kesehatan

advertisement
Siesta
A8
kesehatan
REPUBLIKA ● AHAD, 27 FEBRUARI 2011
konsultasi
Prof dr Zubairi Djoerban SpPD KHOM
Menyikapi Hasil Pemeriksaan
Kolesterol
Dokter Zubairi Yth,
Assalamualaikum wr wb,
Baru-baru ini kami sekeluarga melakukan checkup rutin. Hasil laboratorium menunjukkan kadar
kolesterol saya (38 tahun) dan kedua adik saya
(30 dan 28 tahun) normal, tapi kadar HDL kurang
dari normal dan LDL lebih dari normal.
Kadar trigliserida normal. Hasil lab kami sbb. :
- Kolesterol total 186, HDL 54, LDL Direk 117
- Kolesterol total 163, HDL 45, LDL Direk 110
- Kolesterol total 191, HDL 42, LDL direk 138
Setahu saya HDL adalah kolesterol baik dan LDL
adalah kolesterol jahat.
Bagaimana tindak lanjut dari hasil seperti ini
karena setahu saya jika kadar kolesterol-jahat
meningkat itu berisiko untuk terkena sakit jantung
dan stroke, sementara kadar LDL kami semuanya di
atas nilai rujukan. Haruskah hasil ini ditindaklanjuti
dengan tindakan tertentu atau pemberian obat?
Sita, Bandung
Kok Bisa
Cacingan, Ya?
Masalah kebersihan diri anak
masih jadi kendala.
B
illy tinggal di perumahan
menengah di Bekasi. Sang
ibu tak habis pikir, mengapa anaknya bisa cacingan. ‘’Dia kan nggak main
tanah seperti di kampung,’’ katanya, heran,
mendengar diagnosis dokter tentang anak
sulungnya yang berumur lima tahun itu.
Sudah sebulan lebih murid TK yang
biasanya lasak itu berubah. Ia menjadi
lemas dan banyak mengantuk. Sampai
akhirnya dokter menyibak teka-teki
kondisinya.
Dokter memberi sebuah saran sederhana: Billy harus rajin mencuci
tangan, menggosok bersih sampai
ke kuku, terutama setelah memeluk-meluk kucing.
Penyakit cacingan sering dianggap sebagai penyakit yang
sepele oleh sebagian besar kalangan masyarakat. Padahal
penyakit ini bisa menurunkan
tingkat kesehatan anak. Di
antaranya, menyebabkan anemia,
IQ menurun, lemas tak bergairah,
mengantuk, malas beraktivitas serta
berat badan rendah.
Gejala penyakit cacingan pun akan
sulit dideteksi, jika jumlah cacing yang
bersarang dalam tubuh masih sedikit.
Seberapa banyak koloni cacing hingga
bisa terdeteksi? Cacing gelang, misalnya,
bersarang dalam tubuh dengan jumlah
telur infektif 100 sampai 200 ribu per hari
Cacing itu bisa menginfeksi sampai ke
jaringan otak, kalau
dibiarkan dalam
jangka waktu panjang, bisa menimbulkan kematian.
Dr H Hindra Irawan
Satari SpA(K)
Dokter anak dari RSCM
Kekebalan belum matang
Menurut dokter anak ahli penyakit
tropis dari RSCM Dr H Hindra Irawan
Satari SpA(K), cacingan terjadi karena
adanya infeksi cacing sebagai parasit.
Parasit ini menempel pada tubuh inang
(organ manusia) dan menyerap nutrisi
yang ada, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan.
Penyakit cacingan dapat timbul akibat
menelan makanan yang tercemar telur
atau larva cacing. Penyebaran telur dan
larva cacing beragam, tergantung jenisnya.
Bagaimana telur atau larva cacing bisa
sampai masuk ke kulit? Itu terjadi bila
ada persentuhan dengan lantai atau tanah
yang tercemar kotoran. Larva atau telur
cacing masuk melalui pori-pori kulit.
Larvacacing pun dapat disebarkan oleh
lalat yang hinggap pada makanan atau
tubuh. Selain itu, larva cacing juga dapat
tersebar melalui pakaian, alat makan,
hingga hewan peliharaan.
Jenis cacing yang dapat menimbulkan
penyakit cacingan di antaranya cacing
pita, cacing kremi, cacing gelang, cacing
cambuk, dan cacing tambang. Cacing
gelang dan cacing kremi hanya menginfeksi manusia, sedangkan jenis cacing
lainnya dapat pula menginfeksi hewan
peliharaan. Jenis cacing yang kerap
menyebabkan cacingan pada manusia
adalah cacing gelang.
Cacingan kerap diderita anak-anak
karena mereka memiliki daya tahan tubuh
yang belum terlalu kuat, juga kesadaran
terhadap kebersihan yang masih minim.
‘’Anak itu dalam proses tumbuh dan
berkembang, sistem kekebalan anak baru
matang dalam usia lima tahun. Tentu
dalam umur yang rentan seperti itu risiko
terkena cacingan lebih tinggi,’’ jelas
Hindra.
Namun, bukan berarti orang dewasa
tidak berpeluang terjangkit cacingan.
Hindra mengungkapkan orang dewasa
berpeluang mengidap penyakit cacingan,
hanya kemungkinannya lebih kecil
dibandingkan anak-anak. Orang yang
terkena cacingan biasanya berada di
daerah rawan cacing seperti sungai dan
daerah lembab. ‘’Orang dewasa yang
terkena penyakit cacing biasanya berada
atau beraktivitas di kawasan yang rawan
cacing seperti sungai,’’ tuturnya.
Cacingan juga tidak bisa dianggap
sepele. cacingan dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia. Penderita
cacingan akan mengalami kurang gizi,
anemia, keluhan saluran pencernaan,
penurunan daya tahan tubuh, dan penurunan kemampuan belajar pada anak.
Bahkan pada kasus infeksi lanjutan,
cacingan dapat menimbulkan kematian.
‘’Cacing itu bisa menginfeksi sampai ke
jaringan otak, kalau dibiarkan dalam
jangka waktu panjang, bisa menimbulkan
kematian,’’ lanjut Hindra.
Pencegahan
Kebersihan diri dan sanitasi adalah
kunci untuk mencegah timbulnya cacingan. Cara pencegahan terhadap
penyakit cacingan (terutama pada anak)
dapat dilakukan dengan berbagai cara,
CUCI TANGAN
PRAYOGI
Kebersihan diri dan sanitasi adalah kunci
untuk mencegah timbulnya cacingan. Cuci
tangan dengan sabun sebelum mengonsumsi
makanan adalah salah satu cara yang tak
boleh diabaikan.
seperti: menjaga kebersihan lingkungan;
menjaga kebersihan diri, seperti kuku dan
tangan; mencuci tangan dengan sabun
sebelum menyentuh dan mengonsumsi
makanan; menjaga kebersihan makanan
dan minuman; memasak daging dan
sayuran sampai benar-benar matang
sebelum dikonsumsi; menggunakan alas
kaki saat beraktivitas; memeriksa kadar
layak konsumsi pada air; dan rutin mengonsumsi obat cacing dalam jangka waktu
tertentu.
Selain upaya pencegahan. cara menanggulangi cacingan dapat dilakukan dengan
konsumsi obat yang mempunyai efek
sebagai antiparasit. Terdapat dua jenis
obat yang biasa digunakan yaitu pyrantel
pamoat dan mebendazole.
Kedua jenis obat ini menurut Hindra
dapat menanggulangi penyakit cacingan
yang kebanyakan diderita masyarakat.
Namun, pada jenis-jenis tertentu, cacingan tidak dapat diobati dengan pyrantel
pamoat dan mebendazole. ‘’Dua jenis obat
itu memang dapat mengobati cacingan,
tapi tidak semua jenis cacing, tapi kebanyakan sih bisa,’’ tegasnya.
Selain obat kimia, terdapat beberapa
obat herbal yang digunakan sebagai obat
cacingan, seperti nanas, biji pepaya, dan
wortel. Ketiga jenis tanaman ini dipercaya
mengandung zat antiparasit. Hindra pun
membenarkan jika selama ini obat-obat
herbal tersebut dipercaya mampu mengobati cacingan. Namun, ia menyatakan
khasiat ketiga obat herbal ini belum teruji
secara klinis. ‘’Yang selama ini dilakukan
adalah randomize clinical trial, kalau ada
perubahan signifikan pada pengidap setelah diberi obat-obat itu, berarti memang
efektif.’’ lengkapnya.
Pendidikan dan penerapan gaya hidup
yang bersih dan sehat perlu ditanamkan
pada anak sejak dini. Cacingan kerap terjadi karena habit masyarakat yang kurang
peduli pola hidup bersih. ‘’Ya kalau baru
ditanamkan sekarang ini pada anak,
sudah keburu bebal,’’ ungkap Hindra.
Hal ini memang menjadi masalah di
kebanyakan masyarakat negara tropis.
Hindra melanjutkan, cacingan sebenarnya
tidak akan menjadi masalah yang berarti
jika masyarakat sadar akan pola hidup
bersih. ‘’Sebenarnya cacingan ini penyakit
yang bisa dieliminasi dengan pola hidup
yang bersih, tapi karena habit masyarakat
yang kurang sadar kebersihan, penyakit
ini menjadi sedemikian kompleks,’’ tambah Hindra. n mg17 ed: nina chairani
Mewaspadai ‘Peternakan’ Cacing dalam Tubuh
Terkadang sulit mendeteksi keberadaan cacing dalam tubuh. Sebab:
l Kadang-kadang tanpa ada gejala
l Keluhan tidak spesifik, kelelahan dan berat badan menurun
l Jarang terjadi: sakit perut, kembung, dan sumbatan usus.
Namun, peluang koloni cacing itu sudah ada bila ada gejala:
l Badan lesu dan lemas akibat kurang darah. Ini disebabkan oleh cacing tambang
mengisap darah dalam tubuh.
l Berat badan rendah, kekurangan gizi. Ini karena nutrisi penting seperti karbohidrat, protein yang masuk diserap cacing.
l Batuk tak sembuh-sembuh. Ini karena hadirnya cacing yang hidup di paru-paru.
l Nyeri di perut. Ini karena cacing menyebabkan sakit perut yang dapat mengaki
batkan diare. n pd persi/nina chairani
Mbak Sita yang baik,
Waalaikumussalam wr wb,
Kolesterol tinggi merupakan salah satufaktor
risiko penyakit jantung dan stroke. Faktor risiko
lain di antaranya darah tinggi, diabetes (kencing
manis), kegemukan, merokok, kurang olahraga,
dan menopause pada wanita. Apa artinya mempunyai faktor risiko? Artinya Anda mempunyai
risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit
jantung dan stroke dibanding dengan yang tidak
memiliki faktor risiko, apalagi jika ada banyak
faktor yang Anda miliki.
Kolesterol di dalam tubuh terdiri dari beberapa
jenis. Yang juga diperiksa dalam check-up rutin
adalah kadar HDL dan LDL. Mengapa disebut
kolesterol baik? Ini karena HDL (high density
lipoprotein) membawa kolesterol dari pembuluh
darah kembali ke hati, kolesterol ini mempunyai
densitas yang tinggi sehingga tidak menempel di
dinding pembuluh darah. Sementara LDL (low
density lipoprotein) disebut kolesterol jahat karena
membawa kolesterol ke pembuluh darah.
Seseorang dikatakan berisiko tinggi bila kadar
HDL kurang dari 40 mg/dl (pria) atau 50 mg/dl
(wanita). Semakin tinggi kadar HDL, semakin baik.
Kadar HDL 40-60 mg/dl digolongkan ‘normal’,
lebih baik lagi jika lebih dari 60 mg/dl.
Untuk menilai faktor risiko dapat digunakan
indikator rasio kolesterol, yaitu melihat perbandingan antara kolesterol total dan kolesterol baik.
Upaya pencegahan penyakit jantung dan stroke
adalah dengan menjaga rasio kolesterol total terhadap HDL di bawah 4:1.
Namun, bagi keperluan pengobatan, yang lebih
baik digunakan adalah melihat semua hasil dari
profil lemak, termasuk kadar kolesterol total, HDL
dan LDL (lebih baik dibandingkan dengan melihat
rasio). Hal ini disebabkan oleh karena kedua jenis
kolesterol berpengaruh terhadap terjadinya
penyakit jantung dan stroke serta pengobatan ditujukan untuk memperbaiki keduanya.
Faktor risiko
Untuk menindaklanjuti sebuah hasil pemeriksaan laboratorium, diperlukan evaluasi secara
menyeluruh terhadap kondisi kesehatan seseorang termasuk faktor-faktor risiko yang dimilikinya. Contohnya, kadar LDL kurang dari 100
mg/dl adalah yang cukup untuk seseorang dengan
riwayat penyakit jantung dan diabetes. Jika
risikonya sangat tinggi untuk terkena serangan
jantung atau stroke, maka tujuan yang paling
optimal adalah kadar LDL kurang dari 70 mg/dl.
Kadar LDL 130-159 tergolong di ambang batas
tinggi, lebih dari 160 mg/dl tergolong tinggi. Jika
tanpa faktor risiko lain, kadar LDL kurang dari 130
mg/dl masih termasuk baik-baik saja. Jadi, untuk
menjawab pertanyaan Anda bertiga, diperlukan
beberapa data lain, misalnya apakah ada yang
overweight, tekanan darah tinggi, diabetes,
merokok, dan lain-lain.
Jika ada faktor atau beberapa faktor risiko lain,
maka kadar di atas 100 perlu diturunkan. Diet dan
olahraga perlu sekali dilakukan teratur. Obat
mungkin sekali juga diperlukan. Jadi, ada baiknya
konsultasi dengan dokter penyakit dalam, dokter
jantung ataupun dokter spesialis penyakit dalam
konsultan jantung dan memantau, memeriksa
kadar kolesterol secara berkala.
Pemberian obat dilakukan berdasarkan pertimbangan manfaat dan risiko terhadap kesehatan
seseorang secara keseluruhan, bukan ditujukan
untuk mengobati hasil laboratorium.
Saya kira untuk saat ini yang diperlukan adalah
menjaga agar pola hidup lebih sehat. Lakukan
olahraga yang bersifat aerobik (jalan cepat,
jogging, bersepeda) selama sekitar 20-30 menit, 34 kali per minggu. Jika kelebihan berat badan,
turunkanlah dengan bertahap. Jika merokok, hentikan segera. Untuk diet, batasi asupan lemak
yang jenuh dan tingkatkan asupan lemak tidak
jenuh dan serat.
Cara praktisnya adalah menghindari makanan
hewani yang berlemak, fast food, makanan yang digoreng, diasinkan, kue/cake dan donat. Perlu selalu
menyertakan buah dan sayur di setiap kali makan.
Ada beberapa catatan penting pada guideline
terbaru 2010 tentang diet (di Amerika, guideline
diet diterbitkan setiap lima tahun), yaitu antara lain
dianjurkan (1) jangan terlalu banyak kalori, batasi
jumlah kalori yang kita makan setiap hari, (2) tidak
semua lemak jenuh itu buruk, asam stearat yang
cukup banyak terkandung dalam cokelat gelap
(dark chocolate) tidak buruk, silakan makan
cokelat, (3) makan telur dua buah sehari tidak
berpengaruh buruk buat kesehatan kita, telur tidak
menyebabkan kita mudah sakit jantung (4)
makanan laut juga sehat, selama tidak mengandung banyak natrium/garam: udang, skalop termasuk baik; lobster mengandung banyak natrium dan
ikan yang diasinkan tentu saja perlu kita hindari.
Untuk yang sudah mempunyai faktor risiko, saya
sarankan konsultasi dengan ahli gizi atau dokter
spesialis gizi. n
Download