ASPEK IKLIM TROPIS TERHADAP KEMAMPUAN BERPRODUKSI SUSU KAMBING PERAH SORT BASYA SIREGAR Balai Penelitian Ternak P.O . Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Jumlah susu yang diproduksl setiap tahun selalu belum mampu memenuhi jumlah permintaan susu nasional . Selama periode tahun 1989 1994 misalnya kemampuan produksi susu dalam negeri untuk memenuhi permintaan susu nasional baru mencapai 44,2%/tahun (DITJENNAK, 1995) . Kemampuan produksi susu dalam negeri yang masih rendah tersebut menghendaki perlunya optimalisasi potensi ternak-ternak perah clan tidak hanya mengandalkan sapi-sapi perah sebagaimana yang terjadi selama ini . Peningkatan produksi susu melalui pengembangan ternak perah selain sapi perah, cukup memungkinkan . Salah satu ternak perah yang cukup potensial clan prospektif untuk dikembangkan di Indonesia adalah kambing perah . Hal ini diclasarkan terutama pada tingkat kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia yang umumnya masih rendah clan sebagian besar penduduk Indonesia yang hidup dari hasil tani . Pengembangan kambing perah di daerah pedesaan dengan penduduk relatif miskin adalah lebih sesuai dibandingkan dengan ternak perah lainnya (MUKHERJEE et al., 1994) . Sekitar 60% dari populasi kambing dunia terdapat di 40 negara Asia (F .A .O ., 1992) . Di beberapa negara Asia, kambing banyak dipelihara sebagai penghasil susu disamping sebagai penghasil daging . Di Indonesia walaupun populasi kambing perah relatif rendah, namun potensi untuk pengewbangannya cukup tersedia . Hal ini terutama dilihat dari populasi kambing yang cukup besar di Indonesia, bahkan terbesar diantara negaranegara ASEAN (F .A .O ., 1992) . Populasi kambing yang cukup potensial tersebut dapat dijadikan sebagai penghasil susu disamping sebagai penghasil daging (dual purpose) . Pengembangan kambing perah dalam upaya peningkatan produksi susu tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan ber produksi susu ternak perah umumnya. Selain dari faktor genetik clan gizi makanan (kuantitas clan kualitas), lingkungan merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan dalam mempengaruhi kemam- puan berproduksi susu ternak perah . Diantara faktor lingkungan yang mempunyai aspek terhadap kemampuan berproduksi susu ternak perah adalah iklim . Hal ini dapat dilihat pada sapi-sapi perah yang dipelihara di daerah iklim tropis yang menunjukkan produktivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan sapi perah yang dipelihara di daerah iklim sub-tropis . Demikian pula halnya dengan pengalaman clan penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa sapi yang didatangkan dari daerah iklim temperate di daerah tropis akan mengalami berbagai stres, iklim merupakan stressor yang besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan berproduksi susu . Iklim dapat secara langsung maupun ticlak langsung mempengaruhi kemampuan berproduksi susu ternak perah. Pengaruh ataupun aspek se cara tak langsung adalah melalui kuantitas clan kualitas penyediaan hijauan pakan ternak (STOBBS, 1975) . Oleh karena itu antara iklim dengan gizi pakan terjalin suatu interaksi yang berakibat pada kemampuan berproduksi susu ternak perah . Aspek iklim tropis terhadap kemampuan berproduksi susu ternak perah adalah berbeda sesuai dengan jenis ternaknya clan asal dari ternak itu sendiri . Dalam tulisan ini dicoba diungkapkan sejauh mana aspek iklim tropis terhadap kemampuan berproduksi susu kambing perah khususnya. ASPEK TAK LANGSUNG IKLIM TROPIS TERHADAP KEMAMPUAN BERPRODUKSI SUSU TERNAK PERAH UMUMNYA Iklim di daerah tropis antara lain ditandai dengan suhu udara, kelembaban udara relatif clan curah hujan yang tinggi clan sangat bervariasi sepanjang tahun . Keadaan ini mempunyai aspek terhadap kuantitas clan kualitas penyediaan pakan . Sedangkan kuantitas clan kualitas gizi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam kemampuan berproduksi susu ternak perah . Daerah temperate yang mempunyai empat musim clan daerah tropis dengan musim hujan clan kemarau, tidak luput dari aspek iklim terhadap gizi 33 SDRI BASYA SIREGAR : Aspek lklim Tropis Terhadap Kemampuan Berproduksi Susu pakan . Inggris misalnya, sebagai salah satu daerah temperate menunjukkan kuantitas dan kualitas gizi pakan yang lebih rendah pada musim panas dibandingkan dengan musim lainnya (BALAXTER, 1977) . Sedangkan FORD (1992) dalam penelitiannya di Inggris menyimpulkan, bahwa musim tidak mempunyai aspek terhadap kadar mineral, khususnya rumput-rumputan yang tumbuh di tanah-tanah yang subur; akan tetapi pada tanahtanah yang tidak subur terjadi fluktuasi unsur Ca clan P, sehingga pada musim panas terjadi defisiensi unsur P. Penelitian mengenai pengaruh iklim terhadap kuantitas clan kualitas gizi pakan umumnya di daerah tropis sudah banyak dilakukan. CROWDER (1977) menyimpulkan, bahwa pada musim kemarau biasanya sukar diperoleh hijauan clan hijauan tersebut mempunyai kualitas yang rendah, yaitu kandungan protein clan energinya tidak akan mencukupi untuk kebutuhan hidup pokok . Kurangnya produksi hijauan pakan pada musim kemarau adalah akibat dari keterbatasan air yang menghambat pertumbuhan tanaman . (F .A .O . 1992) Pada musim hujan pertumbuhan hijauan pakan umumnya lebat clan cepat, clan pada musim kemarau adalah sebaliknya . Akibat kandungan protein hijauan pakan ternak akan naik pada permulaan musim hujan yang kemudian cepat menurun pada permulaan musim kemarau . Dengan demikian kandungan serat kasar hijauan pakan akan naik pada permulaan musim kemarau clan menurun pada permulaan musim hujan (HAMILTON et a/., 1970) . PFANDER (1971) dalam penelitiannya yang mengaitkan iklim dengan gizi khususnya di daerah tropis, menyatakan bahwa tanah yang terlalu ba nyak mendapat air akan mengakibatkan hijauan pakan defisien akan gizi termasuk bahan organiknya . Selanjutnya dinyatakan keadaan gizi pakan yang dijurimpai di daerah-daerah tropis seperti yang tercantum sebagai berikut . Keadaan gizi pakan di daerah tropis ") Daerah tropis Lembab Basah Kering '") Keadaan gizi pakan ternak Kandungan protein , P, Mo, Se dan I yang rendah Kadar air yang terlalu tinggi Cepat menjadi tua, kandungan serat kasar tinggi dan kandungan protein, vitamin, mineral clan air rendah . PFANDER (1971) . Antara daerah tropis dengan daerah temperate terdapat pula perbedaan dalam kuantitas dan kualitas gizi hijauan pakan yang diproduksi . PAYNE 34 (1962) mengutarakan bahwa di daerah tropis pertumbuhan hijauan pakan yang diproduksikan di daerah tropis membawa akibat pula terhadap koefisien cernanya . Dalam hubungan ini (STOBBS, 1973) mendapatkan koefisien cerna hijauan di daerah tropis adalah lebih rendah dari hijauan pakan yang diproduksikan di daerah temperate. Hal inilah yang menjadi salah satu sebab mengapa kemampuan berproduksi susu ternak perah umumnya yang terdapat di daerah tropis lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan berproduksi susu ternak perah yang terdapat di daerah temperate. Sedangkan terjadinya fluktuasi kemampuan berproduksi susu ternak perah baik di daerah tropis maupun di daerah temperate adalah akibat dari fluktuasi kuantitas clan kualitas hijauan pakan oleh adanya perbedaan musim pada kedua daerah tadi . ASPEK LANGSUNG IKLIM TROPIS TERHADAP KEMAMPUAN BERPRODUKSI SUSU KAMBING PERAH Penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai aspek iklim di daerah tropis terhadap kemampuan berproduksi susu kambing perah masih langka adanya . Namun demikian penelitian pada ternak perah umumnya menunjukkan, bahwa iklim di daerah tropis mempunyai aspek terhadap kemampuan berproduksi susu . PAYNE (1962) mengutarakan bahwa salah satu aspek langsung dari iklim tropis terhadap produksi ternak perah pada umumnya adalah ketidak-mampuan ternak mencukupi kebutuhan untuk berproduksi, sebagai akibat dari menurunnya nafsu makan clan rendahnya kualitas hijauan . Diantara unsur-unsur iklim yang paling berpengaruh terhadap produksi ternak perah adalah suhu clan kelembaban uadara . Sejalan dengan hal ini WAYMAN et a/. (1962) dengan penelitiannya pada sapi perah menyatakan bahwa suhu udara sekeliling yang tinggi akan menyebabkan turunnya produksi susu sebagi akibat dari : a. Turunnya nafsu makan yang berakibat pada penurunan konsumsi makanan . b . Turunnya gerak laju makanan dalam rumen . c . Turunnya efisiensi penggunaan energi untuk produksi susu . Di lain pihak BHATTACHARYA clan HUSSAIN (1974) dengan penelitiannnya pada domba menyimpulkan, bahwa : a . Suhu udara dalam kandang yang tinggi dengan kelembaban udara yang tinggi pula akan menurunkan konsumsi pakan clan meningkatkan konsumsi air . WARTAZOA VOL 6 No. 2 Th . 1997 b. Suhu udara dalam kandang yang tinggi menyebabkan menurunnya daya cerna bahan kering, protein kasar, lemak clan energi . c. Metabolisme energi juga mengaami penyebaan pada suhu udara yang tinggi d.alam kandang . Suhu rektal yang dianggap sebagai suhu tubuh normal sapi, domba clan kambing masingmasing adalah 38,6 °C, 39,1 °C clan 39,9 °C. Hal ini menunjukkan, bahwa domba clan kambing lebih tahan terhadap suhu udara yang tinggi dibandingkan dengan sapi perah . Data yang cliperoleh Epstein yang clikutip oleh HAFEZ (1968) mengutarakan, bahwa kambing mempunyai penyebaran ekologi yang luas mulai dari daerah hutan tropis basah sampai ke daerah paclang pasir di mana domba tidak dapat lagi hidup secara wajar. Jumlah kambing dibandingkan dengan jumlah domba yang lebih banyak tersebar di daerah-daerah tropis clan sub tropis menunjukkan, bahwa kambing lebih toleran terhadap suhu udara yang lebih tinggi dibandingkan dengan domba. Kambing perah Jamnapari misainya yang dipeliharan di India masih menunjukkan keadaan yang normal dalam merumput pada suhu udara 47,8 ° C (STOBBS, 1973) . Walaupun kambing lebih toleran terhadap suhu udara yang lebih tinggi dibandingkan dengan sapi perah clan domba, bukanlah berarti kambing tahan terhadap suhu udara tinggi . DEVENDRA clan BURNS (1970) mengutarakan, bahwa suhu udara dalam kandang yang tinggi cenderung menurunkan nafsu makan clan produktivitas, hal ini terjadi pada kambing perah maupun ternak lainnya . Oleh karena konsumsi pakan berkorelasi positif dengan produksi panas dalam tubuh, maka naiknya suhu udara dalam kandang berakibat menurunnya konsumsi pakan, sehingga produksi panas dalam tubuh menjadi berkurang . APPLEMAN clan DELOUCHE (1958) dalam penelitiannnya pada kambing perah mendapatkan kenyataan bahwa suhu udara dalam kandang yang lebih dari 30 °C sudah menyebabkan penurunan produksi panas dalam tubuh sebagai akibat dari menurunnya konsumsi pakan clan aktivitas ruminasi . Kambing perah clibanding dengan ternak perah lainnya mempunyai kemampuan yang relatif lebih tinggi dalam mengkonsumsi bahan kering, oleh karenanya, konsumsi energi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap produksi susu kambing perah (MORAND clan SAUVANT, 1978) . Suhu udara yang tinggi sebenarnya bukan saja berakibat pada turunnya konsumsi pakan, sehingga konsumsi energi menjadi kurang, tetapi juga mengakibatkan ticlak efisiennya lagi penggunaan energi . Suhu udara sekeliling yang tinggi akan berakibat pada peningkatan reaksi fisiologis tubuh untuk menyesuaikan diri terhadap suhu udara sekeliling yang tinggi tadi . Dalam hal ini antara lain terjadi peningkatan frekuensi pernafasan clan denyut nadi . Meningkatnya frekuensi pernafasan adalah reaksi fisiologi tubuh untuk mengatasi kenaikkan suhu tubuhnya . Sedangkan meningkatnya frekuensi denyut nadi adalah untuk mempercepat pengaliran darah yang berfungsi sebagai transportasi oksigen clan panas (MULLICK etaL, 1952) . Penelitian yang telah dilakukan oleh APPLEMAN clan DELOUCHE (1958) menyimpulkan, bahwa suhu udara dalam kandang yang lebih dari 30 °C sudah dapat menurunkan produksi panas dalam tubuh kambing perah. Hal ini dapat dipandang sebagai angka suhu udara dalam kandang yang tertinggi untuk dapat mempertahankan nafsu makan clan reaksi fisiologi tubuh . Suhu udara dalam kandang yang tertinggi untuk dapat mempertahankan nafsu makan clan reaksi fisiologi tubuh. Suhu udara dalam kandang yang lebih dari 30 °C, disamping akan berakibat pada penurunan konsumsi energi, juga mengakibatkan penggunaan energi sudah ticlak efisien lagi, karena sejumlah energi yang seyogyanya digunakan untuk kebutuhan produksi susu terpaksa digunakan untuk reaksi-reaksi fisiologik tubuh . WHYTE (1957) mengutarakan, bahwa apabila energi yang tersedia tadi terlebih dahulu cligunakan untuk kebutuhan hidup pokok, clan selebihnya baru digunakan untuk kebutuhan produksi susu . Dengan demikian apabila terjadi kekurangan energi maka produksi susu yang terlebih dahulu kelihatan menurun . HAFEZ (1968) mengutarakan bahwa kambing sudah menunjukkan penurunan konsumsi pakan pada suhu 35 °C . *Sedangkan STOBBs clan THOMPSON (1975) mendapatkan kenyataan bahwa penurunan konsumsi pakan akan berakibat pada penurunan konsumsi energi, clan energi yang rendah inilah yang menjadi faktor utama yang mengakibatkan rendahnya kemampuan berproduksi susu ternak perah di daerah-daerah tropis . Dalam penelitian yang lebih lanjut HAMILTON et al., (1970) mendapatkan kenyataan, bahwa dengan pemberian suplemen protein clan energi pada sapi yang digembalakan di pasture di daerah tropis ternyata faktor energi lebih menentukan dari protein dalam kemampuan berproduksi susu . Aspek kelembaban udara terhadap kemampuan berproduksi susu kambing perah belum banyak diketahui secara pasti, clikarenakan masih kurangnya informasi maupun penelitian yang dilakukan . Pada sapi perah ternyata kelembaban udara mempunyai aspek terhadap mekanisme termoregulasi terutama terhadap suhu tubuh, apabila kelembaban udara tersebut bertaut dengan suhu 35 SORT BASYA SIREGAR : Aspek lklim Tropis Terhadap Kemampuan Berproduksi Susu udara. Gdlam hal ini suhu tubuh clan akan berubah apabila kelembaban udara disertai dengan perubahan suhu udara (Mc DOWELL, 1958) . Sedangkan HAFEZ (1968) clan ESMAY (1969) mengutarakan, bahwa suhu udara yang tinggi yang disertai pula dengan kelembaban udara yang tinggi dapat menimbulkan gangguan pada mekanisme termoregulasi ternak, sehingga timbul kenaikan frekuensi pernafasan, suhu rektal clan konsumsi air minum, sedangkan konsumsi makanan akan menurun . Dengan demikian suhu udara yang tinggi yang disertai dengan kelembaban udara yang tinggi akan berpengaruh pula terhadap mekanisme termoregulasi kambing perah, sehingga sedikit banyak kemampuan berproduksi susu kambing perah tersebut akan ikut terpengaruh. Unsur-unsur iklim lainnnya yang diduga mempunyai aspek terhadap kemampuan berproduksi susu kambing perah adalah radiasi matahari clan kecepatan pergerakan angin . Radiasi matahari yang langsung clan secara terus menerus disiang hari, bagaimanapun akan mempengaruhi suhu tubuh kambing perah clan ternak-ternak lainnya . Sedangkan kecepatan pergerakan angin lebih berperan terhadap penguapan air tubuh di dalam pengaturan suhu tubuh. Suhu udara yang tinggi dengan kelembaban udara yang tinggi akan dapat meningkatkan derajat penguapan air tubuh bila disertai dengan pergerakan angin yang lebih cepat . Sebaliknya dalam keadaan suhu clan kelembaban udara yang tinggi tanpa disertai dengan pengerahan angin yang lebih cepat akan berakibat pada derajat penguapan air tubuh yang tidak berjalan sempurna lagi . BERBAGAI ALTERNATIF PENANGGUNALANGAN TERHADAP PENGARUH NEGATIF IKLIM Dalam mempertahankan kemampuan berproduksi susu kambing perah di daerah iklim tropis, perlu dilakukan tindakan-tindakan penanggulang an, agar pengaruh iklim tersebut baik secara langsung maupun secara ticlak langsung dapat dihinclari maupun dicegah semaksimal mungkin. Berbagai alternatif penanggulangan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut Pembangunan kandang yang sesuai untuk iklim tropis, kondisi ruangan harus diusahakan senyaman mungkin, antara lain dengan cara : a. Penggunaan bahan bangunan kandang yang tidak memantulkan panas . b. Pengaturan ventilasi kandang yang sesempurna mungkin . 36 c. Menempatkan bangunan kandang pada tempat-tempat yang lebih tinggi, agar angin dengan leluasa dapat keluar masuk kandang . d . Menanam pohon-pohon penenduh disekitar kandang, akan tetapi penanaman pohon-pohon itu harus diatur seclemikian rupa agar jangan menghalangi pergerakan angin dari luar clan dalam kandang . Menyusun ransum yang menganclung gizi yang cukup clan berimbang terutama mengenai kandungan energinya Kambing perah clikarenakan kemampuan berproduksi susunya yang relaif tinggi, mempunyai kemampuan mengkonsumsi bahan kering yang relatif tinggi . Oleh karena itu konsumsi energi merupakan faktor yang sangat menentukan dalam kemampuan berproduksi kambing perah (MORAND clan SAUVANT, 1978) . Ransum kambing perah sebagimana juga ransum ternak lainnya terdiri dari hijauan clan konventrat . Kualitas pakan konsentrat harus disusun berclasarkan pada kualitas hijauan yang diberikan . Untuk produksi susu kambing perah yang maksimal, MORAND-FEHR clan SOUVENT (1978) menyatakan kanclungan kepekatan energi dari pakan konsentrat yang harus diberikan adalah kira-kira 0,80 Feed Unit per kg bahan kering . Pengaturan pemberian pakan Suhu udara dimalam hari umunya relatif lebih renclah clibanding dengan suhu udara di siang hari . Dalam hal ini pemberian pakan di siang hari disediakan sebatas kemampuan konsumsi kambing perah itu sendiri, akan tetapi kekurangan konsumsi pakan pada siang hari itu diusahakan supaya dapat dipenuhi pada malam hari . Hal ini clapat dilaksanakan dengan penyediaan pakan yang cukup clan pemasangan penerangan di malam hari . Penanaman pohon-pohon peneduh di padang penggembalaan Aspek penanaman pohon-pohon peneduh di padang-padang penggembalaan terhadap kemampuan berproduksi susu kambing perah yang di gembalakan, belum banyak diteliti . Namun demikian sekedar bahan perbandingan dapat diutarakan manfaat tempat berteduh pada sapi daging yang cligembalakan. McDANIEL clan ROAK (1956) mengutarakan, bahwa penggunaan tempat berteduh pada musim panas akan meningkatkan kecepatan pertumbuhan sapi-sapi Hereford WARTAZOA VOL 6 No . 2 Th . 1997 dan Angus dewasa maupun anak-anak sapi yang sedang menyusu. Kelembaban pertumbuhan terutama disebabkan oleh turunnya konsumsi pakan pada suhu udara yang tinggi (WAYMAN, et al., 1962) . Oleh karena itu FINDLEY dalam kesimpulannya yang dilaporkan oleh WILLIAMSON dan PAYNE (1962) menyarankan, agar disediakan pasture pada malam hari pada saat udara relatif rendah, sehingga garzing intake dapat dipertahankan dan pertumbuhan tidak terganggu. Persilangan untuk meningkatkan daya adaptasi dan kemampuan berproduksi susu Kambing perah dan juga ternak lainnya yang terdapat di daerah iklim tropis mempunyai daya adaptasi yang tinggi,namun dengan kemampuan berproduksi susu yang rendah . Sedangkan kambing perah yang terdapat di daerah iklim temperate mempunyai kemampuan berproduksi susu,yang tinggi, namun daya adaptasinya kurang terhadap iklim tropis . Dengan demikian untuk mendapatkan kambing perah yang mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan susu serta tahan terhadap iklim tropis adalah dengan mempersilangkan kambing-kambing perah asal iklim tropis . Sebelum persilangan ini disebarluaskan, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu penelitian-penelitian untuk mendapatkan perbandingan darah yang optimal, agar kemampuan berproduksi susu yang tinggi dan tahan terhadap iklim tropis benar-benar dapat diwujudkan DAFTAR PUSTAKA APPLEMAN, R .D . and DELOUCHE . 1958 . Behavioral, physiological and biochemical responses of goats to temperature 0 OC to 40 OC. J. Anim. Sci. 17 :326 . BHATTACHARYA, A .N . and F . HUSSAIN. 1974 . Intake and utilization of nutrients in sheep fed different levels of roughage under heat stress . J. Anim . Sci.38 :877 . BALXTER,K.L . 1977 . Environmental factors and their influence on the nutrition of farm livestock . Nutrition and the climate environment. Butterworths, London . CROWDER, L.V . 1977 . Potential of tropical zone cultivated forages for ruminants animal production . Winrock Report, Arkansas . DEVENDRA, C .U . BURNS. 1970 . Goat production in the tropics. Commonwealth Agricultural Bureu Farnham Royal, Bucks, England . DIT.JEN . NAK.1994. Buku Statistik Peternakan . Direktorat Jendral Peternakan , Jakarta . DUKE .1978. Physiology of domestic animal (9th Ed). Comstock Publishing Assosiates a division of Cornell University Press, Ithaca . ESMAY, L.U . 1969 . Principles of animal environment. The Avi Publishing Coy., Wesport. F.A .O . 1992 . Production year book . Food and Agricultural Organization of the United Nation, Rome . FORD, C .U . 1972 . Proc . VI I In Cong .Anim.Repr. and A .I ., Munich . HAFEz, E .S .E . 1968 . Adaptation of domenstic animal . Lea & Febiger Philadelpia . HAMILTON, R .I ., L.J . LAMBOURNE, R. ROE and D.J . MINSON. 1970 . Quality of tropical grasses for milk production. Proc .1 1 th Int. Grassland . Congr .,Surfers Paradise . Qld., Australia. MCILROY , 1964 . An Introduction to tropical grassland husbandry. Oxpord University Press, London . MCDOWELL, R.E .1958 . Physiological approach to animal chimatology, J. Hered. 47 :52 . MCDANIEL, A.H . and C.B . ROAK . 1956 . Performance and grazing habit of hereford and aberdeen Angus cows calves on environment pastures as related to types of shades . J. Anim. Sci. 15 :59. MORAND-FEHR, P and D. SAUVANT . 1978 . Nutrition and optimum of dairy goats . Livestock production Sci. 5 :203 . MULLOCK, D .N ., V.N . MURTY and N . D . KEHAR. 1952 . Seasonal variation in the feed and water intake of cattle . J.Anim.Sci. 1 1 :43 MUKHERJEE, T .K . C . DEVENDRA, A . STENUMER and P.Horst .1994. Genetic and nutriton aspects of milk production from small ruminants in the Asean Region . Proceedings of symposium hold in conjunction with 7 th Asean-Australian Association of Animal Production Sociates Congress, Denpasar . PAYNE, W .J .A . 1962 . Cimate and animals nutrition in the tropics. Span .5:118 . PFANDER, W.H . 1971 . Animal Nutrition in the tropicas problems and solutions . J. Anim . Sci .33 :843 . STOBBS . F. H . 1973 . Effects of plat sturucture on the intake of tropical pastures . AUST .J .AGRIC . Res . 24 :821 . STOBBS . F. H . & P . A. C. THOMPSON . 1975 . Milk Production from tropical pasture. Word Animal Riview . 13 : 27 . WAYMAN, D .H . H.D . JOHNSON, C .P . MARILAND & I . L. BERRY. 1962 . Effect s of ad ibitum or force-feeding of two retions on lactating dairy cows subject to temepature stress . J. Dairy Sci. 45 : 1472 . WILLIAMSON, Y. & W . J . A. PAYNE . 1959 . Am introduction to animal husbandry in tropics . Longmans, London . WHYTE, R.O . 1957 . Milk production in developing countries . Faber and faber Ltd ., London . 37