BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bronkhitis
Bronkhitis merupakan suatu peradangan pada bronkhus (saluran udara
ke paru-paru) (Suryo, 2010). Bronkhitis terbagi menjnjadi 2 yaitu :
Bronkhitis kronik dan bronkhitis akut. bronkhitis kronik adalah adanya
sekresi mukus yang berlebihan pada saluran penafasan secara terus menerus
(Kronik) disertai batuk (Djojodibroto, 2009) . Bronkhitis akut adalah kondisi
umum yang disebabkan oleh infeksi dan inhalan yang mengakibatkan
inflamasi lapisan mukosa percabangan trakeobronkial (Jan, 2000). Di
Indonesia penyakit saluran penafasan (ISPA) menempati urutan kedua pada
tahun 2007, menjadi urutan pertama pada tahun 2008 (DepKes RI, 2009) .
1.
Etiologi
Penyebab bronkhitis pada umumnya adalah virus , seperti :
Rhinovirus,influenza A dan B,Coranavirus,Parainfluenza,dan Respiratory
Syntical Virus (RSV).Ada pula pula bakteri atypical yang menjadi
penyebab bronkhitis yaitu: Staphylococcus aureus, Sterptococcus sp,
Klebsiella pneunomia, Pseudomonas aeruginosa, Chlamydia pneumonia
ataupun Mycoplasma pneunomiae yang sering dijumpai pada anak-anak ,
raemaja, dan orang dewasa. Bakteri atypical ini sulit terdiagnosis , tetapi
mungkin menginvasi pada sindroma yang lama yaitu lebih dari 10 hari
(DEPKES RI, 2005). Penyebab utama pada penyakit bronkhitis adalah
Respiratory Syntical Virus (60 % kasus) dan Parainfluenza (20 % kasus)
(Mandal et,al, 2008) .
2.
Manifestasi Klinik
Batuk yang menetap yang bertambah parah pada malam hari serta
biasanya disertai sputum. Rhinorrhea sering pula menyertai batuk dan ini
biasanya disebabkan oleh rhinovirus Sesak napas bila harus melakukan
gerakan eksersi (naik tangga, mengangkat beban berat) Lemah, lesu ,
4
Identifikasi Dan Uji..., Meilinda Putri Sulistiyowati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
nyeri saat menelan, sakit kepala Demam pada suhu tubuh yang rendah
yang dapat disebabkan oleh virus influenza, adenovirus ataupun infeksi
bakteri (DEPKES , 2005).
3.
Patofisiologi
Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lender
dan inflamasi. karena iritasi yang konstan ini kelenjar-kelenjar yang
mensskresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya,fungsi silia
menurun dan lebih banyak lendir yang dihasilkan. Akibat bnya
bronkiolus menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli yang berdekatan
dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis,
mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar,yang berperan
penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri.
Kemudian pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernafasan.
Penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan
fibrotic yang terjadi dalam jalan nafas. Pada waktunya,mungkin terjadi
perubahan paru yang intervesibel kemungkinan mengakibatkan emfisema
dan bronkiektasis (Smeltzer, Bare ,2004).
4.
Penatalaksanaan
Objektif
utama
pengobatan
adalah
untuk
menjaga
agar
bronchioles terbuka dan berfungsi,untuk memudahkan pembuangan
sekresi bronchial,untuk mencegah infeksi, dan untuk mencegah
kecacatan. Perubahan dalam pola sputum (sifat, warna, jumlah,
ketebalan) dan dalam pola batuk adalah tanda yang penting untuk dicatat.
Infeksi bakteri kambuhan diobati dengan terapi antibiotic berdasarkan
hasil pemeriksaan kultur dan sensitivitas. Untuk membantu membuang
sekresi bronchial, diresepkan bronchodilator untuk menghilangkan
bronchospasme dan mengurangi obstruksi jalannapas sehinggga lebih
banyak oksigen didistribusikan ke seluruh bagian paru, dan ventilasi
alveolar diperbaiki. Postural drainage dan perkusi dada setelah
5
Identifikasi Dan Uji..., Meilinda Putri Sulistiyowati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
pengobatan
biasanya
sangat
membantu,
terutama
bila
terdapat
bronchiectasis. Cairan (yang diberikan per oral atau parenteral jika
bronchospasme berat) adalah bagian penting dari terapi, karena hidrasi
yang baik membantu untuk mengencerkan sekresi sehingga dapat dengan
mudah dikeluarkan dengan membatukannya. Terapi kortikosteroid
mungkin digunakan ketika pasien tidak menunjukkan keberhasilan
terhadap pengukuran yang lebih konservatif. Pasien harus menghentikan
merokok karena menyebabkan bronchoconstrictor, melumpuhkan sillia,
yang penting dalam membuang partikel yang mengiritasi, dan
menginaktivasi surfactants, yang memainkan peran penting dalam
memudahkan pengembangan paru-paru. Perokok juga lebih rentan
terhadap infeksi bronchial (Smeltzer & Bare, 2004)
Standar terapi bronkhitis (DepKes RI, 2005).
Kondisi Klinik
Patogen
Terapi Awal
Bronkhitis akut
Biasanya virus
Lini I: Tanpa antibiotika
Lini II:Amoksisilin,amoksi-klav,
Makrolida
Bronkhitis Kronik
H.influenzae,
Lini I: Amoksisilin, quinolon
Moraxella catarrhalis,
Lini II: Quinolon, amoksi-klav,
S. pneumoniae
azitromisin, kotrimoksazol
Bronkhitis Kronik dg
s.d.a,K. Pneumoniae,
Lini I: Amoksisilin, quinolon
Komplikasi
P. aeruginosa, Gram
Lini II: Quinolon, amoksi-klav,
(-) batang lain
azitromisin, kotrimoksazol
s.d.a.
Lini I: Quinolon oral atau
Bronkhitis Kronik dg
infeksi bakteri
parenteral, Meropenem atau
Ceftazidime/Cefepime+Ciprofloks
asin oral.
B. Antibiotik
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungidan bakteri,
yang memiliki khasiat memetikan atau menghambat pertumbuhan kuman,
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil .Turunan zat-zat yang
6
Identifikasi Dan Uji..., Meilinda Putri Sulistiyowati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
dibuat secara semi sintesis, juga termasuk kelompok ini begitu pula semua
senyawa sintesis dengan khasait antibakteri (Tjay& Raharja, 2007)
Melihat 20 rekam medik pasien secara acak pada tahun 2015 adalah
Azitromisin,Cefixime,Ciprofloxacin.
1.
Azitromisin
Azitromisin merupakan senyawa dengan cincin macrolide lactone
15-atom yang diturunkan dari eritromisin dengan penembahan suatu
nitrogen yang di metilasi kedalam cincin lactone eritomisin. Azitromisin
aktif terhadap kompleks M.avium dan T gondii. Azitromisin sedikit
kurang aktif terhdap Staphylococcus dan Streptococcus,namun sedikit
lebih aktif terhadap H.influenza, Azitromisin sangat aktif terhadap
Chlamydia (Katzung,2004) . Indikasi azitromicin yaitu infeksi saluran
atas dan bawah ,kulit dan penyakit hubungan seksual . Dosis
pemakaiannya adalah orang dewassa dan Lansia 500mg perhari selama 3
hari , sedangkan anak dengan usia > 6 bulan 10 mg/kg BB selama 3 hari .
Efek samping dari obat azitromicin adalah rasa tidak nyaman ,mual
,gangguan ginjal akut ,muntah ,gangguan pendengaran ,diare,pusing atau
vertigo , rasa tidak nyaman pada perut .Kontra indiakasi obat antibiotik
azitromicin adalah hipersensitif terhadap azitromicin atau golongan
makrolida lainnya (ISO, 2010).
2.
Sefiksim
Sefiksim merupakan antibiotik sefalosporin generasi ketiga yang
stabil
terhadap
enzim
β-Lactamase
yang
di
produksi
oleh
mikroorganisme seperti (Goodman & Gilman ,2001). Aktivitas cefixime
menurun terhadap Staphylococcus aerus, Listeria monocytogenes dan
Pseudomonas spp. Insiden bakteri yang resistensi cefixime di laporkan
sangat rendah. Mekanisme kerjanya adalah menghambat sintesis dinding
sel (Katzung, 2004). Indikasi sefiksim untuk mengobati infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang rentan yaitu seperti infeksi saluran
kemih,otitis media ,bronkhitis akut dan bronkhitis kronik faringitis dan
7
Identifikasi Dan Uji..., Meilinda Putri Sulistiyowati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
tonsillitis. Dosis sefiksim untuk orang dewasa adalah 200-400 mg per
hari .kontraindikasi cefixime penderita dengan riwayat shock dan
hipersensitifitas akibat dari berapa bahan dari sediaan ini. efek samping
dari penggunaan obat cefixime adalah sakit kepala,syok,gangguan
gastrointestinal,gangguan pencernaan (ISO, 2010).
3.
Siprofloksasin
siprofloksasin merupakan golongan fluorokuinolon yang terikat
pada sub unit β enzim DNA girase dan mengeblok aktivitas enzim yang
esensial dalam menjaga supercoiling DNA dan penting dalam proses
replikasi DNA. Mutasi pada gen pengkode DNA girase menyebabkan
diproduksinya enzim yang aktif namun tidak dapat diikat oleh
fluorokuinolon (Pratiwi, 2008). Dosis ciprofloxacin untuk orang dewasa
adalah 500mg tiap 12 jam .efek samping dari ciprofloxacin mual ,muntah
,pusing,diare ,sakit kepala (ISO, 2010) .
C. Resistensi
Resistensi adalah suatu keadaan karena pengaruh obat antiinfeksi
terhadap kuman berkurang khasiatnya atau kuman tersebut tidak sensitive
oleh perlakuan obat anti infeksi. Resistensi merupakan kegagalan pengobatan
dengan suatu antibiotika dengan dosis terapi (Gran, 1983).
Franklin dan Snow (1985) serta Brander et al., (1991) mengatakan
bahwa mekanisme resistensi bakteri terhadap antibiotik terjadi dengan cara
penginaktifan obat, perubahan target atau sirkulasi enzim, berkurangnya
akumulasi obat oleh adanya sel resisten, variasi jalur metabolisme.
Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan
sel mikroba. Sifat ini merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan
hidup (Setyabudy dan Gan, 1995). Beberapa bakteri mempunyai kemampuan
alami untuk kebal atau resisten terhadap efek pengobatan, misal dengan
antibiotik, meskipun tidak berinteraksi secara langsung. Hal ini dapat terjadi
karena bakteri mempunyai enzim yang dapat merusak obat (Brander et al.,
8
Identifikasi Dan Uji..., Meilinda Putri Sulistiyowati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
1991). Bakteri yang resistensi tidak peka lagi terhadap antibiotik atau seng
anti mikrobial (Brander et al., 1991). Resistensi sel mikroba atau alat sifat
tidak tergantung kehidupan sel mikroba oleh anti mikroba. Sifat ini
merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan hidup (Gran, 1983).
Sebab-sebab terjadinya resistensi dapat dibagi menjadi :
1.
Non Genetik
Penggunaan antimikroba yang tidak sesuai aturan menyebabkan
tidak seluruh mikroba dapat terbunuh. Beberapa mikroba yang masih
bertahan hidup kemungkinan akan mengalami resistensi saat digunakan
antimikroba yang sama. Proses ini dinamakan dengan seleksi (Jawetz et
al., 2001).
2.
Genetik
Terjadinya resistensi kuman terhadap antibiotika umumnya
terjadi karena perubahan genetik. Perubahan genetik bisa terjadi secara
kromosomal maupun ekstra kromosomal, dan perubahan genetik tersebut
dapat ditransfer atau dipindahkan dari satu spesies kuman kepada spesies
kuman lain melalui berbagai mekanisme (Anonim, 1994).
a.
Resistensi kromosomal
Resistensi kuman terhadap antibiotik yang mempunyai
sebab genetik kromosomal terjadi misalnya karena terjadinya mutasi
spontan pada lokus DNA yang mengontrol susceptibility terhadap
obat tertentu (Anonim, 1994).
b.
Resistensi ekstrakromosomal
Bakteri mengandung unsur-unsur genetic ekstrakromosomal
yang dinamakan plasmid (Sudarmono, 1993). Faktor R adalah
kelompok plasmid yang membawa gen resistensi terhadap satu atau
beberapa obat antimikrobia dan logam berat. Gen plasmid untuk
resistensi antimikrobia mengontrol pembentukan enzim yang mampu
merusak antimikrobia (Jawetz et al., 2001).
9
Identifikasi Dan Uji..., Meilinda Putri Sulistiyowati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
c.
Resistensi silang
Suatu populasi kuman yang resisten terhadap suatu obat
tertentu dapat pula resisten terhadap obat yang lain yang dapat
mempunyai mekanisme kerja obat yang mirip satu sama lain. Hal ini
misalnya terjadi pada obat-obatan yang komposisi kimianya hampir
sama misalnya antara polimiksin B dengan kolistin, eritromisin
dengan oleandromisin meskipun demikian adakalanya terjadi pula
resistensi silang pada dua obat yang berlainan strukturkimianya sama
sekali, misalnya eritromisin dengan linkomisin (Anonim, 1994).
Mekanisme
resistensi
bakteri
terhadap
antibiotic
diantaranya melalui mekanisme mikroorganisme menghasilkan
enzim dan merusak obat yang aktif, mikroorganisme merubah
permeabilitasnya terhadap obat, mikroorganisme mengubah struktur
target
untuk
obat,
mikroorganisme
mengembangkan
jalur
metabolisme baru menghindari jalur yang biasa dihambat oleh obat,
dan mikroorganisme mengembangkan enzim baru yang masih dapat
melakukan fungsi metaboliknya tapi sedikit dipengaruhi oleh obat
(Jawetz, et al., 2001).
D. Bakteri
Bakteri adalah domain yang terdiri dari mahluk hidup yang tidak
memiliki membran inti (prokariota) (Postlethwait dan Hopson, 2006) .
Bakteri merupakan organisme bersel tunggal yang berkembang biak dengan
pembelahan menjadi dua sel (Gibson, J.M., 1996) .
Penyebab bronkhitis pada umumnya adalah virus , seperti : Rhinovirus,
Influenza A dan B, Coranaviru, Parainfluenza, dan Respiratory Syntical
vVirus (RSV).Ada pula pula bakteri atypical yang menjadi penyebab
bronkhitis
yaitu : Chlamydia pneumonia, Streptococcus sp, Kisabella,
Mycoplasma pneunomiae yang sering dijumpai pada anak-anak,raemaja, dan
orang dewasa. Bakteri atypical ini sulit terdiagnosis,tetapi mungkin
10
Identifikasi Dan Uji..., Meilinda Putri Sulistiyowati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
menginvasi pada sindroma yang lama yaitu lebih dari 10 hari (DEPKES RI ,
2005) .
Bakteri berkembang biak membelah diri karena begitu kecil maka
hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop. Bakteri mempunyai beberapa
organel yang dapat melaksanakn beberapa fungsi hidup (Waluyo, 2004).
1.
Ukuran Bakteri
Ukuran bakteri sangat kecil,umumnya bentuk tubuh bakteri dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 1000x atau
lebih. Satuan ukuran tubuh bakteri adalah micrometer atau micron .satu
micron sama dengan 1/1000 mm. Lebar tubuh umumnya antara 1-2
micron sedangkan panjangnya antara 2-5micron.
Bakteri berbentuk kokus mempunyai diameter 0,5 micro ada pula
yang berdiameter 2,5 micro .Sedangkan bakteri bentuk basil mempunyai
diameter 0,2-2 micro (Waluyo, 2004).
2.
Bentuk bakteri
Bakteri memiliki baragam variasi bentuk seperti coccus, basil,
dan spiral. Bakteri dapat hidup soliter maupun berkoloni dan berkembang
biak dengan cara membelah diri.Bakteri memiliki habitat yang
bervariasi,dari air,anah ,udarahingga dalam tubuh hewan. Bakteri ada
yang hidup secara anaerob murni dan akan mati dengan adanya
oksigen,ada yang bersifat aerob dan memerlukan oksigen untuk
memetabolismenya. Ada yang bersifat aerob fakultatif yaitu dapat hidup
pada kondisi anaerob,tetapi bila ada oksigen metabolitnya bersifat aerob
(Betsy dan Keogh , 2005).
a. Klebsiella Pneunomia
Klebsiella pneumonia merupakan bakteri Gram negatif
berukuran 2,0 – 3,0 x 0,6 μm, merupakan flora normal pada saluran
usus dan pernafasan, hidup fakultatif anaerob. Klebsiella pneumonia
mempunyai kapsul yang besar sehingga pada kultur koloninya
terlihat sangat mukoid (Brooks et al., 2005).
11
Identifikasi Dan Uji..., Meilinda Putri Sulistiyowati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
Klebsiella Pneunomiae merupakan bakteri gram negative
berbentuk batang berpasangan atau membentuk rantai pendek dan
non motil . Terdapat dalam saluran nafas dan fesessekitar 5%
individual normal .klebsiella pneumonia dapat menimbulkan
konsolidasi luas diserti nekrosis hemorogik pada paru . Organisme ini
kadang menyebabkan infeksi saluran kemih dan bacteremia yang di
sertai dengan infeksi fokal pada pasien yang sangat lemah (Jawetz et
al ,2001).
b. Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif
berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompokkelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob,
tidak membentuk spora, dan tidak bergerak .Bakteri ini tumbuh pada
suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada
suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abuabu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol,
dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan S. aureus
yang mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan
dalam virulensi bakteri (Jawetz et al., 2008).
Klasifikasi
Dari Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus yaitu:
Domain
: Bacteria
Kerajaan
: Eubacteria
Filum
: Firmicutes
Kelas
: Bacilli
Ordo
: Bacillales
Famili
: Staphylococcaceae
Genus
: Staphylococcus
Spesies
: S. aureus
Nama binomial
: Staphylococcus aureus
12
Identifikasi Dan Uji..., Meilinda Putri Sulistiyowati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
c. Streptococcus pneumonia
Streptococcus pneumoniae adalah sel gram positif berbentuk
bulat telur atau seperti bola, secara khas terdapat berpasangan atau
rantai pendek. Bagian ujung belakang tiap pasangan sel secara khas
berbentuk tombak (runcing tumpul), tidak membentuk spora dan
tidak bergerak tetapi galur yang ganas berkapsul, menghasilkan αhemolisis pada agar darah dan akan terlisis oleh garam empedu dan
deterjen..Streptococcus pneumoniae adalah penghuni normal pada
saluran pernapasan bagian atas manusia dan dapat menyebabkan
pneumonia, sinusitis, otitis, bronchitis, bakteremia, meningitis, dan
proses infeksi lainnya.
Klasifikasi bakteri Streptococcus pneumonia menurut Jawetz et al
(1986)
Kingdom : Bacteria
Phylum
: Firmicutes
Class
: Diplococcic
Ordo
: Lactobacillales
Family
: Streptoccoceae
Genus
: Streptococcus
Spesies
: Streptococcus pneumonia
E. Isolasi dan Identifikasi Bakteri
Isolasi mikroba adalah memisahkan suatu mikroba dengan mikroba
lain yang berasal dari beberapa campuran mikroba (Waluyo,2004). Isolasi
bakteri adalah proses pengambilan bakteri dari
lingkunasn asalnya dan
menumbuhkannya di medium buatan sehingga di peroleh biakan yang murni
(Singleton dan Sainsbury, 2006) . Bakteri di pindahkan dari satu tempat
ketempat lainnya harus secara aseptic , aseptic di sini berarti bebas dari sepsis
, sepsis adalah kondisi kondisi terkontaminasi oleh mikroorganisme lain.
Teknik aseptis ini sangat penting bila bekerja dengan bakteri ada beberapa
alat yang digunakan yaitu Bunsen dan laminar air flow, bila tidak lakukan
13
Identifikasi Dan Uji..., Meilinda Putri Sulistiyowati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
dengan
cara
yang
tepat
ada
kemungkinan
terkontaminasi
oleh
mikroorganisme lain sehingga akan menggangu hasil yang di harapkan.
Teknik aseptic juga aakan melindungi laboran dari kontaminasi bakteri
(Singleton dan Sainsbury ,2006). Dalam mengisolasi mikroba ada beberapa
hal yang haruss di perhatikan yaitu sifat spesies bakteri atau mikroba yang
akan di isolasi , tempat hidup atau asal mikroba ,medium untuk pertumbuhan
yang sesuai,cara mengokulasi mikroba,lama inkubasi mikroba,cara menguji
mikroba bahwa yang diisolasi berupa biakkan murni,dan cara memellihara
agar mikroba yang telah diisolasi tetep merupakan biakkan murni
(Waluyo,2008).
Identifkasi mikroorganisme dapat secara langsung atau tidak
langsung . Identifikasi langsung yaitu mikroorganisme dibiakan pada media
kultur yang sesuai, di isolasi kemudian di bawah mikroskop . Identifikasi
secara tidak langsung: identitas mikroorganisme di simpulkan dari hasil tes
pada darah (metode serologi),tes biokimia,dan sebagainya (Gibson,1996).
Identifikasi dan determinasi suatu biakkan murni yang di peroleh dari hasil
isolasi dapat dilakukan dengan cara pengamatan sifat morfologi koloni serta
pengujian sifat-sifat fisiologi dan biokimianya . Bakteri dapat diindentifikasi
dengan mengetahui reaksi biokimia dari bakteri tersebut dengan menanamkan
bakteri pada medium maka akan di ketahui sifat-sifat suatu koloni suatu
koloni bakteri .sifat metabolismeb akteri dalanm uji biokimia biasanya dilihat
dari interaksi metaboli-metabolit yang dihasilkan dengan reagen kimia. Selain
itu dilihat dari kemampuannya menggunakan senyawa tertentu sebagai
sumber karbon dan sumber energy (Waluyo, 2004).
Ada 3 prosedur pewarnaan yaitu pewarnaan sederhana (simple train),
pewarnaan diferensial (diferential stain),dan pewarnaan khusus (special
strain) (Pratiwi,2008)
1.
Pewarnaan sederhana
Hanya digunakan satu macam warna dan bertujuan mewarnai
seluruh sel mikroorganisme sehingga bentuk seluler dan struktur
dasarnya terlihat . Biasanya suatu bahan kimia di tambahkan kedalam
14
Identifikasi Dan Uji..., Meilinda Putri Sulistiyowati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
larutan pewarna untuk mengintensifkan warna dengan cara meningkatkan
afinitas pewarna pada spesimen biologi
2.
.
Pewarnaan diferensial
Menggunakan lebih dari 1 warna dan memiliki reaksi yang
berbeda untuk setiap bakteri .Pewarnaan gram ini mampu membedakan
dua kelompok besar bakteri yaitu gram positif dan gram negatif.
3.
Pewarnaan Khusus
Digunakan untuk mewarnai dan mengisolasi bagian spesifik dari
mikroorganisme , misalnya endospore ,kapsul dan flagella .Endospora
bekteri tidak dapat di warnai dengan pewarnaan sederhana seperti pada
pewarnaan gram . hal ini di sebabkan karena endosporam memiliki
selubung yang kompak sehingga zat warna sulit mempenetrasi dinding
endospora.
15
Identifikasi Dan Uji..., Meilinda Putri Sulistiyowati, Fakultas Farmasi UMP, 2017
Download