BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Seni membaca karakter tulisan tangan dikenal dengan grafologi. Tulisan tangan mirip sidik jari, setiap orang memiliki ciri khusus. Kalaupun ada dua orang memiliki tulisan tangan yang sama, jika anda perhatikan, pasti akan terlihat bedanya. Tulisan tangan terbentuk dari rangsangan kecil dari otak sehingga sering sekali para ahli grafologi menyebut tulisan tangan adalah “tulisan otak.” Grafologi merupakan sebuah ilmu yang empirik, karena ilmu ini dibuktikan berdasarkan fenomena dalam satu populasi dan ada kuantifikasi hasil atau ada hasil dari uji statistik yang bisa dipertanggungjawabkan. Supatman (2010) melakukan penelitian dengan judul Identifikasi Citra Tulisan Tangan Dengan Metode Alihragam Gelombang Singkat Untuk Memprediksi Kematangan Emosional. Dalam penelitian ini membahas penggunaan metode alihragam gelombang singkat sebagai pre-processing citra yaitu dengan dekomposisi citra 2D maka dihasilkan citra akhir dan divectorkan sebagai feature vector. Feature vector selanjutnya dijadikan vector masukan Learning Vector Quantization untuk memprediksi kematangan citra tes dari tulisan tangan yang baru. Dengan data 71 (24 data pelatihan dan 47 data uji) perangkat lunak (algoritma) mampu mendeteksi data uji dengan kategori kematangan emosional baik dan kurang secara berurutan 100% dan 42.85% dengan rata-rata kemampuan deteksi dari data pengujian mencapai 71.42%. Parametasari, Adiwijaya dan Atmaja (2012) dalam Pengenalan Huruf Alfabet Tulisan Tangan Mengunakan Modified Direction Feature dan Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation. Pada sistem ini akan dilakukan tiga tahap, yaitu preprocessing. Ekstraksi ciri dengan Modified Direction Feature yang mengkombinasikan ciri arah dan informasi struktur yang ada pada karakter, serta klasifikasi dengan jaringan saraf tiruan Backpropagation yang dapat memecahkan masalah pengenalan pola dengan meminimalkan 3 nilai kesalahan yang 4 dilakukan pada saat proses pelatihan. Pada tugas akhir ini akan dilakukan pengujian dan analisis terhadap parameter-parameter yang mempengaruhi tingkat ketelitian atau akurasi sistem. Sistem pengenalan huruf alfabet dengan menggunakan Modified Direction Feature dan jaringan saraf tiruan Backpropagation menghasilkan kesimpulan bahwa kedua metode ini dapat digunakan untuk mengenali huruf alfabet tulisan tangan. Tingkat akurasi dalam penelitian pengenalan huruf alfabet ini dipengaruhi oleh ukuran normalisasi citra, jumlah transisi, jumlah neuron pada hidden layer, nilai learning rate, nilai epoch, nilai goal, dan jumlah hidden layer. Akurasi sistem pengenalan yang dihasilkan pada data latih sebesar 98,9011 % untuk huruf besar dan 91,7582 % untuk huruf kecil, sedangkan akurasi pada data uji sebesar 58,9744 % untuk huruf besar dan 59,4017 % untuk huruf kecil. Kanta (2013) dalam penelitian dengan judul Pengenalan Pola Huruf Hijaiyah Tulisan Tangan Menggunakan Logika Fuzzy dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation. Metode pengenalan yang diangkat dalam tugas akhir ini adalah dengan menggunakan logika fuzzy dimana sebuah huruf dibagi menjadi beberapa bagian yang disebut segmen untuk menemukan parameter titik awal, titik ujung dan titik percabangan. Sedangkan untuk proses klasifikasi menggunakan metode jaringan syaraf tiruan propagasi balik (backpropagation). Dalam penelitian kali ini bisa disimpulkan bahwa gabungan antara logika fuzzy dengan jaringan syaraf tiruan backpropagation dapat melakukan pengenalan huruf hijaiyah dengan recognition rate sebesar 69%. Pengenalan tersebut didapat dengan membuat beberapa parameter untuk menentukan ciri dari masin–masing huruf tersebut sehingga mempunyai ciri identik untuk membedakan antar huruf. Adeney dan Korenberg (2000) dengan judul “Target Adaptation to Improve the Performance of Least-Squared Classifiers”, Queen’s University, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sebuah metode untuk memilih target yang sedemikian rupa sehingga mengurangi efek yang tidak diinginkan dari kriteria jumlah error kuadrat. Teknik yang diusulkan dapat digunakan dengan metode kuadrat terkecil atau metode uji kuadrat terkecil dan mendemonstrasikan penggunaannya dengan pengklasifikasian kuadrat linier terkecil, dan memberikan batasan pada jumlah 5 iterasi yang diperlukan untuk kasus khusus kelas yang dapat dipisahkan secara linier. Sulaeman, Harsani dan Qur’ania (2016) dalam Identifikasi Karakter Manusia Melalui Tulisan Tangan Dengan Mengunakan Metode Analisis Texture dan Median Filter Berbasis Web. Sifat dan watak seseorang dapat diketahui dari cara seseorang berjalan raut wajah dan tulisan tangan, karena manusia memiliki sifat dan karakter yang unik. Psikolog (ahli jiwa atau psikiater) dengan keahliannya dapat membuat kesimpulan karakter dan kemampuan orang berdasarkan tulisan tangan, ilmu grafologi tidak dapat digunakan sebagai sarana memberikan gambaran masa depan seseorang (ramalan), tetapi dapat digunakan untuk mengetahui karakter dan watak seseorang dari tulisan tangan. Tujuan dari penelitian identifikasi karakter manusia melalui tulisan tangan adalah untuk mengetahui karakter seseorang berdasarkan ilmu grafologi, menggunakan metode analisis tekstur untuk mengetahuai nilai ekstraksi ciri dari citra tulisan tangan, serta memperbaiki dan mengambil nilai tengah pada citra tulisan tangan menggunakan metode median filter, proses identifikasi karakter menggunakan metode jarak Euclidean. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Grafologi Grafologi diambil dari kata graphos (coretan) dan logos (ilmu). Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa grafologi merupakan sebuah cabang ilmu yang mempelajari sebuah coretan tangan. Tulisan tangan bukan berarti selalu huruf saja yang dapat dianalisis, namun sebuah coretan-coretan tangan juga dapat memiliki arti tersendiri. Beberapa ahli juga memberikan pengertian mengenai grafologi, “Graphology is the study and analysis of handwriting especially in relation to human psychology”. (Grafologi adalah salah satu studi dan analisis mengenai tulisan tangan terutama yang berhubungan dengan psikis manusia). Ilmu grafologi ini dapat menginterprestasi karakter seseorang melalui analisis dan pengamatan tulisan tangan yang dihasilkan. Setiap individu memiliki tulisan tangan yang unik. Melalui tulisan tersebut dapat menilai karakter kepribadian yang dimilikinya. 6 Grafologi atau analisis tulisan tangan dapat membantu seseorang untuk memahami dirinya sendiri dan orang lain. Grafologi tidak dapat memberikan gambaran mengenai masa depan, namun dapat memberikan sedikit gambaran mengenai cara seseorang memandang diri dan masa depannya, grafologi juga tidak dapat mengidetifikasikan usia, jenis kelamin dan ras. Menurut (Moorey, 2008) bahwa rangsangan yang kecil dari otak seseorang menyebabkan tulisan tangan setiap orang memiliki khas. Jadi, semua faktor dari tulisan tangan seseorang datang dari karakter (pembawaan) dan otak. Memang pada dasarnya, tulisan tangan itu bukan hasil karya tangan semata. Ada juga yang menyatakan bahwa tulisan tangan seharusnya disebut dengan tulisan otak. Sebab perintah gerak yang membuat tulisan berasal dari otak, bukan dari tangan seseorang. Dari pengertian di atas grafologi dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk membaca karakter dan sifat seseorang melalui tulisan tangan. Sebenarnya grafologi merupakan Cabang Ilmu Psikologi dalam mata kuliah psikografik atau psikodiagnosik yang dikembangkan oleh Ludwig Klages. Selain itu, grafologi juga didasarkan pada ilmu kedokteran yang dikembangkan oleh R. Rophal dari Universitas Hamburg Jerman. Ada dua metode untuk menilai karakter dan kepribadian lewat ilmu ini, yakni teknik Jerman dan teknik Perancis. Metode atau teknik Jerman adalah dengan cara melihat secara keseluruhan tulisan seseorang. Sedangkan pada teknik Perancis cenderung menganalisa per huruf lalu digabungkan. Semua teks tersebut di atas pada dasarnya sama. Mereka berawal dari gerakan-gerakan psikomotorik yang dilakukan seseorang. Gerakan tersebut dipengaruhi oleh proses-proses psikis maupun otak seseorang. Oleh karena itu, apapun bentuk teks tulisannya, grafologi memiliki peranan untuk menganalisis dari beberapa bentuk yang bisa dilihat. Sedikitnya ada enam hal yang bisa digunakan dalam metode membaca kepribadian seseorang melalui tulisan tangannya. Uraian grafologi secara garis besar dapat dilihat dari besar kecilnya tulisan, gaya tulisan, kemiringan tulisan, sepasi atau jarak antar kata antar huruf antar baris, ukuran 7 tulisan, tekanan tulisan. Adapun secara rinci membaca tulisan seseorang adalah sebagai berikut: 2.2.1.1 Besar Kecilnya Tulisan Dilihat dari sudut pandang besar kecilnya tulisan terdapat empat kriteria penting yaitu: kecil, sedang, besar, dan sangat besar. a. Tulisan yang berukuran kecil menunjukkan sifat pendiam, sering menyendiri tapi punya otak yang cemerlang dan pikirannya selalu ilmiah. Orang dengan tulisan seperti ini nalarnya logis. Tulisan tangan yang ditulis kecil-kecil tapi jelas mudah untuk dibaca menunjukkan penulisnya pandai, juga punya konsentrasi kuat, walau sayang tipe ini kadang suka sekali menonjolkan keilmuannya. Sedangkan jika tulisan tangan kecil dan susah membacanya berarti sang penulis adalah orang bertipe mandiri dalam hidupnya. b. Tulisan tangan sedang, mengandung makna bahwa penulisannya adalah orang yang sangat terpaku kepada tradisi kuno, atau hal-hal yang bersifat formal. Tipe ini sangat jitu dalam penggunaan logika untuk dasar referensi keputusan-keputusannya. c. Jenis tulisan tangan yang besar menunjukkan besarnya ambisi seseorang namun murah hati dan selalu ingin dihargai oleh orang lain. d. Sedangkan untuk jenis tulisan tangan yang sangat besar menunjukkan bahwa penulisnya sangat hati-hati dalam segala hal, gemar membuat perhatian bagi sekelilingnya, banyak over aktingnya dalam mencari perhatian, ingin selalu tampil di depan, gemar berpetualang kemana-mana, mengikuti panggilan jiwanya. 2.2.1.2 Gaya Tulisan Dalam spesifikasi gaya tulisan ini terbagi ke dalam lima sub. Masingmasing, adalah: a. Gaya sambung biasa Orang yang punya model tulisan seperti ini biasanya senang memberi respon pada setiap masalah, bisa menerima ide dari orang lain, mudah 8 bergaul dan disenangi teman. Baginya berbakat untuk menjadi seorang pemimpin. b. Gaya sambung berbentuk petak Mengandung arti penulisnya mudah dipengaruhi, selalu menilai enteng setiap persoalan, hingga tindakannya kadang-kadang terkesan sembrono, dan tanpa pemikiran matang. c. Gaya sambung berliku Tulisan yang banyak luka-likunya, mengandung makna bahwa penulisnya sangat formil, hati-hati dan sering menonjolkan status, namun umumnya sifat mereka pendiam, gemar menyendiri dan biasanya banyak memiliki keahlian atau bakat. d. Gaya lurus dan lancip Seseorang dengan model tulisan tangan yang demikian menunjukkan orang agresif, sangat tekun mengerjakan sesuatu, walau terkadang enggan berkompromi dengan orang lain. Bila lancipnya pada huruf awal saja maka pertanda dirinya orang yang banyak mengalami konflik psikologis, sehingga kadang bersikap agresif. e. Gaya campuran Bentuk tulisan bersambung yang tidak karuan menuliskan cepat, dan kadang sukar membacanya hal ini mengandung arti bahwa penulisnya adalah orang yang biasa berpikir cepat, kreatif tapi paling tersinggung kalau dikritik. Bahkan, bila tidak sesuai dengan kehendaknya jangan harap orang bisa mendapatkan bantuannya atau memberi pertolongan. 2.2.1.3 Kemiringan Tulisan Bentuk kemiringan tulisan tangan, apakah itu miring ke kiri atau ke kanan, atau tegak lurus. Mereka yang tulisannya cenderung miring ke kiri menunjukkan penulisnya punya sikap tertutup (introvert). Segala sesuatunya diukur menurut penilainnya sendiri atau menurut ukuran masa lampau. Disamping mempunyai sikap konservatif, orang dengan tipe tulisan ini sangat individualis. 9 Jenis tulisan miring ke kanan, menandakan orang yang ramah, aktif dan bersikap terbuka (extrovert), berani menghadapi tantangan baru. Begitu pula dalam melakukan pekerjaan, kata hatinya merupakan kekuatan penting, tapi dalam hal yang kurang dikuasainya lebih banyak untuk menanyakan kepada ahlinya. Tulisan tangan yang bentuknya tegak mengandung arti bahwa penulisnya adalah tipe orang yang tidak suka banyak diatur orang lain. Baginya adalah miliknya sendiri (selfish), kebebasan menjadi hobinya dalam mengerjakan sesuatu, namun kontrol diri tidak pernah lepas dalam memilah dan memilih hal yang dianggapnya positif. 2.2.1.4 Spasi atau Jarak Antar kata, Huruf atau Baris Sebuah tulisan dengan spasi (jarak) yang ideal (sekitar 2 sampai dengan 3 huruf) mencerminkan hubungan timbal balik yang sehat dan berimbang antara penulis dengan orang-orang di sekelilingnya. Selain itu, tulisan dengan jarak penulisan atau spasi yang ideal juga mencerminkan seorang penulis yang nyaman dengan dirinya sendiri, spontan, dan sehat secara emosional dan mental. Jarak tulisan, baik itu antar huruf, kata, ataupun baris yang melebihi 2-3 huruf bisa mencerminkan dua hal, penundaan ataupun ketidaknyamanan. Penundaan yang dimaksud di sini adalah penundaan seseorang sedang berpikir, menimbang, memilih, dan memilah kata yang tepat. Pengambilan keputusan untuk memilih kata yang tepat yaitu menandakan penulis itu ragu atau mungkin bingung untuk membubuhkan suatu kata. Keraguan dalam menulis bisa muncul karena penulis ingin menutupi fakta yang sebenarnya atau takut sesuatu akan menimpanya. Jarak antar huruf atau spasi yang konsisten dan normal (lebar spasi berkisar antara 1-3 huruf) menjadikan seseorang bahagia, stabil secara emosional, dan sehat secara mental. Jarak tulisan antar huruf, kata, atau baris yang terlalu dekat mencerminkan adanya masalah di dalam diri penulisnya. Antar huruf yang sangat sempit dan huruf nampak berhimpit-himpitan, kemungkinan besar orang tersebut sedang merasa tertekan dan tegang. Penulisan dengan gaya ini menunjukkan seseorang yang sedang mengalami pergolakan batin luar biasa. 10 2.2.1.5 Ukuran Tulisan Setiap manusia mempunyai tulisan tangan dengan ukuran yang sangat bervariasi. Tidak bisa memberikan patokan bahwa tulisan normal itu berukuran sekitar 8-9 mm. Berbeda dengan tulisan cetak (misalkan dengan Microsoft Word di mana bisa mengatur ukuran hurufnya) karena memang manusia berbeda-beda. Tulisan disebut terlalu besar atau terlalu kecil hanya apabila dibandingkan dengan: (1) Luasan kertas yang dipergunakan dan (2) Tulisan lainnya di dalam kertas yang sama. Antara lain: a. Tulisan ukuran ideal, ukuran tulisan ideal ini berkaitan dengan harga diri, kepercayaan diri, dan kecercedasan sosialnya. Orang yang menulis dengan huruf-huruf yang berukuran ideal dan proporsional dengan luasan kertas yang dipergunakan adalah orang yang nyaman dengan dirinya (self esteemnya lebih sehat), serta dengan kehidupan sosialnya (dibandingkan orang yang menulis dengan menggunakan ukuran besar atau kecil). b. Tulisan ukuran besar seseorang dengan tulisan yang berukuran besar akan lebih bersikap extrovert, menjangkau dan tertarik ke dunia luar, serta tidak terlalu menyukai detail. Penulisnya suka menjadi perhatian dan merasa harus selalu diperhatikan. Tulisan berukuran besar bisa juga menunjukan perilaku boros. Penulis ini tidak mempunyai kendali yang bagus pada dirinya dan pada keinginannya seseorang jenis tipe ini akan selalu menghambur-hamburkan apa yang menjadi keinginannya. c. Tulisan ukuran kecil adalah ciri khas dari orang yang mempunyai kepribadian tertutup (introvert). Ketertarikannya pada urusan orang lain, jauh lebih kecil dibandingkan dengan ketertarikannya pada apa yang terjadi pada dirinya sendiri. d. Tulisan ukuran super kecil menunjukkan adanya perasaan introvert yang ekstrem dan tidak mengherankan apabila menemukan penulisnya mengasingkan diri dari dunia sekelilingnya. Ketelitian yang luar biasa juga menjadi ciri dari penulis dengan huruf berukuran super kecil ini. 11 2.2.1.6 Tekanan Tulisan Umumnya orang menulis dengan tekanan sedang, tetapi ada saja orang yang menulis dengan tekanan yang berat, super berat (sampai tembus dibalik kertas), atau ringan, maupun tekanan yang tidak konsisten (percampuran antara berbagai tekanan). Antara lain: a. Tekanan medium kalimat yang ditulis dengan huruf dan kata yang bertekanan medium biasanya ditulis dengan lembut, sedikit menekan pada kertas, dan cukup membuat tulisan terbaca dengan bagus dan nyaman. Seseorang yang menulis dengan tekanan medium, menulis menggunakan perasaan bahagia, nyaman, dan damai. Penulis ini mampu mengelola emosinya dengan baik dan tidak memendam kemarahan. b. Tekanan berat tulisan dengan tekanan yang berat umumnya ditulis oleh orang-orang yang (saat menulis) sedang menggunakan dan menyertakan seluruh perasaannya. Saat itu seluruh perasaannya tertuang pada setiap goresan hurufnya. Seseorang dengan jenis tipe ini, yang setiap saat menulis dengan tekanan berat menunjukkan bahwa penulis tersebut mempunyai kemauan kuat untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, orang yang tegas, sering menonjolkan diri, mudah marah, serta suka memaksakan kehendak orang lain, mempunyai sifat iri dengki, dan punya cita rasa yang bervariasi. Lifetraps yang mungkin dialami adalah entitlement. c. Tekanan super berat, menemukan penulis seperti ini sangat mudah, raba saja permukaan dan balik kertas yang berisi tulisan tangan kasar atau bahkan super kasar. Penulisnya ini mungkin dalam kondisi frustasi berat dan marah luar biasa. Meski tekanan adalah tanda-tanda yang tidak tetap, namun munculnya kemarahan dan frustrasi ke permukaan menunjukkan ketidakmampuan penulis untuk mengelola emosinya. d. Tekanan ringan tekanan tulisan yang ringan berarti beberapa hal: cenderung menunggu, tenang lebih mengarah ke spiritualitas dibanding sikap agresif dan mau menang sendiri. orang yang menulis dengan tekanan tulisan konsisten ringan, cenderung menyukai satu hal misalnya warna kuning saja. 12 Umumnya seseorang ini yang mempunyai tulisan seperti ini bersifat melankolis. e. Tekanan tidak merata, tulisan dengan tekanan tidak merata biasanya ditulis oleh orang yang sedang dalam keadaan cemas ataupun gelisah. Tekanan tidak merata bisa ditemui pada sebuah huruf, maupun pada berbagai huruf di dalam kata ataupun kalimat. 2.2.2 Citra Digital Pengolahan citra digital menunjuk pada pemrosesan gambar 2 dimensi menggunakan komputer (Putra, 2010). Dalam konteks yang lebih luas, pengolahan citra digital mengacu pada pemrosesan setiap data 2 dimensi. Citra digital merupakan sebuah larik (array) yang berisi nilai-nilai real maupun kompleks yang direpresentasikan dengan deretan bit tertentu. Suatu citra dapat didefinisikan sebagai fungsi f(x,y) berukuran M baris dan N kolom, dengan x dan y adalah koordinat spasial, dan amplitudo f di titik koordinat (x,y) dinamakan intensitas atau tingkat keabuan dari citra pada titik tersebut. Apabila nilai x,y dan nilai amplitudo f secara keseluruhan berhingga (finite) dan bernilai diskrit maka dapat dikatakan bahwa citra tersebut adalah citra digital. Agar dapat diolah dengan dengan komputer digital, maka suatu citra harus direpresentasikan secara numerik dengan nilai-nilai diskrit. Representasi citra dari fungsi malar (kontinu) menjadi nilai-nilai diskrit disebut digitalisasi (Munir, 2004). Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam pembentukan citra digital yaitu akuisisi citra, sampling dan kuantisasi. Tahapan pertama yaitu proses akuisisi citra adalah pemetaan suatu pandangan (scene) menjadi citra kontinu dengan menggunakan sensor. Ada beberapa macam sensor untuk akuisisi citra, yaitu sensor tunggal, sensor garis dan sensor larik. Tahap selanjutnya setelah menjadi citra kontinu yaitu proses sampling, yang merupakan proses untuk menentukan warna pada piksel tertentu pada citra dari sebuah gambar yang kontinu. Pada proses sampling biasanya dicari warna ratarata dari gambar analog yang kemudian dibulatkan. Proses sampling sering juga disebut proses digitisasi. Kemudian tahap terakhir adalah proses kuantisasi,yang 13 merupakan perubahan nilai amplitudo kontinu menjadi nilai baru yang berupa nilai diskrit. Nilai amplitudo yang dikuantisasi adalah nilai-nilai pada koordinat diskrit hasil proses sampling. Citra digital berbentuk matriks dengan ukuran MxN yang tersusun seperti pada Persamaan 2.1. f(x,y) = ………………………………………………………………(2.1) Suatu citra f(x,y) dalam fungsi matematis dapat dituliskan pada Persamaan 2.2, 2.3, 2.4. 0≤x≤M-1 ……………………………………………………………..(2.2) 0≤y≤N-1 ……………………………………………………………...(2.3) 0≤f(x,y)≤G-1 …………………………………………………………(2.4) Dimana: M = banyaknya baris pada array citra N = banyaknya kolom pada array citra G = banyaknya skala keabuan (grayscale) F = derajat intensitas piksel Macam-macam citra digital: 1) Citra biner Citra biner adalah citra yang hanya memiliki dua buah piksel yaitu hitam yang bernilai 0 dan putih yang bernilai 1. Oleh karena itu setiap piksel pada citra biner direpresentasikan dengan 1 bit. 2) Citra grayscale Citra grayscale adalah citra yang piksel-pikselnya berada diantara 0 (hitam) dan 255 (putih). 3) Citra warna 14 Citra warna merupakan citra yang setiap pikselnya mewakili warna yang merupakan kombinasi dari tiga warna dasar yaitu merah, hijau dan biru. Setiap warna dasar menggunakan penyimpanan 8 bit (1 byte). 2.2.3 Segmentasi Segmentasi citra merupakan proses yang ditujukan untuk mendapatkan objek-objek yang terkandung di dalam citra atau membagi citra ke dalam beberapa daerah dengan setiap objek atau daerah memiliki kemiripan atribut. Teknik segmentasi citra didasarkan pada dua properti dasar nilai aras keabuan: ketidaksinambungan dan kesamaan antarpiksel. Pada bentuk yang pertama, pemisahan citra didasarkan pada perubahan mendadak pada aras keabuan. Contoh yang menggunakan pendekatan seperti itu adalah detektor garis dan detektor tepi pada citra. Berdasarkan teknik yang digunakan, segmentasi dapat dibagi menjadi empat kategori berikut (Rangayyan, 2005): teknik peng-ambangan dwi-aras; metode berbasis batas; metode berbasis area; metode hibrid yang mengombinasikan kriteria batas dan area. 2.2.3.1 Peng-ambangan Dwi-Aras Segmentasi yang paling sederhana dilaksanakan dengan menggunakan ambang intensitas. Nilai yang lebih kecil daripada nilai ambang diperlakukan sebagai area pertama dan yang lebih besar daripada atau sama dengan nilai ambang dikelompokkan sebagai area yang kedua. Dalam hal ini, salah satu area tersebut berkedudukan sebagai latar belakang. Cara seperti itulah yang disebut pengambangan dwi-aras (bi-level thresholding) atau terkadang dinamakan pengambangan intensitas. Secara matematis, hal itu dinyatakan dengan Persamaan 2.5. …………………………………...(2.5) 15 Pada rumus di atas, T menyatakan ambang intensitas. Dalam praktik, nilai 1 atau 0 pada Persamaan 2.5 dapat dipertukarkan. Peng-ambangan intensitas biasa digunakan untuk memisahkan tulisan hitam yang berada di atas secarik kertas putih. Namun, perlu diketahui, pengambangan ini mempunyai kelemahan, yaitu: 1) tidak memperlihatkan hubungan spasial antarpiksel; 2) sensitif terhadap pencahayaan yang tidak seragam; 3) hanya berlaku untuk keadaan yang ideal (misalnya, latarbelakang hitam dan objek berwarna putih). 2.2.4 Morfologi Operasi morfologi merupakan operasi yang umum dikenakan pada citra biner (hitam-putih) untuk mengubah struktur bentuk objek yang terkandung dalam citra. Sebagai contoh, lubang pada daun dapat ditutup melalui operasi morfologi. Beberapa contoh lain aplikasi morfologi adalah sebagai berikut. Membentuk filter spasial. Memperoleh skeleton (rangka) objek. Menentukan letak objek di dalam citra. Memperoleh bentuk struktur objek. Inti operasi morfologi melibatkan dua larik piksel. Larik pertama berupa citra yang akan dikenai operasi morfologi, sedangkan larik kedua dinamakan sebagai kernel atau structuring element. Contoh kernel ditunjukkan pada Gambar 2.1. Pada contoh tersebut, piksel pusat (biasa diberi nama hotspot) ditandai dengan warna abu-abu. Piksel pusat ini yang menjadi pusat dalam melakukan operasi terhadap citra, sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 2.2. 16 Gambar 2. 1 Contoh beberapa kernel Gambar 2. 2 Operasi kernel terhadap citra 2.2.4.1 Operasi Erosi Operasi erosi mempunyai efek memperkecil struktur citra. Operasi ini dirumuskan seperti berikut (Gonzalez & Woods, 2002) Persamaan 2.6. ……………………………………………………..(2.6) Adapun Burger & Burge (2008) mendefinisikan erosi sebagai Persamaan 2.7. 17 A B = {p ϵ Z² | (a+b) ϵ I, untuk setiap b ϵ B}……………………………….(2.7) Makna yang tersirat pada Persamaan 2.6 dan 2.7 sebenarnya sama. Berdasarkan Persamaan 2.7, posisi p terdapat pada A B jika seluruh nilai 1 di B terkandung di posisi p tersebut. Implementasi fungsi erosi berikut didasarkan makna di atas. Contoh penggunaan fungsi erosi dapat dilihat berikut ini. >> F = [ 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0]; >> H = [0 1 0 0 1 0 0 1 0]; >> G = erosi(F, H) G= 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Gambar 2.3 berikut memperlihatkan bentuk visual untuk operasi erosi. 18 Gambar 2. 3 Contoh visualisasi operasi erosi 2.2.5 Luas Menghitung luas suatu objek adalah dengan cara menghitung jumlah piksel pada objek tersebut. 2.2.6 Pusat Masa Pusat massa atau titik center (centroid) lazim ditemukan dengan menggunakan nilai rerata koordinat setiap piksel yang menyusun objek. Pusat massa banyak digunakan untuk memperoleh fitur lebih lanjut. Beberapa contoh dapat dilihat di bawah ini. Pusat massa untuk memperoleh fitur disperse. Menghitung jarak terpanjang antara pusat massa dan titik dalam kontur (Dmax). Menghitung jarak terpendek antara pusat massa dan titik dalam kontur (Dmin). Menghitung jarak rata-rata antara pusat massa dan titik dalam kontur (Dmean). Histogram jarak antara pusat massa dan titik dalam kontur. 19 2.2.7 Kotak Pembatas Kotak pembatas (bounding) adalah kotak terkecil yang dapat melingkupi sebuah objek. Kotak pembatas dibedakan menjadi dua buah yaitu : kotak pembatas yang berorientasi citra dan kotak pembatas yang berorientasi pada objek (Pratt, 2001). Perbedaan kedua kotak pembatas ditunjukkan pada Gambar 2.4. Gambar 2. 4 Contoh gambar kotak pembatas Kotak pembatas berorientasi citra milik suatu area R dapat dinyatakan dengan Persamaan 2.8. kotak pembatas (R) = {ymin, ymax, xmin, xmax}……………………………..…..(2.8) Dalam hal ini, ymin menyatakan Y terkecil, ymax menyatakan Y terbesar, xmin menyatakan X terkecil, dan xmax menyatakan X terbesar. Adapun tinggi dan lebar kotak berupa Persamaan 2.9. Tinggi = Ymax – Ymin, Lebar = Xmax - Xmin ……………………….(2.9) Pada kotak pembatas berorientasi objek, perhitungan tinggi dan lebar kotak diawali dengan pencarian . Hal ini dilakukan dengan menggunakan rumus 2.10. ………………………………..…….(2.10) 20 dengan adalah momen pusat. Setelah orientasi diperoleh, piksel-piksel kontur objek dihitung dengan menggunakan transformasi Persamaan 2.11. …………(2.11) Dalam hal ini, mewakili absis dan mewakili ordinat. Lalu, min, max, min, dan min dapat diperoleh dari semua nilai dan . Setelah itu, tinggi dan lebar kotak dihitung melalui Persamaan 2.12. ……………………..(2.12) 2.2.8 Least Square Classifier (LS Classifier) Least Square Classifier (LS Classifier) adalah sebuah metode klasifikasi yang mengestimasi vektor parameter w dan mengambil classifier linear yang terbaik berdasarkan vektor parameter w. Pada classifier ini tidak diperlukan asumsi sebaran data yang linear separable. Disebut juga sebagai classifier LS (Least Square), yang mengestimasi classifier linear yang terbaik dimana ‘terbaik’ mengacu ke w yang meminimalkan harga Persamaan 2.13. ………………………………………...(2.13) Dimana yi adalah label kelas untuk xi, I = 1, 2, 3, …, N dan N adalah jumlah data pelatihan yang digunakan. Dengan mendefinisikan Persamaan 2.14. ………………………………………(2.14) Maka estimasi LS diberilan oleh persamaan 2.15. ..…..(2.15)