EDITORIAL Penasehat : Pengantar Redaksi Ketua STIKes Prima Salam hangat, Pengarah : Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga SCIENTIA JOURNAL STIKes PRIMA JAMBI Vol.4 No.04 Edisi Maret 2016 telah dapat diterbitkan. Penantian yang panjang untuk terkumpulnya naskah ilmiah sebagai materi utama terbitan kita. Untuk itu penelitian ilmiah di lingkup STIKes PRIMA JAMBI harus lebih kita gerakkan sebagai salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kepada penulis yang telah mempercayakan kepada kami untuk menerbitkan karyanya kami mengucapkan terima kasih. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Ketua HAKLI Provinsi Jambi Ketua IAKMI Provinsi Jambi Puket I STIKes Prima Puket II STIKes Prima Puket III STIKes Prima Ketua Program Studi IKM Prima Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Prima Ketua Program Studi D-III Kebidanan Direktur Akademi Keperawatan Prima Sekretaris LPPM STIKes Prima Jambi Untuk edisi kali ini kami sajikan beberapa karya ilmiah dari bidang kebidanan, Bidan pendidik, Keperawatan, dan Kesehatan Masyarakat. Selain itu juga turut menampilkan karya ilmiah dari dosen pengajar dari beberapa sekolah dan akademi kesehatan lain. Akhir kata, maju terus dan selamat berkarya. Mitra Bestari : Semoga Bermanfaat. Penanggung Jawab : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Dr. Pantun Bukit, SE., MSi Dr. Sukarno, M.Pdi dr. I. Nyoman Ehrich Lister, M.Kes, AIFM dr. Adrianto Ghazali, M.Kes Marinawati Ginting, SKM., M.Kes Didik Suryadi, SKM., M.Kes Herlina Harahap, S.Kep., Ns., M.Kes V.A Irmayanti Harahap, SKM., M.Biomed Dody Izhar, SKM, M.Kes Chrismis Novalinda Ginting, S.SiT, M.Kes Erni Girsang, SKM, M.Kes Editor/Editing : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Sakinah Dewi, S.Kep., M.Kes Sondang Selviana Silitonga, S.Kep., Ns., M.Kes Listautin, S.Kep., M.Kes Norliana Karo-Karo, SST Nia Nurziah, SKM Erna Simanjuntak, SKM, M.Kes Ns. Ridarti Sitorus, S.Kep Saut Siagian, S.T Johanes Ginting, SKM K. Klemens, SKM Dewan Redaksi : 1. 2. 3. Pimpinan Redaksi Redaktur Sekretaris Redaksi : Erris Siregar, SKM, M.PH. : Marta Butar-Butar, SKM : Resli Siregar, S.Kep., Ns Alamat Redaksi : Lembaga Penelitian dan Pengadian Kepada Masyarakat Kampus STIKes Prima Gedung D Lt.1 Jl. Raden Wijaya Rt.35 Kebun Kopi Thehok Kecamatan Jambi Selatan Telp/Fax : 0741 – 445963/445964 Email : [email protected] Website : www.stikesprima-jambi.ac.id Salam Sehat, Redaksi Volume 4 | No. 4 | Maret 2016 ISSN 2302 - 9862 SCIENTIA JOURNAL DAFTAR ISI 1. HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015 Lidya Kurniasari........................................................................................................................... 299 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015 Lismawati............................................................................................................................... 305 HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 Nia Nurzia........................................................................................................................................ 310 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL Ade Oktarino.......................................................................................................................... 317 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 Irmayanti Harahap.................................................................................................................................. 323 HUBUNGAN GILIRAN KERJA DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF PADA PERAWAT DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2015 Hamdani................................................................................................................................. 330 EVALUASI KERJA PROGRAM CWSHP DENGAN PENDEKATAN CUMMUNITY LEAD TOTAL SANITATION (CLTS) TERHADAP PENINGKATAN JAMBAN KELUARGA DI DESA PENEGAH KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN Putri Sahara Harahap.............................................................................................................................. 333 HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2015 Marinawati........................................................................................................................................ 338 HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015 Erris Siregar.................................................................................................................................... 343 10. FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015 Rosa Riya................................................................................................................................ 351 11. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ULANG KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS JEMBATAN MAS KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 Margareta Pratiwi…………….................................................................................................................... 366 12. ANALISIS ANCAMAN KEAMANAN PADA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA JAMBI 2015 Saut Siagian................................................................................................................................................ 371 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Volume 4 | No. 4 | Maret 2016 ISSN 2302 - 9862 SCIENTIA JOURNAL 13. GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PENDERITA TB PARU TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2015 Dewi Riastawaty........................................................................................................................... 376 14. HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN INTERNASIONAL PEKANBARU TAHUN 2016 Andriani................................................................................................................................. 383 15. HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA DENGAN KEJADIAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KELAS II B PEKANBARU TAHUN 2015 Dewinny Septalia Dale............................................................................................................................ 391 16. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA Devi Arista…........................................................................................................................... 396 17. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013 Sri Mulyati.................................................................................................................................. 402 18. ANALISIS SPERMATOZOA PADA PRIA INFERTIL DI KLINIK DR. MUHAMMAD YUSUF, SPOG. KFER. D.MAS PEKANBARU PADA TAHUN 2011 Rika Sri Wahyuni................................................................................................................................. 412 19. EFEKTIVITAS JAHE UNTUK MENURUNKAN MUAL MUNTAH PADA KEHAMILAN TRIMESTER I DI KELURAHAN SUKA KARYA KECAMATAN KOTA BARU Subang Aini Nasution, Fitriana Kaban................................................................................................ 416 HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015 HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015 Lidya Kurniasari STIKes Prima Program Studi D IV Kebidanan Korespondensi penulis : [email protected] ABSTRAK Asma merupakan penyakit paru dengan karakteristik obstruksi saluran nafas yang reversible. Obstruksi saluran nafas ini memberikan gejala asma seperti batuk, mengi dan sesak nafas. Penyempitan saluran napas ini dapat terjadi secara bertahap, perlahan-lahan dan bahkan menetap dengan pengobatan tetapi dapat pula terjadi secara mendadak, sehingga menimbulkan kesulitan bernapas akut. Tahun 2014 jumlah pasien penderita asma yang datang ke Puskesmas Olak kemang sebanyak 1392 penderita. Tujuan penelitian untuk mengetahuinya Hubungan Faktor makanan terhadap kejadian kambuh Ulang Asma Pada Penderita Asma Di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi Tahun 2015. Penelitian Deskriptif Analitik ini dengan pendekatan Desain Penelitian Cross Sectional, dan teknik pengambilan sampel adalah dengan teknik Total Sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 95 orang penderita asma yang diambil di Wilayah kerja Puskesmas. Data diperoleh dengan kuesioner di analisis secara Univariat dan Bivariat menggunakan Chi-Square. Berdasarkan Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara Faktor Makanan terhadap kejadian kambuh ulang asma (p-value= 0,014). Yang beresiko terhadap faktor makanan 75 (78,9%) dan yang mengalami kambuh ulang 73 (76,8). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor makanan berpengaruh terhadap kejadian kambuh ulang asma pada penderita asma. Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi seluruh masyarakat Di wilayah kerja Puskesmas Olak Kemang, yaitu untuk mendapatkan informasi tentang faktor yang mempengaruhi kambuh ulang asma. Kata kunci : Asma Bronkial, Faktor Makanan, Kambuh Ulang Asma. RELATIONSHIP DIETARY FACTORS ASSOCIATED WITH RECURRENT ASTHMA IN PUSKESMAS OLAK KEMANG IN JAMBI CITY 2015 ABSTRACT Asthma is lung disease charaeterized by reversible airway obstruction the airway obstruction make a asthma symptoms such as cough, wheezing, and hard to breath. Asthma effects the airway constriction which call with asthma attacks. However, the asthma attacks could be gradually, slowly or severe and happend in suddenly. In 2014 there are 1392 people who come to Puskesmas Olak Kemang in Jambi because of asthma attacks. This research is aim to Find Relationship Dietary Factors Associated with recurrent asthma in Puskesmas Olak Kemang in Jambi city 2015.the method used in this research is Descritive analytic with croos sectional design approach. The sample is taking by using total sampling the simple is 95 people which in taken from patient who get asthma in Puskesmas Olak Kemang in Jambi. Data obtained by filling a questionaire as a collect tool then analysis by univariate and bivariate using chisquare. Based on analysis that shows there is a relationship between dietary factors with recurrent asthma (pvalue=0,014) with dietary risk factors 75(78,9%) and people who have recurrent asthma 73(76,8%). Finally from this research we can get the conclusion that there is a relationship between diestary factors with recurrent asthma in patient with asthma. Hopefully ,this research can give benefit to the people especially the community around Puskesmas Olak Kemang to get information about the factors which can contribute to recurrent asthma. Keywords : Bronchial asthma, dietary factors, relapse again. SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016 299 HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015 PENDAHULUAN Penyakit asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Insidensi, prevalensi dan keparahan asma semuanya meningkat, dengan asma pada usia anak-anak menjadi lebih sering dijumpai, estimasi mengenai hal ini bervariasi karena angka insidennya akan meningkat, tetapi selama lima belas tahun anngka tahunan yang tercatat menunjukkan kasus baru telah meningkat sebanyak 70%. Saat ini asma tercatat sebagai penyakit kronik tersering pada anak-anak, dengan estimasi prevalensi antara 8-14% (Francis, 2008). Asma merupakan penyakit paru dengan karakteristik obstruksi saluran nafas yang reversible. Obstruksi saluran nafas ini memberikan gejala asma seperti batuk, mengi dan sesak nafas. Penyempitan saluran napas ini dapat terjadi secara bertahap, perlahan-lahan dan bahkan menetap dengan pengobatan tetapi dapat pula terjadi secara mendadak, sehingga menimbulkan kesulitan bernapas akut (Sudoyo, 2009). Adapun faktor penyebab asma kekambuhan asma adalah latihan berlebih atau alergi terhadap binatang berbulu, debu, jamur, polusi, asap rokok, infeksi virus, asap, parfum, jenis makanan tertentu ( terutama zat yang ditambahkan kedalam makanan ) dan perubahan cepat suhu ruangan (Astuti, 2010). Kekambuhan penyakit asma bronkial dapat diatasi dengan melakukan pencegahan dengan Penghindaran terhadap makanan-makanan yang mempunyai tingkat alergi tinggi. Orang tua terutama ibu dianjurkan tidak merokok untuk mencegah infeksi saluran napas. Tindakan pencegahan pada anak yang telah terkena, misalnya dengan menghindarkan factor pencetus, alergen makanan, bahan yang dihirup, bahan iritan, infeksi virus/bacterial, hindari latihan fisik berat, perubahan cuaca dan emosi sebagai factor pencetus. Penggunaan obat-obatan untuk mengurangi serangan asma (Fadhli, 2010). Alergi pada makanan tertentu sangat umum pada penderita asma. Sistem pencernaan menyerap partikelpartikel protein penyebab alergi dalam SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI jumlah besar. Namun alergi makanan ini juga umumya akan hilang ketika beranjak dewasa. Bahan makanan yang dapat menyababkan serangan asma seperti susu, gandum, kedelai, telur, kacangkacangan dan ikan. Sehingga perlu dibiasakan membaca label kemasan makanan (Hadibroto, 2006). Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan bila tidak ditangani, dapat timbul penyakit lain seperti : stenosis trakea, karsinoma bronkus, poliarteritis nodosa. Adapun komplikasi asma yaitu Pneumothorak, Pneumodiastinum dan emfisema subkutis, Atelektasis, Aspergilosis bronkopulmoner alergik, Gagal napas, Bronkitis, Fraktur iga. (Sudoyo, 2009). Global Initiative For Asthma (GINA) memperkirakan bahwa hampir 300 juta orang diseluruh dunia menderita asma. Pada sepuluh tahun terakhir, telah terjadi peningkatan tajam insiden asma di afrika selatan dan negara-negara di Eropa Timur,termasuk kawasan Baltik, terutama pada anak dan geriatri. Meskipun demikian, data ini mungkin tidak valid, data yang sudah di standarisasi masih belum ditemukan di banyak negara lainnya di Afrika, Asia dan Amerika selatan serta beberapa data di beberapa negara barat mungkin sudah lama. Selain itu, juga ada data yang memberi kesan bahwa apabila suatu negara pola hidupnya semakin mengikut budaya barat, maka insidensi asma akan meningkat, data ini akan membuat para peneliti membuat hipotesi bahwa prevalensi asma dapat meningkat secara global dengan penambahan 100 juta orang yang di diagnosis asma pada tahun 2025 ( Clark, 2013). Di seluruh dunia, terjadi 180.000 kematian akibat asma setiap tahunnya. WHO melaporkan sebagian besar kematian akibat asma terjadi di negara dengan pendapatan rendah dan rendahmenengah. Angka kematian asma di seluruh dunia mengalami kenaikan sejak tahun 1980an (Clark, 2013 ). Menurut data studi Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007 di berbagai propinsi di Indonesia, asma menduduki urutan kelima dari sepuluh penyebab kesakitan (morbiditas) Vol. 4 No. 04 Maret 2016 300 HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015 bersama-sama dengan Odem paru, bronkopneumononia, bronkitis kronik, emfisema, Asma. Bronkitis kronik, dan emfisema sebagai penyebab kematian (mortalitas) keempat di Indonesia atau sebesar 5,6%. Lalu, dilaporkan prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13 per 1.000 penduduk. Sedangkan Penelitian multisenter di beberapa pusat pendidikan di Indonesia mengenai prevalensi asma pada anak usia 13-14 tahun menghasilkan angka prevalensi di Palembang 7,4%; di Jakarta 5,7%; dan di Bandung 6,7% ( Depkes RI, 2007 ). penyakit yang disebabkan oleh tubuh adalah Gen yang ada di tubuh kita. Gen ini menunjukkan sifat bawaan seseorang. Artinya, penyakit yang ada di tubuhnya, ada dengan sendirinya karena bawaan. Maksud dari bawaan tersebut adalah penyakit asma yang diderita seseorang, ia bawa dari orangtuanya. Ini berarti menunjukkan bahwa penyebab penyakit asma dari dalam tubuh merupakan keturunan atau penyakit bawaan. Memang sudah banyak kasus terjadi dimana seorang anak lahir dengan membawa penyakit asma dari salah satu orangtuanya.Untuk itu, perlu bagi semua orangtua untuk memperhatikan penyakitpenyakit apa saja yang ada pada dirinya. Kemudian berusaha sebisa mungkin untuk menyembuhkannya (Mario, 2015 ). Prevalensi penyakit alergi semakin meningkat. Manifestasi pertama dan tersering dari Atopic march adalah DA, yang bila tidak diatasi secara tepat akan berlanjut menjadi rinitis alergika atau asma sebesar 80%. Dermatitis atopik umumnya berhubungan dengan reaksi alergi yang diperantarai immunoglobulin E (IgE) terutama alergi makanan, namun masih banyak perdebatan mengenai hal ini. Prevalensi alergi makanan pada pasien DA berkisar antara 33%-63% (Pediantri, 2011). Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi pada bulan Mei Tahun 2015 kasus lama asma bronkial 95 kasus dan baru 34 kasus. Berdasarkan dari fenomena diatas penulis tertarik meneliti tentang “Hubungan Faktor makanan terhadap kejadian Kambuh Ulang Asma Pada SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Penderita Asma di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015”. Tujuan dari penelitian ini untuk diketahuinya Hubungan Faktor makanan Terhadap Kejadian Kambuh Ulang Asma di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015 . METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif Analitik dengan menggunakan metode cross sectional untuk mengetahui Hubungan Faktor makanan terhadap kejadian Kambuh Ulang Asma pada penderita asma di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015. Populasi penelitian ini yaitu seluruh penderita asma bronkial sebanyak 95 orang dengan teknik pengambilan Total sampling sebanyak 95 orang. Penelitian ini dilakukan Tanggal 12 - 15 di Wilayah kerja Puskesmas Olak kemang Kota Jambi dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2015. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Selanjutnya dianalisis secara univariat dan bivariat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan studi cross sectional. Pendekatan ini bersifat sesaat pada waktu tertentu dan tidak diikuti secara terus menerus dalam kurun waktu tertentu. ( notoatmodjo, 2010) Vol. 4 No. 04 Maret 2016 301 HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karateristik Responden Penderita Asma DiWilayah Kerja Puskesma Olak Kemang Kota Jambi Tahun 2015 Grafik 2. Distribusi Frekuensi Responden Penderita Asma Berdasarkan Konsumsi Makanan Di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015 Karateristik responden Laki-laki Jumlah 90.00% 49 orang 80.00% Perempuan 46 orang 70.00% Umur 15- 75 tahun 60.00% 50.00% Berdasarkan tabel diatas karateristik Responden 95 Responden Penderita Asma Di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi, jenis kelamin lakilaki sebanyak 49 orang dan perempuan sebanyak 46 orang dan Umur dari Usia 15 – 75 Tahun responden yang diteliti. Analisis Univariat Gambaran antara faktor makanan dengan kambuh ulang asma pada penderita asma Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden 95 orang tentang pertanyaan faktor makanan terbagi menjadi 2 kategori, yaitu tidak beresiko dan beresiko, untuk melihat distribusi responden berdasarkan faktor makanan dapat dilihat pada tabel berikut : 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% beresiko tidak beresiko Berdasarkan grafik diatas dari responden penderita Asma yang mengkonsumsi susu kaleng 56 (58,9%) responden yang beresiko susu kaleng, yang tidak beresiko susu kaleng 39 (41,1%) responden. Responden yang beresiko makanan laut 73 (76,8%) responden, 22 (23,2%) responden tidak beresiko dengan makanan laut. Responden yang beresiko minuman soda 64 (67,4%) responden, 31 (32,6%) responden tidak beresiko oleh minuman bersoda. Responden yang beresiko mengkonsumsi telor 66 (69,5%) responden, 29 (30,5%) responden tidak beresiko mengkonsumsi telor. Responden yang beresiko dengan kacang-kacangan 81 (85,3%) responden, 14 (14,7%) responden yang tidak beresiko dengan SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016 302 HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015 kacang-kacangan. Responden yang beresiko dengan makanan kemasan(instan) 62 (65,3%) responden, responden yang tidak beresiko kacangkacangan yaitu 33 (34,7%) responden. Gambaran kambuh ulang asma pada penderita asma di wilayah kerja puskemas Olak kemang tahun 2015 Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 95 responden tentang pertanyaan kambuh ulang terbagi menjadi 2 kategori yaitu kambuh asma dengan tidak kambuh. Untuk melihat distribusi responden berdasarkan pertanyaan dapat dilihat pada tabel berikut : Grafik .3 Distribusi frekuensi Kambuh Ulang Asma Pada Penderita Asma di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang tahun 2015 100.00% 76.80% 50.00% 0.00% 23.20% kambuh tidak kambuh Berdasarkan grafik diatas diketahui dari 95 responden 73 (76,4%) responden mengalami kambuh ulang asma bronkial sedangkan 22 (23,2%) responden tidak mengalami kambuh ulang asma bronkial. Analisis Bivariat Hubungan antara faktor makanan terhadap kejadian kambuh ulang asma pada penderita asma Hasil analisis Hubungan antara faktor makanan terhadap kejadian kambuh ulang asma pada penderita asma dapat dilihat pada tabel berikut : SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Tabel 2 Hubungan antara faktor makanan terhadap kejadian kambuh ulang asma pada penderita asma di wilayah kerja puskesmas Olak Kemang tahun 2015 (n: 95) Faktor makanan Asma bronchial Kambuh Tidak kambuh Jumlah ml ml ml PValu e Beresiko Tidak beresiko Jumlah 3 0,7 0 00,0 3 6,8 2 2 9,3 3,2 5 00 0 00 5 00 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil analisis Hubungan antara faktor makanan terhadap kejadian kambuh ulang asma pada penderita asma diperoleh hasil uji statistik nilai P value= 0,014, maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik pada p-value <0,05 ada hubungan yang signifikan antara faktor makanan dengan kejadian kambuh ulang asma pada penderita asma. Upaya untuk mencegah menyebab kambuh ulang asma adalah memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan pada penderita asma agar menghindari faktor makanan yang menyebabkan kambuh ulang asma dengan memberikan brosur, pamflet ataupun penyuluhan terhadap faktor makanan. Faktor lain yang menyebabkan kambuh ulang asma Menurut Hadibroto (2006), adalah sebagai berikut;Perubahan cuaca dan suhu udara; Penderita asma tidak bisa menghindari perubahan cuaca atau suhu udara menjadi dingin secara mendadak, termasuk ruangan ber AC yang disetel sangat dingin; Polusi udara polusi udara bisa berasal dari asap pabrik, bengkel, pembakaran sisa atau sampah industry;Asap rokok adalah alergen yang kuat. Asap tangan kedua telah terbukti sangat memici timbulnya gejala asma; Infeksi saluran pernapas Kadang-kadang infeksi bisa menjadi pemicu asma. Infeksi sinusi adalah salah satunya; Stress dan kecemasan dapat memicu terjadinya serangan asma; Olahraga yang berlebihan; Penderita asma tidak harus terhambat dalam kegiatan olehraga selama problemnya dapat diatasi; Alergen Vol. 4 No. 04 Maret 2016 303 ,014 HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN TERHADAP KEJADIAN KAMBUH ULANG ASMA PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2015 yang dihirup sekitar 75-80% penderita asma golongan muda adalah karena alergi terhadap inhalan ini. Fadhli, Faktor makanan (Bahan makanan) Zat yang menimbulkan reaksi alergi dinamakan alergen, yang dapat masuk kedalam tubuh melalui makanan dan minuman, hirupan, suntikan, atau tempelan. Contoh alergen yang berupa makanan yaitu susu, telur, kacangkacangan, coklat, dan ikan laut. Menurut asumsi peneliti, bahwa responden yang mempunyai asma bronkial yang beresiko terhadap faktor makanan memiliki resiko besar terhadap kejadian kambuh ulang asma, dibandingkan dengan responden yang tidak beresiko terhadap faktor makanan. Apa bila salah satu respoden beresiko terhadap faktor makanan akan berakibat lebih berbahaya asma yang kambuh ulang akan semakin parah dan semakin mengalami kambuh yang berulang. Hadibroto, Iwan. (2006). Asma. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Aulia. (2010). Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Anggrek. francis (2008). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Rineka cipta Sudoyo., (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Jakarta:Interna publishing Mario, (2015). Ilmu penyakit Jakarta : rineka cipta dalam. Notoatmodjo (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : rikena cipta. Pediantri, (2011) diagnosisi dan tatalaksana asma bronkial. Yogyakarta : EGC SIMPULAN Sebagian besar responden penderita asma bronkial yang beresiko terhadap Faktor Makanan sebanyak 75 (78,9%) responden penderita asma bronkial di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015; Sebagian besar responden yang mengalami kambuh ulang asma sebanyak 73 (76,8%) responden penderita asma bronkial di Wilayah Puskesmas Olak Kemang kota Jambi tahun 2015; Adanya hubungan yang bermakna antara Faktor Makanan terhadap kejadian kambuh ulang Asma padapenderita asma di wilayah kerja puskesmas olak Kemang (pvalue=0,014). DAFTAR PUSTAKA Astuti. (2010). Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Nuha Medika Clark, Margaret Varnell (2013). Asma . Jakarta : EGC. Depkes RI (2007). PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT ASMA http://binfar.kemkes.go.id/v2/wpc ontent/uploads/2014/02/PC_ASM A.pdf diakses 23 juni 2015 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016 304 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015 DESERIPTION MOTHER’S KNOWLEDGE AND FAMILY SUPPORT TO ACHIEVE OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN INFANTS AGED 6-12 MONTHS IN PUSKESMAS KONI IN JAMBI CITY 2015 Lismawati STIKEs Prima Program Studi DIV Kebidanan Korespondesi Penulis :[email protected] ABSTRAK Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, menunjukkan pemberian ASI di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Persentase bayi yang menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. ASI eksklusif diberikan pada bayi dari usia 0-6 bulan, namun pemberian ASI pun tetap boleh diberikan sampai usia 1 tahun, tetapi pemberian ASI tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan oleh para ibu. Hal ini disebabkan kesadaran dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah. Padahal tidak ada yang bisa menandingi kualitas ASI bahkan susu formula sekalipun Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Koni Kota Jambi. Waktu penelitian telah dilakukan pada tanggal 29 Juni s/d 2 Juli tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan sebanyak 162 orang dan jumlah sampel sebanyak 32 orang. Sampel diambil secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dengan cara pengisian kuesioner. Analisis dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan pencapaian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi dengan nilai p value 0,004. Adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan pencapaian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi nilai p value 0,021. Diharapkan petugas kesehatan khususnya bidan untuk terus melakukan promosi dan poster dalam memberikan penyuluhan tentang pencapaian ASI eksklusif menjelaskan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti agar responden dapat memahami dengan baik dan mengajak keluarga untuk berperan aktif dalam memberikan informasi dan membantu ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Petugas kesehatan melakukan melakukan seminar serta diskusi dalam membahas pencapaian ASI eksklusif bersama ibu yang memiliki bayi dan keluarganya. Kata Kunci : Pengetahuan, Dukungan Keluarga, Pemberian ASI ABSTRACT Based on health rescarch data base (rikesdas) in 2010, showed that breast feeding in indonesia not good eneigh or not as expeeted the percentage of brlast feeding babies only 15,3%.exclusive breastfeeding shruld be done for babies since 0-6 month old for minimum age but may also be given until the babies get 1 years old or more, despite of that not all the mothers want to give brlast feeding to their boby. This problem due to lack of awarenessabout the importance of breast, feeding, whereas the quality of breast milk is much better than baby formula. The method used in this reseach is analytie with cros seection approach. This research conducted in puskesmas koni in jambi city 2015, in 29 of june thru 2 of july 2015. Population in this research are 162 people and they are all the mothers who have babies with age 6-12 month and the sample are 23 people. The sample is taking by using purposive sampling. Data obtained by filling a questionaire as a colleet tool. The analysis of the research are using univariate and bivariate As the result ahows there is conneetion between mother’s lenowledge to achieve of exclusive breastfeeding in infant aged 0-6 months with p-value 0,004.and there is also the connection between family support to achieve of exclusive breastfeeding in infants aged 0-6 month in puskesmas koni of jambi city 2015 Therefore we suqqest to all health workers specially midwifes to provide information and coinseling about the inportance of breast feeding for their babies by using understandable languange and also help and motvated them to do it. Moreover,it might help to by making seminars or discussions in small group of family who have children uder 1 years old Keywords : Knowledge, family role, to achieve of exclusive breastfeeding in infants aged 6-12 months SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016 305 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015 PENDAHULUAN Air Susu Ibu (ASI) merupakan jenis makanan awal terbaik bagi bayi. Jika ibu memutuskan memberikan ASI pada bayi sungguh hal tersebut sangat tepat, karena ternyata seluruh fungsi zat gizi yang dibutuhkan bayi sudah terdapat pada ASI. Segala zat gizi terkandung dalam komposisi yang tepat. Selain itu, kualitasnya pun tidak tertandingi oleh susu formula mana pun (Eveline dan Djamaludin, 2010). Pada puncak peringatan pekan ASI sedunia, bahwa kesadaran masyarakat memberikan ASI kepada bayinya menunjukkan grafik yang meningkat. Sepanjang tahun 2004-2008 cakupan pemberian ASI eksklusif meningkat dari 59.9% menjadi 62.2%. namun setelah itu grafik tidak mengalami peningkatan bahkan cenderung mengalami penurunan (Maryunani, 2012) Pemberian ASI sejak lahir akan menjamin seorang bayi berkembang menjadi anak yang cerdas, karena kandungan asam lemak omega 3 dan omega 6 yang terkandung di dalam ASI sangat berperan dalam penyusunan sel-sel otak. Namun pada kenyataannya rasio jumlah ibu yang tidak dapat menyusui bayinya dibandingkan dengan yang dapat menyusui sangat kecil, artinya hampir semua ibu dapat menyusui bayinya dengan baik. Walaupun begitu dukungan dari seluruh anggota keluarga sangat diperlukan agar ibu dapat menyusui bayinya secara penuh (Khomson, 2008). Kendala yang sering menjadi alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif, yaitu produksi ASI kurang, ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi), bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air gula/dekstrosa, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran), kelainan ibu: puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak, engorgement, mastitis dan abses, ibu hamil lagi padahal masih menyusui, dan ibu bekerja (Partiwi, 2009). Oleh sebab itu, ibu sangat dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayi secara eksklusif selama 6 bulan pertama. ASI terbukti memiliki bakteri yang SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI menguntungkan dan zat-zat yang dibutuhkan oleh bayi untuk membentuk mikroflora usus yang penting untuk sistem daya tahan tubuh bayi. Bayi yang disusui eksklusif selama 6 bulan memiliki daya perlindungan yang lebih tinggi terhadap penyakit infeksi dibandingan bayi dengan ASI eksklusif selama 6 bulan (Mulyani, 2013). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dan dukungan keluarga terhadap pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi tahun 2015. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Koni Kota Jambi. Waktu penelitian telah dilakukan pada tanggal 29 Juni s/d 2 Juli tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 162 orang dan jumlah sampel sebanyak 32 orang. Sampel diambil secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan peneliti saat melakukan penelitian. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah ibu memiliki bayi usia 6-12 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Koni Kota Jambi pada saat penelitian, bisa membaca dan menulis serta dapat diajak berkomunikasi dan kooperatif. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dengan cara pengisian kuesioner. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat yaitu menyederhanakan data dalam bentuk frekuensi tabel ataupun diagram dan menghubungkan antara variabel independen dan variabel dependen. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengetahuan responden tentang pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 612 bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi ada 3 kategori yaitu pengetahuan baik, cukup dan kurang baik. Kategori pengetahuan baik diperoleh jika cut of point ≥ 76% total skor atau responden dapat menjawab pertanyaan tentang pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 612 bulan dengan benar sebanyak 8-10 pertanyaan, dikategorikan pengetahuan Vol. 4 No. 04 Maret 2016 306 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015 cukup bila cut of point 56-75% total skor atau menjawab pertanyaan tentang pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 612 bulan dengan benar 6-7 pertanyaan dan dikategorikan pengetahuan kurang baik bila cut of point < 56% total skor atau menjawab pertanyaan tentang pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan dengan benar < 6 pertanyaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut : Diagram 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Tentang Pencapaian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi Tahun 2015 Sumber : Data primer terolah tahun 2015 Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 32 responden yang telah diteliti mengenai pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi, terdapat sebanyak 7 responden (21,9%) memiliki pengetahuan baik, sebanyak 15 responden (46,9%) memiliki pengetahuan cukup dan sebanyak 10 responden (31,3%) memiliki pengetahuan kurang baik tentang pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 612 bulan. Hal ini berarti rendahnya pengetahuan responden dikarenakan oleh kurangnya sumber informasi dan pengalaman diri sendiri dan orang lain. Responden pada umumnya belum tahu dan belum memahami dengan baik tentang pencapaian ASI Eksklusif. Hal ini dikarenakan oleh kurangnya informasi yang diperoleh tentang pencapaian ASI Eksklusif dikarenakan kurangnya petugas kesehatan yang memberikan penyuluhan ataupun kesadaran dan minat yang masih rendah untuk mencari tambahan informasi SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI dalam rangka meningkatkan pengetahuannya. Penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian Sartika (2012) mengenai hubungan pengetahuan dan motivasi ibu tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Rumbai Bukit, menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 06 bulan dengan p-value 0.014. Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan responden tentang pencapaian ASI Eksklusif adalah dilakukannya pendidikan kesehatan mengenai pencapaian ASI Eksklusif, menjelaskan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti agar responden dapat memahami dengan baik dan juga dengan cara memberikan leaflet, brosur, dan kegiatan promotif lainnya seperti melakukan diskusi bersama responden. Selain itu diharapkan responden untuk aktif mencari informasi tentang pencapaian ASI Eksklusif agar menambah pengetahuan responden yang kurang baik. Jika hanya pasif saja, maka akan berdampak kurang baik pada tingkat pengetahuan mereka. Bagi responden yang telah mempunyai pengetahuan yang baik, harus selalu dipertahankan dan diingat informasi yang telah diberikan Sebelumnya, agar responden memahami dengan baik tentang permasalahan pencapaian ASI Eksklusif. Hasil penelitian berdasarkan dukungan keluarga terhadap pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi ada 2 kategori yaitu dukungan keluarga baik dan kurang baik. Kategori dukungan keluarga baik diperoleh bila cut of point ≥ mean dan dikategorikan dukungan keluarga kurang baik bila cut of point < mean. Hasil nilai mean adalah 7,09. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut: Vol. 4 No. 04 Maret 2016 307 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015 Diagram .2 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga Terhadap Pencapaian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi Tahun 2015 40.6 % Hal ini dikarenakan keluarga belum memahami dengan baik tentang pencapaian ASI Eksklusif dan belum pernah diberikan penyuluhan kesehatan oleh petugas kesehatan mengenai pencapaian ASI Eksklusif. Padahal dengan adanya dukungan keluarga, maka responden dapat rutin memberikan ASI secara eksklusif. Jika hanya sasaran pada responden saja yang selalu diberi informasi, sementara keluarga kurang pembinaan dan pendekatan, keluarga kadang kurang mendukung dalam memberikan ASI eksklusif karena faktor ketidaktahuan dan tidak ada komunikasi untuk saling memberikan pengetahuan.. Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan dukungan keluarga mengenai pencapaian ASI Eksklusif yaitu dengan diberikan pendidikan kesehatan berkaitan dengan motivasi dari intrinsik dan ekstrinsik dalam pencapaian ASI Eksklusif dengan cara memberikan pengetahuan dan menanamkan nilai-nilai serta persepsi positif. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan leaflet dan informasi seperti spanduk dalam upaya memberikan pengetahuan secara luas agar terbentuk sikap yang positif dan memotivasi keluarga untuk membantu responden dalam pencapaian ASI Eksklusif. Hasil analisis hubungan dukungan keluarga dengan pencapaian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut : 59.4 % Kurang Baik Baik Sumber : Data primer terolah tahun 2015 Hasil analisis, dari 32 responden yang telah diteliti mengenai dukungan keluarga terhadap pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi, yaitu sebanyak 13 responden (40,6%) memiliki dukungan keluarga baik dan sebanyak 19 responden (59,4%) memiliki dukungan keluarga kurang baik. Penelitian yang telah dilakukan sejalan dengan penelitian Indira (2010) mengenai hubungan pengetahuan ibu dan peran keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Mergangsan Kota Jawa Barat tahun 2010, menunjukkan bahwa adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif dengan p-value 0.009. Tabel .1 Analisa Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pencapaian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi Tahun 2015 Dukunga n Keluarga ASI Eksklusif Tidak Terca Tercapai pai Total Pvalue % Kurang Baik 6 4,2 5,8 9 00 6 Baik 8,5 1,5 0,0 21 3 00 Total 1 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI 5,6 1 4,4 Vol. 4 No. 04 Maret 2016 2 00 308 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS KONI KOTA JAMBI TAHUN 2015 Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value 0,021 (p<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pencapaian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Koni Kota Jambi. Khomson, Ali, 2008. 50 Menu Sehat Untuk Tumbuh Kembang Anak Usia 6-24 Bulan. Penerbit Agro Media. Jakarta. Maryunani, Anik, 2012. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Penerbit Trans Info Media. Jakarta. Maryunani, Anik, 2012. Inisiasi Menyusu Dini, ASI Ekslusif dan Manajemen Laktasi. Penerbit CV. Trans Info Media. Jakarta. Mulyani, Nina Siti, 2013. ASI dan Pedoman Ibu Menyusui. Penerbit Nuha Medika. Yogyakarta. SIMPULAN Dari 32 responden Sebagian besar pengetahuan responden terdapat pengetahuan baik 7 ( 21, 9% ) mempunyai pengetahuan cukup 15 (46, 9% ) mempunyai pengetahuan kurang baik 10 ( 31, 3) tentang pencapaian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan; dari 32 responden sebagian besar dukungan keluarga baik 13(40,6%), dukungan keluarga kurang 19(59,4%) tentang pencapaian ASI Ekslusif pada bayi usia 612 bulan; Adanya hubungan antara pengetahuan dan dukungan keluarga ibu dengan pencapaian ASI Eksklusif Pada bayi 6-12 bulan; Partiwi, Ayu Nyoman & Jeanne Purnawati, 2009. Kendala Pemberian ASI eksklusif. Dalam http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp? q=201057102916 (diakses tanggal 07 Februari 2015) Sutomo & Anggraini, D, 2010. Makanan Sehat Pendamping ASI. Penerbit Demedia Pustaka. Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Eveline & Djamaludin, 2010. Panduan Pintar Merawat Bayi dan Balita. Penerbit Wahyu Media. Jakarta. Widjaja, 2010. Gizi tepat Untuk Perkembangan Otak dan Kesehatan Balita. Penerbit Kawan Pustaka. Jakarta. SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016 309 HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 Nia Nurzia STIKes Prima Jambi Program Studi D III Kebidanan Korespondensi penulis : [email protected] ABSTRAK Menurut Survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) Survey yang dilakukan pada tahun 2007, angka kematian ibu AKI di Indonesia sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, Angka kematian ibu di provinsi Lampung pada tahun 2006 tercatat 134 kasus per 100.000 kelahiran hidup dengan komplikasi obstetric, sedangkan di kota Metro tercatat 38 orang per 2.768 kelahiran hidup, dimana penyebab kematian tersebut adalah perdarahan antepartum yaitu plasenta previa. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan retrospektif untuk mengetahui hubungan usia dan paritas ibu dengan kejadian plasenta previa diruang kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2015. Desain penelitian case control. Populasinya adalah seluruh ibu hamil yang mengalami plasenta previa, Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. dengan perbandingan 1:1 Penelitian ini menggunakan analisa data secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian didapat usia beresiko (69,7%) dan yang tidak beresiko (30,3%). Sedangkan pada paritas yang beresiko (73,7%). dan paritas tidak beresiko (26,3%). Berdasarkan hasil analisis dengan uji chi-square usia memiliki hubungan terhadap kejadian plasenta previa dengan p-value 0,000 dengan memilki nilai (OR) 11,167 ibu yang mempunyai usia beresiko memilki peluang yang bermakna yaitu 11,167 kali untuk mengalami Plasenta Previa dan ada hubungan paritas dengan kejadian plasenta previa dengan p-value 0,000 dengan nilai (OR) 4,800 ibu yang mempunyai paritas beresiko memiliki peluang yang bermakna yaitu 4,800 Kali untuk mengalami plasenta previa. Perlu adanya peningkatan kesehatan khususnya dalam pemberian pelayanan di RSUD Raden Mattaher Jambi dalam penanganan kejadian plasenta previa dengan optimal serta dapat mendeteksi faktor resiko dan pencegahan terhadap kejadian plasenta previa. Kata kunci : Plasenta Previa, Usia, Paritas. ABSTRACT According to Survey Demografi and kesehatan Indonesia (SDKI) based on a Survey condocted in 2007, mothers mortality rate in indonsia amounted to 228/100.000 life births. Mothers mortality rate in lampung in 2006 was note up to 134 cases per 100.000 lif births with obstetric complications, whereas in Metro City there were 38 people of 2.768 life births, wich causes by antepartum haemorrhage, that is Plasnta Prvia. This mthod of this research is analitycal rescarch with retrospective approach to find out the relation of monther’s age and parity with plasenta previa case in obstetrics ward of RSUD Raden Mattaher in Jambi 2015. Design of this research is case control. Population of this rearch are the entire of pregnant who got Plasenta Previa, and sampling was dohe by total sampling, with ratio 1:1 data were analyzed using univariate and bivariate. From the result of this research w got risky age (69,7%) and age were not at risk (30,3%). Whereas risky parity (73,7%) and parity werenot at risk (26,3%). Based on result of Chi-square test, age has a connection between parity and Plasenta Previa cas with P-valu 0,000 with OR value were obcaind at 4,800, which means mothers with risky parity 4,800 time likely to get Plasenta Previa. RSUD Raden Mattaher Jambi has to improve their ability in handling Plasenta Previa case optimally, and also to detecting risk factors and prevention of Plasenta Previa case. Keywords : Plasenta Previa (Age and Parity). SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016 310 HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 PENDAHULUAN Menurut Survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) Survey yang dilakukan pada tahun 2007, angka kematian ibu AKI di Indonesia sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, meskipun demikian angka tersebut masih terhitung tertinggi di Negara bagian asia. Sementara target yang telah diteteapkan oleh rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) ada sebesar 226/100.000 kelahiran hidup (Diakses selasa 07 April 2015. Safitri, 2013). Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Provinsi jambi Tahun 2014, AKI di provinsi jambi pada tahun 2010 adalah 228/100.000 KH. Dimana penyebab terbesar AKI di provinsi jambi pada tahun 2013 adalah 40% disebabkan oleh perdarahan. Sedangkan pada tahun 2014 penyebab kematian ibu di provinsi jambi adalah 34% disebabkan perdarahan. Penyebab langsung kematian ibu terkait kehamilan dan persalinan terutama adalah perdarahan. Pada sebuah laporan oleh chikaki, dkk disebutkan perdarahan obstetric yang sampai menyebabkan kematian maternal terdiri atas solusio plasenta 19%, koagulopati 14%, robekan jalan lahir termasuk rupture uteri 16%, plasenta previa 7% dan plasenta akreta atau inkreta dan perkreta 6% dan atonia uteri (Prawirohardjo, 2008). Perdarahan antepartum yang bersumber pada kelainan plasenta dan tidak terlampau sulit untuk menentukannya adalah plasenta previa. Plasenta previa ditemukan kira-kira dengan frekuensi 0,3 – 0,6% dari seluruh persalinan. Kejadian plasenta previa meningkat dikarenakan kehamilan dengan umur dan paritas ibu yang berisiko. Umur yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun jika dilihat dari paritasnya, yang paling aman untuk kehamilan dan paritas 2-3, sedangakan paritas 1 atau paritas lebih dari 3 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI mempunyai angka kematian ibu yang lebih tinggi. Karena hal ini pada usia yang kurang dari 20 tahun rahim belum sempurna terutama pada lapisan endometriumnya, dan pada usia diatas 35 tahun keadaan rahim (endometrium) sudah mulai kurang subur. Dan pada paritas 1 ibu biasanya masih takut dan cemas dalam menghadapi kehamilan dan persalinan, sedangkan pada paritas tinggi akan membuat uterus menjadi teggang, sehingga dapat menyebabkan kelainan letak janin dan plasenta previa yang akhirnya akan berpengaruh bentuk, pada proses persalinan (Prawirohardjo, 2008). Rumah Sakit Raden Mattaher (RSUD) merupakan Rumah sakit Rujukan di provinsi jambi, dan dari hasil Survey awal yang peneliti lakukan pada tahun 2013 angka kejadian plasenta previa di ruang kebidanan sebanyak 71 orang, sedangkan pada tahun 2014 kejadian plasenta previa mengalami peningkatan menjadi 76 orang dalam setahun. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui hubungan usia dan paritas ibu dengan kejadian plasenta previa di ruang kebidanan RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun 2015. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik mengunakan desain case control dengan pendekatan retrospektif. Penelitian ini dilakukan di Ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2014. Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 13 juli – 03 agustus 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mengalami plasenta previa yang berjumlah 76 ibu. Sedangkan sampel penelitian ini diambil dengan metode total sampling dengan perbandingan 1 : 1 yaitu 76 ibu (yang mengalami plasenta previa) dan 76 ibu (yang tidak mengalami plasenta previa. Penelitian ini menggunakan analisa data secara univariat dan bivariat (Arikunto, 2010). Vol. 4 No. 04 Maret 2016 311 HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Distribusi responden Berdasarkan Usia Ibu dengan Kejadian Plasenta Previa Dan tidak Plasenta Previa Diruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2015 Usia Kejadian plasenta previa Kasus Plasenta Previa % Berisiko <20 dan >35 69,7 tahun 3 Tidak Berisiko 20-30 30,3 tahun 3 Jumlah 100 6 Kontrol Tidak Plasenta Previa N 13 % 17,1 n 66 3,4 63 82,9 86 6,6 76 100 152 00 Berdasarkan tabel 1 dalam kelompok kasus menunjukan bahwa dari 76 ibu terdapat 53 ibu (69,7%) dengan usia beresiko <20 tahun dan >35 tahun dan 23 ibu (30,3%) dengan usia tidak beresiko 20 tahun – 35 tahun yang mengalami plasenta previa. Sedangkan pada kelompok kontrol menunjukan bahwa dari 76 ibu terdapat 13 ibu (17,1%) dengan usia beresiko dan 63 ibu (82,9%) dengan usia tidak beresiko yang tidak mengalami plasenta previa. Dari jumlah keseluruhan kelompok kasus dan kelompok kontrol menunjukan bahwa dari 152 ibu yang mengalami plasenta previa dan tidak mengalami plasenta previa di ruang kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi terdapat 66 ibu (43,4%) dengan usia beresiko dan 84 ibu (56,6%) dengan usia tidak beresiko. Hasil penelitian diatas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dian Rosiana Aryanti di RSUD Sragen Tahun 2008 Menunjukkan bahwa dari sampel yang diteliti usia ibu hamil > 35 tahun lebih banyak mengalami plasenta previa dibandingkan usia ibu hamil 20-35 tahun. Dari 22 kasus plasenta previa terjadi 15 kasus (68,2%) terjadi pada ibu hamil dengan usia < 35 tahun dan 7 Kasus (31,8%) terjadi pada usia ibu hamil 20-35 tahun. Bahwa usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun karena kematian ibu pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Total tahun. Hal ini dikarenakan pada wanita usia kurang dari 20 tahun seringkali secara emosional dan fisik belum matang. Pendidikan pada umumnya rendah masih tergantung pada orang lain dan otot reproduksi belum matur sehingga tidak memiliki system transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Sedangkan pada wanita yang usia lebih dari 35 tahun meskipun mereka lebih berpengalaman tetapi kondisi badannnya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra uteri (Prawirohardjo, 2006). Begitu juga menurut statistik bahwa usia yang paling menguntungkan bagi wanita untuk hamil adalah antar dua puluh lima tahun, karena masalah yang muncul lebih sedikit dibanding jika wanita hamil di usia belasan lebih dari tiga puluh lima atau empat puluh. Hal ini dikarenakan jika hamil pada usia belasan tahun remaja masih dalam masa pertumbuhan dan mempunyai kebutuhan yang lebih besar untuk sebagian nutrisi. Sehingga perlu makan dengan baik sewaktu hamil untuk mempertahankan pertumbuhan diri dan makanan untuk janin. Sedangkan wanita yang hamil diatas usia tiga puluh lima tahun menghadapi resiko yang lebih besar untuk mengalami masalah medis seperti tekanan darah tinggi, diabetes gestasional, masalah pada pertumbuhan janin atau Vol. 4 No. 04 Maret 2016 312 HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 kelainan keturunan, masalah plasenta dan komplikasi persalinan. Hal ini di karenakan makin lama hidup seorang wanita, makin besar kemungkinan ia terpajan praktikpraktik kesehatan yang kurang baik. Selain itu gaya hidup atau pekerjaan yang menimbulkan stress yang umumnya dialami pada wanita usia beresiko, sehingga dapat meningkatkan komplikasi kehamilan Tabel 2 Distribusi responden Berdasarkan Usia Ibu dengan Kejadian Plasenta Previa Dan tidak Plasenta Previa Diruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2015 Paritas Kejadian plasenta previa Kasus Plasenta Previa n Beresiko 1 dan 56 >3 Tidak beresiko 2 20 dan 3 Jumlah 76 Berdasarkan % Kontrol Tidak Plasenta Previa N % n % 73,7 28 36,6 84 55,3 26,3 48 63,2 68 44,7 100 76 100 152 100 tabel 2 dalam kelompok kasus menunjukan bahwa dari 76 ibu terdapat 56 ibu (73,7%) dengan paritas beresiko 1 atau >3 dan 20 ibu (26,3%) dengan paritas tidak beresiko 2 dan 3 yang mengalami plasenta previa. Sedangkan pada kelompok kontrol menunjukan bahwa dari 76 ibu terdapat 28 ibu (36,6%) dengan paritas beresiko dan 48 ibu (63,2%) dengan paritas tidak beresiko yang tidak mengalami plasenta previa. Dari jumlah keseluruhan kelompok kasus dan kelompok kontrol menunjukan bahwa dari 152 ibu yang mengalami plasenta previa dan tidak mengalami plasenta previa di ruang kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi terdapat 84 ibu (55,3%) dengan paritas beresiko dan 68 ibu (44,7%) dengan paritas tidak beresiko. Hasil penelitian diatas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amirah Umar Abdat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta 2010. Menunjukkan bahwa dari sampel yang diteliti paritas ibu pada kejadian plasenta previa dengan primipara 30% sedangkan pada multipara 70%. Dalam penilitian ini didapatkan hasil bahwa multipara memiliki resiko 2,53 kali lebih besar untuk mengalami plasenta previa daripada wanita primipara. Masih tingginya kejadian plasenta previa pada paritas yang tidak beresiko hal SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Total ini menunjukkan bahwa tidak hanya paritas yang dapat menyebabkan plasenta previa tetapi ada beberapa faktor lain seperti grande multipara, primigravida tua, bekas seksio sesarea, bekas aborsi, kelainan janin, mioma uteri (Nugroho, 2011). Paritas adalah jumlah kehamilan oleh seorang wanita. Baik yang berakhir dengan kelahiran hidup ataupun lahir mati. Banyak anak akan mempengaruhi kesehatan ibu dan anak dalam kandungan, karena paritas yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko pada ibu hamil. Dengan meningkatnya paritas ibu sehingga ibu dapat mengalami komplikasi dalam kehamilannya. Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang pernah tiga kali hamil atau lebih cenderung meninggal dibawah usia 5 tahun, dan mendapatkan kasus lahir mati serta memperoleh anak dengan cacat bawaan dengan usia harapan hisupnya lebih pendek yang merupakan resiko lainnya dari ibu dengan paritas lebih besar. Hal ini dapat menjelaskan bahwa setiap kehamilan akan menyebabkan kelainan-kelainan pada uterus, dalam hal ini kehamilan yang berulang-ulang menyebabkan rahim ibu tidak lagi sehat untuk kehamilan berikutnya dan pada waktu melahirkan tidak dapat dihindari adanya kerusakan pada daerah uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi Vol. 4 No. 04 Maret 2016 313 HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 di janin dimana jumlah nutrisi akan menyebabkan plasenta previa maupun berkurang dibandingkan pada kehamilan kematian bayi (Tahruddin, 2012). sebelumnya. Keadaan ini dapat Tabel 3 Hubungan Usia Ibu Dengan Plasenta Previa Dan Tidak Plasenta previa Di Ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2015 Usia Kejadian plasenta previa OR (95% CI) P-value (5,16024,167) 0,000 Total Plasenta Previa Iya Berisiko <20 dan >35 tahun Tidak Berisiko 2030 tahun Jumlah 3 9,7 Tidak Plasenta Previa Tidak % 6 3 % 4 7,1 6 3,4 11,167 3 8 5 3 0,3 3 2,9 6 6,6 6 00 6 00 52 00 Berdasarkan tabel 3 dan hasil analisis dengan uji chi-square diperoleh pvalue 0,000 < (0,05), artinya ada hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan kejadian plasenta previa. Dari analisis juga diketahui Odds Ratio (OR) 11,167 artinya ibu yang mempunyai usia berisiko (<20 dan >35 tahun) mempunyai peluang yang bermakna yaitu 11,167 kali untuk mengalami plasenta previa dibandingkan dengan usia tidak berisiko (20-35 tahun). Hasil penelitian diatas sesuai dengan hasil peniltian yang dilakukan oleh Hesti Febrianti (2010) dengan judul hubungan usia dan paritas ibu dengan kejadian plasenta previa pada ibu hamil di ruang kebidanan Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara. Dari 74 ibu yang mengalami plasenta previa hasil uji analisis chi-square didapatkan hasil 0,000 jadi < 0,05 kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara usia ibu dengan kejadian plasenta previa di Rumah Sakit Umum Provinsi Sulwesi Tenggara. Hal ini menunjukkan bahwa usia mempunyai hubungan yang erat terhadap kejadia plasenta previa dengan Odds Ratio (OR) 11,167. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya plasenta previa. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Manuaba (2008) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya plasenta previa. Tidak hanya usia ibu saja yang dapat menyebabkan SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI terjadinya plasenta previa tetapi juga dapat disebabkan oleh faktor lain. Faktor-faktor penyebab plasenta previa lain seperti grande multipara, primigravida tua, bekas seksio sesarea, bekas aborsi, kelainan janin, mioma uteri (Nugroho, 2011). Usia kurang dari 20 atau lebih dari 35 tahun, rentan terjadinya berbagai penyakit. Hal ini disebebkan terjadinya perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu, hal ini juga diakibatkan karena tekanan darah yang meningkat seiring dengan pertambahan usia (Hafy, 2011). Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa umur aman untuk kehamilan dan persalinan dalah 20-35 tahun. Wanita pada umur kurang dari 20 tahun mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk mengalami plasenta previa karena endometrium masih belum matang, dan kejadian plasenta previa juga sering terhadi pada ibu yang berumur diatas 35 tahun karena tumbuh endomterium yang kurang subur (Fauziah, 2012). Pada penelitian ini, usia ibu berpengaruh terhadap terjadinya plasenta previa. Untuk itu sebaiknya ibu tidak hamil pada usia terlalu muda dan terlalu tua dan calon ibu sebaiknya perlu diberikan informasi tentang faktor-faktor resiko yang mempengaruhi kehamilan dan meningkatkan pemeriksaan antenatal care. Karena kesiapan seorang wanita untuk hamil atau mempunyai anak ditentukan Vol. 4 No. 04 Maret 2016 314 HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 oleh kesiapan dalam 3 hal yaitu kesiapan fisik, kesiapan psikologi, sosial dan ekonomi. Tabel 4 Hubungan Paritas Ibu Dengan Plasenta Previa Dan Tidak Plasenta previa Di Ruang Kebidanan RSUD RadenMattaher Jambi Tahun 2015 OR Paritas Kejadian plasenta previa Plasenta Previa Iya Berisiko 1 dan >3 Tidak Berisiko 2 dan 3 Jumlah % 73,7 Tidak Plasenta Previa tidak N % 28 36,6 N 84 Total % 55,3 6 4,800 26,3 48 63,2 68 44,7 100 76 100 76 100 (95 % CI) (2,4049,582) P-value 0,000 0 6 Berdasarkan tabel 4 dan hasil analisis dengan uji chi-square diperoleh p-value 0,000 < (0,05), artinya ada hubungan yang signifikan antara paritas ibu dengan kejadian plasenta previa. Dari analisis juga diketahui Odds Ratio (OR) 4,800 artinya ibu yang mempunyai paritas berisiko (1 atau >3) mempunyai peluang yang bermakna yaitu 4,800 kali untuk mengalami plasenta previa dibandingkan dengan paritas tidak berisiko (2 dan 3). Begitu juga Hasil penelitian diatas sesuai dengan hasil peniltian yang dilakukan oleh Rina Zikana (2009) dengan judul hubungan usia dan paritas ibu dengan kejadian plasenta previa pada ibu hamil di ruang kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Genleng Banyuwangi. Dari 53 ibu yang mengalami plasenta previa hasil uji analisis chi-square didapatkan hasil 0,000 jadi < 0,05 kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara Paritas ibu dengan kejadian plasenta previa di Rumah Sakit Umum Daerah Genleng Banyuwangi. Hal ini menunjukkan bahwa Paritas mempunyai hubungan yang erat terhadap kejadia plasenta previa dengan Odds Ratio (OR) 4,800. Paritas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya plasenta previa. Hal ini sesuai dengan teori SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI yang dikemukakan oleh Manuaba (2008) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya plasenta previa. Tidak hanya Paritas ibu saja yang dapat menyebabkan terjadinya plasenta previa tetapi juga dapat disebabkan oleh faktor lain. Faktor-faktor penyebab plasenta previa lain seperti grande multipara, primigravida tua, bekas seksio sesarea, bekas aborsi, kelainan janin, mioma uteri (Nugroho, 2011). Plasenta previa seringa terjadi pada paritas tinggi daipada paritas rendah. Plasenta previa terjadi 1,3 kali lebih sering pada ibu yang sudah beberapa kali melahirkan dari pada ibu yang baru sekali melahirkan (Primipara). Paritas 1-3 merupakan merupakan paritas paling aman bila ditinjau dari sudut kematian ibu. Paritas lebih dari 3 dapat menyebabkan angka kematian ibu lebih tinggi (Fauziah, 2012). Menurut Tiran (2006) dalam kamus saku bidan paritas atau para adalah istilah yang digunakan untuk meyatakan wanita yang sudah melahirkan satu anak atau lebih. Paritas 2-3 merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan > 3 mempunyai angka kematian maternal yang lebih tinggi. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetric yang lebih baik, sedangkan resiko pada paritas > 3 dapat Vol. 4 No. 04 Maret 2016 315 HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 dikurangi atau dicegah dengan program keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan. Untuk itu perlu adanya himbauan atau penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil tentang pentingnya meningkatkan pemanfaatan pelayanan antenatal care pada saat masa kehamilan serta mengikuti program keluarga berencana agar jumlah kelahiran anak dapat dibatasi mengingat kelahiran dengan paritas tinggi memiliki resiko yang tinggi pula terhadap keselamatan ibu dan janin yang dikandungnya. Selain itu, metode KB juga berfungsi agar jumlah paritas atau kehamilan dapat dikendalikan sehingga ibu hamil tidak pada paritas yang beresiko. SIMPULAN Dari 152 responden pada kasus yang mengalami plasenta previa memiliki usia beresiko 53 ibu (69,7%) dan pada kontrol yang tidak mengalami plasenta previa memiliki usia beresiko 13 ibu (17,1%); Dari 152 responden pada kasus yang mengalami plasenta previa memiliki paritas beresiko 56 ibu (73,7%) dan pada kontrol yang tidak mengalami plasenta previa memiliki paritas beresiko 28 ibu (36,6%); Ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian plasenta previa dengan p-value 0,000 dan nilai Odds Ratio (OR) 11,167 ; Ada hubungan yang bermakna antara Paritas dengan kejadian plasenta previa dengan p-value 0,000 dan nilai Odds Ratio (OR) 4,800. SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 2010. ProsedurPenelitian suatu pendekatan praktik.Jakarta : Rineka Cipta. Fauziah, Yulia. 2012. Buku Ajar Obstetrik Patologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika. Manuaba, IBG. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi sosial untuk provesi bidan. Jakarta : Buku Kedokteram EGC. Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika Prawiroharjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Penerbit Bina Pustaka. Jakarta Taharudin. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Kejadian Plasenta Previa. Http: // google.com (Diakses Tanggal 25 Juli 2015). Vol. 4 No. 04 Maret 2016 316 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL Ade Oktarino STIKes Prima Korespondensi Penulis : [email protected] ABSTRAK Pengelolaan data rekam medis merupakan salah satu komponen yang penting yang terdapat di dalam Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Pada Rumah Sakit terdapat beberapa bagian, antara lain Poli Umum. Rekam Medis pasien pada poli umum Rumah Sakit Rimbo Medica, masih diolah secara manual seperti dengan menggunakan media kertas. Sistem ini dianggap tidak efisien lagi mengingat pesatnya perkembangan teknologi informasi dan dapat menyebabkan adanya duplikasi data rekam medis pasien yang tidak terkontrol, sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan sangat besar. Tujuan dari skripsi ini untuk membangun program aplikasi rekam medis yang dapat mengakomodir proses pencatatan, penyimpanan data, juga pengaksesan data pasien yang terdahulu yang dapat digunakan untuk pelaporan data pada bagian Poli Umum di Rumah Sakit Rimbo Medica. Program aplikasi rekam medis pasien poli umum yang dibangun dapat mengefisienkan pekerjaan petugas rekam medis, serta dapat meningkatkan ketelitian, keakuratan dari data rekam medis dan juga dapat mempermudah manajemen Rumah Sakit dalam mengelola laporan yang berkaitan dengan rekam medis pasien poli umum Rumah Sakit. Kata Kunci : Rekam Medis ABSTRACT Management medical records is one important component found in information systems management hospital ( simrs ) .In hospitals there are some parts , among other common section .Record medical patient on common section hospital rimbo medica , is still being processed manually as with using media paper .This system is considered inefficient longer given the growth of information technology and can cause of duplicate records medical patient uncontrolled , so for error flags very large .The purpose of this skripsi to build application program record medical records can accommodate process , data storage , also accses data patients former can be used to reporting data on the common section in hospital rimbo medica. Application program record medical patient common section built can efficient the job of clerk medical record, and can improve precision, the accuracy of medical records and also to simplify management hospital in managing the report relating to record medical patient common section hospital Keywoard : Medical Record PENDAHULUAN Dunia kesehatan tidak terlepas dari teknologi komputer dan teknologi informasi. Pengolahan data medik yang dahulu dilakukan secara manual saat ini dibuat menjadi otomatis dengan sistem informasi untuk mempercepat proses kerja para tenaga medis dalam memperoleh data. Pengolahan data rekam medis pasien pada beberapa Rumah Sakit masih banyak dilakukan secara manual, misalnya saja pada Rumah Sakit Rimbo Medica, rekam medis di rumah sakit ini masih diolah secara manual seperti dengan menggunakan media kertas. Pengelolaan data secara manual menggunakan media SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI kertas mempunyai banyak kelemahan, diantaranya selain membutuhkan waktu yang lama, dari segi keakuratannya juga kurang atau tidak akurat. Jumlah pasien yang relatif banyak per hari dan tenaga administrasi Rumah Sakit yang terbatas dapat menyebabkan adanya duplikasi data rekam medis pasien yang tidak terkontrol, sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan sangat besar. Oleh sebab itu rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan umum membutuhkan keberadaan suatu sistem informasi yang akurat dan andal, serta cukup memadai untuk meningkatkan pelayanannya kepada pasien. Sistem Vol. 4 No. 04 Maret 2016 317 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah sistem komputerisasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis layanan kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat Pengelolaan data rekam medis merupakan salah satu komponen yang penting yang terdapat di dalam Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Poli umum adalah salah satu bagian dari beberapa poli yang tersedia di Rumah Sakit. Jadi pada penelitian ini akan dibuat suatu aplikasi rekam medis pada bagian poli umum suatu Rumah Sakit dengan menggunakan aplikasi komputer. Alat bantu yang dapat endukung adalah dengan menggunakan program komputer, salah satunya yaitu dengan menggunakan aplikasi dengan bahasa pemrograman PHP dan MySQL. Dengan bahasa pemrograman PHP dan MySQL memiliki beberapa kelebihan, diantaranya tidak terbatas pada keluaran HTML, PHP memiliki kemampuan untuk mengolah keluaran gambar, PDF dan movie flash, PHP juga dapat menhghasilkan teks seperti XHTML dan XML, serta waktu eksekusinya lebih cepat, akses database yang lebih fleksibel, dan sintaks PHP mudah dan user-friendly. Perangkat lunak berbasis web dapat digunakan sebagai alat rekam medis pasien yakni untuk mempermudah tenaga medis dalam proses pencatatan, memasukkan data pribadi pasien, penyimpanan data, mencari kembali data yang telah disimpan, riwayat penyakit yang pernah diderita, obat-obat yang pernah dikonsumsi oleh pasien, serta gejala penyakit yang dialami pasien dan diagnosa tenaga medis. Perancangan alat rekam medis ini juga dimaksudkan untuk mengurangi penumpukan pekerjaan pihak tenaga medis dibandingkan dengan alat rekam medis yang secara manual. SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dikarenakan data yang akan dianalisis adalah jenis data string atau dalam bentuk record dan bukan dalam bentuk matematik. Penelitian dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap sistem rekam medis poli umum yang sedang berjalan di Rumah Sakit Rimbo Medica, kemudian dianalisa untuk merancang sistem rekam medis poli umum yang baru berbasis komputer. Penelitian ini juga menggunakan jenis studi kasus, yang dimana penelitian ini merupakan rancangan penelitian yang mencakup satu unit penelitian secara intensif, yaitu pasien, kelompok, atau komunitas tertentu. Penggalian atau sumber data dapat melalui wawancara dengan pihak petugas rekam medis, observasi maupun sumber data dokumen yang berhubungan tentang pemrograman PHP dan database MySQL. Keuntungan dari jenis studi kasus ini adalah pengkajian secara rinci meskipun jumlah responden sedikit, sehingga akan didapatkan gambaran satu unit subjek secara jelas. 2. Rancangan Penelitian Prosedur penelitian tugas akhir ini dilakukan dengan beberapa tahapan pengembangan perangkat lunak yang menggunakan metode proses pengembangan air terjun (waterfall model). Alasan penggunaan metode waterfall model dalam pembuatan sistemini yaitu tahapan pada model ini mengambil kegiatan dasar yang digunakan dalam hampir semua pengembangan perangkat lunak, sehingga dapat mudah untuk dipahami terlebih bila hanya digunakan dalam mengembangkan perangkat lunak yang tidak begitu besar dan kompleks. Pendekatan waterfall membuat perangkat lunak Vol. 4 No. 04 Maret 2016 model ini yang lebih 318 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL besar, mudah diatur dan selesai tepat pada waktunya tanpa biaya yang berlebihan. Pengalaman beberapa waktu terdahulu menunjukkan bahwa model air terjun sangat berguna dan berharga. Gambar 1 Tahap Model Waterfall 3. Prosedur Penelitian Berikut adalah flowchart prosedur penelitian yang dirancang : Gambar Penelitian 2 Flowchart dari Prosedur HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisa Sistem Yang Berjalan Analisa sistem adalah tahap penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam komponen dengan tujuan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi permasalahan dan SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI hambatan yang terjadi, sehingga dapat diciptakan hasil yang lebih baik agar dievaluasi ke arah yang diusulkan. Berdasarkan hasil pengamatan dan pemantauan sistem yang sedang berjalan saat ini di Rumah Sakit Rimbo Medica, sistem rekam medis pasien poli umumnya masih menggunakan sistem manual. Petugas mencatat data-data pasien, baik itu data pribadi maupun data rekam medis pada sebuah formulir, yang mana formulir tersebut bersifat rahasia. Penyimpanan formulir rekam medis tersebut disusun berurutan berdasarkan nomor rekam medis pasien yang mana satu pasien satu nomor rekam medis. Dan untuk proses pelaporan data kepada pihak pimpinan, petugas akan mencatat data-data rekam medis ke sebuah buku besar yang dijadikan sebagai arsip. Kesimpulan dari analisa sistem yang sedang berjalan pada Rumah Sakit Rimbo Medica yaitu : a. Pencatatan dan pengelolaan data rekam medis masih berjalan manual, yaitu pencarian dan penyimpanan data berdasarkan abjad nama pasien, dan belum menggunakan DBMS. Kelemahannya akan sering terjadi duplikasi data misalnya nama pasien yang kemungkinan sama dengan pasien lainnya dan juga laporan tidak berjalan dengan baik. b. Pencarian data pasien yang telah pernah berobat membutuhkan waktu yang relatif lama. 2. Perancangan Sistem Sebelum merancang sistem yang baru, terlebih dahulu kita harus mengetahui dan memahami sistem. Untuk merancang suatu sistem diperlukan data dari sistem yang sedang berjalan untuk dianalisa, data yang diperlukan adalah hal-hal yang berhubungan dengan bagian rekam medis. Tujuan dari perancangan sistem adalah untuk membangun sistem rekam Vol. 4 No. 04 Maret 2016 319 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL medis pasien poli umum pada Rumah Sakit Rimbo Medica, serta untuk mempermudah user dalam menginputkan data rekam medis. c. Perancangan Entity Relation Diagram (ERD) a. Perancangan Diagram Konteks Gambar 3 Entity Relation Diagram Gambar 1 Diagram Konteks b. Perancangan Data Flow Diagram 3. Implementasi Sistem a. Implementasi Implementasi adalah suatu tahap dimana akan dilakukan penerapan dari program yang telah dibuat perancangan sebelumnya dan telah melalui proses analisa dan desain secara rinci. Tahap implementasi ini merupakan tahap yang penting untuk menuju suksesnya sistem baru. Sistem baru yang memberikan kepercayaan kepada pengguna sistem, bahwa sistem baru ini dapat bekerja secara efektif dan efisien.Tujuan dari tahapan implementasi sistem yaitu untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dari program baru yang dibuat. b. Implementasi Program Berikut akan dijelaskan tampilan dari aplikasi rekam medis pasien poli umum Rumah Sakit Rimbo Medica. Gambar 2 Data Flow Diagram (DFD) SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI c. Menu Home Pada modul menu utama, terdapat beberapa sub-sub menu pilihan yang bisa dipilih oleh user sesuai dengan kebutuhannya. Adapun sub-sub menu tersebut, yaitu : 1) Home Page, yaitu modul awal yang akan tampil jika program ini pertama diakses. 2) About, sub menu ini berisi tentang aplikasi rekam medis secara umum. 3) Hubungi Pimpinan, sub menu Vol. 4 No. 04 Maret 2016 320 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL yang berfungsi untuk mengirimkan pesan kepada pimpinan, jika ingin menyampaikan pesan dan kesan. 4) Login Admin/Pimpinan, sub menu yang mana hanya admin program dan pimpinan rumah sakit yang mempunyai hak akses untuk masuk ke menu-menu selanjutnya. 5) Login Petugas, sub menu ini merupakan hak akses bagi petugas untuk memasukkan data pasien dan data rekam medis pasien. 6) Form Login Dokter, sub menu yang berfungsi untuk login dokter agar bisa masuk ke menu selanjutnya. Gambar 4 Tampilan Menu Home d. Menu Formulir Pendaftaran Pasien Pada aplikasi ini terdapat sub menu berisikan formulir pendaftaran pasien yang diinputkan oleh petugas rekam medis rumah sakit. Formulir tersebut berisikan data-data pribadi pasien. Gambar 5 Formulir Pendaftaran Pasien e. Menu Formulir Rekam Medis Menu formulir rekam medis pasien, bertujuan untuk memudahkan petugas memasukkan data-data rekam medis seorang pasien. Baik itu pasien yang baru berobat, maupun pasien lama SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI yang pernah berobat. Gambar Rekam Medis 6 Tampilan Formulir 4. Pengujian Tahap pengujian sistem merupakan salah satu tahap dalam daur hidup pengembangan sistem, dimana tahapan ini merupakan pengujian sistem supaya nanti dalam penggunaannya tidak lagi mengalami kesalahan. Pengujian terhadap sistem dilakukan juga untuk mengetahui sejauh mana sistem yang dirancang dapat mengatasi masalah yang telah dianalisa sebelumnya. Evaluasi hasil pengujian aplikasi rekam medis pasien poli umum Rumah Sakit Rimbo Medica : 1. Berdasarkan dari hasil pengujian black box dengan beberapa kasus uji yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa aplikasi sistem rekam medis pasien poli umum Rumah Sakit Rimbo Medica menunjukkan hasil keluaran / output dan proses yang sesuai dengan peracangan aplikasi ini. Dan hasil dari pengujian dapat dikatakan bahwa program ini dapat berfungsi dengan baik dan benar setelah dibuktikan dari hasil pengujian diatas. 2. Berdasarkan hasil pengujian efisiensi yang telah dilakukan, baik dari segi input, proses, dan Vol. 4 No. 04 Maret 2016 321 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI REKAM MEDIS PASIEN POLI UMUM DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA MENGGUNAKAN PHP DAN MySQL juga output secara keseluruhan, dapat diambil kesimpulan bahwa proses yang dilakukan dengan aplikasi komputer, dapat menghemat dan mengefisienkan waktu sekitar 61,4% dibandingkan dengan proses yang dilakukan secara manual tanpa bantuan sistem komputer. 3. Pengujian efisiensi dilakukan terhadap satu orang pengguna sistem yaitu Petugas Rekam Medis Rumah Sakit Rimbo Medica, yang mana petugas ini memiliki latar belakang pendidikan Akademi Keperawatan. Hasil dari pengujian ini mungkin akan lebih efisien lagi, jika pengguna mempunyai latar belakang orang yang terbiasa menggunakan komputer. Hal 3 - 5. Madcoms. 2008. PHP & MySQL Untuk Pemula. Yogyakarta : Andi Offset. Hal 1. Kadir, Abdul. 2009. Mudah Mejadi Programmer PHP. Yogyakarta : Yescom. Hal 2 - 5. Hal 18. Hal 224. Nugroho, Adi. 2004. Konsep Pengembangan Sistem BasisData. Bandung : Informatika Bandung. Hal 5. Hal 14. Hal 49. Pressman, Roger S. 2002. Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta : Andi dan McGraw-Hill Book Co. Hal 53 - 56. SIMPULAN Program aplikasi rekam medis pasien poli umum yang dibangun dapat mengefisienkan pekerjaan petugas rekam medis sekitar 61,4% serta dapat meningkatkan ketelitian, keakuratan dari data rekam medis dan juga dapat mempermudah manajemen Rumah Sakit dalam mengelola laporan yang berkaitan dengan rekam medis pasien poli umum Rumah Sakit; Program aplikasi rekam medis pasien poli umum yang dibangun dapat memudahkan pengaksesan data riwayat rekam medis seorang pasien yang terdahulu, serta dapat memberikan layanan terbaik untuk kepuasaan seluruh pengguna sistem atau yang membutuhkan informasi terkait rekam medis pasien poli umum Rumah Sakit Rimbo Medica. DAFTAR PUSTAKA Hariyanto, Bambang. 2004. Sistem Manajemen Basis Data. Bandung : Informatika Bandung. SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016 322 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 Irmayanti Harahap STIKes Prima Program Studi IKM Korespondensi penulis : [email protected] ABSTRAK Pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi merupakan beban dalam pembangunan nasional. Faktor utama yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk adalah tingkat kelahiran. Tingginya angka kelahiran erat kaitannya dengan usia. Berdasarkan survey awal diketahui dari 10 orang ada 8 orang WUS yang melakukan pernikahan dini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Tahun 2015 Penelitian deskriptif analitik dengan rancangan case-control. Bertujuan untuk dapat menguji hipotesis tentang pernikahan dini dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini tersebut di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Tahun 2015. Populasi adalah semua wanita usia subur (WUS) sebanyak 183 orang. Sampel penelitian sebanyak 22 kasus dan 22 kontrol yang dipilih dengan metode case control 1: 1 Pengumpulan data menggunakan kuesioner, yang dilakukan pada tanggal 10-14 juli 2015. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (27,3%) responden memiliki pengetahuan baik, sebanyak 72,7% responden berpendidikan rendah dengan p-value 0,091 OR : 4,385 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan pendidikan dengan terjadinya pernikahan dini. Hasil penelitian pada budaya dengan P-value 0,000 dan OR 0,046 artinya ada hubungan yang signifikan antara budaya dengan terjadinya pernikahan dini. Diharapkan memberi masukan kepada Kelurahan setempat, untuk merangkul tenaga kesehatan untuk ikut serta memberikan penyuluhan tentang resiko pernikahan dini. Selanjutnya tetap memberikan penyuluhan mengenai dampak buruk dari pernikahan dini. Kata kunci: Pernikahan Dini, Pengetahuan dan Budaya ABSTRACT The resident growth that relatively high is a burden in national development. The main factor that influence rate of resident growth is birth rete. The birth rate was high closely related with age. Based on preliminary survey known from 10 people. There are 8 people WUS doing early marriage. The purpose to know the factors that related with early marriage at Kelurahan Simpang Tuan kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur 2015. The research was descriptive analytic research with case control study. Aims to be able to test the hypothesis about early marriage and factors that related with early marriage. Population is all woman of childbearing age (WUS) as about 183 people. Sample of the research is 22 cases and 22 control that chosen with case control method 1:1. Data collection used questionnaires conducted on 10-14 july 2015. Technique of data anaylis used univariate analysis and bivariate analysis. The results of questionnaires showed 27,3% respondents have good knowledge and 72,7% respondents low education with p-value 0,091 OR : 4,385 it’s mean there is no related that significant between knowledge and education with early marriage. The result of research on culture with p-value 0,000 and OR 0,046 it’s mean there is related that significant between culture and early marriage. The result of hypothesis expected to provide suggestion for the local village to embrace health workers to participate in provide counseling about risks of early marriage and then still provide counseling about the impact of early marriage. Keywords : Early marriage, knowledge and culture SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Desember 2016 323 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 PENDAHULUAN Perkawinan usia dini adalah perkawinan yang dilakukan pada usia remaja (di bawah 16 tahun pada wanita dan di bawah 19 tahun pada pria). Perkawinan remaja selain mencerminkan rendahnya status wanita, juga merupakan tradisi social yang menopang tingginya tingkat kesuburan. Hal ini menyebabkan resiko persalinan yang semakin tinggi karena secara fisik mereka belum siap melahirkan (Romauli, 2009). Faktor yang memicu terjadinya pernikahan usia dini adalah lingkungan sosial. Kuatnya pengaruh teman sering dianggap sebagai biang keladi dari tingkah laku remaja yang buruk. Namun hal itu tidak terlepas dari motivasi dalam dirinya sendiri untuk melakukan hal tersebut. Perkawinan usia sangat dini (10-14 tahun) banyak terjadi pada perempuan di daerah perdesaan, pendidikan rendah, status ekonomi termiskin, dan kelompok petani/nelayan/buruh. Semakin tinggi pendidikan persentasi usia perkawinan pertama pada usia dini semakin kecil ( Sarlito, 2012 ). Dinas kementrian agama Kabupaten Tanjung Jabung Timur merilis data pengamatan dari setiap Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan yang ada di Tanjung Jabung Timur, adalah salah satu wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang masih tinggi tingkat kejadian pernikahan usia dini, pada tahun 2010 sebesar 620 dari seluruh pernikahan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Pada tahun 2011 pernikahan dini mengalami penurunan yaitu sebesar 610. Sementara di tahun 2012, kasus pernikahan dini kembali meningkat yaitu sebesar 625 dari seluruh pernikahan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Kementrian Agama Kabupaten Tanjung Jabung Timur merekomendasikan data dari masing-masing KUA Kecamatan Tanjung Jabung Timur sebagai berikut (Kementerian Agama Tanjung Jabung Timur, 2014). Berdasarkan survei yang telah dilakukan terhadap 10 yang melakukan pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur, karena resiko mengenai kesehatan reproduksi lebih banyak terjadi pada yang melakukan pernikahan dini, di dapatkan bahwa 6 diantaranya memiliki SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI pendidikan rendah, pengetahuan kurang terhadap pernikahan dini yang meliputi dampak terhadap kesehatan reproduksi. Sehingga sikap yang ditunjukkan belum mengarah untuk menghindari pernikahan dini. Selain itu 4 diantaranya factor budaya untuk menikahkan anaknya setelah tamat sekolah, kerena mereka menganggap hal tersebut dapat mengurangi beban keluarganya. Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “ Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Pernikahan Dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Tahun 2015”. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan case control. Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian pada subjek yang akan diteliti yaitu tentang pernikahan dini dan faktor – faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini tersebut di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahra Ulu Tanjung Jabung Timur tahun 2015. Populasi adalah semua wanita usia subur (WUS). Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik case control 1 : 1 yaitu sebanyak 22 sampel kasus yang melakukan pernikahan dini dan sebanyak 22 sampel kontrol, pemgambilan anggota sampel dengan teknik Random Sampling. Adapun cara pengumpulan data yaitu dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu yang berisikan sejumlah pertanyaan penelitian. Pengumpulan telah dilakukan pada bulan Juli 2015. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat. HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan antara pengetahuan dengan terjadinya pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Tahun 2015. Hasil analisis factor pengetahuan dengan terjadinya pernikahan dini dapat dilihat pada tabel 1 berikut : Vol. 4 No. 04 Desember 2016 324 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 Tabel 1 Hasil Analisis Pengetahuan Yang Menyebabkan Pernikahan Dini di KelurahanSimpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Tahun 2015. Pengetahuan Kasus Jumlah OR 95%CI p-value 4,385 0,091 Kontrol Kurang Baik N 19 % 86,4 N 13 % 59,1 N 32 % 72,7 Baik 3 13,6 9 40,9 12 27,3 Total 22 100 22 100 44 100 Sumber : Data primer tahun 2015 Hasil analisis uji statistik chi- square menunjukkan nilai x2 (P-Value) =0,091 > 0,05, dengan demikian Ha ditolak. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan wanita usia subur (WUS) dengan pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Tahun 2015. Uji statistik menunjukkan nilai Odds Ratio rata – rata pada tingkat kepercayaan 95% sebesar 4,385 (0,993/19,356 CI) yang berarti wanita usia subur yang memiliki pengetahuan kurang ada kecenderungan sedikit (4,4) kali akan melakukan pernikahan dini. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Hasil analisis uji statistik chi-square menunjukkan nilai x2 (pvalue) =0,091>0,05 dengan demikian Ha ditolak. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan wanita usia subur (WUS) dengan pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu tanjung Jabung Timur Tahun 2015. Menurut penelitian Aris (2012) dengan penelitian yang berjudul “ Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Persepsi remaja putrid terhadap Pernikahan Dini di SMA 10 Kuala Tungkal”. Desain SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI penelitian korelasi dengan rancangan cross sectional dengan jumlah sampel 67 responden. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji dengan hasil Pvalue 0,106 berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan terhadap Pernikahan Dini di SMA 10 Kuala Tungkal. Menurut teori notoadmodjo (2010) pengetahuan dapat diartikan sebagai dari hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindaraan terjadi melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila setiap pasangan memiliki pengetehuan yang baik tentang pendewasaan tentang usia perkawinan usia muda tidak hanya memberikan dampak negative pada individu, tetapi juga terhadap umum, keluarga dan masyarakat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini di Indonesia. Faktor-faktor tersebut yaitu individu, keluarga, dan masyarakat lingkungan. Selanjutnya menurut dermawan (2010) bahwa remaja-remaja di desa tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup, dan akibat dari pernikahan dini kepada remaja sebagai salah satu upaya pencegahan perilaku pergaulan seks bebas. Vol. 4 No. 04 Desember 2016 325 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 responden yang di teliti ada sebanyak 34 responden (47,2%) memiliki pengetahuan kurang baik tentang pernikahan dini dan ada sebanyak 38 responden (52,8%) yang memilki pengetahuan yang baik. Hasil penelitian yang telah diperoleh disertai dengan ulasan literatur yang mendukung penelitian ini maka, peneliti berasumsi bahwa pernikahan yang dilakukan pada usia muda banyak terjadi karena kekurang pahaman akan arti sebenarnya dari suatu pernikahan. Pengetahuan yang diperoleh responden merupakan salah satu penyebab dari dilakukan pernikahan dini. Penelitian yang dilakukan oleh Darnita (2013) tentang pernikahan dini di banda aceh menunjukkan hal yang hamper sama, dimana kurangnya pengetahuan tentang pendewasan pernikahan dan risiko yang sering terjadi terutama pada ibu yang hamil pada usia yang terlalu muda menyebabkan terjadinya pernikahan dini di Kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan Telanai Pura Kota Jambi yang menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan wanita usia subur (WUS) dengan pernikahan dini. Dari 72 Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dlakukan oleh sari (2014) tentang pernikahan Hasil Secara jelas telah diketahui dari hasil penelitian ulasan teori yang berkaitan dan hasil yang penelitian yang ada pengetahuan remaja khususnya tentang pernikahan dini, perlu dimiliki secara baik guna menunda usia pernikahan. Dengan pendewasaan usia perkawinan, maka masalah– masalah kesehatan baik fisik maupun mental pasangan akan lebih baik ketimbang harus memaksakan untuk melakukan pernikahan dini. Hubungan antara pendidikan dengan terjadinya pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu tanjung Jabung Timur Tahun 2015 Analisis faktor tingkat pendidikan dengan terjadinya pernikahan dini dapat dilihat pada tabel 2 berikut : Tabel 2 Hasil analisis tingkat pendidikan yang Menyebabkan Pernikahan Dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu tanjung Jabung Timur Tahun 2015. Pendidikan Tinggi Rendah Total Kasus Kontrol Jumlah OR N % N % N % 95%CI 3 19 22 13,6 86,4 100 9 13 22 40,9 59,1 100 12 32 44 27,3 72,7 100 4,385 Hasil analisis uji statistic chi- square menunjukkan nilai x2 (P-Value) = 0,091>0,05, dengan demikian Ha ditolak. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan wanita usia subur (WUS) dengan pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Tahun 2015. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI p-value 0,091 Uji statistic menunjukkan nilai Odds Ratio rata-rata pada tingkat kepercayaan 95% sebesar 4,385 (0,993/19,356 CI) yang berarti wanita usia subur yang memiliki pendidikan rendah ada kecenderungan sedikit (4,4) kali akan melakukan pernikahan dini. Jabung Timur Hasil analisis uji statistic chi-square menunjukkan nilai x2 (pvalue) = 0,091 > 0,05 dengan demikian Vol. 4 No. 04 Desember 2016 326 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 Ha ditolak. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan wanita usia subur (WUS) dengan pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Tahun 2015. Menurut penelitian Nora (2011) dengan penelitian yang berjudul “ Hubungan Pendidikan dan Motivasi WUS terhadap Pernikahan dini di wilayah kerja Puskesmas Rawasari Tahun 2013”. Desain penelitian korelasi dengan rancangan cross sectional dengan jumlah sampel 87 responden. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji dengan hasil P-value 0,073 berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara Pendidikan terhadap Pernikahan Dini di wilayah kerja Puskesmas Rawasari tahun 2013. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari pendapat tersebut disimpulkan bahwa pendidikan pada dasarnya adalah segala upaya yang terencana untuk mempengaruhi, memberikan perlindungan dan bantuan sehingga peserta meiliki kemampuan untuk berperilaku sesuai harapan. Pendidikan dapat dikatakan juga sebagai proses pendewasaan pribadi (Maulana, 2009). Selanjutnya Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademik, politeknik, besar. Hal itu dikarenakan adanya kekosongan waktu tanpa adanya pekerjaan yang tetap sehingga membuat sebagian mereka kurang berpikir untuk melakukan hal-hal produktif. Adanya kecenderungan dan anggapan keluarga bahwa produktivitas dapat dicapai melalui sebuah perkawinan maka tidak sedikit orang yang pada akhirnya mengambil langkah tersebut SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI yaitu dengan menikahkan anaknya walaupun usianya masih tergolong muda. Penelitian yang dilakukan oleh darnita (2013) tentang pernikahan dini di banda aceh juga menunjukkan hal yang hampir sama, dimana remaja yang putus sekolah karena sesuatu hal dan tidak memiliki pekerjaan yang tetap cenderung dinikahkan oleh orang tuanya. Hal tersebut dilakukan sematamata agar terhindar dari perbuatan dosa besar seperti hamil diluar nikah atau melakukan hubungan tanpa ikatan nikah. Selanjutnya karena kurangnya kemauan dan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan, menikah adalah jalan keluar dari masalah tersebut. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh sari (2014) tentang pernikahan dini di Kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan Telanai Pura Kota Jambi yang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan wanita usia subur (WUS) dengan pernikahan dini. Dari 72 responden yang diteliti ada sebanyak 45 responden (62,5%) masih berpendidikan rendah dan ada sebanyak 27 responden (37,5%) yang berpenddikan tinggi sewaktu melakukan pernikahan dini. Sangat jelas bahwa pendidikan berperan penting untuk mencegah terjadinya pernikahan dini, dengan melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang yang lebih tinggi akan membuka wawasan dan dapat meningkatkan pengetahuan. Selain itu waktu yang tersedia dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk jelaslah dengan terbatasnya tingkat pendidikan yang dimiliki responden kecenderungan untuk melakukan pernikahan dini lebih sedikit. Hubungan antara budaya masyarakat dengan terjadinya pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur tahun 2015. Vol. 4 No. 04 Desember 2016 327 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 Hasil analisis faktor budaya masyarakat dengan terjadinya pernikahan dini dapat dilihat pada tabel 3 berikut : Tabel 3. Hasil analisis budaya masyarakat yang Menyebabkan Pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Tahun 2015 Budaya Masyarakat Kasus Kontrol Jumlah Baik N 3 % 13,6 N 17 % 77,3 N 20 % 45,5 Tidak Baik 19 86,4 5 22,7 24 54,5 22 100 44 100 Total 22 100 Sumber : Data Primer 2015 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Hasil analisis Uji statistik Chi-square menunjukkan nilai x2 (p-value) = 0,000 < 0,05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara budaya dengan pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara Ulu Tanjung Jabung Timur Tahun 2015. Pernikahan dini terjadi karena orang tuanya takut anaknya dikatakan perawan tua sehingga segera dinikahkan. Orang tua terutama di pedesaan di anggap bahwa bila anak gadisnya berusia diatas 20 tahun dan belum menikah atau kawin, maka merupakan aib bagi keluarga atau membuat malu karena dianggap tidak laku (lahulima, 2007). Terlihat baik dari hasil penelitian maupun dari tinjauan teori ditemukan kesamaan yaitu adanya peran budaya yang masih melekat di masyarakat tentang usia pernikahan. Apabila seorang anak sudah memasuki usia baligh maka orang tua mengganggap si anak telah dewasa dan dapat segera dinikahkan. Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan turun-temurun dilakukan dan sampai saat ini polanya belum banyak berubah, apalagi anak yang bersangkutan telah ada yang meminangnya. Penelitian yang dilakukan oleh sari (2014) pernikahan dini di Kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan Telanai SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI OR 95%CI pvalue 0,046 0,000 Pura Kota Jambi bahwa dari 72 responden yang diteliti ada sebanyak 53 responden (73,6%) yang budaya nya tidak baik dan 19 responden (26,4%) yang budayanya baik. Penelitian yang sama juga ditunjukkan oleh Widiyanti (2011) yang dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa faktor budaya atau adat istiadat sangat besar pengaruhnya terhadap persepsi masyarakat untuk melakukan pernikahan dini, dimana orang tua berpandangan bahwa wanita bertugas hanya untuk melayani suami dan anakanak. Budaya di daerah yang lebih suka menikah pada usia muda dengan alasan cepat memiliki keturunan yang dapat membantu orang tua atau keluarga kelak di kemudian hari. Upaya untuk menghindari terjadinya pernikahan dini dengan Pendekatan, memberitahu ataupun menjelaskan tentang kesehatan secara reproduksi dan menjelaskan tentang melawan adat kebiasaan dapat melalui upaya hokum yaitu pendewasaan usia perkawinan yang sesuai dengan UU perkawinan dan UU perlindungan anak. Dimana jelas dikatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun. Apabila terjadi pelanggaran UU maka akan ada sangsi pidana, dan itu harus diketahui oleh semua pihak termasuk orang tua. SIMPULAN Berdasarkan pembahasan Vol. 4 No. 04 Desember 2016 hasil penelitian dan mengenai faktor–factor 328 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KELURAHAN SIMPANG TUAN KECAMATAN MENDAHARA ULU TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 yang berhubungan dengan pernikahan dini di Kelurahan Simpang Tuan kecamatan Mendahara Ulu tanjung Jabung Timur Tahun 2015. Kemudian dapat disimpulkan seagai berikut : Sebagian besar respoden (72,7 %) memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang pernikahan dini, sebagian besar responden (72,7%) berpendidikan rendah, sebagian besar responden (54,5%) menyatakan bahwa pernikahan dini merupakan budaya setempat, tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan terjadinya pernikahan dini Di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2015, tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan terjadinya pernikahan dini Di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2015, terdapat hubungan signifikan antara budaya dengan terjadinya pernikahan dini Di Kelurahan Simpang Tuan Kecamatan Mendahara kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2015. Romauli, dkk, 2009, kesehatan reproduksi. Mahasiswa Kebidanan Mulia Medika, yogjakarta. Buat Sarlito. 2012. Pendidikan Seksual Pada Remaja. Kutipan Langsung http://www.epsikologi.com/remaja/100712.ht m(diakses 2 juli 2015) Sari, 2014. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pernikahan Dini Kelurahan Olak Kemang Jambi Widiyanti. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Penerbit Salemba Medika DAFTAR PUSTAKA Darnita. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC : Jakarta Kementrian Agama Kabupaten tanjung jabung Timur, 2014 Lahulima, 2007. Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan. Salemba Medika : Jakarta Maulana D.J Heri, Promosi kesehatan. EGC. Jakarta Nora, 2011. Psikologi Kesehatan Kencana : Medan 2009. Penerbit Reproduksi. .Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Penerbit PT Rineka Cipta. Jakarta. SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Desember 2016 329 HUBUNGAN GILIRAN KERJA DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF PADA PERAWAT DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2015 HUBUNGAN GILIRAN KERJA DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF PADA PERAWAT DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2015 Hamdani Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi Penulis : [email protected] ABSTRAK Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang karena karakteristik pelayanannya harus menerapkan giliran kerja. Penerapan pagi, sore dan malam. Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang tidak sesuai dengan standar dapat menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap perawat, antara lain gangguan tidur, gangguan pencernaan, gangguan kehidupan sosial dan keluarga. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan giliran kerja dengan keluhan subjektif gangguan tidur, gangguan pencernaan dan gangguan sosial dan keluarga perawat. Jenis penelitian ini adalah deskriftif analitik dengan rancangan penelitian Cross Sectional, populasi pada penelitian adalah perawat yang bekerja di ruang perawatan dengan sampel sebanyak 59 orang, untuk melihat hubungan antar variabel digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil Penelitian dengan menggunakan uji statistik untuk gangguan tidur diperoleh p-Value 0,029, untuk gangguan pencernaan diperoleh p-Value 0,001 dan untuk gangguan sosial dan keluarga diperoleh p-Value 0,025, berarti ada hubungan antara giliran kerja dengan keluhan subjektif gangguan tidur, gangguan pencernaan, dan gangguan sosial dan keluarga pada perawat di RSUD Raden Mattaher Jambi. PENDAHULUAN Rumah Sakit adalah pelayanan masyarakat yang padat modal, padat teknologi dan padat karya yang dalam pekerjaan sehari-hari melibatkan sumber daya manusia dengan berbagai jenis keahlian. Jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan sangat bergantung pada kapasitas dan kualitas tenaga di institusi pelayanan kesehatan terutama Rumah Sakit (Djojosugito , 2001) Penyelenggaraan kesehatan dan keselamatan kerja Rumah Sakit sangatlah perlu mendapatkan perhatian yang serius karena pelayanan kesehatan ini bersifat berkesinambungan. Perhatian pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit tidak hanya untuk pengguna jasa rumah sakit tetapi juga untuk pelaksana dan pengelola rumah sakit tersebut, hal ini dimaksudkan agar tenaga kerja atau pelaksana dan pengelola rumah sakit tersebut terlindungi kesehatan dan keselamatan kerjanya, terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Djojosugito, 2001) Pekerjaan rumah sakit merupakan sumber daya potensial yang harus dibina agar menjadi produktif, berkualitas dan dapat memberikan pelayanan yang terbaik dan memuaskan bagi pengguna jasanya. Kegiatan yang disanakan pekerja di rumah sakit banyak SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI terpapar dengan berbagai faktor yang dapat menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatannya. Pekerja rumah sakit yang sangat bervariasi dalam melaksanakan tugasnya selalu berhubungan dengan berbagai bahaya potensial, bila tidak diantisipasi dengan baik dan benar dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan dan keselamatannya. Kondisi ini pada akhirnya dapat mempengaruhi produktivitas dan kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan yang rendah pada akhirnya akan berdampak pula terhadap kepuasan pemakai jasa rumah sakit (Guntur , 2001) Berbagai potensi bahaya yang dapat muncul pada tenaga kerja di rumah sakit antara lain : bahaya pemajanan radiasi, bahan kimia toksin, bahaya biologis, temperatur ekstrim, bising, debu, stres kerja. Perawat sering mengalami back injuries, terpajan zat kimia beracun, radiasi, stres kerja dan berbagai dampak yang merugikan akibat giliran kerja (Nasri M, 2001). Sebagai tenaga kerja profesional perawat mempunyai hak untuk bekerja di lingkungan yang baik artinya lingkungan kerja tersebut cukup aman, tidak mengancam keselamatan dan kesehatan fisik maupun mental. Lingkungan juga harus mempunyai sarana dan peralatan Vol. 4 No. 04 Maret 2016 330 HUBUNGAN GILIRAN KERJA DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF PADA PERAWAT DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2015 yang memadai untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas juga mempunyai hak untuk bekerja sesuai jam kerja yang tepat dan tidak bekerja secara terus menerus tanpa memperhatikan istirahat atau melebihi jam kerja (Priharjo, 1995). Berdasarkan karakteristik pelayanan selama 24 jam pihak rumah sakit harus mengatur giliran kerja perawat yang biasanya dibagi menjadi tiga giliran kerja yaitu, pagi, sore dan malam (Swansburg, 1993). Terdapat dua sistem giliran kerja yang biasa dipergunakan yakni sistem permanen dan sistem rotasi. Tenaga kesehatan yang paling banyak terkena resiko akibat dari sistem giliran kerja ini adalah perawat (William, 1992) Giliran kerja termasuk didalamnya sistem giliran kerja rotasi dan sistem giliran kerja permanen dapat menyebabkan masalah kesehatan mental, masalah tidur, kelelahan, kekacauan irama sirkardian, gangguan kehidupan sosial dan keluarga dan masalah kesehatan fisik lain (Fujiono et al, 2001). Takashi et al (2001) menyimpulkan dalam penelitiannya terhadap perawat di beberapa rumah sakit di Jepang bahwa terdapat hubungan antara giliran kerja malam dengan penggunaan alkohol dan obatobatan tidur untuk mengatasi kesulitan tidur. Ramdan (2003) menyatakan dalam penelitiannya terdapat keluhan gangguan tidur, gangguan pencernaan dan gangguan kehidupan sosial pada perawat yang mengalami giliran kerja. Efek negatif giliran kerja malam lebih besar dibandingkan giliran kerja pagi dan siang, jika pekerja giliran siang berganti ke giliran kerja malam maka hasil yang dicapai lebih tinggi pada saat giliran kerja siang. Mengingat pentingnya perawat dalam penentuan kualitas jasa pelayanan kesehatan pada industri rumah sakit dan besarnya ancaman resiko yang ditimbulkan akibat penerapan sistem giliran kerja perawat, maka diperlukan upaya untuk mencegah akibat yang ditimbulkan dalam sistem giliran kerja yang dilaksanakan di rumah sakit SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian terhadap 5 macam sampel susu formula bayi dibawah usia 6 bulan hasil yang diperoleh dengan metoda KONVENSIONAL (manual) dan metoda FDA dengan alat VITEX 2 COMPACT,dari ke 5 (lima) sampel tidak ditemukan yang diteliti adanya bakteri E.sakazakii Pada sampel susu tersebut. Bakteri E.sakzakii sesuai dengan peraturan CODEX ALIMENTARIUS COMMISION (CAC) adalah lembaga resmi yang dibentuk oleh FAO (Food Agriculture Organization) dan WHO (World Healht Organization) yang mengatur standar kesehatan Internasional pada Juli 2008 bahwa susu formula bayi tidak boleh mengandung Enterobacter sakzakii5. Enterobacter sakazakii adalah bakteri gram negatif termasuk dalam family Enterobactericieae, bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak dapat mempertahankan zat warna kristal violetnya pada proses pewarnaan gram dan bila dilihat dengan miskroskop akan bewarna merah. Penelitian ini untuk mendeteksi bakteri E.sakazakii pada susu formula usia bayi 0-6 bulan memggunakan 5 sampel yang dipilih secara random untuk mewakili dari merk susu formula 0-6 bulan yang beredar di kota Jambi. Penelitian dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan baik secara metoda VITEX 2 COMPACT dan secara konvensional (manual). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat VITEX 2 COMPACT dan scara manual. Alat VITEX 2 COMPACT untuk menetukan spesies bakteri alat ini otomatis untuk identifikasi bakteri, prinsip kerja alat ini setiap pembacaan tes data diolah oleh software VITEX 2 COMPACT sesuai kartu, kemudian pada layar monitor ID (identifikasi) akan muncul nama spesies dan lama prengerjaan. Reagen yang digunakan seperti kartu ‘THE SMART CARD’ yang berisi glukosa, laktosa, manitol, sarbitol, maltosa, sakrosa, SIM (Sulfit Indol Motility), simmon citrate, Vol. 4 No. 04 Maret 2016 331 HUBUNGAN GILIRAN KERJA DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF PADA PERAWAT DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2015 TSIA (Tripel Sugar Iron Agar), Urea agar dan malonat. Secara manual dapat dilihat morfologi bakteri gram negatif bentuk batang dan berwarna merah. Pada identifikasi menggunakan alat VITEX 2 COMPACT media yang digunakan sama dengan identifikasi secara manual (konvensional) yaitu media Mac conkey agar, apabila bakteri E.sakazakii positif dapat dilanjutkan dengan biokimiawi seperti tabel tersebut dibawah ini, tabel perbedaan spesies enterobacter. Sehingga tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi infeksi pada susu formula adalah preparasi susu bubuk dengan benar, yaitu: 1. Botol yang digunakan baiknya harus steril (sebelum digunakan direbus terlebih dahulu. 2. Dalam botol yang berisi susu formula untuk air panas yang dipakai adalah air yang telah dididihkan, didinginkan sejenak sekitar sekitar suhu (70 – 90 o C) untuk menghindari susu mengumpal. 3. Campuran tersebut didinginkan sampai suhu tubuh sebelum diberikan kepada bayi . selesai pemberian susu, botol segera dicuci disteril/direbus. Sebelum dipakai harus dibilas kembali dengan air panas. 4. Dibiasakan mencampur susu hanya untuk 1 kali pemberian, untuk mencegah infeksi penyakit. Sisa susu yang belum habis diminum supaya dibuang . SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI SIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian identifikasi bakteri E.sakazakii menunjukan bahwa dari ke 5 sampel susu formula 0 – 6 bulan tidak mengandung bakteri E.sakazakii. Disarankan kepada penelitian selanjutnya untuk mengidentifikasi lebih lanjut mengenai keberadaan E.sakazakii dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan beragam pada MP-ASI (Makanan pendamping air susu ibu) DAFTAR PUSTAKA Gurtler, J.B. dan L.R. Beuchat. 2005. Performance of Media for Recovering Stressed Cells of Enterobacter sakazakii as Determined Using Spiral Plating and Ecometric Technique. Applied and Environmentgal Microbiology 71: 7661 – 7669. Getri griseria, 2008. Study of he Microorganism Associated with he Fermented Bread (Khamir) Produced From Sorghum in Gizan Region, Saudi Arabia. Journal of Applied Microbiology 86: 221 -225 Estutiningsih, S. Kress, C., Hassan, A. A., Akineden, M., Shneider, E., Usleber, E. 2006. Enterobacteriaceae in Dehydrated Powdered Infant Formula Manufactured in Indonesia and Malaysia. Journal of Food Protection, 69(12): 3013–3017. Lisnawati ita, F.Malau. 2011. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Jambi Belum Akan Mengeluarkan Public Warning. B.POM. Jambi FAO_WHO,2008. Join FAO/WHO Food Standards Programme( Program Standar Pangan FAO/WHO) Vol. 4 No. 04 Maret 2016 332 EVALUASI KERJA PROGRAM CWSHP DENGAN PENDEKATAN CUMMUNITY LEAD TOTAL SANITATION (CLTS) TERHADAP PENINGKATAN JAMBAN KELUARGA DI DESA PENEGAH KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN EVALUASI KERJA PROGRAM CWSHP DENGAN PENDEKATAN CUMMUNITY LEAD TOTAL SANITATION (CLTS) TERHADAP PENINGKATAN JAMBAN KELUARGA DI DESA PENEGAH KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN Putri Sahara Harahap Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES HI Jambi Korespondesi penulis : [email protected] ABSTRAK Dalam komponen sanitasi pedesaan yang merupakan salah satu bagian dalam komponen penyehatan lingkungan membutuhkan berbagai metode pendekatan untuk membuat pembangunan sektor tersebut berhasil dan berguna bagi masyarakat. Community Led Total Sanitation (CLTS) adalah sanitasi secara keselurahan yang dipimpin oleh masyarakat dan melalui proses memicu masyarakat yang berkaitan dengan kebiasaan buang air besar sembarang tempat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian dilakukan dengan menganalisis data, dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, selain itu juga dilakukan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen informan dalam penelitian ini terdiri dari DPMU, DST, Fasilitator, Sanitarian, Kepala Desa, Bidan Desa, Kader dan masyarakat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pembangunan jamban keluarga dengan pendekatan Community Led Total Sanitation (CLTS) di desa Penegah belum menunjukkan keberhasilan. Hal ini dikarenakan jumlah tenaga (kader) yang ada masih kurang, selain itu juga dilihat dari jumlah jamban yang terbangun setelah adanya pemicuan yang belum mengalami peningkatan. Kata kunci : Community Lead Total Sanitation (CLTS), CWSHP, Penggunaan Jamban PENDAHULUAN Di dalam komponen sanitasi pedesaan yang merupakan salah satu bagian dalam komponen penyehatan lingkungan membutuhkan berbagai metode pendekatan untuk membuat pembangunan sektor tersebut berhasil dan berguna bagi masyarakat. Hal tersebut dibutuhkan mengingat komponen sanitasi sangat erat kaitannya dengan aspek kebiasaan, kondisi geografis dan aspek perubahan perilaku dari masyarakat yang sudah terbiasa sejak dahulu1. CWSHP (Cumunity Water Servis And Health Projeck) adalah Program yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan rendah dengan pendekatan berbasis masyarakat melalui : penyediaan sarana air bersih yang lebih berkualitas, penyediaan sarana sanitasi yang lebih memadai, perbaikan perilaku hidup bersih dan sehat dan pencegahan penyakit yang menular melalui air dan berkaitan dengan air2. Salah satu komponen penting dalam kegiatan CWSHP adalah tercapainya tujuan peningkatan derajat kesehatan, produktivitas dan kualitas SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI hidup masyarakat berpenghasilan rendah, adalah promosi kesehatan dan sanitasi. Semua rumah tangga dalam masyarakat desa harus mempunyai akses menggunakan sarana sanitasi, dan hal ini dapat dicapai apabila semua anggota masyarakat telah menyadari adanya dampak buruk yang dirasakan oleh masyarakat akibat mempunyai kebiasaan buang air besar (BAB) dan pembuangan tinja bayi dan balita di tempat terbuka (open defecation)2. Community Lead Total Sanitation (CLTS) atau dalam bahasa Indonesia Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STMB) adalah suatu pendekatan partisipatif yang mengajak masyarakat untuk menganalisa kondisi sanitasi mereka melalui suatu proses pemicuan, sehingga masyarakat dapat berpikir dan mengambil tindakan untuk meninggalkan kebiasaan buang air besar mereka yang masih di tempat terbuka dan sembarang tempat. Pendekatan yang dilakukan dalam STBM menimbulkan rasa ngeri dan malu kepada masyarakat tentang kondisi lingkungannya3. Melalui pendekatan ini kesadaran akan kondisi yang sangat tidak bersih dan tidak nyaman di timbulkan. Dari pendekatan ini juga ditimbulkan Vol. 4 No. 04 Maret 2016 333 EVALUASI KERJA PROGRAM CWSHP DENGAN PENDEKATAN CUMMUNITY LEAD TOTAL SANITATION (CLTS) TERHADAP PENINGKATAN JAMBAN KELUARGA DI DESA PENEGAH KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN kesadaran bahwa sanitasi (kebisaan BAB di sembarang tempat) adalah masalah bersama karena dapat berimplikasi kepada semua masyarakat sehingga pemecahannya juga harus dilakukan dan dipecahkan secara bersama. Dengan demikian, masyarakat akan secara sukarela membangun jamban secara swadaya tanpa tergantung sedikitpun dari proyek/pihak lain. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sarolangun diketahui bahwa persentase keluarga yang memiliki jamban paling rendah terdapat di Desa Penegah yaitu 10,7%. Data jenis jamban keluarga di Desa Penegah Kabupaten Sarolangun Tahun 2012 diketehui bahwa jenis jamban yang dimiliki oleh masyarakat desa Penegah sebagian besar tidak memiliki jamban keluarga, masyarakat membuang kotoran ke sungai, dan sebagian jenis jamban yang dimiliki masyarakat adalah jamban leher angsa dengan septictank4. Dari latar belakang di atas, maka penulis perlu melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Kerja Program CWSH Dengan Pendekatan Cummunity Lead Total Sanitation (CLTS) Terhadap Peningkatan Jamban Keluarga Di Desa Penegah Kec.Pelawan Kabupaten Sarolangun METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif, dengan metode wawancara mendalam sebanyak 10 orang, yaitu dengan DPMU (1 orang), DST (1 orang), Fasilitator (1 orang), Tenaga Sanitasi (1 orang), Bidan Desa (1 orang), Kader (1 orang), Kepala Desa (1 orang) dan Masyarakat (3 Orang), telaah dokumen, dan observasi dalam pelaksanaan Program CLTS dalam peningkatan penggunaan jamban keluarga di Desa Penegah Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun. Penelitin di Desa Penegah Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun. Instrumen penelitian adalah panduan wawancara mendalam, panduan telaah dokumen dan panduan observasi. SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran input a. Tenaga Hasil penelitian ini adalah tenaga yang bertugas dalam pelaksanaan kegiatan program CLTS masih sangat kurang, baik dari segi jumlah maupun dari tingkat pendidikan. Tenaga pelaksana program CLTS yang ada di desa (kader) hanya ada 2 orang dengan latar belakang pendidikan D3 kesling dan SMA (kader). Selain itu orang yang menjadi tenaga utama dalam pelaksanaan kegiatan program CLTS ini yang paling penting adalah tenaga tersebut belum pernah mendapatkan pelatihan. Di dalam pelaksanaan program CLTS ini tenaga yang dibutuhkan tidak hanya memilki latar belakang pendidikan yang sesuai tetapi juga memilki perilaku dan kebiasaan seperti perilaku personal dan individu, perilaku institusional atau kelembagaan dan perilaku profesional atau yang berkaitan dengan profesi5. Adapun tenaga yang diperlukan sebagai tim fasilitasi yang biasanya digunakan dalam memfasilitasi pemicuan CLTS adalah sebagai berikut : 1. Lead Facilitator Fasilitator (pemicu/kader) utama, yaitu yang menjadi penggerak utama pada saat proses pemicuan. 2. Co-Facilitator Membantu fasilitator (pemicu/kader) utama dalam memfasilitasi proses sesuai dengan kesepakatan awal atau tergantung pada perkembangan situasi. 3. Content Recorder Perekam proses, yang bertugas mencatat proses dan hasil untuk kepentingan dokumentasi, pelaporan program. Vol. 4 No. 04 Maret 2016 334 EVALUASI KERJA PROGRAM CWSHP DENGAN PENDEKATAN CUMMUNITY LEAD TOTAL SANITATION (CLTS) TERHADAP PENINGKATAN JAMBAN KELUARGA DI DESA PENEGAH KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN 4. Process facilitator Penjaga alur proses fasilitasi, yang bertugas mengontrol agar proses sesuai alur waktu, dengan cara mengingatkan fasilitator (pemicu/kader) dengan kodekode yang disepakati bilamana ada hal-hal yang perlu dikoreksi. 5. Environment setter Penata suasana, untuk menjaga suasana ‘serius’ pada saat proses fasilitasi (pengalih suasana), misalnya dengan mengajak anak-anak bermain agar tidak mengganggu proses, mengajak diskusi terpisah partisipan yang mendominasi atau mengganggu proses tersebut5. Kegiatan CLTS desa Penegah jika dilihat dari jumlah tenaganya masih sangat kurang, karena dari hasil wawancara dan telaah dokumen yang dilakukan oleh peneliti di desa Penegah jumlah tenaga (kader) yang aktif sampai sekarang hanya berjumlah 2 (dua) orang. Hal itu menjadi salah satu hambatan dari keberhasilan kagiatan CLTS di desa Penegah. Sehingga kegiatan CLTS di desa Penegah belum berhasil sesuai dengan tujuan dari CLTS yaitu 100 % bebas buang air besar disembarang tempat dan bisa dikatan tidak berjalan dengan baik. b. Sarana dan Prasarana Hasil penelitian in diketahui bahwa sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan CLTS antara lain : memang ada yaitu cetakan closet atau leher angsa yang berjumlah 1 (satu) buah, bubuk warna, spidol dan potongan kertas untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pada saat pemicuan. Dari informasi yang dikumpulkan, ternyata pada saat pelaksanaan program CLTS di SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Desa Penegah tidak menggunakan begitu banyak sarana dan prasarana karena menggunakan sarana dan prasarana yang ada ditempat tersebut. Salah sarana dan prasarana yang disiapkan adalah contoh cetakan bowl atau leher angsa. Maka menurut peneliti sarana yang memadai merupakan salah satu penunjang untuk memperoleh pelayanan dengan baik. Dengan sarana yang memadai tersebut, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan. 2. Gambaran Proses a. Perencanaan Hasil penelitan ini diketahui bahwa perencanaan dalam kegiatan CLTS dilakukan oleh fasilitator, tenaga sanitasi, bidan desa serta kader dengan menentukan jadwal kegiatan dan tenaga yang melaksanakan kegiatan CLTS. Perencanaan kesehatan adalah suatu proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkahlangkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetepkan tersebut6. Menurut peneliti perencanaan kegiatan pemicuan CLTS sudah sesuai dengan teori, mulai dari pendataan sasaran, jadwal kegiatan dan tenaga yang melaksanakan. Perencanaan dalam kegiatan pemicuan CLTS di Desa Penegah tidak ada masalah. b. Pelaksanaan Hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa pelaksanaan kegiatan CLTS dilakukan di desa dengan masyarakat untuk ikut berperan Vol. 4 No. 04 Maret 2016 335 EVALUASI KERJA PROGRAM CWSHP DENGAN PENDEKATAN CUMMUNITY LEAD TOTAL SANITATION (CLTS) TERHADAP PENINGKATAN JAMBAN KELUARGA DI DESA PENEGAH KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN serta kemudian masyarakat diminta menggambarkan bagaimana kondisi desa melalui sebuah peta. Pelaksanaan kegiatan ini belum mencapai target yang telah ditetapkan. Menurut Depkes RI (2006) kegiatan yang dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan pemicuan CLTS yaitu : 1. Perkenalan dan Penyampaian Tujuan : perkenalkan terlebih dahulu anggota tim pemicu dan sampaikan tujuan bahwa tim ingin “melihat” kondisi sanitasi dari desa tersebut. 2. Bina Suasana : untuk menghilangkan “jarak” antara pemicu dengan masyarakat sehingga proses fasilitasi berjalan lancar, sebaiknya lakukan pencairan suasana. 3. Analisa Partisipatif dan Pemicuan : memulai proses pemicuan di masyarakat, yang diawali dengan analisa partisifatif misalnya melalui pembuatan peta desa/dusun yang akan menggambarkan wilayah BAB masyarakatnya. 4. Tindak Lanjut Oleh Masyarakat : jika masyarakat sudah terpicu dan kelihatan ingin berubah, maka saat itu juga susun rencana tindak lanjut oleh masyarakat. Semangati masyarakat bahwa mereka dapat 100% terbebas dari kebiasaan BAB di sembarang tempat. 5. Monitoring. Lebih kepada “memberikan energi” bagi masyarakat yang sedang dalam perubahan di bidang sanitasinya. Menurut peneliti pelaksanaan kegiatan pemicuan CLTS di desa penegah sudah baik namun hasil yang dicapai belum mencapai target. Yang menjadi penyebab tidak tercapainya target adalah kurang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan khususnya SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI pada saat kegiatan pemicuan banyak masyarakat yang tidak datang. Sebaiknya sebelum melakukan pemicuan, tokoh masyarakat seperti kepala desa dan kader menginformasikan kepada masyarakat sebelum hari H sehingga masyarakat mau meluangkan waktunya untuk hadir pada saat ada kegiatan pemicuan. c. Pengawasan Hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa pengawasan dalam kegiatan CLTS di Desa Penegah dilakukan oleh Kepala Desa, sanitarian, bidan desa dan kader. Walaupun sampai sekarang tidak seluruh masyarakat yang membangun jamban tetapi setidaknya ada peningkatan meskipun tidak banyak. Tujuan dilakukannya pengawasan adalah agar kegiatan-kegiatan atau orangorang yang melakukan kegiatan yang telah direncanakan tersebut dapat berjalan dengan baik dan tidak terjadi penyimpanganpenyimpangan yang kemungkinan tidak akan tercapai tujuan yang telah di tetapkan7. Pengawasan dilakukan untuk mengetahui gambaran pembangunan jamban dan dengan adanya gambaran terhadap temuan-temuan tersebut para pelaku pengawasan dapat menindak lanjuti kegiatan selanjutnya. Di dalam pelaksanaan program CLTS di desa Penegah pembangunan jamban setelah proses pemicuan dilaksanakan dan ada masyarakat yang sudah terpicu, pengawasannya dilakukan langsung oleh Kepala Desa, fasilitator, Sanitarian, Bidan Desa dan Kader. Menurut peneliti pengawasan elaksanaan program CLTS di desa Penegah Vol. 4 No. 04 Maret 2016 336 EVALUASI KERJA PROGRAM CWSHP DENGAN PENDEKATAN CUMMUNITY LEAD TOTAL SANITATION (CLTS) TERHADAP PENINGKATAN JAMBAN KELUARGA DI DESA PENEGAH KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN pembangunan jamban tidak ada masalah. 3. Gambaran output Dari hasil penelitian diperoleh hasil dahwa setelah dilakukan kegiatan pemicuan CLTS ini, mengalami peningkatan dengan jumlah 170 jamban keluarga dengan rincian 59 buah untuk jamban parmanen (leher angsa dengan septictank) dan 111 buah berbentuk semi parmanen (cubluk dan plengsengan). Dengan persentase peningkatan sebesar 39,58% kebiasaan buang air besar masyarakat dan apakah mereka ingin berubah atau tidak; Pengawasan ini dilakukan oleh fasilitator, tenaga sanitarian, bidan desa dan kader serta Kepala Desa; Output : Dari hasil diatas diketahui bahwa peningkatan yang ada di desa Penegah sampai sekarang belum sesuai dengan tujuan dan target dari program CLTS yaitu 100 % masyarakat bebas buang air besar disembarang tempat menjadi lebih terfokus. SIMPULAN Tenaga dalam pelaksanaan Program CWSH Dengan Pendekatan Cummunity Lead Total Sanitation (CLTS) Terhadap Peningkatan Jamban Keluarga Di Desa Penegah Kec.Pelawan Kabupaten Sarolangun jumlah tenaga (kader) belum mencukupi karena tenaga (kader) yang ada sekarang hanya ada 2 (dua) orang dan jika dilihat dari tingkat pendidikannya D3 Kesling dan SMA, dan para kader yang ada tersebut belum pernah mendapatkan pelatihan khusus tentang CLTS; Sarana yang digunakan dalam pelaksanaan Program CWSH Dengan Pendekatan Cummunity Lead Total Sanitation (CLTS) Terhadap Peningkatan Jamban Keluarga Di Desa Penegah Kec.Pelawan Kabupaten Sarolangun sudah cukup; Perencanaan Program CWSH Dengan Pendekatan Cummunity Lead Total Sanitation (CLTS) Terhadap Peningkatan Jamban Keluarga Di Desa Penegah Kec.Pelawan Kabupaten Sarolangun ini dilakukan oleh fasilitator, tenaga sanitarian, bidan desa dan kader; Pelaksanan kegiatan ini dilakukan di masyarakat, melalui kegiatan pemicuan inilah bisa diketahui bagaimana Dinkes Provinsi Jambi. 2007. Gerakan Masyarakat Sadar Jamban Dengan Pendekatan CLTS di Jambi. Jambi: Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Depkes RI. 1985. Petunjuk Pelaksanaan dan Teknis Pembangunan Jaga dan Spal Program bantuan Inpres Sarana Kesehatan Tahun 1985/1986. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Depkes RI, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 81/Menkes/SK/I/2004 Tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan Di Tingkat Provinsi Kab/kota Serta Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan RI,2004. Dinas Kesehatan Kabupaten Sarolangun, 2011. Profil Tahunan Kabupaten Sarolangun Depkes RI, 2006. Second Water And Sanitation for Low Incame Communities (WSLIC-2). Ditjen P2PI. Edisi 7 Muninjaya. 2004. Manajemen Kesehatan. EGC. Jakarta Notoatmodjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Kedua. Jakarta : Rineke Cipta SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI DAFTAR PUSTAKA Vol. 4 No. 04 Maret 2016 337 HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2015 HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2015 RELATED KNOWLEDGE, MOTIVATION MOTHER AND INCOME FAMILIES WITH CHILDREN ON PREVENTION OF PNEUMONIA WORKING IN THE HEALTH PAYO SELINCAH JAMBI CITY 2015 Marinawati Stikes Prima Jambi Korespondensi penulis :[email protected] ABSTRAK Saat ini lebih dari 3 juta orang yang mengalami serangan infeksi bakteri pneumonia ini setiap tahunnya. Lebih dari setengah juta dari mereka diopname di rumah sakit untuk perawatan. meskipun dari kebanyakan orang-orang ini sembuh setelah mendapatkan perawatan yang semestinya, sekitar 5% dari mereka akan meninggal dunia akibat pneumonia. Data Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi pada bulan Januari-Mei tahun 2015 sebanyak 37 balita (1,68%). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, motivasi ibu dan pendapatan keluarga dengan pencegahan pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu yang memiliki balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi tahun 2015 yang berjumlah 2.202 orang. Sampel diambil secara proportional stratifiedrandom sampling yang berjumlah 92 orang. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar (68,5%) responden pengetahuan rendah, (54,3%) responden motivasi kurang baik, (77,2%) responden pendapatan tinggi, dan (64,1%) responden memiliki pencegahan pneumonia yang kurang baik. Terdapat hubungan pengetahuan (p= 0,017), motivasi ibu (p= 0,000) dan pendapatan keluarga (p= 0,037) dengan pencegahan pneumonia pada Balita. Disarankan agar dalam penanggulangan penyakit pneumonia pada anak Balita melakukan program pengobatan dan pencegahan secara sinergis dengan mengimplementasikan strategi manajemen penanggulangan penyakit pneumonia pada anak Balita yang telah disusun dengan mengambil langkah kebijakan dengan mempertimbangkan aspek sumber daya manusia baik pelaksana (petugas kesehatan) maupun sasaran (masyarakat). Kata Kunci: Pengetahuan, Motivasi, Pendapatan, Pencegahan ABSTRACT Currently more than 3 million people who suffered abacterial infection of pneumonia every year. More thanhalf a million of them opname in the hospital for treatment. althoughfrom mostof these people recover after getting proper treatment, approximately 5% of them will die from pneumonia. Document Payo Selincah Jambi City Public Health Center in January-May 2015 as many as37children(1.68%). This study is a descriptive analytic with cross sectional study design that aims to determine the relationship of knowledge, motivation and family income mothers with toddlers in the prevention of pneumonia in Puskesmas Payo Selincah Jambi City in 2015. The population in this study are all mothers who have children in Puskesmas Payo Selincah Jambi City in 2015, amounting to 2,202 people. Samples were taken by proportional stratified random sampling which amounted to 92 people. The data were analyzed using univariate and bivariate. The results showed that the majority (68.5%) of respondents low knowledge, (54.3%) of respondents are less good motivation, (77.2%) higher income respondents, and (64.1%) of respondents have pneumonia prevention unfavorable. There is a correlation between knowledge (p = 0.017), maternal motivation (p = 0.000) and family income (p = 0.037) with the prevention of pneumonia in Toddlers. It is recommended that in the prevention of pneumonia in children under five do a program of treatment and prevention in synergy with implementing management strategies prevention of pneumonia in children under five who have been prepared to take policy measures taking into account aspects of human resource executor (health workers) and target (community). Keywords: Knowledge,Motivation, Revenue, Prevention SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016 338 HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2015 PENDAHULUAN Pneumonia pada anak termasuk salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia yaitu sekitar 20 persen atau sekitar 1,5 juta balita tiap tahunnya meninggal karena penyakit tersebut. Tiap tahun diperkirakan ada 11-20 juta anak di dunia dirawat di rumah sakit karena pneumonia. Program penanggulangan pneumonia di dunia sejauh ini telah berhasil menurunkan 35 persen kematian anak. Di Indonesia pneumonia merupakan penyebab kematian 13,2 persen balita di Indonesia dan penyebab kematian 12,7 persen anak. Selain itu, sebesar 87,9 persen kasus flu burung di Indonesia juga menderita pneumonia. Saat ini lebih dari 3 juta orang yang mengalami serangan infeksi bakteri pneumonia ini setiap tahunnya. Lebih dari setengah juta dari mereka diopname di rumah sakit untuk perawatan. meskipun dari kebanyakan orang-orang ini sembuh setelah mendapatkan perawatan yang semestinya, sekitar 5% dari mereka akan meninggal dunia akibat pneumonia. Dengan demikian, pneumonia menjadi salah satu penyebab kematian yang signifikan pada diri manusia. Terdapat 450 juta laporan kasus pneumonia setiap tahunnya, menyebabkan 4 juta mengalami kematian, dengan insiden tertinggi pada anak usia balita. Di negara berkembang pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak balita dan menyebabkan dua juta kematian setiap tahunnya. Pencegahan pneumonia dilaksanakan melalui upaya peningkatan kesehatan seperti imunisasi, perbaikan gizi dan perbaikan lingkungan pemukiman. Peningkatan pemerataan cakupan kualitas pelayanan kesehatan juga akan menekan morbiditas dan mortalitas pneumonia. Peranan masyarakat sangat menentukan keberhasilan upaya penanggulangan pneumonia. Terpenting adalah masyarakat memahami cara mendeteksi dini dan cara mendapatkan pertolongan pertama (care seeking). Akibat berbagai sebab, termasuk hambatan geografi, SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI budaya, dan ekonomi, pemerintah juga menggerakkan kegiatan masyarakat seperti posyandu, pos obat desa dan lain-lainnya untuk membantu balita yang batuk atau kesukaran bernafas yang tidak dibawa berobat sama sekali. Pneumonia akan menyebabkan bayi dibawah usia satu tahun atau balita akan menderita asma. Pneumonia pada anak-anak akan menyebar dari saluran pernapasan bagian atas karena adanya komplikasi influenza atau batuk bronchitis. Gejala yang dirasakan anak adalah batuk-batuk (batuk kering atau batuk berdahak berwarna hijau atau kuning), demam, sulit bernapas, terasa sakit di bagian dada jika sedang batuk. Penyebab pneumonia adalah bakteri, virus, mikoplasma, jamur dan protozoa. Bakteri penyebab pneumonia: bakteri gram positif (streptococcus pneumonia atau pneumococal pneumonia, stephylococus aureus) dan bakteri gram negatif (heamophilus influenza, pseudomonas, aeruginosa, kleibsiella pneumonia anaerobik bakteria). Atypikal bacteria (legionella pneumophila dan mycoplasma pneumonia). Virus penyebab pneumonia adalah influenza, parainfluenza dan adenovirus. Komplikasi yang dapat terjadi apabila klien pneumonia tidak tertangani secara cepat dan tepat adalah empiema, emfisema, atelektasis, otitis media akut dan meningitis. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Jambi tahun 2012-2014 menunjukkan bahwa dari jumlah balita tahun 2014 sebanyak 58.693 balita. Jumlah balita yang menderita pneumonia di Kota Jambi tahun 2014 sebanyak 1.565 balita dengan jumlah balita yang menderita pneumonia tertinggi di Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi sebanyak 218 balita (10,01%). Berdasarkan data Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi tahun 2013Mei 2015 menunjukkan bahwa dari jumlah balita tahun 2014 sebanyak 2.202 balita. Jumlah balita yang menderita pneumonia di Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi tahun 2013 sebanyak 91 balita (4,13%), pada tahun Vol. 4 No. 04 Maret 2016 339 HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2015 2014 sebanyak 95 balita (4,31%) dan pada bulan Januari-Mei tahun 2015 sebanyak 37 balita (1,68%). Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi diperoleh dari 10 ibu dengan mengajukan pertanyaan tentang pengertian, penyebab, serta pencegahan pneumonia sebanyak 7 ibu diantaranya tidak mengetahui pneumonia, sedangkan 3 lainnya mengetahui tetapi belum sepenuhnya benar. Kebanyakan ibu memperoleh informasi tentang pneumonia dari tetangga atau orang lain yang tidak ahli dalam bidang pneumonia tersebut. Informasi yang diperolehnya pun masih bersifat umum. Kurangnya pengetahuan ini mempengaruhi motivasi ibu untuk melakukan pencegahan pneumonia pada balita hal ini dikarenakan juga karena pendapatan keluarga yang pas-pasan sebesar Rp. 1.710.000,- perbulan yang bekerja sebagai buruh pabrik bahkan terdapat pendapatan keluarga yang kurang dari Rp. 1.000.000,- perbulan sehingga ibu hanya membiarkan balita sembuh dengan sendiri tanpa melakukan pengobatan . Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan, Motivasi Ibu dan Pendapatan Keluarga dengan Pencegahan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi Tahun 2015”. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, motivasi ibu dan pendapatan keluarga dengan pencegahan pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu yang memiliki balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi tahun 2015 yang berjumlah 2.202 orang. Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik pengambilan SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI sampel secara proportional stratified random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana berdasarkan jumlah ibu yang memiliki balita perkelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi yang berjumlah 92 orang. Proses penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi pada bulan Agustus tahun 2015. Analisis data terdiri dari analisis univariat untuk mengetahui gambaran setiap variabel dan analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel independen (pengetahuan, motivasi ibu dan pendapatan keluarga) dengan variabel dependen (pencegahan pneumonia pada Balita) (Notoadmojo,2007). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pencegahan Pneumonia Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi Tahun 2015 Pencegahan Pneumonia Pengetahuan Kurang Ibu Baik Baik % % f f Rendah 46 73,0 17 27,0 Tinggi 13 44,8 16 55,2 Total 59 64,1 33 35,9 Total pvalue F % 63 100,0 29 100,0 0,017 92 100,0 2. Hubungan Motivasi Ibu Dengan Pencegahan Pneumonia Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi Tahun 2015 Pencegahan Pneumonia pTotal value Motivasi Ibu Kurang Baik Baik % F % F % f Kurang Baik 41 82,0 9 18,0 50 100,0 Baik 18 42,9 24 57,1 42 100,0 0,000 Total 59 64,1 33 35,9 92 100,0 Vol. 4 No. 04 Maret 2016 340 HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2015 3. Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Pencegahan Pneumonia Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi Tahun 2015 Pencegahan Pneumonia pTotal Pendapatan value Kurang Keluarga Baik Baik % % % f f f Rendah 18 85,7 3 14,3 21 100,0 Tinggi 41 57,7 30 42,3 71 100,0 0,037 Total 59 64,1 33 35,9 92 100,0 1. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pencegahan Pneumonia Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi Tahun 2015 Temuan hasil pengolahan data juga menunjukkan bahwa terdapat ibu yang meskipun memiliki pengetahuan tinggi tentang pneumonia, akan tetapi perilaku pencegahan pneumonia masih kurang baik. Hal ini dikarenakan meskipun ibu mengetahui upaya-upaya pencegahan pneumonia namun masih banyak yang mengabaikan perilaku pencegahan karena kurangnya kesadaran serta dorongan untuk melakukan upaya pencegahan pneumonia secara terus menerus dan berkelanjutan dalam kehidupan seharihari. Sebaliknya, meskipun memiliki pengetahuan rendah namun terdapat ibu yang melakukan upaya pencegahan pneumonia dengan baik. Hal ini dikarenakan ibu melaksanakan anjuran dan himbauan serta arahan dari tenaga kesehatan tentang pencegahan pneumonia. Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan ibu tentang penyakit pneumonia pada balita baik pengetahuan dalam upaya pencegahan pneumonia agar tidak memperburuk kondisi kesehatan serta mempengaruhi tumbuh kembang balita di masa yang akan datang. Hal ini perlu upaya dari tenaga kesehatan untuk memberikan informasi dan keterampilan baik melalui penyuluhan SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI kesehatan maupun kegiatan konseling pada saat ibu memeriksakan balitanya ke Puskesmas sehingga meningkatkan pengetahuan dan wawasan ibu dalam melakukan upaya pencegahan sedini mungkin untuk menghindarkan balitanya dari faktor-faktor penyebab kejadian pneumonia maupun upaya peningkatan kesehatan serta pemberian zat kekebalan tubuh melalui pemberian imunisasi yang lengkap. 2. Hubungan Motivasi Ibu tentang Pencegahan Pneumonia Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi Tahun 2015 Temuan hasil pengolahan data juga menunjukkan bahwa terdapat ibu yang meskipun memiliki motivasi baik tentang pneumonia, akan tetapi perilaku pencegahan pneumonia masih kurang baik. Hal ini dikarenakan meskipun ibu mengetahui upaya-upaya pencegahan pneumonia namun masih banyak yang mengabaikan perilaku pencegahan karena kurangnya kesadaran serta dorongan untuk melakukan upaya pencegahan pneumonia secara terus menerus dan berkelanjutan dalam kehidupan seharihari. Sebaliknya, meskipun memiliki motivasi rendah namun terdapat ibu yang melakukan upaya pencegahan pneumonia dengan baik. Hal ini dikarenakan ibu melaksanakan anjuran dan himbauan serta arahan dari tenaga kesehatan tentang pencegahan pneumonia. Oleh karena itu, perlunya peningkatan motivasi ibu dengan arahan serta bimbingan sehingga ibu dapat menunjukkan motivasi yang lebih baik lagi dari sebelumnya dalam mengupayakan pencegahan pneumonia pada balitanya sehingga menambah wawasan dan pengetahuannya yang dapat dijadikan sebagai dasar dan pedoman dalam melakukan tindakan pencegahan pneumonia. Vol. 4 No. 04 Maret 2016 341 HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2015 3. Hubungan Pendapatan Keluarga tentang Pencegahan Pneumonia Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi Tahun 2015 Temuan hasil pengolahan data juga menunjukkan bahwa terdapat ibu yang meskipun memiliki pendapatan tinggi tentang pneumonia, akan tetapi perilaku pencegahan pneumonia masih kurang baik. Hal ini dikarenakan meskipun ibu pendapatan tinggi upayaupaya pencegahan pneumonia namun masih banyak yang mengabaikan perilaku pencegahan karena kurangnya kesadaran serta dorongan untuk melakukan upaya pencegahan pneumonia secara terus menerus dan berkelanjutan dalam kehidupan seharihari. Sebaliknya, meskipun memiliki pendapatan rendah namun terdapat ibu yang melakukan upaya pencegahan pneumonia dengan baik. Hal ini dikarenakan ibu melaksanakan anjuran dan himbauan serta arahan dari tenaga kesehatan tentang pencegahan pneumonia. Adanya keikutsertaan ibu di BPJS dan asuransi kesehatan lainnya juga membantu dalam melakukan upaya pencegahan pneumonia. Ketika anak mengalami gejala dan tandatanda dari penyakit pneumonia dapat langsung memeriksakan diri dengan segera dengan didukung adanya biaya dari BPJS. Sehingga ibu tidak menunda-nunda lagi untuk memeriksakan anak ke pelayanan kesehatan karena biaya yang tidak ada atau tidak mencukupi. Pendapatan keluarga yang tinggi akan dapat mendukung untuk melakukan upaya pencegahan terhadap kejadian pneumonia pada balita. Dengan adanya pendapatan keluarga yang tinggi maka akan semakin besar pula alokasi pendanaan yang disediakan untuk peningkatan kesehatan bagi keluarganya seperti penyediaan makanan yang mengandung gizi lengkap, Selain itu, kemampuan ekonomi yang didukung pendapatan keluarga yang tinggi akan mampu menyediakan tempat tinggal SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI yang layak huni yang memenuhi syarat rumah sehat. SIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa dari 92 responden (68,5%) responden pengetahuan rendah, (54,3%) responden motivasi kurang baik, (77,2%) responden pendapatan tinggi, dan (64,1%) responden memiliki pencegahan pneumonia yang kurang baikTerdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan p-value= 0,017, motivasi pvalue= 0,000 dan pendapatan keluarga p-value= 0,037 dengan pencegahan pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi tahun 2015. DAFTAR PUSTAKA Dinkes Provinsi Jambi, Profil kesehatan kota jambi tahun 2012-2014. Manurung, 2013. Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi. Penerbit Trans Info Media. Jakarta. Manurung,2013. Gangguan sistem pernapasan akibad pneumonia sudah “Lampu Kuning”. Maryunani, 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Penerbit Trans Info Media. Jakarta. Notoadmojo,2007. Metode Penelitian kesehatan. Penerbit PT Rineka Cipta. Pedepersi, 2011. Jumlah Kematian Balita Akibat Pneumonia Sudah ‘Lampu Kuning’. Terdapat dalam http://www.pdpersi.co.id Pernapasan). Penerbit Gosyen Publishing. Yogyakarta: xiv, 202 hlm Puskesmas payo selincah kota jambi tahun 2012-2015 Setiadi,2009, Mengenal penyakit balita. Penerbit Salemba Medika, Jakarta. Setiati, 2009. Mengenal Penyakit Balita. Penerbit Salemba Medika. Jakarta Shaleh, 2013. Jadi Dokter Untuk Anak Sendiri. Penerbit Katahati. Jogyakarta. Vol. 4 No. 04 Maret 2016 342 HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015 HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015 Erris Siregar Poltekes Kesehatan Lingkungan Korespodensi penulis : [email protected] ABSTRAK Pada tahun 2012, Indonesia termasuk Negara kekurangan gizi nomor 5 di dunia. Jumlah balita yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu jiwa. Jumlah tersebut merupakan 4,5 persen dari jumlah balita Indonesia, yakni 23 juta jiwa. Daerah yang kekurangan gizi tersebar di seluruh Indonesia, tidak hanya daerah bagian timur Indonesia. Hingga hari ini Indonesia masih dihantui kasus gizi buruk. Penyebab utama kematian pada bayi dan balita terutama masalah neonatal (prematuritas, asfiksia, BBLR, infeksi), penyakit infeksi (diare, pneumonia, malaria, campak) dan masalah gizi (kurang dan buruk). Gizi kurang dan terutama gizi buruk memiliki kontribusi terhadap 30% kematian pada balita. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan case control yang bertujuan untuk mengetahui hubungan peran keluarga, status ekonomi dan penyakit infeksi terhadap status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi tahun 2015. Penelitian ini telah dilaksanakan bulan Agustus tahun 2015 di Puskesmas Paal V Kota Jambi. Populasi dalam penelitian sebanyak 40 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 orang dengan perbandingan 1:1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara peran keluarga dengan status gizi balita dengan nilai p-value 0,012, adanya hubungan antara status ekonomi dengan status gizi balita dengan nilai p-value 0,013 dan adanya hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi balita dengan nilai p-value 0,025. Diharapkan petugas kesehatan melakukan penyuluhan kesehatan dan informasi tentang status gizi balita menjelaskan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti agar responden dapat memahami dengan baik dan juga dengan cara memberikan leaflet, brosur, dan kegiatan promotif lainnya seperti melakukan diskusi bersama serta meningkatkan program kerja di posyandu dalam pemantauan gizi balita. Kata kunci : Keluarga, Status Ekonomi, Penyakit Infeksi, Gizi Balita RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY ROLES, ECONOMIC STATUS AND INFECTION DISEASE TOWARDS NUTRITIONAL STATUS OF CHILDREN UNDER FIVE YEARS IN REGION PUSKESMAS PAAL V IN JAMBI CITY 2015. ABSTRACT In 2012, Indonesia has included in number five of undernutrition country in the world. The number of children under five years who is suffer from malnourished to day are about 900 thousand kids, and that amount is 4,5% of the number of children under five years in Indonesia which totaly 23 children. The malnutrition area are spread all over Indonesia, not only in eastern part of Indonesia. However, until today Indonesia still has the problem of malnutrition. The main causes of death in infants and toddlers especially neonatal problems (prematurity, asphyxia, low birth weight, infection), infection disease (diarrhea, pneumonia, malaria, measles) and nutrition problem (undernutrition and malnutrition). Undernutrition and malnutrition has 30% contribute in children mortality. This research is descriptive analytic studies with case control approach which aim to find relationship between family roles, economic status and infection disease towards nutritional status of children under five years in region Puskesmas paal V in Jambi city 2015. Population in this study were 80 people, and the sample are 40 people by using comparison 1:1. Data obtained by filling a questionaire as a collect tool. The analysis of this research were using univariate and bivariate. As the result shows, there is relationship between family roles with nutritional status of children under five years with p-value 0,012 and there is relationship between economic status with nutritional status of children under five years with p-value 0,013 than there is relationship between infection disease with nutritional status of children under five years with total value 0,025. Therefore we suggest to health professional to provide information and counseling about the importance of nutritional for children growth and development by using understandable languange SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol.4 No. 04 Maret 2016 343 HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015 also by giving leafleat, brochures and others promotive activity such as discussion group and also increase Posyandu program to monitor children nutritional status in their community. Keywords : Family,Economic Status And Infection Disease ,Nutritional Status Children PENDAHULUAN Anak umur 0-5 tahun merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak, karena masa ini merupakan masa pertumbuhan dasar yang mempengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya. Tumbuh kembang balita melalui periode atau tahapan tumbuh kembang tertentu yang secara pesat dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal (Eveline & Djamaludin, 2010). Menurut hasil UNICEF-WHO Tahun 2012, diperkirakan 165 juta anak usia dibawah lima tahun diseluruh dunia mengalami penurunan gizi buruk dibandingkan dengan sebanyak 253 juta tahun 1990. Tingkat prevalensi gizi buruk tinggi di kalangan anak di bawah usia lima tahun terdapat di Afrika (36%) dan Asia (27%), dan sering belum diakui sebagai masalah kesehatan masyarakat (Purwaningsih, 2012). Diperkirakan terdapat 101 juta anak dibawah usia lima tahun di seluruh dunia mengalami masalah berat badan kurang, menurun dibandingkan dengan perkiraan sebanyak 159 juta pada tahun 1990. Meskipun prevalensi berat badan kurang pada anak usia dibawah lima tahun mengalami penurunan sejak tahun 1990, rata-rata kemajuan kurang berarti dengan jutaan anak masih termasuk dalam katagori beresiko (Purwaningsih, 2012). Pada tahun 2012, Indonesia Negara kekurangan gizi nomor 5 di dunia. Peringkat kelima karena jumlah penduduk Indonesia juga di urutan empat terbesar dunia, Jumlah balita yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu jiwa. Jumlah tersebut merupakan 4,5 persen dari jumlah balita Indonesia, yakni 23 juta jiwa. Daerah yang kekurangan gizi tersebar di seluruh Indonesia, tidak hanya daerah bagian timur Indonesia. Hingga hari ini Indonesia masih dihantui kasus gizi buruk. Penyebab utama kematian pada bayi dan balita terutama masalah neonatal (prematuritas, asfiksia, BBLR, infeksi), penyakit infeksi (Diare, SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Pneumonia, Malaria, Campak) dan masalah gizi (kurang dan buruk). Gizi kurang dan terutama gizi buruk memiliki kontribusi terhadap 30% kematian pada balita. (Depkes, 2013). Masalah Gizi sangat berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia dan merupakan faktor penentu keberlangsungan survival suatu bangsa. Kualitas ini dapat dicapai melalui keadaan gizi yang baik dan pendidikan yang baik pula. Sumber daya manusia yang kurang gizi, tidak akan produktif, begitu pula dengan tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan tidak tersedianya tenaga kerja berkualitas, terampil dan berpengetahuan. Negara dengan kualitas sumber daya manusia yang rendah sudah tentu tidak akan mampu bersaing dengan negara-negara lain (Susanti, 2009). Dampak yang terjadi jika bayi mengalami gizi buruk yaitu pertumbuhan badan dan perkembangan mental anak sampai dewasa terhambat, mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi dan bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif (Suhardjo, 2010). Salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi dan anak di Negara sedang berkembang adalah keadaan gizi yang kurang baik atau bahkan buruk. Disadari bahwa pertumbuhan bayi sangat dipengaruhi pemberian makanan pangan gizi sejak dalam kandungan, maka status gizi yang buruk pada bayi dan anak dapat menghambat pertumbuhan fisik mental maupun kemampuan berpikir yang tetntu saja akan menurunkan produktivitas kerja. Keadaan ini merupakan petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia (Suhardjo, 2010). Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada Vol.4 No. 04 Maret 2016 344 HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015 masa emas ini bersifat ireeversible (tidak dapat pulih). Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang berkepanjangan. Lebih jauh, kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Padahal otak tumbuh selama masa balita (Marimbi, 2010). Peran keluarga sangatlah penting bagi anak,terutama terhadap status gizi mereka. Adapun perannya adalah sebagai pendidik dan penyedia. Anak-anak pada umumnya berperilaku makan yang tidak sehat dan mereka makan supaya tidak lapar. Tetapi pilihan makanan mereka masih berubah-ubah. Tetapi pada kenyataannya masih banyak orang tua kurang memperhatikan status gizi anak, khususnya pada orang tua yang sibuk bekerja di luar mereka hanya memberikan uang saku tanpa membekali makanan yang bergizi dari rumah. Mereka terpengaruh iklan makanan dan makanan ringan yang kelihatan menarik tetapimiskin gizi. Mereka makin sering makan di luar,karena itu orang tua harus lebih memperhatikan gizi anak dan memberikan gizi yang seimbang (Andarwati, 2007). Penelitian yang dilakukan Suryati (2012) mengenai gambaran pengetahuan ibu dan peran keluarga terhadap status gizi pada balita di Puskesmas Pasawahan Kota Bandung, menunjukkan bahwa sebagian besar 51,2% ibu memiliki pengetahuan cukup tentang status gizi balita dan sebagian besar 51,7% ibu memiliki peran keluarga kurang baik. pada tahun 2013 bayi yang mengalami gizi kurang sebanyak 34 balita (3,2%) dan tahun 2014 balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 38 balita (3,8%). Survei awal yang telah dilakukan peneliti mengenai status gizi balita pada tanggal 18 Juni 2015 di Puskesmas Paal V Kota Jambi terhadap 10 ibu yang memiliki balita, menunjukkan bahwa 6 ibu mengatakan tidak mengetahui akibat status gizi kurang balita, tidak mengetahui penyebab gizi kurang pada balita, tidak mengetahui pengukuran gizi balita dan keluarga tidak pernah memberikan informasi dan jarang mengingatkan ibu untuk selalu memantau gizi pada balita serta rata-rata bekerja sebagai kuli SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI bangunan, dan satpam. Sedangkan 4 ibu mengetahui akibat status gizi kurang balita, mengetahui penyebab gizi kurang pada balita, mengetahui pengukuran gizi balita dan keluarga pernah memberikan informasi dan mengingatkan ibu untuk selalu memantau gizi pada balita serta rata-rata bekerja sebagai PNS dan wiraswasta. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan case control yang bertujuan untuk mengetahui hubungan peran keluarga, status ekonomi dan penyakit infeksi terhadap status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi tahun 2015. Penelitian ini telah dilaksanakan bulan Agustus tahun 2015 di Puskesmas Paal V Kota Jambi. Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 1-5 tahun yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk tahun 2014 sebanyak 40 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 orang dengan perbandingan 1:1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat yaitu menyederhanakan data dalam bentuk frekuensi tabel ataupun diagram dan menghubungkan antara variabel independen dan variabel dependen. Dari data-data diatas maka peneliti tertarik mengambil judul hubungan peran keluarga, status ekonomi dan penyakit infeksi terhadap status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi tahun 2015 (Notoatmodjo, 2010). HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015 Diagram 1 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015. Gambaran status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi diperoleh melalui pengisian Vol.4 No. 04 Maret 2016 345 HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015 kuesioner, menunjukkan bahwa sebanding responden yaitu sebanyak 40 responden (50,0%) status gizi balita baik dan sebanyak 40 responden (50,0%) 50,0% Kurang Baik status gizi balita kurang baik dan persentase berdasarkan status gizi balita dapat dilihat pada diagram berikut : 50,0% Baik Gambaran Peran Keluarga Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015. Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Peran Keluarga Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015 Distribusi Pertanyaan Ya Tidak % % Keluarga perhatian dengan kondisi kesehatan 97,5 2,5 balita 8 Keluarga mengantar anda untuk melakukan posyandu balita dalam memantau gizi pada 10,0 90,0 2 balita Keluarga menganjurkan kepada anda untuk menghindari makanan yang sesuai dengan usia 46,3 53,8 7 3 balita Keluarga mendukung anda dalam memberikan 90,0 10,0 makanan yang baik pada balita 2 Keluarga pernah mencari informasi tentang pemenuhan gizi pada balita di media massa 20,0 80,0 6 4 atau media elektronik Ingin memenuhi kebutuhan gizi balita atas 57,5 42,5 dorongan keluarga 6 4 Keluarga selalu menganjurkan anda untuk memberikan pada balita makanan yang sehat 83,8 16,3 7 3 dan bergizi Keluarga melarang anda untuk memberikan 95,0 5,0 balita makanan fast food dan junk food 6 Keluarga mengajarkan anda untuk memilih 35,0 35,0 makanan yang bergizi untuk balita 8 8 Keluarga mengingatkan untuk memenuhi gizi 96,3 3,8 pada balita 7 Berdasarkan tabel 1 diatas dari 80 responden, peran keluarga kurang baik yaitu sebanyak 64 responden (80,0%) menjawab tidak pada pernyataan keluarga SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI pernah mencari informasi tentang pemenuhan gizi pada balita di media massa atau media elektronik, dan sebanyak 43 responden (53,8%) Vol.4 No. 04 Maret 2016 346 HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015 menjawab tidak pada pernyataan keluarga keluarga menganjurkan kepada anda untuk menghindari makanan yang sesuai dengan usia balita. Berdasarkan data distribusi jawaban dari 80 responden yang telah diteliti mengenai peran keluarga terhadap status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi, yaitu sebanyak 32 responden (40,0%) memiliki peran keluarga baik dan sebanyak 48 responden (60,0%) memiliki peran keluarga kurang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut: (57,5%) status ekonomi tinggi dan sebanyak 34 responden (42,5%) status ekonomi rendah dan persentase berdasarkan status ekonomi dapat dilihat pada diagram berikut : Diagram 3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Ekonomi di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015 42,5% 57,5% Diagram 2 Distribusi Responden Berdasarkan Peran Keluarga Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015 Berdasarkan data distribusi jawaban dari 80 responden yang telah diteliti mengenai peran keluarga terhadap status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi, yaitu sebanyak 32 responden (40,0%) memiliki peran keluarga baik dan sebanyak 48 responden (60,0%) memiliki peran keluarga kurang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut: Rendah Tinggi Gambaran Penyakit Infeksi Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015 Tabel 2 Distribusi Penyakit Pada Balita di Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015 Penyakit Diare Pneumonia Malaria Campak baik 40% Ju mlah 43 2 10 25 3,8 ,5 2,5 kurang baik 60% Gambaran Status Ekonomi di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015 Gambaran status ekonomi di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi diperoleh melalui pengisian kuesioner, menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 46 responden SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI 1,2 Total 80 00 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 80 responden berdasarkan penyakit yang dialami balita di Puskesmas Paal V Kota Jambi, sebagian besar responden memiliki balita dengan penyakit diare sebanyak 43 orang (53,8%). Vol.4 No. 04 Maret 2016 347 HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015 Analisis Bivariat Hubungan Peran Keluarga Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015 Tabel 3 Analisa Hubungan Peran Keluarga Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015 (n=80) Peran Keluarga Kurang Baik f Status Gizi Balita Kurang Baik Baik % f % Total f OR 95 % Cl P- Value % 30 62,5 18 37,5 48 100 3,667 Baik 10 31,2 22 68,8 32 100 (1,4209,470) Total 40 50,0 40 50,0 80 100 0,012 peran keluarga baik didapat 31,2% yang memiliki status gizi balita kurang baik.Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value 0,012 (p<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara bahwa responden yang memiliki peran keluarga kurang baik mempunyai peluang sebesar 3,7 kali lebih besar menjadi status gizi balita kurang baik. Dari hasil 80 responden tentang peran keluarga dengan status gizi balita, didapat dari 48 responden dengan peran keluarga kurang baik yang memiliki status gizi balita kurang baik sebanyak 62,5%. Sedangkan dari 32 responden dengan berperan keluarga dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi. Dengan nilai OR terbesar 3,7 (1,420-9,470), ini berarti Hubungan Status Ekonomi Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015 Tabel 4 Analisa Hubungan Status Ekonomi Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015 (n=80) Status Gizi Balita Status Ekonomi Kurang Baik Baik f f % Total % F OR 95% CI Rendah 3 7,6 1 2,4 4 00 Tinggi 7 7,0 9 3,0 6 00 Total 40 50,0 40 50,0 Dari hasil 80 responden tentang status ekonomi dengan status gizi balita, didapat dari 46 responden dengan status ekonomi tinggi yang memiliki status gizi balita kurang baik sebanyak 37,0%. Sedangkan dari 34 responden dengan SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI P-value % 80 3,567 (1,4009,088) 0,013 100 status ekonomi rendah didapat 67,6% yang memiliki status gizi balita kurang baik. Dari hasil uji statistik chisquare diperoleh nilai p value 0,013 (p<0,05) dengan demikian dapat Vol.4 No. 04 Maret 2016 348 HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015 disimpulkan bahwa ada hubungan antara status ekonomi dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi. Dengan nilai OR terbesar 3,6 (1,400-9,088), ini berarti bahwa responden yang memiliki status ekonomi rendah mempunyai peluang sebesar 3,6 kali lebih besar menjadi status gizi balita kurang baik jika dibandingkan dengan responden yang memiliki status ekonomi tinggi. Hubungan Penyakit Infeksi Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015 Tabel 5 Analisa Hubungan Penyakit Infeksi Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015(n=80) Penyakit Infeksi Terinfeksi Status Gizi Balita Kurang Baik Baik f % f % 6 2,8 6 7,2 27 Tidak Terinfeksi Total 3 13 40 5,1 50,0 OR 95% CI % 1 3 3 00 6 4 40 4,9 50,0 Dari hasil 80 responden tentang penyakit infeksi dengan status gizi balita, didapat dari 43 responden dengan terinfeksi yang memiliki status gizi balita kurang baik sebanyak 62,8%. Sedangkan dari 37 responden yang tidak terinfeksi didapat 35,1% yang memiliki status gizi balita kurang baik. Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value 0,025 (p<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi. Dengan nilai OR terbesar 3,2 (1,2477,781), ini berarti bahwa responden yang memiliki balita terinfeksi penyakit mempunyai peluang sebesar 3,2 kali lebih besar menjadi status gizi balita kurang baik jika dibandingkan dengan responden yang memiliki balita tidak terinfeksi. SIMPULAN Sebanyak 40 responden (50,0%) status gizi balita baik; sebanyak 40 responden (50,0%) status gizi balita kurang baik; Sebanyak 32 responden (40,0%) memiliki peran keluarga baik dan sebanyak 48 responden (60,0%) memiliki peran keluarga kurang baik; Sebanyak 46 responden (57,5%) status ekonomi tinggi SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Total 1 7 80 3,115 (1,2477,781) P-value 0,025 00 100 dan sebanyak 34 responden (42,5%) status ekonomi rendah ; Sebanyak 37 responden (46,3%) tidak terinfeksi dan sebanyak 43 responden (53,8%) terinfeksi; Adanya hubungan antara peran keluarga dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi dengan nilai p value 0,012; Adanya hubungan antara status ekonomi dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi dengan nilai p value 0,013; Adanya hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi dengan nilai p value 0,025. DAFTAR PUSTAKA Andarwati, Dewi, 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Balita Pada Keluarga Petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo. Fakultas Ilmu Keolahragaan Jurusan Ilmu Kesehatn Masyarakat. Universitas Negeri Semarang. Depkes, 2013. Pertemuan Nasional Integrasi Gizi dan Kesehatan Anak Dalam Rangka Akselerasi Pencapaian MDG 1 dan 4. Dalam http://www.gizikia.depkes.go.id/arc Vol.4 No. 04 Maret 2016 349 HUBUNGAN PERAN KELUARGA, STATUS EKONOMI DAN PENYAKIT INFEKSI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2015 hives/6674. (Diakses tanggal 05 Mei 2015). Eveline & Nanang Djamaludin, 2010. Panduan Pintar Merawat Bayi Dan Balita. Penerbit PT Wahyu Media. Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Marimbi, Hanum, 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Penerbit Nuha Medika. Yogyakarta. Purwaningsih, 2012. Pengertian dan Alat Ukur Pemantauan Status Gizi. Dalam http://www.indonesianpublichealth.com/2013/03/pemanta ua n-status-gizi.html. (Diakses tanggal 05 Mei 2015). Suhardjo, 2010. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Susanti, 2009. Dalam http://www.indonesianpublichealth.com/2013/03/pemanta ua n-status-gizi.html. SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol.4 No. 04 Maret 2016 350 FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015 FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015 FACTORS RELATED TO LOW USITILED OF PREGNANT WOMAN IN PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI 2015 Rosa Riya Akademi Kebidanan Keluarga Bunda Korespondensi Penulis : [email protected] ABSTRAK Antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Tujuannya adalah menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan, dan nifas dengan baik dan selamat (Notoatmojo,2007). Tujuan penelitian diketahui hubungan antara jarak tempat pelayanan, pendidikan, pengetahuan, paritas secara partial dan simultan dan variabel independen yang paling dominan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil dipuskesmas talang bakung kota jambi tahun 2015. Penelitian ini merupakan survei analitik kuantitatif dengan jenis desain cross sectional, dimana penelitian dilakukan dengan mengukur variabel independen, variabel dependen dalam waktu yang bersamaan dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang ibu – ibu hamil. Pengumpulan data secara primer dan sekunder. Analisis yang digunakan analisis univariat, bivariat, multivariat. Dari uji analisis bivariat didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara jarak tempat pelayanan, pendidikan, pengetahuan, paritas secara simultan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015 serta hasil dari analisis multivariat didapatkan bahwa dari empat variabel independen ternyata faktor jarak tempat pelayanan dan pengetahuan ibu hamil merupakan faktor yang paling dominan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015 dengan urutan pengetahuan adalah OR : 4,671 (95 % CI : 1,449 – 15,051) p = 0,010, dan jarak tempat pelayanan adalah OR : 4,649 (95 % CI : 1,440 – 15,005) p = 0,010. Sehingga ada hubungan antara jarak tempat pelayanan, pendidikan, pengetahuan, paritas secara simultan dan faktor pengetahuan merupakan faktor yang paling dominan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015. Dengan demikian diharapkan kepada Pimpinan Kepala Puskesmas Talang Bakung Jambi Umumnya dan Khususnya petugas pelayanan kesehatan untuk dapat melaksanakan dan menjalankan tugas untuk mengembangkan program edukasi dan konseling kepada ibu hamil. Kata Kunci : Kunjungan Ibu Hamil ABSTRACK Antenatal care (ANC) is a pregnancy care to optimum healthy of rebound and physics of pregnant woman, in order to able to confront chilabirth and preparing of ASI and healthy reproduction. The purposes is to keep pregnant woman through pregnancy period, childbirth goodly and savely. (Notoatmodjo, 2007). The purpose of this research is knowing the corrlation between the place of service, edocation, knowledge, varieties percially and simultaneous and independence variable most dominant with lowly visiting of pregnant woman in Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi 2015. This research is quantitative analitic survey with kinds of design cross sectional, where is the research did to measure of independence variable dependence variable in the same time by simple 60 pregnant woman. The method of data cdleating is primary and secondari. The analysis that used is univariate, bivariate and multivariate, from experiment of bivariate analysis, it is found that there is correlation betwen place low service, education,knowledge, varieties pecially and simultaneous and lowly visiting of pregnant woman in the Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi 2015 and he resulth of multivariate from fair of variable is distance factor place of services of pregnant woman knowledge is the most of dominant factor by knowledge series : OR : 4,671 (95% CI) : 1.449 – 15.051) P = 0,01, and distance of service OR : 4,649 (95% CI : 1,440 – 15,005) = 0,010 so that, there is a correlation between distance of service, education, knowledge, variety simultaneously and knowledge factors with low visiting of pregnant woman in Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi 2015. Furththermore, it is hoped to the leader of Puskesmas Talang Bakung Jambi generally and partichlarly to employee of sevice healhthy to do and operate of duty develop of education program and counseling. Keywords : usitiled of pregnant woman SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016 351 FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015 PENDAHULUAN Kehamilan merupakan suatu bentuk alamiah reproduksi manusia, yaitu peroses regenerasi yang diawali dengan pertemuan sel telur perempuan dengan sel sperma laki-laki yang membentuk suatu sel (embrio) dimana merupakan cikal bakal janin,dan berkembang didalam rahim sampai akhirnya di lahirkan sebagai bayi. (Syaifuddin,2006) Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar dinegara berkembang. Dinegara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya jadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Tahun 1996, WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. Di Asia Selatan,wanita berkemungkinan 1 : 18 meninggal akibat kehamilan atau persalinan selama kehidupannya, di negara Afrika 1 : 14, sedangkan di Amerika Utara hanya 1 : 366. Lebih dari 50% kematian dinegara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi yang ada serta biaya relatif rendah (Prawirohardjo,2009). Antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Tujuannya adalah menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat. (Notoatmodjo,2007) Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 508.500 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. Di Asia Selatan, wanita berkemungkinan 1 : 18 meninggal akibat kehamilannya atau persalinan selama kehidupannya, dibanyak negara di Afrika 1 : 14, sedangkan di A merika utara 1 : 6366. Menanggapi masalah yang demikian besar, WHO mengajurkan strategi Making Pregnancy Saver ( MPS) yang pada dasarnya meminta perhatian pemerintah dan masyarakat untuk menempatkan Save Motherhood sebagai SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI prioritas utama dalam pembangunan nasional dan internasional. (Syaifuddin,2007) Menurut World Health Organization (WHO) di seluruh dunia memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau persalin. Lebih dari 50% kematian di negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi yang ada dengan biaya yang relatif rendah. Mortalitas dan morbalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar dinegara berkembang. Dinegara miskin sekitar 25-50% kematian wanita subur usia di sebabkan hal yang berkaitan dengan kahamilan. (Depkes RI,2010) Menurut green dalam Notoatmodjo (2005) faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ada tiga yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Yang termasuk faktor predisposisi adalah umur, jenis kelamin, sikap, kepercayaan, paritas, pendidikan, pekerjaan ,tradisi, dan nilai. Sedangkan yang termasuk faktor pemungkin adalah kesetersediaan sumber daya, keterjangkuan pelayanan kesehatan, keterampilan, petugas kesehatan serta komitmen masyarakat atau pemerintah. Termasuk faktor penguat adalah keluarga,guru,petugas kesehatan,tokoh masyarakat dan para pembuat keputusan Undang-Undang maupun peraturan. Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil yaitu perilaku, jarak tempat pelayanan, kwalitas pelayanan, dukungan suami,umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, paritas dan sikap. (Green.2005) Keberhasilan upaya anternal care selain tergantung pada petugas kesehatan juga perlu partisipasi ibu hamil itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang perawatan kehamilannya,dengan demikian diharapkan dengan memperbaiki pengetahuan ibu khususnya ibu hamil terhadap perawatan kehamilan sehingga akan dapat merubah sikap serta kepatuhan melaksanakan anternal care. Pengetahuan adalah segenap hal yang diketahui tentang objek tertentu. Vol. 4 No. 04 Maret 2016 352 FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015 Seseorang yang memiliki pengetahuan tunggi maka semakin kritis, logis dan sistematis cara fikirnya. Dengan demikian orang akan lebih mengerti mengenai tujuan pemeriksaan dan manfaat pemeriksaan kehamilan. (Andra,2007) Menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyebutkan angka kematian ibu (aki) saat melahirkan adalah 248 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1.000 kelahirn hidup. Dalam mempercepat penurunan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategi “empat pilar safe motherhood” meliputi keluarga berencana, pelayaan antenatal, persalinan yang aman, dan pelayanan obseterti esensia l (Helni,2012) Angka Kematian Ibu (AKI ) di indonesia masih tetap tinggi di kawasan Assosiation of Soult Asia Nation (ASEAN) ,walupun sudah terjadi penurunan dari 307 per 100.000. kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) menjadi 248 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. ( Depkes RI,2007) tingginya AKI ini tidak lepas dari masih tingginya angka kehamilan yang tidak diinginkan yaitu mencapai 16,8%. Disisi lain masih banyak ditemukan kehamilan yang tidak ideal (terlalu banyak,terlalu muda,terlalu tua,terlalu dekat). Yang sangat membahayakan bagi kesehatan ibu atau lebih dikenal “4T” saat ini di indonesia, ibu hamil dengan resiko tinggi berkaitan dengan kehamilan 4T sebesar 22,4%. (BKKBN ,2007) Propinsi Jambi pada tahun 2013 diketahui cakupan pertama kali pemeriksaan kehamilan pada petugas kesehatan (ki) adalah 83,6 dan cakupan kunjungan oaling sedikit 4 kali pada kehamilan (k4) adalah 75,0 (BKKBN prop.Jambi 2013). Menurut profil kesehatan propinsi Jambi 2013 cakupan kunjungan ibu hamil K4 di propinsi Jambi sebesar 89,49% dimana nilai cakupan tersebut meski lebih tingggi dari capaian nasional ditahun yang sama, namun tidak dapat mencapai target renstra tahun 2013 yakni sebesar 93%. Meski demikian, terdapat 54,55% atau sebanyak 6 dari 11 kabupaten/kota di propinsi Jambi yang dapat mencapai target tersebut tahun SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI 2013 sebesar 97,25%.( profil kesehatan propinsi Jambi,2013) Berdasarkan data dari Dinkes Kesehatan Kota Jmbi tahun 2012 cakupan KI sebesar 14.005 atau 93.3% dengan umlah sasaran ibu hamil 14.250 ibu hamil. Perbandingan dari 20 puskesmas yang ada di Kota Jambi. Cakupan KI tertinggi adalah Puskesmas rawasari Kota Jambi. Data kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung Jambi tahun 2013 ada cakupan KI sebesar 799 atau 95,8% dan cakupan K4 sebesar 741 atau 91,14%. Pada tahun 2014 jumlah cakupan KI adalah 769 atau 94,58% dan cakupan K4 sebesar 697 atau 85,73%. Dengan data tersebut bisa dilihat adanya penurunan dari kunjungan ibu hamil dari cakupan KI ke K4.(profil Puskesmas Talang Bakung Jambi,2013). METODE PENELITIAN Pada penelitian ini merupakan penelitian deskriktif analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (jarak tempat pelayanan, pendidikan, pengetahuan dan paritas) dengan variabel dependen (rendahnya kunjungan) ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung Jambi Tahun 2015 secara simultan dan parsial, dengan pendekatan cross sectional di mana variabel independen dan variabel dependen dikumpulkan dan di ukur dalam waktu yang bersamaan. (Notoatmodjo, 2005). Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan Teknik accidental sampling dimana pengambilan sampel sesuai dengan jumlah sampel yang ada pada saat pengambilan data, sehingga sampel yang di ambil adalah total populasi ibu- ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Talang Bakung Jambi untuk pemeriksaan kehamilannya pada bulan April sampai Juni berjumlah 60 orang. Populasi dijadikan sebagai sampel karena jika populasi ≤ 100 orang maka diambil semua sebagai sampel dalam penelitian. (Arikunto, 2010). Data primer adalah data yang di peroleh dari wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada ibu- ibu hamil yang datang berkunjung ke Puskesmas Talang Bakung Jambi, Vol. 4 No. 04 Maret 2016 353 FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015 sebelum pengisian kuesioner maka diterangkan dahulu maksud masingmasing pertanyaan yan tercantum dalam kuesioner. Sedangkan data skunder adalah data yang diperoleh dari laporanlaporan dan observasi dari Puskesmas Talang bakung Jambi dan buku- buku sebagai bahan referensi serta internet. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah univariat, bivariat dan analisis multivariat. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat Analisis ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari variabel independen ( jarak tempat pelayanan, pendidikan, pengetahuan, paritas) dengan variabel dependen (rendahnya kunjungan ibu hamil )di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi. 1. Rendahnya kunjungan ibu hamil. Dalam penelitian ini rendahnya kunjungan ibu hamil di kelompokkan menjadi 2 yaitu tidak standar (bila melakukan pemeriksaan < 4 kali selama masa kehamilan) dan standar (bila melakukan pemeriksaan≥ 4 kali masa kehamilan untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015 Rendahnya % Kunjungan Frekuensi Tidak standar 31 51,7 Standar 29 48,3 Jumlah 60 100 2. Jarak Tempat Pelayanan . Dari tabel 1 diatas dapat dilihat Dalam penelitian ini jarak tempat bahwa dari 60 responden, yang pelayanan responden dikategorikan berkunjung ke Puskesmas tidak sesuai menjadi dua yaitu jauh bila jarak tempat dengan standar kunjungan ibu hamil lebih tinggal ibu ke sarana kesehatan banyak ada 31 responden (51,7%) /Puskesmas ≤ 1KM. dapat dilihat pada dibanding dengan responden yang teratur tabel 2 dibawah ini. berkunjung untuk memeriksakan kehamilannya berjumlah 29 responden (48,3%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jarak Tempat Pelayanan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015 Jarak Tempat Frek % Pelayanan uensi Jauh 32 53,3 Dekat 28 46,7 Jumlah 60 100 Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa dari 60 responden yang rumahnya jarak jauh ≥ 1KM ke Puskesmas lebih banyak yaitu 32 responden (53,3%) dibandingkan dengan responden yang rumahnya dekat 1KM ke Puskesmas berjumlah 28 responden (46,7%). SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI 3. Pendidikan Dalam penelitian ini pendidikan responden dikategorikan menjadi dua yaitu rendah < SMA dan tinggi ≥ SMA. Dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini. Vol. 4 No. 04 Maret 2016 354 FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015 Pendidikan Frekuensi % Rendah 33 55,0 Tinggi 27 45,0 Jumlah 60 100 4. Pengetahuan Dari tabel 3 diatas dapat dilihat Pada penelitian ini pengetahuan bahwa dari 60 responden yang responden menjadi 2 kelompok yaitu berpendidikan rendah lebih banyak yaitu kurang dan baik , untuk lebih jelas dapat 33 responden (55%) dibandingkan kita lihat pada 4. dengan responden yang berpendidikan tinggi berjumlah 27 responden (45%). Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015 Pengetahuan Frekuensi % Kurang Baik 30 30 60 Jumlah 50,0 50,0 100 5. Paritas Pada penelitian ini paritas dikategorikan menjadi dua yaitu resiko tinggi (jika jumlah anak ≥ 3 orang) da resiko rendah (jika jumlah anak < 3 orang). Dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Paritas Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015 Paritas Frekuensi % Dari 4 diatas menunjukan bahwa dari 60 responden, yang berpengetahuan kurang ada 30 responden (50%) sama besar dengan yang berpengetahuan baik ada 30 responden (50%). Resiko tinggi Resiko rendah Jumlah 34 26 60 Dari tabel 5 diatas menujukkan bahwa dari 60 responden yang beresiko tinggi lebih banyak yaitu 34 responden (56,7%) dibandingkan dengan yang beresiko rendah berjumlah 26 responden (43,3%). Analisis Bivariat Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan (korelasi) antara variabel independen ( jarak tempat pelayanan, pendidikan, pengetahuan, paritas) dengan variabel dependen( rendahnya kujungan ibu hamil). Analisa bivariat menggunakan uji chi-square dengn tngkat/derajat kemaknaan adalah α 5% (0,05) penelitian ini akan melihat ada tidaknya kemaknaan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI 56,7 43,3 100 1. Hubungan Antara Jarak Tempat Pelayanan Dengan Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015 Penelitian ini dilakukan terhadap 60 responden dimana jarak tempat pelayanaan responden dikategorikan menjadi dua yaitu jauh bila jarak tempat tinggal ibu kesararana kesehatan/ Puskesmas ≥ 1KM dan dekat bila jarak tempat tinggal ibu kesarana kesehatan / Puskesmas < 1KM dengan rendahnya kunjungan ibu hamil dengan 2 kategori yaitu tidak standar ( bila melakukan pemeriksaan < 4 kali selama masa kehamilan) dan standar (bila melakukan pemeriksaan ≥ 4 kali masa kehamilan). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini. Vol. 4 No. 04 Maret 2016 355 FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015 Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Tempat Pelayanan Dan Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015 Jarak Tempat Rendahnya Kunjungan Total Pelayanan OR 95% P Value Tidak Standar CI Standar % Jauh 2 8,8 0 31,3 2 00 0,009 4,644 1,562Dekat 2,1 9 67,9 8 00 13,812 Total Bermakna 1 9 0 hamil yang rumahnya berjarak jauh Berdasarkan hasil analisis mempunyai peluang 4,644 kali untuk tidak hubungan jarak tempat pelayanan dengan berkunjung memeriksakan kehamilannya rendahnya kunjungan ibu hamil terlihat ke Puskesmas dibandingkan dengan ibu pada tabel diatas, dari 32 responden hamil yang rumahnya berjarak dekat. rendahnya berjarak jauh ke Puskesmas Dengan demikian hipotesis yang melakukan kunjungan tidak standar untuk menyatakan ada hubungan antara jarak memeriksakan kehamilannya ada 22 tempat pelayanan dengan rendahnya responden (68,8%) dan yang melakukan kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang kunjungan standar untuk memeriksakan Bakung Kota Jambi tahun 2015 terbukti kehamilannya ada 10 responden (31,3%) secara statistik. sedangkan dari 28 responden yang 2. Hubungan Antara rumahnya berjarak jauh kepuskesmas Pendidikan Dengan Rendahnya melakukan kunjungan tidak standar untuk Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas memeriksakan kehamilannya ada 9 Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015 responden (32,1%) dan yang melakukan Penelitian ini dilakukan terhadap kunjungan standar untuk memeriksakan 60 responden dimana pendidikan kehamilannya ada 19 responden (67,9%). responden dikategorikan menjadi dua Berdasarkan dari hasil uji statistik yaitu rendah < SMA dengan tinggi ≥ SMA chi-square diperoleh nilai p value = 0,009 dengan rendahnya kunjungan ibu hamil ≤ 0,05. Ini menunjukkan bahwa ada dengan 2 kategori yaitu tidak standar (bila hubungan yang bermakna antara jarak melakukan pemeriksaan < 4 kali selam tempat pelayanan dengan rendahnya masa kehamilan ) dan standar ( bila kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang melakukan pemeriksaan ≥ 4 kali selama Bakung Kota Jambi tahun 2015 terbukti masa kehamilan). Untuk lebih jelas dapat secara statistik. kita lihat di tabel 7 dibawah ini. Dari hasil analisis diperoleh pula Oods Ratio atau OR = 4,644, artinya ibu Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Dan Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015 Pendidikan Rendahnya Kunjungan Total OR P Value 95% CI Tidak Standar Standar Rendah 9,7 0 3 Tinggi 8 29,6 9 Berdasarkan hasil analisis hubungan pendidikan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil terlihat pada tabel diatas, dari 33 responden yang berpendidikan rendah melakukan SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI 0,3 2 5,463 1,7990,004 0,4 8 00 16,686 kunjungan tidak standar untuk memeriksakan kehamilannya ada 23 responden ( 69,7%) dan yang melakukan kunjungan standar untuk memeriksasakan kehamilannya ada 10 responden (30,3%) Vol. 4 No. 04 Maret 2016 00 356 FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015 Dengan demikian hipotesis yang sedangkan dari 27 respnden yang menyatakan ada hubungan antara berpendidikan tinggi melakukan pendidikan dengan rendahnya kunjungan kunjungan tidak standar ada 8 responden ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung (29,6%) dan yang melakukan kunjungan Kota Jambi tahun 2015 terbukti secara standar untuk memeriksakan statistik kehamilannyaq ada 19 responden 3. Hubungan Antara (70.4%). Pengetahuan Dengan Rendahnya Berdasarkan dari hasil uji statistik Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas chi-square diperoleh nilai p value = 0,004 Talang Bakung Kota Jambi Tahun ≤ 0,05. Ini menunjukkan bahwa ada 2015. hubungan yang bermakna antara Penelitian ini dilakukan terhadap pendidikan dengan rendahnya kunungan 60 responden dimana pendidikan ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung responden dikategorikan menjadi dua Kota Jambi tahun 2015 terbukti secara yaitu kurang dan baik dengan rendahnya statistik. kunjungan ibu hamil dengan 2 kategori Dari hasil analisis diperoleh pula yaitu tidak standar (bila melakukan Oods Ratio atau OR = 5,463, artinya ibu pemeriksaan < 4 kali selam masa hamil yang berpendidikan rendah kehamilan ) dan standar ( bila melakukan mempunyai peluang 5,463 kali untuk tidak pemeriksaan ≥ 4 kali selama masa berkunjung memeriksakan kehamilannya kehamilan). Untuk lebih jelas dapat kita ke Puskesmas dibandingkan dengan ibu lihat di tabel 8 dibawah ini. hamil yang berpendidikan tinggi. Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Dan Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015 Pengetahuan Rendahnya Kunjungan Total OR P Value 95% CI Tidak Standar Standar Kurang Baik 21 10 70,0 30,3 9 20 Total 31 29 Berdasarkan hasil analisis hubungan pengetahuan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil terlihat pada tabel diatas, dari 30 responden yang berpendidikan rendah melakukan kunjungan tidak standar untuk memeriksakan kehamilannya ada 21 responden ( 70%) dan yang melakukan kunjungan standar untuk memeriksasakan kehamilannya ada 9 responden (30%) sedangkan dari 30 responden yang berpengetahuan baik melakukan kunjungan tidak standar ada 10 responden (33,3%) dan yang melakukan kunjungan standar untuk memeriksakan kehamilannya ada 20 responden (66,7%). Berdasarkan dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value = 0,009 ≤ 0,05. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di Puskesmas SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI 30,0 66,7 30 100 30 100 4,667 1,57113,866 0,009 60 Bermakna Talang Bakung Kota Jambi tahun 2015 terbukti secara statistik. Dari hasil analisis diperoleh pula Oods Ratio atau OR = 4,667, artinya ibu hamil yang berpengetahuan kurang mempunyai peluang 4,667 kali untuk tidak berkunjung memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas dibandingkan dengan ibu hamil yang berpengetahuan tinggi.. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara pengetahuan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi tahun 2015 terbukti secara statistik 4. Hubungan Antara Paritas Dengan Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015. Penelitian ini dilakukan terhadap 60 responden dimana pendidikan responden dikategorikan menjadi dua Vol. 4 No. 04 Maret 2016 357 FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015 yaitu kurang dan resiko tinggi (jika jumlah anak > 3 orang ) dan resiko rendah ( jika jumlah anak < 3 orang) dengan rendahnya kunjungan ibu hamil dengan 2 kategori yaitu tidak standar (bila melakukan pemeriksaan < 4 kali selam masa kehamilan ) dan standar ( bila melakukan pemeriksaan ≥ 4 kali selama masa kehamilan). Untuk lebih jelas dapat kita lihat di tabel 9 dibawah ini. Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Paritas Dan Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015 Rendahnya Kunjungan OR Paritas Total 95% CI P Value Tidak Standar Standar % Risiko Tinggi 24 70,6 10 29,4 34 100 6,514 0,002 Risiko Rendah 7 26,9 19 73,1 26 100 2,087 20,329 Total 31 29 60 Bermakna dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di Berdasarkan hasil analisis Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi hubungan paritas dengan rendahnya tahun 2015 terbukti secara statistik. kunjungan ibu hamil terlihat pada tabel diatas, dari 34 responden yang berisiko Analisis Multivariat tinggi melakukan kunjungan tidak standar Analisis Multivariat dilakukan untuk untuk memeriksakan kehamilannya ada mengetahui faktor resiko yang paling 24 responden ( 70,6% ) dan yang dominan antara variabel independen melakukan kunjungan standar untuk (jarak tempat memeriksasakan kehamilannya ada 10 pelayanan,pendidikan,pengetahuan,parita responden (29,4%) sedangkan dari 26 s) dan variabel dependen (rendahnya responden yang berisiko rendah kunjungan ibu hamil ). Analisis multivariat melakukan kunjungan tidak standar ada 7 bertujuan mendapatkan model terbaik responden (26,9%) dan yang melakukan dalam menentukan faktor yang paling kunjungan standar untuk memeriksakan berhubungan dengan rendahnya kehamilannya ada 19 responden (73,1%). kunjungan ibu hamil. Langkah-langkah Berdasarkan dari hasil uji statistik yang dilakukan adalah memilih variabel chi-square diperoleh nilai p value = 0,002 kandidat yang dilakukan melalui analisis ≤ 0,05. Ini menunjukkan bahwa ada bivariat dengan uji Kai Kuadrat. Hasil uji hubungan yang bermakna antara paritas bivariat yang mempunyai nilai p ≤ 0,05, dengan rendahnya kunjungan ibu hamil maka variabel tersebut dapat masuk di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi kedalam model multivariat, sedangkan tahun 2015 terbukti secara statistik. variabel yang mempunyai nilai p > 0,05 Dari hasil analisis diperoleh pula dikeluarkan dari model. Dalam penelitian Oods Ratio atau OR = 6,514, artinya ibu ini semua variabel independen masuk hamil yang berisiko tinggi mempunyai kedalam model analisis multivariat, yaitu peluang 6,514 kali untuk tidak berkunjung variabel jarak tempat pelayanan, memeriksakan kehamilannya ke pendidikan, pengetahuan, paritas. Dengan Puskesmas dibandingkan dengan ibu tabel 10 hamil yang berisiko rendah. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara paritas SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016 358 FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015 Tabel 10. Variabel Independen Dari Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015 Variabel LogG P Likelihood Value Step Variabel Jarak Tempat P0 74,914 8,197 0,009 Independen 73,301 9,810 0,004 Pendidikan 74,843 8,268 0,009 Pengetahuan 71,484 11,627 0,002 Paritas Untuk membuat model faktor penentu terhadap rendahnya kunjungan ibu hamil dilakukan dengan seleksi variabel Backward Stepwise Selection (analisis regresi logistic dengan cara seleksi mundur) satu persatu variabel yang memiliki nilai p > 0,05 yang terbesar dikeluarkan dari model, dimana setiap pengeluaran satu variabel akan didapatkan model yang baru dan seterusnya sehingga diperoleh model akhir (Hastono,2001). Model pertama Tabel 11. Hasil Analisa Multivariat Regresi Logistik Model Pertama Antara 4 Variabel Indepeden dengan Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015 Rendahnya Kunjungan Ibu Exp (B) 95.0% C.I. for EXP Hamil B P (B) Lower Upper Jarak Tempat Pelayanan -21,483 0,999 0,000 0,000 Pendidikan -21,483 1,000 0,000 0,000 - Pengetahuan 2,060 1,002 7,846 2,091 29,442 Paritas 44,880 0,999 3,019 0,000 - Pada model pertama,variabel pendidikan mempunyai nilai p paling besar, yaitu 1,000 sehingga variabel pendidikan dikeluarkan dari model seperti yang terlihat pada model 2 berikut : Model kedua Tabel 12. Hasil Analisa Multivariat Regresi Logistik Model Pertama Antara 3 Variabel Indepeden dengan Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015 Rendahnya Kunjungan Exp (B) 95.0% C.I. for Ibu Hamil B P EXP (B) -21,344 0,999 0,000 Lower 0,000 Upper Jarak Tempat Pelayanan Pengetahuan 1,962 0,003 7,112 0,927 26,241 Paritas 23,329 0,999 1,010 0,000 - - Pada model kedua,variabel paritas mempunyai nilai p paling besar,yaitu 0,999 sehingga variabel paritas dikeluarkan dari model seperti terlihat tabel 12 berikut ini: SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016 359 FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015 Model ketiga Tabel 13. Hasil Analisa Multivariat Regresi Logistik Model Pertama Antara 2 Variabel Indepeden dengan Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015 Rendahnya Kunjungan Exp (B) 95.0% C.I. for Ibu Hamil B P EXP (B) Jarak Tempat Pelayanan 1,537 0,010 4,649 Lower 1,440 Upper 15,005 Pengetahuan 1,541 0,010 4,671 1,440 15,051 Dari hasil analisis regresi logistic pada model 3 atau model akhir (fit model) di dapat 2 variabel yang bermakna secara statistik hubunganya dengan rendahnya kunjungan ibu hamil. Kedua variabel tersebut adalah jarak tempat pelayanan dan pengetahuan. Kemudian unuk mengetahui variabel mana yang paling besar hubungannya dengan rendahnya kunuungan ibu hamil dapat dilihat pada nilai Beta (B). dari model ternyata variabel yang paling besar hubungannya terhadap rendahnya kunjungan ibu hamil adalah variabel pengetahuan dan bila dilakukan urutan adalah sebagai berikut : OR: 4,671 (95 % CI : 1,449=15,051) p value = 0,010 dan jarak tempat pelayanan OR : 4,649(95% CI : 1,440 – 15,005) p value = 0,O10 .variabel pengetahuan setelah dilakukan analisis multivirat dan setelah diseleksi dengan variabel independen lainnya tetap mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik, dimana OR: 4,671 (95 % CI : 1,449=15,051) p value = 0,010 memberikan interpretasi bahwa responden yang berpengetahuan kurang mempunyai peluang 4,671 kali untuk tidak melakikan kunjuungan memeriksakan kehamilannya dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan baik. Sehingga dalam hal ini variabel jarak tempat pelayanan dan pengetahuan secara bersama-sama (secara simultan) berhubungan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi tahun 2015. Pembahasan Variabel Independen yang berhubungan secara bermakna dengan Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI 1. Hubungan Antara Jarak Tempat Pelayanan Dengan Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015 Dari 60responden yang rumahnya jarak jauh ≥ 1KM ke puskesmas lebih banyak yaitu 32 responden (53,3%) dibandingkan dengan responden yang rumahnya dekat < 1 KM ke puskesmas berjumlah 28 responden (46,7%). Berdasarkan hasil analisi hubungan jarak tempat pelayanan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil terlihat pada tabel diatas, dari 32 responden rumahnya berjarak jauh ke Puskesmas melakukan kunjungan tidak standar untuk memeriksakan kehamilannya ada 22 responden (68,8%) dan yang melakukan kunjungan standar untuk memeriksakan kehamilannya ada 10 responden (31,3%) sedangkan dari 28 responden yang rumahnya berjarak jauh kepuskesmas melakukan kunjungan tidak standar untuk memeriksakan kehamilannya ada 9 responden (32,1%) dan yang melakukan kunjungan standar untuk memeriksakan kehamilannya ada 19 responden (67,9%) Berdasarkan dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value = 0,009 ≤ 0,05. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jarak tempat pelayanan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi tahun 2015 terbukti secara statistik. Dari hasil analisis diperoleh pula Oods Ratio atau OR = 4,644, artinya ibu hamil yang rumahnya berjarakj jauh mempunyai peluang 4,644 kali untuk tidak berkunjung memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas dibandingkan dengan ibu Vol. 4 No. 04 Maret 2016 360 FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015 hamil yang rumahnya berjarak dekat. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara jarak tempat pelayanan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi tahun 2015 terbukti secara statistik. Tempat pelayanan kesehatan yang sulit dicapai baik jarak maupun sarana transportasi juga mempengaruhi kunjungan kehamilan atau pemilihan tempat pemeriksaan ANC terutama di daerah pedesaan sehingga mereka cenderung memilih memeriksaan kehamilannya. Selain itu juga dipengaruhi oleh sarana pelayanan kesehatan yang belum merataui penyebaranya(K.R Soegino, 2006). Hasil penelitian yang dilakukann MG.adiyanti di prubalingga membuktikan bahw kunjungan kehamilan lebih tinggi di perkotaan sebesar 57% dan di pedesaan 43%. Dan hal ini membuktikan bahwa tempat pemeriksaan kehamilan ini mempunyai hubungan yang bermakna dengan kunjungan ANC. Menurut penelitian ini Sadik (FKMUI,1996) mengemukakan hasil penelitiannya bahwa variabel jarak tempat tinggal dengan sarana kesehatan,penghasilan keluarga dan lama waktu tunggu berpengaruh terhadap pemanfaatan sarana pelayanan antenatal. Masalah yang berkaitan dengan ketenagaan dan fasilitas pelayanan antenatal care. Menurut Dapertemen Kesehatan Republik Indonesia,adalah: 1. Terbatasnya kemampuan dan keterampilan petugas dalam pelayanan kesehatan perinatal termasuk penatalaksanaan kegawat-daruratan. 2. Masih kurangnya jangkuan dan mutu pelayanan kesehatan perinatal yang menyebabkan belum terjaminnya keselamatan bayi barn lahir serta pelaksanaan perawatan pada bayi barn lahir masih belum seperti yang diharapkan. Mekanisme rujukan medis saat ini masih belum mendukung upaya menurunkan kematian perinatal di suatu wilayah oleh karena banyaknya faktor teknis dan non teknis yang berada di luar batas kemampuan petugas kesehatan. SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Jarak tempat pelayanan kesehatan adalah jumlah dalam meter atau kilo meter dari tempat tinggal ibu hamil dengan sarana kesehatan(Puskesmas) tempat pelayanan pemeriksaan ANC,(BPSI,2002). Jarak jauh bila jarak tempat tinggal ibu ke sarana kesehatan/ Puskesmas ≥ 1KM, dan jarak dekat bila jarak tempat tinggal ibu kesarana kesehatan/Puskesmas < 1KM.(Notoatmodjo,2007). 2. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015 Dari 60 responden yang berpendidikan rendah lebih banyak yaitu 33 responden (55%) dibandingkan dengan responden yang berpendidikan tinggi berjumlah 27 responden (45%). Berdasarkan hasil analisis hubungan pendidikan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil terlihat pada tabel diatas, dari 33 responden yang berpendidikan rendah melakukan kunjungan tidak standar untuk memeriksakan kehamilannya ada 23 responden ( 69,7%) dan yang melakukan kunjungan standar untuk memeriksasakan kehamilannya ada 10 responden (30,3%) sedangkan dari 27 respnden yang berpendidikan tinggi melakukan kunjungan tidak standar ada 8 responden (29,6%) dan yang melakukan kunjungan standar untuk memeriksakan kehamilannyaq ada 19 responden (70.4%). Berdasarkan dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value = 0,004 ≤ 0,05. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan rendahnya kunungan ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi tahun 2015 terbukti secara statistik. Dari hasil analisis diperoleh pula Oods Ratio atau OR = 5,463, artinya ibu hamil yang berpendidikan rendah mempunyai peluang 5,463 kali untuk tidak berkunjung memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas dibandingkan dengan ibu hamil yang berpendidikan tinggi. Pengetahuan terkait erat dengan pendidikan ibu hamil karena makin tinggi pendidikan ibu hamil maka makin baik Vol. 4 No. 04 Maret 2016 361 FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015 pula pemahaman ibu tersebut terhadap masalah kesehatan termasuk kesehatan selama masa kehamilan, persalinan dan nifas makin baik pengetahuan maka makin tinggi kesadaran ibu hamil untuk melakukan kunjungan ANC pada tenaga kesehatan (Notoadmojo,2000). Hasil penelitian yang dilakukan oleh ichad Maryanto di Purbalingga membuktikan bahwa terdapat hubungan yang bermakna pengetahuan ibu hamil dengan kunjungan ANC. Pengetahuan ibu tentang kunjungan untuk memeriksa kehamilan sangat penting diantaranya pemenuhan nutrisi ibu hamil, jangan makan sembarangan saat hamil, utamakan kualitas, artinya bagi ibu hamil seringlah memakan makanan yang bervariasi sehingga dapat bermanfaat bagi ibu dan janin. (Sisin,2008) Trapsilowati (2009) menyatakan bahwa ada hubungan antarapengetahuan dengan cakupan K4 standar. Hasil penelitiannya mendapatkan dari 66 responden yang memenuhi kriteria pemeriksaan kehamilan standar (K4 standar) , standar yang mengetahui tentang gangguan atau kelainan yang timbul selama masa kehamilan dan mengetahui keadaan hamil yang berbahaya bagi kesehatan ibu sebanyak 33 responden atau 50% dan responden yang tidak mengetahui kelainan diatas besarnya sama, yaitu 33 responden (50%) Analisis diatas sesuai dengan pernyataan Soekanto (1991) dalm Purwanto (1996) faktor sosial budaya seperti pendidikan seorang merupkan salah satu faktor yang diperkirakan secara tidak langsung dapat mempengaruhi kunjungan untuk memeriksa kesehatan (berobat). Pendidikan membuat seseorang terbuka jalan pikirannya sehingga mudah untuk menerima pesanpesan baru. Makin tinggi tingkat pendidikan seorang maka semakin tinggi tingkat pemahamannya tentang perlunya kunjungan/ pemeriksaan kesehatan dipelayanan kesehatan dan makin rendah tingkat pendidikan maka pemahaman tentang perlunya pemeriksaan kesehatan semakin berkurang (Saifuddin,2003) SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI 3. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015 Dari 60 responden yang berpengetahuan kurang lebih ada yaitu 30 responden (50%) sama besar dengan responden yang berpengetahuan baik yaitu ada 30 responden (50%). Berdasarkan hasil analisis hubungan pengetahuan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil terlihat pada tabel diatas, dari 30 responden yang berpendidikan rendah melakukan kunjungan tidak standar untuk memeriksakan kehamilannya ada 21 responden ( 70%) dan yang melakukan kunjungan standar untuk memeriksasakan kehamilannya ada 9 responden (30%) sedangkan dari 30 responden yang berpengetahuan baik melakukan kunjungan tidak standar ada 10 responden (33,3%) dan yang melakukan kunjungan standar untuk memeriksakan kehamilannya ada 20 responden (66,7%). Berdasarkan dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value = 0,009 ≤ 0,05. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi tahun 2015 terbukti secara statistik. Dari hasil analisis diperoleh pula Oods Ratio atau OR = 4,667, artinya ibu hamil yang berpengetahuan kurang mempunyai peluang 4,667 kali untuk tidak berkunjung memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas dibandingkan dengan ibu hamil yang berpengetahuan baik. Pengetahuan terkait erat dengan pendidikan ibu hamil karena makin tinggi pendidikan ibu hamil maka makin baik pula pemahaman ibu tersebut terhadap masalah kesehatan termasuk kesehatan selama masa kehamilan, persalinan dan nifas makin baik pengetahuan maka makin tinggi kesadaran ibu hamil untuk melakukan kunjungan ANC pada tenaga kesehatan (Notoadmojo,2000). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ichad Maryanto di Purbalingga membuktikan bahwa terdapat hubungan yang bermakna pengetahuan ibu hamil dengan kunjungan ANC. Vol. 4 No. 04 Maret 2016 362 FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015 Pengetahuan ibu tentang kunjungan untuk memeriksa kehamilan sangat penting diantaranya pemenuhan nutrisi ibu hamil, jangan makan sembarangan saat hamil, utamakan kualitas, artinya bagi ibu hamil seringlah memakan makanan yang bervariasi sehingga dapat bermanfaat bagi ibu dan janin. (Sisin,2008) Trapsilowati (2009) menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan cakupan K4 standar. Hasil penelitiannya mendapatkan dari 66 responden yang memenuhi kriteria pemeriksaan kehamilan standar (K4 standar) , standar yang mengetahui tentang gangguan atau kelainan yang timbul selama masa kehamilan dan mengetahui keadaan hamil yang berbahaya bagi kesehatan ibu sebanyak 33 responden atau 50% dan responden yang tidak mengetahui kelainan diatas besarnya sama, yaitu 33 responden (50%). Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2005) pengetahuan merupakan hasil dari tahu,dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Adapun pengetahuan yang dimaksud ini adalah pengetahuan seseorang tentang kujungan / pemeriksaan kesehatan di pelayanan kesehatan. Dengan pengetahuan seseorang tentang pentingnya kunjungan ketempat pelayanan kesehatan diharapkan dapat mengurangi resiko kematian, karena kondisi tersebut bisa lebih awal (dini) ditangani oleh tenaga kesehatan. Menurut Mujakir (2003) menyatakan bahwa apabila pengetahuan seseorang tentang pentingnya kunjungan,maka kesadaran seseorang tentang kunjunganpun tinggi. Faktor pengetahuan yang mempengaruhi kunjungan ketempat pelayanan kesehatan 52%. Jadi kunjungan diperlukan pengetahuan dan kesadaran tentang pemeriksaan baik untuk kelangsungan hidupnya sendiri. Artinya semakin baik pengetahuan seseorang tentang kunjungan. Akan semakin tinggi kepatuhan untuk memeriksakan sesuai dengan prosedur kesehatan. SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI 4. Hubungan Antara Paritas Dengan Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015. Dari 60 responden yang berisiko tinggi lebih banyak yaitu 34 responden (56,7%) dibandingkan dengan berisiko rendah berjumlah 26 responden (43,4%) Berdasarkan hasil analisis hubungan paritas dengan rendahnya kunjungan ibu hamil terlihat pada tabel diatas, dari 34 responden yang berisiko tinggi melakukan kunjungan tidak standar untuk memeriksakan kehamilannya ada 24 responden ( 70,6% ) dan yang melakukan kunjungan standar untuk memeriksasakan kehamilannya ada 10 responden (29,4%) sedangkan dari 26 responden yang berisiko rendah melakukan kunjungan tidak standar ada 7 responden (26,9%) dan yang melakukan kunjungan standar untuk memeriksakan kehamilannya ada 19 responden (73,1%). Berdasarkan dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value = 0,002 ≤ 0,05. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi tahun 2015 terbukti secara statistik. Dari hasil analisis diperoleh pula Oods Ratio atau OR = 6,514, artinya ibu hamil yang berisiko tinggi mempunyai peluang 6,514 kali untuk tidak berkunjung memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas dibandingkan dengan ibu hamil yang berisiko rendah. Paritas adalah wanita dengan jumlah anak yang dilahirkan hidup maupun mati (Hanifa,2005) Berdasarkan penelitian sebelumnya ibu yang mempunyai jumlah anak >3 termasuk dalam faktor resiko, dan yang memiliki anak yang < 3 tidak termasuk faktor resiko. Dan hasil penelitian ini diharapkan kepada ibu memiliki anak > 3 dianjurkan untuk rutin dalam pemeriksaan kehamilan (Akbari,2003) Dalima (2012) menyatakan bahwa ada hubungan antara pritas dengan pemeriksaan kehamilan dimana dari 40 responden dapat diketahui sebagian responden paritas rendah yaitu 21 orang (52,5%) yang memeriksakan Vol. 4 No. 04 Maret 2016 363 FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015 kehamilannya dibandingkan dengan ibu yang paritas tinggi berjumlah 19 orang (47,4%) yang datang untuk memeriksakan kehamilannya. Hal ini sesuai juga dengan penelitian Mulyono(2008) yang menyatakan bahwa paritas mempunyai hubungan dengan kunjungan ibu hamil bahwa dari 40 responden dapat diketahui paritas rendah yaitu 24 responden (57,6%) yang memeriksakan kehamilannya dibandingkan dengan ibu yang paritas tinggi berjumlah 16 orang (42,4%) yang datang untuk memeriksakan kehamilannya. Variabel Independen yang berhubungan sebab akibat dengan Rendahnya Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi Dari hasil analisis regresi logistic pada model 3 atau model akhir (fit model) di dapat 2 variabel yang bermakna secara statistik hubunganya dengan rendahnya kunjungan ibu hamil. Kedua variabel tersebut adalah jarak tempat pelayanan dan pengetahuan. Kemudian unuk mengetahui variabel mana yang paling besar hubungannya dengan rendahnya kunuungan ibu hamil dapat dilihat pada nilai Beta (B). dari model ternyata variabel yang paling besar hubungannya terhadap rendahnya kunjungan ibu hamil adalah variabel pengetahuan dan bila dilakukan urutan adalah sebagai berikut : OR: 4,671 (95 % CI : 1,449=15,051) p value = 0,010 dan jarak tempat pelayanan OR : 4,649(95% CI : 1,440 – 15,005) p value = 0,010 . Variabel pengetahuan setelah dilakukan analisis multivirat dan setelah diseleksi dengan variabel independen lainnya tetap mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik, dimana OR: 4,671 (95 % CI : 1,449=15,051) p value = 0,010 memberikan interpretasi bahwa responden yang berpengetahuan kurang mempunyai peluang 4,671 kali untuk tidak melakikan kunjuungan memeriksakan kehamilannya dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan baik. Sehingga dalam hal ini variabel jarak tempat pelayanan dan pengetahuan secara bersama-sama (secara simultan) berhubungan dengan rendahnya SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi tahun 2015. Hasil diatas sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara jarak tempat pelayanan dan pengetahuan secara simultan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi tahun 2015. SIMPULAN Ada hubungan antara jarak tempat pelayanan secara parsial dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung Jambi tahun 2015; Ada hubungan antara pendidikan secara parsial dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung Jambi tahun 2015; Ada hubungan antara pengetahuan secara parsial dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung Jambi tahun 2015; Ada hubungan antara paritas secara parsial dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung Jambi tahun 2015; Ada hubungan antara jarak tempat pelayanan, pendiikan, pengetahuan, paritas secara simultan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi tahun 2015; Pengetahuan merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi tahun 2015. DAFTAR PUSTAKA Andra, 2007, Faktor – Faktor Pendidikan dan Pengetahuan Dengan Kunjungan Antenatal Care, Rubrik/one news Print.asp?Idnews 527 11039, diakses tanggal 12 mei 2011, dalam Kristiani, 2011. BKKBN Propinsi Jambi, 2013, Jumlah Pasien Hamil, https://www.google.com.1#q =jumlah+pasien+RS+th 2014, di Akses tanggal 16 maret 2015. Dalima, 2012, Hubungan Antara Paritas dan Jarak Tempat Pelayanan Kesehatan Dengan Pemeriksaan Kehamilan (K4) Vol. 4 No. 04 Maret 2016 364 FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2015 Di Puskesmas Tulung Selapan Kabupaten OKI Tahun 2012. Depkes RI, 2007, Pedoman Operasional Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi Di Puskesmas, Jakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Depkes RI, 2010, Cakupan Pelayanan Kesehatan Antenatal dan Imunisasi Tetanus Toxoid Kepada Ibu, http://www.depkes.go.id/dow nloads onlines. Diakses tanggal 13 Maret 2015 Green, Lawrence. W and kreuter, Manhall, W, 2005, Health Program Planning And Education and ecological Approach. Hastono Susanto Priyo, 2001, Analis Pengolahan Data, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia Helni, 2012, Perubahan Fisiologi pada Ibu Primigravida, Online, http://zahiralathif92.blogspot. com/2013/04/proposalperubahan-fisiologi-pada-ibuhamil, diakses tanggal 13 maret 2015 Notoatmodjo Soekidjo, 2005, Promosi Kesehatan Teori dan SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta, Indonesia. Notoatmodjo Soekidjo, 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta, Indonesia. Prawirohardjo, 2009, Faktor yang berhubungan dengan kunjungan antenatal care (ANC) di wilayah Puskesmas tunas Harapan tahun 2012 Profil Kesehatan Provinsi Jambi, 2013, Profil Kesehatan Provinsi Jambi Puskesmas Talang Bakung Jambi, 2012, http://zahiralathif92.blogspot. com/2013/04/proposalperubahan-fisiologi-pada-ibuhamil, diakses tanggal 13 maret 2015. Saifuddin, dkk, 2003, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, YBP – SP, Jakarta, Indonesia. Setiawan, Yasin, 2006, Pengawasan Kesehatan Kehamilan Ibu, online, http://www.siaksoft.net/index. php/option=com diakses tanggal 12 april 2015, dalam Dalima, 2012. Trapsilowati, 2009, Pemeriksaan Kehamilan Standar (k4) di Kota Madya Salatiga, Vol. 4 No. 04 Maret 2016 365 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ULANG KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS JEMBATAN MAS KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ULANG KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS JEMBATAN MAS KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 FACTORS RELATED TO THE EVENT MEASURES PREVENTION OF RELAPSE ARI (ACUTE RESPIRATORY INFECTION) ON CHILDREN IN WORKING AREAS OF JEMBATAN MAS BATANGHARI JAMBI PROVINCE IN 2015 Margareta Pratiwi STIKes Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Korespondensi Penulis : [email protected] ABSTRAK Salah satu penyakit yang sering terjadi adalah ISPA. ISPA adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius. ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk di Amerika Serikat. Jenis penelitian menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai balita yang berdomisili di Desa Jembatan Mas Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Mas Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi yaitu 2016 responden, sampel dalam penelitian ini berjumlah 101 responden, instrumen penelitian menggunakan kuesioner, mengolah data menggunakan chi-square. Hasil penelitian dari 101 responden terdapat (50,5%) yang upaya pencegahan kekambuhan ulang ISPA kurang baik, (52,5%) peran petugas kesehatan kurang baik, (54,5%) mempunyai pengetahuan rendah dan (56,4%) mempunyai motivasi kurang baik. Hasil uji statistik diperoleh bahwa ada hubungan peran petugas kesehatan, pengetahuan dan motivasi dengan upaya pencegahan kekambuhan ulang ISPA Diharapkan bagi kepala Puskesmas Jembatan Mas untuk mengkoordinasi petugas kesehatan dapat meningkatkan intensitas penyuluhan kepada ibu-ibu tentang pencegahan kekambuhan ulang ISPA pada balita serta memberikan kepada petugas kesehatan, khususnya pemegang program Kesehatan Ibu dan Anak untuk melaksanakan cara pencegahan penyakit ISPA. Kata Kunci : ISPA, Peran Petugas Kesehatan, Pengetahuan, Motivasi ABSTRACT One of the common diseases that are ARI (acute respiratory infection). ARI (acute respiratory infection) is the process of inflammatory lung parenchyma is generally caused by an infectious agent). ARI (acute respiratory infection) is a common disease, and each year affects about 1% of the entire population in the united states. This type of research uses quantitative research design with cross sectional approach. The study population were mothers with young children who live in the village of work area health center jembatan mas batanghari jambi the 2016 respondents, the sample in this study is 101 respondents, the research instrument used questionnaires, process data using chi-square. The results from 101 respondents there (50.5%) were ARI prevention of recurrence is poor, (52.5%) the role of health workers is not good, (54.5%) had low knowledge (56.4%) had poor motivation. The statistical result is obtained that there is a role for health, knowledge and motivation to re-ari prevention of recurrence. The working areas of jembatan mas batanghari is expected to health center to coordinate health workers can increase the intensity of counseling to mothers on prevention of relapse and rerespiratory infection in young children gives health workers, particularly holders of maternal and child health program to implement ways of preventing respiratory disease. Keywords: ARI (acute respiratory infection) , role of health officer, knowledge, motivation SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016 366 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ULANG KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS JEMBATAN MAS KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 PENDAHULUAN Munculnya organisme nosokomial yang didapat dari rumah sakit yang resisten terhadap antibiotik, ditemukannya organisme-organisme yang baru (seperti Legionella), bertambahnya jumlah penjamu yang lemah daya tahan tubuhnya dan adanya penyakit seperti AIDS semakin memperluas spektrum dan derajat kemungkinan penyebab-penyebab ISPA dan ini menjelaskan mengapa ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang mencolok (Somantri, 2009). Salah satu penyakit yang sering terjadi adalah ISPA. ISPA adalah proses inflamatori parenkim paru yang umunya disebabkan oleh agen infeksius (Brunner dan Suddart, 2002 edisi 8 : 571). ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk di Amerika Serikat. Meskipun telah ada kemajuan dalam bidang antibiotik, ISPA tetap merupakan penyebab kematian terbanyak keenam di Amerika Serikat (Manurung, 2009). Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mereka yang belum berkembang dengan baik. ISPA juga sering terjadi pada orang tua dan orang lemah akibat penyakit kronik tertentu. Hampir 60% dari pasienpasien yang kritis di ICU dapat menderita ISPA, dan setengah dari pasien-pasien tersebut biasanya tak terselamatkan (Somantri, 2009). Menurut WHO dan UNICEF 50% ISPA disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan 30% oleh Haemophylus influenza type B dan sisanya disebabkan oleh virus dan penyebab lain. ISPA merupakan masalah kesehatan didunia karena angka kematiannya sangat tinggi, tidak saja dinegara berkembang tapi juga dinegara maju seperti Amerika Serikat, Kanada dan negara-negara Eropa. Di Amerika Serikat, terdapat 2-3 juta kasus ISPA per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang ( Shidiq, 2007). Memerangi ISPA merupakan strategi penting bagi setiap negara dalam pencapaian tujuan keempat dari Millenium Development Goals (MDGs) 2015. MDGs merupakan aksi untuk memperoleh kesehatan optimal dan hal tersebut harus SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI dilakukan oleh semua pihak. Masyarakat harus mempunyai perilaku yang mendukung MDGs pada kehidupan sehari-harinya. Pemerintah dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bertugas menyusun program kesehatan mendukung upaya MDGs tersebut. Selain itu pencegahan yang dapat dilakukan harus meliputi segi pasien, kuman ISPA dan juga lingkungan. Langkah yang dapat dilakukan antara lain pemberian ASI eksklusif 6 bulan, gizi cukup dan seimbang sesuai usia anak, imunisasi serta lingkungan bebas asap baik berupa asap rokok, hasil pembakaran maupun polusi udara. Untuk program selanjutnya, IDAI berencana melakukan simposium mengenai ISPA baik untuk kalangan awam, dokter umum, maupun dokter spesialis anak diseluruh Indonesia (Muttaqin, A 2008). Sebagai contoh misalnya seorang Ibu tidak mau membawa anaknya membawa anaknya berobat kepuskesmas karena ibu beranggapan anaknya hanya flu biasa, padahal anaknya menunjukkan ciri-ciri ISPA. Hal ini dapat disebabkan karena Ibu belum mengetahui tentang ISPA dan perbedaan dengan flu biasa. Atau barangkali juga dapat disebabkan karena rumahnya jauh dengan puskesmas. Sebab lain mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lain disekitarnya kurang memberikan informasi tentang ISPA (Nursalam, 2011). Ibu yang memiliki anak balita perlu pengetahuan yang cukup tentang pencegahan penyakit ISPA. Karena pencegahan penyakit ISPA ini merupakan hal yang sangat penting untuk mencegah kekambuhan dan perkembangan penyakit serta untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Penanganan dan pencegahan yang buruk pada ISPA akhirnya akan meningkatkan jumlah kematian balita (Notoadmodjo, 2007). Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jambi bahwa penderita ISPA balita pada tahun 2014 sebanyak 169.582 kasus (31,8%) dan penderita ISPA balita pada tahun 2015 meningkat sebanyak 556.581 kasus (44,7%). Berdasarkan survey awal pada tanggal 28 Oktober 2015 diwilayah verja Puskesmas Jembatan Mas terhadap 10 orang ibu Vol. 4 No. 04 Maret 2016 367 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ULANG KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS JEMBATAN MAS KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 yang mempunyai balita, terlihat 6 orang ibu kurang mengetahui upaya pencegahan penyakit ISPA seperti ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada anaknya. Selain itu perilaku pencegahan penyakitnya juga kurang baik seperti ibu tidak selalu memberikan makanan yang bergizi pada anaknya karena ibu berpendapat makanan bergizi itu mahal. Lingkungan tempat tinggal yang rapat dan lembab, ventilasi kurang, dan banyaknya paparan asap rokok disekitar lingkungan juga memberi pengaruh yang besar terjadinya ISPA. Hal ini tentunya tidak lepas dari kurangnya pengetahuan ibu tentang penyakit dan pencegahannya sendiri tentang ISPA dan motivasi/dorongan ibu yang masih kurang memperhatikan lingkungan disekitar dan kesehatan baik dari makanan juga jajanan anaknya. Ibu juga mengatakan jika sudah kelelahan maka ibu akan menunda membersihkan lingkungan rumahnya atau terkadang tidak dibersihkan. Selain itu, Ibu mengatakan kurangnya informasi yang didapat dari petugas kesehatan tentang cara-cara pencegahan ISPA misalnya apa Jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak 92 responden. Untuk menghindari Drop out sampel pada saat penelitian maka jumlah sampel yang dibutuhkan ditambah 10% sehingga didapat sampel secara keseluruhan sebanyak 101 responden. Kriteria inklusi ini adalah bersedia menjadi responden yaitu ibu yang mempunyai balita dan bisa diajak berkomunikasi, responden yang yang berdomisili diwilayah kerja puskesmas jembatan mas kabupaten Batanghari provinsi Jambi dan saja yang harus dihindari dan harus dilakukan agar tidak mengalami ISPA. Masyarakat juga harus merubah perilaku hidup lebih bersih dan sehat, menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri, merupakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dan akan memberikan pengaruh terhadap terjadinya penyakit ISPA ini (Mubarak, 2007). HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa univariat digunakan untuk melihat distibusi frekuensi dan persentase masing-masing variabel penelitian. Jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak 92 responden. Untuk menghindari Drop out sampel pada saat penelitian maka jumlah sampel yang dibutuhkan ditambah 10% sehingga didapat sampel secara keseluruhan sebanyak 101 responden. SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian yang digunakan yaitu cross sectional, dengan desain penelitian ini diharapkan diketahuinya hubungan peran petugas kesehatan,pengetahuan dan motivasi dengan upaya pencegahan kekambuhan ulang kejadian ISPA pada balita. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita yang tinggal diwilayah kerja puskesmas Jembatan Mas kabupaten batanghari Provinsi Jambi Tahun 2015 dengan jumlah 2016 responden. satu KK diambil satu orang responden yaitu KK atau ibu rumah tangga. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara pada ibu rumah tangga. Proses pengumpulan data selesai sampai jumlah responden 101 responden. Dalam pengumpulan data peneliti dibantu oleh 10 orang kader yang sebelumnya telah dijelaskan tentang tujuan penelitian serta cara pengumpulan data (pengisian kuisioner). Vol. 4 No. 04 Maret 2016 368 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ULANG KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS JEMBATAN MAS KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 Distribusi responden menurut upaya pencegahan kekambuhan ulang ISPA dapat dilihat pada tabel 1 : Upaya Pencegahan Kekambuhan Jumlah % Ulang ISPA Pengetahuan Rendah 55 54,5 Tinggi 46 45,5 Motivasi Kurang Baik Baik 57 44 56,4 43,6 Peran Petugas Kesehatan Kurang Baik 53 52,5 Baik 48 47,5 Dari 101 responden ada sebanyak 55 responden (54.5 %) pengetahuan rendah dan 46 responden (45,5%) pengetahuan tinggi, motivasi kurang baik dan 44 responden ( 43,6%) motivasi baik, 53 responden (52,5%) peran petugas kesehatan kurang baik dan 48 responden (47,5 %) peran petugas kesehatan baik. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, maka peneliti melakukan analisa bivariat dengan mengunakan uji statistik Chi Square. Hasil analisa hubungan pengetahuan dengan upaya pencegahan kekambuhan ulang ISPA dapat dilihat pada tabel 2 : Pengetahuan Rendah Tinggi Total Upaya Pencegahan Kekambuhan Ulang ISPA Kurang Baik Baik Jumlah % Jumlah % 34 61,8 21 38,2 17 37,0 29 63,0 51 50,5 50 49,5 Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa dari 55 responden yang pengetahuan rendah ada sebanyak 34 responden (61,8%) yang kurang baik dalam upaya pencegahan kekambuhan ulang ISPA dan 21 responden (38,2%) yang baik dalam upaya pencegahan kekambuhan ulang . SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Jumlah Jumlah 55 46 101 p-value % 100 100 100 0.022 ISPA. Sedangkan dari 46 responden yang pengetahuan tinggi ada sebanyak 17 responden (37,0%) yang kurang baik dalam upaya pencegahan kekambuhan ulang ISPA dan 29 responden (63,0%) yang baik dalam upaya pencegahan kekambuhan ulang ISPA Vol. 4 No. 04 Maret 2016 369 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ULANG KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS JEMBATAN MAS KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 Hasil analisa hubungan motivasi dengan upaya pencegahan kekambuhan dilihat pada tabel 3 : Upaya Pencegahan Kekambuhan Motivasi Ulang ISPA Jumlah Kurang Baik Baik Jumlah % Jumlah % Jumlah Kurang Baik 37 64,9 20 35,1 57 Baik 14 31,8 30 68,2 44 Total 51 50,5 50 49,6 101 Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa dari 57 responden yang mempunyai motivasi kurang baik ada sebanyak 37 responden (64,9%) yang upaya pencegahan kekambuhan ulang ISPA kurang baik dan 20 responden (35,1%) yang upaya pencegahan kekambuhan ulang ISPA baik. Sedangkan dari 44 responden yang mempunyai motivasi baik ada sebanyak 14 responden (31,8%) yang upaya pencegahan kekambuhan ulang ISPA kurang baik dan 30 responden (68,2%) yang upaya pencegahan kekambuhan ulang ISPA baik. Berdasarkan hasil uji statistic diperoleh nilai p-value = 0,002 (p < 0,05) yang artinya bahwa ada hubungan antara motivasi dengan upaya pencegahan kekambuhan ulang ISPA. Upaya yang dilakukan adalah untuk mengatasi masalah ini adalah petugas kesehatan melakukan penyuluhan sebulan sekali tentang penanganan ISPA pada balita serta memberikan bimbingan langsung cara penanganannya, mengajak masyarakat untuk mencari tahu informasi dengan cara bertanya dengan petugas kesehatan, membaca buku serta menonton televisi, rumah penderita ISPA setiap paginya dibuka jendela supaya terjadi sirkulasi udara, tidak membiar kondisi rumah menjadi lembab, membersihkan rumah dari debu dan kotoran setiap harinya. Dalam suatu motivasi umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu unsur dorongan atau kebutuhan dan unsur tujuan.proses interaksi timbal balik antara kedua unsur ini terjadi di dalam diri manusia,namun dapat dipengaruhi oleh hal-hal di luar dari manusia. Oleh karna itu,bisa saja terjadi perubahan motivasi dalam waktu yang relatif singkat jika ternyata motivasi yang pertama mendapat SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI ulang ISPA dapat p-value % 100 100 100 0.002 hambatan atau tidak mungkin terpenuhi (Notoadmodjo, 2007). Upaya yang dilakukan adalah diatas petugas kesehatan mengajak dan memotivasi ibu-ibu untuk selalu melakukan penanganan pencegahan ISPA pada balita serta membangkitkan kesadaran ibu-ibu tersebut bahwa sangat penting melakukan penanganan terhadap ISPA tersebut. SIMPULAN Petugas kesehatan dapat meningkatkan intensitas penyuluhan kepada ibu-ibu tentang pencegahan kekambuhan ulang ISPA pada balita serta memberikan kepada petugas kesehatan, khususnya pemegang program Kesehatan Ibu dan Anak untuk melaksanakan cara pencegahan penyakit ISPA. DAFTAR PUSTAKA Somantri. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika. Manurung, 2009. Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi. Jakarta : TIM. Shidiq, 2007. ISPA dan balita. Jakarta : Med Press Muttaqin, A 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan gangguan sistem pernapasan. Jakarta : Salemba Medika. Nursalam, 2011. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Notoadmodjo, 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Mubarak, 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta : Graha Ilmu Vol. 4 No. 04 Maret 2016 370 ANALISIS ANCAMAN KEAMANAN PADA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA JAMBI 2015 ANALISIS ANCAMAN KEAMANAN PADA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA JAMBI 2015 ANALYSIS OF SECURITY THREAT OF MANAGEMENT INFORMATION SYSTEM IN RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA JAMBI 2015 Saut Siagian STIKes Prima Jambi Korespondensi Penulis : [email protected] ABSTRAK Keamanan sistem informasi adalah segala betuk mekanisme yang harus dijalankan dalam sebuah sistem yang ditujukan agar sistem tersebut terhindar dari segala ancaman yang membahayakan. Dalam hal ini, keamanannya melingkupi keamanan data/informasi dan keamanan pelaku sistem (user). Sistem informasi manajemen rumah sakit merupakan sistem yang kritis menyangkut kehidupan seseorang. Upaya perlu dilakukan agar sistem tersebut dapat tetap aman, terjaga dari berbagai ancaman yang dapat menganggu keberjalanan sistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ancaman terhadap keamanan sistem informasi kesehatan, khususnya pada Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit pada Rumah Sakit Rimbo Medica Jambi. Penelitian ini menggunakan metode review dengan teknik melakukan review dan menganalisis beberapa makalah yang berkaitan dengan topik pembahasan tentang keamanan sistem informasi kesehatan. Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa ancaman yang paling tinggi terhadap keamanan sistem informasi kesehatan adalah ancaman dari peretas. Kata Kunci : review, ancaman keamanan, sistem informasi kesehatan, manajemen rumah sakit ABSTRACK The security threat of Information System are all types of mechanism that must be executed in a system and the system can be avoid from all dangerous threats. In this case, the protects are including data/information security and security agent system ( user ). Hospital Management Information System is the critical system for human life. The efforts need to be done to make the existing system can be keep safely and protects from many threats that can disrupt the system’s process. The purpose of this research is to know the threats of the Health Information System, especially on Hospital Management Information System at Rumah Sakit Rimbo Medica Jambi. This research using the review method technique to review and analyze some of the papers relating to the topic of discussion about the security of health information systems. The result obtained is the highest threat to the security of health information systems is the threat from hackers. Keyword : review, security threat, Health Information System, Hospital Management PENDAHULUAN Saat ini, menggunakan sistem informasi dalam layanan kesehatan dapat memberikan banyak manfaat yang potensial seperti meningkatkan kualitas pelayanan, mengurangi kesalahan medis, meningkatkan pembacaan ketersediaan fasilitas dan aksesibilitas informasi. Namun demikian, ancaman terhadap keamanan Sistem Informasi Kesehatan juga meningkat secara signifikan. Sebagai contoh, selama periode 2006 - 2007, terdapat lebih dari 1,5 juta kesalahan data yang terjadi di rumah sakit (HIMSS SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Analytics, 2008). Oleh karena itu, menyimpan informasi kesehatan dalam bentuk elektronik dapat menimbulkan kekhawatiran bagi pasien maupun manajemen rumah sakit. Pada dasarnya, ancaman dan tindakan yang disengaja dapat sangat merusak sistem informasi kesehatan dan akibatnya dapat mencegah profesional untuk menggunakannya di kemudian hari (Maglogiannis, 2006). Selain itu, kurangnya perlindungan yang memadai dalam menopang aspek kerahasiaan, integritas dan ketersediaan untuk Vol. 4 No. 04 Maret 2016 371 ANALISIS ANCAMAN KEAMANAN PADA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA JAMBI 2015 dengan menggunakan risiko yang dipilih dalam metode analisis. Temuan lain menunjukkan bahwa yang menjadi ancaman yang paling potensial untuk sistem informasi rumah sakit adalah kegagalan daya server (Maglogiannis, 2006). Selanjutnya, kegagalan daya dari workstation sistem dan kegagalan jaringan perangkat lunak dan perangkat lunak telemonitoring menjadi ancaman yang berisiko tinggi untuk sistem informasi rumah sakit. Kemudian, ancaman yang mungkin timbul dari kegiatan pengolahan informasi juga dapat berasal dari alam, yaitu: ancaman air, ancaman tanah, serta ancaman alam lain, seperti: kebakaran hutan, petir, tornado, angin ribut, dan lain sebagainya. investigasi juga menjadi ancaman, terutama di domain sistem informasi kesehatan.Hal ini memerlukan pengelolaan lebih dalam keamanan informasi serta perhatian khusus dari sektor publik dan swasta. Penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi ancaman keamanan sistem informasi kesehatan adalah wajib. Diperlukan suatu praktik industri yang baik atau standar dalam pengembangan sistem informasi. Untuk alasan ini, penelitian dilakukan dengan melakukan peninjauan terhadap beberapa makalah yang berkaitan dengan perhatian para pengembang terhadap ancaman keamanan sistem informasi manajemen rumah sakit. Keamanan sistem informasi adalah segala betuk mekanisme yang harus dijalankan dalam sebuah sistem yang ditujukan agar sistem tersebut terhindar dari segala ancaman yang membahayakan keamanan data informasi dan keamanan pelaku sistem( ISO,2008 ). Ancaman mencakup berbagai jenis perilaku karyawan seperti keridaktahuan karyawan, kecerobohan, mengambil sandi karyawan lain dan memberikan password untuk karyawan lain. Untuk ancaman eksternal, yaitu virus dan serangan spyware, hacker dan penyusup di tempat. Selain itu, telah dikategorikan ancaman sistem informasi rumah sakit berdasarkan studi kasus dilakukan METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan melakukan peninjauan (review) terhadap beberapa paper yang memberikan perhatian pada ancaman keamanan sistem informasi manajemen rumah sakit. Selanjutnya setelah melakukan review, dilakukan pengelompokkan mengenai apa saja yang menjadi ancaman bagi sistem informasi kesehatan khususnya bagi Rumah Sakit Rimbo Medica. Terakhir, pembahasan dilakukan pada hasil pengelompokkan yang diperoleh. Adapun metodologi penelitian dibuat dalam beberapa langkah-langkah seperti pada Gambar 1. Mulai Studi Pendahuluan Pengumpulan Data Pembahasan Kesimpulan Selesai Gambar 1. Alur metodologi penelitian SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016 372 ANALISIS ANCAMAN KEAMANAN PADA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA JAMBI 2015 HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam review, telah dipilih 7 makalah yang berasal dari berbagai sumber. Tabel 1 memperlihatkan beberapa makalah yang dijadikan bahan review dalam penelitian ini. Tabel 1. Daftar makalah yang ditinjau J Analisa Database dan Keamanan Kerangka Standar Keamanan 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tantangan dan Etika Teknologi 7 Panduan Penerapan Tata Kelola Keamanan Informasi Threats to Health Information 9 An Integrated Approach in Risk Management Process for Identifying Information Security i di l h Paper pertama mengidentifikasi adanaya ancaman terhadap keamanan sistem informasi kesehatan berupa, kelalaian pengguna (user), virus, hacker (peretas), serangan spyware, kegagalan daya server, kegagalan daya workstation system dan penyusupan/pencurian ( Abdurrahim, 2011 ). Kemudian paper kedua mengidentifikasi adanya ancaman terhadap keamanan sistem informasi kesehatan berupa malicious code, virus, social engineering, hacker, dan pencurian serta dipengaruhi juga oleh ancaman alam seperti ancaman air, ancaman tanah dan ancaman lain seperti kebakaran dan petir (Indrajit, 2011). Selajutnya, paper ketiga mengidentifikasi adanya ancaman terhadap keamanan sistem informasi kesehatan berupa, pencurian data, aktivitas spionase, hacker, dan tindakan vandalism serta dipengaruhi juga oleh ancaman alam seperti ancaman air, ancaman tanah dan ancaman lain seperti kebakaran, petir (Peraturan Pemerintah RI, 2014). Paper keempat, penelitian mengidentifikasi adanya ancaman terhadap keamanan sistem informasi kesehatan berupa malicious code, virus, social engineering, hacker, dan pencurian serta dipengaruhi juga oleh ancaman alam seperti ancaman air, ancaman tanah SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI P M. Fauzanul Hakim Abdurrahim Richardus Eko Indrajit Pemerintah RI Ratri Purwaningtyas Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Ganthan Narayana Samy, Ganthan Samy, Rabiah Narayana Rabiah Ahmad. Dan Zuraini Ismail dan ancaman lain seperti kebakaran, petir (Purwaningtyas, 2010). Kemudian sumber kelima yang ditinjau, mengidentifikasi adanya ancaman terhadap keamanan sistem informasi kesehatan berupa malicious code, virus, social engineering, hacker, dan pencurian serta dipengaruhi juga oleh ancaman alam seperti ancaman air, ancaman tanah dan ancaman lain seperti kebakaran, petir. Selanjutnya, paper keenam mengidentifikasi adanya ancaman terhadap keamanan sistem informasi kesehatan berupa malicious code, virus, social engineering, hacker, dan pencurian serta dipengaruhi juga oleh ancaman alam seperti ancaman air, ancaman tanah dan ancaman lain seperti kebakaran, petir (Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, 2011). Terakhir paper ketujuh mengidentifikasi adanya ancaman terhadap keamanan sistem informasi kesehatan berupa malicious code, virus, social engineering, hacker, dan pencurian serta dipengaruhi juga oleh ancaman alam seperti ancaman air, ancaman tanah dan ancaman lain seperti kebakaran, petir. Tabel 2 memperlihatkan hasil pemetaan ancaman yang muncul sebagai perhatian pada makalah-makalah yang di-review. Pengelompokkan dilakukan berdasarkan Vol. 4 No. 04 Maret 2016 373 ANALISIS ANCAMAN KEAMANAN PADA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA JAMBI 2015 pengelompokkan yang dilakukan oleh salah satu makalah yang ada (Peraturan Pemerintah RI, 2014). Tabel 2. Daftar ancaman yang disajikan di setiap makalah 1. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. Kategori Ancaman Ancaman Manusia Ketidaktahuan Karyawan Kecerobohan Karyawan Kegagalan Daya Server Malicious Code Virus Serangan Spyware Hacker Social Engineering Pencurian Pengkopian tanpa ijin Perang Informasi Pencurian Data Aktivitas Spionase Tindakan Vandalisme 2. a. b. c. d. e. Ancaman Alam Ancaman air Ancaman Tanah Ancaman Angin Petir Kebakaran √ √ √ √ 2 3 √ √ √ √ √ √ Makalah 4 5 6 7 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 3. Ancaman Lingkungan a. Penurunan tegangan listrik b. Polusi c. Efek Bahan Kimia d. Kebocoran. dll Berdasarkan hasil review dari berbagai makalah, ancaman yang sering terjadi berasal dari para peretas. Ancaman yang dilakukan para peretas terhadap sistem informasi dikarenakan sebuah sistem informasi bagi perusahaan atau individu digunakan untuk menyimpan data penting yang menyangkut privasi atau kerahasiaan perusahaan. Terlebih perusahaan yang menggunakan web, sangat rentan terhadap penyalahgunaan karena pada sebuah web dapat diakses oleh semua orang, Ancaman peretas menjadi sangat potensial saat tidak ada batas fisik dan kontrol yang dilakukan terpusat. Kemudian perkembangan jaringan yang amat cepat juga menjadi andil terhadap perbedaan ketrampilan pengamanan, di mana yang ahli akan mengancam yang kurang ahli. Selain itu, sikap dan pandangan pemakai yang SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ kurang memberikan perhatian terhadap sistem informasi tersebut membuat sistem dengan mudah mendapat serangan yang pada umumnya berasal dari pihak luar. Untuk ancaman yang diakibatkan oleh alam adalah ancaman air, ancaman tanah, ancaman angin dan ancaman lain seperti petir dan kebakaran. Dikarenakan oleh terkadang tidak mempertimbangkan ancaman alam ini. Selain itu, ancaman virus komputer juga merupakan hasil karya seorang programmer yang punya niat jahat atau hanya untuk memuaskan nafsu programmingnya yang berhasil menyusupkan virus kedalam sistem komputer orang lain. Virus menyusup masuk ke dalam sistem komputer melalui berbagai cara, antara lain: Vol. 4 No. 04 Maret 2016 374 ANALISIS ANCAMAN KEAMANAN PADA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT RIMBO MEDICA JAMBI 2015 1. Pertukaran file, misalnya mengambil file (copy-paste) dari komputer lain yang telah tertular virus. 2. E-mail, membaca e-mail dari sumber yang tidak dikenal bias berisiko tertular virus, karena virus telah ditambahkan (attach) ke file e-mail. 3. IRC, saluran chatting bisa dijadikan jalan bagi virus untuk masuk ke komputer. Sedangkan resiko pencurian hanya sebagian kecil saja, dikarenakan setiap penyedia atau pengguna terkadang lebih mengutamakan dalam ancaman yang ini. Dengan melihat beberapa aspek yang menjadi ancaman bagi keamanan sistem infomasi kesehatan yang disampaikan dalam makalah-makalah yang ditinjau, beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pengelola sistem informasi yaitu: 1. Melakukan perlindungan yang memadai dalam menopang aspek kerahasiaan, integritas dan ketersediaan untuk investigasi. Penyelidikan lebih lanjut untuk mengidentifikasi ancaman keamanan di kesehatan sistem informasi. 2. Melakukan perlindungan yang menyangkut kebijakan, prosedur, proses, dan aktivitas untuk melindungi informasi dari berbagai jenis ancaman. 3. Melakukan analisis resiko keamanan untuk melindungi aset informasi menjamin keamanan sistem informasi. SIMPULAN Secara umum penelitian ini telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan yaitu, untuk mengetahui ancaman terhadap keamanan jaringan sistem informasi kesehatan yang ada pada Rumah Sakit Rimbo Medica Jambi. Adapun hasil dari berbagai review beberapa makalah tersebut, pembahasan dan analisa dapat disimpulkan bahwa ancaman yang paling tinggi terhadap keamanan sistem informasi kesehatan adalah ancaman dari hacker. SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI DAFTAR PUSTAKA HIMSS Analytics, Kroll Fraud Foundation (2008). HIMSS Analytics Report: Security of Patient Data. Chicago, IL : HIMSS Analytics. Maglogiannis, Ilias. Elias Zafiropoulos (2006). “Modeling risk in distributed healthcare information systems”, The 28th Annual International Conference of the IEEE on Engineering in Medical and Biology Society (EMBS), IEEE. ISO (2008). ISO 27799:2008 about Health Informatics – Information Security Management in Health using ISO/IEC 27002. Geneva : ISO. Abdurrahim, M.F.H. (2011). Analisa Database dan Keamanan Sistem Informasi SUP Fatmawati. Bogor: IPB. Indrajit, R.E. (2011). Kerangka Standar Keamanan Informasi: ISO17799. Jakarta : IDSIRTII. Peraturan Pemerintah RI (2014). Sistem Informasi Kesehatan., Jakarta : Presiden Republik Indonesia. Purwaningtyas, Ratri (2010). Tantangan dan Etika Teknologi Informasi. Depok : Universitas Gunadarma. Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (2011). Panduan Penerapan Tata Kelola Keamanan Informasi bagi Penyelenggara Pelayanan Publik. Jakarta : Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Vol. 4 No. 04 Maret 2016 375 GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PENDERITA TB PARU TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2015 GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PENDERITA TB PARU TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2015 Dewi Riastawaty STIKes Prima Program Studi D III Kebidanan Korespondesi penulis : [email protected] ABSTRAK Data Cakupan Case Detection Rate (CDR) TB Paru BTA (+) di Provinsi Jambi Tahun 2012 sebesar 72,04% dengan perkiraan penderita TB paru sebanyak 5.108 dan megalami penurunan ditahun 2013 sebesar 63,72%. Peneiltian merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan motivasi penderita TB Paru tentang pencegahan penularan TB, dengan menggunakan lembar kuesioner. Populasi penelitian ini adalah penderita TB Paru yang berjumlah 55 orang, dengan sampel 35 responden. Penelitian ini menggunakan analisa univariat. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi pada tanggal 7 – 14 Agustus 2015. Hasil penelitian menunjukan 37,1% penderita TB Paru berpengetahuan baik dan 28,6% penderita TB Paru memiliki motivasi tinggi tentang pencegahan penularan penyakit TB. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan masukan bagi tenaga kesehatan dan masyarakat luas terutama bagi penderita TB Paru untuk meningkatkan pengetahuan dengan mencari informasi dari berbagai media atau pelayanan kesehatan untuk menanyakan tentang penyakit TB serta menerapkan apa yang diketahui tentang pencegahan penularan penyakit TB dalam kehidupan sehari-hari dan tidak perlu malu untuk mengatakan dirinya menderita TB. Penanggulangannya perlu dilakukan segera melalui kerja sama Dinas Kesehatan dengan petugas pelayanan kesehatan. Kata kunci : Pengetahuan, Motivasi, Penderita TB paru DESCRIPTION OF KNOWLEDGE AND MOTIVATION OF TB PATIENTS TOWARDS PREVENTION OF TB TRANSMISSION IN REGION PUSKESMAS KEBUN HANDIL IN JAMBI CITY 2015 ABSTRACT According to data Case Detection Rate (CDR) pulmonary tuberculosis (TB) with BTA (+) in Jambi Province in 2012 was about 72.04% with estimated about 5,108 people get infected by TB and this was decreasing in 2013 to 63.72%. This research is using descriptive method which aim to describe of knowledge and motivation of TB patients towards prevention of TB transmission, by using a questionnaire. Population in this study were patients with TB disease with total 55 people, and the sample are 35 respondents. The analysis of the research was using univariate. This research conducted in region Puskesmas Kebun Handil in Jambi City from 7 – 14 of August 2015. As the result shows, 37.1% patients who have TB disease have good knowledge and 28.6% patients with TB disease have high motivation to do prevention of TB transmission. Therefore this research can be use as a input and information for the health care facility and specially for community who have TB disease. However, to give this information it might help by using media such as leaflet and posters about prevention of TB transmission and cooperate with the health care center. Keywords : Knowledge, Motivation, TB Patients SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016 376 GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PENDERITA TB PARU TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2015 PENDAHULUAN Indonesia adalah negara pertama di antara negara-negara beban tinggi (HBC) di wilayah WHO Asia Tenggara yang berhasil mencapai target TB global untuk deteksi kasus dan keberhasilan pengobatan sejak tahun 2006. Pada tahun 2010, sebanyak 302.861 kasus TB yang diberitahu dan diobati dan 183.366 kasus BTA positif. Oleh karena itu, Pemberitahuan nilai kasus untuk TB BTA positif adalah 78/100, 000 (Case Detection Rate 78,3%). Ditingkat keberhasilan pengobatan rata-rata selama empat tahun terakhir adalah 90% dan untuk kelompok 2009, tingkat keberhasilan pengobatan adalah 91%. Pencapaian ini target global adalah tonggak penting dalam program pengendalian TB nasional (Kemenkes RI, 2012). Hampir 10 tahun lamanya Indonesia menempati urutan ke-3 sedunia dalam hal jumlah penderita tuberkulosis (TB). Dalam laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 hingga saat ini menempati peringkat keempat terbanyak penderita TB setelah negara cina, India, dan Afrika Selatan. Estimasi prevalensi semua jenis kasus TB adalah 690.000 dan kejadian diperkirakan adalah 450.000 kasus baru per tahun (WHO, 2011). Perkiraan jumlah kematian akibat TB adalah 64.000 kematian per tahun (WHO, 2011). Di antara negaranegara Asia, Indonesia memiliki kenaikan tertinggi jumlah epidemi HIV. Epidemi HIV terkonsentrasi, kecuali di Papua dimana prevalensi HIV telah mencapai 2,5% (generalized epidemic). Estimasi nasional prevalensi HIV di antara populasi orang dewasa adalah 0,2% (Kemenkes RI, 2012). Pada tahun 2013 muncul usulan dari beberapa negara anggota WHO yang mengusulkan adanya strategi baru untuk mengendalikan TB yang mampu menahan laju infeksi baru, mencegah kematian TB, mengurangi dampak ekonomi akibat TB dan mampu meletakkan landasan ke arah eliminasi TB. Pada sidang WHO yang ke 67 tahun 2014 ditetapkan resolusi mengenai strategi pengendalian TB global pasca 2015 yang bertujuan menghentikan epidemi global TB pada tahun 2015 yang ditandai dengan penurunan angka SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI kematian akibat TB sebesar 95% dari angka tahun 2015 dan penurunan angka insidensi TB sebesar 90% (menjadi 10/100.000 penduduk) (Kemenkes RI, 2014). Meskipun pelaksanaan program pengendalian TB di tingkat nasional menunjukkan kemajuan positif dalam deteksi kasus dan keberhasilan pengobatan, prestasi di tingkat provinsi menggambarkan kesenjangan antar daerah. Berdasarkan pencapaian pada tahun 2010, 25 (dua puluh lima) provinsi di Indonesia belum mencapai 70% CDR dan hanya 8 provinsi yang mampu memenuhi target CDR 70% dan keberhasilan pengobatan 85%. Saat ini masalah yang dihadapi cukup besar mengingat setiap tahunnya masih terdapat 450.000 kasus baru dan masih tingginya angka kematian akibat TB yaitu 64.000 per tahun atau 175 orang perhari. Strategi nasional sejalan dengan petunjuk internasional (WHO dan strategi baru Stop TB), serta konsisten dengan Rencana Global Pengendalian TB yang diarahkan untuk mencapai Target Global TB 2015 dan Tujuan Pembangunan Millenium 2015 (Kemenkes RI, 2012). Penyakit TB paru merupakan masalah yang besar bagi negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagaimana dikebanyakan negara sedang berkembang lainnya. Hampir semua penduduk dewasa sudah pernah mengalami infeksi oleh Basil TB pada masa mudanya, karena sebagian besar penyakit TB paru pada negara ini ditimbulkan oleh Basil yang mengalami reaktivasi (Danusantoso, 2013). Permasalahannya prevalensi dan insiden tuberculosis paru masih sangat tinggi dan sulit diturunkan. Hal ini disebabkan karena adanya masalah medik dan non medik. Yang termasuk masalah nonmedik yaitu, kemiskinan masyarakat yang menyebabkan keadaan gizi rendah, higiene yang rendah, dan kesulitan membeli obat. Serta pendidikan yang rendah tidak menimbulkan kesadaran tentang perlunya berobat dan keterlambatan dalam mendapatkan diagnosa. Salah satu masalah medik yaitu, pasien sering berada didalam keadaan imunodepresi sehingga sistem Vol. 4 No. 04 Maret 2016 377 GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PENDERITA TB PARU TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2015 pertahanan tubuh tidak berhasil mengeradikasi kuman tuberkulosis (Djojodibroto, 2012). Penyakit TB paru menyerang lebih dari 75% penduduk usia produktif, 20-30% pendapatan keluarga hilang pertahunnya akibat penyakit TB paru. Selain itu, seorang penderita aktif TB Paru akan menularkan kepada 10-15 orang sekitarnya pertahun, dan tanpa pengobatan yang efektif, 50-60% penderita TB paru akan meninggal dunia (laban, 2008). Penyakit TB paru ditularkan melalui udara secara langsung dari penderita TB paru kepada orang lain. Dengan demikian, penularan penyakit TB paru terjadi melalui hubungan dekat antara penderita dan orang yang tertular (terinfeksi), misalnya berada di dalam ruangan tidur atau ruangan kerja yang sama (Djojodibroto, 2012). Penderita TB paru sangat rentan terhadap resiko terjadinya penularan kepada orang di sekitar penderita. Untuk itu perlu adanya tindakan pencegahan yang harus diketahui oleh penderita TB paru seperti tidak membuang dahak sembarangan, memakai masker jika diperlukan, dan memisahkan peralatan makan dari anggota keluarga lainnya (Laban, 2008). Pengobatan TB Paru dilakukan secara bertahap dan teratur, tahapan pengobatan TB Paru diantaranya tahap intensif dan tahap lanjutan. Untuk itu para penderita harus mengenal, memahami, bagaimana cara pencegahan, tanda gejala dan penatalaksanaan dari TB Paru. Regimen Terapeutik TB Paru merupakan pengobatan yang bertahap dan di lakukan secara teratur, dan di lakukan sesuai dengan penjelasan yang standar (Misnadiarly, 2006). Pelaksanaan survei dilaksanakan langsung ke puskesmas Kebun Handil dan mendapatkan data Penderita TB Paru yang sudah mendapatkan pengobatan dari tahun 2012-2015 yaitu, pada tahun 2012 sebanyak 17 orang, pada tahun 2013 sebanyak 23 orang, pada tahun 2014 sebanyak 29 orang, dan pada tahun 2015 bulan januari-april sebanyak 5 orang, kemudian penulis melakukan wawancara langsung terhadap 4 penderita tentang pencegahan penularan TB paru, SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI dengan menanyakan apakah saat berbicara menggunakan masker penutup mulut? dan apakah saat batuk membuang dahak di tempat khusus?, hasilnya penderita tidak pernah membuang dahak saat batuk di tempat khusus (di sembarang tempat), tidak pernah menggunakan masker penutup mulut dalam kesehariannya, artinya masih kurangnya pengetahuan penderita TB tentang pencegahan terhadap resiko penularan penyakit TB dari penderita TB ke orang sekitar dan juga kurangnya motivasi penderita TB mencari informasi tentang pencegahan terhadap resiko penularan penyakit TB (Puskesmas Kebun Handil, 2015). Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk diketahuinya gambaran pengetahuan dan motivasi pada penderita Tuberkulosis (TB) paru tentang pencegahan penularan penyakit TB paru di wilayah kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain survei yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena yang terjadi mengenai gambaran pengetahuan dan motivasi pada penderita Tuberculosis (TB) paru tentang pencegahan pada penyakit TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015. Penelitian ini bertempat di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2015. Populasi menurut Riyanto (2011) merupakan keseluruhan subjek yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik yang ditentukan. Berdasarkan pengertian di atas populasi dalam penelitian ini yaitu berjumlah penderita TB paru pada tahun 2014 sebanyak 55 orang yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi. Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini meggunakan total sampling yaitu seluruh populasi menjadi sampel. Dengan kriteria inklusi sampel responden dapat membaca dan menulis dan berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi. Vol. 4 No. 04 Maret 2016 378 GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PENDERITA TB PARU TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2015 Kerangka konsep penelitian merupakan konsep-konsep yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan. Karena konsep tidak dapat langsung diamati maka konsep dapat diukur melalui variabel (Riyanto, 2011). HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Pengetahuan Penderita TB Paru Tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari 35 responden sesuai dengan pertanyaan kusesioner. Variabel pertanyaan responden menggunakan 10 item pertanyaan positif. Hasil penelitian berdasarkan pengetahuan penderita TB paru untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini berdasarkan pertanyaan sehingga dapat memberikan gambaran lebih jelas, sebagai berikut : Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Gambaran Pengetahuan Penderita TB Paru Tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015 (n=35) Benar Salah Pertanyaan Pengertian Penyakit TB yaitu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dan bakteri Penularan Penyakit TB melalui udara Salah satu gejala khas penyakit TB Paru adalah batuk berdahak lebih dari 2 minggu Yang termasuk Pencegahan terhadap penderita TB adalah dengan memakai masker penutup mulut Lingkungan yang baik untuk penderita TB paru adalah lingkungan yang bersih dan mendapatkan cahaya matahari Tindakan pencegahan pada keluarga penderita TB paru dapat dilakukan dengan cara membuka jendela setiap hari Yang termasuk cara penularan penyakit TB paru adalah dari percikan air liur Cara melakukan pencegahan pada balita agar tidak tertular penyakit TB paru ialah dengan memberikan imuisasi dasar lengkap terutama vaksin BCG Memisahkan peralatan makanan penderita TB dari anggota keluarga lainnya merupakan salah satu bentuk pencegahan penularan penyakit TB Dampak dari penyakit TB paru ialah kematian Dari data tabel diatas didapatkan bahwa responden yang berpengetahuan baik mayoritas mengetahui jika batuk berdahak lebih dari 2 minggu termasuk salah satu gejala khas penyakit TB paru yaitu sebanyak 100%, responden juga mayoritas mengetahui jika memisahkan peralatan makanan penderita TB dari anggota keluarga lainnya merupakan salah satu bentuk pencegahan penularan penyakit TB paru yaitu sebanyak 100%, responden juga mayoritas mengetahui pengertian dari penyakit TB paru yaitu sebanyak 94.3%, dan responden juga SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI 33 94,3 2 5,7 8 22,9 27 77,1 35 100 0 0 12 34,3 23 65,7 17 48,6 18 51,4 15 42,9 20 57,1 29 82,9 6 17,1 32 91,4 3 8,6 35 100 0 0 22 62,9 13 37,1 mengetahui cara melakukan pencegahan pada balita agar tidak tertular penyakit TB paru dengan memberikan imunisasi dasar lengkap dan vaksin BCG sebanyak 91.4%. Namun masih ada responden yang masih menjawab salah dari pertanyaan pengetahuan tersebut yaitu 77.1% responden belum mengetahui kalau penularan penyakit TB melalui udara, kemudian 65.7% responden belum mengetahui jika dengan memakai masker penutup mulut termasuk pencegahan terhadap penyakit TB paru, dan 57.1% Vol. 4 No. 04 Maret 2016 379 GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PENDERITA TB PARU TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2015 responden tidak melilih ataupun tidak mengetahui jika dengan membuka jendela setiap hari termasuk tindakan pencegahan pada keluarga penderita TB paru. Penghitungan pengetahuan dibagi menjadi 2 yaitu pengetahuan baik dan pengetahuan kurang baik berdasarkan cut of point ≥76% untuk pengetahuan baik dan < 76% untuk pengetahuan kurang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini : Diagram 1. Distribusi Responden Tentang Gambaran Pengetahuan Penderita TB Paru Tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015 (n=35) BAIK KURANG BAIK Dari diagram diatas diketahui bahwa dari 35 penderita TB Paru yang menjadi respoden dalam penelitian ini, 37,1% memiliki pengetahuan yang baik tentang pencegahan penularan penyakit TB dan 62,9% memiliki pengetahuan kurang baik tentang pencegahan penularan penyakit TB. Gambaran Motivasi Penderita TB Paru Tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari 35 responden sesuai dengan pertanyaan di kuesinoner. Variabel motivasi menggunakan 10 item pertanyaan dengan 9 pertanyaan positif dan 1 pertanyaan negatif. Hasil penelitian berdasarkan motivasi responden ada 2 kategori yaitu motivasi tinggi dan motivasi rendah. Kategori motivasi tinggi diperoleh bila point ≥ mean dan dikategorikan motivasi rendah bila point < mean dengan hasil nilai mean adalah (6,50). Vol. 4 No. 04 Maret 2016 380 GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PENDERITA TB PARU TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2015 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Gambaran Motivasi Penderita TB Paru Tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015 (n=35) Ya Pertanyaan Jika batuk berdahak, saya meludah atau membuang dahaknya pada tempat khusus yang sudah saya siapkan seperti di lubang wc/lubang tanah dan ditimbun Jika beraktivitas diluar rumah / berkomunikasi dengan orang lain, saya selalu menutup mulut atau menggunakan penutup mulut (masker) ? Saat batuk atau bersin saya menutup mulut dengan tisu atau sapu tangan Alat-alat makan (piring, gelas, sendok) sama dengan keluarga lainnya dan tidak ada pemisahan Saya rutin menjemur kasur setiap 2 minggu sekali atau setiap bulannya Saya melakukan pemeriksaan dahak setiap 6 bulan untuk memastikan ada atau tidaknya bakteri TB guna untuk mengantisipasi penularan Saya mencuci tangan dengan sabun setelah tangan digunakan untuk menutup hidung/mulut pada saat batuk/bersin Untuk menjaga daya tahan tubuh saya mengkonsumsi makanan bergizi (seperti sayuran,buah-buahan,daging tanpa lemak, biji-bijian) Saya membuka pintu dan jendela rumah pada setiap pagi agar cahaya matahari masuk kedalam Saya mencari informasi seputar penyakit Tuberkulosis (TB Paru) dari media massa dan pelayanan kesehatan Dari tabel diatas dapat dilihat mayoritas responden yang memiliki motivasi menjawab “Ya” pada pertanyaan saat batuk atau bersin responden menutup mulut dengan tisu atau saputangan sebanyak 32 responden (91.4%), kemudian 82.9% responden ada motivasi untuk mencuci tangan dengan sabun setelah tangan digunakan untuk menutup hidung/mulut pada saat batuk/bersin, dan 80% responden juga ada motivasi untuk menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi (seperti sayuran, buah-buahan, daging tanpa lemak, biji-bijian). Masih ada responden yang menjawab “ya” pada SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Tidak N % N % 16 45,7 19 54,3 24 68,6 11 31,4 32 91,4 3 8,6 32 91,4 3 8,6 22 62,9 13 37,1 17 48,6 18 51,4 29 82,9 6 17,1 28 80,0 7 20,0 25 71,4 10 28,6 19 54,3 16 45,7 pertanyaan negatif yaitu sebanyak 91.4% responden tidak memisahkan alat-alat makan (seperti piring, gelas, sendok,dll). Untuk melihat kategori gambaran Motivasi Penderita TB Paru Tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015 ada 2 kategori yaitu Motivasi Rendah dan Motivasi Tinggi. Kategori Motivasi tinggi diperoleh bila skor jawaban ≥ mean dan dikategorikan motivasi rendah bila skor jawaban < mean. Hasil mean adalah (6.50). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut : Vol. 4 No. 04 Maret 2016 381 GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PENDERITA TB PARU TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2015 Diagram 2. Distribusi Responden Tentang Gambaran Motivasi Penderita TB Paru Tentang Pencegahan Penularan Penyakit TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015 (n=35) TINGGI Dari diagram diatas diketahui bahwa dari 35 penderita TB Paru yang menjadi respoden dalam penelitian ini dapat disimpulkan 71.4% memiliki motivasi rendah tentang pencegahan penularan penyakit TB dan 28.6% memiliki motivasi tinggi tentang pencegahan penularan penyakit TB. SIMPULAN Sebanyak 37.1% responden mempunyai pengetahuan baik tentang pencegahan penularan penyakit TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015; Sebanyak 62.9% responden mempunyai pengetahuan kurang baik tentang pencegahan penularan penyakit TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015; Sebanyak 28.6% responden mempunyai motivasi tinggi tentang pencegahan penularan penyakit Tb di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015; Sebanyak 71.4% responden mempunyai motivasi rendah tentang pencegahan penularan penyakit Tb di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2015. RENDAH Djojodibroto, Darmanto. 2012. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta : EGC. Kemenkes RI, 2012. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia. Kemenkes RI, 2014. Pediman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Laban, Yoanes. 2008. TBC. Yogyakarta : Kanisis. Misnadiarly. 2006. Pemeriksaan Laboratorium Tuberkulosis dan Mikobakterium Atipik. Jakarta : Dian Rakyat. Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodelogi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika. DAFTAR PUSTAKA Danusantoso, Halim. 2013. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : EGC. SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016 382 HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN INTERNASIONAL PEKANBARU TAHUN 2016 HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN INTERNASIONAL PEKANBARU TAHUN 2016 Andriani Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru Korespondensi Penulis: [email protected] ABSTRAK Tidur merupakan suatu kebutuhan dasar bagi manusia. Menurut National Sleep Foundation (1999), 37% orang dewasa muda usia 18-29 tahun dilaporkan mengalami kekurangan tidur dan ganggaun tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas tidur terhadap konsentrasi belajar mahasiswa Akademi Kebidanan Internasional. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain analitik. Penelitian ini dilaksanakan bulan Desember 2015 - Februari 2016 di Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru, dengan menggunakan data primer. Populasi penelitian ini berjumlah 125 orang dengan sampel 95 orang menggunakan teknik Kuota Sampling. Instrumen penelitian dengan menggunakan kuesioner The Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) dan kuesiner konsentrasi. Penelitian ini dianalisis secara univariat dan disajikan dengan rumus chi-square dalam program SPSS software 20.0. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas mengalami kualitas tidur buruk sebanyak 76 orang (80%), dan konsentrasi belajar mayoritas rendah sebanyak 62 orang (65.3%). Ada hubungan kualitas tidur terhadap konsentrasi belajar mahasiswa Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru tahun 2016 dengan P-Value 0.036 < 0.05. Melalui penelitian ini diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru dapat mengatasi kualitas tidur buruk yang dialaminya dan mampu menjaga pola istirahat yang cukup sehingga konsentrasi menjadi lebih maksimal dalam belajar. Kata Kunci: Kualitas Tidur, Konsentrasi Belajar ABSTRAK Sleep is a basic need for humans. According to the National Sleep Foundation (1999), 37% of young adults aged 18-29 years reported experiencing sleep deprivation and has experienced sleep disturbance. This research aims to determine the relationship of sleep quality of the student learning concentration Internasional Midwifery Academy .This research is quantitative with analytical design. This research was conducted in December 2015 - February 2016 in the Internasional Midwifery Academy Pekanbaru, using primary data. This research population numbered 125 people with a sample 95 people using technique Quota Sampling. The research instrument using questionnaire The Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) and questionnaire concentration.This research by univariate analysis and presented with chi-square formula in SPSS 20.0 software. The results of this study showed the majority experienced bad sleep quality as many as 76 people (80), and low concentrations of the majority to learn as much as 62 people (65.3). There is relationship between quality of sleep on learning concentration of students Internasional Midwifery Academy pekanbaru 2016 with P-Value 0.036<0.05. Through this research expected students Internasional Midwifery Academy to can overcome bad sleep quality are experienced and capable of maintaining a sufficient rest so that the concentration becomes more leverage in learning. Keywords: Sleep Quality, Learning Concentration PENDAHULUAN Kebutuhan dasar pada manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam menjaga keseimbangan agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, udara, istirahat dan tidur, kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, serta kebutuhan aktualisasi diri (Potter & Perry, 2005). Tidur merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang menurut para ahli fungsinya justru lebih penting dari makanan. Sebab seseorang akan dapat lebih lama bertahan hidup tanpa makanan dibandingkan tanpa tidur. Dengan tanpa makanan sama sekali, Vol. 4 No. 01 Maret 2016 383 HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN INTERNASIONAL PEKANBARU TAHUN 2016 seseorang masih mampu bertahan hidup sekitar 40 hari, tanpa minuman seseorang mampu bertahan hidup sekitar 3 hari, tanpa udara kemampuan bertahan hidup seseorang hanya dalam hitungan menit, sedang tanpa tidur seseorang hanya mampu bertahan hidup selama 11 hari (Marpaung, dkk, 2013). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) , tidur berarti keadaan berhenti (mengaso) badan dan kesadarannya (biasanya dengan memejamkan mata). Sedangkan menurut Asmadi (2008), tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Setiap manusia memiliki kebiasaan tidur yang berbeda-beda. Salah satunya tergantung dari aktifitas yang dilakukan. Mulai dari usia balita sampai lansia memiliki waktu tidur yang berbeda. Keunikan justru terjadi pada masa usia dewasa muda (usia 16 – 30 tahun) dimana terjadi pergeseran irama sirkadian sehingga jam tidur pun bergeser akibat dari perubahan hormonal yang terjadi pada akhir masa pubertas. Saat orang lain mulai mengantuk pada pukul 21.00 atau 22.00, ia justru ber-semangat untuk berkarya, baik itu belajar maupun menyelesaikan pekerjaannya. Sementara di pagi hari, remaja sudah harus bangun lebih awal untuk mempersiapkan diri ke sekolah, kuliah, maupun bekerja. Pada umumnya, remaja mengalami kekurangan tidur sehingga tidak mengherankan jika banyak fenomena pelajar atau mahasiswa yang tertidur saat jam pelajaran dimulai (Marpaung, dkk, 2013). Menurut data dari WHO (World Health Organization) pada tahun 1993, 18% penduduk dunia pernah mengalami gangguan sulit tidur, dengan keluhan yang sedemikian hebatnya sehingga menyebabkan tekanan jiwa bagi penderitanya (Haristanadi, 2010). Menurut pedoman durasi tidur yang disarankan oleh National Sleep Foundation, kondisi kurang tidur yang didefinisikan sebagai <7 jam untuk orang dewasa, dialami oleh 37% orang dewasa usia 18-29 tahun (Putri, 2012). SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Sebuah jajak pendapat yang dilakukan di Amerika oleh National Sleep Foundation pada tahun 1999 didapatkan bahwa Lebih dari sepertiga (36%) dewasa muda usia 18-29 tahun dilaporkan mengalami kesulitan untuk bangun pagi (dibandingkan dengan 20% pada usia 3064 tahun dan 9% di atas usia 65 tahun). Hampir seperempat dewasa muda (22%) sering terlambat masuk kelas atau bekerja karena sulit bangun (dibandingkan dengan 11% pada pekerja usia 30-64 tahun dan 5% di atas usia 65 tahun). Empat persen dewasa muda mengeluhkan kantuk saat bekerja sekurangnya 2 hari dalam seminggu atau lebih (dibandingkan dengan 23% pada usia 30-64 tahun dan 19% di atas usia 65 tahun), (Sari, 2011). Beberapa penelitian yang ditulis dibeberapa situs menyebutkan bahwa orang Indonesia tidur rata-rata larut malam dan bangun pukul 05.00 keesokkan harinya. Kemudian penelitian terhadap kelompok anak-anak muda di Denpasar menunjukkan 30-40 persen aktivitas mereka untuk tidur. Sedangkan penelitian yang dilakukan di Jepang disebutkan 29 % responden tidur kurang dari 6 jam, 23 % merasa kekurangan dalam jam tidur 6 % menggunakan obat tidur, kemudian 21 % memiliki prevalensi sulit tidur dan 15 % kondisi mengantuk yang parah pada siang harinya (Purwanto ,2008). Dampak fisiologis dan psikologis yang muncul akibat buruknya kualitas tidur meliputi penurunan aktivitas seharihari, kelelahan, respon motorik terganggu, penurunan daya tahan tubuh, stres, depresi dan kecemasan. Sehingga hal pertama yang terimbas adalah masalah ingatan dan konsentrasi. Misalnya kesulitan menemukan suatu kata atau ungkapan untuk sesuatu yang sedang dipikirkan (Rafknowledge, 2004). Faktor yang menghambat dalam belajar salah satunya adalah yang berhubungan dengan jasmaniah misalnya faktor kesehatan yang sangat mempengaruhi diri anak dan prestasi belajar, sebab anak yang sakit atau lemah karena kurang tidur akan sukar belajar. Menurut hasil survei sebuah studi tidur di Inggris didapati bahwa orang yang kurang Vol. 4 No. 01 Maret 2016 384 HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN INTERNASIONAL PEKANBARU TAHUN 2016 tidur cenderung 3 kali lebih besar menderita gangguan konsentrasi, 2 kali menderita kelelahan, gangguan mood, produktivitas, dan lain-lain (Marpaung, dkk, 2013). Berdasarkan hasil survei yang dilakukan peneliti pada 3 institusi kebidanan, umumnya mahasiswa kebidanan memiliki jadwal perkuliahan yang cukup padat, sehingga banyak dari mahasiswa kebidanan yang mengabaikan waktu serta kualitas tidurnya sendiri. Selain dari faktor aktifitas akademik, faktor aktifitas sosial sebelum tidur seperti akses internet, bermain gadget dan faktor – faktor stres yang menyebabkan banyak dari mahasiswa kebidanan tidur hingga larut malam. Setelah dilakukan pengkajian kualitas tidur, ternyata Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru yang lebih banyak mengalami kualitas tidur yang buruk yaitu dari 9 responden 8 diantaranya mengalami kualitas tidur yang buruk (89%) dan 6 responden (67%) dengan konsentrasi belajar yang rendah. Sedangkan di Stikes Hang Tuah Pekanbaru dari 9 responden 6 diantaranya mengalami kualitas tidur yang buruk (67%) dan 5 responden (56%) konsentrasi belajarnya rendah, dan di Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru dari 9 responden 7 diantaranya mengalami kualitas tidur yang buruk (78%) dan 4 responden (44%) konsentrasi belajarnya rendah. Dari uraian diatas, pada umumnya mahasiswa Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru, jika dilihat sehari - hari banyak dari mahasiswa yang mengantuk dan tertidur di pagi hari pada saat pelajaran berlangsung dan aktivitas – aktivitas lainnya saat di kampus. Bagi tingkat I dan II rutinitas perkuliahan yang setiap hari dilakukan mulai dari pagi jam 7.30 wib sampai sore jam 17.30 wib di kampus dan malam harinya mereka disibukkan untuk menyelesaikan tugas – tugas dari kampus serta kebiasaan sebelum tidur seperti menonton TV, mendengarkan musik dan bermain gadget . Hal ini akan menyita waktu tidur mahasiswa dan mempengaruhi jam tidur serta tidak konsentrasi saat belajar. Terlebih lagi pada tingkat III yang sedang meyelesaikan Tugas Akhir, Dengan SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI demikian, dapat dilihat bahwa kualitas tidur yang buruk pada remaja, merupakan permasalahan kesehatan yang perlu mendapat perhatian sebab remaja yang kualitas tidurnya buruk tidak akan memiliki semangat belajar yang tinggi karena sulit untuk berkonsentrasi sehingga dapat menurunkan prestasi belajar. Dengan demikian, peneliti tertarik untuk mengambil judul “Hubungan kualitas tidur terhadap konsentrasi belajar mahasiswa Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru”. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian analitik yaitu untuk mengetahui hubungan kualitas tidur terhadap konsentrasi belajar mahasiswi Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru, dengan menggunakan rancangan cross sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu). Penelitian ini dilakukan di Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru dengan jumlah sampel sebanyak 95 responden menggunakan Quota sampling yaitu dengan menentukan ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang telah ditentukan. Data yang diperoleh akan dianalisa secara bertahap yaitu analisis univariat kemudian dilanjutkan dengan analisis bivariat dengan menggunakan program SPSS Software Versi 20.0. untuk melihat hubungan kualitas tidur terhadap konsentrasi belajar. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner The Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) untuk mengukur kualitas tidur yang sudah dibakukan oleh Pittsburg University dengan Cronbach’s Alpha 0,89. Seadangkan konsentrasi belajar diukur dengan menggunakan kuesioner konsentrasi belajar yang disusun oleh peneliti sendiri berdasarkan tinjauan teoritis yang ada. Vol. 4 No. 01 Maret 2016 385 HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN INTERNASIONAL PEKANBARU TAHUN 2016 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Frekwensi Karakteristik Umur Karakteristik Umur F (%) Remaja Akhir 18 – 20 Dewasa Awal 20 – 23 Jumlah 79 83.2 16 16.8 95 100.0 Berdasarkan tabel 1 didapatkan hasil dari 95 sampel dapat dilihat distribusi frekuensi Karakteristik umur mahasiswi paling banyak adalah remaja akhir yaitu sebanyak 79 orang (83.2 %). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Status Tinggal Status Tinggal F (%) Kos 50 52.6 Rumah Orang Tua 38 40.0 Lainnya 7 7.4 Jumlah 95 100.0 Berdasarkan tabel 2 didapatkan hasil dari 95 sampel dapat dilihat distribusi frekuensi status tinggal mahasiswi mayoritas adalah tinggal di kos yaitu sebanyak 50 orang (52.6%). Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Sebelum Tidur F (%) Kebiasaan Sebelum Tidur Menonton TV 20 21.1 Membaca Buku 2 2.1 Internetan (bermain 31 32.6 gadget ) Mendengarkan Musik 17 17.9 Ngobrol di Telfon 21 22.1 Lainnya 4 4.2 Jumlah 95 100.0 Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil dari 95 sampel dapat dilihat distribusi frekuensi kebiasaan mahasiswi sebelum tidur mayoritas adalah internetan (bermain SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI gadget ) yaitu sebanyak %). Tabel 4 Distribusi Frekuensi Konsentrasi Gangguan F Konsentrasi Tidak mampu fokus Tidak mampu aktif Kondisi kelas yang rebut Mengantuk pada saat belajar 31 orang (32.6 Gangguan (%) 77 81.1 78 82.1 87 91.6 66 69.5 Berdasarkan tabel 4 didapatkan hasil dari 95 sampel dapat dilihat distribusi frekuensi gangguan konsentrasi mahasiswi mayoritas adalah mudah terusik dengan kondisi kelas yang selalu ribut saat belajar sebanyak 87 responden (91.6%). Tabel 5 Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur F (%) Kualitas Tidur Baik Buruk Jumlah 19 76 95 20.0 80.0 100.0 Berdasarkan tabel 5 didapatkan hasil dari 95 sampel dapat dilihat distribusi kualitas tidur mahasiswi paling banyak adalah kualitas tidur yang buruk yaitu sebanyak 76 orang (80.0%). Tabel 6 Distribusi Frekuensi Konsentrasi Belajar Konsentras F (%) i Belajar Tinggi 33 34.7 Rendah 62 65.3 Jumlah 95 100.0 Berdasarkan tabel 6 didapatkan hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi konsentrasi belajar mahasiswi mayoritas dengan konsentrasi belajar yang rendah yaitu sebanyak 62 orang (65.3%). Sedangkan yang konsentrasi belajar yang tinggi sebanyak 33 orang (34.7%). Vol. 4 No. 01 Maret 2016 386 HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN INTERNASIONAL PEKANBARU TAHUN 2016 2. Analisis Bivariat Tabel 6 Hubungan Kualitas Tidur Terhadap Konsentrasi Belajar Konsentrasi PBelajar Kualitas valu A Tidur Tingg Rendah e i Baik 11 8 0.036 0.05 Buruk 22 54 Jumlah 33 62 Berdasarkan tabel 6 menunjukkan dari analisis uji chi-square didapatkan hasil bahwa p-value yaitu 0.036 lebih kecil dari 0.05 ( p-value < 0.05 ) maka H0 ditolak, sehingga ada hubungan antara kualitas tidur terhadap konsentrasi belajar. PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Kualitas Tidur Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 95 responden, kualitas tidur mahasiswi di Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru mayoritas memiliki kualitas tidur yang buruk yaitu sebanyak 76 orang (80.0%). Berdasarkan data penelitian didapatkan mayoritas umur mahasiswi AKBID Internasional Pekanbaru tahun 2016 adalah remaja akhir (18-20 tahun) sebanyak 79 responden (83.2%). Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Potter & Perry (2005), yang menyatakan bahwa secara umum kualitas tidur yang buruk dapat disebabkan oleh aktifitas sosial, karena pada usia remaja akhir seseorang sedang berada di puncak keaktifan dalam aktifitas sosial. Selain faktor aktifitas sosial terdapat juga faktor elektronik, faktor stress, dan depresi serta faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang, seperti penyakit, lingkungan, kelelahan, alkohol, makanan dan minuman. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarfriyanda (2015) tentang kualitas tidur pada mahasiswa keperawatan Universitas Riau, diketahui bahwa mayoritas responden memiliki kualitas tidur yang buruk sebanyak 162 (82,2%). Berdasarkan Hasil kuesioner PSQI komponen 7 mengenai daytime SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI dysfunction, menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai masalah kecil sampai masalah besar yang sering terjadi. Masalah yang dialami oleh responden tersebut jika tidak terselesaikan akan menimbulkan kecemasan dan dapat mengganggu pola tidur seseorang (Kozier,dkk , 2004). Menurut peneliti, kualitas tidur mahasiswi Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru mayoritas buruk, hal ini terjadi disebabkan karena umumnya mahasiswi kebidanan memiliki jadwal dan aktifitas perkuliahan yang cukup padat. Sehingga mahasiswi mengabaikan waktu istirahat yang cukup dan berkualitas serta faktor-faktor stres akibat menghadapi masalah yang dialami oleh responden tersebut, selain itu, status tinggal mahasiswi AKBID Internasional mayoritas adalah tinggal di kost sebanyak 50 responden (52.6%) dari 95 responden, hal ini akan sangat mempengaruhi kualitas tidur mahasiswi karena mahasiswa yang tinggal di kos-kosan akan memiliki waktu istirahat yang terganggu akibat gangguan dari penghuni kos lainnya yang banyak di sekitar lingkungan kos-kosan dan tidak adanya pengawasan dari orang tua, hal ini berbeda dengan mahasiswi yang tinggal dengan orang tua karena dengan tinggal bersama orang tua maka aktivitas mahasiswi akan sedikit lebih teratur dan tidak banyak gangguan untuk istirahat karena lingkungan tinggal akan lebih nyaman tanpa kebisingan. Selain itu, mayoritas aktifitas sosial mahasiswa sebelum tidur yang sudah menjadi kebiasaan yaitu bermain internetan (bermain gadget) sebanyak 31 responden (32.6%) dari 95 responden, serta kebisaaan lain seperti ngobrol di telepon hingga larut malam sebanyak 21 responden (22.1%), menonton televisi sebanyak 20 responden (2.1%), mendengarkan musik sebanyak 17 responden (17.9%), membaca buku hingga larut malam sebanyak 2 responden (32.6%), serta kebiasaan lainnya sebanyak 4 responden (4.2%) sehingga hal ini akan menyita waktu tidur dan menyebabkan kualitas tidur yang diperoleh mahasiswa menjadi buruk. Vol. 4 No. 01 Maret 2016 387 HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN INTERNASIONAL PEKANBARU TAHUN 2016 2. Konsentrasi Belajar Dari tabel 4.6, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 95 responden, konsentrasi belajar mahasiswi di Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru sebagian besar memiliki konsentrasi belajar yang rendah yaitu sebanyak 62 orang (65.3%). Faktor penghambat terjadinya konsentrasi belajar menjadi penyebab terjadinya gangguan konsentrasi belajar. Menurut Hakim (2003, dalam Setiani, 2014). Dua faktor yang menjadi penghambat konsentrasi belajar tersebut ialah faktor internal yang berasal dari dalam diri seseorang yaitu mengalami gangguan kesehatan dan mental, seperti mengantuk karena kurang tidur dan istirahat (kualitas tidur yang buruk), lapar, haus, tidak tenang, emosional, mudah cemas, stres, depresi, dan sejenisnya. Serta faktor eksternal yang berasal dari luar diri seseorang yaitu lingkungan di sekitar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pitaloka (2015) tentang kemampuan konsentrasi belajar mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa dari 100 responden mayoritas responden memiliki tingkat kemampuan konsentrasi belajar yang rendah yaitu 63 responden (63%). Dan sebanyak 37 responden (37%) memiliki konsentrasi belajar yang tinggi. Hal ini sesuai dengan yang peneliti telah lakukan bahwa lebih banyak mahasiswa yang memiliki konsentrasi belajar yang rendah. Berdasarkan hasil penelitian, Peneliti berasumsi bahwa konsentrasi belajar mahasiswi Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru tahun 2016 mayoritas rendah hal ini diakibatkan karena mayoritas gangguan konsentrasi belajar yang sering dialami oleh mahasiswa adalah tidak mampu fokus terhadap pelajaran sampai selesai sebanyak 77 responden (81.1%), tidak mampu bersikap aktif dalam perkuliahan seperti bertanya dan menjawab pertanyaan dosen dengan baik sebanyak 78 responden (82.1%), serta mudah terusik oleh kegaduhan saat belajar karena kondisi kelas yang selalu ribut pada saat perkuliahan seabanyak 87 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI responden (91.6%). Selain itu mayoritas mahasiswa yang mengantuk saat belajar sebanyak 66 responden (69.5%) hal ini karena mahasiswa kurang tidur dan istirahat disertai fikiran tidak tenang dan stres yang menjadi faktor penyebab konsentrasi belajar mahasiswa menjadi rendah. B. Analisis Bivariat Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dari 95 responden didapatkan hasil dengan jumlah kualitas tidur yang buruk sebanyak 76 orang (80.0%), dan konsentrasi belajar yang rendah sebanyak 62 orang (65.3%). Sehingga setelah di uji dengan chi – square didapatkan hasil bahwa p-value yaitu 0.036 lebih kecil dari 0.05 ( p-value < 0.05), maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara kualitas tidur terhadap konsentrasi belajar. Tingkat konsentrasi belajar mahasiswa dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat berupa kondisi fisiologis seperti kualitas tidur yang buruk. Kualitas tidur yang buruk juga sering menimbulkan manifestasi klinis seperti mengantuk dan fatigue yang dapat menurunkan energi seseorang ketika menjalani aktivitas di siang hari, mengantuk dan fatigue juga dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan berpikir dengan jelas. Berdasarkan survei yang dilakukan di Great British Sleep ditemukan bahwa orang yang memiliki kualitas tidur yang buruk mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian dan merespon suatu stimulus (Kyle, 2012). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pitaloka (2015) dalam penelitiannya yang berjudul hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah dan kemampuan konsentrasi belajar mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dari hasil uji statistik didapatkan hasil p value 0,002 yang berarti terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan kemampuan konsentrasi belajar. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh William dan Cyintia (2013) dengan judul Vol. 4 No. 01 Maret 2016 388 HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN INTERNASIONAL PEKANBARU TAHUN 2016 penelitian hubungan antara kualitas tidur dan konsentrasi pada mahasiswa mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan yang menyimpulkan tidak ada hubungan antara kualitas tidur dengan konsentrasi mahasiswa dan mahasiswa FK USU dengan p value 0,575. Berdasarkan data dari kuesioner PSQI pada komponen 7 tentang daytime dysfunction yang telah diisi oleh responden, ditemukan hasil bahwa responden dengan kualitas tidur yang buruk terganggu aktivitasnya di siang hari. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi aktivitas belajar responden yang dapat berdampak pada menurunnya konsentrasi belajar responden. Peneliti berasumsi bahwa ada hubungan antara kualitas tidur terhadap konsentrasi belajar karena pada saat seseorang mengalami gangguan pola tidur pada malam hari akan merasa lelah dan merasa mengantuk pada saat siang hari sehingga tidak konsentrasi dalam belajar. Mahasiswa yang sering terlambat masuk kelas karena sulit bangun pagi akibat tidak mendapat kualitas tidur yang baik maka akan mengantuk dan tidak tenang pada saat berada di dalam kelas dan hal inilah yang membuat seseorang akan menjadi tidak fokus dalam memperhatikan pelajaran. Selain itu, tidur merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang sangat bermanfaat untuk mengembalikan kondisi tubuh pada keadaan yang semula, sehingga tubuh yang tadinya mengalami kelelahan akan menjadi segar kembali. Jika pemulihan terhambat maka akan menyebabkan organ tubuh tidak bisa bekerja dengan maksimal, akibatnya apabila seseorang mengalami kualitas tidur yang buruk akan merasa cepat lelah dan menurunkan konsentrasi. Selain itu, dampak yang ditimbulkan akibat buruknya kualitas tidur ialah penurunan daya tahan tubuh dan salah satu faktor yang menghambat belajar adalah faktor kesehatan, sehingga anak yang sakit atau lemah karena buruknya kualitas tidur akan sukar belajar dan menurunkan konsentrasi belajar. SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI SIMPULAN Berdasarkan analisis data hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan kualitas tidur terhadap konsentrasi belajar Mahasiswa Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru tahun 2016, dapat disimpulkan bahwa : Dari 95 responden didapatkan hasil mayoritas responden dengan Kualitas tidur yang buruk sebanyak 76 orang (80%). Sedangkan dengan konsentrasi belajar yang rendah sebanyak 62 orang (65.3%). Ada hubungan antara kualitas tidur terhadap konsentrasi belajar mahasiswa Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru tahun 2016, dengan p-value 0.036. DAFTAR PUSTAKA Asmadi. 2008. Teknik prosedural keperawatan : Konsep dan Aplikasi kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika Kozier,dkk. (2004). Fundamental of nursing: concept, process, and practice. NewJersey: Prentice-Hall Kyle, S. (2012). Sleepiness, fatigue and impaired concentration. Diperoleh Tanggal 11 Maret 2016 dari https://www.sleepio.com/articles/i nso mnia/sleepiness-fatigueandimpaired-concentration Marpaung, P,M. 2013. Gambaran Lama Tidur Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Vol 1, No 1, hal 543-549 Notoadmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta Pitaloka, R,D. 2015. Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah dan Kemampuan Konsentrasi Belajar Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau. JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015 Potter,P.A,& Perry,A.G. 1997. Fundamental of Nursing Concepts,Proses, and Pratice. Philadelphia : Mosby Potter,P.A,& Perry,A.G. 2005. Keperawatan Dasar: Konsep, Proses, Dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC Purwanto,S. 2008. Mengatasi Insomnia Dengan Terapi Relaksasi jurnal Vol. 4 No. 01 Maret 2016 389 HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN INTERNASIONAL PEKANBARU TAHUN 2016 kesehatan, Vol.1, No.2, hal 141148 Putri,A,A. 2012. Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Konsentrasi Belajar Dan Indeks Prestasi Mahasiswa Program DIII Kebidanan Stikes Aisyiyah Yogyakarta Rafknowledge. 2004. Insomnia dan Gangguan Tidur lainnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Sarfriyanda, Jaka. 2015. Hubungan Antara Kualitas Tidur Dan Kuantitas Tidur Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015 Sari, A,W. 2011. Hubungan Antara Insomnia Dengan Prestasi Belajar Pada Santri Di Madrasah Aliyah Tahfidzhul Quran Isy-Karima Karanganyar. Setiani, A,C. 2014. Meningkatkan Konsentrasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Karangcegak, Kabupaten Purbalingga. Hal 22-23 William & Cyintia, M. (2013). Hubungan antara kualitas tidur dan konsentrasi pada mahasiswamahasiswi angkatan 2009 fakultas kedokteran USU Medan. Diperoleh tanggal 21Mei 2015 dari Http://www.repository.usu.ac.id/h and le/123456789/35223 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 01 Maret 2016 390 HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA DENGAN KEJADIAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KELAS II B PEKANBARU TAHUN 2015 HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA DENGAN KEJADIAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KELAS II B PEKANBARU TAHUN 2015 Dewinny Septalia Dale Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru Korespondensi penulis : [email protected] ABSTRAK Narkoba adalah istilah singkatan dari Narkotika dan Obat-Obat berbahaya, atau lebih sering di kenal dengan sebutan NAPZA. Hasil survey BNN tahun 2012 bahwa prevalensi penyalahgunaan narkoba mencapai 2,2% dari total populasi penduduk indonesia. Di Riau dari tahun ke tahun jumlah tersangka narkoba mengalami peningkatan yaitu dari 906 kasus menjadi 1456 kasus pada tahun 2012 dan 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja dengan kejadian penyalahgunaan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II B Pekanbaru tahun 2015. Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 44 orang. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan mengambil seluruh jumlah populasi. Pengukuran pengetahuan dan penyalahgunaan menggunakan metode wawancara dengan alat bantu kuesioner, dan di analisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi square melalui software (SPSS For Windows versi 17.00). Diketahui dari 44 orang remaja mayoritas memiliki pengetahuan tinggi yaitu 23 orang. Dan terdapat 24 orang remaja yang pernah melakukan penyalahgunaan narkoba. Selanjutnya di analisis dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan remaja dengan kejadian penyalahgunaan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II B Pekanbaru tahun 2015. Diharapkan kepada institusi Akademi Kebidanan Internasional agar dapat menggerakkan pusat informasi konseling mahasiswa dan berperan dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba. Kata Kunci : Pengetahuan, Penyelahgunaan narkoba ABSTRACT Narkoba is a narcotics, adictif substance and dangerous drugs. Drugs consumption without knowing and attention from doctor known as drug abuse. BNN survey in 2012 mention that prevalence drug abuse in indonesia until 2,2% peoples from total population in indonesia. In Riau drug abuse cases always increased from 906 to be 1456 cases in 2012 an 2013. The purpose of this study was to examine the relation of adolescence knowledge with drug abuse at lembaga pemasyarakatan anak kelas ii b pekanbaru. Drugs consumptions without knowing and attention from doctor known as drug abuse. This study is a quantitatif reseacrh with cross sectional approach. Sampling technique using total population as sample, with sample of 44 people. Collect data from knowledge and drug abuse using method with questionnaires and univariate and bivariate Analyzed using chi square test with software (SPSS for Window version 17). The result of study show as many high knowledge 23 people ( 52,3 %) and as many 24 people (54,5%) as drug abuse. And then fro the result of the chi square thest showed nothing correlation between adolesence knowledge with drug abuse at Lembaga Pemasyarakatan Anak kelas II B Pekanbaru in 2015 since the p value > α is o,073 > 0.05 . therefore I hope international midwefery accademy can be as conseling information center, and play a rol in the prevention of drug abuse. Keyword : Knowledge, Drug Abuse PENDAHULUAN Remaja atau “ Adolescence” ( Inggris), berasal dari bahasa latin “ adolescence” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI juga kematangan sosial dan psikologis (Widyastuti, 2009). Remaja pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga seringkali ingin mencoba-coba, berkhayal, dan merasa gelisah, serta berani melakukan pertentangan jika dirinya merasa disepelekan atau tidak dianggap. Untuk itu, mereka sangat memerlukan Vol. 4 No. 01 Maret 2016 391 HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA DENGAN KEJADIAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KELAS II B PEKANBARU TAHUN 2015 keteladanan, konsistensi, serta komunikasi yang tulus dan empati dari orang dewasa. Seringkali remaja melakukan perbuatan-perbuatan menurut normanya sendiri karena terlalu banyak menyaksikan ketidakkonsistenan dimasyarakat yang dilakukan oleh orang dewasa. Hal ini berpengaruh terhadapat tingkah laku remaja antara lain merokok, seks bebas, berjudi, mabuk sampai mengkonsumsi narkoba (Razak, 2006). Narkoba merupakan zat psikoaktif narkotika, psikotropika, dan bahan berbahaya lainnya. Selain itu juga dapat diartikan sebagai bahan atau zat- zat kimiawi yang jika masuk ke dalam tubuh baik secara oral ( dimakan, diminum, atau ditelan ), diisap, dihirup atau disuntikkan dapat mengubah suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang ( Kusmiran, 2011 ). Meskipun narkoba sangat diperlukan untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan standar pengobatan, terlebih dengan peredaran gelap akan menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi diri sendiri ataupun masyarakat. Orang yang menggunakan narkoba tanpa hak atau melawan hukum disebut dengan penyalahguna narkoba Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba diluar indikasi medik, tanpa petunjuk dokter atau resep dokter dan pemakaiannya dapat menimbulkan ketergantungan ( Mardani , 2008 ). Hasil survey World Drug Report tahun 2012 , 53-300 juta jiwa atau 3,4 % - 6,6 % penyalahguna narkoba dunia usia 15 – 64 tahun pernah mengkonsumsi narkoba sekali dalam setahun, dimana hampir dari 12 % pengguna merupakan pecandu berat ( LAKIP BNN 2013). Di Indonesia, prevalensi penyalahguna narkoba telah mencapai 2,2 % atau sekitar 3,8 juta orang dari total populasi penduduk. Survey ini dilakukan oleh BNN dimana terdapat peningkatan 0,21% dibandingkan tahun 2008 sebesar 1,99 % atau 3,3 juta orang. ( LAKIP BNN 2013) Survei nasional yang dilakukan BNN tahun 2012 Riau termasuk urutan ke-11 prevalensi penyalahguna terbesar di indonesia dengan jumlah 906 tersangka. SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Data terbaru yang didapat dari BNNP Riau Pada tahun 2013 tersangka narkoba mengalami peningkatan yaitu sebanyak 1456 tersangka dengan 1007 kasus ( BNNP 2012 ). Data BNNP Riau tahun 2013 tersangka kasus tindak pidana narkoba yang menimpa remaja terdapat 269 tersangka yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu 139 tersangka. Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada beberapa remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II B Pekanbaru didapatkan bahwa sebanyak 50 % remaja memiliki pengetahuan rendah, sedangkan terdapat 70% remaja yang menggunakan narkoba secara rutin. Semakin kompleksnya masalah yang dapat ditimbulkan oleh narkoba seperti yang penulis jelaskan diatas, melatarbelakangi penulis untuk meneliti hubungan pengetahuan remaja dengan kejadian penyalahgunaan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II B Pekanbaru. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan rancangan cross sectional, yaitu untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja dengan kejadian penyalahgunaan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II B Pekanbaru tahun 2015. Penelitian dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II B Pekanbaru pada bulan Februari sampai Maret tahun 2015 . Populasi dari penelitian ini adalah seluruh remaja penghuni Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II Pekanbaru yang berjumlah 44. Penentuan sampel yaitu dengan mengambil seluruh populasi yang ada. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisa Univariat Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja tentang Narkoba Vol. 4 No. 01 Maret 2016 392 HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA DENGAN KEJADIAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KELAS II B PEKANBARU TAHUN 2015 Pengetahuan Frekuensi Persentase Rendah 21 Tinggi 23 Jumlah 44 Sumber : Data Primer 47,7% 52,3 % 100 % Berdasarkan tabel dari 44 responden, mayoritas memliki pengetahuan tinggi yaitu 23 orang (52,3%). Dan terdapat 21 orang (47,7%) yang memiliki pengetahuan rendah. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kejadian Penyalahgunaan Narkoba Penyalahgunaan Frekuens Persentas narkoba i e Menggunakan 24 54,5 % Tidak 20 45,5 % Menggunakan Jumlah 44 100 % Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel, dari 44 responden mayoritas remaja yang melakukan penyalahgunaan narkoba yaitu 24 orang ( 54,5 %). Dan terdapat 20 orang (45,5%) orang yang tidak pernah melakukan penyalahgunaan narkoba. 2. Analisa Bivariat Tabel 3 Hubungan Pengetahuan Remaja dengan Kejadian Penyalahgunaan Narkoba Penyalahguna P Tot an Valu Pengetahuan al e Ya Tidak Rendah Tinggi 8 13 16 7 Sumber : Data Primer 21 23 0.07 3 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan dari 23 orang remaja yang memiliki pengetahuan tinggi terdapat 16 orang(69,6%) remaja yang menggunakan narkoba dan terdapat 7 orang (30,4%)yang tidak menggunakan narkoba. Dari 21 orang remaja yang memiliki pengetahuan rendah terdapat 8 orang ( 38,1%) yang menggunakan narkoba sedangkan 13 orang (61,9%) tidak menggunakan narkoba. SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Hasil uji statistik hubungan pengetahuan remaja tentang penyalahgunaan narkoba dengan kejadian penyalahgunaan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II B Pekanbaru tahun 2015 dimana p value >0,05 ( 0, 073> 0.05) sehingga Ha gagal diterima yaitu tidak ada hubungan antara pengetahuan remaja dengan kejadian penyalahgunaan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II B Pekanbaru tahun 2015. PEMBAHASAN A. Analisa Univariat 1. Pengetahuan Responden Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 44 responden, pengetahuan remaja tentang penyalahgunaan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II B Pekanbaru mayoritas memiliki pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 23 orang (52,3%). Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Mardianis (2013) yang berjudul “gambaran pengetahuan remaja putra tentang penyalahgunaan narkoba” dimana pengetahuan responden sebagian besar rendah yaitu 65,8 % hal ini disebabkan karena responden hanya sekedar tahu tentang apa itu narkoba tanpa mengetahui secara keseluruhannya. Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Sehingga hasil pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas pengetahuan dan persepsi terhadap pengetahuan, sehingga pengetahuan sesorang terhadap objek memiliki tingkat yang berbeda. (Notoadmojo, 2010). Menurut teori Joewana (2006) pengetahuan juga disebabkan oleh faktor –faktor lain seperti lingkungan dan sosial budaya. Dimana sosial budaya akan mempengaruhi pengetahuan yaitu dari nilai-nilai Vol. 4 No. 01 Maret 2016 393 HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA DENGAN KEJADIAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KELAS II B PEKANBARU TAHUN 2015 sosial yang diberikan orang tua kepada remaja. Asumsi peneliti, pengetahuan remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II B pekanbaru tinggi karena sebagian besar dari remaja pernah mendapatkan informasi mengenai penyalahgunaan narkoba, dan mereka dapat memahami dengan baik tentang bahaya narkoba, hal ini didukung dengan adanya data umum pada kuesioner dimana mayoritas responden pernah mendapatkan informasi tentang penyalahgunaan narkoba yaitu 37 orang (84,1%), dengan sumber informasi terbanyak melalui media elektronik yaitu 18 orang (48,6%). 2. Kejadian Penyalahgunaan Narkoba Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba diluar indikasi medik, tanpa petunjuk dokter atau resep dokter dan pemakaiannya dapat menimbulkan ketergantungan ( Mardani , 2008 ). Menurut teori yang dikemukakan oleh Perisaria tahun 2012 bahwa penyalahgunaan narkoba pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti hubungan keluarga yang retak, komunikasi yang tidak baik antara individu dengan orang tua, pengaruh teman sebaya yang menggunakan narkoba. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di Lembaga Pemasyarakatan anak Kelas II B Pekanbaru tahun 2015 dari 44 orang responden terdapat 24 orang (54,5%) yang pernah menggunakan narkoba sedangkan terdapat 21 ( 45,5%) orang yang tidak pernah menggunakan narkoba. Menurut asumsi peneliti ada beberapa faktor yang menyebabkan kejadian penyalahgunaan narkoba, yaitu faktor lingkungan, sosial budaya. Banyak remaja yang terpengaruh oleh lingkungannya termasuk pengaruh dari teman sebaya, ataupun adanya anggota SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI keluarga yang menggunakan narkoba. Asumsi peneliti tersebut didukung dengan adanya data umum dimana sebagian besar remaja mempunyai teman sebaya ataupun saudara yang menggunakan narkoba dengan presentase 56,8 % (25 orang). B. Analisa Bivariat Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan konseptual dan intelektual, dengan pengetahuan yang tinggi maka remaja dapat terhindar dari pengaruh narkoba, baik itu pemakai maupun penjual obatobatan terlarang tersebut. Namun jika remaja memiliki pengetahuan kurang tentang narkoba maka akan merugikan masa depan remaja itu sendiri ( Prisaria, 2012 ). Razak( 2006) mengemukakan teori dimana faktor lingkungan menjadi bagian yang tidak bisa diabaikan dalam mempengaruhi remaja mengkonsumsi narkoba, setidaknya terdapat tiga lingkungan yang mempengaruhi yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat Dari hasil uji statistik chi square didapatkan bahwa tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan kejadian penyalahgunaan narkoba di lembaga pemasyarakatan anak kelas II b Pekanbaru tahun 2015. Menurut peneliti tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian penyalahgunaan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Anak kelas II b Pekanbarukarena mayoritas responden memiliki pengetahuan tinggi sedangkan masih banyak remaja yang berpengetahuan tinggi menggunakan narkoba, ini berarti bahwa pengetahuan yang tinggi tidak berpengaruh kepada seorang remaja agar terhindar dari penyalahgunaan narkoba. Asumsi peneliti ada beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan penyalahgunaan narkoba yaitu faktor lingkungan. Lingkungan adalah kondisi yang ada disekitar, dimana kondisi Vol. 4 No. 01 Maret 2016 394 HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA DENGAN KEJADIAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KELAS II B PEKANBARU TAHUN 2015 tersebut termasuk keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan yang paling menentukan perilaku remaja. Dalam pengetahuan peneliti ada 8 fungsi keluarga yang berperan membentuk pribadi yang matang yaitu fungsi agama, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan,reproduksi, sosialisasi pendidikan, ekonomi, dan lingkungan. Dalam setiap fungsi keluarga terdapat nilai-nilai moral yang harus diterapkan dalam keluarga. Jika dalam keluarga memiliki praktek keagamaan yang rendah, hubungan yang tidak harmonis, serta tidak menerapkan norma-norma sosial yang ada maka secara tidak langsung akan memberi pengaruh bagi remaja, karena pada masa ini remaja memiliki emosi yang labil, dan cenderung meniru gaya dan perilaku keluarga. Begitu juga dengan lingkungan sekolah, sekolah merupakan lingkungan dimana remaja mendapatkan pengetahuan, pembinaan perilaku dan keterampilan. Di sekolah tersebut adanya teman sebaya dapat mempengaruhi perilaku remaja dimana terdapat rasa ingin menunjukkan bahwa ia mampu bergaul dengan teman sebayanya bagaimanapun caranya ia dapat menunjukkan keeksisannya agar orang lain tidak menganggap ia rendah. Sama halnya dengan lingkungan keluarga dan sekolah, lingkungan masyarakat sekitar dimana remaja tersebut tinggal juga dapat berpengaruh. Lingkungan sosial yang tidak baik dapat mempengaruhi remaja untuk berperilaku tidak baik. Jika dalam sebuah lingkungan sosial akrab dengan penyalahgunaan narkoba maka lingkungan seperti itu berpotensi menyeret remaja dalam penyalahgunaan narkoba. SIMPULAN Dari 44 orang responden didapatkan hasil mayoritas responden berpengetahuan tinggi sebanyak 23 orang (52,3%); Dari 44 orang responden didapatkan bahwa terdapat 24 orang (54,5%) remaja yang pernah SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI menyalahgunakan narkoba; Diketahui tidak ada hubungan antara pengetahuan rema dengan kejadian penyalahgunaan narkoba di lembaga pemasyarakatan anak kelas II b Pekanbaru tahun 2015. DAFTAR PUSTAKA Bnn.go.id/.../UU NO 35 TAHUN 2009 narkotoka.pdf(diakses 24 November 2014 pukul 14.00 WIB) Joewana, S., Martono, L.H. 2006. Peran Orang Tua dalam Mencegah dan Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba . Jakarta: Balai Pustaka. Kusmiran, Eni. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika BNN, 2013. Laporan Akuntabilitas BNN. Jakarta Timur : BNN BNNP, 2012. Data Tersangka TP Narkoba. Pekanbaru : BNN Pekanbaru Mardani, 2008. Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Prisaria, Nusiriska. 2012. Hubungan Pengetahuan dan lingkungan Sosial dengan tindakan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba. Jepara. FK Universitas Diponegoro Razak, Abdul, dkk. 2006. Remaja dan bahaya Narkoba. Jakarta : Prenada Repository.USU.ac.id/bitstream/12345678 9/41485/5/Chapter20asrori(2008).pd f(diakses tanggal 20 desember 2014 pukul 13.00 WIB) Widyastuti Yani, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya Vol. 4 No. 01 Maret 2016 395 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA THE RELATIONSHIP KNOWLEDGE LEVEL ABOUT UNDESIRED PREGNANCY WITH ADOLESCENT SEXUAL BEHAVIOR IN SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA Devi Arista STIKes Prima program Studi IV Kebidanan Korespondesi Penulis : [email protected] ABSTRAK Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual sehingga menyebabkan kehamilan tidak diinginkan dikalangan remaja. Salah satu penyebab terjadinya perilaku seksual adalah masih minimnya pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi termasuk kehamilan tidak diinginkan (KTD). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh SKRRI tahun 2007 dari 633 responden remaja kesemuanya memiliki pengalaman berhubungan sek pranikah, dengan persentase perempuan 18% dan laki-laki 27%, ini menunjukan bahwa perilaku seks pranikah remaja cenderung meningkat dan kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) juga terjadi pada remaja. Diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kehamilan tidak diinginkan (KTD) dengan perilaku seksual di SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. Yang digunakan adalah deskriptif analitik korelasional dengan rancangan waktu cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 2013 di SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI yang sedang atau pernah pacaran sebanyak 74 responden yang diambil secara proportional to population size. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan Fisher’s Exact Test dengan α = 5%. Sebanyak 66 responden (89,2%) memiliki perilaku seksual tidak beresiko terhadap terjadinya kehamilan tidak diinginkan dan sebanyak 8 responden (10,8%) memiliki perilaku seksual beresiko terhadap terjadinya kehamilan tidak diinginkan. Hasil Sig. 0,003 (< 0,05) dengan nilai C=0,346 dan nilai OR=16,1 yang berarti H0 ditolak, yang artinya ada hubungan yang bersifat sedang antara tingkat pengetahuan tentang kehamilan tidak diinginkan (KTD) dengan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. Kata Kunci: pengetahuan, KTD, perilaku seksual, remaja. ABSTRACK Sexual behavior is driven by sexual desire causing unintended pregnancies among adolescents. One of the causes of sexual behavior is the lack of knowledge about reproductive health include unwanted pregnancy. Based on the results of preliminary studies that have been conducted showed that 60% of students do not know in depth about unwanted pregnancy, and about 90% of students have already done a kiss on the cheek, hugging, kissing mouth, fingering because it considers it reasonable to do to boyfriend or girl friend. Knowing the relationship of knowledge level about the unwanted pregnancy with sexual behavior in SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. This is a descriptive analytical correlation with cross-sectional design time. The research was conducted on June 7, 2013 in SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. Subjects were students of class XI who were or had been dating by 74 respondents were taken proportional to population size. Collecting data using questionnaires and analyzed using Fisher's Exact Test with α = 5%. The data obtained is known that 66 respondents (89.2%) had no sexual behavior at risk of unwanted pregnancy and about 8 respondents (10.8%) had a sexual risk behavior against unwanted pregnancy. Sig results. 0.003 (<0.05) with a value of C = 0.346 and OR = 16.1 value which means Ho is rejected, which means there are relations between the level of knowledge of being unwanted pregnancies with adolescent sexual behavior in SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. Keywords: knowledge, unwanted pregnancy, sexual behavior, adolescent. SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 01 Maret 2016 396 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA PENDAHULUAN Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini menyebabkan remaja mempunyai sifat khas yaitu keingintahuan besar, menyukai tantangan serta cenderung berani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang (Ahmadi, 2005). Seiring dengan proses pematangan organ reproduksi remaja timbul juga perubahan psikologis dari remaja tersebut. Sehingga ini mengakibatkan munculnya perubahan minat dan tingkah laku pada remaja seperti mulai memperhatikan penampilan diri, mulai tertarik pada lawan jenis, berusaha mencari perhatian dan munculnya perasaan cinta. Kemudian yang terpenting dari itu semua timbulnya dorongan seksual, perasaan ini tidak terlepas dari pengaruh hormonal seksual dalam tubuh (Kusmiran, 2012). Remaja merupakan kelompok penduduk yang cukup besar. Secara global, sekitar seperempat penduduk dunia adalah remaja. Dalam data Kependudukan Indonesia jumlah penduduk Indonesia tahun 2009 adalah 213.375.287, sedangkan jumlah penduduk yang tergolong pemuda adalah 42.316.900, atau 19,82% dari seluruh penduduk Indonesia (Sarwono, 2012). Remaja yang tidak dapat menahan diri cenderung melakukan hubungan seksual pranikah. Kecenderungan ini semakin meningkat dikarenakan mudahnya mengakses informasi yang bersifat merangsang seksual seperti melalui internet, kaset video, dan majalah. Dengan keadaan seperti ini, membuka peluang yang lebih besar terhadap terjadinya perilaku seksual dikalangan remaja yang dapat mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan serta penyakit menular seksual (Manuaba, 2012). Perilaku seks bebas akan membawa berbagai dampak negatif bagi kehidupan remaja itu sendiri, misalnya penyakit menular seksual, HIV/AIDS dan kehamilan yang tidak diinginkan. Akibat terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI salah satunya adalah aborsi. Tingkat kasus aborsi di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara, yakni mencapai dua juta kasus di negara-negara ASEAN yang mencapai 4,2 juta kasus per tahun (Suryoputro, 2006). Masalah remaja di Indonesia pada intinya hampir sama yaitu minimnya pengetahuan tentang seksualitas dalam hal ini adalah pengetahuan tentang kehamilan yang tidak diinginkan yang terjadi pada masa remaja karena terbatasnya akses informasi, serta belum adanya kurikulum Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) di sekolah. Hal ini sesuai dengan penelitian tentang tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan perilaku seksual di SMA Negeri 1 Gondang, Kabupaten Sragen Jawa Tengah dengan hasil penelitian sebesar 40,1% perilaku seksual remaja dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan 59,9% dipengaruhi oleh faktor lainnya (Wahyuningtyas, 2009). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis di SMA Negeri 1 Depok, Sleman Yogyakarta tentang tingkat pengetahuan mengenai Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dengan perilaku seksual melalui kuesioner dan dilanjutkan dengan melakukan wawancara untuk menyatakan kebenaran jawaban tingkat pengetahuan tentang KTD dan perilaku seksual, dengan jumlah responden dalam studi pendahuluan sebanyak 10 responden yang terdiri dari 7 siswa dan 3 siswi, didapatkan hasil bahwa seluruh siswa yang berjumlah 7 orang siswa atau sebanyak 100% dan 2 orang siswi atau sebanyak 66,67% sudah pernah melakukan ciuman pipi, berpelukan, berciuman mulut, meraba karena menganggap hal tersebut adalah hal biasa yang dilakukan oleh remaja kepada pacarnya. Untuk tingkat pengetahuan tentang KTD, didapatkan hasil sebesar 71,43% siswa dan 33,33% siswi tidak mengetahui secara mendalam tentang KTD seperti faktor-faktor resikonya. Data sekunder juga mendukung hasil dari studi pendahuluan dimana menurut wawancara dengan guru BK terdapat sepasang siswa / siswi yang pernah berciuman di wilayah sekolah serta beberapa tahun lalu terdapat 1 Vol. 4 No. 01 Maret 2016 397 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA orang siswi yang mengalami KTD sehingga harus dikeluarga dari sekolah. Perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor. Pengetahuan merupakan faktor dasar dalam pembentukan suatu perilaku. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang kehamilan tidak diinginkan (KTD) dengan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Depok, Sleman Yogyakarta. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik korelasional yaitu menganalisis antara dua variabel yaitu tingkat pengetahuan tentang kehamilan tidak diinginkan (KTD) dengan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta (Arikunto, 2010). Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 2013. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta sebanyak 203 siswa/siswi. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian siswa/siswi kelas XI SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta yang berjumlah 74 responden dan akan dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Sampel penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria inklusi yaitu (Aziz, 2011): a. Tercatat sebagai siswa kelas XI SMA Negeri 1 Depok, Sleman Yogyakarta b. Siswa yang hadir pada saat penelitian berlangsung c. Siswa yang bersedia menjadi responden d. Siswa yang mempunyai pacar atau pernah berpacaran Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel secara proportional to population size dan selanjutnya dilakukan randomisasi secara simple random sampling. Variabel dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran ordinal untuk variabel bebas dan variabel terikat. Data primer penelitian ini meliputi data tingkat pengetahuan tentang kehamilan tidak diinginkan (KTD) dan perilaku seksual yang didapatkan langsung melalui responden dengan menggunakan alat pengumpulan data yang berupa kuesioner dengan pertanyaan tertutup sebanyak 20 pertanyaan untuk pengetahuan tentang kehamilan tidak diinginkan (KTD) dan 10 pernyataan tentang perilaku seksual. Untuk item pertanyaan tentang kehamilan tidak diinginkan (KTD) sebelumnya dilakukan uji validitas menggunakan rumus pearson product moment dan reliabilitas menggunakan cronbach’s alpha (Arikunto, 2010). Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan coding, editing, scoring, entry dan cleaning (Suyanto, 2009). Kemudian dilanjutkan dengan analisa univariat dan bivariat yang menggunakan rumus fisher’s exact test serta tingkat keeratan dengan menggunakan koefisien kontingensi (Siegel, 2002). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tingkat Pengetahuan Tentang Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) Dibawah ini adalah distribusi frekuensi 74 responden berdasarkan tingkat pengetahuan tentang kehamilan tidak diinginkan (KTD) yang dibagi menjadi tinggi dan rendah. Tabel 1:Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) di SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta Tingkat Pengetahuan Jumlah Persenta Tentang KTD (orang) se (%) Rendah 27 36,5 Tinggi 47 63,5 Jumlah 74 100 Sumber : Data Primer diolah, 2013 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 01 Maret 2016 398 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA faktor yang saling berhubungan. Berdasarkan tabel 1 diatas Semakin banyak informasi yang dari 74 responden yang diambil diperoleh semakin tinggi pula sebagai sampel, diketahui bahwa pengetahuan yang diperoleh. sebagian besar tingkat pengetahuan Hal ini diperkuat oleh teori tentang kehamilan tidak diinginkan (KTD) dalam kategori tinggi yaitu (Notoatmodjo, 2010), bahwa sebanyak 47 responden atau sebesar pengetahuan merupakan hasil dari 63,5%. tahu, dan terjadi setelah orang Hasil dari analisis deskripsi melakukan penginderaan terhadap menunjukan dari 74 responden yang suatu objek tertentu. Pengetahuan diambil sebagai sampel diketahui seseorang dapat bertambah dengan bahwa sebagian besar memiliki diperolehnya informasi tentang objek tingkat pengetahuan tinggi tentang tertentu. Pemahaman yang keliru kehamilan tidak diinginkan yaitu mengenai seksualitas pada remaja sebanyak 47 responden atau sebesar menjadikan mereka mencoba untuk (63,5%). Hal ini dikarenakan bereksperimen mengenai masalah responden telah mendapatkan seks tanpa menyadari bahwa yang informasi mengenai kehamilan tidak timbul dari perbuatannya. Hasil ini diinginkan (KTD) baik faktor didukung oleh penelitian (Astuti, 2007) penyebab dan faktor resiko melalui yaitu “Hubungan Antara Pengetahuan keluarga, media cetak, media internet dan Sikap Remaja Putri Tentang dan himbauan dari sekolah. Kehamilan Tidak Diinginkan di SMA Pengetahuan merupakan aspek Negeri 1 Pematang Siantar”. Hasil knowledge yang berhubungan erat penelitian menunjukan bahwa dengan terbentuknya perilaku sebagian besar responden memiliki seseorang. Pengetahuan merupakan tingkat pengetahuan baik yaotu domain yang sangat penting untuk sebanyak 28 responden atau sebesar terbentuknya tindakan seseorang baik (60%). untuk hal yang positif maupu negatif. Hal ini didukung oleh 2. Perilaku Seksual pendapat (Fitria, Dibawah ini adalah distribusi 2009) bahwa frekuensi 74 responden berdasarkan pengetahuan dapat diperoleh dari perilaku seksual dibagi menjadi pengalaman, berbagai informasi yang perilaku seksual beresiko dan disampaikan guru, teman, orang tua, perilaku seksual tidak beresiko media massa, petugas kesehatan dan terhadap terjadinya kehamilan tidak lain sebagainya. Tingkat pengetahuan diinginkan. seseorang dipengaruhi oleh banyak Tabel 2:Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta Perilaku Seksual Remaja Jumlah Persenta (orang) se (%) Beresiko 8 10,8 Tidak Beresiko 66 89,2 Jumlah 74 100 Sumber: Data Primer diolah, 2013 responden yang diambil sebagai Berdasarkan tabel 2 diatas sampel diketahui bahwa sebagian dari 74 responden yang diambil besar yaitu sebanyak 66 responden sebagai sampel, diketahui bahwa atau sebesar (89,2%) memiliki sebagian besar perilaku seksual perilaku seksual tidak beresiko remaja di SMA Negeri 1 Depok terhadap terjadinya kehamilan tidak Sleman Yogyakarta dalam kategori diinginkan (KTD). Hal ini dikarenakan tidak beresiko terhadap terjadinya sebagian besar responden telah kehamilan tidak diinginkan. memiliki tingkat pengetahuan yag Hasil dari analisis deskripsi tinggi tentang kehamilan tidak menunjukan bahwa dari 74 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 01 Maret 2016 399 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA diinginkan (KTD) yang didapatkan (Putri, 2012). Hasil ini didukung oleh melalui informasi media cetak, penelitian (Puri, 2012) yaitu “Faktorkeluarga, media internet dan faktor yang mempengaruhi seks himbauan dari sekolah. pranikah pada remaja SMA di Rengat Beberapa kajian menunjukan kabupaten Indragiri hulu” dengan bahwa remaja sangat membutuhkan hasil penelitian mayoritas responden informasi mengenai persoalan berperilaku seksual baik yaitu seksual dan reproduksi. Remaja sebanyak 96 responden (84,2%). seringkali memperoleh informasi yang tidak akurat mengenai kesehatan 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan reproduksi dari teman-teman mereka, Tentang Kehamilan Tidak Diinginkan bukan dari petugas kesehatan, guru (KTD) dengan Perilaku Seksual atau orang tua. Teman-teman yang Remaja tidak baik berpengaruh terhadap Dibawah ini adalah distribusi munculnya perilaku seks frekuensi responden berdasarrkan menyimpang Sehingga informasi hubungan tingkat pengetahuan yang baik dan akurat diperlukan oleh tentang kehamilan tidak diinginkan remaja untuk menghindari pengaruh (KTD) dengan perilaku seksual buruk yang dapat menimbulkan remaja di SMA Negeri 1 Depok perilaku seksual yang menyimpang Sleman Yogyakarta. Tabel 3: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dengan Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta Tingkat Perilaku Seksual Nilai CI Pengetahuan Beresiko OR C Tidak Jumlah Sig. 95% Beresiko N % n % n % Rendah 7 9,5 20 27 27 36,5 Tinggi 1 1,4 46 62,1 47 63,5 1,916,1 0,003 0,346 139,6 Jumlah 8 10, 66 89,1 74 100 9 Sumber: Data Primer diolah, 2013 Berdasarkan tabel 3 diatas dari 74 responden yang diambil sebagai sampel, diketahui bahwa sebagian besar responden berpengetahuan tinggi tentang kehamilan tidak diinginkan (KTD) dengan perilaku seksual tidak beresiko terhadap terjadinya kehamilan tidak diinginkan (KTD) yaitu sebanyak 46 responden atau sebesar (62,1%) dan sebanyak 7 responden atau sebesar (9,5%) berpengetahuan rendah dengan perilaku seksual beresiko terhadap terjadinya kehamilan tidak diinginkan (KTD). Perilaku seksual seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan saja, namun masih ada banyak faktor lain yang mempengaruhi perilaku seksual diantaranya peran orang tua, pemahaman tingkat agama, sikap, persepsi, pengaruh negatif teman sebaya, namun dalam hal ini tidak diteliti oleh peneliti. SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Peran orang tua sangat mempengaruhi perilaku seksual seorang remaja. Karena ada kecenderungan bahwa siswa atau remaja yang tidak mendapatkan dukungan informasi mengenai kesehatan reproduksi dalam hal ini mengenai kehamilan tidak diinginkan akan cenderung bersikap mendukung terhadap hubungan seksual pranikah dan selanjutnya akan mempengaruhi mereka dalam berperilaku. Hal ini sesuai dengan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi seksual remaja di Jawa Tengah (Suryoputro, 2006). Analisis dalam penelitian ini adalah analisis fisher’s exact test, analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kehamilan tidak diinginkan (KTD) dengan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. Dari hasil Vol. 4 No. 01 Maret 2016 400 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA penelitian didapatkan nilai sig. 0,003 (< 0,05) yang berarti bahwa H0 ditolak, dengan nilai C = 0,346 dan nilai OR = 16,1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bersifat sedang antara tingkat pengetahuan tentang kehamilan tidak diinginkan (KTD) dengan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah tentang kehamilan tidak diinginkan (KTD) beresiko 16 kali melakukan perilaku seksual yang beresiko terhadap terjadinya kehamilan tidak diinginkan (KTD) dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi. SIMPULAN Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang kehamilan tidak diinginkan (KTD); Sebagian besar responden memiliki perilaku seksual tidak beresiko terhadap terjadinya kehamilan tidak diinginkan (KTD); Responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah tentang kehamilan tidak diinginkan (KTD) beresiko 16 kali melakukan perilaku seksual beresiko terhadap terjadinya kehamilan tidak diinginkan (KTD) dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi; Ada hubungan keeratan yang bersifat sedang antara tingkat pengetahuan tentang kehamilan tidak diinginkan (KTD) dengan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Aziz, A. 2011. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta ; Salemba Medika. Astuti, 2007. “Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Kehamilan Tidak Diinginkan Di SMA 1 Pematang SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Siantar”. Skripsi Sarjana Kesehatan Masyarakat diterbitkan Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Fitria, A. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan kesehatan Reproduksi dengan Sikap Remaja Terhadap Sek Diluar Nikah Kelas XI SMA N 1 Karanggede Boyolali. Skripsi tidak diterbitkan. STIKES Semarang. Kusmiran, E. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja & Wanita. Jakarta : Salemba Medika. Manuaba, IBG. 2012. Pengantar Kuliah Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta : CV.Trans Info Media. Notoatmodjo. 2010. Metodelogi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Putri. 2012. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Seks Pranikah Pada Remaja SMA Di Rengat Kabupaten Indragiri Hulu”. Skripsi Sarjana Kedokteran diterbitkan Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Sarwono. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Pers. Siegel, S. 2002. Statistik Nonparametik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta : Gramedia. Suryoputro, A. 2006. “Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja di Jawa Tengah: implikasinya terhadap kebijakan dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi”. Journal.ui.ac.id... 05_Faktorfaktor%20Yg%20Mempen garuhi_Antono_revised.PDF.Makara kesehatan.Volume 10 No 1, Juni 2006:29-40. Diakses tanggal 10 Juli 2013. Suyanto. 2009. Riset Kebidanan Metodologi & Aplikasi. Yogyakarta : Mitra Cendika Press. Wahyuningtyas, 2009. “Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS dengan perilaku seksual di SMA N 1 Gondang Kabupaten Sragen Jawa Tengah”. Skripsi S1 Kedokteran diterbitkan Program S1 kedokteran fakultas kedokteran Universitas Diponegoro. Vol. 4 No. 01 Maret 2016 401 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013 THE FACTORS RELATED TO NUTRITIONAL STATUS OF PREGNANT WOMEN IN THE WORK AREA HEALTH CENTER OLAK KEMANG JAMBI 2013 Sri Mulyati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima Korespondesi Penulis : [email protected] ABSTRAK Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Jambi, status gizi ibu hamil dilihat dari Lingkar Lengan Atas (LILA), didapatkan bahwa di Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi pada tahun 2011 yang LILA < 23.5 cm sebanyak 11 orang (4.7%), sedangkan pada tahun 2012 ibu hamil yang LILA < 23.5 cm sebanyak 77 orang (28.51%). Penelitian ini bersifat analitik yang menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi. Penelitian dilakukan pada tanggal 2 – 15 Agustus tahun 2015. Sasaran penelitian adalah ibu hamil trimester II dan III yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengukuran LILA di Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester II dan III dari bulan Januari-Juli tahun 2015 sebanyak 186 orang dan sampel dalam penelitian ini 37 orang. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan proportional random sampling. Analisis yang digunakan yaitu analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian bahwa sebanyak 23 responden (62.2%) status gizi ibu hamil baik, sebanyak 24 responden (64.9%) memiliki umur tidak berisiko, banyak 22 responden (59.5%) memiliki kebiasaan makan kurang baik, sebanyak 20 responden (54.1%) memiliki pengetahuan kurang baik tentang status gizi ibu hamil, adanya hubungan antara umur terhadap status gizi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi. Adanya hubungan antara kebiasaan makan terhadap status gizi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi. Adanya hubungan antara pengetahuan terhadap status gizi pada ibu hamil. Dengan demikian maka diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan informasi dan penyuluhan mengenai status gizi pada ibu hamil serta membuat suatu program seperti demo masak, pemantauan gizi ibu hamil yang berada di wilayah kerjanya. Kata Kunci :Umur, Kebiasaan Makan, Pengetahuan, Gizi Ibu Hamil ABSTRACT Based on data from Department of Health Jambi, the nutritional status of pregnant women are seen from Upper Arm Circumference (UAC). It was found in Health Center Olak Kemang Jambi 2011 that 11 people have UAC <23.5 cm (4.7%), whereas 77 pregnant women have UAC <23.5 cm (28.51%) in 2012. This research is an analytic using cross sectional approach. The study was conducted in Health Center Olak Kemang Jambi. The study was conducted on August 2-15 2015. The objectives of this research were pregnant women trimester II and III in work area of Health Center Olak Kemang Jambi. The data were collected by interview and UAC measurement. The population in this study is 186 pregnant women trimester II and III from January to July 2015 and the sample is 37 people. The sampling are chosen by proportional random sampling. This study used univariate and bivariate analysis. The results of the study found that 23 respondents (62.2%) have good nutritional status of pregnant women, 24 respondents (64.9%) have no age risk, 22 respondents (59.5%) have bad eating habit, 20 respondents (54.1%) have less knowledge about the nutritional status of pregnant women. In conclusion, there are the relationship between eating habits towards nutritional status of pregnant women in Health Center Olak Kemang Jambi. There are also relationship between knowledge on nutritional status of pregnant women. Thus, it is expected that health workers can provide information and education about the nutritional status of pregnant women and create a program such as cooking demonstrations and pregnant women nutrition monitoring. Keywords: Age, Eating Habits, Knowledge, Pregnancy Nutrition SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016 402 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013 PENDAHULUAN Menurut data World Health Organization (WHO), sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran (Prasetyawati, 2012). Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu kepada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan nifas. Laporan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 memperkirakan angka kematian ibu adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan kecenderungan angkaangka tersebut, akan sulit dicapai target MDGS tahun 2015. Penurunan AKI hanya mencapai 52% dari keadaan tahun 1990 dari target 75% dan penurunan AKB mencapai 53% dari target 67%. Dari penilaian sistem kesehatan berbagai Negara, Indonesia menempati urutan 106 dari 191 negara yang dinilai untuk indikator pencapaian yang mencakup status kesehatan dan tingkat tanggapan atau responsiveness (Prasetyawati, 2012). Tingginya angka kematian ibu (AKI), antara lain karena pendarahan dan pre-eklampsia yang berhubungan erat dengan kekurangan nutrisi. Tak hanya memengaruhi kesehatan ibu, malnutrisi selama kehamilan juga berdampak buruk pada perkembangan janin, antara lain cacat, kelainan tabung syaraf dan otak, berat badan kurang, hingga gangguan prilaku pada anak (Proverawati, 2012). Risiko yang terjadi pada janin jika ibu mengalami malnutrisi sangat beragam, di antaranya peningkatan kematian perinatal (kematian dalam tujuh hari kelahiran). Selain itu, bayi lahir dalam kondisi BBLR (berat kurang dari 2,5 kilogram) akan 5-30 kali lebih rentan meninggal dalam tujuh hari pertama kelahirannya dibanding bayi dengan berat badan normal (2,5-3,5 kilogram). Adapun bayi dengan berat badan kurang dari 1,5 kilogram memiliki risiko 70-100 kali SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI meninggal dalam tujuh hari pertama (Roesli, 2009). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selama kehamilan, yaitu diantaranya kebutuhan selama hamil yang berbeda – beda untuk setiap individu dan juga dipengaruhi oleh riwayat kesehatan dan status gizi sebelumnya, kekurangan asupan pada salah satu zat akan mengakibatkan kebutuhan terhadap sesuatu nutrient terganggu, dan kebutuhan nutrisi yang tidak konstan selama kehamilan (Kristiyanasari, 2010). Asupan nutrisi yang tepat untuk balita telah dimulai saat masih di dalam kandungan ibunya. Selama hamil, makanan yang dimakan oleh ibu akan menjadi makanan bagi janin dalam kandungan. Untuk itu penting sekali memperhatikan pola makan dan gaya hidup sehat pada ibu hamil (Sutomo & Anggraini, 2010). Ibu hamil harus cermat dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi, karena selain untuk memenuhi nutrisi bagi tubuhnya juga untuk mencukupi kebutuhan gizi pada janin dalam kandungan. Jika asupan gizi ibu hamil tidak tercukupi dapat berakibat buruk bagi janin, seperti bayi lahir cacat atau memiliki berat badan rendah (Sutomo, 2010). Oleh karena itu, para calon ibu harus memiliki gizi yang cukup sebelum hamil dan lebih lagi ketika hamil. Ibu yang hamil harus memiliki gizi yang cukup karena gizi yang didapat akan digunakan untuk dirinya sendiri dan juga janinnya. Seorang ibu yang tidak memiliki ataupun kekurangan gizi selama masa kehamilan maka bayi yang dikandungnya akan menderita kekurangan gizi. Apabila hal ini berlangsung terus – menerus dan tidak segera diatasi maka bayi akan lahir dengan berat rendah (dibawah 2500 g), sedangkan untuk ibu yang kekurangan gizi, maka selama ia menyusui ASI yang dihasilkan juga sedikit (Kristiyanasari, 2010). Penelitian yang dilakukan Kurniawan (2010) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil di Puskesmas Purwokerto, didapat hasil bahwa adanya hubungan usia dengan gizi ibu hamil dan adanya hubungan antara Vol. 4 No. 04 Maret 2016 403 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013 pengetahuan dengan gizi ibu hamil di Puskesmas Purwokerto. Pengetahuan ibu hamil tentang gizi dan pengaturan pola makan yang benar sangat penting bagi para ibu hamil supaya dapat menjaga kesehatan diri serta janinnya. Pada trimester pertama, ibu hamil biasanya mengalami morning sickness dengan gejala mual, muntah dan nafsu makan berkurang. Jika ibu hamil tidak mau makan, bisa berdampak buruk terhadap kesehatan ibu seperti mengalami kekurangan gizi (Sutomo,2010). Ibu hamil harus terhindar dari kebiasaan yang menghambat kecukupan gizi tersebut, mengenai makan dan gizi yang berkembang di masyarakat porsi ganda untuk ibu hamil seperti saat mengandung, bukan berarti seorang ibu hamil harus menyantap dua porsi makanan. Ibu hamil membutuhkan tambahan 300 kalori untuk mencukupi kebutuhan janinnya dan yang dibutuhkan adalah memperbanyak kalsium dan zat besi, buka karbohidrat dan lemak. Bahkan ibu hamil perlu memperhatikan penambahan berat badannya agar tidak mendapat kesulitan menurunkannya lagi setelah melahirkan, dan menjaga dari kemungkinan terkena berbagai masalah selama kehamilan, seperti preeklamsia dan sebagainya. Minum air es saat hamil dapat membuat bayi besar. Padahal air es tidak akan membuat bayi besar, kecuali air es tersebut dicampur dengan sirup atau gula secara berlebihan (Indirawati, 2012). Semakin muda atau tua umur seorang ibu yang edang hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk umur yang tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung (Proverawati, 2009). SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI METODE PENELITIAN Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan crossectional yaitu semua objek penelitian diamati pada waktu yang sama bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015 (Sulistyaningsih, 2011). Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi menurut Saryono (2011) adalah keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan bahwa populasi yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi seluruh ibu hamil trimester II dan III yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi dengan jumlah sebanyak 186 orang. 2. Sampel Menurut Arikunto (2010), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini, digunakan rumus Arikunto (2006). Jika populasi lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 20% dari populasi, jadi besarnya sampel dalam penelitian ini adalah : n = 20% x Total Populasi = 20% x 186 = 37.2 orang = 37 orang Jadi, jumlah sampel yang dapat mewakili jumlah populasi sebanyak 37 orang. jumlah sampel yang dapat mewakili jumlah populasi sebanyak 37 orang, perhitungan untuk sampel setiap kelurahan menggunakan rumus : ni = Ni X n N ni = Jumlah sampel per kelurahan Ni = Jumlah ibu hamil per kelurahan N = Jumlah populasi keseluruhan n = Jumlah sampel keseluruhan Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel setiap kelurahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Vol. 4 No. 04 Maret 2016 404 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013 Tabel 1 Jumlah Sampel Ibu Hamil Setiap Kelurahan di Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi Kelurahan Jumlah Jumlah Sampel Ulu Gedong 22 22x37/186= 5 Olak Kemang 62 62x37/186= 12 Tanjung Pasir 25 25x37/186= 5 Tanjung Raden 57 57x37/186= 11 Pasir Panjang 20 20x37/186= 4 Total 186 37 3. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan secara proportional random sampling yaitu penelitian dilakukan dengan mengambil responden secara acak sederhana berdasarkan proporsi dari setiap masingmasing kelurahan. Kriteria inklusi : a) Ibu hamil yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi. b) Ibu hamil trimester II dan III. Instrumen Penelitian Instrumen data pada penelitian ini adalah lembar kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Hidayat, 2010). Analisis Data 1. Analisa Univariat Analisis data dilakukan secara Univariat, yaitu menyederhanakan atau memudahkan intervensi data ke dalam bentuk penyajian berupa tabel distribusi frekuensi status gizi ibu hamil, umur, kebiasaan makan, dan pengetahuan. 2. Analisa Bivariat Analisa data yang dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan pada SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI setiap variabel independent dengan variabel dependent. Analisa data yang dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan pada setiap variabel independent dengan variabel dependent. Dalam penelitian ini, untuk mencari adanya hubungan atau tidak dengan cara menggunakan dengan Uji Chi Square. Tingkat kepercayaan 95%, dengan p-value > 0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna atau Ho diterima dan apabila p-value ≤ 0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna antara variabel independen dan dependen atau Ho ditolak. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Gambaran Status Gizi Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015 Berdasarkan hasil analisa data, dapat disimpulkan bahwa dari 37 responden yaitu sebanyak 23 responden (62,2%) status gizi ibu hamil baik dan sebanyak 14 responden (37,8%) status gizi ibu hamil kurang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tebel berikut : Vol. 4 No. 04 Maret 2016 405 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013 Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015 (n=37) Gizi Ibu Hamil Jumlah % Kurang Baik 14 37,8 Baik 23 62,2 Jumlah 37 100 responden yaitu sebanyak 24 responden (64,9%) memiliki umur tidak berisiko dan sebanyak 13 responden (35,1%) memiliki umur berisiko. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015 (n=37) Umur Jumlah % 2. Gambaran Umur Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015 Berdasarkan hasil analisa data, dapat disimpulkan bahwa dari 37 Berisiko 13 35,1 Tidak Berisiko 24 64,9 Jumlah 37 100 responden yaitu sebanyak 15 responden (40,5%) memiliki kebiasaan makan baik dan sebanyak 22 responden (59,5%) memiliki kebiasaan makan kurang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasan Makan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi Tahun 2015 (n=37) Kebiasaan Makan Jumlah % 3. Gambaran Kebiasan Makan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015 Berdasarkan hasil analisa data, dapat disimpulkan bahwa dari 37 Kurang Baik 22 40,5 Baik 15 59,5 Jumlah 37 100 4. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015 Berdasarkan hasil analisa data, dapat disimpulkan bahwa dari 37 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI responden yaitu sebanyak 17 responden (45,9%) memiliki pengetahuan baik dan sebanyak 20 responden (54,1%) memiliki pengetahuan kurang baik tentang status gizi ibu hamil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Vol. 4 No. 04 Maret 2016 406 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013 Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015 (n=37) Pengetahuan Jumlah % Kurang Baik 20 54,1 Baik 17 45,9 Jumlah 37 100 1. Hubungan Umur Terhadap Status Gizi Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi Tahun 2015 Hasil analisis hubungan umur terhadap status gizi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut : B. Analisis Bivariat Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara satu variabel bebas dengan variabel terikat. Pada penelitian ini variabel bebas adalah umur, pengetahuan dam kebiasaan makan. Sedangkan variabel terikatnya adalah status gizi ibu hamil. Uji statistik yang digunakan untuk melihat hubungan antara kedua variabel didalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Chi Square. Tabel 5 Distribusi Hubungan Umur Terhadap Status Gizi Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi Tahun 2015 (n=37) Status Gizi Ibu Hamil Total Kurang Baik Baik f F % f % 4 30,8 13 100 19 79,2 24 100 23 62,2 37 100 P-value Umur Berisiko 9 Tidak Berisiko 5 Total 14 % 69,2 20,8 37,8 Dari hasil dari 37 responden tentang hubungan umur terhadap status gizi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi, didapat dari 13 responden memiliki umur berisiko yang status gizi ibu hamil kurang baik sebanyak 69,2% dan yang status gizi ibu hamil baik sebanyak 30,8%. Sedangkan dari 24 responden dengan umur tidak berisiko didapat 20,8% mengalami status gizi ibu hamil kurang SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI 0.004 baikn dan status gizi ibu hamil baik sebanyak 79,2%. Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value 0,004 (p<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara umur terhadap status gizi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi. 2. Hubungan Kebiasan Makan Terhadap Status Gizi Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Vol. 4 No. 04 Maret 2016 407 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013 Olak Kemang Kota Jambi Tahun 2015 Hasil analisis hubungan kebiasaan makan terhadap status gizi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6 Distribusi Hubungan Kebiasaan Makan Terhadap Status Gizi Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi Tahun 2015 (n=37) Status Gizi Ibu Hamil Total Kebiasaan Makan Kurang Baik Baik f % f % f % Kurang Baik 12 54,5 10 45,5 22 100 Baik 2 13,3 13 86,7 15 100 14 37,8 23 62,2 37 100 Total P-value 0.011 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara kebiasaan makan terhadap status gizi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi. 1. Hubungan Pengetahuan Terhadap Status Gizi Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi Tahun 2015 Hasil analisis hubungan pengetahuan terhadap status gizi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut : Dari hasil dari 37 responden tentang hubungan kebiasaan makan terhadap status gizi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi, didapat dari 22 responden memiliki kebiasaan makan kurang baik yang status gizi ibu hamil kurang baik sebanyak 54,5% dan status gizi ibu hamil baik sebanyak 45,5%. Sedangkan dari 15 responden dengan kebiasaan makan baik didapat 13,3% mengalami status gizi ibu hamil kurang baik dan status gizi ibu hamil baik sebanyak 86,7%. Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value 0,011 (p<0,05) Tabel 7 Distribusi Hubungan Pengetahuan Terhadap Status Gizi Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi Tahun 2015 (n=37) Status Gizi Ibu Hamil Total Kurang Baik Baik f % f % f % Kurang Baik 12 60,0 8 40,0 20 100 Baik 2 11,8 15 88,2 17 100 14 37,8 23 62,2 37 100 Pengetahuan Total SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016 P-value 0.003 408 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013 Dari hasil dari 37 responden tentang hubungan pengetahuan terhadap status gizi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi, didapat dari 20 responden memiliki pengetahuan kurang baik yang status gizi ibu hamil kurang baik sebanyak 60,0% dan status gizi ibu hamil baik sebanyak 40,0%. Sedangkan dari 17 responden dengan pengetahuan yang baik didapat 11,8% mengalami status gizi ibu hamil kurang baik dan status gizi ibu hamil baik sebanyak 88,2%. Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value 0,003 (p<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan terhadap status gizi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi. Pembahasan 1. Gambaran Status Gizi Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian dari 37 responden yaitu sebanyak 23 responden (62,2%) status gizi ibu hamil baik dan sebanyak 14 responden (37,8%) status gizi ibu hamil kurang baik. Penelitian yang telah dilakukan bertolak belakang dengan penelitian Kurniawati (2011) mengenai gizi ibu hamil di Puskesmas Bukit Sangkat, menunjukkan bahwa 51.8% ibu mengalami gizi kurang selama kehamilan. Kehamilan adalah suatu keadaan yang istimewa bagi seseorang waita sebagai calon ibu, karena pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik yang mempengaruhi kehidupannya. Pola makan dan gaya hidup sehat dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim ibu. Pada waktu terjadi kehamilan akan terjadi banyak perubahan baik perubahan fisik, sosial maupun mental. Walaupun demikian para calon ibu harus tetap berada di dalam keadaan sehat optimal karena disini seorang ibu tidak hidup dengan sendiri tetapi dia hidup bersama janin yang dikandung. Ibu hamil harus cermat dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi, SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI karena selain untuk memenuhi nutrisi bagi tubuhnya juga untuk mencukupi kebutuhan gizi pada janin dalam kandungan. Jika asupan gizi ibu hamil tidak tercukupi dapat berakibat buruk bagi janin, seperti bayi lahir cacat atau memiliki berat badan rendah (Sutomo, 2010). Oleh karena itu, para calon ibu harus memiliki gizi yang cukup sebelum hamil dan lebih lagi ketika hamil. Ibu yang hamil harus memiliki gizi yang cukup karena gizi yang didapat akan digunakan untuk dirinya sendiri dan juga janinnya. Seorang ibu yang tidak memiliki ataupun kekurangan gizi selama masa kehamilan maka bayi yang dikandungnya akan menderita kekurangan gizi. Apabila hal ini berlangsung terus – menerus dan tidak segera diatasi maka bayi akan lahir dengan berat rendah (dibawah 2500 g), sedangkan untuk ibu yang kekurangan gizi, maka selama ia menyusui ASI yang dihasilkan juga sedikit. 2. Gambaran Umur Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian dari 37 responden yaitu sebanyak 24 responden (64.9%) memiliki umur tidak berisiko dan sebanyak 13 responden (35.1%) memiliki umur berisiko. Menurut Elizabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1998), semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Wawan, 2010). Menurut Winkjosastro (2005), dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dalam persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun, ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-30 tahun. Kematian maternal meningkat kembali setelah 30-35 tahun. Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang banyk karena selain Vol. 4 No. 04 Maret 2016 409 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013 digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk umur yang tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang semakin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal yang cukup, guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung. 3. Gambaran Kebiasan Makan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian dari 37 responden yaitu sebanyak 15 responden (40.5%) memiliki kebiasaan makan baik dan sebanyak 22 responden (59.5%) memiliki kebiasaan makan kurang baik. Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa mayoritas responden memiliki kebiasaan makan yang kurang baik, hal ini dikarenakan ketidaktahuan responden tentang makanan yang bergizi dan keterlambatan jam makan serta sering tidak nafsu makan selama kehamilan Ibu hamil harus terhindar dari kebiasaan yang menghambat kecukupan gizi tersebut, mengenai makan dan gizi yang berkembang di masyarakat porsi ganda untuk ibu hamil seperti saat mengandung, bukan berarti seorang ibu hamil harus menyantap dua porsi makanan. Ibu hamil membutuhkan tambahan 300 kalori untuk mencukupi kebutuhan janinnya dan yang dibutuhkan adalah memperbanyak kalsium dan zat besi, buka karbohidrat dan lemak. Bahkan ibu hamil perlu memperhatikan penambahan berat badannya agar tidak mendapat kesulitan menurunkannya lagi setelah melahirkan, dan menjaga dari kemungkinan terkena berbagai masalah selama kehamilan, seperti preeklamsia dan sebagainya. Minum air es saat hamil dapat membuat bayi besar. Padahal air es tidak akan membuat bayi besar, kecuali air es tersebut dicampur dengan sirup atau gula secara berlebihan. Cara yang harus dilakukan untuk mengubah kebiasaan makan yaitu mengubah cara makan meskipun sudah merasa makan dengan benar, selama hamil sebaiknya diet makanan harus mengikuti diet makan untuk ibu hamil. SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Pada kehamilan membutuhkan lebih banyak konsumsi protein, kalori (untuk energi), vitamin dan mineral seperti asam folat dan zat besi untuk perkembangan bayi anda juga karena ibu hamil membutuhkan tambahan 300 kalori perhari. 4. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015 Berdasarkan hasil analisa data, dapat disimpulkan bahwa dari 37 responden yaitu sebanyak 17 responden (45.9%) memiliki pengetahuan baik dan sebanyak 20 responden (54.1%) memiliki pengetahuan kurang baik tentang status gizi ibu hamil. Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang ibu akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan juga akan berpengaruh pada perilakunya. Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik, kemungkinan akan memberikan gizi yang cukup bagi bayinya. Hal ini terlebih lagi jika seorang ibu tersebut memasuki masa ngidam, dimana perut rasanya tidak mau diisi, mual dan rasa tidak karuan. Walaupun dalam kondisi yang demikian, jika seorang ibu memiliki pengetahuan yang baik maka ibu akan berupaya untuk memenuhi kebutuhan gizinya dan juga bayinya. Apabila pengetahuan itu mempunyai sasaran yang tertentu, mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis dan sssdiakui secara universal, maka terbentuklah disiplin ilmu. SIMPULAN Sebanyak 23 responden (62.2%) status gizi ibu hamil baik dan sebanyak 14 responden (37.8%) status gizi ibu hamil kurang baik; Sebanyak 24 responden (64.9%) memiliki umur tidak berisiko dan sebanyak 13 responden (35.1%) memiliki umur berisiko; Sebanyak 15 responden (40.5%) memiliki kebiasaan makan baik dan sebanyak 22 responden (59.5%) memiliki kebiasaan makan kurang baik; Sebanyak 17 responden (45.9%) memiliki pengetahuan baik dan sebanyak 20 responden (54.1%) memiliki pengetahuan Vol. 4 No. 04 Maret 2016 410 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI TAHUN 2013 kurang baik tentang status gizi ibu hamil; Adanya hubungan antara umur terhadap status gizi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015; Adanya hubungan antara kebiasaan makan terhadap status gizi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015; Adanya hubungan antara pengetahuan terhadap status gizi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi tahun 2015. Sutomo, Budi & Aggraini, 2010. Menu Sehat Alami Untuk Batita dan Balita. Agromedia Pustaka. Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Hidayat, Aziz Alimul, 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitaif. Penerbit Health Books Publishing. Surabaya. Indirawati, 2012. Mitos Keliru Tentang Gizi dan Pola Makan. Dalam http://nutrisiuntukbangsa.org/mitos -keliru-tentang-gizi-dan-polamakan/. (Diakses Tanggal 20 Juli 2013) Kristiyanasari, Weni, 2010. Gizi Ibu Hamil. Nuha Medika. Yogyakarta. Prasetyawati, Arsita Eka, 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Millenium Development Goals (MDGs). Penerbit Nuha Medika. Yogyakarta. Proverawati, Atikah & Wati, Erna Kusuma, 2012. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan Dan Gizi Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta. Proverawati, Atikah & Ibrahim, 2009. Nutrisi Janin Dan Ibu Hamil. Nuha Medika. Yogyakarta Sulistyaningsih, 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan KuantitatifKualitatif. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. Saryono, 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula. Penerbit Mitra Cendikia. Yogyakarta. SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016 411 ANALISIS SPERMATOZOA PADA PRIA INFERTIL DI KLINIK DR. MUHAMMAD YUSUF, SPOG. KFER. D.MAS PEKANBARU PADA TAHUN 2011 ANALISIS SPERMATOZOA PADA PRIA INFERTIL DI KLINIK DR. MUHAMMAD YUSUF, SPOG. KFER. D.MAS PEKANBARU PADA TAHUN 2011 THE ANALYSIS OF SPERMATOZOA IN INFERTILE MEN IN THE CLINIC DR. MUHAMMAD YUSUF, SPOG. KFER.DMAS PEKANBARU IN 2011 Rika Sri Wahyuni Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru Korespondensi Penulis : [email protected] ABSTRAK Infertilitas adalah masalah yang dialami pria dan wanita dimanapun di dunia. Diperkirakan muncul sekitar 2 juta pasangan infertil baru setiap tahun dan jumlah ini terus meningkat Masalah kesuburan bisa juga terjadi pada pria. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa masalah ketidaksuburan pada pasangan berasal dari 45% dari faktor istri, 40% dari faktor suami dan 15% sisanya dari faktor yang tidak diketahui. Tujuan penelitian ini untuk melihat analisis spermatozoa pada pria infertil di klinik dr. Muhammad Yusuf, SpOG. KFER.DMAS Pekanbaru pada tahun 2011. Jenis penelitian yang digunakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Data dianalisa dengan menggunakan analisis univariat, Hasil penelitian analisis spermatozoa 120 pria infertil dilihat dari jumlah spermatozoa diperoleh Oligospermia 36.7%, Normal 34.2% dan Azoospermia 29.1%, dan dilihat dari morfologi spermatozoa diperoleh abnormal 83.3% dan 16.7% normal. Infertilitas yang terjadi pada 120 pria infertil yang melakukan kunjungan di Klinik dr. Muhammad Yusuf, SpOG. KFer. D.MAS Pekanbaru Pada Tahun 2011 dilihat dari analisis spermatozoa disebabkan oleh Oligospermia dan morfologi spemarozoa yang abnormal. Kata Kunci : analisis, spermatozoa, infertil ABSTRACK Infertility is a problem experienced by men and women everywhere in the world. It is estimated that appeared about 2 million new infertile couples every year and this number continues to increase fertility problems can also occur in men. Some studies say that the problem of infertility in couples come from 45% of wives factors, 40% of husbands and 15% factor the rest of the unknowns. The purpose of this study to look at the analysis of spermatozoa in infertile men in the clinic dr. Muhammad Yusuf, SpOG. KFER.DMAS Pekanbaru in 2011. This type of research used quantitative research with descriptive design. Data were analyzed using by univariate analysis, The results of sperm analysis study of 120 infertile men seen from the number of spermatozoa obtained Oligospermia 36.7%, normally 34.2% and Azoospermia 29.1%, and the views from abnormal morphology of spermatozoa gained 83.3% and 16.7% of normal. Infertility occurs in 120 infertile men who make a visit at the Clinic dr. Muhammad Yusuf, SpOG. KFer. D.MAS Pekanbaru In 2011 seen from the analysis of spermatozoa caused by Oligospermia and spemarozoa abnormal morphology. Keywords: analysis, spermatozoa, infertile PENDAHULUAN Infertilitas adalah masalah yang dialami pria dan wanita dimanapun di dunia. Walaupun diperkiraan angka kejadiannya tidak terlalu cermat dan bervariasi dari satu daerah ke daerah lain, sekitar 8% pasangan mengalami masalah infertilitas selama masa reproduksinya, apabila diekstrapolasi ke populasi global ini berarti bahwa antara 50 sampai 80 juta orang mempunyai masalah fertilitas, suatu keadaan yang menimbulkan penderitaan pribadi dan gangguan kehidupan keluarga. SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Diperkirakan muncul sekitar 2 juta pasangan infertil baru setiap tahun dan jumlah ini terus meningkat. Hal ini jika dibandingkan dengan kasus baru seperti kasus kanker diperkiraan 5,9 juta kasus baru per tahun dan 100 juta kasus baru malaria masih jauh, tetapi walaupun demikian cukup menimbulkan masalah yang bermakna pada sumber daya kesehatan nasional (Hinting, 2000). Perubahan pola demografi dalam 50 tahun terakhir di negara maju, dan khususnya dalam 20 tahun terakhir di beberapa negara berkembang, angka Vol. 4 No. 04 Maret 2016 412 ANALISIS SPERMATOZOA PADA PRIA INFERTIL DI KLINIK DR. MUHAMMAD YUSUF, SPOG. KFER. D.MAS PEKANBARU PADA TAHUN 2011 kejadian infertilitas di negara maju dilaporkan sekitar 5-8% dan di negara berkembang sekitar 30%. WHO memperkirakan sekitar 8-10% atau sekitar 50 - 80 juta pasangan suami istri di seluruh dunia mengalami masalah infertilitas, sehingga membuat infertilitas menjadi masalah mendesak, kewaspadaan akan hal tersebut jadi meningkat cepat, banyaknya pasangan infertil di Indonesia dapat diperhitungkan dari banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang masih hidup, maka menurut sensus penduduk terdapat 12% baik di desa maupun di kota, atau kira-kira 3 juta pasangan infertil di seluruh Indonesia (Wiknjosastro, 2007). Sesuai dengan paradigma baru Program Nasional Kependudukan atau Keluarga Berencana di Indonesia telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visinya untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa (Widyastuti, 2009). Maka kepada pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak seyogyanya juga diberikan pelayanan kemandulan atau infertilitas agar mereka juga dapat mewujudkan tujuan visi tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Dan sesungguhnya keluarga berencana tidak pernah lengkap tanpa penanggulangan infertilitas (Wiknjosastro, 2007). Kesempatan yang baik untuk hamil berada pada tahun pertama pernikahan. Perempuan paling sering disalahkan jika selama masa pernikahan belum juga bisa dikaruniai momongan. Disadari atau tidak, tak selamanya masalah kesuburan selalu ada pada wanita. Masalah kesuburan bisa juga terjadi pada pria. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa masalah ketidaksuburan pada pasangan berasal dari 45% dari faktor istri, 40% dari faktor suami dan 15% sisanya dari faktor yang tidak diketahui (Bianda, 2010). SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Banyak pria tetap berpegangan, selama jumlah sperma yang dimiliki tetap banyak, mereka akan mampu memiliki anak hingga usia berapa pun. Namun, lain pendapat Zita West, ahli fertilitas. "Kuantitas tidaklah menunjukkan kualitas. Selama 50 tahun terakhir, jumlah ratarata sperma pria telah mengalami banyak penurunan, dari sekitar 113 juta/ml, menjadi 70 juta/ml," katanya. "Tidak hanya itu. Persentase sperma yang diproduksi dengan abnormalitas juga telah meningkat hingga 12 kali lipat”. Itu berarti, pria masa modern mengalami masalah, baik dalam kuantitas maupun kualitas sperma. Sejalan dengan pertambahan usia (Gordon, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk melihat analisis spermatozoa pria infertil di klinik dr. Muhammad Yusuf, SpOG (K) Pekanbaru tahun 2011 METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain desktiptif, dimana peneliti dalam penelitian ini melihat analisis spermatozoa pada pria infertil di klinik dr. Muhammad Yusuf, SpOG. KFER. D.MAS Pekanbaru ditinjau dari jumlah dan morfologi spermatozoa Lokasi penelitian ini telah dilakukan di klinik dr. Muhammad Yusuf, SpOG. KFER. D.MAS Pekanbaru, pada bulan tanggal 6-8 Februari 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah data seluruh pasien pria infertil yang berkunjung ke klinik dr. Muhammad Yusuf, SpOG. KFER. D.MAS Pekanbaru tahun 2011 sebanyak 120 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik total populasi (Hidayat, 2007). Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengisi lembar ceklist. degan mengkategorikan jumlah sperma normal (≥20 juta/mL), oligospermia (<20 juta/mL), azoospermia (Tidak ada sperma) dan morfologi spermatozoa normal (≥50%), abnormal (<50%). Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat. Vol. 4 No. 04 Maret 2016 413 ANALISIS SPERMATOZOA PADA PRIA INFERTIL DI KLINIK DR. MUHAMMAD YUSUF, SPOG. KFER. D.MAS PEKANBARU PADA TAHUN 2011 HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Infertilitas Pada Pria Berdasarkan Jumlah Sperma di Klinik dr.Muhammad Yusuf, SpOG.KFER. D.MAS Pekanbaru Tahun 2011 Jumlah Sperma Frekuensi Persentase (%) Normal (≥20 juta/mL) 41 34.2 % Oligospermia (<20 juta/mL) 44 36.7 % Azoospermia (Tidak ada sperma) 35 29.1 % Jumlah 120 100 Sumber : sumber catatan rekam medik klinik dr, Muhammad Yusuf Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat dari 120 data pria infertil dapat dilihat bahwa proporsi terbesar jumlah spermatozoa adalah oligospermia sebesar 36.7% (44 data) T abel 2. Distribusi Frekuensi Infertilitas Pada Pria Berdasarkan Morfologi Sperma di Klinik dr. Muhammad Yusuf, SpOG. KFER. D.MAS Pekanbaru Tahun 2011 Morfologi Sperma Frekuensi Persentase (%) Normal (≥50%) 020 16.7 % Abnormal (<50%) 100 83.3 % Jumlah 120 100 Sumber : sumber catatan rekam medik klinik dr, Muhammad Yusuf Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat dari 120 data pria infertil, mayoritas memiliki morfologi sperma Abnormal sebanyak 83.3% (100 data). Jumlah spermatozoa merupakan penentu keberhasilan memperoleh keturunan. Yang normal, jumlah spermatozoanya sekitar 20 juta/ml. Pada pria ditemukan kasus spermatozoa yang kurang (oligozoospermia) atau bahkan tak ditemukan sel sperma sama sekali (azoospermia) (Kurnia, 2008). Hasil penelitan menunjukkan bahwa 36.7% (44 data) dari 120 data pria infertil memiliki jumlah sperma oligospermia Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti berkesimpulan bahwa kejadian infertilitas lebih sering dijumpai pada pria yang Oligospermia. Hal ini bisa saja disebabkan oleh karena kelelahan, istirahat yang kurang, kegemukan, kebiasaan merokok dan minum minuman keras, stres berkepanjangan, pengaruh lingkungan (radiasi atau bekerja di lingkungan yang tinggi cemarannya, SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI seperti kawasan industri), suhu di sekitar testis yang terlalu panas, misalnya pada orang yang bekerja terus-menerus di dekat panas seperti supir atau juru masak atau memakai celana yang terlalu ketat juga bisa mengganggu kesehatan testis. Adanya gangguan lain sebagai penyebab dari oligospermia yaitu ketidakseimbangan hormon testosteron, varicocele (pembesaran pembuluh darah vena di buah zakar), infeksi serta kelainan kromosom (Gunawan, 2010). Lain halnya dengan Azoospermia atau cairan sperma yang tidak mengandung sel spermatozoa. Azoospermia dapat disebabkan oleh banyak faktor. Antara lain akibat infeksi pada buah pelir dan sumbatan pada saluran keluar sperma. Namun, azoospermia tidak selalu berarti mandul. Azoospermia dapat berarti mandul kalau terjadi kerusakan pada buah pelir, sehingga sel spermatozoa sama sekali tidak dapat diproduksi lagi. Di pihak lain, azoospermia tidak berarti mandul bila sel Vol. 4 No. 04 Maret 2016 414 ANALISIS SPERMATOZOA PADA PRIA INFERTIL DI KLINIK DR. MUHAMMAD YUSUF, SPOG. KFER. D.MAS PEKANBARU PADA TAHUN 2011 spermatozoa sebenarnya tetap diproduksi di dalam buah pelir, tetapi tidak ada di dalam cairan sperma karena terjadi sumbatan pada saluran keluarnya (Sistina, 2000). Morfologi sperma harus dianggap sama pentingnya dengan konsentrasi spermatozoa. Bentuk normal dari spermatozoa biasanya berkepala agak lonjong dan memiliki ekor yang panjang karena bentuk sperma sudah didesain secara khusus untuk dapat menembus indung telur yang sudah siap dibuahi (Bianda, 2010). Hasil penelitan menunjukkan bahwa 83.3% (100 data) dari 120 data pria infertil memiliki morfologi sperma abnormal Berdasarkan data di atas, bentuk sperma yang abnormal (<50%) lebih sering dijumpai pada kasus intertilitas. Adapun faktor yang mempengaruhi daripada perubahan morfologi antara lain Varicocele (saluran darah pada bagian testis membengkak), saluran pada testis tersumbat atau tidak adanya saluran, saluran pada testis terbalik (testikular torsion), makanan kurang nutrisi, kecacatan genetik, struktur yang abnormal atau faktor lingkungan. Selain itu ada juga beberapa hal diketahui bisa menjadi penyebab umum bentuk sperma yang abnormal baik yang bersifat sementara atau tidak yaitu demam yang tinggi dan penggunaan obat-obatan terlarang tertentu (Rahma, 2011). Seseorang diketahui memiliki bentuk sperma yang abnormal tapi masalah motilitas dan jumlahnya tidak terlalu mengganggu, kehamilan masih bisa dilakukan. Namun kehamilan ini tidak bisa terjadi dalam waktu cepat, beberapa pasangan membutuhkan waktu 1 tahun atau lebih. Namun ada juga pria yang berusia ≤40 tahun dengan menghasilkan sperma dalam jumlah dan mofrologi normal tetapi masih dikategorikan tidak subur. Ini bisa saja disebabkan karena sperma yang terhasil tidak berkualitas atau spermanya tidak bergerak (Wongso, 2007). SpOG. KFER. D.MAS Pekanbaru Tahun 2011 memiliki jumlah spermtozoa oligospermia dan morfologi abnormal. DAFTAR PUSTAKA Bianda, Nadia. 2010. Hidup Sehat Berdasarkan Golongan Darah O. Jakarta: Dukom Publisher Gordon, John David. 2011. 100 Tanya Jawab Mengenai Infertilitas. Jakarta: Indekss Gunawan, Arif. 2010. Rahasia Seks Pasangan Anda. Yogyakarta: Siklus Hidayat, Alimul Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Kurnia, Julius. 2008. Pria Yang Tergolng Azoospermia. http://juliuskurnia.wordpress.com/2 008/04/23/pria-yang-tergolongazoospermia/ diakses pada tanggal 16 Januari 2012, 14.30 WIB Rahma, Rosita Noor, 2011. Macam Kelainan Pada Sperma. http://rosita-noorrahma.blogspot.com/2011/06/mac am-kelainan-pada sperma.html [16 Januari 2012, 14.40 WIB] Sistina, Yulia. 2000. Biologi Reproduksi. Purwokerto: Fakultas Biologi Unsoed Widyastuti, Yani. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Wongso, Anton Darsono.2007. Membaca Analisis Sperma. http:// klinik andrologi blogspot.com. [1 Januari 2012 pukul 23.05 WIB] SIMPULAN Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa dari 120 data pria infertil di klinik dr. Muhammad Yusuf, SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016 415 EFEKTIVITAS JAHE UNTUK MENURUNKAN MUAL MUNTAH PADA KEHAMILAN TRIMESTER I DI KELURAHAN SUKA KARYA KECAMATAN KOTA BARU Subang Aini Nasution, Fitriana Kaban Korespondensi Penulis : [email protected] ABSTRAK Sekitar 50% wanita hamil mengalami mual-mual dan sampai muntah-muntah. Hal ini teradi 12 minggu pertama kehamilan, biasanya menghilang pada akhir waktu tersebut, tapi kadang muncul menjelang akhir kehamilan. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan frekuensi mual muntah sebelum dan sesudah diberikan jahe pada ibu hamil trimester I. Penelitian ini bersifat analitik dan tekhnik pengambilan sampel menggunakan Accidental Sampling dengan jumlah responden yang di dapat sebanyak 4 orang ibu hamil trimester I yang mengalami mual-muntah. Hasil penelitian diperoleh kehamilan trimester 1 sebagian besar yang mengalami mual ringan sebanyak 1 orang dengan frekuensi 1-3 x/hari dan yang mengalami mual-muntah sedang dengan frekuensi 4-7 x/hari sebanyak 3 orang. Berdasarkan hasil Paried Sample T-Test menunujkan nilai yang signifikan P-Value sebesra 0,03. Hal ini berartri P-Value < α (0,05) hal ini menunjukan bahwa jahe efektif untuk menurunkan mual muntah pada kehamilan trimester I. Kesimpulan penelitian yaitu berdasarkan hasil penelitian bahwa jahe efektif untuk menurunkan mualmuntah pada kehamilan trimester I di Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota Baru. Diharapkan bagi ibu agar lebih mengetahui dan memahami frekuensi mual-muntah selama kehamilan. Kata Kunci : Kehamilan, Mual-muntah dan Jahe PENDAHULUAN Kehamilan adalah suatu kejadian yang selalu diinginkan oleh setiap pasangan suami istri, mulai awal kehamilan sudah dilakukan persiapan menyambut kelahiran bayi. Pada setiap kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita khusunya pada alat genetalia exsterna dan interna, serta pada payudara. Dalam hal ini hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron mempunyai peranan penting terhadap beberapa perubahan yang terjadi pada ibu hamil. Perubahan karena hormon estrogen pada kehamilan akan mengakibatkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan sehingga menimbulkan rasa mual dan muntah. Selain hormon estrogen diduga pengeluaran Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam serum dari plasenta juga menyebabkan mual muntah Menurut Wiknjosastro, 2009 dalam (Alyamaniah dan Mahmudah, 2014) Sekitar 50% wanita hamil mengalami mual-mual, dan beberapa orang sampai muntah-muntah. Keluhan ini terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan, biasanya menghilang pada akhir waktu tersebut, tapi kadang-kadang muncul kembali menjelang akhir kehamilan. Penyebabnya hampir dapat dipastian karena kepekaan terhadap hormon kehamilan. Kebanyakan mualmual terjadi pada pagi hari, sehingga dinamakan pusing pagi, tetapi mungkin saja terjadi kapanpun. Mual-mual dipagi hari lebih umum dari pada di saat yang lain, karna perut mengandung kumpulan asam lambung yang di endapkan pada malam hari (Rahmi, 2013). Mual dan muntah ini di kendalikan oleh pusat muntah yang berada pada dasar ventrikel otak keempat tepatnya pada bagian dorsal lateral dari formasio retikularis medulla oblongata. Pusat ini terletak dekat dengan pusat vasomotor, impuls dari Cheniorecetor Trigger Zone (CTZ), hipotalamus, korteks serebri dan area vestibular. Alat keseimbangan dapat terangsang akibat proses proses sentral atau perifer.peranan dari pusat muntah adalah untuk mengkoordinir semua komponen kompleks yang terlibat dalam 416 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016 proses muntah (Saswita dkk, 2011). Oleh karna itu di perlukan suatu tindakan penanganan. Penanganan untuk mual dan muntah dapat meliputi modifikasi lifestyle, diet, tetapi farmakologi dan nonfarmaologi. Modifikasi lifestyle dengan cara menghidari stress dan istirahat yang cukup. Diet dapat di lakukan dengan pola makan sedikit namun sering, seperti mengkonsumsi makanan kering, dan minuman tidak bersoda. Tetapi farmakologi dapat dengan memberi obat antiemetic seperti diclegis, sedangkan non farmakologi dapat menggunakan jahe yang juga memiliki efek antiemetik (Masmurah dan Anggraini, 2015). Sebagian besar emesis gravidarum (mual muntah) saat hamil dapat di atasi dengan berobat berjalan, pemberian obatpenenang atau anti muntah. Tetapi sebagian kecil wanita tidak dapat mengatasi mual-muntah yang berkelanjutan sehingga menimbulkan kekurangan cairan dan ketidak seimbangan elektrolit. Penurunan kalium sebagai akibat ketidak seimbangan elektrolit akan menambah beratnya muntah, sehingga menyebabkan cairan tubuh berkurang, darah menjadi kental (hemokonsentrasi), melambatkan peredaran darah yang berarti konsumsi O2 dan makanan kejaringan berkurang. Melalui muntah dikeluarkan sebagian cairan lambung serta elektrolit, natrium, kalium dan kalsium. Komplikasi emesis gravidarum bisa menyebabkan abortus dan menghambat pertumbuhan janin Menurut Nikita, 2011 dalam Choiriah dan Trisnasari, 2013. Fungsi farmakologis jahe salah satunya adalah antiemetic (anti muntah) jahe merupakan bahan yang mampu mengeluarkan gas dari dalam perut, hal ini akan meredakan perut kembung. Jahe juga merupakn stimulan aromatik yang kuat,disamping dapat mengendalikan muntah dengan mengendalikan muntah dengan meningkatkan gerakan peristaltik usus sekitar 6 senyawa di dalam jahe telah terbukti memiliki aktivitas antiemetic anti muntah yang manjur kerja senyawasenyawa tersebut lebih mengarah pada dinding lambung dari pada system saraf pusat (Fitria,2013). Berdasarkan survei awal yang dilaksanakan pada tanggal 26 April 2015 di Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota Baru, dengan melakukan metode wawancara kepada 10 orang ibu hamil, didapatkan 3 orang ibu hamil yang mengetahui tentang efektifitas jahe untuk menurunkan mual-muntah pada kehamilan, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Efektif Jahe untuk menurunkan Mual muntah pada kehamilan trimester I di Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota Baru” METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat analitik dengan tujuan untuk mengetahui “Efektifitas Jahe untuk menurunkan Mual-Muntah pada kehamilan Trisemester I di Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota Baru. Populasi dan sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di teliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang ada di di Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota Baru pada bulan April 2015 berjumlah 10 orang. Menurut Arikunto (2010), sampel adalah sebagian atau mewakili populasi yang diteliti. Ada pun teknik dalam pengambilan sampel ini adalah dengan cara Accidental Sampling yaitu mengambil kasus atau responden ibu yang kebetulan ada pada saat peneliti melakukan penelitian di Kelurahan Suka Karya 417 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016 Kecamatan Kota Baru pada bulan Juli tahun 2015. Pretest 4 100 6,25 Pengukuran indikator setelah tindakan pemberin wedang jahe di lakukan 4 hari berturut-turut dengan selang waktu ±24 jam dan diambil rata-ratanya. Postest 4 100 4,25 Skala pengukuran pemberian wedang jahe pada ibu hamil dapat di ukur dengan skala sebagai berikut: 1. Dikatakan ringan apabila frekuensi mual-muntah ibu 1-3x /hari setelah pemberian wedang jahe selama 4 hari berturut-turut dengan pemberian 2x/hari (kode 1). 2. Dikatan sedang apabila frekuensi mual-muntah ibu 4-7x /hari setelah pemberian wedang jahe selama 4 hari berturut-turut dengan pemberian 2x/hari (kode 2). 3. Dikatakan berat apabila frekuensi mual-muntah ibu 8-10x /hari setelah pemberian wedang jahe selama 4 hari berturut-turut dengan pemberian 2x/hari (kode 3). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian mengenai efektifitas jahe untuk menurunkan mual-muntah pada ibu hamil trimester I di Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota Baru menunjukan hasil sebagai berikut. Tabel 1. Perbedaan Frekuansi Mualmuntah Sebelum dan Sesudah Diberikan jahe pada ibu Hamil trimester I di Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota Baru. Pemberian Jahe Frekuensi Total Mual Ringan S n % edang Berat Mean Df thitung p-value 0 3 1 1 8,660 3 3 0,003 0 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa sebelum diberikan wedang jahe pada ibu hamil (Pretest) mual-muntah dengan frekuensi <8x /hari, setelah diberikan wedang jahe (Pretest) mual muntah menurun frekuensi <5x /hari. Berdasarkan hasil pried sample TTest menunjukkan nilai yang signifikan pvalue sbesar 0,003. Hal ini berarti p-value <α (0,05) hal ini menunjukkan bahwa ha dapat diterima artinya jahe efektif untuk menurunkan mual muntah pada kehamilan trimester I di Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota Baru. Berdasarkan dari penelitian bahwa dari 4 responden semuanya diberikan wedang jahe pada ibu hamil. Menurut rahmi fitria (2013) fungsi farmakologis jahe salah satunya adaah antiemetik (antimuntah). Jahe merupakan bahan yang mampu menegeluarkan gas dari dalam perut, hal ini akan meredakan perut kembung. Jahe juga merupakan stimulan aromatik yang kuat, di samping itu dapat mengendalikan muntah dengan meningkatkan gerakan peristaltik usus. Menurut asumsi peneliti, hal ini terjadi karena ibu-ibu hamil yang menjadi responden dalam penelitian ini diarahkan dan diberi penyuluhan oleh peneliti sehingga ibu hamil yang diberikan wedang jahe akan merasa nyaman dan aman. Berdasarkan uji statis paried samples test menunjukkan hasil bahwa terdapat efektivitas jahe untuk menurunkan mual muntah pada kehamilan trimester I di Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota Baru. 418 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016 Jahe merupakan bahan terapi yang banyak digunakan bermacam-macam dalm kehamilan. Bentuk sediaan kadar yang digunakan bermacam-macam pengguaan jahe sebagai terapi akan dibahas lebih lanjut setelah berbagai penjelasan berbagai terapi yangdigunakan untuk mengurangi mual-muntah dalm kehamilan (Wiraharja dkk, 2011). kehamilan trimester I dapat disimpulkan bahwa jahe efektif untuk menurukan mual muntah pada kehamilan trimester I di Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota Baru hal ini membuktikan terjadi penurunan frekuensi mual muntah pada ibu hamil dan dibuktikan oleh uji statistika yang menunjukkan p value 0,003 artinya <α (0,05). Bagi ibu hamil jahe merupakan herbal utaa untuk mengatasi morning sicknes karena kaya zink. Jahe telah dibuktikan secara klinis dapat meredakan mual-muntah (Zita west, 2010) DAFTAR PUSTAKA Menurut asumsi peneliti tentang terdapatnya efektip jahe untuk menurunkan mual-muntah pada trimester I dapat dirasakan langsung oleh responden yang diberikan wedang jahe. Hambatan peneliti yang ditemukan dalam pemberian wedang jahe pada ibu hamil adalah mengingatkan ibu supaya wedang jahe yang diberikan dapat diminum secara rutin, peneliti tidak dapat ikut serta dalam pemberian wedang jahe pada malam hari karena peneliti tidak bisa keluar asrama pada malam hari. Choiriyah, Trisnasari, 2013. Efektifitas Komsumsi Ekstrak Jahe Dengan Frekuensi Mual-muntah Pada Ibu Hamil. Akses 12 Maret 2015 SIMPULAN Arikunto,S., 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka cipta, Jakarta. Nugroho, Taufan., 2011. Buku Ajar Obstetri Nuha Medika, Yogyakarta. Sofian,amru.,2012.Sinopsi Obstetri. EGC, Jakarta. Wiraharja, Heidy, Rustam, Iskandar. 2011. Kegunaan Jahe Untuk Mengatasi Gejala Mual Dalam Kehamilan. Akses 12 Maret 2015 Penelitian tentang efektivitasi jahe untuk menurunkan mual muntah pada 419 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI Vol. 4 No. 04 Maret 2016