aspek iklim tropis terhadap kemampuan berproduksi susu kambing

advertisement
ASPEK IKLIM TROPIS TERHADAP KEMAMPUAN BERPRODUKSI SUSU
KAMBING PERAH
SORT BASYA SIREGAR
Balai Penelitian Ternak
P.O . Box 221, Bogor 16002
PENDAHULUAN
Jumlah susu yang diproduksl setiap tahun
selalu belum mampu memenuhi jumlah permintaan susu nasional . Selama periode tahun 1989
1994 misalnya kemampuan produksi susu dalam
negeri untuk memenuhi permintaan susu nasional
baru mencapai 44,2%/tahun (DITJENNAK, 1995) .
Kemampuan produksi susu dalam negeri yang
masih rendah tersebut menghendaki perlunya optimalisasi potensi ternak-ternak perah clan tidak
hanya mengandalkan sapi-sapi perah sebagaimana yang terjadi selama ini . Peningkatan produksi susu melalui pengembangan ternak perah
selain sapi perah, cukup memungkinkan .
Salah satu ternak perah yang cukup potensial
clan prospektif untuk dikembangkan di Indonesia
adalah kambing perah . Hal ini diclasarkan terutama
pada tingkat kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia yang umumnya masih rendah clan sebagian
besar penduduk Indonesia yang hidup dari hasil
tani . Pengembangan kambing perah di daerah
pedesaan dengan penduduk relatif miskin adalah
lebih sesuai dibandingkan dengan ternak perah
lainnya (MUKHERJEE et al., 1994) .
Sekitar 60% dari populasi kambing dunia terdapat di 40 negara Asia (F .A .O ., 1992) . Di beberapa negara Asia, kambing banyak dipelihara
sebagai penghasil susu disamping sebagai penghasil daging .
Di Indonesia walaupun populasi kambing
perah relatif rendah, namun potensi untuk pengewbangannya cukup tersedia . Hal ini terutama
dilihat dari populasi kambing yang cukup besar di
Indonesia, bahkan terbesar diantara negaranegara ASEAN (F .A .O ., 1992) . Populasi kambing
yang cukup potensial tersebut dapat dijadikan
sebagai penghasil susu disamping sebagai penghasil daging (dual purpose) .
Pengembangan kambing perah dalam upaya
peningkatan produksi susu tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan ber
produksi susu ternak perah umumnya. Selain dari
faktor genetik clan gizi makanan (kuantitas clan
kualitas), lingkungan merupakan faktor yang tidak
dapat diabaikan dalam mempengaruhi kemam-
puan berproduksi susu ternak perah . Diantara faktor lingkungan yang mempunyai aspek terhadap
kemampuan berproduksi susu ternak perah adalah
iklim . Hal ini dapat dilihat pada sapi-sapi perah
yang dipelihara di daerah iklim tropis yang menunjukkan produktivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan sapi perah yang dipelihara di
daerah iklim sub-tropis . Demikian pula halnya dengan pengalaman clan penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa sapi yang didatangkan dari daerah iklim temperate di daerah tropis
akan mengalami berbagai stres, iklim merupakan
stressor yang besar sekali pengaruhnya terhadap
kemampuan berproduksi susu .
Iklim dapat secara langsung maupun ticlak
langsung mempengaruhi kemampuan berproduksi
susu ternak perah. Pengaruh ataupun aspek se
cara tak langsung adalah melalui kuantitas clan
kualitas penyediaan hijauan pakan ternak (STOBBS,
1975) . Oleh karena itu antara iklim dengan gizi
pakan terjalin suatu interaksi yang berakibat pada
kemampuan berproduksi susu ternak perah .
Aspek iklim tropis terhadap kemampuan berproduksi susu ternak perah adalah berbeda sesuai
dengan jenis ternaknya clan asal dari ternak itu
sendiri . Dalam tulisan ini dicoba diungkapkan sejauh mana aspek iklim tropis terhadap kemampuan
berproduksi susu kambing perah khususnya.
ASPEK TAK LANGSUNG IKLIM TROPIS
TERHADAP KEMAMPUAN BERPRODUKSI
SUSU TERNAK PERAH UMUMNYA
Iklim di daerah tropis antara lain ditandai
dengan suhu udara, kelembaban udara relatif clan
curah hujan yang tinggi clan sangat bervariasi
sepanjang tahun . Keadaan ini mempunyai aspek
terhadap kuantitas clan kualitas penyediaan
pakan . Sedangkan kuantitas clan kualitas gizi
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam kemampuan berproduksi susu ternak
perah .
Daerah temperate yang mempunyai empat
musim clan daerah tropis dengan musim hujan clan
kemarau, tidak luput dari aspek iklim terhadap gizi
33
SDRI BASYA SIREGAR :
Aspek lklim Tropis Terhadap Kemampuan Berproduksi Susu
pakan . Inggris misalnya, sebagai salah satu daerah
temperate menunjukkan kuantitas dan kualitas gizi
pakan yang lebih rendah pada musim panas
dibandingkan dengan musim lainnya (BALAXTER,
1977) . Sedangkan FORD (1992) dalam penelitiannya di Inggris menyimpulkan, bahwa musim tidak
mempunyai aspek terhadap kadar mineral,
khususnya rumput-rumputan yang tumbuh di
tanah-tanah yang subur; akan tetapi pada tanahtanah yang tidak subur terjadi fluktuasi unsur Ca
clan P, sehingga pada musim panas terjadi defisiensi unsur P.
Penelitian mengenai pengaruh iklim terhadap
kuantitas clan kualitas gizi pakan umumnya di
daerah tropis sudah banyak dilakukan. CROWDER
(1977) menyimpulkan, bahwa pada musim kemarau biasanya sukar diperoleh hijauan clan hijauan
tersebut mempunyai kualitas yang rendah, yaitu
kandungan protein clan energinya tidak akan mencukupi untuk kebutuhan hidup pokok . Kurangnya
produksi hijauan pakan pada musim kemarau
adalah akibat dari keterbatasan air yang menghambat pertumbuhan tanaman . (F .A .O . 1992)
Pada musim hujan pertumbuhan hijauan
pakan umumnya lebat clan cepat, clan pada musim
kemarau adalah sebaliknya . Akibat kandungan
protein hijauan pakan ternak akan naik pada permulaan musim hujan yang kemudian cepat menurun pada permulaan musim kemarau . Dengan
demikian kandungan serat kasar hijauan pakan
akan naik pada permulaan musim kemarau clan
menurun pada permulaan musim hujan (HAMILTON
et a/., 1970) .
PFANDER (1971) dalam penelitiannya yang
mengaitkan iklim dengan gizi khususnya di daerah
tropis, menyatakan bahwa tanah yang terlalu ba
nyak mendapat air akan mengakibatkan hijauan
pakan defisien akan gizi termasuk bahan organiknya . Selanjutnya dinyatakan keadaan gizi
pakan yang dijurimpai di daerah-daerah tropis seperti yang tercantum sebagai berikut .
Keadaan gizi pakan di daerah tropis ")
Daerah tropis
Lembab
Basah
Kering
'")
Keadaan gizi pakan ternak
Kandungan protein , P, Mo, Se dan I yang rendah
Kadar air yang terlalu tinggi
Cepat menjadi tua, kandungan serat kasar tinggi
dan kandungan protein, vitamin, mineral clan air
rendah .
PFANDER (1971) .
Antara daerah tropis dengan daerah temperate terdapat pula perbedaan dalam kuantitas dan
kualitas gizi hijauan pakan yang diproduksi . PAYNE
34
(1962) mengutarakan bahwa di daerah tropis pertumbuhan hijauan pakan yang diproduksikan di
daerah tropis membawa akibat pula terhadap koefisien cernanya . Dalam hubungan ini (STOBBS,
1973) mendapatkan koefisien cerna hijauan di
daerah tropis adalah lebih rendah dari hijauan
pakan yang diproduksikan di daerah temperate.
Hal inilah yang menjadi salah satu sebab mengapa
kemampuan berproduksi susu ternak perah
umumnya yang terdapat di daerah tropis lebih
rendah dibandingkan dengan kemampuan berproduksi susu ternak perah yang terdapat di daerah
temperate. Sedangkan terjadinya fluktuasi kemampuan berproduksi susu ternak perah baik di
daerah tropis maupun di daerah temperate adalah
akibat dari fluktuasi kuantitas clan kualitas hijauan
pakan oleh adanya perbedaan musim pada kedua
daerah tadi .
ASPEK LANGSUNG IKLIM TROPIS TERHADAP
KEMAMPUAN BERPRODUKSI SUSU KAMBING
PERAH
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai aspek iklim di daerah tropis terhadap kemampuan berproduksi susu kambing perah masih
langka adanya . Namun demikian penelitian pada
ternak perah umumnya menunjukkan, bahwa iklim di daerah tropis mempunyai aspek terhadap
kemampuan berproduksi susu . PAYNE (1962) mengutarakan bahwa salah satu aspek langsung dari
iklim tropis terhadap produksi ternak perah pada
umumnya adalah ketidak-mampuan ternak mencukupi kebutuhan untuk berproduksi, sebagai
akibat dari menurunnya nafsu makan clan rendahnya kualitas hijauan . Diantara unsur-unsur iklim yang paling berpengaruh terhadap produksi
ternak perah adalah suhu clan kelembaban uadara .
Sejalan dengan hal ini WAYMAN et a/. (1962)
dengan penelitiannya pada sapi perah menyatakan
bahwa suhu udara sekeliling yang tinggi akan
menyebabkan turunnya produksi susu sebagi
akibat dari :
a. Turunnya nafsu makan yang berakibat pada
penurunan konsumsi makanan .
b . Turunnya gerak laju makanan dalam rumen .
c . Turunnya efisiensi penggunaan energi untuk
produksi susu .
Di lain pihak BHATTACHARYA clan HUSSAIN
(1974) dengan penelitiannnya pada domba menyimpulkan, bahwa :
a . Suhu udara dalam kandang yang tinggi dengan
kelembaban udara yang tinggi pula akan menurunkan konsumsi pakan clan meningkatkan
konsumsi air .
WARTAZOA VOL 6 No. 2 Th . 1997
b. Suhu udara dalam kandang yang tinggi menyebabkan menurunnya daya cerna bahan kering,
protein kasar, lemak clan energi .
c. Metabolisme energi juga mengaami penyebaan
pada suhu udara yang tinggi d.alam kandang .
Suhu rektal yang dianggap sebagai suhu
tubuh normal sapi, domba clan kambing masingmasing adalah 38,6 °C, 39,1 °C clan 39,9 °C. Hal
ini menunjukkan, bahwa domba clan kambing lebih
tahan terhadap suhu udara yang tinggi dibandingkan dengan sapi perah . Data yang cliperoleh Epstein yang clikutip oleh HAFEZ (1968) mengutarakan, bahwa kambing mempunyai penyebaran ekologi yang luas mulai dari daerah hutan tropis basah
sampai ke daerah paclang pasir di mana domba
tidak dapat lagi hidup secara wajar. Jumlah
kambing dibandingkan dengan jumlah domba yang
lebih banyak tersebar di daerah-daerah tropis clan
sub tropis menunjukkan, bahwa kambing lebih
toleran terhadap suhu udara yang lebih tinggi
dibandingkan dengan domba. Kambing perah
Jamnapari misainya yang dipeliharan di India
masih menunjukkan keadaan yang normal dalam
merumput pada suhu udara 47,8 ° C (STOBBS,
1973) .
Walaupun kambing lebih toleran terhadap
suhu udara yang lebih tinggi dibandingkan dengan
sapi perah clan domba, bukanlah berarti kambing
tahan terhadap suhu udara tinggi . DEVENDRA clan
BURNS (1970) mengutarakan, bahwa suhu udara
dalam kandang yang tinggi cenderung menurunkan nafsu makan clan produktivitas, hal ini
terjadi pada kambing perah maupun ternak lainnya . Oleh karena konsumsi pakan berkorelasi
positif dengan produksi panas dalam tubuh, maka
naiknya suhu udara dalam kandang berakibat
menurunnya konsumsi pakan, sehingga produksi
panas dalam tubuh menjadi berkurang . APPLEMAN
clan DELOUCHE (1958) dalam penelitiannnya pada
kambing perah mendapatkan kenyataan bahwa
suhu udara dalam kandang yang lebih dari 30 °C
sudah menyebabkan penurunan produksi panas
dalam tubuh sebagai akibat dari menurunnya konsumsi pakan clan aktivitas ruminasi . Kambing
perah clibanding dengan ternak perah lainnya
mempunyai kemampuan yang relatif lebih tinggi
dalam mengkonsumsi bahan kering, oleh karenanya, konsumsi energi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap produksi susu kambing perah (MORAND clan SAUVANT, 1978) .
Suhu udara yang tinggi sebenarnya bukan
saja berakibat pada turunnya konsumsi pakan,
sehingga konsumsi energi menjadi kurang, tetapi
juga mengakibatkan ticlak efisiennya lagi penggunaan energi . Suhu udara sekeliling yang tinggi
akan berakibat pada peningkatan reaksi fisiologis
tubuh untuk menyesuaikan diri terhadap suhu
udara sekeliling yang tinggi tadi . Dalam hal ini
antara lain terjadi peningkatan frekuensi pernafasan clan denyut nadi . Meningkatnya frekuensi
pernafasan adalah reaksi fisiologi tubuh untuk
mengatasi kenaikkan suhu tubuhnya . Sedangkan
meningkatnya frekuensi denyut nadi adalah untuk
mempercepat pengaliran darah yang berfungsi
sebagai transportasi oksigen clan panas (MULLICK
etaL, 1952) . Penelitian yang telah dilakukan oleh
APPLEMAN clan DELOUCHE (1958) menyimpulkan,
bahwa suhu udara dalam kandang yang lebih dari
30 °C sudah dapat menurunkan produksi panas
dalam tubuh kambing perah. Hal ini dapat dipandang sebagai angka suhu udara dalam kandang
yang tertinggi untuk dapat mempertahankan nafsu
makan clan reaksi fisiologi tubuh . Suhu udara
dalam kandang yang tertinggi untuk dapat mempertahankan nafsu makan clan reaksi fisiologi
tubuh. Suhu udara dalam kandang yang lebih dari
30 °C, disamping akan berakibat pada penurunan
konsumsi energi, juga mengakibatkan penggunaan energi sudah ticlak efisien lagi, karena sejumlah energi yang seyogyanya digunakan untuk
kebutuhan produksi susu terpaksa digunakan untuk reaksi-reaksi fisiologik tubuh . WHYTE (1957)
mengutarakan, bahwa apabila energi yang
tersedia tadi terlebih dahulu cligunakan untuk kebutuhan hidup pokok, clan selebihnya baru digunakan untuk kebutuhan produksi susu . Dengan
demikian apabila terjadi kekurangan energi maka
produksi susu yang terlebih dahulu kelihatan
menurun .
HAFEZ (1968) mengutarakan bahwa kambing
sudah menunjukkan penurunan konsumsi pakan
pada suhu 35 °C . *Sedangkan STOBBs clan
THOMPSON (1975) mendapatkan kenyataan bahwa
penurunan konsumsi pakan akan berakibat pada
penurunan konsumsi energi, clan energi yang rendah inilah yang menjadi faktor utama yang mengakibatkan rendahnya kemampuan berproduksi
susu ternak perah di daerah-daerah tropis . Dalam
penelitian yang lebih lanjut HAMILTON et al., (1970)
mendapatkan kenyataan, bahwa dengan pemberian suplemen protein clan energi pada sapi yang
digembalakan di pasture di daerah tropis ternyata
faktor energi lebih menentukan dari protein dalam
kemampuan berproduksi susu .
Aspek kelembaban udara terhadap kemampuan berproduksi susu kambing perah belum banyak diketahui secara pasti, clikarenakan masih
kurangnya informasi maupun penelitian yang dilakukan . Pada sapi perah ternyata kelembaban
udara mempunyai aspek terhadap mekanisme termoregulasi terutama terhadap suhu tubuh, apabila
kelembaban udara tersebut bertaut dengan suhu
35
SORT BASYA SIREGAR :
Aspek lklim Tropis Terhadap Kemampuan Berproduksi Susu
udara. Gdlam hal ini suhu tubuh clan akan berubah
apabila kelembaban udara disertai dengan perubahan suhu udara (Mc DOWELL, 1958) . Sedangkan
HAFEZ (1968) clan ESMAY (1969) mengutarakan,
bahwa suhu udara yang tinggi yang disertai pula
dengan kelembaban udara yang tinggi dapat
menimbulkan gangguan pada mekanisme termoregulasi ternak, sehingga timbul kenaikan
frekuensi pernafasan, suhu rektal clan konsumsi
air minum, sedangkan konsumsi makanan akan
menurun . Dengan demikian suhu udara yang tinggi
yang disertai dengan kelembaban udara yang
tinggi akan berpengaruh pula terhadap mekanisme
termoregulasi kambing perah, sehingga sedikit
banyak kemampuan berproduksi susu kambing
perah tersebut akan ikut terpengaruh.
Unsur-unsur iklim lainnnya yang diduga
mempunyai aspek terhadap kemampuan berproduksi susu kambing perah adalah radiasi matahari
clan kecepatan pergerakan angin . Radiasi matahari
yang langsung clan secara terus menerus disiang
hari, bagaimanapun akan mempengaruhi suhu
tubuh kambing perah clan ternak-ternak lainnya .
Sedangkan kecepatan pergerakan angin lebih berperan terhadap penguapan air tubuh di dalam
pengaturan suhu tubuh. Suhu udara yang tinggi
dengan kelembaban udara yang tinggi akan dapat
meningkatkan derajat penguapan air tubuh bila
disertai dengan pergerakan angin yang lebih cepat .
Sebaliknya dalam keadaan suhu clan kelembaban
udara yang tinggi tanpa disertai dengan pengerahan angin yang lebih cepat akan berakibat pada
derajat penguapan air tubuh yang tidak berjalan
sempurna lagi .
BERBAGAI ALTERNATIF PENANGGUNALANGAN TERHADAP PENGARUH NEGATIF IKLIM
Dalam mempertahankan kemampuan berproduksi susu kambing perah di daerah iklim tropis,
perlu dilakukan tindakan-tindakan penanggulang
an, agar pengaruh iklim tersebut baik secara langsung maupun secara ticlak langsung dapat dihinclari maupun dicegah semaksimal mungkin.
Berbagai alternatif penanggulangan yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut
Pembangunan kandang yang sesuai untuk iklim
tropis, kondisi ruangan harus diusahakan senyaman mungkin, antara lain dengan cara :
a. Penggunaan bahan bangunan kandang yang
tidak memantulkan panas .
b. Pengaturan ventilasi kandang yang sesempurna mungkin .
36
c. Menempatkan bangunan kandang pada tempat-tempat yang lebih tinggi, agar angin dengan leluasa dapat keluar masuk kandang .
d . Menanam pohon-pohon penenduh disekitar
kandang, akan tetapi penanaman pohon-pohon
itu harus diatur seclemikian rupa agar jangan
menghalangi pergerakan angin dari luar clan
dalam kandang .
Menyusun ransum yang menganclung gizi yang
cukup clan berimbang terutama mengenai kandungan energinya
Kambing perah clikarenakan kemampuan berproduksi susunya yang relaif tinggi, mempunyai
kemampuan mengkonsumsi bahan kering yang
relatif tinggi . Oleh karena itu konsumsi energi
merupakan faktor yang sangat menentukan dalam
kemampuan berproduksi kambing perah (MORAND
clan SAUVANT, 1978) .
Ransum kambing perah sebagimana juga ransum ternak lainnya terdiri dari hijauan clan konventrat . Kualitas pakan konsentrat harus disusun
berclasarkan pada kualitas hijauan yang diberikan .
Untuk produksi susu kambing perah yang maksimal, MORAND-FEHR clan SOUVENT (1978) menyatakan kanclungan kepekatan energi dari pakan
konsentrat yang harus diberikan adalah kira-kira
0,80 Feed Unit per kg bahan kering .
Pengaturan pemberian pakan
Suhu udara dimalam hari umunya relatif lebih
renclah clibanding dengan suhu udara di siang hari .
Dalam hal ini pemberian pakan di siang hari
disediakan sebatas kemampuan konsumsi
kambing perah itu sendiri, akan tetapi kekurangan
konsumsi pakan pada siang hari itu diusahakan
supaya dapat dipenuhi pada malam hari . Hal ini
clapat dilaksanakan dengan penyediaan pakan
yang cukup clan pemasangan penerangan di
malam hari .
Penanaman pohon-pohon peneduh di padang
penggembalaan
Aspek penanaman pohon-pohon peneduh di
padang-padang penggembalaan terhadap kemampuan berproduksi susu kambing perah yang di
gembalakan, belum banyak diteliti . Namun
demikian sekedar bahan perbandingan dapat diutarakan manfaat tempat berteduh pada sapi daging yang cligembalakan. McDANIEL clan ROAK
(1956) mengutarakan, bahwa penggunaan tempat berteduh pada musim panas akan meningkatkan kecepatan pertumbuhan sapi-sapi Hereford
WARTAZOA VOL 6 No . 2 Th . 1997
dan Angus dewasa maupun anak-anak sapi yang
sedang menyusu. Kelembaban pertumbuhan terutama disebabkan oleh turunnya konsumsi pakan
pada suhu udara yang tinggi (WAYMAN, et al.,
1962) . Oleh karena itu FINDLEY dalam kesimpulannya yang dilaporkan oleh WILLIAMSON dan PAYNE
(1962) menyarankan, agar disediakan pasture
pada malam hari pada saat udara relatif rendah,
sehingga garzing intake dapat dipertahankan dan
pertumbuhan tidak terganggu.
Persilangan untuk meningkatkan daya adaptasi
dan kemampuan berproduksi susu
Kambing perah dan juga ternak lainnya yang
terdapat di daerah iklim tropis mempunyai daya
adaptasi yang tinggi,namun dengan kemampuan
berproduksi susu yang rendah . Sedangkan kambing perah yang terdapat di daerah iklim temperate
mempunyai kemampuan berproduksi susu,yang
tinggi, namun daya adaptasinya kurang terhadap
iklim tropis . Dengan demikian untuk mendapatkan
kambing perah yang mempunyai kemampuan
yang tinggi dalam menghasilkan susu serta tahan
terhadap iklim tropis adalah dengan mempersilangkan kambing-kambing perah asal iklim tropis .
Sebelum persilangan ini disebarluaskan, sebaiknya
dilakukan terlebih dahulu penelitian-penelitian untuk mendapatkan perbandingan darah yang optimal, agar kemampuan berproduksi susu yang
tinggi dan tahan terhadap iklim tropis benar-benar
dapat diwujudkan
DAFTAR PUSTAKA
APPLEMAN, R .D . and DELOUCHE . 1958 . Behavioral, physiological and biochemical responses of goats to
temperature 0 OC to 40 OC. J. Anim. Sci. 17 :326 .
BHATTACHARYA, A .N . and F . HUSSAIN. 1974 . Intake and
utilization of nutrients in sheep fed different levels
of roughage under heat stress . J. Anim .
Sci.38 :877 .
BALXTER,K.L . 1977 . Environmental factors and their
influence on the nutrition of farm livestock . Nutrition and the climate environment. Butterworths,
London .
CROWDER, L.V . 1977 . Potential of tropical zone cultivated forages for ruminants animal production .
Winrock Report, Arkansas .
DEVENDRA, C .U . BURNS. 1970 . Goat production in the
tropics. Commonwealth Agricultural Bureu Farnham Royal, Bucks, England .
DIT.JEN . NAK.1994. Buku Statistik Peternakan . Direktorat Jendral Peternakan , Jakarta .
DUKE .1978. Physiology of domestic animal (9th Ed).
Comstock Publishing Assosiates a division of Cornell University Press, Ithaca .
ESMAY, L.U . 1969 . Principles of animal environment. The
Avi Publishing Coy., Wesport.
F.A .O . 1992 . Production year book . Food and Agricultural Organization of the United Nation, Rome .
FORD, C .U . 1972 . Proc . VI I In Cong .Anim.Repr. and A .I .,
Munich .
HAFEz, E .S .E . 1968 . Adaptation of domenstic animal .
Lea & Febiger Philadelpia .
HAMILTON, R .I ., L.J . LAMBOURNE, R. ROE and D.J . MINSON. 1970 . Quality of tropical grasses for milk production. Proc .1 1 th Int. Grassland . Congr .,Surfers
Paradise . Qld., Australia.
MCILROY , 1964 . An Introduction to tropical grassland
husbandry. Oxpord University Press, London .
MCDOWELL, R.E .1958 . Physiological approach to animal
chimatology, J. Hered. 47 :52 .
MCDANIEL, A.H . and C.B . ROAK . 1956 . Performance and
grazing habit of hereford and aberdeen Angus cows
calves on environment pastures as related to types
of shades . J. Anim. Sci. 15 :59.
MORAND-FEHR, P and D. SAUVANT . 1978 . Nutrition and
optimum of dairy goats . Livestock production Sci.
5 :203 .
MULLOCK, D .N ., V.N . MURTY and N . D . KEHAR. 1952 .
Seasonal variation in the feed and water intake of
cattle . J.Anim.Sci. 1 1 :43
MUKHERJEE, T .K . C . DEVENDRA, A . STENUMER and
P.Horst .1994. Genetic and nutriton aspects of milk
production from small ruminants in the Asean
Region . Proceedings of symposium hold in conjunction with 7 th Asean-Australian Association of
Animal Production Sociates Congress, Denpasar .
PAYNE, W .J .A . 1962 . Cimate and animals nutrition in the
tropics. Span .5:118 .
PFANDER, W.H . 1971 . Animal Nutrition in the tropicas
problems and solutions . J. Anim . Sci .33 :843 .
STOBBS . F. H . 1973 . Effects of plat sturucture on the
intake of tropical pastures . AUST .J .AGRIC . Res .
24 :821 .
STOBBS . F. H . & P . A. C. THOMPSON . 1975 . Milk Production from tropical pasture. Word Animal Riview .
13 : 27 .
WAYMAN, D .H . H.D . JOHNSON, C .P . MARILAND & I . L. BERRY.
1962 . Effect s of ad ibitum or force-feeding of two
retions on lactating dairy cows subject to temepature stress . J. Dairy Sci. 45 : 1472 .
WILLIAMSON, Y. & W . J . A. PAYNE . 1959 . Am introduction
to animal husbandry in tropics . Longmans, London .
WHYTE, R.O . 1957 . Milk production in developing countries . Faber and faber Ltd ., London .
37
Download