth.com/2013/03/pemanta
ua n-status-gizi.html. (Diakses
tanggal 05 Mei 2015).
Suhardjo, 2010. Pemberian Makanan
Pada Bayi dan Anak. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Susanti,
2009.
Dalam
http://www.indonesianpublichealth.com/2013/03/pemanta
ua n-status-gizi.html.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol.4 No. 04 Maret 2016
350
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS
TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU
HAMIL DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015
FACTORS RELATED TO LOW USITILED OF PREGNANT WOMAN IN PUSKESMAS TALANG
BAKUNG KOTA JAMBI 2015
Rosa Riya
Akademi Kebidanan Keluarga Bunda
Korespondensi Penulis : [email protected]
ABSTRAK
Antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan
fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan pemberian ASI dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Tujuannya adalah menjaga agar ibu hamil dapat
melalui masa kehamilan, persalinan, dan nifas dengan baik dan selamat (Notoatmojo,2007). Tujuan
penelitian diketahui hubungan antara jarak tempat pelayanan, pendidikan, pengetahuan, paritas
secara partial dan simultan dan variabel independen yang paling dominan dengan rendahnya
kunjungan ibu hamil dipuskesmas talang bakung kota jambi tahun 2015. Penelitian ini merupakan
survei analitik kuantitatif dengan jenis desain cross sectional, dimana penelitian dilakukan dengan
mengukur variabel independen, variabel dependen dalam waktu yang bersamaan dengan jumlah
sampel sebanyak 60 orang ibu – ibu hamil. Pengumpulan data secara primer dan sekunder. Analisis
yang digunakan analisis univariat, bivariat, multivariat. Dari uji analisis bivariat didapatkan hasil
bahwa ada hubungan antara jarak tempat pelayanan, pendidikan, pengetahuan, paritas secara
simultan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun
2015 serta hasil dari analisis multivariat didapatkan bahwa dari empat variabel independen ternyata
faktor jarak tempat pelayanan dan pengetahuan ibu hamil merupakan faktor yang paling dominan
dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015
dengan urutan pengetahuan adalah OR : 4,671 (95 % CI : 1,449 – 15,051) p = 0,010, dan jarak
tempat pelayanan adalah OR : 4,649 (95 % CI : 1,440 – 15,005) p = 0,010. Sehingga ada hubungan
antara jarak tempat pelayanan, pendidikan, pengetahuan, paritas secara simultan dan faktor
pengetahuan merupakan faktor yang paling dominan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di
Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015. Dengan demikian diharapkan kepada Pimpinan
Kepala Puskesmas Talang Bakung Jambi Umumnya dan Khususnya petugas pelayanan kesehatan
untuk dapat melaksanakan dan menjalankan tugas untuk mengembangkan program edukasi dan
konseling kepada ibu hamil.
Kata Kunci : Kunjungan Ibu Hamil
ABSTRACK
Antenatal care (ANC) is a pregnancy care to optimum healthy of rebound and physics of pregnant
woman, in order to able to confront chilabirth and preparing of ASI and healthy reproduction. The
purposes is to keep pregnant woman through pregnancy period, childbirth goodly and savely.
(Notoatmodjo, 2007). The purpose of this research is knowing the corrlation between the place of
service, edocation, knowledge, varieties percially and simultaneous and independence variable most
dominant with lowly visiting of pregnant woman in Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi 2015. This
research is quantitative analitic survey with kinds of design cross sectional, where is the research did
to measure of independence variable dependence variable in the same time by simple 60 pregnant
woman. The method of data cdleating is primary and secondari. The analysis that used is univariate,
bivariate and multivariate, from experiment of bivariate analysis, it is found that there is correlation
betwen place low service, education,knowledge, varieties pecially and simultaneous and lowly visiting
of pregnant woman in the Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi 2015 and he resulth of multivariate
from fair of variable is distance factor place of services of pregnant woman knowledge is the most of
dominant factor by knowledge series : OR : 4,671 (95% CI) : 1.449 – 15.051) P = 0,01, and distance
of service OR : 4,649 (95% CI : 1,440 – 15,005) = 0,010 so that, there is a correlation between
distance of service, education, knowledge, variety simultaneously and knowledge factors with low
visiting of pregnant woman in Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi 2015. Furththermore, it is
hoped to the leader of Puskesmas Talang Bakung Jambi generally and partichlarly to employee of
sevice healhthy to do and operate of duty develop of education program and counseling.
Keywords : usitiled of pregnant woman
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
351
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS
TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015
PENDAHULUAN
Kehamilan
merupakan
suatu
bentuk alamiah reproduksi manusia, yaitu
peroses regenerasi yang diawali dengan
pertemuan sel telur perempuan dengan
sel sperma laki-laki yang membentuk
suatu sel (embrio) dimana merupakan
cikal bakal janin,dan berkembang didalam
rahim sampai akhirnya di lahirkan sebagai
bayi. (Syaifuddin,2006)
Mortalitas dan morbiditas pada
wanita hamil dan bersalin adalah masalah
besar dinegara berkembang. Dinegara
miskin, sekitar 25-50% kematian wanita
subur disebabkan hal berkaitan dengan
kehamilan. Kematian saat melahirkan
biasanya jadi faktor utama mortalitas
wanita muda pada masa puncak
produktivitasnya. Tahun 1996, WHO
memperkirakan lebih dari 585.000 ibu
pertahunnya meninggal saat hamil atau
bersalin.
Di
Asia
Selatan,wanita
berkemungkinan 1 : 18 meninggal akibat
kehamilan
atau persalinan
selama
kehidupannya, di negara Afrika 1 : 14,
sedangkan di Amerika Utara hanya 1 :
366. Lebih dari 50% kematian dinegara
berkembang sebenarnya dapat dicegah
dengan teknologi yang ada serta biaya
relatif rendah (Prawirohardjo,2009).
Antenatal care (ANC) adalah
pemeriksaan
kehamilan
untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan
fisik ibu hamil, sehingga mampu
menghadapi persalinan, nifas, persiapan
pemberian ASI dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar. Tujuannya
adalah menjaga agar ibu hamil dapat
melalui masa kehamilan, persalinan dan
nifas
dengan
baik
dan
selamat.
(Notoatmodjo,2007)
Menurut
World
Health
Organization (WHO) memperkirakan lebih
dari 508.500 ibu pertahunnya meninggal
saat hamil atau bersalin. Di Asia Selatan,
wanita berkemungkinan 1 : 18 meninggal
akibat kehamilannya atau persalinan
selama kehidupannya, dibanyak negara di
Afrika 1 : 14, sedangkan di A merika utara
1 : 6366. Menanggapi masalah yang
demikian besar, WHO mengajurkan
strategi Making Pregnancy Saver ( MPS)
yang pada dasarnya meminta perhatian
pemerintah
dan
masyarakat
untuk
menempatkan Save Motherhood sebagai
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
prioritas utama dalam pembangunan
nasional
dan
internasional.
(Syaifuddin,2007)
Menurut
World
Health
Organization (WHO) di seluruh dunia
memperkirakan lebih dari 585.000 ibu
pertahunnya meninggal saat hamil atau
persalin. Lebih dari 50% kematian di
negara berkembang sebenarnya dapat
dicegah dengan teknologi yang ada
dengan biaya yang relatif rendah.
Mortalitas dan morbalitas pada wanita
hamil dan bersalin adalah masalah besar
dinegara berkembang. Dinegara miskin
sekitar 25-50% kematian wanita subur
usia di sebabkan hal yang berkaitan
dengan kahamilan. (Depkes RI,2010)
Menurut green dalam Notoatmodjo
(2005) faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku ada tiga yaitu faktor
predisposisi, faktor pemungkin dan faktor
penguat.
Yang
termasuk
faktor
predisposisi adalah umur, jenis kelamin,
sikap, kepercayaan, paritas, pendidikan,
pekerjaan ,tradisi, dan nilai. Sedangkan
yang termasuk faktor pemungkin adalah
kesetersediaan
sumber
daya,
keterjangkuan
pelayanan
kesehatan,
keterampilan, petugas kesehatan serta
komitmen masyarakat atau pemerintah.
Termasuk
faktor
penguat
adalah
keluarga,guru,petugas
kesehatan,tokoh
masyarakat dan para pembuat keputusan
Undang-Undang maupun peraturan.
Adapun
faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
rendahnya
kunjungan ibu hamil yaitu perilaku, jarak
tempat pelayanan, kwalitas pelayanan,
dukungan
suami,umur,
pendidikan,
pekerjaan, pengetahuan, paritas dan
sikap. (Green.2005)
Keberhasilan upaya anternal care
selain
tergantung
pada
petugas
kesehatan juga perlu partisipasi ibu hamil
itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya
penyuluhan
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan pengetahuan ibu tentang
perawatan
kehamilannya,dengan
demikian diharapkan dengan memperbaiki
pengetahuan ibu khususnya ibu hamil
terhadap perawatan kehamilan sehingga
akan dapat merubah sikap serta
kepatuhan melaksanakan anternal care.
Pengetahuan adalah segenap hal yang
diketahui
tentang
objek
tertentu.
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
352
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS
TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015
Seseorang yang memiliki pengetahuan
tunggi maka semakin kritis, logis dan
sistematis cara fikirnya. Dengan demikian
orang akan lebih mengerti mengenai
tujuan
pemeriksaan
dan
manfaat
pemeriksaan kehamilan. (Andra,2007)
Menurut hasil Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI)
2007
menyebutkan angka kematian ibu (aki)
saat melahirkan adalah 248 per 100.000
kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi
(AKB) 34 per 1.000 kelahirn hidup. Dalam
mempercepat penurunan AKI pada
dasarnya mengacu kepada intervensi
strategi “empat pilar safe motherhood”
meliputi keluarga berencana, pelayaan
antenatal, persalinan yang aman, dan
pelayanan obseterti esensia l (Helni,2012)
Angka Kematian Ibu (AKI ) di
indonesia masih tetap tinggi di kawasan
Assosiation of Soult Asia Nation (ASEAN)
,walupun sudah terjadi penurunan dari
307 per 100.000. kelahiran hidup (SDKI
2002-2003) menjadi 248 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2007. (
Depkes RI,2007) tingginya AKI ini tidak
lepas dari masih tingginya angka
kehamilan yang tidak diinginkan yaitu
mencapai 16,8%. Disisi lain masih banyak
ditemukan kehamilan yang tidak ideal
(terlalu
banyak,terlalu
muda,terlalu
tua,terlalu
dekat).
Yang
sangat
membahayakan bagi kesehatan ibu atau
lebih dikenal “4T” saat ini di indonesia, ibu
hamil dengan resiko tinggi berkaitan
dengan kehamilan 4T sebesar 22,4%.
(BKKBN ,2007)
Propinsi Jambi pada tahun
2013 diketahui cakupan pertama kali
pemeriksaan kehamilan pada petugas
kesehatan (ki) adalah 83,6 dan cakupan
kunjungan oaling sedikit 4 kali pada
kehamilan (k4) adalah 75,0 (BKKBN
prop.Jambi 2013).
Menurut profil kesehatan
propinsi Jambi 2013 cakupan kunjungan
ibu hamil K4 di propinsi Jambi sebesar
89,49% dimana nilai cakupan tersebut
meski lebih tingggi dari capaian nasional
ditahun yang sama, namun tidak dapat
mencapai target renstra tahun 2013 yakni
sebesar 93%. Meski demikian, terdapat
54,55% atau sebanyak 6 dari 11
kabupaten/kota di propinsi Jambi yang
dapat mencapai target tersebut tahun
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
2013 sebesar 97,25%.( profil kesehatan
propinsi Jambi,2013)
Berdasarkan data dari Dinkes
Kesehatan Kota Jmbi tahun 2012 cakupan
KI sebesar 14.005 atau 93.3% dengan
umlah sasaran ibu hamil 14.250 ibu hamil.
Perbandingan dari 20 puskesmas yang
ada di Kota Jambi. Cakupan KI tertinggi
adalah Puskesmas rawasari Kota Jambi.
Data kunjungan ibu hamil di
Puskesmas Talang Bakung Jambi tahun
2013 ada cakupan KI sebesar 799 atau
95,8% dan cakupan K4 sebesar 741 atau
91,14%. Pada tahun 2014 jumlah cakupan
KI adalah 769 atau 94,58% dan cakupan
K4 sebesar 697 atau 85,73%. Dengan
data tersebut bisa dilihat adanya
penurunan dari kunjungan ibu hamil dari
cakupan KI ke K4.(profil
Puskesmas
Talang Bakung Jambi,2013).
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini merupakan
penelitian deskriktif analitik yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara
variabel
independen
(jarak
tempat
pelayanan, pendidikan, pengetahuan dan
paritas) dengan variabel dependen
(rendahnya kunjungan) ibu hamil di
Puskesmas Talang Bakung Jambi Tahun
2015 secara simultan dan parsial, dengan
pendekatan cross sectional
di mana
variabel
independen
dan
variabel
dependen dikumpulkan dan di ukur dalam
waktu yang bersamaan. (Notoatmodjo,
2005).
Pengambilan
sampel
pada
penelitian ini dengan Teknik accidental
sampling dimana pengambilan sampel
sesuai dengan jumlah sampel yang ada
pada saat pengambilan data, sehingga
sampel yang di ambil adalah total populasi
ibu- ibu hamil yang berkunjung ke
Puskesmas Talang Bakung Jambi untuk
pemeriksaan kehamilannya pada bulan
April sampai Juni berjumlah 60 orang.
Populasi dijadikan sebagai sampel karena
jika populasi ≤ 100 orang maka diambil
semua sebagai sampel dalam penelitian.
(Arikunto, 2010).
Data primer adalah data yang di
peroleh
dari
wawancara
dengan
menggunakan kuesioner kepada ibu- ibu
hamil yang datang berkunjung ke
Puskesmas Talang Bakung Jambi,
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
353
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS
TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015
sebelum pengisian kuesioner maka
diterangkan dahulu maksud masingmasing pertanyaan yan tercantum dalam
kuesioner. Sedangkan data skunder
adalah data yang diperoleh dari laporanlaporan dan observasi dari Puskesmas
Talang bakung Jambi dan buku- buku
sebagai bahan referensi serta internet.
Analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah univariat, bivariat dan analisis
multivariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui distribusi frekuensi dan
persentase dari variabel independen (
jarak tempat pelayanan, pendidikan,
pengetahuan, paritas) dengan variabel
dependen (rendahnya kunjungan ibu
hamil )di Puskesmas Talang Bakung Kota
Jambi.
1. Rendahnya kunjungan ibu
hamil.
Dalam penelitian ini rendahnya
kunjungan ibu hamil di kelompokkan
menjadi 2 yaitu tidak standar (bila
melakukan pemeriksaan < 4 kali selama
masa kehamilan) dan standar (bila
melakukan pemeriksaan≥ 4 kali masa
kehamilan untuk jelasnya dapat dilihat
pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas
Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015
Rendahnya
%
Kunjungan
Frekuensi
Tidak standar
31
51,7
Standar
29
48,3
Jumlah
60
100
2. Jarak Tempat Pelayanan .
Dari tabel 1 diatas dapat dilihat
Dalam penelitian ini jarak tempat
bahwa dari 60 responden, yang
pelayanan
responden
dikategorikan
berkunjung ke Puskesmas tidak sesuai
menjadi dua yaitu jauh bila jarak tempat
dengan standar kunjungan ibu hamil lebih
tinggal ibu ke sarana kesehatan
banyak ada 31 responden (51,7%)
/Puskesmas ≤ 1KM. dapat dilihat pada
dibanding dengan responden yang teratur
tabel 2 dibawah ini.
berkunjung
untuk
memeriksakan
kehamilannya berjumlah 29 responden
(48,3%).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jarak Tempat Pelayanan Ibu Hamil Di Puskesmas
Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015
Jarak
Tempat
Frek
%
Pelayanan
uensi
Jauh
32
53,3
Dekat
28
46,7
Jumlah
60
100
Dari tabel 2 diatas dapat dilihat
bahwa dari 60 responden yang rumahnya
jarak jauh ≥ 1KM ke Puskesmas lebih
banyak yaitu 32 responden (53,3%)
dibandingkan dengan responden yang
rumahnya dekat 1KM ke Puskesmas
berjumlah 28 responden (46,7%).
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
3. Pendidikan
Dalam penelitian ini pendidikan
responden dikategorikan menjadi dua
yaitu rendah < SMA dan tinggi ≥ SMA.
Dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
354
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS
TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang
Bakung Kota Jambi Tahun 2015
Pendidikan
Frekuensi
%
Rendah
33
55,0
Tinggi
27
45,0
Jumlah
60
100
4. Pengetahuan
Dari tabel 3 diatas dapat dilihat
Pada penelitian ini pengetahuan
bahwa
dari
60
responden
yang
responden menjadi 2 kelompok yaitu
berpendidikan rendah lebih banyak yaitu
kurang dan baik , untuk lebih jelas dapat
33 responden (55%) dibandingkan
kita lihat pada 4.
dengan responden yang berpendidikan
tinggi berjumlah 27 responden (45%).
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang
Bakung Kota Jambi Tahun 2015
Pengetahuan
Frekuensi
%
Kurang
Baik
30
30
60
Jumlah
50,0
50,0
100
5. Paritas
Pada
penelitian
ini
paritas
dikategorikan menjadi dua yaitu resiko
tinggi (jika jumlah anak ≥ 3 orang) da
resiko rendah (jika jumlah anak < 3
orang). Dapat dilihat pada tabel 5 dibawah
ini.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Paritas Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung
Kota Jambi Tahun 2015
Paritas
Frekuensi
%
Dari 4 diatas menunjukan bahwa
dari 60 responden, yang berpengetahuan
kurang ada 30 responden (50%) sama
besar dengan yang berpengetahuan baik
ada 30 responden (50%).
Resiko tinggi
Resiko rendah
Jumlah
34
26
60
Dari tabel 5 diatas menujukkan
bahwa dari 60 responden yang beresiko
tinggi lebih banyak yaitu 34 responden
(56,7%) dibandingkan dengan yang
beresiko rendah berjumlah 26 responden
(43,3%).
Analisis Bivariat
Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan (korelasi) antara
variabel independen ( jarak tempat
pelayanan, pendidikan, pengetahuan,
paritas) dengan variabel dependen(
rendahnya kujungan ibu hamil). Analisa
bivariat menggunakan uji chi-square
dengn tngkat/derajat kemaknaan adalah α
5% (0,05) penelitian ini akan melihat ada
tidaknya kemaknaan hubungan antara
variabel independen dengan variabel
dependen.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
56,7
43,3
100
1.
Hubungan Antara Jarak
Tempat Pelayanan Dengan Rendahnya
Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas
Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015
Penelitian ini dilakukan terhadap
60 responden dimana jarak tempat
pelayanaan
responden
dikategorikan
menjadi dua yaitu jauh bila jarak tempat
tinggal
ibu
kesararana
kesehatan/
Puskesmas ≥ 1KM dan dekat bila jarak
tempat tinggal ibu kesarana kesehatan /
Puskesmas < 1KM dengan rendahnya
kunjungan ibu hamil dengan 2 kategori
yaitu tidak standar ( bila melakukan
pemeriksaan < 4 kali selama masa
kehamilan) dan standar (bila melakukan
pemeriksaan ≥ 4 kali masa kehamilan).
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 6
dibawah ini.
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
355
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS
TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Tempat Pelayanan Dan
Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun
2015
Jarak
Tempat Rendahnya Kunjungan
Total
Pelayanan
OR 95% P Value
Tidak
Standar
CI
Standar
%
Jauh
2
8,8
0
31,3
2
00
0,009
4,644
1,562Dekat
2,1
9
67,9
8
00
13,812
Total
Bermakna
1
9
0
hamil yang rumahnya berjarak jauh
Berdasarkan
hasil
analisis
mempunyai peluang 4,644 kali untuk tidak
hubungan jarak tempat pelayanan dengan
berkunjung memeriksakan kehamilannya
rendahnya kunjungan ibu hamil terlihat
ke Puskesmas dibandingkan dengan ibu
pada tabel diatas, dari 32 responden
hamil yang rumahnya berjarak dekat.
rendahnya berjarak jauh ke Puskesmas
Dengan demikian hipotesis yang
melakukan kunjungan tidak standar untuk
menyatakan ada hubungan antara jarak
memeriksakan kehamilannya ada 22
tempat pelayanan dengan rendahnya
responden (68,8%) dan yang melakukan
kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang
kunjungan standar untuk memeriksakan
Bakung Kota Jambi tahun 2015 terbukti
kehamilannya ada 10 responden (31,3%)
secara statistik.
sedangkan dari 28 responden yang
2.
Hubungan
Antara
rumahnya berjarak jauh kepuskesmas
Pendidikan
Dengan
Rendahnya
melakukan kunjungan tidak standar untuk
Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas
memeriksakan kehamilannya ada 9
Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015
responden (32,1%) dan yang melakukan
Penelitian ini dilakukan terhadap
kunjungan standar untuk memeriksakan
60
responden
dimana
pendidikan
kehamilannya ada 19 responden (67,9%).
responden dikategorikan menjadi dua
Berdasarkan dari hasil uji statistik
yaitu rendah < SMA dengan tinggi ≥ SMA
chi-square diperoleh nilai p value = 0,009
dengan rendahnya kunjungan ibu hamil
≤ 0,05. Ini menunjukkan bahwa ada
dengan 2 kategori yaitu tidak standar (bila
hubungan yang bermakna antara jarak
melakukan pemeriksaan < 4 kali selam
tempat pelayanan dengan rendahnya
masa kehamilan ) dan standar ( bila
kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang
melakukan pemeriksaan ≥ 4 kali selama
Bakung Kota Jambi tahun 2015 terbukti
masa kehamilan). Untuk lebih jelas dapat
secara statistik.
kita lihat di tabel 7 dibawah ini.
Dari hasil analisis diperoleh pula
Oods Ratio atau OR = 4,644, artinya ibu
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Dan Rendahnya
Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015
Pendidikan
Rendahnya Kunjungan Total
OR
P Value
95% CI
Tidak
Standar
Standar
Rendah
9,7
0
3
Tinggi
8
29,6 9
Berdasarkan
hasil
analisis
hubungan pendidikan dengan rendahnya
kunjungan ibu hamil terlihat pada tabel
diatas,
dari
33
responden
yang
berpendidikan
rendah
melakukan
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
0,3
2
5,463
1,7990,004
0,4
8
00
16,686
kunjungan
tidak
standar
untuk
memeriksakan kehamilannya ada 23
responden ( 69,7%) dan yang melakukan
kunjungan standar untuk memeriksasakan
kehamilannya ada 10 responden (30,3%)
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
00
356
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS
TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015
Dengan demikian hipotesis yang
sedangkan dari 27 respnden yang
menyatakan ada hubungan antara
berpendidikan
tinggi
melakukan
pendidikan dengan rendahnya kunjungan
kunjungan tidak standar ada 8 responden
ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung
(29,6%) dan yang melakukan kunjungan
Kota Jambi tahun 2015 terbukti secara
standar
untuk
memeriksakan
statistik
kehamilannyaq
ada
19
responden
3.
Hubungan
Antara
(70.4%).
Pengetahuan
Dengan
Rendahnya
Berdasarkan dari hasil uji statistik
Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas
chi-square diperoleh nilai p value = 0,004
Talang Bakung Kota Jambi Tahun
≤ 0,05. Ini menunjukkan bahwa ada
2015.
hubungan
yang
bermakna
antara
Penelitian ini dilakukan terhadap
pendidikan dengan rendahnya kunungan
60
responden
dimana
pendidikan
ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung
responden dikategorikan menjadi dua
Kota Jambi tahun 2015 terbukti secara
yaitu kurang dan baik dengan rendahnya
statistik.
kunjungan ibu hamil dengan 2 kategori
Dari hasil analisis diperoleh pula
yaitu tidak standar (bila melakukan
Oods Ratio atau OR = 5,463, artinya ibu
pemeriksaan < 4 kali selam masa
hamil
yang
berpendidikan
rendah
kehamilan ) dan standar ( bila melakukan
mempunyai peluang 5,463 kali untuk tidak
pemeriksaan ≥ 4 kali selama masa
berkunjung memeriksakan kehamilannya
kehamilan). Untuk lebih jelas dapat kita
ke Puskesmas dibandingkan dengan ibu
lihat di tabel 8 dibawah ini.
hamil yang berpendidikan tinggi.
Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Dan Rendahnya
Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015
Pengetahuan
Rendahnya Kunjungan
Total
OR
P Value
95% CI
Tidak
Standar
Standar
Kurang
Baik
21
10
70,0
30,3
9
20
Total
31
29
Berdasarkan
hasil
analisis
hubungan
pengetahuan
dengan
rendahnya kunjungan ibu hamil terlihat
pada tabel diatas, dari 30 responden yang
berpendidikan
rendah
melakukan
kunjungan
tidak
standar
untuk
memeriksakan kehamilannya ada 21
responden ( 70%) dan yang melakukan
kunjungan standar untuk memeriksasakan
kehamilannya ada 9 responden (30%)
sedangkan dari 30 responden yang
berpengetahuan
baik
melakukan
kunjungan tidak
standar
ada 10
responden (33,3%) dan yang melakukan
kunjungan standar untuk memeriksakan
kehamilannya ada 20 responden (66,7%).
Berdasarkan dari hasil uji statistik
chi-square diperoleh nilai p value = 0,009
≤ 0,05. Ini menunjukkan bahwa ada
hubungan
yang
bermakna
antara
pengetahuan
dengan
rendahnya
kunjungan
ibu hamil di Puskesmas
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
30,0
66,7
30 100
30 100
4,667
1,57113,866
0,009
60
Bermakna
Talang Bakung Kota Jambi tahun 2015
terbukti secara statistik.
Dari hasil analisis diperoleh pula
Oods Ratio atau OR = 4,667, artinya ibu
hamil yang berpengetahuan kurang
mempunyai peluang 4,667 kali untuk tidak
berkunjung memeriksakan kehamilannya
ke Puskesmas dibandingkan dengan ibu
hamil yang berpengetahuan tinggi..
Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan ada hubungan antara
pengetahuan
dengan
rendahnya
kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang
Bakung Kota Jambi tahun 2015 terbukti
secara statistik
4.
Hubungan Antara Paritas
Dengan Rendahnya Kunjungan Ibu
Hamil Di Puskesmas Talang Bakung
Kota Jambi Tahun 2015.
Penelitian ini dilakukan terhadap
60
responden
dimana
pendidikan
responden dikategorikan menjadi dua
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
357
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS
TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015
yaitu kurang dan resiko tinggi (jika jumlah
anak > 3 orang ) dan resiko rendah ( jika
jumlah anak < 3 orang) dengan rendahnya
kunjungan ibu hamil dengan 2 kategori
yaitu tidak standar (bila melakukan
pemeriksaan < 4 kali selam masa
kehamilan ) dan standar ( bila melakukan
pemeriksaan ≥ 4 kali selama masa
kehamilan). Untuk lebih jelas dapat kita
lihat di tabel 9 dibawah ini.
Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Paritas Dan Rendahnya Kunjungan
Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015
Rendahnya Kunjungan
OR
Paritas
Total
95% CI
P Value
Tidak
Standar
Standar
%
Risiko Tinggi
24 70,6 10
29,4
34 100 6,514
0,002
Risiko Rendah
7
26,9 19
73,1
26 100 2,087 20,329
Total
31
29
60
Bermakna
dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di
Berdasarkan
hasil
analisis
Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi
hubungan paritas
dengan rendahnya
tahun 2015 terbukti secara statistik.
kunjungan ibu hamil terlihat pada tabel
diatas, dari 34 responden yang berisiko
Analisis Multivariat
tinggi melakukan kunjungan tidak standar
Analisis Multivariat dilakukan untuk
untuk memeriksakan kehamilannya ada
mengetahui faktor resiko yang paling
24 responden ( 70,6% )
dan yang
dominan antara variabel independen
melakukan kunjungan standar untuk
(jarak
tempat
memeriksasakan kehamilannya ada 10
pelayanan,pendidikan,pengetahuan,parita
responden (29,4%) sedangkan dari 26
s) dan variabel dependen (rendahnya
responden
yang
berisiko
rendah
kunjungan ibu hamil ). Analisis multivariat
melakukan kunjungan tidak standar ada 7
bertujuan mendapatkan model terbaik
responden (26,9%) dan yang melakukan
dalam menentukan faktor yang paling
kunjungan standar untuk memeriksakan
berhubungan
dengan
rendahnya
kehamilannya ada 19 responden (73,1%).
kunjungan ibu hamil. Langkah-langkah
Berdasarkan dari hasil uji statistik
yang dilakukan adalah memilih variabel
chi-square diperoleh nilai p value = 0,002
kandidat yang dilakukan melalui analisis
≤ 0,05. Ini menunjukkan bahwa ada
bivariat dengan uji Kai Kuadrat. Hasil uji
hubungan yang bermakna antara paritas
bivariat yang mempunyai nilai p ≤ 0,05,
dengan rendahnya kunjungan ibu hamil
maka variabel tersebut dapat masuk
di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi
kedalam model multivariat, sedangkan
tahun 2015 terbukti secara statistik.
variabel yang mempunyai nilai p > 0,05
Dari hasil analisis diperoleh pula
dikeluarkan dari model. Dalam penelitian
Oods Ratio atau OR = 6,514, artinya ibu
ini semua variabel independen masuk
hamil yang berisiko tinggi mempunyai
kedalam model analisis multivariat, yaitu
peluang 6,514 kali untuk tidak berkunjung
variabel
jarak
tempat
pelayanan,
memeriksakan
kehamilannya
ke
pendidikan, pengetahuan, paritas. Dengan
Puskesmas dibandingkan dengan ibu
tabel 10
hamil yang berisiko rendah.
Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan ada hubungan antara paritas
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
358
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS
TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015
Tabel 10. Variabel Independen Dari Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di
Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015
Variabel
LogG
P
Likelihood
Value
Step Variabel Jarak Tempat P0
74,914 8,197
0,009
Independen
73,301 9,810
0,004
Pendidikan
74,843 8,268
0,009
Pengetahuan
71,484 11,627
0,002
Paritas
Untuk membuat model faktor
penentu terhadap rendahnya kunjungan
ibu hamil dilakukan dengan seleksi
variabel Backward Stepwise Selection
(analisis regresi logistic dengan cara
seleksi mundur) satu persatu variabel
yang memiliki nilai p > 0,05 yang terbesar
dikeluarkan dari model, dimana setiap
pengeluaran
satu
variabel
akan
didapatkan model
yang baru dan
seterusnya sehingga diperoleh model
akhir (Hastono,2001).
Model pertama
Tabel 11. Hasil Analisa Multivariat Regresi Logistik Model Pertama Antara 4
Variabel Indepeden dengan Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang
Bakung Kota Jambi Tahun 2015
Rendahnya Kunjungan Ibu
Exp (B)
95.0% C.I. for EXP
Hamil
B
P
(B)
Lower
Upper
Jarak Tempat Pelayanan
-21,483
0,999
0,000
0,000
Pendidikan
-21,483
1,000
0,000
0,000
-
Pengetahuan
2,060
1,002
7,846
2,091
29,442
Paritas
44,880
0,999
3,019
0,000
-
Pada model pertama,variabel pendidikan mempunyai nilai p paling besar, yaitu 1,000
sehingga variabel pendidikan dikeluarkan dari model seperti yang terlihat pada model 2
berikut :
Model kedua
Tabel 12. Hasil Analisa Multivariat Regresi Logistik Model Pertama Antara 3
Variabel Indepeden dengan Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang
Bakung Kota Jambi Tahun 2015
Rendahnya
Kunjungan
Exp (B)
95.0% C.I. for
Ibu Hamil
B
P
EXP (B)
-21,344
0,999
0,000
Lower
0,000
Upper
Jarak Tempat Pelayanan
Pengetahuan
1,962
0,003
7,112
0,927
26,241
Paritas
23,329
0,999
1,010
0,000
-
-
Pada model kedua,variabel paritas mempunyai nilai p paling besar,yaitu 0,999
sehingga variabel paritas dikeluarkan dari model seperti terlihat tabel 12 berikut ini:
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
359
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS
TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015
Model ketiga
Tabel 13. Hasil Analisa Multivariat Regresi Logistik Model Pertama Antara 2
Variabel Indepeden dengan Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang
Bakung Kota Jambi Tahun 2015
Rendahnya
Kunjungan
Exp (B)
95.0% C.I. for
Ibu Hamil
B
P
EXP (B)
Jarak Tempat Pelayanan
1,537
0,010
4,649
Lower
1,440
Upper
15,005
Pengetahuan
1,541
0,010
4,671
1,440
15,051
Dari hasil analisis regresi logistic
pada model 3 atau model akhir (fit model)
di dapat 2 variabel yang bermakna secara
statistik hubunganya dengan rendahnya
kunjungan ibu hamil. Kedua variabel
tersebut adalah jarak tempat pelayanan
dan pengetahuan. Kemudian unuk
mengetahui variabel mana yang paling
besar hubungannya dengan rendahnya
kunuungan ibu hamil dapat dilihat pada
nilai Beta (B). dari model ternyata variabel
yang paling besar hubungannya terhadap
rendahnya kunjungan ibu hamil adalah
variabel pengetahuan dan bila dilakukan
urutan adalah sebagai berikut : OR: 4,671
(95 % CI : 1,449=15,051) p value = 0,010
dan jarak tempat pelayanan OR :
4,649(95% CI : 1,440 – 15,005) p value =
0,O10 .variabel pengetahuan setelah
dilakukan analisis multivirat dan setelah
diseleksi dengan variabel independen
lainnya tetap mempunyai hubungan yang
bermakna secara statistik, dimana OR:
4,671 (95 % CI : 1,449=15,051) p value =
0,010 memberikan interpretasi bahwa
responden yang berpengetahuan kurang
mempunyai peluang 4,671 kali untuk tidak
melakikan kunjuungan memeriksakan
kehamilannya
dibandingkan
dengan
responden yang berpengetahuan baik.
Sehingga dalam hal ini variabel jarak
tempat pelayanan dan pengetahuan
secara bersama-sama (secara simultan)
berhubungan
dengan
rendahnya
kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang
Bakung Kota Jambi tahun 2015.
Pembahasan
Variabel
Independen
yang
berhubungan secara bermakna dengan
Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil di
Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi
Tahun 2015
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
1. Hubungan Antara Jarak Tempat
Pelayanan
Dengan
Rendahnya
Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas
Talang Bakung Kota Jambi Tahun
2015
Dari 60responden yang rumahnya
jarak jauh ≥ 1KM ke puskesmas lebih
banyak yaitu 32 responden (53,3%)
dibandingkan dengan responden yang
rumahnya dekat < 1 KM ke puskesmas
berjumlah 28 responden (46,7%).
Berdasarkan
hasil
analisi
hubungan jarak tempat pelayanan dengan
rendahnya kunjungan ibu hamil terlihat
pada tabel diatas, dari 32 responden
rumahnya berjarak jauh ke Puskesmas
melakukan kunjungan tidak standar untuk
memeriksakan kehamilannya ada 22
responden (68,8%) dan yang melakukan
kunjungan standar untuk memeriksakan
kehamilannya ada 10 responden (31,3%)
sedangkan dari 28 responden yang
rumahnya berjarak jauh kepuskesmas
melakukan kunjungan tidak standar untuk
memeriksakan kehamilannya ada 9
responden (32,1%) dan yang melakukan
kunjungan standar untuk memeriksakan
kehamilannya ada 19 responden (67,9%)
Berdasarkan dari hasil uji statistik
chi-square diperoleh nilai p value = 0,009
≤ 0,05. Ini menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara jarak
tempat pelayanan dengan rendahnya
kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang
Bakung Kota Jambi tahun 2015 terbukti
secara statistik.
Dari hasil analisis diperoleh
pula Oods Ratio atau OR = 4,644, artinya
ibu hamil yang rumahnya berjarakj jauh
mempunyai peluang 4,644 kali untuk tidak
berkunjung memeriksakan kehamilannya
ke Puskesmas dibandingkan dengan ibu
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
360
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS
TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015
hamil yang rumahnya berjarak dekat.
Dengan
demikian
hipotesis
yang
menyatakan ada hubungan antara jarak
tempat pelayanan dengan rendahnya
kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang
Bakung Kota Jambi tahun 2015 terbukti
secara statistik.
Tempat pelayanan kesehatan
yang sulit dicapai baik jarak maupun
sarana transportasi juga mempengaruhi
kunjungan kehamilan atau pemilihan
tempat pemeriksaan ANC terutama di
daerah pedesaan sehingga mereka
cenderung
memilih
memeriksaan
kehamilannya. Selain itu juga dipengaruhi
oleh sarana pelayanan kesehatan yang
belum
merataui penyebaranya(K.R
Soegino, 2006).
Hasil penelitian yang dilakukann
MG.adiyanti di prubalingga membuktikan
bahw kunjungan kehamilan lebih tinggi di
perkotaan sebesar 57% dan di pedesaan
43%. Dan hal ini membuktikan bahwa
tempat
pemeriksaan kehamilan
ini
mempunyai hubungan yang bermakna
dengan kunjungan ANC.
Menurut penelitian ini Sadik (FKMUI,1996)
mengemukakan
hasil
penelitiannya bahwa variabel jarak tempat
tinggal
dengan
sarana
kesehatan,penghasilan keluarga dan lama
waktu tunggu berpengaruh terhadap
pemanfaatan sarana pelayanan antenatal.
Masalah
yang
berkaitan
dengan
ketenagaan dan fasilitas pelayanan
antenatal care. Menurut Dapertemen
Kesehatan Republik Indonesia,adalah:
1.
Terbatasnya kemampuan
dan
keterampilan
petugas
dalam
pelayanan kesehatan perinatal termasuk
penatalaksanaan kegawat-daruratan.
2.
Masih kurangnya jangkuan
dan mutu pelayanan kesehatan perinatal
yang menyebabkan belum terjaminnya
keselamatan bayi barn lahir serta
pelaksanaan perawatan pada bayi barn
lahir
masih
belum
seperti
yang
diharapkan.
Mekanisme rujukan medis saat ini
masih
belum
mendukung
upaya
menurunkan kematian perinatal di suatu
wilayah oleh karena banyaknya faktor
teknis dan non teknis yang berada di luar
batas kemampuan petugas kesehatan.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Jarak tempat pelayanan kesehatan
adalah jumlah dalam meter atau kilo
meter dari tempat tinggal ibu hamil
dengan sarana kesehatan(Puskesmas)
tempat
pelayanan
pemeriksaan
ANC,(BPSI,2002). Jarak jauh bila jarak
tempat tinggal ibu ke sarana kesehatan/
Puskesmas ≥ 1KM, dan jarak dekat bila
jarak tempat tinggal ibu kesarana
kesehatan/Puskesmas
<
1KM.(Notoatmodjo,2007).
2.
Hubungan
Antara
Pendidikan
Dengan Rendahnya Kunjungan Ibu
Hamil Di Puskesmas Talang
Bakung Kota Jambi Tahun 2015
Dari
60
responden yang
berpendidikan rendah lebih banyak yaitu
33 responden (55%) dibandingkan
dengan responden yang berpendidikan
tinggi berjumlah 27 responden (45%).
Berdasarkan
hasil
analisis
hubungan pendidikan dengan rendahnya
kunjungan ibu hamil terlihat pada tabel
diatas,
dari
33
responden
yang
berpendidikan
rendah
melakukan
kunjungan
tidak
standar
untuk
memeriksakan kehamilannya ada 23
responden ( 69,7%) dan yang melakukan
kunjungan standar untuk memeriksasakan
kehamilannya ada 10 responden (30,3%)
sedangkan dari 27 respnden yang
berpendidikan
tinggi
melakukan
kunjungan tidak standar ada 8 responden
(29,6%) dan yang melakukan kunjungan
standar
untuk
memeriksakan
kehamilannyaq
ada
19
responden
(70.4%).
Berdasarkan dari hasil uji statistik
chi-square diperoleh nilai p value = 0,004
≤ 0,05. Ini menunjukkan bahwa ada
hubungan
yang
bermakna
antara
pendidikan dengan rendahnya kunungan
ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung
Kota Jambi tahun 2015 terbukti secara
statistik.
Dari hasil analisis diperoleh pula
Oods Ratio atau OR = 5,463, artinya ibu
hamil
yang
berpendidikan
rendah
mempunyai peluang 5,463 kali untuk tidak
berkunjung memeriksakan kehamilannya
ke Puskesmas dibandingkan dengan ibu
hamil yang berpendidikan tinggi.
Pengetahuan terkait erat dengan
pendidikan ibu hamil karena makin tinggi
pendidikan ibu hamil maka makin baik
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
361
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS
TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015
pula pemahaman ibu tersebut terhadap
masalah kesehatan termasuk kesehatan
selama masa kehamilan, persalinan dan
nifas makin baik pengetahuan maka
makin tinggi kesadaran ibu hamil untuk
melakukan kunjungan ANC pada tenaga
kesehatan
(Notoadmojo,2000).
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh ichad
Maryanto di Purbalingga membuktikan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna
pengetahuan ibu hamil dengan kunjungan
ANC.
Pengetahuan
ibu
tentang
kunjungan untuk memeriksa kehamilan
sangat penting diantaranya pemenuhan
nutrisi
ibu
hamil,
jangan
makan
sembarangan saat hamil, utamakan
kualitas, artinya bagi ibu hamil seringlah
memakan makanan yang bervariasi
sehingga dapat bermanfaat bagi ibu dan
janin. (Sisin,2008)
Trapsilowati (2009) menyatakan
bahwa ada hubungan antarapengetahuan
dengan cakupan K4 standar. Hasil
penelitiannya mendapatkan dari 66
responden yang memenuhi kriteria
pemeriksaan kehamilan standar (K4
standar) , standar yang mengetahui
tentang gangguan atau kelainan yang
timbul selama masa kehamilan dan
mengetahui
keadaan
hamil
yang
berbahaya bagi kesehatan ibu sebanyak
33 responden atau 50% dan responden
yang tidak mengetahui kelainan diatas
besarnya sama, yaitu 33 responden (50%)
Analisis diatas sesuai dengan
pernyataan
Soekanto
(1991)
dalm
Purwanto (1996) faktor sosial budaya
seperti pendidikan seorang merupkan
salah satu faktor yang diperkirakan secara
tidak langsung dapat mempengaruhi
kunjungan untuk memeriksa kesehatan
(berobat).
Pendidikan
membuat
seseorang terbuka jalan pikirannya
sehingga mudah untuk menerima pesanpesan baru.
Makin tinggi tingkat pendidikan
seorang maka semakin tinggi tingkat
pemahamannya
tentang
perlunya
kunjungan/
pemeriksaan
kesehatan
dipelayanan kesehatan dan makin rendah
tingkat pendidikan maka pemahaman
tentang perlunya pemeriksaan kesehatan
semakin berkurang (Saifuddin,2003)
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
3.
Hubungan
Antara
Pengetahuan
Dengan
Rendahnya
Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas
Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015
Dari
60
responden yang
berpengetahuan kurang lebih ada yaitu 30
responden (50%) sama besar dengan
responden yang berpengetahuan baik
yaitu ada 30 responden (50%).
Berdasarkan
hasil
analisis
hubungan
pengetahuan
dengan
rendahnya kunjungan ibu hamil terlihat
pada tabel diatas, dari 30 responden yang
berpendidikan
rendah
melakukan
kunjungan
tidak
standar
untuk
memeriksakan kehamilannya ada 21
responden ( 70%) dan yang melakukan
kunjungan standar untuk memeriksasakan
kehamilannya ada 9 responden (30%)
sedangkan dari 30 responden yang
berpengetahuan
baik
melakukan
kunjungan tidak
standar
ada 10
responden (33,3%) dan yang melakukan
kunjungan standar untuk memeriksakan
kehamilannya ada 20 responden (66,7%).
Berdasarkan dari hasil uji statistik
chi-square diperoleh nilai p value = 0,009
≤ 0,05. Ini menunjukkan bahwa ada
hubungan
yang
bermakna
antara
pengetahuan
dengan
rendahnya
kunjungan
ibu hamil di Puskesmas
Talang Bakung Kota Jambi tahun 2015
terbukti secara statistik.
Dari hasil analisis diperoleh pula
Oods Ratio atau OR = 4,667, artinya ibu
hamil yang berpengetahuan kurang
mempunyai peluang 4,667 kali untuk tidak
berkunjung memeriksakan kehamilannya
ke Puskesmas dibandingkan dengan ibu
hamil yang berpengetahuan baik.
Pengetahuan terkait erat dengan
pendidikan ibu hamil karena makin tinggi
pendidikan ibu hamil maka makin baik
pula pemahaman ibu tersebut terhadap
masalah kesehatan termasuk kesehatan
selama masa kehamilan, persalinan dan
nifas makin baik pengetahuan maka
makin tinggi kesadaran ibu hamil untuk
melakukan kunjungan ANC pada tenaga
kesehatan
(Notoadmojo,2000).
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ichad
Maryanto di Purbalingga membuktikan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna
pengetahuan ibu hamil dengan kunjungan
ANC.
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
362
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS
TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015
Pengetahuan
ibu
tentang
kunjungan untuk memeriksa kehamilan
sangat penting diantaranya pemenuhan
nutrisi
ibu
hamil,
jangan
makan
sembarangan saat hamil, utamakan
kualitas, artinya bagi ibu hamil seringlah
memakan makanan yang bervariasi
sehingga dapat bermanfaat bagi ibu dan
janin. (Sisin,2008)
Trapsilowati (2009) menyatakan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan
dengan cakupan K4 standar. Hasil
penelitiannya mendapatkan dari 66
responden yang memenuhi kriteria
pemeriksaan kehamilan standar (K4
standar) , standar yang mengetahui
tentang gangguan atau kelainan yang
timbul selama masa kehamilan dan
mengetahui
keadaan
hamil
yang
berbahaya bagi kesehatan ibu sebanyak
33 responden atau 50% dan responden
yang tidak mengetahui kelainan diatas
besarnya sama, yaitu 33 responden
(50%).
Hal ini sesuai dengan pendapat
Notoatmodjo
(2005)
pengetahuan
merupakan hasil dari tahu,dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu obyek tertentu. Adapun
pengetahuan yang dimaksud ini adalah
pengetahuan seseorang tentang kujungan
/ pemeriksaan kesehatan di pelayanan
kesehatan.
Dengan
pengetahuan
seseorang tentang pentingnya kunjungan
ketempat
pelayanan
kesehatan
diharapkan dapat mengurangi resiko
kematian, karena kondisi tersebut bisa
lebih awal (dini) ditangani oleh tenaga
kesehatan.
Menurut
Mujakir
(2003)
menyatakan bahwa apabila pengetahuan
seseorang
tentang
pentingnya
kunjungan,maka kesadaran seseorang
tentang kunjunganpun tinggi. Faktor
pengetahuan
yang
mempengaruhi
kunjungan ketempat pelayanan kesehatan
52%.
Jadi
kunjungan
diperlukan
pengetahuan dan kesadaran tentang
pemeriksaan baik untuk kelangsungan
hidupnya sendiri. Artinya semakin baik
pengetahuan
seseorang
tentang
kunjungan.
Akan
semakin
tinggi
kepatuhan untuk memeriksakan sesuai
dengan prosedur kesehatan.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
4. Hubungan Antara Paritas
Dengan Rendahnya Kunjungan Ibu
Hamil Di Puskesmas Talang Bakung
Kota Jambi Tahun 2015.
Dari 60 responden yang berisiko
tinggi lebih banyak yaitu 34 responden
(56,7%) dibandingkan dengan berisiko
rendah berjumlah 26 responden (43,4%)
Berdasarkan
hasil
analisis
hubungan paritas
dengan rendahnya
kunjungan ibu hamil terlihat pada tabel
diatas, dari 34 responden yang berisiko
tinggi melakukan kunjungan tidak standar
untuk memeriksakan kehamilannya ada
24 responden ( 70,6% )
dan yang
melakukan kunjungan standar untuk
memeriksasakan kehamilannya ada 10
responden (29,4%) sedangkan dari 26
responden
yang
berisiko
rendah
melakukan kunjungan tidak standar ada 7
responden (26,9%) dan yang melakukan
kunjungan standar untuk memeriksakan
kehamilannya ada 19 responden (73,1%).
Berdasarkan dari hasil uji statistik
chi-square diperoleh nilai p value = 0,002
≤ 0,05. Ini menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara paritas
dengan rendahnya kunjungan ibu hamil
di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi
tahun 2015 terbukti secara statistik.
Dari hasil analisis diperoleh pula
Oods Ratio atau OR = 6,514, artinya ibu
hamil yang berisiko tinggi mempunyai
peluang 6,514 kali untuk tidak berkunjung
memeriksakan
kehamilannya
ke
Puskesmas dibandingkan dengan ibu
hamil yang berisiko rendah.
Paritas adalah wanita dengan
jumlah anak yang dilahirkan hidup
maupun mati (Hanifa,2005)
Berdasarkan
penelitian
sebelumnya ibu yang mempunyai jumlah
anak >3 termasuk dalam faktor resiko,
dan yang memiliki anak yang < 3 tidak
termasuk faktor resiko. Dan hasil
penelitian ini diharapkan kepada ibu
memiliki anak > 3 dianjurkan untuk rutin
dalam
pemeriksaan
kehamilan
(Akbari,2003)
Dalima (2012) menyatakan bahwa
ada hubungan antara pritas dengan
pemeriksaan kehamilan dimana dari 40
responden dapat diketahui sebagian
responden paritas rendah yaitu 21 orang
(52,5%)
yang
memeriksakan
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
363
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS
TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015
kehamilannya dibandingkan dengan ibu
yang paritas tinggi berjumlah 19 orang
(47,4%) yang datang untuk memeriksakan
kehamilannya.
Hal ini sesuai juga dengan
penelitian
Mulyono(2008)
yang
menyatakan bahwa paritas mempunyai
hubungan dengan kunjungan ibu hamil
bahwa dari 40 responden dapat diketahui
paritas rendah yaitu 24 responden
(57,6%)
yang
memeriksakan
kehamilannya dibandingkan dengan ibu
yang paritas tinggi berjumlah 16 orang
(42,4%) yang datang untuk memeriksakan
kehamilannya.
Variabel
Independen
yang
berhubungan sebab akibat dengan
Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di
Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi
Dari hasil analisis regresi logistic
pada model 3 atau model akhir (fit model)
di dapat 2 variabel yang bermakna secara
statistik hubunganya dengan rendahnya
kunjungan ibu hamil. Kedua variabel
tersebut adalah jarak tempat pelayanan
dan pengetahuan. Kemudian unuk
mengetahui variabel mana yang paling
besar hubungannya dengan rendahnya
kunuungan ibu hamil dapat dilihat pada
nilai Beta (B). dari model ternyata variabel
yang paling besar hubungannya terhadap
rendahnya kunjungan ibu hamil adalah
variabel pengetahuan dan bila dilakukan
urutan adalah sebagai berikut : OR: 4,671
(95 % CI : 1,449=15,051) p value = 0,010
dan jarak tempat pelayanan OR :
4,649(95% CI : 1,440 – 15,005) p value =
0,010 .
Variabel pengetahuan setelah
dilakukan analisis multivirat dan setelah
diseleksi dengan variabel independen
lainnya tetap mempunyai hubungan yang
bermakna secara statistik, dimana OR:
4,671 (95 % CI : 1,449=15,051) p value =
0,010 memberikan interpretasi bahwa
responden yang berpengetahuan kurang
mempunyai peluang 4,671 kali untuk tidak
melakikan kunjuungan memeriksakan
kehamilannya
dibandingkan
dengan
responden yang berpengetahuan baik.
Sehingga dalam hal ini variabel jarak
tempat pelayanan dan pengetahuan
secara bersama-sama (secara simultan)
berhubungan
dengan
rendahnya
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang
Bakung Kota Jambi tahun 2015.
Hasil diatas sesuai dengan
hipotesis yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara jarak tempat pelayanan
dan pengetahuan secara simultan dengan
rendahnya kunjungan ibu hamil di
Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi
tahun 2015.
SIMPULAN
Ada hubungan antara jarak tempat
pelayanan
secara
parsial
dengan
rendahnya kunjungan ibu hamil di
Puskesmas Talang Bakung Jambi tahun
2015; Ada hubungan antara pendidikan
secara
parsial
dengan
rendahnya
kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang
Bakung Jambi tahun 2015; Ada hubungan
antara pengetahuan secara parsial
dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di
Puskesmas Talang Bakung Jambi tahun
2015; Ada hubungan antara paritas
secara
parsial
dengan
rendahnya
kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang
Bakung Jambi tahun 2015; Ada hubungan
antara jarak tempat pelayanan, pendiikan,
pengetahuan, paritas secara simultan
dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di
Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi
tahun 2015; Pengetahuan merupakan
faktor yang paling dominan berhubungan
dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di
Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi
tahun 2015.
DAFTAR PUSTAKA
Andra, 2007, Faktor – Faktor Pendidikan
dan Pengetahuan Dengan
Kunjungan Antenatal Care,
Rubrik/one
news
Print.asp?Idnews 527 11039,
diakses tanggal 12 mei 2011,
dalam Kristiani, 2011.
BKKBN Propinsi Jambi, 2013, Jumlah
Pasien
Hamil,
https://www.google.com.1#q
=jumlah+pasien+RS+th
2014, di Akses tanggal 16
maret 2015.
Dalima, 2012, Hubungan Antara Paritas
dan Jarak Tempat Pelayanan
Kesehatan
Dengan
Pemeriksaan Kehamilan (K4)
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
364
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS
TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015
Di
Puskesmas
Tulung
Selapan Kabupaten OKI
Tahun 2012.
Depkes RI, 2007, Pedoman Operasional
Pelayanan
Terpadu
Kesehatan Reproduksi Di
Puskesmas,
Jakarta,
Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia
Depkes RI, 2010, Cakupan Pelayanan
Kesehatan Antenatal dan
Imunisasi Tetanus Toxoid
Kepada
Ibu,
http://www.depkes.go.id/dow
nloads
onlines.
Diakses
tanggal 13 Maret 2015
Green, Lawrence. W and kreuter, Manhall,
W, 2005, Health Program
Planning And Education and
ecological Approach.
Hastono Susanto Priyo, 2001, Analis
Pengolahan Data, Fakultas
Kesehatan
Masyarakat,
Universitas
Indonesia,
Jakarta, Indonesia
Helni, 2012, Perubahan Fisiologi pada Ibu
Primigravida,
Online,
http://zahiralathif92.blogspot.
com/2013/04/proposalperubahan-fisiologi-pada-ibuhamil, diakses tanggal 13
maret 2015
Notoatmodjo Soekidjo, 2005, Promosi
Kesehatan
Teori
dan
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Aplikasi,
Rineka
Cipta,
Jakarta, Indonesia.
Notoatmodjo Soekidjo, 2007, Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni,
Rineka
Cipta,
Jakarta,
Indonesia.
Prawirohardjo,
2009,
Faktor
yang
berhubungan
dengan
kunjungan antenatal care
(ANC) di wilayah Puskesmas
tunas Harapan tahun 2012
Profil Kesehatan Provinsi Jambi, 2013,
Profil Kesehatan Provinsi
Jambi
Puskesmas Talang Bakung Jambi, 2012,
http://zahiralathif92.blogspot.
com/2013/04/proposalperubahan-fisiologi-pada-ibuhamil, diakses tanggal 13
maret 2015.
Saifuddin, dkk, 2003, Buku Acuan
Nasional
Pelayanan
Kesehatan Maternal dan
Neonatal,
YBP
–
SP,
Jakarta, Indonesia.
Setiawan, Yasin, 2006, Pengawasan
Kesehatan Kehamilan Ibu,
online,
http://www.siaksoft.net/index.
php/option=com
diakses
tanggal 12 april 2015, dalam
Dalima, 2012.
Trapsilowati,
2009,
Pemeriksaan
Kehamilan Standar (k4) di
Kota
Madya
Salatiga,
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
365
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ULANG KEJADIAN ISPA PADA BALITA
DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS JEMBATAN MAS KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN
KEKAMBUHAN ULANG KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA
PUSKESMAS JEMBATAN MAS KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI TAHUN
2015
FACTORS RELATED TO THE EVENT MEASURES PREVENTION OF RELAPSE ARI
(ACUTE RESPIRATORY INFECTION) ON CHILDREN IN WORKING AREAS OF
JEMBATAN MAS BATANGHARI JAMBI PROVINCE IN 2015
Margareta Pratiwi
STIKes Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat
Korespondensi Penulis : [email protected]
ABSTRAK
Salah satu penyakit yang sering terjadi adalah ISPA. ISPA adalah proses inflamatori parenkim paru
yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius. ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi dan
setiap tahunnya menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk di Amerika Serikat.
Jenis penelitian menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai balita yang berdomisili di Desa Jembatan Mas
Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Mas Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi yaitu 2016
responden, sampel dalam penelitian ini berjumlah 101 responden, instrumen penelitian menggunakan
kuesioner, mengolah data menggunakan chi-square.
Hasil penelitian dari 101 responden terdapat (50,5%) yang upaya pencegahan kekambuhan ulang
ISPA kurang baik, (52,5%) peran petugas kesehatan kurang baik, (54,5%) mempunyai pengetahuan
rendah dan (56,4%) mempunyai motivasi kurang baik. Hasil uji statistik diperoleh bahwa ada
hubungan peran petugas kesehatan, pengetahuan dan motivasi dengan upaya pencegahan
kekambuhan ulang ISPA
Diharapkan bagi kepala Puskesmas Jembatan Mas untuk mengkoordinasi petugas kesehatan dapat
meningkatkan intensitas penyuluhan kepada ibu-ibu tentang pencegahan kekambuhan ulang ISPA
pada balita serta memberikan kepada petugas kesehatan, khususnya pemegang program Kesehatan
Ibu dan Anak untuk melaksanakan cara pencegahan penyakit ISPA.
Kata Kunci : ISPA, Peran Petugas Kesehatan, Pengetahuan, Motivasi
ABSTRACT
One of the common diseases that are ARI (acute respiratory infection). ARI (acute respiratory
infection) is the process of inflammatory lung parenchyma is generally caused by an infectious agent).
ARI (acute respiratory infection) is a common disease, and each year affects about 1% of the entire
population in the united states.
This type of research uses quantitative research design with cross sectional approach.
The study population were mothers with young children who live in the village of work area health
center jembatan mas batanghari jambi the 2016 respondents, the sample in this study is 101
respondents, the research instrument used questionnaires, process data using chi-square.
The results from 101 respondents there (50.5%) were ARI prevention of recurrence is poor, (52.5%)
the role of health workers is not good, (54.5%) had low knowledge (56.4%) had poor motivation. The
statistical result is obtained that there is a role for health, knowledge and motivation to re-ari
prevention of recurrence.
The working areas of jembatan mas batanghari is expected to health center to coordinate health
workers can increase the intensity of counseling to mothers on prevention of relapse and rerespiratory infection in young children gives health workers, particularly holders of maternal and child
health program to implement ways of preventing respiratory disease.
Keywords: ARI (acute respiratory infection) , role of health officer, knowledge, motivation
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
366
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ULANG KEJADIAN ISPA PADA BALITA
DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS JEMBATAN MAS KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015
PENDAHULUAN
Munculnya organisme nosokomial
yang didapat dari rumah sakit yang
resisten terhadap antibiotik, ditemukannya
organisme-organisme yang baru (seperti
Legionella),
bertambahnya
jumlah
penjamu yang lemah daya tahan tubuhnya
dan adanya penyakit seperti AIDS
semakin memperluas spektrum dan
derajat kemungkinan penyebab-penyebab
ISPA dan ini menjelaskan mengapa ISPA
masih merupakan masalah kesehatan
yang mencolok (Somantri, 2009).
Salah satu penyakit yang sering terjadi
adalah ISPA. ISPA adalah proses
inflamatori parenkim paru yang umunya
disebabkan oleh agen infeksius (Brunner
dan Suddart, 2002 edisi 8 : 571). ISPA
merupakan penyakit yang sering terjadi
dan setiap tahunnya menyerang sekitar
1% dari seluruh penduduk di Amerika
Serikat. Meskipun telah ada kemajuan
dalam bidang antibiotik, ISPA tetap
merupakan penyebab kematian terbanyak
keenam di Amerika Serikat (Manurung,
2009).
Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap
penyakit ini karena respon imunitas
mereka yang belum berkembang dengan
baik. ISPA juga sering terjadi pada orang
tua dan orang lemah akibat penyakit
kronik tertentu. Hampir 60% dari pasienpasien yang kritis di ICU dapat menderita
ISPA, dan setengah dari pasien-pasien
tersebut biasanya tak terselamatkan
(Somantri, 2009).
Menurut WHO dan UNICEF 50% ISPA
disebabkan
oleh
Streptococcus
pneumonia dan 30% oleh Haemophylus
influenza type B dan sisanya disebabkan
oleh virus dan penyebab lain. ISPA
merupakan masalah kesehatan didunia
karena angka kematiannya sangat tinggi,
tidak saja dinegara berkembang tapi juga
dinegara maju seperti Amerika Serikat,
Kanada dan negara-negara Eropa. Di
Amerika Serikat, terdapat 2-3 juta kasus
ISPA per tahun dengan jumlah kematian
rata-rata 45.000 orang ( Shidiq, 2007).
Memerangi ISPA merupakan strategi
penting bagi setiap negara dalam
pencapaian tujuan keempat dari Millenium
Development Goals (MDGs) 2015. MDGs
merupakan aksi untuk memperoleh
kesehatan optimal dan hal tersebut harus
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
dilakukan oleh semua pihak. Masyarakat
harus
mempunyai
perilaku
yang
mendukung MDGs pada kehidupan
sehari-harinya. Pemerintah dan Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) bertugas
menyusun
program
kesehatan
mendukung upaya MDGs tersebut. Selain
itu pencegahan yang dapat dilakukan
harus meliputi segi pasien, kuman ISPA
dan juga lingkungan. Langkah yang dapat
dilakukan antara lain pemberian ASI
eksklusif 6 bulan, gizi cukup dan
seimbang sesuai usia anak, imunisasi
serta lingkungan bebas asap baik berupa
asap rokok, hasil pembakaran maupun
polusi udara. Untuk program selanjutnya,
IDAI berencana melakukan simposium
mengenai ISPA baik untuk kalangan
awam, dokter umum, maupun dokter
spesialis
anak
diseluruh Indonesia
(Muttaqin, A 2008).
Sebagai contoh misalnya seorang Ibu
tidak mau membawa anaknya membawa
anaknya berobat kepuskesmas karena ibu
beranggapan anaknya hanya flu biasa,
padahal anaknya menunjukkan ciri-ciri
ISPA. Hal ini dapat disebabkan karena Ibu
belum mengetahui tentang ISPA dan
perbedaan dengan flu biasa. Atau
barangkali juga dapat disebabkan karena
rumahnya jauh dengan puskesmas.
Sebab lain mungkin karena para petugas
kesehatan atau tokoh masyarakat lain
disekitarnya kurang memberikan informasi
tentang ISPA (Nursalam, 2011).
Ibu yang memiliki anak balita perlu
pengetahuan
yang
cukup
tentang
pencegahan penyakit ISPA. Karena
pencegahan penyakit ISPA ini merupakan
hal yang sangat penting untuk mencegah
kekambuhan dan perkembangan penyakit
serta
untuk
meningkatkan
kualitas
hidupnya. Penanganan dan pencegahan
yang buruk pada ISPA akhirnya akan
meningkatkan jumlah kematian balita
(Notoadmodjo, 2007).
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan
Provinsi Jambi bahwa penderita ISPA
balita pada tahun 2014 sebanyak 169.582
kasus (31,8%) dan penderita ISPA balita
pada tahun 2015 meningkat sebanyak
556.581 kasus (44,7%).
Berdasarkan survey awal pada tanggal 28
Oktober 2015 diwilayah verja Puskesmas
Jembatan Mas terhadap 10 orang ibu
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
367
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ULANG KEJADIAN ISPA PADA BALITA
DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS JEMBATAN MAS KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015
yang mempunyai balita, terlihat 6 orang
ibu
kurang
mengetahui
upaya
pencegahan penyakit ISPA seperti ibu
tidak memberikan ASI eksklusif pada
anaknya. Selain itu perilaku pencegahan
penyakitnya juga kurang baik seperti ibu
tidak selalu memberikan makanan yang
bergizi pada anaknya karena ibu
berpendapat makanan bergizi itu mahal.
Lingkungan tempat tinggal yang rapat dan
lembab, ventilasi kurang, dan banyaknya
paparan asap rokok disekitar lingkungan
juga memberi pengaruh yang besar
terjadinya ISPA. Hal ini tentunya tidak
lepas dari kurangnya pengetahuan ibu
tentang penyakit dan pencegahannya
sendiri
tentang
ISPA
dan
motivasi/dorongan ibu yang masih kurang
memperhatikan lingkungan disekitar dan
kesehatan baik dari makanan juga jajanan
anaknya. Ibu juga mengatakan jika sudah
kelelahan maka ibu akan menunda
membersihkan lingkungan rumahnya atau
terkadang tidak dibersihkan. Selain itu, Ibu
mengatakan kurangnya informasi yang
didapat dari petugas kesehatan tentang
cara-cara pencegahan ISPA misalnya apa
Jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak
92 responden. Untuk menghindari Drop
out sampel pada saat penelitian maka
jumlah sampel yang dibutuhkan ditambah
10% sehingga didapat sampel secara
keseluruhan sebanyak 101 responden.
Kriteria inklusi ini adalah bersedia menjadi
responden yaitu ibu yang mempunyai
balita dan bisa diajak berkomunikasi,
responden
yang
yang
berdomisili
diwilayah kerja puskesmas jembatan mas
kabupaten Batanghari provinsi Jambi dan
saja yang harus dihindari dan harus
dilakukan agar tidak mengalami ISPA.
Masyarakat juga harus merubah perilaku
hidup lebih bersih dan sehat, menjaga
kebersihan lingkungan dan kebersihan
diri, merupakan beberapa hal yang perlu
diperhatikan dan akan memberikan
pengaruh terhadap terjadinya penyakit
ISPA ini (Mubarak, 2007).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa univariat digunakan untuk
melihat distibusi frekuensi dan persentase
masing-masing variabel penelitian. Jumlah
sampel yang dibutuhkan sebanyak 92
responden.
Untuk menghindari Drop out sampel pada
saat penelitian maka jumlah sampel yang
dibutuhkan ditambah 10% sehingga
didapat sampel secara keseluruhan
sebanyak 101 responden.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan rancangan penelitian
yang digunakan yaitu cross sectional,
dengan desain penelitian ini diharapkan
diketahuinya hubungan peran petugas
kesehatan,pengetahuan dan motivasi
dengan upaya pencegahan kekambuhan
ulang kejadian ISPA pada balita.
Populasi dalam penelitian ini
adalah ibu-ibu yang mempunyai anak
balita yang tinggal diwilayah kerja
puskesmas Jembatan Mas kabupaten
batanghari Provinsi Jambi Tahun 2015
dengan jumlah 2016 responden.
satu KK diambil satu orang responden
yaitu KK atau ibu rumah tangga.
Pengumpulan
data
dalam
penelitian
ini
dilakukan
dengan
wawancara pada ibu rumah tangga.
Proses pengumpulan data selesai sampai
jumlah responden 101 responden. Dalam
pengumpulan data peneliti dibantu oleh 10
orang kader yang sebelumnya telah
dijelaskan tentang tujuan penelitian serta
cara pengumpulan data (pengisian
kuisioner).
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
368
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ULANG KEJADIAN ISPA PADA BALITA
DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS JEMBATAN MAS KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015
Distribusi responden menurut upaya pencegahan kekambuhan ulang ISPA dapat dilihat
pada tabel 1 :
Upaya
Pencegahan
Kekambuhan Jumlah
%
Ulang ISPA
Pengetahuan
Rendah
55
54,5
Tinggi
46
45,5
Motivasi
Kurang Baik
Baik
57
44
56,4
43,6
Peran Petugas Kesehatan
Kurang Baik
53
52,5
Baik
48
47,5
Dari 101 responden ada sebanyak 55
responden (54.5 %) pengetahuan rendah
dan 46 responden (45,5%) pengetahuan
tinggi, motivasi kurang baik dan 44
responden ( 43,6%) motivasi baik, 53
responden
(52,5%)
peran
petugas
kesehatan kurang baik dan 48 responden
(47,5 %) peran petugas kesehatan baik.
Untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen, maka peneliti
melakukan analisa bivariat dengan
mengunakan uji statistik Chi Square.
Hasil analisa hubungan pengetahuan
dengan upaya pencegahan kekambuhan
ulang ISPA dapat dilihat pada tabel 2 :
Pengetahuan
Rendah
Tinggi
Total
Upaya Pencegahan Kekambuhan
Ulang ISPA
Kurang Baik
Baik
Jumlah %
Jumlah
%
34
61,8
21
38,2
17
37,0
29
63,0
51
50,5
50
49,5
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa dari
55 responden yang pengetahuan rendah
ada sebanyak 34 responden (61,8%) yang
kurang baik dalam upaya pencegahan
kekambuhan ulang ISPA dan 21
responden (38,2%) yang baik dalam
upaya pencegahan kekambuhan ulang
.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Jumlah
Jumlah
55
46
101
p-value
%
100
100
100
0.022
ISPA. Sedangkan dari 46 responden yang
pengetahuan tinggi ada sebanyak 17
responden (37,0%) yang kurang baik
dalam upaya pencegahan kekambuhan
ulang ISPA dan 29 responden (63,0%)
yang baik dalam upaya pencegahan
kekambuhan
ulang
ISPA
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
369
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ULANG KEJADIAN ISPA PADA BALITA
DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS JEMBATAN MAS KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015
Hasil analisa hubungan motivasi dengan upaya pencegahan kekambuhan
dilihat pada tabel 3 :
Upaya Pencegahan Kekambuhan
Motivasi
Ulang ISPA
Jumlah
Kurang Baik
Baik
Jumlah %
Jumlah
%
Jumlah
Kurang Baik
37
64,9
20
35,1 57
Baik
14
31,8
30
68,2 44
Total
51
50,5
50
49,6 101
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa dari
57 responden yang mempunyai motivasi
kurang baik ada sebanyak 37 responden
(64,9%)
yang
upaya
pencegahan
kekambuhan ulang ISPA kurang baik dan
20 responden (35,1%) yang upaya
pencegahan kekambuhan ulang ISPA
baik. Sedangkan dari 44 responden yang
mempunyai motivasi baik ada sebanyak
14 responden (31,8%) yang upaya
pencegahan kekambuhan ulang ISPA
kurang baik dan 30 responden (68,2%)
yang upaya pencegahan kekambuhan
ulang ISPA baik. Berdasarkan hasil uji
statistic diperoleh nilai p-value = 0,002 (p
< 0,05) yang artinya bahwa ada hubungan
antara
motivasi
dengan
upaya
pencegahan kekambuhan ulang ISPA.
Upaya yang dilakukan adalah
untuk mengatasi masalah ini adalah
petugas
kesehatan
melakukan
penyuluhan sebulan sekali tentang
penanganan ISPA pada balita serta
memberikan bimbingan langsung cara
penanganannya, mengajak masyarakat
untuk mencari tahu informasi dengan cara
bertanya dengan petugas kesehatan,
membaca buku serta menonton televisi,
rumah penderita ISPA setiap paginya
dibuka jendela supaya terjadi sirkulasi
udara, tidak membiar kondisi rumah
menjadi lembab, membersihkan rumah
dari debu dan kotoran setiap harinya.
Dalam suatu motivasi umumnya
terdapat dua unsur pokok, yaitu unsur
dorongan atau kebutuhan dan unsur
tujuan.proses interaksi timbal balik antara
kedua unsur ini terjadi di dalam diri
manusia,namun dapat dipengaruhi oleh
hal-hal di luar dari manusia. Oleh karna
itu,bisa saja terjadi perubahan motivasi
dalam waktu yang relatif singkat jika
ternyata motivasi yang pertama mendapat
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
ulang ISPA dapat
p-value
%
100
100
100
0.002
hambatan atau tidak mungkin terpenuhi
(Notoadmodjo, 2007).
Upaya yang dilakukan adalah
diatas petugas kesehatan mengajak dan
memotivasi
ibu-ibu
untuk
selalu
melakukan penanganan pencegahan
ISPA pada balita serta membangkitkan
kesadaran ibu-ibu tersebut bahwa sangat
penting melakukan penanganan terhadap
ISPA tersebut.
SIMPULAN
Petugas kesehatan dapat meningkatkan
intensitas penyuluhan kepada ibu-ibu
tentang pencegahan kekambuhan ulang
ISPA pada balita serta memberikan
kepada petugas kesehatan, khususnya
pemegang program Kesehatan Ibu dan
Anak
untuk
melaksanakan
cara
pencegahan penyakit ISPA.
DAFTAR PUSTAKA
Somantri. 2009. Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Manurung, 2009. Gangguan Sistem
Pernafasan Akibat Infeksi. Jakarta : TIM.
Shidiq, 2007. ISPA dan balita. Jakarta :
Med Press
Muttaqin, A 2008. Asuhan Keperawatan
Klien
Dengan
gangguan
sistem
pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam,
2011.
Manajemen
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Notoadmodjo,
2007.
Metodologi
Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Mubarak, 2007. Promosi Kesehatan.
Jakarta
:
Graha
Ilmu
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
370
ANALISIS ANCAMAN KEAMANAN PADA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA
JAMBI 2015
ANALISIS ANCAMAN KEAMANAN PADA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DI
RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA JAMBI 2015
ANALYSIS OF SECURITY THREAT OF MANAGEMENT INFORMATION SYSTEM IN
RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA JAMBI 2015
Saut Siagian
STIKes Prima Jambi
Korespondensi Penulis : [email protected]
ABSTRAK
Keamanan sistem informasi adalah segala betuk mekanisme yang harus dijalankan dalam sebuah
sistem yang ditujukan agar sistem tersebut terhindar dari segala ancaman yang membahayakan.
Dalam hal ini, keamanannya melingkupi keamanan data/informasi dan keamanan pelaku sistem
(user).
Sistem informasi manajemen rumah sakit merupakan sistem yang kritis menyangkut kehidupan
seseorang. Upaya perlu dilakukan agar sistem tersebut dapat tetap aman, terjaga dari berbagai
ancaman yang dapat menganggu keberjalanan sistem.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ancaman terhadap keamanan sistem informasi kesehatan,
khususnya pada Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit pada Rumah Sakit Rimbo Medica Jambi.
Penelitian ini menggunakan metode review dengan teknik melakukan review dan menganalisis
beberapa makalah yang berkaitan dengan topik pembahasan tentang keamanan sistem
informasi kesehatan.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa ancaman yang paling tinggi terhadap keamanan sistem
informasi kesehatan adalah ancaman dari peretas.
Kata Kunci : review, ancaman keamanan, sistem informasi kesehatan, manajemen rumah sakit
ABSTRACK
The security threat of Information System are all types of mechanism that must be executed in a
system and the system can be avoid from all dangerous threats. In this case, the protects are
including data/information security and security agent system ( user ).
Hospital Management Information System is the critical system for human life. The efforts need to be
done to make the existing system can be keep safely and protects from many threats that can disrupt
the system’s process.
The purpose of this research is to know the threats of the Health Information System, especially on
Hospital Management Information System at Rumah Sakit Rimbo Medica Jambi.
This research using the review method technique to review and analyze some of the papers relating
to the topic of discussion about the security of health information systems.
The result obtained is the highest threat to the security of health information systems is the threat from
hackers.
Keyword : review, security threat, Health Information System, Hospital Management
PENDAHULUAN
Saat ini, menggunakan sistem informasi
dalam
layanan
kesehatan
dapat
memberikan banyak manfaat yang
potensial seperti meningkatkan kualitas
pelayanan, mengurangi kesalahan medis,
meningkatkan pembacaan ketersediaan
fasilitas dan aksesibilitas informasi.
Namun demikian, ancaman terhadap
keamanan Sistem Informasi Kesehatan
juga meningkat secara signifikan. Sebagai
contoh, selama periode 2006 - 2007,
terdapat lebih dari 1,5 juta kesalahan data
yang terjadi di rumah sakit (HIMSS
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Analytics, 2008). Oleh karena itu,
menyimpan informasi kesehatan dalam
bentuk elektronik dapat menimbulkan
kekhawatiran
bagi pasien
maupun
manajemen rumah sakit.
Pada dasarnya, ancaman dan tindakan
yang disengaja dapat sangat merusak
sistem informasi kesehatan dan akibatnya
dapat mencegah profesional untuk
menggunakannya di kemudian hari
(Maglogiannis,
2006).
Selain
itu,
kurangnya perlindungan yang memadai
dalam menopang aspek kerahasiaan,
integritas
dan
ketersediaan
untuk
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
371
ANALISIS ANCAMAN KEAMANAN PADA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA
JAMBI 2015
dengan menggunakan risiko yang dipilih
dalam metode analisis.
Temuan lain menunjukkan bahwa yang
menjadi ancaman yang paling potensial
untuk
sistem informasi rumah sakit
adalah
kegagalan
daya
server
(Maglogiannis,
2006).
Selanjutnya,
kegagalan daya dari workstation sistem
dan kegagalan jaringan perangkat lunak
dan perangkat lunak telemonitoring
menjadi ancaman yang berisiko tinggi
untuk sistem informasi rumah sakit.
Kemudian, ancaman yang mungkin timbul
dari kegiatan pengolahan informasi juga
dapat berasal dari alam, yaitu: ancaman
air, ancaman tanah, serta ancaman alam
lain, seperti: kebakaran hutan, petir,
tornado, angin ribut, dan lain sebagainya.
investigasi juga menjadi ancaman,
terutama di domain sistem informasi
kesehatan.Hal
ini
memerlukan
pengelolaan lebih dalam keamanan
informasi serta perhatian khusus dari
sektor publik dan swasta.
Penyelidikan lebih lanjut diperlukan
untuk
mengidentifikasi
ancaman
keamanan sistem informasi kesehatan
adalah wajib. Diperlukan suatu praktik
industri yang baik atau standar dalam
pengembangan sistem informasi. Untuk
alasan ini, penelitian dilakukan dengan
melakukan peninjauan terhadap beberapa
makalah yang berkaitan dengan perhatian
para pengembang terhadap ancaman
keamanan sistem informasi manajemen
rumah sakit.
Keamanan sistem informasi adalah segala
betuk mekanisme yang harus dijalankan
dalam sebuah sistem yang ditujukan
agar sistem tersebut terhindar dari
segala ancaman yang membahayakan
keamanan data informasi dan keamanan
pelaku sistem( ISO,2008 ). Ancaman
mencakup
berbagai
jenis
perilaku
karyawan
seperti
keridaktahuan
karyawan, kecerobohan, mengambil sandi
karyawan lain dan memberikan password
untuk karyawan lain. Untuk ancaman
eksternal, yaitu virus dan serangan
spyware, hacker dan penyusup di
tempat. Selain itu, telah dikategorikan
ancaman sistem informasi rumah sakit
berdasarkan studi kasus dilakukan
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
melakukan peninjauan (review) terhadap
beberapa paper yang memberikan
perhatian pada ancaman keamanan
sistem informasi manajemen rumah sakit.
Selanjutnya setelah melakukan review,
dilakukan pengelompokkan mengenai apa
saja yang menjadi ancaman bagi sistem
informasi kesehatan khususnya bagi
Rumah Sakit Rimbo Medica. Terakhir,
pembahasan
dilakukan
pada
hasil
pengelompokkan yang diperoleh. Adapun
metodologi penelitian dibuat
dalam
beberapa langkah-langkah seperti pada
Gambar 1.
Mulai
Studi Pendahuluan
Pengumpulan Data
Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
Gambar 1. Alur metodologi penelitian
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
372
ANALISIS ANCAMAN KEAMANAN PADA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA
JAMBI 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam review, telah dipilih 7 makalah yang berasal dari berbagai sumber. Tabel 1
memperlihatkan beberapa makalah yang dijadikan bahan review dalam penelitian ini.
Tabel 1. Daftar makalah yang ditinjau
J
Analisa
Database
dan
Keamanan
Kerangka
Standar
Keamanan
5
Peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia
Nomor
46
Tantangan
dan
Etika
Teknologi
7
Panduan Penerapan Tata
Kelola
Keamanan
Informasi
Threats
to
Health
Information
9
An Integrated Approach
in Risk
Management Process for
Identifying Information Security
i
di l
h
Paper pertama
mengidentifikasi
adanaya ancaman terhadap keamanan
sistem informasi kesehatan berupa,
kelalaian pengguna (user), virus, hacker
(peretas), serangan spyware, kegagalan
daya server, kegagalan daya workstation
system dan penyusupan/pencurian (
Abdurrahim, 2011 ). Kemudian paper
kedua mengidentifikasi adanya ancaman
terhadap keamanan sistem informasi
kesehatan berupa malicious code, virus,
social engineering, hacker, dan pencurian
serta dipengaruhi juga oleh ancaman
alam seperti ancaman air, ancaman
tanah dan ancaman lain seperti
kebakaran dan petir (Indrajit, 2011).
Selajutnya, paper ketiga mengidentifikasi
adanya ancaman terhadap keamanan
sistem informasi kesehatan berupa,
pencurian data, aktivitas spionase,
hacker, dan tindakan vandalism serta
dipengaruhi juga oleh ancaman alam
seperti ancaman air, ancaman tanah dan
ancaman lain seperti kebakaran, petir
(Peraturan Pemerintah RI, 2014).
Paper
keempat,
penelitian
mengidentifikasi
adanya
ancaman
terhadap keamanan sistem informasi
kesehatan berupa malicious code, virus,
social engineering, hacker, dan pencurian
serta dipengaruhi juga oleh ancaman
alam seperti ancaman air, ancaman tanah
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
P
M.
Fauzanul
Hakim
Abdurrahim
Richardus Eko Indrajit
Pemerintah RI
Ratri Purwaningtyas
Kementerian
Komunikasi
dan
Informatika RI
Ganthan Narayana
Samy,
Ganthan
Samy,
Rabiah
Narayana
Rabiah
Ahmad. Dan Zuraini Ismail
dan ancaman lain seperti kebakaran, petir
(Purwaningtyas, 2010). Kemudian sumber
kelima yang ditinjau, mengidentifikasi
adanya ancaman terhadap keamanan
sistem informasi kesehatan berupa
malicious code, virus, social engineering,
hacker, dan pencurian serta dipengaruhi
juga oleh ancaman alam seperti
ancaman
air, ancaman tanah dan
ancaman lain seperti kebakaran, petir.
Selanjutnya,
paper
keenam
mengidentifikasi
adanya
ancaman
terhadap keamanan sistem informasi
kesehatan berupa malicious code, virus,
social engineering, hacker, dan pencurian
serta dipengaruhi juga oleh ancaman
alam seperti ancaman air, ancaman
tanah dan ancaman lain seperti
kebakaran,
petir
(Kementerian
Komunikasi dan Informatika RI, 2011).
Terakhir paper ketujuh mengidentifikasi
adanya ancaman terhadap keamanan
sistem informasi kesehatan berupa
malicious code, virus, social engineering,
hacker, dan pencurian serta dipengaruhi
juga oleh ancaman alam seperti
ancaman air, ancaman tanah dan
ancaman lain seperti kebakaran, petir.
Tabel 2 memperlihatkan hasil pemetaan
ancaman yang muncul sebagai perhatian
pada makalah-makalah yang di-review.
Pengelompokkan dilakukan berdasarkan
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
373
ANALISIS ANCAMAN KEAMANAN PADA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA
JAMBI 2015
pengelompokkan yang dilakukan oleh
salah satu makalah yang ada (Peraturan
Pemerintah RI, 2014).
Tabel 2. Daftar ancaman yang disajikan di setiap makalah
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
Kategori Ancaman
Ancaman Manusia
Ketidaktahuan Karyawan
Kecerobohan Karyawan
Kegagalan Daya Server
Malicious Code
Virus
Serangan Spyware
Hacker
Social Engineering
Pencurian
Pengkopian tanpa ijin
Perang Informasi
Pencurian Data
Aktivitas Spionase
Tindakan Vandalisme
2.
a.
b.
c.
d.
e.
Ancaman Alam
Ancaman air
Ancaman Tanah
Ancaman Angin
Petir
Kebakaran
√
√
√
√
2
3
√
√
√
√
√
√
Makalah
4 5 6
7
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
3. Ancaman Lingkungan
a. Penurunan tegangan listrik
b. Polusi
c. Efek Bahan Kimia
d. Kebocoran. dll
Berdasarkan hasil review dari
berbagai makalah, ancaman yang sering
terjadi berasal dari para peretas.
Ancaman yang dilakukan para peretas
terhadap sistem informasi dikarenakan
sebuah sistem informasi bagi perusahaan
atau individu digunakan untuk menyimpan
data penting yang menyangkut privasi
atau kerahasiaan perusahaan. Terlebih
perusahaan yang menggunakan web,
sangat rentan terhadap penyalahgunaan
karena pada sebuah web dapat diakses
oleh semua orang, Ancaman peretas
menjadi sangat potensial saat tidak ada
batas fisik dan kontrol yang dilakukan
terpusat.
Kemudian
perkembangan
jaringan yang amat cepat juga menjadi
andil terhadap perbedaan ketrampilan
pengamanan, di mana yang ahli akan
mengancam yang kurang ahli. Selain itu,
sikap dan pandangan pemakai yang
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
1
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √ √ √
√
√ √ √ √
√
√ √ √ √
√
√ √ √ √
kurang memberikan perhatian terhadap
sistem informasi tersebut membuat sistem
dengan mudah mendapat serangan yang
pada umumnya berasal dari pihak luar.
Untuk ancaman yang diakibatkan oleh
alam adalah ancaman air, ancaman
tanah, ancaman angin dan ancaman lain
seperti petir dan kebakaran. Dikarenakan
oleh terkadang tidak mempertimbangkan
ancaman alam ini. Selain itu, ancaman
virus komputer juga merupakan hasil
karya seorang programmer yang punya
niat jahat atau hanya untuk memuaskan
nafsu programmingnya yang berhasil
menyusupkan virus kedalam sistem
komputer orang lain. Virus menyusup
masuk ke dalam sistem komputer melalui
berbagai cara, antara lain:
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
374
ANALISIS ANCAMAN KEAMANAN PADA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA
JAMBI 2015
1.
Pertukaran
file,
misalnya
mengambil file (copy-paste) dari komputer
lain yang telah tertular virus.
2.
E-mail, membaca e-mail dari
sumber yang tidak dikenal bias berisiko
tertular
virus,
karena virus telah
ditambahkan (attach) ke file e-mail.
3.
IRC,
saluran
chatting
bisa
dijadikan jalan bagi virus untuk masuk ke
komputer. Sedangkan resiko pencurian
hanya sebagian kecil saja, dikarenakan
setiap penyedia atau pengguna terkadang
lebih mengutamakan dalam ancaman
yang ini.
Dengan melihat beberapa aspek yang
menjadi ancaman bagi keamanan sistem
infomasi kesehatan yang disampaikan
dalam makalah-makalah yang ditinjau,
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
pengelola sistem informasi yaitu:
1.
Melakukan perlindungan yang
memadai
dalam
menopang
aspek
kerahasiaan, integritas dan ketersediaan
untuk investigasi. Penyelidikan lebih
lanjut untuk mengidentifikasi ancaman
keamanan di kesehatan sistem informasi.
2.
Melakukan perlindungan yang
menyangkut
kebijakan,
prosedur,
proses, dan aktivitas untuk melindungi
informasi dari berbagai jenis ancaman.
3.
Melakukan
analisis
resiko
keamanan
untuk melindungi aset
informasi menjamin keamanan sistem
informasi.
SIMPULAN
Secara umum penelitian ini telah sesuai
dengan tujuan yang diharapkan yaitu,
untuk mengetahui ancaman terhadap
keamanan jaringan sistem informasi
kesehatan yang ada pada Rumah Sakit
Rimbo Medica Jambi. Adapun hasil dari
berbagai review beberapa makalah
tersebut, pembahasan dan analisa dapat
disimpulkan bahwa ancaman yang paling
tinggi
terhadap
keamanan
sistem
informasi kesehatan adalah ancaman dari
hacker.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
DAFTAR PUSTAKA
HIMSS Analytics, Kroll Fraud Foundation
(2008).
HIMSS
Analytics
Report: Security of Patient
Data. Chicago, IL : HIMSS
Analytics.
Maglogiannis, Ilias. Elias Zafiropoulos
(2006). “Modeling risk in
distributed
healthcare
information systems”, The
28th
Annual International
Conference of the IEEE on
Engineering in Medical and
Biology
Society
(EMBS),
IEEE.
ISO (2008). ISO 27799:2008 about Health
Informatics
–
Information
Security
Management
in
Health using ISO/IEC 27002.
Geneva : ISO.
Abdurrahim, M.F.H. (2011). Analisa
Database dan Keamanan
Sistem
Informasi
SUP
Fatmawati. Bogor: IPB.
Indrajit, R.E. (2011). Kerangka Standar
Keamanan
Informasi:
ISO17799. Jakarta : IDSIRTII.
Peraturan Pemerintah RI (2014). Sistem
Informasi Kesehatan., Jakarta
: Presiden Republik Indonesia.
Purwaningtyas, Ratri (2010). Tantangan
dan Etika Teknologi Informasi.
Depok
:
Universitas
Gunadarma.
Kementerian Komunikasi dan Informatika
RI
(2011).
Panduan
Penerapan
Tata
Kelola
Keamanan Informasi bagi
Penyelenggara
Pelayanan
Publik. Jakarta : Kementrian
Komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
375
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PENDERITA TB PARU TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2015
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PENDERITA TB PARU TENTANG
PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN
HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2015
Dewi Riastawaty
STIKes Prima Program Studi D III Kebidanan
Korespondesi penulis : [email protected]
ABSTRAK
Data Cakupan Case Detection Rate (CDR) TB Paru BTA (+) di Provinsi Jambi Tahun 2012 sebesar
72,04% dengan perkiraan penderita TB paru sebanyak 5.108 dan megalami penurunan ditahun 2013
sebesar 63,72%. Peneiltian merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran pengetahuan dan motivasi penderita TB Paru tentang pencegahan penularan TB, dengan
menggunakan lembar kuesioner.
Populasi penelitian ini adalah penderita TB Paru yang berjumlah 55 orang, dengan sampel 35
responden. Penelitian ini menggunakan analisa univariat. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi pada tanggal 7 – 14 Agustus 2015.
Hasil penelitian menunjukan 37,1% penderita TB Paru berpengetahuan baik dan 28,6% penderita TB
Paru memiliki motivasi tinggi tentang pencegahan penularan penyakit TB.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan masukan bagi tenaga kesehatan
dan masyarakat luas terutama bagi penderita TB Paru untuk meningkatkan pengetahuan dengan
mencari informasi dari berbagai media atau pelayanan kesehatan untuk menanyakan tentang
penyakit TB serta menerapkan apa yang diketahui tentang pencegahan penularan penyakit TB dalam
kehidupan sehari-hari dan tidak perlu malu untuk mengatakan dirinya menderita TB.
Penanggulangannya perlu dilakukan segera melalui kerja sama Dinas Kesehatan dengan petugas
pelayanan kesehatan.
Kata kunci : Pengetahuan, Motivasi, Penderita TB paru
DESCRIPTION OF KNOWLEDGE AND MOTIVATION OF TB PATIENTS TOWARDS
PREVENTION OF TB TRANSMISSION IN REGION PUSKESMAS KEBUN HANDIL IN
JAMBI CITY 2015
ABSTRACT
According to data Case Detection Rate (CDR) pulmonary tuberculosis (TB) with BTA (+) in Jambi
Province in 2012 was about 72.04% with estimated about 5,108 people get infected by TB and this
was decreasing in 2013 to 63.72%. This research is using descriptive method which aim to describe
of knowledge and motivation of TB patients towards prevention of TB transmission, by using a
questionnaire.
Population in this study were patients with TB disease with total 55 people, and the sample are 35
respondents. The analysis of the research was using univariate. This research conducted in region
Puskesmas Kebun Handil in Jambi City from 7 – 14 of August 2015.
As the result shows, 37.1% patients who have TB disease have good knowledge and 28.6% patients
with TB disease have high motivation to do prevention of TB transmission.
Therefore this research can be use as a input and information for the health care facility and specially
for community who have TB disease. However, to give this information it might help by using media
such as leaflet and posters about prevention of TB transmission and cooperate with the health care
center.
Keywords : Knowledge, Motivation, TB Patients
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
376
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PENDERITA TB PARU TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2015
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara pertama
di antara negara-negara beban tinggi
(HBC) di wilayah WHO Asia Tenggara
yang berhasil mencapai target TB global
untuk deteksi kasus dan keberhasilan
pengobatan sejak tahun 2006. Pada tahun
2010, sebanyak 302.861 kasus TB yang
diberitahu dan diobati dan 183.366 kasus
BTA
positif.
Oleh
karena
itu,
Pemberitahuan nilai kasus untuk TB BTA
positif adalah 78/100, 000 (Case Detection
Rate 78,3%). Ditingkat keberhasilan
pengobatan rata-rata selama empat tahun
terakhir adalah 90% dan untuk kelompok
2009, tingkat keberhasilan pengobatan
adalah 91%. Pencapaian ini target global
adalah tonggak penting dalam program
pengendalian TB nasional (Kemenkes RI,
2012).
Hampir
10
tahun
lamanya
Indonesia menempati urutan ke-3 sedunia
dalam hal jumlah penderita tuberkulosis
(TB). Dalam laporan World Health
Organization (WHO) pada tahun 2012
hingga saat ini menempati peringkat
keempat terbanyak penderita TB setelah
negara cina, India, dan Afrika Selatan.
Estimasi prevalensi semua jenis kasus TB
adalah 690.000 dan kejadian diperkirakan
adalah 450.000 kasus baru per tahun
(WHO, 2011). Perkiraan jumlah kematian
akibat TB adalah 64.000 kematian per
tahun (WHO, 2011). Di antara negaranegara Asia, Indonesia memiliki kenaikan
tertinggi jumlah epidemi HIV. Epidemi HIV
terkonsentrasi, kecuali di Papua dimana
prevalensi HIV telah mencapai 2,5%
(generalized epidemic). Estimasi nasional
prevalensi HIV di antara populasi orang
dewasa adalah 0,2% (Kemenkes RI,
2012).
Pada tahun 2013 muncul usulan
dari beberapa negara anggota WHO yang
mengusulkan adanya strategi baru untuk
mengendalikan TB yang mampu menahan
laju infeksi baru, mencegah kematian TB,
mengurangi dampak ekonomi akibat TB
dan mampu meletakkan landasan ke arah
eliminasi TB. Pada sidang WHO yang ke
67 tahun 2014 ditetapkan resolusi
mengenai strategi pengendalian TB global
pasca 2015 yang bertujuan menghentikan
epidemi global TB pada tahun 2015 yang
ditandai
dengan
penurunan
angka
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
kematian akibat TB sebesar 95% dari
angka tahun 2015 dan penurunan angka
insidensi TB sebesar 90% (menjadi
10/100.000 penduduk) (Kemenkes RI,
2014).
Meskipun pelaksanaan program
pengendalian TB di tingkat nasional
menunjukkan kemajuan positif dalam
deteksi
kasus
dan
keberhasilan
pengobatan, prestasi di tingkat provinsi
menggambarkan
kesenjangan
antar
daerah. Berdasarkan pencapaian pada
tahun 2010, 25 (dua puluh lima) provinsi di
Indonesia belum mencapai 70% CDR dan
hanya 8 provinsi yang mampu memenuhi
target CDR 70% dan keberhasilan
pengobatan 85%. Saat ini masalah yang
dihadapi cukup besar mengingat setiap
tahunnya masih terdapat 450.000 kasus
baru dan masih tingginya angka kematian
akibat TB yaitu 64.000 per tahun atau 175
orang perhari. Strategi nasional sejalan
dengan petunjuk internasional (WHO dan
strategi baru Stop TB), serta konsisten
dengan Rencana Global Pengendalian TB
yang diarahkan untuk mencapai Target
Global
TB
2015
dan
Tujuan
Pembangunan Millenium 2015 (Kemenkes
RI, 2012).
Penyakit TB paru merupakan
masalah yang besar bagi negara
berkembang
termasuk
Indonesia.
Sebagaimana
dikebanyakan
negara
sedang berkembang lainnya. Hampir
semua penduduk dewasa sudah pernah
mengalami infeksi oleh Basil TB pada
masa mudanya, karena sebagian besar
penyakit TB paru pada negara ini
ditimbulkan oleh Basil yang mengalami
reaktivasi (Danusantoso, 2013).
Permasalahannya prevalensi dan
insiden tuberculosis paru masih sangat
tinggi dan sulit diturunkan. Hal ini
disebabkan karena adanya masalah
medik dan non medik. Yang termasuk
masalah nonmedik yaitu, kemiskinan
masyarakat yang menyebabkan keadaan
gizi rendah, higiene yang rendah, dan
kesulitan membeli obat. Serta pendidikan
yang
rendah
tidak
menimbulkan
kesadaran tentang perlunya berobat dan
keterlambatan
dalam
mendapatkan
diagnosa. Salah satu masalah medik
yaitu, pasien sering berada didalam
keadaan imunodepresi sehingga sistem
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
377
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PENDERITA TB PARU TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2015
pertahanan
tubuh
tidak
berhasil
mengeradikasi
kuman
tuberkulosis
(Djojodibroto, 2012). Penyakit TB paru
menyerang lebih dari 75% penduduk usia
produktif, 20-30% pendapatan keluarga
hilang pertahunnya akibat penyakit TB
paru. Selain itu, seorang penderita aktif
TB Paru akan menularkan kepada 10-15
orang sekitarnya pertahun, dan tanpa
pengobatan
yang
efektif,
50-60%
penderita TB paru akan meninggal dunia
(laban, 2008).
Penyakit TB paru ditularkan
melalui udara secara langsung dari
penderita TB paru kepada orang lain.
Dengan demikian, penularan penyakit TB
paru terjadi melalui hubungan dekat
antara penderita dan orang yang tertular
(terinfeksi), misalnya berada di dalam
ruangan tidur atau ruangan kerja yang
sama (Djojodibroto, 2012).
Penderita TB paru sangat rentan
terhadap resiko terjadinya penularan
kepada orang di sekitar penderita. Untuk
itu perlu adanya tindakan pencegahan
yang harus diketahui oleh penderita TB
paru seperti tidak membuang dahak
sembarangan, memakai masker jika
diperlukan, dan memisahkan peralatan
makan dari anggota keluarga lainnya
(Laban, 2008).
Pengobatan TB Paru dilakukan
secara bertahap dan teratur, tahapan
pengobatan TB Paru diantaranya tahap
intensif dan tahap lanjutan. Untuk itu para
penderita harus mengenal, memahami,
bagaimana cara pencegahan, tanda
gejala dan penatalaksanaan dari TB Paru.
Regimen Terapeutik TB Paru merupakan
pengobatan yang bertahap dan di lakukan
secara teratur, dan di lakukan sesuai
dengan
penjelasan
yang
standar
(Misnadiarly, 2006).
Pelaksanaan survei dilaksanakan
langsung ke puskesmas Kebun Handil
dan mendapatkan data Penderita TB Paru
yang sudah mendapatkan pengobatan
dari tahun 2012-2015 yaitu, pada tahun
2012 sebanyak 17 orang, pada tahun
2013 sebanyak 23 orang, pada tahun
2014 sebanyak 29 orang, dan pada tahun
2015 bulan januari-april sebanyak 5
orang, kemudian penulis melakukan
wawancara langsung terhadap 4 penderita
tentang pencegahan penularan TB paru,
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
dengan
menanyakan
apakah
saat
berbicara menggunakan masker penutup
mulut? dan apakah saat batuk membuang
dahak di tempat khusus?, hasilnya
penderita tidak pernah membuang dahak
saat batuk di tempat khusus (di
sembarang
tempat),
tidak
pernah
menggunakan masker penutup mulut
dalam kesehariannya, artinya masih
kurangnya pengetahuan penderita TB
tentang pencegahan terhadap resiko
penularan penyakit TB dari penderita TB
ke orang sekitar dan juga kurangnya
motivasi penderita TB mencari informasi
tentang pencegahan terhadap resiko
penularan penyakit TB (Puskesmas
Kebun Handil, 2015).
Tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah untuk diketahuinya gambaran
pengetahuan dan motivasi pada penderita
Tuberkulosis
(TB)
paru
tentang
pencegahan penularan penyakit TB paru
di wilayah kerja Puskesmas Kebun Handil
Kota Jambi Tahun 2015.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan menggunakan desain
survei
yang
bertujuan
untuk
menggambarkan fenomena yang terjadi
mengenai gambaran pengetahuan dan
motivasi pada penderita Tuberculosis (TB)
paru tentang pencegahan pada penyakit
TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas
Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015.
Penelitian ini bertempat di Wilayah
Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota
Jambi. Penelitian ini akan dilaksanakan
pada bulan Agustus 2015.
Populasi menurut Riyanto (2011)
merupakan keseluruhan subjek yang akan
diteliti dan memenuhi karakteristik yang
ditentukan. Berdasarkan pengertian di
atas populasi dalam penelitian ini yaitu
berjumlah penderita TB paru pada tahun
2014 sebanyak 55 orang yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Kebun Handil
Kota Jambi. Sampel merupakan sebagian
atau wakil dari populasi yang diteliti.
Sampel dalam penelitian ini meggunakan
total sampling
yaitu seluruh populasi
menjadi sampel. Dengan kriteria inklusi
sampel responden dapat membaca dan
menulis dan berdomisili di wilayah kerja
Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi.
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
378
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PENDERITA TB PARU TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2015
Kerangka
konsep
penelitian
merupakan konsep-konsep yang akan
diukur atau diamati melalui penelitian yang
akan dilakukan. Karena konsep tidak
dapat langsung diamati maka konsep
dapat diukur melalui variabel (Riyanto,
2011).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran
Pengetahuan
Penderita
TB
Paru
Tentang
Pencegahan Penularan Penyakit TB di
Wilayah Kerja Puskesmas Kebun
Handil Kota Jambi Tahun 2015
Berdasarkan hasil penelitian yang
didapat dari 35 responden sesuai dengan
pertanyaan
kusesioner.
Variabel
pertanyaan responden menggunakan 10
item pertanyaan positif. Hasil penelitian
berdasarkan pengetahuan penderita TB
paru untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini berdasarkan
pertanyaan sehingga dapat memberikan
gambaran lebih jelas, sebagai berikut :
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Gambaran Pengetahuan Penderita
TB Paru Tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB di Wilayah Kerja Puskesmas
Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015
(n=35)
Benar
Salah
Pertanyaan
Pengertian Penyakit TB yaitu penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman dan bakteri
Penularan Penyakit TB melalui udara
Salah satu gejala khas penyakit TB Paru adalah batuk
berdahak lebih dari 2 minggu
Yang termasuk Pencegahan terhadap penderita TB adalah
dengan memakai masker penutup mulut
Lingkungan yang baik untuk penderita TB paru adalah
lingkungan yang bersih dan mendapatkan cahaya matahari
Tindakan pencegahan pada keluarga penderita TB paru dapat
dilakukan dengan cara membuka jendela setiap hari
Yang termasuk cara penularan penyakit TB paru adalah dari
percikan air liur
Cara melakukan pencegahan pada balita agar tidak tertular
penyakit TB paru ialah dengan memberikan imuisasi dasar
lengkap terutama vaksin BCG
Memisahkan peralatan makanan penderita TB dari anggota
keluarga lainnya merupakan salah satu bentuk pencegahan
penularan penyakit TB
Dampak dari penyakit TB paru ialah kematian
Dari data tabel diatas didapatkan
bahwa responden yang berpengetahuan
baik mayoritas mengetahui jika batuk
berdahak lebih dari 2 minggu termasuk
salah satu gejala khas penyakit TB paru
yaitu sebanyak 100%, responden juga
mayoritas mengetahui jika memisahkan
peralatan makanan penderita TB dari
anggota keluarga lainnya merupakan
salah satu bentuk pencegahan penularan
penyakit TB paru yaitu sebanyak 100%,
responden juga mayoritas mengetahui
pengertian dari penyakit TB paru yaitu
sebanyak 94.3%, dan responden juga
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
33
94,3
2
5,7
8
22,9
27
77,1
35
100
0
0
12
34,3
23
65,7
17
48,6
18
51,4
15
42,9
20
57,1
29
82,9
6
17,1
32
91,4
3
8,6
35
100
0
0
22
62,9
13
37,1
mengetahui cara melakukan pencegahan
pada balita agar tidak tertular penyakit TB
paru dengan memberikan imunisasi dasar
lengkap dan vaksin BCG sebanyak
91.4%.
Namun masih ada responden yang
masih menjawab salah dari pertanyaan
pengetahuan tersebut yaitu 77.1%
responden belum mengetahui kalau
penularan penyakit TB melalui udara,
kemudian 65.7% responden belum
mengetahui jika dengan memakai masker
penutup mulut termasuk pencegahan
terhadap penyakit TB paru, dan 57.1%
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
379
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PENDERITA TB PARU TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2015
responden tidak melilih ataupun tidak
mengetahui jika dengan membuka jendela
setiap hari termasuk tindakan pencegahan
pada keluarga penderita TB paru.
Penghitungan pengetahuan dibagi
menjadi 2 yaitu pengetahuan baik dan
pengetahuan kurang baik berdasarkan cut
of point ≥76% untuk pengetahuan baik
dan < 76% untuk pengetahuan kurang
baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada
diagram
di
bawah
ini
:
Diagram 1. Distribusi Responden Tentang Gambaran Pengetahuan Penderita TB Paru
Tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun
Handil Kota Jambi Tahun 2015
(n=35)
BAIK
KURANG BAIK
Dari diagram diatas diketahui
bahwa dari 35 penderita TB Paru yang
menjadi respoden dalam penelitian ini,
37,1% memiliki pengetahuan yang baik
tentang pencegahan penularan penyakit
TB dan 62,9% memiliki pengetahuan
kurang
baik
tentang
pencegahan
penularan penyakit TB.
Gambaran Motivasi Penderita
TB
Paru
Tentang
Pencegahan
Penularan Penyakit TB di Wilayah Kerja
Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi
Tahun 2015
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Berdasarkan hasil penelitian yang
didapat dari 35 responden sesuai dengan
pertanyaan di kuesinoner. Variabel
motivasi
menggunakan
10
item
pertanyaan dengan 9 pertanyaan positif
dan 1 pertanyaan negatif. Hasil penelitian
berdasarkan motivasi responden ada 2
kategori yaitu motivasi tinggi dan motivasi
rendah. Kategori motivasi tinggi diperoleh
bila point ≥ mean dan dikategorikan
motivasi rendah bila point < mean dengan
hasil
nilai
mean
adalah
(6,50).
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
380
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PENDERITA TB PARU TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2015
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Gambaran Motivasi
Penderita TB Paru Tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB di Wilayah Kerja
Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015
(n=35)
Ya
Pertanyaan
Jika batuk berdahak, saya meludah atau membuang dahaknya
pada tempat khusus yang sudah saya siapkan seperti di
lubang wc/lubang tanah dan ditimbun
Jika beraktivitas diluar rumah / berkomunikasi dengan orang
lain, saya selalu menutup mulut atau menggunakan penutup
mulut (masker) ?
Saat batuk atau bersin saya menutup mulut dengan tisu atau
sapu tangan
Alat-alat makan (piring, gelas, sendok) sama dengan keluarga
lainnya dan tidak ada pemisahan
Saya rutin menjemur kasur setiap 2 minggu sekali atau setiap
bulannya
Saya melakukan pemeriksaan dahak setiap 6 bulan untuk
memastikan ada atau tidaknya bakteri TB guna untuk
mengantisipasi penularan
Saya mencuci tangan dengan sabun setelah tangan
digunakan untuk menutup hidung/mulut pada saat batuk/bersin
Untuk menjaga daya tahan tubuh saya mengkonsumsi
makanan bergizi (seperti sayuran,buah-buahan,daging tanpa
lemak, biji-bijian)
Saya membuka pintu dan jendela rumah pada setiap pagi agar
cahaya matahari masuk kedalam
Saya mencari informasi seputar penyakit Tuberkulosis (TB
Paru) dari media massa dan pelayanan kesehatan
Dari tabel diatas dapat dilihat
mayoritas responden yang memiliki
motivasi menjawab “Ya” pada pertanyaan
saat batuk atau bersin responden
menutup mulut dengan tisu atau
saputangan sebanyak 32 responden
(91.4%), kemudian 82.9% responden ada
motivasi untuk mencuci tangan dengan
sabun setelah tangan digunakan untuk
menutup
hidung/mulut
pada
saat
batuk/bersin, dan 80% responden juga
ada motivasi untuk menjaga daya tahan
tubuh dengan mengkonsumsi makanan
bergizi (seperti sayuran, buah-buahan,
daging tanpa lemak, biji-bijian). Masih ada
responden yang menjawab “ya” pada
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Tidak
N
%
N
%
16
45,7
19
54,3
24
68,6
11
31,4
32
91,4
3
8,6
32
91,4
3
8,6
22
62,9
13
37,1
17
48,6
18
51,4
29
82,9
6
17,1
28
80,0
7
20,0
25
71,4
10
28,6
19
54,3
16
45,7
pertanyaan negatif yaitu sebanyak 91.4%
responden tidak memisahkan alat-alat
makan (seperti piring, gelas, sendok,dll).
Untuk melihat kategori gambaran
Motivasi Penderita TB Paru Tentang
Pencegahan Penularan Penyakit TB di
Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil
Kota Jambi Tahun 2015 ada 2 kategori
yaitu Motivasi Rendah dan Motivasi
Tinggi. Kategori Motivasi tinggi diperoleh
bila skor jawaban ≥ mean dan
dikategorikan motivasi rendah bila skor
jawaban < mean. Hasil mean adalah
(6.50). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada diagram berikut :
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
381
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PENDERITA TB PARU TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2015
Diagram 2. Distribusi Responden Tentang Gambaran Motivasi Penderita TB Paru
Tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun
Handil Kota Jambi Tahun 2015
(n=35)
TINGGI
Dari diagram diatas diketahui
bahwa dari 35 penderita TB Paru yang
menjadi respoden dalam penelitian ini
dapat
disimpulkan
71.4%
memiliki
motivasi rendah tentang pencegahan
penularan penyakit TB
dan 28.6%
memiliki
motivasi
tinggi
tentang
pencegahan penularan penyakit TB.
SIMPULAN
Sebanyak
37.1%
responden
mempunyai pengetahuan baik tentang
pencegahan penularan penyakit TB di
Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil
Kota Jambi Tahun 2015; Sebanyak 62.9%
responden
mempunyai
pengetahuan
kurang
baik
tentang
pencegahan
penularan penyakit TB di Wilayah Kerja
Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi
Tahun 2015; Sebanyak 28.6% responden
mempunyai motivasi tinggi tentang
pencegahan penularan penyakit Tb di
Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil
Kota Jambi Tahun 2015; Sebanyak 71.4%
responden mempunyai motivasi rendah
tentang pencegahan penularan penyakit
Tb di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun
Handil Kota Jambi Tahun 2015.
RENDAH
Djojodibroto, Darmanto. 2012. Respirologi
(Respiratory Medicine). Jakarta :
EGC.
Kemenkes RI, 2012. Strategi Nasional
Pengendalian TB di Indonesia.
Kemenkes RI, 2014. Pediman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis.
Laban, Yoanes. 2008. TBC. Yogyakarta :
Kanisis.
Misnadiarly.
2006.
Pemeriksaan
Laboratorium Tuberkulosis dan
Mikobakterium Atipik. Jakarta :
Dian Rakyat.
Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodelogi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :
Nuha Medika.
DAFTAR PUSTAKA
Danusantoso, Halim. 2013. Ilmu Penyakit
Paru. Jakarta : EGC.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
382
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN INTERNASIONAL
PEKANBARU TAHUN 2016
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA
AKADEMI KEBIDANAN INTERNASIONAL PEKANBARU
TAHUN 2016
Andriani
Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru
Korespondensi Penulis: [email protected]
ABSTRAK
Tidur merupakan suatu kebutuhan dasar bagi manusia. Menurut National Sleep Foundation (1999),
37% orang dewasa muda usia 18-29 tahun dilaporkan mengalami kekurangan tidur dan ganggaun
tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas tidur terhadap konsentrasi belajar
mahasiswa Akademi Kebidanan Internasional. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain analitik.
Penelitian ini dilaksanakan bulan Desember 2015 - Februari 2016 di Akademi Kebidanan
Internasional Pekanbaru, dengan menggunakan data primer. Populasi penelitian ini berjumlah 125
orang dengan sampel 95 orang menggunakan teknik Kuota Sampling. Instrumen penelitian dengan
menggunakan kuesioner The Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) dan kuesiner konsentrasi.
Penelitian ini dianalisis secara univariat dan disajikan dengan rumus chi-square dalam program SPSS
software 20.0. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas mengalami kualitas tidur buruk sebanyak
76 orang (80%), dan konsentrasi belajar mayoritas rendah sebanyak 62 orang (65.3%). Ada
hubungan kualitas tidur terhadap konsentrasi belajar mahasiswa Akademi Kebidanan Internasional
Pekanbaru tahun 2016 dengan P-Value 0.036 < 0.05. Melalui penelitian ini diharapkan mahasiswa
Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru dapat mengatasi kualitas tidur buruk yang dialaminya
dan mampu menjaga pola istirahat yang cukup sehingga konsentrasi menjadi lebih maksimal dalam
belajar.
Kata Kunci: Kualitas Tidur, Konsentrasi Belajar
ABSTRAK
Sleep is a basic need for humans. According to the National Sleep Foundation (1999), 37% of young
adults aged 18-29 years reported experiencing sleep deprivation and has experienced sleep
disturbance. This research aims to determine the relationship of sleep quality of the student learning
concentration Internasional Midwifery Academy .This research is quantitative with analytical design.
This research was conducted in December 2015 - February 2016 in the Internasional Midwifery
Academy Pekanbaru, using primary data. This research population numbered 125 people with a
sample 95 people using technique Quota Sampling. The research instrument using questionnaire The
Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) and questionnaire concentration.This research by univariate
analysis and presented with chi-square formula in SPSS 20.0 software. The results of this study
showed the majority experienced bad sleep quality as many as 76 people (80), and low
concentrations of the majority to learn as much as 62 people (65.3). There is relationship between
quality of sleep on learning concentration of students Internasional Midwifery Academy pekanbaru
2016 with P-Value 0.036<0.05. Through this research expected students Internasional Midwifery
Academy to can overcome bad sleep quality are experienced and capable of maintaining a sufficient
rest so that the concentration becomes more leverage in learning.
Keywords: Sleep Quality, Learning Concentration
PENDAHULUAN
Kebutuhan dasar pada manusia
merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
dalam menjaga keseimbangan agar tubuh
dapat berfungsi secara normal. Setiap
manusia memiliki kebutuhan dasar yaitu
kebutuhan fisiologis, kebutuhan fisiologis
adalah kebutuhan manusia yang paling
mendasar
untuk
mempertahankan
hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
akan makanan, minuman, tempat tinggal,
seks, udara, istirahat dan tidur, kebutuhan
rasa aman dan perlindungan, kebutuhan
rasa cinta, memiliki dan dimiliki, serta
kebutuhan aktualisasi diri (Potter & Perry,
2005). Tidur merupakan salah satu
kebutuhan pokok manusia yang menurut
para ahli fungsinya justru lebih penting
dari makanan. Sebab seseorang akan
dapat lebih lama bertahan hidup tanpa
makanan dibandingkan tanpa tidur.
Dengan tanpa makanan sama sekali,
Vol. 4 No. 01 Maret 2016
383
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN INTERNASIONAL
PEKANBARU TAHUN 2016
seseorang masih mampu bertahan hidup
sekitar 40 hari, tanpa minuman seseorang
mampu bertahan hidup sekitar 3 hari,
tanpa udara kemampuan bertahan hidup
seseorang hanya dalam hitungan menit,
sedang tanpa tidur seseorang hanya
mampu bertahan hidup selama 11 hari
(Marpaung, dkk, 2013).
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) , tidur berarti keadaan
berhenti
(mengaso)
badan
dan
kesadarannya
(biasanya
dengan
memejamkan mata). Sedangkan menurut
Asmadi (2008), tidur merupakan suatu
keadaan tidak sadar dimana persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan
menurun atau hilang, dan dapat
dibangunkan kembali dengan indra atau
rangsangan yang cukup.
Setiap
manusia
memiliki
kebiasaan tidur yang berbeda-beda. Salah
satunya tergantung dari aktifitas yang
dilakukan. Mulai dari usia balita sampai
lansia memiliki waktu tidur yang berbeda.
Keunikan justru terjadi pada masa usia
dewasa muda (usia 16 – 30 tahun)
dimana terjadi pergeseran irama sirkadian
sehingga jam tidur pun bergeser akibat
dari perubahan hormonal yang terjadi
pada akhir masa pubertas. Saat orang lain
mulai mengantuk pada pukul 21.00 atau
22.00, ia justru ber-semangat untuk
berkarya, baik itu belajar maupun
menyelesaikan pekerjaannya. Sementara
di pagi hari, remaja sudah harus bangun
lebih awal untuk mempersiapkan diri ke
sekolah, kuliah, maupun bekerja. Pada
umumnya, remaja mengalami kekurangan
tidur sehingga tidak mengherankan jika
banyak fenomena pelajar atau mahasiswa
yang tertidur saat jam pelajaran dimulai
(Marpaung, dkk, 2013).
Menurut data dari WHO (World
Health Organization) pada tahun 1993,
18% penduduk dunia pernah mengalami
gangguan sulit tidur, dengan keluhan yang
sedemikian
hebatnya
sehingga
menyebabkan
tekanan
jiwa
bagi
penderitanya (Haristanadi, 2010). Menurut
pedoman durasi tidur yang disarankan
oleh National Sleep Foundation, kondisi
kurang tidur yang didefinisikan sebagai <7
jam untuk orang dewasa, dialami oleh
37% orang dewasa usia 18-29 tahun
(Putri, 2012).
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Sebuah jajak pendapat yang
dilakukan di Amerika oleh National Sleep
Foundation pada tahun 1999 didapatkan
bahwa Lebih dari sepertiga (36%) dewasa
muda usia 18-29 tahun dilaporkan
mengalami kesulitan untuk bangun pagi
(dibandingkan dengan 20% pada usia 3064 tahun dan 9% di atas usia 65 tahun).
Hampir seperempat dewasa muda (22%)
sering terlambat masuk kelas atau bekerja
karena sulit bangun (dibandingkan
dengan 11% pada pekerja usia 30-64
tahun dan 5% di atas usia 65 tahun).
Empat
persen
dewasa
muda
mengeluhkan
kantuk
saat
bekerja
sekurangnya 2 hari dalam seminggu atau
lebih (dibandingkan dengan 23% pada
usia 30-64 tahun dan 19% di atas usia 65
tahun), (Sari, 2011).
Beberapa penelitian yang ditulis
dibeberapa situs menyebutkan bahwa
orang Indonesia tidur rata-rata larut
malam dan bangun pukul 05.00
keesokkan harinya. Kemudian penelitian
terhadap kelompok anak-anak muda di
Denpasar menunjukkan 30-40 persen
aktivitas mereka untuk tidur. Sedangkan
penelitian yang dilakukan di Jepang
disebutkan 29 % responden tidur kurang
dari 6 jam, 23 % merasa kekurangan
dalam jam tidur 6 % menggunakan obat
tidur, kemudian 21 % memiliki prevalensi
sulit tidur dan 15 % kondisi mengantuk
yang parah pada siang harinya (Purwanto
,2008).
Dampak fisiologis dan psikologis
yang muncul akibat buruknya kualitas
tidur meliputi penurunan aktivitas seharihari, kelelahan, respon motorik terganggu,
penurunan daya tahan tubuh, stres,
depresi dan kecemasan. Sehingga hal
pertama yang terimbas adalah masalah
ingatan
dan
konsentrasi.
Misalnya
kesulitan menemukan suatu kata atau
ungkapan untuk sesuatu yang sedang
dipikirkan (Rafknowledge, 2004).
Faktor yang menghambat dalam
belajar salah satunya adalah yang
berhubungan dengan jasmaniah misalnya
faktor
kesehatan
yang
sangat
mempengaruhi diri anak dan prestasi
belajar, sebab anak yang sakit atau lemah
karena kurang tidur akan sukar belajar.
Menurut hasil survei sebuah studi tidur di
Inggris didapati bahwa orang yang kurang
Vol. 4 No. 01 Maret 2016
384
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN INTERNASIONAL
PEKANBARU TAHUN 2016
tidur cenderung 3 kali lebih besar
menderita gangguan konsentrasi, 2 kali
menderita kelelahan, gangguan mood,
produktivitas, dan lain-lain (Marpaung,
dkk, 2013).
Berdasarkan hasil survei yang
dilakukan peneliti pada 3 institusi
kebidanan,
umumnya
mahasiswa
kebidanan memiliki jadwal perkuliahan
yang cukup padat, sehingga banyak dari
mahasiswa kebidanan yang mengabaikan
waktu serta kualitas tidurnya sendiri.
Selain dari faktor aktifitas akademik, faktor
aktifitas sosial sebelum tidur seperti akses
internet, bermain gadget dan faktor –
faktor stres yang menyebabkan banyak
dari mahasiswa kebidanan tidur hingga
larut malam. Setelah dilakukan pengkajian
kualitas
tidur,
ternyata
Akademi
Kebidanan Internasional Pekanbaru yang
lebih banyak mengalami kualitas tidur
yang buruk yaitu dari 9 responden 8
diantaranya mengalami kualitas tidur yang
buruk (89%) dan 6 responden (67%)
dengan konsentrasi belajar yang rendah.
Sedangkan di Stikes Hang Tuah
Pekanbaru
dari
9
responden
6
diantaranya mengalami kualitas tidur yang
buruk (67%) dan 5 responden (56%)
konsentrasi belajarnya rendah, dan di
Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru
dari
9
responden
7
diantaranya
mengalami kualitas tidur yang buruk
(78%) dan 4 responden (44%) konsentrasi
belajarnya rendah.
Dari uraian diatas, pada umumnya
mahasiswa
Akademi
Kebidanan
Internasional Pekanbaru, jika dilihat sehari
- hari banyak dari mahasiswa yang
mengantuk dan tertidur di pagi hari pada
saat pelajaran berlangsung dan aktivitas –
aktivitas lainnya saat di kampus. Bagi
tingkat I dan II rutinitas perkuliahan yang
setiap hari dilakukan mulai dari pagi jam
7.30 wib sampai sore jam 17.30 wib di
kampus dan malam harinya mereka
disibukkan untuk menyelesaikan tugas –
tugas dari kampus serta kebiasaan
sebelum tidur seperti menonton TV,
mendengarkan musik dan bermain gadget
. Hal ini akan menyita waktu tidur
mahasiswa dan mempengaruhi jam tidur
serta tidak konsentrasi saat belajar.
Terlebih lagi pada tingkat III yang sedang
meyelesaikan Tugas Akhir, Dengan
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
demikian, dapat dilihat bahwa kualitas
tidur yang buruk pada remaja, merupakan
permasalahan kesehatan yang perlu
mendapat perhatian sebab remaja yang
kualitas tidurnya buruk tidak akan memiliki
semangat belajar yang tinggi karena sulit
untuk berkonsentrasi sehingga dapat
menurunkan prestasi belajar. Dengan
demikian,
peneliti
tertarik
untuk
mengambil judul “Hubungan kualitas tidur
terhadap konsentrasi belajar mahasiswa
Akademi
Kebidanan
Internasional
Pekanbaru”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian analitik yaitu untuk mengetahui
hubungan
kualitas
tidur
terhadap
konsentrasi belajar mahasiswi Akademi
Kebidanan
Internasional
Pekanbaru,
dengan menggunakan rancangan cross
sectional yaitu rancangan penelitian
dengan melakukan pengukuran atau
pengamatan pada saat bersamaan (sekali
waktu). Penelitian ini dilakukan di
Akademi
Kebidanan
Internasional
Pekanbaru
dengan jumlah
sampel
sebanyak 95 responden menggunakan
Quota sampling yaitu dengan menentukan
ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang
telah ditentukan.
Data yang diperoleh akan
dianalisa secara bertahap yaitu analisis
univariat kemudian dilanjutkan dengan
analisis bivariat dengan menggunakan
program SPSS Software Versi 20.0. untuk
melihat hubungan kualitas tidur terhadap
konsentrasi belajar. Instrumen penelitian
ini adalah kuesioner The Pittsburg Sleep
Quality Index (PSQI) untuk mengukur
kualitas tidur yang sudah dibakukan oleh
Pittsburg University dengan Cronbach’s
Alpha 0,89. Seadangkan konsentrasi
belajar diukur dengan menggunakan
kuesioner konsentrasi belajar yang
disusun oleh peneliti sendiri berdasarkan
tinjauan teoritis yang ada.
Vol. 4 No. 01 Maret 2016
385
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN INTERNASIONAL
PEKANBARU TAHUN 2016
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Univariat
Tabel 1
Distribusi Frekwensi Karakteristik Umur
Karakteristik Umur
F
(%)
Remaja Akhir
18 – 20
Dewasa Awal
20 – 23
Jumlah
79
83.2
16
16.8
95
100.0
Berdasarkan tabel 1 didapatkan
hasil dari 95 sampel dapat dilihat distribusi
frekuensi Karakteristik umur mahasiswi
paling banyak adalah remaja akhir yaitu
sebanyak 79 orang (83.2 %).
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Status Tinggal
Status Tinggal
F
(%)
Kos
50
52.6
Rumah Orang Tua
38
40.0
Lainnya
7
7.4
Jumlah
95
100.0
Berdasarkan tabel 2 didapatkan
hasil dari 95 sampel dapat dilihat distribusi
frekuensi status tinggal
mahasiswi
mayoritas adalah tinggal di kos yaitu
sebanyak 50 orang (52.6%).
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Sebelum
Tidur
F
(%)
Kebiasaan Sebelum
Tidur
Menonton TV
20
21.1
Membaca Buku
2
2.1
Internetan (bermain
31
32.6
gadget )
Mendengarkan Musik
17
17.9
Ngobrol di Telfon
21
22.1
Lainnya
4
4.2
Jumlah
95
100.0
Berdasarkan tabel 3 didapatkan
hasil dari 95 sampel dapat dilihat distribusi
frekuensi kebiasaan mahasiswi sebelum
tidur mayoritas adalah internetan (bermain
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
gadget ) yaitu sebanyak
%).
Tabel 4
Distribusi
Frekuensi
Konsentrasi
Gangguan
F
Konsentrasi
Tidak mampu
fokus
Tidak mampu
aktif
Kondisi
kelas
yang rebut
Mengantuk
pada
saat
belajar
31 orang (32.6
Gangguan
(%)
77
81.1
78
82.1
87
91.6
66
69.5
Berdasarkan tabel 4 didapatkan
hasil dari 95 sampel dapat dilihat distribusi
frekuensi
gangguan
konsentrasi
mahasiswi mayoritas adalah mudah
terusik dengan kondisi kelas yang selalu
ribut saat belajar sebanyak 87 responden
(91.6%).
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur
F
(%)
Kualitas
Tidur
Baik
Buruk
Jumlah
19
76
95
20.0
80.0
100.0
Berdasarkan tabel 5 didapatkan
hasil dari 95 sampel dapat dilihat distribusi
kualitas tidur mahasiswi paling banyak
adalah kualitas tidur yang buruk yaitu
sebanyak 76 orang (80.0%).
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Konsentrasi Belajar
Konsentras
F
(%)
i Belajar
Tinggi
33
34.7
Rendah
62
65.3
Jumlah
95
100.0
Berdasarkan tabel 6 didapatkan
hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi
konsentrasi belajar mahasiswi mayoritas
dengan konsentrasi belajar yang rendah
yaitu sebanyak 62 orang (65.3%).
Sedangkan yang konsentrasi belajar yang
tinggi sebanyak 33 orang (34.7%).
Vol. 4 No. 01 Maret 2016
386
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN INTERNASIONAL
PEKANBARU TAHUN 2016
2. Analisis Bivariat
Tabel 6
Hubungan Kualitas Tidur Terhadap
Konsentrasi Belajar
Konsentrasi
PBelajar
Kualitas
valu
A
Tidur
Tingg Rendah
e
i
Baik
11
8
0.036 0.05
Buruk
22
54
Jumlah
33
62
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan
dari analisis uji chi-square didapatkan
hasil bahwa p-value yaitu 0.036 lebih kecil
dari 0.05 ( p-value < 0.05 ) maka H0
ditolak, sehingga ada hubungan antara
kualitas tidur terhadap konsentrasi belajar.
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
1. Kualitas Tidur
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa dari 95 responden, kualitas tidur
mahasiswi
di
Akademi
Kebidanan
Internasional
Pekanbaru
mayoritas
memiliki kualitas tidur yang buruk yaitu
sebanyak 76 orang (80.0%).
Berdasarkan
data
penelitian
didapatkan mayoritas umur mahasiswi
AKBID Internasional Pekanbaru tahun
2016 adalah remaja akhir (18-20 tahun)
sebanyak 79 responden (83.2%). Hal ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Potter & Perry (2005), yang
menyatakan bahwa secara umum kualitas
tidur yang buruk dapat disebabkan oleh
aktifitas sosial, karena pada usia remaja
akhir seseorang sedang berada di puncak
keaktifan dalam aktifitas sosial. Selain
faktor aktifitas sosial terdapat juga faktor
elektronik, faktor stress, dan depresi serta
faktor lain yang dapat mempengaruhi
kualitas tidur seseorang, seperti penyakit,
lingkungan, kelelahan, alkohol, makanan
dan minuman. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sarfriyanda (2015) tentang kualitas tidur
pada mahasiswa keperawatan Universitas
Riau,
diketahui
bahwa
mayoritas
responden memiliki kualitas tidur yang
buruk sebanyak 162 (82,2%).
Berdasarkan Hasil kuesioner PSQI
komponen
7
mengenai
daytime
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
dysfunction,
menunjukkan
bahwa
mayoritas responden mempunyai masalah
kecil sampai masalah besar yang sering
terjadi. Masalah yang dialami oleh
responden
tersebut
jika
tidak
terselesaikan
akan
menimbulkan
kecemasan dan dapat mengganggu pola
tidur seseorang (Kozier,dkk , 2004).
Menurut peneliti, kualitas tidur
mahasiswi
Akademi
Kebidanan
Internasional Pekanbaru mayoritas buruk,
hal ini terjadi disebabkan karena
umumnya mahasiswi kebidanan memiliki
jadwal dan aktifitas perkuliahan yang
cukup padat.
Sehingga mahasiswi
mengabaikan waktu istirahat yang cukup
dan berkualitas serta faktor-faktor stres
akibat menghadapi masalah yang dialami
oleh responden tersebut, selain itu, status
tinggal mahasiswi AKBID Internasional
mayoritas adalah tinggal di kost sebanyak
50 responden (52.6%) dari 95 responden,
hal ini akan sangat mempengaruhi
kualitas
tidur
mahasiswi
karena
mahasiswa yang tinggal di kos-kosan
akan memiliki waktu istirahat yang
terganggu akibat gangguan dari penghuni
kos lainnya yang banyak di sekitar
lingkungan kos-kosan dan tidak adanya
pengawasan dari orang tua, hal ini
berbeda dengan mahasiswi yang tinggal
dengan orang tua karena dengan tinggal
bersama orang tua maka aktivitas
mahasiswi akan sedikit lebih teratur dan
tidak banyak gangguan untuk istirahat
karena lingkungan tinggal akan lebih
nyaman tanpa kebisingan.
Selain itu, mayoritas aktifitas sosial
mahasiswa sebelum tidur yang sudah
menjadi
kebiasaan
yaitu
bermain
internetan (bermain gadget) sebanyak 31
responden (32.6%) dari 95 responden,
serta kebisaaan lain seperti ngobrol di
telepon hingga larut malam sebanyak 21
responden (22.1%), menonton televisi
sebanyak
20
responden
(2.1%),
mendengarkan musik sebanyak 17
responden (17.9%), membaca buku
hingga
larut
malam
sebanyak
2
responden (32.6%), serta kebiasaan
lainnya sebanyak 4 responden (4.2%)
sehingga hal ini akan menyita waktu tidur
dan menyebabkan kualitas tidur yang
diperoleh mahasiswa menjadi buruk.
Vol. 4 No. 01 Maret 2016
387
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN INTERNASIONAL
PEKANBARU TAHUN 2016
2. Konsentrasi Belajar
Dari tabel 4.6, hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 95 responden,
konsentrasi belajar mahasiswi di Akademi
Kebidanan
Internasional
Pekanbaru
sebagian besar memiliki konsentrasi
belajar yang rendah yaitu sebanyak 62
orang (65.3%).
Faktor penghambat terjadinya
konsentrasi belajar menjadi penyebab
terjadinya gangguan konsentrasi belajar.
Menurut Hakim (2003, dalam Setiani,
2014).
Dua faktor yang
menjadi
penghambat konsentrasi belajar tersebut
ialah faktor internal yang berasal dari
dalam diri seseorang yaitu mengalami
gangguan kesehatan dan mental, seperti
mengantuk karena kurang tidur dan
istirahat (kualitas tidur yang buruk), lapar,
haus, tidak tenang, emosional, mudah
cemas, stres, depresi, dan sejenisnya.
Serta faktor eksternal yang berasal dari
luar diri seseorang yaitu lingkungan di
sekitar.
Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Pitaloka (2015) tentang kemampuan
konsentrasi belajar mahasiswa Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau,
dari penelitian tersebut diperoleh hasil
bahwa dari 100 responden mayoritas
responden memiliki tingkat kemampuan
konsentrasi belajar yang rendah yaitu 63
responden (63%). Dan sebanyak 37
responden (37%) memiliki konsentrasi
belajar yang tinggi. Hal ini sesuai dengan
yang peneliti telah lakukan bahwa lebih
banyak
mahasiswa
yang
memiliki
konsentrasi belajar yang rendah.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
Peneliti berasumsi bahwa konsentrasi
belajar mahasiswi Akademi Kebidanan
Internasional Pekanbaru tahun 2016
mayoritas rendah hal ini diakibatkan
karena mayoritas gangguan konsentrasi
belajar yang sering dialami oleh
mahasiswa adalah tidak mampu fokus
terhadap pelajaran sampai selesai
sebanyak 77 responden (81.1%), tidak
mampu bersikap aktif dalam perkuliahan
seperti
bertanya
dan
menjawab
pertanyaan dosen dengan baik sebanyak
78 responden (82.1%), serta mudah
terusik oleh kegaduhan saat belajar
karena kondisi kelas yang selalu ribut
pada saat perkuliahan seabanyak 87
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
responden (91.6%). Selain itu mayoritas
mahasiswa yang mengantuk saat belajar
sebanyak 66 responden (69.5%) hal ini
karena mahasiswa kurang tidur dan
istirahat disertai fikiran tidak tenang dan
stres yang menjadi faktor penyebab
konsentrasi belajar mahasiswa menjadi
rendah.
B. Analisis Bivariat
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan dari 95 responden didapatkan
hasil dengan jumlah kualitas tidur yang
buruk sebanyak 76 orang (80.0%), dan
konsentrasi belajar yang rendah sebanyak
62 orang (65.3%). Sehingga setelah di uji
dengan chi – square didapatkan hasil
bahwa p-value yaitu 0.036 lebih kecil dari
0.05 ( p-value < 0.05), maka H0 ditolak,
sehingga
dapat
disimpulkan
ada
hubungan yang signifikan antara kualitas
tidur terhadap konsentrasi belajar.
Tingkat
konsentrasi
belajar
mahasiswa dapat dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor
internal dapat berupa kondisi fisiologis
seperti kualitas tidur yang buruk. Kualitas
tidur yang buruk juga sering menimbulkan
manifestasi klinis seperti mengantuk dan
fatigue yang dapat menurunkan energi
seseorang ketika menjalani aktivitas di
siang hari, mengantuk dan fatigue juga
dapat menyebabkan ketidakmampuan
untuk berkonsentrasi dan berpikir dengan
jelas. Berdasarkan survei yang dilakukan
di Great British Sleep ditemukan bahwa
orang yang memiliki kualitas tidur yang
buruk
mengalami
kesulitan
dalam
mempertahankan
perhatian
dan
merespon suatu stimulus (Kyle, 2012).
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Pitaloka
(2015) dalam penelitiannya yang berjudul
hubungan kualitas tidur dengan tekanan
darah dan kemampuan konsentrasi
belajar mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Riau. Hasil
penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
dari hasil uji statistik didapatkan hasil p
value 0,002 yang berarti terdapat
hubungan antara kualitas tidur dengan
kemampuan konsentrasi belajar.
Hasil penelitian ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh
William dan Cyintia (2013) dengan judul
Vol. 4 No. 01 Maret 2016
388
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN INTERNASIONAL
PEKANBARU TAHUN 2016
penelitian hubungan antara kualitas tidur
dan konsentrasi pada mahasiswa mahasiswi
Fakultas
Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Medan yang
menyimpulkan tidak ada hubungan antara
kualitas
tidur
dengan
konsentrasi
mahasiswa dan mahasiswa FK USU
dengan p value 0,575.
Berdasarkan data dari kuesioner
PSQI pada komponen 7 tentang daytime
dysfunction yang telah diisi oleh
responden, ditemukan hasil bahwa
responden dengan kualitas tidur yang
buruk terganggu aktivitasnya di siang hari.
Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi
aktivitas belajar responden yang dapat
berdampak pada menurunnya konsentrasi
belajar responden.
Peneliti berasumsi bahwa ada
hubungan antara kualitas tidur terhadap
konsentrasi belajar karena pada saat
seseorang mengalami gangguan pola
tidur pada malam hari akan merasa lelah
dan merasa mengantuk pada saat siang
hari sehingga tidak konsentrasi dalam
belajar. Mahasiswa yang sering terlambat
masuk kelas karena sulit bangun pagi
akibat tidak mendapat kualitas tidur yang
baik maka akan mengantuk dan tidak
tenang pada saat berada di dalam kelas
dan hal inilah yang membuat seseorang
akan menjadi tidak fokus dalam
memperhatikan pelajaran.
Selain itu, tidur merupakan suatu
kebutuhan dasar manusia yang sangat
bermanfaat untuk mengembalikan kondisi
tubuh pada keadaan yang semula,
sehingga tubuh yang tadinya mengalami
kelelahan akan menjadi segar kembali.
Jika pemulihan terhambat maka akan
menyebabkan organ tubuh tidak bisa
bekerja dengan maksimal, akibatnya
apabila seseorang mengalami kualitas
tidur yang buruk akan merasa cepat lelah
dan menurunkan konsentrasi. Selain itu,
dampak yang ditimbulkan akibat buruknya
kualitas tidur ialah penurunan daya tahan
tubuh dan salah satu faktor yang
menghambat
belajar
adalah faktor
kesehatan, sehingga anak yang sakit atau
lemah karena buruknya kualitas tidur akan
sukar
belajar
dan
menurunkan
konsentrasi belajar.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
SIMPULAN
Berdasarkan analisis data hasil
penelitian dan pembahasan mengenai
hubungan
kualitas
tidur
terhadap
konsentrasi belajar Mahasiswa Akademi
Kebidanan Internasional Pekanbaru tahun
2016, dapat disimpulkan bahwa : Dari 95
responden didapatkan hasil mayoritas
responden dengan Kualitas tidur yang
buruk sebanyak 76 orang (80%).
Sedangkan dengan konsentrasi belajar
yang rendah sebanyak 62 orang (65.3%).
Ada hubungan antara kualitas tidur
terhadap konsentrasi belajar mahasiswa
Akademi
Kebidanan
Internasional
Pekanbaru tahun 2016, dengan p-value
0.036.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi.
2008.
Teknik
prosedural
keperawatan : Konsep dan
Aplikasi
kebutuhan
Dasar
Klien. Jakarta:
Salemba
Medika
Kozier,dkk. (2004). Fundamental of nursing:
concept, process, and practice.
NewJersey: Prentice-Hall
Kyle, S. (2012). Sleepiness, fatigue and
impaired concentration. Diperoleh
Tanggal 11 Maret 2016 dari
https://www.sleepio.com/articles/i
nso mnia/sleepiness-fatigueandimpaired-concentration
Marpaung, P,M. 2013. Gambaran Lama
Tidur Terhadap Prestasi Belajar
Siswa. Vol 1, No 1, hal 543-549
Notoadmodjo. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta
Pitaloka, R,D. 2015. Hubungan Kualitas
Tidur Dengan Tekanan Darah
dan Kemampuan Konsentrasi
Belajar
Mahasiswa
Program
Studi Ilmu
Keperawatan
Universitas Riau. JOM Vol. 2 No.
2, Oktober 2015
Potter,P.A,& Perry,A.G. 1997. Fundamental
of Nursing Concepts,Proses, and
Pratice. Philadelphia : Mosby
Potter,P.A,& Perry,A.G. 2005. Keperawatan
Dasar: Konsep,
Proses, Dan
Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC
Purwanto,S. 2008. Mengatasi Insomnia
Dengan Terapi Relaksasi jurnal
Vol. 4 No. 01 Maret 2016
389
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN INTERNASIONAL
PEKANBARU TAHUN 2016
kesehatan, Vol.1, No.2, hal 141148
Putri,A,A. 2012. Hubungan Antara Kualitas
Tidur Dengan Konsentrasi Belajar
Dan Indeks Prestasi Mahasiswa
Program DIII Kebidanan Stikes
Aisyiyah Yogyakarta
Rafknowledge.
2004.
Insomnia
dan
Gangguan Tidur lainnya. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo
Sarfriyanda, Jaka. 2015. Hubungan Antara
Kualitas Tidur Dan Kuantitas
Tidur Dengan Prestasi Belajar
Mahasiswa. JOM Vol. 2 No. 2,
Oktober 2015
Sari, A,W. 2011. Hubungan Antara
Insomnia
Dengan
Prestasi
Belajar
Pada Santri
Di
Madrasah Aliyah
Tahfidzhul
Quran Isy-Karima Karanganyar.
Setiani,
A,C.
2014.
Meningkatkan
Konsentrasi
Belajar
Melalui
Layanan
Bimbingan
Kelompok Pada Siswa
Kelas
VI SD Negeri 2 Karangcegak,
Kabupaten Purbalingga.
Hal
22-23
William & Cyintia, M. (2013). Hubungan
antara
kualitas
tidur
dan
konsentrasi pada mahasiswamahasiswi angkatan 2009
fakultas
kedokteran
USU
Medan. Diperoleh tanggal
21Mei
2015
dari
Http://www.repository.usu.ac.id/h
and le/123456789/35223
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 01 Maret 2016
390
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA DENGAN KEJADIAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN ANAK KELAS II B PEKANBARU TAHUN 2015
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA DENGAN KEJADIAN PENYALAHGUNAAN
NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KELAS II B PEKANBARU TAHUN
2015
Dewinny Septalia Dale
Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru
Korespondensi penulis : [email protected]
ABSTRAK
Narkoba adalah istilah singkatan dari Narkotika dan Obat-Obat berbahaya, atau lebih sering di kenal
dengan sebutan NAPZA. Hasil survey BNN tahun 2012 bahwa prevalensi penyalahgunaan narkoba
mencapai 2,2% dari total populasi penduduk indonesia. Di Riau dari tahun ke tahun jumlah tersangka
narkoba mengalami peningkatan yaitu dari 906 kasus menjadi 1456 kasus pada tahun 2012 dan
2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja dengan kejadian
penyalahgunaan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II B Pekanbaru tahun 2015.
Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba tanpa sepengetahuan dan pengawasan
dokter. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah
sampel sebanyak 44 orang. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan mengambil seluruh jumlah
populasi. Pengukuran pengetahuan dan penyalahgunaan menggunakan metode wawancara dengan
alat bantu kuesioner, dan di analisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi square melalui
software (SPSS For Windows versi 17.00). Diketahui dari 44 orang remaja mayoritas memiliki
pengetahuan tinggi yaitu 23 orang. Dan terdapat 24 orang remaja yang pernah melakukan
penyalahgunaan narkoba. Selanjutnya di analisis dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
antara pengetahuan remaja dengan kejadian penyalahgunaan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan
Anak Kelas II B Pekanbaru tahun 2015. Diharapkan kepada institusi Akademi Kebidanan
Internasional agar dapat menggerakkan pusat informasi konseling mahasiswa dan berperan dalam
pencegahan penyalahgunaan narkoba.
Kata Kunci : Pengetahuan, Penyelahgunaan narkoba
ABSTRACT
Narkoba is a narcotics, adictif substance and dangerous drugs. Drugs consumption without knowing
and attention from doctor known as drug abuse. BNN survey in 2012 mention that prevalence drug
abuse in indonesia until 2,2% peoples from total population in indonesia. In Riau drug abuse cases
always increased from 906 to be 1456 cases in 2012 an 2013. The purpose of this study was to
examine the relation of adolescence knowledge with drug abuse at lembaga pemasyarakatan anak
kelas ii b pekanbaru. Drugs consumptions without knowing and attention from doctor known as drug
abuse. This study is a quantitatif reseacrh with cross sectional approach. Sampling technique using
total population as sample, with sample of 44 people. Collect data from knowledge and drug abuse
using method with questionnaires and univariate and bivariate Analyzed using chi square test with
software (SPSS for Window version 17). The result of study show as many high knowledge 23 people
( 52,3 %) and as many 24 people (54,5%) as drug abuse. And then fro the result of the chi square
thest showed nothing correlation between adolesence knowledge with drug abuse at Lembaga
Pemasyarakatan Anak kelas II B Pekanbaru in 2015 since the p value > α is o,073 > 0.05 . therefore I
hope international midwefery accademy can be as conseling information center, and play a rol in the
prevention of drug abuse.
Keyword : Knowledge, Drug Abuse
PENDAHULUAN
Remaja atau “ Adolescence” ( Inggris),
berasal dari bahasa latin “ adolescence”
yang berarti tumbuh ke arah kematangan.
Kematangan yang dimaksud adalah
bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
juga kematangan sosial dan psikologis
(Widyastuti, 2009).
Remaja pada umumnya memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi sehingga seringkali
ingin mencoba-coba, berkhayal, dan
merasa gelisah, serta berani melakukan
pertentangan
jika
dirinya
merasa
disepelekan atau tidak dianggap. Untuk
itu,
mereka
sangat
memerlukan
Vol. 4 No. 01 Maret 2016
391
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA DENGAN KEJADIAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN ANAK KELAS II B PEKANBARU TAHUN 2015
keteladanan,
konsistensi,
serta
komunikasi yang tulus dan empati dari
orang
dewasa.
Seringkali
remaja
melakukan perbuatan-perbuatan menurut
normanya sendiri karena terlalu banyak
menyaksikan
ketidakkonsistenan
dimasyarakat yang dilakukan oleh orang
dewasa. Hal ini berpengaruh terhadapat
tingkah laku remaja antara lain merokok,
seks bebas, berjudi, mabuk sampai
mengkonsumsi narkoba (Razak, 2006).
Narkoba merupakan zat psikoaktif
narkotika, psikotropika, dan bahan
berbahaya lainnya. Selain itu juga dapat
diartikan sebagai bahan atau zat- zat
kimiawi yang jika masuk ke dalam tubuh
baik secara oral ( dimakan, diminum, atau
ditelan ), diisap, dihirup atau disuntikkan
dapat mengubah suasana hati, perasaan
dan perilaku seseorang ( Kusmiran, 2011
).
Meskipun narkoba sangat diperlukan
untuk
pengobatan
dan
pelayanan
kesehatan, namun bila disalahgunakan
atau digunakan tidak sesuai dengan
standar pengobatan, terlebih dengan
peredaran gelap akan menimbulkan
akibat yang sangat merugikan bagi diri
sendiri ataupun masyarakat. Orang yang
menggunakan narkoba tanpa hak atau
melawan
hukum
disebut
dengan
penyalahguna narkoba Penyalahgunaan
narkoba adalah pemakaian narkoba diluar
indikasi medik, tanpa petunjuk dokter atau
resep dokter dan pemakaiannya dapat
menimbulkan ketergantungan ( Mardani ,
2008 ).
Hasil survey World Drug Report tahun
2012 , 53-300 juta jiwa atau 3,4 % - 6,6 %
penyalahguna narkoba dunia usia 15 – 64
tahun pernah mengkonsumsi narkoba
sekali dalam setahun, dimana hampir dari
12 % pengguna merupakan pecandu
berat ( LAKIP BNN 2013).
Di Indonesia, prevalensi penyalahguna
narkoba telah mencapai 2,2 % atau
sekitar 3,8 juta orang dari total populasi
penduduk. Survey ini dilakukan oleh BNN
dimana terdapat peningkatan 0,21%
dibandingkan tahun 2008 sebesar 1,99 %
atau 3,3 juta orang. ( LAKIP BNN 2013)
Survei nasional yang dilakukan BNN
tahun 2012 Riau termasuk urutan ke-11
prevalensi penyalahguna terbesar di
indonesia dengan jumlah 906 tersangka.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Data terbaru yang didapat dari BNNP
Riau Pada tahun 2013 tersangka narkoba
mengalami peningkatan yaitu sebanyak
1456 tersangka dengan 1007 kasus (
BNNP 2012 ).
Data BNNP Riau tahun 2013
tersangka kasus tindak pidana narkoba
yang menimpa remaja terdapat 269
tersangka yang mengalami peningkatan
dari tahun sebelumnya yaitu 139
tersangka. Dari hasil wawancara yang
dilakukan penulis kepada beberapa
remaja di Lembaga Pemasyarakatan
Anak Kelas II B Pekanbaru didapatkan
bahwa sebanyak 50 % remaja memiliki
pengetahuan
rendah,
sedangkan
terdapat 70% remaja yang menggunakan
narkoba secara rutin.
Semakin kompleksnya masalah yang
dapat ditimbulkan oleh narkoba seperti
yang
penulis
jelaskan
diatas,
melatarbelakangi penulis untuk meneliti
hubungan pengetahuan remaja dengan
kejadian penyalahgunaan narkoba di
Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II
B Pekanbaru.
METODE PENELITIAN
Jenis
penelitian
ini
merupakan
penelitian kuantitatif. Desain penelitian
yang digunakan adalah analitik dengan
rancangan cross sectional, yaitu untuk
mengetahui
hubungan
pengetahuan
remaja dengan kejadian penyalahgunaan
narkoba di Lembaga Pemasyarakatan
Anak Kelas II B Pekanbaru tahun 2015.
Penelitian dilaksanakan di Lembaga
Pemasyarakatan Anak Kelas II B
Pekanbaru pada bulan Februari sampai
Maret tahun 2015 . Populasi dari
penelitian ini adalah seluruh remaja
penghuni
Lembaga
Pemasyarakatan
Anak Kelas II Pekanbaru yang berjumlah
44. Penentuan sampel yaitu dengan
mengambil seluruh populasi yang ada.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisa Univariat
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja
tentang Narkoba
Vol. 4 No. 01 Maret 2016
392
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA DENGAN KEJADIAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN ANAK KELAS II B PEKANBARU TAHUN 2015
Pengetahuan
Frekuensi
Persentase
Rendah
21
Tinggi
23
Jumlah
44
Sumber : Data Primer
47,7%
52,3 %
100 %
Berdasarkan tabel dari 44 responden,
mayoritas memliki pengetahuan tinggi
yaitu 23 orang (52,3%). Dan terdapat 21
orang (47,7%) yang memiliki pengetahuan
rendah.
Tabel 2
Distribusi
Frekuensi
Kejadian
Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan Frekuens Persentas
narkoba
i
e
Menggunakan
24
54,5 %
Tidak
20
45,5 %
Menggunakan
Jumlah
44
100 %
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel, dari 44 responden
mayoritas remaja yang melakukan
penyalahgunaan narkoba yaitu 24 orang
( 54,5 %). Dan terdapat 20 orang (45,5%)
orang yang tidak pernah melakukan
penyalahgunaan narkoba.
2. Analisa Bivariat
Tabel 3
Hubungan Pengetahuan Remaja dengan
Kejadian Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahguna
P
Tot
an
Valu
Pengetahuan
al
e
Ya
Tidak
Rendah
Tinggi
8
13
16
7
Sumber : Data Primer
21
23
0.07
3
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
dari 23 orang remaja yang memiliki
pengetahuan
tinggi
terdapat
16
orang(69,6%) remaja yang menggunakan
narkoba
dan
terdapat
7
orang
(30,4%)yang tidak menggunakan narkoba.
Dari 21 orang remaja yang memiliki
pengetahuan rendah terdapat 8 orang (
38,1%) yang menggunakan narkoba
sedangkan 13 orang (61,9%)
tidak
menggunakan narkoba.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Hasil
uji
statistik
hubungan
pengetahuan
remaja
tentang
penyalahgunaan
narkoba
dengan
kejadian penyalahgunaan narkoba di
Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II
B Pekanbaru tahun 2015 dimana p value
>0,05 ( 0, 073> 0.05) sehingga Ha gagal
diterima yaitu tidak ada hubungan antara
pengetahuan remaja dengan kejadian
penyalahgunaan narkoba di Lembaga
Pemasyarakatan Anak Kelas II B
Pekanbaru tahun 2015.
PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
1. Pengetahuan Responden
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
dari
44
responden,
pengetahuan
remaja
tentang
penyalahgunaan
narkoba
di
Lembaga Pemasyarakatan Anak
Kelas II B Pekanbaru mayoritas
memiliki pengetahuan tinggi yaitu
sebanyak 23 orang (52,3%).
Hasil penelitian ini bertolak
belakang
dengan
penelitian
Mardianis (2013) yang berjudul
“gambaran pengetahuan remaja
putra
tentang
penyalahgunaan
narkoba”
dimana
pengetahuan
responden sebagian besar rendah
yaitu 65,8 % hal ini disebabkan
karena responden hanya sekedar
tahu tentang apa itu narkoba tanpa
mengetahui secara keseluruhannya.
Pengetahuan
adalah
hasil
pengindraan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek
melalui indra yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga dan sebagainya).
Sehingga
hasil
pengetahuan
tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas
pengetahuan
dan
persepsi terhadap pengetahuan,
sehingga pengetahuan sesorang
terhadap objek memiliki tingkat yang
berbeda. (Notoadmojo, 2010).
Menurut teori Joewana (2006)
pengetahuan juga disebabkan oleh
faktor –faktor lain seperti lingkungan
dan sosial budaya. Dimana sosial
budaya
akan
mempengaruhi
pengetahuan yaitu dari nilai-nilai
Vol. 4 No. 01 Maret 2016
393
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA DENGAN KEJADIAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN ANAK KELAS II B PEKANBARU TAHUN 2015
sosial yang diberikan orang tua
kepada remaja.
Asumsi peneliti, pengetahuan
remaja
di
Lembaga
Pemasyarakatan Anak Kelas II B
pekanbaru tinggi karena sebagian
besar
dari
remaja
pernah
mendapatkan informasi mengenai
penyalahgunaan
narkoba,
dan
mereka dapat memahami dengan
baik tentang bahaya narkoba, hal ini
didukung dengan adanya data
umum pada kuesioner
dimana
mayoritas
responden
pernah
mendapatkan informasi tentang
penyalahgunaan narkoba yaitu 37
orang (84,1%), dengan sumber
informasi terbanyak melalui media
elektronik yaitu 18 orang (48,6%).
2. Kejadian
Penyalahgunaan
Narkoba
Penyalahgunaan narkoba adalah
pemakaian narkoba diluar indikasi
medik, tanpa petunjuk dokter atau
resep dokter dan pemakaiannya
dapat menimbulkan ketergantungan
( Mardani , 2008 ).
Menurut
teori
yang
dikemukakan oleh Perisaria tahun
2012 bahwa
penyalahgunaan
narkoba pada remaja dipengaruhi
oleh
beberapa
faktor
seperti
hubungan keluarga yang retak,
komunikasi yang tidak baik antara
individu dengan orang tua, pengaruh
teman sebaya yang menggunakan
narkoba.
Dari
penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti di Lembaga
Pemasyarakatan anak Kelas II B
Pekanbaru tahun 2015 dari 44 orang
responden terdapat 24 orang
(54,5%) yang pernah menggunakan
narkoba sedangkan terdapat 21 (
45,5%) orang yang tidak pernah
menggunakan narkoba.
Menurut asumsi peneliti ada
beberapa faktor yang menyebabkan
kejadian penyalahgunaan narkoba,
yaitu faktor lingkungan, sosial
budaya. Banyak remaja yang
terpengaruh oleh lingkungannya
termasuk pengaruh dari teman
sebaya, ataupun adanya anggota
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
keluarga
yang
menggunakan
narkoba. Asumsi peneliti tersebut
didukung dengan adanya data
umum dimana sebagian besar
remaja mempunyai teman sebaya
ataupun
saudara
yang
menggunakan narkoba dengan
presentase 56,8 %
(25
orang).
B. Analisa Bivariat
Pengetahuan merupakan hal yang
sangat penting untuk meningkatkan
konseptual dan intelektual, dengan
pengetahuan yang tinggi maka remaja
dapat terhindar dari pengaruh narkoba,
baik itu pemakai maupun penjual obatobatan terlarang tersebut. Namun jika
remaja memiliki pengetahuan kurang
tentang narkoba maka akan merugikan
masa depan remaja itu sendiri (
Prisaria, 2012 ).
Razak( 2006) mengemukakan teori
dimana faktor lingkungan menjadi
bagian yang tidak bisa diabaikan dalam
mempengaruhi remaja mengkonsumsi
narkoba, setidaknya terdapat tiga
lingkungan yang mempengaruhi yaitu
lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat
Dari hasil uji statistik chi square
didapatkan bahwa tidak adanya
hubungan antara pengetahuan dengan
kejadian penyalahgunaan narkoba di
lembaga pemasyarakatan anak kelas II
b Pekanbaru tahun 2015.
Menurut peneliti tidak ada hubungan
antara pengetahuan dengan kejadian
penyalahgunaan narkoba di Lembaga
Pemasyarakatan Anak kelas II b
Pekanbarukarena mayoritas responden
memiliki pengetahuan tinggi sedangkan
masih
banyak
remaja
yang
berpengetahuan tinggi menggunakan
narkoba,
ini
berarti
bahwa
pengetahuan
yang
tinggi
tidak
berpengaruh kepada seorang remaja
agar terhindar dari penyalahgunaan
narkoba.
Asumsi peneliti ada beberapa faktor
lain
yang
dapat
menyebabkan
penyalahgunaan narkoba yaitu faktor
lingkungan. Lingkungan adalah kondisi
yang ada disekitar, dimana kondisi
Vol. 4 No. 01 Maret 2016
394
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA DENGAN KEJADIAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN ANAK KELAS II B PEKANBARU TAHUN 2015
tersebut termasuk keluarga, sekolah
dan masyarakat.
Keluarga merupakan lingkungan
yang paling menentukan perilaku
remaja. Dalam pengetahuan peneliti
ada 8 fungsi keluarga yang berperan
membentuk pribadi yang matang yaitu
fungsi agama, sosial budaya, cinta
kasih,
perlindungan,reproduksi,
sosialisasi pendidikan, ekonomi, dan
lingkungan. Dalam setiap fungsi
keluarga terdapat nilai-nilai moral yang
harus diterapkan dalam keluarga. Jika
dalam keluarga memiliki praktek
keagamaan yang rendah, hubungan
yang tidak harmonis, serta tidak
menerapkan norma-norma sosial yang
ada maka secara tidak langsung akan
memberi pengaruh bagi remaja,
karena pada masa ini remaja memiliki
emosi yang labil, dan cenderung
meniru gaya dan perilaku keluarga.
Begitu
juga
dengan
lingkungan
sekolah,
sekolah
merupakan lingkungan dimana remaja
mendapatkan
pengetahuan,
pembinaan perilaku dan keterampilan.
Di sekolah tersebut adanya teman
sebaya dapat mempengaruhi perilaku
remaja dimana terdapat rasa ingin
menunjukkan bahwa ia mampu bergaul
dengan
teman
sebayanya
bagaimanapun caranya ia dapat
menunjukkan keeksisannya agar orang
lain tidak menganggap ia rendah.
Sama halnya dengan lingkungan
keluarga dan sekolah, lingkungan
masyarakat sekitar dimana remaja
tersebut
tinggal
juga
dapat
berpengaruh. Lingkungan sosial yang
tidak baik dapat mempengaruhi remaja
untuk berperilaku tidak baik. Jika dalam
sebuah lingkungan sosial akrab
dengan
penyalahgunaan
narkoba
maka lingkungan seperti itu berpotensi
menyeret
remaja
dalam
penyalahgunaan narkoba.
SIMPULAN
Dari 44 orang responden didapatkan
hasil
mayoritas
responden
berpengetahuan tinggi sebanyak 23 orang
(52,3%); Dari 44 orang responden
didapatkan bahwa terdapat 24 orang
(54,5%)
remaja
yang
pernah
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
menyalahgunakan narkoba; Diketahui
tidak ada hubungan antara pengetahuan
rema dengan kejadian penyalahgunaan
narkoba di lembaga pemasyarakatan
anak kelas II b Pekanbaru tahun 2015.
DAFTAR PUSTAKA
Bnn.go.id/.../UU NO 35 TAHUN 2009
narkotoka.pdf(diakses 24 November
2014 pukul 14.00 WIB)
Joewana, S., Martono, L.H. 2006. Peran
Orang Tua dalam Mencegah dan
Menanggulangi
Penyalahgunaan
Narkoba . Jakarta: Balai Pustaka.
Kusmiran,
Eni.
2012.
Kesehatan
Reproduksi Remaja dan Wanita.
Jakarta: Salemba Medika
BNN, 2013. Laporan Akuntabilitas BNN.
Jakarta Timur : BNN
BNNP, 2012. Data Tersangka TP
Narkoba.
Pekanbaru
:
BNN
Pekanbaru
Mardani, 2008. Penyalahgunaan Narkoba.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Prisaria, Nusiriska. 2012. Hubungan
Pengetahuan dan lingkungan Sosial
dengan
tindakan
Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba. Jepara.
FK Universitas Diponegoro
Razak, Abdul, dkk. 2006. Remaja dan
bahaya Narkoba. Jakarta : Prenada
Repository.USU.ac.id/bitstream/12345678
9/41485/5/Chapter20asrori(2008).pd
f(diakses tanggal 20 desember 2014
pukul 13.00 WIB)
Widyastuti Yani, dkk. 2009. Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya
Vol. 4 No. 01 Maret 2016
395
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN PERILAKU
SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN
(KTD) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN
YOGYAKARTA
THE RELATIONSHIP KNOWLEDGE LEVEL ABOUT UNDESIRED PREGNANCY WITH
ADOLESCENT SEXUAL BEHAVIOR IN SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN
YOGYAKARTA
Devi Arista
STIKes Prima program Studi IV Kebidanan
Korespondesi Penulis : [email protected]
ABSTRAK
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual sehingga
menyebabkan kehamilan tidak diinginkan dikalangan remaja. Salah satu penyebab terjadinya
perilaku seksual adalah masih minimnya pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi termasuk
kehamilan tidak diinginkan (KTD). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh SKRRI tahun 2007
dari 633 responden remaja kesemuanya memiliki pengalaman berhubungan sek pranikah, dengan
persentase perempuan 18% dan laki-laki 27%, ini menunjukan bahwa perilaku seks pranikah remaja
cenderung meningkat dan kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) juga terjadi pada remaja.
Diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kehamilan tidak diinginkan (KTD)
dengan perilaku seksual di SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta.
Yang digunakan adalah deskriptif analitik korelasional dengan rancangan waktu cross sectional.
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 2013 di SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta.
Subyek penelitian adalah siswa kelas XI yang sedang atau pernah pacaran sebanyak 74 responden
yang diambil secara proportional to population size. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan
dianalisis dengan menggunakan Fisher’s Exact Test dengan α = 5%.
Sebanyak 66 responden (89,2%) memiliki perilaku seksual tidak beresiko terhadap terjadinya
kehamilan tidak diinginkan dan sebanyak 8 responden (10,8%) memiliki perilaku seksual beresiko
terhadap terjadinya kehamilan tidak diinginkan. Hasil Sig. 0,003 (< 0,05) dengan nilai C=0,346 dan
nilai OR=16,1 yang berarti H0 ditolak, yang artinya ada hubungan yang bersifat sedang antara tingkat
pengetahuan tentang kehamilan tidak diinginkan (KTD) dengan perilaku seksual remaja di SMA
Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta.
Kata Kunci: pengetahuan, KTD, perilaku seksual, remaja.
ABSTRACK
Sexual behavior is driven by sexual desire causing unintended pregnancies among adolescents. One
of the causes of sexual behavior is the lack of knowledge about reproductive health include unwanted
pregnancy. Based on the results of preliminary studies that have been conducted showed that 60% of
students do not know in depth about unwanted pregnancy, and about 90% of students have already
done a kiss on the cheek, hugging, kissing mouth, fingering because it considers it reasonable to do
to boyfriend or girl friend.
Knowing the relationship of knowledge level about the unwanted pregnancy with sexual behavior in
SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta.
This is a descriptive analytical correlation with cross-sectional design time. The research was
conducted on June 7, 2013 in SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. Subjects were students of
class XI who were or had been dating by 74 respondents were taken proportional to population size.
Collecting data using questionnaires and analyzed using Fisher's Exact Test with α = 5%.
The data obtained is known that 66 respondents (89.2%) had no sexual behavior at risk of unwanted
pregnancy and about 8 respondents (10.8%) had a sexual risk behavior against unwanted
pregnancy. Sig results. 0.003 (<0.05) with a value of C = 0.346 and OR = 16.1 value which means Ho
is rejected, which means there are relations between the level of knowledge of being unwanted
pregnancies with adolescent sexual behavior in SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta.
Keywords: knowledge, unwanted pregnancy, sexual behavior, adolescent.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 01 Maret 2016
396
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN PERILAKU
SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan periode
terjadinya
pertumbuhan
dan
perkembangan pesat baik fisik, psikologis
maupun intelektual. Pola karakteristik
pesatnya
tumbuh
kembang
ini
menyebabkan remaja mempunyai sifat
khas yaitu keingintahuan besar, menyukai
tantangan
serta
cenderung
berani
menanggung resiko atas perbuatannya
tanpa didahului oleh pertimbangan yang
matang (Ahmadi, 2005). Seiring dengan
proses pematangan organ reproduksi
remaja timbul juga perubahan psikologis
dari remaja tersebut. Sehingga ini
mengakibatkan munculnya perubahan
minat dan tingkah laku pada remaja
seperti mulai memperhatikan penampilan
diri, mulai tertarik pada lawan jenis,
berusaha
mencari
perhatian
dan
munculnya perasaan cinta. Kemudian
yang terpenting dari itu semua timbulnya
dorongan seksual, perasaan ini tidak
terlepas dari pengaruh hormonal seksual
dalam tubuh (Kusmiran, 2012).
Remaja merupakan kelompok
penduduk yang cukup besar. Secara
global, sekitar seperempat penduduk
dunia adalah remaja. Dalam data
Kependudukan
Indonesia
jumlah
penduduk Indonesia tahun 2009 adalah
213.375.287, sedangkan jumlah penduduk
yang
tergolong
pemuda
adalah
42.316.900, atau 19,82% dari seluruh
penduduk Indonesia (Sarwono, 2012).
Remaja yang tidak dapat menahan diri
cenderung melakukan hubungan seksual
pranikah. Kecenderungan ini semakin
meningkat
dikarenakan
mudahnya
mengakses informasi yang bersifat
merangsang seksual seperti melalui
internet, kaset video, dan majalah.
Dengan keadaan seperti ini, membuka
peluang yang lebih besar terhadap
terjadinya perilaku seksual dikalangan
remaja yang dapat mengakibatkan
kehamilan yang tidak diinginkan serta
penyakit menular seksual (Manuaba,
2012).
Perilaku
seks
bebas
akan
membawa berbagai dampak negatif bagi
kehidupan remaja itu sendiri, misalnya
penyakit menular seksual, HIV/AIDS dan
kehamilan yang tidak diinginkan. Akibat
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
salah satunya adalah aborsi. Tingkat
kasus aborsi di Indonesia tertinggi di Asia
Tenggara, yakni mencapai dua juta kasus
di negara-negara ASEAN yang mencapai
4,2 juta kasus per tahun (Suryoputro,
2006).
Masalah remaja di Indonesia pada
intinya hampir sama yaitu minimnya
pengetahuan tentang seksualitas dalam
hal ini adalah pengetahuan tentang
kehamilan yang tidak diinginkan yang
terjadi pada masa remaja karena
terbatasnya akses informasi, serta belum
adanya kurikulum Kesehatan Reproduksi
Remaja (KRR) di sekolah. Hal ini sesuai
dengan
penelitian
tentang
tingkat
pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS
dengan perilaku seksual di SMA Negeri 1
Gondang, Kabupaten Sragen Jawa
Tengah dengan hasil penelitian sebesar
40,1%
perilaku
seksual
remaja
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan
59,9% dipengaruhi oleh faktor lainnya
(Wahyuningtyas, 2009).
Berdasarkan
hasil
studi
pendahuluan yang dilakukan penulis di
SMA Negeri 1 Depok, Sleman Yogyakarta
tentang tingkat pengetahuan mengenai
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
dengan perilaku seksual melalui kuesioner
dan dilanjutkan dengan melakukan
wawancara untuk menyatakan kebenaran
jawaban tingkat pengetahuan tentang
KTD dan perilaku seksual, dengan jumlah
responden dalam studi pendahuluan
sebanyak 10 responden yang terdiri dari 7
siswa dan 3 siswi, didapatkan hasil bahwa
seluruh siswa yang berjumlah 7 orang
siswa atau sebanyak 100% dan 2 orang
siswi atau sebanyak 66,67% sudah
pernah
melakukan
ciuman
pipi,
berpelukan, berciuman mulut, meraba
karena menganggap hal tersebut adalah
hal biasa yang dilakukan oleh remaja
kepada
pacarnya.
Untuk
tingkat
pengetahuan tentang KTD, didapatkan
hasil sebesar 71,43% siswa dan 33,33%
siswi tidak mengetahui secara mendalam
tentang
KTD
seperti
faktor-faktor
resikonya.
Data
sekunder
juga
mendukung hasil dari studi pendahuluan
dimana menurut wawancara dengan guru
BK terdapat sepasang siswa / siswi yang
pernah berciuman di wilayah sekolah
serta beberapa tahun lalu terdapat 1
Vol. 4 No. 01 Maret 2016
397
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN PERILAKU
SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA
orang siswi yang mengalami KTD
sehingga harus dikeluarga dari sekolah.
Perilaku dipengaruhi oleh banyak
faktor. Pengetahuan merupakan faktor
dasar dalam pembentukan suatu perilaku.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan
uraian tersebut, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai
hubungan tingkat pengetahuan remaja
tentang kehamilan tidak diinginkan (KTD)
dengan perilaku seksual remaja di SMA
Negeri 1 Depok, Sleman Yogyakarta.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif analitik korelasional yaitu
menganalisis antara dua variabel yaitu
tingkat pengetahuan tentang kehamilan
tidak diinginkan (KTD) dengan perilaku
seksual remaja di SMA Negeri 1 Depok
Sleman Yogyakarta (Arikunto, 2010).
Penelitian
ini
menggunakan
rancangan cross sectional. Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 2013.
Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1
Depok Sleman Yogyakarta sebanyak 203
siswa/siswi. Sampel pada penelitian ini
adalah sebagian siswa/siswi kelas XI SMA
Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta yang
berjumlah 74 responden dan akan dipilih
berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi. Sampel penelitian ini dipilih
berdasarkan kriteria inklusi yaitu (Aziz,
2011):
a. Tercatat sebagai siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Depok, Sleman Yogyakarta
b. Siswa yang hadir pada saat penelitian
berlangsung
c. Siswa
yang
bersedia
menjadi
responden
d. Siswa yang mempunyai pacar atau
pernah berpacaran
Pada
penelitian
ini
peneliti
menggunakan teknik pengambilan sampel
secara proportional to population size dan
selanjutnya dilakukan randomisasi secara
simple random sampling. Variabel dalam
penelitian
ini
menggunakan
skala
pengukuran ordinal untuk variabel bebas
dan variabel terikat.
Data primer penelitian ini meliputi
data
tingkat
pengetahuan
tentang
kehamilan tidak diinginkan (KTD) dan
perilaku
seksual
yang
didapatkan
langsung melalui responden dengan
menggunakan alat pengumpulan data
yang
berupa
kuesioner
dengan
pertanyaan
tertutup
sebanyak
20
pertanyaan untuk pengetahuan tentang
kehamilan tidak diinginkan (KTD) dan 10
pernyataan tentang perilaku seksual.
Untuk item pertanyaan tentang kehamilan
tidak diinginkan (KTD) sebelumnya
dilakukan uji validitas menggunakan
rumus pearson
product moment dan
reliabilitas menggunakan cronbach’s alpha
(Arikunto, 2010).
Pengolahan dan analisa data
dilakukan dengan coding, editing, scoring,
entry dan cleaning (Suyanto, 2009).
Kemudian dilanjutkan dengan analisa
univariat dan bivariat yang menggunakan
rumus fisher’s exact test serta tingkat
keeratan dengan menggunakan koefisien
kontingensi (Siegel, 2002).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tingkat Pengetahuan Tentang Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Dibawah ini adalah distribusi frekuensi 74 responden berdasarkan tingkat
pengetahuan tentang kehamilan tidak diinginkan (KTD) yang dibagi menjadi tinggi dan
rendah.
Tabel 1:Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) di SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
Persenta
Tentang KTD
(orang)
se (%)
Rendah
27
36,5
Tinggi
47
63,5
Jumlah
74
100
Sumber : Data Primer diolah, 2013
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 01 Maret 2016
398
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN PERILAKU
SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA
faktor yang saling berhubungan.
Berdasarkan tabel 1 diatas
Semakin banyak informasi yang
dari 74 responden yang diambil
diperoleh
semakin
tinggi
pula
sebagai sampel, diketahui bahwa
pengetahuan yang diperoleh.
sebagian besar tingkat pengetahuan
Hal ini diperkuat oleh teori
tentang kehamilan tidak diinginkan
(KTD) dalam kategori tinggi yaitu
(Notoatmodjo,
2010),
bahwa
sebanyak 47 responden atau sebesar
pengetahuan merupakan hasil dari
63,5%.
tahu, dan terjadi setelah orang
Hasil dari analisis deskripsi
melakukan penginderaan terhadap
menunjukan dari 74 responden yang
suatu objek tertentu. Pengetahuan
diambil sebagai sampel diketahui
seseorang dapat bertambah dengan
bahwa sebagian besar memiliki
diperolehnya informasi tentang objek
tingkat pengetahuan tinggi tentang
tertentu. Pemahaman yang keliru
kehamilan tidak diinginkan yaitu
mengenai seksualitas pada remaja
sebanyak 47 responden atau sebesar
menjadikan mereka mencoba untuk
(63,5%).
Hal
ini
dikarenakan
bereksperimen mengenai masalah
responden
telah
mendapatkan
seks tanpa menyadari bahwa yang
informasi mengenai kehamilan tidak
timbul dari perbuatannya. Hasil ini
diinginkan
(KTD)
baik
faktor
didukung oleh penelitian (Astuti, 2007)
penyebab dan faktor resiko melalui
yaitu “Hubungan Antara Pengetahuan
keluarga, media cetak, media internet
dan Sikap Remaja Putri Tentang
dan
himbauan
dari
sekolah.
Kehamilan Tidak Diinginkan di SMA
Pengetahuan
merupakan
aspek
Negeri 1 Pematang Siantar”. Hasil
knowledge yang berhubungan erat
penelitian
menunjukan
bahwa
dengan
terbentuknya
perilaku
sebagian besar responden memiliki
seseorang. Pengetahuan merupakan
tingkat pengetahuan baik yaotu
domain yang sangat penting untuk
sebanyak 28 responden atau sebesar
terbentuknya tindakan seseorang baik
(60%).
untuk hal yang positif maupu negatif.
Hal
ini
didukung
oleh
2. Perilaku Seksual
pendapat (Fitria,
Dibawah ini adalah distribusi
2009)
bahwa
frekuensi 74 responden berdasarkan
pengetahuan dapat diperoleh dari
perilaku seksual dibagi menjadi
pengalaman, berbagai informasi yang
perilaku
seksual
beresiko
dan
disampaikan guru, teman, orang tua,
perilaku seksual tidak beresiko
media massa, petugas kesehatan dan
terhadap terjadinya kehamilan tidak
lain sebagainya. Tingkat pengetahuan
diinginkan.
seseorang dipengaruhi oleh banyak
Tabel 2:Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Seksual Remaja di SMA
Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta
Perilaku Seksual Remaja
Jumlah
Persenta
(orang)
se (%)
Beresiko
8
10,8
Tidak Beresiko
66
89,2
Jumlah
74
100
Sumber: Data Primer diolah, 2013
responden yang diambil sebagai
Berdasarkan tabel 2 diatas
sampel diketahui bahwa sebagian
dari 74 responden yang diambil
besar yaitu sebanyak 66 responden
sebagai sampel, diketahui bahwa
atau sebesar (89,2%) memiliki
sebagian besar perilaku seksual
perilaku seksual tidak beresiko
remaja di SMA Negeri 1 Depok
terhadap terjadinya kehamilan tidak
Sleman Yogyakarta dalam kategori
diinginkan (KTD). Hal ini dikarenakan
tidak beresiko terhadap terjadinya
sebagian besar responden telah
kehamilan tidak diinginkan.
memiliki tingkat pengetahuan yag
Hasil dari analisis deskripsi
tinggi
tentang
kehamilan
tidak
menunjukan
bahwa
dari
74
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 01 Maret 2016
399
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN PERILAKU
SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA
diinginkan (KTD) yang didapatkan
(Putri, 2012). Hasil ini didukung oleh
melalui informasi media cetak,
penelitian (Puri, 2012) yaitu “Faktorkeluarga,
media
internet
dan
faktor yang mempengaruhi seks
himbauan dari sekolah.
pranikah pada remaja SMA di Rengat
Beberapa kajian menunjukan
kabupaten Indragiri hulu” dengan
bahwa remaja sangat membutuhkan
hasil penelitian mayoritas responden
informasi
mengenai
persoalan
berperilaku
seksual
baik
yaitu
seksual dan reproduksi. Remaja
sebanyak 96 responden (84,2%).
seringkali memperoleh informasi yang
tidak akurat mengenai kesehatan
3. Hubungan
Tingkat
Pengetahuan
reproduksi dari teman-teman mereka,
Tentang Kehamilan Tidak Diinginkan
bukan dari petugas kesehatan, guru
(KTD) dengan Perilaku Seksual
atau orang tua. Teman-teman yang
Remaja
tidak baik berpengaruh terhadap
Dibawah ini adalah distribusi
munculnya
perilaku
seks
frekuensi responden berdasarrkan
menyimpang Sehingga informasi
hubungan
tingkat
pengetahuan
yang baik dan akurat diperlukan oleh
tentang kehamilan tidak diinginkan
remaja untuk menghindari pengaruh
(KTD) dengan perilaku seksual
buruk yang dapat menimbulkan
remaja di SMA Negeri 1 Depok
perilaku seksual yang menyimpang
Sleman Yogyakarta.
Tabel 3: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Tingkat Pengetahuan
Tentang Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dengan Perilaku Seksual Remaja di
SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta
Tingkat
Perilaku Seksual
Nilai
CI
Pengetahuan Beresiko
OR
C
Tidak
Jumlah
Sig.
95%
Beresiko
N
%
n
%
n
%
Rendah
7
9,5 20
27
27
36,5
Tinggi
1
1,4 46
62,1 47
63,5
1,916,1 0,003 0,346
139,6
Jumlah
8
10, 66
89,1 74
100
9
Sumber: Data Primer diolah, 2013
Berdasarkan tabel 3 diatas dari 74
responden yang diambil sebagai sampel,
diketahui
bahwa
sebagian
besar
responden berpengetahuan tinggi tentang
kehamilan tidak diinginkan (KTD) dengan
perilaku seksual tidak beresiko terhadap
terjadinya kehamilan tidak diinginkan
(KTD) yaitu sebanyak 46 responden atau
sebesar (62,1%) dan sebanyak 7
responden
atau
sebesar
(9,5%)
berpengetahuan rendah dengan perilaku
seksual beresiko terhadap terjadinya
kehamilan tidak diinginkan (KTD). Perilaku
seksual
seseorang
tidak
hanya
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan
saja, namun masih ada banyak faktor lain
yang mempengaruhi perilaku seksual
diantaranya peran orang tua, pemahaman
tingkat agama, sikap, persepsi, pengaruh
negatif teman sebaya, namun dalam hal
ini tidak diteliti oleh peneliti.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Peran
orang
tua
sangat
mempengaruhi perilaku seksual seorang
remaja. Karena ada kecenderungan
bahwa siswa atau remaja yang tidak
mendapatkan
dukungan
informasi
mengenai kesehatan reproduksi dalam hal
ini mengenai kehamilan tidak diinginkan
akan cenderung bersikap mendukung
terhadap hubungan seksual pranikah dan
selanjutnya akan mempengaruhi mereka
dalam berperilaku. Hal ini sesuai dengan
penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi seksual remaja di Jawa
Tengah (Suryoputro, 2006).
Analisis dalam penelitian ini adalah
analisis fisher’s exact test, analisis ini
digunakan untuk mengetahui hubungan
antara tingkat pengetahuan tentang
kehamilan tidak diinginkan (KTD) dengan
perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1
Depok Sleman Yogyakarta. Dari hasil
Vol. 4 No. 01 Maret 2016
400
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN PERILAKU
SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA
penelitian didapatkan nilai sig. 0,003 (<
0,05) yang berarti bahwa H0 ditolak,
dengan nilai C = 0,346 dan nilai OR =
16,1.
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang
bersifat
sedang
antara
tingkat
pengetahuan tentang kehamilan tidak
diinginkan (KTD) dengan perilaku seksual
remaja di SMA Negeri 1 Depok Sleman
Yogyakarta. Responden yang memiliki
tingkat pengetahuan rendah tentang
kehamilan tidak diinginkan (KTD) beresiko
16 kali melakukan perilaku seksual yang
beresiko terhadap terjadinya kehamilan
tidak diinginkan (KTD) dibandingkan
dengan responden yang memiliki tingkat
pengetahuan tinggi.
SIMPULAN
Sebagian
besar
responden
memiliki tingkat pengetahuan tinggi
tentang kehamilan tidak diinginkan (KTD);
Sebagian besar responden memiliki
perilaku seksual tidak beresiko terhadap
terjadinya kehamilan tidak diinginkan
(KTD); Responden yang memiliki tingkat
pengetahuan rendah tentang kehamilan
tidak diinginkan (KTD) beresiko 16 kali
melakukan perilaku seksual beresiko
terhadap terjadinya kehamilan tidak
diinginkan (KTD) dibandingkan dengan
responden
yang
memiliki
tingkat
pengetahuan tinggi; Ada hubungan
keeratan yang bersifat sedang antara
tingkat pengetahuan tentang kehamilan
tidak diinginkan (KTD) dengan perilaku
seksual remaja di SMA Negeri 1 Depok
Sleman Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta
: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Aziz, A. 2011. Metode Penelitian
Kebidanan & Teknik Analisis Data.
Jakarta ; Salemba Medika.
Astuti,
2007.
“Hubungan
Antara
Pengetahuan Dan Sikap Remaja
Putri Tentang Kehamilan Tidak
Diinginkan Di SMA 1 Pematang
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Siantar”. Skripsi Sarjana Kesehatan
Masyarakat diterbitkan Program
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Fakultas kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Fitria, A. 2009. Hubungan Tingkat
Pengetahuan kesehatan Reproduksi
dengan Sikap Remaja Terhadap
Sek Diluar Nikah Kelas XI SMA N 1
Karanggede Boyolali. Skripsi tidak
diterbitkan. STIKES Semarang.
Kusmiran,
E.
2012.
Kesehatan
Reproduksi Remaja & Wanita.
Jakarta : Salemba Medika.
Manuaba, IBG. 2012. Pengantar Kuliah
Obstetri dan Ginekologi Sosial.
Jakarta : CV.Trans Info Media.
Notoatmodjo. 2010. Metodelogi Penelitian.
Jakarta : Rineka Cipta.
Putri.
2012.
“Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi Seks Pranikah Pada
Remaja SMA Di Rengat Kabupaten
Indragiri Hulu”. Skripsi Sarjana
Kedokteran diterbitkan Fakultas
Kedokteran Universitas Riau.
Sarwono. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta
: Rajawali Pers.
Siegel, S. 2002. Statistik Nonparametik
Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta :
Gramedia.
Suryoputro, A. 2006. “Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku seksual
remaja
di
Jawa
Tengah:
implikasinya terhadap kebijakan dan
layanan kesehatan seksual dan
reproduksi”.
Journal.ui.ac.id...
05_Faktorfaktor%20Yg%20Mempen
garuhi_Antono_revised.PDF.Makara
kesehatan.Volume 10 No 1, Juni
2006:29-40. Diakses tanggal 10 Juli
2013.
Suyanto.
2009.
Riset
Kebidanan
Metodologi & Aplikasi. Yogyakarta :
Mitra Cendika Press.
Wahyuningtyas,
2009.
“Tingkat
Pengetahuan
Remaja
Tentang
HIV/AIDS dengan perilaku seksual
di SMA N 1 Gondang Kabupaten
Sragen Jawa Tengah”. Skripsi S1
Kedokteran diterbitkan Program S1
kedokteran fakultas kedokteran
Universitas
Diponegoro.
Vol. 4 No. 01 Maret 2016
401
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013
THE FACTORS RELATED TO NUTRITIONAL STATUS OF PREGNANT WOMEN IN THE
WORK AREA HEALTH CENTER OLAK KEMANG JAMBI 2013
Sri Mulyati
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima
Korespondesi Penulis : [email protected]
ABSTRAK
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Jambi, status gizi ibu hamil dilihat dari Lingkar Lengan
Atas (LILA), didapatkan bahwa di Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi pada tahun 2011 yang LILA
< 23.5 cm sebanyak 11 orang (4.7%), sedangkan pada tahun 2012 ibu hamil yang LILA < 23.5 cm
sebanyak 77 orang (28.51%).
Penelitian ini bersifat analitik yang menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di
Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi. Penelitian dilakukan pada tanggal 2 – 15 Agustus tahun 2015.
Sasaran penelitian adalah ibu hamil trimester II dan III yang bertempat tinggal di wilayah kerja
Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan
pengukuran LILA di Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu
hamil trimester II dan III dari bulan Januari-Juli tahun 2015 sebanyak 186 orang dan sampel dalam
penelitian ini 37 orang. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan proportional
random sampling. Analisis yang digunakan yaitu analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian bahwa sebanyak 23 responden (62.2%) status gizi ibu hamil baik, sebanyak 24
responden (64.9%) memiliki umur tidak berisiko, banyak 22 responden (59.5%) memiliki kebiasaan
makan kurang baik, sebanyak 20 responden (54.1%) memiliki pengetahuan kurang baik tentang
status gizi ibu hamil, adanya hubungan antara umur terhadap status gizi pada ibu hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi. Adanya hubungan antara kebiasaan makan terhadap
status gizi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi. Adanya hubungan
antara pengetahuan terhadap status gizi pada ibu hamil.
Dengan demikian maka diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan informasi dan penyuluhan
mengenai status gizi pada ibu hamil serta membuat suatu program seperti demo masak, pemantauan
gizi ibu hamil yang berada di wilayah kerjanya.
Kata Kunci :Umur, Kebiasaan Makan, Pengetahuan, Gizi Ibu Hamil
ABSTRACT
Based on data from Department of Health Jambi, the nutritional status of pregnant women are seen
from Upper Arm Circumference (UAC). It was found in Health Center Olak Kemang Jambi 2011 that
11 people have UAC <23.5 cm (4.7%), whereas 77 pregnant women have UAC <23.5 cm (28.51%) in
2012. This research is an analytic using cross sectional approach. The study was conducted in Health
Center Olak Kemang Jambi. The study was conducted on August 2-15 2015. The objectives of this
research were pregnant women trimester II and III in work area of Health Center Olak Kemang Jambi.
The data were collected by interview and UAC measurement. The population in this study is 186
pregnant women trimester II and III from January to July 2015 and the sample is 37 people. The
sampling are chosen by proportional random sampling. This study used univariate and bivariate
analysis.
The results of the study found that 23 respondents (62.2%) have good nutritional status of pregnant
women, 24 respondents (64.9%) have no age risk, 22 respondents (59.5%) have bad eating habit, 20
respondents (54.1%) have less knowledge about the nutritional status of pregnant women. In
conclusion, there are the relationship between eating habits towards nutritional status of pregnant
women in Health Center Olak Kemang Jambi. There are also relationship between knowledge on
nutritional status of pregnant women. Thus, it is expected that health workers can provide information
and education about the nutritional status of pregnant women and create a program such as cooking
demonstrations and pregnant women nutrition monitoring.
Keywords: Age, Eating Habits, Knowledge, Pregnancy Nutrition
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
402
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013
PENDAHULUAN
Menurut data World Health
Organization (WHO), sebanyak 99%
kematian ibu akibat masalah persalinan
atau kelahiran terjadi di negara-negara
berkembang. Rasio kematian ibu di
negara-negara berkembang merupakan
yang tertinggi dengan 450 kematian ibu
per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika
dibandingkan dengan rasio kematian ibu
di sembilan negara maju dan 51 negara
persemakmuran (Prasetyawati, 2012).
Angka
Kematian
Ibu
(AKI)
mengacu kepada jumlah kematian ibu
yang terkait dengan masa kehamilan,
persalinan dan nifas. Laporan Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
2007 memperkirakan angka kematian ibu
adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan
kecenderungan
angkaangka tersebut, akan sulit dicapai target
MDGS tahun 2015. Penurunan AKI hanya
mencapai 52% dari keadaan tahun 1990
dari target 75% dan penurunan AKB
mencapai 53% dari target 67%. Dari
penilaian sistem kesehatan berbagai
Negara, Indonesia menempati urutan 106
dari 191 negara yang dinilai untuk
indikator pencapaian yang mencakup
status kesehatan dan tingkat tanggapan
atau
responsiveness
(Prasetyawati,
2012).
Tingginya angka kematian ibu
(AKI), antara lain karena pendarahan dan
pre-eklampsia yang berhubungan erat
dengan kekurangan nutrisi. Tak hanya
memengaruhi kesehatan ibu, malnutrisi
selama kehamilan juga berdampak buruk
pada perkembangan janin, antara lain
cacat, kelainan tabung syaraf dan otak,
berat badan kurang, hingga gangguan
prilaku pada anak (Proverawati, 2012).
Risiko yang terjadi pada janin jika
ibu mengalami malnutrisi sangat beragam,
di antaranya peningkatan kematian
perinatal (kematian dalam tujuh hari
kelahiran). Selain itu, bayi lahir dalam
kondisi BBLR (berat kurang dari 2,5
kilogram) akan 5-30 kali lebih rentan
meninggal dalam tujuh hari pertama
kelahirannya dibanding bayi dengan berat
badan normal (2,5-3,5 kilogram). Adapun
bayi dengan berat badan kurang dari 1,5
kilogram memiliki risiko 70-100 kali
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
meninggal dalam tujuh hari pertama
(Roesli, 2009).
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan selama kehamilan, yaitu
diantaranya kebutuhan selama hamil yang
berbeda – beda untuk setiap individu dan
juga dipengaruhi oleh riwayat kesehatan
dan status gizi sebelumnya, kekurangan
asupan pada salah satu zat akan
mengakibatkan
kebutuhan
terhadap
sesuatu
nutrient
terganggu,
dan
kebutuhan nutrisi yang tidak konstan
selama kehamilan (Kristiyanasari, 2010).
Asupan nutrisi yang tepat untuk
balita telah dimulai saat masih di dalam
kandungan
ibunya.
Selama
hamil,
makanan yang dimakan oleh ibu akan
menjadi makanan bagi janin dalam
kandungan. Untuk itu penting sekali
memperhatikan pola makan dan gaya
hidup sehat pada ibu hamil (Sutomo &
Anggraini, 2010).
Ibu hamil harus cermat dalam
memilih makanan yang akan dikonsumsi,
karena selain untuk memenuhi nutrisi bagi
tubuhnya
juga
untuk
mencukupi
kebutuhan gizi pada janin dalam
kandungan. Jika asupan gizi ibu hamil
tidak tercukupi dapat berakibat buruk bagi
janin, seperti bayi lahir cacat atau memiliki
berat badan rendah (Sutomo, 2010).
Oleh karena itu, para calon ibu
harus memiliki gizi yang cukup sebelum
hamil dan lebih lagi ketika hamil. Ibu yang
hamil harus memiliki gizi yang cukup
karena gizi yang didapat akan digunakan
untuk dirinya sendiri dan juga janinnya.
Seorang ibu yang tidak memiliki ataupun
kekurangan gizi selama masa kehamilan
maka bayi yang dikandungnya akan
menderita kekurangan gizi. Apabila hal ini
berlangsung terus – menerus dan tidak
segera diatasi maka bayi akan lahir
dengan berat rendah (dibawah 2500 g),
sedangkan untuk ibu yang kekurangan
gizi, maka selama ia menyusui ASI yang
dihasilkan juga sedikit (Kristiyanasari,
2010).
Penelitian
yang
dilakukan
Kurniawan (2010) mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi gizi ibu hamil di
Puskesmas Purwokerto, didapat hasil
bahwa adanya hubungan usia dengan gizi
ibu hamil dan adanya hubungan antara
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
403
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013
pengetahuan dengan gizi ibu hamil di
Puskesmas Purwokerto.
Pengetahuan ibu hamil tentang
gizi dan pengaturan pola makan yang
benar sangat penting bagi para ibu hamil
supaya dapat menjaga kesehatan diri
serta janinnya. Pada trimester pertama,
ibu hamil biasanya mengalami morning
sickness dengan gejala mual, muntah dan
nafsu makan berkurang. Jika ibu hamil
tidak mau makan, bisa berdampak buruk
terhadap
kesehatan
ibu
seperti
mengalami
kekurangan
gizi
(Sutomo,2010).
Ibu hamil harus terhindar dari
kebiasaan yang menghambat kecukupan
gizi tersebut, mengenai makan dan gizi
yang berkembang di masyarakat porsi
ganda untuk ibu hamil seperti saat
mengandung, bukan berarti seorang ibu
hamil harus menyantap dua porsi
makanan. Ibu hamil membutuhkan
tambahan 300 kalori untuk mencukupi
kebutuhan janinnya dan yang dibutuhkan
adalah memperbanyak kalsium dan zat
besi, buka karbohidrat dan lemak. Bahkan
ibu
hamil
perlu
memperhatikan
penambahan berat badannya agar tidak
mendapat kesulitan menurunkannya lagi
setelah melahirkan, dan menjaga dari
kemungkinan terkena berbagai masalah
selama kehamilan, seperti preeklamsia
dan sebagainya. Minum air es saat hamil
dapat membuat bayi besar. Padahal air es
tidak akan membuat bayi besar, kecuali
air es tersebut dicampur dengan sirup
atau gula secara berlebihan (Indirawati,
2012).
Semakin muda atau tua umur
seorang ibu yang edang hamil akan
berpengaruh terhadap kebutuhan gizi
yang diperlukan. Umur muda perlu
tambahan gizi yang banyak karena selain
digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan dirinya sendiri juga harus
berbagi dengan janin yang sedang
dikandung. Sedangkan untuk umur yang
tua perlu energi yang besar juga karena
fungsi organ yang makin melemah dan
diharuskan untuk bekerja maksimal maka
memerlukan tambahan energi yang cukup
guna mendukung kehamilan yang sedang
berlangsung (Proverawati, 2009).
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif analitik dengan
menggunakan pendekatan crossectional
yaitu semua objek penelitian diamati pada
waktu yang sama bertujuan untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
berhubungan dengan status gizi pada ibu
hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak
Kemang Kota Jambi tahun 2015
(Sulistyaningsih, 2011).
Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi menurut Saryono (2011)
adalah keseluruhan sumber data yang
diperlukan
dalam
suatu
penelitian.
Berdasarkan
pengertian
ini
dapat
disimpulkan
bahwa
populasi
yang
dimaksud dalam penelitian ini meliputi
seluruh ibu hamil trimester II dan III yang
bertempat tinggal di wilayah kerja
Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi
dengan jumlah sebanyak 186 orang.
2. Sampel
Menurut Arikunto (2010), sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti. Untuk menentukan besarnya
sampel dalam penelitian ini, digunakan
rumus Arikunto (2006). Jika populasi lebih
dari 100 dapat diambil antara 10-15%
atau 20-25% atau lebih. Penelitian ini
menggunakan sampel sebanyak 20% dari
populasi, jadi besarnya sampel dalam
penelitian ini adalah :
n = 20% x Total Populasi
= 20% x 186
= 37.2 orang
= 37 orang
Jadi, jumlah sampel yang dapat
mewakili jumlah populasi sebanyak 37
orang. jumlah sampel yang dapat
mewakili jumlah populasi sebanyak 37
orang, perhitungan untuk sampel setiap
kelurahan menggunakan rumus :
ni = Ni X n
N
ni = Jumlah sampel per kelurahan
Ni = Jumlah ibu hamil per kelurahan
N = Jumlah populasi keseluruhan
n = Jumlah sampel keseluruhan
Berdasarkan rumus di atas, maka
jumlah sampel setiap kelurahan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
404
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013
Tabel 1
Jumlah Sampel Ibu Hamil Setiap Kelurahan di Puskesmas Olak Kemang Kota
Jambi
Kelurahan
Jumlah
Jumlah Sampel
Ulu Gedong
22
22x37/186= 5
Olak Kemang
62
62x37/186= 12
Tanjung Pasir
25
25x37/186= 5
Tanjung Raden
57
57x37/186= 11
Pasir Panjang
20
20x37/186= 4
Total
186
37
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara
proportional random sampling yaitu
penelitian dilakukan dengan mengambil
responden secara acak sederhana
berdasarkan proporsi dari setiap masingmasing kelurahan.
Kriteria inklusi :
a) Ibu hamil yang bertempat tinggal di
wilayah kerja Puskesmas Olak Kemang
Kota Jambi.
b) Ibu hamil trimester II dan III.
Instrumen Penelitian
Instrumen data pada penelitian ini
adalah lembar kuesioner. Kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden (Hidayat, 2010).
Analisis Data
1. Analisa Univariat
Analisis data dilakukan secara
Univariat, yaitu menyederhanakan atau
memudahkan intervensi data ke dalam
bentuk penyajian berupa tabel distribusi
frekuensi status gizi ibu hamil, umur,
kebiasaan makan, dan pengetahuan.
2. Analisa Bivariat
Analisa data yang dilakukan untuk
melihat apakah ada hubungan pada
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
setiap variabel independent dengan
variabel dependent.
Analisa data yang dilakukan untuk
melihat apakah ada hubungan pada
setiap variabel independent dengan
variabel dependent. Dalam penelitian ini,
untuk mencari adanya hubungan atau
tidak dengan cara menggunakan dengan
Uji Chi Square. Tingkat kepercayaan 95%,
dengan p-value > 0,05 artinya tidak ada
hubungan yang bermakna atau Ho
diterima dan apabila p-value ≤ 0,05 berarti
terdapat hubungan yang bermakna antara
variabel independen dan dependen atau
Ho ditolak.
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
1. Gambaran Status Gizi Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Olak
Kemang Kota Jambi tahun 2015
Berdasarkan hasil analisa data,
dapat disimpulkan bahwa dari 37
responden yaitu sebanyak 23 responden
(62,2%) status gizi ibu hamil baik dan
sebanyak 14 responden (37,8%) status
gizi ibu hamil kurang baik. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tebel berikut :
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
405
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013
Tabel 1
Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Ibu Hamil
di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang
Kota Jambi tahun 2015
(n=37)
Gizi Ibu Hamil
Jumlah
%
Kurang Baik
14
37,8
Baik
23
62,2
Jumlah
37
100
responden yaitu sebanyak 24 responden
(64,9%) memiliki umur tidak berisiko dan
sebanyak 13 responden (35,1%) memiliki
umur berisiko. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu Hamil
di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang
Kota Jambi tahun 2015
(n=37)
Umur
Jumlah
%
2. Gambaran Umur Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Olak
Kemang Kota Jambi tahun 2015
Berdasarkan hasil analisa data,
dapat disimpulkan bahwa dari 37
Berisiko
13
35,1
Tidak Berisiko
24
64,9
Jumlah
37
100
responden yaitu sebanyak 15 responden
(40,5%) memiliki kebiasaan makan baik
dan sebanyak 22 responden (59,5%)
memiliki kebiasaan makan kurang baik.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasan Makan Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Olak Kemang
Kota Jambi Tahun 2015
(n=37)
Kebiasaan Makan
Jumlah
%
3. Gambaran Kebiasan Makan Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Olak Kemang Kota Jambi tahun
2015
Berdasarkan hasil analisa data,
dapat disimpulkan bahwa dari 37
Kurang Baik
22
40,5
Baik
15
59,5
Jumlah
37
100
4. Gambaran Pengetahuan Ibu
Tentang Status Gizi Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Olak
Kemang Kota Jambi tahun 2015
Berdasarkan hasil analisa data,
dapat disimpulkan bahwa dari 37
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
responden yaitu sebanyak 17 responden
(45,9%) memiliki pengetahuan baik dan
sebanyak 20 responden (54,1%) memiliki
pengetahuan kurang baik tentang status
gizi ibu hamil. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat
pada
tabel
berikut:
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
406
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013
Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak
Kemang Kota Jambi tahun 2015
(n=37)
Pengetahuan
Jumlah
%
Kurang Baik
20
54,1
Baik
17
45,9
Jumlah
37
100
1. Hubungan Umur Terhadap Status
Gizi Pada Ibu Hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Olak Kemang
Kota Jambi Tahun 2015
Hasil analisis hubungan umur
terhadap status gizi pada ibu hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang
Kota Jambi tahun 2015 dapat dilihat pada
tabel berikut :
B. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk melihat
hubungan antara satu variabel bebas
dengan variabel terikat. Pada penelitian ini
variabel bebas adalah umur, pengetahuan
dam kebiasaan makan. Sedangkan
variabel terikatnya adalah status gizi ibu
hamil. Uji statistik yang digunakan untuk
melihat hubungan antara kedua variabel
didalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji Chi Square.
Tabel 5
Distribusi Hubungan Umur Terhadap Status Gizi Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi
Tahun 2015
(n=37)
Status Gizi Ibu Hamil
Total
Kurang Baik
Baik
f
F
%
f
%
4
30,8
13
100
19
79,2
24
100
23
62,2
37
100
P-value
Umur
Berisiko
9
Tidak Berisiko
5
Total
14
%
69,2
20,8
37,8
Dari hasil dari 37 responden
tentang hubungan umur terhadap status
gizi pada ibu hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi,
didapat dari 13 responden memiliki umur
berisiko yang status gizi ibu hamil kurang
baik sebanyak 69,2% dan yang status gizi
ibu hamil baik sebanyak 30,8%.
Sedangkan dari 24 responden dengan
umur tidak berisiko didapat 20,8%
mengalami status gizi ibu hamil kurang
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
0.004
baikn dan status gizi ibu hamil baik
sebanyak 79,2%.
Dari hasil uji statistik chi-square
diperoleh nilai p value 0,004 (p<0,05)
dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa adanya hubungan antara umur
terhadap status gizi pada ibu hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang
Kota Jambi.
2. Hubungan Kebiasan Makan
Terhadap Status Gizi Pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
407
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013
Olak Kemang Kota Jambi Tahun
2015
Hasil analisis hubungan kebiasaan
makan terhadap status gizi pada ibu hamil
di Wilayah Kerja Puskesmas Olak
Kemang Kota Jambi tahun 2015 dapat
dilihat
pada
tabel
berikut
:
Tabel 6
Distribusi Hubungan Kebiasaan Makan Terhadap Status Gizi Pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi
Tahun 2015
(n=37)
Status Gizi Ibu Hamil
Total
Kebiasaan
Makan
Kurang Baik
Baik
f
%
f
%
f
%
Kurang Baik
12
54,5
10
45,5
22
100
Baik
2
13,3
13
86,7
15
100
14
37,8
23
62,2
37
100
Total
P-value
0.011
dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa
adanya
hubungan
antara
kebiasaan makan terhadap status gizi
pada ibu hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi.
1. Hubungan Pengetahuan Terhadap
Status Gizi Pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Olak
Kemang Kota Jambi Tahun 2015
Hasil
analisis
hubungan
pengetahuan terhadap status gizi pada
ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015
dapat dilihat pada tabel berikut :
Dari hasil dari 37 responden
tentang hubungan kebiasaan makan
terhadap status gizi pada ibu hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang
Kota Jambi, didapat dari 22 responden
memiliki kebiasaan makan kurang baik
yang status gizi ibu hamil kurang baik
sebanyak 54,5% dan status gizi ibu hamil
baik sebanyak 45,5%. Sedangkan dari 15
responden dengan kebiasaan makan baik
didapat 13,3% mengalami status gizi ibu
hamil kurang baik dan status gizi ibu hamil
baik sebanyak 86,7%.
Dari hasil uji statistik chi-square
diperoleh nilai p value 0,011 (p<0,05)
Tabel 7
Distribusi Hubungan Pengetahuan Terhadap Status Gizi Pada Ibu Hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi
Tahun 2015
(n=37)
Status Gizi Ibu Hamil
Total
Kurang Baik
Baik
f
%
f
%
f
%
Kurang Baik
12
60,0
8
40,0
20
100
Baik
2
11,8
15
88,2
17
100
14
37,8
23
62,2
37
100
Pengetahuan
Total
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
P-value
0.003
408
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013
Dari hasil dari 37 responden
tentang hubungan pengetahuan terhadap
status gizi pada ibu hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi,
didapat dari 20 responden memiliki
pengetahuan kurang baik yang status gizi
ibu hamil kurang baik sebanyak 60,0%
dan status gizi ibu hamil baik sebanyak
40,0%. Sedangkan dari 17 responden
dengan pengetahuan yang baik didapat
11,8% mengalami status gizi ibu hamil
kurang baik dan status gizi ibu hamil baik
sebanyak 88,2%.
Dari hasil uji statistik chi-square
diperoleh nilai p value 0,003 (p<0,05)
dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa
adanya
hubungan
antara
pengetahuan terhadap status gizi pada
ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Olak Kemang Kota Jambi.
Pembahasan
1. Gambaran Status Gizi Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Olak
Kemang Kota Jambi tahun 2015
Berdasarkan hasil penelitian dari
37 responden yaitu sebanyak 23
responden (62,2%) status gizi ibu hamil
baik dan sebanyak 14 responden (37,8%)
status gizi ibu hamil kurang baik.
Penelitian yang telah dilakukan
bertolak belakang dengan penelitian
Kurniawati (2011) mengenai gizi ibu hamil
di
Puskesmas
Bukit
Sangkat,
menunjukkan
bahwa
51.8%
ibu
mengalami gizi kurang selama kehamilan.
Kehamilan adalah suatu keadaan
yang istimewa bagi seseorang waita
sebagai calon ibu, karena pada masa
kehamilan akan terjadi perubahan fisik
yang mempengaruhi kehidupannya. Pola
makan dan gaya hidup sehat dapat
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan janin dalam rahim ibu.
Pada waktu terjadi kehamilan akan terjadi
banyak perubahan baik perubahan fisik,
sosial
maupun
mental.
Walaupun
demikian para calon ibu harus tetap
berada di dalam keadaan sehat optimal
karena disini seorang ibu tidak hidup
dengan sendiri tetapi dia hidup bersama
janin yang dikandung.
Ibu hamil harus cermat dalam
memilih makanan yang akan dikonsumsi,
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
karena selain untuk memenuhi nutrisi bagi
tubuhnya
juga
untuk
mencukupi
kebutuhan gizi pada janin dalam
kandungan. Jika asupan gizi ibu hamil
tidak tercukupi dapat berakibat buruk bagi
janin, seperti bayi lahir cacat atau memiliki
berat badan rendah (Sutomo, 2010).
Oleh karena itu, para calon ibu
harus memiliki gizi yang cukup sebelum
hamil dan lebih lagi ketika hamil. Ibu yang
hamil harus memiliki gizi yang cukup
karena gizi yang didapat akan digunakan
untuk dirinya sendiri dan juga janinnya.
Seorang ibu yang tidak memiliki ataupun
kekurangan gizi selama masa kehamilan
maka bayi yang dikandungnya akan
menderita kekurangan gizi. Apabila hal ini
berlangsung terus – menerus dan tidak
segera diatasi maka bayi akan lahir
dengan berat rendah (dibawah 2500 g),
sedangkan untuk ibu yang kekurangan
gizi, maka selama ia menyusui ASI yang
dihasilkan juga sedikit.
2. Gambaran Umur Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Olak
Kemang Kota Jambi tahun 2015
Berdasarkan hasil penelitian dari
37 responden yaitu sebanyak 24
responden (64.9%) memiliki umur tidak
berisiko dan sebanyak 13 responden
(35.1%) memiliki umur berisiko.
Menurut Elizabeth BH yang dikutip
Nursalam (2003), usia adalah umur
individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan
sampai
berulang
tahun.
Sedangkan menurut Hurlock (1998),
semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berpikir dan bekerja
(Wawan, 2010).
Menurut
Winkjosastro
(2005),
dalam kurun reproduksi sehat dikenal
bahwa usia aman untuk kehamilan dalam
persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian
maternal pada wanita hamil dan
melahirkan pada usia dibawah 20 tahun,
ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada
kematian maternal yang terjadi pada usia
20-30
tahun.
Kematian
maternal
meningkat kembali setelah 30-35 tahun.
Semakin muda dan semakin tua
umur seorang ibu yang sedang hamil,
akan berpengaruh terhadap kebutuhan
gizi yang diperlukan. Umur muda perlu
tambahan gizi yang banyk karena selain
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
409
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013
digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan dirinya sendiri juga harus
berbagi dengan janin yang sedang
dikandung. Sedangkan untuk umur yang
tua perlu energi yang besar juga karena
fungsi organ yang semakin melemah dan
diharuskan untuk bekerja maksimal yang
cukup, guna mendukung kehamilan yang
sedang berlangsung.
3. Gambaran Kebiasan Makan Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Olak Kemang Kota Jambi tahun
2015
Berdasarkan hasil penelitian dari
37 responden yaitu sebanyak 15
responden (40.5%) memiliki kebiasaan
makan baik dan sebanyak 22 responden
(59.5%) memiliki kebiasaan makan kurang
baik.
Berdasarkan penjelasan diatas,
bahwa mayoritas responden memiliki
kebiasaan makan yang kurang baik, hal
ini dikarenakan ketidaktahuan responden
tentang makanan yang bergizi dan
keterlambatan jam makan serta sering
tidak nafsu makan selama kehamilan
Ibu hamil harus terhindar dari
kebiasaan yang menghambat kecukupan
gizi tersebut, mengenai makan dan gizi
yang berkembang di masyarakat porsi
ganda untuk ibu hamil seperti saat
mengandung, bukan berarti seorang ibu
hamil harus menyantap dua porsi
makanan. Ibu hamil membutuhkan
tambahan 300 kalori untuk mencukupi
kebutuhan janinnya dan yang dibutuhkan
adalah memperbanyak kalsium dan zat
besi, buka karbohidrat dan lemak. Bahkan
ibu
hamil
perlu
memperhatikan
penambahan berat badannya agar tidak
mendapat kesulitan menurunkannya lagi
setelah melahirkan, dan menjaga dari
kemungkinan terkena berbagai masalah
selama kehamilan, seperti preeklamsia
dan sebagainya. Minum air es saat hamil
dapat membuat bayi besar. Padahal air es
tidak akan membuat bayi besar, kecuali
air es tersebut dicampur dengan sirup
atau gula secara berlebihan.
Cara yang harus dilakukan untuk
mengubah kebiasaan makan yaitu
mengubah cara makan meskipun sudah
merasa makan dengan benar, selama
hamil sebaiknya diet makanan harus
mengikuti diet makan untuk ibu hamil.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Pada kehamilan membutuhkan lebih
banyak konsumsi protein, kalori (untuk
energi), vitamin dan mineral seperti asam
folat dan zat besi untuk perkembangan
bayi anda juga karena ibu hamil
membutuhkan tambahan 300 kalori
perhari.
4. Gambaran Pengetahuan Ibu
Tentang Status Gizi Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Olak
Kemang Kota Jambi tahun 2015
Berdasarkan hasil analisa data,
dapat disimpulkan bahwa dari 37
responden yaitu sebanyak 17 responden
(45.9%) memiliki pengetahuan baik dan
sebanyak 20 responden (54.1%) memiliki
pengetahuan kurang baik tentang status
gizi ibu hamil.
Pengetahuan yang dimiliki oleh
seorang ibu akan mempengaruhi dalam
pengambilan keputusan dan juga akan
berpengaruh pada perilakunya. Ibu
dengan pengetahuan gizi yang baik,
kemungkinan akan memberikan gizi yang
cukup bagi bayinya. Hal ini terlebih lagi
jika seorang ibu tersebut memasuki masa
ngidam, dimana perut rasanya tidak mau
diisi, mual dan rasa tidak karuan.
Walaupun dalam kondisi yang demikian,
jika seorang ibu memiliki pengetahuan
yang baik maka ibu akan berupaya untuk
memenuhi kebutuhan gizinya dan juga
bayinya.
Apabila
pengetahuan
itu
mempunyai sasaran yang tertentu,
mempunyai metode atau pendekatan
untuk mengkaji objek tersebut sehingga
memperoleh hasil yang dapat disusun
secara sistematis dan sssdiakui secara
universal, maka terbentuklah disiplin ilmu.
SIMPULAN
Sebanyak 23 responden (62.2%) status
gizi ibu hamil baik dan sebanyak 14
responden (37.8%) status gizi ibu hamil
kurang baik; Sebanyak 24 responden
(64.9%) memiliki umur tidak berisiko dan
sebanyak 13 responden (35.1%) memiliki
umur berisiko; Sebanyak 15 responden
(40.5%) memiliki kebiasaan makan baik
dan sebanyak 22 responden (59.5%)
memiliki kebiasaan makan kurang baik;
Sebanyak 17 responden (45.9%) memiliki
pengetahuan baik dan sebanyak 20
responden (54.1%) memiliki pengetahuan
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
410
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013
kurang baik tentang status gizi ibu hamil;
Adanya hubungan antara umur terhadap
status gizi pada ibu hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi
tahun 2015; Adanya hubungan antara
kebiasaan makan terhadap status gizi
pada ibu hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi
tahun 2015; Adanya hubungan antara
pengetahuan terhadap status gizi pada
ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015.
Sutomo, Budi & Aggraini, 2010. Menu
Sehat Alami Untuk Batita dan
Balita.
Agromedia
Pustaka.
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul, 2010. Metode
Penelitian Kesehatan Paradigma
Kuantitaif. Penerbit Health Books
Publishing. Surabaya.
Indirawati, 2012. Mitos Keliru Tentang Gizi
dan
Pola
Makan.
Dalam
http://nutrisiuntukbangsa.org/mitos
-keliru-tentang-gizi-dan-polamakan/. (Diakses Tanggal 20 Juli
2013)
Kristiyanasari, Weni, 2010. Gizi Ibu Hamil.
Nuha Medika. Yogyakarta.
Prasetyawati,
Arsita
Eka,
2012.
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Dalam Millenium Development
Goals (MDGs). Penerbit Nuha
Medika. Yogyakarta.
Proverawati, Atikah & Wati, Erna Kusuma,
2012.
Ilmu
Gizi
Untuk
Keperawatan Dan Gizi Kesehatan.
Nuha Medika. Yogyakarta.
Proverawati, Atikah & Ibrahim, 2009.
Nutrisi Janin Dan Ibu Hamil. Nuha
Medika. Yogyakarta
Sulistyaningsih,
2011.
Metodologi
Penelitian Kebidanan KuantitatifKualitatif. Penerbit Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Saryono, 2011. Metodologi Penelitian
Kesehatan Penuntun Praktis Bagi
Pemula. Penerbit Mitra Cendikia.
Yogyakarta.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
411
ANALISIS SPERMATOZOA PADA PRIA INFERTIL DI KLINIK DR. MUHAMMAD YUSUF, SPOG. KFER. D.MAS
PEKANBARU PADA TAHUN 2011
ANALISIS SPERMATOZOA PADA PRIA INFERTIL DI KLINIK DR. MUHAMMAD
YUSUF, SPOG. KFER. D.MAS PEKANBARU PADA TAHUN 2011
THE ANALYSIS OF SPERMATOZOA IN INFERTILE MEN IN THE CLINIC DR.
MUHAMMAD YUSUF, SPOG. KFER.DMAS PEKANBARU IN 2011
Rika Sri Wahyuni
Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru
Korespondensi Penulis : [email protected]
ABSTRAK
Infertilitas adalah masalah yang dialami pria dan wanita dimanapun di dunia. Diperkirakan muncul
sekitar 2 juta pasangan infertil baru setiap tahun dan jumlah ini terus meningkat Masalah kesuburan
bisa juga terjadi pada pria. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa masalah ketidaksuburan pada
pasangan berasal dari 45% dari faktor istri, 40% dari faktor suami dan 15% sisanya dari faktor yang
tidak diketahui. Tujuan penelitian ini untuk melihat analisis spermatozoa pada pria infertil di klinik dr.
Muhammad Yusuf, SpOG. KFER.DMAS Pekanbaru pada tahun 2011.
Jenis penelitian yang digunakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Data dianalisa
dengan menggunakan analisis univariat,
Hasil penelitian analisis spermatozoa 120 pria infertil dilihat dari jumlah spermatozoa diperoleh
Oligospermia 36.7%, Normal 34.2% dan Azoospermia 29.1%, dan dilihat dari morfologi
spermatozoa diperoleh abnormal 83.3% dan 16.7% normal.
Infertilitas yang terjadi pada 120 pria infertil yang melakukan kunjungan di Klinik dr. Muhammad
Yusuf, SpOG. KFer. D.MAS Pekanbaru Pada Tahun 2011 dilihat dari analisis spermatozoa
disebabkan oleh Oligospermia dan morfologi spemarozoa yang abnormal.
Kata Kunci : analisis, spermatozoa, infertil
ABSTRACK
Infertility is a problem experienced by men and women everywhere in the world. It is estimated that
appeared about 2 million new infertile couples every year and this number continues to increase
fertility problems can also occur in men. Some studies say that the problem of infertility in couples
come from 45% of wives factors, 40% of husbands and 15% factor the rest of the unknowns. The
purpose of this study to look at the analysis of spermatozoa in infertile men in the clinic dr.
Muhammad Yusuf, SpOG. KFER.DMAS Pekanbaru in 2011.
This type of research used quantitative research with descriptive design. Data were analyzed using
by univariate analysis,
The results of sperm analysis study of 120 infertile men seen from the number of spermatozoa
obtained Oligospermia 36.7%, normally 34.2% and Azoospermia 29.1%, and the views from
abnormal morphology of spermatozoa gained 83.3% and 16.7% of normal.
Infertility occurs in 120 infertile men who make a visit at the Clinic dr. Muhammad Yusuf, SpOG.
KFer. D.MAS Pekanbaru In 2011 seen from the analysis of spermatozoa caused by Oligospermia
and spemarozoa abnormal morphology.
Keywords: analysis, spermatozoa, infertile
PENDAHULUAN
Infertilitas adalah masalah yang
dialami pria dan wanita dimanapun di
dunia. Walaupun diperkiraan angka
kejadiannya tidak terlalu cermat dan
bervariasi dari satu daerah ke daerah
lain, sekitar 8% pasangan mengalami
masalah
infertilitas
selama
masa
reproduksinya, apabila diekstrapolasi ke
populasi global ini berarti bahwa antara
50 sampai 80 juta orang mempunyai
masalah fertilitas, suatu keadaan yang
menimbulkan penderitaan pribadi dan
gangguan
kehidupan
keluarga.
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Diperkirakan muncul sekitar 2 juta
pasangan infertil baru setiap tahun dan
jumlah ini terus meningkat. Hal ini jika
dibandingkan dengan kasus baru seperti
kasus kanker diperkiraan 5,9 juta kasus
baru per tahun dan 100 juta kasus baru
malaria masih jauh, tetapi walaupun
demikian cukup menimbulkan masalah
yang bermakna pada sumber daya
kesehatan nasional (Hinting, 2000).
Perubahan pola demografi dalam
50 tahun terakhir di negara maju, dan
khususnya dalam 20 tahun terakhir di
beberapa negara berkembang, angka
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
412
ANALISIS SPERMATOZOA PADA PRIA INFERTIL DI KLINIK DR. MUHAMMAD YUSUF, SPOG. KFER. D.MAS
PEKANBARU PADA TAHUN 2011
kejadian infertilitas di negara maju
dilaporkan sekitar 5-8% dan di negara
berkembang
sekitar
30%.
WHO
memperkirakan sekitar 8-10% atau
sekitar 50 - 80 juta pasangan suami istri
di seluruh dunia mengalami masalah
infertilitas, sehingga membuat infertilitas
menjadi
masalah
mendesak,
kewaspadaan akan hal tersebut jadi
meningkat cepat, banyaknya pasangan
infertil di Indonesia dapat diperhitungkan
dari banyaknya wanita yang pernah
kawin dan tidak mempunyai anak yang
masih hidup, maka menurut sensus
penduduk terdapat 12% baik di desa
maupun di kota, atau kira-kira 3 juta
pasangan infertil di seluruh Indonesia
(Wiknjosastro, 2007).
Sesuai dengan paradigma baru
Program Nasional Kependudukan atau
Keluarga Berencana di Indonesia telah
diubah visinya dari mewujudkan Norma
Keluarga Kecil yang Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS) menjadi visinya untuk
mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun
2015”. Keluarga yang berkualitas adalah
keluarga yang sejahtera, sehat, maju,
mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,
berwawasan ke depan, bertanggung
jawab, harmonis, dan bertakwa kepada
tuhan Yang Maha Esa (Widyastuti, 2009).
Maka kepada pasangan suami
istri yang belum dikaruniai anak
seyogyanya juga diberikan pelayanan
kemandulan atau infertilitas agar mereka
juga dapat mewujudkan tujuan visi
tersebut bagi dirinya atau keluarganya.
Dan sesungguhnya keluarga berencana
tidak
pernah
lengkap
tanpa
penanggulangan infertilitas (Wiknjosastro,
2007).
Kesempatan yang baik untuk
hamil berada pada tahun pertama
pernikahan. Perempuan paling sering
disalahkan jika selama masa pernikahan
belum juga bisa dikaruniai momongan.
Disadari atau tidak, tak selamanya
masalah kesuburan selalu ada pada
wanita. Masalah kesuburan bisa juga
terjadi pada pria. Beberapa penelitian
menyebutkan
bahwa
masalah
ketidaksuburan pada pasangan berasal
dari 45% dari faktor istri, 40% dari faktor
suami dan 15% sisanya dari faktor yang
tidak diketahui (Bianda, 2010).
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Banyak pria tetap berpegangan,
selama jumlah sperma yang dimiliki tetap
banyak, mereka akan mampu memiliki
anak hingga usia berapa pun. Namun,
lain pendapat Zita West, ahli fertilitas.
"Kuantitas tidaklah menunjukkan kualitas.
Selama 50 tahun terakhir, jumlah ratarata sperma pria telah mengalami banyak
penurunan, dari sekitar 113 juta/ml,
menjadi 70 juta/ml," katanya. "Tidak
hanya itu. Persentase sperma yang
diproduksi dengan abnormalitas juga
telah meningkat hingga 12 kali lipat”. Itu
berarti, pria masa modern mengalami
masalah, baik dalam kuantitas maupun
kualitas
sperma.
Sejalan
dengan
pertambahan usia (Gordon, 2011).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat
analisis spermatozoa pria infertil di klinik
dr. Muhammad Yusuf, SpOG (K)
Pekanbaru tahun 2011
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
pada penelitian ini adalah kuantitatif
dengan menggunakan desain desktiptif,
dimana peneliti dalam penelitian ini
melihat analisis spermatozoa pada pria
infertil di klinik dr. Muhammad Yusuf,
SpOG. KFER. D.MAS Pekanbaru ditinjau
dari jumlah dan morfologi spermatozoa
Lokasi
penelitian
ini
telah
dilakukan di klinik dr. Muhammad Yusuf,
SpOG. KFER. D.MAS Pekanbaru, pada
bulan tanggal 6-8 Februari 2012.
Populasi dalam penelitian ini
adalah data seluruh pasien pria infertil
yang berkunjung ke klinik dr. Muhammad
Yusuf, SpOG. KFER. D.MAS Pekanbaru
tahun 2011 sebanyak 120 orang. Jumlah
sampel dalam penelitian ini diambil
dengan teknik total populasi (Hidayat,
2007).
Pengumpulan data dilakukan
dengan cara mengisi lembar ceklist.
degan mengkategorikan jumlah sperma
normal (≥20 juta/mL), oligospermia (<20
juta/mL), azoospermia (Tidak
ada
sperma) dan morfologi spermatozoa
normal (≥50%), abnormal (<50%).
Pengolahan data dilakukan dengan
analisis univariat.
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
413
ANALISIS SPERMATOZOA PADA PRIA INFERTIL DI KLINIK DR. MUHAMMAD YUSUF, SPOG. KFER. D.MAS
PEKANBARU PADA TAHUN 2011
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Infertilitas Pada Pria Berdasarkan Jumlah Sperma di Klinik
dr.Muhammad Yusuf, SpOG.KFER. D.MAS Pekanbaru Tahun 2011
Jumlah Sperma
Frekuensi
Persentase (%)
Normal (≥20 juta/mL)
41
34.2 %
Oligospermia (<20 juta/mL)
44
36.7 %
Azoospermia (Tidak ada sperma)
35
29.1 %
Jumlah
120
100
Sumber : sumber catatan rekam medik klinik dr, Muhammad Yusuf
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat dari 120 data pria infertil dapat dilihat bahwa
proporsi terbesar jumlah spermatozoa adalah oligospermia sebesar 36.7% (44 data)
T
abel 2. Distribusi Frekuensi Infertilitas Pada Pria Berdasarkan Morfologi Sperma di Klinik dr.
Muhammad Yusuf, SpOG. KFER. D.MAS Pekanbaru Tahun 2011
Morfologi Sperma
Frekuensi
Persentase (%)
Normal (≥50%)
020
16.7 %
Abnormal (<50%)
100
83.3 %
Jumlah
120
100
Sumber : sumber catatan rekam medik klinik dr, Muhammad Yusuf
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat
dari 120 data pria infertil, mayoritas
memiliki morfologi sperma Abnormal
sebanyak 83.3% (100 data).
Jumlah spermatozoa merupakan
penentu
keberhasilan
memperoleh
keturunan.
Yang
normal,
jumlah
spermatozoanya sekitar 20 juta/ml. Pada
pria ditemukan kasus spermatozoa yang
kurang (oligozoospermia) atau bahkan tak
ditemukan sel sperma sama sekali
(azoospermia) (Kurnia, 2008). Hasil
penelitan menunjukkan bahwa 36.7% (44
data) dari 120 data pria infertil memiliki
jumlah sperma oligospermia
Berdasarkan hasil penelitian di
atas, peneliti berkesimpulan bahwa
kejadian infertilitas lebih sering dijumpai
pada pria yang Oligospermia. Hal ini bisa
saja disebabkan oleh karena kelelahan,
istirahat yang kurang, kegemukan,
kebiasaan merokok dan minum minuman
keras, stres berkepanjangan, pengaruh
lingkungan (radiasi atau bekerja di
lingkungan yang tinggi cemarannya,
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
seperti kawasan industri), suhu di sekitar
testis yang terlalu panas, misalnya pada
orang yang bekerja terus-menerus di
dekat panas seperti supir atau juru masak
atau memakai celana yang terlalu ketat
juga bisa mengganggu kesehatan testis.
Adanya gangguan lain sebagai
penyebab
dari
oligospermia
yaitu
ketidakseimbangan hormon testosteron,
varicocele (pembesaran pembuluh darah
vena di buah zakar), infeksi serta kelainan
kromosom (Gunawan, 2010).
Lain halnya dengan Azoospermia
atau
cairan
sperma
yang
tidak
mengandung
sel
spermatozoa.
Azoospermia dapat disebabkan oleh
banyak faktor. Antara lain akibat infeksi
pada buah pelir dan sumbatan pada
saluran
keluar
sperma.
Namun,
azoospermia tidak selalu berarti mandul.
Azoospermia dapat berarti mandul kalau
terjadi kerusakan pada buah pelir,
sehingga sel spermatozoa sama sekali
tidak dapat diproduksi lagi. Di pihak lain,
azoospermia tidak berarti mandul bila sel
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
414
ANALISIS SPERMATOZOA PADA PRIA INFERTIL DI KLINIK DR. MUHAMMAD YUSUF, SPOG. KFER. D.MAS
PEKANBARU PADA TAHUN 2011
spermatozoa sebenarnya tetap diproduksi
di dalam buah pelir, tetapi tidak ada di
dalam cairan sperma karena terjadi
sumbatan
pada
saluran
keluarnya
(Sistina, 2000).
Morfologi sperma harus dianggap
sama pentingnya dengan konsentrasi
spermatozoa.
Bentuk
normal
dari
spermatozoa biasanya berkepala agak
lonjong dan memiliki ekor yang panjang
karena bentuk sperma sudah didesain
secara khusus untuk dapat menembus
indung telur yang sudah siap dibuahi
(Bianda,
2010).
Hasil
penelitan
menunjukkan bahwa 83.3% (100 data)
dari 120 data pria infertil memiliki
morfologi sperma abnormal
Berdasarkan data di atas, bentuk
sperma yang abnormal (<50%) lebih
sering dijumpai pada kasus intertilitas.
Adapun faktor yang mempengaruhi
daripada perubahan morfologi antara lain
Varicocele (saluran darah pada bagian
testis membengkak), saluran pada testis
tersumbat atau tidak adanya saluran,
saluran pada testis terbalik (testikular
torsion),
makanan
kurang
nutrisi,
kecacatan genetik, struktur yang abnormal
atau faktor lingkungan. Selain itu ada juga
beberapa hal diketahui bisa menjadi
penyebab umum bentuk sperma yang
abnormal baik yang bersifat sementara
atau tidak yaitu demam yang tinggi dan
penggunaan
obat-obatan
terlarang
tertentu (Rahma, 2011).
Seseorang
diketahui
memiliki
bentuk sperma yang abnormal tapi
masalah motilitas dan jumlahnya tidak
terlalu mengganggu, kehamilan masih
bisa dilakukan. Namun kehamilan ini tidak
bisa terjadi dalam waktu cepat, beberapa
pasangan membutuhkan waktu 1 tahun
atau lebih. Namun ada juga pria yang
berusia ≤40 tahun dengan menghasilkan
sperma dalam jumlah dan mofrologi
normal tetapi masih dikategorikan tidak
subur. Ini bisa saja disebabkan karena
sperma yang terhasil tidak berkualitas
atau spermanya tidak bergerak (Wongso,
2007).
SpOG. KFER. D.MAS Pekanbaru Tahun
2011
memiliki
jumlah
spermtozoa
oligospermia dan morfologi abnormal.
DAFTAR PUSTAKA
Bianda, Nadia. 2010. Hidup Sehat
Berdasarkan Golongan Darah O.
Jakarta: Dukom Publisher
Gordon, John David. 2011. 100 Tanya
Jawab
Mengenai
Infertilitas.
Jakarta: Indekss
Gunawan, Arif. 2010. Rahasia Seks
Pasangan
Anda.
Yogyakarta:
Siklus
Hidayat, Alimul Aziz. 2007. Metode
Penelitian
Kebidanan
Teknik
Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika
Kurnia, Julius. 2008. Pria Yang Tergolng
Azoospermia.
http://juliuskurnia.wordpress.com/2
008/04/23/pria-yang-tergolongazoospermia/ diakses pada
tanggal 16 Januari 2012, 14.30
WIB
Rahma, Rosita Noor, 2011. Macam
Kelainan Pada Sperma.
http://rosita-noorrahma.blogspot.com/2011/06/mac
am-kelainan-pada sperma.html [16
Januari 2012, 14.40 WIB]
Sistina, Yulia. 2000. Biologi Reproduksi.
Purwokerto:
Fakultas
Biologi
Unsoed
Widyastuti, Yani. 2009. Kesehatan
Reproduksi.
Yogyakarta:
Fitramaya
Winkjosastro,
Hanifa.
2007.
Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
Wongso, Anton Darsono.2007. Membaca
Analisis Sperma. http:// klinik
andrologi blogspot.com. [1 Januari
2012 pukul 23.05 WIB]
SIMPULAN
Berdasarkan hal diatas dapat
disimpulkan bahwa dari 120 data pria
infertil di klinik dr. Muhammad Yusuf,
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
415
EFEKTIVITAS JAHE UNTUK MENURUNKAN MUAL MUNTAH PADA KEHAMILAN
TRIMESTER I DI KELURAHAN SUKA KARYA KECAMATAN KOTA BARU
Subang Aini Nasution, Fitriana Kaban
Korespondensi Penulis : [email protected]
ABSTRAK
Sekitar 50% wanita hamil mengalami mual-mual dan sampai muntah-muntah. Hal ini teradi 12 minggu
pertama kehamilan, biasanya menghilang pada akhir waktu tersebut, tapi kadang muncul menjelang
akhir kehamilan. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan frekuensi mual muntah sebelum
dan sesudah diberikan jahe pada ibu hamil trimester I. Penelitian ini bersifat analitik dan tekhnik
pengambilan sampel menggunakan Accidental Sampling dengan jumlah responden yang di dapat
sebanyak 4 orang ibu hamil trimester I yang mengalami mual-muntah. Hasil penelitian diperoleh
kehamilan trimester 1 sebagian besar yang mengalami mual ringan sebanyak 1 orang dengan
frekuensi 1-3 x/hari dan yang mengalami mual-muntah sedang dengan frekuensi 4-7 x/hari sebanyak
3 orang. Berdasarkan hasil Paried Sample T-Test menunujkan nilai yang signifikan P-Value sebesra
0,03. Hal ini berartri P-Value < α (0,05) hal ini menunjukan bahwa jahe efektif untuk menurunkan mual
muntah pada kehamilan trimester I.
Kesimpulan penelitian yaitu berdasarkan hasil penelitian bahwa jahe efektif untuk menurunkan mualmuntah pada kehamilan trimester I di Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota Baru. Diharapkan bagi
ibu agar lebih mengetahui dan memahami frekuensi mual-muntah selama kehamilan.
Kata Kunci
: Kehamilan, Mual-muntah dan Jahe
PENDAHULUAN
Kehamilan adalah suatu kejadian
yang selalu diinginkan oleh setiap
pasangan suami istri, mulai awal
kehamilan sudah dilakukan persiapan
menyambut kelahiran bayi. Pada setiap
kehamilan terdapat perubahan pada
seluruh tubuh wanita khusunya pada alat
genetalia exsterna dan interna, serta pada
payudara.
Dalam
hal
ini
hormon
somatomammotropin,
estrogen,
dan
progesteron mempunyai peranan penting
terhadap beberapa perubahan yang terjadi
pada ibu hamil. Perubahan karena hormon
estrogen
pada
kehamilan
akan
mengakibatkan
pengeluaran
asam
lambung yang
berlebihan sehingga
menimbulkan rasa mual dan muntah.
Selain
hormon
estrogen
diduga
pengeluaran
Human
Chorionic
Gonadotropin (HCG) dalam serum dari
plasenta juga menyebabkan mual muntah
Menurut
Wiknjosastro,
2009
dalam
(Alyamaniah dan Mahmudah, 2014)
Sekitar 50% wanita hamil mengalami
mual-mual, dan beberapa orang sampai
muntah-muntah. Keluhan ini terjadi dalam
12 minggu pertama kehamilan, biasanya
menghilang pada akhir waktu tersebut, tapi
kadang-kadang muncul kembali menjelang
akhir kehamilan. Penyebabnya hampir
dapat dipastian karena kepekaan terhadap
hormon kehamilan. Kebanyakan mualmual terjadi pada pagi hari, sehingga
dinamakan pusing pagi, tetapi mungkin
saja terjadi kapanpun. Mual-mual dipagi
hari lebih umum dari pada di saat yang
lain, karna perut mengandung kumpulan
asam lambung yang di endapkan pada
malam hari (Rahmi, 2013).
Mual dan muntah ini di kendalikan
oleh pusat muntah yang berada pada
dasar ventrikel otak keempat tepatnya
pada bagian dorsal lateral dari formasio
retikularis medulla oblongata. Pusat ini
terletak dekat dengan pusat vasomotor,
impuls dari Cheniorecetor Trigger Zone
(CTZ), hipotalamus, korteks serebri dan
area vestibular. Alat keseimbangan dapat
terangsang akibat proses proses sentral
atau perifer.peranan dari pusat muntah
adalah untuk mengkoordinir semua
komponen kompleks yang terlibat dalam
416
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
proses muntah (Saswita dkk, 2011). Oleh
karna itu di perlukan suatu tindakan
penanganan. Penanganan untuk mual dan
muntah dapat meliputi modifikasi lifestyle,
diet, tetapi farmakologi dan nonfarmaologi.
Modifikasi lifestyle dengan cara menghidari
stress dan istirahat yang cukup. Diet dapat
di lakukan dengan pola makan sedikit
namun sering, seperti mengkonsumsi
makanan kering, dan minuman tidak
bersoda. Tetapi farmakologi dapat dengan
memberi obat antiemetic seperti diclegis,
sedangkan
non
farmakologi
dapat
menggunakan jahe yang juga memiliki efek
antiemetik (Masmurah dan Anggraini,
2015).
Sebagian besar emesis gravidarum
(mual muntah) saat hamil dapat di atasi
dengan berobat berjalan, pemberian
obatpenenang atau anti muntah. Tetapi
sebagian kecil wanita tidak dapat
mengatasi
mual-muntah
yang
berkelanjutan
sehingga
menimbulkan
kekurangan
cairan
dan
ketidak
seimbangan elektrolit. Penurunan kalium
sebagai akibat ketidak seimbangan
elektrolit akan menambah beratnya
muntah, sehingga menyebabkan cairan
tubuh berkurang, darah menjadi kental
(hemokonsentrasi),
melambatkan
peredaran darah yang berarti konsumsi O2
dan makanan kejaringan berkurang.
Melalui muntah dikeluarkan sebagian
cairan lambung serta elektrolit, natrium,
kalium dan kalsium. Komplikasi emesis
gravidarum bisa menyebabkan abortus dan
menghambat pertumbuhan janin Menurut
Nikita, 2011 dalam
Choiriah dan
Trisnasari, 2013.
Fungsi farmakologis jahe salah
satunya adalah antiemetic (anti muntah)
jahe merupakan bahan yang mampu
mengeluarkan gas dari dalam perut, hal ini
akan meredakan perut kembung. Jahe
juga merupakn stimulan aromatik yang
kuat,disamping
dapat
mengendalikan
muntah dengan mengendalikan muntah
dengan meningkatkan gerakan peristaltik
usus sekitar 6 senyawa di dalam jahe telah
terbukti memiliki aktivitas antiemetic anti
muntah yang manjur kerja senyawasenyawa tersebut lebih mengarah pada
dinding lambung dari pada system saraf
pusat (Fitria,2013).
Berdasarkan survei awal yang
dilaksanakan pada tanggal 26 April 2015 di
Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota
Baru,
dengan
melakukan
metode
wawancara kepada 10 orang ibu hamil,
didapatkan 3 orang ibu hamil yang
mengetahui tentang efektifitas jahe untuk
menurunkan
mual-muntah
pada
kehamilan, sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Efektif
Jahe untuk menurunkan Mual muntah
pada kehamilan trimester I di Kelurahan
Suka Karya Kecamatan Kota Baru”
METODE PENELITIAN
Jenis
penelitian
ini
adalah
penelitian yang bersifat analitik dengan
tujuan untuk mengetahui “Efektifitas Jahe
untuk menurunkan Mual-Muntah pada
kehamilan Trisemester I di Kelurahan Suka
Karya Kecamatan Kota Baru.
Populasi dan sampel
Populasi
adalah
keseluruhan
objek penelitian atau objek yang di teliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu hamil yang ada di di Kelurahan
Suka Karya Kecamatan Kota Baru pada
bulan April 2015 berjumlah 10 orang.
Menurut Arikunto (2010), sampel
adalah sebagian atau mewakili populasi
yang diteliti. Ada pun teknik dalam
pengambilan sampel ini adalah dengan
cara Accidental Sampling yaitu mengambil
kasus atau responden ibu yang kebetulan
ada pada saat peneliti melakukan
penelitian di Kelurahan Suka Karya
417
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
Kecamatan Kota Baru pada bulan Juli
tahun 2015.
Pretest
4 100
6,25
Pengukuran indikator setelah
tindakan pemberin wedang jahe di lakukan
4 hari berturut-turut dengan selang waktu
±24 jam dan diambil rata-ratanya.
Postest
4 100
4,25
Skala pengukuran pemberian
wedang jahe pada ibu hamil dapat di ukur
dengan skala sebagai berikut:
1. Dikatakan ringan apabila frekuensi
mual-muntah ibu 1-3x /hari setelah
pemberian wedang jahe selama 4 hari
berturut-turut
dengan
pemberian
2x/hari (kode 1).
2. Dikatan sedang apabila frekuensi
mual-muntah ibu 4-7x /hari setelah
pemberian wedang jahe selama 4 hari
berturut-turut
dengan
pemberian
2x/hari (kode 2).
3. Dikatakan berat apabila frekuensi
mual-muntah ibu 8-10x /hari setelah
pemberian wedang jahe selama 4 hari
berturut-turut
dengan
pemberian
2x/hari (kode 3).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian mengenai efektifitas jahe
untuk menurunkan mual-muntah pada ibu
hamil trimester I di Kelurahan Suka Karya
Kecamatan Kota Baru menunjukan hasil
sebagai berikut.
Tabel 1. Perbedaan Frekuansi Mualmuntah Sebelum dan Sesudah
Diberikan jahe pada ibu Hamil
trimester I di Kelurahan Suka
Karya Kecamatan Kota Baru.
Pemberian
Jahe
Frekuensi
Total
Mual
Ringan S n
%
edang
Berat
Mean
Df
thitung
p-value
0
3
1
1
8,660
3
3 0,003
0
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
bahwa sebelum diberikan wedang jahe
pada ibu hamil (Pretest) mual-muntah
dengan frekuensi <8x /hari, setelah
diberikan wedang jahe (Pretest) mual
muntah menurun frekuensi <5x /hari.
Berdasarkan hasil pried sample TTest menunjukkan nilai yang signifikan pvalue sbesar 0,003. Hal ini berarti p-value
<α (0,05) hal ini menunjukkan bahwa ha
dapat diterima artinya jahe efektif untuk
menurunkan mual muntah pada kehamilan
trimester I di Kelurahan Suka Karya
Kecamatan Kota Baru.
Berdasarkan dari penelitian bahwa
dari 4 responden semuanya diberikan
wedang jahe pada ibu hamil. Menurut
rahmi fitria (2013) fungsi farmakologis jahe
salah satunya adaah antiemetik (antimuntah). Jahe merupakan bahan yang
mampu menegeluarkan gas dari dalam
perut, hal ini akan meredakan perut
kembung. Jahe juga merupakan stimulan
aromatik yang kuat, di samping itu dapat
mengendalikan
muntah
dengan
meningkatkan gerakan peristaltik usus.
Menurut asumsi peneliti, hal ini
terjadi karena ibu-ibu hamil yang menjadi
responden dalam penelitian ini diarahkan
dan diberi penyuluhan oleh peneliti
sehingga ibu hamil yang diberikan wedang
jahe akan merasa nyaman dan aman.
Berdasarkan uji statis paried
samples test menunjukkan hasil bahwa
terdapat efektivitas jahe untuk menurunkan
mual muntah pada kehamilan trimester I di
Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota
Baru.
418
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
Jahe merupakan bahan terapi
yang banyak digunakan bermacam-macam
dalm kehamilan. Bentuk sediaan kadar
yang
digunakan
bermacam-macam
pengguaan jahe sebagai terapi akan
dibahas lebih lanjut setelah berbagai
penjelasan berbagai terapi yangdigunakan
untuk mengurangi mual-muntah dalm
kehamilan (Wiraharja dkk, 2011).
kehamilan trimester I dapat disimpulkan
bahwa jahe efektif untuk menurukan mual
muntah pada kehamilan trimester I di
Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota
Baru
hal
ini
membuktikan
terjadi
penurunan frekuensi mual muntah pada
ibu hamil dan dibuktikan oleh uji statistika
yang menunjukkan p value 0,003 artinya
<α (0,05).
Bagi ibu hamil jahe merupakan
herbal utaa untuk mengatasi morning
sicknes karena kaya zink. Jahe telah
dibuktikan secara klinis dapat meredakan
mual-muntah (Zita west, 2010)
DAFTAR PUSTAKA
Menurut asumsi peneliti tentang
terdapatnya efektip jahe untuk menurunkan
mual-muntah pada trimester I dapat
dirasakan langsung oleh responden yang
diberikan wedang jahe. Hambatan peneliti
yang ditemukan dalam pemberian wedang
jahe pada ibu hamil adalah mengingatkan
ibu supaya wedang jahe yang diberikan
dapat diminum secara rutin, peneliti tidak
dapat ikut serta dalam pemberian wedang
jahe pada malam hari karena peneliti tidak
bisa keluar asrama pada malam hari.
Choiriyah, Trisnasari, 2013. Efektifitas
Komsumsi Ekstrak Jahe Dengan
Frekuensi Mual-muntah Pada Ibu
Hamil. Akses 12 Maret 2015
SIMPULAN
Arikunto,S., 2010. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
cipta, Jakarta.
Nugroho, Taufan., 2011. Buku Ajar Obstetri
Nuha Medika, Yogyakarta.
Sofian,amru.,2012.Sinopsi Obstetri. EGC,
Jakarta.
Wiraharja, Heidy, Rustam, Iskandar. 2011.
Kegunaan Jahe Untuk Mengatasi
Gejala Mual Dalam Kehamilan.
Akses
12
Maret
2015
Penelitian tentang efektivitasi jahe
untuk menurunkan mual muntah pada
419
SCIENTIA JOURNAL
STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 4 No. 04 Maret 2016
Download