Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 2, No.1 Mei 2012 : 32 –48 ANALISIS PERAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO TERHADAP PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL DI KABUPATEN JAYAPURA (Studi Kasus BPR Nusa Intim Cabang Sentani) JONATHAN COSMUS KARAY e-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berperan atau mempengaruhi dan memiliki keterkaitan dan peran Lembaga Keuangan Mikro terhadap pengembangan usaha mikro kecil (UMK) di Kabupaten Jayapura. Alat analisis pada penelitian ini adalah regresi logistik dan korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel keuangan dan pemasaran mempunyai peran atau pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pemberdayaan UMK, sedangkan variabel produksi dan pendampingan tidak berperan atau tidak berpengaruh terhadap pemberdayaan UMK. Hasil analisis korelasi, hanya ada dua variabel yang berhubungan secara nyata terhadap peran LKM dalam pemberdayaan UKM yaitu variabel keuangan dan variabel pemasaran. Hubungan yang lemah ditunjukkan antara varibel produksi dan variabel pendampingan dengan peran LKM dalam pemberdayaan UMK dimana nilai koefisien korelasi masing-masing variabel mendekati nol. Pengembangan UMK perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah, lembaga keuangan maupun swasta lainnya agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah daerah maupun swasta ke depan perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UMK di Kabupaten Jayapura. Kata Kunci : Lembaga Keuangan Mikro, Pemberdayaan, Usaha Mikro Kecil (UMK). 1. Pendahuluan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) patut diakui sebagai kekuatan strategis dalam percepatan pembangunan daerah, oleh karena pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah setiap tahun mengalami peningkatan, dimana berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik jumlah UMKM di Indonesia pada tahun 2009 sebanyak 52,7 Juta unit, dan terbukti memberikan kontribusi 56,5 % terhadap PDB (Pendapatan Domestik Bruto) dan 97,3 % terhadap penyerapan tenaga kerja. Fakta tersebut menunjukan bahwa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memainkan suatu peran yang sangat vital dalam pembangunan dan perkembangan perekonomian Indonesia. Di Indonesia UMKM sangat penting bukan hanya disebabkan Analisis Peran Lembaga Keuangan Mikro ....................................................Jonathan Cosmus Karay 32 Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 2, No.1 Mei 2012 : 32 –48 karena kemampuannya dalam hal penyerapan tenaga kerja yang sangat banyak dibandingkan dengan kemampuan usaha besar, tetapi juga karena kemampuannya memberikan kontribusi bagi pembentukan dan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) seperti yang diperlihatkan pada data tersebut di atas. (Hanoeboen.A, 2010;2). Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia telah membuktikan bahwa : (a) tumbuh dan berkembang di masyarakat serta melayani usaha mikro dan kecil (b)diterima sebagai sumber pembiayaan anggotanya (UKM); (c)mandiri dan mengakar di masyarakat; (d) Jumlah cukup banyak dan penyebarannya meluas; (e)berada dekat dengan masyarakat, dapat menjangkau (melayani) anggota danmasyarakat ;(f)memiliki prosedur dan persyaratan peminjaman dana yang dapat dipenuhi anggotanya(tanpa agunan) ; (g)membantu memecahkan masalah kebutuhan dana yang selama ini tidak bisa dijangkauoleh kelompok miskin; (h) Mengurangi berkembangnya pelepas uang (money lenders); (i) membantu mengge-rakkan usaha produktif masyarakat dan ; (j) LKM dimiliki sendiri oleh masyarakat sehingga setiap surplus yang dihasilkan oleh LKM bukan bank dapat kembali dinikmati oleh para nasabah sebagai pemilik. Keunggulan diatas menyebabkan LKM sangat penting dalam pengembangan usaha kecil karena merupakan sumber pembiayaan yang mudah diakses oleh UKM ,terutama usaha mikro. ( Soetrisno,2003:52-53). Pelaku usaha mikro dan usaha kecil keberadaannya tersebar luas diseluruh wilayah Papua, mulai dari perkotaan sampai pedesaan, hingga ke daerah yang paling terisolasi. Hingga saat ini kontribusi pelaku usaha mikro dan kecil dalam menggerakkan roda perekonomian Papua masih belum optimal ditingkatkan. Di daerah perkotaan, pelaku ekonomi rakyat ini umumnya adalah para pedagang kecil yang memperjualbelikan hasil-hasil pertanian seperti sayur, mayu, pinang, jagung bakar/rebus, kacang rebus, ikan segar, ikan asar, ikan kering. Ada juga yang menawarkan jasa angkutan ojek, atau menjual makanan (biasanya dalam bentuk ubi-ubian rebus/bakar dengan lauk ikan, daging babi, atau tahu) di sore sampai malam hari. Pengalaman selama kurang lebih sepuluh tahun terakhir menunjukkan bahwa kegagalan dari pembinaan ekonomi rakyat di Papua (dalam hal ini usaha mikro, kecil atau menengah) adalah karena pola pembinaan yang tidak intensif dan cenderung hanya bersifat proyek tanpa memperhatikan aspek pemberdayaan menuju kemandirian. Padahal, Papua memiliki sejumlah komoditas unggulan yang sudah lama dikembangkan di berbagai kabupaten. (Karma, 2005:8-11). Hadirnya lembaga keuangan mikro di Papua dalam hal ini Bank Pengkreditan Rakyat (BPR) memiliki peran yang sangat penting terhadap pemberdayaan ekonomi rakyat serta kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Analisis Peran Lembaga Keuangan Mikro ....................................................Jonathan Cosmus Karay 33 Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 2, No.1 Mei 2012 : 32 –48 Tabel 01. Perkembangan BPR di Provinsi Papua Uraian 2006 2007 2008 2009 - Jumlah BPR 9 10 12 13 - Dana simpanan rupiah 95.524 118.694 152.482 (000.000.Rp) - Posisi Kredit Mikro 83.127 133.042 151.807 (000.000.Rp) 2010 14 174.055 159.795 Sumber : Papua dalam angka 2011: 486-497 Berdasarkan Tabel 01 di atas jumlah BPR di Papua dari tahun ke tahun terus bertambah, sampai dengan tahun 2010 sudah ada 14 BPR yang beroperasi di Provinsi Papua. Dana masyarakat yang tersimpan serta jumlah kredit yang disalurkan kepada masyarakat juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Bank Nusa Intim adalah salah satu lembaga keuangan mikro yang ada di Papua yang turut andil dalam pemberdayaan ekonomi rakyat. Bank Nusa Intim memiliki 2 kantor cabang yaitu di Jayapura (Sentani) dan Timika. Sebagai lembaga keuangan mikro yang memberdayakan ekonomi rakyat turut melibatkan partisipasi masyarakat dalam permodalan, sumberdaya manusia, jaringan kerja serta pendukung lainnya yang meliputi (a) peningkatan kapasitas usaha; (b) peningkatan rentabilitas masyarakat; (c) peningkatan ketrampilan dan teknologi usaha masyarakat; (d) pengurangan pelarian dana papua ke provinsi lain; (e) peningkatan kegiatan produktif; (f) penurunan jumlah penduduk miskin. Walaupun telah terjadi peningkatan peran BPR yang ditandai dengan peningkatan jumlah kantor dan penyaluran kredit kepada UMK di Provinsi Papua , akan tetapi peningkatan itu masih relatif kecil dari jumlah kredit yang disalurkan oleh Perbankan kepada UKM. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Papua tahun 2011, share kredit BPR untuk UMK hanya lebih kurang 7 persen dari total kredit yang disalurkan oleh Perbankan di Papua. Hal ini menunjukkan bahwa peran BPR dalam pembiayaan usaha mikro dan kecil masih belum optimal.(Papua dalam angka 2011, data diolah). Persaingan antara BPR dengan sesama BPR ataupun dengan lembaga sejenis lainnya seperti dengan bank umum,koperasi dan pegadaian akan mempengaruhi kemampuan BPR untuk tetap hidup dan berkembang. Berkaitan dengan persaingan dalam lembaga keuangan mikro, Schafer, Siliversstovs,dan Terberger (2005) dalam penelitian mereka menemukan persaingan berkorelasi negatif dengan profitabilitas dan tingkat bunga pinjaman, namun persaingan berbanding positif dengan jangkauan (outreach) daerah, dan segmen konsumen. Semakin tinggi tingkat persaingan maka semakin dituntut manajemen organisasi untuk mengelola usahanya menjadi Analisis Peran Lembaga Keuangan Mikro ....................................................Jonathan Cosmus Karay 34 Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 2, No.1 Mei 2012 : 32 –48 berorientasi konsumen dan memperhatikan perubahan faktor lingkungan (Pearce dan Robinson, 2000;Porter, 1980).Namun demikian, BPR mempunyai prospek yang bagus kedepan karena hal ini berhubungan dengan pengembangan UMK, dimana UMK memainkan peranan yang sangat besar dalam perekonomian baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti Indonesia. ( Herri dkk,2009;5). 1.1. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka penelitian tentang peran lembaga keuangan mikro terhadap pengembangan usaha mikro dan kecil sangat relevan dan penting untuk dilaksanakan. Untuk itu permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah faktor apa saja yang mempengaruhi dan memiliki keterkaitan dengan peran lembaga keuangan mikro terhadap pengembangan usaha mikro kecil (UMK) di Kabupaten Jayapura 1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berperan atau mempengaruhi dan memiliki keterkaitan dan peran Lembaga Keuangan Mikro terhadap pengembangan usaha mikro kecil (UMK) di Kabupaten Jayapura. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat (1) mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta adanya implikasi teoritis sesuai disiplin ilmu pada ekonomi karakyatan; (2) sebagai penyumbang pemikiran kepada pembuat kebijakan pemerintah Kabupaten Jayapura dan Lembaga Keuangan dalam mengambil keputusan berkaitan dengan kebijakan-kebijakan pengembangan ekonomi kerakyatan. 2. Telaah Pustaka 2.1. Peran Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Lembaga keuangan yang terlibat dalam penyaluran kredit mikro ini umumnya disebut dengan Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia menurut Bank Pembangunan Asia dan Bank Dunia (Gunawan Sumodiningrat, dalam Panggabean Riana, 2010 : 9-10) memiliki ciri: (1) Menyediakan beragam jenis pelayanan keuangan yang relevan atau sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat; (2) Melayani kelompok masyarakat berpenghasilan rendah; (3) Menggunakan prosedur dan mekanisme yang kontektual dan fleksibel agar lebih mudah dijangkau oleh masyarakat miskin yang membutuhkan. Dengan demikian LKM memiliki Analisis Peran Lembaga Keuangan Mikro ....................................................Jonathan Cosmus Karay 35 Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 2, No.1 Mei 2012 : 32 –48 fungsi sebagai lembaga yang memberikan berbagai jasa keuangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah serta usaha mikro dan kecil. Menurut Direktorat Pembiayaan (2004) LKM dikembangkan berdasarkan semangat untuk membantu dan memfasilitasi masyarakat miskin, baik untuk kegiatan konsumtif maupun produktif keluarga miskin tersebut. Berdasarkan fungsinya, maka jasa keuangan mikro yang dilaksanakan oleh LKM memiliki keragaman yang luas yaitu dalam bentuk kredit maupun pembiayaan lainnya. Menurut Krishnamurti (2005), walaupun terdapat banyak defenisi keuangan mikro, namun secara umum terdapat tiga elemen penting dari berbagai defenisi tersebut, yaitu: (1). Menyediakan berbagai jenis pelayanan keuangan. Keuangan mikro dalam pengalaman masyarakat tradisional Indonesia seperti lumbung desa, lumbung pitih nagari dan sebagainya menyediakan pelayanan keuangan yang beragam seperti tabungan, pinjaman, pembayaran, deposito maupun asuransi. (2) Melayani Masyarakat Miskin. Keuangan mikro hidup dan berkembang pada awalnya memang untuk melayani rakyat yang terpinggirkan oleh sistem keuangan formal yang ada sehingga memiliki karakteristik konstituen yang khas. (3). Menggunakan prosedur dan mekanisme yang kontekstual dan fleksibel. Hal ini merupakan konsekuensi dari kelompok masyarakat yang dilayani, sehingga prosedur dan mekanisme yang dikembangkan untuk keuangan mikro akan selalu kontekstual dan fleksibel. Usaha Mikro dan Kecil merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, usaha mikro dan kecil adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluasluasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan usaha besar dan Badan Usaha Milik Negara. Menurut UU No. 20 Tahun 2008 Pasal 1 ayat (1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undangundang ini. Adapun kriteria usaha mikro dapat dilihat pada Pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa: (1). Usaha mikro memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau (2). Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Sedangkan dalam Pasal 1 ayat (2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, Analisis Peran Lembaga Keuangan Mikro ....................................................Jonathan Cosmus Karay 36 Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 2, No.1 Mei 2012 : 32 –48 yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. Adapun kriteria Usaha Kecil dapat dilihat pada Pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa: 1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus jutarupiah) tidak termasuk tanah dan tempat usaha; atau 2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Alasan pertama dan utama mengapa UMKM perlu diberdayakan melalui kerjasama bank, koperasi dan LKM adalah karena masih banyak atau sebanyak 92% UMKM belum akses dengan permodalan. Fakta di lapang menjelaskan bahwa: (1) bank hanya menjangkau 4 juta dari 48 juta bisnis unit UMKM pada lebih kurang 10.000 desa dari total desa di Indonesia; (2) Jumlah dana perkuatan usaha selama periode 2000-2006 diberikan kepada 10.593 unit koperasi dengan nilai dukungan perkuatan sebesar Rp 2.41 triliun atau sebesar Rp 227,7 juta per koperasi dan (3) Jumlah perkuatan usaha mikro, kecil dan menengah melalui lembaga non koperasi selama periode 200-2006 diberikan kepada 14.131 unit dengan nilai dukungan perkuatan sebesar Rp 347,5 milyar atau sebesar Rp 24,7 juta per unit lembaga non koperasi. Alasan kedua adalah karena jumlahnya sangat besar. Menurut BPS (2006), jika pengusaha UMKM tidak diberdayakan menyebabkan kemiskinan makin besar dan menjadi beban seluruh bangsa. Ketiga jika diberdayakan secara tepat akan menjadi usaha kecil yang kemudian berkembang menjadi usaha menengah. Keempat menurut hasil penelitian (Syukur, 2002) umumnya usaha mikro yang mendapat pelayanan keuangan pendapatannya meningkat perbulan rata-rata 87,34% dan alasan yang kelima faktor pendanaan menjadi daya dorong bagi usaha mikro untuk naik kelas menjadi usaha menengah dan usaha mikro ini mempunyai potensi untuk dikembangkan secara cepat. Selain keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan permodalan, UMKM juga masih memiliki keterbatasan dalam pemasaran, kompetensi berusaha yang masih lemah dan kurang memiliki jejaring usaha baik antar UMKM dan pengusaha besar untuk mengembangkan usahanya. Perkembangan usaha sangat terkait dengan faktor lain yang sangat mempengaruhi. Faktor ini juga menjadi faktor penentu untuk berkembangnya suatu usaha. Jika hanya faktor Analisis Peran Lembaga Keuangan Mikro ....................................................Jonathan Cosmus Karay 37 Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 2, No.1 Mei 2012 : 32 –48 modal yang diatasi sedangkan faktor lain ditinggalkan maka modal tersebut akan kurang bermanfaat bagi UMKM. Oleh sebab itu disamping kerjasama untuk memenuhi permodalan, faktor yang telah disebut diatas juga harus digarap secara utuh. (Pramudia.A, 2003:5-6). Penelitian Harefa, tentang Kebijakan Usaha Kecil dan Menengah Dan Peranannya Dalam Perekonomian. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa sampai saat ini UKM memang belum berperan sepenuhnya dalam perekonomian walaupun telah ada UU yang mengatur sejak tahun 1995. Kondisi ini dapat dilihat dari sumbangan PDB UKM terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan.Hal ini juga terlihat jumlah penyerapan tenaga kerja oleh kegiatan UKM, kondisi ini sekaligus menjadi kendala pemerintah karena angka pengangguran semakin meningkat. Namun dari sisi peningkatan, belum menunjukkan kenaikan yang signifikan hingga beberapa tahun terakhir perkembangannya. Berbagai kebijakan dalam UKM masih berorientasi pada kepentingan sosial dari pada upaya pemberdayaan UKM dengan memperluas pasar atau persaingan. Kebijakan UKM belum sepenuhnya terintegrasi dalam kebijaksanaan ekonomi secara umum/makro di Indonesia. Konsekuensinya, kebijaksanaan UKM di Indonesia belum berfungsi sebagai elemen-elemen komplemen dan sektoral dari kebijaksanaan ekonomi seperti yang diharapkan sehingga tidak optimalnya UKM untuk berkembang. Herry dkk, studi tentang Peningkatan Peran BPR dalam pembiayaan Usaha Mikro Kecil (UMK) di Sumatera Barat, dengan menggunakan pendekatan staistik deskriptif. Hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa BPR di Sumatera Barat telah berperan dalam menjalankan fungsi intermediasi, hal ini menunjukkan dari peningkatan jumlah dana yang dihimpun dan disalurkan serta peningkatan jumlah nasabah dan peningkatan prestasi UMK yang menjadi nasabah. Kendala yang dihadapi dari aspek internal maupun eksternal yaitu tingginya suku bunga, kurangnya sosialisasi, minimnya SDM, keterbatasan Modal serta keterbatasan skim pembiayaan, sedangkan prospek BPR untuk pembiayaan UMK sangat besar. Arwin Harahap dalam studinya tentang Peranan BPR Syariah Dalam Meningkatkan Pendapatan Usaha Kecil (Studi Kasus Di BPRS Khalafatul Ummah Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini bertujuan menggambarkan kontribusi BPRS dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dalam upaya pengembangan wilayah. Dengan responden pengusaha kecil 30 pengusaha dan 30 responden tenaga kerja usaha kecil. Hasil penelitian menunjukkan perkembangan nasabah usaha kecil yang terus meningkat dari tahun ke tahun serta penyaluran dana memberikan kontribusi positif terhadadp Analisis Peran Lembaga Keuangan Mikro ....................................................Jonathan Cosmus Karay 38 Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 2, No.1 Mei 2012 : 32 –48 peningkatan pendapatan pengusaha kecil. Meningkatnya dana yang disalurkan dan meningkatnya pendapatan pengusaha kecil juga mempengaruhi tingkat kesejahteraan tenaga kerja usaha kecil. 2.2. Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan telaah pustaka dan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan diatas , maka dikembangkan kerangka pemikiran teoritis yang mendasari penelitian ini. Adapun model yang dikonstruksi sebagai kerangka pikir dalam penelitian ini disajikan pada gambar 1. 2.3. Hipotesis Berdasarkan uraian pada telaah pustaka dan kerangka pemikiran teoritis pada gambar 1, maka dirumuskan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian sebagai berikut : H1 : Faktor Keuangan mempunyai peran atau pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pemberdayaan usaha mikro kecil (UMK). H2 : Faktor Produksi mempunyai peran atau pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pemberdayaan usaha mikro kecil (UMK). H3 : Faktor Pemasaran mempunyai peran atau pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pemberdayaan usaha mikro kecil (UMK). H4 : Faktor Pendampingan mempunyai peran atau pengaruh signifikan dan positif terhadap pemberdayaan usaha mikro kecil (UMK). 3. Metode Penelitian 3.1. Sumber Data dan Sampel Penelitian ini dilakukan di kantor BPR Nusa Intim Cabang Sentani Kabupaten Jayapura dan tempat tinggal atau tempat usaha debitur (nasabah) yang menjadi responden,serta waktu penelitian berlangsung mulai bulan Juli sampai dengan Oktober 2011. Adapun sampel penelitian adalah sebanyak 57 Usaha Mikro Kecil (UMK) yang menjadi debitur yang dilakukan berdasarkan metode purposive sampling yaitu dengan mengambil sampel debitur selama periode penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut : (1) Menyajikan catatan/pembukuan dan (2) menerima pinjaman kredit sekurangkurangnya enam bulan berjalan dari BPR Nusa Intim Cabang Sentani. Analisis Peran Lembaga Keuangan Mikro ....................................................Jonathan Cosmus Karay 39 Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 2, No.1 Mei 2012 : 32 –48 Peran Lembaga Keuangan Mikro (BPR Nusa Intim) Berperan Tidak Berperan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil (UMK) Keuangan Pemasaran Produksi Pendampingan Analisis Kuantitatif (Regresi Logistik dan Korelasi) Evaluasi dan pertimbangan dalam kebijakan pemberdayaan usaha mikro kecil (UMK) pada pasa mendatang Gambar 1: Kerangka Pemikiran Teoritis 3.2. Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur peranan LKM terhadap pemberdayaan Usaha Mikro Kecil (UMK) adalah : 1. Keuangan ( X1) : Perolehan dan pengelolaan modal pinjaman dari BPR Nusa Intim Cab. Sentani untuk pengembangan usaha para debitur. 2. Produksi (X2) : Sejauhmana para debitur mampu mengatasi biaya produksi, perolehan bahan mentah dan teknologi (keterbatasan sarana dan prasarana usaha). 3. Pemasaran (X3) : Sejauhmana para debitur mampu menjangkau akses pasar, distribusi dan promosi. 4. Pendampingan (X4) : Pembinaan kepada para debitur dari aspek keuangan, produksi dan pemasaran. 5. Peran (Y) : Kinerja Lembaga Keuangan Mikro dalam hal ini BPR Nusa Intim dalam kaitannya dengan fungsi BPR sebagai lembaga perbankan yang menjalankan fungsi intermediasi dalam pengembangan atau pemberdayaan UMK Analisis Peran Lembaga Keuangan Mikro ....................................................Jonathan Cosmus Karay 40 Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 2, No.1 Mei 2012 : 32 –48 Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan penyebaran angket dengan skala likert 5 point yang diisi oleh responden berupa jawaban dari pertanyaan pokok 5 variabel penelitian. Agar data angket yang diperoleh valid dan reliabel, maka perhitungan uji validitas dilakukan dengan Product Moment Correlation dan perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan Cronbach Alpha. Dari hasil perhitungan uji validitas dan reliabilitas menunjukkan bahwa seluruh butir pertanyaan dalam kuesioner valid dan reliabel. 3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan perangkat digital komputer dengan alpikasi SPSS 16. Analisis peran LKM terhadap pemberdayaan Usaha Mikro Kecil (UMK) di Kabupaten Jayapura, menggunakan model analisis Regresi Logistik (Binary) sehingga dapat diketahui variabel-variabel prediktor (keuangan, produksi, pemasaran, pendampingan) yang secara nyata berpengaruh atau tidak terhadap peranan Lembaga Keuangan Mikro (LMK) sebagai variabel respon. Adapun model estimasinya adalah (Sharma, dalam Muhammah Eka Nur, 2008: 74) : Li = ln 1X1 + 2X2 + ............. kXk +e Dimana : Li = Variabel respon, dalam hal ini peranan Lembaga Keuangan Mikro (1 = berperan, 0 = tidak berperan) = Konstanta 0 = Koefisien prediktor ke-1 1 = Koefisien variabel prediktor ke-k k X1 = Variabel prediktor ke-1 Xk = Variabel prediktor ke-k e = Variabel diluar model Selain itu analisis lanjutan berupa analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui kecenderungan atau keeratan hubungan antara variabel prediktor dan variabel respon dan juga analisis korelasi dilakukan untuk mendukung hasil analisis regresi logistik (binary) sebelumnya. Sebelum dilakukan Uji Hipotesis, maka untuk menilai kelayakan model regresi dalam memprediksi digunakan uji Chi-Square Hosmer and Lemshow. Pengujian ini digunakan untuk menguji hipotesis : Ho : Tidak ada perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati atau model telah cukup menjelaskan data (Goodness of Fit). Analisis Peran Lembaga Keuangan Mikro ....................................................Jonathan Cosmus Karay 41 Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 2, No.1 Mei 2012 : 32 –48 Ha : Ada perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati atau model tidak cukup menjelaskan data. Kemudian untuk penilaian keseluruhan model regresi menggunakan nilai -2 Log Likelihood dimana jika terjadi penurunan dalam nilai -2 Log Likelihood pada blok kedua dibandingkan dengan blok pertama maka, dapat disimpulkan bahwa model kedua dari dari regresi menjadi lebih baik. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Deskripsi Data dan Model Tabel 02 : Uji Kelayakan Model Regresi (goodness of fit) Hosmer and Lemeshow Test Step 1 Chisquare df Sig. 10.489 8 Sumber : data primer diolah, 2011 .485 Dari hasil pengujian pada Tabel 02 diatas, diperoleh nilai Chi Square sebesar 10,489, dengan nilai Sig sebesar 0,485. Dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai Sig lebih besar daripada alpha (0,05), yang berarti tidak ada perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati atau model telah cukup menjelaskan data. Itu berarti model regresi logistik bisa digunakan untuk analisis selanjutnya. Tabel 03 Uji Keseluruhan Model (overall model fit) Block Number = 0 Iteration History Coefficients Iteration -2 Log likelihood Step 1 0 Sumber : data primer diolah, 2011 29.785 Constant .010 Analisis Peran Lembaga Keuangan Mikro ....................................................Jonathan Cosmus Karay 42 Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 2, No.1 Mei 2012 : 32 –48 Tabel 04 Uji Keseluruhan Model (overall model fit) Block Number =1 Model Summary Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square 1 18.996a .682 .111 a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001. Sumber : data primer diolah, 2011 Dari hasil perhitungan berdasarkan Tabel 03 dan Tabel 04 diatas, dimana pada awal (Block Number = 0) angka -2 Log Likelihood adalah 29,785, sedangkan pada (Block Number =1)angka -2 Log Likelihood turun menjadi 18,996. Dengan hasil tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa model regresi logistik (binary) lebih baik dalam memprediksi peran lembaga keuangan mikro (BPR Nusa Intim) terhadap pemberdayaan UMK. Tabel 05 Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1 Chi-square df Sig. Step 8.886 4 .099 Block 8.886 4 .099 Model 8.886 4 .999 Sumber : data primer diolah, 2011 Analisis peran atau pengaruh variabel prediktor terhadap variabel respons, dapat diketahui dari Tabel 05 diatas omnibus tests of model coefficients dengan pengujian melalui chi-square dengan df = k-1, dimana k adalah banyaknya variabel prediktor (bebas). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh chi-square tabel dengan db 3 pada tingkat keyakinan 95% (α = 5%) adalah sebesar 7,815. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai chi-square hitung > nilai chi-square tabel 8,886> 7,815, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel prediktor yang meliputi keuangan, produksi, pemasaran dan pendampingan berperan atau berpengaruh terhadap pemberdayaan UMK. Besarnya peran atau pengaruh dapat diketahui dari besarnya nilai Cox & Snell R-Square pada tabel model summary. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai R2 = 0,682 (68,2%), artinya peran atau pengaruh variabel-variabel prediktor (bebas) yang meliputi keuangan, produksi, pemasaran dan pendampingan berpengaruh terhadap pemberdayaan UMK sebesar 68,2%, sedangkan sisanya sebesar 31,8% Analisis Peran Lembaga Keuangan Mikro ....................................................Jonathan Cosmus Karay 43 Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 2, No.1 Mei 2012 : 32 –48 dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model persamaan regresi logistik (binary). 4.2. Analisis dan Interpretasi Data Regresi logit (Logistic Regresion) merupakan salah satu jenis analisis yang digunakan untuk memprediksi hubungan pengaruh antara variabel bebas atau prediktor (X) dengan variabel terikat atau respons (Y), namun dalam regersi logit syarat utama yang harus dipenuhi adalah bahwa variabel terikat atau respons (Y) harus terdiri dari dua kategori (berupa binary). Kelebihan dari regresi logit dibandingkan dengan regresi lain adalah dapat diprediksi besarnya probabilitas suatu peristiwa. Dalam penelitian ini regresi logistik digunakan untuk mengetahui peran lembaga keuangan mikro dalam hal ini BPR Nusa Intim terhadap pemberdayaan UMK. Penelitian ini dilakukan terhadap 57 UMK berkenaan dengan peran BPR (berperan atau tidak berperan) variabel yang digunakan adalah variabel keuangan, produksi, pemasaran dan pendampingan. Berdasarkan analisis regresi logistik dengan paket program SPSS release 16.0 for windows didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut : Tabel 06 Koefisien Regresi Logistik (Binary) Variables in the Equation B a Step 1 Keuangan S.E. Wald df Sig. Exp(B) -.218 .250 10.765 1 .034 .804 Produksi .068 .246 6.077 1 .541 1.071 Pemasaran .077 .253 9.092 1 .009 1.080 Pendampingan .613 .331 3.437 1 1.034 1.846 Constant -4.263 5.957 .512 1 .474 a. Variable(s) entered on step 1: Keuangan, Produksi, Pemasaran, Pendampingan. Sumber : data primer diolah, 2011. .014 Pada hipotesis pertama dinyatakan bahwa faktor keuangan mempunyai peran atau pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pemberdayaan usaha mikro kecil (UMK). Untuk menguji hipotesis ini maka digunakan uji statistik wald. Adapun hasil pengujian hipotesis pertama dapat dilihat pada tabel 06,dimana statistik wald untuk variabel keuangan (X1) sebesar 10,765, sedangkan Chisquare tabel = 7,815, hasil tersebut menunjukkan bahwa statistik wald > Chi square tabel atau nilai signifikansi (0,034) < nilai α (0,05), maka dapat diputuskan untuk menolak Ho. Dengan demikian dapat Analisis Peran Lembaga Keuangan Mikro ....................................................Jonathan Cosmus Karay 44 Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 2, No.1 Mei 2012 : 32 –48 disimpulkan bahwa terdapat peran atau pengaruh yang signifikansi dan positif antara variabel keuangan terhadap pemberdayaan UMK. Hal ini menunjukkan bahwa faktor keuangan yang terkait dengn perolehan modal merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha, selain itu pengelolaan modal secara benar dan bertanggung jawab serta kepemilikan catatan atau pembukuaan memegang peranan yang besar juga dalam pengembangan usaha para debitur. Pada hipotesis kedua dinyatakan bahwa faktor produksi mempunyai peran atau pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pemberdayaan usaha mikro kecil (UMK). Untuk menguji hipotesis ini, maka digunakan uji statistik wald. Adapun hasil pengujian hipotesis kedua dapat dilihat pada tabel 06,dimana statistik wald untuk variabel produksi (X2) sebesar 6,077, sedangkan Chisquare tabel = 7,815, hasil tersebut menunjukkan bahwa statistik wald < Chi square tabel atau nilai signifikansi (0,541) > nilai α (0,05), maka dapat diputuskan untuk menerima Ho. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat peran atau pengaruh yang signifikansi dan positif antara variabel produksi terhadap pemberdayaan UMK. Hal ini menunjukkan bahwa biaya produksi dan bahan baku juga merupakan kendala utama karena fluktuasi harga yang cenderung meningkat, serta sebagian besar usaha UMK tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga, disamping itu keterbatasan SDM sehingga usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi teknologi baru untuk meningkatkan daya saing usaha. Pada hipotesis ketiga dinyatakan bahwa faktor pemasaran mempunyai peran atau pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pemberdayaan usaha mikro kecil (UMK) . Untuk menguji hipotesis ini, maka digunakan uji statistik wald. Adapun hasil pengujian hipotesis ketiga dapat dilihat pada tabel 06,dimana statistik wald untuk variabel produksi (X 3) sebesar 9,092, sedangkan Chisquare tabel = 7,815, hasil tersebut menunjukkan bahwa statistik wald > Chi square tabel atau nilai signifikansi (0,009) < nilai α (0,05), maka dapat diputuskan untuk menolak Ho. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peran atau pengaruh yang signifikansi dan positif antara variabel pemasaran terhadap pemberdayaan UMK. Usaha Mikro Kecil (UMK) juga pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah, oleh karena produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif, namun pada pasar lokal pemasaran yang dilakukan oleh para UMK cukup prospektif serta distribusi hanya lokal maka bisa dijangkau serta promosi sederhana (melalui teman atau keluarga). Analisis Peran Lembaga Keuangan Mikro ....................................................Jonathan Cosmus Karay 45 Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 2, No.1 Mei 2012 : 32 –48 Pada hipotesis keempat dinyatakan bahwa faktor pendampingan mempunyai mempunyai peran atau pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pemberdayaan usaha mikro kecil (UMK) . Untuk menguji hipotesis ini, maka digunakan uji statistik wald. Adapun hasil pengujian hipotesis keempat dapat dilihat pada tabel 06,dimana statistik wald untuk variabel pendampingan (X4) sebesar 3,347, sedangkan Chisquare tabel = 7,815, hasil tersebut menunjukkan bahwa statistik wald < Chi square tabel atau nilai signifikansi (1,034) > nilai α (0,05), maka dapat diputuskan untuk menerima Ho. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat peran atau tidak ada pengaruh yang signifikansi dan positif antara variabel pendampingan terhadap pemberdayaan UMK. Hal ini menunjukkan bahwa BPR Nusa Intim sebagai Lembaga Keuangan Mikro, dimana model pembinaan yang selama ini dilaksanakan adalah hanya berperan dalam pembiayaan dan pelatihan saja. Sedangkan pendampingan dilaksanakan oleh isntansi lain baik pemerintah maupun swasta. 4.3. Analisis Korelasi Antara Keuangan, Produksi, Pemasaran dan Pendampingan dengan Peran LKM. Tabel 07 P-Value dan Nilai Koefisien Korelasi Variabel P-Value Keuangan Produksi Pemasaran pendampingan Sumber : data primer diolah, 2011 0,575 -0,018 0,421 0,052 Koefisien Korelasi 0,030 0,107 0,009 0,058 Berdasarkan Tabel 07 hasil analisis korelasi, hanya ada dua variabel yang berhubungan secara nyata terhadap peran LKM dalam pemberdayaan UKM yaitu variabel keuangan dan pemasaran yang ditunjukkan oleh p-value masing-masing yang lebih kecil dari pada taraf signifikansi ( α = 0,050 ) yaitu 0,030 dan 0,009. Hubungan/keterkaitan antara keuangan dan pemasaran dengan peran LKM dalam pemberdayaan UMK memiliki nilai yang positif yaitu 0,575 dan 0,421. Hal tersebut mendukung/sesuai dengan hasil analisis regresi logistik sebelumnya. Hubungan yang lemah ditunjukkan antara produksi dan pendampingan dengan peran LKM dalam pemberdayaan UMK dimana nilai koefisien korelasi masing-masing variabel mendekati nol. \ Analisis Peran Lembaga Keuangan Mikro ....................................................Jonathan Cosmus Karay 46 Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 2, No.1 Mei 2012 : 32 –48 5. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil analisis regresi logistik diperoleh nilai statistik Wald variabel keuangan dan variabel pemasaran masing-masing sebesar 10,765 dan 9,092 sedangkan Chi square tabel pada taraf signifikan 0,05 menunjukan nilai sebesar 7.815. Hal tersebut berarti nilai statistik wald> nilai chi-square tabel (10,765 dan 9,092 > 7,815) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa variabel keuangan dan pemasaran mempunyai peran atau pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pemberdayaan UMK. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengujian terhadap hipotesis pertama dan ketiga dapat diterima. 2. Selanjutnya dari hasil analisis regresi logistik diperoleh nilai statistik Wald variabel produksi dan variabel pendampingan masing-masing sebesar 6,077 dan 3,347 sedangkan Chi square tabel pada taraf signifikan 0,05 menunjukan nilai sebesar 7.815. Hal tersebut berarti nilai statistik wald < nilai chi-square tabel (6,077 dan 3,347< 7,815) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa variabel produksi dan pendampingantidak berperan atau tidak berpengaruh terhadap pemberdayaan UMK. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengujian terhadap hipotesis kedua dan keempat tidak dapat diterima atau ditolak. 3. Berdasarkan hasil analisis korelasi, hanya ada dua variabel yang berhubungan secara nyata terhadap peran LKM dalam pemberdayaan UMK yaitu variabel keuangan dan pemasaran yang ditunjukkan oleh p-value masing-masing yang lebih kecil dari pada taraf signifikansi ( α = 0,050 ) yaitu 0,030 dan 0,009. Hubungan/keterkaitan antara keuangan dan pemasaran dengan peran LKM dalam pemberdayaan UMK memiliki nilai yang positif yaitu 0,575 dan 0,421. Hal tersebut mendukung/sesuai dengan hasil analisis regresi logistik sebelumnya. Hubungan yang lemah ditunjukkan antara produksi dan pendampingan dengan peran LKM dalam pemberdayaan UMK dimana nilai koefisien korelasi masing-masing variabel mendekati nol. Selanjutnya berdasarkan kesimpulan diatas, maka disampai beberapa saran sebagai berikut : 1. Kepada BPR Nusa Intim yang telah mengucurkan penyaluran dana kepada UMK, sebaiknya tidak melepaskan begitu saja. Artinya bahwa pengawasan atas penggunaan dan pengembalian dana yang sudah Analisis Peran Lembaga Keuangan Mikro ....................................................Jonathan Cosmus Karay 47 Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 2, No.1 Mei 2012 : 32 –48 dikucurkan tersebut, benar – benar sesuai dengan yang diharapkan dan direncanakan. 2. Perhatian Lembaga Keuangan Mikro jangan hanya terfokus pada pembinaan dalam hal pembiayaan dan pelatihan saja, tetapi juga pendampingan usaha. 3. Pemerintah Daerah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain dengan mengusahakan serta penyederhanaan prosedur perijinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya. 4. Perlu dibentuk Asosiasi UMK untuk meningkatkan perannya antara lain dalam pengembangan jaringan informasi usaha yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan usaha bagi anggotanya. Daftar Pustaka Karma, Constant. 2005. Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Di Papua dari Sederhaka ke Kompleks. Jayapura. Harahap, Arwin, 2010. Peranan BPR Syariah Dalam Meningkatkan Pendapatan Usaha Kecil. Tesis Universitas Sumatera Utara. Harefa, Mandala. 2008.Kabijakan Usaha Kecil Dan Menengah Dan Peranannya Dalam Perekonomian, Kajian, Vol 14 No.2 Juni 2008 Herri, dkk. 2009. Studi Peningkatan Peran bank Perkreditan Rakyat (BPR) Dalam Pembiayaan Usaha Mikro Kecil (UMK) Di Sumatera Utara, Penelitian Kerjasama BI Dan Center For Banking Research (CBR) Andalas University Hanoeboen, Bin Rauda Arif.2012. Strategi Pemberdayaan Usaha Perempuan Pelaku UMKM Di Kota Ambon. Iqtishoduna, Vol 8, No 1, 2012 Muhammah, Eka Nur.2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Oleh UMKM, Skripsi, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Pramudia, Aditya, 2012. Peranan Perbankan Bagi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Di Kota Medan, Jurnal Ekonomi Dan Keuangan, Vol 1, No.2, Januari 2012. -----------, Papua Dalam Angka 2011, Badan Pusat Statistik Provinsi Papua dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Papua. Panggabean, Riana. 2010. Kerjasama Bank, Koperasi dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Mendukung Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil ,Menengah (UMKM). Sutrisno, Noer. 2003. Ekonomi Rakyat – Usaha Mikro Dan UKM Dalam Perekonomian Indonesia. Suatu Pandangan Struktural Alternatif. Analisis Peran Lembaga Keuangan Mikro ....................................................Jonathan Cosmus Karay 48