e-learning Hari, tanggal : Kamis, 26 Mei 2016 Dosen : Nevi Narendrati, M.Pd. Prodi : Pendidikan Matematika, Kelas 21 Materi : Lingkungan Administrasi Pendidikan a. Sekolah sebagai sistem sosial b. Sekolah dan lingkungan eksternal Nevi Narendrati, M.Pd. | Administrasi dan Supervisi Pendidikan 1 LINGKUNGAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN Administrasi pendidikan adalah tindakan mengkoordinasikan perilaku manusia dalam pendidikan, agar sumber daya dapat ditata sebaik mungkin, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara produktif. Administrasi pendidikan merupakan suatu proses kegiatan atau rangkaian perbuatan yang diselenggarakan dalam rangka usaha kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu sistem yang memungkinkan proses pendidikan berlangsung secara konsisten dan berkesinambungan dalam mencapai tujuannya adalah institusi atau lembaga pendidikan. Lingkungan pendidikan merupakan institusi atau lembaga pendidikan di mana pendidikan itu berlangsung. Selain itu, lingkungan pendidikan merupakan salah satu faktor eksternal yang ikut berperan dalam menciptakan prestasi belajar dalam proses kependidikan. Setiap pemimpin pendidikan, terutama kepala sekolah, hendaknya mengetahui bahwa masyarakat sebagai lingkungan sosial dan lingkungan eksternal sekolah besar pengaruhnya baik terhadap sikap dan cara-cara kerja para karyawan, guru-guru, dan juga dia sendiri sebagai pemimpin maupun terhadap perkembangan lembaga pendidikan. A. Sekolah sebagai sistem sosial Organisasi adalah suatu kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Sistem merupakan suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Sedangkan pengertian dari sosial adalah manusia yang berkaitan dengan masyarakat dan para anggotanya. Dengan demikian sistem sosial merupakan suatu kesatuan orangorang dalam masyarakat yang disusun oleh karakteristik dari suatu pola hubungan dan dikoordinasikan secara berkelanjutan untuk mencapai suatu tujuan. Sekolah merupakan suatu sistem organisasi pendidikan formal, yaitu suatu lembaga sosial yang direncanakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sekolah merupakan sebuah sistem sosial yang unik dengan berbagai budaya individu yang berbeda menyatu ke dalam satu sistem sekolah. Oleh karena itu, sekolah tidak bisa lepas dari kepercayaan dan nilai-nilai dari masyarakat sekitarnya. Persimpangan terbuka antara sebuah sekolah dan lingkungan eksternal, nilai-nilai komunitas dan keyakinan berdampak pada bagaimana budaya sekolah Nevi Narendrati, M.Pd. | Administrasi dan Supervisi Pendidikan 2 berkembang. Sistem penggabungan budaya sistem sosial sangat penting, karena mempengaruhi berbagai reaksi, kegiatan, dan perilaku. Sekolah terdiri dari orang-orang yang memiliki hubungan satu sama lain. Setiap orang yang berada di sekolah memiliki peran yang harus dijalankan supaya sistem interaksi tersebut tetap terjaga. Peran yang dapat diidentifikasi di sekolah adalah guru, siswa, kepala sekolah, staf TU, laboran, pustakawan, penjaga sekolah, dan lain lain. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Lawang (1995: 26) bahwa: “Setiap sistem sosial selalu mempertahankan batas-batas yang memisahkan dan membedakannya dari lingkungan, serta mempertahankan keseimbangan dari kegiatan-kegiatan yang memungkinkannya terus bertahan dan beroperasi”. Pandangan organisasi sebagai suatu sistem sosial dapat ditelusuri dari teori yang dikemukakan oleh Getzel dan Guba mengenai dimensi nomotetis dan idiografis suatu organisasi. Dalam pandangannya Getzel dan Guba melihat kepentingan yang dimiliki oleh personil berbeda dengan kepentingan yang ada di organisasi. Dari perbedaan inilah nantinya akan menghasilkan interaksi antara kebutuhan individu dan organisasi. Model sistem sosial dalam lingkungan sekolah dapat dilihat pada gambar sebagai berikut: Keterangan : 1. Dimensi nomotetis Untuk memahami sifat perilaku yang nampak–dan untuk bisa meramalkan dan mengendalikannya–sifat dan hubungan dari unsur-unsurnya harus dipahami. Istilah organisasi atau lembaga menunjuk kepada badan-badan yang didirikan untuk menjalankan “fungsi-fungsi institusional bagi sistem sosial secara keseluruhan”. Semua lembaga memiliki fungsi-fungsi imperatif tertentu yang harus dilaksanakan menurut caracara rutin tertentu pula. Fungsi-fungsi ini–seperti memerintah, memeriksa, mengadili, mendidik, dan seterusnya–bisa disebut telah melembaga, dan badan-badan yang didirikan Nevi Narendrati, M.Pd. | Administrasi dan Supervisi Pendidikan 3 untuk menjalankan fungsi-fungsi yang telah melembaga ini bagi sistem sosial secara keseluruhan bisa disebut “lembaga”. Suatu bagian yang penting dari lembaga atau organisasi ialah peranan. Peranan ialah “aspek-aspek dinamis dari kedudukan dan jabatan di dalam suatu lembaga”, dan ia menetapkan perilaku para pemegang peranan itu. Di lingkungan sekolah para pemegang peranan ini meliputi kepala kantor pendidikan, pengawas, kepala sekolah, guru, dan personil lain. Peranan didefinisikan dalam kata-kata harapan-harapan, yaitu “kewajiban dan tanggung jawab” yang harus dijalankan oleh pemegang peranan. Harapan-harapan ini menetapkan bagi pemegang peranan, siapa pun pemegang peranan itu, apa yang ia harus dan tidak harus lakukan selama ia pemegang dari peranan tertentu itu. Suatu sifat pokok dari peranan-peranan ialah bahwa satu sama lain saling melengkapi. Setiap peranan memperoleh serta maknanya dari peranan lain yang berhubungan. Sifat saling melengkapi inilah yang mempersatukan dua peranan atau lebih menjadi unit yang berpadu dan interaktif, yang memungkinkan kita memahami suatu organisasi sebagai struktur yang karakteristik. Pada tahap analisa ini para pemegang peranan mungkin dapat dipikirkan selaku “aktoraktor” yang tidak mempunyai sifat-sifat pribadi, seakan-akan semua pemegang peranan itu semua benar dan seolah-olah menjalankan peranan tertentu dengan cara yang sama. Hal ini memungkinkan pemahaman dan ramalan kasar tertentu mengenai perilaku dalam suatu organisasi. 2. Dimensi idiografis Mengetahui sekedar sifat peranan dan harapan di dalam suatu lembaga tidak cukup, peranan-peranan itu ditempati oleh individu-individu yang nyata, dan tidak ada individu yang sama. Setiap individu memberi sifat khas kepada peranan yang ditempatinya itu dengan gaya unik dari pola kepribadiannya yang karakteristik. Singkatnya, sebagai tambahan kepada aspek nomotetis atau institusional, aspek-aspek idiografis dan psikologis harus dipertimbangkan juga. Dimensi individu bisa dianalisa menjadi unsur-unsur kepribadian dan disposisi kebutuhan. Suatu perbuatan diturunkan serentak dari dimensi-dimensi idiografis dan nomotetis. Artinya, perilaku sosial terjadi bila seseorang berusaha untuk mengatasi suatu lingkungan yang terdiri dari pola harapan bagi perilakunya dengan cara yang cocok dengan pola kebutuhannya sendiri. Jadi dapat dikatakan bahwa perilaku dalam organisasi adalah suatu Nevi Narendrati, M.Pd. | Administrasi dan Supervisi Pendidikan 4 fungsi dari peranan institusional tertentu yang ditetapkan oleh harapan-harapan yang dikaitkan kepadanya, dan kepribadian dari pemegang peranan tertentu yang ditetapkan oleh disposisi kebutuhannya. Pada waktu yang sama dimensi individual dari organisasi menuntut terpenuhinya kebutuhan dan keinginan individual sehingga organisasi bisa menjadi efisien dan efektif. Sistem Sosial dalam Lingkungan Sekolah (Getzel dan Guba) Interaksi model Getzels di atas menunjukkan: a) adanya interaksi antara orang dilihat dari perannya dalam organisasi dengan karakteristik individunya; b) adanya saling interaksi antara kebutuhan individu dengan kebutuhan organisasi; c) munculnya perilaku sebagai modifikasi terhadap upaya pemenuhan kebutuhan psikologis dan sosiologisnya. Komponen nomotetis dari sistem sosial menggambarkan lembaga formal dengan peran yang ditentukan berbagai aturan birokrasi, dan peranan, harapan. Sedangkan komponen idiografis menggambarkan perbedaan individu yang ada di antara orang-orang dalam sistem sosial. Komponen idiografis sistem sosial mengacu pada kebutuhan, keinginan, dan kepribadian orang yang berada dalam sistem sosial. B. Sekolah dan lingkungan eksternal Istilah “sekolah” di sini merupakan konsep yang luas, yang mencakup baik lembaga pendidikan formal maupun lembaga pendidikan nonformal. Sedangkan istilah “lingkungan eksternal” merupakan konsep yang mengacu kepada semua individu, kelompok, lembaga atau organisasi yang berada di luar sekolah sebagai lembaga pendidikan. Oleh karena itu selain peran lingkungan internal sekolah, peran lingkungan eksternal sekolah juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan lembaga pendidikan tersebut. Lingkungan pendidikan menunjuk kepada situasi dan kondisi yang mengelilingi dan mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pribadi. Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa benda mati, makhluk hidup ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu. Seperti lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan tempat anak bergaul. Lingkungan ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga pendidikan sesuai dengan jenis dan tanggung jawab yang secara khusus menjadi bagian dari karakter lembaga. Nevi Narendrati, M.Pd. | Administrasi dan Supervisi Pendidikan 5 Sedangkan lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang karena satu dan lain hal memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Badan pendidikan ini bertugas memberi pendidikan kepada terdidik. Secara umum fungsi lembaga-lembaga pendidikan adalah menciptakan situasi yang memungkinkan proses pendidikan dapat berlangsung, sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya. Karena itu situasi lembaga pendidikan harus berbeda dengan situasi lembaga lain. Menurut Hasbullah lingkungan pendidikan mencakup : 1. Tempat (lingkungan fisik), keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam. 2. Kebudayaan (lingkungan budaya) dengan warisan budaya tertentu seperti bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup dan pandangan keagamaan. 3. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok bermain. Lingkungan pendidikan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap peserta didik. Perbedaan pengaruh tersebut tergantung jenis lingkungan pendidikan tempat peserta didik terlibat di dalamnya. Hal ini karena masing-masing jenis lingkungan pendidikan memiliki situasi sosial yang berbeda-beda. Situasi sosial yang di maksud meliputi faktor perencanaan, sarana dan sistem pendidikan pada masing-masing jenis lingkungan. Intensitas pengaruh lingkungan terhadap peserta didik tergantung sejauh mana anak dapat menyerap rangsangan yang diberikan lingkungannya dan sejauh mana lingkungan mampu memahami dan memberikan fasilitas terhadap kebutuhan pendidikan peserta didik. Pentingnya hubungan sekolah dengan masyarakat Pandangan filosofis tentang hakikat sekolah itu sendiri dan hakikat masyarakat, dan bagaimana hubungan antara keduanya. a) Sekolah adalah bagian yang integral dari masyarakat; ia bukan merupakan lembaga yang terpisah dalam masyarakat. b) Hak hidup dan kelangsungan hidup sekolah bergantung pada masyarakat. c) Sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani anggota-anggota masyarakat dalam bidang pendidikan. d) Kemajuan sekolah dan kemajuan masyarakat saling berkolerasi; keduanya saling membutuhkan. e) Masyarakat adalah pemilik sekolah; sekolah ada karena masyarakat memerlukannya. Nevi Narendrati, M.Pd. | Administrasi dan Supervisi Pendidikan 6 Tujuan hubungan sekolah dan masyarakat Secara konkrit tujuan diselenggarakannya hubungan sekolah dan masyarakat adalah: a) Mengenalkan pentingnya sekolah dan masyarakat. b) Mendapatkan dukungan dan bantuan sekolah maupun finansial yang diperlukan bagi pengembangan sekolah. c) Memberikan informasi kepada masyarakat tentang isi dan pelaksanaan program sekolah. d) Memperkaya atau memperluas program sekolah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat. e) Mengembangkan kerja sama yang lebih erat antara keluarga dan sekolah dalam mendidik anak-anak. Jenis-jenis hubungan sekolah dan masyarakat Hubungan kerja sama antara sekolah dan masyarakat itu mengandung arti yang luas mencakup beberapa bidang. Bidang-bidang yang ada hubungannya dengan pendidikan anak-anak dan pendidikan masyarakat. Hubungan kerja sama sekolah dan masyarakat itu dapat digolongkan menjadi tiga jenis hubungan yaitu: a) Hubungan edukatif yaitu hubungan kerja sama dalam bidang mendidik/murid, antara guru di sekolah dan orang tua di dalam keluarga. b) Hubungan kultural yaitu hubungan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada. c) Hubungan institusional yaitu hubungan kerja sama antara sekolah dengan lembagalembaga atau instansi-instansi resmi lain, baik swasta maupun pemerintah. Tugas Resume Rangkumlah materi perkuliahan hari ini menurut pemahaman Anda dan dengan kalimat Anda sendiri. Rangkuman 2-3 halaman A4, diketik dengan format Microsoft Word, font times new roman 12. Dikirim ke email: [email protected] paling lambat hari ini. Subject email: Tugas elearning_kelas_nama lengkap Contoh: Tugas elearning_21_Bunga Nevi Narendrati, M.Pd. | Administrasi dan Supervisi Pendidikan 7